Control
Warung Overtaste
DIBUAT OLEH :
Kelompok 8
Business 5G
BAB 2 PEMBAHASAN 7
2.1 Define 7
2.1.1 Voice of Customers (VoC) 7
2.1.2 Critical to Quality (CTQ) 8
2.1.3 Tools in Define Phase 9
2.1.3.1 SIPOC 9
2.1.3.2 Pareto Analysis 11
2.1.3.3 Severity-Urgency Matrix 14
2.1.4 Project Charter 15
2.2 Measure 17
2.2.1 Current Performance 17
2.2.2 SMART Goals 18
2.3 Analyze 20
2.3.1 Why-why Analysis 20
2.3.2 Interrelationship Diagram 22
2.4 Improve 23
2.4.1 As Is Map 23
2.4.2 To Be Map 26
2.4.3 SMED (Single Minute Exchange Die) 29
2.4.4 Weighted Decision Matrix 32
2.5 Control 34
2.5.1 Planned and Actual Improvement Time Table 34
2.5.1.1 Gantt Chart 34
2.5.2 Old and New Way of Work 35
2.5.3 Target and Result Improvement Implemented 36
2.5.4 PICA 37
2.5.5 Benefit and Cost Analysis 38
BAB 3 PENUTUP 40
3.1 Kesimpulan 40
BAB 1
PENDAHULUAN
Warung Overtaste telah berdiri sejak Agustus 2017 dan telah berjalan selama 3 tahun. Warung
Overtaste merupakan restoran yang menyediakan makanan kekinian berupa Indomie, roti bakar, sate
taichan, dan berbagai macam menu lainnya yang menargetkan anak-anak muda di daerah Gading
Serpong, Tangerang. Warung Overtaste selalu mengutamakan kenyamanan dan ambiance untuk
konsumen dan seiring berjalannya waktu Warung Overtaste juga mulai memiliki konsumen yang
beragam usianya. Melihat konsumen yang cukup beragam Warung Overtaste mulai mengembangkan
menu-menu baru yang lebih cocok di berbagai kalangan usia, seperti nasi goreng dan lainnya. Setelah
berjalan selama 3 tahun, kini Warung Overtaste sudah memiliki karyawan full time sebanyak 20 orang
(10 waiters + 10 kitchen).
PEMBAHASAN
2.1 Define
Dalam menjalankan metode DMAIC Define adalah tahap pertama yang perlu dilakukan adalah
define. Tahap define dilakukan untuk mengidentifikasi masalah atau mengetahui terlebih dahulu
permasalahan apa saja yang terjadi didalam suatu perusahaan. Setelah mengetahui masalah yang terjadi
maka dilanjutkan dengan penentuan tujuan.
Pada tahap ini Informasi dapat diperoleh melalui berbagai macam cara, seperti melakukan
wawancara kepada manajer atau konsumen secara langsung dan tidak langsung, mengisi survey
konsumen, dan melihat review dan komplain dari konsumen. Berdasarkan hasil pengumpulan data maka
akan didapatkan Voice of Customer (VOC) dan Critical to Quality (CTQ). Setelah dalam mengidentifikasi
masalah akan menggunakan beberapa tools seperti SIPOC, Pareto Analysis, dan Severity-urgency matrix.
Hal ini dilakukan sebelum pada akhirnya membuat project charter yang digunakan untuk mengetahui
secara jelas rencana improvement kedepannya.
Critical to quality ( CTQ) merupakan tools yang biasa digunakan untuk menguraikan
requirement konsumen yang luas menjadi lebih terkuantifikasi. CTQ didapatkan dari dari
konsumen atau lebih tepatnya berdasarkan Voice of Customers. Selanjutnya VoC dianalisa lagi
dan dikelompokan menjadi 3 kategori, yaitu need konsumen, q uality driver, dan requirement
atau CTQ. Pembuatan CTQ tree akan membuat perusahaan dapat mengetahui hal apa sajakah
yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen.
Berdasarkan hasil dari VoC, kekecewaan terbesar yang dirasakan oleh para konsumen
Warung Overtaste adalah terhadap pelayanan yang kurang memuaskan dari karyawan. Maka
dari itu, kami telah menggali lebih dalam mengenai hal yang dibutuhkan oleh konsumen dan
kami uraikan sebagai berikut :
Dapat disimpulkan dari diagram diatas bahwa keinginan konsumen adalah untuk
mendapat pelayanan yang memuaskan. Untuk mencapai hal tersebut, maka dari hasil VoC yang
telah kami teliti ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi penilaian pelayanan oleh konsumen
terhadap Warung Overtaste. Faktor yang pertama adalah Pengetahuan karyawan, konsumen
akan lebih menghargai jika karyawan dapat menjelaskan informasi menu dengan detail dan
menjawab setiap pertanyaan pelanggan dengan cepat saat ditanya oleh konsumen. Faktor yang
kedua adalah Kecepatan Waktu, dari hasil survey yang kami dapatkan banyak konsumen yang
kurang puas dengan waktu menunggu mereka di Warung Overtaste. Sebanyak 34 konsumen
menunggu pesanannya lebih lama dibandingkan dengan waktu menunggu yang diharapkan.
