Anda di halaman 1dari 26

Makalah Manajemen Program PBA

MANAJEMEN KURIKULUM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Dosen Pengampu: Dr. H. Munirul Abidin, M.Ag

Disusun Oleh :
Achmad Mukti Baiquni 19720067
Fahimatul Amrillah 19720051

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA ARAB


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan adalah
aspek kurikulum, kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran
strategis dalam system pendidikan. Kurikulum merupakan suatu system program
pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan, sehingga
kurikulum memegang peranan penting dalam mewujudkan lembaga pendidikan yang
bermutu/berkualitas.
Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan kurikulum adalah
pemberdayaan bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum di lembaga pendidikan
yang bersangkutan, pengelolaan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan atau
sekolah perlu dikoordinasi oleh pihak pimpinan lembaga yang dikembangkan secara
integral dalam konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum yang berlaku
ketika itu serta disesuaikan dengan visi dan misi lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Manajemen berfungsi bila dikaitkan dengan organisasi, Lembaga Pendidikan
merupakan sebuah organisasi, dan di dalam lembaga pendidikan ada kurikulum, maka
kurikulum harus dimanaj, sebagaimana kita ketahui bahwa komponen pokok
pendidikan adalah kurikulum, pendidik, peserta didik dan konteks. Dan kurikulum
memiliki komponen; tujuan, bahan, isi, konten, strategi dan evaluasi.
Dari uraian di atas, dalam makalah ini penulis ingin membahs lebih dalam perihal
manajemen kurikulum khususnya untuk pembelajaran bahasa Arab. Oleh karena itu,
penulis merumuskan empat permasalahan pokok yaitu, (1) Konsep manajemen kurikulum,
(2) Pengorganisasian kurikulum PBA, (3) Ketatalaksanaan kurikulum, dan (4)
Pengembangan Kurikulum.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep manajemen kurikulum PBA?
2. Bagaimana pengorganisasian kurikulum PBA?
3. Bagaimana ketatalaksanaan kurikulum PBA?

2
4. Bagaimana pengembangan kurikulum PBA?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep manajemen kurikulum PBA?
2. Untuk mengetahui pengorganisasian kurikulum PBA?
3. Untuk mengetahui ketatalaksanaan kurikulum PBA?
4. Untuk mengetahui pengembangan kurikulum PBA?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Manajemen Kurikulum Pendidikan Bahasa Arab


1. Pengertian Manajemen Kurikulum
Oemar Hamalik memberikan pengertian kurikulum adalah program pendidikan
yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi pelajar. Berdasarkan program
pendidikan tersebut pelajar melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga mendorong
perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain dengan program kurikuler tersebut, lembaga pendidikan
menyediakan lingkungan pendidikan bagi pelajar untuk berkembang. Itu sebabnya,
kurikulum disusun sedemikian rupa yang memungkinkan pelajar melakukan beraneka
ragam kegiatan belajar.1
Sedangkan manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan
keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-sumber lainnya,
menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan
sebelumnya.2
Sehingga menurut pengertian di atas manajemen kurikulum adalah sebagai suatu
sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik
dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya,
manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) dan Kurikulum yang berlaku, oleh karena itu, otonomi yang diberikan
pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara
mandiri denga memprioritaskan kebutuhan dan ketercapian sasaran dalam visi dan
misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijakan nasional yang
telah ditetapkan.3
Keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat
memahami, membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum sehingga lembaga

1
Oemar hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 10
2
Oemar hamalik, hal. 16
3
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta:PT. Rajagrafindo, 2009), hal. 3

4
pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam
mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas
kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta
melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada masyarakat maupun pada
pemerintah.4

2. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum


Manajemen kurikulum merupakan bagian integral dari Kurikulum yang sedang
berlaku dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Lingkup
manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
evaluasi kurikulum. Pada tingkat satuan pendidikan kegiatan kurikulum lebih
mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional
(standar kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi
sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang
integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan di mana sekolah itu
berada.
Dalam konteks makalah ini berarti yang dikehendaki dengan ruang lingkup
manajemen kurikulum bahasa Arab adalah meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan evaluasi kurikulum bahasa Arab.

3. Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum Bahasa Arab


Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen
kurikulum, dan prinsip manajemen kurikulum bahasa Arab juga sebagaimana prinsip
manajemen kurikulum secara umum, maka manajemen kurikulum bahasa Arab
memiliki lima prinsip tersebut, yaitu:5
1. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan
aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan
bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan
kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.

4
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta:PT. Rajagrafindo, 2009), hal. 3
5
Rusman, hal. 4

5
2. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi
yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang
seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab untuk
mencapai tujuan kurikulum.
3. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen
kurikulum perlu adanya kerja sama yang positif dari berbagai pihak yang terliba.
4. Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus
mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum
sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna
dengan biaya, tenaga dan waktu yang relatif singkat
5. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses
manajemen
kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan
kurikulum.

Dalam pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum agar perencanaan,


pelaksanaan dan evaluasi kurikulum berjalan lebih efektif, efisien dan optimal dalam
memberdayakan berbagai sumber belajar, penglaman belajar, maupun komponen
kurikulum. Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum, dan fungsi manajemen
bahasa Arab harus memiliki fungsi manajemen kurikulum secara umum yang di
antaranya sebagai berikut:6

1. Meningkatkan efisiensi pemanfatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan


sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan
yang terencana dan efektif
2. Meningkatkan keadilan dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang
maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya
melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam
mencapai tujuan kurikulum.
3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik, kurikulum yang dikelola

6
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta:PT. Rajagrafindo, 2009), hal. 5

6
secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar.
4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktifitas siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang profesional, efektif dan terpadu
dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam
belajar.
5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses
pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang
telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, ketidak
sesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan. Di samping itu,
guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang
efektif dan efisien karena adanyya dukungan kondisi positif yang diciptakan
dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan
kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan
masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu
disesuaikan dengan ciri khas dan kebutuhan pembangunan daerah.

