Anda di halaman 1dari 171

PENGARUH OBJEKTIVITAS, PENGALAMAN KERJA

AUDITOR, DAN TIME BUDGET PRESSURE


TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Kasus pada
Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Pusat)

USULAN PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam


Melaksanakan Seminar Usulan Penelitian pada Program Studi
Akuntansi

Disusun Oleh:
Novilia
NIM: 5211191060

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH OBJEKTIVITAS, PENGALAMAN KERJA


AUDITOR, DAN TIME BUDGET PRESSURE TERHADAP
KUALITAS AUDIT (Studi Kasus pada Kantor Akuntan
Publik di Wilayah Jakarta Pusat)

USULAN PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam


Penyajian Laporan Usulan Penelitian pada Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal
Achmad Yani

Disusun Oleh:
Novilia
NIM: 5211191060

Cimahi, 21 November 2022


Menyetujui,
Pembimbing I

Neni Maryani, S.E., M.Si., Ak., CA., CPA


NID. 4121 363 66
Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi

Nunung Aini Rahmah, S.E., M.Si., P.hD


NID 4121 661 72
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas segala izin, rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis diberikan kemudahan dan kelancaran serta dapat
menyelesaikan Laporan Usulan Penelitian pada Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal
Achmad Yani dengan judul “Pengaruh Objektivitas,
Pengalaman Kerja Auditor, dan Time Budget Pressure
Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Kantor Akuntan
Publik di Wilayah Jakarta Pusat).”
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan pada Laporan Usulan Penelitian ini mengingat
keterbatasan kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan
penulis baik dalam hal penyajian maupun penggunaan bahasa.
Penyusunan laporan penelitian ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu berkat bantuan dan dukungan yang
diberikan oleh berbagai pihak, baik dalam bentuk moril
maupun materil. Untuk itu, pada kesempatan kali ini penulis
dengan segala ketulusan dan kerendahan hati ingin
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:

i
1. Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat serta
karunia-Nya laporan penelitian ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.

i
2. Keluarga tercinta terutama papa, mama, cici, cichong,
koko yang selalu memberikan doa, dukungan dan
semangat yang tak pernah putus.
3. Yang terhormat Ibu Neni Maryani. SE., Msi., Ak., CA.,
CPA., Selaku Dosen Pembimbing dan Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Achmad Yani.
4. Ibu Nunung Aini Rahmah, SE., Msi. Selaku Ketua
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jenderal Achmad Yani.
5. Seluruh staf dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Jenderal Achmad Yani yang telah
membantu dalam mengurus persyaratan untuk
melaksanakan Laporan Usulan Penelitian ini.
6. Kepada diri saya sendiri, Novilia yang sudah berjuang
dan berusaha sebaik yang saya bisa.
Akhir kata semoga Laporan Usulan Penelitian ini
dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sebagai upaya penyempurnaan
laporan penelitian ini.

Cimahi, 28 November 2022

Novilia
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………..…………………………….…


i
DAFTAR ISI…………………………………………………
iii
DAFTAR TABEL………….………………………………...vi
DAFTAR GAMBAR…...……………………………….......vii
DAFTAR
LAMPIRAN……………………………………..viii
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………..1
1.1 Latar Belakang Penelitian………………………
1
1.2 Identifikasi Masalah………………………..…..7
1.3 Maksud dan Tujuan
Penelitian………………....8
1.4 Kegunaan
Penelitian………………………........9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………
11
2.1 Landasan Teori…….………………….………
11
2.1.1 Teori Atribusi…….……………….……11
2.1.2 Auditing…………...……………….…..12

iii
2.1.3
Objektivitas…………………………….22
2.1.4 Pengalaman Kerja………………….
…..25
2.1.5 Time Budget
Pressure……………….....29
2.1.6 Kualitas
Audit……………………….....32
2.1.7 Pengaruh Objektivitas Terhadap
Kualitas Audit…………………...........37
2.1.8 Pengaruh Pengalaman Kerja Auditor
Terhadap Kualitas Audit.......................38
2.1.9 Pengaruh Time Budget Pressure

ii
Terhadap Kualitas Audit……...…….…
40
2.2 Telaah Penelitian
Terdahulu………………….41
2.3 Kerangka
Pemikiran……………………….....45
2.3.1 Objektivitas……………………………47
2.3.2 Pengalaman Kerja
Auditor…………….47
2.3.3 Time Budget Pressure….
……………....49
2.3.4 Pengaruh Objektivitas Auditor Terhadap
Kualitas Audit…………………………50
2.3.5 Pengaruh Pengalaman Kerja Auditor
Terhadap Kualitas Audit…………...
….51
2.3.6 Pengaruh Time Budget Pressure Terhadap
Kualitas Audit…………………….…...52
2.4
Hipotesis……………………………………...56
BAB III METODE
PENELITIAN……………………….....57
3.1 Jenis Penelitian……………….………………
57

iv
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian…………….
…..59
3.3 Populasi, Sampel, dan Responden……………
59
3.4 Definisi Operasional
Variabel………………..65
3.4.1 Variabel Independen (X)………………
65
3.4.2 Variabel Dependen (Y)………………..66
3.4.3 Operasional
Variabel…………………..66
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data……
71
3.6 Teknik Analisis Data…………………………
73
3.6.1 Penetapan Hipotesis……………………
74
3.6.2 Statistik
Deskriptif……………………..76

ii
3.6.3 Statistik
Inferensial…………………….79
3.6.4 Pemilihan Uji Statistik…………………
83
3.6.5 Analisis Regresi Linear
Berganda……..89
3.6.6 Analisis Koefisien Korelasi……………
89
3.6.7 Analisis Korelasi (R)
…………………..90
3.6.8 Analisis Koefisien Determinasi (R 2)
…...91
3.6.9 Penarikan Kesimpulan…………………
92
DAFTAR PUSTAKA……………………………………….96
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………100

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Populasi Penelitian……………………………….60


Tabel 3.2 Operasional Variabel…………………………….67
Tabel 3.3 Pilihan Jawaban………………………………….70
Tabel 3.4 Skala Penilaian…………………………………...72
Tabel 3.5 Kategori Interpretasi Skor pada Analisis
Deskriptif………………………………………...78
Tabel 3.6 Kriteria Standar Validitas dan Reliabilitas
Instrumen Penelitian……………………………..82
Tabel 3.7 Tabel Durbin-Watson (DW)……………...………88
Tabel 3.8 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi…….
…..91
Tabel 3.9 Pedoman Interpretasi Koefisien Determinan…….92

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran…………………………55

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penelitian Terdahulu…………………………

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Perkembangan dunia saat ini dalam berbagai hal
memberikan dampak di berbagai aspek, khususnya dunia
usaha. Perkembangan ini juga memberikan dampak dalam hal
persaingan antar pelaku bisnis yang semakin ketat. Pimpinan
perusahaan harus mampu meningkatkan pendapatan dan daya
saing agar dapat mempertahankan keberlangsungan
perusahaannya dalam persaingan dunia usaha yang sangat
ketat. Dalam hal ini, pemimpin perusahaan perlu melakukan
evaluasi laporan keuangan secara rutin, di mana pemeriksaan
laporan keuangan dilakukan pihak ketiga yang dianggap
independen yaitu Akuntan Publik atau Auditor. Audit terhadap
laporan keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan
tersebut dapat memenuhi syarat laporan keuangan yang
relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Laporan
keuangan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik memiliki
kewajaran yang dapat lebih dipercaya oleh para pengguna
laporan keuangan dibandingkan jika laporan keuangan yang
belum atau tidak diaudit oleh Akuntan Publik. Dengan
demikian, audit memainkan peran penting sebagai mekanisme
eksternal tata kelola perusahaan yang pada intinya tujuan audit

1
2
itu sendiri adalah untuk menjamin bahwa tidak ada kesalahan
dalam

ii
2
pelaporan keuangan yang disebabkan fraud atau kesalahan lain
(Xiao et al, 2020).
Untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan,
perusahaan harus pandai dalam memilih Akuntan Publik yang
tepat karena laporan keuangan yang diaudit oleh Akuntan
Publik dapat memberikan kepercayaan yang sangat besar
kepada para pemakai laporan hasil audit, maka Akuntan
Publik seharusnya lebih memperhatikan kualitasnya. Kualitas
audit yang dihasilkan oleh suatu Kantor Akuntan Publik atau
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dipengaruhi
oleh kualitas dan kinerja yang dimiliki oleh auditor yang
tergabung di dalam Kantor Akuntan Publik atau Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan tersebut.
Saat ini, kualitas audit yang dihasilkan oleh Akuntan
Publik sedang mendapat perhatian dari masyarakat setelah
terjadi beberapa kasus yang melibatkan Akuntan Publik.
Dalam kenyataannya masih banyak terjadi kasus dan
fenomena kegagalan audit oleh Akuntan Publik yang menjadi
indikasi akan rendahnya kualitas audit. Kegagalan audit oleh
Akuntan Publik ini memberikan dampak yang besar terhadap
kepercayaan publik terhadap profesi Akuntan Publik.
Berikut adalah beberapa fenomena yang terjadi terkait
dengan rendahnya kualitas audit yang terjadi saat ini:
3
Fenomena mengenai kualitas audit yang pertama,
yaitu Akuntan Publik (AP) Marlinna & AP Merliyana
Syamsul serta Kantor Akuntan Publik (KAP) Satrio, Bing,
Eny dan Rekan yang terafiliasi dengan Deloitte Indonesia
melakukan audit atas Laporan Keuangan tahun 2018 PT
Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP) Finance dan
memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) kepada
laporan keuangan PT SNP. Namun berdasarkan pemeriksaan
OJK, PT SNP Finance terindikasi melakukan pemalsuan data
dan manipulasi laporan keuangan dengan membuat piutang
fiktif melalui penjualan fiktif sehingga laporan keuangan yang
disajikan tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang
sebenarnya yang menyebabkan kerugian berbagai pihak.
Dalam fenomena ini, Akuntan Publik Marlinna & Merliyana
Syamsul serta Kantor Akuntan Publik (KAP) Satrio, Bing,
Eny dan Rekan telah memberikan opini yang tidak
mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya dan
dinilai belum sepenuhnya mematuhi Standar Audit dalam
pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan SNP Finance.
Hal-hal yang belum sepenuhnya terpenuhi antara
lain pemahaman pengendalian sistem informasi terkait dengan
data nasabah dan akurasi jurnal piutang pembiayaan serta
pemerolehan bukti audit yang cukup dan tepat atas akun
Piutang Pembiayaan Konsumen. Selain itu, sistem
2
pengendalian mutu yang dimiliki oleh KAP mengandung
kelemahan karena belum dapat melakukan pencegahan yang

ii
4
tepat atas ancaman kedekatan. Atas kejadian tersebut, Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) memberikan sanksi administratif berupa
pembekuan izin Surat Tanda Terdaftar (STTD) selama 12
bulan kepada AP Marlinna & Merliyana Syamsul, serta KAP
Satrio, Bing, Eny dan Rekan untuk tidak dapat memberikan
jasa audit terhadap entitas jasa keuangan dalam kurun waktu
12 bulan. KAP Satrio, Bing, Eny dan Rekan juga diberikan
sanksi berupa rekomendasi membuat kebijakan dan prosedur
dalam sistem pengendalian mutu KAP terkait dengan ancaman
kedekatan anggota tim perikatan senior. (Purnomo, 2018).
Dalam fenomena kedua dijelaskan bahwa
Kementerian Keuangan memberikan sanksi pembekuan izin
Surat Tanda Terdaftar (STTD) selama 12 bulan yang berlaku
sejak 27 Juli 2019 kepada Akuntan Publik (AP) Kasner
Sirumapea dan peringatan tertulis dengan disertai kewajiban
memperbaiki sistem pengendalian mutu kepada Kantor
Akuntan Publik Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang &
Rekan atas kesalahan audit Laporan Keuangan PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk tahun buku 2018, di mana PT Garuda
Indonesia mengakui pendapatan terkait kerjasama yang
dilakukan dengan PT Mahata Aero Teknologi padahal
pendapatan tersebut belum diterima dari PT Mahata Aero
sehingga hal tersebut berdampak pada Laporan Laba Rugi
Garuda, yaitu laba PT Garuda Indonesia menjadi meningkat.
2
Dalam kasus ini, Akuntan Publik Kasner Sirumapea dinilai
telah lalai dalam melakukan audit

ii
5
laporan keuangan PT Garuda Indonesia dengan memberikan
opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) kepada laporan
keuangan PT Garuda Indonesia walaupun laporan keuangan
PT Garuda Indonesia tidak mencerminkan keadaaan yang
sebenarnya. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan
Hadiyanto mengatakan auditor tidak menerapkan sistem
pengendalian mutu dalam pemeriksaan laporan keuangan PT
Garuda Indonesia. (Hidayati, 2019).
Fenomena ketiga, yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
mengenakan sanksi berupa pembekuan Surat Tanda Terdaftar
(STTD) selama satu tahun penuh kepada Kantor Akuntan
Publik (KAP) Purwantono, Sungkoro dan Surja partner dari
Ernst and Young (EY) atas pelanggaran UU Pasar Modal dan
Kode Etik Profesi Akuntansi terkait penggelembungan dana
pendapatan (Over Statement) senilai Rp 613 Milyar pada
Laporan Keuangan Tahunan (LKT) tahun 2016 PT Hanson
International. Dalam pemeriksaan yang dilakukan OJK,
ditemukan manipulasi dalam penyajian kavling siap bangun
(Kasiba) dengan nilai gross Rp 732 miliar. Hanson
International juga terbukti melakukan pelanggaran karena
mengakui pendapatan dengan metode akrual penuh serta tidak
mengungkapkan perjanjian pengikatan jual beli Kavling Siap
Bangun, sehingga pendapatan perusahan naik tajam. Namun
KAP Purwantono, Sungkoro dan Surja menilai laporan
keuangan Hanson Internasional telah disajikan secara wajar.
6
Atas kasus ini, KAP Purwantono, Sungkoro dan Surja terbukti
melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan Publik
karena dinilai tidak cermat dalam pelaksanaan prosedur audit.
(Idris, 2020)
Berdasarkan fenomena-fenomena di atas, terjadi
permasalahan dalam kualitas audit yang dihasilkan oleh
Akuntan Publik sehingga hal tersebut menjadi fenomena untuk
penelitian penulis.
Auditor dalam melaksanakan tugas pemeriksaannya
harus berpedoman pada standar audit yang telah ditetapkan
oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) guna menjaga
kualitas audit yang akan diberikan. Kualitas audit yang buruk
dapat merugikan pihak yang menggunakan jasa audit. (Suryo,
2017). Oleh karena itu, auditor harus selalu memperhatikan
kualitas audit yang dihasilkannya. Terdapat juga hasil
penelitian-penelitian sebelumnya mengenai Pengaruh
Objektivitas, Pengalaman Kerja Auditor, dan Time Budget
Pressure Terhadap Kualitas Audit:
Menurut (Laksita & Sukirno, 2019), (J.S Gunawan &
ssYuniza, 2020), (Lohonauman, dkk., 2018), (Hermawan &
Bustomi, 2022) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
terdapat pengaruh positif objektivitas auditor terhadap kualitas
audit. Sedangkan menurut (Firmansyah, 2020), dan (Hayati,
2019) objektivitas auditor berpengaruh negatif terhadap
kualitas audit. Menurut (Maulana, 2019),
7
(Napitupulu & Hermawan, 2020), (Dewi & Setyohadi, 2019),
(Devi & Srimindarti, 2021), (Susanti, 2018), (Iswara Dewi &
Sudana, 2018), (Bernadenta, dkk, 2020), (Alif, dkk, 2020),
serta (Hayati, dkk, 2019) menyatakan bahwa pengalaman kerja
auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sedangkan
menurut (Rideska, dkk 2021), (Karlinda, dkk, 2021)
menyatakan bahwa pengalaman kerja auditor berpengaruh
negatif terhadap kualitas audit.
Dalam penelitian (Fakhrizal, 2019), (Meidawati &
Assidiqi, 2019), (Rosini & Hakim, 2021), (Alif, dkk, 2020)
menyatakan bahwa Time Budget Pressure berpengaruh positif
terhadap kualitas audit. Sedangkan menurut (Raihanah et al.,
2022) dan (Sunarsih, dkk, 2019) menyatakan bahwa Time
Budget Pressure berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.
Berdasarkan fenomena, informasi dan perbedaan
pendapat antara peneliti terdahulu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Objektivitas,
Pengalaman Kerja Auditor, dan Time Budget Pressure
Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Kantor Akuntan
Publik di Wilayah Jakarta Pusat).”

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah:
8
1. Bagaimana objektivitas auditor pada Kantor Akuntan
Publik di Wilayah Jakarta Pusat?
2. Bagaimana pengalaman kerja auditor pada Kantor
Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Pusat?
3. Bagaimana Time Budget Pressure pada Kantor
Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Pusat?
4. Bagaimana kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik
di Wilayah Jakarta Pusat?
5. Bagaimana pengaruh objektivitas, pengalaman kerja
auditor, dan Time Budget Pressure secara parsial dan
simultan terhadap kualitas audit yang dihasilkan pada
Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Pusat.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Berdasarkan uraian latar belakang serta rumusan
masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka maksud dari
penelitian ini yaitu untuk mengumpulkan, mengolah, serta
menganalisis bukti empiris mengenai Pengaruh Objektivitas,
Pengalaman Kerja Auditor, dan Time Budget Pressure
terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di
Wilayah Jakarta Pusat.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dan diperoleh dari
pelaksanaan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
9
1. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana
objektivitas auditor pada Kantor Akuntan Publik di
Wilayah Jakarta Pusat.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana
pengalaman kerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di
Wilayah Jakarta Pusat.
3. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana Time
Budget Pressure pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah
Jakarta Pusat.
4. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana kualitas
audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta
Pusat.
5. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana pengaruh
objektivitas, pengalaman kerja auditor, dan Time Budget
Pressure secara parsial dan simultan terhadap kualitas
audit yang dihasilkan pada Kantor Akuntan Publik di
Wilayah Jakarta Pusat?

