Tugasakhirperpajakan
Tugasakhirperpajakan
OLEH
PUTRI DAMAYANTI SIAHAAN
NIM 172600046
OLEH
PUTRI DAMAYANTI SIAHAAN
NIM 172600046
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR INI TELAH DISETUJUI UNTUK
DIPRESENTASIKAN
OLEH :
Diketahui Oleh :
Dekan FISIP USU
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR INI TELAH DIPRESENTASIKAN OLEH
TIM MAJELIS PENGUJI PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ADMINISTRASI PERPAJAKAN
Hari : Rabu
Tanggal : 26 Agustus 2020
Pukul : 14:00-15:30 WIB
ii
Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis tugas akhir ini hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar.
Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran sendiri dan tidak atas tekanan ataupun
paksaan dari pihak manapun demi menegakkan integritas akademik di program
studi.
iii
Menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat bagian dari karya ilmiah
lain yang telah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di Universitas
Sumatera Utara, dan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang/lembaga lain, kecuali yang secara tertulis disitasi
dalam dokumen ini dan disebutkan sumbernya secara lengkap dalam daftar
pustaka.
Dengan demikian saya menyatakan Tugas Akhir ini bebas dari unsur-unsur
plagiarisme dan apabila Tugas Akhir ini dikemudian hari dikoreksi merupakan
plagiat dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya
atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia
menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.
iv
Proceeds from the tax sector is the largest source for state revenue. Many
ways in which the Directorate Gerenal of Taxation to increase state revenue from
taxes. One of them is tax collection action by using warning letter and forced
letter.
Purpose of this research is to know the effectiveness of tax collection by
using warning letter and forced letter towards tax revenue at Low Tax Office of
Medan Kota.
The analytical method that used in this research are comparative
descriptive analysis, by compare tax collection by using warning letter and forced
letter from 2015 to 2019, and ratio analysis to determine level of effectiveness of
tax collection by using warning letter and forced letter based on the percentaged
of effectiveness of tax collection. Data collection technique that used in this
research are study of literature and interview, and type of data that used in this
research are primary data and secondary data.
The result of research showed that tax collection by using warning letter
and forced letter in 2015 until 2019 classified as ineffective and give less
contribution towards tax revenue at Low Tax Office of Medan Kota. Therefore,
Low Tax Office of Medan Kota conducts conselling to the public in general and to
the taypayers in particular, so that they understand, realize, and want to
implement their taxation liabilities properly.
vi
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa
Terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Medan Kota” ini dengan baik.
Penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi
kriteria kelulusan meraih gelar Ahli Madya di Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
Selama masa penulisan Tugas Akhir ini, penulis tidak terlepas dari
bantuan, dukungan, serta bimbingan maupun informasi dari berbagai pihak
sehingga Tugas Akhir ini dapat terwujud. Untuk itu, penulis mengucapkan terima
kasih serta penghargaan yang sangat tulus kepada :
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara;
2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara;
3. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara;
4. Bapak Hatta Ridho, S.Sos, MSP selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu dan sabar memberikan arahan, bimbingan, serta
dukungan selama penyusunan Tugas Akhir ini;
5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang telah banyak membantu
penulis dalam memperoleh data untuk penyusunan Tugas Akhir ini;
6. Bapak/Ibu dosen di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama masa
perkuliahan;
vii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
harapan dan kesempurnaan, karena masih terdapat banyak kekurangan yang
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini
dapat memberikan manfaat kepada penulis maupun pembaca.
viii
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ......................................iv
ABSTRAK (Dalam Bahasa Indonesia) ....................................................................v
ABSTRAK (Dalam Bahasa Inggris) ........................................................................vi
KATA PENGANTAR ..............................................................................................vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................
