Anda di halaman 1dari 13

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU) UAS TAKE HOME EXAM

(THE) SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : INDRA KURNIAWAN

Nomor Induk : 043741072


Mahasiswa/NIM
Tanggal Lahir : 12 SEPTEMBER 1998

Kode/Nama Mata Kuliah : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN(MKDU4111)

Kode/Nama Program Studi : 54/MANAJEMEN S1

Kode/Nama UPBJJ : 20/UPBJJ-UT BANDAR LAMPUNG

Hari/Tanggal UAS THE : KAMIS/30 DESEMBER 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN
UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa Kejujuran


Akademik
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : INDRA KURNIAWAN


NIM : 043741072
Kode/Nama Mata Kuliah : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN(MKDU4111)
Fakultas : EKOMOMI
Program Studi : S1 MANAJEMEN
UPBJJ-UT : BANDAR LAMPUNG

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi
THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman
sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik
dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS
THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan
dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Bandar lampung,30desember
2021
Yang Membuat Pernyataan

INDRA KURNIAWAN
1.Melalui ilustrasi tersebut, Anda sebagai mahasiswa diminta untuk menguraikan bagaimana cara
memperkuat ketahanan nasional Indonesia di era globalisasi!

Jawaban:

A) Ketahanan nasional sudah menjadi tanggungjawab yang harus diperjuangkan oleh seluruh rakyat
Indonesia sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, bukan hanya kementerian pertahanan,
Tentara Nasional Indonesia dan Polisi Republik Indonesia saja. Sesuai dengan amanat UUD 1945
pasal 30 ayat 1 dan 2 yang berbunyi “

(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara”. “

(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui system pertahanan dan keamanan
rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai
kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung”. Maka, rakyat, TNI, dan POLRI harus
selalu bersatu padu, untuk menjaga dan mempertahankan ketahanan nasional. Ketahanan nasional
tidak hanya persoalan pertahanan dan keamanan atau militer, melainkan juga persoalan politik,
ideologi, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan lain sebagainya.

Era globalisasi merupakan perubahan global yang tidak mengenal batas wilayah sehingga bisa
menimbulkan pertukaran pandangan, produk, pemikiran, aspek-aspek budaya, dan lainnya yang
melanda seluruh dunia. Kemajuan teknologi transportasi, telekomunikasi dan informasi menjadi
faktor utama dalam globalisasi. Era globalisasi membawa berbagai dampak diberbagai bidang, baik
dampak positif atau dampak negatif, termasuk dibidang yang berkaitan dengan ketahanan nasional.
Berikut beberapa contoh dampak globalisasi : (pertama) Bidang keamanan dan pertahanan, Dampak
positif adalah terciptanya kerjasama pertahanan dan keamanan antar negara. Dampak negatif
adalah menurunnya peran masyarakat dalam menjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertiban
negara. (kedua) Bidang ekonomi, Dampak positif adalah peluang usaha secara global menjadi
terbuka karena pengusaha dapat menjakau pasar negara lain. Dampak negatif adalah produk lokal
bisa kalah bersaing dengan produk impor. (Ketiga) Bidang sosial budaya, Dampak positif adalah rasa
solidaritas antar bangsa semakin tinggi. Dampak negatif adalah kecintaan terhadap budaya lokal
sedikit demi sedikit akan hilang. (keempat) Bidang politik, Dampak positif adalah penanaman nilai-
nilai demikrasi menjadi lebih baik. Dampak negatif adalah meningkatnya fanatisme terhadap etnis,
ras, dan agama.Dari bebrapa dampak negatif tersebut akan memunculkan ancaman bagi ketahanan
nasional. Globalisasi telah mengubah ancaman ketahanan nasional. Pada zaman dahulu ancaman
yang muncul adalah agresi militer atau peperangan, sekarang ancaman berupa agresi militer sudah
sangat berkurang dan bisa beralih kebidang lain seperti politik dan sosial budaya atau yang lainnya.
Berdasarkan uraian diatas kita sebagai rakyat tentu harus mengambil upaya yang baik dan sesuai,
untuk mengatasi dan meminimalisir ancaman negatif yang muncul dari globalisasi ataupun hal lain
yang dapat mengancam ketahanan nasional. Berikut beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk
mengatasi ancaman ketahanan nasional di era global :
-Kita harus selektif dalam membaca atau menerima berita dan tidak terlalu terpengaruh dengan
berita disosmed, karena pada era globalisasi setiap orang bisa menyebarkan berita tanpa
mengetahui kebenarannya, bisa jadi yang disebarkan adalah berita bohong (hoax).

-Kita harus bisa menyaring budaya yang masuk, kita harus memilih yang cocok dengan bangsa
Indonesia dan yang dapat mengembangkan diri seperti disiplin dan etos kerja yang tinggi.

