A. Konteks Penelitian
1
Teguh Triwiyanto, Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung: Bumi Aksara, 2015), 33.
2
dan hubungannya dengan orang lain, (2) jumlah peserta didik, jumlah dan
jenis alat, ruang, keterbatasan waktu, dan tujuan pembelajaran, dan (3)
kepribadian guru.2 Tugas guru dalam meningkatkan prestasi belajar peserta
didik adalah bagaimana merancang dan mengimplementasikan manajemen
pembelajaran agar banyaknya waktu belajar aktif peserta didik tinggi, dan
agar peluang belajar mencukupi serta suasana kelas tetap kondusif.
2
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),
131.
3
Winanti S, dkk, “Gambaran Kecerdasan Emosional Siswa Berbakat di Kelas Akselerasi SMA di
Jakarta”, Jurnal Psikologi, Volume 05, Nomor 01 (2007), 30.
3
4
Utami S. C. Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
17.
4
masehi.5 Selain istilah kitab kuning, sejumlah pihak juga menyebut kitab-
kitab klasik, sebab memang banyak sekali kitab-kitab yang ditulis ulama-
ulama pada abad pertengahan.6 Akan tetapi tidak sedikit juga kitab-kitab yang
ditulis oleh ulama’ kontemporer karena orang–orang sama menyebutnya kitab
gundul. Disebut demikian karena teks didalamnya tidak memakai syakal
(harakat). Bahkan juga tidak disertai dengan tanda baca, seperti koma, titik,
tanda seru, tanda tanya, dan lain sebagainya. Untuk membaca dan memahami
kitab kuning di pesantren telah ada ilmu yang dipelajari santri yaitu ilmu alat
atau nahwu dan sharaf.
5
Affandi Mochtar, Membedah Diskursus Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalimah Ciputat Indah,
2001), 36.
6
Babun Suharta, Reiventing Eksistensi Pesantren di Era Globalisasi, (Surabaya: Imtiyaz, 2011),
120.
5
komponen belajar terkondisi, artinya segala hal yang berkaitan dengan proses
pembelajaran terkondisi untuk melayani peserta didik.
B. Fokus Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Definisi Oprasional
1. Manajemen pembelajaran adalah rangkaian proses pengelolaan
pembelajaran dengan penerapan fungsi-fungsi manajemen yang efektif dan
efisien guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Perencanaan pembelajaran program akselerasi adalah suatu proses
memikirkan dan menetapkan secara matang arah, tujuan dan tindakan
terkait pembelajaran program akselerasi yang akan direalisasikan pada
masa yang akan datang.
3. Pelaksanaan pembelajaran program akselerasi adalah suatu proses
penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
program akselerasi yang dikehendaki dengan efektif dan efisien.
4. Evaluasi pembelajaran program akselerasi adalah proses penilaian secara
sistematis terhadap ketercapaian perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran program akselerasi selama pembelajaran berlangsung dan
bagaimana program tersebut dapat ditingkatkan.
5. Program akselerasi adalah suatu sistem pelayanan proses pembelajaran
dengan mempercepat materi untuk mencapai hasil belajar dalam jangka
waktu yang lebih singkat bagi peserta didik yang memiliki minat, bakat,
dan kemampuan serta kecerdasan dalam suatu bidang.
6. Membaca kitab kuning merupakan sebuah kemampuan membaca kitab
gundul (tanpa harkat) dengan benar, melalui penguasaan serta penerapan
ilmu nahwu dan shorrof.
9
F. Kajian Pustaka
1. Manajemen Pembelajaran
a. Pengertian manajemen pembelajaran
Manajemen pembelajaran merupakan suatu istilah yang digunakan
dalam dunia pembelajaran, yang terdiri dari dua kata. Kata yang
pertama adalah “manajemen” yaitu penggunaan sumber daya secara
efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan kata yang kedua adalah
“pembelajaran” yang berarti proses, cara, perbuatan yang menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar. Dalam dunia pendidikan manajemen
pembelajaran menduduki peranan yang sangat penting. Karena, pada
dasarnya manajemen pembelajaran yang baik merupakan kunci pokok
dalam pengaturan semua kegiatan pembelajaran untuk menghasilkan
pembelajaran yang berkualitas.