1.4 Kegunaan Penelitian


Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat
memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam memahami bagaimana pengaruh Objektivitas,
Pengalaman Kerja Auditor, dan Time Budget Pressure secara
10
parsial dan simultan terhadap kualitas audit yang dihasilkan
pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Pusat.
Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Kantor Akuntan Publik
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
pengetahuan mengenai kondisi sifat-sifat auditor dalam
menjalankan tugas dan pekerjaannya di Kantor Akuntan
Publik sehingga dapat membantu Kantor Akuntan Publik
dalam membuat keputusan yang tepat.
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan menjadi
referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan
penelitian yang serupa
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini menjadi suatu pengalaman berharga bagi
peneliti karena dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai objektivitas, pengalaman kerja,
dan Time Budget Pressure dan pengaruhnya terhadap
kualitas audit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Teori Atribusi
Menurut (Dayanara 2016), teori atribusi menjelaskan
upaya untuk menilai seseorang menggunakan cara yang
berbeda-beda sesuai dengan makna yang terkait pada suatu
perilaku. Teori ini didasarkan oleh kemampuan seseorang
untuk menjelaskan penyebab dari perilaku orang lain atau diri
sendiri yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal
yang berdampak pada perilaku individu. Perilaku yang
disebabkan secara internal adalah perilaku yang terjadi di
bawah kendali dari orang yang berperilaku. Sedangkan
perilaku yang disebabkan secara eksternal adalah perilaku
yang terjadi karena terdapat situasi yang menyebabkan orang
tersebut berperilaku demikian.
Fritz Heider juga menyatakan bahwa kekuatan internal
(atribut personal seperti kemampuan, usaha dan kelelahan) dan
kekuatan eksternal (atribut lingkungan seperti aturan dan
cuaca) itu bersama-sama menentukan perilaku manusia. Dia
menekankan bahwa merasakan secara tidak langsung adalah
determinan paling penting untuk perilaku. Atribusi internal
maupun eksternal telah dinyatakan dapat mempengaruhi

11
10
terhadap evaluasi kinerja individu, misalnya dalam
menentukan
12
bagaimana cara atasan memperlakukan bawahannya, dan
mempengaruhi sikap dan kepuasaan individu terhadap kerja.
Orang akan berbeda perilakunya jika mereka lebih merasakan
atribut internalnya daripada atribut eksternalnya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori
atribusi karena peneliti akan melakukan studi empiris untuk
mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi auditor
terhadap kualitas hasil audit, khususnya pada karakteristik
personal auditor itu sendiri, yaitu objektivitas, pengalaman
kerja, dan Time Budget Pressure.

2.1.2 Auditing
2.1.2.1 Pengertian Audit
Dalam pengertian luas, audit adalah kegiatan evaluasi
terhadap suatu organisasi, mulai dari sistem, proses, hingga
produknya. Pelaksanaan audit biasanya dilakukan oleh pihak
auditor yang kompeten, bersifat objektif, dan tidak memihak.
Pengertian audit yang dikemukakan oleh Sukrisno
Agoes (2017, hlm. 4) adalah sebagai berikut:
“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
secara kritis dan sistematik oleh pihak yang
independent terhadap laporan keuangan yang telah
disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan
tujuan untuk memberikan pendapat mengenai
kewajaran dari laporan keuangan tersebut.”

Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia auditing


13
adalah pemeriksaan yang dilakukan secara objektif terhadap
laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain
dengan tujuan untuk menetulan apakah laporan keuangan
tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal yang
material, posisi keuangan dan hasil usaha atau orang tersebut.
Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa setidaknya ada tiga elemen dalam
auditing, yaitu:
1) Auditor dalam menjalankan pemeriksaan harus
independen dan objektif.
2) Auditor harus mempunyai kecukupan bukti untuk
mendukung pendapatnya atas kewajaran laporan
keuangan klien. Bukti dapat diperoleh melalui
pengamatan, Inspeksi pengajuan pertanyaan, dan
konfirmasi secara objektif.
3) Auditor harus menyampaikan hasil pekerjaannya dalam
bentuk laporan audit. Laporan audit digunakan untuk
mengkomunikasikan hasil audit kepada pihak- pihak yang
menggunakan informasi laporan keuangan.

2.1.2.2 Jenis-Jenis Audit


Menurut Agoes Sukrisno (2014, hlm. 10):
“Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, jenis-jenis audit bisa
dibedakan atas General Audit (Pemeriksaan Umum) dan
Special Audit (Pemeriksaan Khusus)”.
10
1. General Audit (Pemeriksaan Umum)
14
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang
dilakukan oleh KAP independen dengan tujuan untuk bisa
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan.
2. Spesial Audit (Pemeriksaan Khusus)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan
auditee) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan
pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu
memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan.
Menurut Agoes Sukrisno (2014, hlm. 10) ditinjau dari
jenis pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas:
1. Management Audit (Operasional Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu
perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan
operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk
mengetahui apakah operasi tersebut sudah dilakukan
secara efektif, efisien dan ekonomis.
2. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah
perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan
kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan
oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan
komisaris) maupun pihak ekstern (Pemerintah Bapepam,
Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, dan lain-lain).
15
3. Internal Auditing (Pemeriksaan Intern)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit
perusahaan, baik terhadap kebijakan manajemen yang
telah ditentukan. Pemeriksaan yang dilakukan internal
auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan
pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP (Kantor
Akuntan Publik). Internal auditor biasanya tidak
memberikan opini terhadap kewajaran laopran keuangan,
karena pihak-pihak diluar perusahaan tidak independen.
4. Computer Audit
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang
memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP
(Electronic Data Processing) sistem.

2.1.2.3 Tujuan Audit


Perusahaan perlu memiliki suatu pengendalian intern
untuk menjamin tercapainya tujuan yang telah direncanakan.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka dalam
pelaksanaan kegiatan harus diawasi dan sumber ekonomi yang
dimiliki harus dikerahkan dan digunakan sebaik mungkin.
Berdasarkan beberapa definisi audit dikemukakan
diatas, dapat diketahui bahwa tujuan audit pada umumnya
untuk menentukan keandalan dan integritas informasi
keuangan, ketaatan dengan kebijakan, rencana, prosedur,
10
hukum dan regulasi, serta pengalaman aset. Dengan demikian
tujuan audit
16
menghendaki akuntan memberi pendapat mengenai kelayakan
dari pelaporan keuangan yang sesuai auditing standards.
Menurut Tuanakotta (2014, hlm. 84) tujuan audit
adalah:
“Mengangkat tingkat kepercayaan dari pemakai
laporan keuangan yang dituju, terhadap laporan
keuangan itu. Tujuan itu dicapai dengan pemberian
opini oleh auditor mengenai apakah laporan keyangan
disusun dalam segala hal yang material sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.”

Menurut Arens et al. (2015, hlm. 168) tujuan audit


adalah :
“Untuk menyediakan pemakai laporan keuangan suatu
pendapat yang diberikan oleh auditor tentang apakah
laporan keuangan disajikan secara wajar dalam semua
hal yang material, sesuai dengan kerangka kerja
akuntansi keuangan yang berlaku. Pendapat auditor ini
menambah tingkat keyakinan pengguna yang
bersangkutan terhadap laporan keuangan.”

2.1.2.4 Tahapan Audit


Dalam pelaksanaannya, audit memiliki tahapan yang
harus diikuti secara teratur. Menurut Sukrisno Agoes dan
Estralita Trisnawati (2014, hlm. 5) proses audit merupakan
urutan dari pekerjaan awal penerimaan penugasan sampai
dengan penyerahan laporan audit kepada klien yang mencakup
beberapa hal sebagai berikut:
17
1. Perencanaan dan Perancangan Pendekatan Audit (Plan
and Design an Audit Approach)
2. Pengujian atas Pengendalian dan Pengujian Transaksi
(Test of Controls and Transaction)
3. Pelaksanaan Prosedur Analitis dan Pengujian Terinci atas
Saldo (Perform Analytical Procedures and Testof Details
of Balances)
4. Penyelesaian Audit (Complete the Audit)
Tahapan audit laporan keuangan secara singkat
dikemukakan oleh ahli lain, yakni menurut Abdul Halim
(2015, hlm. 89), setidaknya auditor independen harus
menempuh empat tahap pada saat melaksanakan audit laporan
keuangan, yaitu:
1. Penerimaan penugasan audit
2. Perencanaan Audit
3. Pelaksanaan Audit
4. Pelaporan Hasil Temuan

2.1.2.5 Standar Audit


Standar audit merupakan tolak ukur untuk melihat
kualitas pelaksanaan auditing serta menjadi pedoman yang
dibutuhkan oleh para auditor untuk memberikan jasa audit.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2011
mengenai Akuntan Publik Pasal 1 dijelaskan bahwa:
10
“Standar Profesional Akuntan Publik, yang
selanjutnya disingkat SPAP, adalah acuan yang
ditetapkan menjadi
18
ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh Akuntan Publik
dalam pemberian jasanya.”

Berikut ini adalah perubahan standar audit yang


dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (2013).
Dari 3 standar yang sebelumnya terbagi menjadi 10 sekarang
menjadi 6 standar yang terbagi menjadi 36, yaitu:
1. Prinsip-Prinsip Umum Dan Tanggung Jawab
SA 200 “Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan
Pelaksanaan Suatu Audit Berdasarkan Standar
Perikatan Audit”.
SA 210 “Persetujuan atas Syarat-syarat Perikatan
Audit”
SA 220 “Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan
Keuangan”
SA 230 “Dokumentasi Audit”
SA 240 “Tanggung Jawab Auditor Terkait Dengan
Kecurangan Dalam Suatu Audit Atas Laporan
Keuangan”
SA 250 “Pertimbangan Atas Peraturan Perundang-
Undangan Dalam Audit Laporan Keuangan”.
SA 260 “Komunikasi Dengan Pihak Yang
Bertanggung Jawab Atas Tata Kelola”.
SA 265 “Pengomunikasian Defisiensi Dalam
Pengendalian Internal Kepada Pihak Yang
19
Bertanggung Jawab Atas Tata Kelola Dan
Manajemen”
2. Penilaian Risiko dan Respons terhadap Risiko yang telah
Dinilai
SA 300 “Perencanaan Suatu Audit Atas Laporan
Keuangan”.
SA 315 “Pengindentifikasian Dan Penilaian Risiko
Salah Saji Material Melalui Pemahaman
SA 320 “Materialitas Dalam Perencanaan Dan
Pelaksanaan Audit”.
SA 330 “Respons Auditor Terhadap Risiko Yang
Telah Dinilai”.
SA 402 “Pertimbangan Audit Terkait Dengan Entitas
Yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa”
SA 450 “Pengevaluasian Atas Salah Saji Yang
Diidentifikasi Selama Audit”.
3. Bukti Audit
SA 500 “Bukti Audit”.
SA 501 “Bukti Audit – Pertimbangan Spesifik Atas
Unsur Pilihan”.
SA 505 “Konfirmasi Eksternal”.
SA 510 “Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo
Awal”.
SA 520 “Prosedur Analitis”.
SA 530 “Sampling Audit”.
20
SA 540 “Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk
Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, Dan
Pengungkapan Yang Bersangkutan”.
SA 550 “Pihak Berelasi”.
SA 560 “Peristiwa Kemudian”.
SA 570 “Kelangsungan Usaha”.
SA 580 “Representasi Tertulis”.
4. Penggunaan Pekerjaan Pihak Lain
SA 600 “Pertimbangan Khusus – Audit Atas Laporan
Keuangan Grup (Termasuk Pekerjaan Auditor
Komponen)”
SA 610 “Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal”
SA 620 “Penggunaan Pekerjaan Seorang Pakar
Auditor”.
5. Kesimpulan Audit dan Pelaporan
SA 700 “Perumusan Suatu Opini Dan Pelaporan Atas
Laporan Keuangan”.
SA 705 “Modifikasi Terhadap Opini Dalam Laporan
Auditor Independen”.
SA 706 “Paragraf Penekanan Suatu Hal Dan Paragraf
Hal Lain Dalam Laporan Auditor
Independen”.
SA 710 “Informasi Komparatif – Angka
Korespondensi Dan Laporan Keuangan
Komparatif”.
21
SA 720 “Tanggung Jawab Auditor Atas Informasi
Lain Dalam Dokumen Yang Berisi Laporan
Keuangan Auditan”.
6. Area-Area Khusus
SA 800 “Pertimbangan Khusus – Audit Atas Laporan
Keuangan Yang Disusun Sesuai Dengan
Kerangka Bertujuan Khusus”.
SA 805 “Pertimbangan Khusus – Audit Atas Laporan
Keuangan Tunggal Dan Unsur, Akun, Atau
Pos Spesifik Dalam Suatu Laporan
Keuangan”.
SA 810 “Perikatan Untuk Melaporkan Ikhtisar
Laporan Keuangan.

2.1.2.6 Auditor Eksternal


Mulyadi (2014, hlm. 12) menjelaskan mengenai
auditor eksternal bahwa:
“Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk
menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan
perusahaan-perusahaan. Peran utama eksternal auditor
adalah untuk memberikan pendapat apakah laporan
keuangan bebas dari salah saji material. Secara
normal, eksternal auditor me-review prosedur
pengendalian teknologi informasi saat menilai
pengendalian internal keseluruhan.”

Menurut William F. Messer, Steven M. Glover dan


Douglas F. Prawitt (2014, hlm. 44):
10
“Istilah auditor eksternal, auditor independent, dan
CPA biasanya digunakan bergantian. Auditor
eksternal
22
mengaudit laporan keuangan untuk perusahaan yang
diperdagangkan secara terbuka dan swasta,
persekutuan, kotamadya, individual, dan jenis-jenis
entitas lainnya.”

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan


bahwa auditor eksternal adalah auditor yang bekerja secara
independen dan memiliki integritas serta objektivitas dalam
melakukan tugasnya. Auditor eksternal melakukan proses
audit pada laporan keuangan klien secara independen dan
membuat laporan hasil pemeriksaan tersebut sehingga pada
saat laporan keuangan yang dihasilkan oleh auditor tidak
mengandung unsur-unsur penyimpangan perilaku auditor,
maka laporan tersebut dapat digunakan sebagai alat bantu
dalam pengambilan keputusan.

2.1.3 Objektivitas
2.1.3.1 Pengertian Objektivitas
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan
nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip Objektivitas
mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas
dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh
pihak lain. Objektivitas merupakan sebuah keyakinan yang
didefinisikan sebagai kebebasan sikap mental yang harus
dipertahankan oleh auditor dalam melakukan audit, dan
auditor
23
tidak boleh membiarkan pertimbangan auditnya
dipengaruhi oleh orang lain. (Eko Warsiyanto Nugrahadi,
2019)
Menurut Mulyadi (2014, hlm. 57) menyatakan
bahwa : “Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan
nilai atas jasa yang diberikan anggota”.
Audit adalah suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian
antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan (Winarna dan Mabruri, 2015).
Objektivitas merupakan bagian dari prinsip-prinsip
perilaku yang harus dipatuhi oleh auditor. Prinsip perilaku
objektivitas berbunyi: “Auditor harus menjunjung tinggi
ketidakberpihakan profesional dalam mengumpulkan,
mengevaluasi, dan memproses data/informasi auditi. Auditor
APIP membuat penilaian seimbang atas semua situasi yang
relevan dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan sendiri atau
orang lain dalam mengambil keputusan” (Ferdiansyah, 2016).

2.1.3.2 Indikator Objektivitas Auditor


10
Sebagaimana telah diungkapkan di atas, objektivitas
merupakan sikap auditor untuk dapat bertindak adil, tidak
terpengaruh oleh hubungan kerjasama dan tidak memihak
24
kepentingan siapapun sehingga auditor dapat diandalkan dan
dipercaya. Auditor harus dapat mengungkapkan kondisi sesuai
fakta yaitu dengan mengemukakan pendapat apa adanya, tidak
mencari-cari kesalahan, mempertahankan kriteria dan
menggunakan pikiran yang logis.
Berdasarkan pendapat Mulyadi, (2014, hlm. 57),
indikator yang digunakan untuk mengukur objektivitas yaitu:
1. Bersikap adil
2. Bebas dari benturan kepentingan
3. Pengungkapan kondisi sesuai fakta.
Adapun penjelasan dari indikator diatas, yaitu sebagai
berikut :
1. Bersikap adil, artinya bersikap tidak sewenang-wenang
dan tidak memihak antara satu dengan yang lainnya
2. Bebas dari benturan kepentingan, artinya bebas dari
keinginan pihakpihak tertentu yang berusaha
mengarahkan auditnya, serta bebas dari kepentingan
individual pihak-pihak tertentu dalam penugasan auditnya
dan pembatas pengujian audit.
3. Pengungkapan kondisi sesuai fakta, artinya bebas dalam
melakukan pengungkapan informasi sesuai ujian serta
menetapkan bukti yang dapat diterima sesuai dengan
fakta yang ditemukan.
25
2.1.3.3 Prinsip Objektivitas
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012) menyebutkan
beberapa prinsip objektivitas, antara lain:
1. Tidak berpartisipasi dalam setiap aktivitas atau
mempunyai hubungan yang dapat memihak atau
dianggap memihak terhadap perimbangan mereka yang
tidak memihak.
2. Auditor internal tidak menerima apapun yang dapat
mempengaruhi dianggap mempengaruhi pertimbangan
professional (professional judgement) mereka.
3. Auditor internal harus mengungkapkan semua faktor
yang materil yang mereka ketahui, yang jika tidak
diungkapkan dapat mendistorsi aktivitas pelaporan yang
ditelaah.