-Mencitai dan membeli produk Indonesia agar produk lokal tidak kalah saing dengan produk luar dan
membantu perekonomian nasional.

-Menjaga ketertiban dan keamanan dimanapun berada.

-Tidak membeda-bedakan etnis, ras, suku, dan budaya.

-Menjaga dan mencitai alam.

-Menjaga Kesehatan baik diri sendiri maupun orang lain disekitar kita, apalagi sekarang ini kita
sedang dilanda pandemi covid 19, Kita harus selalu jaga 5 M.

-Bijak dalam menggunakan teknologi dan media sosial.

B.) Untuk menghadapi globalisasi tersebut kita harus tahu kekuatan dan kelemahan yang
kita miliki dalam segenap aspek kehidupan bangsa (astagatra) sebagai berikut:

1. Geografi

Potensi wilayah darat, laut, udara dan iklim tropis sebagai ruang hidup sangat baik dan strategis,
namun di sisi lain terdapat kelemahan dalam pendayagunaan wilayah darat, laut, dirgantara, dan
pengaturan tata ruangnya.

2. Sumber Kekayaan Alam

Potensi sumber kekayaan alam (SKA) di daratan, lautan, dan dirgantara, baik yang bersifat hayati
maupun nonhayati, serta yang dapat diperbarui maupun yang tidak dapat diperbarui sangat besar.
Hal ini merupakan modal dan kekuatan dalam pembangunan. Namun, kelemahannya belum
sepenuhnya potensi sumber kekayaan alam tersebut dimanfaatkan secara optimal. Kalaupun ada
yang telah dimanfaatkan masih ada di antaranya dalam pemanfaatannya kurang memperhatikan
kelestarian dan distribusi hasilnya. Hal ini tidak sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Di sisi lain juga sumber kekayaan alam yang ada
tidak seluruhnya dapat dijaga keamanannya dengan baik atau dengan kata lain rawan pencurian.

3. Demografi

Jumlah penduduk Indonesia termasuk nomor 4 di dunia. Pertumbuhannya dapat ditekan akibat
makin meningkatnya tingkat pengetahuan masyarakat melalui program KB (Pertumbuhan 1,9%).
Begitu juga tingkat kesehatan harapan hidup, dan kualitas fisik semakin meningkat. Kelemahannya,
sebagian penduduk Indonesia antarwilayah atau daerah atau antarpulau tidak proporsional,
pertumbuhan belum mencapai zero growth dan kualitas nonfisik yang masih rendah.

4. Ideologi
Dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat kita berpegang pada ideologi
Pancasila. Pancasila telah diterima sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat. Pembudayaan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari (nilai praktis)
telah dan sedang digalakkan. Kelemahannya, pengamalan atau pembudayaan Pancasila tersebut
belum sepenuhnya terwujud. Ini adalah tantangan bagi seluruh bangsa Indonesia dan jika ideologi
Pancasila tersebut tidak dapat memberikan harapan hidup lebih baik bukan tidak mungkin akan
ditinggalkan oleh masyarakat.

5. Politik
Dalam pelaksanaan politik sudah diciptakan kerangka landasan sistem Politik Demokrasi
Pancasila dan sudah tertata terutama struktur politik dan mekanismenya.
Kendatipun demikian, hal ini perlu dikaji dan disempurnakan sesuai dengan aspirasi dan
perkembangan masyarakat demikian juga pelaksanaan-nya terus memerlukan penyempurnaan
sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Kelemahannya, budaya politik
masih perlu perbaikan dan peningkatan. Suprastruktur masih sangat dominan apabila dibandingkan
dengan infrastruktur dan substruktur. Begitu juga komunikasi politik dan partisipasi politik perlu
mendapat perhatian untuk diperbaiki.

6. Ekonomi

Kekuatan perekonomian Indonesia terletak pada struktur perekonomian yang makin seimbang
antara sektor pertanian dengan sektor industri dan jasa. Pertumbuhan perekonomian cukup tinggi
(rata-rata ± 7%). Kelemahannya, perindustrian Indonesia belum begitu kokoh karena masih
tergantung pada impor bahan baku atau komponen. Impor bahan baku atau komponen serta impor
bahan-bahan lainnya sampai kepada barang konsumsi membuat cadangan devisa yang semakin
merosot. Belum lagi ditambah utang luar negeri, untuk membiayai pembangunan, harus dicicil
dengan devisa yang kita miliki. Sementara itu, dalam proses pembangunan terjadi ekonomi biaya
tinggi (high cost economy) yang membuat inefisien biaya pembangunan. Kesenjangan ekonomi juga
cenderung semakin tinggi dapat memacu dan memicu destabilisasi ekonomi dan politik yang
berpengaruh terhadap kelangsungan pembangunan tersebut. Perpajakan juga masih lemah dan
perlu mendapat perhatian dalam upaya meningkatkan biaya pembangunan yang sedang dijalankan
saat ini.

