Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MANDIRI

TUGAS TUTORIAL III


MATA KULIAH PDGK 4302 PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
ULASAN KARYA ILMIAH

OLEH
NAMA : IIN PRAMUNISTYAWATY
NIM : 859006807
NO. ABSEN : 12
KELAS :3A9

PROGRAM STUDI S1 PGSD BI


UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) DENPASAR
POKJAR DENPASAR SELATAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2020
I. JUDUL : ANALISIS PENGIMPLEMENTASIAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
PADA SEKOLAH DASAR DI INDONESIA

II. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pendidikan saat ini telah menunjukkan hasil yang cukup signifikan bagi
pembangunan nasional. Namun kemajuan pembangunan nasional terasa belum optimal karena
terjadinya kesenjangan keberhasilan pembangunan yang bervariasi, terutama jika dilihat dari aspek letak
geografis yang ada di Indonesia. Perbedaan letak desa-kota, Jawa-luar Jawa ataupun letak Indonesia
Barat dan Indonesia Timur ikut menentukan hasil pembangunan yang dicapai khususnya di bidang
pendidikan.
Dunia pendidikan di Indonesia hingga saat ini kondisinya masih memprihatinkan. Masalah
pendidikan tidak hanya pada masalah gedung sekolah yang hampir runtuh, tetapi juga pada persoalan
klasik lainnya, yakni mengenai jumlah guru. Permasalahan alokasi guru yang tidak merata atau
kurangnya guru baik secara kualitas maupun kuantitas menjadi permasalahan sendiri yang cukup serius.
Hampir di seluruh Indonesia mengalami kekurangan guru saat ini, terutama di daerah terpencil.
Akibatnya, guru harus mengajarkan beberapa mata pelajaran di lebih dari satu kelas di sekolah yang
kekurangan guru. Pembelajaran ini dikenal dengan istilah pembelajaran kelas rangkap (PKR).
Pelaksanaan PKR tentunya memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Maka,
penulis membawa topik ini untuk dijadikan bahan ulasan pada tulisan ini.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengimplementasian Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) pada sekolah dasar serta
hambatan yang dialami di Indonesia?

III. PEMBAHASAN
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) pada sekolah dasar dapat diterapkan karena berbagai
alasan. Misalnya letak geografis yang sulit dijangkau, keterbatasan ruang kelas, kekurangan guru,
jumlah siswa yang sedikit, guru yang berhalangan hadir, atau mungkin faktor keamanan dan keadaan
darurat seperti di daerah pengungsian karena peristiwa bencana. Beberapa kabupaten/kota saat ini ada
yang telah memiliki sekolah dengan pembelajaran kelas rangkap atau berpotensi mengubah struktur
sekolah menjadi lebih efisien dengan menggunakan pendekatan kelas rangkap.
Pembahasan mengenai implementasi atau penerapan pembelajaran kelas rangkap yang pertama
adalah jurnal berjudul “Penerapan Pembelajaran Kelas Rangkap di SD Negeri 012 Tanjung Palas
Menggunakan Metode Ceramah Materi Pendidikan Agama Islam Tahun Pelajaran 2016/2017” oleh
Jehudin. Dalam penerapannya, tentunya mengalami hambatan, namun tidak begitu berat, terutama
mengenai cara penerapan metode ceramah yang mampu meningkatkan kemampuan berfikir dan
motivasi belajar siswa. Dalam penerapan metode ceramah ini guru tidak akan membiarkan siswanya
pasif, melainkan guru membimbing siswa untuk selalu aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan.
Penerapan metode ceramah dalam menarik perhatian siswa dan meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami materi pendidikan agama Islam ternyata cukup efektif dan efisien yang dapat diketahui dari
hasil Pre Tes, Post Tes, dan hasil Ulangan yang telah dilaksanakan. Selain itu dapat pula diketahui
bahwa dengan penerapan metode ceramah, dapat membawa hasil yang maksimal, terbukti adanya
peningkatan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam secara umum.
Pembahasan pengimplementasian PKR yang kedua yaitu dari jurnal yang berjudul
“Pembelajaran Kelas Rangkap: Implementasi Pelaksanaannya Pada Sekolah Dasar Di Kabupaten
Jayapura” oleh Aisyah Ali dan Sudaryana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru pada sekolah
yang diamati belum memahami benar teknik, pola dan model pelaksanaan Pembelajaran Kelas
Rangkap. Guru disana meyakini kelas rangkap hanyalah merupakan pembelajaran bergilir dengan
pembagian waktu tatap muka pada masing-masing kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap oleh guru Sekolah Dasar di Kabupaten Jayapura terjadi karena
beberapa hal, diantaranya: jumlah guru, siswa, dan ruang kelas yang terbatas. Model interaksi dan
pengelolaan pelaksanaan perangkapan kelas yang dilakukan di beberapa sekolah dasar di Kabupaten
Jayapura belum sesuai dengan hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap. Pada umumnya kompetensi
pedagogik guru sekolah dasar pada pembelajaran kelas rangkap di Kabupaten Jayapura perlu
ditingkatkan pemahamannya.
Terakhir, yakni ulasan jurnal yang berjudul “Model Pengelolaan Kelas Rangkap (PKR) untuk
Sekolah Dasar yang Mengalami Kekurangan Guru di Daerah Perbatasan atau Terpencil di Provinsi
Kalimantan Timur” oleh Elsje Theodora Maasawet. Mengacu pada permasalahan, hasil penelitian, dan
pembahasan maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan. Cara pengelolaan kelas untuk sekolah
dasar yang mengalami kekurangan guru di daerah perbatasan atau terpencil seperti Pulau Sebatik yang
terjadi selama ini adalah guru memberikan tugas kepada siswa yang tidak merupakan jam pelajarannya
lalu guru akan menugaskan siswa untuk mengumpulkan tugasnya setelah selesai jam pelajaran tersebut.
Guru cenderung lebih mementingkan berada dalam proses pembelajaran dengan siswa-siswa yang
memang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan jam pelajaran. Permasalahan yang nampak pada
siswa-siswa akibat pengelolaan kelas yang selama ini terjadi adalah guru tidak dapat mengontrol siswa
yang diberinya tugas sepenuhnya karena guru tidak berada di kelas saat siswa mengerjakan tugas.
Akibatnya dapat menimbulkan permasalahan pada motivasi belajar siswa karena baik siswa yang aktif
maupun siswa yang tidak aktif tidak terekam oleh guru sehingga tindakan yang diambil guru cenderung
menyamaratakan kemampuan siswa. Model pengelolaan kelas rangkap yang sesuai untuk mengatasi
permasalahan di SD Pulau Sebatik akibat mengalami kekurangan guru adalah model pengelolaan kelas
221 yaitu guru mengajar dua kelas, dua mata pelajaran di dalam satu ruangan. Model ini dianggap
sesuai dengan keadaan di Pulau Sebatik yang belum pernah menerapkan model pengelolaan kelas
rangkap karena merupakan model yang paling sederhana dari ketiga model dalam pengelolaan kelas
rangkap.
Selama penerapan PKR di kelas, guru harus berusaha untuk menciptakan siswa aktif belajar dan
tidak memberikan kesempatan pada siswa lainnya untuk ribut atau tidak mengerjakan apa-apa. Guru
harus dapat mengkondisikan setiap tingkatan kelas untuk belajar secara aktif, baik secara individu,
belajar kelompok maupun klasikal. Setiap pola pembelajaran yang akan digunakan disesuaikan dengan
karakteristik dan jumlah siswa serta kondisi sekolah terutama ketersediaan ruangan dan jumlah guru
yang ada. Dapat dibayangkan bagaimana beratnya tugas dan peran guru menghadapi dua atau lebih
tingkatan kelas yang berbeda secara bersamaan. Guru dituntut untuk menciptakan kondisi sehingga
semua siswa disetiap tingkatan kelas bisa belajar secara optimal. Guru harus dapat mengkoordinasikan
siswa dalam kelas yang memiliki berbagai karakter dan latar belakang untuk aktif belajar dan
memahami materi yang sedang dipelajari dengan baik dalam mempraktikkan PKR.