B. Pengorganisasian Kurikulum Pendidikan Bahasa Arab


1. Perencanaan dan Pengorganisasian Kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan belajar yang
dimaksudkan untuk membina siswa/ peserta didik ke arah perubahan tingkah laku yang
diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa/
peserta didik. Kurikulum adalah semua pengalaman yang mencakup yang diperoleh baik
dari dalam maupun dari luar lembaga pendidikan, yang telah direncanakan secara
sistematis dan terpadu, yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik mencapai
tujuan pendidikan.
Tujuan perencanaan kurikulum dikembangkan dalam bentuk kerangka teori dan
penelitian terhadap kekuatan sosial, pengembangan masyarakat, kebutuhan, dan gaya
belajar siswa. Beberapa keputusan harus dibuat ketika merencanakan kurikulum dan
keputusan tersebut harus mengarah pada spesifikasi berdasarkan kriteria. Merencanakan

7
pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting dalam perencanaan kurikulum
karena karena pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap siswa daripada kurikulum itu
sendiri.7
Pimpinan perlu menyusun perencanaan secara cermat, teliti, menyeluruh dan
rinci, karena perencanaan kurikulum memiliki multi fungsi sebagai berikut :
a. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat manajemen, yang
berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta yang diperlukan, media
penyampaiannya, tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana
yang diperlukan, system control dan evaluasi, peran unsur-unsur ketenagaan
untuk mencapai tujuan manajemen organisasi.
b. Berfungsi sebagai penggerak roda organisasi dan tata laksana untuk menciptakan
perubahan dalam masyarakat sesuai dengan tujuan organisasi. Perencanaan
kurikulum yang matang besar sumbangannya terhadap pembuatan keputusan oleh
pimpinan, dan oleh karenanya perlu memuat informasi kebijakan yang relevan,
disamping seni kepemimpinan dan pengetahuan yang telah dimilikinya.
c. Sebagai motivasi untuk melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil
optimal

Perencanaan kurikulum adalah suatu proses social yang kompleks yang menuntut
berbagai jenis dan tingkat pembuatan keputusan kebutuhan  mendiskusikan dan
mengkoordinasikan proses menghendaki penggunaan model-model untuk menyajikan
aspek-aspek kunci kendatipun penyajian tersebut pada gilirannya harus menyederhanakan
banyak aspek dan mungkin mengabaikan beberapa aspek lainnya. Sebagaimana dengan
model-model pembuatan keputusan umumnya, maka rumusan suatu model perencanaan
berdasarkan asumsi-asumsi rasionalitas yakni asumsi tentang pemrosesan secara cermat
informasi misalnya tentang mata ajaran, siswa, lingkungan, dan hasil belajar. Beberapa
model perencanaan, yaitu :

a. Model perencanaan rasional deduktif atau rasional tyler, menitik beratkan logika
dalam merancang program kurikulum dan bertitik tolak dari spesifikasi tujuan
(goals and objectives) tetapi cenderung mengabaikan problematika dalam
7
Rusman, Manajemen Kurikulum…, hal. 21

8
lingkungan tugas. Model itu dapat diterapkan pada semua tingkat pembuatan
keputusan, misalnya rasionalisasi proyek pengembangan guru, atau menentukan
kebijakan suatu planning by objecktives di lingkungan departemen. Model ini
cocok untuk sistem perencanaan pendidikan yang sentralistik yang
menitikberatkan pada sistem perencanaan pusat, dimana kurikulum dianggap
sebagai suatu alat untuk mengembangkan/ mencapai maksud-maksud di bidang
sosial ekonomi.
b. Model interaktif rasional (the rational interactive model), memandang
rasionalitas sebagai tuntutan kesepakatan antara pendapat-pendapat yang berbeda,
yang tidak mengikuti urutan logic. Perencanaan kurikulum dipandang suatu
masalah lebih “perencanaan dengan” (planning with) daripada perencanaan bagi
(planning for). Seringkali model ini dinamakan model situasional, asumsi
rasionalitasnya menekankan pada respon fleksibel kurikulum yang tidak
memuaskan dan inisiatif pada tingkat sekolah atau tingkat lokal. Hal ini mungkin
merupakan suatu refleksi suatu keyakinan ideologis masyarakat demokrasi atau
pengembangan kurikulum berbasis sekolah. Implementasi rencana merupakan
fase krusial dalam pengembangan kurikulum, dimana diperlukan saling
beradaptasi antara perencana dan pengguna kurikulum.
c. The Diciplines Model, perencanaan ini menitikberatkan pada guru-guru, mereka
sendiri yang merencanakan kurikulum berdasarkan pertimbangan sistematik
tentang relevansi pengetahuan filosofis, (isu-isu pengetahuan yang bermakna),
sosiologi (argument-argumen kecenderungan social), psikologi (untuk
memberitahukan tentang urutan-urutan materi pelajaran).
d. Model tanpa perencanaan (non planning model), adalah suatu model berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan intuitif guru-guru di dalam ruangan kelas sebagai
bentuk pembuatan keputusan, hanya sedikit upaya kecuali merumuskan tujuan
khusus, formalitas pendapat, dan analisis intelektual.
Keempat model perencanaan kurikulum yang dikemukakan di atas sesungguhnya
merupakan tipe-tipe yang ideal (ideal types) dan bukan model-model perencanaan
kurikulum actual. Umumnya perencanaan kurikulum mengandung keempat aspek model
tersebut. Namun untuk membedakannya antara satu dengan yang lainnya, diperlukan

