Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori
1. Tinjauan umum remaja putri
a. Defenisi remaja putri
Usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang
memiliki rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan
dan tantangan serta cenderung berani mengambil risiko tanpa
pertimbangan yang matang terhadap segala tindakan yang
dilakukan sering disebut dengan remaja (Afrianti et al., 2017).
Remaja adalah golongan usia individu yang dapat
dikatakan sebagai golongan usia transisi yaitu di antara golongan
bukan golongan dewasa namun juga bukan golongan usia anak-
anak. Secara umum dipahami bahwa batasan usia remaja yaitu 12 –
17 tahun. Dalam rentang usia ini, remaja sedang mengalami proses
perubahan menuju kematangan fisik dan mental serta emosional,
dan dengan kata lain remaja diasumsikan dalam masa proses
tumbuh menuju dewasa (Sinaga et al., 2017).
Mayoritas remaja putri mengalami menstruasi di awal masa
remaja, yaitu usia sekitar 12 tahun. Kondisi psikologis remaja putri
di usia tersebut masih minim pengetahuan tentang mengelola diri
masa menstruasi, oleh karena itu dibutuhkan komunikasi intensif
dan pendampingan dari orang terdekat terutama seorang ibu untuk
dapat memberikan informasi kepada remaja putri mengenai
bagaimana mengelola diri ketika kedatangan menstruasi.
Pengetahuan remaja putri tersebut akan turut membentuk persepsi
diri remaja di masa menstruasi (Sinaga et al., 2017).
b. Tahap perkembangan remaja
Menurut (Hastuti et al., 2017) tahap perkembangan remaja
meliputi perkembangan kognitif, perkembangan fisik dan
perkembangan psikososial
1.) Perkembangan kognitif
Menurut teori Piaget, selama masa remaja atau tahap
terakhir perkembangan kognitif dimulai pada tahap operasional
formal. Tahap ini merupakan suatu pemikiran operasional
konkret. Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman nyata
sebagai jangkar untuk berfikir. Remaja mampu menalar suatu
peristiwa yang kemungkinan adalah murni proporsi abstrak,
dan mencoba melakukan penalaran secara logis.
2.) Perkembangan fisik
Perkembangan fisik pada remaja meliputi karakteristik
perubahan fisik remaja, perubahan hormonal remaja, tanda
kematangan seksual, dan reaksi terhadap menarche.
Karekteristik perubahan fisik remaja yaitu terjadinya
perubahan secara biologis yang ditandai dengan kematangan
organ seks primer maupun seks sekunder.
3.) Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial pada remaja yaitu suatu tugas
perkembangan dimana remaja mengalami krisis pada identitas
dirinya. Remaja yang bisa menghadapi krisis identitas
sehingga meningkatkan dan mengembangkan kepercayaan
dirinya, mewujudkan jati dirinya, sebaliknya remaja yang
gagal dalam menghadapi suatu krisis cenderung mempunyai
perasaan kebingungan ditandai dengan perasaan tidak mampu,
tidak berdaya, penurunan harga diri, tidak percaya diri, dan
mengakibatkan pesimis menghadapi masa depannya
2. Tinjauan umum dismenore
a. Defenisi dismenore
Dismenore merupakan nyeri perut yang berasal dari kram
rahim dan terjadi selama menstruasi. Jika tidak ditemukan
penyebab yang mendasarinya maka disebut dismenor primer, dan
jika penyebabnya adalah kelainan kandungan maka diebut juga
dengan dismenore sekunder (Silviani et al., 2019).
Dismenore yang juga sering disebut kram menstruasi atau
nyeri menstruasi. Dalam bahasa Inggeris, dismenore sering disebut
sebagai “painful period” yang berarti menstruasi yang
menyakitkan. Nyeri menstruasi terjadi terutama di perut bagian
bawah, tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bagian bawah,
pinggang, panggul, paha atas, hingga betis. Nyeri juga bisa disertai
kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi otot
rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi dari
dalam rahim. Kontraksi otot yang sangat intens ini kemudian
menyebabkan otot-otot menegang dan menimbulkan kram atau
rasa sakit atau nyeri. Ketegangan otot ini tidak hanya terjadi pada
bagian perut, tetapi juga pada otot-otot penunjang yang terdapat di
bagian punggung bawah, pinggang, panggul, paha hingga betis
(Sinaga et al., 2017)
Data tentang masalah dismenore pada remaja putri belum
banyak didapatkan di Indonesia. Kecenderungan remaja putri yang
menganggap bahwa dismenore bukanlah suatu masalah sehingga
tidak ingin memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan merupakan
penyebab data tentang masalah dismenore tidak banyak diketahui
(Meylawati & Anggraeni, 2021).
