Anda di halaman 1dari 84

Daftar Isi

Burung di Jendela
Yollanda Pinkan Maharani .................................................... 1
Mengapa?
Yollanda Pinkan Maharani .................................................... 3
Tuan dan Nona
Yollanda Pinkan Maharani .................................................... 4
Integritas : Paripurna Asa, Rasa, Karsa, dan Karya
Embun Firdaus ................................................................... 7

Kesaksian Kami atas Korupsi


Gigih Surya Prakasa ............................................................ 11

Kolam Susu Menjadi Kolam Kenangan


Lanyca Putia Erda Nursagita ................................................. 13

Berita Lampu Merah


Eko Pandu Pranoto .............................................................. 17

Pesta Codot
Eko Pandu Pranoto .............................................................. 19
Bangun Pagi Tanpa Korupsi
Iwan Noor Hidayat .............................................................. 23

Janji Kami Pengabdi


Grenada ............................................................................ 25

Lawan Korupsi

iii
Grenada ............................................................................ 26
Tentang Rasa
Suhardono KM .................................................................... 29

Menjaga Negeri
Rahadiani Kireina ............................................................... 31

Siapa Lagi?
Briena ............................................................................ 33

Cita yang Cemerlang


Yudanto Dwi Nugroho .......................................................... 35

Untuk Ayah dan Ibu, Abdi Negara


Anom Kurniawan ................................................................ 39

Korupsi dan Zombi


Anom Kurniawan ................................................................ 41

Duri
Neni Hijrotul Isnaeni ............................................................ 43
Kalingga
Lisno Setiawan ................................................................... 45
Mengapa Korupsi
Mahmudi Syahwani ............................................................. 47

Aku Punya Seorang Kawan


Hartanto ........................................................................... 49

Selamat Siang Tuan


Hartanto ........................................................................... 52

Yang Disesali
Wahyu Adi Pramono ............................................................ 57
Akhirnya T

iv
Nyoman Maulana ................................................................ 61
Cela yang Abadi
Nurokhim Budiyono ............................................................. 63
Air Mata Ibu Pertiwi
Ruly Ardyansyah ................................................................. 67

Sepintas, lalu Hilang


Ruly Ardyansyah ................................................................. 68

Hati dan Aksi


Dimas Adityo Kusumo .......................................................... 71
Bincang Sepi Bersama Alam
Mayu Sara Anggita .............................................................. 73

Di Balik Meja
Mayu Sara Anggita .............................................................. 75
Empat Rasa Satu Makna
Mayu Sara Anggita .............................................................. 77

v
Yollanda Pinkan Maharani, lahir pada tanggal 22 April 1998
di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia pernah menempuh
pendidikan DI Kebendaharaan Negara di PKN STAN yang
mengantarkan pada Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian
Keuangan.

vi
Burung di Jendela

Aku ingin menjadi manusia


Kuamati dibalik jendela kayu tua
Mereka menari dan menyanyi diiringi indahnya nada

Aku ingin menjadi manusia


Kulihat dibalik jendela rapuh dimakan usia
Mereka tertawa hangat dengan nasi garam di depan mata

Aku ingin menjadi manusia


Kutengok dibalik jendela berporselen pualam
Mereka menyuap demi kekuasaan kelam

Aku masih ingin menjadi manusia


Kuintip di balik jendela bertirai sutra
Mereka mengambil milik yang lain demi harta semata

Aku tetap ingin menjadi manusia


Kuamati di balik jendela kokoh nan megah
Mereka berbuat curang menyelinap di segala celah

1
Aku tidak ingin menjadi manusia
Melihat mereka ‘membunuh’ sisi manusia dalam diri
Untuk apa menjadi manusia jika tidak ada
kemanusiaan
Untuk apa menjadi manusia jika harus hidup indah
namun hina
Untuk apa menjadi manusia jika harus kehilangan hati
demi materi
Untuk apa menjadi manusia jika rakus adalah kutukan
yang aku emban selamanya

Tidak

Aku menolak menjadi manusia


Aku adalah burung yang terbang bebas diantara
pepohonan,
Mereka adalah manusia yang berdiri dalam sangkar
kebodohan
Kukepakkan sayapku terbang di angkasa
Menjauh dari pekatnya kabut hitam manusia
Aku terbang, dan tak kembali

2
Mengapa?

Aku heran, mengapa manusia mengambil hak orang


lain
Aku heran, mengapa manusia rakus walau ia tak
kelaparan
Aku heran, mengapa manusia haus akan kekuasaan
Aku heran, mengapa manusia berbuat curang

Padahal

Mereka memberi kebahagiaan yang mengambang


Mereka memberi kebahagiaan yang sesaat
Mereka memberi ketakutan yang mengendap
Mereka memberi kehancuran hidup selamanya

3
Tuan dan Nona

Teruntuk tuan dan nona beraut sedih


Tidaklah banyak cerita dikandungnya
Mereka yang menangis saat disinari surya
Berbisik lirih memohon berganti arah
Merasuki hati yang lemah

Teruntuk tuan dan nona beraut cerah


Adalah banyak cerita dikandungnya
Mereka yang bahagia saat diselimuti mega
Berceloteh riang memantapkan arah
Memuja hati yang bernanah

Teruntuk tuan dan nona yang tak pernah puas


Selalu lapar walau perut terisi penuh
Mereka yang rakus akan harta yang fana
Menelusup tiap celah kesempatan
Membutakan mata dan hati