Manajemen pembelajaran diartikan sebagai usaha dan tindakan
kepala lembaga pendidikan dan usaha maupun tindakan guru sebagai
pemimpin pembelajaran di kelas yang dilaksanakan sedemikian rupa
dalam rangka mencapai tujuan program pembelajaran.7
Dalam manajemen pembelajaran, yang bertindak sebagai manajer
adalah guru atau pendidik. Sehingga dengan demikian, pendidik
memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan beberapa
langkah kegiatan manajemen yang meliputi merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, serta mengevaluasi
pembelajaran yang dilakukan.
Manajemen pembelajaran adalah berkenaan dengan pemahaman,
peningkatan dan pelaksanaan dari pengelolaan program pengajaran
yang dilaksanakan.8 Guru selaku orang yang memilki peranan penting
dalam keberlangsungan proses pembelajaran sudah lebih dahulu
memahami tentang proses pembelajaran yang dilaksanakannya.
Sehingga nantinya, proses pelaksaan pembelajaran tersebut bisa lebih
ditingkatkan lagi.
7
Syaiful Sagala, konsep dan makna pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2010), 140.
8
Syafaruddin Dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran (Jakarta: Quantum Teachhing,
2005), 77.
10
9
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: CV. Sinar Baru Algensindo,
2002), 4.
10
Wiwi Hilwiyah, “Pengertian Manajemen Pembelajaran”, dalam
https://www.Academia.Edu/10500962/Pengertian_Manajemen_Pembelajaran (25 Desember 2019)
11
cukup, dan suasana kelas yang kondusif saat proses belajar mengajar,
itu semua sangat mempengaruhi pada keberhasilan dalam belajar.
Manajemen pembelajaran yang baik tidak hanya mengacu pada
fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi)
saja. Manajemen pembelajaran juga harus memperhatikan potensi
peserta didik serta mampu mengarahkan peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami,
melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan
diri.
Dengan demikian manajemen pembelajaran perlu: 1) berpusat pada
peserta didik; 2) mengembangkan kreatifitasnya; 3) menciptakan
kondisi yang menyenangkan dan menantang; 4) bermuatan nilai, etika,
estetika, logika, dan kinestetika, dan 5) menyediakan pengalaman
belajar yang beragam.11
b. Tujuan manajemen pembelajaran
Penetapan tujuan merupakan keharusan dalam suatu manajemen.
Oleh karena itu, tujuan manajemen pembelajaran sangat penting
dirumuskan agar hasil belajar tercapai dengan baik.
Tujuan ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap
situasi dan kondisi organisasi seperti kekuatan dan kelemahan, peluang
dan ancaman. Pencapaian suatu tujuan yang tinggi ada kaitannya
dengan kepuasan individu maupun kelompok.
Diterapkannya manajemen agar pelaksanaan suatu usaha terencana
secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap
sehingga mencapai tujuan secara produktivitas, berkualitas, efektif, dan
efisien.12 Produktivitas adalah perbandingan terbaik antara hasil yang
diperoleh dengan jumlah besar yang dipergunakan. Kajian terhadap
produktivitas secara komprehensif adalah keluaran yang banyak dan
bermutu dan tiap-tiap fungsi atau peranan penyelenggaraan pendidikan.
11
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru)
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 24.
12
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan
(Bandung: Alfabeta, 2012), 88.
12
13
Ibid., 89.
14
Amjun, “Efektifitas Pembelajaran”, dalam
https://www.google.co.id/amp/s/ahmadmuhli.wordpress.com/2011/08/02/
efektivitaspembelajaran/amp/ (30 Desember 2019)
13
15
Baharuddin dan Moh.Makin, Manajemen Pendidikan Islam (Malang: UIN-Maliki Press, 2010),
99.
16
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran teori dan Aplikasi (Jogjakarta: Ar-ruz Media,
2012), 109.
17
Lias Hasibuan, Melejitkan Mutu Pendidikan Refleksi Relevansi dan Rekonstruksi Kurikulum
(Jambi: SAPA Project, 2004), 113-114.
18
Ratna Willis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Gelotra Aksara Pratama,
2006), 72.
14
19
Teguh Triwiyanto, Manajemen Kurikulum ….. 97.