2.1.4 Pengalaman Kerja


2.1.4.1 Pengertian Pengalaman Kerja
Salah satu kunci keberhasilan auditor dalam
melakukan audit adalah bergantung kepada seorang auditor
yang memiliki keahlian yang meliputi dua unsur yaitu
pengetahuan dan pengalaman. Dalam hal ini pengalaman kerja
telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam
memprediksi kinerja auditor terhadap kualitas audit yang
dihasilkannya.
26
“Pengalaman auditor dapat disimpulkan bahwa suatu
keterampilan dari pengetahuan yang diperoleh oleh
auditor melalui pendidikan formal maupun nonformal
serta segi lamanya masa kerja dan banyaknya tugas
audit yang ditangani untuk meningkatkan kemampuan
dalam memahami ketidakwajaran suatu informasi dan
masalah yang terjadi di lingkungan kerja. Pengalaman
auditor akan bertambah dan meningkat seiring dengan
lamanya masa kerja, banyaknya jenis usaha yang
diaudit, luasnya pemeriksaan dan banyaknya
penugasan audit untuk meningkatkan kualitas audit.
Dalam menjalankan tugasnya, auditor harus
memenuhi kualifikasi dan pengalaman dalam berbagai
industri tempat klien audit.”(Karlinda et al., 2021)
Pengalaman Auditor menurut Sukrisno Agoes (2017,
hlm. 33) adalah sebagai berikut:
“Auditor yang mempunyai pemahaman yang lebih
baik, mampu memberikan penjelasan yang masuk akal
atas kesalahan – kesalahan dalam laporan keuangan
dan dapat mengelompokan kesalahan berdasarkan
pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi
yang mendasar”.

Menurut Wibowo (2016, hlm. 100) mengemukakan


mengenai pengalaman kerja, yaitu:
“Pengalaman kerja menunjukkan sejauh mana
penguasaan seseorang terhadap bidang pekerjaan yang
selama ini ditekuninya. Pada umumnya pengalaman
26
kerja diukur dengan melihat seberapa lama waktu
yang dihabiskan tenaga kerja pada suatu bidang
pekerjaan tertentu. Karyawan yang mempunyai
pengalaman yang lebih lama akan mempunyai
keterampilan yang lebih tinggi, sehingga
produktivitasnya pun lebih tinggi
27
dibandingkan dengan tenaga kerja yang baru memiliki
sedikit pengalaman”

Menurut Arens et al (2014, hlm. 20) pegalaman


auditor adalah:
“Sejauh mana penguasaan seseorang terhadap bidang
pekerjaan yang selama ini ditekuninya. Pada
umumnya pengalaman kerja diukur dengan melihat
seberapa lama waktu yang dihabiskan tenaga kerja
pada suatu bidang pekerjaan tertentu. Pengalaman
terdapat tiga indikator yaitu: lamanya menjadi auditor,
frekuensi pekerjaan pemeriksaan, dan pelatihan yang
telah diikuti.”

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan


bahwa pengalaman auditor adalah dilihat dari lamanya waktu
ia bekerja, banyaknya penugasan yang dilakukan dan mampu
memberikan penjelasan atas kesalahan-kesalahan dalam
melakukan audit atas laporan keuangan.

2.1.4.2 Kriteria Pengalaman Kerja


Menurut Singggih dan Bawono (2010) kriteria
pengalaman terdiri dari:
1. Kepekaan dalam mendeteksi adanya kekeliruan.
2. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas audit.
3. Kemampuan dalam menggolongkan kekeliruan.
4. Kesalahan dalam melakukan tugas audit
diminimalisasir
28
2.1.4.3 Indikator yang Mempengaruhi Pengalaman Kerja
Auditor
Pengalaman Auditor menurut Arens et al, (2014, hlm.
38) dapat diukur sebagai berikut:
1. Lamanya masa kerja
Sesuai dengan jabatan dan masa kerja auditor di KAP,
pengalaman auditor terus bertambah terutama dalam
praktik audit. Auditor dapat menyelesaikan pekerjaan
sesuai prosedur karena pengalaman yang dimiliki.
2. Banyaknya penugasan audit
Audit Secara teknis, semakin banyak tugas yang dia
kerjakan, akan semakin mengasah keahliannya dalam
mendeteksi suatu hal yang memerlukan treatment atau
perlakuan khusus yang banyak dijumpai dalam
pekerjaannya dan sangat bervariasi karakteristiknya.
3. Pengalaman industri klien
Auditor mengetahui prosedur audit seiring frekuensi
mengaudit yang telah dilakukannya. Auditor paham
karakter jenis organisasi tertentu karena sering mengaudit
jenis organisasi tersebut. Auditor dapat mengurangi
kesalahan pekerjaan karena telah terbiasa
mengerjakannya.
29
2.1.5 Time Budget Pressure
2.1.5.1 Pengertian Time Budget Pressure
Dalam proses pengauditan, setiap KAP (Kantor
Akuntan Publik) perlu mengestimasi waktu yang dibutuhkan
(anggaran waktu) agar proses pengauditan dapat berjalan
secara efektif. Anggaran waktu digunakan untuk memandu
pekerjaan auditor dalam menentukan langkah-langkah audit
bagi setiap program auditnya. Penetapan anggaran waktu
ditentukan oleh KAP dengan meminta persetujuan dari klien
yang bersangkutan. Dengan anggaran waktu yang telah
disusun, keseluruhan waktu yang disediakan oleh KAP
dialokasikan kepada masing-masing auditor yang terlibat
(Jelista, 2015). Dengan demikian, anggaran waktu merupakan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas
pengauditan (Wiratmaja dan Suardana, 2018).
Penetapan anggaran waktu yang ketat oleh KAP dapat
mengakibatkan auditor seringkali bekerja dengan waktu yang
terbatas. Padahal dalam melakukan tugasnya, auditor harus
memeriksa keseluruhan laporan keuangan perusahaan klien
dengan benar untuk menghindari terjadinya kecurangan dari
laporan keuangan tersebut. (Jelista, 2015). Oleh karena itu,
pengertian Time Budget Pressure (tekanan anggaran waktu)
menurut Wahyuni et al. (2018) adalah:
“Pengalokasian waktu yang ditentukan oleh klien
kepada auditor dalam proses pengauditan guna
menghindari adanya kecurangan waktu dan permainan
30
yang dilakukan oleh auditor dalam mengumpulkan
bukti-bukti untuk mendukung hasil pemeriksaan.”

Menurut Pratama dan Merkusiwati (2015), auditor


harus memiliki perencanaan yang memadai mengenai tahapan
kerja yang akan dilakukan selama pekerjaan lapangan. Di
dalam perencanaan ini ditetapkan suatu anggaran waktu yang
selanjutnya disebut time budget, yang disusun oleh KAP
dengan persetujuan klien. Time budget ini ditetapkan oleh
manajer bekerjasama dengan partner dan dengan persetujuan
klien, artinya KAP telah melakukan kesepakatan dengan klien
untuk melakukan audit dalam batas waktu yang ditentukan dan
untuk itu klien bisa menaksir fee yang harus dibayar. Time
budget akan menjadi dasar argumen tentang alasan mengapa
biaya audit harus dikurangi terkait pendeknya waktu
pelaksanaan audit. Bila terdapat tekanan time budget, akan
berdampak kurang efektifnya pelaksanaan audit. Tekanan ini
mengakibatkan berkurangnya kepatuhan auditor untuk
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dalam proses audit.
Dalam melakukan pekerjaannya, auditor akan dihadapkan
dengan adanya tekanan anggaran waktu. Pada saat auditor
menghadapi tekanan anggaran waktu, auditor memberikan dua
respon yaitu tipe fungsional yang merupakan perilaku auditor
untuk bekerja lebih baik dan menggunakan waktu sebaik-
baiknya serta tipe disfungsional yang merupakan sebaliknya
(Sitorus, 2016). Oleh sebab itu, tekanan anggaran waktu
31

merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku


auditor dalam mencapai kinerja yang baik. Apabila tekanan
anggaran waktu sesuai dengan yang diharapkan auditor dapat
meningkatkan kinerjanya, sedangkan tekanan anggaran waktu
yang tidak sesuai dengan yang diharapkan auditor dapat
menurunkan kinerjanya (Suprapta dan Setiawan, 2017).

2.1.5.2 Indikator Time Budget Pressure


Menurut Zam dan Rahayu (2015), indikator yang
digunakan untuk mengukur Time Budget Pressure adalah:
1. Keketatan anggaran waktu
Time budget pressure yang ketat dapat meningkatkan
tingkat stress auditor, karena auditor harus melakukan
pekerjaan audit dengan waktu yang ketat. Bahkan dalam
anggaran waktu tersebut, auditor tidak dapat
menyelesaikan audit dengan prosedur audit yang
semestinya.
2. Ketercapaian anggaran waktu
Pada waktu terjadi konflik audit, meskipun time budget
pressure sangat ketat, auditor yang memegang teguh etika
auditor akan tetap cenderung menjalankan prosedur audit
penting yang sebagaimana mestinya. Sebaliknya auditor
yang memiliki tingkat etika audit yang rendah akan
tergoda untuk menghilangkan prosedur audit yang
penting.
32
2.1.6 Kualitas Audit
2.1.6.1 Pengertian Kualitas Audit
Audit dikatakan berkualitas jika memenuhi standar
yang seragam dan konsisten, yang menggambarkan praktik-
praktik terbaik audit internal serta merupakan ukuran kualitas
dalam pelaksanaan tugas untuk memenuhi tanggung jawab
profesinya. Standar tersebut terangkum dalam Standar Profesi
Audit Internal.
Kualitas audit merupakan suatu pemeriksaan yang
sistematik dan independen untuk menentukan apakah kualitas
aktivitas dan pencapaian hasil sesuai dengan rencana yang
sudah dirancang serta dapat dilaksanakan secara efektif dakam
pencapaian tujuan. (Frits Bonai et al, 2019)
Kualitas (hasil) audit menurut Tandiontong Mathius
(2016, hlm. 80) di definisikan sebagai:
“Kualitas audit adalah segala probabilitas seorang
auditor dalam menentukan dan melaporkan
penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi
klien atau perusahaan.”

Definisi kualitas audit menurut Arens, et al, (2015, hlm. 103)


sebagai berikut:

“Kualitas audit adalah bagaimana cara memberitahu


seorang audit mendeteksi salah saji material laporan
dalam laporan keuangan, aspek deteksi adalah
cerminan dari kompetensi auditor,
sedangkanpelaporan adalah cerminan dari integritas
auditor, khususnya independesi auditor.”
33

Berdasarkan (IAI) Ikatan Akuntan Indonesia (2016)


menyatakan bahwa:
“Audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas jika
memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu.”
Amir Abadi Jusuf (2017, hlm. 50) menjelaskan
kualitas audit adalah sebagai berikut:
“Suatu proses untuk memastikan bahwa standar
auditing yang berlaku umum diikuti dalam setiap
audit, KAP mengikuti prosedur pengendalian kualitas
audit yang membantu memenuhi standar-standar
secara konsisten pada setiap penugasannya.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa


kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor
pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat
menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi
klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan audit,
dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor harus
berpedoman pada standar auditing.

2.1.6.2 Indikator Kualitas Audit


Dalam rangka meningkatkan kepercayaan publik
terhadap praktik profesi Akuntan Publik, maka penetapan
faktor-faktor (indikator) yang mempengaruhi kualitas audit
pada KAP diperlukan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia
(2018, hlm. 3) menyatakan bahwa:
34
“Indikator kualitas audit adalah suatu indikator kunci
yang memungkinkan suatu audit yang berkualitas
dilaksanakan secara konsisten oleh Akuntan Publik
melalui KAP sesuai dengan kode etik dan standar
profesi serta ketentuan hukum yang berlaku.”

Selaras dengan tujuan dari lembaga-lembaga yang


berfokus pada pengawasan dan peningkatan atas kualitas
audit, IAPI menerangkan bahwa indikator kualitas audit pada
level KAP yang mencakup perikatan audit atas laporan
keuangan yang dilakukan oleh Akuntan Publik adalah sebagai
berikut:
(1) Kompetensi Auditor
Kompetensi auditor merupakan kemampuan
professional individu auditor dalam menerapkan
pengetahuan untuk menyelesaikan suatu tim atau secara
mandiri berdasarkan Standar Profesional Akuntan
Publik, kode etik dan ketentuan hukum yang berlaku.
(2) Etika dan Independensi Auditor
Etika dan independensi auditor merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dan mendasar bagi auditor
dalam melaksanakan suatu perikatan audit. Kepatuhan
terhadap ketentuan etika dan independensi dalam suatu
perikatan audit memerlukan pemahaman yang memadai
setiap auditor terhadap ketentuan etika dan
independensi, serta komitmen dan dukungan dari
pimpinan.
26
(3) Penggunaan Waktu Personil Kunci Perikatan
35
Dalam setiap perikatan, waktu yang dialokasikan dan
digunakan oleh Personil Kunci Perikatan sangat
menentukan kualitas audit. Perikatan dapat
mengakibatkan pekerjaan audit diselesaikan secara
kurang memadai.
(4) Pengendalian Mutu Perikatan
Setiap KAP bertanggung jawab untuk menetapkan dan
melaksanakan sistem pengendalian mutu dalam setiap
perikatan. Sistem pengendalian mutu pada suatu KAP
bertujuan untuk memberikan keyakinan bahwa KAP
telah menetapkan kebijakan dan prosedur yang
memungkinkan setiap personil dan KAP mematuhi
ketentuan persyaratan Standar Profesi Akuntan Publik,
Kode Etik, dan ketentuan peraturan yang berlaku dalam
melaksanakan setiap perikatan serta memungkinkan
laporan perikatan yang diterbitkan tepat sesuai
kondisinya.
(5) Hasil Reviu Mutu atau Inspeksi Pihak Eksternal dan
Internal
UU Akuntan Publik memberikan kewenangan kepada
Kementerian Keuangan Pusat Pembinaan Profesi
Keuangan untuk melaksanakan pemeriksaan kepada
AP/KAP secara berkala atau menurut pertimbangan
Menteri perlu dilakukan. Demikian pula dalam UU
tersebut dinyatakan bahwa IAPI berwenang untuk
36
melakukan reviu mutu terhadap anggota. Secara
periodik baik P2PK maupun IAPI telah melakukan
pemeriksaan atau reviu mutu kepada AP/KAP.
(6) Rentang Kendali Perikatan
Tekanan dan waktu yang terbatas menjadikan Rekan
Perikatan harus memperhatikan beban kerja dari jumlah
perikatan yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam hal
ini, KAP dan Rekan Perikatan harus memperhatikan
rentang kendali perikatan sehingga memungkinkan
seluruh perikatan dapat dilaksanakan berdasarkan
standar profesi dan ketentuan yang berlaku.
(7) Organisasi dan Tata Kelola KAP
Dalam melaksanakan perikatan audit, KAP sebagai
organisasi tempat bernaungnya Akuntan Publik dan para
auditor harus memiliki struktur dan tata Kelola yang
memadai. Organisasi tata Kelola yang KAP yang
memadai memungkinkan pelaksanaan audit dan
kegiatan-kegiatan internal KAP yang bersifat
fundamental dalam rangka untuk meningkatkan kualitas
audit dapat dikelola dan diorganisasikan secara jelas.
(8) Kebijakan Imbalan Jasa
Untuk memberikan keyakinan organsisasi KAP dapat
berjalan dengan baik serta rekan perikatan dan auditor
dapat melaksanakan perikatan audit sesuai dengan
standar profesi, kode etik dan ketentuan hukum yang
37
berlaku, KAP harus memperoleh imbalan jasa yang
memadai. UU Akuntan Publik memberikan hak kepada
Akuntan Publik untuk mendapatkan imbalan jasa.
Akuntan Publik dapat menentukan besaran imbalanjasa
secara bebas dan mandiri berdasarkan kebutuhan dan
professional judgment-nya.

2.1.7 Pengaruh Objektivitas Terhadap Kualitas Audit


Teori atribusi menjelaskan pengaruh objektivitas
terhadap kualitas hasil audit. Objektivitas merupakan bagian
dari prinsip-prinsip perilaku yang harus dipatuhi oleh auditor,
bahwa objektivitas merupakan faktor internal yang
mempengaruhi perilaku auditor. Seorang auditor yang
mempertahankan objektivitas, akan bertindak adil, tanpa
adanya keberpihakan atau tekanan permintaan pihak tertentu
atau kepentingan pribadinya, sehingga semakin tinggi tingkat
objektivitas auditor maka semakin baik kualitas audit yang
dihasilkan. (Ferdiansyah, 2016).
Objektivitas merupakan sikap auditor untuk dapat
bertindak adil, tidak terpengaruh oleh hubungan kerjasama dan
tidak memihak kepentingan siapapun sehingga auditor bisa
diandalkan dan dipercaya. (Oroh et al, 2019).
Dari penjelasan tersebut, objektivitas auditor dinilai
dapat mempengaruhi perilaku auditor, di mana hal ini juga
mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan.
38
2.1.8 Pengaruh Pengalaman Kerja Auditor Terhadap
Kualitas Audit
Pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan
laporan keuangan menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas audit. Pengetahuan auditor akan
semakin berkembang seiring bertambahnya pengalaman
melakukan tugas audit.
Paragraf ketiga SA seksi 210 menyebutkan:
“Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu
pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa
bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi
dan bidang auditing”.