9
analisis variable kebermaknaan bagi praktek perencanaan. Asumsi-asumsi rasionalitas
tersebut perlu disadari dalam kaitannya dengan cara memproses informasi sebagai
refleksi posisi-posisi social dan ideologis yang mengatur perencanaan kurikulum.   
Kemudian dalam hal kondisi yang diperlukan untuk dikaji untuk perencanaan
kurikulum, terdapat dua kondisi yang perlu dianalisis, yaitu :
a. Kondisi sosiokultural
Kemampuan professional manajerial menuntut kemampuan untuk dapat
mengolah atau memanfaatkan berbagai sumber yang ada di masyarakat, untuk
dijadikan narasumber. J.G Owen menyebutkan peranan para ahli behavior
science, karena kegiatan pendidikan merupakan kegiatan behavioral dimana di
dalamnya terjadi berbagai interaksi social antara guru dengan murid, murid
dengan murid, dan atau guru dengan murid dengan lingkungannya.
b. Ketersediaan fasilitas
Salah satu penyebab gap antara perencana kurikulum dengan guru-guru
sebagai praktisi adalah jika kurikulum itu disusun tanpa melibatkan guru-guru,
dan terlebih para perencana kurang atau bahkan tidak memperhatikan kesipan
guru-guru di lapangan. Itulah sebabnya J.G Owen menyebutkan perlunya
pendekatan “from the bottom up”, yaitu pengembangan kurikulum yang berasal
dari bawah ke atas.8
Kemudian masuk pada bab pengorganisasian, Pengorganisasian kurikulum
berbeda dengan organisasi kurikulum. Pengorganisasian kurikulum merupakan upaya
untuk mengelola dan mensingkronisasikan semua program kurikulumpendidikan Islam
agar dapat diimplementasikan dalam kegiatan belajarmengajar dengan optimal.
Sedangkan organisasi kurikulum adalah struktur program yang berupa kerangka umum
program-programpengajaran yang akan disampaikan kepada siswa.
Organisasi adalah sistem kerja sama sekelompok orang untukmencapai tujuan
bersama. Langkah pertama dalam pengorganisasiandiwujudkan melalui perencanaan
dengan menetapkan bidang-bidangatau fungsi-fungsi yang termasuk ruang lingkup
kegiatan yang akandiselenggarakan oleh suatu kelompok kerjasama tertentu. Keseluruhan
pembidangan itu sebagai suatu kesatuan merupakan total sistem yang bergerak ke arah

8
Oemar hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum..., hal. 151

10
satu tujuan. Dengan demikian, setiap pembidangan kerja dapat ditempatkan sebagai sub
sistem yang mengemban sejumlah tugas yang sejenis sebagai bagian dari keseluruhan
kegiatan yang diemban oleh kelompok-kelompok kerjasama tersebut.
Menurut Nasution organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk bahan pelajaran
yang akan disampaikan kepada murid. Jadi, mengorganisasikan kurikulum merupakan
implementasi dari fungsi manajemen kurikulum itu sendiri. Dalam ilmu manajemen
bahwasanya setidaknya memiliki empat fungsi yaitu planning (perencanaan),organizing
(pengorganisasian), actuating (pengaplikasian), dan controlling(pengawasan).
Manajemen Kurikulum Pendidikan Bahasa Arab dalam pengorganisasian
kurikulum dapat dilihat dari dua pendekatan, yakni pendekatan manajemen dan
pendekatan akademik. Pengertian dari kata organisasi itu sendiri adalah suatu kelompok
sosial yang bersifat tertutup atau terbuka dari/terhadap pihak luar, yang diatur
berdasarkan aturan tertentu, yang dipimpin/diperintah oleh seseorang pimpinan atau
seorang pimpinan atau seorang staf administratif, yang dapat melaksanakan bimbingan
secara teratur dan bertujuan. Dalam sebuah organisasi sangat diperlukan melaksanakan
proses manajemen, yakni :

1. Organisasi perencanaan kurikulum, yang dilaksanakan oleh suatulembaga atau tim


pengembang kurikulum.
2. Organisasi dalam rangka implementasi kurikulum, baik pada tingkat daerah maupun
pada tingkat sekolah atau satuan lembaga pendidikan yang melaksanakan kurikulum.
3. Organisasi dalam tahap evaluasi kurikulum, yang melibatkan pihakpihak yang terkait
dalam proses evaluasi sebuah kurikulum.

Dalam setiap jenis organisasi kurikulum, terdapat susunan kepengurusan yang telah
ditentukan sesuai dengan struktur organisasi berikut dengan tugas-tugas pekerjaannya
sekaligus. Sedangkan bentuk-bentuk kurikulum, akan disusun menurut pola organisasi
kurikulum yang dilengkapi struktur, urutan kegiatan pembelajaran dan ruang lingkup materi
tertentu.