4
Tuan dan nona ada dalam diri puan
Akankah mereka tersenyum cerah?
Ataukah mereka merintih tak berdaya?
Puan sendiri yang memutuskan
Putuskan dengan mata dan hati
Tetapi satu yang perlu puan ingat
Sekali tuan dan nona tersenyum cerah
Hilanglah sudah manusia dalam diri puan
Hanya tersisa makhluk keji yang tak punya hati

5
Embun Firdaus, kelahiran Jakarta tahun 1980, Embun telah
bekerja di Kementerian Keuangan selama 19 tahun dengan rentang
pengalaman terkait pendapatan maupun belanja sektor energi, K/L,
dan BUMN.
Alumni Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Universitas Indonesia,
dan MSc in Management dari University of Gothenburg, Swedia.
Anggota Badan Legislatif Mahasiswa STAN, jurnalistik media
sekolah dan pengurus media sosial PPI Swedia 2014-2015.
Berpartisipasi di Alumni Swedia, Ikatan Alumni Insan Cendekia,
serta hypnotist dan hypnotherapist bersertifikasi dari The Indonesian
Board of Hynotherapy.
Selengkapnya:
https://www.linkedin.com/in/embun-firdaus-4746149/

6
Integritas : Paripurna Asa, Rasa, Karsa, dan
Karya

Masihkah terjadi?
Merasa begini, tapi
berpikir begitu
Berkata begini, tapi
berbuat begitu

Konon dunia ini


Panggung sandiwara
Drama berlembar-lembar
Dagelan berputar-putar

Jeda sejenak, renungkan,


“Tidakkah lelah hayati
Berkejaran dengan waktu
Jalani hari seperti hamster?”

Berlari ke sana ke mari, tapi


Tak sampai ke mana-mana
Napas pun terpontak-pontal
Meski acara tiada habisnya

7
Sederhanalah:
Jadilah singkat, padat, dan jelas
Ejawantahkan sebagai kebutuhan
Bukan lagi sekadar angan-angan

Efektivitas dan Efisiensi


Bagian dari Strategi
Perencanaan yang baik
Hasilkan Hemat Energi

Cergas dan Cermat


Silakan tempat dan waktu

Suara tak cuma derau,


sengau, racau tak bermakna
Namun titian nada
Balada kisah satu cita-cita

Birokrasi saksama
dalam tempo sesingkat-singkatnya
Substansi bersahaja
Tepat manfaat,
Sakti mandra guna

8
Inilah cita-cita kita
Manifestasi asa, rasa
karsa dan karya Paripurna

Wujudkan Integritas :
Anti Korupsi
sebenarnya

Jakarta, 23 November 2021

9
Nama : Gigih Surya Prakasa
TTL : Pelabuhan Ratu, 19 November 1993
Pendidikan : S1 Ekonomi Pembangunan,
Universitas Trisakti
SMA Negeri 25 Bandung
Pemuda 28 tahun dari Bandung ini senang sekali mencoba hal-
hal baru yang menantang. Berkarir sebagai PNS tidak hanya
menjadi sarana pengabdian namun juga aktualisasi diri dalam
berkontribusi nyata bagi negeri. Hobi belajar yang ditekuni pun
banyak membuahkan hasil seperti pernah menjadi pegawai terbaik
tingkat eselon II 2017, pegawai teladan tingkat eselon II 2021, dan
lain-lain. Proses belajar bukan merupakan proses sekali selesai
melainkan proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Pelajaran
dan pengetahuan yang telah diperoleh harus dituangkan dalam
tindakan dan aksi yang nyata dan dapat dirasakan hasilnya untuk
orang banyak sehingga lebih bermanfaat minimal untuk diri sendiri,
orang disekitar kita, dan untuk organisasi.

10
Kesaksian Kami atas Korupsi

Atas nama rakyat Indonesia


Saya bersaksi
Di mana hati kalian saat kalian melihat kemiskinan
Di mana pikiran kalian saat merasakan ketidakadilan
Apa yang kalian lakukan untuk melakukan perubahan

Korupsi menghancurkan sendi bangsa


Korupsi merusak generasi muda
Korupsi memperlebar jurang antara si miskin dan kaya

Demi kita aparatur negeri


Katakan tidak pada korupsi

11
Lanyca Putia Erda Nursagita, anak sulung dari 2 bersaudara yang
lahir di Bandung, 24 November 1998. Ia adalah lulusan Diploma I
Kebendaharaan Negara PKN STAN angkatan 2017 dan sekarang
ditempatkan di DJA. Ia adalah ASN milenial Kemenkeu yang gemar
membuat pantun dan menonton series.

12
Kolam Susu Menjadi Kolam Kenangan

Para jiwa penggerus uang kita, uang putra-putri negeri


tercinta.
Adakah sedikit naluri untuk tidak memperkaya diri
lewat lorong kegelapan?
Cukuplah letih demi negeri tanpa harus kau bermanja
dengan kemewahan yang fana.
Dari sabang hingga merauke, kau kepakkan sayap
tanpa melihat ada yang patah.
Kau raungkan kemegahan tanpa peduli rintihan.
Kau luapkan keniscayaan atas dirimu, tapi kau biarkan
tangis rakyat kecil menggebu.
Bukan lagi perkara gratifikasi, ini tentang anak cucu
kala nanti.
Bukan lagi perkara penggelapan, ini tentang
kemanusiaan.
Bukan lagi perkara uang, ini tentang masa depan.
Bukan lagi perkara yang kaya semakin kaya atau yang
miskin semakin miskin, ini tentang kita.
Tentang negeri sejuta mimpi, Indonesia.