ix
xi
Halaman
Tabel 1.1. Data Penerimaan Tunggakan Pajak di KPP Pratama Medan Kota
Tahun 2015-2019 ................................................................................ 6
Tabel 1.2. Klasifikasi Pengukuran Tingkat Efektivitas Penagihan Pajak dengan
Surat Teguran dan Surat Paksa ............................................................. 40
Tabel 2.1. Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Kota .......................................... 48
Tabel 3.1. Penerimaan Tunggakan Pajak dengan Surat Teguran di KPP Pratama
Medan Kota Tahun 2015-2019 ............................................................. 55
Tabel 3.2. Penerimaan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa di KPP Pratama
Medan Kota Tahun 2015-2019 ............................................................. 57
Tabel 4.1. Analisis Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Teguran pada
KPP Pratama Medan Kota Tahun 2015-2019 ....................................... 61
Tabel 4.2. Analisis Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Paksa pada KPP
Pratama Medan Kota Tahun 2015-2019 ............................................... 63
xii
Halaman
xiii
Halaman
xiv
PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah negara hukum yang menjunjung tinggi hak dan
besar supaya tujuan dari pembangunan nasional sebagaimana yang tertulis dalam
pembukaan UUD Negara RI 1945 alinea ke-4, untuk melindungi segenap bangsa
1945 dapat terwujud. Dana yang diperlukan ini dapat diperoleh salah satunya dari
Assessment System, dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab
harus aktif menghitung, menyetor dan melaporkan besarnya pajak yang terutang
kepercayaan yang sangat besar kepada Wajib Pajak. Maka, agar Self Assessment
dengan upaya penegakan hukum dan pengawasan yang ketat terhadap kepatuhan
pemerintah yang diwakili oleh Kantor Pelayanan Pajak akan tetap melakukan
analisis atas kewajiban perpajakan yang disetor oleh Wajib Pajak. Apabila
berdasarkan analisis yang dilakukan, Wajib Pajak dinyatakan tidak atau kurang
Dari tahun ke tahun target penerimaan negara dari sektor pajak dari terus
fiskus dalam penerimaan pajak memiliki andil yang besar, yaitu mengawasi Wajib
penerimaan pajak. Hal ini sangatlah penting, mengingat yang harus diperhatikan
oleh fiskus dalam penagihan pajak, yaitu kewajiban perpajakan dianggap telah
yang telah ditentukan. Hal tersebut juga berdampak pada penurunan penerimaan
pajak. Kepatuhan formal Wajib Pajak (WP) hingga Juli 2019 baru sebesar 12,3
juta atau 67,2% dari jumlah WP yang wajib menyampaikan SPT sebanyak 18,3
juta. Data otoritas pajak sampai dengan Juli 2019, menunjukkan dari jenis wajib
pajaknya, WP karyawan termasuk yang paling patuh di antara wajib pajak lainnya
dengan rasio kepatuhan pada angka 73,6%, sedangkan kelompok korporasi hanya
57,28% dan WP orang kaya atau non karyawan masih di bawah 50% atau
42,75%. Terkait dengan ini, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak akan menggunakan
rencana yang dapat tercapai, maka semakin efektif pula kegiatan tersebut. Peran
aktif fiskus dalam melaksanakan pencairan tunggakan pajak sebagai upaya untuk
pajak hingga saat ini belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Banyak
Wajib Pajak yang masih lalai dalam membayar pajak, bahkan tidak sedikit yang
pajak yang terjadi setiap tahunnya. Sehubungan dengan hal itu, tindakan
penagihan pajak pun dilakukan. Salah satu tindakan penagihan pajak adalah
dengan penerbitan surat teguran dan surat paksa. Dasar dari penagihan pajak
adalah adanya tunggakan pajak dalam Surat Tagihan Pajak (STP), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
pencairan tunggakan pajak, maka penagihan pajak dengan surat teguran dan surat
Efektifnya penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa dapat
dengan surat teguran dan surat paksa sangat diperlukan untuk meningkatkan
penerimaan negara dari sektor pajak. Seperti yang dapat dilihat pada ilustrasi
Gambar 1.1.
Penagihan Realisasi
Penagihan Pajak Pencairan
Tunggakan Pajak dengan
dengan Surat Tunggakan
Pajak Surat Paksa
Teguran Pajak
Penagihan pajak yang dilakukan oleh fiskus bertujuan agar Wajib Pajak
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, dan sejak 1 Januari 2001 penagihan pajak
mendorong rakyat agar bertanggung jawab dan ikut berperan dalam pembangunan
Keseimbangan kepentingan itu berupa pelaksanaan hak dan kewajiban oleh kedua
belah pihak yang tidak berat sebelah atau tidak memihak, adil dan selaras dalam
wujud tata aturan yang jelas dan sederhana serta memberikan kepastian hukum.