20
Ulbert Silalahi, Studi Tentang Ilmu Administrasi Konsep, Teori, dan Ilmu (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2002), 168.
15
24
Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2012), 155.
25
Saekhan, Pembelajaran ….. 109.
17
26
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 331.
27
M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1990), 17.
28
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Ciputat Press, 2005), 138.
18
dilaksanakan secara berurutan. Dalam kaitan ini ada dua istilah yang
hampir sama tetapi sesungguhnya berbeda, yaitu penilaian dan
pengukuran. Pengertian pengukuran terarah kepada tindakan atau
proses untuk menentukan kuantitas sesuatu, karena itu biasanya
diperlukan alat bantu. Sedangkan penilaian atau evaluasi terarah
pada penentuan kualitas atau nilai sesuatu.29
Evaluasi merupakan bagian dari proses pembelajaran yang
secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan mengajar,
melaksanakan evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan pendidikan
mempunyai arti yang sangat utama, karena evaluasi merupakan alat
ukur atau proses untuk mengetahui tingkat pencapaian keberhasilan
yang telah dicapai peserta didik atas bahan ajar atau materi-materi
yang telah disampaikan, sehingga dengan adanya evaluasi maka
tujuan dari pembelajaran akan terlihat secara akurat dan meyakinkan.
Evaluasi diartikan sebagai suatu proses menentukan nilai
sesuatu atau seseorang dengan menggunakan patokan-patokan
tertentu untuk mencapai tujuan.30 Sementara itu, evaluasi hasil
belajar pembelajaran adalah suatu proses menentukan nilai prestasi
belajar pembelajar dengan menggunakan patokan-patokan tertentu
agar mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Evaluasi hasil belajar digunakan untuk menyimpulkan apakah tujuan
instruksional suatu program telah tercapai. 31 Caranya adalah dengan
melakukan pengukuran dan penilaian terhadap kesesuaian antara
tujuan instruksional yang telah ditetapkan dengan prestasi hasil
belajar yang diperoleh melalui tes atau ujian.
Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan
nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui
kegiatan penilaian atau pengukuran belajar dan pembelajaran.
Sedangkan pengertian pengukuran dalam kegiatan pembelajaran
29
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan
Teoritis Psikologis (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), 246.
30
Evelin Siregar & Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia,
2010), 142.
31
Daryanto, Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif (Jakarta: AV Publisher, 2009),
216.
19
34
Gintings Abdorrakhman, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Buah Batu, 2008),
162.
35
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2002), 142.
21
36
Pius A Parjanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Arkola Surabaya,
1994), 16.
37
Agus Nggermanto, Quantum Quotient Kecerdasan Quantum (Bandung: Nuansa, 2001), 55.
38
Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook: panduan kreatif dan efektif merancang
program pendidikan dan pelatihan, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2004), 49-50.
39
Lif Khoiru Ahmadi, Pembelajaran Akselerasi (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2011), 1-3.
22
40
Ibid., 220-221.
41
Ibid., 221.
23
2) Kelemahan
43
Ibid., 12.
44
Ibid., 12.
25
3. Kitab Kuning
a. Pengertian kitab kuning
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kitab kuning
adalah kitab bertulis Arab tanpa harakat, dijadikan sumber pengajaran
di pondok pesantren. Tidak sembarang orang mampu membacanya,
sehingga diperlukan ilmu khusus untuk dapat membacanya. Ilmu itu
disebut dengan ilmu alat, yakni ilmu Nahwu dan Sharaf.