b. Macam-macam dismenore
Menurut (Sinaga et al., 2017) dismenore terbagi mejadi 2,
yaitu:
1.) Dismenore primer
Dismenore primer adalah dismenore yang dialami remaja
bukan karena penyakit. Rasa sakit dan nyeri dari dismenore
primer akan makin berkurang seiring dengan bertambahnya
usia remaja menuju dewasa. Dismenore primer juga makin
berkurang pada perempuan yang sudah melahirkan
2.) Disemenore sekunder
Dismenore sekunder adalah dismenore yang disebabkan oleh
penyakit. Berbeda dengan dismenorea primer, rasa sakit dan
nyeri pada dismenore sekunder biasanya berlangsung lebih
lama dari pada dismenore primer. Nyeri karena dismenore
sekunder biasanya dimulai beberapa hari sebelum menstruasi,
makin lama akan makin terasa nyeri selama menstruasi
berlangsung, dan biasanya baru hilang beberapa hari setelah
menstruasi selesai. Apabila pada dismenore primer, rasa sakit
akan makin berkurang seiring dengan makin bertambahnya
umur, pada dismenorea sekunder, makin bertambah umur
biasanya makin bertambah parah.
c. Penyebab
Menurut (Sinaga et al., 2017) penyebab dismenore yaitu
1.) Dismenore primer
Kram menstruasi ini disebabkan oleh kontraksi otot rahim
yang sangat intens, yang bekerja untuk melepaskan lapisan
dinding rahim yang tidak diperlukan lagi. Dismenore primer
juga disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-
sel lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin.
Prostaglandin akan merangsang otot-otot halus dinding rahim
berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin, kontraksi akan
makin kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga makin
kuat. Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar
prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya,
lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar
prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri haid pun
akan berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar
prostaglandin.
2.) Dismenore sekunder
Dismenore sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan
atau gangguan pada sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus,
radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik.
Dismenore sekunder hanya dapat diatasi dengan mengobati
atau menangani penyakit atau kelainan yang menyebabkannya.
a) Fibroid merupakan pertumbuhan jaringan di luar, di
dalam, atau pada dinding rahim. Banyak kasus fibroid
yang tidak menimbulkan gejala, artinya perempuan
yang memiliki fibroid tidak merasakan gangguan atau
rasa sakit yang nyata. Gejala fibroid bisa muncul atau
tidak tergantung pada lokasi, ukuran dan jumlah fibroid.
Fibroid yang terdapat pada dinding rahim dapat
menyebabkan rasa sakit dan nyeri yang parah. Fibroid
yang menimbulkan gejala biasanya ditandai dengan
perdarahan menstruasi yang berat, durasi atau periode
menstruasi lebih dari satu minggu, sakit atau pegal pada
panggul, dan sering berkemih.
b) Endometriosis merupakan suatu kelainan di mana
jaringan dari lapisan dalam dinding rahim atau
endometrium tumbuh di luar rongga rahim. Lokasi
endometriosis yang paling sering adalah pada organ-
organ yang berada di dalam rongga panggul (pelvis),
seperti indung telur (ovarium), dan lapisan yang
melapisi rongga abdomen (peritoneum), atau pada tuba
fallopi dan disamping rongga rahim. Jaringan tersebut
juga mengalami proses penebalan dan luruh, sama
dengan endometrium normal yang terdapat di dalam
rongga rahim. Akan tetapi karena terletak di luar rahim,
darah tersebut akhirnya mengendap dan tidak bisa
keluar. Perdarahan ini menimbulkan rasa sakit dan
nyeri, terutama di sekitar masa menstruasi. Endapan
perdarahan tersebut juga akan mengiritasi jaringan di
sekitarnya, dan lama-kelamaan jaringan parut atau
bekas iritasi pun terbentuk. Rasa sakit luar biasa saat
menstruasi yang menjadi gejala utama penyakit ini
dapat dikurangi dengan obat pereda sakit atau terapi
hormon. Penanganan dengan operasi juga bisa
dilakukan untuk mengangkat jaringan endometriosis,
terutama untuk penderita yang berencana untuk
memiliki anak.
c) Adenomiosis adalah adalah suatu keadaan dimana
jaringan endometrium tumbuh di dalam dinding otot
rahim. Biasanya terjadi di akhir masa usia subur dan
pada wanita yang telah melahirkan.
d) Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berkembang
di luar rahim, biasanya di dalam tuba fallopi. Situasi ini
membahayakan nyawa karena dapat menyebabkan
pecahnya tuba fallopi jika kehamilan berkembang.