Menurut Wardhani, dkk. (2014) dalam Octaviani dan


Puspitasari (2019) menyatakan bahwa:
“Auditor yang berpengalaman dapat mendeteksi
adanya kecurangan yang ada didalam laporan
keuangan. Pengalaman juga dapat mempengaruhi
pada setiap keputusan yang diambil dalam kegiatan
audit sehingga auditor diharapkan memberikan
keputusan yang tepat. Pada dasarnya, semakin banyak
dan beragamnya jenis audit yang dilakukan oleh
seorang auditor, maka akan semakin memperbanyak
pengalaman auditor dan dapat memperluas
pengetahuannya sehingga untuk audit selanjutnya,
auditor tersebut telah memahami poin-poin dimana
klien melakukan kesalahan yang material.”

Pengalaman diasumsikan dapat mempengaruhi


kualitas audit dikarenakan tugas yang dilakukan secara sering
26
dan berulang-ulang memberikan kesempatan bagi auditor
untuk
39
belajar sehingga pengalaman yang dilalui dapat direkam dan
diaplikasikan kembali pada kegiatan audit selanjutnya dan
juga dapat meningkatkan kinerja dalam pengambilan
keputusan. (Octaviani dan Puspitasari, 2019).
Singgih dan Bawono (2010) dalam Octaviani dan
Puspitasari (2019) menyatakan bahwa:
“Seorang auditor yang melakukan tugas audit secara
terus menerus pada umumnya akan lebih cepat dan
lebih baik dalam menyelesaikannya. Hal ini di
karenakan semakin banyak tugas yang dilakukannya,
maka keahliannya akan semakin terasah dalam
mendeteksi masalah yang memerlukan perlakuan
khusus yang banyak ditemui dalam pekerjananya dan
bervariasi karakteristiknya”.

Selain itu pula auditor sudah sangat memahami teknik


yang tepat untuk menyelesaikan setiap masalah yang
menghambat pekerjaannya.Sehingga auditor dapat lebih
cermat dan berhati-hati dalam menyelesaikannya. (Octaviani
dan Puspitasari, 2019).
Penetapan anggaran waktu yang ketat oleh KAP dapat
mengakibatkan auditor seringkali bekerja dengan waktu yang
terbatas. Padahal dalam melakukan tugasnya, auditor harus
memeriksa keseluruhan laporan keuangan perusahaan klien
dengan benar untuk menghindari terjadinya kecurangan dari
laporan keuangan tersebut (Jelista, 2015).
40
2.1.9 Pengaruh Time Budget Pressure Terhadap Kualitas
Audit
Dalam proses pengauditan, setiap KAP (Kantor
Akuntan Publik) perlu mengestimasi waktu yang dibutuhkan
(anggaran waktu) agar proses pengauditan dapat berjalan
secara efektif. Anggaran waktu digunakan untuk memandu
pekerjaan auditor dalam menentukan langkah-langkah audit
bagi setiap program auditnya. Penetapan anggaran waktu
ditentukan oleh KAP dengan meminta persetujuan dari klien
yang bersangkutan. Dengan anggaran waktu yang telah
disusun, keseluruhan waktu yang disediakan oleh KAP
dialokasikan kepada masing-masing auditor yang terlibat
(Jelista, 2015). Dengan demikian, anggaran waktu merupakan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas
pengauditan (Wiratmaja dan Suardana, 2018).
Wahyuni et al. (2018) menjelaskan bahwa tekanan
anggaran waktu (time budget pressure) adalah:
“Pengalokasian waktu yang ditentukan oleh klien
kepada auditor dalam proses pengauditan guna
menghindari adanya kecurangan waktu dan permainan
yang dilakukan oleh auditor dalam mengumpulkan
bukti-bukti untuk mendukung hasil pemeriksaan. Hal
ini menyebabkan auditor harus memeriksa
keseluruhan laporan keuangan perusahaan klien
dengan benar agar mampu menghindari terjadinya
kecurangan dari laporan keuangan tersebut. Walaupun
pada kenyataannya, auditor memiliki waktu yang
terbatas dalam melakukan pekerjaannya.”
41

Dengan adanya tekanan anggaran waktu, hal tersebut


dapat menjadi alat pengendalian dalam penugasan audit untuk
bisa menyelesaikan tugas audit yang kompleks. Dengan
demikian, tekanan anggaran waktu mampu memberikan
dorongan untuk meningkatkan kinerja auditor dalam hal
menyelesaikan pekerjaan yang diberikan sesuai dengan
anggaran waktu yang ditetapkan (Ardika dan Wirakusuma,
2016).

2.2 Telaah Penelitian Terdahulu


Telaah penelitian terdahulu adalah suatu upaya
peneliti untuk mencari perbandingan antara peneliti yang satu
dengan peneliti yang lain. Berikut beberapa peneliti terdahulu
yang memiliki keterkaitan dengan penelitian saat ini.
Berdasarkan hasil penelitian Arin Dea Laksita &
Sukirno (2019) yang berjudul “Pengaruh Independensi,
Akuntabilitas, dan Objektivitas Terhadap Kualitas Audit”
menyatakan bahwa objektivitas berpengaruh positif terhadap
hasil audit pada Inspektorat Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Hasil penelitian Atang Hermawan dan Agust
Bustomi (2022) yang berjudul “Impact of internal audit
competence and objectivity on quality audit results” juga
menyatakan bahwa objektivitas berpengaruh positif terhadap
kualitas audit pada PT Pindad Bandung.
42
Berdasarkan hasil penelitian Yana Maulana (2019)
yang berjudul “Pengaruh Pengalaman Auditor, Etika Auditor
dan Gender Terhadap Kualitas Audit (Survey Pada Kantor
Akuntan Publik di Wilayah Jawa Barat)” menyatakan bahwa
pengalaman kerja auditor berpengaruh positif terhadap
kualitas audit pada KAP di Wilayah Jawa Barat. Maria
Immaculata Adhisti Prima Dewi dan J. Sabas Setyohadi
(2019) melalui penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Independensi, Kompetensi dan Pengalaman Kerja Auditor
Terhadap Kualitas Audit” juga menyatakan bahwa
pengalaman kerja auditor berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas audit pada KAP di Wilayah Jakarta. Menurut
penelitian Aneta Devi dan Ceacilia Srimindarti (2021) yang
berjudul “Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas,
Pengalaman Kerja dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit
Pada KAP di Semarang” juga menyatakan bahwa pengalaman
kerja auditor berpengaruh terhadap kualitas audit pada KAP di
Kota Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian Aprilia Susanti (2018)
yang berjudul “Pengaruh Pengalaman Kerja dan Kompetensi
Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada PT BPR Karya Guna
Mandiri Bandung” menyatakan bahwa pengalaman kerja
auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit pada PT.
BPR Karya Guna Mandiri Bandung. Hasil penelitian menurut
Ni Made Widia Iswara Dewi & I Putu Sudana (2018) yang
43
berjudul “Pengaruh Pengalaman, Due Professional Care dan
Akuntabilitas Auditor Pada Kualitas Audit” juga menyatakan
bahwa pengalaman kerja auditor berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas audit pada KAP di Wilayah Bali.
Menurut hasil penelitian Mulati Bernadenta, Hotber Hutabarat,
Fransiska Siahaan, & Keumala Hayati (2020) yang berjudul
“Pengaruh Tingkat Pendidikan, Etika Auditor, dan
Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada BPKP
Sumut” menyatakan bahwa pengalaman kerja auditor
memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit pada BPKP
Sumut. Serta menurut hasil penelitian Keumala Hayati, Ester
Marianita Pangaribuan Munawarah, Wenny Anggeresia
Ginting (2019) yang berjudul “Pengaruh Pengalaman, Etika
Profesi, Objektivitas dan Time Deadline Pressure terhadap
Kualitas Audit Di Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan Medan” menyatakan bahwa pengalaman kerja
auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
audit. Berdasarkan hasil penelitian Muhammad Fakhrizal
Azhary & Siska Priyandani Yudowati (2019) yang berjudul
“Pengaruh Kompetensi, Time Budget Pressure, dan
Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Pada
Kantor Akuntan Publik di Bandung) menyatakan bahwa time
budget pressure berpengaruh positif terhadap kualitas audit
pada KAP di Kota Bandung. Hasil penelitian Rafif Helmi
Fauzan, Wisnu Julianto, & Retna Sari (2021) yang berjudul
44
“Pengaruh Time Budget Pressure, Profesionalisme, dan Fee
Audit Terhadap Kualitas Audit” juga menyatakan bahwa Time
Budget Pressure berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas audit pada KAP di Wilayah Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian Neni Meidawati & Arden
Assidiqi (2019) yang berjudul “The influences of audit fees,
competence, independence, auditor ethics, and time budget
pressure on audit quality” menyatakan bahwa Time Budget
Pressure berpengaruh positif terhadap kualitas audit pada
KAP di Kota Semarang. Berdasarkan hasil penelitian Iin
Rosini & Dani Rahman Hakim (2021) yang berjudul “Kualitas
Audit Berdasarkan Time Budget Pressure dan Pengalaman”
juga menyatakan bahwa pengalaman kerja auditor dan Time
Budget Pressure berpengaruh positif terhadap kualitas audit
pada KAP di Wilayah Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian Fariz Septianto, Nur Alif,
& Jamaluddin Supriadi Laupe (2020) yang berjudul “Pengaruh
Pengalaman Auditor, Penerapan Kode Etik, dan Tekanan
Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit (Survey Pada
Auditor Inspektorat Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan
Kabupaten Donggala)” menyatakan bahwa pengalaman kerja
auditor dan tekanan anggaran waktu berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas audit pada Inspektorat Kota Palu,
Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala.
45
2.3 Kerangka Pemikiran
Robbins (2013, hlm. 168) menyebutkan:
“Attribution theory tries to explain the ways in which we judge
people differently, depending on the meaning we attribute
to given behavior.” Teori atribusi menjelaskan tentang
pemahaman akan reaksi seseorang terhadap peristiwa
di sekitar mereka, dengan mengetahui alasan-alasan
mereka atas kejadian yang dialami. (Hanjani, 2014) Teori
Atribusi adalah teori yang menjelaskan perilaku seseorang
yang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu atribut internal dan
atribut eksternal. Atribut internal yang akan mempengaruhi
kualitas audit di dalam penelitian ini adalah objektivitas,
pengalaman kerja auditor, dan Time Budget Pressure. Dimana
semakin tinggi objektivitas, pengalaman kerja, dan Time
Budget Pressure yang melekat sebagai atribut internal yang
memengaruhi perilaku auditor yang berasal dari dalam diri
pribadinya maka kualitas audit semakin baik. Perilaku yang
disebabkan secara internal adalah perilaku yang berada di
bawah kendali pribadi individu itu sendiri dalam keadaan
sadar, seperti ciri kepribadian, kesadaran, dan kemampuan.
Sedangkan perilaku yang disebabkan secara eksternal adalah
perilaku yang dipengaruhi dari luar, artinya individu akan
terpaksa berperilaku karena situasi atau lingkungan seperti
adanya pengaruh sosial dari orang lain. Atribusi merupakan
salah satu proses pembentukan kesan. Atribusi mengacu pada
46
bagaimana orang menjelaskan penyebab perilaku orang lain
atau dirinya sendiri. Teori Atribusi adalah teori yang
membahas tentang penyebab perilaku seseorang atau diri kita
sendiri, yang mana nantinya akan membentuk suatu kesan.
Kesan yang dibentuk akan ditarik kesimpulan sebagai faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku orang lain.
Dalam konteks audit, teori atribusi banyak digunakan
peneliti untuk menjelaskan mengenai penilaian (judgment)
auditor, penilaian kinerja, dan pembuatan keputusan oleh
auditor. Atribusi berhubungan dengan penilaian dan
menjelaskan bagaimana seorang auditor berperilaku.
Kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan banyak
ditentukan oleh atribusi internal, di mana faktor-faktor yang
menentukan kemampuan lebih banyak berasal dari dalam diri
auditor.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori
atribusi karena peneliti akan melakukan studi empiris untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi auditor terhadap
kualitas hasil audit, khususnya pada karakteristik personal
auditor itu sendiri, yaitu objektivitas, pengalaman kerja, dan
Time Budget Pressure. Pada dasarnya karakteristik personal
seorang auditor merupakan salah satu penentu terhadap
kualitas hasil audit yang akan dilakukan karena merupakan
suatu faktor internal yang mendorong seseorang untuk
melakukan suatu aktivitas.
47
2.3.1 Objektivitas
Objektivitas merupakan keharusan yang dilakukan
oleh seorang auditor. Para auditor harus objektif dalam
melakukan aktivitas pelaporan. Winarna, dan Mabruri (2015)
mengungkapkan bahwa auditor harus memiliki sikap mental
yang objektif, tidak memihak dan menghindari timbulnya
pertentangan. Dalam prinsip tersebut dinyatakan bahwa
objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas
jasa yang diberikan. Hubungan laporan keuangan dengan klien
sangatlah dapat mempengaruhi objektivitas dan dapat
menimbulkan pihak ketiga yang dapat berkesimpulan bahwa
objektivitas auditor tidak dapat dipertahankan. Dengan adanya
kepentingan keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan
dengan laporan hasil audit yang diterbitkan. Oleh sebab itu,
semakin tinggi tingkat objektivitas auditor maka semakin baik
kualitas hasil auditnya.

2.3.2 Pengalaman Kerja Auditor


Menurut Nurjanah dan Kartika (2016), pengalaman
kerja dapat diartikan bahwa dalam melaksanakan audit,
auditor harus memiliki keahlian tentang audit dan penelitian
teknis auditing dalam melaksanakan auditing dengan tujuan
agar dalam pemberian opini atau pendapat, auditor tidak
merasa canggung atau ragu.
48
Pengalaman salah satu kunci keberhasilan auditor
dalam melakukan audit adalah bergantung kepada seorang
auditor yang memiliki keahlian yang meliputi dua unsur yaitu
pengetahuan dan pengalaman. Dalam hal ini pengalaman kerja
telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam
memprediksi kinerja auditor terhadap kualitas audit yang
dihasilkannya. Pengalaman kerja dapat memperdalam dan
memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang
melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan
semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut, dan
semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang,
pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas dan
memungkinkan peningkatan kinerja auditor. Pengalaman
berdasarkan lama bekerja merupakan pengalaman auditor
yang dihitung berdasarkan satuan waktu. Sehingga auditor
yang telah lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan
auditor yang berpengalaman. Karena semakin lamanya bekerja
menjadi auditor, maka akan dapat menambah dan memperluas
pengetahuan auditor di bidang akuntansi dan auditing. Begitu
pula dengan banyaknya jumlah penugasan yang telah
dilakukan oleh auditor dapat meningkatkan pengetahuan
karena adanya kompleksitas transaksi keuangan perusahaan
yang diaudit. Pengalaman berdasarkan lama bekerja dan
banyaknya jumlah penugasan saling berkaitan erat, karena
semakin lamanya
49
seseorang menjadi auditor, tentunya jumlah penugasan yang
pernah dilakukan pun akan semakin banyak.

2.3.3 Time Budget Pressure


Pada praktiknya, adanya tekanan waktu digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi seorang auditor dalam
melaksanakan pekerjaannya. Hal ini menimbulkan tekanan
bagi auditor untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan
waktu yang ditetapkan. Penetapan waktu yang tidak realistis
pada tugas audit khusus akan berdampak kurang efektifnya
pelaksanaan audit atau auditor pelaksana cenderung
mempercepat pelaksanaan tes. Sebaliknya bila waktu yang
diber ikan terlalu lama hal ini akan berdampak negatif pada
biaya dan efektifitas pelaksanaan audit. Dibawah tekanan
waktu yang sangat terbatas, auditor dituntut untuk tetap
memiliki kinerja yang profesional dalam melaksanakan proses
pengauditan. Kinerja auditor akan berdampak pada laporan
hasil auditan.
Waktu yang diberikan oleh klien merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Tekanan waktu
didefenisikan sebagai kendala yang terjadi pada perikatan
audit karena keterbatasan sumber daya berupa waktu yang
dialokasikan untuk melaksanakan seluruh tugas audit. Tekanan
waktu menyebabkan timbulnya stress akibat tidak
seimbangnya
50
tugas dan waktu yang tersedia serta mempengaruhi etika
auditor (Fonda, 2014).

