Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN DESAIN INOVASI KEPERAWATAN

PENERAPAN TERAPI KOMPLEMENTER AKUPRESUR


UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH
PADA PENDERITA HIPERTENSI

Disusun oleh :

SUPARDI RUSTAM
NIM. P1337420920002

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan dunial yang telah menjadi
penyumbang beban penyakit utama pada sistem kardiovaskular. Hipertensi
digambarkan sebagai keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg (Efendi & Larasati, 2017).
Perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas dan stress psikologi
dapat menjadi penyebab meningkatnya prevalensi hipertensi. Hampir di
setiap negara, hipertensi masih menempati peringkat pertama sebagai
penyakit yang paling sering muncul di seluruh dunia (Hanifa, 2016).
Menurut data WHO, sekitar 972 juta orang atau 26,4% mengidap
hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun
2025. Diperkirakan setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasi. Tiga ratus tiga puluh tiga juta dari 972 juta
pengidap hipertensi berada di negara maju dan sisanya berada di negara
berkembang termasuk Indonesia (Hanifa, 2016).
Prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2018 sebesar 34,11%. Prevalensi
hipertensi pada penduduk di Indonesia yang berusia 18-24 tahun sebesar
(13.22%), umur 25-34 tahun (20,13%) , umur 35-44 tahun ( 31,61%), umur
45-54 tahun (45,32%), umur 55-64 tahun (55,22%), umur 65-74 tahun
(63,22%) dan mengalami peningkatan pada umur >75 tahun (69,53%)
(Kemenkes RI, 2018). Prevalensi hipertensi yang tertinggi di Indonesia
berada di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar (44,13%)’, sedangkan yang
terendah di Provinsi Papua (22,22%). Provinsi Bali tahun 2018 prevalensi
hipertensi cukup tinggi yaitu (29,97%) (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2018).
Kurangnya kesadaran mengenai pentingnya pola hidup sehat merupakan
penyebab tingginya kasus hipertensi. Selain mendapatkan pengobatan secara
medis, penderita hipertensi juga memerlukan pendampingan keluarga dalam
pemeliharaan kesehatan dengan cara merubah life style seperti gaya makan,
gaya hidup terutama dalam mengelola stress sehingga perlu pemberdayaan
masyarakat terutama penderita didampingi keluarga tentang cara perawatan
hipertensi baik perawatan secara farmakologi dan/atau non-farmakologi
(Maryati & Praningsih, 2019).
Salah satu perawatan non-farmakologi yang dapat dilakukan pada
penderita hipertensi adalah dengan pemberian terapi komplementer
akupresur. Terapi akupresur merupakan pengembangan dari ilmu akupuntur,
sehingga pada prinsipnya metode terapi akupresur sama dengan akupuntur,
yang membedakannya terapi akupresur tidak menggunakan jarum pada
proses pengobatannya (Fengge, 2012 dalam Qodriyah, 2018)
Berbagai penelitian tentang penerapan terapi komplementer akupresur
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi telah dilakukan.
Penelitian-penelitian tersebut menunjukan bahwa ada pengaruh dari
penerapan terapi komplementer akupresur terhadap tekanan darah pada
penderita hipertensi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan Evidence based nursing practice tentang penerapan terapi
komplementer akupresur untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui respon pasien terhadap tekanan darah dengan
penerapan Evidence Based Nursing Practice (EBNP) berupa Terapi
Komplementer Akupresur dalam mengatasi peningkatan tekanan darah
pada penderita Hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tekanan darah sebelum dilakukan Terapi Komplementer
Akupresur
b. Mengetahui tekanan darah setelah dilakukan Terapi Komplementer
Akupresur

C. Manfaat
Dapat mengaplikasikan hasil Evidence Based Nursing Practice (EBNP)
khususnya studi kasus tentang pelaksanaan Terapi Komplementer Akupresur
terhadap dalam .mengatasi peningkatan tekanan darah pada penderita
Hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Dasar Hipertensi


A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali
pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor
risiko yang tidak berjalan sebagai mana mestinya dalam
mempertahankan tekanan darah normal (Wijaya & Putri, 2017)

B. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Join National Comitten on Detection Evolution and
Treatment of High Blood Pressure VIII mengklasifikasikan tekanan
darah pada orang dewasa berusia 18 tahun atau ke atas sebagai berikut :
Tekanan Darah
Klasifikasi
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Pre-Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stadium I 140-149 90-99
Hipertensi Stadium II >160 >100