Hal ini disebabkan oleh waktu menunggu konsumen yang berkisar antara 10-25 menit
dan waktu yang konsumen harapkan sebenarnya rata-rata dibawah 10 menit sehingga
dibutuhkan management waktu yang lebih efisien lagi. Faktor yang ketiga dan terakhir adalah
SOP Karyawan. Dari hasil survey, konsumen menilai bahwa SOP Karyawan di Warung Overtaste
masih kurang baik karena karyawan memakan waktu yang cukup lama saat sedang dipanggil
oleh konsumen Selain itu, karyawan juga terlihat kurang menyebar dan berkumpul di satu
tempat karena kurang adanya pengaturan pekerjaan yang jelas. Dengan menerapkan
faktor-faktor diatas, maka konsumen akan merasa lebih puas akan pelayanan yang diberikan
oleh karyawan saat ingin kembali datang ke Warung Overtaste di masa depan.
2.1.3.1 SIPOC
SIPOC adalah tools yang digunakan untuk mengetahui proses bisnis dari awal
hingga akhir secara helicopter view. Penggunaan SIPOC diagram dapat menjadi salah
satu alat efektif dalam mengkomunikasikan proses bisnis kepada seluruh tim sehingga
bisa menjalankan proses bisnis dengan perspektif yang sama. SIPOC terdiri dari Supplier,
Input, Process, Output, dan Customer dimana setiap bagian ini saling berhubungan.
SIPOC sangat penting ketika memulai untuk merencanakan untuk suatu management
process maupun menentukan material, service, d an informasi yang akan digunakan oleh
suatu proses untuk menghasilkan Output. Supplier perorangan atau organisasi yang
menyediakan input bagi perusahaan. Semua input yang berasal dari supplier selanjutnya
akan diolah pada tahap process. Process adalah tahap untuk menentukan urutan dari
suatu aktifitas yang ada. Biasanya dilakukan dengan menambah value dari input untuk
memproduksi output y ang akan diberikan kepada customer. Output adalah hasil dari
proses berupa produk, service, dan informasi yang bernilai bagi customer. Customer
mencakup semua user yang menggunakan output yang berasal dari proses.
Suppliers Input Process Output Customer
Total 85 100%
Dilihat dari tabel diatas, berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, Warung
Overtaste memiliki beberapa masalah seperti waktu menunggu pesanan lama,
pelayanan karyawan lambat, karyawan tidak dapat menjawab pertanyaan konsumen,
karyawan menganggur, dan karyawan tidak menguasai menu. Dari hasil survey waktu
menunggu pesanan lama merupakan masalah yang paling banyak muncul sebesar 22
kali, lalu di urutan kedua ada pelayanan karyawan lambat ada sebesar 20 kali, karyawan
tidak dapat menjawab pertanyaan konsumen dengan angka 18 kali, karyawan
menganggur muncul sebanyak 15 kali, dan yang paling sedikit adalah karyawan tidak
menguasai menu sebanyak 10 kali. Dari frekuensi masing-masing masalah pun
dilanjutkan dengan menghitung persentase masalah dan akumulasinya.
Berikut adalah hasil survey waktu yang diharapkan oleh konsumen dibandingkan
dengan waktu asli konsumen dalam menunggu penyajian makanan sampai di meja
mereka masing-masing. Sebanyak 24 responden mengharapkan waktu menunggu
kurang dari 10 menit, dan disusul oleh 21 responden mengharapkan waktu menunggu
10-15 menit. Dari data tersebut mayoritas responden mengharapkan waktu menunggu
yang kurang dari 10 menit maka peneliti akan berfokus pada proses operation dari
proses pembuatan makanan atau minuman hingga penyajiannya.
Selain itu, peneliti juga mencari tahu menu makanan dan minuman favorit para
konsumen Pada chart di bawah ini terlihat bahwa menu makanan favorit konsumen
Warung Overtaste adalah mie instan dan disusul dengan sate taichan. Sementara untuk
menu minuman yang menjadi favorit di Warung Overtaste adalah teh dan
frappuccino/blend pada urutan kedua.