Tabel 1.1
Data Penerimaan Tunggakan Pajak di KPP Pratama Medan Kota Tahun
2015-2019
2 2016 4.065.196.917
3 2017 5.277.024.318
4 2018 3.738.299.713
5 2019 8.308.094.339
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Medan Kota
penerimaan tunggakan pajak dari tahun 2015 sampai dengan 2019 di KPP
Pratama Medan Kota, dimana terjadi kenaikan pada tahun 2015 ke tahun 2016 dan
pada tahun 2018 ke 2019, sedangkan terjadi penurunan pada tahun 2016 ke tahun
2017 dan tahun 2017 ke tahun 2018. Dari data tersebut terlihat masalah
Akhir “Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa
3. Apa upaya yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan Kota dalam rangka
1) Tujuan
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan KPP Pratama Medan Kota dalam
2) Manfaat
a) Bagi Penulis
selama perkuliahan;
pajak dengan surat teguran dan surat paksa serta pengaruhnya pada
penerimaan pajak;
b) Bagi Mahasiswa
penerimaan pajak;
c) Bagi Pembaca
paksa;
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, (dalam Mardiasmo, 2016) pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat
umum.
dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Sedangkan menurut S.I Djajaningrat dalam Resmi (2014: 1), definisi pajak
adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari pada kekayaan kepada negara
disebabkan suatu kedaan, kejadian dan hukuman tetapi sesuai menurut peraturan-
peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi
tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung dan digunakan untuk
unsur-unsur :
d. Dapat dipaksakan
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
yaitu dikenakan pajak yang tinggi terhadap minuman keras agar dikurangi
konsumtif.
3. Fungsi Stabilitas
masyarakat.
1. Asas Equality
2. Asas Certainty
Pajak sebaiknya dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak (saat yang
4. Asas Efficiency
Syarat pemungutan pajak adalah landasan prinsip yang harus ada dalam
mempunyai arti yang penting. Sebab, tanpa syarat tersebut, aktivitas pemungutan
pajak tidak bisa menghadapi kendala bahkan melenceng dari target yang
1. Syarat Keadilan
antara lain :
a. Wajib pajak memiliki hak dan kewajiban yang diatur oleh Undang-
Undang.
2. Syariat Yudiris
23 Ayat 2.
3. Syarat Ekonomis
4. Syarat Finansial
harus dilakukan dengan mudah, tepat sasaran, tepat waktu dan biaya
pajak harus lebih kecil daripada pemasukan pajak yang diterima kas
negara.
5. Syarat Sederhana
1. Teori Asuransi
2. Teori Kepentingan
Teori ini memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut dari
Teori ini menyatakan bahwa beban pajak untuk semua rakyat harus sama
beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-
masing orang. Pendekatan untuk mengukur daya pikul ada dua yaitu (1)
pajak penghasilan untuk Wajib Pajak orang pribadi, daya pikul untuk
tertentu yang tidak dikenakan pajak. Sebagai contoh, Tuan Budi (tidak
kawin) dan Tuan Roy (kawin, anak 2-K/2), mempunyai penghasilan yang
sama. Beban pajak untuk Tuan Budi lebih besar daripada Tuan Roy karena
Tuan Hakim.
bahwa karena sifat suatu negara, maka timbullah hak mutlak untuk
adanya persekutuan tidak akan ada individu. Oleh karena itu, persekutuan
(yang menjelma menjadi negara) berhak atas satu dan yang lain. Akhirnya
pajak.
Teori ini mengajarkan bahwa akibat atau efek baik dari pemungutan pajak
ini, fungsi pemungutan pajak adalah mengambil daya beli dari rumah
(kesejahteraan).
secara mandiri.
pajak.
kecuali jika Wajib Pajak telat lapor, telat bayar pajak, atau terdapat
dibayarkan.
terutang.
fiskus.
