Anda di halaman 1dari 2

Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala puji dan syukur sudah sepantasnya kita sanjungkan kepada Allah SWT. Pujian karena
Dia-lah Dzat Yang Maha Kuasa, Maha Mencipta, dan Maha Menyayangi hamba-Nya. Syukur,
karena sampai detik ini kita masih diguyur ribuan nikmat baik yang kita minta maupun tidak.
Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Baginda Rasul, Muhammad Saw, keluargannya,
dan para Sahabatnya, serta para pengikutnya.
Hadirin rahimakumullah
Mungkin sebagian dari kita ada yang belum tahu tentang seluk beluk khitan. Bisa jadi, sebagian
kita mengkhitankan anaknya hanya karena mengikuti tradisi. Oleh karena itu, alangkah baiknya
terlebih dahulu kita mengetahui apa itu khitan, apa hukumnya, dan apa manfaatnya. Dengan
begitu, kita betul-betul menghayati suatu amal atau ibadah yang kita lakukan.
Khitan berasal dari bahasa Arab “khatana” yang berarti ‘memotong’. Menurut istilah, khitan
adalah membuka atau memotong kulit (quluf) yang menutupi ujung kemaluan, tepatnya
memotong kulit yang menutupi bagian ujungnya sehingga seutuhnya terbuka dengan tujuan agar
bersih dari najis. Pemotongan kulit ini dimaksudkan agar ketika buang air kecil mudah
dibersihkan karena syaraty dalam ibadah adalah kesucian.
Bagaimana dengan hukumnya? Para ulama sepakat bahwa khitan bagi laki-lakihukumnya adalah
wajib. Khitan telah disyariatkan agama berdasarkan firman Allah SWT.

“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang
hanif" dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”
(QS. Nahl: 123)

Menurut ayat diatas, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk mengikuti
syari’at Nabi Ibrahim, termasuk melaksanakan khitan. Menurut sejarahnya, Nabi Ibrahim
merupakan laki-laki pertama yang melakukan khitan. Kemudian Nabi Ibrahim mengkhitankan
anaknya Nabi Ishaq pada hari ketujuh setelah kelahirannya dan Nabi Ismail pada saat aqul
baligh. Tradisi khitan ini terus berlanjut sampai pada masa bangsa Arab pra-Islam, saat Nabi
Muhammad Saw, dilahirkan.
Hadirin rahimakumullah
Para ulama berbeda pendapat mengenai khitan Nabi Muhammad Saw. pertama, Jibril
mengkhitankan Nabi Muhammad Saw, pada saat membersihkan hatinya. Kedua, bahwa yang
menghitankan Nabi Muhammad adalah kakek beliau, yakni Abdul Muthalib pada hari ketujuh
kelahirannya dengan berqurban dan member Muhammad. Kemudian Nabi Saw. sendiri
mengkhitankan cucunya Hasan dan Husain pada hari kelahirannya. Pada hari tersebut banyak
acara yang dilakukan, antara lain aqiqah, mencukur rambut, dan memberi nama anak (tasmiyah).
Khitan disyari’atkan dalam Islam tidak sekedar bertujuan supaya alat kelamin itu mudah
dibersihkan dari najis. Namun, didalamnya terkandung juga hikmah-hikmah yang patut kita
renungkan khususnya dalam hal mendidik anak. Diantaranya sebagai berikut.

