Anda di halaman 1dari 58

Syaikh Ahmad bin Abdullah al-Hanai

ADAB-ADAB
SHALAT TARAWIH

Diterjemahkan dan ditambahkan penjelasan oleh:


Abu Usaid Zaki Rakhmawan
Rekening Donasi Kegiatan MDI
Multaqa Du’at Indonesia,
Bank Syariah Mandiri:
711 615 0578 a.n Multaga Du’at.

Telegram: Telegram.me/multaqaduat

Fanspage: www.facebook.com/multaqaduat

Streaming Live: www.facebook.com/multaqaduat

Youtube: https://www.youtube.com/c/multaqaduat

instagram: Instagram.com/multaqaduat

Multaqa Duat Info : 089646749969

Diterjemahkan dan diberikan penjelasan oleh:


Zaki Rakhmawan Abu Usaid hafizhahullah
Pedoman Transliterasi

Latin Arab Latin Arab Latin Arab


q ‫ق‬ z ‫ز‬ - ‫ا‬
k ‫ك‬ s ‫س‬ b ‫ب‬
l ‫ل‬ sy ‫ش‬ t ‫ت‬
m ‫م‬ sh ‫ص‬ ts ‫ث‬
n ‫ن‬ dh ‫ض‬ j ‫ج‬
w ‫و‬ th ‫ط‬ h ‫ح‬
h ‫ـه‬ zh ‫ظ‬ kh ‫خ‬
’ ‫ء‬ ‘ ‫ع‬ d ‫د‬
y ‫ي‬ gh ‫غ‬ dz ‫ذ‬
f ‫ف‬ r ‫ر‬
Untuk madd, liin, dan tasydid:
‫ آ‬aa ‫ أ َْو‬au
‫إِ ْي‬ ii ‫َي‬
ْ‫أ‬ ai
‫أ ُْو‬ uu ّ huruf ditulis double
َ َ ‫اب ِق َيام َر َم َض‬
ِ ‫ان أ ِو التَّ َر‬
‫او ْي ِح‬ ِ ُ ‫آد‬
َ
ADAB- ADAB SHOLAT TARAWIH
Penulis:
Syaikh Ahmad bin Abdullah al-Hanai

Penerjemah dan Penambah Penjelasan:


Zaki Rakhmawan Abu Usaid

Setting dan Layout:


Tim MDI
Design Sampul
Tim MDI ‫المسار اإلداري‬

Diterbitkan oleh :
MDI
Yayasan Multaqa Du’at Indonesia
PENGANTAR PENERBIT

S egala puji bagi Allah Ta’ala yang telah mencurahkan


berbagai nikmat kepada hamba-hambaNya. Tak lupa
semoga sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada
baginda Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, keluarganya, para sahabat-
nya, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Buku yang ringkas berjudul “ADAB-ADAB SHOLAT TARAW-
IH” dimana judul aslinya adalah ADABU QIYAM RAMAD-
HAN AWIT TARAWIH:
‫ضا َن أَ ِو التـََّرا ِويْ ِح‬ ‫م‬‫ر‬ ِ
‫ام‬ ‫ي‬ِ‫آداب ق‬
َ ََ َ ُ َ
Ini merupakan buah karya dari Syaikh Ahmad bin Abdul-
lah al-Hanai Al-Emiraty hafizhahullah, Pengajar di AWQAF
UAE dan diterjemahan disertai dengan tambahan penjela-
san oleh Ustadz Zaki Rakhmawan Abu Usaid hafizhahullah.
Buku ini berisi tentang poin poin ringkas dan ilmiyah sep-
utar adab sholat tarawih. Dan penerjemah telah meminta
izin langsung kepada Syaikh Ahmad bin Abdullah al-Hanai
hafizhahullah untuk penterjemahannya dan diizinkan. Se-
moga buku yang ringkas ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan penerjemah khususnya, serta para pembaca dan kaum
muslimin umumnya. Dan semoga Allah Azza Wa Jalla men-
jadikan penulisan buku ini sebagai amal yang ikhlash dan
diterima di sisi-Nya.
Penerbit Yayasan Multaqa Du’at Indonesia,
Magelang, 25 Sya’ban 1441 H/18 April 2020
ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH
PENGANTAR PENERJEMAH

‫ـت قـُلُ ْوبـُُهـ ْـم‬ َّ


‫ـ‬‫ن‬ َ
‫أ‬ ‫م‬ْ‫ط‬ ‫ا‬َ‫ف‬ ِ ‫ل الَّـ ِـذي ن ـ َّـور قـلُــوب الْم ْؤِمنِــن ِبلْمع ِرفَـ‬
‫ـة‬ َِِّ ‫اَ ْلمـ ُـد‬
ْ َ ْ َ َْ ُ َ ْ ُ َ َ ْ َْ
‫َص َحابِـ ِـه‬ ِِ ٍ ِ َّ ِ ‫ِبلتـَّو ِحيـ‬
ْ ‫صـ ِّـل َو َس ـلّ ْم َعلَــى ُمَ َّمــد َو َعلَــى آلــه َوأ‬ َ ُ ‫ـم‬
َّ ‫ـ‬‫ه‬ ‫ل‬ ‫ل‬َ‫ا‬ . ‫ـد‬ ْ ْ
‫ أ ََّمــا بـَْعـ ُـد‬.‫ـات إِ َل ي ـَ ْـوِم الْ َم ْوعُـ ْـوِد‬َ
ِ ‫الص‬
ِ ‫الـ‬ َّ ‫ا‬‫و‬ ‫ـ‬ ‫ل‬
ُ ‫م‬ِ ‫الَّ ِذيــن آمن ــوا وع‬
َ َ ُْ َ َ ْ
S egala puji bagi Allah yang telah menerangi hati
orang-orang yang beriman dengan ma’rifah, lalu
hati mereka menjadi tenang dengan tauhid. Ya Allah, se-
moga berkah dan keselamatan tercurah pada Nabi Muham-
mad ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya yang beriman dan mengerja-
kan amal shalih, hingga hari yang dijanjikan kelak.
Saudaraku para pembaca yang semoga Allah senantia-
sa melimpahkan sehat dan ‘afiat kepadamu, ini mungkin
adalah bulan Ramadhan yang sangat spesial karena Allah
menurunkan wabah Corona yang dengan itu kaum Muslim-
in diangkat derajatnya dan diampuni dosa-dosanya serta
ditinggikan kemuliaannya dibandingkan dengan umat lain-
nya. Semoga dengan hadirnya buku yang ringkas ini, dapat
memberikan bimbingan dan kemudahan untuk melakukan
sholat Tarawih yang sesuai dengan Sunnah Nabi ‫ﷺ‬. Kita
memohon kepada Allah agar mengangkat semua bahaya
dan malapetaka serta semua kesusahan dan parahnya pen-
yakit dari kita dan kaum muslimin dimanapun berada,
Zaki Rakhmawan Abu Usaid yang selalu berharap ampunan
Rabbnya.
Magelang, 25 Sya’ban 1441 H/18 April 2020
DAFTAR ISI

Adab Pertama........................................................ 8
Adab Kedua............................................................ 11
Adab Ketiga............................................................ 15
Adab Keempat...................................................... 23
Adab Kelima.......................................................... 26
Adab Keenam....................................................... 29
Adab Ketujuh........................................................ 31
Adab Kedelapan.................................................... 33
Adab Sembilan..................................................... 38
Adab Sepuluh....................................................... 39
Adab Sebelas........................................................ 45
Adab Dua belas.................................................... 47
Adab Ketiga belas................................................. 48
Adab Keempat belas............................................. 49
Adab Kelima belas................................................. 53

ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH


‫ضا َن أَ ِو التـََّرا ِويْ ِح‬ ‫م‬‫ر‬ ِ
َ ََ َ‫اب ق‬
‫ام‬ ‫ي‬ ِ
ُ ‫آد‬
َ
ADAB- ADAB SHOLAT TARAWIH

D
itulis oleh Asy-Syaikh Ahmad bin Abdullah al-Ha-
nai Al-Emiraty hafizhahullah, beliau hafizhahullah
berkata:

ADAB YANG PERTAMA


:‫ضا َن‬ ‫م‬‫ر‬ ِ
‫ام‬ ‫ي‬ ِ
َ ََ َ‫ض ُل ق‬ْ َ‫ف‬
Keutamaan Qiyam Ramadhan:

‫ضا َن إِْيَا ًان‬ ‫م‬‫ر‬ ‫ام‬َ‫ق‬


َ ََ َ ْ َ‫ن‬ ‫م‬ : ‫ﷺ‬ ِ
‫هللا‬ ‫ال َر ُس ْو ُل‬
َ َ‫ق‬.١
.‫ متفق عليه‬.‫ساابً غُ ِف َر لَهُ َما تـََق َّد َم ِم ْن َذنْبِ ِه‬ ِ‫احت‬
َ ْ ‫َو‬
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “Barangsiapa yang mendiri-
kan sholat Tarawih pada bulan Romadhon penuh dengan
keimanan dan mengharap pahala (hanya kepada Allah)
maka diampuni baginya dosa (kecil)nya yang telah lalu.
(Muttafaqun ‘Alaihi)

ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 8


(Tambahan Penjelasan):
Hadits ini riwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Ki-
tab Shohihnya no. 37 dan Muslim no. 759 ( 173). Dari
Shahabat Abu Hurairah, Shohih.
Shalat ini dinamakan tarawih yang artinya istirahat
karena orang yang melakukan shalat tarawih beristirahat 
setelah melaksanakan shalat dua raka’at. Shalat taraw-
ih termasuk qiyamul lail atau shalat malam. Akan tetapi
shalat tarawih ini dikhususkan di bulan Ramadhan saja.
Jadi, shalat tarawih atau qiyam Ramadhan adalah shalat
malam yang dilakukan di bulan Ramadhan karena seti-
ap dua kali salam orang yang melakukan sholat taraw-
ih melakukan istirahat sejenak. (Lihat Sholatul Mu’miin
hal. 450 dan Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah,
27/135)
Fawaid dari hadits diatas adalah:
1. Anjuran untuk melakukan qiyam Ramadhan dan
penjelasan besarnya pahala melakukannya.
2. Penjelasan tentang keutamaan bulan Ramadhan
dan besarnya limpahan nikmat yang Allah tetap-
kan kepada umat Islam dengan ampunan dosan-
ya yang telah lalu apabila dilakukan penuh den-
gan keimanan dan mengharapkan pahala dari
Allah Ta’ala.
3. Penjelasan tentang wajibnya jujur dan amanah
dalam beramal dan ini makna “Imaanan” penuh

9 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH


dengan keimanan yaitu berlaku jujur dan amanah
dalam beramal ketaatan kepada Allah.
4. Anjuran untuk melakukan ikhlas dalam beramal ke-
baikan karena mengharap ridha Allah, mengharap
ganjaran hanya kepada Allah saja, itulah makna
“Ihtisaaban”
5. Penjelasan bahwa Sebagian amal kebaikan dapat
menghapuskan berbagai dosa yang telah lalu. Khu-
susnya menghapuskan dosa-dosa yang kecil. Se-
dangkan dosa-dosa yang besar maka semoga Al-
lah mengampuninya. Sekiranya seorang mukmin
melakukan dosa besar maka semoga Allah merin-
gankan dosa besarnya tersebut.
6. Penjelasan bolehnya mengucapkan lafazh Ramad-
han tanpa harus disandarkan dan dikaitkan dengan
bulan, yaitu bisa disebut bulan Ramadhan ataupun
Ramadhan saja. Karena ada yang mengira bahwa
Ramadhan adalah salah satu nama dari Allah na-
mun hal ini adalah batil. Yang demikian tidak ada
dalil yang shahih dari Nabi ‫ﷺ‬. (Lihat Al-Bahrul
Mukhith ats-Tsajaaj Syarah Shohih Muslim bin al-
Hajjaaj oleh Syaikh Ali bin Adam bin Musa al-Etihio-
bi 15/661– cet. Daar Ibnil Jauzy, th. 1432 H.)



ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 10


ADAB YANG KEDUA
‫الص َل ِة بـَْع َد‬
َّ ‫ض ُل‬
َ ‫ف‬
ْ َ
‫أ‬ ‫ﷺ‬ ِ
‫هللا‬ ‫ال َر ُس ْو ُل‬
َ َ‫ ق‬.٢
)1163 : ‫ص َلةُ اللَّْي ِل (مسلم‬ ِ‫ض‬
َ َ ‫الْ َف ِري‬
‫ة‬
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “Sebaik-baik sholat setelah
Sholat Wajib adalah Sholat Malam.” (HR. Muslim no.
1163)

‫ َعلَْي ُكـ ْـم بِِقيَـ ِـام اللَّْيـ ِـل‬: ‫هللا ﷺ‬ ِ ‫ـال رســو ُل‬
ْ ُ َ َ ‫قَـ‬
‫ـام اللَّْيـ ِـل‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ ِ‫ وإِ َّن ق‬،‫الِــن قـبـلَ ُكــم‬ ِ ‫الص‬َّ ‫َب‬ ‫أ‬ ‫د‬
َ ‫ـه‬
ُ َّ
‫ـ‬ ‫ن‬‫إ‬َِ‫ف‬
َ َ َ ْ َْ َ ُ
.]3549 ‫ث [رواه الرتمذي‬
ِ ‫قـربةٌ إِ َل‬
ِْ ‫ َوَمنـَْهاةٌ َع ِن ا ِإل‬،‫هللا‬ َ ُْ
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda : “Hendaklah kalian mendi-
rikan shalat malam, sesungguhnya ia adalah kebiasaan
orang-orang Shalih sebelum kalian. Dan sesungguhnya
shalat malam akan mendekatkanmu kepada Allah, me-
meliharamu dari dosa.” (HR. at-Tirmidzi no. 3549, shohih
lihat Irwaul Ghalil no. 452)

‫«مـ ْـن‬ : ‫م‬َّ


‫ل‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ـه‬ َِّ ‫ـول‬
ِ ‫الل صلَّــى هللا َعلَيـ‬ ُ ‫ـال َر ُسـ‬
َ ‫قَـ‬
َ َ ََ ْ ُ َ
‫ َوَمـ ْـن‬،‫ـن‬ ‫ـ‬ ِ‫ت َل ي ْكتــب ِمــن الغَافِل‬ ٍ ‫آي‬ ِ
‫ر‬ ‫ـ‬ ‫ش‬ ‫ع‬ ِ
َ َ ْ َ ُْ َ ْ َ ‫ـام ب‬
َ ‫قَـ‬
11 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH
‫ـام‬ ‫ـ‬َ‫ق‬ ‫ـن‬ ‫ـ‬ ‫م‬‫و‬ ، ‫ـن‬ ‫ـ‬ِ‫ت‬ِ‫ان‬‫ق‬َ ‫ال‬ ‫ـن‬ ‫ـ‬ ِ
‫م‬ ‫ـب‬ ‫ـ‬ِ‫ت‬ ‫ك‬
ُ ٍ ‫قَــام ِبِائَـ ِـة آيـ‬
‫ـة‬
َ ْ ََ َ َ َ َ َ
»‫ـب ِمـ َـن املَُق ْن ِط ِريـ َـن‬ َ ‫ـ‬ِ‫ـف آيـ ٍـة ُكت‬
َ
ِ ‫ِبَلْـ‬
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, Barangsiapa yang “qooma
– berdiri untuk sholat malam” dengan membaca sepuluh
ayat, maka ia tidak dicatat sebagai orang yang lalai, ba-
rangsiapa yang “qooma” dengan membaca seratus ayat,
maka dicatat sebagai orang yang “qoonit”, barangsiapa
yang “qooma” dengan membaca seribu ayat, maka dicatat
sebagai orang yang mendapat pahala berlimpah ruah.