3) Withholding System
kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut pajak yang terutang
kelompok, yaitu :
1. Perlawanan Pasif
Pajak itu sendiri tetapi terjadi karena keadaan yang ada di sekitar Wajib
2. Perlawanan Aktif
Pajak itu sendiri. Perlawanan aktif ini meliputi semua usaha dan perbuatan
19 Tahun 2000 (UU Penagihan Pajak), “Utang Pajak adalah pajak yang masih
harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan
yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan
pajak adalah utang yang timbul secara khusus karena Negara (kreditur) terikat dan
tidak dapat memilih secara bebas siapa yang akan dijadikan debiturnya, seperti
berkaitan dengan :
1. Pembayaran pajak
Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak (saat pengakuan
1. Ajaran Materiil
akan secara aktif menentukan apakah dirinya dikenakan pajak atau tidak
2. Ajaran Formil
pajak yang harus dibayar, dan kapan jangka waktu pembayarannya dapat
1. Pembayaran
Utang pajak yang melekat pada Wajib Pajak akan hapus karena
2. Kompensasi
3. Daluwarsa
Daluwarsa atau lewat waktu adalah sebagai salah satu sebab berakhirnya
utang pajak dan hapusnya perikatan (hak untuk menagih atau kewajiban
Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan
Kembali.
b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun
tidak langsung;
4. Pembebasan
Utang pajak tidak berakhir dalam arti yang semestinya tetapi karena
5. Penghapusan
Wajib Pajak.
Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa sebagaimana yang
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, pada Pasal 1 Ayat 9,
utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa sebagaimana yang telah
“Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
perpajakan.”
yang dilakukan oleh fiskus karena Wajib Pajak tidak mematuhi Undang-Undang
meliputi kegiatan pembuatan dan pengiriman surat peringatan, surat teguran, surat
pajak adalah perbuatan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak atau fiskus
1. Penagihan Pasif
dalam jangka waktu satu bulan sejak diterbitkan Surat Tagihan Pajak atau
surat lain yang sejenis wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya maka
2. Penagihan Aktif
aktif, fiskus berperan aktif sampai dengan tindakan sita dan lelang.
a. Surat Teguran
c. Surat Paksa.
e. Pelaksanaan Lelang.
pajak dari semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak. Ketentuan
Umum Dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, bahwa Surat Ketetapan maupun
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan.
f. Putusan Banding
Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Putusan Banding, maka
peradilan pajak atas peninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak.
berikut :
Teguran oleh pejabat atau kuasa yang ditunjuk oleh pejabat tersebut
c. Dalam hal jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi
oleh penanggung pajak setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu) hari
d. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar ternyata tidak
dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat waktu dua kali 24 (dua
Penyitaan (SPMP).
surat paksa tanpa menunggu jatuh tempo atau tanpa menunggu lewat
tenggang waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak surat teguran diterbitkan.
f. Dalam hal utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar
tidak dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat waktu 14 (empat belas)
g. Apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar
ternyata tidak juga dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat waktu 14
Surat Paksa Pasal 1 ayat 10 menyatakan bahwa “Surat teguran, Surat Peringatan
atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan Oleh Pejabat untuk
pajaknya”.
adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan
dilakukan segera setelah tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran yang
tidak diatur secara khusus dalam satu bagian tersendiri, tetapi hanya merupakan
bagian dari bab mengenai Surat Paksa, seperti yang diatur dalam ketentuan Pasal
8 ayat (1) huruf a dan ayat (2) UU No. 19 Tahun 2000. Ketentuan Pasal 8 ayat (1)
melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat
Peringatan atau surat lain yang sejenis.” Sementara ayat (2) menyatakan “Surat
Teguran, Surat Peringatan, atau surat lain yang sejenis diterbitkan apabila
Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh
tempo pembayaran”.
jumlah utang pajak tidak atau kurang dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo
sebagai berikut :
DJP.
Penagihan.
Subbag Umum.
Surat Paksa dalam arti umum adalah alat hukum yang lazimnya diterapkan
dalam hukum perdata setelah ada putusan hakim. Sedangkan Surat Paksa dalam
arti khusus adalah surat yang dikeluarkan oleh pejabat dalam hal ini yang
wajib pajak (penanggung pajak) yang mempunyai utang pajak untuk membayar
utang pajaknya dan biaya penagihan pajak. Akan tetapi di dalam hukum pajak
Surat Paksa disebut parate executie, artinya dapat melakukan eksekusi langsung
Surat Paksa dapat ditinjau dari 2 (dua) segi, yaitu dari segi isinya dan segi
karakteristiknya. Ditinjau dari segi isinya, sesuai dengan Pasal 7 Ayat 1 dan 2
berikut :
untuk membayar.
dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim
atasannya.
c. Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan pajak
pencegahan.
berupa kepala “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, ini
sama dengan keputusan pengadilan dan grosse akte notaris yang juga berkepala
demikian.