1.   Meningkatkan Keimanan.
Khitan merupakan salah satu syari’at yang Allah SWT. Perintahkan kepada hamba-Nya karena
mengandung hal yang baik secara lahir maupun batin. Ia adalah pelengkap fitrah (keimanan)
yang diciptakan Allah SWT. untuk manusia. Asal syari’at khitan adalah menyempurnakan
agama. Sebagaimana ibadah-ibadah yang lain, inti dari khitan adalah iman. Dengan kata lain,
khitan merupakan perwujudan iman seseorang dalam bentuk tindakan. Khitan mengandung
hikmah yang tersembunyi, yaitu pendekataan seorang hamba kepada Allah SWT.
Hadirin rahimakumullah
Pada awalnya, khitan dijadikan sebagai identitas keagamaan. Allah SWT. berjanji kepada  Nabi
Ibrahim bahwa dia akan menjadikan Ibrahim sebagai pemimpin dan menjadikan keturunannya
sebagai raja dan nabi, serta akan memberikan tanda khusus kepadanya dan keturunannya. Tanda
khusus itu adalah khitannya setiap anak yang lahir. Jadi, khitan merupakan tanda masuknya
seseorang kedalam agama nabi Ibrahim.
Ketika itu, khitan merupakan salah satu ujian yang diberikan Allah kepada Ibrahim. Apabila
beliau bisa menjalani ujian tersebut, beliau patut menjadi pemimpin (imam) bagi manusia. Nabi
Ibrahim diuji berkhitan oleh Allah, walaupun beliau telah berumur 80 tahun. Hal ini disebutkan
dalam hadits Nabi Saw.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Nabi Ibrahim berkhitan
pada usia 80 (delapan puluh) tahun dengan menggunakan qadum.” (HR. Muslim).
Kalau dipikir-pikir, secara akal tidak mungkin Nabi Ibrahim mau berkhitan pada usia yang
begitu lanjut. Akan tetapi karena ini adalah perintah Allah SWT. dan atas dasar iman yang kuat,
diapun melakukannya.
Ibnu Hajr memberikan tambahan penjelasan bahwa Nabi Ibrahim segera melaksanakan perintah
itu dengan menggunakan kapak. Namun setelah itu menimbulkan penyakit yang agak parah.
Lalu, beliau berdoa kepada Allah SWT. dan Allah menurunkan wahyu kepadanya
“Sesungguhnya engkau terburu-buru berkhitan sebelum kami beritahukan alat apa yang harus
engkau gunakan.” Nabi Ibrahim menjawab, “Wahai Tuhanku, saya tidak suka untuk menunda-
nunda perintah-Mu.”
Hadirin rahimakumullah
Sungguh Maha suci Allah. Hanya karena ingin menunjukkan rasa keimanannya kepada-Nya,
Nabi Ibrahim segera melaksanakan perintah-Nya walaupun pada usia lanjut. Selayaknyalah
beliau dapat menjadi contoh bagi umat Islam dalam melaksanakan perintah Allah SWT.
mengkhitankan anak bagi orang tua yang mencintai anaknya merupakan bentuk rasa tanggung
jawab mereka untuk pendidikan agamanya, yaitu meneladani syari’at Nabi Ibrahim. Bagi
seorang anak diharapkan ia lebih menyadari keberadaan dirinya sebagai makhluk serta
menyadari kewajibannya terhadap Sang Pencipta, sehingga akan menjadikannya lebih semangat
mengamalkan ajaran agama setelah dikhitan.

2.   Menjaga kebersihan dan kesehatan


Khitan sebagai perkara yang disyari’atkan Allah SWT. kepada hamba-Nya, tentunya memiliki
manfaat bagi manusia. Diantaranya adalah menyempurnakan kesehatan jasmani sesuai dengan
fitrahnya. Hal ini diungkapkan dalam sabda Rasulullah Saw.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, ‘Fitrah itu ada lima
macam, atau limah dari fitrah adalah berkhitann, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku,
mencabut bulu ketiak, dan memotong kumis.” (H.R. Ibnu Majah).
Berdasarkan keterangan hadits diatas, khitan menempati urutan pertama sebagai fitrah badan.
Fitrah ada dua macam. Pertama, fitrah yang terikat dengan hati berupa mengenal, mencintai, dan
mengutamakan Allah atas yang lainnya. Kedua, fitrah yang terkait dengan amaliah praktis
berupa membersihkan jiwa dan membersihkan badan. Masing-masing saling mengisi dan
menguatkan.

Hadirin rahimakumullah
Dengan demikian, khitan merupakan sarana yang tepat dalam pendidikan anak, karena dapat
mengajarkan kebersihan anak sejak dini. Perlu diketahui juga oleh hadirin sekalian tentang
rahasia menjaga kesehatan dengan khitan. Menurut analisis medis bahwa orang yang tidak
dikhitan riskan mengidap beberapa penyakit yang mematikan dalam system reproduksinya. Oleh
karena itu, khitan sangat bermanfaat terutama bagi laki-laki. Diantaranya mencega peradangan
kepala zakar, mencegah radang saluran kencing bagi anak-anak, mencegah radang saluran
kencing bagi anak-anak, mencegah penyakit kelamin, dan mencegah kanker.
Demikian, semoga anak yang dikhitan mulai saat ini bisa menjalankan syari’at agama secara
istiqamah. Dan, kewajiban orangtua untuk selalu mengajarkan, membimbingnya, dan
mengingatkannya. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Apabila terdapat kesalahan/kehilafan kami mohon maaf, kepada Allah kita sama-sama mohon
ampun.
Wabillah taufiq wa hidayah

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Anda mungkin juga menyukai