11
2. Organisasi Kurikulum Bahasa Arab
Organisasi kurikulum adalah struktur program yang berupa kerangka program-
program pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa. 9 Nasution, memberikan
pengertian bahwa organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk bahan pelajaran yang
disusun yang bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak
dicapai.10Sejalan dengan pendapat di atas, Muhammad Ali, menyatakan bahwa
organisasi kurikulum merupakan suatu cara menyusun bahan-bahan atau pengalaman
belajar yang ingin dicapai.11
Secara umum beberapa pendapat di atas menyatakan bahwa organisasi
kurikulum bertujuan untuk mempermudahkan siswa dalam belajar, karena dalam
organisasi kurikulum mencoba untuk mewujudkan apa yang diketahui tentang teori,
konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan siswa dan kebutuhan masyarakat.
Organisasi kurikulum sangat terkait dengan pengaturan bahan pelajaran yang ada
dalam kurikulum, sedangkan yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum
adalah nilai budaya, nilai social, aspek siswa dan masyarakat serta ilmu pengetahuan dan
teknologi. Ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum,
di antaranya berkaitan dengan ruang lingkup (scope), urutan bahan (sequence),
kontinuitas, keseimbangan dan keterpaduan (integrated).12

Menurut Busyairi, ada dua organisasi kurikulum bahasa Arab, yaitu:13


1) Nadzariyatul Furu’
a. Pengertian Nadzariyatul Furu’
Nadzariyatul Furu’ yaitu organisasi kurikulum pengajaran bahasa Arab
yang membagi-bagi pelajaran bahasa Arab kedalam berbagai cabang dan setiap
cabang mempunyai rencana pelajaran sendiri (syllabus), buku dan jam pelajaran
sendiri. Masing masing pelajaran berjalan dengan batas-batasnya, terpisah satu
sama lain.14

9
Ahmad dkk, Pengembangan Kurikulum (Bandung: C.V. Putaka Setia, 1990), hal.
10
Nasution, Asas-Asas Kurikulum, cet. VI (Jakarta: PT. bumi Aksara, 2005), hal. 176.
11
Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Cet. IV (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005), hal. 108.
12
Rusman, Manajemen Kurikulum…, hal. 60
13
Busyairi Madjidi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Penerapan Audio lingual Method dalam All in One
System) (Yogyakarta: Sumbangsih Offset, 1994), hal. 7
14
Muhammad Sholeh Samak, Fannu Tadris (Kairo: Darul Fikr al-Arab: 1998), hal. 52

12
Dalam defenisi lainnya teradapat persamaan antara ‫روع‬55‫ة الف‬55‫نظري‬dengan
Subject-mater curriculum. Subject-mater curriculum merupakan organisasi tertua
dan banyak digunakan di banyak negara. Bentuk kurikulum ini tergolong dan
dinilai sebagai bentuk tradisional. Kurikulum ini diterapkan pada sekolah-sekolah
sampai munculnya kurikulum 1968 dan kurikulum 1975. Sejak permulaan abad
ke-20 terutama Amerika Serikat muncul beberapa jenis organisasi kurikulum
yang baru sebagai reaksi terhadap organisasi kurikulum tersebut.15
Subject-mater curriculum yaitu organisasi kurikulum yang terdiri atas
mata pelajaran-mata pelajaran yang terpisah-pisah yang satu dengan yang
lainnya.16 Senada dengan pendapat di atas, pada bentuk ini bahan dikelompokkan
pada mata pelajaran yang sempit, di mana antara mata pelajaran yang satu dengan
yang lainnya menjadi terpisah-pisah.
Menurut Tyler dan Alexander bahwa jenis organisasi kurikulum ini
digunakan dengan school subject, sejak beberapa abad hingga saat ini masih
banyak dipergunakan diberbagai lembagalembaga pendidikan. Organisasi
kurikulum ini terdiri dari beberapa mata pelajaran, yang tujuannya adalah siswa
harus menguasai bahan dari setiap mata pelajaran yang telah ditentukan secara
logis, sistematis, dan mendalam.17
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan sementara bahwa
organisasi kurikulum ini merupakan organisasi isi pendidikan dalam bentuk mata
pelajaran yang disajikan dan diberikan kepada siswa secara terpisah-pisah
Konsekuensinya, siswa harus semakin banyak mengambil mata pelajaran. Pada
organisasi kurikulum ini mata pelajaran dapat menetapkan syarat-syarat minimum
yang harus dikuasai anak, sehingga anak didik bisa naik kelas. Biasanya mata
pelajaran dan textbook merupakan alat dan sumber utama pelajaran. Subject-
curriculum terdiri dari mata pelajaran (subject) yang terpisah pisah, dan subject
itu merupakan himpunan pengalaman dan pengetahuan yang diorganisasikan
secara logis dan sistematis oleh oleh para ahli kurikulum (experts).18
15
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengebangan Kurikulum di Sekolah, cet. V (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2005), hal. 51
16
Nasution, Asas-Asas Kurikulum, hal. 80.
17
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, cet. II (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hal. 142.
18
Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, hal. 142.