Surat Paksa diterbitkan fiskus kepada para wajib pajak yang mempunyai
yang harus dilunasi sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan oleh Undang-
undang. Utang pajak yang tidak dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan
akan diterbitkan Surat Paksa dengan terlebih dahulu diterbitkan surat teguran atau
seketika dan sekaligus juga diterbitkan Surat Paksa dan terhadap Penanggung
dan sampai jangka waktu pembayaran masih juga belum melunasinya sesuai
Penagihan pajak di Indonesia harus didasarkan pada hukum yang jelas dan
mengikat, sehingga Wajib Pajak dan pihak yang terkait dapat mematuhinya.
Tentang Tata Cara Pelaksanaan dan Penagihan Dengan Surat Paksa dan
85/PMK.03/2010.
diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang
sejenis.
sekaligus.
kepada :
c. Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus
d. Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan
memungkinkan.
kepada Hakim Komisaris atau Bali Harta Peninggalan, dan dalam hal
6. Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa
dan ayat (4) tidak dapat dilaksanakan, Surat Paksa disampaikan melalui
8. Dalam hal Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak diketahui tempat
melalui media massa, atau cara lain yang ditetapkan dengan Keputusan
9. Dalam hal Surat Paksa harus dilaksanakan di luar wilayah kerja Pejabat,
10. Pejabat yang diminta bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (9) wajib
11. Dalam hal Penanggung Pajak atau pihak-pihak yang dimaksud dalam ayat
(3) dan ayat (4) menolak untuk menerima Surat Paksa, Jurusita Pajak
bahwa Penanggung Pajak tidak mau menerima Surat Paksa, dan Surat
alasan. Apabila alasan penolakan adalah karena kesalahan SP itu sendiri, maka
menolak maka salinan SP tersebut dapat ditinggalkan begitu saja pada tempat
c. Surat Paksa tidak ditandatangani oleh yang berwenang, dalam hal ini oleh
1.4.12 Efektivitas
organisasi dengan cara tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti
Adapun jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penulisan Laporan
Tugas Akhir adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data
yang langsung diperoleh peneliti dari sumber atau pihak pertamanya. Dalam hal
ini data primer yaitu data hasil wawancara yang dilakukan kepada narasumber
(informan), yaitu pegawai KPP Pratama Medan Kota. Data sekunder merupakan
data yang diperoleh peneliti melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain), atau dari sumber yang sudah ada (hasil penelitian orang lain). Jadi,
peneliti tinggal memanfaatkan data tersebut sesuai kebutuhan. Data sekunder yang
digunakan oleh peneliti berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan.
tentang Perpajakan, internet, dan Seksi Penagihan pada KPP Pratama Medan
Kota, yakni informan yang memberikan respon atau tanggapan terhadap apa yang
dalam jaringan (secara online) dengan informan terkait. Studi literatur yang
dilakukan oleh penulis yaitu dengan mengumpulkan berbagai sumber tertulis, baik
penulisan Laporan Tugas Akhir adalah pedoman wawancara atau yang lebih
dikenal dengan daftar pertanyaan yang dibuat oleh penulis dan akan ditanyakan
penulisan Laporan Tugas Akhir adalah pegawai yang bekerja di KPP Pratama
Medan Kota pada Seksi Penagihan, yaitu Kak Eliza yang memberikan data
statistik dan Bang Ahmad Setiawan dengan jabatannya sebagai Jurusita Pajak
Tugas Akhir ini adalah teknik analisis deskriptif komparatif, yaitu dengan
membandingkan penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa dari tahun
2015 sampai dengan tahun 2019. Selain itu adalah teknik analisis rasio, yaitu
untuk mengetahui tingkat efektivitas penagihan pajak dengan surat teguran dan
surat paksa, dengan mengumpulkan data yang kemudian diolah untuk menentukan
apakah KPP Pratama Medan Kota telah efektif melaksanakan penagihan pajak
Surat Teguran dan Surat Paksa indikator yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2
Klasifikasi Pengukuran Tingkat Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat
Teguran dan Surat Paksa
Persentase Kriteria
90-100% Efektif
BAB I PENDAHULUAN
Sistematika Penulisan.
dari KPP Pratama Medan Kota dalam bentuk tabel yang sudah
BAB IV PEMBAHASAN
yang diperoleh dari KPP Pratama Medan Kota. Hasil analisis data
Penerimaan Pajak.