13
Para jiwa penggerus uang kita, uang putra-putri negeri
tercinta.
Tidakkah terlintas dalam benakmu puluhan tahun
kemudian?
Dibalik gemerlapnya dunia, harapan mereka kau rampas.
Anak cucu terbengkalai dengan lepas.
Kolam susu menjadi kolam kenangan.
Ladang hijau lambat laun menguning tanpa antusias.
Ribuan terumbu karang tidak lagi tersenyum indah di
dasar laut.
Bumi dan langit bahkan tak lagi merestui kejayaan
negeri.
Itukah pelabuhan terakhir yang ingin kau tuju?

14
15
Eko Pandu Pranoto lahir di Jember tanggal 17 Maret 1986. Selama
35 tahun lebih hidup, penulis telah mengenyam pendidikan formal
hingga sarjana. Penulis giat membuat puisi sejak awal pandemi.
Puisi buat penulis adalah sebuah media mengasah intuisi dan
mengungkapkannya dalam serangkai refleksi yang kelak takkan
pernah basi.

16
Berita Lampu Merah

Lampu merah marah-marah


pada motor yang terus saja ngeloyor,
padahal gincunya sudah menor

Motor balik marah-marah


pada lampu merah yang marah-marah
"Aku capek macet-macetan dari tadi"
"Nanti telat, gaji dipotong, kau mau gotong royong?"

Lampu merah marah-marah


pada mobil yang terus nyempil-nyempil
padahal gincunya menyala cerah

Mobil balik marah-marah


pada lampu merah yang marah-marah
"Aku buru-buru, klien sudah menunggu"
"Proyek batal, reputasi anfal, kau mau menanggung
maluku?"

17
Di depan, pak polisi menanti
merentangkan tangan, memaksa berhenti
mengeluarkan bolpoin dari balik pinggang
dan seperangkat surat tilang

Motor dan mobil memasang muka iba


coba berkelit dan tak pelit
menawarkan berapa asal tak mengapa

Pak polisi bergeming


mengabaikan iming-iming:
"Sidang tanggal empat, gak usah pura-pura pusing"

18
Pesta Codot

Senandung mendung berkisah


lewat cericit pohon yang belum basah
tentang jambu air, kulitnya merah
dagingnya putih, manisnya merekah

berbuah melimpah ruah


ranum berjajar tersebar bersesakan
di gugusan ranting dan dahan
mudah disundul dengan galah

lalu tak lama hujan datang


membentangkan tirai renggang
memperlihatkan batas jelas
antara harapan dan realitas

bocah hingga mbah belingsatan


berlarian bermandikan deras bercucuran
menyongsong merah bergelantungan
mereguk putih, manis menggiurkan

19
apes benar, daun sudah sendirian
ditinggal jambu air pergi sekelebatan
semalam codot menjemput duluan
kecut pun diembat dihabiskan

bocah hingga mbah sesenggukan


sudah awas, masih saja kecolongan
daun pun bertutur menghibur:
Bukan salah kalian, codot saja yang ancur!

rombongan mereka serakah memamah


tak punya malu dan begah
lalu berpesta di dalam jeruji baja
senyam-senyum berkostum oranye tua

bocah hingga mbah menyeka sengguk


berdiri, menyiram dan menabur rabuk
menanti lagi wujud jambu air nyata
merah luarnya, putih di dalamnya

20
21
Nama : Iwan Noor Hidayat
Tempat/tanggal lahir : Yogyakarta, 24 Januari 1977
NIP : 197701241999031002
Unit Organisasi : Direktorat Anggaran Bidang PMK
Hoby : Olahraga (bersepeda, badminton,
memanah) dan Kulineran

22
Bangun Pagi Tanpa Korupsi

Bangun tidur ku langsung mandi


Tidak lupa menggosok gigi
Sehabis mandi ku nonton tipi
Ternyata beritanya tentang korupsi

Korupsi di negeri ini seperti tidak akan pernah


berhenti
Laksana turunnya hujan di akhir tahun ini
Akankah seterusnya mau begini
Semuanya berpulang pada diri kita sendiri

Karena korupsi jelas merugikan semua sendi


Terutama di sektor ekonomi
Yang sedang giat-giatnya dibangun kembali
Setelah porak poranda oleh pandemi

Mari sama-sama melawan korupsi


Biar negeri ini gemah ripah loh jinawi
Agar jangan cuma jadi bunga mimpi
Yang hilang saat bangun pagi

23
Grenada, lahir di Jakarta 36 tahun silam. Menempuh pendidikan
dari SD-SMA di Jakarta kemudian melanjutkan S1 Fakultas
Hukum di Universitas Lampung. Memiliki hobi berolahraga
terutama olahraga yang berkaitan dengan alam. Hobi lainnya adalah
memelihara binatang terutama burung paruh bengkok.

