Disusun oleh :
SUPARDI RUSTAM
NIM. P1337420920002
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan dunial yang telah menjadi
penyumbang beban penyakit utama pada sistem kardiovaskular. Hipertensi
digambarkan sebagai keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg (Efendi & Larasati, 2017).
Perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas dan stress psikologi
dapat menjadi penyebab meningkatnya prevalensi hipertensi. Hampir di
setiap negara, hipertensi masih menempati peringkat pertama sebagai
penyakit yang paling sering muncul di seluruh dunia (Hanifa, 2016).
Menurut data WHO, sekitar 972 juta orang atau 26,4% mengidap
hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun
2025. Diperkirakan setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasi. Tiga ratus tiga puluh tiga juta dari 972 juta
pengidap hipertensi berada di negara maju dan sisanya berada di negara
berkembang termasuk Indonesia (Hanifa, 2016).
Prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2018 sebesar 34,11%. Prevalensi
hipertensi pada penduduk di Indonesia yang berusia 18-24 tahun sebesar
(13.22%), umur 25-34 tahun (20,13%) , umur 35-44 tahun ( 31,61%), umur
45-54 tahun (45,32%), umur 55-64 tahun (55,22%), umur 65-74 tahun
(63,22%) dan mengalami peningkatan pada umur >75 tahun (69,53%)
(Kemenkes RI, 2018). Prevalensi hipertensi yang tertinggi di Indonesia
berada di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar (44,13%)’, sedangkan yang
terendah di Provinsi Papua (22,22%). Provinsi Bali tahun 2018 prevalensi
hipertensi cukup tinggi yaitu (29,97%) (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2018).
Kurangnya kesadaran mengenai pentingnya pola hidup sehat merupakan
penyebab tingginya kasus hipertensi. Selain mendapatkan pengobatan secara
medis, penderita hipertensi juga memerlukan pendampingan keluarga dalam
pemeliharaan kesehatan dengan cara merubah life style seperti gaya makan,
gaya hidup terutama dalam mengelola stress sehingga perlu pemberdayaan
masyarakat terutama penderita didampingi keluarga tentang cara perawatan
hipertensi baik perawatan secara farmakologi dan/atau non-farmakologi
(Maryati & Praningsih, 2019).
Salah satu perawatan non-farmakologi yang dapat dilakukan pada
penderita hipertensi adalah dengan pemberian terapi komplementer
akupresur. Terapi akupresur merupakan pengembangan dari ilmu akupuntur,
sehingga pada prinsipnya metode terapi akupresur sama dengan akupuntur,
yang membedakannya terapi akupresur tidak menggunakan jarum pada
proses pengobatannya (Fengge, 2012 dalam Qodriyah, 2018)
Berbagai penelitian tentang penerapan terapi komplementer akupresur
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi telah dilakukan.
Penelitian-penelitian tersebut menunjukan bahwa ada pengaruh dari
penerapan terapi komplementer akupresur terhadap tekanan darah pada
penderita hipertensi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan Evidence based nursing practice tentang penerapan terapi
komplementer akupresur untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui respon pasien terhadap tekanan darah dengan
penerapan Evidence Based Nursing Practice (EBNP) berupa Terapi
Komplementer Akupresur dalam mengatasi peningkatan tekanan darah
pada penderita Hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tekanan darah sebelum dilakukan Terapi Komplementer
Akupresur
b. Mengetahui tekanan darah setelah dilakukan Terapi Komplementer
Akupresur
C. Manfaat
Dapat mengaplikasikan hasil Evidence Based Nursing Practice (EBNP)
khususnya studi kasus tentang pelaksanaan Terapi Komplementer Akupresur
terhadap dalam .mengatasi peningkatan tekanan darah pada penderita
Hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Join National Comitten on Detection Evolution and
Treatment of High Blood Pressure VIII mengklasifikasikan tekanan
darah pada orang dewasa berusia 18 tahun atau ke atas sebagai berikut :
Tekanan Darah
Klasifikasi
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Pre-Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stadium I 140-149 90-99
Hipertensi Stadium II >160 >100
C. Penyebab Hipertensi
Penyebab hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan besar
yaitu hipertensi primer (essensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi
primer merupakan hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dialami
pada 90% penderita hipertensi sedangkan 10% sisanya disebabkan
karena hipertensi sekunder dimana hipertensi sekunder merupakan
hipertensi yang terjadi akibat penyebab yang jelas. Meskipun hipertensi
primer penyebabnya belum diketahui namun diperkirakan hipertensi
primer disebabkan karena faktor keturunan, ciri perseorangan, dan
kebiasaan hidup. Hipertensi sekunder disebabkan karena penyakit ginjal
seperti stenosis arteri renalis, gangguan hormonal seperti
feokromositoma, obat-obatan seperti kontrasepsi oral, dan penyebab lain
seperti kehamilan, luka bakar, tumor otak dll (Aspiani, 2015).
G. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu penetalaksanaan
dengan terapi farmakologis dan non farmakologis.
1. Terapi farmakologis
Berbagai penelitian klinis membuktikan bahwa, obat anti hipertensi
yang diberikan tepat waktu dapat menurunkan kejadian stroke hingga
35-40 %, infark miokard 20-25 %, dan gagal jantung lebih dari 50 %.
Obat-obatan yang diberikan untuk penderita hipertensi meliputi
diuretik, angiotensin-converting enzyme (ACE), Beta-blocker,
calcium channel blocker (CCB), dll. Diuretik merupakan pengobatan
hipertensi yang pertama bagi kebanyakan orang dengan hipertensi
(Nurarif, 2015).
H. Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah yang tidak terkontrol dan tidak segera diatasi dalam
jangka panjang akan mengganggu pembuluh darah arteri dalam
mensuplai darah ke organ-organ diantaranya jantung, otak, ginjal dan
mata. Hipertensi yang tidak terkontrol berakibat komplikasi pada jantung
meliputi infark jantung dan pembesaran ventrikel kiri dengan atau tanpa
payah jantung. Hematuria (urine yang disertai darah) dan oliguria
(kencing sedikit) merupakan komplikasi hipertensi pada ginjal.
Komplikasi hipertensi juga dapat terjadi pada mata berupa retinopati
hipertensi. Stroke dan euchephalitis merupakan penyakit yang terjadi
pada organ otak sebagai akibat hipertensi yang tidak ditangani dalam
waktu lama (Wijaya & Putri, 2013).
4. Titik LI4
5. Titik LV3
A. Merumuskan PICOT
P : Peningkatan Tekanan Darah
I : Terapi Komplementer Akupresur
C : Tidak ada pembanding / intervensi lain
O : Menurunnya tekanan darah
T : 4 menit pada masing-masing titik pijat
Pubmed : 9
Google schola5 : 1.570
4.823 artikel
PubMed: 23
Google Scholar: 4.800
Awal penyaringan
Dihilangkan 3.244 artikel karena tahun terbit
lebih dari 5 tahun sebelumnya
Tersaring 1.579 artikel penelitian
Penyaringan lanjutan
Dihilangkan : 1.193 artikel berdasarkan jenis artikel
Tersaring 386 artikel penelitian
Penyaringan lanjutan
Dihilangkan: 254 artikel berdasarkan akses artikel
Tersaring 132 artikel penelitian
E. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan Pasien
a. Menyediakan alat
b. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
c. Mengukur tekanan darah penderita Hipertensi (ringan dan sedang)
sebelum melakukan akupresure dan di catat dalam lembar observasi
2. Persiapan Alat dan bahan
a. Sphygmomanometer
b. Stetoskop
c. Lembar observasi tekanan darah
3. Pelaksanaan
a. Memberikan waktu istirahat terlebih dahulu ± 10 menit
b. Mengukur tekanan darah sebelum pemberian terapi akupresur
c. Berikan lingkungan yang tenang
a. Atur penderita hipertensi dengan posisi duduk rileks
b. Memberikan tindakan terapi akupresur selama ± 20 menit
c. Lakukan pemijitan pada titik GB20 ± 4menit
d. Lakukan pemijitan pada titik LI11 kanan dan kiri ± 4 menit
e. Lakukan pemijitan pada titik LI4 kanan dan kiri ± 4 menit
f. Lakukan pemijitan pada titik PC6 kanan dan kiri ± 4 menit
g. Lakukan pemijitan pada titik LV3 kanan dan kiri ± 4 menit
h. Mengukur tekanan darah sesudah pemberian terapi akupresur
4. Evaluasi
a. Tanyakan pada klien bagaimana perasaannya
b. Kaji tekanan darah klien
BAB IV
PEMBAHASAN
Akupresur atau yang biasa dikenal dengan terapi totok/tusuk jari adalah salah
satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi pada titik-titik
tertentu pada tubuh. Terapi akupresur merupakan pengembangan dari ilmu
akupuntur, sehingga pada prinsipnya metode terapi akupresur sama dengan
akupuntur, yang membedakannya terapi akupresur tidak menggunakan jarum pada
proses pengobatannya. Akupresur berguna untuk mengurangi ataupun mengobati
berbagai jenis penyakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan dan kelelahan.
