Anda di halaman 1dari 67

POLITEKNIK MANUFAKTUR TIMAH (POLMAN - TIMAH )

Jalan Jenderal Sudirman 51, Pangkalpinang 33121, Bangka, Indonesia


Telp. (0711) 312067, 312278, Fax (0711) 311053, Tlx. 27700 TIMAH
Halaman

Daftar isi i

Literatur v

Kata Pengantar vi

1. Dasar Akuntansi Biaya 1

1.1. Prinsip & Proses Akuntansi 1

1.1.1. Akuntansi Keuangan 1

1.1.2. Akuntansi Biaya 2

1.2. Penggolongan Rekening 3

1.2.1. Rekening Nyata 3

1.2.2. Rekening Laba-Rugi 4

1.3. Persamaan Dasar Akuntansi 4

1.4. Sistem Berpasangan 5

1.4.1. Penggunaan Sistem berpasangan. 6

1.4.2. Transaksi Penghasilan dan Biaya 8

2. Analisis Investasi: 12

2.1. Evaluasi Investasi 12

2.2. Periode Pengembalian 13

2.3. Net Present Value (NPV) 13

2.4. Benefit Cost Ratio (BCR). 14


2.5. Internal Rate Of Return (IRR) 15

3. Teknik Peramalan: 21

3.1. Pengertian & Faktor Peramalan 21

3.2. Jenis Ramalan 22

3.3. Methode Kualitataif 22

3.3.1. Sistem Delphi 23

3.3.2. Sistem Survei Pasar 23

3.3.3. Sistem Judgement. 23

3.4. Metode Kuantitatif 23

3.4.1. Deret Waktu (Time Series) 24

3.4.1.1. Moving Average. 24

3.4.1.2. Exponential Smoothing. 25

3.4.1.3. Teknik Matematika. 26

3.4.1.4. Perhitungan pengaruh musiman 29

3.4.2. Teknik Sebab Akibat. 31

3.5. Langkah-langkah Peramalan. 32

4. Pembuatan Keputusan: 34

4.1. Tahap Pembuatan Keputusan 34

4.1.1. Mendefinisikan jenis keputusan yang akan diambil 34

4.1.2. Mengembangkan alternatif-alternatif keputusan 35

4.1.3. Mengevaluasi alternatif dari aspek kriteria-kriteria

yang mungkin terjadi 35


4.1.4. Menentukan alternatif yang baik 35

4.1.5. Mengimplementasikan keputusan yang dipilih 35

4.1.6. Menganalisa, tindak lanjuti dan evaluasi keputusan

yang telah diambil 36

4.2. Metode Keputusan Kuantitatif 36

4.2.1. Kondisi keputusan yang pasti 36

4.2.2. Kondisi keputusan yang tidak pasti 36

4.2.3. Kondisi keputusan yang probabilistik/stohastik 37

4.3. Analisa Break Event Point (BEP) 37

5. Peningkatan Produktivitas 38

5.1. Peningkatan & Pengukuran Produktivitas 38

5.2. Teknik Peningkatan Produktivitas 41

6. Teknik Jaringan Kerja: 44

6.1. Jaringan Kerja & Ketentuan Pembuatan Diagram Jaringan Kerja 44

6.1.1. Event 45

6.1.2. Aktifitas Dummy 46

6.1.3. Diagram Panah 46

6.1.4. Nomor Event 47

6.2. Program Evaluation & Review Techniques Vs Critical Path

Methode 47

6.2.1. Metode CPM, 48

6.2.2. Metoda PERT 51


7. Gugus Kendali Mutu: 55

7.1. Pengertian Gugus Kendali Mutu (GKM) 55

7.2. Manajeman Mutu 56

7.3. Alat analisa GKM 57

7.4. Langkah Perbaikan melalui GKM 58


Literatur:

a). Management Guide For Engineers And Technical Administrator, Chironis,

Mc. Graw Hill

b). Management, Kinard, DC Health And Company c). Manajemen Produksi, IPPM,

Jakarta d). Manajemen Industri 2, Siswoyo, P4, Bandung

e). Betriebsorganiation als Fuehrungsaufgabe, Prof. Dr. Horst Schwarz, Verlag

Moderne Industri.

f). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Drs. Bambang Riyanto, Yayayasan

Badan Penerbit Gajah Mada Yogyakarta.

g). Dasar-dasar Akuntansi Perusahaan, Drs. Bambang Riyanto, Yayayasan

Badan Penerbit Gajah Mada Yogyakarta.

h). Manajemen Proyek, Iman Soeharto, Erlangga, Jakarta

i). Production & Operations Management, Adam Yr & Ebert, Prentice Hall

International
Kata Pengantar
Politeknik Manufaktur Timah (POLMAN) sebagai institusi pendidikan, yang
mengkonsentrasikan diri pada pendidikan profesi tingkat keahlian spesialisasi yang
bertujuan untuk mengisi tenaga teknik proses produksi di bidang manufaktur harus
dapat menghasilkan lulusan yang siap untuk menyambut era globalisasi dan pasar
bebas dunia.

Lulusan POLMAN diharapkan bukan saja menguasai teknologi manufaktur saja namun
juga diharapkan mempunyai / memiliki kemampuan manajerial. Karena lulusan
POLMAN bila bekerja nanti diharapkan bisa mengisi / menduduki posisi manajerial
tingkat menengah.

Untuk memenuhi tuntutan diatas, maka disusunlah buku diktat manajemen industri /
produksi yang kedua ini, dimana merupakan kelanjutan diktat pertama yang
diperuntukan bagi peserta didik POLMAN. Dengan harapan setelah membaca ataupun
mempelajarinya peserta didik bisa mengetahui aspek-aspek manajemen yang meliputi:

 Akuntansi Biaya
 Analisa Investasi
 Teknik Peramalan
 Pembuatan Keputusan
 Peningkatan Produktifitas
 teknik Jaringan serta
 gugus Kendali Mutu

Namun demikian, penulis menyadari bahwasanya diktat/buku ini masih banyak


kekurangannya, balk itu dalam penyajian ataupun materinya. Untuk itusaran dan kritik
kami harapkan dari pembaca diktat ini, mudah-mudahan setelah adanya masukan
diktat/ buku ini bisa lebih baik/sempurna.

Sungailiat, 26 September 1997

Penyusun

Dindin Sulaeman Masch. Ing. HTL


1. Dasar Akuntansi Biaya
1.1 Prinsip dan Proses Akuntansi

Akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, penyajian dan tran-


saksi keuangan yang terjadi dalam organisasi atau perusahaan serta penafsiran terhadap
hasilnya. Tujuan akuntansi keuangan adalah untuk :

 Mengidentifikasi keuangan yang bersifat komersiil


 Melaporkan keuangan yang merupakan informasi prestasi perusahaan
 memberikan informasi yang dimanfaatkan manajemen untuk pengambilan
keputusan.

Bentuk laporan keuangan biasanya dalam bentuk neraca, pernyataan laba-rugi serta
perubahan posisi keuangan organisasi / perusahaan sebagai sajian informasi kepada
pihak luar perusahaan.

Proses akuntansi secara skematis bisa dilihat seperti dalam ilustrasi gambar dibawah
ini:

1.1.1 Akuntansi Keuangan

Akuntansi yang kegiatannya bertujuan untuk menginformasikan transaksi keuangan


berupa perubahan aktiva-pasiva, hutang dan modal disebut akuntansi keuangan.
Tujuan Akuntansi keuangan secara riil adalah sebagai berikut:
• Mengidentifikasi keuangan yang bersifat komersial

 Melaporkan keadaan keuangan yang merupakan informasi prestasi perusahaan


 Memberikan informasi yang dimanfaatkan oleh manajemen dalam pengambilan
keputusan.

Dalam mengolah data keuangan ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
 Kesatuan usaha, yang dimaksudkan dengan ini adalah memisahkan milik
perusahaan dengan milik pribadi,
 Kesinambungan usaha, yaitu pernyataan perusahaan tidak bangkrut (gulung
tikar), sehingga dalam kondisi apapun kondisi keuangan harus disajikan secara
jujur,
 Dasar biaya berdasarkan sejarah, maksudnya data yang diolah adalah data yang
telah dilakukan oleh perusahaan,
 Dasar aktual, maksudnya pencatatan dilakukan pada saat transaksi, walaupun
belum terjadi pembayaran tunai, namun dicatat sebagai piutang,
 Nilai uang, maksudnya adalah penyajian dalam satuan mata uang dan kondisi
daya beli sama dari waktu ke waktu, meskipun tingkat harga berubah.

1.1.2 Akuntansi Biaya

Akuntansi yang kegiatannya bertujuan untuk menyediakan informasi biaya bagi


manajemen untuk membantu mereka didalam mengelola organisasi / perusahaan atau
bagiannya disebut akuntansi biaya.

Agar supaya akuntansi biaya dapat mencapai tujuan tersebut, segala pembiayaan
harus dicatat sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk:

 Menentukan harga pokok secara teliti,


 Mengendalikan biaya dan
 Menganalisa biaya.
1.2 Penggolongan Rekening

Pencatatan akuntansi dilakukan dalam rekening, rekening dikelompokkan dalam


rekening nyata dan rekening laba-rugi.

1.2.1 Rekening nyata

Rekening nyata disajikan dalam neraca yang terdiri dari:

 rekening aktiva dan

 rekening pasiva.

Rekening aktiva adalah semua sumber daya milik organisasi / perusahaan, yang
dipakai untuk menunjang aktifitas organisasi / perusahaan. Dilihat dari jenisnya ada yang
disebut aktiva lancar, aktiva tetap, aktiva tetap tidak berujud, investasi serta aktiva
yang Iainnya.