7. Sosial Budaya

Kekuatan bangsa Indonesia terletak pada kebhinnekaannya, bagaikan kumpulan bunga


berwarna-warni dalam sebuah taman. Tetapi apabila kebhinnekaan atau kemajemukan tersebut
tidak dapat dibina dengan baik bukan tidak mungkin dapat menjadi bibit perpecahan.
Dalam kegiatan belajar terdahulu kemajemukan Indonesia disebut juga rawan perpecahan.
Sementara sebagai hasil pembangunan yang kita lakukan selama PJPT I di era orde baru ini dapat
meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan rakyat serta meningkatkan harkat martabat dan jati
diri sebagai bangsa Indonesia yang tidak lepas dari akar kebudayaannya. Namun demikian, masih
banyak kelemahan yang perlu diperbaiki di antaranya, berkembangnya primordialisme, kolusi,
korupsi, dan nepotisme yang membudaya dan disiplin nasional yang semakin merosot. Kehidupan
masyarakat agak cenderung ke arah individualistis dan materialistis dan makin berkurangnya
keteladanan para pemimpin.

8. Pertahanan dan Keamanan

Dalam bidang pertahanan dan keamanan sudah ditata sistem. Pertahanan dan keamanan rakyat
semesta, doktrin Hankamrata serta diundangkannya UU No. 20 Tahun 1982 tentang Pertahanan dan
Keamanan Negara. Di sisi lain bangsa Indonesia mewarisi tradisi sebagai bangsa pejuang yang
merebut kemerdekaan dari penjajah merupakan sumber kekuatan. Kelemahannya sishankamrata
tersebut belum sepenuhnya terwujud. Kesadaran bela negara belum memasyarakat. Sementara itu
tingkat keamanan masyarakat masih terganggu dengan makin meningkatnya kriminalitas.
Berpijak pada kekuatan dan kelemahan yang kita miliki menghadapi era globalisasi. Faktor yang
berpengaruh sangat dominan adalah perekonomian, khususnya perdagangan (trade) untuk
memperoleh keuntungan bagi kesejahteraan rakyat masing-masing negara. Semua kegiatan atau
upaya selalu dikaitkan dengan kepentingan ekonomi atau perdagangan. Kondisi sekarang negara-
negara maju menguasai sebagian besar modal, teknologi atau skill. Kondisi ini sangat
menguntungkan negara-negara maju dalam liberalisasi perdagangan dibandingkan dengan negara-
negara berkembang. Hal ini merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mensejajarkan diri
dengan bangsa atau negara maju tersebut, melalui peningkatan tannas Indonesia. Kunci dalam
peningkatan tannas Indonesia itu adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia
menuju ke penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi oleh iman dan taqwa.

C.) Untuk semua itu, bangsa Indonesia melakukan pembangunan nasional (Bangnas). Dalam
pembangunan nasional tersebut diupayakan dengan pendekatan tannas yang dilandasi oleh
Wasantara. Oleh karena itu pula, Wasantara sebagai wawasan dalam pembangunan nasional.
Penerapan pendekatan tannas dalam pembangunan nasional sejalan dengan kelemahan dan
kekuatan yang kita miliki seperti diutarakan maka diperlukan pengaturan dalam segenap aspek
kehidupan bangsa (Astagrata).

Aspek Trigatra
Dalam pengaturan aspek Trigatra yang perlu mendapat perhatian ialah:

a. Pengaturan tata ruang wilayah nasional yang serasi antara kepentingan kesejahteraan dan
kepentingan keamanan. Keserasian ini sangat penting karena kita tidak mau membayar risiko
yang sangat besar apabila terjadi keadaan darurat perang atau bencana. Sumber-sumber
perekonomian dan permukiman harus dilindungi. Oleh karena itu, dalam perencanaan
pembangunan harus mempertimbangkan kepentingan keamanan tersebut dalam arti luas,
selain mempertimbangkan aspek kesejahteraan untuk masyarakat luas.
b. Pengelolaan sumber kekayaan alam dengan memperhatikan asas manfaat, daya saing dan
lestari serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Asas manfaat berkaitan dengan upaya pengelolaan sumber kekayaan alam itu, digunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Mempunyai daya saing berkaitan dengan “mutu” yang
tinggi standar sesuai dengan kebutuhan pasar dan pelayanan yang menyenangkan. Tanpa mutu yang
tinggi dan pelayanan yang prima produk kita tidak bisa bersaing di pasar internasional di era
kesejagatan ini. Selain itu pengelolaan sumber kekayaan alam kita hendaknya tidak melihat
keuntungan semu jangka pendek, tetapi juga melihat keuntungan jangka panjang dengan
memperhatikan kelestarian dalam pengelolaannya. Begitu pula hasil pembangunan hendaknya
mencerminkan pemerataan (keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia).

