Anda di halaman 1dari 41

Aljabar Himpunan

Handout Analisis Riil I


(PAM 351)
Aljabar Himpunan

Dalam bab ini kita akan menyajikan latar belakang yang diperlukan
untuk mempelajari analisis riil. Dua alat utama analisis riil, yakni
aljabar himpunan dan fungsi, secara berturut-turut disajikan.
Selanjutnya disajikan induksi matematika yang merupakan suatu alat
atau metoda pembuktian dalam matematika.
Jika A menyatakan suatu himpunan dan x adalah suatu elemen, kita
tulis
x2A
sebagai singkatan untuk pernyataan x adalah suatu elemen dari A,
atau x adalah angota A, atau x berada dalam A, atau himpunan A
memuat elemen x.
Simbol
x2
/A
menyatakan bahwa x bukan elemen A.

(Dept. of Math. UNAND) 3 / 42


Jika A dan B adalah dua himpunan sedemikian sehingga jika x 2 A
maka x 2 B, maka kita katakan bahwa A termuat dalam B, atau B
memuat A, atau A himpunan bagian (subset) dari B, dan ditulis

A ✓ B atau B ◆ A.

Jika A ✓ B dan ada suatu elemen B yang tidak di dalam A, kita


katakan bahwa A adalah proper subset dari B.

Definisi (1)
Dua himpunan A dan B dikatakan sama, ditulis A = B jika himpunan
A dan B memuat elemen-elemen yang sama.

Perhatikan bahwa, untuk membuktikan bahwa A = B, kita harus


menunjukkan A ✓ B dan B ✓ A.
Suatu himpunan dapat didefinisikan dengan mendaftarkan
elemen-elemennya atau menspesifikasikan suatu sifat yang
menentukan elemen-elemen himpunan tersebut.
(Dept. of Math. UNAND) 4 / 42
Kita akan sering menulis

{x : P (x)} ,

dibaca himpunan semua elemen x sedemikian sehingga P (x), untuk


menyatakan himpunan semua elemen-elemen x dimana sifat P
berlaku.
Jika kita perlu menspesifikasi elemen-elemen yang diuji untuk
memenuhi sifat P , kita tulis

{x 2 S : P (x)} ,

untuk suatu subset S dimana sifat P berlaku.


Sepanjang perkuliahan ini, akan digunakan beberapa himpunan yang
mungkin telah familiar bagi kita semua, dan dinyatakan dengan
simbol-simbol standar.

(Dept. of Math. UNAND) 5 / 42


Himpunan bilangan-bilangan alam (Natural), dinyatakan dengan
simbol N ⌘ {1, 2, 3, ..}
Himpunan bilangan-bilangan bulat (Integer), dinyatakan dengan
simbol Z ⌘ {..., 2, 1, 0, 1, 2, ...}
Himpunan bilangan-bilangan rasional (Rational), dinyatakan dengan
simbol Q ⌘ mn , m, n 2 Z, n 6= 0
Himpunan bilangan-bilangan riil (Real), dinyatakan dengan simbol R.

(Dept. of Math. UNAND) 6 / 42


Operasi Himpunan
Definisi (2)
1 Misalkan A dan B adalah dua himpuan, irisan (intersection) antara A
dan B, ditulis A \ B, adalah himpunan semua elemen-elemen yang
berada dalam A dan B, yakni:

A \ B ⌘ {x : x 2 A dan x 2 B} .

2 Gabungan (Union) dari A dan B, ditulis A [ B, adalah himpunan


semua elemen-elemen yang berada dalam A atau B, yakni

A [ B ⌘ {x : x 2 A atau x 2 B} .