Sehingga dari sini akan terlihat bahwa akan lebih baik melakukan perbaikan
pada proses operation terutama di menu-menu favorit seperti mie instan, sate taichan,
teh, dan frappuccino/blend.
Project Overview: Pengurangan waktu pembuatan serta penyajian makanan dan minuman di
Warung Overtaste menjadi kurang dari 10 menit.
Problem Statement: Berdasarkan hasil dari research y ang telah kami lakukan, masalah utama
dari Warung Overtaste terletak pada durasi waktu menunggu makanan dan minuman yang
masih terlalu lama. Hal ini dapat diantisipasi jika karyawan yang berhubungan dengan proses
pembuatan makanan yaitu bagian kitchen serta waiter/waitress dapat lebih sigap lagi.
Setelah melalui penelitian, kami menemukan bahwa karyawan masih belum efisien dalam
menanggapi panggilan customer. Saat kami melakukan survei lapangan dengan datang
langsung ke Warung Overtaste, belum ada pembagian pekerjaan dan SOP yang jelas untuk
karyawannya. Diharapkan jika adanya peningkatan dan efisiensi di bagian operation, maka
customer akan lebih puas terhadap pelayanan Warung Overtaste karena merupakan masalah
utama.
Goal of the Project: Memotong waktu pembuatan serta penyajian makanan dan minuman
menjadi dibawah 10 menit.
Scope Statement: Kelompok akan terlibat dalam proses operation Warung Overtaste melalui
virtual call WhatsApp. Kelompok juga dapat bertukar informasi maupun menyampaikan saran
mengenai apa saja solusi yang dapat diaplikasikan oleh Warung Overtaste melalui WhatsApp
group.
Projected Benefit(s): Dengan menambah fitur bell di setiap meja agar waiter/waitress dapat
lebih tanggap dalam melayani customer. Selain itu untuk bagian kitchen atau yang
berhubungan dengan proses pembuatan makanan dan minuman customer dapat lebih
efisien, seperti melakukan preparation terlebih dahulu terutama untuk sate taichan dan teh
yang merupakan favorit customer. Pelayanan karyawan yang cepat akan membuat konsumen
merasa lebih puas, dan waktu makan serta pergantian konsumen otomatis akan lebih singkat
sehingga dapat menambah revenue yang akan didapatkan oleh Warung Overtaste.
Project Resources :
Division and Dept : Bagian Operation Warung Overtaste
Process Owner : Gerald Sevtanu
Mentor : Bapak Eko Indradiputra
Team members : Jeslyn Angelia, Stefanny Putri, Nathaniel Michael, Rouvin Lim, Lucky Aditya
Milestone :
Phase Est. Completion Date
Define Measure : 27/10/20
Analyze : 03/11/20
Improve : 10/11/20
Control : 24/11/20
Seek Approval : 08/12/20
2.2 Measure
Setelah melakukan tahap define pada DMAIC maka dilanjutkan dengan tahap measure. Tahap ini
dilakukan untuk mengubah performa perusahaan menjadi sesuatu yang dapat dihitung dan bersifat
kuantitatif. Tanpa adanya measurement yang jelas, maka pengukuran menjadi tidak objektif sehingga
improvement yang ada juga menjadi subjektif dan tidak bisa dijadikan patokan. Pada tahap ini kami
menggunakan metode SMART sebagai panduan dalam mencapai goals.
Time-bound Proyek perbaikan ini dapat dilaksanakan dalam kurun waktu 2-3 bulan.
2.3 Analyze
Analyze merupakan tahap ketiga dari proses DMAIC. Pada tahap ini, masalah utama dari sebuah
perusahaan sudah teridentifikasi pada tahap sebelumnya. Fokus utama pada tahap ini adalah untuk
mencari akar dari permasalahan di perusahaan, dari semua masalah yang ada harus diselesaikan dari
akarnya terlebih dahulu. Oleh karena itu, peneliti akan mengidentifikasi masalah tersebut dengan
menggunakan Why-why analysis dan Interrelationship diagram.
Dari Interrelationship Diagram diatas, dapat dilihat bahwa yang menjadi driver adalah
tidak ada SOP mengenai langkah pembuatan makanan yang didapat dari jumlah out(3) dikurangi
dengan jumlah in( 0) sehingga mendapatkan hasil out-in terbesar yaitu 3. Disisi lain, outcome dari
permasalahan yang ada langkah pengerjaan yang tidak efektif dengan angka sebesar in(4)
dikurangi dengan jumlah out(0) sehingga mendapatkan hasil in-out terbesar yaitu 4. Oleh karena
itu, peneliti akan fokus kepada pembuatan SOP penyajian makanan dan minuman yang jelas
sehingga dapat berdampak pada langkah pengerjaan yang lebih efektif.