13
b. Kelebihan Nadzariyatul Furu’
a) Organisasi kurikulum ini sederhana dan mudah direncanakan.
b) Sistem ini memudahkan guru untuk lebih menfokuskan pada satu bidang
pelajaran, misalnya pembelajaran nahwu atau sharf saja.
c) Sistem ini merupakan alternative bagi guru yang pasif berbahasa Arab
ketika hendak mengajarkan tata bahasa Arab.
d) Guru dapat memperdalam masalah-masalah yang harus dipelajari oleh siswa
sesuai dengan bidang studi masing-masing, dan lainlainnya

c. Kekurangan Nadzariyatul Furu’


a) Sistem ini tidak sama dan seimbang. Kadang-kadang guru hanya
mementingkan tata bahasa saja dan kurang mementingkan keterampilan yang
lain seperti membaca. Akibatnya siswa pintar ilmu nahwu tetapi tidak bias
membaca dan bercakap-cakap dalam bahasa Arab.
b) Menurut teori ini bahasa itu dipecah-pecah, sehinga rusak inti sari bahasa dan
keluar dari tabiaat aslinya.19
c) Kesempatan siswa untuk menguasai empat keterampilan bahasa menjadi
berkurang.
d) Terkadang terjadi tumpang tindih materi yang diajarkan oleh seorang guru
dengan guru lainnya, dan lain-lainnya

2) Nadzariayul Wahdah
a. Pengertian Nadzariayul Wahdah
Nadzariayul Wahdah adalah sistem pengajaran bahasa yang memandang
kepada bahasa itu sendiri sebagai bahasa, bahwa bahasa sebagai alat komunikasi
antara manusia merupakan keutuhan dan kebulatan, kait mengait atau saling
berhubungan, tidak berbagi-bagi dan berbeda-beda.20

19
Mahmud, Metodik, hal. 28.
20
Teori ini pernah diperkenalkan oleh Abul Abbas al-Mubarrad (pakar ilmu bahasa mazhab Bazrah, 826-898 M)
dalam kitabnya al-Kamil. Madjidi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, hal. 10.

14
Sedangkan teori wahdah memiliki Correlated curriculum. Correlated
curriculum adalah bentuk kurikulum yang disusun dengan tujuan supaya ada
21
hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain. Correlated
curriculum merupakan suatu bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya
suatu hubungan (korelasi) antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
yang lainnya, tetapi tetap memperhatikan karakteristik tiap bidang studi tersebut.
Sedangkan pendapat lain yang senada menyatakan, correlated curriculum
mengandung makna bahwa sejumlah mata pelajaran dihubungkan antara yang
satu dengan yang lain, sehingga ruang lingkup bahan yang tercakup semakin
luas. Bentuk kurikulum ini adalah usaha untuk mengurangi kelemahan yang ada
pada subject-mater curriculum. Sistem ini disebut juga dengan metode unit atau
Unit Method. Unit artinya bagian-bagian yang memiliki kesatuan
lengkap dan bulat (terpadu).22
System ini dalam bahasa Inggris disebut Ingtegrated System/All in One
system. Teori kesatuan dalam pembelajaran bahasa ialah kita memandang kepada
bahasa sebagai satu kesatuan yang saling berkaitaan dan berhubungan erat, dan
tidak memandangnya sebagai bagian-bagian yang terpisah-pisah dan berbeda-
beda.23
Usaha menintegrasikan bahan pelajaran dari berbagai materi pelajaran
menghasilkan kurikulum terpadu. Integrasi ini tercapai dengan memusatkan
pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan persamaan pandangan dengan
pemecahannya dengan bahan dari segala macam matapelajaran yang diperlukan.
Bahan mata pelajaran menjadi instrumental dan fungsional untuk memecahkan
masalah-masalah tersebut.
Dengan system ini batas-batas antar mata pelajaran dapat ditiadakan.
Bentuk kurikulum ini membuka kesempatan yang lebih besar untuk mengadakan
kerja kelompok, memanfaatkan masyarakat dan lingkungan sebagai sumber
belajar, memperhatikan perbedaan individual, serta dapat melibatkan siswa dalam
21
Nasution, Asas-Asas Kurikulum, hal.80.
22
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Cet. II (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1997), hal. 172.
23
Ahmad Fuad Efendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Penerbit Miskat,.. )hal. 79.

15
perencanaan pelajaran. Selain memperoleh sejumlah pengetahuan secara
fungsional, kurikulum ini mengutamakan proses belajarnya.
Menurut teori ini dibuat suatu judul, atau tema bacaan untuk menjadi
pokok bahasan atau pusat semua pelajaran, lalu dari judul atau tema ini dibuat
bacaan pula (muthala’ah), percakapan, (hiwar), tata bahasa (nahmu/sharf),
mengarang terarah (insya’ muwajjah), dikte (imla’) dan latihan-latihan bahasa
gramatikal dan kegiatan proses belajar mengajar bahasa.24
Oleh karena itulah, teori ini menjadi sangat dominan digunakan pada
masa-masa awal pengajaran bahasa dan penyusunan buku-buku tentang bahasa.
Kitab al-Kamil karya al-Mubarrad termasuk buku yang dinilai sebagai buku
percontohan yang dalam penyususnan menggunakan teori atau cara ini. Dalam
buku ini ditampilkan teks (nash), kemudian dianalisis dari aspek kebahasaannya,
struktur nahwu dan sharfnya, serta aspek-aspek lainnya.
Teori kesatuan ini tidak mengenal adanya pengkhususan jam pelajaran
tertentu untuk masing-masing jenis mata pelajaran bahasa, yang ada hanya jam
pelajaran untuk bahasa Arab secara u mum. Teori ini terkesan sesuai dengan
realitas penggunaan bahasa yang memadukan berbagai unsur dan keterampilan
berbahasa secara utuh baik penggunaan bahasa secara lisan atau tulisan.

b. Kelebihan Nadzariayul Wahdah


a) Mempermudah guru untuk mengarahkan siswa kepada empat keterampilan
berbahasa.
b) Prsoses pembelajaran lebih terfokus pada metode mubasyarah.
c) Siswa lebih aktif dan fokus terhadap pelajaran bahasa Arab itu sendiri.
d) Tata bahasa yang digunakan disesuaikan pada materi yang diajarkan.
e) Mempermudah guru untuk melakukan evaluasi terhadap materi yang akan
diujikan, dan lain-lainnya.

c. Kekurangan Nadzariayul Wahdah


a) Pengetahuan siswa dalam tata bahasa (nahwu dan sharf) kurang mendalam

24
Ahmad Fuad Efendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Penerbit Miskat) hal. 79.

16
b) Guru kesulitan untuk meramu semua pelajaran yang berkaitan dengan bahasa
menjadi satu kesatuan utuh dalam bahasa Arab.
c) Bentuk ini membuat guru yang pasif berbicara bahasa Arab kesulitan dalam
mengajarkannya.
d) Alokasi waktu pembelajaran bahasa Arab kurang maksimal, dan lain-lainnya.