Perlu diperhatikan bahwa perkataan ”atau” dalam definisi (1)


bermakna inclusive, artinya kalimat x 2 A atau x 2 B juga bermakna
x berada dalam kedua himpunan.
(Dept. of Math. UNAND) 7 / 42
Himpunan yang tidak mempunyai elemen disebut himpunan kosong
(empty set) dan dinyatakan dengan simbol ?. Jika A dan B adalah
himpunan-himpunan tanpa elemen persekutuan, yakni A \ B = ?,
maka kita katakan bahwa A dan B saling asing (disjoint).
Teorema-teorema berikut memperlihatkan beberapa sifat operasi
aljabar himpunan. Sebagian bukti dibiarkan sebagai latihan.
Teorema
Misalkan A, B dan C adalah sebarang himpunan, maka
1 A \ A = A, A [ A = A (sifat idempoten)
2 A \ B = B \ A, A [ B = B [ A (sifat komutatif)
3 (A \ B) \ C = A \ (B \ C),
(A [ B) [ C = A [ (B [ C) (sifat asosiatif)
4 A \ (B [ C) = (A \ B) [ (A \ C) (sifat distributif irisan)
5 A [ (B \ C) = (A [ B) \ (A \ C) (sifat distributif gabungan)

(Dept. of Math. UNAND) 8 / 42


Bukti. Kita hanya membuktikan bagian (4) dan membiarkan bukti
bagian lainnya sebagai latihan.
Misalkan x 2 A \ (B [ C), maka x 2 A dan x 2 (B [ C). Ini berarti
bahwa x 2 A, dan x 2 B atau x 2 C. Akibatnya
I x 2 A dan x 2 B, atau
I x 2 A dan x 2 C.

Akibatnya x 2 A \ B atau x 2 A \ C, yakni x 2 (A \ B) [ (A \ C)


yang menunjukkan bahwa A \ (B [ C) ✓ (A \ B) [ (A \ C).
Sebaliknya, misalkan y 2 (A \ B) [ (A \ C), maka y 2 (A \ B) atau
y 2 (A \ C). Ini berarti bahwa y 2 A dan y 2 B, atau y 2 A dan
y 2 C. Akibatnya, kita mempunyai y 2 A, dan y 2 B atau y 2 C.
Akibatnya y 2 A, dan y 2 (B [ C), yakni y 2 A \ (B [ C).Ini
menunjukkan bahwa (A \ B) [ (A \ C) ✓ A \ (B [ C).
Berdasarkan dua hasil ini, kita menyimpulkan bahwa
A \ (B [ C) = (A \ B) [ (A \ C). ⌅

(Dept. of Math. UNAND) 9 / 42


Definisi (3)
Misalkan A dan B adalah dua himpunan, maka komplemen dari B relatif
terhadap A adalah himpunan semua elemen A yang tidak berada dalam
B. Kita simbolkan himpunan ini sebagai A\B (dibaca A minus B).

Beberapa pengarang menyimbolkannya sebagai A B atau A s B.


Dalam bentuk notasi pembentuk himpunan ditulis:

A\B⌘ {x 2 A, x 2
/ B} .

Berikut ini adalah hukum De Morgan untuk tiga himpunan.

Teorema
Jika A, B dan C adalah sebarang himpunan, maka
1 A\(B [ C) = (A\B) \ (A\C)
2 A\(B \ C) = (A\B) [ (A\C).

(Dept. of Math. UNAND) 10 / 42


Bukti.
Kita hanya akan membuktikan bagian pertama, dan meninggalkan
bagian kedua sebagai latihan. Untuk menunjukkan ini, kita perlu
menunjukkan bahwa A\(B [ C) ✓ (A\B) \ (A\C) dan
(A\B) \ (A\C) ✓ A\(B [ C). Terlebih dahulu, akan ditunjukkan
A\(B [ C) ✓ (A\B) \ (A\C).

x 2 A\(B [ C) ) x 2 A tetapi x 2
/ B[C
) x 2 A tetapi x 2
/ B dan x 2
/C
) x 2 A tetapi x 2
/ B dan x 2 A tetapi x 2
/C
) x 2 A\B dan x 2 A\C
) x 2 A\B \ x 2 A\C.

Ini menunjukkan bahwa A\(B [ C) ✓ (A\B) \ (A\C).