24
Janji Kami Pengabdi

Pada negeri kami berjanji


Mengawal Anggaran setiap inchi
Walau lelah kami tak peduli
Dicemooh pun tak masuk hati
Godaan Korupsi menggelitik sanubari
Tapi hanya kami tertawai

Kami akan tetap di jalan kami


Menyatukan sinergi sesuai visi dan misi
Integritas kami merasuk nurani
Menjadi senyum anak dan istri

Kami adalah Jiwa-jiwa muda inspirasi


Tidak akan mudah menjadi sangsi
Tekad bulat optimisme tinggi
Demi Indonesia tegak berdiri

Kami akan melawan korupsi


Dengan jalan menjadi pengabdi
Singkirkan benalu yg menyakiti
Cabut habis hingga ke akar gigi

25
Lawan Korupsi

Lawan Korupsi adalah kata yang sepi


Digugu tapi tak ditiru

Hadir dengan makna dalam


Dibaca pagi dilupakan malam

Dibicarakan di gang sempit Ibukota


Ditertawakan di ubin penjara yg dingin

Dieja anak balita


Dinyanyikan remaja tanpa makna

Lawan korupsi bukan sekedar kata


Dia harus hadir....

26
Di tengah antrian pasar yang tak rapih lagi rapuh
Di lampu-lampu lalu lintas yang kuningnya sekejapan
mata
Di garis-garis penyebrangan jalan yang tak tampak
tapak kaki
Di penjelasan orangtua ketika anaknya jatuh karena
lalainya sendiri
Di kantin-kantin kantor pada bukan jam istirahat
Di waktu ibadah yg sekarang sepi...sepi... sepi

27
Suhardono KM

28
Tentang Rasa

saat kau menyayangi ibu pertiwi


dengan jiwa yang bersih
tersegerakan kau tepikan kejahatan
dan mengarungi musim berlalu
dengan bertalu talu

saat kau menghormati ibu pertiwi


dengan pribadi yang santun
terpastikan korupsi, kolusi dan nepotisme
dapat terus kau hindari
dengan sepenuh hati

dan. saat kau mencintai ibu pertiwi


dengan rasa yang tulus
tergaungkan berita di siang dan malam
mengeluarkan kebahagiaan
dengan hidayah Tuhan

29
Rahadiani Kireina, biasa disapa Kirein. Dahulu lahir pada tahun
1995 pada tanggal 5 Juli di Jakarta. Terakhir kali mengenyam
pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Sangat suka
dengan travelling dan olahraga yang anti-mainstream.

30
Menjaga Negeri

Ibu Pertiwi, kini sedang bersusah hati


Dilanda pandemik yang mempersulit kondisi ekonomi
Gejolak krisis ekonomi menjadi berita inti
Membuat kebutuhan pokok mengalami inflasi

Berbagai oknum mulai berpikir licik


Mencari cara bermain dengan cerdik
Korupsi menjadi cara terbaik
Bagi kaum yang tak berhati baik

Abdi negara harus mawas diri


Kian banyak oknum yang mendekati
Jaga selalu integritas diri
Demi menjaga negeri yang anti korupsi

31
Briena adalah nama panggilan dari nama panjang saya yaitu Briena
Dynakandi Jadmika. Lahir di Jakarta, 16 September 1998 namun
dibesarkan di Ngawi hingga SMA. Setelah itu saya melanjutkan
pendidikan di Kampus Jurang Mangu PKN STAN. Saat ini
saya bekerja sebagai pelaksana di Direktorat Anggaran Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, DJA.

32
Siapa Lagi?

Siapa lagi harapan bangsa kita?


Ketika tikus-tikus semakin rakus
Meminun darah semut tanpa haus
Menghalalkan segala cara karena gila status

Siapa lagi yang mampu menghentikan?


Ketika nurani dan simpati mati
Harga diri sudah tak berarti
Diberi jantung masih meminta hati

Sesungguhnya. . .

Kita adalah harapan bangsa


Abdi negara, punggawa keuangan
Ikhlas bekerja tanpa mengejar fana kekayaan dan
kekuasaan

Menepis segala suap dan godaan yang menghinakan


Integritas lah yang mampu menghentikan
Ketika hati, tutur, dan laku telah selaras
Menjaga martabat dan kepercayaan menjadi prioritas
Maka korupsi pun akan terberantas

33
Nama saya Yudanto Dwi Nugroho, bertugas di Direktorat Abid.
Polhukhankam dan BA BUN. Saya lahir dan besar di Jakarta.
Saya lulus pendidikan Diploma-III Akuntansi STAN tahun 2012
dan Diploma-IV Akuntansi PKN STAN tahun 2018. Saya pernah
membuat desain poster pada lomba DJA tahun 2016 dengan judul
“Anggaran tanpa Pelanggaran”.

34
Cita yang Cemerlang

Ketika kejujuran berada di sekitar ambang


Keberpihakan yang juga terkadang timpang
Keadilan yang acap kali tidak seimbang
Membuat hati nurani menjadi gersang
Kering kerontang kemudian menghilang

Tidak jarang hati dibuatnya bimbang


Bahkan dengan cara-cara yang curang
Menyingkirkan kepedulian yang selama ini dipegang
Demi takhta dan harta yang bergelimang
Di situlah integritas kita ditantang

Mari disiplin terapkan aturan yang dirancang


Jalani hidup dengan mandiri dan kesederhanaan yang
tenang
Hindari jauh-jauh praktik ilegal yang dilarang
Jangan sampai berlari hingga tunggang-langgang
Dikejar oleh para pihak yang berwenang

35
Semangat antikorupsi janganlah hilang
Kobarkan dan sebarkan secara berani dan lantang
Hidup ini bukanlah panggung gemintang
Yang selamanya hanya tentang senang-senang
Masih banyak tanggung jawab dan kerja keras yang
harus disandang

Ayo lawan dan nyatakanlah perang


Pada ketamakan dan kebiasaan buruk yang usang
Karena kebenaranlah yang akan menang
Mewujudkan cita yang cemerlang
Bersih dari korupsi yang menyimpang

36
37
Nama : Anom Kurniawan
Tempat/ Tanggal Lahir : Sleman/ 17 Oktober 1991
Riwayat Pendidikan : DIII Akuntansi STAN

38
Untuk Ayah dan Ibu, Abdi Negara

Aku mengerti kalian tidak sempurna


Selalu berjuang demi keluarga
Bekerja dari pagi sampai malam
Namun semangat tak pernah padam

Ayah, Ibu..
Aku menerima jika kita tidak kaya
Cukupkan hidupku dengan rasa bahagia
Aku tak ingin kalian berbuat tercela
Hanya untuk membuatku manja

Ayah, ibu, ingatlah..