(Tambahan Penjelasan):

Sabda Nabi Sholallahu ‘alaihi wa Salaam “man qooma”,


maka waktu qooma yang dimaksud menurut keterangan
sebagian ulama adalah pada malam hari, hal ini diperkuat
dengan lafadz hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-
Hakim dalam kitabnya “al-Mustadrok” (no. 2041) dari jalan
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu secara marfu’ :

‫ب ِم َن‬ ‫ت‬ ‫ك‬


ْ ‫ي‬ ‫ل‬
َ ٍ
‫ة‬ ‫ل‬
َ ‫ـ‬ ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ف‬ِ ٍ ‫من قـرأَ ع ْشر آي‬
‫ت‬
ْ َ ُْ ْ َ َ َ ََ ْ َ
‫ني‬ ِ‫الْغافِل‬
َ َ
”Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat pada malam
hari, maka ia tidak akan dicatat sebagai orang yang lalai”
Mayoritas ulama berpendapat bahwa “qooma” yang di-

ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 12


maksud dalam hadits tersebut adalah sholat malam,
karena telah ma’ruf bahwa sholat tahajjud sering dise-
but juga dengan “Qiyaamul Lail”.
Al-‘Alamah Ali bin Sulthon rahimahullah (wafat ta-
hun 1014 H) telah berkata dalam kitab yang beliau rahi-
mahullah tulis “Mirqootul Mafaatiih Syarah Misykaatul
Mashoobih” (3/910) :

‫يل‬ِ‫ت ِف ص َلتِِه علَى التَّدبُِّر والتَّأَِن َك َذا ق‬


ٍ ‫آي‬ ‫ر‬ ‫ش‬
ْ ‫ع‬ َ
‫َم ْن قـََرأ‬
َ ّ َ َ َ َ َ َ َ
“Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dalam
sholatnya dengan mentadaburi dan pelan-pelan memb-
acanya, demikian dikatakan”.
Hal ini juga dikatakan oleh al-‘Alamah al-Muhaddits
Abdul Muhsin al-Abaad Hafidzhahullah dalam syarahnya
terhadap Sunan Abu Dawud (24/169), kata beliau :

‫لى‬ ‫ص‬ : ‫َي‬


‫أ‬ )‫ام‬َ‫ق‬ ‫ن‬ ‫(م‬ :‫ه‬َ‫ل‬‫و‬ ‫ـ‬ ‫ق‬ َّ
‫َن‬ ‫ل‬ِ ‫وه َذا ِف قِي ِام اللَّي ِل؛‬
َّ َ ْ َ ْ َ ُ َْ ْ َ ََ
َ.‫ت‬ِ ‫وقـرأَ ه َذا الِم ْق َدار ِمن اآلي‬
َ ُ َ ََ َ
“Ini adalah pada saat sholat malam, karena sabdan-
ya “man qooma” yaitu sholat dan membaca sejumlah
ayat.”
Sabda Beliau ‫“ ﷺ‬Minal Munqothoriin”, maknanya
sebagaimana dikatakan oleh asy-Syaikh Ali bin Sulthon
rahimahullah :

13 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH


‫َج ِر‬
‫ال‬ْ ‫ن‬ ِ ‫ِمن الْم ْكثِ ِرين‬
‫م‬
ْ َ َ ُ َ
“Termasuk orang yang mendapatkan pahala yang sangat
banyak.” (Lihat “Mirqootul Mafaatiih syarah Misykaatul
Mashoobih” (3/910))
Asy-Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abaad hafizhahullah
juga berkata :

‫َج ْوِر ال َكبِيـَْرِة‬


‫أل‬ ‫ا‬
‫و‬ ، ِ
‫م‬ ‫ي‬ ِ ‫الَّ ِذين َيصلُو َن علَى األَج ِر الع‬
‫ظ‬
ُ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َْ
‫الو ِاس َع ِة‬
َ
“Yaitu orang-orang yang mendapatkan pahala yang
sangat agung, pahalanya sangat banyak dan amat luas”
(Lihat Syarah Sunan Abi Dawud 24/169)
Fawaid yang bisa diambil dari hadits diatas adalah:
1. Anjuran untuk melakukan qiyam Ramadhan dan
penjelasan besarnya pahala melakukannya.
2. Penjelasan tentang qiyam Ramadhan yang lebih
utama adalah dilakukan dengan berjama’ah.
3. Qiyam Ramadhan adalah sebagai bentuk untuk
menghidupkan malam pada bulan Ramadhan
yang penuh dengan kebarokahan.
4. Kebiasaan orang-orang shalih terdahulu adalah
dengan mengerjakan Qiyamul Lail maka ketika
ramadhan pun Qiyam Ramadhan adalah sesuatu

ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 14


amalan yang sangat dianjurkan untuk dilakukan.
5. Pahala yang berlimpah bagi orang yang memba-
ca 10 ayat bahkan sampai 100 ayat dalam rang-
ka mendirikan sholat malam, terlebih lagi ketika
pada bulan Ramadhan.
6. Keutamaan membaca ayat tersebut berlaku un-
tuk qiyam ramadhan yaitu berdiri untuk melaku-
kan sholat malam di bulan ramadhan bukan han-
ya sekedar membaca saja.


ADAB YANG KETIGA

‫«مــا‬ : ‫ـا‬ ‫ـ‬ ‫ه‬ ‫ـ‬ ‫ن‬‫ع‬ َّ


َْ َ ُ َ َ ُ َ ‫ـت َعائ‬
‫الل‬ ‫ـي‬ ‫ـ‬ ِ
‫ض‬ ‫ر‬ ‫ة‬ ‫ـ‬ ‫ش‬ ِ ْ ‫ قَالَـ‬. ٣
َ
‫صلَّــى هللاُ َعلَْيـ ِـه َو َس ـلَّ َم يَ ِزي ـ ُد‬ َِّ ‫ـول‬
‫الل‬ ُ ‫َكا َن َر ُسـ‬
َ
‫ـرِه َعلَــى إِ ْح ـ َدى َع ْشـ َـرَة‬ ِْ ‫ضــا َن َوالَ ِف غَـ‬ َ ‫ِف َرَم‬
‫ـل َعـ ْـن ُح ْســنِ ِه َّن‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫ـ‬ ‫ف‬ ،‫ـا‬ ‫ـ‬‫ع‬ ِ
ْ َََ َ ًَ ْ ‫صل‬
‫ـ‬ ‫ب‬‫َر‬ ‫أ‬ ‫ـي‬ ‫ـ‬ّ َ ُ‫َرْك َع ـةً ي‬
‫ـل َعـ ْـن‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫ـ‬ ‫ف‬
َ ،‫ـا‬ ‫ـ‬‫ع‬ ‫ـ‬ ‫ب‬‫َر‬‫أ‬ ‫ـي‬ ‫ـ‬ِّ
‫ل‬ ‫ص‬ ‫ي‬ ‫ث‬
َُّ ، ‫ـن‬ ِِ
َّ ‫َوطُول‬
‫ـ‬
ْ ََ َ ًَ ْ َُ
)‫صلِّــي ثَـاَ ًث» (متفــق عليــه‬ َُ ‫ي‬ ‫ث‬
َُّ ، ‫ـن‬
َّ ِِ
‫ـ‬ ‫ول‬‫ط‬
ُ ‫و‬
َ ُْ ‫ن‬
َّ ِ
‫ه‬ ِ‫حســن‬
Aisyah Radhiallahu’anha berkata, tidaklah Rasulullah ‫ﷺ‬

15 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH


melakukan shalat malam di bulan ramadhan dan dibu-
lan-bulan lainnya lebih dari sebelas raka’at. Beliau shalat
empat raka’at dan jangan kamu tanya tentnag bagus dan
panjangnya kemudian beliau shalat empat raka’at lagi dan
jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya kemu-
dian beliau shalat tiga raka’at. (Muttafaqun’alaihi)
(Tambahan Penjelasan):

Hadits ini ada di Shahih Al-Bukhari no. 1147, 2013,


Muslim no. 738 (125)), Abu Dawud no. 1341, dan at-Tir-
midzi no. 441.
BAGAIMANA DENGAN ORANG YANG MELAKUKAN
SHOLAT TARAWIH 4 ROKA’AT 4 ROKA’AT 3 ROKA’AT?
Berdasarkan keumuman hadits diatas maka ada dua
pendapat yaitu tercantum di dalam kitab Thorhut Tatsri-
ib Fi Syarhit Taqriib oleh Al-Hafizh Abu al-Fadhl Al-’Iroqy
(cet. Darul Badr, th. 1436 H) menyatakan ada 2 pendapat
tentang hal tersebut:
PENDAPAT PERTAMA:

ِ ْ َ‫ضــل ِف َنفِلَـ ِـة اللَّْيـ ِـل أَ ْن يُسـلِّم ِمـ ْـن ُك ِل رْك َعت ـ‬
‫ـن َوُهـ َـو‬ َّ ‫أ‬
َ ْ‫َن ْالَف‬
ٍَ ّ َ َ ِ ِ َ ِ
‫الُ ْم ُهوِر‬
ْ ‫ف َوُمَ َّمد َو‬ ‫وس‬ ‫ي‬ ‫َب‬
َ ُ ُ َ َ َْ َ ِّ‫أ‬‫و‬ ‫د‬ ‫َح‬ ‫أ‬
‫و‬ ‫ي‬ِ ‫ع‬ ‫َّاف‬
‫الش‬
‫و‬ ‫ك‬ٍ ‫قـَْو ُل َمال‬
ِ ِ‫الس ِن الْبص ِر ِي وسع‬ َ
‫يد‬ َ َ ّ ْ َ َ َْ ‫َوَرَواهُ ابْ ُن أَِب َشيـْبَةَ َع ْن أَِب ُهَريـَْرَة َو‬

ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 16


‫الل بْـ ِن‬ َِّ ‫ـاس وسـ ِـال بـ ِن عبـ ِـد‬ ٍ ‫ـ‬‫ب‬
َّ ‫ع‬ ‫ن‬ِ ‫ـ‬ ‫اب‬ ‫ل‬َ ‫ـو‬‫ـ‬‫م‬ ‫ة‬
َ ‫ـ‬ ‫م‬ِ
‫ر‬ ‫ك‬
ْ ِ ‫بـ ِن جب ـ ٍـر و‬
‫ع‬
ْ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َْ ُ ْ
‫َّخعِـ ّـي َو َغ ِْيِهـ ْـم َو َحـ َك ُاه‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ـم‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ ِ ‫عمــر وُم َّمـ ِـد بـ ِن ِسـ ِرين وإِبـر‬
‫اه‬
َ َ َْ َ َ ْ َ َ َ َُ
‫ـث بْـ ِن َسـ ْـع ٍد َو َح ـ َكاهُ ابْـ ُـن َعْبـ ِـد الْب ـَ ِّـر‬ ِ ‫ابــن الْمْنـ ِـذ ِر عــن اللَّيـ‬
ْ َْ ُ ُْ
‫ي ِف َج ِامعِ ِه‬ ِ ِ
ُّ ‫الت‬
‫ذ‬ ‫م‬ ّْ ِ ‫ال‬ َ َ‫َع ْن ابْ ِن أَِب لَيـْلَى َوأَِب ثـَْوٍر َوَد ُاود َوق‬
‫صـ َـا َة اللَّْيـ ِـل َمث ـْ َـى‬ َّ
‫َن‬ ‫أ‬ ‫م‬ِ ‫ـ‬ ‫ل‬
ْ ِ‫والْعمــل علَــى ه ـ َذا ِعْنـ َـد أَهـ ِـل الْع‬
َ ْ َ َ ُ ََ َ
‫الشــافِعِ ِّي‬ َّ ‫ي َوابْـ ِن الْ ُمبَـ َـارِك َو‬ ِّ ‫َمث ـْ َـى َوُهـ َـو ق ـَ ْـو ُل ُس ـ ْفيَا َن الث ـَّ ْـوِر‬
.‫اق انـْتـََهــى‬ َ ‫ـح‬ ِ ْ ‫وأ‬
َ ‫َحَـ َـد َوإ ْسـ‬ َ
Sesungguhnya yang paling afdhal adalah 2 rakaat salam
– 2 rakaat salam. Ini merupakan pendapat – Imam Malik,
Imam as-Syafii, Imam Ahmad, Abu Yusuf, Muhammad bin
Hasan dan jumhur ulama (mayoritas ulama) –. Sementara
Ibnu Abi Syaibah menyebutkan bahwa ini juga pendapat
yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Hasan al-Bashri, Said bin Jubair, Ikrimah (mantan budak
Ibnu Abbas), Salim putra Ibnu Umar, Muhammad bin Si-
rin, Ibrahim an-Nakhai dan yang lainnya. Ibnul Mundzir
menyebutkan dari al-Laits bin Sa’d dan juga disebutkan
oleh Ibnu Abdil Barr dari Ibn Abi Laila dan Abu Tsaur dan
Dawud begitupula at-Tirmidzi dalam Jami’nya dan melaku-
kan sholat Malam dua roka’at dua rokaat adalah pendapat
Sufyan at-Tsaury, Ibnul Mubarak, as-Syafi’i, Ahmad dan
Ishaq bin Rahawaih. (selesai nukilan)

17 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH


Dan pendapat pertama ini yang lebih benar. Alasann-
ya adalah sebagai berikut:
Pertama: Penjelasan A’isyah radhiyallahu ‘anha menge-
nai makna pernyataan beliau 4 rakaat – 4 rakaat itu ada-
lah umum. Dalam riwayat lain disebutkan lebih detail lagi,
Ibunda Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,

‫صالَِة الْعِ َش ِاء‬ ‫ن‬ ِ‫غ‬


َ ْ ُ َْ َ َْ َ ‫صل‬
‫م‬ َ ‫ر‬ ‫ف‬‫ـ‬ ‫ي‬ ‫ن‬
ْ َ
‫أ‬ ‫ي‬ ‫ـ‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ى‬ ِ
ّ َ ُ‫َّب ﷺ ي‬ُّ ِ‫َكا َن الن‬
‫ي َويُوتُِر‬ِ َْ‫إِ َل الْ َف ْج ِر إِ ْح َدى َع ْشرَة رْك َعةً يُسلِّم ِف ُك ِل اثْنـَتـ‬
ّ َُ َ َ
‫اح َد ٍة‬
ِ ‫بِو‬
َ
Nabi ‫ﷺ‬ melakukan shalat 11 rakaat antara isya sampai
subuh. Beliau ‫ ﷺ‬salam di setiap 2 rakaat, dan melakukan
witir dengan 1 rakaat. (HR. Ahmad no. 25105, an-Nasai
no. 685, Ibnu Majah no. 1358, ad-Daruquthny no. 1545
dan Syaikh Syu’aib al-Arnauth rahimahullah mengatakan,
Isnadnya shohih sesuai syarat imam al-Bukhari dan Mus-
lim (perawi yang dipakai oleh Imam al-Bukhori dan Mus-
lim).
Kedua: Hal ini lebih sesuai dengan tata cara yang diajar-
kan Nabi ‫ﷺ‬.
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma (wafat
73 H), bahwa ada seorang sahabat yang bertanya kepa-
da Nabi ‫ﷺ‬ mengenai tata cara shalat lail. Lalu beliau ‫ﷺ‬

ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 18


menjelaskan,

‫صلَّى‬ ‫ح‬‫ب‬ ‫الص‬


ُّ ‫م‬ ‫ك‬
ُ ‫د‬
ُ ‫َح‬
‫أ‬ ‫ي‬‫ش‬ِ ‫ فَِإ َذا خ‬،‫صالَةُ اللَّي ِل مثـن مثـن‬
َ َْ ُ َ َ َ َْ َ َْ َ ْ َ
‫صلَّى‬ ‫د‬ْ ‫ق‬
َ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ر‬ِ‫اح َد ًة تُوت‬
ِ ‫رْكعةً و‬
َ َُ ُ َ ََ
“Shalat malam itu dua raka’at-dua raka’at. Jika kalian ta-
kut masuk waktu shubuh, maka shalatlah satu raka’at, un-
tuk menjadi witir bagi shalat-shalat sebelumnya.” (HR. al-
Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749(145))
Oleh karena itu, yang lebih afdhal dikerjakan 2 rakaat
salam – 2 rakaat salam.
PENDAPAT KEDUA:
Imam Al-Iraqi rahimahullah (wafat tahun 806 H) dalam
kitabnya Tharhu at-Tatsrib menukil pendapat Abu Hanifah
rahimahullah (wafat tahun 150 H),

‫اء‬ ‫ش‬ ‫ن‬ ِ


‫إ‬‫و‬ ‫ا‬ ‫ع‬ ‫ـ‬ ‫ب‬
‫َر‬‫أ‬ ‫ا‬ ‫ع‬ ‫ـ‬ ‫ب‬
‫َر‬‫أ‬ ‫ي‬ِ‫ال أَبو حنِي َفةَ ْالَفْضل أَ ْن يصل‬
ْ
َ َ َ ًَ ْ ًَ ْ َِ َ ُ ُ َ ِ ّ َ ُ َ َ‫َوق‬
ِّ ُ‫ي َوإِ ْن َشاءَ ستًّا َوإِ ْن َشاءَ َثَانيًا َوتُ ْكره‬
‫الزَي َدةُ َعلَى‬ ِ َْ‫رْك َعتـ‬
َ ِ َ
.‫ك‬ َ ‫َذل‬
Abu Hanifah rahimahullah mengatakan, yang afdhal
(lebih utama) shalatnya dikerjakan 4 rakaat – 4 rakaat. Jika
dia mau, boleh 2 rakaat. Jika dia mau, boleh 6 rakaat, dan
jika dia mau, boleh 8 rakaat salam. Dan makruh lebih dari

19 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH


itu. (Thorhut Tatsriib, 3/74).
Dan pendapat kedua ini kurang kuat dibandingkan den-
gan pendapat yang pertama.
JIKA DIKERJAKAN EMPAT RAKAAAT SALAM, APA-
KAH SHALATNYA TIDAK SAH?
Syaikh Dr. Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul
hafizhahullah mengatakan,