D.)PEMBINAAN KEPENDUDUKAN

Penduduk Indonesia dewasa ini termasuk 4 terbesar di dunia. Jumlah yang terus berkembang ini
karena pertumbuhan yang masih tinggi untuk itu perlu dikendalikan pertumbuhannya melalui
program KB (Keluarga Berencana). Program KB ini tidak hanya ditujukan kepada pengendalian
tersebut tetapi lebih luas dari itu, yaitu peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan.
Berbarengan dengan itu perlu diupayakan peningkatan kualitasnya melalui program pendidikan dan
keterampilan dalam arti luas untuk memulihkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan dilandasi iman dan takwa. Di sisi lain sebaran yang tidak
proporsional di 17.508 buah pulau perlu diupayakan agar menjadi sebaran yang proporsional,
melalui program pengembangan atau pembangunan wilayah luar Pulau Jawa. Pada tahap awal
transmigrasi boleh jadi menjadi alternatif, tetapi pada tahap berikutnya perlu dipikirkan relokasi
industri-industri di Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa serta pengembangan potensi-potensi
perekonomian di wilayah luar Pulau Jawa tersebut.
Aspek Pancagatra:
a.Pemahaman penghayatan dan pengamalan Pancasila (ideologi)
Pancasila sebagai satu-satunya ideologi dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat harus dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari. Upaya ke arah itu telah
dilakukan melalui penataran P4, Pembentukan BP7 di tingkat Pusat dan Daerah. Penataran dan
pengajaran Pancasila di masyarakat dan sekolah-sekolah masih dianggap kurang efektif karena
cenderung berorientasi kepada keterampilan kognitif dan formalitas. Dalam pelaksanaan P4 ini
keteladanan dan panutan masih dibutuhkan bagi masyarakat. Agaknya terlalu sulit mencari
panutan dalam pelaksanaan P4. Ini sebuah tantangan yang harus dihadapi dan hambatan yang
harus disingkirkan dalam upaya pelaksanaan P4 dalam kehidupan kita berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat. Dalam konteks ini suatu hal yang perlu dan harus Anda ingat bahwa P4 adalah
norma yang mengandung nilai-nilai luhur dalam kehidupan kita berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat, tanpa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh para penganutnya (warga
negara Indonesia) dia akan kehilangan makna sebagai norma. Dan kalaupun ada kelemahan,
kekurangan dalam pengamalannya, itu adalah kesalahan oknum, bukan kesalahan P4-nya. Oleh
karena itu, kita harus bersikap rasional. Jangan sampai kita mau membunuh seekor tikus di
lumbung padi, lalu lumbung padinya dibakar atau dihancurkan.

b. Penghayatan budaya Pancasila.

Budaya politik (political culture) merupakan landasan dilaksanakan sistem politik. Oleh karena
sistem pemerintahan Indonesia, strukturnya terdapat dalam UUD 1945 yang berlandaskan
Pancasila maka yang menjadi, political culture Indonesia adalah Pancasila.Masalahnya, sejauh
mana pemerintah dan rakyat Indonesia, baik yang berada di suprastruktur, infrastruktur maupun
substruktur menghayati dan mengamalkan budaya politik Pancasila dalam praktik kehidupan
politik sehari-hari. Peningkatan dan pengamalan budaya politik Pancasila ini sangat mutlak untuk
memantapkan stabilitas politik di negeri tercinta ini.
Hubungan dua arah antarlembaga negara, antarpemerintah dan rakyat perlu ditingkatkan.
Suasana harmonis, terpadu dan bersinergi perlu diciptakan sehingga setiap keputusan politik
yang diambil sesuai dengan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat berlandaskan hukum-
hukum yang berlaku. Jika keputusan yang diambil sesuai dengan aspirasi yang berkembang dalam
masyarakat maka itulah pencerminan dari demokrasi. Salah satu karakter negara demokrasi
adalah adanya UU atau hukum yang ditegakkan (Rule of law) yang mengendalikan sistem politik,
agar politik atau kekuasaan tidak disalahgunakan (lihat penjelasan UUD 1945). Negara Indonesia
berdasar atas hukum (rechstaat) tidak berdasar kekuasaan belaka (machhstaat). Rule of
law berasaskan supremacy of law, persamaan di muka hukum atau equality before the law (lihat
Pasal 27 ayat (1) UUD 1945). Hak Asasi manusia (Human right) dan social equality atau
kedudukan yang sama sebagai anggota masyarakat.