2.4 Improve
Setelah melakukan proses analyze, tahap selanjutnya adalah bagian improve yaitu
mengimplementasikan dan mengetes solusi yang telah diberikan. Dari hasil tahap analyze, ultimate root
cause dari Warung Overtaste adalah tidak ada SOP mengenai langkah pembuatan makanan (driver)
yang menyebabkan langkah pengerjaan pesanan tidak efektif pula (outcome).
Pada tahap improvement ini, peneliti membuat tahap Process Mapping yaitu As Is Map dan To
be Map. As Is Map m emiliki tujuan agar dapat mengidentifikasi proses dengan lebih jelas, dilanjutkan
dengan To Be Map agar dapat mengeliminasi tahap-tahap yang kurang efektif. Selanjutnya adalah tahap
Ideas for Improvement, kami menggunakan tools SMED (Single Minute Exchange Die) untuk
meningkatkan efisiensi dan menghemat waktu dalam langkah pembuatan makanan. Tahap terakhir
adalah Decision Matrix dan kami menggunakan tools Weighted Decision Matrix, untuk membantu k ami
untuk memilih improvement project m ana yang harus dipilih dan diimplementasikan.
2.4.1 As Is Map
Proses perbaikan menyajikan makanan, peneliti telah mencatat proses pembuatannya
dan mengubahnya kedalam bentuk As Is Map. Kami menggunakan sate taichan yang merupakan
menu makanan favorit customer Warung Overtaste dan memakan waktu pembuatan yang
lumayan lama. Berikut merupakan tabel As Is Map yang telah kami buat.
Dalam tabel As Is Map diatas, dapat kita lihat bahwa proses bermula pada saat customer
memesan makanan dan pesanan diterima oleh waiter dan dilanjutkan dengan memberitahu
pesanan ke bagian kitchen. Kemudian, stock bahan baku akan di cek di dapur. Jika s tok habis,
akan disampaikan kembali ke customer untuk pengalihan menu, dan jika stok ada, akan segera
di proses di kitchen. Kami mengambil contoh menu sate taichan. Pengolahan sate dimulai dari
menyiapkan bahan sate taichan, membersihkan dan memotong ayam, membuat bumbu untuk
ayam, membumbui daging ayam, menunggu bumbu meresap pada ayam, menusukan daging
ayam pada tusuk sate, membakar sate, mencari bahan sambal taichan, membuat sambal
taichan, melakukan plating sate taichan dan sambal, hingga menaruh pesanan pada serve point.
Selanjutnya waiter akan mengantarkan pesanan ke meja customer dan customer pun
menyantap hidangan dan hingga akhirnya order completed pada saat customer melakukan
pembayaran.
Pada proses As Is i ni, pembuatan sate taichan bagian dapur hanya dilakukan oleh 1
orang. Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan proses ini dari waktu pemesanan hingga
makanan diantarkan oleh waiter ke meja customer adalah rata-rata selama 29 menit. Dimana
waktu aktual yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan konsumen yaitu waktu menunggu
pesanan yang kurang dari 10 menit. Dalam menyelesaikan masalah dan melakukan
improvement m aka dilanjutkan dengan pembuatan To Be Map.
2.4.2 To Be Map
Setelah menggambarkan As Is Map, pada tahap To Be Map, peneliti dapat melihat
adanya beberapa tahap yang bisa diperbaiki atau dihilangkan. Untuk mempersingkat prosesnya,
maka Non Value Added (NVA) dapat dihilangkan agar prosesnya menjadi lebih singkat. Dalam
hal ini, kami memberikan alternatif untuk menambahkan kitchen 2 atau juga dapat disebut
sebagai mini kitchen dimana terdapat karyawan lagi untuk membantu hal hal kecil seperti
persiapan bumbu sambal sate taichan, dan juga plating y ang dapat membantu menghemat
waktu penyajian secara cukup signifikan. Setelah dilakukan pembuatan sate taichan oleh 2
karyawan maka didapatkan hasil bahwa kitchen 1 membutuhkan waktu 15 menit 4 detik dan
kitchen 2 membutuhkan waktu 7 menit 28 detik dimana pekerjaan kitchen 1 dan kitchen 2 dapat
dilakukan secara bersamaan sehingga waktu yang digunakan hanya waktu terlama yaitu 15
menit 4 detik dan ditambahkan dan proses yang dilakukan waiter selama 1 menit 32 detik. Dari
enunggu sate taichan dari awal pemesanan
proses ini mendapatkan total waktu customer m
hingga disajikan adalah 16 menit 36 detik.