BAB V PENUTUP
telah diperoleh.
Belanda. Saat itu, Kantor Pelayanan Pajak disebut dengan Blasting. Namun
berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya adalah
Pada tahun 1976 di Sumatera Utara berdiri 3 Kantor Inspeksi Pajak, yaitu :
Pada tahun 1978, Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua,
yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.
Kantor Inspeksi Pajak yang baru, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur. Pada
Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi dan perubahan nama Kantor Inspeksi
42
tanggal 3 Agustus 1993, pada tanggal 1 April 1994 didirikan Kantor Pelayanan
Pajak Medan Timur, sehingga Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4 wilayah
kerja yaitu :
organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, maka wilayah
Kecamatan Medan Kota, Medan Denai, Medan Area, dan Medan Amplas.
Medan Deli.
h. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai dengan ruang lingkup wilayah Kota
Adapun sejarah singkat dari berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan hasil perpecahan dari Kantor
kepada masyarakat dapat dijalani secara efektif dan efisien serta diharapkan dapat
Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota pada tanggal 27 Mei 2008 sesuai dengan
kerja Departemen Keuangan sebagaiman telah diubah terakhir kali dengan PMK
organisasi dan tata kerja instansi vertikal DJP selanjutnya diubah dengan PMK
Nomor 67/PMK.01/2008. Dan kepala Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota saat
ini adalah Bapak Drs. Augus Hendra Simatupang AK, M.Si, M.H.
tersebut, tetapi membagi seluruh tugas tersebut kepada masing-masing seksi pada
a. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah menjadi KPP
b. Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah melalui sinergi,
kerja keras, kerja cerdas, kerja ringkas, dan kerja ikhlas kita capai target
penerimaan.
untuk Wajib Pajak yang memiliki usaha mikro kecil menengah (WP
UMKM.
mendaftar pada hari itu juga. Perekaman data atau dokumen Wajib
7. Membuat tanda bukti pengiriman surat ekpedisi pos kepada Sub Bagian
Penyuluhan.
10. Melakukan pengecekan terhadap Wajib Pajak yang telah ataupun belum
tahap pengawasan.
2) Seksi Pelayanan
1. Mengirimkan surat kepada Wajib Pajak melalui Sub Bagian Umum dan
rangkap sebagai tanda terima surat yang akan dikirim sekaligus sebagai
arsip.
pendaftaran NPWP.
3) Seksi Waskon I
Dalam pengerjaan surat masuk ke dalam Seksi Waskon dari seksi lain
dari tab umum dan apabila belum terdapat data surat masuk dari seksi
lain, maka di-input secara manual sesuai data surat masuk tersebut.
Representative (AR).
Terdapat beberapa buku ekspedisi yang tiap buku tersebut berisi nama
seksi lain. Buku ekspedisi ini digunakan sebagai tanda bukti atau tanda
terima jika ada surat keluar yang ditujukan kepada seksi lain. Apabila
ekspedisi sekretaris. Begitu pula sama perlakuan nya kepada seksi lain.
1. Pengelolaan dan penataan surat masuk Seksi Waskon II, III, dan IV
a. Setiap surat masuk direkam dan di-input ke Ms. Excel khusus untuk
c. Jika surat yang diterima berkaitan dengan Wajib Pajak, seperti nota
pengantar surat.
2. Pengelolaan dan penatausahaan surat keluar Seksi Waskon II, III, dan
IV
dan/atau Keterangan)
surat keluar.