‫صلِّيـََهــا‬ ‫ي‬‫و‬ ، ‫ة‬


ً
َ َُ َ َ َ َ ‫ـ‬ ‫ع‬ ‫ك‬
َ‫ر‬ ‫ة‬
َ‫ـر‬ ‫ـ‬ ‫ش‬
ْ ‫ع‬ ‫ى‬ ‫ـد‬
َ ‫ـ‬‫ح‬ ِِ
‫ب‬ ‫ـر‬
ْ َ ُْ
ِ‫ي ْشــرع لِْلمســلِِم أَ ْن يـوتـ‬
ْ ُ َُ ُ
ِ ‫ أَ ْن يصلِّــي مث ــى مث ــى ع ْشــر رَكعـ‬: ‫األُوَل‬: ‫ـن‬
‫ـات‬ ِ ‫ـ‬ ‫ت‬ ‫ف‬
َ ِ ‫علَــى‬
‫ص‬
َ
َ َ َ َْ َ َْ َ َ َ ُ ْ ْ َ َ
‫صلِّـ َـي‬
َُ ‫ي‬ ‫ث‬
َُّ ‫ا‬
ً ‫ـ‬ ‫ع‬ ‫ب‬‫َر‬‫أ‬ ‫ا‬
ً ‫ـ‬ ‫ع‬
َْ َْ َ َ ُ ‫ب‬
‫َر‬ ‫أ‬ ‫ـي‬‫ـ‬ِ‫ أَ ْن يصل‬: ‫ الثَّـ ِـان‬.‫احـ َـد ٍة‬
ّ ِ ‫ُثَّ يـوتِــر بِو‬
َ َ ُْ
.ً‫ثَـ َـااث‬
“Dianjurkan bagi muslim untuk shalat witir 11 raka’at.
Dia bisa mengerjakannya dengan dua cara:
a) Dua raka’at salam – dua raka’at salam sebanyak 10
raka’at, lalu shalat witir satu raka’at;
b) Empat raka’at salam – empat raka’at, lalu shalat witir
3 raka’at.” (Lihat Bughyatul-Mutathawwi’ Fi Sholatit
Thathowu’, hlm. 60-61 cet. Daarul Hijrah th. 1414 H).
Sebagian ulama berpendapat, shalat tarawih yang
dikerjakan 4 rakaat dengan salam sekali tidak sah. Ini ada-
lah pendapat madzhab Syafi’iyah. Dalam kitab al-Mausu’ah
al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah dinyatakan,

ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 20


ِ ‫يح أَربـعا بِتَسلِيم ٍة و‬
‫اح َد ٍة‬ ‫و‬ِ ‫ا‬
‫ر‬ ‫ـ‬ ‫ت‬ ‫ال‬ ‫ف‬ ِ ‫ى‬ َّ
‫ل‬ ‫ص‬ ِ ِ
َ َ ْ ًَ ْ ِ َ ِ ِ َّ َ ْ ُ ‫َوقَال الشَّاف‬
‫و‬ ‫ل‬
َ : ‫ة‬ ‫ي‬
َّ ‫ع‬
ً‫ت نـَْفـا‬ ‫ـار‬
‫ـ‬‫ص‬ َّ
‫ال‬ ِ
‫إ‬‫و‬ ،‫ـا‬
‫ـ‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ـد‬ ‫ـ‬‫ام‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ِ
‫إ‬ ‫ـل‬ ‫ـ‬‫ط‬ ‫ب‬ ‫ـ‬ ‫ت‬ ‫ـ‬ ‫ف‬ ، ‫ـح‬ ‫ـ‬ ِ
‫ص‬
ََْ َ ً َ َ ً َ َ ْ ُ َْ َ َّ َ‫َلْ ي‬
‫ـب‬ِ ‫ـض ِف طَلَـ‬ ِ‫ت الْ َفرائـ‬ِ ‫َن التـَّرا ِويــح أَ ْش ـبـه‬ َّ ‫ل‬ِ ‫ و َذلِــك‬،‫مطْلَ ًقــا‬
َ َ ََ َ َ َ َ ُ
‫اعـ ِـة فَـاَ تـُغَيَّ ـ ُـر َع َّمــا َوَرَد‬ َ ‫الَ َم‬
ْ
Madzhab Syafiiyah mengatakan, jika ada orang yang
melakukan shalat tarawih 4 rakaat dengan sekali salam,
shalatnya tidak sah, dan batal. Jika dia lakukan dengan
sengaja dan tahu tata caranya. Jika tidak, maka shalat yang
dia kerjakan menjadi shalat sunnah mutlak. Karena taraw-
ih mirip dengan shalat wajib, dalam arti dianjurkan untuk
dilakukan secara berjama’ah. Sehingga tidak boleh diubah
dari riwayat yang ada. (Lihat al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Ku-
waitiyah, 27/145).
Namun hal tersebut adalah pendapat yang lemah kare-
na alasan berikut ini:
Pertama: Tata cara shalat malam yang sering dilakukan
Nabi ‫ﷺ‬, yaitu salam di setiap dua rakaat, bukanlah keha-
rusan. Karena hanya berupa fi’il perbuatan Nabi ‫ ﷺ‬se-
mata (sunnah fi’liyyah), yang tidak diiringi perkataan per-
intah (sunnah qouliyyah) bukanlah suatu keharusan. Hal
tersebut telah dibahas oleh ulama Ahli Ushul Fiqih dalam
kitab-kitab mereka.
Kedua: Tata cara shalat yang dikerjakan Rasulullah ‫ﷺ‬ be-

21 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH


ragam. Bahkan terkadang beliau ‫ ﷺ‬shalat 6 raka’at seka-
ligus, atau 8 raka’at sekaligus.
Salah satu cuplikanya bisa kita simak keterangan Ibun-
da Aisyah radhiyallahu ‘anha  ketika beliau menjelaskan
kepada keponakannya tentang tata cara shalat malam
Nabi ‫ﷺ‬,

‫ـاء‬ ‫ـ‬ ‫ش‬


َ ‫ـا‬ ‫ـ‬‫م‬ َّ‫لل‬ ‫ا‬ ‫ـه‬ ‫ـ‬
ُ ‫ث‬ ‫ع‬ ‫ـ‬ ‫ب‬‫ـ‬ ‫ي‬ ‫ـ‬ ‫ف‬ ، ‫ه‬‫ـور‬ ‫ـ‬‫ه‬َ‫ط‬ ‫و‬ ،‫ه‬ ‫ك‬َ ‫ا‬‫ـو‬ ‫ـ‬ ِ ،‫ُكنَّــا نُعِـ ُّـد لَــه‬
‫س‬
َ ِ َِ ُ ُ َْ َ َ ُ َ ُ َ ُ َ ُ ِ
‫صلّــي ت ْسـ َـع‬ َ ُ‫ َوي‬،ُ‫ض ـأ‬ َّ ‫ َويـَتـََو‬،‫ فـَيـَتَ َسـ َّـو ُك‬،‫أَ ْن يـَبـَْعثَــهُ مـ َـن اللَّْيـ ِـل‬
‫ فـَيَ ْذ ُك ُر اللََّ َوَْي َم ُد ُه‬،‫َّامنَ ِة‬ ِ ‫ َل َيلِس فِيها إِلَّ ِف الث‬،‫ات‬ ٍ ‫رَكع‬
َ ُ ْ ََ
ِ ‫ ُثَّ يـ ُقــوم فـيصـ ِـل الت‬،‫ وَل يســلِّم‬،‫وي ْدعــوه ُثَّ يـنـهــض‬
،َ‫َّاسـ َـعة‬ ّ َ َُ ُ َ ُ َ ُ َ ُ َْ َ ُ ُ َ َ
‫ ُثَّ يُ َســلِّ ُم تَ ْســلِ ًيما‬،ُ‫ُثَّ يـَْقعُـ ُـد فـَيَ ْذ ُكـ ُـر اللََّ َوَْي َمـ ُـدهُ َويَ ْدعُــوه‬
،‫اع ـ ٌد‬ ِ َ‫ـن بـعـ َـد مــا يســلِّم وهــو ق‬ ِ ‫ـ‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ك‬
‫ر‬
ْ ‫ـي‬ ‫ـ‬ِ‫ ُثَّ يصل‬،‫يسـ ِـمعنا‬
ّ
َ ُ َ ُ َ ُ َ َْ ْ َ َ َ َ ُ َُ ْ ُ
َِّ‫ فـلَ َّمــا أَسـ َّـن نـَِـي الل‬،‫ ي ب ــي‬،ً‫وتِْلــك إِحـ َـدى ع ْشــرَة رْكعـة‬
ُّ َ َ ََّ ُ َ َ َ َ َ ْ َ َ
‫صنَـ َـع‬ ‫و‬ ‫ع‬
ٍ ‫ـب‬
‫ـ‬ ‫س‬ ِ‫ب‬ ‫ـر‬‫ـ‬ ‫ت‬‫َو‬ ‫أ‬ ، ‫ـم‬ ‫ـ‬ ‫ح‬ َّ
‫ل‬ ‫ال‬ ‫ذ‬
َ ‫ـ‬ ‫َخ‬ ‫أ‬
‫و‬ ‫م‬ َّ
‫ل‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ‫و‬ ِ ‫صلَّــى هللا علَيـ‬
‫ـه‬
َ َ ْ َ ََ ْ َ ْ َ َ َ ََ َْ ُ َ
ِ‫ـك ت‬ ِ‫ فَت‬،‫ـن ِمثْــل صنِيعِـ ِـه األ ََّوِل‬
‫ـي‬ ‫ـ‬ ‫ب‬ ‫ي‬
ََّ ُ َ ٌ ْ ‫ـع‬ ‫ـ‬‫س‬ َ ‫ـ‬ ‫ل‬
ْ َ َ ِ ْ َ‫الرْك َعت ـ‬ َّ ‫ِف‬
“Kami mempersiapkan siwak dan air wudhu beliau.
Bila Allah membangunkan beliau pada waktu yang dike-
hendaki di malam hari, beliau bersiwak dan berwudlu,
kemudian shalat sembilan raka’at tidak duduk tasyahud
kecuali pada raka’at kedelapan. Beliau berdzikir, memuji
Allah, dan berdoa (membaca tasyahud), kemudian beliau

ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 22


bangkit dan tidak salam meneruskan raka’at kesembilan.
Kemudian beliau duduk, berdzikir, memuji Allah, dan ber-
doa, kemudian salam dengan satu salam yang terdengar
oleh kami. Setelah itu beliau shalat dua raka’at sambil
duduk. Jadi jumlahnya sebelas raka’at wahai anakku. Ke-
tika Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah tua dan ge-
muk, beliau berwitir tujuh raka’at, kemudian dua raka’at
setelahnya dilakukan seperti biasa, maka jumlahnya sem-
bilan wahai anakku” (HR. Muslim no. 746 (139)).


ADAB YANG KEEMPAT


‫ أ ََمـ َـر عُ َمـ ُـر بْـ ُـن‬:‫ب بْـ ِن يَ ِزيـ َد‬ ِ‫الســائ‬
ُ َّ ‫ـال‬ َ ‫ قَـ‬.٤
‫ي أَ ْن‬ َّ ‫يمــا الـ َّـدا ِر‬ ِ‫ـب وَت‬ ٍ ‫ـ‬ ‫ع‬
ْ ‫ك‬
َ ‫ـن‬ ‫ـ‬ْ‫ب‬ ‫ُب‬
َّ َ ‫أ‬ ِ
‫ـاب‬ َّ
‫ـ‬ ْ
‫الَط‬
ً َ َ
ً‫ـاس بِِ ْح ـ َدى َع ْشـ َـرَة َرْك َع ـة‬ِ ‫ومــا لِلنَّـ‬
َ ‫يـَُق‬
Dari as-Saa`ib bin Yazid, beliau berkata: “Umar me-
merintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamiim ad-Daariy agar
keduanya mengimami orang-orang, dengan sebelas ra-
ka’at. (HR. Malik dalam al-Muwaththo no. 302)

.‫ َوأَقـَلُّ َها رْك َعةَ الْ ِوتْ ِر‬11 ‫ص ِم ْن ال‬ ِ ‫ولَهُ أَ ْن يـ ْن‬
‫ق‬
َ ُ َ
23 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH
Boleh bagi orang yang sholat Tarawih (sholat malam
di bulan ramadhan) untuk sholat kurang dari 11 rokaat
dan rokaat yang paling sedikit dari qiyamul lailnya adalah
satu rakaat witir.

‫كع ـةً َمـ َـع الْ ِوتْ ـ ِر َك َمــا‬ ‫ر‬ ١١ ‫ـي‬ ‫ـ‬ِّ‫الســنَةُ أَ ْن يصل‬
َّ ‫و‬
َ َ َ ُ َ
‫ َو ِمنـْ ُهـ ْـم عُ َمـ ُـر بْـ ُـن‬.ُ‫والص َحابَـة‬
َّ ‫ـي ﷺ‬ ُّ ِ‫ـل النَّـ‬
َ ‫ـ‬ ‫ع‬
ََ‫ـ‬ ‫ف‬
.‫الدا ِري وغَيـُْرُه ْم‬ َّ ‫ب َوَتِْي ُم‬ٍ ‫بن َك ْع‬ ُ ْ َ َ ‫الَط‬
‫ُب‬‫أ‬‫و‬ ‫اب‬ ِ َّ ْ
Disunnahkan sholat Tarawih 11 rokaat yang disertai
witir sebagaimana apa yang Rasulullah shallallahu alaihi
wassalam telah lakukan dan para shahabatnya diantara-
nya Umar bin Khoththob, Ubay bin Kaab, Tamim ad-Dary
dan yang lainnya.

(Tambahan Penjelasan):

Berdasarkan hadits:

ِ ِ
‫ أَنـَّ ُـه‬:ُ‫َخب ـََـره‬
ْ ُ‫أ‬ َّ
‫ـه‬
‫ـ‬ ‫ن‬َ‫أ‬ ، ‫ن‬ ‫ـ‬َ ْ َّ ‫َعـ ْـن أَِب َسـلَ َمةَ بْـ ِن َعْبـ‬
‫ح‬ ‫الر‬ ‫ـد‬
ُ‫صالَة‬ ِ ِ
َ ْ َ َ ْ َْ َ ُ َ َ َ َ ‫َسأ ََل َعائ‬
‫ت‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬
َ ‫ف‬ ‫ي‬ ‫ك‬
َ ،‫ا‬ ‫ه‬ ‫ـ‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫الل‬
َّ ‫ي‬ ‫ض‬ ‫ر‬ ‫ة‬ ‫ش‬
‫ضــا َن؟‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ِ ‫م‬ َّ
‫ل‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ‫و‬ ِ ‫الل صلَّــى هللا علَيـ‬
‫ـه‬ َِّ ‫ـول‬
ِ ‫َر ُسـ‬
َ ََ َ َ َ ْ َ ُ َ
‫صلَّــى هللاُ َعلَْيـ ِـه‬ َِّ ‫ـول‬
‫الل‬ ُ ‫«مــا َكا َن َر ُسـ‬
َ َ :‫ـت‬ ْ ‫فـََقالَـ‬
ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 24
‫ضــا َن َوالَ ِف َغـ ِْـرِه َعلَــى إِ ْحـ َـدى‬
َ ‫َو َسـلَّ َم يَِزيـ ُـد ِف َرَم‬
ً‫َع ْشـ َـرَة َرْك َعـة‬
Dari Abu Salamah bin ‘Abdirrahman, dia mengabar-
kan bahwa dia pernah bertanya pada ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha, “Bagaimana shalat malam Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan?”. ‘Aisyah menga-
takan, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak per-
nah menambah jumlah raka’at dalam shalat malam di bu-
lan Ramadhan dan tidak pula dalam shalat lainnya lebih
dari 11 raka’at.” (HR. Al-Bukhari no. 1147 dan Muslim no.
738 (125))
Begitu pula hadits:

،‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ‫ول‬


‫هللا‬ ‫س‬ ‫ر‬ َّ
َ ُ َ َ َ ‫َع ْن َعائ‬
‫َن‬ ‫أ‬ ، ‫ة‬ ‫ش‬ ِ
َ
‫ يُوتـِ ُـر‬،ً‫صلِّــي ِبللَّْيـ ِـل إِ ْحـ َـدى َع ْشـ َـرَة َرْك َع ـة‬ َ ُ‫َكا َن ي‬
‫احـ َـد ٍة‬
ِ ‫ِمنـهــا بِو‬
َ َْ
Dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, bahwa Rasulullah shal-
lallahu ‘alaihi wa sallam shalat malam sebelas raka’at ter-
masuk witir satu raka’at. (HR. Muslim no. 736 (121))

‫َح ُد ُكـ ُـم‬


‫أ‬ ‫ـي‬ ‫ـ‬‫ش‬ِ ‫ فَـِإ َذا خ‬،‫ص ـاَةُ اللَّيـ ِـل مث ــى مث ــى‬
َ َ َ َْ َ َْ َ ْ َ
25 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH
‫صلَّــى‬ ‫د‬ ‫ـ‬ ‫ق‬ ‫ـا‬
‫ـ‬ ‫م‬ ‫ـه‬
‫ـ‬ ‫ل‬ ِ
‫ـر‬
‫ـ‬ ‫وت‬ ‫ت‬ ‫ة‬ ‫ـد‬‫ـ‬ ِ
‫اح‬‫و‬ َّ
َ ْ َ َ
َُ ُ ُ ً َ َ َ َ ‫صل‬
‫ة‬
ً ‫ـ‬ ‫ع‬ ‫ك‬
‫ر‬
ْ ‫ـى‬
‫ـ‬ َ ‫الصْبـ َـح‬
ُّ
Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat. Jika salah
seorang dari kalian khawatir akan masuk waktu shubuh,
hendaklah dia shalat satu rakaat sebagai witir (penutup)
bagi shalat yang telah dilaksanakan sebelumnya.” (HR. Al-
Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749 (145) dari Shahabat
Ibnu Umar radhiallahu’anhuma. Shohih)


ADAB YANG KELIMA


.‫ش ِاء إِ َل الْ َف ْج ِر‬
َ ِ
‫الع‬ ِ
‫د‬ ‫ع‬ ِ ِ ِ ‫ت‬
َْ ْ َ ُ ْ‫ َوَوق‬.٥
‫ـ‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ام‬ ‫ي‬ ‫الق‬
Waktu pelaksanaan sholat Tarawih dari setelah sholat
Isya sampai Shubuh.