Dalam hak asasi manusia (human right) mempunyai pokok yaitu hak kemerdekaan pribadi, hak
kemerdekaan berdiskusi dan hak berapat. Hak kemerdekaan pribadi adalah hak-hak untuk
melakukan apa yang dianggap baik oleh dirinya tanpa merugikan orang lain dan menimbulkan
gangguan terhadap masyarakat sekelilingnya. Hak kemerdekaan berdiskusi adalah hak untuk
melahirkan pendapat dan mengkritik, tetapi harus bersedia mendengar atau memperhatikan
pendapat dan kritik orang lain. Bagi bangsa Indonesia penyampaian pendapat atau kritik tersebut
harus sesuai dengan aturan atau moral etika budaya politik Pancasila. Hak untuk berrapat, hak ini
ada yang membatasinya, yaitu apabila rapat itu menyebabkan kekacauan sehingga perdamaian
menjadi rusak maka rapat itu merupakan tindakan melawan atau melanggar hukum (unlaw full).
Jadi, dalam human right itu ada batasnya, yaitu hak-hak orang lain. Pelanggaran terhadap hak-hak
orang lain merupakan pelanggaran terhadap hak-hak dirinya karena hak kemerdekaan dirinya
dengan hak kemerdekaan orang lain adalah sama.
Dalam asas social equality di mana kedudukan setiap anggota masyarakat adalah sama. Apabila
masih ada perbedaan kedudukan sosial, yang disebabkan oleh jenis pekerjaan, jenis kelamin, warna
kulit atau ras maka rule of law akan mengalami hambatan karena yang membentuk masyarakat itu
adalah orang-orang yang mempunyai asal yang sama (warga negara) dan wujud yang sama pula.
Jika rule of law dengan asas-asasnya dapat kita lakukan dengan baik diiringi dengan makin
meningkatnya “kecerdasan” rakyat, pemerintahan yang bersih dan berwibawa maka “partisipasi”
politik rakyat akan meningkat.

c. Mewujudkan perekonomian yang efisien, pemerataan dan pertumbuhan yang tinggi.

Pembangunan nasional yang sedang kita lakukan adalah perekonomiannya atau beratnya
pada bidang ekonomi karena bidang ekonomi ini sebagai pemicu dan pemacu kemajuan bidang-
bidang lainnya. Kendatipun struktur perekonomian Indonesia makin seimbang antara sektor
pertanian dengan sektor industri dan jasa, namun oleh sementara pengamat melihatnya belum
efisien. Adanya kebocoran, korupsi, kolusi, nepotisme, pungutan liar dan lain-lain yang sejenis
dianggap menodai perekonomian Indonesia. Praktik monopoli, oligopoli dan sejenis lainnya,
etatisme dan persaingan bebas (free fith libralisme) harus dihilangkan dalam sistem
perekonomian Indonesia sesuai dengan yang diamanatkan dalam UUD 1945.

d. Memantapkan identitas nasional Bhinneka Tunggal Ika.

Identitas nasional bangsa Indonesia ialah Pancasila. Pancasila menjadi pedoman hidup kita
dalam praktik kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat harus betul-betul diterapkan.
la tidak hanya sekadar dihafal atau menjadi keterampilan kognitif, tetapi hendaknya menjadi
perilaku (nilai praktis) setiap bangsa Indonesia, lembaga pemerintah dan lembaga negara. Inilah
yang harus dimantapkan agar benar-benar menjadi jati diri bangsa Indonesia. Di sisi lain bangsa
kita adalah bangsa yang majemuk. Perlu disadari dalam kemajemukan itu terdapat kerawanan
yaitu gampang dipecah belah. Sejarah perpecahan bangsa Indonesia telah cukup menjadi
pelajaran. Jangan sampai kita kehilangan tongkat dua kali kata orang bijak. Oleh karena itu, perlu
diciptakan iklim yang kondusif untuk hidup bersama dalam suasana kebhinnekaan tersebut.
Hilangkan premordialisme. Kondisi-kondisi yang mengarah kepada pertentangan SARA (Suku
Agama Ras dan antara golongan/aliran) harus dihilangkan. Selain itu, menegakkan hukum (rule of
law) dengan asas-asasnya mutlak diterapkan.

e. Memantapkan kesadaran bela negara.

Bela negara merupakan kewajiban hak dan kehormatan bagi setiap warga negara. Bela negara
dalam pengertian yang luas tidak hanya menyangkut masalah kemiliteran atau Hankam, tetapi
pada seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
Hankam). Dalam konteks Hankam telah diciptakan Sistem Pertahanan Rakyat Semesta yang perlu
terus diwujudkan. Kondisi negara saat ini dan lingkungan strategi tidak menekankan kepada
pembangunan Hankam, tetapi kepada pembangunan bidang ekonomi. Peningkatan alokasi
anggaran pada bidang kesejahteraan akan mengurangi alokasi anggaran pada bidang keamanan.
Anda dapat melihatnya pada kurva Jahkam pada Modul 3. Namun yang sangat perlu Anda ingat
di sini adalah masalah keamanan tidak hanya datang dari luar (invasi negara lain), tetapi dapat
pula timbul dari dalam negeri, yang dipicu oleh masalah-masalah ideologi, politik, ekonomi dan
sosial budaya (SARA). Untuk itu, sangat penting dijaga dan dimantapkan stabilitas keamanan dan
aspek kehidupan lainnya. Stabilitas ini merupakan syarat mutlak dalam pembangunan. Tidak ada
investor yang mau menanamkan modalnya jika stabilitas di negara ini terguncang. Begitu pula
tidak ada ketenangan bagi rakyat untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Perut
Anda boleh kenyang, tetapi tetap dihantui oleh ketakutan, tidak akan membuat nyaman hidup
Anda.