Pada proses ini terdapat 7 workstation y ang digunakan dalam proses pembuatan sate
taichan. Dari process round 1 dapat dilihat bahwa banyak sekali kegiatan mondar-mandir yang
dilakukan oleh karyawan dimana kegiatan mondar-mandir ini menyebabkan banyaknya waktu
yang terbuang. Pada process round 1 terdapat 1 kali trip ke kulkas, 2 kali trip ke wastafel, 4 kali
trip ke lemari perlengkapan, 3 kali trip ke lemari bahan makanan, 7 kali trip k e meja persiapan,
dan 3 kali trip ke kompor. Pada proses ini terdapat juga kegiatan seperti menunggu bahan
bumbu dan sambal terblender dan menunggu bumbu meresap dimana waktu menunggu ini
dapat dimanfaatkan dalam melakukan hal-hal lain untuk mempersingkat waktu pengerjaan.
Process round 1 ini menghabiskan waktu sebanyak kurang lebih 26,5 menit. (waktu proses round
1 secara terperinci terdapat pada lampiran)
Selanjutnya pada tahap Streamline, kami mengidentifikasi dan memisahkan bagian
internal dan eksternal dari tahap-tahap pembuatan Sate Taichan Process 1. Pada awalnya
seluruh proses pembuatan sate taichan berasal dari internal saja tetapi dari pengamatan peneliti
terdapat proses-proses pembuatan sate taichan yang dapat dipisahkan menjadi eksternal dan
internal. Proses eksternal dapat dilakukan sebelum Warung Overtaste buka sehingga pada saat
ada pesanan maka waktu menunggu dari customer a kan lebih singkat karena terdapat
bahan-bahan makanan yang telah disiapkan terlebih dahulu atau pre-made ingredients. Setelah
membagi proses menjadi eksternal dan internal maka peneliti melihat terdapat proses yang
dapat digantikan dengan proses lain yang lebih efektif. Pergantian proses dilakukan pada yang
awalnya membeli daging ayam untuk dan memotong sendiri dapat digantikan dengan langsung
membeli ayam yang sudah dipotong.
Pre-made ingredients
Process 2
engan memisahkan proses eksternal dan internal maka
Setelah melakukan streamline d
dilanjutkan dengan implementasinya pada Sate Taichan Process Round 2 . Dimana pada tahap
ini kami memisahkan bagian eksternal yaitu tahap yang dapat dikerjakan terlebih dahulu
sebelum membuka Warung Overtaste dan bagian internal yang harus diproses secara bertahap
pada saat terdapat pesanan. Bagian eksternal yang bisa persiapkan duluan adalah proses
pembuatan bumbu sate yang dilanjutkan dengan membumbui bumbu pada daging ayam yang
telah dipotong. Pada tahap ini juga karyawan dapat memanfaatkan waktu menunggu bumbu
meresap dengan melakukan pembuatan sambal taichan yang nantinya daging ayam dan sambal
akan disimpan pada kulkas.
Pada bagian internal saat terdapat pesanan sate taichan masuk maka bagian kitchen
dapat langsung mengambil ayam potong yang telah dibumbui dan sambal taichan pada kulkas.
Selanjutnya ayam potong yang telah dibumbui dapat langsung ditusukkan pada tusuk sate dan
langsung dibakar. Setelah sate taichan matang maka dapat langsung disajikan dengan sambal
dan lime.
Setelah pemisahaan proses eksternal dan internal ini maka dalam melakukan proses ini
hanya membutuhkan 1 orang karyawan kitchen karena proses external dan internal yang dapat
dilakukan di waktu yang berbeda. Pada proses ini customer menghabiskan waktu menunggu
selama kurang lebih 9 menit. (waktu proses round 2 secara terperinci terdapat pada lampiran)
Analisa SMED
Round 1 Round 2 Result
Trips to:
- Kulkas 1 1 Same
- Wastafel 2 0 Eliminated
Alternatif 1 Alternatif 2
Criteria Weight Menggunakan 2 orang Membuat SOP mengenai
pada bagian kitchen langkah pembuatan
Setelah penggunaan tools As Is To Be Map dan SMED maka didapatkan 2 alternatif solusi
yang kami usulkan kepada Warung Overtaste yaitu, menggunakan 2 orang pada bagian kitchen
atau membuat SOP mengenai langkah pembuatan. Untuk mengukur kedua alternatif tersebut
kami melihat dari perspektif customer dan owner dimana masalah utama terdapat dari waktu
menunggu yang lama sehingga kami menetapkan kriteria time dengan weight terberat yaitu 0,4
sementara untuk cost, risk, dan easy to implement memiliki weight yang sama yaitu 0,2.