(Tambahan Penjelasan):

Hal ini berdasarkan Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi


wassalam:

‫ـن‬ ‫ـ‬ ‫ب‬ ‫ـا‬ ‫ـ‬ ‫يم‬ ِ‫إِ َّن هللا عـَّـز وجـ َّـل زا َد ُكــم صـ َـا ًة فَصلُّوهــا ف‬
َ َْ َ َ َ َ ْ َ ََ َ َ
‫الصْبـ ِـح الْ َوت ـُْـر الْ َوت ـُْـر‬ ِ ‫ص‬ ‫ل‬ِ
ُّ َ َ َ َ ‫صـ َـا‬
‫ة‬ ‫ـا‬
‫ـ‬ ‫إ‬ ِ
‫ـاء‬
‫ـ‬ ‫ش‬ِ‫ع‬ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ ِ
‫ة‬ َ
ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 26
Sesungguhnya Allah ’Azza wa Jalla telah menambah
kepada kalian shalat. Maka lakukanlah sholat tambahan
itu antara shalat ’Isya hingga shalat Shubuh. (Yaitu) shalat
witir, shalat witir” (HR. Ahmad no. 27229; Lihat Irwaul
Ghalil 2/158 dan juga Silsilah Ahaadits Ash-Shohihah no.
108. Shahih).

‫اف‬
ُ ‫ص َر‬ ِ ْ‫اعةً واالن‬ ‫ج‬ ‫ا‬
َ ََ َ َ َ ُ َ‫هت‬‫ال‬ ‫ص‬ ‫ل‬ ‫ض‬ ‫ف‬
ْ َ‫أل‬ ‫وا‬ َّ
ٌ ُ َ ‫َو‬
‫ة‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ه‬ِ
‫ـام َمـ َـع‬ ‫ـ‬َ‫ق‬ ‫ـن‬ ‫ـ‬ ‫م‬ ‫ـه‬ َّ
‫ـ‬‫ن‬ ِ
‫إ‬ : ٍ
‫ـث‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ ِ
‫د‬ ِ
‫ل‬ ِ
‫ر‬ ‫ـ‬ ‫ت‬
ْ‫و‬ِ ‫ل‬ ‫ب‬ ِ ِ
‫ـام‬ ‫َمـ َـع ا ِإل َمـ‬
َ َُْ َْ
‫ َرَو ُاه‬.‫ـام لَيـْلَ ٍة‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ ِ‫ف ُكتِــب لَــهُ ق‬ ‫ر‬ِ ‫ـ‬‫ص‬ ِ ِ
َُ َ َ َ َ َ َ ‫ا‬
‫ن‬
ْ ‫ـ‬ ‫ي‬ ‫ـى‬
َّ ‫ـ‬ ‫ح‬ ‫ـام‬
‫ـ‬ ‫م‬ ‫إل‬
.‫الســنَ ِن‬ ُّ ‫اب‬ ُ ‫َص َح‬ ْ‫أ‬
Sholat Tarawih sunnah hukumnya dan yang lebih uta-
ma adalah sholat Tarawih secara berjamaah dan selesai
bersama imam dengan disertai sholat witir sebagaima-
na hadits:

‫ب‬ ِ‫ف ُكت‬ ِ


‫ر‬ ‫ص‬ ِ ِ َّ ِ
َ َ َ َ َ َ ََ َ َْ ُ ‫إ‬
‫ن‬
ْ ‫ـ‬ ‫ي‬ ‫ت‬
َّ ‫ح‬ ‫ام‬ ‫م‬ ‫إل‬ ‫ا‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ام‬ ‫ق‬
َ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ن‬
‫ام لَيـْلَ ٍة‬ ‫ي‬ ِ‫لَهُ ق‬
َُ
“Barangsiapa yang sholat Tarawih bersama imam
sampai selesai maka dicatat baginya sholat malam” di-

27 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH


riwayatkan oleh Ashabus Sunan.
(Tambahan Penjelasan):

Hadits ini riwayatkan oleh Imam Ahmad 5/159, Ibnu


Majah no. 1327, at-Tirmidzi no. 806, an-Nasaa-i no. 1605,
Abu Dawud no. 1375, Shohih, Lihat Irwaul Ghalil no. 447.
Faidah yang bisa diambil dari poin ini adalah:
1. Keutamaannya sholat malam berjamaah di bulan
Ramadhan sampai selesai bersama imam, yaitu di-
catat menegakkan sholat semalam suntuk.
2. Sholat Tarawih secara berjamaah di awal waktu
lebih utama daripada di akhir waktu namun dilaku-
kan sendiri.
3. Diperbolehkannya menambah sholat sunnah
lagi setelah sholat Witir, tanpa mendirikan sholat
Witir untuk yang kedua kalinya. Karena dalam satu
malam hanya ada satu kali sholat witir.
4. Hendaknya tetap sholat malam berjamaah di bulan
Ramadhan bersama imam sampai selesai sholat
Witir, mengingat adanya keutamaan yang besar.
5. Melakukan sholat Tarawih berjamaah juga mer-
upakan syiar Islam yang dapat mempersatukan
kaum muslimin sebagaimana apa yang dilakukan
oleh Shahabat Umar radhiallahu’anhu.


ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 28


ADAB YANG KEENAM
ِ َْ‫صالَتَهُ بِرْك َعتـ‬
‫ي‬ ِ‫السـاَم يـ ْفتَت‬ ِ
َ ُ َ ُ َّ ‫ َوَكا َن َعلَْي‬.٦
‫ح‬ ‫ه‬
ِ َْ‫َخ ِفيـَْفتـ‬
.‫ي‬
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam membuka sholat
malamnya dengan dua rokaat yang ringan (pendek ba-
caanya)
(Tambahan Penjelasan):

Hal ini sebagaimana hadits :

َّ ِ ‫ول‬ ِ
ُ َ ُِ ُِ َ َ َ ْ َ َ َ َ ‫َع ْن َعائ‬
‫هللا‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫هللا‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬ « : ‫ت‬ ‫ل‬ ‫ا‬‫ق‬ ، ‫ة‬ ‫ش‬
‫ افـْتـَتَ َح‬،‫صلّ َي‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ل‬ِ ‫ي‬َّ
‫ل‬ ‫ال‬ ‫ن‬ ِ ‫علَي ِه وسلَّم إِ َذا قَام‬
‫م‬
َُ ْ َ َ َ ََ َْ
»‫ي‬ ِ َْ‫ي َخ ِفي َفتـ‬ ِ َْ‫ص َلتَهُ بِرْك َعتـ‬
َ َ
Dari Aisyah radhiallahu’anha, dia berkata, Rasulullah
Shallallahu’alaihi wassalam apabila bangun malam un-
tuk mendirikan sholat tahajud, beliau memulai sholatnya
dengan dua rokaat yang ringan (ringan bacaannya)” (HR.
Muslim no. 767 - (197), shohih).
Fawaid dari hadits diatas adalah:
1. Rasulullah ‫ ﷺ‬mencontohkan untuk mengerjakan

29 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH


pekerjaan berat dengan mengawalinya dengan
yang ringan.
2. Mengawali dengan pekerjaan ringan itu meng-
hilangkan rasa bosan karena monoton dalam
keadaan berat akan menyebabkan rasa bosan dan
lelah.
3. Nabi ‫ ﷺ‬mencontohkan sesuatu yang mudah un-
tuk diambil sebelum mendapatkan yang sulit.
4. Berlangsung terus menerus walaupun sedikit leb-
ih baik daripada banyak namun akhirnya cepat
terputus berhenti di jalan.
5. Suatu amalan itu ada masa jenuh dan ada masa
semangatnya. Berdasarkan hadits:

‫ـت فـَتـَْرتُــهُ إِ َل‬ ِ ِ


ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َّ َ َ ّ ‫إِ َّن ل‬
‫ـ‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫ـن‬ ‫ـ‬‫م‬ ‫ف‬ ‫ة‬
ً‫ـر‬ ‫ـ‬ ‫ت‬ ‫ـ‬ ‫ف‬ ‫ث‬
َُّ ‫ة‬
ً‫ـر‬ ‫ـ‬ ‫ش‬ ‫ـل‬ٍ ‫ـ‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ل‬ِ ‫ك‬
ُ ‫ـ‬
‫ـت فـَتـَْرتُــهُ إِ َل ُس ـن ٍَّة فـََقـ ِـد‬ْ ‫ـ‬
َ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬َ ‫ـن‬ ‫ـ‬‫م‬ ‫و‬
ْ ََ َ َ َ ‫ـل‬
َّ ‫ـ‬‫ض‬ ‫د‬ْ ‫ـ‬ ‫ق‬
َ ‫ـ‬ ‫ف‬ ٍ ‫بِ ْدعـ‬
‫ـة‬
‫ْاهتَـ َـد ى‬
“Setiap amal itu ada masa semangat dan ada masa
malasnya. Siapa yang rasa malasnya malah menjeru-
muskan pada bid’ah, maka ia sungguh telah sesat. Na-
mun siapa yang rasa malasnya masih di atas ajaran Rasul,
maka dialah yang mendapat petunjuk.” (HR. Ahmad no.
23474, ath-Thabrani dalam al Mu’jamul Kabiir no. 2186,
Shohih, lihat Ashlu Shifat Sholat an-Nabi ‫ ﷺ‬2/524)


ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 30


ADAB YANG KETUJUH
ِ َْ‫ضل أَ ْن يُسلِّ َم ِم ْن ُك ِل رْك َعتـ‬
‫ َوإِ َذا‬.‫ي‬ َ
ّ َ ُ ‫ َواأل‬.٧
َ ‫ف‬
ْ
‫َّصلَ ـةً فَـاَ َْيلِــس‬ ِ ‫ رَكعــات مت‬٣ ‫صلَّــى ال ِوتْــر‬
ُ ََ َ َ
.‫شـ ُّـه ِد‬ َّ ِ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ـد‬
‫ـ‬ ِ
َ ً ‫فِيـَْهــا إَِّل ُجلُ ْوسـاً َو‬
‫ت‬ ‫ل‬ ‫اح‬
Yang lebih utama hendaknya salam setiap dua rokaat.
Jika hendak melakukan witir sebanyak 3 rokaat maka ti-
dak ada tasyahud kecuali pada rokaat terakhir saja .

(Tambahan Penjelasan):
Hal ini berdasarkan hadits:

‫َح ُد ُك ُم‬ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫ش‬ِ ‫ فَِإ َذا خ‬،‫صالَةُ اللَّي ِل مثـن مثـن‬
َ َ َ َْ َ َْ َ ْ َ
‫صلَّى‬ ‫د‬ ‫ق‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ر‬ِ‫وت‬ ‫ت‬ ‫ة‬ ‫د‬ ِ
‫اح‬ ‫و‬ َّ
َ ْ َ َ
َُ ُ ُ ً َ َ َ َ ‫صل‬
‫ة‬
ً ‫ع‬ ‫ك‬
‫ر‬
ْ ‫ى‬ َ ‫الصْب َح‬
ُّ
Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat. Jika salah
seorang dari kalian khawatir akan masuk waktu shubuh,
hendaklah dia shalat satu rakaat sebagai witir (penutup)
bagi shalat yang telah dilaksanakan sebelumnya.” (HR. Al-
Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749 (145) dari Shahabat
Ibnu Umar radhiallahu’anhuma. Shohih)
Tidak ada 2 tasyahud bagi yang melakukan sholat witir

31 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH


3 roka’at sekaligus berdasarkan dalil:

‫هللا‬ ‫ـى‬
‫ـ‬َّ
‫ل‬ ‫ص‬ َِّ ‫ـول‬
‫الل‬ ُ ‫ـال َر ُسـ‬ َ ‫ قَـ‬:‫ـال‬ َ ‫ قَـ‬،‫َعـ ْـن أَِب ُهَري ـَْـرَة‬
ُ َ
‫صـ َـا ِة‬ ِ‫ب‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ه‬ ‫ـ‬
َّ
َ ُ َ َ ََ ُ ُ ‫ب‬‫ـ‬ ‫ش‬‫ت‬ ‫ث‬ ٍ ‫ـا‬ ‫ـ‬‫ث‬ِ
‫ب‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ـر‬ِ
‫ـ‬ ‫وت‬ ‫ت‬ ‫«ل‬
َ : ‫م‬
َ
َّ
‫ل‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ‫و‬
ََ َ
ِ
‫ـه‬ ‫ـ‬ ‫ي‬
ْ ‫ل‬
َ ‫ع‬
‫ أ َْو‬،‫ أ َْو بِ َسـ ْـب ٍع‬،‫ـس‬ٍ ‫ َولَ ِكـ ْـن أ َْوتِـ ُـروا ِبَ ْمـ‬،‫ب‬ ِ ‫الْم ْغ ـ ِر‬
َ
» ً‫ أ َْو بِِ ْحـ َـدى َع ْشـَـرَة َرْك َعـة‬،‫بِتِ ْسـ ٍع‬
Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah Shallalla-
hu’alaihi wassalam bersabda: ‘Janganlah berwitir dengan
tiga rakaat menyerupai shalat Maghrib, namun berwitir-
lah dengan lima raka’at, tujuh, sembilan atau sebelas ra-
ka’at’”. (HR. Al-Hakim no. 1137, dishohihkan oleh Syaikh
Al-Albani rahimahullah dalam Sholat Tarawih hal. 85)
Dan juga dalil:

‫صلَّــى‬ َِّ ‫ـول‬


‫الل‬ ‫ـ‬‫س‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬ : ‫ـال‬ ‫ـ‬‫ق‬ ‫ـب‬ٍ ‫ـ‬‫ع‬ ِ َِّ ‫َعـ ْـن أ‬
َ ُ َُ َ َ َ َ ْ ‫ُب بْـ‬
‫ك‬
َ ‫ن‬
‫اسـ َـم‬ ‫ح‬ِ ِ
‫ـب‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ِ
‫ب‬ ِ
‫ر‬ ‫ـ‬ ‫ت‬ِ
‫و‬ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ ‫ف‬ ِ ُ
‫أ‬‫ـر‬ ‫ـ‬‫ق‬ ْ ‫ـ‬ ‫ي‬ ‫م‬ َّ
‫ل‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ‫و‬ ِ
‫ـه‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫هللا‬
ْ َّ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ُ
‫الرْك َعـ ِـة الثَّانِيَـ ِـة بِ ُقـ ْـل َي أَيـَُّهــا‬
َّ َ ْ َ ّ‫َرب‬
‫ف‬ ِ‫و‬ ،‫ـى‬ ‫ـ‬‫ل‬
َ ‫َع‬‫ال‬ ْ ‫ـك‬ ِ
‫ـ‬
‫ َوَل‬،‫َحـ ٌد‬ ‫أ‬ ‫الل‬ ‫ـو‬ ‫ـ‬ ‫ه‬ ‫ـل‬ ‫ـ‬‫ق‬ ِ
‫ب‬ ِ
‫ـة‬ ‫ـ‬ ‫ث‬ ِ
‫َّال‬‫ث‬ ‫ال‬ ‫ف‬ ِ‫و‬ ، ‫ن‬ ِ
َ ُ ‫الْ َكاف‬
‫و‬ ‫ـر‬ ‫ـ‬
َ َُّ َ ُ ْ ُ َ َ
‫آخ ِرِهـ َّـن‬ ِ ‫يس ـلِّم إَِّل ِف‬
ُ َُ
ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 32
Dari Ubay bin Kaab, dia berkata: “Rasulullah Shallal-
lahu’alaihi wassalam pernah membaca di shalat witirn-
ya surat al-A’laa dan pada raka’at kedua membaca surat
al-Kaafiruun, dan rakaat ketiga membaca Qul Huwallahu
Ahad. Beliau tidak salam, kecuali di akhirnya.” (HR an-Na-
sa-i no. 1701, dan dishahihkan Syaikh al-Albani dalam
Shahih Sunan an-Nasa-i, 1/372)