Penanganannya harus dilakukan dengan cara operasi
atau melalui obat-obatan
d. Cara mengatasi atau cara penanganan
Menurut (Sinaga et al., 2017) dismenore primer dapat
diatasi diantaranya dengan :
1.) Obat penghilang nyeri/anti-inflamasi seperti ibuprofen,
ketoprofen, naproxen, dan obat obat analgesik-antiinflamasi
lainnya. Obat-obat analgesik ini akan mengurangi produksi
prostaglandin.
2.) Berolah raga dan banyak bergerak akan memperlancar aliran
darah dan tubuh akan terangsang untuk memproduksi endorfin
yang bekerja mengurangi rasa sakit dan menimbulkan rasa
gembira.
3.) Kompres dengan botol air panas dan mandi air hangat juga
dapat mengurangi rasa sakit, urut atau pijat pada bagian yang
nyeri secara perlahan dengan tekanan ringan, jangan terlalu
keras, untuk membantu menghilangkan rasa pegal pada otot
otot tubuh.
4.) Berbaring pada satu sisi tubuh, lalu tarik lutut sampai ke batas
dada, dilakukan beberapa kali. Ini akan membantu
meringankan rasa sakit dan pegal pada punggung.
5.) Makan makanan bergizi dan hindari konsumsi garam dan
kafein.
Bila nyeri menstruasi tidak hilang dengan obat pereda nyeri
atau cara cara yang sudah disebutkan diatas, maka sebaiknya
berkonsultasi kepada dokter. Dokter mungkin akan memberikan
obat-obat yang lebih kuat daya kerjanya atau mungkin akan
memberikan terapi hormonal, atau akan melakukan pemeriksaan
yang lebih intensif untuk menemukan sumber masalah, sehingga
dapat menyarankan penanganan yang lebih tepat.
3. Tinjauan umum sikap
a. Defenisi sikap
Sikap adalah prediktor yang utama bagi perilaku (tindakan)
sehari-hari, meskipun masih ada faktor-faktor lain, yakni
lingkungan dan keyakinan seseorang. Sikap yang ada pada
seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau
perbuatan orang yang bersangkutan. Dengan mengetahui sikap
orang lain, maka seseorang dapat menduga bagaimana respon atau
perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan,
terhadap sesuatu masalah atau keadaan yang dihadapkan
kepadanya. Meskipun demikian, tidak semua sikap dapat
mempengaruhi perilaku seseorang, dalam arti bahwa kadang-
kadang sikap dapat menentukan tindakan seseorang, tetapi kadang-
kadang sikap tidak mewujud menjadi tindakan. Pertimbangan akan
segala dampak positif dan negatif suatu tindakan turut menentukan
apakah sikap seseorang menjadi tindakan yang nyata atau tidak.
Dengan kata lain di samping sikap, faktor utama lain yang
mempengaruhi tindakan seseorang adalah motivasi dan norma
sosial (Syamaun, 2019)
b. Kerangka pemikiran sikap
Menurut (Syamaun, 2019) terdapat 3 kelompok kerangka
pemikiran :
1.) Pertama yaitu kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli
psikologi seperti Thurstone, Likert dan Osgood, sebagaimana
yang disimpulkan oleh Wortrnan dan kawan-kawan, sikap
adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung
atau tidak memihak pada objek tersebut. Atau sikap sebagai
“derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek
psikologis”.
2.) Kedua, diwakili oleh para ahli seperti Chave, Bogardus,
LaPierre, Mead, dan Gordon Ailport. Menurut kelompok
pemikiran ini, sikap adalah semacam kesiapan untuk bereaksi
terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan
bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan
potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya
respon. Alen, Guy dan Edgley mendefinisikan sikap sebagai
“suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial.
3.) Ketiga, berorientasi kepada skema tradik. Menurut kerangka
pemikiran ini, suatu sikap itu merupakan konstelasi komponen-
komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi
dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu
objek.
4. Tinjauan umum pengetahuan
a. Defenisi Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui; kepandaian:
atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata
pelajaran) (Syamaun, 2019).
