Anda di halaman 1dari 3

UNIVERSITAS BUDI LUHUR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

TUGAS KULIAH SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Mata Kuliah : Etika Bisnis Nama Mahasiswa : Iwan Purwo Santoso


Hari / Tanggal : 17 Januari 2022 NIM : 2031600550
Dosen : DR. Kartini Istikomah,S.E., M.M. Program : Magister Manajemen

• Soal
Kesimpulan diskusi kasus export import
• Jawaban
Ekspor adalah sebuah kegiatan, sederhananya memindahkan barang dari satu tempat kepada
tempat lainnya ke luar daerah pabean Indonesia dalam rangka transaksi. Permasalahan Ekspor
di Indonesia masih sangat kompleks. Adapun beberama masalah ekspor di Indonesia antara lain:

1. Ekspor Indonesia selama ini cenderung ditopang natural intensive products: Sejauh ini
dalam 50 tahun terakhir, Indonesia mayoritas mengandalkan ekspor komoditas ke luar
dibandingkan produk manufaktur, Faktor pertama adalah sebagian besar Pengusaha memilih
mengekspor komoditas secara langsung tanpa diolah karena sudah memiliki harga cukup
tinggi. Faktor kedua penyebab komoditas menjadi pendorong ekonomi karena keterbukaan
Indonesia terhadap investasi asing masih tertinggal jika dibandingkan tetangga dari ASEAN
lainnya. Peringkat easy of doing business Indonesia berada pada posisi 73 berdasarkan data
World Bank pada akhir 2019.
2. Ego sektoral antar lembaga pemerintah terkait ekspor: Ada Suku Dinas pada tingkat
kota/kabupaten, ada Dinas untuk tingkat provinsi, ada Kementerian untuk tingkat nasional
dan ada pula badan-badan yang menangani teknis ekspor dalam tahapan pengurusannya.
Masing-masing Instansi memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang berbeda-beda
dengan rincian detail program dan cakupan wilayah yang membatasi. Sedikit ilustrasi betapa
besarnya ego masing-masing sektoral. Pada satu kejadian antara Kementerian P & L.
Kementerian P memiliki lembaga di luar negeri yang ditugaskan sebagai sales untuk produk
Indonesia, pada sisi lain Kementerian L juga memiliki lembaga yang menjadi perwakilan
Indonesia sebagai sebuah negara. Ketika ada tamu ingin meminta informasi serta baru
pertama kali datang ke Perwakilan Indonesia di negara yang bersangkutan, namun dengan
satu alasan perwakilan Indonesia ‘mengoper’ kepada lembaga dari Kementerian P yang
bertugas sebagai sales untuk menangani, di satu sisi lembaga dari Kementerian P
menganggap hal ini bukan menjadi ranah mereka.
3. Kurang pemahaman dan pengenalan terkait informasi pasar non-tradisional: elaku
ekspor pun bisa jadi belum memahami apa itu Negara Tujuan Ekspor (NTE) non-tradisional
dan FTA. Akses informasi mungkin banyak, namun luput dari pengetahuan atau jangkauan

1
Mereka. Sehingga diperlukan wawasan awal yang membuat mereka paham tentang peluang
pada pasar non-tradisional. Sebab, NTE non-tradisional memang tidak sekadar asal masuk
hanya karena menghindari NTE tradisional, sebab tiap produk punya karakteristik yang pasti
berbeda dalam rangka optimalisasi pemasaran.
4. Free Trade Agreement Menjadi Dua mata pisau: Free Trade Agreement atau disingkat
FTA merupakan suatu perjanjian perdagangan bebas yang dilakukan antara suatu negara
dengan negara lainnya. Umumnya adalah soal pengurangan tarif, Dalam perjanjian ini
disepakati pengurangan (dapat hingga nol persen) tarif bea masuk untuk seluruh produk
barang (terdapat negative list dan sensitive list) dan menyepakati isu perdagangan jasa serta
isu perdagangan lainnya. Pemerintah sering kali terkesan hanya ikutan dalam putaran
kompromi dagang, permasalahan internal tidak diperkuat terlebih dahulu kemudian maju
dengan tangan kosong dan nihil strategi pada akhirnya berdampak pada nilai ekspor yang
tidak mencapai hasil yang signifikan. Indonesia dinilai masih kewalahan memanfaatkan
Perundingan Perdagangan Internasional (PPI), baik yang bersifat bilateral, regional, maupun
global. Persiapan dan penyusunan strategi terkesan tak maksimal kala berhadapan dengan
negara yang secara tradisi mengungguli nilai ekspor nasional, Indonesia selayaknya
mempersiapkan sektor yang punya taji.

Pemerintah harus segera dan aktif dalam menangani permasalahan yang terjadi di kegiatan
eksport dan impor. Dampak dari terhambatnya kegiatan ekspor impor menyebabkan kenaikan
harga sejumlah komoditas pangan dan penutupan sejumlah bisnis. Ketika bisnis kehilangan
pendapatan, pengangguran cenderung meningkat tajam. Dampak ini akan terus terasa selama
adanya pembatasan pergerakan orang dan kegiatan ekonomi, serta tergantung pada respons
dari otoritas-otoritas keuangan nasional.

• Terkait Pelarangan Eksport Batu Bara


Harga batu bara telah naik 450% dalam satu tahun. Sama halnya dengan gas alam, harganya
mencapai US$6 per MMBtu. Kenaikan harga kedua sumber energi primer itu, yang
menyumbang 50% dari struktur energi dunia, merupakan kenaikan tertinggi dalam sejarah
dan terjadi dalam waktu singkat. Hal ini yang memicu krisis energi dunia pada 2021 yang
pada akhirnya krisis ini banyak mengubah posisi negara-negara maju untuk tidak terburu-
buru menghentikan batu bara
Krisis energi ini dampaknya sudah mulai terasa di Eropa, Asia, bahkan Amerika--yang saat
ini sedang ramai diperbincangkan. Krisis ini salah satunya terjadi karena pemulihan ekonomi
global pascapandemi covid-19 yang cepat dan tidak terduga. Pandemi covid-19 yang melanda
dunia telah menghambat aktivitas ekonomi. Ketika aktivitas ekonomi menurun, permintaan
energi juga menurun. Karena itu, produsen energi utama dunia memangkas produksi minyak
dan batu bara.

2
Permintaan kebutuhan akan listrik di berbagai dunia sangat meningkat, sedangkan persediaan
batu bara sangat menipis. Hal itu menyebabkan adanya kenaikan harga batu bara diberbagai
dunia. Persediaan batubara semakin menipis adanya permintaan yang sangat kuat dari negara-
negara dibelahan dunia. Pemerintah melarang ekspor batu bara karena khawatir tidak dapat
memenuhi permintaan listrik di dalam negeri. Dapat dikatakan bahwa pemerintah mengambil
kebijakan untuk memastikan kebutuhan energi primer PLN khususnya batu bara dapat
terpenuhi. Secara spesifik, PLN mengkhawatirkan lebih dari 10 juta pelanggan PT PLN
(Persero) mulai dari masyarakat umum hingga industri di Jawa, Madura, Bali (Jamali), dan
non-Jamali terancam tidak bisa menikmati listrik, apabila stok batu bara tidak segera
diamankan.

Anda mungkin juga menyukai