(Dept. of Math. UNAND) 11 / 42


Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa (A\B) \ (A\C) ✓ A\(B [ C).

x 2 (A\B) \ (A\C) ) x 2 (A\B) dan x 2 (A\C)


) x 2 A tetapi x 2
/ B dan x 2 A tetapi x 2
/C
) x 2 A tetapi x 2
/ B dan x 2
/C
) x 2 A tetapi x 2
/ B[C
) x 2 A\(B [ C)

Ini menunjukkan bahwa A\(B [ C) ✓ (A\B) \ (A\C). Berdasarkan


kedua fakta ini, kita menyimpulkan bahwa
A\(B [ C) = (A\B) \ (A\C). ⌅

(Dept. of Math. UNAND) 12 / 42


Hasil Kali Cartesian (Cartesian Product)
Sekarang kita akan mendefinisikan hasil kali Cartesian dari dua
himpunan.

Definisi (4)
Jika A dan B adalah dua
himpunan tak kosong, maka
hasil kali Cartesian dari A dan
B, disimbolkankan sebagai
A ⇥ B, didefinisikan sebagai
himpunan semua pasangan
terurut (a, b) dengan a 2 A
dan b 2 B. Gambar 1.1

(Lihat Gambar 1.1).


Sehingga jika A = {1, 2, 3} dan B = {4, 5}, maka
A ⇥ B = {(1, 4) , (1, 5) , (2, 4) , (2, 5) , (3, 4) , (3, 5)} .
(Dept. of Math. UNAND) 13 / 42
Contoh lainnya, jika

A = {x 2 R : 1  x  2}

dan
B = {x 2 R : 0  x  1 atau 2  x  3}
maka A ⇥ B dapat dilihat pada gambar 1.2.

Gambar 1.2

(Dept. of Math. UNAND) 14 / 42


Soal

1 Buktikan bagian (3) dan (4) dari teorema 1.


2 Buktikan bahwa A ✓ B jika dan hanya jika A \ B = A.
3 Jika B ✓ A, tunjukkan bahwa B = A\(A\B).
4 Jika A dan B adalah himpunan sebarang, tunjukkan bahwa
A \ B = A\(A\B).

(Dept. of Math. UNAND) 15 / 42


Fungsi

Sekarang akan didiskusikan gagasan fungsi atau pemetaan (mapping).


Akan diperlihatkan bahwa fungsi adalah suatu himpunan, walaupun
ada visualisasi lain yang sering digunakan.
Bagi matematikawan abad yang lalu, perkataan fungsi biasa diartikan
sebagai suatu rumus, misalnya

f (x)⌘x2 + 5x 2,

yang mengaitkan setiap bilangan riil x dengan bilangan riil yang lain
f (x).
Secara formal, definisi klasik dari fungsi adalah sebagai berikut:
”Suatu fungsi f dari himpunan A kehimpunan B adalah suatu aturan
yang mengaitkan setiap x 2 A dengan suatu elemen tunggal f (x), dengan
f (x) 2 B”.

(Dept. of Math. UNAND) 16 / 42


Mungkin sulit untuk mengintepretasikan perkataan ”aturan” dalam
definisi tersebut.
Jalan keluarnya, kita akan mendefinisikan fungsi menggunakan
gagasan himpunan seperti yang disinggung pada bagian 1. kunci
utamanya adalah memikirkan grafik suatu fungsi sebagai himpunan
pasangan terurut tertentu.
Perlu diperhatikan bahwa himpunan pasangan terurut sebarang
mungkin bukan merupakan grafik suatu fungsi.

Definisi (5)
Misalkan A dan B adalah himpunan. Suatu fungsi dari A ke B adalah
suatu himpunan f yang elemen-elemennya adalah pasangan-pasangan
terurut dalam A ⇥ B sedemikian sehingga untuk setiap a 2 A terdapat
secara tunggal b 2 B dengan (a, b) 2 f, yaitu jika (a, b) 2 f dan
(a, b0 ) 2 f , maka b = b0 .