Pemberian penilaian score ditetapkan dari 1-10 (1 = worst, 10 = best).
Opsi yang pertama adalah dimana kami menyarankan 2 orang di kitchen untuk
membantu mengerjakan hal lain di saat menunggu seperti membuat sambal pada saat
menunggu pembakaran taichan untuk mempersingkat waktu. Sedangkan pada opsi kedua kami
menyarankan untuk pembuatan SOP secara detail mengenai pembuatan taichan. Dengan
adanya SOP yang jelas akan membantu karyawan untuk mempersingkat waktu secara efisien.
Pada penilaian time, alternatif 1 memiliki total score 2 karena walaupun berhasil
melakukan pengurangan waktu menunggu dari +-29 menit menjadi +-18 menit tetapi tetap
belum memenuhi requirement customers yaitu waktu menunggu yang kurang dari 10 menit.
Sedangkan untuk alternatif 2 mendapatkan total score 3,6 karena berhasil melakukan
pengurangan waktu menunggu dari +-29 menit menjadi +-12 menit (masih belum mencapai
requirement customers) .
Pada penilaian cost, alternatif 1 memiliki total score 1,8 dan alternatif 2 memiliki total
score 1,4. Dimana pada alternatif 2 membutuhkan cost yang lebih besar pada pembelian daging
ayam potong dari pada pembelian daging ayam utuh.
Pada penilaian risk, alternatif 1 memiliki total score 0,8 dan alternatif 2 memiliki total
score 1,6. Pada alternatif 1 terdapat risk s eperti pada saat keadaan sedang ramai dan pesanan
yang sangat menumpuk maka akan membuat karyawan kitchen sulit untuk saling membantu jika
semua menu banyak dipesan customers. Jika tidak ada yang membantu maka pembuatan sate
taichan akan tetap hanya bisa dilakukan oleh 1 orang saja. Untuk alternatif 2 terdapat juga risk
seperti proses pre-made ingredients yang tidak dilakukan apabila tetap tidak ada SOP yang jelas
sehingga karyawan tidak menjalankan tugasnya dengan benar.
Pada penilaian easy to implement, alternatif 1 dan alternatif 2 memiliki total score
masing-masing 1,4. Pemberian score y ang sama dikarenakan melihat kemungkinan
implementasi yang sangat memungkinnya.
Dari hasil perhitungan Weighted Decision Matrix, maka alternatif yang dipilih adalah
alternatif dengan total score t erbesar. Pada kasus kami maka akan memilih alternatif 2 yaitu
membuat SOP mengenai langkah pembuatan sebagai solusi dari permasalahan waktu
menunggu pesanan lama dengan total score 8.
2.5 Control
Pada tahap kelima dari proses DMAIC yaitu tahap Control. Tahap ini merupakan tahapan untuk
melakukan control dari proses-proses yang telah peneliti lakukan. Untuk mengetahuinya, pada tahap ini
kami menggunakan tools Planned and Actual Improvement Timetable, Old and New Way of Work,
Target and Result Improvement Implemented, Problem Identification & Corrective Action ( PICA), serta
Benefit Cost Analysis.
Berikut merupakan tabel Gantt Chart planned dan actual yang telah dilakukan
oleh peneliti di Warung Overtaste selama 2 bulan yaitu pada bulan November dan
Desember 2020. Warna merah adalah plan d an warna biru adalah actual. Pada minggu
pertama di bulan November merencanakan proses Improvement dan menjelaskan
kepada owner mengenai perencanaan Improvement sesuai dengan jadwal. Di minggu
kedua, awalnya kami merencanakan untuk membuat SOP, tetapi baru dapat terlaksana
di minggu ketiga. Di minggu ketiga, kami memberitahukan kepada owner dan karyawan
Warung Overtaste mengenai SOP baru yang telah dibuat dan menjalankan proses
improvement sesuai dengan jadwal.
Untuk melakukan control d ari proses improvement yang sedang dijalankan, kami
merencanakan dari minggu keempat di bulan November hingga minggu kedua di bulan
Desember, namun pada kenyataannya kami baru dapat melaksanakan controlling di
minggu keempat bulan November karena saat ini belum memasuki bulan Desember. Di
minggu ketiga dan keempat bulan Desember, kami merencanakan untuk menjalankan
komunikasi lebih lanjut dengan owner dari Warung Overtaste.