2.3.4 Pengaruh Objektivitas Auditor Terhadap Kualitas


Audit
Seorang auditor harus selalu bertindak secara objektif
berdasarkan bukti-bukti otentik yang diperolehnya selama
melakukan pemeriksaan dan sebelum melaporkan hasil
auditnya perlu mengadakan review dan pengujian kembali atas
data/fakta/informasi yang diperolehnya. Menurut Wibowo
(2006) auditor menunjukkan objektivitas profesional pada
tingkat yang tertinggi ketika mengumpulkan, mengevaluasi,
dan melaporkan informasi kegiatan atau proses yang sedang
diuji. Objektivitas adalah suatu sikap mental independen yang
harus dijaga oleh auditor internal dalam melaksanakan
tugasnya. Objektivitas mengharuskan auditor internal untuk
melaksanakan penugasan sedemikian rupa sehingga para
auditor menyakini hasil pekerjaannya dan tidak melakukan
kompromi terhadap kualitas pekerjaan yang signifikan. Oleh
karena itu, auditor internal harus berada dalam posisi dapat
mengambil keputusan.
Objektivitas merupakan suatu keyakinan, kualitas
yang memberikan nilai bagi jasa atau pelayanan auditor.
Objektivitas sebagai bebasnya seseorang dari pengaruh
26
pandangan subjektif pihak-pihak lain yang berkepentingan,
sehingga dapat
51
mengemukaan pendapat menurut apa adanya. Berdasarkan
hasil penelitian Atang Hermawan dan Agust Bustomi (2022)
yang meneliti tentang pengaruh kompetensi dan objektivitas
menununjukkan bahwa objektivitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas audit.
Hal tersebut sesuai dengan Mabruri dan Winarna
(2010) menyatakan semakin tinggi objektivitas auditor, maka
semakin baik kualitas auditnya. Berdasarkan uraian tersebut,
dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi objektivitas
seorang auditor maka semakin tinggi pula kualitas audit yang
dihasilkan oleh auditor.
Dari pemikiran di atas, maka hipotesis yang dapat
dirumuskan, yaitu:
H1: Objektivitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

2.3.5 Pengaruh Pengalaman Kerja Auditor Terhadap


Kualitas Audit
Menurut Arens dkk, (2004) sesuai dengan standar
umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa
auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup
dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk
memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang
industri yang digeluti kliennya. Wiratama dan Budiartha
(2015) menyatakan bahwa menyatakan bahwa pengalaman
kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.
52
Berdasarkan hasil penelitian Bertha Elvy Napitupulu
dan Fransisca Hermawan (2020) menyatakan bahwa
Pengalaman Kerja Auditor berpengaruh positif terhadap
Kualitas Audit. Yana Maulana (2019) dalam penelitiannya
juga menyatakan bahwa pengalaman kerja auditor
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit,
baik secara simultan, maupun parsial.
Pengalaman auditor merupakan suatu proses
pembelajaran dan perkembangan potensi bertingkah laku
auditor selama berinteraksi dengan tugas yang dilakukan.
Semakin banyak pengalaman auditor kerja maka kualitas audit
dihasilkan maka semakin baik. Maka hasil dari penelitian
tersebut menjelaskan adanya pengaruh pengalaman kerja
terhadap kualitas audit. Dari pemikiran di atas, maka hipotesis
yang dapat dirumuskan, yaitu:
H2: Pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas
audit.

2.3.6 Pengaruh Time Budget Pressure Terhadap Kualitas


Audit
Penetapan waktu yang telah ditetapkan dapat menjadi
salah satu faktor penyebab stres yang mengakibatkan
gangguan bagi auditor dalam menyelesaikan program audit
sebagaimana mestinya. Auditor yang bekerja di bawah
26
tekanan waktu akan melakukan pekerjaannya dengan lebih
cepat yang
53
menyebabkan kemungkinan mengabaikan beberapa proses
audit dan hanya menyelesaikan yang penting-penting saja
(Sari dan Lestari, 2018). Percepatan penyelesaian langkah-
langkah tersebut seperti mengurangi jumlah pekerjaan dalam
program audit, dan mempercayai alasan auditee terkait dengan
bukti tanpa menganalisis kebenarannya.
Menurut H andoko dan Pamungkas (2020) Tekanan
waktu yang dialami auditor dalam melaksanakan audit juga
sangat memengaruhi kualitas audit, dikarenakan tingginya
tekanan waktu dalam melakukan audit membuat auditor
semakin meningkatkan efisiensi dalam melakukan audit
sehingga seringkali audit yang dilakukan oleh auditor tidak
selalu berdasarkan prosedur dan perencanaan yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Dalam menghadapi time
budget pressure tersebut seorang auditor akan menghadapi
tekanan dalam dua cara yaitu respon fungsional (positif) dan
respon disfungsional (negatif). Respon fungsional (positif)
yaitu ketika auditor bekerja lebih keras dan memanfaatkan
waktu sebaik mungkin, sedangkan respon disfungsional yaitu
ketika auditor mengabaikan beberapa prosedur audit sehingga
menyebabkan penurunan kualitas audit. Hasil penelitian Rafif
Helmi Fauzan, Wisnu Julianto, Retna Sari (2021) juga
menyatakan bahwa Time Budget Pressure berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kualitas audit.
54

Dari pemikiran di atas, maka hipotesis yang dapat


dirumuskan, yaitu:
H3: Time Budget Pressure berpengaruh positif terhadap
kualitas audit.
55

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


56

2.4 Hipotesis
Berdasarkan telaah penelitian terdahulu dan kerangka
pemikiran yang telah diuraikan, maka hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Objektivitas auditor berpengaruh positif terhadap kualitas
audit
H2: Pengalaman kerja auditor berpengaruh positif terhadap
kualitas audit
H3: Time Budget Pressure berpengaruh positif terhadap
kualitas audit.
H4: Objektivitas auditor, Pengalaman kerja auditor, dan Time
Budget Pressure secara simultan berpengaruh terhadap
Kualitas Audit.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian diartikan sebagai suatu proses yang berasal
dari minat dan rasa ketertarikan peneliti untuk mencari
jawaban atas permasalahan-permasalahan atau fenomena yang
muncul dan menemukan jawaban atau solusi atas
permasalahan tersebut melalui kegiatan pengumpulan,
pengolahan, analisis serta penyajian data secara sistematis dan
objektif. Menurut Subagyo yang dikutip dalam Syamsul Bahry
dan Fakhry Zamzam (2015, hlm. 3) menyatakan bahwa:
“Metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk
mendapatkan kembali pemecahan terhadap segala
permasalahan yang diajukan.”
Menurut Priyono (2016, hlm. 1), metode penelitian
adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran
secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa metode penelitian adalah suatu cara ilmiah atau teknik
yang digunakan demi memperoleh data mengenai suatu objek
da untuk memecahkan suatu permasalahan.
Menurut Sugiyono (2018, hlm. 13) pengertian data
kuantitatif adalah sebagai berikut:

57
58

“Metode penelitian yang berlandaskan positivistic


(data konkrit), data penelitian berupa angka-angka
yang akan diukur menggunakan statistik sebagai alat
uji penghitungan, berkaitan dengan masalah yang
diteliti untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Filsafat
positivistic digunakan pada populasi atau sampel
tertentu.”

Berdasarkan variabel-variabel yang diteliti, maka


metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantatif. Dalam penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dan asosiatif. Menurut Sugiyono (2018, hlm. 48),
penelitian deskriptif adalah:
“Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu
variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri)
tanpa membuat perbandingan dan mencari hubungan
variabel itu dengan variabel lain.”

Sugiyono (2019, hlm. 65), penelitian asosiatif


merupakan:
“Suatu rumusan masalah penelitian yang besifat menanyakan
hubungan antara dua variabel atau lebih.”
Pemilihan metode penelitian kuantitatif serta jenis
penelitian deskriptif dan asosiatif bertujuan untuk memperoleh
gambaran penelitian yang sistematis dan memperoleh fakta,
karakteristik, dan hubungan yang akurat mengenai fenomena
yang diteliti, baik secara parsial maupun simultan. Dari data
yang diperoleh untuk keperluan penelitian akan dianalisis,
59

diolah berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan masalah


penelitian, sehingga dapat diperoleh informasi yang
menjelaskan secara aktual dan akurat mengenai objek yang
diteliti.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Untuk memperoleh data dan informasi yang
diperlukan dalam penyusunan Usulan Penelitian ini, penulis
melakukan penelitian yang bersumber dari hasil kuisioner
yang telah diisi oleh 50 orang Akuntan Publik pada Kantor
Akuntan Publik di Kota Jakarta Pusat yang terdaftar pada
Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia tahun 2022.
Waktu pelaksanaan Usulan Penelitian ini dimulai pada
bulan Oktober 2022 sampai dengan bulan November 2022.

3.3 Populasi, Sampel dan Responden


Keberadaan populasi memiliki peranan yang sangat
penting di dalam suatu penelitian. Hal ini
dikarenakan populasi yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan untuk dapat ditarik kesimpulan. Menurut
Sugiyono (2019, hlm. 126), definisi populasi adalah:
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: objek / subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.”
60

Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh


Akuntan Publik yang berada di Kantor Akuntan Publik
Wilayah Jakarta Pusat tahun 2022 berjumlah 190 Akuntan
Publik yang bisa dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Jumlah Akuntan
No. Nama KAP Publik
1. KAP Trisno, Adams & Rekan 2
KAP Bustaman, Ezeddin & 2
2. Putranto
KAP Leonard, Mulia & Richard 2
3. (Pusat)
4. KAP Sahat MT & Rekan 4
5. KAP Jimmy Budhi & Rekan 3
KAP Joachim Adhi Piter Poltak & 4
6. Rekan
7. KAP Johannes Juara & Rekan 4
KAP Maksum, Suyamto dan 4
8. Hirdjan
KAP Antadaya, Helmiansyah Dan 3
9. Yassirli
10. KAP Irwan Tanamas & Rekan 2
11. KAP Siddharta Widjaja & Rekan 26
12 KAP Djoko, Sidik & Indra 5
61
Jumlah Akuntan
No. Nama KAP Publik
KAP Hendrawinata Hanny Erwin 11
13. & Sumargo
14. KAP Mirawati Sensi Idris 9
15. KAP Yonathan Dan Rekan 3
16. KAP Drs. Bernardi & Rekan 1
KAP Paul Hadiwinata, Hidajat, 26
Arsono, Retno, Palilingan &
17. Rekan
18. KAP Bayudi, Yohana, Suzy, Arie 2
19. KAP Meidina, Ratna 2
20. KAP Wijanarko & Rekan 2
21. KAP Andrianto & Tenggono 2
22. KAP Drs. R. Angka Wijaya 1
23. KAP Imelda & Rekan 17
KAP Budiman, Wawan, Pamudji 3
24. & Rekan
KAP Jamaludin, Ardi, Sukimto 5
25. dan Rekan
KAP Benny, Tony, Frans & 1
26. Daniel
27. KAP Abubakar Usman & Rekan 3
28. KAP Adolf Parningotan 1
61
62
Jumlah Akuntan
No. Nama KAP Publik
KAP Tjahjo, Machdjud 3
29. Modopuro & Rekan
KAP Dra. Ellya Noorlisyati & 1
30. Rekan
31. KAP Griselda, Wisnu & Arum 1
32. KAP Anton Silalahi 1
33. KAP Annas Cahyadi 1
34. KAP Suharli, Sugiharto & Rekan 12
35. KAP Sulaimin & Rekan 2
36. KAP Titus Haryanto 1
37. KAP Tandiawan dan Rekan 2
38. KAP Annatasia dan Rekan 2
39. Manshur dan Suharyono 1
KAP Kurniawan, Kusmadi & 3
40. Matheus
41. KAP Kanel dan Rekan 4
KAP Arifin Anissa Mardani & 6
42. Muchammad
TOTAL Akuntan Publik 190
Sumber: Direktori IAPI Tahun 2022
Berdasarkan populasi yang telah ditetapkan, maka
diambil sampel yang merupakan langkah penting dalam
63
penelitian kuantitatif. Pengertian sampel menurut Sugiyono
(2018, hlm. 118) adalah sebagai berikut:
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan
ukuran sampel merupakan suatu langkah untuk
menentukan besarnya sampel yang diambil dalam
melaksanakan suatu penelitian.”

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan


bahwa sampel merupakan bagian tertentu dari populasi yang
dapat digunakan seluruhnya ataupun dipilih beberapa
berdasarkan kriteria tertentu. Pemilihan sampel dalam
penelitian ini menggunakan probability sampling. Probability
sampling menurut (Sugiyono, 2018, hlm. 81) adalah:
“Teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel.”
Ada beberapa Teknik dalam menggunakan probability
sampling. Pada penelitian ini, Teknik yang digunakan adalah
Proportionate Stratified Random Sampling. Proportionate
stratified random sampling adalah teknik sampling yang
digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional.(Ningtyas, 2018)
Teknik menghitung sampel penelitian ini
menggunakan rumus Yamane, dimana rumus Yamane menurut
Sugiyono (2018, hlm. 143) adalah sebagai berikut:
64
N
n=
1+ Ne2
Keterangan:
n : Ukuran sampel atau jumlah responden
N : Ukuran populasi
e : Presentase tingkat kesalahan
Populasi (N) dalam penelitian ini sebanyak 190 orang, dengan
asumsi tingkat kesalahan (e) sebesar 5%, maka jumlah sampel
(n) adalah:
190
n=
1+190 ¿ ¿
Maka, sampel (n) sebanyak 128,81 responden, dibulatkan
menjadi 129 responden.
Adapun kriteria yang digunakan dalam memilih
sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Akuntan Publik yang terdaftar di Direktori IAPI tahun
2022 dan telah mempunyai izin.
2. Akuntan Publik yang yang bekerja pada Kantor Akuntan
Publik di Wilayah Jakarta Pusat.
Responden dalam penelitian ini adalah auditor
eksternal dan auditor di Kota Jakarta Pusat yang dapat
dijadikan sampel.
65
3.4 Definisi Operasional Variabel
Operasional variabel merupakan proses penguraian
variabel penelitian ke dalam indikator dan skala dari variabel-
variabel terkait. Selain itu, tujuannya adalah untuk
memudahkan pengertian dan menghindari perbedaan persepsi
dalam penelitian ini.
Menurut Sugiyono (2019, hlm. 68) menyatakan bahwa
pengertian variabel penelitian adalah:
“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari oang, objek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Operasional variabel diperlukan untuk menentukan


jenis,
indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam
penelitian yang sedang diteliti sehingga pengujian hipotesis
dengan alat bantu dapat dilakukan dengan benar.

3.4.1 Variabel Independen (X)


Menurut Sugiyono (2019, hlm. 69) variabel
independen (variabel bebas) adalah sebagai berikut:
“Variabel independent atau dalam bahasa Indonesia
variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat).”
Variabel Independent dalam penelitian ini, yaitu:
a. Objektivitas Auditor yang disimbolkan (X1),
66
b. Pengalaman Kerja Auditor yang dilambangkan (X2),
c. Time Budget Pressure yang dilambangkan (X3).

3.4.2 Variabel Dependen (Y)


Menurut Sugiyono (2019, hlm. 39) mengatakan bahwa
dependent variable (variabel terikat) adalah sebagai berikut:
“Variabel dependen atau dalam Bahasa Indonesia variabel
terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas.”
Dependent variable (variabel terikat) dalam penelitian
ini, yaitu Kualitas Audit yang disimbolkan (Y).

3.4.3 Operasional Variabel


Operasional variable diperlukan untuk menjelaskan
variable yang diteliti, konsep, indikator, satuan ukuran, serta
skala pengukuran yang nantinya bisa dipahami dalam
operasional variable. Berdasarkan judul di atas, maka terdapat
empat variable, sebagai berikut:
1. Objektivitas Auditor (X1)
2. Pengalaman Kerja Auditor (X2)
3. Time Budget Pressure (X3)
4. Kualitas Audit (Y)
67
Tabel 3.2 Operasional Variabel
Nama Konsep Variabel Indikator Skala Ukur
Variabel
Variabel Objektivitas 1. Bersikap adil Ordinal
Independe merupakan suatu 2. Bebas dari benturan
n: keyakinan, kepentingan
Objektivit kualitas yang 3. Pengungkapan
as memberikan nilai kondisi sesuai fakta.
Auditor bagi jasa atau (Mulyadi, (2014, hlm.
(X1) pelayanan auditor 57)
(Harahap, 2015)
Variabel Pengalaman 1. Lamanya masa Ordinal
Independe auditor adalah kerja
n: kemampuan yang 2. Banyaknya
Pengalam dimiliki auditor penugasan audit
an Kerja untuk belajar dari Audit
Auditor kejadian terbang 3. Pengalaman
(X2) auditor kejadian industri klien.
audit atau (Arens et al, 2014,
pemeriksaan. hlm. 38)
(Suryani &
Helvinda, 2015)
68
Nama Konsep Variabel Indikator Skala Ukur
Variabel
Variabel Time Budget 1. Keketatan Ordinal
Independe Pressure (Tekanan anggaran waktu
n: Anggaran Waktu) 2. Ketercapaian
Time adalah anggaran waktu.
Budget pengalokasian (Zam dan Rahayu,
Pressure waktu yang 2015).
(X3) ditentukan oleh
klien kepada
auditor dalam
proses pengauditan
guna menghindari
adanya kecurangan
waktu dan
permainan yang
dilakukan oleh
auditor dalam
mengumpulkan
bukti-bukti untuk
mendukung hasil
pemeriksaan.
(Wahyuni, et al,
2018)
69
Nama Konsep Variabel Indikator Skala Ukur
Variabel
Variabel Kualitas audit 1. Kompetensi Auditor Ordinal
Dependen adalah suatu 2. Etika dan
: indikator kunci Independensi Auditor
Kualitas yang 3. Penggunaan Waktu
Audit (Y) memungkinkan Personil Kunci
suatu audit yang Perikatan
berkualitas 4. Pengendalian Mutu
dilaksanakan Perikatan
secara konsisten 5. Hasil Reviu Mutu
sesuai dengan atau Inspeksi Pihak
standar profesi Eksternal dan
dan ketentuan Internal
hukum yang 6. Rentang Kendali
berlaku. (IAPI, Perikatan
2017) 7. Organisasi dan Tata
Kelola KAP
8. Kebijakan Imbalan
Jasa.
(Ikatan Akuntan
Indonesia, 2018,
hlm. 3)
Sumber: Data Diolah
70
Adapun alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu skala ordinal. Skala ordinal adalah skala pengukuran
yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar
tingkatan, akan tetapi jarak atau interval antar tingkatan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan skala likert.
Menurut Sugiyono (2017, hlm. 93):
“Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial.”
Penelitian tersebut didasarkan pada kuesioner yang
telah diberikan pilihan jawaban dari daftar pertanyaan yang
diajukan kepada responden sesuai dengan penelitian skala
likert menurut Sugiyono (2017, hlm. 93) sebagai berikut:

Tabel 3.3 Pilihan Jawaban


Jawaban Pertanyaan Keterangan Jawaban
SS Sangat Setuju
S Setuju
R Ragu-Ragu
TS Tidak Setuju
STS Sangat Tidak Setuju
Sumber: Data Diolah
Kemudian dalam jawaban kuesioner tersebut
diberikan skor pada setiap alternatif jawaban dari daftar
pertanyaan yang
71
diajukan kepada responden sesuai dengan bobot berdasarkan
Sugiyono (2017, hlm. 94), yaitu:
“1. Sangat Setuju 5
2. Setuju 4
3. Ragu-Ragu 3
4. Tidak Setuju 2
5. Sangat Tidak Setuju 1.”