Anakmu tak hanya butuh harta
Tapi juga butuh rasa cinta
Anakmu tak hanya butuh uang
Tapi juga butuh kasih sayang

Ayah, ibu..
Jauhi semua yang membuatmu resah
Tinggalkan yang membuat hatimu gelisah
Korupsi tidak akan menyelesaikan masalah
Bahkan, aku pun tahu itu perbuatan yang salah

39
Saat kalian dilanda rasa ragu
Ingatlah selalu akan senyumanku
Yang akan hilang dimakan waktu
Saat kalian tak berada disisiku

Dari anakmu,
Yang penuh tawa canda
Yang akan selalu ceria
Menyambut kedua orangtuanya
Dan menerimanya apa adanya

40
Korupsi dan Zombi

Korupsi ibarat wabah


Dapat menular dengan mudah
Menginfeksi hati nurani
Dan menyakiti jati diri

Koruptor bagaikan zombi


Hati dan jiwanya sama – sama mati
Yang tersisa hanyalah nafsu semata
Untuk memuaskan dahaga akan harta

Wabah korupsi akan selalu menjadi ancaman


Tapi, aku yakin umat manusia akan mampu bertahan
Bekerja sama dan berjuang untuk selalu melawan
Hingga nanti vaksin dan obat ditemukan

Sampai saat itu tiba


Marilah kita saling menjaga
Mempersenjatai jiwa dan raga
Melatih seluruh panca indera
Dan selalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa

41
Neni Hijrotul Isnaeni, asal Garut Jawa Barat namun sekarang
tinggal di Bogor.
Lulusan D1 STAN 2006 dan S1 Universitas Terbuka 2013. Masuk
DJA sejak masih berstatus DJAPK sampai dengan sekarang.

42
Duri

Oh, aku mengerti


Emas itu sungguh bercahaya
Namun tidak serta merta itu menjadi cahaya

Oh, aku mengerti


Mutiara itu berkilauan
Namun tidak serta merta itu menjadi perhiasan

Oh, aku mengerti


Harta itu menggiurkan
Namun tidak serta merta itu akan menyelamatkan

Lalu apakah aku mengerti?


Emas, mutiara serta harta
Hanya akan jadi DURI
Jika itu didapat dari KORUPSI.

43
Lisno Setiawan

44
Kalingga

Shima, Putri nusantara


Beribu keadilan
Berayah amanah
Berputera kesejahteraan

Dua dasawarsa penuh berkah


Pranata tegak sempurna
Buncahkan kepercayaan
Jalin persaudaraan dunia

Anugerah tercurah bak nirwana


Lembaran Palem menghias di langit istana
Mata air jernih membuai selembut cahaya
Diselingi lantunan syukur untuk Yang Maha Kuasa

Meneropang masa ke depan


Tuntun Rakryan Sanjaya
Gapai budaya adiluhung
Membangun simbol peradaban dunia

45
Nama : Mahmudi Syahwani
Tempat lahir : Cirebon
Riwayat Pendidikan : SD sd SMA Di Cirebon,
DIII Prodip Anggaran,
S1 Universitas Islam Jakarta,
S2 Fisip UI

46
Mengapa Korupsi

Kekayaanmu sudah cukup komplit


Anak-anak mu belajar di sekolah favorit
Tinggal mu di daerah yang cukup elit
Penghasilan mu boleh dikata tidaklah sedikit
Lalu mengapa korupsi?
Bergelimang harta bukan jaminan bahagia
Pangkat dan jabatan itupun hanya sementara
Saat kau tiada hanya kain kapan yang turut serta
Materi yang kau tumpuk, tak jua bisa kau bawa
Lalu mengapa korupsi?
Masih banyak kaum miskin papa
Berdesak-desakan di lorong prasejahtera
Mengharap sentuhanmu melalui karya nyata
Menuju masa depan yang lebih sejahtera

Lalu mengapa korupsi?

Jikalau bicara kebutuhan pastinya relatif sama


Jikalau bicara keinginan tentu tiada batasnya
Maka, marilah dengar panggilan ibu pertiwi
Maka, teruslah berkarya dan jangan korupsi

47
Hartanto, kelahiran Pemalang sebuah kota kecil di Jawa Tengah,
aktif di komunitas menulis DJA “bukan nota dinas

48
Aku Punya Seorang Kawan

Di dadanya telah tersemat


tugas mulia menjaga uang rakyat
agar terbagi secara cermat
mewujudkan besarnya manfaat

sekali saja dia abai atau hianat,


membiarkan patgulipat atau bahkan terlibat
maka hancurlah seluluh martabat
tertanggung akibat sepanjang hayat

kawenku begitu teguh pada prinsip diri


sepanjang tugasnya sering dijumpai
keteguhannya akan diuji
dari depan belakang dan semua sisi

konon terkadang dia diuji iba dan empati


tema kemiskinan yang menjadi komoditi,
seakan jika usulan tak disetujui
dia dianggap telah kehilangan kesejatian insani