 Aktiva lancar adalah aktiva yang dapat diubah menjadi kas dalam periode
akuntansi kurang dari satu tahun. Contoh aktiva lancar adalah: saham / surat
berharga, piutang, persediaan / inventori dan lain-lain.
 Aktiva tetap adalah aktiva berujud yang berfungsi sebagai penunjang operasi
organisasi / perusahaan. Contah: Mesin-mesin produksi, gedung, tanah dli.
 Aktiva tetap tidak berujud adalah aktiva yang didapat hasil dari hak patent, lisensi atau
hak cipta.
 Investasi bisa berbentuk saham atau barang yang dimiliki lebih dari satu tahun,
mencakup juga didalamnya investasi tanah di Kawasan industri Cikarang,
pemilikan saham di PT Semen Cibinong, ataupun di PT Falco Perdana.
 Sedangkan aktiva lain-lain adalah aktiva yang tidak bisa masuk kesalah satu aktiva
diatas.
Rekening pasiva adalah sumber daya yang dimiliki organisasi / perusahaan yang
dipakai untuk menjalankan usaha / bisnisnya. Pada rekening ini terdiri dari modal dan
hutang. Hutang termasuk rekening pasiva karena hutang merupakan sumber daya yang
berasal dari luar organisasi / perusahaan, misalnya dari bank. Hutang itu sendiri terdiri
dari hutang lancar, hutang jangka panjang dan modal.

• Hutang lancar adalah hutang yang harus dilunasi dalam satu periode akuntansi,
sebagai contoh hutang yang termasuk dalam jenis ini adalah: hutang wesel,
cicilan ke bank, pembayaran gaji karyawan dan pajak.
 Hutang jangka panjang adalah hutang yang masa pelunasannya lebih dari satu
periode akuntansi. Misalnya hutang obligasi, hipotek dan lain-lain.
 Modal merupakan sumber daya yang, berasal dari pemilik. Bisa juga disebut
sebagai hutang organisasi / perusahaan kepada pemilik. Rekening modal terdiri
atas:

 Saham Istimewa

 Saham biasa

 Agio saham

 Laba yang ditahan.

1.2.2 Rekening Laba-Rugi

Rekening laba-rugi adalah rekening yang disajikan dalam laporan laba-rugi, terdiri dari
rekening pendapatan dan rekening biaya.

Rekening pendapatan adalah rekening aktiva, tidak terbatas kas saja namun
termasuk juga pertukaran barang ataupun jasa.

1.3 Persamaan Dasar Akuntansi

Hasil kerja seorang akuntan merupakan laporan keuangan. Dengan demikian proses
akhir akuntansi terdiri dari neraca (aktiva dan pasiva) dan penyusunan laporan
keuangan yang menyatakan laba-rugi perusahaan. Dalam neraca ditunjukan posisi
keuangan perusahaan pada masa akuntansi. Selain itu didalam neraca akan
ditunjukan sumber-sumber yang dimiliki (aktiva) dibeli dengan hutang dan modal
sendiri. Neraca hanya menunjukkan posisi keuangan sesaat, ketika laporan dibuat.
Selain itu kedua sisi neraca (total aktiva dan pasiva) harus seimbang.
Secara persamaan aktiva dapat ditulis sebagai berikut:

Aktiva = Hutang + Modal sendiri

Pada laporan laba-rugi ditunjukkan tentang hasil kegiatan perusahaan selama masa
akuntansi tahun tertentu termasuk didalamnya adalah penghasilan perusahaan,
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk operasional, pajak penghasilan dan pendapat-an
(bersih) perusahaan. Secara persamaan laba-rugi ditulis sebagai berikut:

Pendapatan perusahaan (laba / rugi) = Penghasilan - Biaya - Pajak

Bila pendapatan perusahaan ditambahkan dengan hutang dan modal sendiri maka
akan mendapatkan persamaan baru yaitu:

_Pendapatan perusahaan + Hutang + Modal sendiri = Aktiva + Biaya + Pajak

bila kita ingin mengetahui aktiva maka persamaan diatas akan menjadi:

Aktiva = Hutang + Modal sendiri + (Pendapatan perusahaan - Biaya - Pajak )

1.4 _Sistem Berpasangan

Pada pelaporan biasanya dibuat dengan sistem berpasangan (Double Entry


Accounting / DEA). Pada sistem ini ditunjukkan sistem pencatatan keuangan yang
tiap transaksinya menggunakan dua atau lebih rekening dengan sisi debet dan kredit
harus sama. Pencatatan pada sistem berpasangan ini disebut rekening T
(T account), disebut demikian karena bentukya mirip huruf T.

Nama Rekening
Debet Kredit

Konsep dasar DEA adalah:

 antara debet dan kredit harus seimbang


 struktur sebagi berikut:

1.4.1 Penggunaan Sistem berpasangan.

Untuk memperjelas penggunanaannya, contoh dibawah ini mudah-mudahan bisa


membantu pemahaman materi.

1. PT Falco Perdana menjual saham biasa seharga Rp. 6.000,- dan saham
preferen seharga Rp. 1500,- Transaksi ini diasukan kedalam rekening T maka:

2. Pada minggu berikutnya PT Falco Perdana membeli mesin seharga Rp. 3900, -
membeli gedung ruko Rp. 1800,- membeli tanah Rp. 750. Untuk membeli aktiva
tersebut diatas, PT Falco meminjam uang dari Bank Bali sebanyak Rp. 1500, dan
wesel jangka panjang Rp. 1950,- maka rekening T minggu berikut menjadi:
3. Transaksi berikutnya perusahaan membayar asuransi gedung dan mesin selama 3
tahun sebesar Rp. 300,- dan membayar lisensi pembuatan produk sebesar Rp. 600,-

4. Transaksi perusahaan selanjutnya adalah pembelian bahan baku seharga Rp.


1200,- dibayar dengan hutang bank sebesar Rp. 450,- sisanya dikredit sebesar Rp.
750,

5. Perusahaan menetapkan persediaan Kas minimum dijaga Rp. 150,- Sisanya Rp.
3450,- dibelikan surat berharga jangka pendek.

Berdasarkan seluruh kegiatan transaksi diatas, maka neraca bisa disusun seperti
dibawah ini:
1.4.2 Transaksi Penghasilan dan Biaya

Di atas telah dipelajari / ditunjukkan transaksi secara neraca. Dibawah ini akan
dibahas tentang rekening penghasilan maupun rekening neraca.

PT Falco Perdana pada periode pertama memperoleh penghasilan dari hasil


penjualan boiler sebesar Rp. 4800,-. dari hasil sebanyak itu dibayar tunai sebesar
3900,- dan sisanya dibayar kredit.

1. Pada akhir bulan berjalan perusahaan harus membayar gaji karyawan sebesar
Rp. 2550,- . Sebanyak Rp. 2400,- dibayar tunai sisanya dibayar dengan giro

2. Pembelian bahan baku selama bulan berjalan seharga Rp. 750,-


3. Biaya asuransi untuk bulan berjalan Rp. 90,-

4. Mesin-mesin yang dimiliki perusahaan mengalami penyusutan sebesar Rp. 600,serta


gedung menyusut seharga Rp. 300,

5. Perusahaan membayar bunga sebesar Rp. 675,

6. Pada akhir bulan berjalan, perusahaan melunasi hutang jangka pendek sebesar Rp.
450,- , hutang wesel jangka panjang Rp. 180,- serta hutang hipotik Rp. 240,-.
Seluruh transaksi diatas kemudian digolongkan menjadi satu dalam debet dan kredit yang
kemudian disebut neraca saldo. Dibawah ini adalah contoh neraca saldo
2. Analisis Investasi:

2.1 Evaluasi Investasi

Yang dimaksudkan dengan investasi adalah penanaman modal digunakan untuk


mengembangkan bidang usaha, serta untuk menambah aset (kekayaan) perusahaan.
Dengan bertambahnya aset perusahaan diharapkan keuntungan perusahaan akan
meningkat dimasa yang akan datang. adapun bentuk investasi bisa berupa
penambahan fisik ataupun jasa.

Dalam menentukan investasi harus diketahui dan dipertimbangkan bebarapa hal


diantaranya:
 Biaya operasioanal per tahun setelah melakukan investasi,
 penghasilan / pendapatan perusahaan yang diharapkan setelah investasi baru,
 tingkat bunga,
 usia / umur investasi dan yang lainnya.

Sebelum perusahaan melakukan penambahan investasi, hendaknya dikaji juga


kelayakannya, dengan kriteria berikut ini:

 Lamanya pencapaian titik impas


 Keuntungan yang bakal diperoleh setelah melakukan investasi
 Resiko atas investasi

Berdasarkan kriteria tersebut diatas, dapat dipilih suatu investasi yang paling
memuaskan, artinya sebuah investasi yang dikeluarkan Iebih cepat kembali akan lebih
baik. Hal ini dikarenakan kewajiban penginvestasi dalam menanggung biaya investasi
menjadi lebih rendah, sehingga pendapatan dari hasill investasi baru bisa digunakan
lagi untuk merencanakan dan mengadakan investasi baru. Karena dengan melipat-
gandakan investasi diharapkan akan menambah keuntungan yang lebih besar
sehingga akan menambah modal yang akan memperbesar aset perusahaan.

2.2 Periode Pengembalian

Yang dimaksudkan dengan periode pengembalian adalah waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan investasi yang sudah ditanamkan. Dalam memperhitungkan waktu
pengembalian ini biasanya tingkat bunga jarang diperhitungkan, bila periode
pengembalian dijadikan sebagai alat untuk menganalisa investasi tingkat validasinya
kurang. Sehingga bila cara ini akan digunakan sebagai alat penganalisis, perlu
digabungkan dengan cara-cara yang lain. Namun keuntungannya sederhana dalam
pengunaan.

Untuk memperoleh waktu pengembalian investasi dapat dilakukan dengan cara


membandingkan perbedaan antara investasi dan nilai sisa dengan keuntungan
operasional. Secara model matematik ditulis sebagai berikut:

Waktu pengembalian investasi =

Untuk Iebih jelasnya lagi, Lihatlah contoh berikut ini.