2.) Menyikapi fenomena di atas, Anda diminta untuk menganalisis bagaimana upaya
penegakan HAM yang dilakukan oleh Indonesia dilihat dari aspek hukum!
Jawaban:

 Indonesia adalah negara hukum. Hal ini tercermin dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang secara tegas menyatakan bahwa “Negara
Indonesia adalah negara hukum”. Sebagai Negara hukum maka seluruh aspek dalam bidang
kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus senantiasa
berdasarkan atas hukum. Secara historis, konsep negara hukum muncul dalam berbagai
model, antara lain negara hukum menurut agama Islam, negara hukum menurut konsep
Eropa Kontinental yang dinamakan rechsstaat, negara hukum menurut konsep Anglo Saxon
(rule of law), konsep socialist legality, dan konsep negara hukum Pancasila. negara haruslah
berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan
merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga negaranya, dan sebagai
dasar dari pada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia
menjadi warga negara yang baik. Dalam negara yang memerintah bukanlah manusia
sebenarnya, melainkan pikiran yang adil, sedangkan penguasa sebenarnya hanya pemegang
hukum dan keseimbangan saja.
 negara haruslah berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.
Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga negaranya, dan
sebagai dasar dari pada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia
menjadi warga negara yang baik. Dalam negara yang memerintah bukanlah manusia
sebenarnya, melainkan pikiran yang adil, sedangkan penguasa sebenarnya hanya pemegang
hukum dan keseimbangan saja.

hukum harus mengandung 3 (tiga) nilai identitas, yaitu sebagai berikut:

-Asas kepastian hukum (rechtmatigheid), Asas ini meninjau dari sudut yuridis;

-Asas keadilan hukum (gerectigheit), Asas ini meninjau dari sudut filosofis, dimana keadilan
adalah kesamaan hak untuk semua orang di depan pengadilan;

-Asas kemanfaatan hukum (zwech matigheid atau doelmatigheid atau utility).

 Persoalan hak dan kewajiban ini menjadi persoalan yang penting dalam konteks kehidupan
bermasyarakat,bangsa,dan bernegara,setidaknya karena 3 alesan:
-negara pada hakikatnya adalah institusi yang terdiri atas manusia-manusia yang masing-
masing memiliki hak asasi semenjak lahir.
-indonesia adalah negara yang menganut paham demokrasi yang memberikan tempat yang
penting bagi keberadaan hak asasi dan kebebasan manusia.
-indonesia sebagai sebuah negara mengakui bahwa kebebasan dan kemerdekan merupakan
hak segala bangsa.
 Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan perundang-undangan
dibuat dan diundangkan secara pasti, karena mengatur secara jelas dan logis, maka tidak
akan menimbulkan keraguan karena adanya multitafsir sehingga tidak berbenturan atau
menimbulkan konflik norma. Konflik norma yang ditimbulkan dari ketidakpastian peraturan
perundang-undangan dapat berbentuk kontestasi norma, reduksi norma, atau distorsi
norma. Menurut Hans Kelsen, hukum adalah sebuah Sistem Norma. Norma adalah
pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen, dengan menyertakan
beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dan
aksi manusia yang deliberatif. Undang-Undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat
umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik dalam
hubungan dengan sesama individu maupun dalam hubungannya dengan masyarakat.
Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan
tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut
menimbulkan kepastian hukum.
-Keadilan hukum menurut L.J Van Apeldoorn tidak boleh dipandang sama arti dengan
penyamarataan, keadilan bukan berarti bahwa tiap-tiap orang memperoleh bagian yang
sama.
-Kemanfaatan hukum adalah asas yang menyertai asas keadilan dan kepastian hukum.
Dalam melaksanakan asas kepastian hukum dan asas keadilan, seyogyanya dipertimbangkan
asas kemanfaatan. Contoh konkret misalnya, dalam menerapkan ancaman pidana mati
kepada seseorang yang telah melakukan pembunuhan, dapat mempertimbangkan
kemanfaatan penjatuhan hukuman kepada terdakwa sendiri dan masyarakat. Kalau
hukuman mati dianggap lebih bermanfaat bagi masyarakat, hukuman mati itulah yang
dijatuhkan.

3.)Berdasarkan uraian di atas, Anda diminta untuk mengkritisi perkembangan demokrasi


pada saat orde baru dan era reformasi dari sudut pandangan empirik!