Pada cara kerja lama, tidak ada SOP dalam pembuatan Sate Taichan sehingga proses
pembuatan makanan memakan waktu yang lama. Dapat dilihat dari As Is dan To Be Map, bahwa
pada tahap pembuatan langkah kerja karyawan cenderung masih kurang efektif walaupun sudah
ditambah dengan 1 karyawan kitchen. Selain itu, juga ada beberapa step yang membuat
karyawan memakan waktu yang lama untuk berbolak-balik antar workstation. Maka dari itu,
kami membuat alternatif cara kerja baru agar dapat mengefisienkan proses pembuatan Sate
Taichan.
Pada cara kerja baru, peneliti telah membuat SOP mengenai langkah pembuatan agar
proses pembuatan Sate Taichan menjadi lebih efektif. Berikut merupakan SOP langkah
pembuatan yang telah kami buat :
Warung Overtaste
Standard Setiap pesanan harus dapat dikeluarkan dalam kurun waktu dibawah 10 menit.
Setelah membuat SOP mengenai langkah pembuatan sate taichan, maka terdapat
perubahan yang cukup signifikan pada proses pembuatannya. Kami juga telah memberitahu
arung Overtaste mengenai SOP yang telah dibuat melalui sang
karyawan bagian kitchen W
owner. Kami telah berbincang dengan owner dan memberitahu dampak positif yang akan
diterima dengan menggunakan SOP, akhirnya kami mendapatkan izin untuk menerapkan
perubahan pada restoran asalkan diawasi secara langsung olehnya dan melaporkan perubahan
apa saja yang dilakukan. Sampai dengan saat ini, proses perbandingan cara kerja baru mulai
terlihat sesuai dengan waktu memasak yang bisa lebih singkat dari sebelumnya. Kami juga
berniat untuk memonitor perkembangan tersebut dan mempertahankannya.
Waktu bekerja Kitchen 1 = 100% (27 Kitchen 1 = 100% (15 Kitchen 1 = 100% (10
menit 30 detik) menit 4 detik) menit 09 detik)
Kitchen 2 = 49% (7
menit 28 detik)
Waktu Kitchen 1 = 0% Kitchen 1 = 0% Kitchen 1 = 0%
menganggur Kitchen 2 = 51%
2.5.4 PICA
Melalui pembelajaran dari mata kuliah Business Process Improvement yang kami
aplikasikan di Warung Overtaste ini, kami menyadari betapa pentingnya sebuah proses, SOP,
dan teamwork di dalam bisnis. Meskipun merupakan sebuah perjalanan yang panjang, tetapi
akan selalu ada hal yang dapat di improve dalam sebuah bisnis. Melalui berbagai solusi dan
improvement yang telah kami riset dan tawarkan ke Warung Overtaste, hal tersebut terbukti
efektif untuk menyelesaikan masalah yang ada di dalam bisnis tersebut.
Setelah melakukan improvement selama 14 hari, kami masih menemukan masalah yang
menjadi keluhan dari customer yaitu waktu pembuatan sate taichan yang belum memenuhi
ekspektasi dari customer. Setelah berdiskusi, kami memutuskan untuk menggunakan metode
Problem Identification and Corrective Action ( PICA) merupakan sebuah tools sederhana dimana
masalah diceritakan secara mendetail agar lebih mudah dimengerti. PICA dibagi 2 yaitu PI
(Menceritakan masalah tersebut) dan CA (Memberikan solusi).
Problems Cause Action Target In charge Due date
Perhitungan cost didapat dari penambahan gaji jam kerja karyawan didapatkan dari gaji
bulanan sebesar Rp 4.200.000 jika dibagi per-jam maka akan didapatkan Rp 17.500/jam. Untuk
gaji lembur selama 1 jam maka gaji per-jam akan dikalikan sebanyak 1.5 sehingga menjadi Rp
26.250/jam. Selain cost untuk membayar gaji karyawan terdapat juga cost tambahan untuk
membeli ayam fillet sebesar Rp 5.000/kg dan dalam 1 hari diperkirakan akan terjual 30 porsi
sate taichan sehingga cost untuk membeli daging ayam fillet sebesar Rp 150.000. Dari
penambahan gaji karyawan dan membeli daging ayam fillet maka total cost menjadi s ebesar Rp
176.250.
Untuk penambahan keuntungan sebesar Rp 450.000 per hari dari penambahan
penjualan 30 porsi sate taichan. Dari keuntungan yang didapatkan kemudian dikurangkan
dengan cost yang telah dikeluarkan maka total benefit yang didapatkan Warung Overtaste
menjadi Rp 273.750/hari.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada tahap define, peneliti mengidentifikasi masalah dengan menggunakan metode Voice of
Customer (VoC) dan Cost to Quality (CTQ) yang mendapatkan hasil bahwa terdapat beberapa keinginan
dari konsumen. Setelah data mengenai keinginan konsumen didapat, peneliti menggunakan SIPOC
diagram, Pareto Analysis, dan Severity-Urgency Matrix u
ntuk mengetahui masalah yang penting dan
berdampak besar untuk diselesaikan terlebih dahulu. Dari metode ini, peneliti dapat menemukan
sebagian besar permasalahan yaitu; kecepatan penyajian, protokol kesehatan dan pelayanan karyawan.