Proses pengobatan dan teknik akupresur menitikberatkan pada titik-titik saraf
tubuh. Dikedua telapak tangan dan kaki-kaki terdapat titik akupresur untuk
jantung, paru-paru, ginjal, mata, hati, kelenjar tiroid, pankreas, sinus, dan otak
(Fengge, 2012 dalam Qodriyah, 2018).
Traditional Chinese Medicine (TCM) telah ada lebih dari 2000 tahun yang
lalu teapi di zaman itu belum ada alat pengukur tekanan darah atau tensimeter
sehingga tinggi rendahnya tekanan darah tidak dapat diukur dan dipantau dengan
akurat. Dalam terapi akupresur untuk titik-titik yang digunakan merupakan
turunan dari titik-titik yang digunakan dalam terapi akupuntur, hanya saja untuk
akupuntur menggunakan jarum sedangkan untuk akupresur hanya menggunakan
penekanan dari jari-jari tangan (Qodriyah, 2018)
Adapun titik akupresur untuk hipertensi teridiri dari 5 yaitu titik PC 6
Neiguan, LI 11 Quchi, Li 4 Hegu, Gb 20 Fengchi dan Titik LV3 Taichong. Setiap
titik dilakukan penekanan sebanyak 30 kali dan pemutarannya searah dengan
jarum jam. Setiap titik dilakukan penekanan selama kurang lebih 4 menit.
Pada terapi akupresur pada Ny. B didapatkan data pengukuran tekanan darah
sebelum pemberian adalah 160/90 mmHg. Kemudian dilakukan pengukuran
tekanan darah kembali setelah diberikan terapi akupresur. Pada pengukuran
didapatkan tekanan darah 150/80 mmHg.
Hal ini mengindikasikan bahwa terapi akupresur merupakan salah satu terapi
komplementer yang memiliki efekktifitas terhadap penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dermawan, Setiawati, &
Maryam (2019) tentang Self-Acupressure To Lower Blood Pressure On Older
Adults With Hypertension mendapati bahwa terjadi penurunan tekanan darah
sistolik sebesar 18,05 mmHg pada pasien hipertensi setelah dilakukan terapi
akupresure.
Penelitian ini sejalan dengan hasil yang didapatkan oleh Aminuddin,
Sudarman, & Syakib (2020) pada penelitian tentang penurunan tekanan darah
penderita hipertensi setelah diberikan terapi akupresur yang menemukan bahwa r ata-
rata tekanan darah sebelum dilakukan terapi akupresur yaitu 144,76/90,95 mmHg,
rata-rata tekanan darah setelah dilakukan terapi akupresur yaitu 140,24/86,67
mmHg. Hal ini menunjukan ada pengaruh pemberian terapi akupresur terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Adapun penelitian lain yang mendukung hasil diaats adalah penelitian yang
dilakukan oleh (Lin, et al., 2016) yang memperoleh hasil bahwa akupresur sebagai
terapi non-farmakologi yang bukan termasuk terapi invasif dapat menurunkan
tekanan darah apabila dilakukan secara efektif apabila dilakukan dalam waktu 30
menit.
Walaupun tidak menutup kemungkinan adanya terapi atau metode lain dalam
penurunan tekanan darah pasien hipertensi, tetapi akupresur dinilai sangat efekfif
dalam menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nurhayati, Azizah, Kadafi, & Mardiyono (2019) tentang The
effect of elderly academic and acupressure in the Decrease of hypertension in
posyandu lansia srondol Banyumanik Semarang yang mendapati hasil serupa,
yaitu salah satu cara efektif menurunkan darah yaitu dengan terapi akupresur
Dengan demikian, maka penggunaan terapi akupresur ini dapat diterapkan
pada pasien hipertensi. Mengingat terapi ini bukan merupakan terapi yang bersifat
invasif, maka penggunaan terapi ini dapat disarankan untuk diajarkan kepada
keluarga memiliki anggota keluarga dengan hipertensi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akupresur atau yang biasa dikenal dengan terapi totok/tusuk jari adalah
salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi
pada titik-titik tertentu pada tubuh yang berguna untuk mengurangi ataupun
mengobati berbagai jenis penyakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan
dan kelelahan. Penggunaan terapi ini memiliki efektivitas yang baik terhadap
penurunan tekanan darah. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya tekanan
darah pada pasien hipertensi setelah diberikan terapi akupresur.
B. Saran
Hasil penerapan EBNP ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dalam menetapkan kebijakan sebagai upaya menerapkan terapi
komplementer bagi pasien hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin, Sudarman, Y., & Syakib, M. (2020). Penurunan Tekanan Darah Penderita
Hipertensi Setelah Diberikan Terapi Akupresur. Jurnal Kesehatan Manarang,
57-61.