(Dept. of Math. UNAND) 17 / 42


Himpunan A yang memuat urutan pertama dari elemen-elemen f
disebut domain dari f , ditulis D(f ), atau Df . Himpunan semua
elemen-elemen B yang merupakan urutan kedua dari elemen-elemen
f disebut range dari f , ditulis R(f ), atau Rf .
Notasi f : A ! B menunjukkan bahwa f adalah suatu fungsi dari A
ke B, atau f adalah suatu pemetaan dari A ke B, atau f memetakan
A ke B.
Lazim juga ditulis b = f (a) jika (a, b) 2 f.
Elemen b 2 B adalah nilai dari f di titik a, atau peta (image) dari a
dibawah f .

(Dept. of Math. UNAND) 18 / 42


Transformasi dan Mesin

Disamping grafik, kita dapat juga memvisualkan suatu fungsi sebagai


suatu transformasi dari himpunan A = D(f ) ke sebagian dari
himpunan B.
Dalam hal ini, bila (a, b) 2 f kita anggap f mengambil elemen a 2 A
dan mentransformasikan atau memetakan ke suatu elemen b = f (a)
dalam subset R(f ) dari B, seperti yang terlihat dalam gambar 1.3.

Gambar 1.3

(Dept. of Math. UNAND) 19 / 42


Ada cara lain untuk memvisualkan suatu fungsi, yaitu sebagai suatu
mesin yang akan menerima elemen-elemen D(f ) sebagai input dan
menghasilkan elemen-elemen dalam R(f ) sebagai output.
Jika kita ambil suatu elemen x 2 D(f ) dan meletakkannya dalam f ,
maka akan menghasilkan f (x).
Jika kita letakkan elemen yang berbeda y 2 D(f ) kedalam f , kita
akan memperoleh f (y) (yang mungkin berbeda dari f (x)).
Jika kita mencoba memasukkan sesuatu yang tidak berada dalam
D(f ), maka elemen ini tidak akan diterima oleh f . (Lihat gambar
1.4).

(Dept. of Math. UNAND) 20 / 42


Gambar 1.4
Visualisasi ini menjelaskan perbedaan antara f dan f (x): f adalah
mesin sedangkan f (x) adalah output dari mesin bila kita meletakkan
x.

(Dept. of Math. UNAND) 21 / 42


Pembatasan dan Perluasan Fungsi

Misalkan f adalah suatu fungsi dengan domain D(f ) dan D1 ✓ D(f ).


Definisikan suatu fungsi baru f1 yang domainnya domain D1 dengan
f1 (x) = f (x) untuk semua x 2 D1 . Fungsi f1 ini disebut
pembatasan f pada himpunan D1 , dan disimbolkan oleh
f1 = f | D1 . Dalam notasi himpunan dapat ditulis:

f1 = {(a, b) 2 f : a 2 D1 } .

Jika g adalah suatu fungsi dengan domain D(g) dan D(g) ✓ D2 ,


maka sebarang fungsi g2 dengan domain D2 sedemikian sehingga
g2 (x) = g(x) untuk semua x 2 D(g) disebut perluasan dari g pada
D2 .

(Dept. of Math. UNAND) 22 / 42


Peta dan Prapeta

Definisi (6)
Misalkan f : A ! B adalah suatu fungsi dengan Df = A dan Rf ✓ B.
Jika E ✓ A, maka peta dari E dibawah f adalah subset f (E), dengan
f (E) ✓ B, yang diberikan oleh

f (E)⌘ {f (x) : x 2 E} .

Jika H ✓ B, maka prapeta dari H dibawah f adalah subset f 1 (H),

dengan f 1 (H) ✓ A, yang diberikan oleh

f 1
(H)⌘ {x 2 A : f (x) 2 H} .