ADAB YANG KEDELAPAN


‫الرُكـ ْـو ِع ُد ْو َن َرفْ ـ ِع‬ُّ ‫ـل‬ َ َِ‫ـ‬ ‫ب‬
ْ ‫ـ‬ ‫ق‬ ِ
‫ر‬ ‫ـ‬ ‫ت‬
ْ‫و‬ِ ‫ال‬ ‫ف‬ِ ‫ـت‬
ُ ‫ َويـَْقنُـ‬.٨
‫ َويَ ْدعُــو‬.‫ـح مـ َـن األَقْـ َـو ِال‬ ِّ ‫صـ‬ َ َ‫اليَ َديْ ـ ِن َعلَــى األ‬
‫ اَللَّ ُهـ َّـم ْاهـ ِـدِنْ فِ ْي َمـ ْـن‬:‫وف‬ ِ ‫ـاء الْ ــمعر‬ ِ ‫لدعـ‬ ُّ ‫ب‬ ِ
ُْ َ َ
.‫ـاء‬ ُّ ِ ِ
َ َ ُ َ َ َ َ ً ْ َ ُ ْ ُ‫ َوَل ي‬...‫ـت‬
‫ـ‬‫ع‬ ‫الد‬ ‫ـن‬
‫ـ‬ ‫ح‬ ‫ل‬
ْ ‫ـ‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ا‬‫ـر‬ ‫ـ‬ ‫ث‬ ‫ك‬ ‫ـل‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ ‫ط‬ َ ‫َه َديْـ‬
:‫الد َع ِاء‬ ُّ ‫َّاس ِف‬ ُ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ه‬
ُ ‫ل‬
ُ‫و‬ ‫ق‬
ُ
َْ َ ‫ـ‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫م‬ ِ
‫َّة‬ ‫ن‬ ‫الس‬
ُّ ‫ف‬ ِ ‫ت‬
ْ ُ‫َوَلْ يـَثـْب‬
ِ ِ ِ
‫ت‬ُ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ ‫ ا‬،،،،‫ َح ًّقــا‬،‫نَ ْشـ َـه ْد‬
‫ك‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ـل‬
‫ـ‬ ‫ب‬ . ‫ـام‬ ‫ـ‬ ‫م‬ ‫إل‬ ‫ا‬ ‫ـع‬ ‫ـ‬ ‫م‬ ‫خل‬
.‫أ َْو يـَُؤِّمـ ُـن فـََقـ ْط‬
Melakukan doa qunut pada sholat witir sebelum rukuk

33 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH


tanpa mengangkat tangan, Hal tersebut yang paling
shohih menurut pendapat ulama*. Dan berdoa dengan
doa yang sudah dikenal ALLAHUMMAHDINI FIMAN
HADAIT...dst. Dan tidak berkepanjangan dalam doa
dan tidak mendendangkan permohonan doanya. Dan
tidak ada dalil dari hadits apa-apa yg sering diucapkan
oleh kebanyakan orang “NASH-HAD (kami bersaksi),
HAQQAN (benar) dan seterusnya bersama imam. Na-
mun yang benar, diam atau mengaminkannya.
(Tambahan Penjelasan):
Qunut witir dilakukan sebelum rukuk hal ini ber-
dasarkan dalil dari Ubay bin Ka’ab radhiallahu anhu dia
berkata:

‫اللُ َعلَْيـ ِـه َو َس ـلَّ َم َكا َن‬ َّ ‫صلَّــى‬ َِّ ‫ـول‬


‫الل‬ َ ‫َن َر ُسـ‬ َّ ‫أ‬
َ
‫ُول‬َ ‫ـات َكا َن يـَْقـ َـرأُ ِف ْال‬ ٍ ‫ث رَكعـ‬ ِ ‫يوتِــر بِثَـ َـا‬
ََ ُ ُ
‫َعلَــى َوِف الثَّانِيَـ ِـة بِ ُقـ ْـل َي‬ ْ ِ
ْ َ َّ َ ْ ْ ّ َ ‫ب‬
‫ال‬ ‫ـك‬ ‫ـ‬‫ب‬‫ر‬ ‫ـم‬ ‫ـ‬‫اس‬ ‫ح‬ ِ
‫ـب‬‫ـ‬ ‫س‬ ِ
ِ ِ ِ ِ ِ
‫َح ـ ٌد‬ ‫أ‬ ‫الل‬ ‫ـو‬
َ َُّ َ ُ ْ ُ َ ‫ـ‬ ‫ه‬ ‫ـل‬ ‫ـ‬‫ق‬ ‫ب‬ ‫ـة‬ ‫ـ‬‫ث‬ ‫َّال‬‫ث‬ ‫ال‬ ‫ف‬ ‫و‬َ َ ُ ‫أَيـَُّهــا الْ َكاف‬
‫ن‬ ‫و‬ ‫ـر‬‫ـ‬
‫اغـ ِـه‬
ِ ‫ـال ِعْنـ َـد فـر‬
ََ َ ‫ـ‬
َ‫ق‬ ‫غ‬
َ ‫ـر‬
ََ ‫ـ‬ ‫ف‬ ‫ا‬‫ذ‬َ ِ‫ـوع فَـ‬
‫إ‬ ِ ‫الرُكـ‬
ُّ ‫ـت قـَْبـ َـل‬ ُ ‫َويـَْقنُـ‬
ٍ ‫ث مـَّـر‬
‫ات يُ ِطيـ ُـل‬ ‫ـا‬ ‫ـ‬
َ‫ث‬ ِ
‫ُّوس‬ ‫ـد‬ ‫ـ‬‫ق‬ ِ ِ
ُ ‫ُسـْـب َحا َن الْ َمل‬
ْ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ـك‬ ‫ـ‬
َ َ َ
‫آخ ِرِهـ َّـن‬
ِ ‫ِف‬
ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 34
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah shalat
witir tiga rakaat, pada rakaat pertama beliau membaca:
“Sabbihisma rabbikal a’laa (surah Al A’la).” Pada rakaat
kedua membaca: “Qul ya ayyuhal kafirun (surah Al Kaa-
firuun), ” dan pada rakaat ketiga beliau membaca “Qul
huwallahu ahad (surah Al Ikhlas).” Lalu beliau qunut se-
belum ruku’. Setelah selesai sholat, beliau membaca:
“SUBHANAL MALIKIL QUDDUS” sebanyak tiga kali. Be-
liau memanjangkan pada yang terakhir kalinya.” (HR.
An-Nasai: 3/235 dan sanadnya dinyatakan shahih oleh
Al-Albani dalam Shahih Sunan An-Nasai: 1/371-372)
* (Lihat Qunut sebelum rukuk di Shohih Abi Dawud al-Um
– 5/166, sedangkan qunut setelah rukuk adalah dilaku-
kan untuk qunut nazilah yang dilakukan pada sholat fard-
hu bukan sholat shubuh saja sebagaimana dilakukan oleh
Abu Hurairah pada sholat Shubuh , Dhuhur dan Isya– li-
hat Irwaul Ghalil no. 424.)

DOA QUNUT:

‫ـي فِ ْي َمـ ْـن‬ ِْ ‫ َو َعافِـ‬،‫ـت‬ ‫د‬ ‫ه‬ ‫ـن‬ ‫ـ‬ ‫م‬ ‫ي‬ ِ
َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ ‫اَللَّ ُهـ َّـم ْاهـ‬
‫ـ‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫ن‬ ِ ِ
‫ـد‬
‫ َوَب ِر ْك ِ ْل فِ ْي َما‬،‫ت‬ َّ
َ ْ ََ ْ َ ْ ‫َّن ف‬
‫ي‬ ‫ل‬‫و‬ ‫ـ‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ي‬ ِ ِْ ‫ َوتـََول‬،‫ت‬َ ‫َعافـَْي‬
‫ض ْي‬ ِ ‫ـك تـ ْق‬ َّ
‫ـ‬ ‫ن‬ ِ
‫إ‬‫ف‬
َ ، ‫ـت‬
َ ْ َ َ َ ْ ‫ َوق‬،‫ـت‬
‫ـ‬ ‫ي‬ ‫ض‬ ‫ق‬
َ ‫ـا‬
‫ـ‬ ‫م‬ ‫ـر‬
َّ ‫ـ‬ ‫ش‬ ِ
‫ـي‬ ‫ـ‬ ِ َ ‫أَ ْعطَْيـ‬
َ َ
،‫ـت‬ ‫ـ‬ ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ـن‬ ‫ـ‬ ‫م‬ ُّ
‫ل‬ ِ
َ ْ َ ْ َ ‫ إِنَّــهُ الَ يَـ‬،‫ـك‬
‫ـذ‬ َ ‫ضــى َعلَْيـ‬ َ ‫َوالَ يـُْق‬
35 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH
.‫ت‬
َ ْ ََ َ َ َ َ َ ََ َ ْ َ َ ْ َ َ‫َوالَ ي‬
‫ي‬َ‫ل‬ ‫ا‬‫ع‬ ‫ـ‬ ‫ت‬‫و‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫ـ‬
َّ ‫ب‬‫ر‬ ‫ت‬ ‫ك‬
ْ‫ار‬‫ب‬ ‫ـ‬ ‫ت‬ ، ‫ت‬ ‫ي‬ ‫اد‬‫ع‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ز‬
ُّ ِ
‫ع‬
ALLAHUMMAHDINI FIIMAN HADAITA, WA
‘AAFINII FIIMAN ‘AAFAITA, WATAWALLANII FIIMAN
TAWALLAITA, WABAARIK LI FIIMAA A’THOITA,
WAQINII SYARRA MA QADHAITA, FAINNAKA
TAQDHII WALAA YUQDHAA ‘ALAIKA INNAHU LA
YADZILLU MAN WAALAITA, WA LA YA’IZZU MAN
‘AADAITA TABARAKTA RABBANAA WA TA’AALAITA
“Ya Allah! Berilah aku petunjuk sebagaimana orang
yang telah Engkau beri petunjuk, berilah aku perlind-
ungan (dari penyakit dan apa yang tidak disukai) se-
bagaimana orang yang telah Engkau lindungi, sayangi-
lah aku sebagaimana orang yang telah Engkau sayangi.
Berilah berkah apa yang Engkau berikan kepadaku,
jauhkan aku dari kejelekan apa yang Engkau takdirkan,
sesungguhnya Engkau yang menjatuhkan qadha, dan
tidak ada orang yang memberikan hukuman kepada-
Mu. Sesungguhnya orang yang Engkau bela tidak akan
terhina, dan orang yang Engkau musuhi tidak akan
mulia. Maha Suci Engkau, wahai Rabb kami dan Maha
Tinggi Engkau.” (HR. Abu Dawud no. 1425, At-Tirmidzi
no. 464, An-Nasa-I no. 1745, dan yang lainnya, Lihat
Irwaul Ghalil 2/172 no. 429, Shohih)
Ataupun dengan doa:

ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 36


،‫ـج ُد‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ‫ن‬‫و‬ ‫ـي‬ ‫ـ‬ ِ
‫ل‬ ‫ص‬ ‫ن‬ ‫ـك‬ ‫ـ‬‫ل‬ ‫و‬ ، ‫د‬ ‫ـ‬ ‫ب‬ ‫ع‬ ‫ـ‬ ‫ن‬ ‫ـاك‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ ‫إ‬ ‫ـم‬ ‫ـ‬ ‫ه‬ َّ
َ
ُ ْ َ ْ َ ّ ُ َ َ َ َُ ُ ْ َ َّ َّ ُ ‫اَلل‬
‫شــى‬ ‫ن‬َ ‫و‬ ، ‫ـك‬ ‫ـ‬ ‫ت‬
َ ْ َ َ ََ ْ َ ْ ُ َْ ُ ‫ـك نَ ْسـ َـعى َوَْن‬
‫ح‬ ‫ر‬ ‫ـو‬‫ـ‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫ـ‬ ‫ن‬ ، ‫د‬ ‫ـ‬ ِ
‫ف‬ َ ‫َوإِلَْيـ‬
‫ اَللَّ ُهـ َّـم‬.‫ـك ِبلْ َكافِ ِريْـ َـن ُم ْل َحـ ٌق‬ َ َ َ ‫ إ‬،‫ـك‬
‫ـ‬ ‫اب‬ ‫ذ‬
َ ‫ع‬ َّ
‫ن‬ ِ َ ‫َع َذابَـ‬
،‫الَيـَْر‬ ْ ‫ك‬ ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫ث‬ ‫ـ‬ ‫ن‬‫و‬ ، ‫ك‬َ ‫ر‬ ِ
َ ْ َ ْ ُْ َ ُ َ ْ َ َ ُْ َ‫إِنَّ نَ ْســت‬
ِ ‫ف‬ ‫غ‬
ْ ‫ـ‬ ‫ت‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ‫ن‬
َ ‫و‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ ِ
‫ع‬
‫ َوَنْلَـ ُـع‬،‫ـك‬ ‫ـ‬َ‫ل‬ ‫ـع‬ ‫ـ‬‫ض‬ َ ، ‫ـك‬ ِ
َ ُ َ ْ َ َ ُ ‫ َونـُْؤ‬،‫َوالَ نَ ْك ُفـ ُـر َك‬
‫ن‬ ‫و‬ ‫ـ‬ ‫ب‬ ‫ـن‬ ‫ـ‬ ‫م‬ ِ
.‫َمـ ْـن يَ ْك ُفـ ُـر َك‬
“Ya Allah! Kepada-Mu kami menyembah. Untuk-Mu
kami melakukan shalat dan sujud. Kepada-Mu kami beru-
saha dan melayani. Kami mengharapkan rahmat-Mu, kami
takut pada siksaan-Mu. Sesungguhnya siksaan-Mu akan
menimpa pada orang- orang kafir. Ya, Allah! Kami minta
pertolongan dan minta ampun kepada-Mu, kami memu-
ji kebaikan-Mu, kami tidak ingkar kepada-Mu, kami beri-
man kepada-Mu, kami tunduk pada-Mu dan berpisah
pada orang yang kufur kepada-Mu.” (HR. Al-Baihaqi dalam
As-Sunanul Kubra 2/211. Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ul
Ghalil 2/170 berkata: “Sanadnya shahih dan mauquf pada
Umar radhiallahu’anhu”)


37 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH


‫‪ADAB YANG KESEMBILAN‬‬

‫َّب َعلَْي ِه َّ‬


‫السالَ ُم أَنَّهُ قـََرأَ َم َّرًة‬ ‫ص َّح َع ِن النِ ِّ‬ ‫‪َ .٩‬و َ‬
‫س ِاء‪.‬‬ ‫ِف ركع ِة الْ ِوتْ ِر ِبِئَ ِة آي ٍة ِمن النِّ‬
‫َ َ َ‬ ‫ََ‬
‫‪Dan shohih dari Nabi shollallahu’alaihi wassalam‬‬
‫‪bahwa beliau pada satu rakaat witir pernah membaca‬‬
‫‪100 ayat dari surat An-Nisaa.‬‬
‫‪(Tambahan Penjelasan):‬‬
‫‪Hal Ini berdasarkan hadits :‬‬

