Siti Rohmatillah
Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo
siti.rohmatillah87@mail.com
Munif Shaleh
Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo
munif.shaleh@hotmail.com
This development research aims to design the management of the Tahfidz Al-
Qur'an program. This study applies the development method of Borg and Gall
research. Development design is using the inverted Taba model. The seven steps
of the model applied are: first, diagnosing needs; second, formulating goals;
third, choose content; fourth, organize content, fifth; choose learning experience,
sixth; organize learning experiences, seventh; evaluate. The development plan is
then validated by experts and declared feasible for field testing.
107
JPII Volume 3, Nomor 1, Oktober 2018
108
Rohmatillah & Shaleh – Manajemen Kurikulum Program Tahfidz
Khususnya untuk menilai keberhasialan buruk dan kelak Allah akan menyampaikan
santri dalam menghafal al-qur’an. Sehingga penilaian-Nya kepada manusia (Syihab,
hal ini menjadi pengaruh pada motivasi 2006).
santri yang menurun. Menurut Mahmud Yunus, “tahfidz
Hal ini menunjukkan bahwa sangat berasal dari kata dasar hafal yang dari
perlu adanya pengembangan dan perbaikan bahasa arab hafidza - yahfadzu- hifdzan, yaitu
dari tahapan manajemen kurikulum lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan
program tahfidz al-qur’an yang telah berjalan. sedikit lupa” (Yunus, 1999).
Mengingat sampai saat ini belum ada Menurut Abdul Aziz Abdul Ra’uf
pedoman yang dibuat untuk mengatur definisi menghafal adalah proses mengulang
pelaksanaan program tahfidz alqur’an di sesuatu, baik dengan membaca atau
Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Al- mendengar, pekerjaan apapun jika sering
Azhar Mojosari. Oleh karena itu, peneliti diulang pasti menjadi hafal (Ro’uf, 2004).
tertarik untuk meneliti program tersebut Sementara menurut Ibnu Madzkur yang
dengan tema “Pengembangan Manajemen dikutip dalam buku Teknik Menghafal Al-
Kurikulum Program Tahfidz al-Qur’an Qur’an karangan Abdurrab Nawabudin
Dengan Model Inverted Taba di Pondok berkata bahwa menghafal adalah orang
Pesantren Salafiyah Syafiiyah Al-Azhar yang selalu menekuni pekerjaannya
Mojosari Asembagus Situbondo”. (Nawabuddin, 1991).
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata hafal adalah masuk dalam
Tinjauan Tentang Tahfidz al-Qur’an ingatan (tentang pelajaran) dan dapat
mengucapkan di luar kepala (tanpa melihat
Tahfidz al-Qur’an terdiri dari dua buku atau catatan lain). Kata menghafal
suku kata, yaitu tahfidz dan al-Qur’an, adalah bentuk kata kerja yang berarti
keduanya mempunyai arti yang berbeda. Berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar
Pertama, tahfidz yang berarti menghafal . selalu diingat.
Kata tahfidz merupakan bentuk Sementara untuk al-Qur’an, para
masdar dari haffadza, asal dari kata hafidza- ulama’ berpendapat mengenai pengertian
yahfadzu yang artinya “menghafal” (Anis atau definisi tentang al-Qur’an. Menurut
1392H). Hafidz menurut Quraisy Syihab asy-Syafi’i, lafadz al-Qur’an itu bukan
(2006) terambil dari tiga huruf yang musytaq, yaitu bukan pecahan dari akar kata
mengandung makna memelihara dan manapun dan bukan pula berhamzah, yaitu
mengawasi. Derivasi makna dasar ini tanpa tambahan huruf hamzah ditengahnya,
memunculkan kata menghafal, karena sehingga membaca lafadz al-Qur’an dengan
tindakan menghafal merupakan upaya tidak membunyikan ”a”. Oleh karena itu
pemeliharaan dengan baik ingatannya. Juga menurut asy-Syafi’i, lafadz tersebut sudah
makna “tidak lengah”, karena sikap ini lazim digunakan dalam pengertian
mengantar kepada keterpeliharaan, dan kalamulloh yang diturunkan kepada Nabi
“menjaga”, karena penjagaan adalah bagian Muhammad SAW (Laonso, 2005).