PT Falco Perdana meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 110 % dari yang


terpasang sebelumnya. Untuk keperluan itu perusahaan membeli mesin Frais CNC
seharga Rp. 400.000.000,- untuk masa 8 tahun. Dari hasil investasi tersebut
perusahaan memperoleh tambahan penghasilan sebesar Rp. 75.000.000,- / tahun, dan
pajak yang harus ditanggung untuk mesin tersebut diatas sebesar Rp. 5.000.000,- /
tahun. Bila nilai investasi tinggal Rp. 15.000.000,- berapa tahunkah periode
pengembalian investasinya?

Waktu pengembalian investasi =

2.3 Net Present Value (NPV)

Yang dimaksudkan dengan Net Present Value adalah evaluasi nilai ekivalensi yang
menyatakan perbedaan ekivalensi pendapatan dengan biaya atau pengeluaran. Dalam
penganalisaan NPV rencana pendapatan dari investasi dihitung, begitu pula biaya
pengeluarannya (termasuk unsur bunga investasi, depresiasi nilai investasi dsb.)
dijadikan satu dengan biaya operasional, selanjutnya dibandingkan.

Untuk mengetahui NPV bisa dihitung dengan bantuan rumus seperti dibawah ini:

NPV = Σ [ (Penerimaan periodik) - ( Pengeluaran periodik)] [Faktor Bunga] - I

Secara rumus matematis ditulis:

dimana: vt = Pendapatan periodik pada periode t = 1, 2, .......T


ct = Biaya periodik pada periode t = 1, 2, .......T
I = Nilai Investasi saat ini
T = Lama investasi
PWF(s)it = Akumulasi nilai terhadap bunga (Iihat tabel)

Selain itu dalam menentukan NPV ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan
diantaranya adalah:
1. Pisahkan semua data dari beberapa alternatif. Ulangi setiap Iangkah untuk setiap
alternatif,
2. Identifikasi cash flow misainya dalam diagram. Pada diagram indentifikasikan bunga
/ tahunnya serta periode waktu,
3. Tuliskan persamaan NPV untuk merefleksikan situasi cash flow,
4. Tentukan NPV dari alternatif yang ada dan akumulasi nilai terhadap bunga yang
sesuai dengan kenyataan pada tabel dan selesaikan,
5. Pilihlah nilai NPV yang terbesar.

2.4 Benefit Cost Ratio (BCR).

Benefit Cost Ratio merupakan rasio atau perbandingan nilai ekivalensi antara
pendapatan serta biaya saat ini. Pada metoda ini perhitungan awal sama seperti pada
NPV. Perbedaannya adalah pada NPV yang diperhitungkan adalah perbedaan nilai
antara pendapatan dan pengeluaran, sedangkan pada BCR yang dibandingkan adalah
pendapatan dan pengeluaran.

Untuk menghitung BCR secara matematik bisa dihitung seperti dibawah ini:

Untuk pemilihannya BCR mana yang terpilih, adalah:

 Nilai BCR > 1


 Bila terdapat BCR > 1 lebih dari satu alternatif, pilih BCR yang percentase-nya
paling tinggi.

2.5 Internal Rate Of Return (IRR)

IRR merupakan suatu cara menganalisa investasi dengan menentukan tingkat


bunga yang mengakibatkan nilai ekivalensi pendapatan, sama dengan nilai
ekivalensi pengeluaran atau dengan kata lain NPV menjadi 0 (nol).

Dari persamaan diatas IRR = i", dimana untuk mencari nilai i" dilakukan dengan cara
coba-coba, sehingga akan mendapatkan NPV = 0. Cara coba-coba ini dilakukan
dengan menentukan 2 nilai tingkat bunga tertentu sebagai batas minimum clan
maksimum. Kemudian hitung NPV untuk kedua tingkat bunga tersebut diatas,
selanjutnya dari nilai yang didapat kemudian diinterpolasikan dengan menggunakan
rumus pendekatan seperti dibawah ini:
Bila tingkat bunga IRR sudah didapat, harus dibandingkan dengan tingkat bunga yang
berlaku saat ini. Bila i ≤ tingkat bunga di Bank saat ini, investasi bisa dilakukan.
3. Teknik Peramalan:

3.1 Pengertian & Faktor Peramalan

Peramalan atau sering disebut forecasting adalah suatu aktifitas untuk menentukan
langkah-Iangkah yang harus dijalankan dimasa yang akan datang dengan berbekal
pengalaman / informasi data yang telah dicapai organisasi pada masa lampau atau
berdasarkan pertimbangan faktor luar yang mempengaruhi seperti hasil riset pasar,
penaruh kebijaksanaan uang ketat, perubahan situasi ekonomi ataupun teknologi
kemungkinan serangan kompetitor / pesaing. Pada jaman dahulu, peramalan ini
dianggap sebagai seni. Namun sekarang banyak sekali ditemukan teknik-teknik
peramalan yang dikembangkan berdasarkan ilmu matematika serta statistika
terapan.

Pada saat melakukan peramalan hendaknya diperhitungkan dengan baik segala


aspek-aspek yang mungkin terjadi. Hal ini sangat perlu karena bila peramalan yang
dibuat terlalu optimis dapat menyebabkan organisasi / perusahaan mengalami
kerugian yang disebabkan karena usaha dan dana yang dikeluarkan tidak sesuai
dengan perolehan dari hasil penjualan.

Pada proses peramalan ada faktor yang harus diperhatikan yaitu:

1. faktor dari dalam organisasi sendiri seperti:


 kebijakan dan strategi perusahaan,
 kebijakan dalam hal pemasaran produk, penentuan harga, promosi dil
 kondisi perusahaan yang menyangkut pada SDM, keuangan serta
produksi.
2. faktor dari luar organisasi seperti:
 perkembangan teknologi
 perkembangan sistem perekonomian
 perkembangan industri sejenis
 perkembangan kondisi pasar
 strategi pesaing, dll.

3.2 Jenis Ramalan

Jenis-jenis peramalan pada dasarnya dibagi menjadi 2 cara. Cara pertama disebut cara
kualitatif dimana pada cara ini lebih ditekankan berdasarkan pada pertimbangan akal,
naluri dan penilaian. Cara kedua disebut cara kuantitatif cara ini menggunakan metoda
statistik dan matematika terapan. Adapun yang paling sering digunakan adalah deret
waktu (time series).

Secara diagram jenis-jenis peramalan dapat dilihat seperti dibawah ini:

Dalam pelaksanaannya, peramalan hendaknya tidak dilakukan dengan satu jenis saja,
akan tetapi sebaiknya digabungkan dari beberapa jenis. Hal ini dianjurkan karena dari
semua jenis peramalan, tidak ada satupun yang bisa memperkirakan secara tepat sesuatu
kejadian dimasa yang akan datang. Dengan mengabungkan beberapa jenis
peramalan, maka jenis yang satu akan mengisi kekurangan yang lainnya.
3.3 Methode Kualitatif

Jenis peramalan kualitatif ini ada 3 yaitu Delphi, Survei pasar dan Judgement.

Banyak yang berpendapat bahwa teknik kualitatif digunakan bila teknik kuantitatif sudah
diperoleh. Pendapat ini ada benarnya namun tidak selalu demikian.

3.3.1 Sistem Delphi

Sistem ini biasanya digunakan untuk peramalan jangka panjang, perencanaan pabrik
berikut kapasitas produksinya serta peramalan perubahan teknologi. Adapun tingkat
ketepatannya untuk jangka pendek, menengah maupun jangka panjang berkisar
antara sedang sampai dengan sangat baik. Biaya yang diperlukan untuk melakukan
peramalan ini sedang hingga besar. Cara peramalan dilakukan dengan berkumpulnya
para ahli dalam suatu kelompok diskusi. Adapun mekanisasinya adalah para ahli tadi
diberi beberapa masalah, yang harus dijawab. Jawaban para ahli itulah yang dijadikan
bahan diskusi, hal ini dilakukan dalam beberapa kali.

3.3.2 Sistem Survei Pasar

Sistem ini biasanya digunakan untuk ramalan penjualan total, ramalan produk utama serta
ramalan untuk setiap jenis produk. Tingkat ketelitian sangat baik untuk jangka pendek,
balk untuk jangka menengah serta sedang untuk jangka panjang. Biaya yang
diperlukan untuk cara ini besar. Cara peramalan dilakukan dengan panel diskusi,
melkukan angket (kuesioner), percobaan pasar serta melkukan survei Iangsung.

3.3.3 Sistem Judgement.

Sistem ini hampir sama dengan sistem survei pasar dalam hal penggunaannya. hanya
dalam melakukan peramalannya lebih sederhana. Namun tingkat ketelitiannya diragukan
walaupun biayanya murah (kecil).

3.4 Metode Kuantitatif


Jenis peramalan kuantitatif ini ada 2 yaitu:

1. Deret waktu (time series) yang terbagi lagi menjadi:


 Moving average,
 exponential smoothing dan

 teknik matematika
2. Sebab akibat (casual)

3.4.1 Deret Waktu (Time Series)

Metoda ini dilakukan dengan cara menganalisa data (baik itu dari dalam organisasi
ataupun dari luar organisasi) dengan melihat kecenderungan yang akan terjadi.
Adapun kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi adalah:
 trend, artinya perkembangan yang akan terjadi, biasanya menuju suatu arah
tertentu.

 musiman, artinya perkembangan yang akan terjadi akan berfluktuasi dimana


perubahan yang ada disebabkan oleh kebiasaan yang ada di masyarakat
(musiman).

 siklus, artinya perkembangan yang akan terjadi akan bervariasi yang disebabkan
oleh siklus bisnis yang terdapat fase-fase tertentu misalnya fase kemakmuran, fase
kemunduran fase depresi clan fase pemulihan.

 horizontal, perkembangan yang akan terjadi berfluksuasi, namun fluktusainya


sekitar nilai rata-rata.

3.4.1.1 Moving Average.

Sistem ini membutuhkan data hasil yang telah dicapai beberapa tahun sebelumnya
secara beruntun. Data yang ada sudah barang tentu akan memiliki karakteristik yang
berfluktuasi. Namun pada sisitem ini unsur waktu bukan merupakan variabel dalam
meramalkan periode yang akan datang.