Sehingga, jika diberikan suatu himpunan E ✓ A, maka suatu titik


y1 2 B berada dalam peta f (E) jika dan hanya jika terdapat
sekurang-kurangnya satu titik x1 2 E sedemikian sehingga
y1 = f (x1 ).
(Dept. of Math. UNAND) 23 / 42
Dengan cara yang sama, jika diberikan suatu himpunan H ✓ B, maka
suatu titik x2 2 A berada dalam prapeta f 1 (H) jika dan hanya jika
y2 = f (x2 ) 2 H.
Contoh. Misalkan f : R ! R didefinisikan oleh f (x) = x2 . Peta dari
himpunan E = {x : 0  x  2} adalah himpunan
f (E) = {y : 0  y  4} .
Jika
G = {y : 0  y  4} ,
maka prapeta dari G adalah himpunan
f 1
(G) = {x : 2  x  2} .
Sehingga f 1 (f (E) 6= E.
Di lain pihak kita mempunyai f (f 1 (G)) = G.
Tetapi jika
H = {y : 1  y  1} ,
maka kita mendapatkan
f (f 1
(H)) = {y : 0  x  1} =
6 H.

(Dept. of Math. UNAND) 24 / 42


Misalkan f : A ! B, dan G, H ✓ B. Akan ditunjukkan bahwa

f 1
(G \ H) ✓ f 1
(G) \ f 1
(H).

Untuk itu misalkan x 2 f 1 (G \ H), maka f (x) 2 G \ H sedemikian


sehingga f (x) 2 G dan f (x) 2 H. Akibatnya x 2 f 1 (G) dan
x 2 f 1 (H), yaitu x 2 f 1 (G) \ f 1 (H) yang menunjukkan bahwa

f 1
(G \ H) ✓ f 1
(G) \ f 1
(H).

Sebenarnya, juga benar bahwa f 1 (G) \ f 1 (H) ✓ f 1 (G \ H),


sehingga
f 1 (G \ H) = f 1 (G) \ f 1 (H)
(buktikan).

(Dept. of Math. UNAND) 25 / 42


Jenis-Jenis Fungsi

Definisi (7)
Suatu fungsi f : A ! B dikatakan satu satu (injective) jika x1 6= x2 maka
f (x1 ) 6= f (x2 ).

Pernyataan yang ekivalen dengan definisi ini adalah suatu fungsi f


injective jika dan hanya jika

f (x1 ) = f (x2 ) berakibat x1 = x2 , untuksemua x1 , x2 2 A.

Sebagai contoh, misalkan A = {x 2 R : x 6= 1} dan definisikan


x
f : A ! R oleh f (x) = .
x 1
I Untuk menunjukkan bahwa f injektif, kita asumsikan x1 , x2 2 A dan
f (x1 ) = f (x2 ). Maka
x1 x2
= ,
x1 1 x2 1
yang berakibat x2 (x1 1) = x1 (x2 1), dan sehingga x1 = x2 .
(Dept. of Math. UNAND) 26 / 42
Definisi (8)
Suatu fungsi f : A ! B dikatakan pada (surjektive), jika

f (A) = B.

Pernyataan yang ekivalen dengan definisi ini adalah f : A ! B


surjektive jika Rf = B, yaitu jika untuk setiap y 2 B terdapat suatu
x 2 A sedemikian sehingga f (x) = y.

Definisi (9)
Suatu fungsi f : A ! B dikatakan satu satu pada (bijective) jika f satu
satu (injective) dan pada (surjective).

(Dept. of Math. UNAND) 27 / 42


Fungsi Invers

Misalkan f adalah fungsi dari A ke B. Secara umum, himpunan


pasangan terurut di dalam B ⇥ A yang diperoleh dengan
mempertukarkan anggota pertama dan kedua dari f bukan
merupakan suatu fungsi.
Namun demikian, jika f injectif, maka pertukaran ini mengarah
kepada suatu fungsi yang disebut invers dari f .