Jawaban:

A.) Demokrasi Indonesia periode orde baru (1965-1998) Era baru dalam pemerintahan
dimulai setelah melalui masa transisi yang singkat yaitu antara 1966-1968. Ketika
Jenderal Soeharto dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia. Membuat
Pernyataan era pemerintahan pada masa Soeharto dikenal sebagai Orde Baru
dengan konsep Demokrasi Pancasila.
- Visi utama pemerintahan Orde Baru ini adalah untuk melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam setiap aspek kehidupan masyarakat
Indonesia.Dengan visi tersebut,
- Orde Baru memberikan harapan bagi rakyat Indonesia. Terutama yang berkaitan
dengan perubahan-perubahan politik.Perubahan politik dari yang bersifat otoriter
pada masa demokrasi terpimpin di bawah Presiden Soekarno menjadi lebih
demokratis pada Orde Baru. Dalam perjalanan politik pemerintahan Orde Baru,
kekuasaan Presiden merupakan pusat dari seluruh proses politik di Indonesia.
Lembaga kepresidenan adalah pengontrol utama lembaga negara lain yang bersifat
suprastruktur (DPR, MPR, DPA, BPK, dan MA) maupun infrastruktur (LSM, Partai
Politik dan sebagainya). Demokrasi Indonesia periode reformasi (1998-sekarang)
Soeharto terpilih kembali sebagai Presiden pada Sidang Umum MPR pada Maret
1998.Tetapi penyimpangan-penyimpangan pada masa pemerintahan Orde Baru
membawa Indonesia pada krisis multidimensi, diawali krisis moneter yang tidak
kunjung reda.Akibatnya pemerintahan orde baru di bawah pimpinan Presiden
Soeharto terperosok ke dalam kondisi yang diliputi berbagai tekanan politik baik dari
luar maupun dalam negeri.Dari dunia internasional, terutama Amerika Serikat,
secara terbuka meminta Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden. Dari
dalam negeri, timbul gerakan massa yang dimotori oleh mahasiswa turun ke jalan
menuntut Soeharto lengser dari jabatannya. Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 di
Istana Merdeka menyatakan berhenti sebagai Presiden. Dengan menggunakan UUD
1945 pasal 8, Soeharto segera mengatur agar Wakil Presiden Habibie disumpah
sebagai penggantinya di hadapan Mahkamah Agung. Karena DPR tidak dapat
berfungsi akibat mahasiswa mengambil alih gedung DPR. Kepemimpinan Indonesia
segera beralih dari Soeharto ke BJ Habibie. Hal ini merupakan jalan baru demi
terbukanya proses demokratisasi di Indonesia. Kendati diliputi kontroversi tentang
status hukumnya, pemerintahan Presiden BJ Habibie mampu bertahan selama satu
tahun kepeminpinan.
-Orde Baru ini sebenarnya otoriter, karena dalam perjalanan politik, kekuasaan
presiden merupakan pusat dari seluruh proses politik di Indonesia. Sehingga, dengan
berdasarkan kondisi tersebut, pelaksanaan demokrasi Pancasila masih jauh dari
harapan di awal tadi.Pada saat itulah masyarakat menuju Reformasi, dimana
gerakan reformasi ini terjadi atas tuntutan rakyat kepada pemerintah karena
ketidakadilan dari berbagai bidang.Terdapat sebab akibat terjadinya perubahan
masa orde baru hingga reformasi, yaitu Politik didominasi oleh Golkar, karena 6 kali
pemilu dimenangkan oleh Golkar.
Pembangunan yang tidak merata, karena pemerintah fokus dalam pembangunan di
Pulau Jawa.Retaknya kekuasaan Orba, yang dimana pada tahun 1997 mengalami
krisis moneter.Pada era reformasi ini, sistem pemerintahan demokrasi pancasila
diterapkan sesuai dengan asa demokrasi berlandaskan pancasila. Dimana pada era
reformasi ini, pemerintahan memberikan ruang gerak kepada partai politik dan dpr
turut dalam mengawasi pemerintahan secara kritis.Tetapi, jika kita melihat dari
sudut pandang empirik melalui bukti empirik bahwa negara Indonesia negara
demokratis adalah Dilaksanakannya Pemilu, pembagian kekuasaan.
4.) Berdasarkan ilustrasi di atas, Anda diminta untuk melakukan analisis hambatan
pelaksanaan otonomi daerah yang disebabkan oleh faktor manusia!

