Anda di halaman 1dari 46

Business Process Improvement

Control
Warung Overtaste

DIBUAT OLEH :

Jeslyn Angelia 13111810253


Nathaniel Michael 13111810329
Rouvin Christopher 13111810119
Stefanny Putri 13111810113
Lucky Aditya 0131151040

Kelompok 8
Business 5G

UNIVERSITAS PRASETIYA MULYA


S1 BUSINESS
2020
Daftar Isi
BAB 1​ ​PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Profil perusahaan 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Metode Pengumpulan Data 4

BAB 2​ ​PEMBAHASAN 7
2.1 Define 7
2.1.1 Voice of Customers (VoC) 7
2.1.2 Critical to Quality (CTQ) 8
2.1.3 Tools in Define Phase 9
2.1.3.1 SIPOC 9
2.1.3.2 Pareto Analysis 11
2.1.3.3 Severity-Urgency Matrix 14
2.1.4 Project Charter 15
2.2 Measure 17
2.2.1 Current Performance 17
2.2.2 SMART Goals 18
2.3 Analyze 20
2.3.1 Why-why Analysis 20
2.3.2 Interrelationship Diagram 22
2.4 Improve 23
2.4.1 As Is Map 23
2.4.2 To Be Map 26
2.4.3 SMED (Single Minute Exchange Die) 29
2.4.4 Weighted Decision Matrix 32
2.5 Control 34
2.5.1 Planned and Actual Improvement Time Table 34
2.5.1.1 Gantt Chart 34
2.5.2 Old and New Way of Work 35
2.5.3 Target and Result Improvement Implemented 36
2.5.4 PICA 37
2.5.5 Benefit and Cost Analysis 38

BAB 3​ ​PENUTUP 40
3.1 Kesimpulan 40
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Business Process Improvement adalah ​metodologi yang digunakan untuk mengeliminasi
kesalahan dalam pengoperasian proses bisnis maupun keterampilan karyawan dan untuk dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses bisnis. Kegiatan memperbaiki kesalahan dan
meningkatkan proses bisnis ini perlu dilakukan secara berkala disebut dengan ​continuous improvement​.
Continuous improvement harus selalu dilakukan walaupun pada perusahaan ​start-up hingga perusahaan
yang sudah ​mature sekali pun. Hal ini disebabkan karena setiap menjalankan bisnis pasti selalu saja ada
masalah yang terjadi yang berarti terdapat peluang untuk menyelesaikan masalah dan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas. Improvement tidak hanya dilakukan pada masalah yang besar tetapi juga pada
masalah yang sangat kecil sekalipun karena masalah yang kecil juga dapat menjadi akar dari
permasalahan besar. Dalam mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan masalah yang terjadi dapat
dilakukan dengan metode DMAIC (​Define, Measure, Analyze, Improve, ​dan ​Control​). DMAIC adalah
metode ​pendekatan penyelesaian masalah berbasis data yang membantu membuat
perbaikan-perbaikan bertahap dan optimalisasi pada produk, desain, dan proses bisnis dengan basis ​six
sigma​.
Peneliti mencari tahu permasalahan seputar perusahaan ​Food & ​Beverage​, dalam kasus ini
peneliti memilih restoran Warung Overtaste sebagai objek penelitiannya. Pemilihan Warung Overtaste
ini dikarenakan Warung Overtaste merupakan tempat yang sering dikunjungi oleh anak muda khususnya
mahasiswa Prasetiya Mulya dan peneliti merasa belum mendapatkan pelayanan atau ​output yang
maksimal, sehingga membuat peneliti tertarik untuk mencari tahu dan memberikan masukan kepada
pihak Warung Overtaste. Peneliti akan melakukan penelitian dengan metode Business Process
Improvement dalam mengidentifikasi masalah yang ada pada Warung Overtaste dan mengimprove
bisnis Warung Overtaste menjadi lebih baik lagi. Setelah melakukan penelitian ini diharapkan Warung
Overtaste dapat mengimplementasikan masukan ke perusahaan agar proses bisnis dapat berjalan lebih
baik.
1.2 Profil perusahaan

Warung Overtaste telah berdiri sejak Agustus 2017 dan telah berjalan selama 3 tahun. Warung
Overtaste merupakan restoran yang menyediakan makanan kekinian berupa Indomie, roti bakar, sate
taichan, dan berbagai macam menu lainnya yang menargetkan anak-anak muda di daerah Gading
Serpong, Tangerang. Warung Overtaste selalu mengutamakan kenyamanan dan ​ambiance untuk
konsumen dan seiring berjalannya waktu Warung Overtaste juga mulai memiliki konsumen yang
beragam usianya. Melihat konsumen yang cukup beragam Warung Overtaste mulai mengembangkan
menu-menu baru yang lebih cocok di berbagai kalangan usia, seperti nasi goreng dan lainnya. Setelah
berjalan selama 3 tahun, kini Warung Overtaste sudah memiliki karyawan ​full tim​e sebanyak 20 orang
(10 ​waiters​ + 10 ​kitchen​).

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan permasalahan operasional yang
dihadapi oleh Warung Overtaste dan memberikan usulan perbaikan dari masalah tersebut. Dalam
mengidentifikasi dan mengatasi masalah tersebut akan menggunakan metode DMAIC (​Define, Measure,
Analyze, Improve, ​dan ​Control)​ . Pada penelitian kali ini peneliti akan melakukannya pada tahap ​Define
dan ​Measure untuk mengetahui masalah apa yang terjadi pada Warung Overtaste dan mengukur
performance​ dengan data kualitatif.

1.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melakukan ​survey​.
Survey dilakukan dengan peneliti yang mendatangi Warung Overtaste pada 8 Oktober dan 16 Oktober.
Survey disebarkan kepada pengunjung yang datang pada hari tersebut dengan meminta pengunjung
untuk mengisi Google Form. Total hasil ​survey yang didapatkan adalah 52 responden. Berikut adalah
pertanyaan ​survey​ yang peneliti tanyakan pada pengunjung Warung Overtaste.
Selain mengumpulkan data dengan ​survey Google Form, peneliti juga melakukan interview
dengan Gerald Sevtanu sebagai ​owner Warung Overtaste dan menggunakan ​secondary data yang
didapat dari ulasan-ulasan konsumen Warung Overtaste pada situs internet seperti pergikuliner.com,
zomato, dan lainnya.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Define
Dalam menjalankan metode DMAIC ​Define ​adalah tahap pertama yang perlu dilakukan adalah
define​. Tahap ​define dilakukan untuk mengidentifikasi masalah atau mengetahui terlebih dahulu
permasalahan apa saja yang terjadi didalam suatu perusahaan. Setelah mengetahui masalah yang terjadi
maka dilanjutkan dengan penentuan tujuan.
Pada tahap ini Informasi dapat diperoleh melalui berbagai macam cara, seperti melakukan
wawancara kepada manajer atau konsumen secara langsung dan tidak langsung, mengisi ​survey
konsumen, dan melihat ​review dan komplain dari konsumen. Berdasarkan hasil pengumpulan data maka
akan didapatkan ​Voice of Customer (VOC) dan ​Critical to Quality ​(CTQ). Setelah dalam mengidentifikasi
masalah akan menggunakan beberapa ​tools seperti SIPOC, ​Pareto Analysis,​ dan ​S​everity-urgency matri​x.
Hal ini ​dilakukan sebelum pada akhirnya membuat ​project charter yang digunakan untuk mengetahui
secara jelas rencana ​improvement​ kedepannya.

2.1.1 Voice of Customers (VoC)


Voice of Customer merupakan tools yang memungkinkan perusahaan untuk
mendapatkan umpan balik dari konsumen berupa pengalaman yang dirasakan setelah
pembelian dan penggunaan produk atau jasa perusahaan. Biasanya VoC dapat dilakukan dengan
analisa kualitatif dan kuantitatif. Dengan VoC ini perusahaan dapat menyesuaikan produk,
layanan, dan fitur lainnya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan dari konsumen yang pada
akhirnya akan membawa pada peningkatan keuntungan perusahaan.
Dari hasil pengumpulan data yang peneliti lakukan dengan ​survey terhadap konsumen
Warung Overtaste dalam bentuk kuesioner (Google Form) terlihatlah jawaban-jawaban dari
konsumen yang beragam. Peneliti menetapkan ​range, y​ aitu dimulai dari sangat kurang, kurang,
cukup, baik, dan sangat baik untuk mengukur standar kepuasan konsumen. Lalu berdasarkan
hasil dari 52 responden yang mengisi ​survey,​ maka didapatkan data terbanyak sebagai berikut :
- Sebanyak 3 responden memberikan penilaian pada rasa makanan/minuman dengan ‘kurang
baik’
- Sebanyak 11 responden memberikan penilaian pada pelayanan karyawan dengan ‘kurang baik’
- Sebanyak 28 responden memberikan penilaian pada waktu menunggu dengan ‘kurang baik’
- Sebanyak 27 responden memberikan penilaian pada protokol kesehatan dengan ‘kurang baik’
- Sebanyak 1 responden memberikan penilaian pada suasana restoran dengan ‘kurang baik’
- Sebanyak 34 responden menunggu makanannya lebih lama dibandingkan dengan waktu
menunggu yang diharapkan
- Pelayanan dari karyawan juga sopan (32 responden) dan ramah (25 responden) tetapi karyawan
juga bekerja dengan lama/lambat (19 responden) dan kurang informatif (12 responden)
- Sebanyak 47 responden merasa bahwa harga yang ditetapkan sudah sesuai
Dari data yang telah didapatkan terlihat bahwa dalam segi pelayanan karyawan,
kecepatan penyajian, dan protokol kesehatan responden yang merupakan konsumen dominan
memberikan penilaian berupa ‘kurang baik’. Dari penilaian ini diperjelas dengan pertanyaan
selanjutnya yaitu tentang pelayanan dari karyawan bahwa konsumen merasa bahwa karyawan
sudah berperilaku sopan dan ramah tetapi karyawan memiliki kinerja yang lambat dan kurang
informatif. Bisa juga dilihat sebanyak 34 konsumen yang memiliki ekspektasi agar menu yang
dipesan dapat disajikan lebih cepat dibandingkan waktu sebenarnya. Sementara penilaian pada
suasana restoran konsumen dominan memberikan penilaian ‘baik’ dan harga yang ditetapkan
oleh Warung Overtaste juga sudah sesuai menurut 47 responden.