Setelah diberi skor pada setiap jawaban, kemudian


akumulasi jawaban kuesioner dibandingkan dengan akumulasi
jawaban yang diharapkan dan dikalikan 100%.

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang menggambarkan
instrument penelitian untuk penelitian kuantitatif mempunyai
ciri-ciri yang berbeda dengan penelitian kualitatif, salah satu
Teknik pengumpulan daya dalam penelitian kuantitatif adalah
melalui kuesioner (Uhar Suharsaputra, 2014, hlm. 96).
Menurut Sugiyono (2017, hlm. 142), kuesioner adalah:
“Angket atau kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab.”

Data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini


adalah data primer, yakni data yang diolah berupa angka yang
didapat dari skala kuisioner yang peneliti sebarkan pada
responden yang selanjutnya diolah dengan menggunakan
software SPSS.
72

Kuisioner yang peneliti bagikan pada responden ialah


kuisioner dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
Menurut Sugiyono (2018, hlm. 193) data primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Selanjutnya peneliti melakukan pengambilan
data langsung pada objek penelitian dengan cara menyebarkan
kuesioner. Masing-masing jawaban dari 4 alternatif jawaban
yang tersedia diberi bobot nilai (skor) sebagai berikut :

Tabel 3.4 Skala Penilaian


No Sikap Skala
1. Sangat Setuju 4
2. Setuju 3
3. Tidak Setuju 2
4. Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Sugiyono (2018, hlm. 193)

Untuk pengumpulan data untuk keperluan penelitian


ini dilakukan melalui:
1. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan dilakukan untuk mendapatkan data
primer dengan cara mencari, mempelajari, dan
menganalisis data, dokumen-dokumen, serta catatan yang
diperlukan dalam penelitian ini. Menurut Sugiyono
(2018, hlm. 456):
73
“Data primer yaitu sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari
sumber pertama atau tempat objek penelitian
dilakukan.”
2. Studi Kepustakaan
Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan
data sekunder yang dilakukan melalui library research
maupun internet research, untuk mencari informasi yang
dapat mendukung pengambilan data secara sekunder, dan
mendukung referensi sebagai landasan teori dan tinjauan
pustaka.

3.6 Teknik Analisis Data


Sebelum melakukan pengujian hipotesis diperlukan
rancangan analisis data. Menurut Sugiyono (2019, hlm. 244)
adalah sebagai berikut:
“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.”

Teknik analisis data adalah rancangan untuk


menganalisis data yang telah dikumpulkan lalu
disederhanakan ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca,
dipahami, dan diinterpretasikan. Teknik analisis data dalam
penelitian ini menggunakan metode statistik parametrik
73
berdasarkan pengumpulan data-data terkait penelitian. Analisis
pengolahan
74
data menggunakan software SPSS 25. Menurut (Sugiyono,
2020, hlm. 208) definisi statistik parametrik sebagai berikut:
“Statistik parametrik digunakan untuk menguji
parametrik populasi melalui statistik, atau menguji
ukuran populasi melalui data sampel”.

3.6.1 Penetapan Hipotesis


Penetapan hipotesis merupakan langkah awal dalam
melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang akan diuji dan
dibuktikan berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh
antara variabel Objektivitas Auditor, Pengalaman Kerja
Auditor, dan Time Budget Pressure terhadap variabel Kualitas
Audit. Hipotesis menurut (Chandrarin, 2017:110)
didefinisikan sebagai berikut:
“Hipotesis adalah dugaan sementara yang
diformulasikan oleh peneliti atau dasar teori, yang
kebenarannya masih dibutuhkan adanya pembuktian
secara empiris.”
Hipotesis null (H0) yang ditetapkan menunjukkan
tidak adanya pengaruh antara variabel independen dengan
variabel dependen. Hipotesis kerja atau alternatif (H a)
menunjukkan adanya pengaruh terhadap variabel dependen.
Hipotesis konseptual yang diajukan sebagai berikut:
1. Secara parsial (sendiri-sendiri):
a. Objektivita
75
H 0 : β1 ≥ 0 Objektivitas tidak
berpengaruh positif terhadap
Kualitas Audit.
H a : β1 < 0 Objektivitas berpengaruh
positif terhadap Kualitas
Audit.

b. Pengalaman Kerja Auditor


H 0 : β2 ≥ 0 Pengalaman Kerja Auditor
berpengaruh positif terhadap
Kualitas Audit.
H a : β2 < 0 Pengalaman Kerja Auditor
tidak berpengaruh positif
terhadap Kualitas Audit.
c. Time Budget Pressure
H 0 : β3 ≥ 0 Time Budget Pressure
berpengaruh positif terhadap
Kualitas Audit.
H a : β3 < 0 Time Budget Pressure
tidak berpengaruh positif
terhadap Kualitas Audit.
Secara simultan (bersama-sama):
H 0 : β1 = β2 = β3 = 0 Objektivitas Auditor,
Pengalaman Kerja Auditor,
dan Time Budget Pressure
76
berpengaruh secara simultan
terhadap Kualitas Audit.
H a : β1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ 0 Objektivitas Auditor,
Pengalaman Kerja Auditor,
dan Time Budget Pressure
berpengaruh secara simultan
terhadap Kualitas Audit.

3.6.2 Statistik Deskriptif


Statistik Deskriptif yang digunakan dalam penelitian
yang bersumber dari data primer dapat menggunakan:
1. Ukuran Frekuensi
Jumlah adalah hasil dari penambahan nilai-nilai data.

n
X =∑ xi
i=1

Persentase adalah nilai yang disajikan dalam bentuk pecahan


per seratus.

∑ xj
j=1
%X = n
x 100 %
∑ xi
i=1

dimana j ≤ i
76
Frekuensi adalah penjumlah yang enunjukkan seberapa sering
sesuatu terjadi Rumus ini dapat digunakan jika ingin
77
menunjukkan seberapa sering respons diberikan.
Penelitian ini menghasilkan deskripsi yang diperoleh
dari penyekoran data-data penilaian responden terhadap
pernyataan yang diukur menggunakan indikator yang telah
ditetapkan menggunakan skala pengukuran berdasarkan skala
likert. Skala pengukuran yang telah ditetapkan merupakan
kesepakatan yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan
panjang atau pendeknya interval yang ada dalam alat ukur
sehingga alat ukut tersebut ada bila digunakan pada
pengukuran yang akan menghasilkan data kuantitatif. Jarak
interval yang dihitung dapat ditentukan menggunakan rumus,
sebagai berikut:

m(n-1)
Rs =
mn

Keterangan:
Rs : Jarak interval
m : Jumlah responden
n : Jumlah skala
Asumsinya adalah jika jumlah responden sebesar 190
dan menggunakan skala likert dengan jumlah skala 5 maka
jarak interval yang didapatkan sebesar:
78
190(5-1)
Rs =
(190)(5)
Rs = 0,8

Dari hasil perhitungan tersebut didapat jarak interval


sebesar 0,8 dalam persentase sebesar 80% untuk memperoleh
nilai interval dengan skala 5, sebagai berikut:

0,8
i=
5
i= 0,16

Sehingga diperoleh nilai interval setiap kenaikan


adalah sebesar 0,16 atau 16%, dengan ini dapat diperoleh hasil
kriteria penilaian dari hasil perhitungan diatas, sebagai berikut:

Tabel 3. 5 Kategori Interpretasi Skor pada Analisis


Deskriptif
Persentase Kategori
20% - 36% Sangat Tidak Setuju
>36% - 52% Tidak Setuju
>52% - 68% Netral
>68% - 84% Setuju
>84% - 100% Sangat Setuju
79
.3.6.3 Statistik Inferensial
3.6.3.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat
ukur yang telah disusun benar-benar mengukur apa yang perlu
diukur. Uji validitas berguna untuk menentukan seberapa
cermat suatu alat melakukan fungsi ukurannya. Alat ukur
validitas yang tinggi berarti mempunyai varian kesalahan yang
kecil, sehingga memberikan keyakinan bahwa data yang
terkumpul merupakan data yang dapat dipercaya. Pengujian
validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor tiap item
dengan skor total. Menurut Sugiyono (2017, hlm. 125)
menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya
terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Uji validitas ini dilakukan untuk mengukur apakah
data yang telah didapat setelah penelitian merupakan data
yang valid atau tidak, dengan menggunakan alat ukur yang
digunakan (kuesioner). Uji validitas dilakukan pada responden
sebanyak 129 Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Pusat.
Teknik analisis yang digunakan adalah koefisien
korelasi product moment pearson, yang merupakan analisis
korelasi yang berguna untuk menentukan suatu besaran yang
menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel dengan
variabel lain. Rumus Korelasi Product Moment Pearson
adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2013) :
80

n  XY   X  Y 
rxy 
n X   X n Y   Y 
2 2 2

Keterangan :
r = Koefisien validitas item yang dicari
X = Skor yang diperoleh dalam item
Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item
X = Jumlah skor dalam distribusi X
Y = Jumlah skor dalam distribusi Y
X2 = Jumlah kuadrat masing-masing skor X
Y2 = Jumlah kuadrat masing-masing skor Y
n = Banyaknya responden

Pengujian validitas ini dilakukan dengan menggunakan


program SPSS 23.0 for windows dengan kriteria berikut :
1. Jika r hitung > r tabel maka pernyataan tersebut
dinyatakan valid.
2. Jika r hitung < r tabel maka pernyataan tersebut
dinyatakan tidak valid.
3. Nilai r hitung dapat dilihat pada kolom corrected item
total correlation.
81
3.6.3.2 Uji Reabilitas
Setelah dilakukan uji validitas atas pertanyaan atau
pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini, selanjutnya
dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas bertujuan untuk
mengetahui apakah alat pengumpul data pada dasarnya
menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan atau
konsistensi alat tersebut dalam mengungkapkan gejala tertentu
dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu
yang berbeda. Uji reliabilitas dilakukan terhadap pertanyaan-
pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang sudah valid.
Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan teknik belah dua (split half), yang
langkah kerjanya sebagai berikut :
(1) Membagi pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-
pernyataan menjadi dua belah.
(2) Skor untuk masing-masing pertanyaan atau pernyataan
pada tiap belahan dijumlahkan sehingga menghasilkan
dua skor total untuk masing-masing responden.
(3) Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan
skor total belahan kedua, dengan menggunakan
korelasi product moment,
(4) Mencari reliabilitas untuk keseluruhan pertanyaan atau
pernyataan dengan rumus Spearman-Brown.
82

r
reliability=
1+r
Keterangan :
r : Koefisien Pearson antara belahan ganjil dan
genap
Nilai batas suatu item kuesioner penelitian dikatakan
dapat digunakan dan memiliki nilai reliabilitas yang dapat
diterima berdasarkan kriteria yang diungkapkan dalam Barker,
et.al., (2002, hlm. 70). Kriteria yang digunakan didasarkan
kepada tabel berikut :
Tabel 3.6 Kriteria Standar Validitas dan Reliabilitas
Instrumen Penelitian
Kriteria Reliabilitas Validitas
Good (Baik) 0.8 0.5
Acceptable (Cukup Baik) 0.7 0.3
Marginal 0.6 0.2
Poor (Tidak Baik ) 0.5 0.1

Sumber : Barker, et.al., 2002 , hlm. 70


Jadi suatu item dinyakan valid jika memiliki indeks
validitas (koefisien korelasi) lebih dari 0,3 dan sejumlah item
dalam satu variabel dinyatakan memiliki tingkat reliabilitas
yang dapat digunakan jika memiliki indeks reliabilitas lebih
dari 0,7
Menurut Sugiyono (2017, hlm. 130) menyatakan
bahwa uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran
82
dengan menggunakan objek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama. Uji reliabilitas ini dilakukan pada responden
83
sebanyak 129 Akuntan Publik pada KAP di Wilayah Jakarta
Pusat, dengan menggunakan pertanyaan yang telah dinyatakan
valid dalam uji validitas dan akan ditentukan reliabilitasnya.
Menggunakan program SPSS 23.0 for windows, variabel
dinyatakan reliabel dengan kriteria berikut :
1. Jika r-alpha positif dan lebih besar dari r-tabel maka
pernyataan tersebut reliabel.
2. Jika r-alpha negatif dan lebih kecil dari r-tabel maka
pernyataan tersebut tidak reliabel.
a. Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 maka reliable
b. Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,6 maka tidak reliable
Variabel dikatakan baik apabila memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > dari 0,6 (Priyatno, 2013, hlm. 30).

3.6.4 Pemilihan Uji Statistik


3.6.4.1 Uji Asumsi Klasik
Tujuan pengujian asumsi klasik menurut (Ghozali,
2018:161) adalah sebagai berikut:
“Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji
kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian
ini”.
Uji Asumsi klasik merupakan statistik yang wajib
dilakukan pada analisis regresi linear berganda. Pengujian
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas data,
uji multikolineritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.
84
1. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas Data menurut (Ghozali, 2018:161)
menjelaskan uji normalitas sebagai berikut:
“Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variable pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal”.
Uji normalitas sering digunakan dalam program SPSS
yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Kelebihan dari uji ini adalah
sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi antara
satu pengamat dengan pengamat lain, yang sering terjadi pada
uji normalitas dengan menggunakan grafik. Pedoman
pengambilan keputusan berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov
(K-S) menurut (Ghozali, 2018, hlm. 163) adalah sebagai
berikut:
a. Jika nilai signifikan < 0,05 maka dapat penelitian tidak
berdistribusi normal.
b. Jika nilai signifikan > 0,05 maka data penelitian
berdistribusi normal.
Selain itu untuk melihat normalitas data juga dapat
menggunakan grafik/chart dengan dasar pengambilan
keputusan adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolineritas
Menurut (Gzozali, 2018:107) menjelaskan mengenai
85
tujuan uji multikolineritas adalah sebagai berikut:
“Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya kolerasi antar
variable bebas (independent). Model regresi yang baik
seharusnya tidaj terjadi kolerasi diantara variable
independent”

Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya


multikolineritas adalah dengan menggunakan Varience
Inflation Factors (VIF) dengan rumus sebagai berikut:
1
VIF =
1 – Ri2
Ri2 adalah koefisien determinasi yang diperoleh
dengan meregresikan salah satu variable bebas X1 terhadap
variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF diatas atau lebih besar
dari 0,10 maka diantara variable independent terdapat gejala
multikolineritas sebagai berikut:
a. Pedoman pengambilan keputusan berdasarkan nilai
tolerance.
1) Jika nilai tolerance > 0,10 maka artinya tidak
terjadi multikolinearitas dalam model regresi.
2) Jika nilai tolerance < 0,10 maka artinya
terjadi multikolineritas dalam model regresi.
b. Pedoman pengambilan keputusan berdasarkan nilai
VIF (Variance Inflation Factor).
86
1) Jika nilai VIF < 10 maka artinya tidak terjadi
multikolinearitas dalam model regresi.
2) Jika nilai VIF > 10 maka artinya terjadi
multikolinearitas dalam model regresi.
3. Uji heteroskedastisitas
Menurut Imam (Ghozali, 2018:130) menjelaskan
mengenai uji heteroskedastisitas yaitu sebagai berikut:
“Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi terjadi ketidaksamaa variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisita”.

Berdasarkan analisi untuk melihat ada tidaknya


heteroskedastisitas atau atau tidak terjadi heteroskedastisitas
menrut (Ghozali, 2018, hlm.130) adalah sebagai berikut:
“Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
Sedangkan jika ada pola yang jelas serta titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas”.