49
seskali dia perlihatkan usulan program si miskin nan
melarat
begitu gemerlap disusun dalam surat menyurat,
begitu indah dalam bual bual buku proposal
tapi menurutnya tak pernah menjawab yang jadi soal

bantuan si miskin dan anak terlantar


kdang tak sampai terhantar
yang sunhguh miskin konon kerap luput
terganti tuan berperut gendut

hitungan usulannya juga penuh sengakarut


entah data mana hendak diturut
semua pihak saling klaim berebut
merasa datanya paling yahuut

tapi aneh juga diskusi rame berkutat


hitunhg- hitungan alokasi rapat
mengira ngira menu konsumsi
memilih tujuan monev kan pergi

terkadang keteguhannhya juga ditakar


oleh mereka yang berlagak tuan besart
gagah berani membawa aspirasi
katanya tak boleh ditolak atau diganti

50
usulannya kadang tak masuk akal
seakan Anggaran adalah barang obral
kalau begitu dia akan berlagak orang bebal
yang tak soorangpun pernah dia kenal

aku punya seorang kawan,


Di dadanya telah tersemat
tugas mulia menjaga uang rakyat
di bawah kibaran nagara dana rakca

51
Selamat Siang Tuan

Selamat siang tuan


hari ini APBN tidak sedang santai rebahan,
banyak sekali yang harus di kerjakan
coba kau lihat,
hari ini dia masih terengah engah
menghela nafas
sejak dua tahun lalu pandemi covid meretas
hari ini kerjaannya belum lagi tuntas

dari seluruh negeri


masih terasa isak sedih tangisan
mereka mereka yang yang ditinggalkan
terduduk memandangi
berangkatnya mobil mobil ambulan,
yang bergantian membawa muatan
yang bernafas tersengal
menuju perawatan
atau terbungkus tebal
menuju kuburan,
hingga raung sirena menghilang di kejauhan

52
Selamat siang tuan
hari ini APBN tidak sedang santai rebahan,
dia hadir
mengupayakan tersedia vaksin dan obat obat vitamin
penambah daya tahan,
menjaga agar sakit dan mati tak banyak berulang,,
dan kasus covid semakin berkurang
mengupayakan para tenaga medis,dokter perawat
penggali kubur tentara polisi petugas petugas yang
sedang bahu membahu berperang melawan pandemi
dapat lancar melanjutkan darma bakti
mengupayakan
tersedia biaya pulsa dan data,
buat para guru dan siswa,
serta perangkat pengolah data sewajarnya
hingga mereka yang sekolah atau kuliah
tetap bisa mendapatkan,ilmu dan hikmah
meskipun tetap tinggal di rumah
mengupayakan
ada subsidi dan bantuan dana
makanan pokok dan lauknya
agar mereka yang tak bisa lagi bekerja,
tetap mendapatkan kebutuhan dasarnya,
mereka yang tak berdaya,
tak mati kelaparan dalam rumahnya

53
dia hadir,
mengupayakan
agar tetap bertambah jalan yang menembus belantara
dan wilayah terpenjara,
agar tetap terbangun pabrik pabrik yang menampung
banyak pekerja
agar terlatih tentara dan tersedia senjata untuk
menjaga negara
agar terbentuk polisi jaksa dan penegak hukum
yang memastikan hukum sebagai panglima
agar listrik listrik tetap menyala
hingga negeri semakin terlihat warna indahnya
agar air tetap mengalir sebagai pengobat dahaga
agar semua cita cita berdirinya negara terlaksana
agar dokter, guru, pegawai, lurah, camat tetap bekerja
melayani rakyatnya

Dia hadir,
Mengupayakan ekonomi yang porak poranda
Terimbas corona pelahan bergerak tumbuh tak
semakin rubuh

selamat siang tuan,


Selamat siang tuan
hari ini APBN tidak sedang santai rebahan,
jangan sampa kau terjebak sikap tamak
membuatmu membelokan bantuan dari yang berhak,

54
merubah spek barang sehingga gampang rusak
merampok uang apbn sambil terbahak

jangan sampai gila hartamu menjadikan kalap


membuatmu lebih piawai dari tukang sulap
merubah kuitansi untuk menilap
menyamarkan bukti terlihat gelap
mencuri uang apbn ketika pengawas,hilap

selamat siang Tuan,


hari ini APBN tak sedang berdiam rebahan
jangan kau ganggu dengan keculasan
agar dia bisa jalankan apa yang telah dimandatkan

55
Wahyu Adi Pramono. Lahir di Banyumas beberapa tahun lalu.
Master of Science di UGM dan Master of International Development
and Economic di ANU.