Dibawah ini merupakan contoh penggunaan moving average.


Moving Average 3 tahun:

Perkiraan penjualan tahun 1998 = (1.375 + 1.400 + 1.410) : 3 = 1.395

Moving Average 5 tahun:

Perkiraan penjualan tahun 1998 =

(1.315 + 1.320 + 1.375 + 1.400 + 1.410): 5 = 1.364

Moving Average 7 tahun:

Perkiraan penjualan tahun 1998 =

(1.250 + 1.300 + 1.315 + 1.320 + 1.375 + 1.400 + 1.410) : 7 = 1.338

3.4.1.2 Exponential Smoothing.

Pada dasarnya sistem ini merupakan perbaikan dari sistem moving average. Sistem ini
menganalisa penyimpangan antara ramalan dengan kenyataan. Penyimpangan ini
dieliminasi dan ditambahkan untuk peramalan periode berikutnya.
Perkiraan penjualan tahun 1998 = 1.395 + 0.2403 = Rp. 1.446 Milyar

3.4.1.3 Teknik Matematika.

Pada metoda ini, peramalan dilakukan berdasarkan model data. Moteda yang paling
populer adalah teknik garis lurus. Adapun persamaan garis lurus adalah y = bx + a.
Dengan demikian dari persamaan garis lurus tadi bisa dibuat grafik sebagai berikut:
Pada teknik garis lurus dikenal 2 cara yaitu:

 Long methode dan


 Coded methode .

Coded Methode

Sistem ini mempunyai persamaan matematika sebagai berikut:

a=ΣY/n
b = Σ XY / Σ X2

Long methode

Sistem ini mempunyai persamaan matematika sebagai berikut:

Σ Y = n.a + b. Σ X

Σ XY = a. ΣX + Σb . ΣX 2

dimana nilai/variable X = 1, 2, 3, 4, ..................dan seterusnya

dimana variabel X = .........-2, -1, 0, 1, 2, ........(bila variabel berjumlah ganjil)

X = .........-3,-1,1,3 , ..............(bila variabel berjumlah genap).

Contoh Pemakaian:

Selama 7 tahun berjalan organisasi memperoleh data penjualan sebagai berikut:


Penyelesaian dengan Coded Methode
Berdasarkan methode pada teknik peramalan dengan mempergunakan cara coded methode
dibuatkan tabel seperti di bawah ini:

dengan mempergunakan persamaan a = Σ Y / n dan b = Σ XY / Σ X2, maka didapat


a = 9.37 / 7 = 1.339

b = 0.74 / 28 = 0.026

Dari data diatas persamaan garis menjadi y = 1.339 + 0.026 x . Untuk


mengetahui ramalan penjualan tahun 1998, dengan variable x = 4 adalah:

y = 1.339 + 0.026 (4)


= 1.443 Milyar

Ramalan penjualan untuk tahun 1998 adalah Rp. 1.443 Milyar


Penyelesaian dengan Long Methode
Berdasarkan methode pada teknik peramalan dengan mempergunakan cara long
methode dibuatkan tabel seperti dibawah ini:
Pada long methode, mempergunakan persamaan:

Σ Y = n.a + b. Σ X dan
Σ XY = a. Σ X + b. Σ X2.

Dari tabel diatas, n = 7 serta Σ X = 28 , Σ Y = 9.370 , Σ XY = 38.220 , Σ X2 = 140. 9.370

= 7a+ 28b

38.220 = 28 a + 140 b -

9.370 (4) - 38.220 = 28 (4) b - 140 b

b = 0.026

a = 1.233

Dengan demikian, persamaan garis menjadi y = 1.233 + 0.026 x . Untuk mengetahui


ramalan penjualan tahun 1998, dengan memasukkan variable x = 8 maka:
y = 1.233 + 0.026 (8)
y = 1.441 Milyar

Ramalan penjualan tahun 1998 adalah Rp. 1.441 Milyar


3.4.1.4 Perhitungan pengaruh musiman
Pengaruh musiman perlu diperhitungkan untuk melakukan distribusi terhadap hasil
perhitungan dengan teknik matematika yang modelnya sepanjang tahun tidak
merata dan cenderung mengikuti model musiman. Didalam perhitungan pengaruh
musiman ini diperhitungkan dengan index musiman. Dimana index musiman ini

tergantung dari besarnya penjualan per kuartal dibandingkan dengan total penjualan
pertahun. Dengan kata lain:

Index musiman (IM) =

Jika penjualan perkuartal untuk 3 tahun terakhir seperti tabel dibawah ini,

maka untuk setiap kuartalnya index musiman bisa diperhitungkan. Sebagai contoh
untuk tahun 1995 :
Kuartal 1 : 0.275/1.375 x 100 % = 20
Kuartal 11 : 0.303/1.375 x 100 % = 22
Kuartal III : 0.385/1.375 x 100 % = 28
Kuartal IV : 0.413/1.375 x 100% = 30
Dengan cara yang sama, maka untuk tahun-tahun yang lainnya akan didapat seperti
pada tabel dibawah ini:
Adapun untuk mengetahui ramalan setiap kuartalnya pada tahun 1998 diambil rata rata
kuartal tahun-tahun berikutnya.

Ramalan kuartal I tahun 1998 =

Berdasarkan perhitungan long methode, maka diperoleh ramalan penjualan untuk


tahun 1998 sebesar Rp. 1.441 Milyar. Dengan demikian pendapatan perkuartalnya
dapat diperhitungkan sebagai berikut:
Kuartal I : 20.7% x Rp. 1.441 Milyar = Rp. 0.298 Milyar
Kuartal II : 24.3 % x Rp. 1.441 Milyar = Rp. 0.350 Milyar
Kuartal III : 25.3 % x Rp. 1.441 Milyar = Rp. 0.365 Milyar
Kuartal IV : 29.7 % x Rp. 1.441 Milyar = Rp. 0.428 Milyar

3.4.2 Teknik Sebab Akibat.

Pada teknik ini menganalisa sampai sejauh mana pengaruh tertentu terhadap
penjualan yang akan diramalkan. Sebagai contoh sejauh mana pengaruh promosi,
populasi penduduk, pertumbuhan ekonomi, geografis / iklim, terhadap penjualan.

Hubungan antara faktor yang mempengaruhi terhadap jumlah penjualan diwujudkan


dalam nilai koeffisien korelasi (r). Adapun nilai r antara -1 sampai dengan +1.

Nilai r ditentukan dengan rumusan sebagai berikut:

Bila r ~ +1 hubungan erat antara pengaruh sesuatu terhadap penjualan


Bila r ~ -1 hubungan erat antara pengaruh sesuatu terhadap penjualan, namun
merupakan kebalikannya.
Bila r = 0 tidak ada hubungannya sama sekali.
Contoh :

Penjualan Promosi

Dari angka diatas dimana nilai r ~ +1, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang sangat erat antara promosi dengan penjualan. Artinya dengan meningkatnya
promosi makin meningkat juga nilai penjualannya.
3.5 Langkah-Iangkah Peramalan.
3.5.1 Siasat
Ketika melakukan peramalan, jangan menggunakan satu teknik peramalan saja namun
gunakanlah beberapa teknik peramalan yang dianggap sesuai berdasarkan kriteria-
kriteria berikut:
 tingkat kecanggihan sistem dan pemakai
 ketersediaan sumber daya, data dan waktu
 model data yang didapat serta
 karakteristik keputusan yang tertuang pada tabel dibawah ini

Dari faktor-faktor & kriteria diatas, diharapkan peramalan yang satu dapat menjadi
faktor koreksi untuk yang lainnya.

3.5.2 Perencanaan.
 Dalam pengelolaan data base hendaknya dikelola secara profesional, agar data yang
dijadikan acuan tidak menyesatkan. Karena bila datanya tidak betul, maka
peramalan pun tidak akan teliti.

• Harus memperhatikan aksi ataupun reaksi kompetitor / pesaing sehingga bisa


membuat peramalan alternatif serta kejadian-kejadian tidak terduga yang dapat
mengganggu / mengguncang peramalan.

3.5.3 Pengendalian

 Perbaiki dan perbaharui peramalan dari periode ke periode

 Amati ketepatan ramalannya

 Jabarkan langkah-Iangkah pengamanan, bila terjadi hal-hal yang tidak terduga.


4. Pembuatan Keputusan:

4.1 Tahap Pembuatan Keputusan

Menentukan keputusan adalah merupakan tugas seorang manajer. Adapun jenis


keputusan yang diambil seorang manajer tergantung dari kedudukan struktural
dalam organisasinya. Sebagai contoh seorang manajer puncak akan membuat
keputusan yang sifatnya strategis untuk jangka panjang dan sifatnya umum.
Sedangkan untuk manajer tingkat menengah akan membuat keputusan taktis yang
merupakan penjabaran dari keputusan manajer puncak dengan tenggang waktu
jangka menengah. Selanjutnya manajer tingkat bawah akan membuat keputusan
yang bersifat operasional, dengan sifat yang sangat detail.

Wewenang pembuatan keputusan bisa bersifat:

 sentralisasi dimana keputusan akhir selalu melibatkan manajemen puncak, namun


bisa juga
 desentralisasi dimana manajemen tingkat menengah diberi wewenang sesuai
dengan tingkat wewenang yang dimilikinya. Sebagai contoh keputusan taktis
cukup diambil oleh manajer menengah dan keputusan operasional diambil oleh
manajer tingkat bawah, selama keputusan ini tidak bertentangan dengan
kebijakan serta strategi organisasi.