Representative)
pekerjaan bebas wajib pajak, dan/atau tempat lain yang dianggap perlu
5) Seksi Pemeriksaan
LHP yang sudah selesai diproses dalam bentuk hasil scan diupload di
4. Melakukan pengarsipan
6) Seksi Penagihan
Pajak. Hal ini dilakukan agar diketahui apa yang akan menjadi tindakan
Berkas yang telah dicek kemudian dicetak. Lalu di scan agar ada
Tabel 2.1
Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Kota
HASIL PENELITIAN
Tabel 3.1
Penerimaan Tunggakan Pajak dengan Surat Teguran di KPP Pratama
Medan Kota Tahun 2015-2019
menggunakan surat teguran terjadi secara fluktuatif, baik dari segi lembarnya
maupun nominalnya. Dari segi lembarnya, terjadi kenaikan pada periode 2016-
2017 dan pada periode 2018-2019, sedangkan pada periode 2015-2016 dan
pada periode 2017-2018 dan periode 2018-2019, sedangkan pada periode 2015-
56
Tabel 3.2
Penerimaan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa di KPP Pratama Medan
Kota Tahun 2015-2019
menggunakan surat paksa terjadi secara fluktuatif, baik dari segi lembarnya
maupun nominalnya. Dari segi lembarnya, terjadi kenaikan pada periode 2016-
2017 dan pada periode 2018-2019, sedangkan pada periode 2015-2016 dan
pada periode 2017-2018 dan periode 2018-2019, sedangkan pada periode 2016-
KPP Pratama Medan Kota bernama Ahmad Setiawan yang bekerja di Seksi
penulis.
P : Yang pertama, apa saja yang menjadi kendala jurusita pajak dalam
N : Surat teguran disampaikan kepada wajib pajak melalui pos, kendala yang
dihadapi ada beberapa alamat wajib pajak penunggak pajak yang tidak
jelas, kantor tempat usahanya telah tutup, sehingga surat teguran tidak
P : Baik, Bang. Lalu, bagaimana dengan surat paksa? Apa saja kendala
N : Kendala dalam penyampaian surat paksa hampir sama, yaitu alamat wajib
pajak tidak jelas, kantor tempat usaha telah tutup tanpa ada pelaporan ke
kantor pajak, wajib pajak tidak bersedia menerima salinan surat paksa,
wajib pajak orang pribadi meninggal dunia tanpa ada ahli warisnya.
N : Untuk surat teguran tetap dianggap sampai dengan bukti penerimaan pos,
yang dilakukan KPP Pratama Medan Kota dalam 5 tahun terakhir? (dalam
ukuran kualitatif)
N : Masih belum begitu efektif, karena jumlah jurusita pajak yang sedikit
untuk mengawasi jumlah wajib pajak penunggak pajak yang banyak, dan
P : Baik, Bang. Berarti ada baiknya DJP menambahkan jumlah jurusita pajak
kasih untuk waktunya, dan terima kasih atas jawaban yang Abang berikan,
PEMBAHASAN
melalui surat teguran dengan target pembayaran tunggakan pajak dengan surat
teguran.
60
Tabel 4.1
Analisis Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Teguran pada KPP
Pratama Medan Kota Tahun 2015-2019
Jumlah Jumlah
Persentase Tingkat
Tahun Tunggakan Penerimaan
(%) Efektivitas
(Rp) (Rp)
2015 45.065.230.526 6.188.234.636 13,73 Tidak Efektif
Berdasarkan tabel 4.1 dan ditinjau dari segi nominalnya, penerbitan surat
teguran pada tahun 2015 di KPP Pratama Medan Kota tercatat sebesar
penerbitan surat teguran tahun 2015 tergolong tidak efektif. Pada tahun 2016,
teguran tahun 2016 tergolong tidak efektif. Pada tahun 2017, penerbitan surat
tergolong tidak efektif. Pada tahun 2018, penerbitan surat teguran mengalami
tergolong tidak efektif. Pada tahun 2019, penerbitan surat teguran menurun
KPP Pratama Medan Kota tahun 2015-2019, terlihat bahwa penggunaan surat
teguran untuk menagih tunggakan pajak wajib pajak tidak efektif. Hal ini
disebabkan oleh kelalaian wajib pajak dalam melunasi utang pajaknya dan wajib
pajak tidak mampu untuk melunasi utang pajaknya. Pada saat surat teguran
disampaikan kepada wajib pajak, surat tersebut tidak sampai. Hal ini dikarenakan
alamat yang diberikan oleh wajib pajak tidak jelas, ataupun karena kantor tempat
melalui surat paksa dengan target pembayaran tunggakan pajak dengan surat
paksa.