C. Ketatalaksanaan Kurikulum
Jika kita bicara dalam hal manajemen kurikulum, maka kita akan menemukan hal-
hal yang harus di manajemen atau diatur dalam tingkatan yang membutuhkan suatu hal
yang perlu diperhatikan dengan teliti. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengontrolan
dan pengevaluasian. Hal ini bertujuan agar apa yang sudah likakukan dalam tahap-tahap
itu dapat terlaksana dengan baik. Melihat dari hal ini ketatalaksanaan kurikulum juga
perlu diperhatikan, memerhatikan dalam pola atau desain bahan kurikulum yang
tujuannya untuk mempermudah peserta didik dalam mempelajari bahan pelajaran serta
mempermudah peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan optimal25.
Disamping itu ketatalaksanaan kurikulum bertugas menyediakan fasilitas
material, personal, maupun kondisi-kondisi supaya kurikulum dapat terlaksana secara
kontinyu. Maka dari itu, pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua, yaitu26:
1. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini langsung ditangani oleh
kepala sekolah. Selain bertanggung jawab supaya kurikulum dapat terlaksana di
sekolah, kepala sekolah juga berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yaitu
menyusun kalender akademik yang akan berlangsung di sekolah selama satu tahun,
menyusun jadwal pelajaran dalam satu minggu, pengaturan tugas dan kewajiban guru,
dan lain-lain yang berkaitan tentang usaha untuk pencapaian tujuan kurikulum.
2. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini dibagi dan ditugaskan
langsung kepada para guru. Pembagian tugas ini di antaranya meliputi:
a. Kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar.
b. Pembinaan kegiatan ekstrakulikuler yang berada diluar ketentuan kurikulum
sebagai penunjang tujuan sekolah
25
Nurul Huda, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Al-Tanzim: Jurnal manajemen Pendidikan Islam, Vol. 1 No.
2, 2017, Hal. 61.
26
Dadang Suhardan dkk, 2009, Manajemen Pendidikan, (Bandung; Alfabeta). Hal, 193.

17
c. Kegiatan bimbingan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang
berada dalam diri peserta didik dan membantu peserta didik dalam memecahkan
masalah.

D. Pengembangan Kurikulum
Setelah diketahui bagaimana pelaksanaan manajemen baik itu secara lingkup
sekolah maupun tingkat kelas yang mana keduanya saling berkesinambungan dengan
tujuan mencapai kesuksesan bersama-sama.
1. Pengertian Pengembangan Kurikulum
Menurut Audrey dan Howard Nichools dalam Arifin27 mengemukakan
bahwa pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan
belajar yang dimaksudkan untuk membawa peserta didik ke arah perubahan-
perubahan yang diinginkan serta menilai hingga sejauh mana perubahan-
perubahan itu telah terjadi pada diri peserta didik.
Berdasarkan pengertian di atas, pengembangan kurikulum sesungguhnya
adalah sebuah siklus, suatu proses berulang yang tidak pernah berakhir. Proses
kurikulum itu sendiri terdiri atas empat unsur. Pertama, tujuan, yakni mempelajari
serta menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan tentang
tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan mata pelajaran (subject
course) maupun kurikulum secara menyeluruh. Kedua, metode dan material,
yakni mengembangkan serta mencoba menggunakan metode dan material sekolah
untuk mencapai tujuan-tujuan yang serasi menurut pertim-bangan guru. Ketiga,
penilaian (assessment), yakni menilai keberhasilan pekerjaan yang telah
dikembangkan dalam kaitan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya atau
mengembangkan tujuan-tujuan baru. Keempat, feedback, yakni umpan balik dari
semua pengalaman yang telah diperoleh, yang pada gilirannya menjadi titik tolak
bagi studi selanjutnya.