Dan hingga akhirnya saat membuat Project Charter, dapat dilihat bahwa fokus sasaran kami adalah
terhadap optimasi waktu menunggu makanan dan minuman oleh karyawan kepada customer.
Pada tahap measure, peneliti menguraikan data menjadi kuantitatif sehingga terdapat tolak
ukur berupa angka. Peneliti menggunakan metode SMART Goals untuk menjabarkan dan
mengelompokan data-data kuantitatif tersebut. Dari metode ini, peneliti menemukan bahwa konsumen
menginginkan waktu menunggu makanan dan minuman yang lebih cepat (<10 menit) dan pemanggilan
waiter (<15 detik). Untuk mencapai target tersebut harus ada proses yang diminimalisir agar waktu
pembuatan serta penyajian dapat lebih efisien dan efektif. Selain itu, Warung Overtaste juga dapat
melakukan preparation sebelum jam buka serta menambah bell pada setiap meja agar proses
pemesanan dan pembayaran dapat menghemat waktu. Proyek perbaikan ini diharapkan dapat
dilaksanakan dalam kurun waktu 2-3 bulan.
Pada tahap analyze, peneliti menggunakan tools Why-why analysis u ntuk menemukan root
cause. Setelah menggunakan tools ini kami menemukan adanya akar-akar permasalahan yang sering
muncul yaitu tidak adanya SOP secara tertulis mengenai langkah-langkah pembuatan makanan. S elain
itu kami juga menggunakan tools Interrelationship Diagram untuk mengetahui secara lebih jelas driver
dan outcome dalam bentuk angka. Diantara akar masalah yang ada, jumlah terbanyaknya adalah tidak
ada SOP mengenai tahap pembuatan makanan yang menyebabkan lamanya waktu menunggu pesanan
konsumen. Sehingga kami sebagai peneliti akan berfokus untuk mencari solusi untuk mengatasi masalah
tersebut.
Pada tahap improve, p eneliti menggunakan beberapa metode untuk menemukan solusi yang
tepat bagi permasalahan lama waktu menunggu pesanan lama. Tools p ertama yang kami gunakan
adalah As Is Map untuk mengetahui langkah apa yang tidak berguna dan bisa dihilangkan untuk
mempersingkat proses yang dituangkan kedalam To Be Map. Selanjutnya, kami menggunakan tools
SMED dan untuk proses memasak sate taichan yang awalnya menghabiskan waktu sebanyak 27 menit,
ternyata bisa dipotong sebanyak 300% menjadi 9 menit saja. Tools t erakhir yang kami gunakan adalah
Weighted Decision Matrix, kami membandingkan 2 alternatif pilihan dan mendapatkan hasil yaitu 6
untuk alternatif 1 (Menggunakan 2 orang pada bagian kitchen) dan 8 untuk alternatif 2 (Membuat SOP
mengenai langkah pembuatan). Sehingga kami menyarankan Warung Overtaste untuk membuat SOP
mengenai pembuatan Sate Taichan.
Pada tahap control, peneliti membandingkan antara Planned and Actual Improvement k edalam
bentuk Time table menggunakan tools Gantt Chart. Lalu untuk Old and New way of work, k ami
mengambil alternatif yaitu membuat SOP langkah pembuatan Sate Taichan. Dalam Target and Result
Improvement Implemented, pada bagian actual ternyata kami belum dapat mencapai target karena
proses pembuatan masih memakan waktu 11 menit 26 detik yang melebihi target yaitu 10 menit.
Sehingga kami juga menggunakan tools PICA untuk mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya, dan
mendapatkan 2 hal yang harus dilakukan yaitu mempersingkat waktu menusuk serta membakar sate
taichan agar dapat mempersingkat proses pembuatan. Terakhir kami membuat Benefit and Cost
Analysis, dan mendapatkan pengeluaran cost s ebesar Rp 176.250 serta benefit sebesar Rp 13.500.000
dengan asumsi 1 bulan 30 hari dan setiap harinya pembelian sate taichan sebanyak 30 porsi.
Lampiran
Survey Kepuasan Pelanggan Warung Overtaste II
Perhitungan SMED
Tabel Actual