26
Secara harfiah kitab kuning diartikan sebagai buku atau kitab yang
dicetak dengan mempergubakan kertas yang berwana kuning,
sedangkan menurut pengertian istilah kitab kuning adalah kitab
atau buku berbahasa Arab yang membahas ilmu pengetahuan agama
Islam seperti Fiqih, Ushul Fiqih, Akhlak, Tasawuf, Tafsir Al-Qur’an,
Ulumul Qur’an, hadis, Ulmul Hadis dan sebaginya, yang ditulis oleh
ulama-ulama salaf dan digunakan sebagai bahan pengajran utama di
Pesantren.45
Kitab kuning adalah kitab-kitab berbahasa Arab tanpa harokat
sehingga dinamai kitab gundul, untuk dapat membacanya santri harus
menguasai dulu ilmu alat yaitu Nahwu dan Sharaf.46
Kitab klasik atau yang lebih dikenal dengan sebutan kitab
kuning merupakan literatur yang biasa digunakan dalam pendidikan
dan pengajaran yang berlangsung di Pondok Pesantren. Kitab kuning
adalah kitab yang ditulis dalam bahasa arab dan biasanya tidak
dilengkapi dengan harokat.47
Kitab kuning merupakan sebutan untuk literatur yang digunakan
sebagai rujukan umum dalam proses pendidikan di lembaga pendidikan
Islam tradisional pesantren. Kitab kuning digunakan secara luas di
lingkungan pesantren, terutama pesantren yang masih menggunakan
metode pengajaran dalam bentuk halaqoh. Penggunaan kitab kuning
merupakan tradisi keilmuan yang melekat dalam sistem pendidikan di
pesantren. Sebagai elemen utama dalam sistem pendidikan Islam di
pesantren, kitab kuning telah menjadi jati diri (identity) dari pesantren
(salafiyah) itu sendiri.Karena itu, keberadaan kitab kuning identik
dengan eksistensi pesantren, terutama pesantren salafiyah.
b. Ciri-ciri kitab kuning
Seiring dengan perkembangan tekhnologi, ciri-ciri kitab kuning
juga telah mengalami perubahan. Kitab kuning cetakan baru sudah
banyak yang memakai kertas berwarna putih yang umum dipakai di
45
Zubaidi, Materi Dasar NU, LP Ma’arif NU Jateng (Semarang, 2002), 9.
46
M. Amin Hadedar, Masa Depan Pesantren (Jakarta: IRD Press, 2004), 37.
47
Ibid., 148.
27
dunia percetakan. Juga sudah banyak yang tidak “gundul” lagi, karena
telah diberi syakal untuk memudahkan para santri membacanya,
sebagian besar kitab kuning sudah dijilid. Dengan demikian penampilan
fisiknya tidak mudah lagi dibedakan dari kitab-kitab baru yang biasanya
disebut “al-kutub al-ashriyyah” (buku-buku modern).
Literatur-literatur dari kitab kuning memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Kitab-kitab menggunakan bahasa Arab.
2) Umumnya tidak memakai syakal (tanda baca atau baris), bahkan
tanpa memakai titik, koma.
3) Berisi keilmuan yang cukup berbobot.
4) Metode penulisannya dianggap kuno dan relevansinya dengan
ilmu kontemporer kerap kali tampak menipis.
5) Lazimnya dikaji dan dipelajari di pondok pesantren.
6) Banyak diantara kertasnya berwarna kuning. 48
c. Metode pembelajaran kitab kuning
Seiring dengan perkembangan pondok pesantren, dalam
pembelajaran kitab-kitab klasik juga memiliki metode pembelajaran
tersendiri, yaitu dengan menggunakan metode pengajaran sorogan,
wetonan atau bandungan dan hafalan.
1) Metode sorogan
Metode sorogan adalah sebuah sistem belajar dimana para
santri maju persatu untuk membaca dan menguraikan isi kitab
dihadapan seorang guru atau kyai. Sorogan ialah seorang murid
mendatangi guru yang akan membacakan beberapa baris Al-
Qur’an atau kitab-kitab bahasa Arab dan menerjemahkan kata
demi kata ke dalam bahasa tertentu yang pada gilirannnya murid
mengulangi dan menerjemahkan kata perkata seversis mungkin
seperti yang dilakukan gurunya.
Oleh karena itu inti dari metode ini adalah berlangsungnya
proses belajar mengajar (PBM) secara fest to fest, antara guru dan
48
Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Trigenda Karya, 1993), 300.
28
49
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Ciputat Pres, Jakarta, 2002),
150-151.
50
Hasan Basri dll, Ilmu Pendidikan Islam (CV Pustaka Setia, Bandung, 2010), 236.
51
Ibid., 236.
52
Arief, Pengantar Ilmu ….. 153-154.