Pengetahuan merupakan segala informasi yang diterima
seseorang dari luar dirinya dan disertai dengan pemahaman
terhadap informasi yang didapatkan (Oktarini & Etrawati, 2021)
b. Sumber-sumber pengetahuan
Menurut (Syamaun, 2019) pada dasarnya manusia
menggunakan dua cara dalam memperoleh pengetahuan yang
benar, yaitu :
1.) Rasionalisme
Rasionalisme merupakan sebuah paham yang menekankan
pikiran sebagai sumber utama pengetahuan dan pemegang
otoritas terakhir bagi penentu kebenaran. Adapun cara kerja
rasio adalah melalui berfikir deduktif, menurutnya bahwa
manusia awalnya mengetahui segala sesuatu itu bersifat apriori,
yang prinsip-prinsipnya sudah ada sebelum manusia berusaha
memikirkannya, karenanya bukanlah ciptaan pikiran manusia.
2.) Empirisme
Empirisme merupakan paham yang mengatakan bahwa
pengalaman indrawi adalah satu-satunya sumber dan penjamin
kepastian kebenaran. Adapun metode yang digunakan yaitu
pengamatan induktif. Seperti besi jika dipanaskan akan
memuai, demikian seterusnya dimana pengamatan kita akan
membuahkan pengetahuan. Namun empirisme hanya akan
memunculkan fakta-fakta tanpa sebenarnya dipikirkan bahwa
gejala-gejala itu tidak bersifat konsisten atau belum tentu
berlaku umum karena mungkin saja terdapat hal-hal lain yang
bersifat kontradiktif.
c. Batasan pengetahuan
Menurut (Syamaun, 2019) persoalan pengetahuan tidak sebatas
yang dikaji oleh epistimologi dan ilmu pengetahuan. Ada dua
cabang filsafat lainnya yang masih berada di wilayah pengetahuan
dalam sistematika filsafat, yaitu :
1.) Logika
Logika adalah cabang filsafat yang memusatkan kajiannya
terhadap problema formal spesifik keteraturan penalaran.
Logika hanya fokus berurusan pada pengetahuan formal
apriori, yaitu hal yang tidak perlu penalaran panjang.
Hubungan logika dengan filsafat pengetahuan terletak pada
konteks penemuan ilmu pengetahuan dan konteks pembuktian
kebenaran ilmu pengetahuan. Keduanya memerlukan ketertiban
penalaran untuk mendapatkan kebenaran ilmiah, dan logika
yang digunkan adalah logika induksi dan deduksi.
2.) Metodologi
Metodologi mempunyai kajian berupa langkah-langkah
untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Cabang ini muncul
karena kompleksitas problematika seputar metode memerlukan
penelaahan filosofis, kritis dan mendalam. Logika mengatur
tertib nalar dalam mendapatkan pengetahuan yang ilmiah
sedangkan metodologi berurusan dengan Langkah-langkah
untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.
5. Tinjauan umum peer education (pendidikan teman sebaya)
a. Defenisi peer education (pendidikan teman sebaya)
Peer education atau metode pendidikan teman sebaya
adalah pemberian informasi yang dilakukan secara komprehensif
dengan cara mengajak remaja untuk menjadi faktor penting dalam
hal penyebaran informasi bagi teman seusianya . Teknik ini
menitikberatkan prinsip keterbukaan mengenai permasalahan
remaja, sehingga remaja akan mudah untuk saling berdiskusi
(Anitasari et al., 2021).
Metode pendidikan sebaya adalah salah satu metode yang
tepat dalam memberikan infomasi dan edukasi kepada teman
remaja yang sebaya dengannya, hal tersebut tentunya sangat sesuai
dengan perkembangan psikologi remaja, karena remaja akan lebih
dekat atau akrab dan lebih terbuka dengan temannya (Owa et al.,
2020).
Metode pendidikan sebaya (peer education) memiliki
beberapa keunggulan yaitu; materinya pada dasarnya relevan
dengan kebutuhan masyarakat untuk mendampingi remaja
menghadapi tantangan-tantangan perubahan jaman, pendekatan
antar teman sebaya sesuai dengan psikologi perkembangan remaja,
serta pendekatan ini bisa memiliki multipler effect yang tinggi
melalui pelatihan yang diberikan sehingga dapat menstranfer
pengetahuan dan informasi serta terbentuknya kelompok motivator
untuk mempengaruhi anggota kelompok lainnya (Sari et al., 2021).

Anda mungkin juga menyukai