Ada beberapa tahapan dalam pembuatan keputusan antara lain:

1. Mendefinisikan jenis keputusan yang akan diambil


2. Mengembangkan alternatif-alternatif keputusan
3. Mengevaluasi alternatif dari aspek kriteria-kriteia yang mungkin terjadi
4. Menentukan alternatif yang baik
5. Mengimplementasikan keputusan yang dipilih
6. Menganalisa, tindak lanjuti dan evaluasi keputusan yang telah diambil.
4.1.1 Mendefinisikan jenis keputusan yang akan diambil

Dalam tahapan ini pertama-tama harus diketahui tujuannya. Apakah untuk kebutuhan
intern organisasi ataukah extern. Begitu pula apakah sifatnya strategis,

taktis ataukah operasional? Selain itu apakah keputusan ini bisa dilaksanaan atau
tidak, dan juga sumber daya yang dimiliki organisasi mendukung / memadai atau
tidak

4.1.2 Mengembangkan alternatif-alternatif keputusan


Untuk mengambil / menentukan keputusan hendaknya dibuat beberapa kemungkinan
atau alternatif keputusan. Hal ini dibuat untuk dikaji aspek-aspek risiko, penilaian
manfaat dan kemungkinan besarnya biaya. Oleh karena itu pengembangan alternatif
sangat dianjurkan agar keputusan dapat dilakukan dengan hasil yang memuaskan
serta bisa dilaksanakan secara effektif dan effisien.

4.1.3 Mengevaluasi alternatif dari aspek kriteria-kriteia yang mungkin terjadi


Dalam mengevaluasi alternatif keputusan, harus ditinjau dari beberapa kriteria serta
beberapa sudut pandang, agar dapat menghasikan keputusan yang optimum tidak
hanya menghasilkan kepuasan pada satu kriteria ataupun sudut pandang saja.
Karena bila hanya dilihat dari satu kriteria / sudut pandang saja, memungkin
menguntungkan sekali, tapi kalau dilihat dari sisi lain justru merupakan hal yang
bertentangan. Namun demikian dalam menentukan kriteria juga harus sesuai atau
relevan dengan keputusan yang akan diambil. Cara mengevaluasi adalah dengan
menentukan nilai setiap kriteria yang ada sehingga dasar penilaian evaluasi bisa
ditentukan dengan cara melihat nilai maksimasi keuntungan serta maksimasi nilai
harapan.

4.1.4 Menentukan alternatif yang baik


Setelah mengevaluasi, maka sudah dapat dipilih salah satu alternatif keputusan.
Adapun keputusan yang terpilih sudah jelas yaitu alteratif yang memiliki nilai
maksima balk berdasarkan keuntungan atau harapan.
4.1.5 Mengimplementasikan keputusan yang dipilih
Setelah keputusan dipilih, hendaknya segera disosialisasikan atau dikomunikasikan
kepada level / bagian yang terkait sehingga bisa diimplementasikan dengan segera.
Selain itu petugas / pejabat yang bertanggung jawab harus segera diberitahukan.

4.1.6 Menganalisa, tindak Ianjuti dan evaluasi keputusan yang telah diambil

Setelah keputusan diimplementasikan, selanjutnya segera dianalisa, dimonitor. Bila


pada pelaksanaannya ternyata keputusan itu berjalan sesuai dengan yang
diharapakan, maka keputusan itu dipelihara. Namun bila keputusan yang diambil
ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan, atau bahkan merugikan organisasi,
maka keputusan tersebut harus segera ditinjau kembali.

4.2 Metode Keputusan Kuantitatif

Ada 3 kemungkinan kondisi keputusan yang harus diambil diantaranya:

 Kondisi keputusan yang pasti


 Kondisi keputusan yang tidak pasti
 Kondisi keputusan yang probabilistik / stohastik

Untuk mendapatkan keputusan yang memenuhi harapan, berikut ini adalah


uraiannya.

4.2.1 Kondisi keputusan yang pasti

Pada kondisi ini keputusan yang akan diambil hanya memberikan satu pilihan pasti,
walaupun terdapat beberapa alternatif. Artinya dari beberapa alternatif yang ada
hanya ada satu pilihan pasti.

Sebagai contoh pada kondisi ini, bila lapar pasti diputuskan untuk mencari makanan
bukan mencari minuman.

4.2.2 Kondisi keputusan yang tidak pasti

Pada kondisi ini keputusan yang diambil, tidak ada kemungkinan ataupun hasil yang
dapat , dipastikan. Sehingga untuk menentukannya kadang-kadang banyak
dipengaruhi oleh pendapat (judgement) pengambil keputusan. Bila kondisi ini
muncul, maka ada beberapa cara untuk mengatasi pemilihan keputusan. Diantaranya
adalah metode:
 Maximin (Wald)
 Index pesimistik-optimistik (Hurwick)

• Minimax regret (Savage)

 Netral (Laplace)

4.2.3 Kondisi keputusan yang probabilistik / stohastik

Pada kondisi ini keputusan yang diambil mempunyai beberapa kemungkinan pilihan
akhir, di mana peluang masing-masing alternatif sesuai dengan yang dimilikinya.
Salah satu contoh tadi bila lapar maka diputuskan untuk mencari makanan. Adapun
makanan apa yang dipilih tergantung dari situasi dan kondisi yang dimiliki oleh
si pengambil keputusan. Bisa saja membeli makanan berat, atau mungkin juga
membeli makanan ringan tergantung situasi ataupun kondisi yang ada.

4.3 Analisa Break Event Point (BEP)

Analisa BEP biasanya diambil bila pengambilan keputusan berdasarkan nilai


ekonomis. Bisa berdasarkan maksimasi keuntungan atau minimasi pembiayaan.
Berbicara masalah biaya, maka ada dua jenis biaya yang harus diperhitungkan yaitu:
 Biaya tetap (fix cost) artinya biaya ini tidak berubah, walaupun volume
produksi atau jam kerja berubah-ubah.
 Biaya tidak tetap (variable cost) artinya biaya ini akan berubah tergantung
dari jumlah volume produksi ataupun jam kerja.
5. Peningkatan Produktivitas

5.1 Peningkatan & Pengukuran Produktivitas

Yang dimaksudkan dengan produktivitas adalah perbandingan antara effektifitas


dengan effisiensi yang dicapai dalam suatu organisasi. Effektifitas adalah
penunjukan hasil yang telah dicapai, sedangkan effisiensi adalah pemanfaatan
sumber daya manusia yang terpakai.

Agar supaya tingkat produktivitas tinggi, maka seorang manajer harus mampu
mengenali adanya kegiatan-kegiatan kerja yang ineffisien yang didapat dari:

1. Pengenalan situasi, yang bisa didapat dari:


 laporan bawahan langsung tentang kegiatan produksi
 pengamatan langsung ketempat pelaksanaan produksi
2. Perhitungan biaya realisasi produksi
3. Pengumpulan / perolehan Informasi.
4. Penganalisaan hasil.

Dengan mengenali hal-hal yang tidak effisien, maka diharapkan seorang manajer
bisa memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara optimum serta mampu
meningkatkan tingkat effektifitasnya.

Dalam melakukan operasionalnya, organisasi / perusahaan dipengaruhi 6 unsur


masukan yang dikenal dengan 5M + I. Sedangkan keluaran / yang dihasilkan adalah
berupa nilai tambah dari produk ataupun jasa. Secara grafik bisa ditunjukkan
sebagai berikut:

Input / Masukan Proses Output / Keluaran

 Manusia • Proses produksi • Produk 1


 Mesin /manufaktur • Produk 2
 Modal • Produk 3
 Metoda • Produk 4
 Material • ……..
Dari modifikasi yang ditunjukkan di atas, maka produktivitas dari lingkup organisasi/

perusahaan adalah:
Total / seluruh pengeluaran
Produktivitas =
Total / seluruh masukan

Total nilai tambah (prod 1 s/d prod. n)


Produktivitas =
Total nilai masukan (5m + I)

dari persamaan diatas bisa ditentukan bahwa untuk meningkatkan produktivitas


yang harus dilakukan adalah:
 Meningkatkan nilai tambah keluaran diantaranya dengan cara menaikkan
kualitas produk, serta
 mengeffisiensikan masukan dengan cara diantaranya menekan biaya
produksi misalnya dengan teknologi tinggi sehingga biaya untuk setiap
unitnya semakin rendah.

Ditinjau dari sifatnya, produktifitas ada 3 jenis, diantarnya:


 Produktivitas partial, cirinya adalah hanya membandingkan hasil / nilai
keluaran dengan salah satu nilai masukan. Sebagai contoh bila
produktivitas partial didasarkan atas sumber daya yang digunakan
Total nilai tambah (prod 1 s/d prod. n)
Produktivitas =
Sumber daya yang digunakan

Keuntungan jenis ini memiliki kelebihan karena mudah untuk dimengerti,


dihitung, serta datanya mudah diperoleh. Selain itu dengan cepat bisa
dilaporkan kepada pimpinan bila dia memerlukannya. Bila ada bagian
yang tidak berjalan seperti yang diharapkan bisa juga merupakan cara
mendiagnosa bagian yang perlu diperbaiki.
Sedangkan kelemahannya bisa memberikan data yang salah, jika hanya
berpatokan pada jenis ini saja. Untuk mengatasi kelemahannya ini
harus

digabungkan dengan jenis yang lain.

 Produktivitas total, cirinya adalah membandingkan semua hasil / nilai total


dengan semua nilai masukan.

Total nilai tambah (prod 1 s/d prod. n)


Produktivitas =
K+L+M+E

K : Nilai modal usaha yang digunakan


L : Nilai upah tenaga kerja
M : Pembelian material dan jasa
E : Sumber daya yang digunakan

Kelebihan jenis ini bisa memberikan gambaran produktivitas organisasi /


perusahaan secara keseluruhan, selain itu mudah untuk menganalisa
kepekaannya.
Kelemahannya sulit dihitung, karena kesulitan memperoleh data yang
lengkap serta akurat.

 Produktivitas faktor total, cirinya membandingkan nilai netto / bersih dengan


Jumlah sumber daya ditambah modal usaha.
Nilai bersih produksi
Produktivitas =
Modal + Tenaga Kerja

Keuntungannya sama dengan pada produktivitas total.