Jawaban:

 Perbedaan Konsep

Dalam perbincangan otonomi daerah ini, terdapat perbedaan persepsi di kalangan cendekiawan,
dan para pejabat birokrasi. Di antara mereka ada yang mempersepsikan otonomi daerah sebagai
prinsip penghormatan, terhadap kehidupan masyarakat sesuai riwayat adat-istiadat dan sifat-
sifatnya dalam konteks negara kesatuan (lihat Prof. Soepomo dalam Abdullah 2000: 11). Ada juga
yang mempersepsikan otonomi daerah sebagai upaya berperspektif Ekonomi-Politik, di mana daerah
diberikan peluang untuk berdemokrasi dan untuk berprakarsa memenuhi kepentingannya sehingga
mereka dapat menghargai dan menghormati kebersamaan dan persatuan dan kesatuan dalam
konteks NKRI.Realitas pada penyelenggaran otonomi daerah di indonesiamembuktikan bahwa masih
banyak masalah dalam organisasi maupun manajemen yang merupakan titik rawan yang perlu di
benahi, struktur organisasi yang acak-acakan masih menjadi kendala dalam manajemen atau
organisasi yang perlu di benahi. Oleh karna itu pemerintah perlu memberikan perhatian yang lebih
bagi menghadapi masalah dalam organisasi karna organisasi itu sangat lah penting.

 LEMAHNYA KONTROL WAKIL RAKYAT DAN MASYARAKAT

Selama orde baru tidak kurang dari 32 tahun peranan wakil rakyat dalam mengontrol eksekutif
sangat tidak efektif karena terkooptasi oleh elit eksekutif. Birokrasi di daerah cenderung melayani
kepentingan pemerintah pusat, dari pada melayani kepentingan masyarakat lokal. Kontrol terhadap
aparat birokrasi oleh lembaga legislatif dan masyarakat tampak artifisial dan fesudo demokratik.
Kelemahan ini kita sadari bersama, perubahan telah dilakukan segera setelah pergantian rezim “orde
baru” orde reformasi. UU. Politik dan otonomi daerah diberlakukan, semangat dan proses demokrasi
menjanjikan, dan kontrol terhadap birokrasi dimulai walaupun terkadang kebablasan. Sayang,
semangat demokrasi yang timbul dan berkembang di era reformasi ini tidak diikuti oleh strategi
peningkatan kemampuan dan kualitas wakil rakyat. Wakil rakyat yang ada masih kurang mampu
melaksanakan tugasnya melakukan kontrol terhadap pemerintah. Ketidakmampuan ini memberikan
peluang bagi eksekutif untuk bertindak leluasa dan sebaliknya legislatif bertindak ngawur
mengorbankan kepentingan publik yang justru dipercaya mewakili kepentingannya.

 KESALAHAN STRATEGI

UU No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah diberlakukan pada suatu pemerintah daerah
sedang lemah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk melakukan sendiri apa yang mereka
butuhkan, tetapi dengan kemampuan yang sangat marjinal. Hal ini akibat dominasi pemerintah
pusat di daerah yang terlalu berlebihan, dan kurang memberikan peranan dan kesempatan belajar
bagi daerah. Model pembangunan yang dilakukan selama ini sangat sentralistik birokratis yang
berakibat penumpulan kreativitas pemerintah daerah dan aparatnya.
Lebih dari itu, ketidaksiapan dan ketidakmampuan daerah yang dahulu dipakai sebagai alasan
menunda otonomi kurang diperhatikan. Padahal untuk mewujudkan otonomi daerah merupakan
masalah yang kompleksitasnya tinggi dan dapat menimbulkan berbagai masalah baru, seperti
munculnya konflik antara masyarakat lokal dengan pemerintah dan hal ini dapat berdampak sangat
buruk pada integritas lembaga pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. Sekurang-kurangnya
ada enam yang perlu diperhatikan dalam konteks pelaksanaan otonomi daerah ini, yakni persiapan
yang matang tidak artifisial, memberi kepercayaan, kejelasan visi, kesiapan sumber daya, dan
berbagai parameter tuntutan terhadap kinerja.
Dengan pemberian kewenangan yang luas kepada daerah dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah, dibarengi dengan perimbangan keuangan yang memadai sampai saat ini,
sesungguhnya daerah sudah cukup mampu untuk berbuat sesuatu bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat setempat. Masalahnya sekarang adalah kurangnya SDM aparatur pemerintahan daerah
yang mampu menemukan talenta, potensi dan keunggulan daerahnya masing-masing.
Selain itu, pengertian otonomi ini sering dicampuradukkan (interchangeble) antara “otonomi
sebagai alat” (means) untuk mencapai tujuan dengan “tujuan otonomi” itu sendiri.
Dalam hubungan ini, seperti dikatakan oleh The Founding Father Moh. Hatta, bahwa
“memberikan otonomi daerah tidak saja berarti melaksanakan demokrasi, tetapi mendorong
berkembangnya auto-activiteit artinya tercapailah apa yang dimaksud dengan demokrasi, yaitu
pemerintahan yang dilaksanakan oleh rakyat, untuk rakyat. Rakyat tidak saja menentukan nasibnya
sendiri, melainkan juga dan terutama memperbaiki nasibnya sendiri. Inilah hakikat otonomi menurut
Hatta.

Anda mungkin juga menyukai