2.1.2 Critical to Quality (CTQ)

Critical to quality (​ CTQ) merupakan ​tools yang biasa digunakan untuk menguraikan
requirement konsumen yang luas menjadi lebih terkuantifikasi. CTQ didapatkan dari dari
konsumen atau lebih tepatnya berdasarkan ​Voice of Customers. Selanjutnya VoC dianalisa lagi
dan dikelompokan menjadi 3 kategori, yaitu ​need konsumen, q ​ uality ​driver,​ ​ dan ​requirement
atau CTQ. Pembuatan CTQ tree akan membuat perusahaan dapat mengetahui hal apa sajakah
yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen.

Berdasarkan hasil dari VoC, kekecewaan terbesar yang dirasakan oleh para konsumen
Warung Overtaste adalah terhadap pelayanan yang kurang memuaskan dari karyawan. Maka
dari itu, kami telah menggali lebih dalam mengenai hal yang dibutuhkan oleh konsumen dan
kami uraikan sebagai berikut :
Dapat disimpulkan dari diagram diatas bahwa keinginan konsumen adalah untuk
mendapat pelayanan yang memuaskan. Untuk mencapai hal tersebut, maka dari hasil VoC yang
telah kami teliti ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi penilaian pelayanan oleh konsumen
terhadap Warung Overtaste. Faktor yang pertama adalah ​Pengetahuan karyawan​, konsumen
akan lebih menghargai jika karyawan dapat menjelaskan informasi menu dengan ​detail dan
menjawab setiap pertanyaan pelanggan dengan cepat saat ditanya oleh konsumen. Faktor yang
kedua adalah ​Kecepatan Waktu​, dari hasil ​survey yang kami dapatkan banyak konsumen yang
kurang puas dengan waktu menunggu mereka di Warung Overtaste. Sebanyak 34 konsumen
menunggu pesanannya lebih lama dibandingkan dengan waktu menunggu yang diharapkan.
Hal ini disebabkan oleh waktu menunggu konsumen yang berkisar antara 10-25 menit
dan waktu yang konsumen harapkan sebenarnya rata-rata dibawah 10 menit sehingga
dibutuhkan ​management waktu yang lebih efisien lagi. Faktor yang ketiga dan terakhir adalah
SOP Karyawan​. Dari hasil survey, konsumen menilai bahwa SOP Karyawan di Warung Overtaste
masih kurang baik karena karyawan memakan waktu yang cukup lama saat sedang dipanggil
oleh konsumen Selain itu, karyawan juga terlihat kurang menyebar dan berkumpul di satu
tempat karena kurang adanya pengaturan pekerjaan yang jelas. Dengan menerapkan
faktor-faktor diatas, maka konsumen akan merasa lebih puas akan pelayanan yang diberikan
oleh karyawan saat ingin kembali datang ke Warung Overtaste di masa depan.

2.1.3 Tools in Define Phase


Terdapat beberapa ​tools yang dapat digunakan pada fase Define ini seperti SIPOC,
Pareto Analysis, Cost of Quality, Severity-Urgency Matrix,​ dan ​Performance-Importance Matrix​.
Setelah pengumpulan data kamipun menggunakan beberapa ​tools tersebut sebagai alat bantu
dalam mengidentifikasi masalah pada fase ini. Tools yang kami gunakan adalah berikut yaitu
SIPOC, ​Pareto Analysis,​ dan​ Severity-Urgency Matrix.​

2.1.3.1 SIPOC
SIPOC adalah ​tools yang digunakan untuk mengetahui proses bisnis dari awal
hingga akhir secara ​helicopter view.​ Penggunaan SIPOC diagram dapat menjadi salah
satu alat efektif dalam mengkomunikasikan proses bisnis kepada seluruh tim sehingga
bisa menjalankan proses bisnis dengan perspektif yang sama. SIPOC terdiri dari ​Supplier,
Input, Process, Output​, dan ​Customer dimana setiap bagian ini saling berhubungan.
SIPOC sangat penting ketika memulai untuk merencanakan untuk suatu ​management
process maupun menentukan ​material, service, d ​ an informasi yang akan digunakan oleh
suatu proses untuk menghasilkan ​Output. Supplier perorangan atau organisasi yang
menyediakan ​input bagi perusahaan. Semua ​input yang berasal dari ​supplier selanjutnya
akan diolah pada tahap ​process​. ​Process adalah tahap untuk menentukan urutan dari
suatu aktifitas yang ada. Biasanya dilakukan dengan menambah value dari ​input untuk
memproduksi ​output y​ ang akan diberikan kepada ​customer.​ ​Output ​adalah hasil dari
proses berupa produk, ​service,​ dan informasi yang bernilai bagi customer. ​Customer
mencakup semua ​user​ yang menggunakan ​output​ yang berasal dari proses.
Suppliers Input Process Output Customer

- Vendor bahan - Bahan 1. Menyiapkan - Mie Instan - Pria dan


makanan dan masakan perlengkapan - Sate taichan Wanita yang
minuman - Meja dan yang diperlukan - Roti bakar masih berusia
- Vendor meja Kursi untuk memasak - Rice bowl dewasa muda
dan kursi - Piring, 2. Mengolah - Kentang (18-28 tahun)
- Vendor Sendok, bahan makanan goreng
peralatan Garpu dan minuman - Pisang
makan dan - Pen, buku menjadi nugget
minum nota, kertas, hidangan - Teh
- Vendor alat tissue, dan 3. Menyajikan - Kopi
perlengkapan perlengkapan makanan dan - Frappuccino
lainnya minuman sesuai - Soft drink
- Karyawan dengan pesanan - Dan lainnya
konsumen

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik Warung Overtaste, maka kami


dapat menemukan SIPOC sebagai berikut​. ​Supplier yang menyediakan input bagi
Warung Overtaste adalah ​supplier bahan makanan (Indomie, telur, gula, roti, ayam, dll),
perabotan (meja, kursi, rak, dekorasi), peralatan makan (piring, gelas, sendok) hingga
perlengkapan lainnya seperti tissue, sabun, alat tulis, dll. Dari ​input yang disediakan oleh
supplier maka dilanjutkan dengan tahap ​process untuk melakukan penambahan ​value​.
Tahap ​process dimulai dari mempersiapkan ​input berupa peralatan dan bahan memasak
di dapur lalu karyawan mulai melakukan proses memasak dan pembuatan minuman
hingga siap untuk disajikan di meja konsumen. ​Output yang terbentuk juga beragam
sesuai dengan pesanan dari konsumen. Untuk ​customers dari Warung Overtaste,
awalnya menargetkan anak-anak muda tetapi kian hari demografi dari konsumen
Warung Overtaste menjadi beragam yaitu banyak juga keluarga yang berkunjung di
Warung Overtaste.
Sementara untuk proses bisnis dari konsumen datang ke Warung Overtaste
hingga meninggalkan Warung Overtaste dapat dilihat pada ​flowchart​ di bawah ini.
Flowchart Warung Overtaste

2.1.3.2 Pareto Analysis


Tools yang kedua pada fase ​define adalah ​Pareto Analysis​. ​Tools ini adalah
teknik statistik yang digunakan dalam pengambilan keputusan untuk pemilihan sejumlah
tugas yang menghasilkan efek keseluruhan yang signifikan. ​Pareto analysis juga dikenal
sebagai prinsip 80/20 yang berarti dengan melakukan hanya 20% dari pekerjaan, dapat
menghasilkan dampak sebesar 80% dari seluruh pekerjaan. ​Pareto analysis juga dapat
diartikan bahwa 80% dari masalah sebenarnya disebabkan oleh 20% penyebab utama.
Tujuan dari ​pareto analysis ini adalah mencari tahu penyebab masalah dan
mengurutkan sesuai dengan ​volume kejadian yang paling tinggi ke yang paling rendah
sehingga dapat memprioritaskan suatu masalah dan mencegahnya.

Problem Frequency Accumulation Percentage Accumulation


Frequency from Total Frequency

Waktu menunggu 22 22 25,88% 25,88%


pesanan

Pelayanan dari 20 42 23,53% 49,41%


karyawan lambat

Karyawan tidak dapat 18 60 21,18% 70,59%


menjawab pertanyaan
konsumen
Karyawan menganggur 15 75 17,65% 88,24%

Karyawan tidak 10 85 11,76% 100%


menguasai menu

Total 85 100%
Dilihat dari tabel diatas, berdasarkan hasil ​survey yang telah dilakukan, Warung
Overtaste memiliki beberapa masalah seperti waktu menunggu pesanan lama,
pelayanan karyawan lambat, karyawan tidak dapat menjawab pertanyaan konsumen,
karyawan menganggur, dan karyawan tidak menguasai menu. Dari hasil ​survey waktu
menunggu pesanan lama merupakan masalah yang paling banyak muncul sebesar 22
kali, lalu di urutan kedua ada pelayanan karyawan lambat ada sebesar 20 kali, karyawan
tidak dapat menjawab pertanyaan konsumen dengan angka 18 kali, karyawan
menganggur muncul sebanyak 15 kali, dan yang paling sedikit adalah karyawan tidak
menguasai menu sebanyak 10 kali. Dari frekuensi masing-masing masalah pun
dilanjutkan dengan menghitung persentase masalah dan akumulasinya.