Tabel 4.2
Analisis Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Paksa pada KPP
Pratama Medan Kota Tahun 2015-2019
Jumlah Jumlah
Persentase Tingkat
Tahun Tunggakan Penerimaan
(%) Efektivitas
(Rp) (Rp)
2015 32.048.674.463 3.262.187.123 10,18 Tidak Efektif
Berdasarkan tabel 4.2 dan ditinjau dari segi nominalnya, penerbitan surat
paksa pada tahun 2015 di KPP Pratama Medan Kota tercatat sebesar
penerbitan surat paksa tahun 2015 tergolong tidak efektif. Pada tahun 2016,
2016 tergolong tidak efektif. Pada tahun 2017, penerbitan surat paksa mengalami
tergolong tidak efektif. Pada tahun 2018, penerbitan surat paksa mengalami
tergolong tidak efektif. Pada tahun 2019, penerbitan surat paksa menurun kembali
tingkat efektivitas penerbitan surat paksa tahun 2019 tergolong tidak efektif.
Pratama Medan Kota tahun 2015-2019, terlihat bahwa penggunaan surat paksa
untuk menagih tunggakan pajak wajib pajak tidak efektif. Hal ini disebabkan oleh
kecilnya kemampuan wajib pajak dalam membayar utang pajaknya, alamat yang
diberikan wajib pajak tidak jelas, kantor tempat usaha telah tutup/pindah tanpa
ada pelaporan ke kantor pajak, wajib pajak tidak bersedia menerima salinan surat
paksa, untuk wajib pajak orang pribadi dan badan kadang yang bersangkutan
penyampaian surat paksa, ataupun wajib pajak orang pribadi meninggal dunia
4.3 Upaya yang Dilakukan KPP Pratama Medan Kota Untuk Meningkatkan
Penerimaan Pajak
yaitu :
penyitaan aset wajib pajak, pemblokiran rekening wajib pajak, lelang aset
pajak.
membayar pajak serta kerja sama yang baik antara wajib pajak dengan
fiskus.
diharapkan surat teguran dan surat paksa yang dikirimkan memang benar-
benar sampai kepada wajib pajak. Dalam hal pendaftaran wajib pajak baru
Pratama Medan Kota bekerjasama dengan pihak bank jurusita pajak dalam
mencari objek sita terutama kekayaan yang disimpan dalam bank. KPP
proses penyitaan.
PENUTUP
5.1 Simpulan
2) Kondisi penagihan pajak dengan surat paksa yang dilakukan oleh KPP
67
banyaknya wajib pajak yang nakal dan enggan melunasi utang pajaknya.
paksa terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Medan Kota pada tahun
maksimal.
4) Upaya yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan Kota dalam rangka
Kota yaitu karena jumlah jurusita pajak yang sedikit. Jumlah jurusita pajak
5.2 Saran
apabila pindah tempat tinggal atau kantor tempat usahanya berpindah, agar
5) Direktorat Jenderal Pajak ada baiknya menaruh perhatian lebih pada Seksi
Husniati, Yenny. 2013. Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan
Surat Paksa terhadap Pencairan Tunggakan Pajak di KPP Madya Batam.
Tugas Akhir. Politeknik Negeri Batam : Batam. Diakses pada 20 Juni
2020 dari www.repository.polibatam.ac.id.
Putri, Sonia Liudiansyah, dan Siti Khairani. 2018. Pengaruh Surat Teguran, Surat
Paksa, Dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) Terhadap
Pencairan Tunggakan Pajak Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Madya Palembang. Jurnal Akuntansi. STIE MDP : Palembang.
Nalle, Paul Filmon. 2017. Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran
Dan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana Vol.20.2.
Negara, Tunggul Anshari Setia. 2017. Ilmu Hukum Pajak. Malang: Setara Press.
Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia Buku 1 Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat.
Halim, Abdul. 2013. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah.
Jakarta: Salemba Empat.
70
Suwiknyo, Edi, 2019. Hingga Juli 2019, Kepatuhan Pajak Baru 67,2 Persen.
https://ekonomi.bisnis.com/read/20190807/259/1133668/hingga-juli-2019-
kepatuhan-wajib-pajak-baru-672-
persen#:~:text=Kepatuhan%20formal%20Wajib%20Pajak%20(WP,SPT
(diakses pada 20 Juni 2020/20:21)