‫ـن َم َّك ـ َة‬ ‫ـ‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫ـى‬ ‫ـ‬‫وس‬ ‫م‬ ‫َب‬‫أ‬ ‫َّ‬
‫َن‬ ‫أ‬ ‫‪،‬‬‫ز‬‫ٍ‬ ‫ـ‬ ‫ل‬‫م‬‫ِ‬
‫َعـ ْـن أَِب َْ‬
‫َ ُ َ َ َ َ َْ‬
‫صلَّى‬ ‫ي‬‫ِ‬ ‫ـ‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ك‬
‫ر‬ ‫اء‬ ‫ش‬ ‫ِ‬
‫ع‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫َّ‬
‫ل‬ ‫ص‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ف‬
‫َََ َ‬ ‫ام‬ ‫ق‬ ‫ث‬
‫َّ‬‫ُ‬ ‫‪،‬‬ ‫ْ‬
‫َ َ َ َ َْ‬ ‫ْ‬ ‫َوالْ َم َ َ َ‬
‫ف‬ ‫«‬ ‫‪،‬‬ ‫ة‬ ‫ين‬ ‫د‬
‫ـاء»‪،‬‬ ‫رْكعـةً أَوت ــر ِبــا‪ ،‬فـ َقــرأَ فِيهــا بِِائـ ِـة آيـ ٍـة ِمــن النِسـ ِ‬
‫َ َ ْ ََ َ َ َ َ َ َ َ ّ َ‬
‫ضـ َـع‬‫ـث َو َ‬ ‫َضـ َـع قَ َد َمـ َّـي َحْيـ ُ‬‫ت أَ ْن أ َ‬ ‫ـال‪َ :‬مــا أَلَـ ْـو ُ‬ ‫ُثَّ قَـ َ‬
‫صلَّــى هللاُ َعلَْيـ ِـه َو َسـلَّ َم قَ َد َمْيـ ِـه َوأ ََن أَق ـَْـرأُ‬ ‫ـول َِّ‬
‫الل‬ ‫َر ُسـ ُ‬
‫َ‬
‫صلَّــى هللاُ َعلَْيـ ِـه َو َسـلَّ َم‬ ‫ـول َِّ‬
‫الل‬ ‫ُ‬ ‫ـ‬‫س‬ ‫ر‬ ‫ِبـَـا ق ــرأَ بِـ ِ‬
‫ـه‬
‫َ‬ ‫ََ َ ُ‬
‫‪ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH‬‬ ‫‪38‬‬
Dari Abu Mijlaz bahwasannya Abu Musa pernah be-
rada di antara Makkah dan Madinah, dia sholat Isya dua
rakaat, kemudian berdiri, lalu shalat satu rakaat sebagai
witir dengan membaca seratus ayat dari surat an-Nisaa.
Kemudian beliau (Abu Musa) berkata: “Aku tidak meny-
ia-nyiakan untuk menapakkan telapak kakiku ditempat
manapun Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam mena-
pakkan telapak kakinya, dan aku membaca sebagaimana
Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam membacanya. (HR.
An-Nasaa-i no. 1728, lihat Ashlu Shifat Sholat Nabi oleh
Syaikh Albani 2/543, Shohih)


ADAB YANG KESEPULUH


‫السـ َـاِم أ َْو‬
َّ َ َْ ْ ‫ـل‬ ‫ـ‬ ‫ب‬‫ـ‬ ‫ق‬ ِ
‫ر‬ ‫ـ‬ ‫ت‬ِ
‫و‬ ْ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ر‬ِ ‫ـ‬ ِ
‫آخ‬ ‫ َويـَُقـ ْـو ُل ِف‬.١٠
،‫ك‬ ِ
‫ط‬
َ َ َ ْ ‫خ‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ‫ـن‬ ‫ـ‬ ِ
‫م‬ ‫ـاك‬
َ ‫ـ‬‫ض‬ ِ
‫ر‬ ِ
َ ‫بـَْع ـ َدهُ اللَّ ُهـ َّـم إِِّن أَعُــوذُ ب‬
ِ ِ ِ ِ
‫ـك‬
َ ‫ـ‬ ‫ب‬ ‫ذ‬
ُ ‫ـو‬ ‫ـ‬ُ َ َ َ ُ ْ َ ‫َوأَعُــوذُ ِبَُعافَات‬
‫َع‬ ‫أ‬‫و‬ ، ‫ـك‬ ‫ـ‬ ‫ت‬ ‫وب‬ ‫ق‬
ُ ‫ع‬ ‫ـن‬ ‫ـ‬ ‫م‬ ‫ـك‬ ‫ـ‬
‫ـت َك َمــا‬ ‫ـ‬ ‫ن‬َ‫أ‬ ،
َ ْ َ ْ َ ً ََ ‫ـك‬ ‫ـ‬ ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ـاء‬ ‫ـ‬‫ن‬ ‫ـ‬ ‫ث‬ ‫ـي‬ ‫ـ‬ ِ
‫ص‬ ‫ُح‬ ‫أ‬ ‫ل‬ َ ، ‫ـك‬
َ ْ ‫ـ‬ ‫ن‬ ِ
‫م‬
ْ
‫ـك‬ ِ
َ ‫ـت َعلَــى نـَْف‬
‫ـ‬ ‫س‬ َ ‫أَثـْنـَْيـ‬
Dan membaca di akhir sholat witir sebelum salam

39 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH


atau sesudah salam.

‫ َوأَعُو ُذ‬،‫ك‬ ‫ط‬ِ


َ َ َ ْ ‫اك‬‫خ‬ ‫س‬ ‫ن‬ ِ
‫م‬ َ‫ض‬ ِ
‫ر‬ ِ
‫ب‬ ‫ذ‬ ‫و‬ ِِ َّ
َ ُ ُ ّ ُ ‫الل‬
‫َع‬
‫أ‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫م‬
َّ ‫ه‬
‫ َل‬،‫ك‬ ‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫ك‬ ِ‫ب‬ ‫ذ‬
ُ ‫و‬ ‫َع‬
َ ْ َ ُ َ َ َ ُ ْ َ َُ ‫أ‬‫و‬ ، ‫ك‬ ِ
‫ت‬ ‫وب‬ ‫ق‬ُ ‫ع‬ ‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫ك‬ ِ
‫ات‬ ‫ف‬
َ ‫ا‬ ‫ع‬ ِ
‫ب‬
‫ت َعلَى‬ ‫ي‬ ‫ـ‬ ‫ن‬ ‫ـ‬ ‫ث‬َ
‫أ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ك‬
َ
َ َْ ْ َ َ َ ْ َ ً ََ‫ت‬ ْ‫ن‬َ
‫أ‬ ، ‫ك‬ ‫ي‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫اء‬ ‫ن‬ ‫ـ‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫ص‬ِ ‫ُح‬ْ‫أ‬
‫ك‬ ِ
َ ‫نـَْف‬
‫س‬
“ALLAHUMMA INNI AUDZUBIRIDHOKA ‘AN
SAKHOTIK WA BI MUAFATIKA MIN UQUUBATIK WA
AUDZUBIKA MINKA LA UHSYI TSANA-AN ALAIKA
ANTA KAMA ATSNAITA ALA NAFSIKA. Ya Allah aku ber-
lindung kepada Mu dengan keridoaan-Mu dari kemur-
kaan-Mu dengan maaf-Mu dari siksa-Mu dan aku ber-
lindung dengan-Mu dari-Mu, aku tidak bisa menghitung
pujian kepadamu sebagaimana Engkau telah memuji di-
ri-Mu sendiri. (HR. An-Nasaa-i no. 1747, Ibnu Majah no.
1179, Abu Dawud no. 1427, Lihat Irwaul Ghalil no. 430,
Shohih )
(Tambahan Penjelasan):

Lihat Qiyamur Ramadhan Fadhluhu wa Kaifiyatu Adaa-


ihi wa Masyru’iyah al-Jama’ah wa ma’ahu Bahtsul Qayyim
‘anil I’tikaf oleh Syaikh al-Albani no. 17.

ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 40


Diucapkan sebelum salam berdasarkan dalil:

‫هللا‬ ‫ـى‬ ‫ـ‬َّ


‫ل‬ ‫ص‬ ‫ـي‬ ِ ‫ـ‬َّ
‫ن‬ ‫ال‬ َّ
‫َن‬ ‫أ‬ ، ٍ
‫ـب‬ ِ‫عــن علِـ ِـي ب ـ ِن أَِب طَال‬
‫ـ‬
ُ َ َّ ْ ّ َ َْ
‫آخ ـ ِر الْ ِوتْ ـ ِر «اللَّ ُهـ َّـم‬ ِ ‫ ِف‬:‫ـول‬ ُ ‫َعلَْيـ ِـه َو َس ـلَّ َم َكا َن يـَُقـ‬
‫ك‬ ِ
‫ات‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ِ ‫ذ‬ ‫و‬ ‫َع‬ ‫أ‬‫و‬ ، ‫ك‬ ِ
‫ط‬ ‫خ‬ ‫س‬ ‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫اك‬ ‫ض‬ ِ
‫ر‬ ِ
‫ب‬ ‫ذ‬ ‫و‬ ‫َع‬‫أ‬ ِِ
َ
َ َُ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ُ ُ ّ‫إ‬ ‫ن‬
‫اء‬ ‫ن‬ ‫ـ‬‫ث‬ ‫ي‬ ‫ص‬ ِ ‫ُح‬ ‫أ‬ ‫ل‬ َ ، ‫ك‬ ‫ن‬‫م‬ِ ‫ك‬ ِ
‫ب‬
َ ْ َ ُ َ َ َ ُُ ْ‫ذ‬
ُ ‫و‬ ‫َع‬ ‫أ‬‫و‬ ،‫ك‬ ِ
‫ت‬ ‫وب‬ ‫ق‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫م‬ِ
ً ََ ْ
ِ
»‫ـك‬ َ ‫ـت َعلَــى نـَْف‬
‫ـ‬‫س‬ َ ‫ـت َك َمــا أَثـْنـَْيـ‬
َ ‫ أَنْـ‬،‫ـك‬ َ ‫َعلَْيـ‬
Dari Ali bin Abi Thaalib : Bahwasannya Nabi shal-
lallaahu ‘alaihi wa sallam senantiasa mengucapkan
doa pada shalat witirnya : “ALLAHUMMA INNI AUD-
ZUBIRIDHOKA ‘AN SAKHOTIK WA BI MUAFATIKA
MIN UQUUBATIK WA AUDZUBIKA MINKA LA UHSYI
TSANA-AN ALAIKA ANTA KAMA ATSNAITA ALA NAF-
SIKA. Ya Allah aku berlindung kepada Mu dengan keri-
doaan-Mu dari kemurkaan-Mu dengan maaf-Mu dari sik-
sa-Mu dan aku berlindung dengan-Mu dari-Mu, aku tidak
bisa menghitung pujian kepadamu sebagaimana Engkau
telah memuji diri-Mu sendiri (HR. At-Tirmidzi no. 3566,
Abu Dawud 1427, an-Nasa-I no. 1747 dan Ibnu Majah
no. 1179 – lafazh diambil dari Ibnu Majah dan An-Nasa-i,
Lihat Irwaul Ghalil no. 430). Lafazh At-Tirmidzi no. 3566
yaitu:

: ‫ول ِف ِوتْ ِرِه‬


ُ ‫يـَُق‬
41 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH
Beliau mengucapkannya pada sholat witirnya.
Syaikh Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul hafizha-
hullah dalam kitabnya Bughyatul Mutathowwi’ fi Sholatit
Tathowwu’ hal. 74 menukilkan perkataan Imam As-Sindi
dalam kitabnya Hasyiyah as-Sindiy Ala an-Nasa-I 3/249, “

‫آخ ِر‬ ِ ‫آخ ِر ِوتْ ِرِه َيتَ ِمل أَنَّه َكا َن يـ ُقو ُل ِف‬ ِ ‫ول ِف‬ ُ ‫َكا َن يـَُق‬
َْ ُ ُ ْ
‫ضــى َك َلِم‬ ‫ت‬ ‫ق‬ْ ‫م‬ ‫ـو‬ ‫ـ‬ ‫ه‬ ‫ـا‬‫ـ‬ ‫م‬ ‫ك‬
َ ِ ‫الْ ِقيـ ِـام فَصــار هــو ِمــن الْ ُقن ــو‬
‫ت‬
َ َ ُ َ ُ َ ُْ َ َ ُ َ َ َ
‫َّشـ ُّـه ِد َوُهـ َـو‬
‫ت‬ ‫ال‬
َ ْ ُُ ‫د‬ِ‫ـف وحيت ِمــل أَنـَّـه َكا َن يـ ُقــول ِف قـعــو‬
ْ َ ُ ُ َْ َ ّ‫صن‬
ِ ‫ـ‬ِ
َ ُ‫امل‬
ِ َ‫ظ‬
‫اهـ ُـر اللَّ ْفـ ِـظ‬
Dalam lafazh hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi was-
salam biasa mengucapkannya di akhir sholat witirnya,
kemungkinan pembacaannya bisa terjadi ketika beliau
membacanya di akhir berdirinya maka bacaan doa itu ter-
masuk dari bacaan qunut (hal ini) sesuai dengan apa yang
dikehendaki dari perkataannya Imam an-Nasa-i dan di-
mungkinkan pula maknanya bahwa Nabi Shallallahu’alaihi
wassalam membacanya ketika (diakhir) duduk tasyahud
dan ini adalah makna secara lahiriyah dari lafazh hadits
tersebut.
Sesudah salam berdasarkan dalil hadits:

ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 42


‫ي َعـ ْـن‬ ِّ ‫هللا بْـ ِن َعْبـ ٍـد الْ َقـ‬
ِّ ‫ـار‬ ِ ‫عــن إِبـر ِاهيــم بـ ِن عبـ ِـد‬
َْ ْ َ َْ ْ َ
ِ ‫ـت ِعْنـ َـد رسـ‬
‫ـول‬ ِ
‫ـ‬ ‫ب‬ : ‫ـال‬ ‫ـ‬‫ق‬ ، ‫ـب‬ ٍ ِ
‫ـ‬ ‫ال‬ ‫ط‬ ‫َب‬ ِ‫أ‬ ِ
‫ن‬ ‫ـ‬ ِ
َُ ُّ َ َ َ ْ ّ ‫َعل‬
‫ب‬ ‫ـي‬
ِ ‫ـ‬
‫ـت‬ ‫ـ‬ ‫ن‬ ‫ك‬ُ ‫ف‬ ، ٍ
‫ـة‬ ‫ـ‬َ‫ل‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ َ‫ل‬ ‫ات‬ ‫ذ‬ ‫ـلم‬ ‫ـ‬ ‫س‬‫و‬ ‫ـه‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ ‫عل‬ ‫هللا‬ ‫ـى‬ ‫ـ‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ِ
‫هللا‬
ُ ْ َ ْ َ َ
،ُ‫ض َج َعــه‬ َ
ْ َ َّ َ َ َ َ َ ْ ‫غ‬
‫م‬ ‫أ‬
‫ـو‬ ‫ـ‬ ‫ب‬ ‫ـ‬ ‫ت‬‫و‬ ، ِ
‫ـه‬ ِ
‫ـ‬ ‫ت‬‫ال‬ ‫ص‬ ‫ـن‬ ‫ـ‬‫م‬ ِ َ ‫إِ َذا ف ـَ َـر‬ ،ُ‫َسَعُــه‬ ْ‫أ‬
،‫ـك‬ ‫ـ‬ِ
‫ت‬ ‫وب‬ ‫ق‬
ُ ‫ع‬ ‫ـن‬ ‫ـ‬ ‫م‬ِ
َ َ ُ ْ َ َُ ُ ّ ‫ اللَّ ُهـ َّـم إ‬: ‫ـول‬
‫ـك‬ ِ
‫ـ‬‫ات‬َ‫ف‬ ‫ا‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ِ ‫ذ‬
ُ ‫ـو‬ ‫ـ‬ ‫َع‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ِ ِ ُ ‫يـَُقـ‬
،‫ـك‬ ‫ـ‬‫ن‬ ‫م‬ِ ‫ـك‬ ‫ـ‬ِ
‫ب‬ ‫ذ‬ ‫ـو‬ ‫ـ‬‫َع‬ ‫أ‬‫و‬ ، ‫ك‬ ‫ط‬ِ ‫ـخ‬ ‫ـ‬‫س‬ ‫ـن‬ ‫ـ‬ ‫م‬ِ ‫ـاك‬ ‫ـ‬‫ض‬ ِ ِ
َ ْ َ َُ َ ََ ْ ُ َ َ ‫َوأَعُــوذُ ب‬
‫ر‬
،‫ـت‬ ‫ـ‬‫ص‬ ‫ر‬ ‫ح‬ ‫ـو‬ ‫ـ‬‫ل‬‫و‬ ، ‫ـك‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ـاء‬ ‫ـ‬‫ن‬ ‫ـ‬ ‫ث‬ ‫يع‬ ‫ط‬ِ ‫ـت‬ ‫ـ‬ ‫َس‬ ‫أ‬ ‫ال‬ ‫ـم‬ ‫ـ‬‫ه‬ َّ
ُ ْ ََ ْ َ ْ َ ً َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ُ ‫الل‬
‫ـك‬ ِ
َ َْ َ َ َْ ْ َ َ َ ْ ْ َ‫َول‬
‫ـ‬ ‫س‬ ‫ف‬ ‫ـ‬ ‫ن‬ ‫ـى‬ ‫ـ‬َ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ـت‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ ‫ـ‬ ‫ن‬ ‫ـ‬ ‫ث‬َ
‫أ‬ ‫ـا‬ ‫ـ‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ـت‬ ‫ـ‬ ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ـن‬ ‫ـ‬‫ك‬ِ
Dari Ibrahim bin Abdillah bin Abdin al-Qarri, dari
Ali bin Abi Tholib, dia berkata, “Aku pernah bermalam
di tempat Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam pada
suatu malam, kemudian aku pernah mendengar Rasu-
lullah Shallallahu’alaihi wassalam apabila beliau telah
selesai dari shalatnya dan berbaring di tempat tidurnya
berdoa, “Ya Allah Aku berlindung dengan maaf-Mu dari
siksa-Mu, dan aku berlindung dengan keridoaan-Mu dari
kemurkaan-Mu dan aku berlindung dengan-Mu dari-Mu,
aku tidak bisa menghitung pujian kepadamu walaupun
aku telah berusaha, namun pujian-Mu adalah sebagaima-

43 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH


na Engkau telah memuji diri-Mu sendiri. (HR. An-Nasa-i
dalam Amalul Yaum wal Lailah no. 891, dan Ibnu Sun-
ni dalam Amalul Yaum wal Lailah no. 766. Hadits diatas
terputus karena Ibrahim bin Abdillah bin Abdin al-Qari
tidak bertemu dengan Ali bin Abi Tholib dimana dia ter-
masuk thobaqot ke-4, sebagaimana dijelaskan oleh Imam
Al-Mizzi dalam Tahdzibul Kamal no. 193 bahwa Ibrahim
meriwayatkan hadits Ali secara Mursal. Namun Imam
An-Nasa-I membawakan hadits yang serupa dengan is-
nad yang shohih di kitabnya Amaul Yaum wal Lailah oleh
Imam an-Nasa-I no. 892. Lihat Bughyatul Mutathowwi’ fi
Sholatit Tathowwu hal. 73)
Syaikh Al-Adzim AAbadi dalam Aunul Ma’bud Syarah
Shohih Abi Dawud 4/213 memberikan penjelasan bahwa
doa tersebut dibaca setelah salam. Hal ini juga sebagaima-
na Imam al-Baihaqy mencantumkan doa tersebut pada
kitabnya As-Sunan al-Kubro bab:

‫ول بـَْع َد الْ ِوتْ ِر‬


ُ ‫ب َما يـَُق‬
ُ ‫َب‬
Ma Yaquulu Ba’dal Witri apa yang diucapkan setelah
Sholat Witir. Begitu pula Imam an-Nasa-i mencantumkan
doa tersebut di dalam Bab Ma Yaquulu Idza Faragho min
sholatihi wa tabawwa’u madhzja’ahu : Bab Apa yang diu-
capkan (oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam) apa-
bila telah selesai dari shalatnya dan berbaring di tempat
tidurnya.


ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 44


‫‪ADAB YANG KESEBELAS‬‬
‫«سـ ْـب َحا َن‬ ‫‪:‬‬ ‫ـال‬ ‫ـ‬ ‫ق‬ ‫ِ‬
‫ر‬ ‫ـ‬ ‫ت‬ ‫ِ‬
‫و‬ ‫ْ‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ـن‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫‪َ .١١‬و إ َ َ َ‬
‫ـ‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ‫ا‬‫ذ‬‫َ‬
‫وس» ‪َ ٣‬م ـرات ويَ ِزيْـ ُد ِف الثَّالَثَـ ِـة‬ ‫ـك الْ ُقـ ُّـد ِ‬‫الْملِـ ِ‬
‫َ‬
‫ص ْوتَــهُ ِف الثَّالِثَـ ِـة‪.‬‬ ‫ـع‬ ‫ـ‬‫ف‬
‫َ‬ ‫ر‬
‫َ ْ َ َْ ُ َ‬ ‫ـ‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ح‬
‫ِ‬ ‫و‬ ‫ـر‬
‫ُّ‬ ‫ـ‬ ‫ل‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ِ‬
‫ة‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫ِ‬
‫ئ‬ ‫ا‬
‫َ‬ ‫َر ّ َ‬
‫ـ‬ ‫م‬ ‫ـ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ِ‬
‫ب‬
‫‪Apabila telah salam dari sholat witir maka beliau beru-‬‬
‫‪cap “SUBHANAA AL MALIKIL QUDDUS 3X dan ditambah‬‬
‫‪pada yang ketiga “RABBIL MALAIKATI WAR RUUH” den-‬‬
‫‪gan mengeraskan sedikit suaranya‬‬

‫‪(Tambahan Penjelasan):‬‬
‫‪Hal ini berdasarkan hadits:‬‬

‫الر ْحَـ ِن بْـ ِن أَب ـْ َـزى‪َ ،‬عـ ْـن أَبِيـ ِـه‪ ،‬أ َّ‬
‫َن‬ ‫ِ‬
‫َعـ ْـن ابْـ ِن َعْبـ َّ‬
‫ـد‬
‫صلَّــى هللاُ َعلَْيـ ِـه َو َسـلَّ َم َكا َن يُوتـُِـر بِ َســبِّ ِح‬ ‫ـول َِّ‬
‫الل‬ ‫َر ُسـ َ‬
‫َ‬
‫َعلَــى‪َ ،‬وقُـ ْـل َي أَيـَُّهــا الْ َكافِـ ُـرو َن‪َ ،‬وقُـ ْـل‬ ‫ْ‬ ‫ـك‬ ‫ِ‬
‫اسـ َـم َربّ َ ْ‬
‫ال‬ ‫ـ‬ ‫ْ‬
‫«سـ ْـب َحا َن‬ ‫‪:‬‬ ‫م‬ ‫َّ‬
‫ل‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ـول إِ‬‫َح ـ ٌد‪َ ،‬وَكا َن يـَُقـ ُ‬
‫َ َ ُ‬ ‫َ‬ ‫اللُ أ َ‬ ‫ُهـ َـو َّ‬
‫ص ْوتَــهُ ِبلثَّالِثَـ ِـة‬ ‫ـع‬ ‫ـ‬‫ف‬
‫ً َ َْ َ ُ َ‬‫ر‬ ‫ـ‬ ‫ي‬‫و‬ ‫‪،‬‬‫ث‬ ‫ـا‬
‫َ‬ ‫ـ‬
‫َ‬‫ث‬ ‫»‬ ‫ِ‬
‫ُّوس‬ ‫ـد‬ ‫ـ‬ ‫ق‬
‫الْ َمل ُ‬
‫ل‬
‫ْ‬ ‫ا‬ ‫ـك‬‫ِ‬ ‫ـ‬‫ِ‬

‫‪45‬‬ ‫‪ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH‬‬


Dari Ibn Abdirrahman bin Abza dari Bapaknya,
bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam sholat
witir dengan membaca Surat al-A’laa, surat al-Kaafiru-
un, dan surat al-Ikhlas. Jika beliau telah mengucapkan
salam, maka beliau membaca doa, “SUBHAANAL MA-
LIKIL QUDDUUS” tiga kali dan mengeraskan suaranya
pada yang ketiga kalinya. (HR. An-Nasa-I no. 1732, li-
hat pula Abu Dawud no. 1430. Lihat Shohih Abi Dawud
oleh Syaikh Albani no. 1284, dan Shohih An-Nasa-I no.
1732, Shohih)
Dan tambahan RABBIL MALAIKATI WAR RUUH
adalah berdasarkan hadits:

ُّ ‫ب ال َْم َلئِ َك ِة َو‬


»ِ‫الروح‬ ِّ ‫«ر‬
َ : ‫ول‬
ُ ‫ق‬ُ ‫ـ‬
َ َ‫ي‬ ِ
‫ة‬‫ري‬ ِ
‫َخ‬‫ال‬
ْ ‫ف‬ِ
Di akhirnya (setelah membaca subhanal malikil
quddus tiga kali) Nabi Shallallahu’alaihi wassalam ber-
doa: “RABBIL MALAIKATI WAR RUUH – Rabb Ma-
laikat dan Ar-Ruuh (Malaikat Jibril). (HR. Ad Daruquthni
no. 1679, lihat Zadul Ma’ad yang ditahqiq oleh Syu’aib
Al-Arnauth dan Abdul Qadir Al-Arnauth 1/337.))



ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 46


ADAB YANG KEDUA BELAS
ِ ِ ِ ِ
،ً‫َحيَاان‬ ‫ر‬ ‫ت‬‫و‬ ْ
ْ ْ َ َْ َْ َ َ َ ‫صل‬
‫أ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫د‬ ‫ع‬ ‫ـ‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫ـ‬ ‫ت‬‫ع‬ ‫ك‬
ْ‫ر‬ ‫ي‬ ّ َ ُ‫ َولَهُ أَ ْن ي‬.١٢
‫يـَْق َرأُ فِيـَْها ِب َلزل َْزلَ ِة َوال َكافِ ُرْو َن‬
Terkadang Rasulullah shallallahua alaihi wassalam
sholat dua rokaat setelah witir dengan membaca dida-
lamnya al-Quran Surat al-Zalzalah dan al-Kaafiruun
(Tambahan Penjelasan):
Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Umamah radhial-
lahu ‘anhu, beliau mengatakan:

‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يُوتُِر بِتِ ْس ٍع‬ َِّ‫ول الل‬ُ ‫َكا َن َر ُس‬
َ
‫صلَّــى‬ ٍ ‫س‬ِ
َ َ ْ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َُ َ َ ‫َحـ َّـى إ‬
‫و‬ ‫ع‬ ‫ـب‬ ‫ـ‬ ‫ب‬ ‫ـر‬ ‫ـ‬ ‫ت‬‫َو‬
‫أ‬ ‫ـه‬ ‫ـ‬‫م‬ ‫ل‬
َ ‫ـر‬ ‫ـ‬ ‫ث‬‫ك‬َ‫و‬ ‫ن‬
َ َّ
‫ـد‬ ‫ـ‬ ‫ب‬ ‫ا‬‫ذ‬َ ِ
ِ ‫ب (إِ َذا ُزلْ ِزلَـ‬ ِ َ‫ـن وُهــو جالِــس فـ َقــرأ‬ ِ
‫ـت) َو‬ َ َ ٌ ِ َ َ َ ْ َ‫َرْك َعت ـ‬
) ‫(قُـ ْـل َي أَيـَُّهــا الْ َكافـ ُـرو َن‬
“Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam witir
dengan 9 rakaat. Ketika beliau sudah mulai gemuk, beliau
witir 7 rakaat, kemudian  shalat 2 rakaat sambil duduk,

47 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH


dan beliau membaca surat Az-Zalzalah dan surat Al-Kafirun.”
(HR. Ahmad 5/269 no. 22313, sanadnya hasan, lihat Ash-
lu Shifat Sholat an-Nabiy Shallallahu’alaihi wassalam oleh
Syaikh Al-Albani rahimahullah 2/544).


ADAB YANG KETIGA BELAS


‫ َولَيـْلَ ـةُ الْ َق ـ َد ِر تَ ُكـ ْـو ُن ِف إِ ْح ـ َدى اللَيَـ ِـال‬.١٣
‫ضــا َن َعلـ َـى‬ ‫م‬‫ر‬ ‫ـن‬ ‫ـ‬ ‫م‬ِ ‫ر‬ِ ‫ـ‬ ِ
‫اخ‬ ‫و‬ َ
‫أل‬ ‫ا‬ ِ
‫ر‬ ‫ـ‬ ‫ش‬ ‫الع‬ ‫ـن‬ ‫ـ‬ ِ
‫م‬ ‫ـة‬ ‫ـ‬ ‫ي‬‫د‬ِ ‫ال َف ْر‬
َ ََ ْ َ َْ َ
ِ ‫اد ِة وتَِلوِة ال ُقر‬ ِ ِ
‫آن‬ ْ َ َ َ َ ‫ب‬ ‫الع‬ ‫ى‬ َ‫ل‬ ‫ع‬
َ ُ ‫ فـَْليَ ْح‬.‫األَ ْر َجح‬
‫ص‬ ‫ر‬
‫ـك‬ َّ
‫ـ‬ ‫ن‬ِ
‫إ‬ ‫ـم‬
َّ ‫ـ‬ ‫ه‬ َّ
‫ل‬ ‫ال‬ :‫ـا‬
‫ـ‬ ‫ه‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ِ
‫ف‬ ‫ـو‬ ‫ـ‬ ‫ع‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ن‬ْ َ
‫أ‬ ‫ب‬
ُّ ‫ح‬ِ َ ْ َ َ َْ ‫ف‬
‫ـت‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ‫ي‬‫و‬ .‫ـا‬ ‫ـ‬ ‫ه‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ ِ
َ ُ َْ َ ُ ْ َ
.‫التِمـ ِـذي‬ِّْ ُ‫ رواه‬.‫ـف َعـ ِّـي‬
ََ ‫ـ‬ ‫ع‬
ُ ْ َ َ ‫ا‬َ‫ف‬ ‫ـو‬ ‫ـ‬ ‫ف‬
ْ ‫ْع‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫ـب‬
ُّ ‫ـ‬ ِ
‫ت‬ُ ‫عُ ُفـ ٌّـو‬
Malam lailatul qadar itu terjadi di salah satu dari malam
malam ganjil setelah hari ke20 ramadhan sebagaimana
pendapat yg paling kuat. Maka bersungguh sungguhlah un-
tuk melakukan ibadah dan membaca quran pada saat itu
dan dianjurkan untuk membaca ALLAHUMMA INNAKA
AFUWWUN TUHIBBUL AFWA FA’FUANNI . Ya Allah se-
sungguhnya Engkau Maha pengampun lagi Maha mulia
yang suka memberi ampunan maka ampunilah kami.

ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 48


Hadits riwayat at-Tirmidzi.

(Tambahan Penjelasan):
Doa tersebut berdasarkan dalil : “Nabi Shallallahu’alai-
hi wassalam pernah mengajarkan kepada Aisyah radhial-
lahu’anha agar mengucapkan di malam lailatul qadar doa:

‫ف َع ِّن‬ ‫اع‬ ‫ف‬ ‫و‬ ‫ف‬ ‫ع‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ِ


‫ت‬ ‫و‬ ‫ف‬ َّ ِ َّ
َ
ُ ْ ََ ْ ْ ُّ ُ ٌّ ُ ُ َ ُ ‫الل‬
‫ع‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫م‬
َّ ‫ه‬
ALLAAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA
FA’FU ‘ANNII
(Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Am-
punan, Engkau senang memberikan ampunan, maka am-
punilah aku).” (HR. At-Tirmidzi no. 3513 dan Ibnu Majah
no. 3850, Shohih Lihat Shohih At-Targhib wat Tarhiib no.
3391)


ADAB YANG KEEMPAT BELAS


‫اجد‬ِ ‫اال ْعتِ َكاف ِف أَح ِد الـمس‬ِ ‫ب‬ ُّ ‫ ويُ ْستَ َح‬.١٤
ََ َ
‫صــى‬ ‫ق‬
ْ َ
‫أل‬ ‫ا‬ ِ ‫ال ــمس ِج ِد احلــرام وال ــمس ِج‬: ‫الثَّالَثَـ ِـة‬
‫د‬
َ ْ َ َ ََ َْ
.‫السـ َـاِم‬ ِ
‫ـه‬‫ـ‬
َّ ْ َ ّ ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ـي‬ِ‫ـ‬َّ
‫ن‬ ‫ال‬ ِ
‫د‬ ِ
‫ـج‬‫َوَم ْسـ‬
49 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH
Dianjurkan untuk i’tikaf di salah satu dari tiga masjid :
Masjidil Haram, Masjidil Aqsho dan Masjidin Nabi Shol-
lallahu’alaihi wassalam

(Tambahan Penjelasan):
Hal ini berdasarkan hadits berikut ini:

‫اج ِد الث ََّلثَِة‬


ِ ‫اف َّإل ِف الْمس‬
ََ
ِ
َ ‫َل ْاعت‬
‫ك‬َ
Tidak ada I’tikaf kecuali pada masjid yang tiga (yai-
tu masjidil Haram, Masjidil Aqsho, dan masjid Nabawi)
(HR. Al-Baihaqy no. 8574, shohih. Lihat Silsilah Ahaadits
Ash-Shohihah no. 2786)
Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan:

ِ ْ ‫الشْي َخ‬
‫ي‬ ِ
َ َْ َ ٌ ْ ‫ص‬
‫ط‬ ‫ر‬ ‫ش‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ح‬ ‫ي‬‫ح‬ِ ِ
َ َ ْ ‫َوَه َذا إ‬
‫اد‬
ٌ َ‫ن‬ ‫س‬
Isnad hadits ini shahih sesuai dengan syarat
Syaikhain (al-Bukhari - Muslim) (maksudnya adalah per-
awi-perawi yang dipakai oleh Imam al-Bukhari dan Mus-
lim. ) (As Silsilah Ash Shahihah No. 2786)
Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu memaknai
bahwa hadits di atas, hanya mengingkari kesempurnaan
I’tikaf saja, tidak sampai mengingkari keabsahan I’tikaf di
masjid lain. Syaikh Al Albani rahimahullah mengatakan

ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 50


bahwa Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu mentakwil demiki-
an, sebagaimana perkataannya :

:‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِِ‫ َك َقول‬، ‫اف َك ِام ًل‬
‫ه‬ ‫ك‬َ ِ
‫ت‬ ‫ع‬ِ‫ا‬ َ‫ال‬
َ ْ َ ْ
ِ ِ ِ
َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ْ َ ‫الَ إِْيَا َن ل‬
‫هد‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫د‬  ‫ال‬ ‫و‬ ، ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫َم‬
‫أ‬ ‫ل‬َ ‫ن‬ ‫م‬
‫ َوهللاُ أ َْعلَ ْم‬،ُ‫لَه‬
“I’tikafnya tidak sempurna, sebagaimana Sabdan-
ya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Tidak ada iman bagi yang
tidak menjaga amanah, dan tidak beragama bagi yang ti-
dak menepati janji.” (Lihat Silsilah Ahaadits as-Shohihah
6/667 no. 2786)
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahul-
lah juga memahami demikian, katanya:

،ٌّ‫اف َتم‬ ‫ك‬ ‫ـ‬ ِ


‫ت‬ ‫ع‬ ِ‫ـح هــذاَ احلديــث فَالْمــراد بِـ ِـه الَ ا‬ ِ
َ ْ َ ُ َ ُ ُ ْ ْ َ َ َّ ‫صـ‬ َ ‫إ‬ ‫ن‬
ْ
‫ ِم َن‬،‫ض ُل‬ ‫ف‬ َ
‫أ‬‫و‬ ‫َت‬ ‫أ‬ ‫د‬ ِ
‫اج‬ ‫س‬ ‫ـ‬ ‫م‬ ‫ـ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ِ
‫ه‬ ِ
‫ذ‬ ‫ه‬ ‫ف‬ ِ ‫اف‬ ‫ك‬ ِ‫ت‬ ‫ع‬ ِ
‫اال‬ َّ
‫َن‬ ‫َي أ‬
َ َْ َ ُّ َ َ َ َ َ ْ ْ‫أ‬
‫الصـ َـا َة‬
َّ ‫َن‬ َّ ‫ َك َمــا أ‬،‫ُخـ َـرى‬ ‫أل‬ ‫ا‬ ‫د‬ ِ ‫ف ِف ال ــمس‬
‫اج‬ ِ َ‫ِالعتِــكا‬
ْ ََ ْ
‫ويـَ ُـد ُّل‬ .‫ى‬ ‫ر‬ ‫ُخ‬ ‫أل‬ ‫ا‬ ِ ‫اج‬
‫د‬ ِ ‫الصـاَِة ِف ال ــمس‬ َّ ‫ـن‬‫ـ‬ ِ ‫فِيـهــا أَفْضــل‬
‫م‬
َ َْ ََ َ ُ َ َْ
‫{{و َال‬ : ‫ـال‬
َ ‫ـ‬‫ع‬ ‫ـ‬ ‫ت‬ ‫ـه‬ ‫ـ‬
ُ‫ل‬‫و‬ ‫ـ‬ ‫ق‬ ٍ ‫علَــى أَنـَّـه عــامٌّ ِف ُك ِل مسـ ِـج‬
‫د‬
َ ََ ُ َْ َّْ َ ُ َ
51 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH
:‫ـاج ِد}} [البقــرة‬ ِ ‫اشــروه َّن وأَنـتــم عاكِ ُفــو َن ِف الْمسـ‬
َ َ َ ْ ُْ َ ُ ُ
ِ ‫ب‬
َ ُ‫ـ‬ ‫ت‬
‫ـاج ِد}} (اَلْــ) ُهنَــا‬ ِ ‫{{ف الْمسـ‬
ََ
ِ :‫فقولــه تعــاىل‬.]781
‫اج ِد‬ ِ ‫ص ُّح إِالَ ِف الـمس‬ ِ ‫اف الَ ي‬ ُ ‫ك‬
َ ِ
‫ت‬ ‫ع‬ ِ
‫اال‬ ‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ك‬
َ ‫و‬ ‫ل‬
َ ‫ـ‬ ‫ف‬ ، ِ
‫م‬‫و‬ ‫م‬ ‫لع‬ ِ‫ل‬
ََ َ ْ ْ َ ُُْ
ِّ ‫الثَّالَثَـ ِـة لَـ ِزم أَ ْن تَ ُكــو َن (ال) هنــا لِْلعهـ ِـد‬
‫ َولَ ِكـ ْـن‬،‫الذ ْهـ ِـي‬ ْ َ َُ ْ َ
‫َن (ال) لِْل َع ْهـ ِـد‬ َّ ‫أَيْـ َـن الدَّلِْيـ ُـل؟ َوإِ َذا َلْ يـَُقـ ْـم الدَّلِْيـ ُـل َعلَــى أ‬
.‫َصـ ُـل‬ ‫أل‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
َ ‫ـ‬ ‫ه‬ ، ِ‫ال ِّذهـ ِـي فَ ِهــي لِْلعمــو‬
‫م‬
ْ َ ْ ُُ َ ْ
Jika hadits ini shahih, maka maksudnya adalah I’tikaf-
nya tidak sempurna, yaitu sesungguhnya I’tikaf di mas-
jid-masjid ini adalah lebih sempurna dan afdhal dibanding
I’tikaf di masjid lain sebagaimana shalat di dalamnya lebih
afdhal dibanding shalat di masjid lain. Hal yang menunjuk-
kan bahwa ini berlaku untuk semua masjid adalah firman-
Nya: (Janganlah kalian mencampuri mereka sedangkan
kalian I’tikaf di masjid-masjid), firman Allah fil Masajid (di
masjid-masjid), Al (alif lam) di sini menunjukkan makna
umum. Jikalau I’tikaf tidak shahih kecuali di tiga masjid saja
maka Al (alif lam) disini sebagai Al (Alif Lam) ‘Ahdi adz-Dz-
ihni (yaitu apabila kalimah yang diikuti oleh alif lam itu tel-
ah ada dalam benak pengetahuan/hati seseorang tanpa
harus diungkapkannya.) namun dimana dalilnya (bahwa
Al – Alif Lam itu termasuk jenis kategori Alif Lam Lil ‘Ahdi

ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 52


Dzihni)? Kalau tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa
al (alif lam) tersebut termasuk kategori Alif Lam Lil ‘Ahdi
Dzihni maka dia berlaku untuk umum dan itu adalah hu-
kum asalnya (dikembalikan kepada hukum asalnya yaitu
umum). (Lihat as-Syarhul Mumti’ ‘Ala Zaadil Mustaqni’
6/502-503, cet Dar Ibnil Jauzy th. 1433 H)


ADAB YANG KELIMA BELAS


‫اف‬ِ ‫اال ْعتِـ َك‬
ِ ‫ـال‬ َ ‫ َوَل َيُـ ْـوُز لَــهُ اخلـُ ُـرْو َج َحـ‬.١٥
‫اف إِ َذا‬ ِ ِ ‫ط‬ِ
َ َ ْ ُ ُْ َ َ َ َ َ ‫إِالَّ ل‬
‫ك‬ ‫ـ‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫اال‬ ‫ـل‬
‫ـ‬ ‫ب‬ ‫ـ‬ ‫ي‬‫و‬ . ِ
‫ـة‬‫ـ‬ ‫اج‬ ‫ل‬ْ ‫ا‬ ِ
‫ـاء‬
‫ـ‬ ‫ض‬ ‫ق‬ ِ
.ُ‫َج َامـ َـع أ َْهلَــه‬
Tidak boleh bagi orang yg beri’tikaf keluar dari
keadaan i’tikafnya kecuali untuk memenuhi kebutuhan
hajatnya mck. Dan batal i’tikafnya apabila menggauli
istrinya.

(Tambahan Penjelasan):
Hal ini berdasarkan dalilnya yaitu tentang batalnya
I’tikaf karena keluar dari masjid. Tidak keluar dari mas-
jid kecuali karena hajat manusia yang sifatnya darurat,
seperti mandi apabila junub karena mimpi, buang hajat,

53 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH


dan lainnya.

‫هللا‬ ‫ـى‬ ‫ـ‬َّ


‫ل‬ ‫ص‬ ِ َّ ِ
ُ َ ُّ َ َ ْ َ َ َ َ ‫َعـ ْـن َعائ‬
‫ـي‬ ‫ـ‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬ « : ‫ـت‬ ‫ـ‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫ق‬ ، ‫ة‬ ‫ـ‬ ‫ش‬
‫ل َرأْ َسـ ُـه‬ ََّ ِ‫ يُـ ْدِن إ‬،‫ـف‬ ‫ـ‬‫ك‬َ ‫ت‬‫اع‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
َ ِ‫إ‬ ،‫م‬ َّ
‫ل‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ‫و‬ ِ
‫ـه‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬
َ َْ َ َ َ ْ َ
‫اجـ ِـة‬ ‫ل‬ِ ‫ وَكا َن َل ي ْدخــل الْبـيــت إَِّل‬،‫فَأُرِجلُــه‬
ََ َ َْ ُ ُ َ َ ُِ ّ َ
»‫النْ َســان‬ ِْ
Dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa ia berkata : “Ada-
lah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam apabila beliau
beri’tikaf, beliau mencondongkan kepalanya kepadaku dan
aku menyisir rambutnya. Tidaklah beliau masuk rumah ke-
cuali karena hajat manusia” (HR. Muslim no. 297 (6), Abu
Dawud no. 2467).
Dalam Mausu’ah Fiqhiyyah Ad Durar As-Saniyah 2/13
terdapat nukilan Ibnu Hazm rahimahullah (wafat tahun
456 H):

‫َن َم ْن َخَر َج ِم ْن ُم ْعتَكفه ِف الـْ َم ْس ِج ِد‬ َّ ‫واتَّـ َف ُقوا َعلَى أ‬


ٍ ‫ضــرورٍة والَ بِـ ٍر أَمــر بِـ ِـه أَو نَـ َـد‬ ٍ ِ ِ
‫ب‬ ْ َ َ ْ ُ َ ََ َ َ ْ َ ‫ل‬
‫ل‬ ‫و‬ ‫ـة‬‫ـ‬ ‫اج‬ ‫ح‬ ‫ـر‬ ‫ـ‬‫غ‬
‫ فَـِإ َّن ْاعتِ َكافَــهُ قَـ ْد بَطَـ َـل‬،‫إِلَْيـ ِـه‬
“Para ulama telah bersepakat bahwa sesungguhnya
seseorang yang keluar dari tempat i’tikafnya di masjid tan-

ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 54


pa ada satu keperluan, tanpa darurat, atau tidak karena
kebaikan yang diperintahkan atau disunnahkan; maka
i’tikafnya batal” (Maratibul-Ijma’ halaman 41).
Tentang batalnya I’tikaf dikarenakan jima’ (hubungan

َ ُ ٰ َ ۡ ُ َ َ َّ ُ ُ ٰ َ ُ َ َ
badan)
َٰ َ ۡ
ۗ‫ج ِد‬ ِ ‫ول تب ِشوهن وأنتم ع‬
ِ ‫كفون ِف ٱلمس‬
“Dan janganlah kalian bercampur (berjima’) dengan
istri-istri kalian sedangkan kalian dalam keadaan i’tikaf di
dalam masjid” (QS. Al-Baqarah : 187).
Dalam Mausu’ah Fiqhiyyah Ad Durar As-Saniyah 2/15
terdapat nukilan pendapat para ulama bahwa berjimak
itu membatalkan I’tikaf antara lain:
Al-Mundziri rahimahullah (wafat tahun 656 H) berka-
ta dalam kitabnya al-Ijma poin nomer 133 hal 50:

.‫اشَرِة‬ ْ ‫ن‬ ِ
َ َ ُ َ ٌ َُْ َ َ‫َن الْ ُم ْعت‬
‫ب‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫وع‬ ‫ن‬‫م‬ ‫ف‬ ِ
‫ك‬ َّ ‫َجَعُوا َعلَى أ‬ ْ ‫وأ‬
ِ ِ‫َن من جامع ا‬
ٌ َ ْ ُ َ ُ َ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َّ ‫َجَعُوا َعلَى أ‬
‫ف‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ه‬‫و‬ ‫ه‬ ‫ت‬َ‫أ‬
‫ر‬ ‫م‬ ْ ‫َوأ‬
‫ك ِف فـَْرِج َها أَنَّهُ ُم ْف ِس ٌد ِل ْعتِ َكافِ ِه‬ َ
ِ‫ع ِام ًدا لِ َذل‬
َ
”Para ulama telah bersepakat bahwasannya seseo-
rang yang beri’tikaf terlarang untuk bercumbu. Dan para
ulama pun telah bersepakat bahwa siapa saja yang men-
jima’i istrinya dengan sengaja di kemaluannya dalam

55 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH


DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Qur’an al Kariim.
2. Kutubus Sab’ah (Shohih Bukhori dengan Syarahnya Fathul Bari, Sho-
hih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan Ibnu Ma-
jah, Sunan An-Nasa-i, Musnad Imam Ahmad)
3. Fathul Bari Syarah Shohih al-Bukhori, al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqala-
ni, cet. Daarus Salam, 1421 H.
4. Shohih At-Targhib wat Tarhiib – Syaikh Muham-mad Nashiruddin
al-Albani, Almaktab al Ma’arif 1421 H
5. Silsilah Ahaadits Ash-Shohihah - Muhammad Nashiruddin al-Albani,
Almaktab al Ma’arif 1415 H
6. Bughyatul-Mutathawwi’ Fi Sholatit Thathowu’ oleh Syaikh Dr. Mu-
hammad bin Umar bin Salim Bazmul, Daarul Hijrah th. 1414 H
7. Thorhut Tatsriib Fi Syarhit Taqriib oleh Al-Hafizh Abu al-Fadhl Al-’Iro-
qy cet. Darul Badr, th. 1436 H.
8. Syarah Sunan Abi Dawud oleh al-Muhaddits Abdul Muhsin al-Abaad
Hafidzhahullah – Maktabah as-Syamilah.
9. Mirqootul Mafaatiih syarah Misykaatul Mashoobih oleh Al-‘Alamah
Ali bin Sulthon, cet Daarul Kutub al-Ilmiyyah.
10. Al-Bahrul Mukhith ats-Tsajaaj Syarah Shohih Muslim bin al-Hajjaaj
oleh Syaikh Ali bin Adam bin Musa al-Etihiobi cet. Daar Ibnil Jauzy,
th. 1432 H.
11. Sholatul Mu’miin oleh Syaikh Sa’id bin Wahf al-Qahthani, cet Mak-
tabah Riyadh Lit Tauzi’.
12. Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah - Maktabah asy-Syamilah
13. Ashlu Shifat Sholat Nabi oleh Syaikh Albani al-Maktabah al-Ma’arif
1427 H.
14. Qiyamur Ramadhan Fadhluhu wa Kaifiyatu Adaaihi wa Masyru’iyah
al-Jama’ah wa ma’ahu Bahtsul Qayyim ‘anil I’tikaf oleh Syaikh al-Al-
bani.
15. ‘Aunul Ma’buud Syarah Sunan Abi Dawud oleh Muhammad Asyrof
bin Amir Al-’Adzim Abaadi, cet. Daarus Salaam th. 1430 H.
16. As-Syarhul Mumti’ ‘Ala Zaadil Mustaqni’, cet Dar Ibnil Jauzy th. 1433 H.
17. Mausu’ah Fiqhiyyah Ad Durar As-Saniyah – Maktabah as-Syamilah.
18. Al-Istidzkaar oleh Ibni Abdil Baar, cet. Daar Qutaibah th. 1414 H.

ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH 56


keadaan orang tersebut sedang ber-i’tikaf, maka amalan
i’tikafnya tersebut batal”
Imam Ibnu Abdil Bar rahimahullah (wafat tahun 380
H) dalam kitabnya al-Istidzkar 10/317:

‫ف يَطَأُ أ َْهلَهُ َع ِامدًا‬


ِ ‫والَ أ َْعلَم ِخالَفاً ِف الـم ْعتَ ِك‬
ُ ُ َ
‫أَنَّهُ قَ ْد أَفْ َس َد اِ ْعتِ َكافَ ُه‬
Aku tidak mengetahui adanya perbedaan pendapat
tentang orang yang I’tikaf menyetubuhi istrinya secara
sengaja maka itu telah membatalkan I’tikafnya.

‫ ه‬1437 ‫ رمضان‬.‫ أبوظيب‬/‫ أمحد بن عبدهللا اهلنائي‬:‫كتبه‬


Ditulis oleh Syaikh Ahmad bin Abdullah al-Hana-i
hafizhahullah, Abu Dhabi, Ramadhon 1437 H .
Diterjemahkan dan diberikan tambahan penjelasan
oleh Abu Usaid Zaki Rakhmawan.
Syaikh Ahmad bin Abdullah al-Hana-i hafizhahullah
adalah murid senior dari Syaikh Abdul Bari Al Madany Al
Hindy hafizhahullah, beliau mengajar kitab al-Muwath-
tho, Tafsir Al-Quran dan kitab lainnya di UAE. Alhamdu-
lillah penerjemah diberikan kemudahan untuk menimba
ilmu dari beliau hafizhahullah. Semoga Allah senantia-
sa memberikan pahala yang berlimpah kepada beliau
hafizhahullah atas ilmu yang diberikannya.

57 ADAB-ADAB SHALAT TARAWIH

Anda mungkin juga menyukai