4. Uji Auto Korelasi


Tujuan dari uji auto korelasi menurut (Ghozali,
2018, hlm. 111) adalah:
“Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
87
pengganggu pada periode t dengan kesalahan
penggangu pada model t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkitan satu sama lainnya. Maslah
ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya”

Untuk mengetahui ada tidaknya autokolerasi dalam


regresi linier bisa dapat dilihat dengan menggunakan uji
Durbin-Watson (D-W Test). Dasar dalam pengambilan
keputusan ada tidaknya auto korelasi dengan menggunakan
Durbin Watson Test (D-W Test) sebagai berikut:
1. “Bila Bila nilai DW terletak antara bebas atau upper
bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi
sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau
lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih
besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka
koefisien autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti
ada autokorelasi negative”.
Hipotesis yang digunakan untuk menguji adanya
autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson adalah:
88
Tabel 3.7 Tabel Durbin-Watson (DW)
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada auto korelasi Tolak 0 < d < dL
positif (reject)
Tidak ada auto korelasi Tidak ada dL ≤ d ≤ du
positif (reject) keputusan
Tidak ada auto korelasi Tolak 4 – dl < d < 4
negatif (reject)
Tidak ada auto korelasi Tidak ada 4 – du ≤ d ≤ 4
negatif (reject) keputusan ‐ dl
Tidak ada auto korelasi Terima Du < d < 4 ‒
positif atau negatif (don’t du
reject)
Sumber: Ghozali (2018, hlm 112)
Pada saat pengujian Durbin Watson tidak berjalan
normal, kemudian untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat
dilakukan melalui uji run test. Menurut Ghozali (2018, hlm.
121), Run Test digunakan untuk melihat apakah data residual
terjadi secara random atau tidak (sistematis). Jika residual
random (acak) yaitu nilai signifikansi di atas 5% maka dapat
dikatakan antar residual tidak terdapat hubungan korelasi atau
dapat dikatakan tidak terdapat gejala autokorelasi.
a) Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka tidak terjadi
autokorelasi.
b) Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka terjadi autokorelasi.
89
3.6.5 Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam penelitian ini analisis regresi dilakukan guna
mengetahui bagaimana pola hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Menurut Sugiyono
(2019, hlm. 230), rumus dari regresi ganda dengan dua atau
lebih variabel bebas adalah sebagai berikut:
𝒀 = 𝒂 + 𝒃𝟏𝑿𝟏 + 𝒃𝟐𝑿𝟐 + ℇ
Keterangan:
Y = Nilai variabel dependen
a = Konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien regresi
X1, X2 dan X3 = variabel independent

3.6.6 Analisis Korelasi


Menurut Sugiyono (2019, hlm. 248): Tingkat
hubungan berdasarkan nilai koefisien korelasi memberikan
penafsiran besar kecilnya koefisien korelasi, dapat
berpedoman pada ketentuan berikut:
Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + Ɛ
Dimana:
Y = Pertumbuhan laba
α = konstanta, nilai Y apabila variabel X adalah nol
b1b2b3 = Koefisien regresi multiple antara masing-masing
variable independen terhadap variabel dependen
90
X1 = Objektivitas Auditor
X2 = Pengalaman Kerja Auditor
X3 = Time Budget Pressure
Ɛ = standar eror
Arti koefesien b adalah jika nilai b positif (+), hal ini
menunjukan hubungan yang searah antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Dengan kata lain, peningkatan
(penurunan) besarnya nilai variabel bebas akan diikuti oleh
besarnya peningkatan (penurunan) nilai variabel terikat.
Sedangkan jika nilai b negative (-) menunjukan hubungan
yang berlawanan arah antara variabel bebas dengan variabel
terikat. Dengan kata lain, peningkatan (penurunan) besarnya
nilai variabel bebas dan diikuti oleh besarnya penurunan
(peningkatan) nilai variabel terikat.

3.6.7 Analisis Korelasi (R)


Analisis korelasi bertujan untuk mengukur kekuatan
asosiasi (hubungan) linear antara dua variabel. Korelasi tidak
menunjukan hubungan fungsional atau dengan kata lain
analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen
dengan variabel independen (Ghozali, 2018:95). Menurut
(Sugiyono, 2020, hlm. 248), tingkat hubungan berdasarkan
nilai koefisien korelasi memberikan penafsiran besar kecilnya
koefisien korelasi, dapat berpedoman pada kriteria yang
berdasarkan tabel berikut:
91
Tabel 3. 8 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat
Sumber : Sugiyono, 2020, hlm. 248

3.6.8 Analisis Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah di antara
nol dan satu. Nilai (R²) yang kecil berarti kemampuan
variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2018, hlm. 97).
Menurut Sugiyono (2020, hlm. 214) koefisien determinasi
adalah sebagai berikut:
“Koefisien determinasi adalah kemampuan variabel X
(variabel independen) mempengaruhi variabel Y
(variabel dependen), semakin besar koefisien
determinasi menunjukkan semakin naik kemampuan
X menerangkan Y”.
Adapun rumus koefisien determinasi menurut
Sugiyono (2020, hlm. 231) adalah sebagai berikut:
Kd = r2 x 100%
92
Keterangan:
Kd = Koefisien determinasi
r2 = Koefisien korelasi

Tabel 3.9 Pedoman Interpretasi Koefisien Determinan

Pernyataan Keterangan
< 4% Pengaruh rendah sekali
5% - 16% Pengaruh rendah tapi pasti
17% - 49% Pengaruh cukup berarti
50% - 80% Pengaruh tinggi atau kuat
> 80% Pengaruh tinggi sekali
Sumber : Sugiyono, 2020, hlm. 223

3.6.9 Penarikan Kesimpulan


3.6.9.1 Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t)
Menurut (Ghozali,2018, hlm. 98) uji t didefinisikan
sebagai berikut:
“Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa
jauh pengaruh suatu variabel penjelas/independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen”.
Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel
independen secara parsial (sendiri-sendiri) berpengaruh
93
terhadap variabel dependen. Menurut Sugiyono (2020, hlm.
248) rumus uji t adalah sebagai berikut:
r √n−2
t=
√1−r 2
Keterangan:
t = Uji t
r2 = Nilai koefisien korelasi
n = banyak sampel
Prosedur uji-t adalah menghitung besar t hitung,
kemudian membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Tingkat
signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 5%.
Kemungkinan besar dari hasil penarikan kesimpulan
mempunyai probabilitas sebesar 95% atau toleransi kesalahan
sebesar 5%. Kriteria penarikan kesimpulan adalah sebagai
berikut:
a. Jika thitung > ttabel dan tingkat signifikan (α) ≤ 0,05 maka
H0 ditolak dan Ha diterima, artinya secara parsial
terdapat pengaruh yang signifikan antara Objektivitas
Auditor, Pengalaman Kerja Auditor, dan Time Budget
Pressurr terhadap Kualitas Audit
b. Jika thitung ≤ ttabel dan tingkat signifikan (α) > 0,05 maka
H0 diterima dan Ha ditolak, artinya secara parsial tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara Objektivitas
Auditor, Pengalaman Kerja Auditor, dan Time Budget
Pressurr terhadap Kualitas Audit.
94
3.6.9.2 Uji Hipotesis (Uji F)
Uji statistik F digunakan untuk menunjukan apakah
semua variabel independen/bebas yang dimasukan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen/terikat (Ghozali, 2018:98). Uji statistik
yang digunakan dalam penelitian ini disebut dengan Analysis
of varian (ANOVA). Menurut (Sugiyono, 2020:257), rumus
uji F adalah sebagai berikut:
R2 /k
F h=
(1−R 2)/( n−k −1)
Keterangan:
F = Signifikasi hubungan kedua variabel
R 2
= Koefisien determinasi
k = Banyaknya variabel bebas
n = Ukuran sampel
Untuk menguji hipotesis harus membandingkan nilai
Fhitung dengan Ftabel menggunakan daftar tabel distribusi F
dengan derajat kebebasan yaitu (df) = n-k-1 dan tarifnya
menggunakan 5% artinya peluang besar atau kecilnya risiko
pada waktu membuat kesalahan 0,05. Perbandingannya adalah
sebagai berikut:
a. Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima,
artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara
Objektivitas Auditor, Pengalaman Kerja Auditor, dan
Time Budget Pressurr terhadap Kualitas Audit
95
b. Jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak,
artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
terdapat pengaruh yang signifikan antara Objektivitas
Auditor, Pengalaman Kerja Auditor, dan Time Budget
Pressurr terhadap Kualitas Audit.
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alphabet.

Bernadenta, M., Hutabarat, H., Siahaan, F., & Hayati, K.


(2020). Pengaruh Tingkat Pendidikan, Etika Auditor, dan
Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada
BPKP Sumut. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen,
Ekonomi, Dan Akuntansi), 4(3), 516–526.

Chandrarin, G. (2017). Metode Riset Akuntansi: Metode Riset


Kuantitatif. Salemba Empat.

Devi, A., & Srimindarti, C. (2021). Pengaruh Kompetensi,


Independensi, Akuntabilitas, Pengalaman Kerja Dan
Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kap Di
Semarang. JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen,
Ekonomi, Dan Akuntansi), 5(2), 1446.

Dewi, M. I. A. P., & Setyohadi, J. S. (2019). Pengaruh


Independensi , Kompetensi dan Pengalaman Kerja
Auditor Terhadap Kualitas audit Program Studi
Pendidikan Ekonomi , Fakultas Ilmu Pendidikan dan
Pengetahuan Sosial , Universitas Indraprasta PGRI
Email : maria.adhisti1206@gmail.com. Sosio E-Kons,
11(1), 37–45.

Fakhrizal, A. M. (2019). Pengaruh Kompetensi, Time Budget


Pressure, Dan Profesionalisme Auditor Terhadap
Kualitas Audit (studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik
Di Bandung). E-Proceeding of Management, 6(3).
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan

96
Program IBM SPSS 25 (9th ed.). Universitas Diponogoro.

Hayati, K., Pangaribuan, E. M., Munawarah, M., & Ginting,


W. A. (2019). Pengaruh Pengalaman, Etika Profesi,
Objektivitas dan Time Deadline Pressure terhadap
Kualitas Audit Di Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan Medan. Sentralisasi, 8(2), 67.
https://doi.org/10.33506/sl.v8i2.434

Hermawan, A., & Bustomi, A. (2022). Impact of internal audit


competence and objectivity on quality audit results. JPPI
(Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia), 8(1), 170.
https://doi.org/10.29210/020221298

Iswara Dewi, N. M. W., & Sudana, P. (2018). Pengaruh


Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas
Pada Kualitas Audit. E-Jurnal Akuntansi, 22, 438.
https://doi.org/10.24843/eja.2018.v22.i01.p17

J.S Gunawan, A. S., & Yuniza, R. (2020). CURRENT Jurnal


Kajian Akuntansi dan Bisnis Terkini. Jurnal Kajian
Akuntansi Dan Bisnis Terkini, 1(1), 89–105.

Karlinda, A. E., Azizi, P., & Sopali, M. F. (2021). Pengaruh


pengalaman kerja, prestasi kerja, pendidikan dan
pelatihan terhadap pengembangan karir pada PT. PLN
(persero) kota padang rayon kuranji. Journal of
Information System, Applied, Management, Accounting
and Research., 5(2), 523–531.
https://doi.org/10.52362/jisamar.v5i2

Laksita, A. D., & Sukirno, S. (2019). Pengaruh Independensi,


Akuntabilitas, Dan Objektivitas Terhadap Kualitas
Audit. Nominal: Barometer Riset Akuntansi Dan
Manajemen, 8(1), 31–46.
https://doi.org/10.21831/nominal.v8i1.24497
Lohonauman, H., Sondakh, J. J., & Kalalo, M. Y. B. (2018).

96
Pengaruh Kompetensi, Objektivitas, Dan Tekanan Anggaran
Waktu Terhadap Kualitas Hasil Audit Perwakilan Bpkp
Sulawesi Utara. Going Concern : Jurnal Riset Akuntansi,
14(1), 337–346.
https://doi.org/10.32400/gc.13.04.21150.2018

Maulana, Y. (2019). Pengaruh Pengalaman Auditor, Etika


Auditor Dan Gender Terhadap Kualitas Audit (Survey
Pada Kantor Akuntan Publik Di Wilayah Jawa Barat).
Syntax Literate, 4(2).

Meidawati, N., & Assidiqi, A. (2019). Jurnal Akuntansi dan


Auditing Indonesia The influences of audit fees ,
competence , independence , auditor ethics , and time
budget pressure on audit quality. 23(December).

Napitupulu, B. E., & Hermawan, F. (2020). Analisis Pengaruh


Tingkat Pendidikan Akademik, Dan Pengalaman Kerja
Auditor Terhadap Kualitas Audit. Journal of Information
System, Applied, Management, Accounting and
Research, 4(2), 76–88.
http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisamar/artic
le/view/192/152

Ningtyas, M. (2018). Bab III - Metode Penelitian Metode


Penelitian industri manufaktur. Metode Penelitian, 32–
41.

Raihanah, W., Dewata, E., Armaini, R., Akuntansi, J., &


Sriwijaya, P. N. (2022). PENGARUH FEE AUDIT ,
INTEGRITAS AUDITOR , DAN TIME BUDGET
PRESSURE TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA.
11(1), 1428–1438.

Rosini, I., & Hakim, D. R. (2021). Kualitas Audit


Berdasarkan Time Budget Pressure dan Pengalaman.
8(1), 9–20.

96
Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R&D. Alfabeta.

Susanti, A. (2018). Pengaruh Pengalaman Kerja Dan


Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada PT.
BPR Karya Guna Mandiri Bandung. Jurnal Akuntansi,
Audit, Dan Sistem Informasi Akuntansi (JASa), 53(9),
1689–1699.

96
99
100
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Lampiran 1 Penelitian Terdahulu