Definisi (10)
Misalkan f : A ! B adalah suatu fungsi injectif dengan Df = A dan
R(f ) ✓ B. Jika g = {(b, a) 2 B ⇥ A : (a, b) 2 f } maka g adalah injektif
dengan D(g) = R(f ) dan R(g) = A. Fungsi g disebut fungsi invers dari
f dan dinyatakan oleh f 1 .

(Dept. of Math. UNAND) 28 / 42


Dalam notasi standar, hubungan antara fungsi f 1 dengan f dapat
ditulis:
x = f 1 (y) jika dan hanya jika y = f (x).

Kita telah melihat bahwa fungsi


x
f (x) =
1 x
yang terdefinisi untuk semua x 2 A = {x : x 6= 1} adalah injektif.
Dalam hal ini tidak jelas apakah range f semua R atau hanya
sebagian dari R.
Untuk tujuan ini, kita selesaikan persamaan
x
y=
1 x
y
untuk x, sedemikian sehingga x = .
1+y

(Dept. of Math. UNAND) 29 / 42


Berdasarkan informasi ini, kita mendapatkan

R(f ) = {y : y 6= 1}

dan bahwa invers fungsi f mempunyai domain {y : y 6= 1} dan


y
diberikan oleh f 1 (y) = .
1+y
Perlu diperhatikan bahwa jika fungsi f injektif maka fungsi inversnya
juga injektif, dan fungsi invers dari f 1 adalah f (buktikan).

(Dept. of Math. UNAND) 30 / 42


Komposisi Fungsi
Kadang-kadang kita ingin mengkomposisi dua fungsi dengan terlebih
dahulu mendapatkan f (x) dan kemudian menggunakan g untuk
mendapatkan g(f (x), tetapi ini mungkin hanya bila f (x) 2 D(g).
Sehingga kita harus mengasumsikan bahwa R(f ) ✓ D(g).

Definisi (11)
Misalkan f : A ! B dan g : B ! C adalah dua fungsi. Komposisi fungsi
g f adalah fungsi dari A ke C yang didefinisikan oleh g f (x) = g(f (x)
untuk semua x 2 A.

Lihat gambar 1.5 berikut.

Gambar 1.5
(Dept. of Math. UNAND) 31 / 42
Contoh.
Misalkan f dan g adalah fungsi yang nilainya pada x 2 R diberikan
oleh
f (x) = 2x, g(x) = 3x2 1.
I Karena D(g) = R dan R(f ) ✓ R, maka D(g f ) = R, dan
g f (x) = g(2x) = 3(2x)2 1 = 12x2 1.
I Dilain pihak, D(f g) = R, tetapi
f g(x) = f (3x2 1) = 2(3x2 1) = 6x2 2.
I Sehingga g f 6= f g.
Kita perlu meyakinkan bahwa R(f ) ✓ D(g).
p
Sebagai contoh, jika f (x) = 1 x2 dan g(x) = x, maka komposisi
p
g f (x) = g(1 x2 ) = 1 x2

didefinisikannya hanya untuk x 2 D(f ) yang memenuhi f (x) 0,


yaitu, untuk x yang memenuhi 1  x  1.
(Dept. of Math. UNAND) 32 / 42
Perhatikan bahwa, jika urutan kita pertukarkan, maka komposisi
p
f g(x) = f ( x) = 1 x

didefinisikan untuk semua x 2 D(g) = {x 2 R, x 0} .


Teorema berikut memperlihatkan suatu hubungan antara komposisi
fungsi dan range.
Teorema
Misalkan : A ! B dan : B ! C adalah dua fungsi dan H ✓ C. Maka

(f g) 1
(H) = g 1
(f 1
(H)).

Buktikan !
Teorema
Jika f : A ! B injektif dan g : B ! C juga injektif, maka komposisi
g f : A ! C juga injektif.

Buktikan!
(Dept. of Math. UNAND) 33 / 42
Barisan

Fungsi yang domainnya N memainkan peranan penting dalam analisis.