56
Yang Disesali

Sendiri
Di balik jeruji besi
Semua telah pergi
Hari-hari
Kekuatan diri
Materi
Sanak famili
Relasi
Pergi
Lebih lagi
Indah yang kunanti
Tiada lagi

Yang mencintai
Menyesali
Yang dulu menemani
Menjauhi
Yang kuberi
Mencaci

Dikilasi semua yang telah terjadi


Hanya bisa mengumpati
Andai selalu bisa menguatkan hati
Dari godaan korupsi

57
Semua yang kumiliki
Dariku menanam padi
Tidak dari korupsi
Tapi siapa percayai
Hanya karena sekali
Membantu yang ternyata pencuri
Semua karya untuk negeri
Bakti kepada ibu pertiwi
Ide besar yang telah terimplementasi
Kerja kerasku dari pagi sampai pagi lagi
Dulu sangat dihargai
Tiada berarti lagi

Wahai
Jangan mendekati
Jangan sekali-kali
Jangan sampai menyesali
Semua akan menjadi basi
Seberapapun kecilnya ini

58
59
Nyoman Maulana (Bali KW, kadang dipanggil “kang”)
Lahir di Malang tanggal 13
Ex calon sarjana

60
Akhirnya T

Kereta roda empat?


Ku tak punya
Rumah bertingkat? Apalagi

Hape logo buah digigit?


Juga tak punya
Atau yg bisa dilipat? Apalagi

Hidup ini sejatinya singkat


Kata film, kiamat sudah dekat
Daripada makan uang rakyat
Daripada senang sesaat

Biar pikiran jadi sehat


Kenapa tidak pilih berhemat
Lebih baik syukuri nikmat
Semoga kelak mendapat rahmat
Tamat

61
Nurokhim Budiyono, terlahir sebagai manusia biasa di Magelang,
tanggal 12 Februari 1992. Sampai saat ini-dan entah sampai kapan-
masih menjadi manusia biasa.

62
Cela yang Abadi

Suara lantang membangunkanku di pagi buta.


Bergegas ku berlari ke arah datangnya suara.
Tampak di sana sang istri menodongkan gagang sapu.
Ujungnya mengarah pada seekor makhluk kecil hitam
dan berbulu.
Tertegun kupandangi sorot matanya yang lucu, namun
memancarkan sayu.

Malang nian nasib si tikus.


Sepanjang hayat menanggung laknat.
Entah siapa yang pertama melempar batu.
Di dahi mereka telah tersemat kata jahat.

Tikus memang tidak pernah sekolah,


Tidak pernah membaca kitab suci.
Itu yang kupahami.
Atau memang mereka sebenarnya bersekolah?
Entahlah.

Yang ku tahu, ia hanya mengambil secukupnya.


Sama seperti yang dilakukan rayap kepada kayu,
lebah kepada madu,
kelelawar kepada jambu.

63
Tidak. Aku salah.
Mereka tidak mengambil.
Bukankah sejak awal, alam seutuhnya milik mereka?

Atau mungkin benar kabarnya?


Tikus memang berdosa.
Ia suka menghalalkan segala cara,
bergaya hidup sosialita,
Saling berlomba terlihat gagah di antara mereka?

Entahlah.

Sebelum hatiku jatuh terlalu jauh.


Sekejap kurebut gagang sapu.

Seekor tikus mati pagi ini.


Membawa cela yang abadi.

64
65
Nama masih Ruly Ardyansyah. Dulu lahir di Jakarta pada tanggal 9
Maret 1973. Pernah sekolah di STIE Perbanas dan lulus, dengan nilai
wajar. Pernah bercita cita menjadi Pilot, Kopassus, namun pupus
karena merupakan anak lelaki satu satunya, dimana memerlukan
surat pernyataan almarhum ibunda. Bersyukur menjadi abdi negara
di Kementerian Keuangan

66
Air Mata Ibu Pertiwi

Dari Sabang hingga Merauke


Banyak keindahan disajikan
Dari Talaud hingga pulau Rote
Banyak sumber daya yang diberikan

Namun mengapa masih banyak alam di kuras


Tanpa melihat dampak dari segala sisi
Mengapa masih banyak yang tak waras
Ketika melihat alam tak berkutik di eksploitasi

Bukankah ibu pertiwi telah memberi banyak


Hingga pantas diperlakukan demikian
Bukankah diri ini telah dibekali akhlak
Hingga bersua dengan saudara dan handai taulan

Jangan pernah bilang mencintai


Jika kita masih berani melukai
Jangan pernah bilang memiliki
Jika kita masih berani menyakiti

Berikan kesempatan kepada ibu pertiwi


Mereproduksi kembali bentuknya
Agar diri lebih manusiawi
Hingga sang ibu kembali utuh rupanya
Bekasi, 19 November 2021

67
Sepintas, lalu Hilang

Pengembaraan yang jauh


Membawa pertemuan yang semu
Ketika diri ini menjadi kambuh
Tak ada lagi yang merasa utuh

Perjalanan yang ditempuh


Cenderung memiliki musuh
Ketika niat muncul bergemuruh
Hingga sikap menjadi acuh

Ujung perjalanan yang terurai


Saat genggaman tak tergapai
Menjadi lamunan yang terbengkalai
Hingga menjadi niatan yang abai

Meskipun pandemi hinggap


Jangan lupa selalu tegap
Menjadi sikap yang adab
Agar korupsi tidak biadab

Perjalanan masih panjang


Semangat juang masih terbentang
Banyak rintangan menghadang
Pekikan lawan korupsi dengan lantang

68
Tetaplah dalam dekapan
Meskipun berjuang dari kejauhan
Siasat perlu dipertahankan
Tanpa harus ada yang berkorban

Bekasi, 19 November 2021

69
Nama : Dimas Adityo Kusumo
NIP : 198503112009011007
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 11 Maret 1985
Unit Organisasi : Direktorat Anggaran Bidang PMK
Pendidikan : S2 – Master of Arts in Public Policy
dari GRIPS
Hobby : Merakit model kit Gunpla
dan mengkoleksi action figure