C. Penyebab Hipertensi
Penyebab hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan besar
yaitu hipertensi primer (essensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi
primer merupakan hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dialami
pada 90% penderita hipertensi sedangkan 10% sisanya disebabkan
karena hipertensi sekunder dimana hipertensi sekunder merupakan
hipertensi yang terjadi akibat penyebab yang jelas. Meskipun hipertensi
primer penyebabnya belum diketahui namun diperkirakan hipertensi
primer disebabkan karena faktor keturunan, ciri perseorangan, dan
kebiasaan hidup. Hipertensi sekunder disebabkan karena penyakit ginjal
seperti stenosis arteri renalis, gangguan hormonal seperti
feokromositoma, obat-obatan seperti kontrasepsi oral, dan penyebab lain
seperti kehamilan, luka bakar, tumor otak dll (Aspiani, 2015).

D. Faktor Resiko Hipertensi


Faktor risiko hipertensi dbagi menjadi 2 kelompok yaitu faktor
yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor risiko yang
tidak dapat diubah antara lain umur, jenis kelamin, dan genetik. Faktor
risiko yang dapat diubah antara lain kebiasaan merokok, konsumsi serat,
stres, aktivitas fisik, konsumsi garam, kegemukan, kebiasaan konsumsi
alkohol dan dislipidemia (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

E. Tanda dan Gejala Hipertensi


Sebagian besar penderita hipertensi tidak menampakkan gejala
hingga bertahun-tahun. Gejala yang paling sering muncul pada pasien
hipertensi jika hipertensinya sudah bertahun-tahun dan tidak diobati
antara lain seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas,
gelisah, pandangan menjadi kabur, serta mengalami penurunan kesadaran
(Nurarif, 2015).

F. Mekanisme Terjadinya Hipertensi


Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh
darah dimulai dari jaras saraf simpatis yang berada dipusat vasomotor
medula spinalis. Jaras saraf simpatis dari medula spinalis berlanjut ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis menuju ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
disampaikan ke ganglia simpatis melalui impuls yang kemudian neuron
preganglion mengeluarkan asetilkolin yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Pelepasan norepinefrin akan
menyebabkan terjadinya kontriksi pembuluh darah (Price & Wilson,
2013).
Saraf simpatis sebagai perangsang pembuluh darah sebagai respon
terhadap emosi, juga mengakibatkan tambahan pada aktivitas
vasokonstriksi. Medula adrenal mengeluarkan epinefrin, kortisol, dan
steroid lainnya yang menyebabkan vasokonstriks. Vasokonstriksi
merangsang pengeluaran renin akibat penurunan aliran darah ke ginjal.
Sekresi renin akan merangsang pelepasan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angitensin II dan merangsang korteks adrenal
mengeluarkan aldosteron. Hormon aldosteron akan menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal sehingga meningkatkan volume
intravaskular (Price & Wilson, 2013). Semua mekanisme tersebut
mencetuskan terjadinya peningkatan tekanan darah.

G. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu penetalaksanaan
dengan terapi farmakologis dan non farmakologis.
1. Terapi farmakologis
Berbagai penelitian klinis membuktikan bahwa, obat anti hipertensi
yang diberikan tepat waktu dapat menurunkan kejadian stroke hingga
35-40 %, infark miokard 20-25 %, dan gagal jantung lebih dari 50 %.
Obat-obatan yang diberikan untuk penderita hipertensi meliputi
diuretik, angiotensin-converting enzyme (ACE), Beta-blocker,
calcium channel blocker (CCB), dll. Diuretik merupakan pengobatan
hipertensi yang pertama bagi kebanyakan orang dengan hipertensi
(Nurarif, 2015).