29
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (qualitative
approach), sebagai prosedur penelitian yang akan menghasilkan data
deskriptif sumber-sumber penelitian.. Menurut Bogdan dan Taylor,
pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang
55
Qodzi Azizi, Pendidikan Agama Islam Membangun Etika Sosial (Semarang: Aneka Ilmu,
2003), 155.
31
56
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 4.
57
Suharmisi Arikunto, Prosedur Penelitian, suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), 2.
58
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2001), 56.
59
Moleong, Metodologi Penelitian ….. 117.
32
4. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data adalah subjek dari mana
data dapat diperoleh. Dan termasuk sumber data adalah pihak-pihak
yang dapat memberikan keterangan data yang diperlukan. 60
60
Arikunto, Prosedur Penelitian ….. 129.
33
61
Moleong, Metodologi Penelitian ….. 112.
62
Sumadi suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1992), 84.
34
a. Observasi
Obsevasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses-proses biologis dan
psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan
observasi digunakan apabila penelitian berkenaan dengan
prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar 63 .
Metode ini digunakan agar memperoleh data tentang
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan
evaluasi pembelajara yang diterapkan serta hasil yang
diperoleh dari penerapan manajemen pembelajaran program
akselerasi baca kitab kuning di Majelis Musyawarah
Kutubuddiniyah PP. Mambaul Ulim Bata-bata.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara atau
narasumber yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu 64 .
Adapun wawancara yang digunakan adalah wawancara tak
terstruktur. Wawancara tak terstruktur adalah wawancara yang
bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.
Penulis menggunakan metode ini untuk mendapatkan
informasi secara langsung tentang perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajara yang
diterapkan, serta hasil yang diperoleh dari penerapan
manajemen pembelajaran program akselerasi baca kitab
kuning dari narasumber yang terkait. Dalam hal ini yaitu:
63
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2009), 145.
64
Moleong, Metodologi Penelitian ….. 186.
35
6. Analisis Data
Langkah selanjutnya setelah data-data terkumpul adalah
menganalisisnya menjadi informasi yang sistematis. Analisis data adalah
proses pelacakan dan pengurutan secara sistematis mengenai transkip
wawancara, catatan lapangan, dan bahan lain yang ada untuk
meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat
65
Moleong, Metode Penelitian ..... 161.
36
66
Imron Arifin, Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-ilmu Social dan Keagamaan (Malang:
Kalimasahada, 1996), 84.
37
67
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alphabeta, 2007), 329.
68
Ibid., 270.
69
Ibid., 270.
38
c. Dependability
Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan
kata lain beberapa percobaan yang dilakukan selalu
mendapatkan hasil yang sama. Penelitian yang dependability
atau reliabilitas adalah penelitian apabila penelitian yang
dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang
sama akan memperoleh hasil yang sama pula.
Pengujian dependability dilakukan dengan cara
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.
Dengan cara auditor yang independen atau pembimbing yang
independen mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan
oleh peneliti dalam melakukan penelitian.
Misalnya bisa dimulai ketika bagaimana peneliti mulai
menentukan masalah, terjun ke lapangan, memilih sumber
data, melaksanakan analisis data, melakukan uji keabsahan
data, sampai pada pembuatan laporan hasil pengamatan.
d. Confirmability
Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji
confirmability penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif
apabila hasil penelitian telah disepakati oleh lebih banyak
orang.
Dalam penelitian kualitatif uji confirmability berarti
menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang
telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi
dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian
tersebut telah memenuhi standar confirmability.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: CV. Sinar
Baru Algensindo, 2002.
39
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Pres,
Jakarta, 2002.
Bahri, Syaiful dan Zain, Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
Basri, Hasan dll, Ilmu Pendidikan Islam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2010.
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005.
Siregar, Evelin & Nara, Hartini, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010.
Hawadi, Reni Akbar, Akselerasi A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan
Anak Berbakat Intelektual, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
2004.
Meier, Dave, The Accelerated Learning Handbook: panduan kreatif dan efektif
merancang program pendidikan dan pelatihan, Bandung: PT. Mizan
Pustaka, 2004.
Mulyasana, Dedi, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012.
Munandar, Utami S. C., Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Jakarta:
Rineka Cipta, 1997.
Silalahi, Ulbert, Studi Tentang Ilmu Administrasi Konsep, Teori, dan Ilmu,
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002.