Berikut adalah Diagram Pareto yang dibuat berdasarkan hasil penghitungan


persentase dan akumulasi frekuensi masalah di Warung Overtaste. Pada diagram
terlihat bahwa sebanyak 88,24% masalah terletak pada 4 aspek, yaitu waktu menunggu
pesanan, pelayanan dari karyawan lambat, karyawan tidak dapat menjawab pertanyaan,
dan karyawan menganggur. Akan tetapi, permasalahan terbesar yang dirasakan oleh
konsumen restoran Warung Overtaste terletak pada waktu menunggu pesanan.
Berdasarkan konsep Pareto Analysis, maka masalah yang peneliti prioritaskan untuk
diselesaikan adalah keempat aspek tersebut. Namun, pada penelitian kali ini peneliti
akan fokus pada satu aspek saja yang memiliki frekuensi terbesar, yaitu waktu
menunggu pesanan.

Waktu menunggu merupakan proses bisnis yang dimulai konsumen yang


melakukan pemesanan menu dan dicatat oleh pelayan, selanjutnya pelayan akan
memberikan pesanan ke bagian ​kitchen dan melakukan proses pembuatan pesanan
hingga pesanan sudah selesai dibuat dan siap disajikan ke meja konsumen.

Berikut adalah hasil survey waktu yang diharapkan oleh konsumen dibandingkan
dengan waktu asli konsumen dalam menunggu penyajian makanan sampai di meja
mereka masing-masing. Sebanyak 24 responden mengharapkan waktu menunggu
kurang dari 10 menit, dan disusul oleh 21 responden mengharapkan waktu menunggu
10-15 menit. Dari data tersebut mayoritas responden mengharapkan waktu menunggu
yang kurang dari 10 menit maka peneliti akan berfokus pada proses operation dari
proses pembuatan makanan atau minuman hingga penyajiannya.
Selain itu, peneliti juga mencari tahu menu makanan dan minuman favorit para
konsumen Pada ​chart di bawah ini terlihat bahwa menu makanan favorit konsumen
Warung Overtaste adalah mie instan dan disusul dengan sate taichan. Sementara untuk
menu minuman yang menjadi favorit di Warung Overtaste adalah teh dan
frappuccino/blend​ pada urutan kedua.
Sehingga dari sini akan terlihat bahwa akan lebih baik melakukan perbaikan
pada proses operation terutama di menu-menu favorit seperti mie instan, sate taichan,
teh, dan ​frappuccino/blend.​

2.1.3.3 Severity-Urgency Matrix


Tools​ selanjutnya yang kami gunakan pada tahap​ ​define adalah ​Severity-Urgency
Matrix​.​ ​Tools ini berguna dalam mengetahui dari beberapa masalah yang sudah terlihat
pada ​Pareto chart, sehingga dapat mengetahui skala prioritas masalah mana yang
membutuhkan ​improvement terlebih dahulu. Dari ​Severity-Urgency matrix memiliki 4
kuadran yang ditentukan dengan ​severity dan ​urgency yang bisa dilihat dari ​matrix di
bawah. Masalah yang perlu difokuskan adalah yang memiliki ​damage besar terhadap
konsumen dan harus diperbaiki secepatnya, pada kasus Warung Overtaste kali ini
masalah dengan high severity dan high urgency ​atau dapat dibilang prioritas utama
adalah​ waktu menunggu pesanan​ sesuai dengan hasil dari ​Pareto chart.
Sebanyak 22 responden memberikan penilaian belum sesuai untuk waktu
menunggu pesanan yang diharapkan. Untuk prioritas kedua adalah Pelayanan dari
karyawan lambat dengan total 20 responden karena masalah ini berhubungan dengan
waktu menunggu pesanan sehingga butuh diselesaikan dengan waktu singkat. Dan
untuk prioritas yang ketiga adalah karyawan tidak dapat menjawab pertanyaan,
sebanyak 18 responden. Dan untuk kolom terakhir atau prioritas keempat yaitu
mengenai karyawan menganggur sebanyak 15 responden, dan juga ada karyawan tidak
menguasai menu sebanyak 10 responden.

2.1.4 Project Charter


Project Charter merupakan sebuah penentu akan keberhasilan atau kegagalan suatu
project​. ​Project Charter sendiri sebenarnya merupakan hasil dari fase ​define​, yang berisikan
dokumen - dokumen penting yang digunakan untuk memulai ​project improvement​. Dokumen
project charter berisi informasi utama yang tertera secara ringkas. Dalam ​project charter j​ uga
meliputi 3 aspek utama yaitu ​what,​ ​who,​ dan ​how.​ Dimana ​what meliputi apa yang menjadi
masalah utama, ​who yaitu siapa saja yang terkait dengan projek tersebut, dan juga ​how yang
berisi tujuan, dan cara mencapai tujuan dari ​project​ tersebut.
Project Overview

Nama project:​ ​Optimasi Waktu Menunggu Makanan dan Minuman

Project Overview: Pengurangan waktu pembuatan serta penyajian makanan dan minuman di
Warung Overtaste menjadi kurang dari 10 menit.
Problem Statement: ​Berdasarkan hasil dari ​research y​ ang telah kami lakukan, masalah utama
dari Warung Overtaste terletak pada durasi ​waktu menunggu makanan dan minuman yang
masih terlalu lama. Hal ini dapat diantisipasi jika karyawan yang berhubungan dengan proses
pembuatan makanan yaitu bagian kitchen serta waiter/waitress ​dapat lebih sigap lagi.
Setelah melalui penelitian, kami menemukan bahwa karyawan masih belum efisien dalam
menanggapi panggilan ​customer.​ Saat kami melakukan survei lapangan dengan datang
langsung ke Warung Overtaste, ​belum ada pembagian pekerjaan dan SOP yang jelas ​untuk
karyawannya. Diharapkan jika adanya peningkatan dan efisiensi di bagian ​operation​, maka
customer akan lebih puas terhadap pelayanan Warung Overtaste karena merupakan masalah
utama.

Customer/Stakeholder: ​Karyawan ​kitchen​ dan​ waiter/waitress (​ bagian ​operation​).

Goal of the Project: Memotong waktu pembuatan serta penyajian makanan dan minuman
menjadi dibawah 10 menit.

Scope Statement: ​Kelompok akan terlibat dalam proses operation Warung Overtaste melalui
virtual call ​WhatsApp. Kelompok juga dapat bertukar informasi maupun menyampaikan saran
mengenai apa saja solusi yang dapat diaplikasikan oleh Warung Overtaste melalui WhatsApp
group.​ ​

Projected Benefit(s): ​Dengan menambah fitur bell di setiap meja agar ​waiter/waitress dapat
lebih tanggap dalam melayani ​customer.​ Selain itu untuk bagian ​kitchen atau yang
berhubungan dengan proses pembuatan makanan dan minuman ​customer dapat lebih
efisien, seperti melakukan ​preparation terlebih dahulu terutama untuk sate taichan dan teh
yang merupakan favorit customer. Pelayanan karyawan yang cepat akan membuat konsumen
merasa lebih puas, dan waktu makan serta pergantian konsumen otomatis akan lebih singkat
sehingga dapat menambah ​revenue​ yang akan didapatkan oleh Warung Overtaste.

Project Resources :
Division and Dept : Bagian Operation Warung Overtaste
Process Owner : Gerald Sevtanu
Mentor : Bapak Eko Indradiputra
Team members : Jeslyn Angelia, Stefanny Putri, Nathaniel Michael, Rouvin Lim, Lucky Aditya

Milestone :
Phase Est. Completion Date
Define Measure : 27/10/20
Analyze : 03/11/20
Improve : 10/11/20
Control : 24/11/20
Seek Approval : 08/12/20
2.2 Measure
Setelah melakukan tahap ​define pada DMAIC maka dilanjutkan dengan tahap ​measure.​ Tahap ini
dilakukan untuk mengubah performa perusahaan menjadi sesuatu yang dapat dihitung dan bersifat
kuantitatif. Tanpa adanya ​measurement yang jelas, maka pengukuran menjadi tidak objektif sehingga
improvement yang ada juga menjadi subjektif dan tidak bisa dijadikan patokan. Pada tahap ini kami
menggunakan metode SMART sebagai panduan dalam mencapai ​goals.​