2. Prinsip Pengembangan Kurikulum

27
Zainal Arifin, (2012). Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam.Jogjakarta: Diva Press. Hal.
42.

18
Prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikkulumm dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus, yang mana tersebut di
bawah ini28:
a. Prinsip umum
Pengembangan kurikulum mempunyai lima prinsip umum.
Pertama, relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki
kurikulum, yaitu relevansi ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu
sendiri. Relevansi ke luar maksudnya adalah tujuan, isi, dan proses belajar
yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan,
kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Selain itu, kurikulum juga
harus memiliki relevansi di dalam, yaitu ada kesesuaian atau konsistensi
antara komponen-komponen kurikulum (antara tujuan, isi, proses
penyampaian, dan penilaian). Relevansi internal ini menunjukkan suatu
keterpaduan kurikulum. Kedua, fleksibilitas. Kurikulum hendaknya
memiliki sifat lentur atau fleksibel. Kurikulum yang baik adalah yang
berisi hal-hal solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan
terjadinya penye-suaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu,
maupun kemampuan, dan latar belakang peserta didik. Ketiga, kontinuitas
atau kesinambungan. Perkembangan dan proses belajar peserta didik
hendaknya berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus
ataupun berhenti-henti. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan secara
serempak, sehingga harus selalu ada komunikasi dan kerja sama antara
para pemegang kurikulum MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA, dan perguruan
tinggi.
Keempat, praktis. Kurikulum hendaknya mudah dilaksanakan,
menggunakan alat-alat sederhana, dan biaya murah. Prinsip ini juga
disebut prinsip efisiensi. Kelima, efektivitas. Walaupun kurikulum
tersebut harus,sederhana dan murah tetapi keberhasilannya tetap harus
diperhatikan.
b. Prinsip Khusus,
Nana Syaodih Sukmadinata,cet.ke-14, (2011).Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
28

Rosadakarya. Hal. 150-151.

19
Adapun prinsip-prinsip khusus yang akan disebutkan dalam ini
adalah sesuatu yang bertujuan untuk memudahkan dalam hal
pengembangan kurikulum.
1) Prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan merupakan rumusan yang bersumber kepada:
i. Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah yang dapat ditemu-kan
dalam dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan, serta
strategi pembangunan, termasuk di dalamnya pendidikan.
ii. Survey mengenai persepsi orang tua atau masyarakat tentang
kebutuhan mereka yang dikirimkan melalui angket atau
wawancara.
iii. Survey tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu
yang dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan
berbagai media massa.
iv. Survey tentang manpower
v. Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama.
vi. Penelitian.
2) Prinsip yang berkenaan dengan pemulihan isi pendidikan
Perlu ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan, diantaranya adalah:
a) Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk
perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Semakin umum
suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan, semakin sulit menciptakan
pengalaman belajar.
b) Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
c) Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan
sistematis.
3) Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
Beberapa hal yang perlu diperhatikan bersama:
a) Apakah metode yang digunakan cocok untuk mengajar?
b) Apakah metode memberikan kegiatan yang bervariasi?

20
c) Apakah metode memberikan urutan kegiatan bertingkat-tingkat?
d) Apakah metode tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai
tujuan kognitif, afektif, psikomotor?
e) Apakah metode mengaktifkan peserta didik, guru, atau keduanya?
f) Apakah metode dapat mendorong berkembangnya kemampuan baru?
g) Apakah metode menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan
rumah?
h) Untuk belajar keterampilan lebih ditekankan learning by doing
disamping learning by seeing and knowing.
4) Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Dalam pemilihan alat dapat mempertimbangkan hal-hal berikuti ini:
a) Alat atau media pengajaran apa yang diperlukan.
b) Pembuatan alat memperhatikan siapa pembuat, biaya, waktu
pembuatan.
c) Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, modul,
paket belajar, atau lainnya.
d) Bagaimana pengintegrasian dalam keseluruhan kegiatan belajar.
e) Hasil terbaik dengan menggunakan multimedia.
5) Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
Prinsip-prinsip yang harus dilakukan adalah:
a) Penyusunan alat penilaian (tes).
b) Perencanaan suatu penilaian.
c) Pengolahan suatu hasil penilaian.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum


Perkembangan sekolah tidak bisa lepas dari factor internal maupun
eksternal dalam artian lingkuangan pendidikan yang saling mendukung untuk
berkembangnya kurikulum yang dipakai. Adapun, hal-hal yang menjadikan
kekuatan dan pengaruh-pengaruh yang ada adalah:

21
a. Perguruan Tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari PT (Perguruan
Tinggi).Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu
pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru di Perguruan Tinggi
Keguruan, yaitu: Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)29.
Jenis pengetahuan yang dikembangkan di Perguruan Tinggi akan
mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum.
Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung
pengembangan alat bantu dan media pendidikan. Kurikulum Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama
melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang
dihasilkannya. Penguasaan ilmu, baik ilmu pendidikan maupun bidang studi serta
kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan
dan implementasi kurikulum di sekolah.
b. Masyarakat.
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiap-kan anak
untuk kehidupan bermasyarakat. Sebagai bagian dari agen di masyarakat, sekolah
sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dimana sekolah tersebut berada.
Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan
dan kebutuhan masyarakat di sekitarnya.
c. Sistem Nilai
Masyarakat umumnya heterogen dan multifaset, banyak nilai yang
berkembang di masyarakat. Masyarakat memiliki kelompok etnis, kelompok
vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, kelompok spiritual. Dalam
masyarakat juga terdapat aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, estetika, etika,
keagamaan, dan lain sebagainya. Sistem nilai itu juga berpengaruh pada
kurikulum di sekolah baik secara tujuan, isi, metode, maupun evaluasi.