Definisi (12)
Suatu barisan dalam himpunan S adalah suatu fungsi yang domainnya
dalam himpunan N dan rangenya termuat dalam S.

Untuk suatu barisan X : N ! S, nilai dari X pada n 2 N sering


dinyatakan dengan xn , dan nilai ini sering disebut suku ke n dari
barisan.
Barisan sering dinotasikan sebagai (xn : n 2 N) atau (xn ) dalam
bentuk yang lebih sederhana.
p
Umpamanya, barisan ( n : n 2 N) sama dengan fungsi X : N ! R
p
yang didefinisikan oleh X(n) = n.

(Dept. of Math. UNAND) 34 / 42


Soal
1 Misalkan A = B = {x 2 R : 1  x  1} dan perhatikan subset
C = (x, y) : x2 + y 2 = 1 dari A ⇥ B. Adakah himpunan ini suatu
fungsi?
2 Misalkan f dalah suatu fungsi pada R didefinisikan sebagai
f (x) = x2 , dan misalkan
E = {x 2 R : 1  x  0} dan F = {x 2 R: 0  x  1} .
Tunjukkan bahwa E \ F = {0}dan f (E \ F ) = {0} , sedangkan
f (E) = f (F ) = {y 2 R : 0  y  1} .
Sehingga f (E \ F ) adalah proper subset dari f (E) \ f (F ).
3 Tunjukkan bahwa jika f : A ! B dan E, F ✓ A, maka
f (E [ F ) = f (E) [ f (F ) dan
f (E \ F ) ✓ f (E) \ f (F ) .
4 Tunjukkan bahwa jika f : A ! B dan G, H ✓ B, maka
f 1 (G \ H) = f 1 (G) \ f 1 (H).
(Dept. of Math. UNAND) 35 / 42
Induksi Matematika

Induksi matematika adalah suatu metoda pembuktian yang digunakan


dalam perkuliahan ini. Dalam bagian ini kita akan menyatakan
Prinsip Induksi Matematik dan memberikan beberapa contoh untuk
mengilustrasikan bagaimana cara kerja bukti induksi.
Sifat Terurut dengan Rapi Himpunan Bilangan Asli N
Setiap subset tak kosong dari N mempunyai elemen terkecil.
Pernyataan yang lebih detil tentang sifat ini adalah sebagai berikut:
”Jika S ✓ N dan jika S 6= ?, maka ada elemen m 2 S sedemikian
sehingga m  k untuk semua k 2 S”.
Berdasarkan sifat terurut dengan rapi kita akan mengembangkan
suatu versi prinsip induksi matematika yang diungkapkan dalam
subset dari N.

(Dept. of Math. UNAND) 36 / 42


Proposisi (Prinsip Induksi Matematika)
Misalkan S ✓ N yang bersifat sebagai berikut:
1 12S
2 Jika k 2 S maka k + 1 2 S.
Maka S = N.
Bukti. Andaikan bahwa S 6= N. Maka himpunan N\S 6= ?, dan
berdasarkan sifat terurut dengan rapi, N\S memuat elemen terkecil.
Misalkan m adalah elemen terkecil dari N\S. Karena 1 2 S (berdasarkan
hipotesis 1), maka m 6= 1. Olehkarena itu m > 1 sedemikian sehingga
m 1 2 N juga. Karena m 1 < m dan karena m adalah elemen terkecil
dari N\S sedemikian sehingga m 2 / S, maka mestilah benar bahwa
m 1 2 S. Berdasarkan hipotesis (2), k ⌘ m 1 2 S berakibat
k + 1 = m 1 + 1 = m 2 S. Kesimpulan ini kontradiksi dengan
pernyataan bahwa m 2 / S. Karena m diperoleh dengan mengasumsikan
bahwa N\S 6= ?, maka kita dapat menyimpulkan bahwa N\S = ?, yang
menunjukkan bahwa S = N. ⌅
(Dept. of Math. UNAND) 37 / 42
Prinsip induksi matematika sering timbul dalam kerangka kerja
sifat-sifat atau pernyataan yang melibatkan bilangan asli (alam).
Jika P (n) menyatakan suatu pernyataan tentang n 2 N, maka P (n)
mungkin benar untuk beberapa nilai n dan salah untuk nilai n yang
lainnya.
Umpamanya, jika P (n) adalah pernyataan ”n2 = n”, maka P (1)
bernilai benar sedangkan P (n) salah untuk semua n 6= 1, n 2 N.
Dalam hal ini, prinsip induksi matematika dapat diformulasikan
sebagai berikut:
Untuk setiap n 2 N, misalkan P (n) adalah pernyataan tentang n.
Anggaplah bahwa:
1 P (1) benar
2 Jika P (k) benar, maka P (k + 1) benar
Maka P (n) adalah benar untuk semua n 2 N.