2. Terapi non farmakologis


a. Makan gizi seimbang
Pengelolaan diet yang sesuai terbukti dapat menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi. Manajemen diet bagi penderita
hipertensi yaitu membatasi gula, garam, cukup buah, sayuran,
makanan rendah lemak, usahakan makan ikan berminyak seperti
tuna, makarel dan salmon (Nurarif, 2015).
b. Mengurangi berat badan
Hipertensi erat hubungannya dengan kelebihan berat badan.
Mengurangi berat badan dapat menurunkan tekanan darah karena
mengurangi kerja jantung dan volume sekuncup (Aspiani, 2015).
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan
(obesitas) dianjurkan untuk menurunkan berat badan hingga
mencapai IMT normal 18,5 – 22,9 kg/m2, lingkar pinggang <90
cm untuk laki-laki dan <80 cm untuk perempuan (Nurarif, 2015).
c. Olahraga yang teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang dan bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
kinerja jantung (Aspiani, 2015). Senam aerobic atau jalan cepat
selama 30-45 menit lima kali perminggu dapat menurunkan
tekanan darah baik sistole maupun diastole. Selain itu, berbagai
cara relaksasi seperti meditasi dan yoga merupakan alternatif bagi
penderita hipertensi tanpa obat (Nurarif, 2015).
d. Berhenti Merokok
Berhenti merokok dapat mengurangi efek jangka panjang
hipertensi karenan asap rokok yang mengandung zat-zat kimia
beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok dapat menurunkan aliran dara ke bebagai organ dan
meningkatkan kerja jantung (Aspiani, 2015).
e. Mengurangi konsumsi alkohol
Mengurangi konsumsi alkohol dapat menurunan tekanan darah
sistolik. Sehingga penderita hipertensi diupayakan untuk
menghindari konsumsi alkohol (Nurarif, 2015).
f. Mengurangi stres
Stres dapat memicu penurunan aliran darah ke jantung dan
meningkatkan kebutuhan oksigen ke berbagai organ sehingga
meningkatkan kinerja jantung, oleh karena itu dengan
mengurangi stres seseorang dapat mengontrol tekanan (Aspiani,
2015).

H. Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah yang tidak terkontrol dan tidak segera diatasi dalam
jangka panjang akan mengganggu pembuluh darah arteri dalam
mensuplai darah ke organ-organ diantaranya jantung, otak, ginjal dan
mata. Hipertensi yang tidak terkontrol berakibat komplikasi pada jantung
meliputi infark jantung dan pembesaran ventrikel kiri dengan atau tanpa
payah jantung. Hematuria (urine yang disertai darah) dan oliguria
(kencing sedikit) merupakan komplikasi hipertensi pada ginjal.
Komplikasi hipertensi juga dapat terjadi pada mata berupa retinopati
hipertensi. Stroke dan euchephalitis merupakan penyakit yang terjadi
pada organ otak sebagai akibat hipertensi yang tidak ditangani dalam
waktu lama (Wijaya & Putri, 2013).

II. Konsep Dasar Akupresure


A. Terapi Akupresur
Akupresur atau yang biasa dikenal dengan terapi totok/tusuk jari adalah
salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi
pada titik-titik tertentu pada tubuh. Terapi akupresur merupakan
pengembangan dari ilmu akupuntur, sehingga pada prinsipnya metode
terapi akupresur sama dengan akupuntur, yang membedakannya terapi
akupresur tidak menggunakan jarum pada proses pengobatannya.
Akupresur berguna untuk mengurangi ataupun mengobati berbagai jenis
penyakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan dan kelelahan. Proses
pengobatan dan teknik akupresur menitikberatkan pada titik-titik saraf
tubuh. Dikedua telapak tangan dan kaki-kaki terdapat titik akupresur
untuk jantung, paru-paru, ginjal, mata, hati, kelenjar tiroid, pankreas,
sinus, dan otak (Fengge, 2012 dalam Qodriyah, 2018)

B. Titik-titik akupresur untuk Hipertensi


Titik-titik akupresur yang dapat dipijat pada hipertensi adalah sebagai
berikut :
1. Titik GB20

Gambar 2.1 Titik GB20


2. Titik LI11

Gambar 2.2 Titik LI11


3. Titik PC6
Gambar 2.4 Titik PC6

4. Titik LI4

Gambar 2.3 Titik L14

5. Titik LV3

Gambar 2.5 Titik LV3


BAB III
RANCANGAN SOLUSI

A. Merumuskan PICOT
P : Peningkatan Tekanan Darah
I : Terapi Komplementer Akupresur
C : Tidak ada pembanding / intervensi lain
O : Menurunnya tekanan darah
T : 4 menit pada masing-masing titik pijat