IV. PENUTUP
Dari pembahasan beberapa artikel pada tulisan ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kelas
rangkap sudah banyak diterapkan baik di Indonesia maupun di negara lain. Penggunaan model ini
dilakukan karena faktor alokasi guru yang tidak merata, letak geografis yang sulit dijangkau, jumlah
siswa relatif kecil, keterbatasan ruangan, atau ketidakhadiran guru. Penggunaan model pembelajaran
kelas rangkap sangat ditentukan oleh kondisi dan kebutuhan sekolah, dengan kreativitas dan kompetensi
professional guru dalam mengelola pembelajaran kelas rangkap di kelasnya.
Kemudian demi terciptanya pembelajaran kelas rangkap yang berkualitas yang dapat diterapkan
di sekolah, maka terdapat beberapa saran antara lain; Model pembelajaran kelas rangkap (PKR) perlu
dipertimbangkan sebagai alternatif model dalam pembelajaran khususnya di sekolah dasar yang
kekurangan guru ruangan kelas, jumlah siswa, guru berhalangan hadir, atau mungkin faktor keamanan
seperti di daerah pengungsi, Pengembangan model ini perlu ditangani secara cermat mulai dari
pengembangan kurikulum serta pengembangan materi, dan pengembangan metode mengajar sehingga
masih perlu saran masukan demi dilakukannya penyempurnaan serta kajian mendalam oleh pakar atau
paktisi pendidikan. Sebagai salah satu alternatif model dalam pembelajaran, model ini perlu
disosialisasiakan dan didukung semua pihak terkait (guru, kelapa sekolah, dinas pendidikan, pemerintah
daerah, dan masyarakat) dalam penerapannya di sekolah dapat dengan pelatihan atau kursus kecakapan
bagi guru.

V. DAFTAR PUSTAKA

Ali, Aisyah dan Sudaryana. 2019. Pembelajaran Kelas Rangkap: Implementasi Pelaksanaannya Pada
Sekolah Dasar Di Kabupaten Jayapura. Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Pengembangan Ipteks Dan Seni Edisi V, 2019. ISBN 978-602-7905-39-9.
Jehudin. 2016. Penerapan Pembelajaran Kelas Rangkap Di Sd Negeri 012 Tanjung Palas
Menggunakan Metode Ceramah Materi Pendidikan Agama Islam Tahun Pelajaran
2016/2017. Jime, Vol. 2 No. 2 ISSN 2442-9511.

Maasawet, Elsje Theodora. 2015. Model Pengelolaan Kelas Rangkap (PKR) untuk Sekolah Dasar yang
Mengalami Kekurangan Guru di Daerah Perbatasan atau Terpencil di Provinsi
Kalimantan Timur. BIOEDUKASI Volume 8, Nomor 1 Halaman 1-7 . ISSN: 1693-2654.

Anda mungkin juga menyukai