(Dept. of Math. UNAND) 38 / 42


Contoh-contoh berikut memperlihatkan bagaimana prinsip induksi
matematika digunakan sebagai suatu metoda pembuktian penegasan
yang melibatkan bilangan alam.
1. Untuk setiap n 2 N, jumlah n bilangan alam pertama diberikan oleh
1
1 + 2 + ... + n = n(n + 1).
2
Untuk membuktikan ini, misalkan S adalah himpunan semua n 2 N
yang membuat rumus di atas benar.
Kita mesti memeriksa bahwa syarat (1) dan (2) dari teorema 6
dipenuhi. Jika n = 1, kita mempunyai
1 = 21 .1.(1 + 1) = 1 sedemikian sehingga 1 2 S. Sehingga syarat 1
dipenuhi. Berikutnya, asumsikan bahwa k 2 S dan dari asumsi ini kita
ingin menyimpulkan bahwa k + 1 2 S. Jika k 2 S, maka
1
1 + 2 + ... + k = k(k + 1).
2

(Dept. of Math. UNAND) 39 / 42


Jika kedua sisi persamaan ini kita tambahkan dengan k + 1, kita
mendapatkan
1
1 + 2 + ... + k + (k + 1) = k(k + 1) + (k + 1)
2
1
= (k + 1)(k + 2).
2
Karena ini adalah rumusan untuk n = k + 1, kita menyimpulkan bahwa
k + 1 2 S. Sehingga syarat (2) dipenuhi. Oleh karena itu, dengan prinsip
induksi matematika, kita simpulkan bahwa S = N dan formula adalah
valid untuk semua n 2 N.

(Dept. of Math. UNAND) 40 / 42


2. Untuk bilangan a dan b diberikan, kita akan buktikan bahwa a b
adalah suatu faktor dari an bn untuk semua n 2 N. Untuk n = 1,
pernyataan jelas benar. Misalkan a b adalah suatu faktor dari
ak bk . Kita akan tunjukkan bahwa a b adalah suatu faktor dari
ak+1 bk+1 . Untuk itu, perhatikan hubungan berikut ini.

ak+1 bk+1 = ak+1 abk + abk bk+1


= a(ak bk ) + bk (a b).

Karena a b adalah suatu faktor dari a(ak bk ) berdasarkan


hipotesis induksi dan juga suatu faktor dari bk (a b), maka a b
adalah suatu faktor dari ak+1 bk+1 . Berdasarkan prinsip induksi
matematika, kita menyimpulkan bahwa a b adalah suatu faktor dari
an bn untuk semua n 2 N.

(Dept. of Math. UNAND) 41 / 42


Latihan
1 1 1 n
1 Buktikan bahwa + + ··· + = untuk semua
1.2 2.3 n(n + 1) (n + 1)
n 2 N.
2 Tunjukkan bahwa 52n 1 dapat dibagi oleh 8 untuk semua n 2 N.
1 1 1 p
3 Buktikan bahwa p + p + · · · + p > n untuk semua n 2,
1 2 n
n 2 N.

(Dept. of Math. UNAND) 42 / 42

Anda mungkin juga menyukai