29
Nana Syaodih Sukmadinata,cet.ke-14, (2011).Pengembangan Kurikulum….., hal. 158.

22
4. Hambatan-hambatan dalam Kurikulum
Hal-hal yang menjadi penghambat perkembangan kurikulum dianaranya adalah
guru, biaya, kurikulum dan partisipasi orang tua wali dan masyarakat30.
a. Guru
Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, hal ini
disebabkan oleh beberapa antara lain: karena kurang waktu, kurang kesesuaian
antara sesama guru maupun kepala sekolah dan administrator, kemampuan dan
pengetahuan guru sendiri yang masih belum memadai.
b. Biaya
Untuk pengembangan kurikulum, apalagi yang berbentuk kegiatan
eksperimen baik metode, isi, atau sistem secara keseluruhan membutuhkan biaya
yang sering tidak sedikit.
c. Perbedaan Persepsi Kurikulum
Persepsi adalah anggapan dasar terhadap suatu objek yang muncul
pemikiran seseorang. Perbedaan persepsi ini akan mengganggu implementasi
kurikulum di lapangan, misalnya ketika seorang guru memiliki persepsi yang
berbeda dengan kepala sekolah, kepala dinas, perguruan tinggi, maka hal ini
mengakibatkan inkoherensi dalam pencapaian standar isi dan kompetensi yang
ingin dibelajarkan kepada siswa.
d. Sistem Nilai yang Heterogen
Masalah yang juga dihadapi oleh pengembang kurikulum adalah bahwa
dalam masyarakat nilai itu tidak hanya satu. Masyarakat memiliki kelompok etnis,
kelompok vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, spiritual, dan
sebagainya yang tiap kelompok itu memiliki nilai yang berbeda.
e. Kurangnya Kolaborasi dan Koordinasi antara Ahli Teoritis dan Praktisi.
Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas konsep-konsep
dalam ilmu namun juga atas dasar perubahan perkembangan tuntutan kehidupan
masyarakat. Dalam pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kondisi jaman
maka dibutuhkan kolaborasi antara para ahli teorisi (ahli pendidikan dan ahli
30
Zaenul Fitri, Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam Dari Normatif – Filosofis ke Praktis, (Bandung: Alfabeta,
2013), hal. 130.

23
kurikulum) yang mempunyai wawasan dalam bidang keilmuan dengan para
praktisi yang mengimplementasikan pelaksanaan pengembangan kurikulum di
lapangan. Jika terjadi kurangnya kolaborasi dan koordinasi antara ahli teori
dengan ahli praktik maka pengembangan kurikulum tidak akan berjalan dengan
efektif efisien.
f. Masyarakat
Masyarakat disini sebagai sumber input bagi sekolah. Keberhasilan
pendidikan, ketepatan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan, serta
input fakta dan pemikiran dari masyarakat.
g. Kurangnya Partisipan Orang Tua Murid.
Orang tua juga memiliki peranan dalam pengembangan kurikulum baik
dalam penyusunan maupun pelaksanaan kurikulum. Meskipun dalam penyusunan
kurikulum tidak semua orang tua mampu karena hanya orang tua yang memiliki
kemampuan memadai dalam hal itu, namun dalam pelaksanaan kurikulum orang
tua memiliki peranan yang besar. Terutama dalam pelaksanaan kurikulum di
rumah, yaitu dengan mengamati dan mengikuti kegiatan belajar anaknya di
rumah. Orang tua juga dapat berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah seperti
diskusi, lokakarya, seminar, pertemuan orang tua-guru, pameran sekolah, dan
sebagainya.

BAB III
KESIMPULAN

Manajemen kurikulum adalah suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif,


komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan
kurikulum. Lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan evaluasi kurikulum.

24
Organisasi Kurikulum Bahasa Arab dibagi menjadi dua yaitu nadzariyatul furu’ dan
nadzariyatul wahdah. Nadzariyatul Furu’ yaitu organisasi kurikulum pengajaran bahasa Arab
yang membagi-bagi pelajaran bahasa Arab kedalam berbagai cabang. Sedangkan Nadzariayul
Wahdah adalah sistem pengajaran bahasa yang memandang kepada bahasa itu sendiri sebagai
bahasa, bahwa bahasa sebagai alat komunikasi antara manusia merupakan keutuhan dan
kebulatan, kait mengait atau saling berhubungan, tidak berbagi-bagi dan berbeda-beda.
Ketatalaksanaan kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengontrolan dan
pengevaluasian. Sedangkan pelaksanaan kurikulum sendiri dibagi menjadi dua, yaitu
pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini langsung ditangani oleh kepala
sekolah, dan pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini dibagi dan ditugaskan
langsung kepada para guru.
Pengembangan kurikulum adalah sebuah siklus, suatu proses berulang yang tidak pernah
berakhir. Proses kurikulum itu sendiri terdiri atas empat unsur, yaitu, tujuan, metode dan
material, penilaian (assessment), dan feedback. Kemudian untuk mengembangkan kurikulum
harus berdasarkan dua prinsip yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.

Daftar Pustaka

Ahmad dkk. 1990. Pengembangan Kurikulum. Bandung: C.V. Putaka Setia.


Arifin, Zainal. 2012. Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam. Jogjakarta:
Diva Press.
Efendy, Ahmad Fuad. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Penerbit Miskat.

25
Fitri, Zaenul. 2013. Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam Dari Normatif – Filosofis ke
Praktis. Bandung: Alfabeta.
Hamalik, Oemar. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Huda, Nurul. 2017. Manajemen Pengembangan Kurikulum, Al-Tanzim: Jurnal manajemen
Pendidikan Islam, Vol. 1 No. 2.
Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, cet. II. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Madjidi, Busyairi. 1994. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Penerapan Audio lingual
Method dalam All in One System). Yogyakarta: Sumbangsih Offset.
Muhammad Ali. 2005. Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Cet. IV. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Nasution. 2005. Asas-Asas Kurikulum, cet. VI. Jakarta: PT. bumi Aksara.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta:PT. Rajagrafindo.
Samak, Muhammad Sholeh. 1998. Fannu Tadris. Kairo: Darul Fikr al-Arab.
Sudjana, Nana. 2005. Pembinaan dan Pengebangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Suhardan, Dadang dkk. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosadakarya.
Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar. 1997. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

26

Anda mungkin juga menyukai