dari pemeliharaan dan pengawasan. Berarti menurut pendapat asy-Syafi’i
Kata hafidz mengandung arti bahwa lafadz al-Qur’an bukan berasal dari
penekanan dan pengulangan pemelihara, akar kata qa-ra-a yang artinya membaca.
serta kesempurnaannya. Ia juga bermakna Sebab kalau akar katanya berasal dari kata
mengawasi. Allah Swt. memberi tugas qa-ra-a yang berarti membaca, maka setiap
kepada malaikat Raqib dan ‘Atid untuk sesuatu yang dibaca dapat dinamakan al-
mencatat amal manusia yang baik dan Qur’an.
109
JPII Volume 3, Nomor 1, Oktober 2018
110
Rohmatillah & Shaleh – Manajemen Kurikulum Program Tahfidz
111
JPII Volume 3, Nomor 1, Oktober 2018
112
Rohmatillah & Shaleh – Manajemen Kurikulum Program Tahfidz
113
JPII Volume 3, Nomor 1, Oktober 2018
114
Rohmatillah & Shaleh – Manajemen Kurikulum Program Tahfidz
115
JPII Volume 3, Nomor 1, Oktober 2018
116
Rohmatillah & Shaleh – Manajemen Kurikulum Program Tahfidz
117
JPII Volume 3, Nomor 1, Oktober 2018
yang ada sehingga menjadi belum efektif manajemen kurikulum program tahfidz al-
dalam mencapai keberhasilan tercapainya qur’an dengan model inverted taba.
tujuan program tahfidz al-qur’an. Pertimbangan menggunakan model
Khususnya untuk menilai keberhasialan inverted Taba, karena Taba
santri dalam menghafal al-qur’an. Sehingga mengembangkan model atas dasar data
hal ini menjadi pengaruh pada motivasi induktif sehingga dikenal dengan model
santri yang menurun. terbalik. Dikatakan model terbalik karena
Berdasarkan paparan diatas, pengembangan kurikulumnya tidak
program tahfidz al-quran di Pondok didahului oleh konsep-konsep yang
Pesantren Salafiyah Syafiiyah Al-Azhar datangnya secara deduktif. Pengembangan
Mojosari sangat membutuhkan adanya kurikulum, menurut Taba, secara deduktif
perbaikan untuk meningkatkan kualitas cenderung mengurangi kemungkinan-
program tersebut yang saat ini berjalan. kemungkinan inovasi kreatif sehingga tidak
Yakni dengan cara mengembangkan dapat menciptakan pambaruan kurikulum.
manajemen kurikulum program tahfidz al- Kurikulum dikembangkan secara terbalik
qur’an yang dalam hal ini dikembangkan (inverted) yaitu dengan pendekatan induktif.
dengan model inverted taba. Pengembangan manajemen
kurikulum program tahfidz al-qur’an model
inverted taba meliputi tujuh langkah, yaitu :
Desain Pengembangan Manajemen mendiagnosis kebutuhan, merumuskan
Kurikulum Program Tahfidz al-Qur’an tujuan, memilih isi, pengorganisasian isi,
memilih pengalaman belajar,
Manajemen kurikulum menuntut pengorganisasian pengalaman belajar,
upaya yang lebih berorientasi pada mengevaluasi.
kebutuhan dengan terlebih dahulu Tahap pertama dalam
melakukan studi pendahuluan. Hal ini mengembangkan manajemen kurikulum
dimaksudkanagar dalam pelaksanaan program tahfidz al-qur’an adalah
kurikulum menghasilkan perubahan- mendiagnosis kebutuhan. Hasil diagnosis
perubahan strategis sebagai dampak kebutuhan program tahfidz al-qur’an melalui
implementasi kurikulum yang akhirnya observasi lapangan dan studi
evaluasi dan pengendalian mulai dari dokumentasi berupa : pelaksanaan tahfidz
perencanaan, pelaksanaan maupun tindak al-qur’an dengan metode variatif dan
lanjut kurikulum menghasilkan outcame menyenangkan, penentuan target materi
yang dapat diukur secara kuantitas maupun hafalan, pelaksanaan evaluasi yang efektif.
kualitas. Tahap kedua merumuskan tujuan.