2.2.1 Current Performance


Menurut hasil penelitian kami di Warung Overtaste Gading Serpong, kami menemukan
bahwa saat ini​ ​perbandingan dari CTQ dan Current Performance adalah sebagai berikut :
Current
Nama Kegiatan CTQ Performance Keterangan
(Rata-rata)
Menjawab pertanyaan
>80% 56%
konsumen
Penjelasan menu Menguasai Sudah menguasai -
28 Sate Taichan
25 Roti Bakar
Waktu menunggu pesanan <10 menit 9,5 Mie Instan
6,75 Teh
12,5 Frappuccino
Karyawan tanggap dan gesit <15 detik 35 Untuk kitchen sudah, waitress dan
Karyawan memiliki ​job desc cashier jadi satu, belum ada
Sudah Belum supervisor, owner jarang ada
yang jelas
Pengetahuan karyawan dapat dilihat jika berdasarkan Critical to Quality (CTQ),
konsumen menginginkan karyawan untuk dapat menjawab pertanyaan yang diajukan sebanyak
>80% atau dapat menjawab ⅘ dari pertanyaan. Sedangkan untuk Current Performancenya
adalah sebanyak ​56%​, sehingga masih belum sesuai dengan ekspektasi konsumen. Selain itu
untuk Penjelasan menu, pada CTQ diharapkan karyawan sudah bisa menguasai menu Warung
Overtaste. Namun pada kenyataannya, karyawan ​sudah menguasai menu berdasarkan Current
Performance diatas.
Selain itu untuk waktu menunggu pesanan​, didalam CTQ ekspektasi waktu yang
diharapkan oleh konsumen adalah ​kurang dari 10 menit​. Pada realisasinya untuk mie instan dan
teh telah berhasil diantar kurang dari 10 menit. Namun untuk sate taichan, teh, dan juga
frappuccino masih memakan waktu lebih dari 10 menit.
Selanjutnya untuk ​SOP karyawan mengenai rentang waktu memanggil karyawan,
konsumen mengharapkan agar karyawan datang kurang dari <15 detik saat dipanggil. Namun
untuk waktu rata-rata dari survey yang telah kami sebar, didapatkan hasil yaitu 35 detik. Untuk
SOP karyawan yang berhubungan dengan pembagian tugas dengan jelas dan spesifik, kami
menanyakan kepada ​owner d ​ an mengetahui bahwa untuk sekarang ini ​jobdesc d ​ i Warung
Overtaste terbagi menjadi karyawan di bagian kitchen, waitress, cashier​, dan belum ada
supervisor​ namun masih diawasi secara langsung oleh​ owner.

2.2.2 SMART Goals


SMART Goals (​Specific, Measurable, Attainable, Relevant, and Time-bound) digunakan
untuk mencapai suatu tujuan dengan lebih terarah dan fokus pada target yang ingin dicapai.
Berikut ini merupakan penjelasan dari setiap bagian dari SMART Goals.
● Specific
Specific bisa diartikan sebagai, tujuan dari suatu perubahan harus ditetapkan
secara spesifik dan jelas. Target akan ditentukan dengan lebih spesifik dikarenakan kita
menginginkan kepuasan dari pelanggan. Sehingga pada tahap ini, perubahan yang
secara spesifik diharapkan adalah ​mengurangi​ ​waktu menunggu konsumen.
● Measurable
Measurable adalah target yang ditentukan untuk perbaikan sebuah proses
bisnis yang harus memiliki tolak ukur sehingga dapat dilakukan evaluasi. Tolak ukur yang
digunakan harus bersifat kuantitatif (angka). Dalam hal ini untuk Warung Overtaste,
tolak ukur dari ​waktu menunggu makanan <10 menit dan ​waktu pemanggilan
waiter/waitress​ <15 detik​.
● Attainable
Attainable adalah target yang sudah dibuat harus memungkinkan untuk bisa
dicapai. Target yang ditentukan untuk perbaikan proses bisnis bisa disesuaikan dengan
kondisi sumber daya yang ada pada saat ini dan juga harus memperkirakan
kemungkinan dari yang terbaik sampai yang terburuk. Sehingga ​target sangat
memungkinkan untuk dicapai karena Warung Overtaste telah memiliki ​10 karyawan
waiters d ​ an 10 karyawan ​kitchen,​ ​jadi untuk ​mempercepat waktu menunggu
konsumen <10 menit tentu dapat dicapai.
● Relevant
Target yang relevan merupakan sebuah target yang bisa dilakukan dengan
target lainnya yang sejenis. Target yang relevan target yang dapat mendorong kinerja
tim dan perusahaan. Dan akan mengangkat banyak hal dalam perusahaan. Dalam
Warung Overtaste untuk mengefisienkan waktu pengerjaan seperti ​melakukan
preparation sebelum jam buka, seperti sate taichan ayamnya bisa ditusuk terlebih
dahulu​, jadi saat ada pesanan sate tinggal dibakar/digoreng. Untuk minuman seperti
teh, bisa dibuat terlebih dahulu, jadi saat ada pesanan tinggal dituangkan ke gelas.
Selain itu kami juga menyarankan agar Warung Overtaste membeli ​bell untuk setiap
meja agar proses pemesanan dan pembayaran dapat lebih efektif.
● Time-bound
Target yang baik harus memiliki tenggat waktu atau ​deadline​. Sangat penting
bagi sebuah perusahaan untuk menentukan ​deadline,​ apabila tidak ada tenggat waktu
maka tercapainya target bisa terus tertunda bahkan bisa tidak tercapai. Untuk target
dari Warung Overtaste agar dapat meningkatkan kepuasaan pelanggan. Peneliti
menargetkan​ 2 bulan paling cepat dan 3 bulan untuk waktu yang terlama.

SMART Goals Warung Overtaste

Specific Mengurangi waktu menunggu makanan dan minuman di Warung


Overtaste sehingga ​customer​ tidak menunggu terlalu lama.

Measurable Waktu menunggu makanan kurang dari 10 menit dan waktu


pemanggilan​ waiter/waitress​ kurang dari 15 detik.

Attainable Target sangat memungkinkan untuk dicapai karena Warung Overtaste


​ an 10 karyawan ​kitchen.
telah memiliki 10 karyawan ​waiters d

Relevant Dengan menambah ​bell pada masing-masing meja agar proses


pemesanan lebih efektif, dan untuk ​kitchen dapat melakukan
preparation ​terlebih dahulu agar menghemat waktu.

Time-bound Proyek perbaikan ini dapat dilaksanakan dalam kurun waktu 2-3 bulan.
2.3 Analyze
Analyze merupakan tahap ketiga dari proses DMAIC. Pada tahap ini, masalah utama dari sebuah
perusahaan sudah teridentifikasi pada tahap sebelumnya. Fokus utama pada tahap ini adalah untuk
mencari akar dari permasalahan di perusahaan, dari semua masalah yang ada harus diselesaikan dari
akarnya terlebih dahulu. Oleh karena itu, peneliti akan mengidentifikasi masalah tersebut dengan
menggunakan ​Why-why analysis​ dan​ Interrelationship diagram.

2.3.1 Why-why Analysis


​ ertama yang kami gunakan adalah ​why-why diagram,​ kegunaan dari ​tools ​ini
Tools p
adalah untuk mengetahui ​root cause dari permasalahan yang ada. Berikut merupakan ​why-why
diagram​ kami.

​ ya adalah mengapa ​waktu


Dari hasil analisa, masalah yang kami ingin cari ​root causen
menunggu pesanan sangat lama​. Hal ini diakibatkan oleh pesanan yang menumpuk dan juga
pelayanan karyawan yang lama. Waktu menunggu pesanan yang lama diakibatkan oleh 2 hal.
Pertama adalah pesanan yang menumpuk yang disebabkan oleh proses pembuatan yang lama
karena langkah pembuatan sate taichan yang terlalu banyak dan tidak efektif, karyawan yang
terlalu banyak mondar-mandir di ​kitchen untuk mengumpulkan bahan makanan dan peralatan,
dan juga karena adanya bahan baku yang belum disiapkan padahal persiapan bahan baku
membutuhkan waktu yang lama.
Langkah pembuatan sate taichan terlalu banyak ini dikarenakan hanya dikerjakan oleh 1
orang terutama pada saat jam sibuk yang menimbulkan pesanan menumpuk dan menambah
lama proses pembuatan karena adanya menu yang membutuhkan step lebih banyak
dibandingkan dengan menu lainnya. Dalam melakukan prevention, karyawan antar bagian dapat
saling membantu terutama karyawan yang tidak terlalu sibuk dalam melakukan pembuatan
menunya membantu karyawan yang membuat sate taichan agar dapat mempersingkat proses
pembuatan sate taichan.
Tidak adanya takaran bahan makanan yang jelas membuat karyawan sering kali
mondar-mandir dalam mengambil bahan-bahan. Tidak ada takaran yang jelas ini disebabkan
karena di Warung Overtaste memang belum ada SOP tertulis mengenai langkah-langkah
pembuatan makanan sehingga ​prevention dapat dilakukan dengan membuat SOP tertulis seperti
detail takaran bahan dan langkah-langkah agar karyawan tidak kebingungan dan melakukan
kesalahan.
Bahan baku yang membutuhkan waktu pembuatan cukup alam tidak disiapkan terlebih
dahulu oleh karyawan. Hal ini dikarenakan tidak adanya peraturan tertulis yang bersifat
mengikat sehingga karyawan pun bekerja seenaknya dan tidak mematuhi peraturan. Dalam
melakukan ​prevention owner dapat membuat peraturan tertulis yang disertai dengan
pemberian ​reward and punishment sehingga dapat mendorong karyawan dalam mematuhi
peraturan yang ada khususnya untuk melakukan preparation bahan sebelum Warung Overtaste
buka. Sementara itu, bahan baku yang tidak disiapkan terlebih dahulu juga disebabkan karena
kurangnya pengawasan. Owner merasa masih sanggup untuk melakukan pengawasan secara
mandiri walaupun owner tidak datang ke Warung Overtaste secara rutin sehingga tetap
terdapat celah bagi karyawan untuk tidak mematuhi peraturan. ​Prevention dapat dilakukan
dengan ​owner lebih sering melakukan pengawasan ke Warung Overtaste atau owner dapat
meng-​hire supervisor​ untuk melakukan pengawasan.
Hal ke 2 yang menyebabkan waktu menunggu pesanan sangat lama disebabkan karena
pelayanan karyawan yang lama. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya kesalahan dalam
pencatatan atau kesalah dalam penyajian. Kesalahan-kesalahan ini dikarenakan owner yang
mempercayai karyawan senior dalam memberikan ​training kepada karyawan baru dan tidak
melakukan kontrol lagi. ​Prevention dapat dilakukan dengan melakukan ​hidden test secara
berkala untuk mengecek apakah pelayanan dari karyawan sudah baik dan untuk menjaga
kualitas pelayanan.
Setelah kami membuat ​why sebanyak 5 kali, akhirnya kami mendapatkan ​root causes
yaitu kurang adanya kerja sama antar karyawan, SOP yang masih belum ​detail,​ tidak adanya
peraturan tertulis yang mengikat karyawan, ​owner yang menganggap masih s​ anggup u ​ ntuk
melakukan pengawasan sendiri, dan ​owner merasa karyawan senior dapat diandalkan untuk
melatih karyawan yang junior. Sehingga berdasarkan root causes yang kami dapatkan tersebut,
kami menemukan 5 solusi yaitu yang pertama adalah menginisiasi karyawan untuk saling
membantu karena pada dasarnya mereka merupakan 1 tim, kemudian membuat SOP yang jelas
dan ​detail ​agar karyawan dapat mengikutinya tanpa kebingungan, membuat peraturan tertulis
beserta sistem ​reward and punishment,​ menyewa ​supervisor atau manajer profesional, dan juga
melakukan ​hidden test ​untuk mengetahui performa karyawan disaat owner tidak ada. Root
causes yang ditemukan masih sangat luas sehingga peneliti tidak dapat menyelesaikan seluruh
masalah tersebut sehingga dibutuhkan penggunaan ​interrelationship diagram untuk
mendapatkan ​ultimate root cause.
2.3.2 Interrelationship Diagram
Selanjutnya tools tahap ​analyze adalah ​interrelational diagram​. ​Tools ini digunakan
untuk menentukan hubungan antar masalah-masalah krusial sehingga penyebab utama dari
masalah serta akibat utama dapat terlihat dan analisa lebih lanjut untuk menciptakan sebuah
solusi yang tepat secara kuantitatif. Peneliti memilih menggunakan ​tools ini karena dari segi
penyebab dari masalah yang ada kurang memiliki data yang objektif yang bisa digunakan
sebagai acuan. Oleh sebab itu, dengan menggunakan ​interrelationship diagram,​ peneliti dapat
menganalisa penyebab dan akibat utama dari permasalahan yang ada. Berikut ini merupakan
interrelationship diagram ​dari Warung Overtaste.