No Peneliti Judul Hasil Penelitian
1. Muhammad Pengaruh Berdasarkan hasil
Fakhrizal Kompetensi, pengujian, variabel
Azhary, Time Budget kompetensi, time
Siska Pressure, budget pressure, dan
Priyandani dan profesionalisme
Yudowati Profesionalis berpengaruh
(2019) me Auditor terhadap kualitas
Terhadap audit. Secara parsial
Kualitas variabel
Audit (Studi independensi dan
Pada Kantor kompetensi auditor
Akuntan berpengaruh
Publik di signifikan dengan
Bandung) arah positif terhadap
kualitas audit.
Sedangkan variabel
time budget pressure
tidak berpengaruh
terhadap kualitas
audit pada KAP di
Bandung.
101
2. Arin Dea Pengaruh Hasil penelitian ini
Laksita, Independensi menunjukkan bahwa
Sukirno (2019) , (1) Terdapat
Akuntabilitas pengaruh positif
, dan Independensi &
Objektivitas Akuntabilitas
Terhadap terhadap Kualitas
Kualitas Audit,
Audit (2) Terdapat
pengaruh positif
Objektivitas terhadap
Kualitas Audit,
(3) Terdapat
pengaruh positif
Independensi,
Akuntabilitas, dan
Objektivitas terhadap
Kualitas Audit Pada
Inspektorat Provinsi
Daerah Istimewa
Yogyakarta
102
3. Yana Maulana Pengaruh Hasil penelitian ini
(2019) Pengalaman menunjukkan bahwa
Auditor, pengalaman, etika
Etika profesi, berpengaruh
Auditor dan signifikan terhadap
Gender kualitas audit, baik
Terhadap secara simultan
Kualitas maupun parsial.
Audit Semakin banyak
(Survey Pada pengalaman audit
Kantor dan didukung dengan
Akuntan pemahaman etika
Publik di yang baik, maka
Wilayah akan sangat
Jawa Barat) berpengaruh baik
terhadap kualitas
audit yang dihasilkan
dan gender juga
dapat memberikan
pengaruh positif
terhadap kualitas
audit Pada Kantor
Akuntan Publik di
Wilayah Jawa Barat.
103
4. Rideska Pengaruh By the showing
Melani Azura, Kompetensi. result that has been
Kennedy Independensi completed, based on
Kennedy, & , Integritas, Partial Test (Test-t)
Vera Oktari Objektivitas, indicate that
(2021) dan Competence,
Pengalaman Independence, and
Kerja Objectivity variables
Terhadap have an effect on
Kualitas Audit Value
Audit significantly.
Besides, Integrity
and Experience
variables don’t have
an effect on Audit
Quality significantly
In Inspectorat
Pekanbaru City.
104
5. Hans Pengaruh The results of this
Lohonauman, Kompetensi, study indicate that
Jullie J. Objektivitas, the variables of
Sondakh, dan Tekanan competence and
Meily Y. B. Anggaran objectivity have a
Kalalo (2018) Waktu significant effect on
Terhadap the quality of audit
Kualitas results. This shows
Audit that competence and
Perwakilan objectivity affect the
BPKP quality of audit
Sulawesi results. While the
Utara time budget pressure
had no significant
effect on the quality
of audit result. This
suggests that time
budget pressure does
not affect the quality
of audit results.
105
6. Rafif Helmi Pengaruh Hasil penelitian ini
Fauzan, Time Budget menunjukan bahwa
Wisnu Pressure, Time Budget
Julianto, Profesionalis Pressure
Retna Sari me, dan Fee berpengaruh
(2021) Audit signifikan terhadap
Terhadap Kualitas Audit pada
Kualitas KAP di Wilayah
Audit Jakarta
7. Firmansyah, Pengaruh Hasil penelitian ini
Sarwani. Kompetensi, menunjukkan bahwa
Lili Safrida Objektivitas, variabel kompetensi,
(2020) Etika, objektivitas, etika,
Integritas, dan Time Budget
dan Time Pressure tidak
Budget berpengaruh
Pressure terhadap kualitas
Terhadap pemeriksaan yang
Kualitas dihasilkan Pada BPK
Pemeriksaan Perwakilan
Kalimantan Timur.
106
8. Atang Impact of The results show that
Hermawan, internal there is an influence
Agus Bustomi audit of competence and
(2022) competence objectivity of
and internal audit on
objectivity audit quality at PT
on quality Pindad Bandung
audit results which is indicated by
the calculation
results of 75%.
9. Keiko Alina Pengaruh Hasil penelitian ini
Panggabean Independensi menunjukkkan
(2022) Auditor, bahwa secara parsial
Skeptisisme Objektivitas Auditor
Profesional, berpengaruh
dan signifikan terhadap
Objektivitas Kualitas Audit. pada
Auditor KAP di Wilayah
terhadap Jakarta.
Kualitas
Audit
107
10. Keumala Pengaruh Hasil penelitian pada
Hayati, Ester Pengalaman, hipotesis
Marianita Etika Profesi, menujukkan bahwa
Pangaribuan, Objektivitas (1) Pengalaman
Munawarah, dan Time berpengaruh positif
Wenny Deadline terhadap Kualitas
Anggeresia Pressure Audit,
Ginting (2019) terhadap (2) Time Deadline
Kualitas Pressure tidak
Audit Di berpengaruh
Badan terhadap Kualitas
Pengawas Audit, dan
Keuangan (3)Pengalaman,
dan Objektivitas, Dan
Pembanguna Time Deadline
n Medan Pressure secara
Bersama-sama
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap Kualitas
Audit pada Badan
Pengawas Keuangan
dan Pembangunan
Medan
108
11. Bertha Elvy Analisis Hasil uji hipotesis
Napitupulu, Pengaruh menunjukkan bahwa:
Francisca Tingkat 1) Tingkat
Hermawan Pendidikan Pendidikan
(2020) Akademik, Akademik tidak
dan memiliki pengaruh
Pengalaman terhadap Kualitas
Kerja Auditor Audit;
Terhadap 2) Pengalaman Kerja
Kualitas Auditor berpengaruh
positif terhadap
Kualitas Audit pada
KAP di Wilayah
Jakarta.
12. Maria Pengaruh Hasil penelitian
Immaculata IndependensiK menunjukkan
Adhisti ompetensi dan terdapat pengaruh
Prima Dewi, Pengalaman yang positif dan
J. Sabas Kerja Auditor signifikan antara
Setyohadi Terhadap pengalaman kerja
(2019) Kualitas Audit terhadap kualitas
audit pada KAP di
Wilayah DKI
Jakarta.
109
12. Maria Pengaruh Hasil penelitian
Immaculata Independensi, menunjukkan
Adhisti Kompetensi terdapat pengaruh
Prima Dewi, dan yang positif dan
J. Sabas Pengalaman signifikan antara
Setyohadi Kerja Auditor independensi auditor,
(2019) Terhadap kompetensi, dan
Kualitas Audit pengalaman kerja
terhadap kualitas
audit. Selain itu,
hasil penelitian
menunjukkan adanya
hubungan yang
relatif lemah antara
independensi,
kompetensi, dan
pengalaman kerja
dengan kualitas audit
pada uji secara
parsial pada KAP di
Wilayah DKI
Jakarta.
110
13. Bertha Elvy Pengaruh Hasil penelitian
Napitupulu, Independensi, menunjukan:
Mery Umi Pengalaman 1) Independensi
Umaeroh, Kerja, dan berpengaruh positif
Sita Dewi, Etika Profesi dan signifikan
Dwi Auditor terhadap kualitas
Listyowati Terhadap audit
(2021) Kualitas Audit 2) Pengalaman Kerja
Pada Kantor tidak mempengaruhi
Akuntan kualitas audit, artinya
Publik di bahwa pengalaman
Jakarta Pusat kerja yang dimiliki
oleh auditor tidak
akan mempengaruhi
hasil audit itu sendiri,
3) Etika profesi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kualitas
audit pada KAP di
Jakarta Pusat.
111
14. Aneta Devi, Pengaruh These results
Ceacilia Kompetensi, competence,
Srimindarti Independensi, independence,
(2021) Akuntabilitas, accountability, work
Pengalaman experience and
Kerja dan auditor ethics have a
Etika Auditor positive impact on
Terhadap audit quality at the
Kualitas Audit Public Accounting
Pada KAP di Firm in Semarang
Semarang
15. Aprillia Pengaruh Hasil penelitian
Susanti Pengalaman membuktikan bahwa
(2018) Kerja dan (1) Pengalaman
Kompetensi Kerja berpengaruh
Auditor positif terhadap
Terhadap kualitas audit pada
Kualitas Audit PT. BPR Karya Guna
Pada PT BPR Mandiri Bandung.
Karya Guna (2) Kompetensi
Mandiri Auditor berpengaruh
Bandung positif terhadap
kualitas audit.
112
16. Ni Made Pengaruh Berdasarkan hasil
Widia Iswara Pengalaman, analisis ditemukan
Dewi, Due bahwa pengalaman,
I Putu Professional due professional
Sudana Care dan care dan
(2018) Akuntabilitas akuntabilitas
Auditor Pada berpengaruh positif
Kualitas Audit dan signifikan
terhadap kualitas
audit pada KAP di
Wilayah Bali.
17. Mulati Pengaruh Hasil penelitian ini
Bernadenta, Tingkat menyatakan bahwa
Hotber Pendidikan, Variabel Tingkat
Hutabarat, Etika Auditor, Pendidikan, Etika
Fransiska dan Auditor, dan
Siahaan, Pengalaman Pengalaman Auditor
Keumala Auditor berdampak secara
Hayati Terhadap simultan pada
(2020) Kualitas Audit Kualitas Audit. pada
Pada BPKP BPKP Sumut.
Sumut
113
18. Neni The influences The results of this
Meidawati, of audit fees, study indicate that
Arden competence, the time budget
Assidiqi independence, pressure had positive
(2019) auditor ethics, effect toward audit
and time quality. at the Public
budget Accounting Firm in
pressure on Semarang.
audit quality
19. Fariz Pengaruh Hasil penelitian
Septianto Pengalaman menunjukkan bahwa
Nur Alif, Auditor, pengalaman auditor
Jamaluddin, Penerapan berpengaruh positif
Supriadi Kode Etik, dan terhadap kualitas
Laupe (2020) Tekanan audit. Tekanan
Anggaran anggaran waktu
Waktu berpengaruh positif
Terhadap terhadap kualitas
Kualitas Audit audit pada Auditor
Inspektorat Kota
Palu, Kab. Sigi, dan
Kabupaten
Donggala.
114
20. Widhah Pengaruh Fee Hasil penelitian
Raihanah, Audit, menunjukkan bahwa:
Evada Integritas (1) Audit fee &
Dewata, Auditor, dan integritas
Rosy Time Budget berpengaruh positif
Armaini Pressure terhadap Kualitas
(2022) Terhadap Audit
Kualitas Audit (2) Tekanan
Pada Kantor anggaran waktu
Akuntan berpengaruh negatif
Publik di Kota signifikan terhadap
Palembang Audit Kualitas, dan
(3) Audit Fee,
Auditor Integrity,
dan Time budget
pressure secara
simultan
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kualitas audit sebesar
45,50% pada KAP di
Kota Palembang.
115
21. Iin Rosini, Kualitas Audit Hasil penelitian ini
Dani Berdasarkan menunjukan bahwa
Rahman Time Budget pengalaman auditor
Hakim Pressure dan terbukti
(2021) Pengalaman mempengaruhi
kualitas audit.
Begitupula dengan
time budget pressure
juga mempengaruhi
kualitas audit.
Berdasarkan hal itu,
auditor sebaiknya
menambah jam
terbangnya dalam
melakukan tugas
pemeriksaan serta
melatih diri untuk
mengelola time
budget pressure yang
dituntut perusahaan
pada KAP di
Wilayah Jakarta.
116
22. Ni Made Pengaruh Fee Based on the results
Sunarsih, Audit, of the study showed
Ni Putu Kompetensi that the audit fee
Shinta Dewi, Auditor, Etika variable, auditor
I Made Auditor dan competency and
Candra Wira Tekanan auditor ethics had a
Guna (2019) Anggaran positive effect on
Waktu audit quality at the
Terhadap Bali Regional Public
Kualitas Audit Accountant Office.
Kantor While the results of
Akuntan the study show that
Publik the time budget
Wilayah Bali pressure variables
negatively affect
audit quality at the
Bali Regional Public
Accountant Office.
117
23. Lusi Yuliarti, Pengaruh Berdasarkan hasil
Giovanny Motivasi, pemeriksaan yang
Bangun Kompetensi dilakukan, ditentukan
Kristianto dan bahwa motif
Pengalaman pemeriksa,
Auditor kemampuan
Terhadap pemeriksa, dan
Kualitas Audit pengalaman
pemeriksa terhadap
variabel-variabel,
sebagian dan
sekaligus, memiliki
dampak signifikan
terhadap kualitas
pemeriksaan.
118
LAMPIRAN 2 KUESIONER PENELITIAN

ANGKET PENELITIAN

Kepada Yth. Akuntan Publik KAP …


Di tempat
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir skripsi
untuk memenuhi persyaratan gelar sarjana Strata-1 (S-1) pada
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jenderal Achmad Yani, saya:
Nama : Novilia
NIM : 5211191060
Program Studi : Akuntansi
Bermaksud mengadakan penelitian dengan judul
“Pengaruh Objektivitas, Pengalaman Kerja Auditor, dan Time
Budget Pressure Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada
Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Pusat).”
Berkaitan dengan hal tersebut, saya mengharapkan
kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk meluangkan waktu
dalam mengisi kuesioner yang tersedia, sehingga jawaban dari
kuesioner dapat memberikan informasi guna melengkapi data
yang diperlukan dalam penelitian. Saya akan datang kembali
untuk pengambilan kuesioner pada tanggal ...
119
Atas segala bantuan dan partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara/i dalam pengisian kuesioner ini saya
ucapkan terima kasih.

Cimahi, … Desember 2022


Hormat Saya,
Dosen Pembimbing, Peneliti,

Neni Maryani, S.E., M.Si., Ak., CA., CPA Novilia


NID. 4121 363 66 NIM. 5211191060
120
Petunjuk Pengisian Kuesioner:
1. Tulislah identitas Anda dengan memberikan tanda
centang (√) pada kolom yang telah disediakan di bawah
ini.
2. Bacalah terlebih dahulu setiap butir pertanyaan atau
pernyataan di dalam angket dengan cermat.
3. Berikan tanda centang (√) pada kolom jawaban yang
benar-benar sesuai dengan kondisi Anda.
4. Satu pertanyaan atau pernyataan hanya boleh dijawab
dengan satu pilihan jawaban.
5. Pilihan jawaban yang tersedia:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

Identitas Responden
1. Nama :............................................................
2. Umur : < 25 tahun 35-45 tahun
25 - 34 tahun >45 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Pendidikan Terakhir: S3 S2 S1
D3 SMA/Sederajat
5. Jabatan :…………………..…………………..
120
6. Apakah Auditor sudah menempuh pendidikan profesi
121
akuntansi (PPAK)? :
Sudah Belum
7. Banyaknya pelatihan yang pernah Auditor ikuti selama
menjadi Auditor:
Belum pernah 1-2 kali
3-4 kali >5 kali
8. Selama Anda menjadi auditor, apakah Anda
menemukan/mendeteksi adanya kecurangan yang
dilakukan klien?
Sudah Belum
9. Berapa lamakah Anda bekerja sebagai Auditor Internal?
< 1 th Antara 1-5 th
Antara 6-10 th > 10 th
122
PENGARUH OBJEKTIVITAS, PENGALAMAN KERJA
AUDITOR, DAN TIME BUDGET PRESSURE
TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Kasus pada
Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Pusat)

No. Variabel Indikat Pertanyaan Nilai


or Penelitian ST TS N S SS
S
1 Variabel 1. Auditor bertindak
Independe Bersik adil tanpa
n: ap adil dipengaruhi
Objektivit permintaan pihak
as tertentu yang
Auditor berkepentingn.
(X1)
Auditor tidak boleh
memihak kepada
yang mempunyai
kepentingan atas
hasil pekerjaannya
123
2. Bebas dari Auditor
benturan menolak
kepentingan menerima
penugasan audit
bila pada saat
bersamaan
sedang
mempunyai
hubungan
kerjasama
dengan pihak
yang diperiksa.
Auditor dapat
bertindak adil
tanpa
dipengaruhi
tekanan atau
permintaan
pihak tertentu
yang
berkepentingan
atas hasil
pemeriksaan.
124
3. Dalam
Pengungkapa melaksanakan
n kondisi tugas, auditor
sesuai fakta. tidak bermaksud
untuk mencari-
cari kesalahan
yang dilakukan
oleh objek
pemeriksaan.
Auditor tidak
dipengaruhi
oleh pandangan
subjektif pihak-
pihak lain yang
berkepentingan,
sehingga dapat
mengemukaan
pendapat
menurut apa
adanya.
125
2. Variab 1. Lamanya Lama Auditor
. el masa kerja dalam bekerja
Indepe lebih dari 3
nden: tahun
Pengal
aman
Kerja
Audito
r (X2)
Semakin lama
bekerja sebagai
auditor, semakin
dapat
mengetahui
informasi yang
relevan untuk
mengambil
pertimbangan
dalam membuat
keputusan.
126
Semakin lama
menjadi auditor,
semakin mudah
mencari
penyebab
munculnya
kesalahan serta
dapat
memberikan
rekomendasi
untuk
menghilangkan/
memperkecil
penyebab
tersebut
2. Banyaknya
Banyaknya tugas
penugasan memberikan
audit Audit kesempatan bagi
Auditor untuk
belajar dari
kegagalan dan
keberhasilan
yang pernah
dialami.
126
127
Banyaknya
tugas yang
diterima dapat
memacu
Auditor untuk
menyelesaikan
pekerjaan
dengan cepat
dan tanpa terjadi
penumpukan
tugas.
3. Sebelum
Pengalaman melakukan
industri klien prosedur audit,
Auditor harus
memahami
sistem informasi
klien terlebih
dahulu, sebelum
melakukan
prosedur audit.
128
Untuk
melakukan audit
yang baik,
Auditor perlu
memahami jenis
industri klien
3. Variab 1. Keketatan Auditor menguji
el anggaran transaksi yang
Indepe waktu ada dengan tepat
nden: jika anggaran
Time waktu yang
Budge direncanakan
t tidak terlalu
Pressu ketat
re
(X3)
Auditor akan
fokus dan tidak
tergesa-gesa
dalam
melaksanakan
tugas jika waktu
yang diberikan
cukup
129
2. Auditor selalu
Ketercapaian menyelesaikan
anggaran pekerjaan
waktu laporan audit
saya tepat
waktu, sehingga
laporan audit
saya berkualitas.
Auditor akan
menjalankan
audit sesuai
dengan waktu
audit yang
direncanakan
walaupun saya
merasa tidak
mampu.
130
4. Variab 1. Auditor harus
el Kompetensi memiliki rasa
Depen Auditor ingin tahu yang
den: besar, berpikiran
Kualit luas dan mampu
as menangani
Audit ketidakpastian.
(Y)
Sebagai auditor,
saya mampu dan
telah memenuhi
klasifikasi
personal (indeks
prestasi, asal
perguruan, dan
lain-lain).
2. Etika dan Dalam
Independensi melaksanakan
Auditor audit, Auditor
harus mematuhi
kode etik yang
ditetapkan.
131
Sebagai anggota
tim audit,
Auditor selalu
melaksanakan
pemeriksaan
sesuai dengan
standar umum
audit.
Auditor
berupaya tetap
independen
dalam
melakukan audit
walaupun telah
lama menjalin
hubungan
dengan auditee.
3. Tekanan pengal
Penggunaan okasian waktu
Waktu yang sangat
Personil ketat oleh klien
Kunci dapat memicu
Perikatan terjadinya
perilaku
disfungsional.
131
132
Semakin
memadai jumlah
waktu yang
dialokasikan
dan digunakan
oleh Personil
Kunci Perikatan
akan
memungkinkan
auditor
menghasilkan
kualitas audit
yang baik.
4. Auditor harus
Pengendalian memperhatikan
Mutu serta mematuhi
Perikatan standar, kode
etik, dan norma-
norma yang
berlaku dalam
melaksanakan
perikatan
133
KAP hanya
akan menerima
dan melanjutkan
hubungan
dengan klien
jika memiliki
kompetensi dan
integritas untuk
melakukan
perikatan
tertentu
5. Hasil Secara periodik
Reviu Mutu baik P2PK
atau Inspeksi maupun IAPI
Pihak telah melakukan
Eksternal pemeriksaan
dan Internal atau reviu mutu
kepada
AP/KAP.
134
Pemeriksaan
kepada Auditor
dan KAP secara
berkala atau
menurut
pertimbangan
Menteri
Keuangan perlu
dilakukan
6. Rentang KAP
Kendali menetapkan
Perikatan kebijakan dan
prosedur
mengenai masa
perikatan yang
sesuai dengan
standar profesi,
hukum dan
peraturan yang
berlaku
135
Batasan waktu
dalam audit
akan dianggap
sebagai beban
bagi auditor
7. Organisasi Mematuhi
dan Tata sistem
Kelola KAP pengendalian
mutu berguna
untuk mencapai
tujuan
organisasi, maka
struktur
organsisasi
menjadi hal
yang penting
KAP memiliki
struktur dan tata
kelola yang
memadai
136
8. Kebijakan Besarnya
Imbalan Jasa kompensasi
yang Auditor
terima tidak
akan
mempengaruhi
saya dalam
melaporkan
kesalahan klien.
Semakin besar
fee audit yang
saya terima
menunjukkan
besarnya tingkat
kompleksitas
audit yang
dilakukan

Anda mungkin juga menyukai