70
Hati dan Aksi

Mari berani katakan tidak pada korupsi


Yakinkan sepenuh hati dan buktikan dengan aksi
Bersihkan hati mulai dari diri sendiri
Bersikap jujur, adil, dan menjaga integritas diri
Untuk keluarga, bangsa dan negeri bersih dari korupsi
Hargai dan syukuri apapun yang kita miliki saat ini
Niscaya bahagia kan menyertai

71
Penulis bernama Mayu Sara Anggita. Lahir di Rantauprapat,
Sumatera Utara dan merupakan lulusan Diploma III PKN STAN
tahun 2017 yang kemudian ditempatkan di bagian Sekretariat
Direktorat Jenderal Anggaran. Penulis memulai menulis puisi sejak
kuliah yang diawali coretan kecil hingga menjadi hobi.

72
Bincang Sepi Bersama Alam

Pada daun jatuh aku bercerita sebuah renungan


Tentang gaya hidup yang disiram keborosan
Menumbuhkan ketamakan di setiap helai kesempatan
Namun kejujuran justru layu oleh kerakusan

Pada langit jingga kusampaikan pertanyaan


Apakah setiap perbuatan selalu ditemani imbalan?
Mengapa hati berat untuk menolak?
Bahkan bibir kelu untuk mengucap tidak?

Pada hujan kamis sore aku duduk termenung


Janji manis kekayaan membuat langit pikirannya
mendung
Rintik kemewahan mulai membasahi khayalan
Meninggalkan jejak perbuatan tanpa payung ketegasan

Pada matahari terbenam aku mencurahkan sebuah


kisah
Tentang sinar kedisiplinan yang tenggelam di ujung
serakah
Menciptakan cahaya oranye yang terpantul dari jeruji
besi
Namun tak seindah oranye senja di cakrawala sore hari

73
Pada deburan ombak pantai aku berbicara dalam
intuisi
Masih ada tanggung jawab yang menggulung tepian
hati
Keberanian ini pasang surut namun tak pernah hilang
Menyebrangi laut kecurangan, menjadi kuat bak batu
karang

Pada tiupan angin aku seperti terbawa dalam sebuah


cerita
Ada bisikan nasihat yang berhembus menenangkan
jiwa
Menyelaraskan yang dilakukan dan yang diucapkan
Godaan bertiup dari berbagai arah tak membuat goyah
untuk melawan

Pada pelangi sehabis hujan aku melihat keindahan


Ternyata bahagia tak selalu dari kemewahan
Seperti senja yang menerima langit apa adanya
Begitupun aku menerima diriku yang sederhana

74
Di Balik Meja

Di sudut ruangan tak bercahaya


Hening sepi meneduh hati
Suara decitan menyentak raga
Ah, ternyata tikus yang sedang sembunyi

Mata beradu tatap seakan berbicara


Tubuh gempal kotor berlagak raja
Bersandar tumpukan kertas di balik meja
Berwajah polos seakan tidak ada apa-apa

Tak ada kepanikan apalagi keresahan


Semuanya hilang diganti tenang yang datang tanpa beban
Meja diajak untuk berteman
Bersembunyi di baliknya menjadi tempat ternyaman

Pada sisi ruang lain yang terpantul sinar matahari


Paduan decitan menggema di balik lemari
Bahu tersentak, ujung ekor bergerak
Bersembunyi di balik takut yang bergejolak

Ruangan ini memberi aura berbeda


Ketakutan menjadi sekat di antara kita
Tiga tikus yang mundur saat langkah bersuara

75
Berlari ketika bibir mulai berbicara
Kutulis surat kecil untuk dia
Larik pendek tentang kisah si tikus di balik meja
Diam dalam sepi, bersembunyi menyiksa diri
Menghilang tanpa jejak agar sulit dicari

76
Empat Rasa Satu Makna

Seperti dua senyawa yang bertemu


Hadirmu menciptakan reaksi baru
Empat rasa melebur menjadi satu
Mengecap takut di bibir kelu

Empat rasa dalam satu perasaan


Saling dominan mencuri perhatian
Rasa ragu yang diolesi rasa senang
Ditaburi resah, dibalut manisnya rasa bimbang

Paras indah yang membuatku terpaku


Tubuh yang lebih berisi dibalut paduan merah biru
Harum yang lebih semerbak dari yang ada di dompetku
Amplop coklat semakin menyinari penampilanmu

Sejenak pikiran ini berkelana, raga gundah gulana


Khayalan hidup indah terasa nyata di depan mata
Naik mobil mewah,punya rumah bak istana
Namun akhirnya dihiasi label disita

77
Pada kebimbangan kuukir pilihan
Menjadi narapidana atau tetap sederhana
Jam tangan yang melingkar dipadu pakaian elegan
Sirna dibalut rompi oranye pelebur pesona

Kejujuran menghampiri dalam sepi


Memeluk keberanian mengusir khayalan
Membisik pesan lewat intuisi
Mengenggam bimbang mencipta tindakan

Sebuah bisikan menghapus setumpuk ragu


Menyadarkan hidup hanya indah sementara
Kuantar kau sebelum mereka menjemputku
Untuk mengusir keresahan di dalam dada

Kini mati sudah rasa bersalah tumbuh harapan cerah


Mengukir hidup dengan coretan makna
Tak ada kata menang apalagi kalah
Semua hanya tergantung pada integritas semata

78

Anda mungkin juga menyukai