Dari ​Interrelationship Diagram ​diatas, dapat dilihat bahwa yang menjadi ​driver ​adalah
tidak ada SOP mengenai langkah pembuatan makanan yang didapat dari jumlah ​out​(3) dikurangi
dengan jumlah​ ​in(​ ​0) sehingga mendapatkan hasil ​out-in​ terbesar yaitu 3. Disisi lain, ​outcome ​dari
permasalahan yang ada langkah pengerjaan yang tidak efektif dengan angka sebesar ​in​(4)
dikurangi dengan jumlah ​out​(0) sehingga mendapatkan hasil ​in-out terbesar yaitu 4. Oleh karena
itu, peneliti akan fokus kepada pembuatan SOP penyajian makanan dan minuman yang jelas
sehingga dapat berdampak pada langkah pengerjaan yang lebih efektif.
2.4 Improve
Setelah melakukan proses ​analyze,​ tahap selanjutnya adalah bagian ​improve yaitu
mengimplementasikan dan mengetes solusi yang telah diberikan. Dari hasil tahap ​analyze​, ​ultimate root
cause dari Warung Overtaste adalah ​tidak ada SOP mengenai langkah pembuatan makanan (​driver)​
yang menyebabkan ​langkah pengerjaan pesanan tidak efektif pula (​outcome​).
Pada tahap ​improvement ini, peneliti membuat tahap ​Process Mapping yaitu As Is Map dan To
be Map​. ​As Is Map m​ emiliki tujuan agar dapat mengidentifikasi proses dengan lebih jelas, dilanjutkan
dengan ​To Be Map agar dapat mengeliminasi tahap-tahap yang kurang efektif. Selanjutnya adalah tahap
Ideas for Improvement, kami menggunakan ​tools SMED (​Single Minute Exchange Die​) untuk
meningkatkan efisiensi dan menghemat waktu dalam langkah pembuatan makanan. Tahap terakhir
adalah ​Decision Matrix ​dan ​kami menggunakan ​tools ​Weighted Decision Matrix, ​untuk membantu k​ ami
untuk memilih i​mprovement project m ​ ana yang harus dipilih dan diimplementasikan.

2.4.1 As Is Map
Proses perbaikan menyajikan makanan, peneliti telah mencatat proses pembuatannya
dan mengubahnya kedalam bentuk ​As Is Map.​ Kami menggunakan sate taichan yang merupakan
menu makanan favorit ​customer Warung Overtaste dan memakan waktu pembuatan yang
lumayan lama. Berikut merupakan tabel ​As Is Map​ yang telah kami buat.
Dalam tabel As Is Map diatas, dapat kita lihat bahwa proses bermula pada saat ​customer
memesan makanan dan pesanan diterima oleh ​waiter dan dilanjutkan dengan memberitahu
pesanan ke bagian ​kitchen.​ Kemudian, ​stock bahan baku akan di cek di dapur. Jika s​ tok habis,
akan disampaikan kembali ke ​customer untuk pengalihan menu, dan jika ​stok ada, akan segera
di proses di ​kitchen​. Kami mengambil contoh menu sate taichan. Pengolahan sate dimulai dari
menyiapkan bahan sate taichan, membersihkan dan memotong ayam, membuat bumbu untuk
ayam, membumbui daging ayam, menunggu bumbu meresap pada ayam, menusukan daging
ayam pada tusuk sate, membakar sate, mencari bahan sambal taichan, membuat sambal
taichan, melakukan plating sate taichan dan sambal, hingga menaruh pesanan pada serve point​.
Selanjutnya waiter akan mengantarkan pesanan ke meja ​customer dan customer pun
menyantap hidangan dan hingga akhirnya order completed pada saat ​customer melakukan
pembayaran.
Pada proses ​As Is i​ ni, pembuatan sate taichan bagian dapur hanya dilakukan oleh 1
orang. Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan proses ini dari waktu pemesanan hingga
makanan diantarkan oleh ​waiter ​ke meja ​customer ​adalah rata-rata selama 29 menit. Dimana
waktu aktual yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan konsumen yaitu waktu menunggu
pesanan yang kurang dari 10 menit. Dalam menyelesaikan masalah dan melakukan
improvement m ​ aka dilanjutkan dengan pembuatan ​To Be Map.​
​2.4.2 To Be Map
Setelah menggambarkan ​As Is Map,​ pada tahap ​To Be Map​, peneliti dapat melihat
adanya beberapa tahap yang bisa diperbaiki atau dihilangkan. Untuk mempersingkat prosesnya,
maka ​Non Value Added (NVA) dapat dihilangkan agar prosesnya menjadi lebih singkat. Dalam
hal ini, kami memberikan alternatif untuk menambahkan ​kitchen 2 atau juga dapat disebut
sebagai ​mini kitchen dimana terdapat karyawan lagi untuk membantu hal hal kecil seperti
persiapan bumbu sambal sate taichan, dan juga ​plating y​ ang dapat membantu menghemat
waktu penyajian secara cukup signifikan. Setelah dilakukan pembuatan sate taichan oleh 2
karyawan maka didapatkan hasil bahwa kitchen 1 membutuhkan waktu 15 menit 4 detik dan
kitchen 2 membutuhkan waktu 7 menit 28 detik dimana pekerjaan kitchen 1 dan kitchen 2 dapat
dilakukan secara bersamaan sehingga waktu yang digunakan hanya waktu terlama yaitu ​15
menit 4 detik dan ditambahkan dan proses yang dilakukan waiter selama 1 menit 32 detik. Dari
​ enunggu sate taichan dari awal pemesanan
proses ini mendapatkan total waktu ​customer m
hingga disajikan adalah​ 16 menit 36 detik​.