Berdasarkan hasil studi Berdasarkan hasil kebutuhan program
pendahuluan, dalam rangka tahfidz al-qur’an, selanjutnya dirumuskan
memaksimalkan pelaksanaan program tujuan khusus program dengan
tahfidz al-qur’an di Pondok Pesantren menggunakan rumus ABCD sebagai
Salafiyah Syafiiyah Al-Azhar sangat berikut :
dibutuhkan adanya perbaikan program. Jika 1. Dengan metode variatif santri dapat
ingin memperbaiki program maka yang melaksanakan hafalan al-qur’an dengan
pertama diperbaiki adalah kurikulum, sebab baik dan menyenangkan.
kurikulum merupakan jantung dari sebuah 2. Dengan target hafalan santri dapat
pendidikan yang pengelolaannya tidak lepas menghafal alqur’an secara tepat sesuai
dari adanya manajemen. Oleh karena alokasi waktu.
itu, peneliti tertarik untuk mengembangkan
118
Rohmatillah & Shaleh – Manajemen Kurikulum Program Tahfidz
3. Melalui evaluasi santri dapat melafalkan ini dikemas dengan kegiatan di dalam kelas
hasil hafalannya dengan baik dan benar. dan di luar kelas (lingkungan) dengan
Tahap ketiga memilih isi/ materi. menggunakan strategi yang baik dan tepat
Setelah tujuan dirumuskan, selanjutnya agar tercipta kegiatan yang optimal, menarik
memilih isi / materi tahfidz al-qur’an. Dalam dan menyenangkan meliputi strategi
memilih materi disesuaikan dengan taraf pelaksanaan kegiatan secara individual,
berfikir santri, materi diurut dari yang kelompok dan klasikal.
mudah kemudian baru melangkah pada Tahap ketujuh mengevaluasi.
matreri yang rumit, sehingga materi pelaksanaan evaluasi program tahfidz al-
hafalan dimulai dari juz 30 yakni surat an- qur’an yaitu meliputi evaluasi harian,
nass hingga surat ann-naba kemudian evaluasi bulanan, evaluasi semester dan
dilanjutkan juz 1 hingga juz 29. karantiana akhir tahun bagi yang telah
Tahap keempat mengorganisasi menyelesaikan hafalan 30 juz. Adapun
isi/materi. materi program tahfidz al-qur’an kreteria evaluasi meliputi tajwid, kelancaran
yang telah ditentukan itu disusun dan fashohah dan adab.
diklasifikasi menjadi tiga tingkat selama tiga Hasil produk pengembangan
tahun, tahun pertama semester satu target manajemen kurikulum program tahfidz
hafalan sebanyak 6 juz, semester dua alqur’an ini berupa buku panduan, Setelah
sebanyak 6 juz. tahun kedua semester satu penyusunan panduan kurikulum program
sebanyak 6 juz dan semester kedua sebanyak tahfidz selesai, sebelum diuji cobakan
6 juz. tahun ketiga semester satu sebanyak 6 peneliti melakukan validasi pada 2 validator
juz dan semester kedua digunakan untuk yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan
murajaah hafalan dari juz awal hingga ahir panduan tersebut. Validasi dilakukan
selama enam bulan. Jadi target hafaln yang dengan cara memberikan angket pada 2
ditentukan minimal santri dapat menghafal pakar ahli yang kemudian diminta untuk
6 juz. Standar 12 juz sempurna 30 juz. mengisi lembar validasi tersebut sesuai
.Selanjutnya materi tersebut di sususn dalam dengan kelayakan pada tiap tiap pernyataan
bentuk program tahunan dan program mengenai isi dan bahasa. Data yang
semester. diperoleh kemudian diolah menjadi data
Tahap kelima memilih pengalaman dalam bentuk angka yang selanjutnya
belajar. Pada langkah ini ditentukan dilakukan analisis data validasi produk.