Kerugiannya, produktivitas jenis dominan untuk mengukur faktor tenaga
kerja serta modal saja sehingga tidak akan akurat, jika porsi material besar.

Selain meningkatkan produktivitas, harus juga ada kriteria bagaimana pengukurannya.


Berikut ini adalah kriteria pengukuran produktivitas:
 Data yang harus betul-betul berlaku dan dapat dipertanggung-jawabkan
kebenarannya

• Data harus lengkap, balk itu unsur masukan (input) maupun unsur keluaran
(output)
 Tingkat produktivitas harus mampu / bisa dibandingkan dengan periode
sebelumnya.
 Hasil pengukuran nilai effektifitas harus bisa digunakan untuk perbaikan
dalam organisasi.

5.2 Teknik Peningkatan Produktivitas

Pengukuran tingkat produktivitas bisa diukur secara makro (lingkup nasional) atau
secara mikro (lingkup organisasi / perusahaan). Bila pengukuran dilaksanakan
secara makro, maka memerlukan seluruh data yang dihasilkan secara nasional.
Berdasarkan penelitian ada banyak cara untuk perbaikan / peningkatan
produktivitas, namun dari sekian banyak itu secara dasar bisa diklasifikasikan pada 5
jenis dasar yang antara lain:

1. Peningkatan produktivitas berdasarkan teknologi.

Peningkatan produktivitas cara ini mengandalkan kemajuan teknologi atau ilmu


pengetahuan. Misalnya saja penggunaan robot pada proses pengecatan ataupun
pengelasan, pembuatan produk dengan menggunakan teknologi CAD / CAM,
pemotongan material dengan menggunakan sinar laser, pemotongan benda kerja
dari metal dengan menggunakan kawat kuningan dan lain sebagainya

2. Peningkatan produktivitas berdasarkan tenaga kerja

Peningkatan produktivitas cara ini dilakukan dengan cara meningkatkan


kepuasaan kerja dan motivasi kerja. Sebagai contoh memberikan bonus
keuntungan pada akhir tahun, atau promosi jabatan, peningkatan keahlian,
memberikan penghargaan bagi pekerja yang prestasinya bagus, menghukum
pekerja yang melakukan kesalahan diluar batas yang diijinkan organisasi /
perusahaan, dan lain sebagainya.

3. Peningkatan produktivitas berdasarkan produk

Peningkatan produktivitas cara ini dilakukan dengan melakukan peninjauan


kembali terhadap produk rekayasa, diversifikasi produk, peningkatan keandalan /
mutu serta produk terpadu.
4. Peningkatan produktivitas berdasarkan proses
Peningkatan produktivitas cara ini mengandalkan evaluasi jabatan, ergonomi
kerja, alur proses, perancangan dan pengukuran kerja serta penjadwalan
produksi.
5. Peningkatan produktivitas berdasarkan material
Peningkatan produktivitas cara ini dengan memperhatikan pengendalian
persediaan, penerapan perencanaan kebutuhan material, perbaikan sistem
pemindahan / penempatan material, pemakaian daur ulang material serta
memperbaiki manajemen material.

Peningkatan produktivitas selain berdasarkan 5 hal diatas, bisa juga ditinjau dari sisi
pendekatan teknik industri / ekonomi dan pendekatan hubungan manusia.
1. Pendekatan teknik industri & ekonomi.
Pendekatan teknik terdiri dari gabungan antara tata cara kerja dan pengukuran
kerja, yang digunakan untuk mempelajari peningkatan produksi dengan lebih
memanfaatkan penggunaan serta pengelolaan material, cara / metode kerja dan
waktu kerja. Prosedur dalam pelaksanaannya adalah:
 Ambillah tugas atau proses yang akan diamati,
 amati tugas / proses yang dipilih, apakah cara yang dipakai sudah effektif
atau belum, lantas catat waktu yang terpakai berdasarkan cara yang
diamati, hasil pengamatan datanya dicatat
 data hasil pengamatan dianalisa, tentukan tindakan apa saja yang harus
dilakukan oleh pekerja,
 Kembangkan, bakukan serta implementasikan teknik / cara / metode keja
yang lebih baik agar hasil yang dicapai lebih ekonomis dibandingkan
dengan sebelumnya, selanjutnya tentukan waktu standardnya.
Pengembangan teknik / cara / metoda kerja bisa dilakukan dengan cara
memperbaiki proses, tataletak mesin / fasilitas, merancang fasilitas dan

perlengkapan kerja, mengurangi kesulitan kerja ataupun kelelahan kerja,


mengurangi penggunaan material, mesin, dan jugs pekerja serta
mengembangkan Iingkungan)
 Kaji ulang, apakah teknik / cara / metode baru Iebih sistematis dan mampu
meningkatkan nilai ekonomis atau tidak, selanjutnya lakukan pengawasan.

2. Pendekatan hubungan manusia.

Pendekatan hubungan manusia lebih menekankan, bahwa bagian utama dari


organisasi adalah aspek manusia, sehingga pengembangan organisasi
merupakan cara dalam peningkatan produktivitas. Oleh karena itu organisasi yang
menggunakan pendekatan manusia bila ingin meningkatkan produktivitasnya
dan ingin bertahan, maka organisasi tersebut harus dinamis. Artinya selalu
berubah-ubah disesuaikan dengan perubahan lingkungan.

Sebuah organisasi dibangun sejak awal dengan konsep pengembangan yang


baik dan benar, maka organisasi tersebut akan mempunyai biaya overhead
yang kecil, karena semua sumber daya manusia yang ada dapat dimanfaatkan
dengan baik. Lain halnya organisasi dibuat tanpa konsep yang baik, maka
jumlah pegawai yang banyak akan cenderung menimbulkan biaya overhead
tinggi, hal ini akan mengurangi laba perusahaan. Bila kondisi tersebut terjadi,
maka untuk bisa memajukan organisasi, perlu adanya penataan terhadap
organisasi, salah satu contoh adalah dengan melaksanakan restrukturisasi.
6. Teknik Jaringan Kerja:

6.1 Jaringan Kerja & Ketentuan Pembuatan Diagram Jaringan Kerja

Setiap proyek pada umumnya terdiri atas banyak pekerjaan atau aktivitas. Masing-
masing aktivitas tidak akan berdiri sendiri, melainkan berangkai satu dengan yang
lainnya, dari mulai sampai berakhirnya proyek. Setiap kegiatan digambarkan sebagai
anak panah, sehingga bila suatu proyek untuk setiap kegiatannya digambarkan
dengan beberapa anak panah, pada akhirnya akan terbentuk suatu susunan anak
panah yang merupakan gambaran jaringan aktifitas atau jaringan kerja (Networking).

Dari jaringan kerja ada beberapa manfaat yang berguna bagi manajemen antara lain
untuk:
 Merencanakan proyek termasuk urutan operasinya, sehingga sasaran waktu dan
sumber daya (manusia, peralatan dan material) dapat dievaluasi,
 menentukan kebutuhan biaya sesuai dengan jadwal kegiatan,
 mengendalikan proyek yang sedang dilaksanakan dan segera mengambil
tindakan bila terdapat penyimpangan,
 menggambarkan secara grafts ketergantungan setiap unit kerja dengan unit kerja
yang lainnya sedemikian rupa sehingga jaringan kerja mampu menggambarkan
arus operasi serta memperlancar komunikasi antara berbagai divisi atau
departemen / bagian dan perusahaan-perusahaan yang terkait dengan proyek,
 memelihara disiplin organisasi dengan menetapkan cara / teknik / metode kerja yang
tegas,
 meningkatkan kualitas rencana proyek dan pelaksanaannya

Dilihat dari cara penggambaran, pembuatan, penyusunan jaringan kerja yang lazim
dipakai ada 2 yaitu:
1. Jaringan dengan panah ( an arrow network ), pada cara ini kegiatan / aktivitas
ditunjukan / digambarkan dengan arah panah.

Contoh ini adalah jaringan


dengan panah, dimana kegiatan
no 5 dan no 6 akan dimulai
bila kegiatan no 1, no 2 dan no 3
selesai.

2. Jaringan dengan node ( on node network ), pada cara ini kegiatan digambarkan
dengan bongkol, sedangkan arah panah digunakan untuk menunjukkan
ketergantungan aktifitas satu dengan yang lainnya.

Contoh disamping ini adalah


jaringan dengan bongkol, kegiatan
no 4 dan no 5 akan dimulai bila
kegiatan no 1, no 2 dan no 3
selesai.

Dari dua cara penggambaran tersebut, jaringan kerja yang paling banyak dan sering
digunakan adalah jaringan kerja dengan panah, sehingga selanjutnya yang akan
dibahas adalah terbatas pada jaringan kerja dengan panah

6.1.1 Event

Dalam pembuatan jaringan kerja untuk setiap aktifitas digambarkan dengan sebuah
anak panah yang dimulai dan diakhiri dengan suatu titik yang dapat diidentikan
dengan waktu. Titik yang dimaksud diberi nama event atau kejadian. Titik ini bisa
digambarkan sebuah lingkaran / oval / lonjong bisa juga berbentuk kotak. Dibawah
ini ditunjukkan contoh penggambaran satu aktifitas.

6.1.2 Aktifitas Dummy

Yang dimaksudkan dengan aktifitas dummy adalah aktivitas yang tidak memerlukan
sumber daya dan tidak memerlukan waktu. Aktifitas ini biasanya digunakan untuk
memperlihatkan ketergantungan suatu kegiatan terhadap kegiatan yang lainnya
yang tidak memerlukan sumber daya dan waktu.

Namun adakalanya kegiatan dummy ini memerlukan waktu tapi tidak sumber daya
yang lain. Contoh kasus ini kalau seorang pekerja bangunan / tukang tembok yang
akan menembok dinding harus menunggu sluf beton yang masih basah, sebelum dia
memasang bata.

Penggambaran aktifitas dummy hampir sama dengan event hanya perbedaannya


terletak pada penggambaran anak panahnya. Penggambaran anak panah untuk
Dummy mempergunakan garis terputus.