2.4.3 SMED (Single Minute Exchange Die)


Kami juga menggunakan ​tools SMED dalam rangka untuk meningkatkan efisiensi. Tujuan
utama dari SMED sendiri yaitu adalah untuk mempersingkat waktu, dimana kami
mengaplikasikan kepada penyingkatan waktu proses penyajian makanan pada Warung
Overtaste. Langkah pertama yang kami lakukan adalah sebagai berikut :
Sate Taichan Process Round 1 ​dimana kami mengidentifikasi t​ ahap-tahap apa saja yang
ada di dalam proses pembuatan makanan. Kami mengambil proses pembuatan sate taichan
yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Pada proses ini terdapat 7 ​workstation y​ ang digunakan dalam proses pembuatan sate
taichan. Dari ​process round 1​ dapat dilihat bahwa banyak sekali kegiatan mondar-mandir yang
dilakukan oleh karyawan dimana kegiatan mondar-mandir ini menyebabkan banyaknya waktu
yang terbuang. Pada ​process round 1 terdapat 1 kali ​trip ​ke kulkas, 2 kali ​trip ​ke wastafel, 4 kali
trip ​ke lemari perlengkapan, 3 kali ​trip ​ke lemari bahan makanan, 7 kali ​trip k​ e meja persiapan,
dan 3 kali ​trip ​ke kompor. Pada proses ini terdapat juga kegiatan seperti menunggu bahan
bumbu dan sambal terblender dan menunggu bumbu meresap dimana waktu menunggu ini
dapat dimanfaatkan dalam melakukan hal-hal lain untuk mempersingkat waktu pengerjaan.
Process round 1 ini menghabiskan waktu sebanyak kurang lebih 26,5 menit. (waktu proses round
1 secara terperinci terdapat pada lampiran)
Selanjutnya pada tahap ​Streamline,​ ​kami mengidentifikasi dan memisahkan bagian
internal dan eksternal dari tahap-tahap pembuatan Sate Taichan ​Process ​1. Pada awalnya
seluruh proses pembuatan sate taichan berasal dari internal saja tetapi dari pengamatan peneliti
terdapat proses-proses pembuatan sate taichan yang dapat dipisahkan menjadi eksternal dan
internal. Proses eksternal dapat dilakukan sebelum Warung Overtaste buka sehingga pada saat
ada pesanan maka waktu menunggu dari ​customer a​ kan lebih singkat karena terdapat
bahan-bahan makanan yang telah disiapkan terlebih dahulu atau ​pre-made ingredients.​ Setelah
membagi proses menjadi eksternal dan internal maka peneliti melihat terdapat proses yang
dapat digantikan dengan proses lain yang lebih efektif. Pergantian proses dilakukan pada yang
awalnya membeli daging ayam untuk dan memotong sendiri dapat digantikan dengan langsung
membeli ayam yang sudah dipotong.
Pre-made ingredients ​
Process 2
​ engan memisahkan proses eksternal dan internal maka
Setelah melakukan ​streamline d
dilanjutkan dengan implementasinya pada ​Sate Taichan ​Process Round 2 ​ ​. Dimana pada tahap
ini kami memisahkan bagian eksternal yaitu tahap yang dapat dikerjakan terlebih dahulu
sebelum membuka Warung Overtaste dan bagian internal yang harus diproses secara bertahap
pada saat terdapat pesanan. Bagian eksternal yang bisa persiapkan duluan adalah proses
pembuatan bumbu sate yang dilanjutkan dengan membumbui bumbu pada daging ayam yang
telah dipotong. Pada tahap ini juga karyawan dapat memanfaatkan waktu menunggu bumbu
meresap dengan melakukan pembuatan sambal taichan yang nantinya daging ayam dan sambal
akan disimpan pada kulkas.
Pada bagian internal saat terdapat pesanan sate taichan masuk maka bagian ​kitchen
dapat langsung mengambil ayam potong yang telah dibumbui dan sambal taichan pada kulkas.
Selanjutnya ayam potong yang telah dibumbui dapat langsung ditusukkan pada tusuk sate dan
langsung dibakar. Setelah sate taichan matang maka dapat langsung disajikan dengan sambal
dan ​lime.​
Setelah pemisahaan proses eksternal dan internal ini maka dalam melakukan proses ini
hanya membutuhkan 1 orang karyawan kitchen karena proses external dan internal yang dapat
dilakukan di waktu yang berbeda. Pada proses ini ​customer menghabiskan waktu menunggu
selama kurang lebih 9 menit. (waktu proses round 2 secara terperinci terdapat pada lampiran)
Analisa SMED
Round 1 Round 2 Result

Trips to:

- Kulkas 1 1 Same

- Wastafel 2 0 Eliminated

- Lemari perlengkapan 4 1 400% less

- Lemari bahan makanan 3 0 Eliminated

- Meja persiapan 7 2 430% less

- Kompor 3 1 300% less

Total trips 20 5 400% less

Total time ~27 mins ~9 mins 300% less


Dari hasil analisa kami, waktu proses pembuatan sate taichan dari +-27 menit pada
round 1 dapat berkurang sebanyak 300% menjadi +-9 menit di round 2. Hal ini bisa terjadi
karena adanya pemisahaan antara proses eksternal dan internal sehingga proses pengolahan
bumbu sate, membumbui ayam dan pembuatan sambal taichan dapat dilakukan terlebih dahulu
sebelum Warung Overtaste buka. Proses-proses eksternal yang telah dikerjakan terlebih dahulu
membuat proses internal ketika terdapat pesanan sate taichan masuk menjadi lebih singkat
dikarenakan juga ​trips to workstation yang berkurang jumlahnya. Dengan pemisahan eksternal
dan internal ini maka akan membuat proses pembuatan sate taichan lebih efektif dan
mempersingkat waktu menunggu ​customer.​

2.4.4 Weighted Decision Matrix

Alternatif 1 Alternatif 2
Criteria Weight Menggunakan 2 orang Membuat SOP mengenai
pada bagian ​kitchen langkah pembuatan

Score Total Score Score Total Score

Time 0.4 5 2 9 3.6

Cost 0.2 9 1.8 7 1.4

Risk 0.2 4 0.8 8 1.6

Easy to 0.2 7 1.4 7 1.4


implement
Weighted Score 6 8

Setelah penggunaan ​tools As Is ​To Be Map dan SMED maka didapatkan 2 alternatif solusi
yang kami usulkan kepada Warung Overtaste yaitu, menggunakan 2 orang pada bagian ​kitchen
atau membuat SOP mengenai langkah pembuatan. Untuk mengukur kedua alternatif tersebut
kami melihat dari perspektif ​customer dan ​owner dimana masalah utama terdapat dari ​waktu
menunggu yang lama sehingga kami menetapkan kriteria ​time dengan ​weight terberat yaitu 0,4
sementara untuk ​cost, risk,​ dan ​easy to implement memiliki ​weight yang sama yaitu 0,2.
Pemberian penilaian ​score ​ditetapkan dari 1-10 (1 = ​worst​, 10 = ​best​).
Opsi yang pertama adalah dimana kami menyarankan 2 orang di ​kitchen untuk
membantu mengerjakan hal lain di saat menunggu seperti membuat sambal pada saat
menunggu pembakaran taichan untuk mempersingkat waktu. Sedangkan pada opsi kedua kami
menyarankan untuk pembuatan SOP secara detail mengenai pembuatan taichan. Dengan
adanya SOP yang jelas akan membantu karyawan untuk mempersingkat waktu secara efisien.
Pada penilaian ​time,​ alternatif 1 memiliki ​total score 2 karena walaupun berhasil
melakukan pengurangan waktu menunggu dari +-29 menit menjadi +-18 menit tetapi tetap
belum memenuhi ​requirement customers yaitu waktu menunggu yang kurang dari 10 menit.
Sedangkan untuk alternatif 2 mendapatkan ​total score 3,6 karena berhasil melakukan
pengurangan waktu menunggu dari +-29 menit menjadi +-12 menit (masih belum mencapai
requirement customers)​ .
Pada penilaian ​cost,​ alternatif 1 memiliki total score 1,8 dan alternatif 2 memiliki ​total
score 1,4. Dimana pada alternatif 2 membutuhkan ​cost ​yang lebih besar pada pembelian daging
ayam potong dari pada pembelian daging ayam utuh.
Pada penilaian ​risk,​ alternatif 1 memiliki ​total score 0,8 dan alternatif 2 memiliki ​total
score 1,6. Pada alternatif 1 terdapat ​risk s​ eperti pada saat keadaan sedang ramai dan pesanan
yang sangat menumpuk maka akan membuat karyawan ​kitchen ​sulit untuk saling membantu jika
semua menu banyak dipesan ​customers​. Jika tidak ada yang membantu maka pembuatan sate
taichan akan tetap hanya bisa dilakukan oleh 1 orang saja. Untuk alternatif 2 terdapat juga risk
seperti proses pre-made ingredients yang tidak dilakukan apabila tetap tidak ada SOP yang jelas
sehingga karyawan tidak menjalankan tugasnya dengan benar.
Pada penilaian ​easy to implement,​ alternatif 1 dan alternatif 2 memiliki ​total score
masing-masing 1,4. Pemberian ​score y​ ang sama dikarenakan melihat kemungkinan
implementasi yang sangat memungkinnya.
Dari hasil perhitungan ​Weighted Decision Matrix​, maka alternatif yang dipilih adalah
alternatif dengan ​total score t​ erbesar. Pada kasus kami maka akan memilih ​alternatif 2 yaitu
membuat SOP mengenai langkah pembuatan sebagai solusi dari permasalahan waktu
menunggu pesanan lama dengan ​total score​ 8.
2.5 Control
Pada tahap kelima dari proses DMAIC yaitu tahap ​Control​. Tahap ini merupakan tahapan untuk
melakukan ​control dari proses-proses yang telah peneliti lakukan. Untuk mengetahuinya, pada tahap ini
kami menggunakan tools Planned and Actual Improvement Timetable​, Old and New Way of Work,​
Target and Result Improvement Implemented,​ ​Problem Identification & Corrective Action (​ PICA)​, serta
Benefit Cost Analysis.​

2.5.1 Planned and Actual Improvement Time Table

2.5.1.1 Gantt Chart

GANTT CHART WARUNG OVERTASTE


November Desember
No. Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Merencanakan proses Improvement

Menjelaskan kepada ​owner​ mengenai plan


2
Improvement

3 Membuat SOP (cara pembuatan Sate Taichan)

Memberitahu ​owner​ serta karyawan Warung


4
Overtaste mengenai SOP baru yang telah dibuat

5 Menjalankan proses Improvement

Melakukan Controlling dari proses Improvement


6
yang dijalankan

Berkomunikasi secara lebih lanjut dengan sang


7
owner

Berikut merupakan tabel Gantt Chart ​planned ​dan ​actual yang telah dilakukan
oleh peneliti di Warung Overtaste selama 2 bulan yaitu pada bulan November dan
Desember 2020. Warna merah adalah ​plan d ​ an warna biru adalah ​actual​. Pada minggu
pertama di bulan November merencanakan proses Improvement dan menjelaskan
kepada owner mengenai perencanaan ​Improvement sesuai dengan jadwal. Di minggu
kedua, awalnya kami merencanakan untuk membuat SOP, tetapi baru dapat terlaksana
di minggu ketiga. Di minggu ketiga, kami memberitahukan kepada ​owner dan karyawan
Warung Overtaste mengenai SOP baru yang telah dibuat dan menjalankan proses
improvement sesuai dengan jadwal.
Untuk melakukan ​control d​ ari proses ​improvement yang sedang dijalankan, kami
merencanakan dari minggu keempat di bulan November hingga minggu kedua di bulan
Desember, namun pada kenyataannya kami baru dapat melaksanakan controlling di
minggu keempat bulan November karena saat ini belum memasuki bulan Desember. Di
minggu ketiga dan keempat bulan Desember, kami merencanakan untuk menjalankan
komunikasi lebih lanjut dengan ​owner​ dari Warung Overtaste.