pengalaman-pengalaman belajar yag harus Berdasarkan hasil analisis validasi
dimiliki santri selama mengikuti kegiatan produk diperoleh nilai 86,5, nilai tersebut
program tahfidz al-qur’an. pengalaman ketika dikonsultasikan dengan table kriteria
belajar meliputi menghafal al-qur’an , uji kelayakan produk, menunjukkan bahwa
mentalaqqi hafalan kepada guru dan produk panduan manajemen kurikulum
melakukan murajaah . program tahfidz alqur’an termasuk dalam
Selain itu untuk memberikan katagori Sangat Layak, karena berada pada
pengalaman belajar yang baik efektif dan rentangan skor antara 81-100.
menyenangkan kepada santri, kegiatan Jadi, berdasarkan paparan diatas
program tahfidz al-qur’an disertai dengan bahwa pengembangan produk manajemen
strategi, metode dan tehnik cara menjaga kurikulum program tahfidz alqur’an
hafalan. dipondok pesantren salafiyah syafiiyah al-
Tahap ke enam mengorganisasikan azhar mojosari di kembangkan dengan
pengalaman belajar, pengalaman belajar menggunakan model inverted taba meliputi
dikemas kedalam paket-paket : mendiagnosis kebutuhan, merumuskan
kegiatan program tahfidz al-qur’an. Kegiatan tujuan, memilih isi, mengorganisasi isi,
119
JPII Volume 3, Nomor 1, Oktober 2018
120
Rohmatillah & Shaleh – Manajemen Kurikulum Program Tahfidz
Bunyamin Yusuf Surur. (1994). “Tinjauan Ro’uf, A, A, A. (2004). Kiat Sukses Menjadi
Komparatif Tentang Pendidikan Hafizh Qur’an Da’iyah. Bandung: PT
Tahfidz al-Qur’an di Indonesia dan Syaamil Cipta Media.
Saudi Arabia”, Tesis, UIN Sunan Rosihan, A. (2004) Ulumul Qur’an. Bandung:
Kalijaga. Yoyakarta : Program Pustaka Setia.
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah. Rusman, (2009). Manajemen Kurikulum.
Dadang, S, dkk. (2009). Manajemen Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada.
Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Sa’dulloh, (2008). 9 Cara Praktis Menghafal Al-
Gronlund, N,. E. & Linn, R, L. (1990). Qur’an. Jakarta: Gema Insani .
Measurement and Evaluation in Teaching. Usman, H. (2008). Manajemen Teori, Praktik
ed. 6. New York: MacMillan dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Publishing. Aksara.
Hamalik, O. (2010). Manajemen Wahyudin, D. (2014). Manajemen Kurikulum.
Pengembangan Kurikulum. Bandung: Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Remaja Rosdakarya. Zainal, A. (2012). Pengembangan Manajemen
Hamalik, O. (2013a). Dasar-Dasar Mutu Kurikulum Pendidikan Islam
Pengembangan Kurikulum. cet. 5. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Zainal, A. (2011) Konsep dan Model
Hamalik, O. (2013b). Manajemen Pengembangan Kurikulum. cet. I.
pengembangan Kurikulum. cet. 5. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Zuhairini, (1993). Metode Pendidikan Agama.
Khalil, al. (t.t) Mannaul Qattan. Libanon : Dar Solo: Ramadhani.
al-Fikr.
Laonso, A, M, H. (2005). Ulumul Qur’an.
Jakarta: Restu Ilahi.
M. Quraisy, Sy. (2006). Menyingkap Tabir Ilahi
Al-Asma Al-Husna dalam Perspektif Al-
Qur’an. Jakarta : Lentera Hati.
Mahmud, Y. (1999). Kamus Arab-Indonesia.
Jakarta: Hidakarya Agung.
Mundir. (2017). Penerapan Pendekatan
Saintifik dan Normatif dalam
Pembelajaran Aqidah Akhlak di
Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Pendidikan
Islam Indonesia, 1(2), 193–204. Retrieved
from http://ojs.pps-
ibrahimy.ac.id/index.php/jpii/article/vi
ew/24
Nawabuddin, A. R. (1992). Metode Efektif
Menghafal Al-Qur’an, terj. Ahmad E.
Koswara. Jakarta : CV. Tri Daya Inti.
Nawabudin, A. (1991). Teknik Menghafal Al-
Qur’an. Bandung: Sinar Baru.
Olivia, P. F. (2004). Development The
Curriculum, (Edisi VI; New York:
Pearso Education, Inc.
121