B. Mencari dan Mengumpulkan Bukti Penelitian


Pencarian artikel telah dilakukan secara komperehensif menggunakan
database jurnal PubMed dan Google Scholar dengan rentang waktu publikasi
artikel dalam 5 tahun terakhir. Kata kunci pencarian berupa, acuprssure, high
blood pressure, hypertension.
Kriteria inklusi meliputi tahun publikasi 2016-2020, original research,
full text, berbahasa Inggris dan bahasa Indonesia, jenis artikel penelitian
Randomized Control Trial (RCT) dan Quasi Experiment.
Kriteria eksklusi mencakup pembahasan artikel dan outcome yang tidak
terkait akupresur dan tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi. Data
yang diperoleh disajikan dengan tabel yang meliputi judul, penulis, tahun,
metodologi, hasil dan rekomendasi yang kemudian di analisis oleh peneliti.
Berikut adalah cara memilih artikel:

Pubmed : 9
Google schola5 : 1.570

4.823 artikel
PubMed: 23
Google Scholar: 4.800
Awal penyaringan
Dihilangkan 3.244 artikel karena tahun terbit
lebih dari 5 tahun sebelumnya
Tersaring 1.579 artikel penelitian

Penyaringan lanjutan
Dihilangkan : 1.193 artikel berdasarkan jenis artikel
Tersaring 386 artikel penelitian

Penyaringan lanjutan
Dihilangkan: 254 artikel berdasarkan akses artikel
Tersaring 132 artikel penelitian

Penyaringan lanjutan berdasarkan 128


pembahasan artikel
Tersaring 5 artikel penelitian
C. Analisis Artikel

No Penulis Tahun Desain Sampel Hasil


Akupresur yang dilakukan dapat menurunkan tekanan
Agus Citra Quasi- darah sistolik sebesar 18,05 mmHg secara signifikan.
Dermawan, experimental Akupresur atau penekanan pada titik-titik tertentu tubuh
1 Santun 2019 with intervention 29 orang
adalah salah satu terapi non farmakologis yang efisien
Setiawati, Raden and control
Siti Maryam groups dan relatif aman karena bukan merupakan tindakan
invasif.
quasi akupresur lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah
Nurhayati,
experimental dibandingkan dengan kegiatan olahraga. Saran yang bisa
Aisyah
2 2019 designs with two 22 orang diberikan dalam hal ini belajar untuk meningkatkan
NurAzizah.
group pretest
Amirul Kadafi, intensitas latihan dan akupresur sehingga menurunkan
and post-test
Mardiyono tekanan darah dengan hasil yang lebih efektif
design approaches
Akupresur adalah salah satu metode yang digunakan di
Gan-Hon Lin, Cina tradisional obat untuk pencegahan dan pengobatan
Wei-Chun penyakit. Akupresur merupakan teknik sederhana dan
Chang, Kuan-Ju bersifat non-invasif sehingga dapat dilakukan perawat
3 Chen, Chen- 2016 randomized 80 orang secara mandiri. Penelitian ini menunjukkan bahwa
Chen Tsai, controlled trial
Sung-Yuan Hu, akupresur pada titik akupuntur taichong dapat
and Li-Li Chen menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pasien
dengan hipertensi setidaknya selama 30 menit.
Rata-rata tekanan darah sebelum dilakukan terapi
Aminudin, Quasi eksperimen akupresur yaitu 144,76/90,95 mmHg, rata-rata tekanan
4 Yulianus 2020 dengan one group 11 orang darah setelah dilakukan terapi akupresur yaitu
Sudarman, Moh pre dan post test 140,24/86,67 mmHg. Hal ini menunjukan ada pengaruh
Syakib design. pemberian terapi akupresur terhadap penurunan tekanan
darah pada pasien hipertensi.
Akupresur memberikan pengaruh yang positif baik secara
fisik maupun psikologis pada responden. Peneliti
quasi experiment berkesimpulan bahwa penurunan tekanan darah
Yudi Abdul
5 2016 dengan pre and 32 orang responden adalah pengaruh akupresur yang dilakuan.
Majid, Puji Setya
post test Kelompok perlakuan menunjukan penurunan tekanan
Rini
controlgroup. darah secara bermakna setelah akupresur, sedangkan
kelompok kontrol tidak mengalami perubahan tekanan
darah yang bermakna.
D. Target dan Luaran
Target yang akan mendapatkan perlakuan intervensi pada deskripsi kasus
ini yaitu pasien hipertensi dengan pemberian intervensi Terapi Komplementer
Akupresur. Luaran dari deskripsi kasus ini untuk mengetahui perlakuan yang
dilakukan berdasarkan evidence based practice, selanjutnya dilakukan
observasi dari hasil pemberian Terapi Komplementer Akupresur terhadap
tekanan darah.

E. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Pasien
a. Menyediakan alat
b. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
c. Mengukur tekanan darah penderita Hipertensi (ringan dan sedang)
sebelum melakukan akupresure dan di catat dalam lembar observasi
2. Persiapan Alat dan bahan
a. Sphygmomanometer
b. Stetoskop
c. Lembar observasi tekanan darah
3. Pelaksanaan
a. Memberikan waktu istirahat terlebih dahulu ± 10 menit
b. Mengukur tekanan darah sebelum pemberian terapi akupresur
c. Berikan lingkungan yang tenang
a. Atur penderita hipertensi dengan posisi duduk rileks
b. Memberikan tindakan terapi akupresur selama ± 20 menit
c. Lakukan pemijitan pada titik GB20 ± 4menit
d. Lakukan pemijitan pada titik LI11 kanan dan kiri ± 4 menit
e. Lakukan pemijitan pada titik LI4 kanan dan kiri ± 4 menit
f. Lakukan pemijitan pada titik PC6 kanan dan kiri ± 4 menit
g. Lakukan pemijitan pada titik LV3 kanan dan kiri ± 4 menit
h. Mengukur tekanan darah sesudah pemberian terapi akupresur
4. Evaluasi
a. Tanyakan pada klien bagaimana perasaannya
b. Kaji tekanan darah klien
BAB IV
PEMBAHASAN

Akupresur atau yang biasa dikenal dengan terapi totok/tusuk jari adalah salah
satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi pada titik-titik
tertentu pada tubuh. Terapi akupresur merupakan pengembangan dari ilmu
akupuntur, sehingga pada prinsipnya metode terapi akupresur sama dengan
akupuntur, yang membedakannya terapi akupresur tidak menggunakan jarum pada
proses pengobatannya. Akupresur berguna untuk mengurangi ataupun mengobati
berbagai jenis penyakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan dan kelelahan.
Proses pengobatan dan teknik akupresur menitikberatkan pada titik-titik saraf
tubuh. Dikedua telapak tangan dan kaki-kaki terdapat titik akupresur untuk
jantung, paru-paru, ginjal, mata, hati, kelenjar tiroid, pankreas, sinus, dan otak
(Fengge, 2012 dalam Qodriyah, 2018).
Traditional Chinese Medicine (TCM) telah ada lebih dari 2000 tahun yang
lalu teapi di zaman itu belum ada alat pengukur tekanan darah atau tensimeter
sehingga tinggi rendahnya tekanan darah tidak dapat diukur dan dipantau dengan
akurat. Dalam terapi akupresur untuk titik-titik yang digunakan merupakan
turunan dari titik-titik yang digunakan dalam terapi akupuntur, hanya saja untuk
akupuntur menggunakan jarum sedangkan untuk akupresur hanya menggunakan
penekanan dari jari-jari tangan (Qodriyah, 2018)
Adapun titik akupresur untuk hipertensi teridiri dari 5 yaitu titik PC 6
Neiguan, LI 11 Quchi, Li 4 Hegu, Gb 20 Fengchi dan Titik LV3 Taichong. Setiap
titik dilakukan penekanan sebanyak 30 kali dan pemutarannya searah dengan
jarum jam. Setiap titik dilakukan penekanan selama kurang lebih 4 menit.
Pada terapi akupresur pada Ny. B didapatkan data pengukuran tekanan darah
sebelum pemberian adalah 160/90 mmHg. Kemudian dilakukan pengukuran
tekanan darah kembali setelah diberikan terapi akupresur. Pada pengukuran
didapatkan tekanan darah 150/80 mmHg.
Hal ini mengindikasikan bahwa terapi akupresur merupakan salah satu terapi
komplementer yang memiliki efekktifitas terhadap penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dermawan, Setiawati, &
Maryam (2019) tentang Self-Acupressure To Lower Blood Pressure On Older
Adults With Hypertension mendapati bahwa terjadi penurunan tekanan darah
sistolik sebesar 18,05 mmHg pada pasien hipertensi setelah dilakukan terapi
akupresure.
Penelitian ini sejalan dengan hasil yang didapatkan oleh Aminuddin,
Sudarman, & Syakib (2020) pada penelitian tentang penurunan tekanan darah
penderita hipertensi setelah diberikan terapi akupresur yang menemukan bahwa r ata-
rata tekanan darah sebelum dilakukan terapi akupresur yaitu 144,76/90,95 mmHg,
rata-rata tekanan darah setelah dilakukan terapi akupresur yaitu 140,24/86,67
mmHg. Hal ini menunjukan ada pengaruh pemberian terapi akupresur terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Adapun penelitian lain yang mendukung hasil diaats adalah penelitian yang
dilakukan oleh (Lin, et al., 2016) yang memperoleh hasil bahwa akupresur sebagai
terapi non-farmakologi yang bukan termasuk terapi invasif dapat menurunkan
tekanan darah apabila dilakukan secara efektif apabila dilakukan dalam waktu 30
menit.
Walaupun tidak menutup kemungkinan adanya terapi atau metode lain dalam
penurunan tekanan darah pasien hipertensi, tetapi akupresur dinilai sangat efekfif
dalam menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nurhayati, Azizah, Kadafi, & Mardiyono (2019) tentang The
effect of elderly academic and acupressure in the Decrease of hypertension in
posyandu lansia srondol Banyumanik Semarang yang mendapati hasil serupa,
yaitu salah satu cara efektif menurunkan darah yaitu dengan terapi akupresur
Dengan demikian, maka penggunaan terapi akupresur ini dapat diterapkan
pada pasien hipertensi. Mengingat terapi ini bukan merupakan terapi yang bersifat
invasif, maka penggunaan terapi ini dapat disarankan untuk diajarkan kepada
keluarga memiliki anggota keluarga dengan hipertensi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akupresur atau yang biasa dikenal dengan terapi totok/tusuk jari adalah
salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi
pada titik-titik tertentu pada tubuh yang berguna untuk mengurangi ataupun
mengobati berbagai jenis penyakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan
dan kelelahan. Penggunaan terapi ini memiliki efektivitas yang baik terhadap
penurunan tekanan darah. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya tekanan
darah pada pasien hipertensi setelah diberikan terapi akupresur.