2.5.2 Old and New Way of Work

Pada cara kerja lama, tidak ada SOP dalam pembuatan Sate Taichan sehingga proses
pembuatan makanan memakan waktu yang lama. Dapat dilihat dari As Is dan To Be Map, bahwa
pada tahap pembuatan langkah kerja karyawan cenderung masih kurang efektif walaupun sudah
ditambah dengan 1 karyawan kitchen. ​Selain itu, juga ada beberapa step yang membuat
karyawan memakan waktu yang lama untuk berbolak-balik antar ​workstation.​ Maka dari itu,
kami membuat alternatif cara kerja baru agar dapat mengefisienkan proses pembuatan Sate
Taichan.

Pada cara kerja baru, peneliti telah membuat SOP mengenai langkah pembuatan agar
proses pembuatan Sate Taichan menjadi lebih efektif. Berikut merupakan SOP langkah
pembuatan yang telah kami buat :

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Warung Overtaste

Positon : ​Cook Approved by :​ Owner

Department :​ Kitchen Date :​ 20/11/20

Task Langkah pembuatan Sate Taichan.

Standard Setiap pesanan harus dapat dikeluarkan dalam kurun waktu dibawah 10 menit.

Procedure Sebelum restoran dibuka


1. Karyawan ​kitchen​ harus datang 1 jam sebelum Warung Overtaste dibuka.
2. Menyiapkan peralatan seperti blender, wadah, teflon dan menaruh nya pada
workstation.​
3. Menyiapkan bahan seperti daging ayam, bumbu masakan, cabe, dan lime.
4. Mengambil bahan dan memblender bumbu yang diperlukan untuk ayam.
5. Membumbui daging ayam yang telah dipotong kecil-kecil, lalu menaruhnya pada
wadah yang telah disiapkan.
6. Selagi menunggu bumbu ayam meresap, maka bisa mencuci blender yang telah
digunakan tersebut.
7. Mengambil bahan dan memblender bumbu sambal.
8. Selagi menunggu sambal selesai di blender maka bisa memotong lime menjadi 4
bagian, serta menaruhnya pada wadah yang tersedia.
9. Membuat sambal pada teflon yang telah disiapkan, lalu menaruhnya pada wadah
yang telah disiapkan.
10. Mengambil daging ayam yang telah dibumbui dan sambal yang telah dimasak dan
meletakkannya ke dalam kulkas.

Saat pesanan masuk


11. Mengeluarkan daging ayam dan sambal dari kulkas, serta menaruhnya pada
workstation.​
12. Menyiapkan peralatan seperti tusuk sate, piring, dan juga teflon.
13. Menusukkan daging ayam pada tusuk sate dan menaruhnya kembali kedalam
wadah.
14. Membakar sate taichan pada teflon sampai tingkat kematangan sudah tepat.
15. Memanaskan sambal taichan yang telah dibuat pada teflonn.
16. Menyusun sate taichan, sambal taichan, dan lime pada piring yang telah disediakan.
Menyajikan pesanan sate taichan kepada ​customer.​

Setelah membuat SOP mengenai langkah pembuatan sate taichan, maka terdapat
perubahan yang cukup signifikan pada proses pembuatannya. Kami juga telah memberitahu
​ arung Overtaste mengenai SOP yang telah dibuat melalui sang
karyawan bagian ​kitchen W
owner​. Kami telah berbincang dengan ​owner dan memberitahu dampak positif yang akan
diterima dengan menggunakan SOP, akhirnya kami mendapatkan izin untuk menerapkan
perubahan pada restoran asalkan diawasi secara langsung olehnya dan melaporkan perubahan
apa saja yang dilakukan. Sampai dengan saat ini, proses perbandingan cara kerja baru mulai
terlihat sesuai dengan waktu memasak yang bisa lebih singkat dari sebelumnya. Kami juga
berniat untuk memonitor perkembangan tersebut dan mempertahankannya.

2.5.3 Target and Result Improvement Implemented


Peneliti memiliki tujuan perbaikan yaitu mengurangi waktu menunggu pesanan oleh
konsumen. Pengurangan waktu menunggu konsumen ini diutamakan pada menu Sate Taichan
yang awalnya konsumen menunggu waktu selama rata-rata 28-30 menit menjadi kurang dari 10
menit. Setelah dilakukan percobaan oleh kami sebagai tim peneliti, kami mendapatkan waktu
penyajian yang memotong waktu pengerjaan menjadi 11 menit 26 detik.
Faktor As Is To Be Actual

Waktu penyajian 29 menit 2 detik 16 menit 36 detik 11 menit 26 detik

Waktu bekerja Kitchen 1 = 100% (27 Kitchen 1 = 100% (15 Kitchen 1 = 100% (10
menit 30 detik) menit 4 detik) menit 09 detik)
Kitchen 2 = 49% (7
menit 28 detik)
Waktu Kitchen 1 = 0% Kitchen 1 = 0% Kitchen 1 = 0%
menganggur Kitchen 2 = 51%

NVA Jumlah = 8 Jumlah =1 Jumlah = 1


Waktu = 5 menit 10 Waktu = 15 detik Waktu = 30 detik
detik

Transportasi Jumlah = 15 Jumlah = 10 Jumlah = 8


Jarak = 74 meter Jarak = 59 meter Jarak = 53 meter

Karyawan kitchen 1 orang 2 orang 1 orang


Terlihat dari ​group process chart As Is yang membutuhkan waktu 27 menit 30 detik
dengan 8 NVA yang hanya dikerjakan oleh 1 orang karyawan ​kitchen dalam proses pembuatan
sate taichan. Proses pembuatan sate taichan yang hanya dikerjakan oleh 1 orang pada saat
pesanan masuk sangat banyak dan memerlukan waktu yang panjang. Oleh karena itu peneliti
menawarkan solusi untuk mengurangi waktu pembuatan sate taichan dengan menghilangkan
NVA.
Terlihat pada group process chart To Be Map, proses NVA sudah dihilangkan dan
pekerjaan ​kitchen 1 yang diminimalisir dengan adanya kitchen 2. Waktu pembuatan sate taichan
pada To Be Map menjadi 15 menit 4 detik (menggunakan waktu terlama yaitu kitchen 1) dengan
1 NVA dan jumlah transportasi yang berkurang menjadi 10. Waktu pengerjaan oleh ​kitchen 1
sebanyak 100% dan untuk kitchen 2 sebanyak 49% jika dibandingkan dengan ​kitchen ​1.
Selanjutnya untuk proses ​actual yang sudah dijalankan memakan waktu selama 10
menit 9 detik pada proses pembuatan sate taichan. Jika dibandingkan dengan To Be maka
pengerjaan ​actual lebih lama dan hanya dikerjakan oleh 1 orang ​kitchen saja karena terdapat
proses persiapan sate taichan yang dilakukan sebelum restoran buka. Untuk NVA tetap sama
jumlahnya yaitu 1 tetapi waktu NVA bertambah menjadi 30 detik dikarenakan ​waiters yang
mengambil pesanan lebih lama terutama saat keadan restoran sedang ramai. Jumlah
transportasi juga berkurang menjadi 8 kali jika dibandingkan dengan To Be. proses ​actual ini
dilakukan dengan mengikuti ​Standar Operasional Prosedur ​(SOP) yang sudah dibuat sebelumnya
oleh tim peneliti.
Berdasarkan hasil ​improvement yang sudah diimplementasikan oleh restoran terlihat
bahwa, proses pembuatan sate taichan yang dilakukan sesuai dengan SOP yang telah dibuat
mengalami penurunan waktu pembuatan menjadi 10 menit 9 detik dan waktu menunggu
konsumen selama 11 menit 26 detik. Walaupun telah terdapat penurunan yang sangat banyak
tetapi masih belum sesuai dengan target yaitu waktu menunggu konsumen yang kurang dari 10
menit.