6.1.3 Diagram Pariah

Diagram panah adalah kumpulan aktifitas-aktifitas yang digambarkan / disusun satu


dengan yang lainnya dengan urutan yang simultan dan logis sesuai dengan urutan
operasi, kaitan antar pekerjaan dan ketergantungan antar pekerjaan, sehingga
membentuk satu jaringan.
Contoh diagram panah yang sederhana.
Pada diagram panah akan ditemukan suatu hal dimana kegiatan satu harus
mengikuti atau mendahului kegiatan yang lain. Bahkan adapula kegiatan satu harus

menunggu kegiatan yang lain sebelum pekerjaan itu dapat dimulai, tapi tidak
menutup kemungkinan kegiatan-kegiatan itu dikerjakan bersama-sama secara
paralel.

6.1.4 Nomor Event

Bila semua aktifitas telah tersusun dalam bentuk jaringan kerja yang tertutup /
lengkap, maka kepada tiap-tiap event harus diberi nomor. Penomoran diberikan
mulai dari awal kegiatan hingga akhir kegiatan secara bertutur-turut. Artinya nomor
rendah menunjukkan awal kegiatan sedangkan nomor tertinggi menunjukkan akhir
dari kegiatan. Untuk sebuah event individual, maka nomor event sebelumnya harus
lebih kecil daripada sesudah kegiatan.

Pada pembuatan jaringan kerja, biasanya event awal digambarkan disebelah kiri dan
event akhir disebelah kanan pada kertas gambar. Dengan demikian, nomor event
juga dimulai dari sebelah kiri juga. Adapun bila terjadi penomoran event loncat tidak
menjadi masalah, hanya sebelah kiri bernomor lebih kecil dari yang sebelah kanan.

6.2 Program Evaluation & Review Techniques Vs Critical Path Methode

Dari urutan operasi serta lama pengerjaan setiap kegiatan, bisa diketahui kapan
setiap kegiatan itu dimulai dan kapan harus selesai, kegiatan apa sebelumnya serta
kegiatan apa seterusnya. Dari diagram panah yang terbentuk, kemudian dianalisa
sehingga akan ditemukan aktifitas ataupun jalur kritis pada jaringan kerja yang
disebut Critical Path Methode (CPM).
Selain CPM, ada juga yang disebut Program Evaluation & Review Techniques
(PERT). Keduanya sama-sama berguna untuk memperkirakan waktu kegiatan yang
diperlukan. Namun masing-masing mempuyai karakteristik yang berbeda. PERT
lebih cocok digunakan untuk memperkirakan waktu yang sifatnya masih probabilistik.

Sedangkan CPM digunakan untuk memperkirakan waktu yang sifatnya deterministik


serta proyek-proyek yang dibuat pernah dikerjakan dan dirancang selain untuk
pengendalian waktu digunakan juga untuk pengendalian biaya.

6.2.1 Metode CPM,


Metode ini dipakai bila awal dan akhir proyek sudah diketahui, dengan kata lain
waktu tercepat dan waktu terlambat sudah dapat ditentukan.

Adapun langkah langkah dalam metode CPM yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut:
 Setiap aktifitas dalam pengerjaan proyek hendaknya diidentifikasi,
 Urutan pengerjaan dan konstruksi jaringan yang menggambarkan
hubungan ketergantungan kegiatan ditentukan,
 Perkiraan waktu untuk setiap kegiatan / aktifitas ditetapkan
 Rangkaian jaringan kerja dibuat, sehingga jalur kritis bisa diketahui.
Pada metoda CPM, dikenal beberapa istilah yang berhubungan dengan waktu, yang
diantaranya adalah:
EETS = Earliest Event Time Start, artinya waktu mulai kegiatan paling awal,
dihitung pada arah maju.
EETF = Earliest Event Time Finish, artinya waktu selesai kegiatan paling awal,
dihitung pada arah maju dengan cara EETF = EETS + t
LETS = Latest Event Time Start, artinya waktu mulai kegiatan paling lambat,
dihitung dari arah belakang / mundur.
LETF = Latest Event Time Finish, artinya waktu selesai kegiatan paling lambat,
dihitung dari arah belakang / mundur dengan cara LETF = LETS - t
Selain istilah di atas ada dua istilah lain yaitu:
FF = Free Float, artinya waktu yang dapat ditunda atau digeser-geser, untuk
mengetahui besarnya waktu yang dapat digeser dihitung dengan cara
FF = EETF - EETS - t
TF = Total Float, artinya waktu yang fleksibel diluar jalur kritis, berapa
besarnya waktu fleksibel dihitung dengan cara TF = LETF - EETS - t
Agar perhitungan semua istilah waktu-waktu diatas bisa dipahami, dapat dilihat

melalui contoh dibawah ini:

Berdasarkan data diatas, maka:


 EETS dimulai waktu 0.
 EETF (Waktu selesai paling cepat) = EETS + t, dihitung dengan arah maju
EETF pada jalur A-B-C-F
EETF (A) =0+1 =1 Hari
EETF (B) =1+5 =6 Hari
EETF (C) =6+4 = 10 Hari
EETF (F) = 10 + 4 = 14 Hari
EETF pada jalur A-D-E-F
EETF (A) =0+1 =1 Hari
EETF (D) =1+7 =8 Hari
EETF (E) =8+6 = 14 Hari
EETF (F) = 14 + 4 = 18 Hari
 LETF (Waktu selesai paling lambat) = 18 Hari
 LETS (Waktu mulai paling lambat) = LETF - t
LETS pada jalur F-C-B-A
LETS (F) = 18 - 4 = 14 Hari
LETS (C) = 14 - 4 = 10 Hari
LETS (B) = 10 - 5 = 5 Hari
LETS pada jalur F-E-D-A
LETS (F) = 18 - 4 = 14 Hari
LETS (E) = 14 - 6 = 8 Hari
LETS(D) = 8 -7 = 1 Hari
L ETS (A) = 1-1 = 0 Hari
Untuk bisa menempatkan waktu-waktu EETS, EETF, LETS dan LETF maka setiap

event / bongkol pada setiap kegiatan dibagi menjadi 3 bagian sperti pada
gambar dibawah ini:

dengan demikian untuk setiap kegiatan akan terihat gambar seperti:

Catatan: Untuk EETF dan LETF pada event akhir kegiatan, akan menjadi EETS dan
LETS untuk kegiatan berikutnya.

Berdasarkan hasil perhitungan-perhitungan dan keterangan diatas, maka jaringan


kerja dari contoh diatas selengkapnya berikut dengan jalur kritisnya dapat
digambarkan sebagai berikut:

Dari gambar jaringan kerja diatas dapat ditentukan bahwa jalur kritis ada pada jalur
kegiatanA-D-E-F

6.2.2 Metoda PERT


Metode PERT biasanya digunakan untuk memperkirakan waktu pengerjaan proyek
dari awal hingga akhir. Namun proyek termaksud ataupun proyek yang
sejenisnya

belum pernah dikerjakan. Seperti telah dibahas sebelumnya, metoda ini dipakai
untuk sebuah proyek yang waktunya belum definitif.

Pada diagram PERT dikenal tiga waktu probabilistik antara lain:


 Waktu optimistik (a), maksudnya adalah waktu paling minimum untuk
mengerjakan suatu kegiatan pada kondisi yang ideal
 Waktu yang disukai (m), maksudnya adalah waktu terpakai yang diharapkan
dapat sering terjadi dalam menyelesaikan suatu kegiatan
 Waktu pesimistik (b), maksudnya adalah waktu terpakai paling lama untuk
menyelesaikan suatu kegiatan dengan kondisi paling jelek.
Dilihat dari kemungkinan frekuensi pencapaian yang akan terjadi dari ketiga waktu
probabilistik diatas, maka yang mungkin paling banyak dicapai adalah m, serta yang
mungkin jarang dicapai adalah a dan juga b. Secara grafis "densitas" probabilitas
waktu pencapaian adalah sebagai berikut:

Kurva distribusi kegiatan seperti diatas pada umumnya berbentuk asimetri dan
disebut kurva beta. Namun demikian untuk memudahkan pendekatan perkiraan
waktu pencapaian, diambil sebuah kurva ideal yang bentuknya seperti genta dan
simetri. Kurva ini disebut kurva normal. Pada pemakiannya kurva normal sudah
dikonversikan kedalam tabel.

Bila diagram PERT dibuat, maka ada beberapa hal ataupun langkah yang harus
diperhatikan yang antara lain:
a). Identifikasikan setiap aktifitas dalam melaksanakan proyek,
b). Tentukan Urutan aktifitas serta konstruksi jaringan yang menggambarkan
hubungan satu dengan yang lainnya,

c). Tentukan estimasi / perkiraan waktu pengerjaan aktifitas meliputi:


 Waktu optimistik (a)
 Waktu yang disukai (m) dan
 Waktu pesimistik (b)
d). Hitung ekspektasi waktu untuk setiap aktifitas, dengan cara

e). Hitung variansi waktu setiap aktifitas dengan cara:

f). Tentukan cabang yang kritis


g). Tentukan peluang penyelesaian proyek pada waktu yang ditentukan dengan

cara:

Contoh pemakaian

Sebuah proyek pengembangan mesin perkakas memiliki kegiatan mulai dari disain,
pembuatan proto-type, pengevaluasian perangkat / peralatan, pengujian prototype,
pembuatan laporan, pencatatan metoda kerja serta pembuatan laporan akhir. Dari
kegiatan diatas, maka bisa dibuatkan tabel kegiatan sebgai berikut:
Dari tabel diatas bisa dibuat diagram jaringan serta perhitungan estimasi waktu
seperti dibawah ini:

Berdasarkan perhitungan perkiraan waktu diatas, maka diperoleh jaringan kritis,


yaitu berada pada jalur A, C, G, H dengan total waktu pengerjaan selama ( 21 + 7 +
8 + 2 ) = 38 satuan waktu kerja. Dengan variansi waktu selama ( 9 + 2 7/9 +'/9 + 0 )

= 11 8/ 9 satuan waktu kerja.