B. Saran
Hasil penerapan EBNP ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dalam menetapkan kebijakan sebagai upaya menerapkan terapi
komplementer bagi pasien hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, Sudarman, Y., & Syakib, M. (2020). Penurunan Tekanan Darah Penderita
Hipertensi Setelah Diberikan Terapi Akupresur. Jurnal Kesehatan Manarang,
57-61.

Aspiani.R.Y. (2014). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler.


Jakarta.
Dermawan, A. C., Setiawati, S., & Maryam, S. R. (2019). Self-Acupressure To Lower
Blood Pressure On Older Adults With Hypertension. Jurnal Riset Kesehatan, 1-
4.

Efendi, H., & Larasati, T. a. (2017). Dukungan Keluarga dalamManajemen


Penyakit Hipertensi Family Support in Hypertension Disease ’ s
Management. Majority, 6(1), 34–40.
Hanifa, A. (2016). Prevalensi hipertensi sebagai penyebab penyakit ginjal kronik.
Jakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Laporan Nasional Riset
Kesehatan Dasar 2018. 1–582.
Lin, H. G., Chang, W. C., Chen, K. J., Tsai, C. C., Hu, S. Y., & Chen, L. L. (2016).
Effectiveness of Acupressure on the Taichong Acupoint in Lowering Blood
Pressure in Patients with Hypertension A Randomized Clinical Trial. Hindawi
Publishing Corporation, 1-9.

Maryati, H., & Praningsih, S. (2019). Efektifitas Pendampingan Keluarga Dalam


Perawatan Diri Terhadap Kestabilan Tekanan Darah Penderita
Hipertensi. 10, 53–66.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (1st ed.). Yogyakarta: Mediaction.
Nurhayati, Azizah, A. N., Kadafi, A., & Mardiyono. (2019). The Effect Of Elderly
Academic And Acupressure In The Decrease Of Hypertension In Posyandu
Lansia Srondol Banyumanik Semarang. Jurnal Riset Kesehatan, 64-66.

Price, S.A., Wilson, L.M. 2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses. Penyakit. Edisi


VI. Jakarta: EGC
Qodriyah, S. (2018). Penerapan Terapi Akupresur Terhadap Penderita Hipertensi Pada
Lanjut Usia di Posyandu Lansia Desa Kebocoran Kecamatan Kedungbaten
Kabupaten Banyumas.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogjakarta


Lampiran
Dokumentasi Kegiatan
Penerapan Terapi Komplementer Akupresur pada Ny. B

Anda mungkin juga menyukai