2.5.4 PICA
Melalui pembelajaran dari mata kuliah Business Process Improvement yang kami
aplikasikan di Warung Overtaste ini, kami menyadari betapa pentingnya sebuah proses, SOP,
dan ​teamwork di dalam bisnis. Meskipun merupakan sebuah perjalanan yang panjang, tetapi
akan selalu ada hal yang dapat di ​improve dalam sebuah bisnis. Melalui berbagai solusi dan
improvement yang telah kami riset dan tawarkan ke Warung Overtaste, hal tersebut terbukti
efektif untuk menyelesaikan masalah yang ada di dalam bisnis tersebut.
Setelah melakukan improvement selama 14 hari, kami masih menemukan masalah yang
menjadi keluhan dari ​customer yaitu waktu pembuatan sate taichan yang belum memenuhi
ekspektasi dari ​customer​. Setelah berdiskusi, kami memutuskan untuk menggunakan metode
Problem Identification and Corrective Action (​ PICA) merupakan sebuah ​tools sederhana dimana
masalah diceritakan secara mendetail agar lebih mudah dimengerti. PICA dibagi 2 yaitu PI
(Menceritakan masalah tersebut) dan CA (Memberikan solusi).
Problems Cause Action Target In charge Due date

Waktu Proses -mempersiapk Sebelum Karyawan Selasa, 8


menunggu menusuk dan an tusuk presentasi Kitchen Desember
Sate Taichan membakar satenya akhir dapat Warung 2020
actual ​belum sate taichan terlebih memenuhi Overtaste dan
memenuhi masih dahulu target yaitu anggota
target sebesar memakan -Mempersingk kurang dari 10 kelompok
11 menit 26 waktu yang at waktu menit
detik terlalu lama membakar
sate taichan
Berdasarkan hasil implementasi dapat dilihat bahwa tahap ​improvement masih belum
dapat mencapai target sehingga menggunakan tools PICA untuk mengetahui masalahnya dan
cara mengatasinya. Dari hasil implementasi, PI atau masalahnya ada di waktu menunggu sate
taichan yang belum memenuhi standar (10 menit), hal ini disebabkan oleh proses menusukkan
daging ayam ke tusuk sate dan proses pembakaran sate yang memakan waktu terlalu lama.
Sedangkan CA atau solusinya adalah mempersingkat waktu penusukan dan juga pembakaran
sate taichan agar target dapat tercapai.
Dapat dilihat bahwa Problems u ​ tamanya adalah waktu menunggu Sate Taichan ​actual
masih belum mencapai target yang telah ditentukan yaitu masih selama 11 menit dan 26 detik.
Lalu setelah kami mengidentifikasi ​Cause, ​maka didapatkan penyebab waktu yang terlalu lama
terdapat pada proses menusuk dan membakar sate taichan. Sehingga untuk ​action, ​akan
mempersingkat waktu menusuk dan membakar sate taichan. Kami memiliki target untuk
memperbaiki masalah ini sebelum presentasi akhir di tanggal 8 Desember 2020, yaitu untuk
mengurangi waktu menjadi dibawah 10 menit. Orang yang terlibat dalam proses perbaikkan ini
adalah anggota kelompok kami sendiri serta karyawan ​kitchen​ Warung Overtaste.

2.5.5 Benefit and Cost Analysis


Dalam setiap perubahan yang dilakukan, pasti memerlukan biaya dan perusahaan akan
mendapatkan keuntungan. Tujuan dari ​Benefit and Cost analysis ini adalah untuk
mempertimbangkan setiap solusi yang dibentuk dengan membandingkan biaya yang dibutuhkan
dengan manfaat yang didapat. Dalam hal ini untuk mencapai target yang sudah ditentukan
peneliti untuk restoran Warung Overtaste, peneliti memutuskan untuk melakukan perubahan
untuk pemasakan sate taichan sebagai solusi dari permasalahan lama waktu memasak.
Cost Penambahan jam kerja karena harus masuk lebih cepat Rp 26.250

Selisih harga membeli ayam yang sudah di fillet Rp 5.000/kg Rp 150.000

Total Cost Rp 176.250

Benefit Revenue bertambah sebesar Rp 450.000 Rp 450.000

Total Benefit Rp 450.000


*karyawan masuk 1 jam sebelum jam kerja untuk mempersiapkan sate taichan
*1 porsi taichan 250 gram ayam, dan harga jual Rp 27.000 / porsi
*1 hari bisa menjual sebanyak 30 porsi
*keuntungan bersih Rp 15.000 / porsi

Perhitungan cost didapat dari penambahan gaji jam kerja karyawan didapatkan dari gaji
bulanan sebesar Rp 4.200.000 jika dibagi per-jam maka akan didapatkan Rp 17.500/jam. Untuk
gaji lembur selama 1 jam maka gaji per-jam akan dikalikan sebanyak 1.5 sehingga menjadi Rp
26.250/jam. Selain cost untuk membayar gaji karyawan terdapat juga cost tambahan untuk
membeli ayam fillet sebesar Rp 5.000/kg dan dalam 1 hari diperkirakan akan terjual 30 porsi
sate taichan sehingga cost untuk membeli daging ayam fillet sebesar Rp 150.000. Dari
penambahan gaji karyawan dan membeli daging ayam fillet maka total ​cost menjadi s​ ebesar Rp
176.250.
Untuk penambahan keuntungan sebesar Rp 450.000 per hari dari penambahan
penjualan 30 porsi sate taichan. Dari keuntungan yang didapatkan kemudian dikurangkan
dengan cost yang telah dikeluarkan maka total benefit yang didapatkan Warung Overtaste
menjadi Rp 273.750/hari.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada tahap ​define​, peneliti mengidentifikasi masalah dengan menggunakan metode ​Voice of
Customer (VoC) dan ​Cost to Quality ​(CTQ) yang mendapatkan hasil bahwa terdapat beberapa keinginan
dari konsumen. Setelah data mengenai keinginan konsumen didapat, peneliti menggunakan SIPOC
diagram​, ​Pareto Analysis,​ dan ​Severity-Urgency Matrix u
​ ntuk mengetahui masalah yang penting dan
berdampak besar untuk diselesaikan terlebih dahulu. Dari metode ini, peneliti dapat menemukan
sebagian besar permasalahan yaitu; kecepatan penyajian, protokol kesehatan dan pelayanan karyawan.
Dan hingga akhirnya saat membuat Project Charter, dapat dilihat bahwa fokus sasaran kami adalah
terhadap optimasi waktu menunggu makanan dan minuman oleh karyawan kepada ​customer.​
Pada tahap ​measure​, peneliti menguraikan data menjadi kuantitatif sehingga terdapat tolak
ukur berupa angka. Peneliti menggunakan metode SMART ​Goals untuk menjabarkan dan
mengelompokan data-data kuantitatif tersebut. Dari metode ini, peneliti menemukan bahwa konsumen
menginginkan waktu menunggu makanan dan minuman yang lebih cepat (<10 menit) dan pemanggilan
waiter (<15 detik). Untuk mencapai target tersebut harus ada proses yang diminimalisir agar waktu
pembuatan serta penyajian dapat lebih efisien dan efektif. Selain itu, Warung Overtaste juga dapat
melakukan ​preparation sebelum jam buka serta menambah bell pada setiap meja agar proses
pemesanan dan pembayaran dapat menghemat waktu. Proyek perbaikan ini diharapkan dapat
dilaksanakan dalam kurun waktu 2-3 bulan.
Pada tahap ​analyze, ​peneliti menggunakan ​tools Why-why analysis u ​ ntuk menemukan ​root
cause​. Setelah menggunakan ​tools ini kami menemukan adanya akar-akar permasalahan yang sering
muncul yaitu tidak adanya SOP secara tertulis mengenai langkah-langkah pembuatan makanan​. S​ elain
itu kami juga menggunakan tools ​Interrelationship Diagram untuk mengetahui secara lebih jelas ​driver
dan ​outcome dalam bentuk angka. Diantara akar masalah yang ada, jumlah terbanyaknya adalah tidak
ada SOP mengenai tahap pembuatan makanan yang menyebabkan lamanya waktu menunggu pesanan
konsumen. Sehingga kami sebagai peneliti akan berfokus untuk mencari solusi untuk mengatasi masalah
tersebut.
Pada tahap ​improve, p​ eneliti menggunakan beberapa metode untuk menemukan solusi yang
tepat bagi permasalahan lama waktu menunggu pesanan lama. ​Tools p ​ ertama yang kami gunakan
adalah ​As Is Map untuk mengetahui langkah apa yang tidak berguna dan bisa dihilangkan untuk
mempersingkat proses yang dituangkan kedalam ​To Be Map.​ Selanjutnya, kami menggunakan tools
SMED dan untuk proses memasak sate taichan yang awalnya menghabiskan waktu sebanyak 27 menit,
ternyata bisa dipotong sebanyak 300% menjadi 9 menit saja. ​Tools t​ erakhir yang kami gunakan adalah
Weighted Decision Matrix,​ kami membandingkan 2 alternatif pilihan dan mendapatkan hasil yaitu 6
untuk alternatif 1 (Menggunakan 2 orang pada bagian kitchen​) dan 8 untuk alternatif 2 (Membuat SOP
mengenai langkah pembuatan). Sehingga kami menyarankan Warung Overtaste untuk membuat SOP
mengenai pembuatan Sate Taichan.
Pada tahap ​control​, peneliti membandingkan antara Planned ​and ​Actual Improvement k​ edalam
bentuk Time table menggunakan ​tools Gantt Chart. Lalu untuk ​Old and New way of work, k​ ami
mengambil alternatif yaitu membuat SOP langkah pembuatan Sate Taichan. Dalam ​Target and Result
Improvement Implemented, pada bagian actual ternyata kami belum dapat mencapai target karena
proses pembuatan masih memakan waktu 11 menit 26 detik yang melebihi target yaitu 10 menit.
Sehingga kami juga menggunakan ​tools PICA untuk mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya, dan
mendapatkan 2 hal yang harus dilakukan yaitu mempersingkat waktu menusuk serta membakar sate
taichan agar dapat mempersingkat proses pembuatan. Terakhir kami membuat ​Benefit and Cost
Analysis, dan mendapatkan pengeluaran ​cost s​ ebesar Rp 176.250 serta ​benefit ​sebesar Rp 13.500.000
dengan asumsi 1 bulan 30 hari dan setiap harinya pembelian sate taichan sebanyak 30 porsi.
Lampiran
Survey Kepuasan Pelanggan Warung Overtaste II
Perhitungan SMED
Tabel Actual

Anda mungkin juga menyukai