Untuk mengetahui sejauh mana proyek itu dapat dikerjakan dalam waktu 34 satuan
waktu kerja, secara pendekatan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
Z=(34-38):118/ 9= - 0 , 3 7

Berdasarkan tabel Z (kurva Normal) maka didapat bahwa peluang menyelesaikan


proyek dalam waktu 34 satuan waktu kerja sekitar 35,6 %. Perlu ditekankan disini
bahwa dalam menganalisa kemungkian diatas, dikesampingkan adanya usaha -
usaha tambahan guna mempercepat penyelesaian pekerjaan, misalnya dengan
menambah Sumber Daya Manusia.

Dengan diketahui indikasi berapa persen kemungkinan tercapainya target jadwal suatu
proyek / kegiatan, maka hal ini merupakan informasi yang penting bagi pengelola proyek
untuk menentukan langkah-langkah berikutnya.
7. Gugus Kendali Mutu:
7.1 Pengertian Gugus Kendali Mutu (GKM)

Gugus kendali mutu (GKM) adalah sekelompok karyawan dari unit kerja suatu
perusahaan / organisasi yang mengupayakan pengendalian mutu dengan cara
mengidentifikasi serta menganalisa permasalahan kemudian mengupayakan
pemecahan masalah dalam pertemuan-pertemuan berkala dengan mempergunakan
teknik kendali mutu.

Pada awalnya konsep GKM berasal dan dilaksanakan di Jepang. Dimana mereka
menerapkan sistem Plan - Do - Check - Action. Artinya pertama mereka melakukan
perencanaan, dilanjutkan dengan pelaksanaannya, kemudian mengadakan evaluasi
kerja / hasil dan terakhir melakukan pengoreksian bila ada penyimpangan hasil dari
yang telah ditetapkan.
Tujuan dilaksanakannya GKM antara lain untuk:
 memotivasi karyawan agar mampu memberikan sumbangan fikiran yang berkaitan
dengan mutu produk perusahaan, serta meningkatkan dan mengembangkan mutu
diunit kerjanya dengan didukung hubungan yang harmonis antara karyawan dan
bawahan
 membiasakan kepada karyawan agar berfikir analitis serta meningkatkan
kemampuan manajerial,
 mengarahkan mereka agar terlibat dalam kerja sama / kelompok yang dinamis
untuk mencari pemecahan masalah dalam hal mutu kerja ataupun mutu produk.

Dengan dilaksanakannya GKM ada beberapa keuntungan baik bagi karyawan itu
sendiri maupun bagi perusahaan / organisasi.
Dilihat dari sisi karyawan, maka keuntungan bagi mereka adalah:
 dapat mengembangkan kemampuan diri sendiri dalam menilai permasalahan
hingga mencarikan pemecahan permasalahan tersebut lewat komunikasi /
partisipasi dalam kegiatan kerja sama / kelompok,
 Meningkatkan kreatifitas dengan cara membiasakan diri dalam berfikir secara
analitis lewat teknik kontrol mutu.

Keuntungan bagi perusahaan adalah:

 Dapat memperbaiki hubungan antara perusahaan dan karyawannya,


 meningkatkan partisipasi semua karyawan didalam mendukung tujuan
perusahaan
 perkembangan perusahaan dapat - dilakukan dengan cara mengakumulasi
gagasan-gagasan perbaikan yang datangnya tidak hanya dari level
manager melainkan dari karyawan tingkat bawah sekalipun

7.2 Manajeman Mutu

Mutu adalah nilai yang melekat pada suatu benda kerja / produk secara total,
yang mencakup spesifikasi keandalan, kemudahan operasional serta
kemampuannya menyesuaikan dengan peralatan yang lain. Nilai mutu secara total
seyogyanya harus dapat dievaluasi dan bisa memuaskan bagi pemakai.

Ada beberapa pengertian mutu dalam manajemen mutu, diantaranya adalah:


 Mutu produk menyangkut mutu produk yang diharapkan dapat memuaskan
pelanggan atas mutu produk yang dimilikinya,
 Mutu harga menyangkut harga produk yang dapat ditekan serendah mungkin
sehingga bisa memuaskan pelanggan atas produk yang dibelinya,
 Mutu pengiriman menyangkut pengiriman produk yang tepat waktu sehingga
pelanggan dapat memakai produk yang dibutuhkannya tepat waktu,
 Mutu keamanan menyangkut keamanan produk yang tidak membahayakan
kepada pelanggan pada saat pelanggan memakainya.

Untuk menjamin mutu tersebut masih sesuai dengan standard yang telah ditetapkan,
maka mutu tersebut harus dikendalikan. Pengendali mutu tersebut disebut statistik
pengendali mutu. Pengendalian mutu tidak cukup bila dilakukan oleh satu bagian,
melainkan harus terintegrasikan diseluruh bagian di perusahaan yang disebut
dengan pengendalian mutu terpadu (total Quality Control TQC).

7.3 Alat analisa GKM


Pengendalian mutu dengan GKM dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Ada
beberapa alat analisa yang digunakan yaitu:
1. Check sheet (Lembar pengamatan)
Digunakan untuk mengumpulkan data aktual, yang dapat dipercaya dan
bukan dari masa lalu. Data tersebut diperlukan untuk dianalisa. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh untuk mendapatkan data tersebut antara lain:
 tujuan yang akan dicapai
 kriteria yang akan diamati
 bagaimana data didapat
 kumpulkan data, buat tabel sesuai dengankebutuhan
 evaluasi tabel cocok atau tidak
 gunakan tabel bila dinilai sudah cocok dengan kebutuhan.

2. Stratification diagram (Diagram stratifikasi) digunakan untuk


mengklasifikasikan data yang spesifik seperti mesin, operator pembagian
waktu kerja dsb.

3. Graph (Grafik)
Merupakan cara penyajian data dalam bentuk visual. Data yang
dikumpulkan biasanya banyak dan terdiri dari angka-angka. Dengan bantuan
grafik data-data akan tersaji dengan jelas dan dengan mudah untuk diamati.

4. Cause and effect diagram (Diagram sebab-akibat)


Diagram ini digunakan untuk mengidentifikasikan adanya hubungan sebab-
akibat dari satu masalah. Diagram ini biasa disebut dengan diagram tulang
ikan.
5. Pareto diagram
Diagram ini digunakan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor penyebab
yang paling dominan. Faktor-faktor penyebab disusun sedemikian dan
dibuatkan daftar faktor penyebab. Dari daftar ini disusun faktor penyebab
mana yang paling dominan dan disimpan pada rangking tertinggi.
6. Histogram dan Control Chart

Merupakan grafik yang menggambarkan penyebaran data, yang terdiri dari data
aktual yang didapatkan berdasarkan pengamatan di lapangan.

7.4 Langkah Perbaikan melalui GKM

Pelaksanaan perbaikan melalui GKM dapat dilakukan 8 tahapan yang dilaksanakan


secara terus-menerus secuai dengan prinsip awal GKM yaitu Plan Do Check Action.

Kedelapan langkah yang dimaksudkan adalah:

1. Temukan persoalan / masalah di tempat kerja.


Sebelum melaksanakan langkah ini, terlebih dahulu tentukan tujuan serta
sasaran perbaikan. Usulan dalam menentukan tujuan ataupun sasaran bisa
dari kepala unit kerja, karyawan pada unit kerja sendiri ataupun dari unit kerja
Iainnya. Dari usulan ini diharapkan akan keluar tema-tema perbaikan, yang
kemudian diarahkan, sehingga arah penyelesaiannya jelas dan tidak terlalu
luas.
2. Temukan penyebab yang mengakibatkan terjadinya masalah.
Setelah tema-tema perbaikan dan penyebab yang diduga menjadi biang
masalah dikemukan, buat daftarnya. Dengan memperhatikan faktor-faktor
yang mungkin menjadi penyebab masalah antara lain manusia, mesin,
metoda material dan lingkungan.
3. Susun penyebab-penyebab disesuaikan dengan urutan dominasi penyebab.
Setelah daftar penyebab dibuat, susun kembali daftar tersebut dan disusun
berdasarkan kriteria tingkat dominasi penyebab masalah.
4. Rencanakan langkah-langkah perbaikan.
Dari daftar dominasi penyebab, fikirkan dan susunlah kemungkinan
kemungkinan penanggulangannya. Lalu pelajari dari kemungkinan tersebut
penanggulangan mana yang paling effektif dan effisien. Untuk mencari
effektifitas dan effisiensi bisa dicari dengan menentukan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan:
 What, Apa yang harus ditanggulangi?

• Why, Kenapa perlu ditanggulangi?

 Where, Dimana akan ditanggulangi?


 How, Bagaimana cara menggulanginya?
 Who, Siapa yang akan menanggulanginya?

5. Laksanakan perbaikan.

Setelah dinilai keeffektifitasan dan effisiensinya, maka Iaksanakan


perbaikan. Selama perbaikan dilaksanakan, kumpulkan data dengan cara
mengisi ckheck sheet yang telah ada.

6. Evaluasi hasil perbaikan.

Setelah perbaikan menunjukkan hasil, bandingkan hasil tersebut dengan


hasil sebelum dilakukan perbaikan. Apakah masih ada masalah atau
mungkin timbul masalah baru? Bila ada kembali ke Iangkah 2.

7. Tentukan standard baru.

Bila hasil perbaikan ada perubahan yang positif dan menguntungkan, maka
buat standar baru agar kualitas yang telah dicapai dapat dipertahankan
serta menghindari / mencegah terulangnya persoalan.

8. Tentukan tindakan selanjutnya.

Bila masalah telah selesai ditanggulangi, kembali kelangkah 1 dan 2


untuk melihat tema-tema perbaikan yang masih ada. Bila masih ada,
lakukan perbaikan hingga semua tema perbaikan tertanggulangi.
Selanjutnya lihat hasil perbaikan untuk dievaluasi lagi.

Anda mungkin juga menyukai