PENDAHULUAN
ebagaimana kita ketahui, bahwa tidak ada yang tetap di dunia ini kecuali
perubahan itu sendiri. Kita dapat melihat dan mengamati setiap saat, dari
hari ke hari, dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun semuanya
mengalami perubahan. Tidak terkecuali ilmu pengetahuan. Sesuai dengan
sifat dasarnya yang selalu ingin tabu dan menjawab berbagai permasalahan
yang muncul di dalam masyarakat, ilmu pengetahuan mengalami perubahan
yang sangat dinamis.
Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai salah satu cabang ilmu
pengetahuan juga telah mengalami perubahan yang cukup signifikan pada
beberapa dasawarsa terakhir ini. Terjadinya perubahan pada pemerintahan
dan peraturan-peraturan perundangan, meningkatnya frekuensi pengurangan
tenaga kerja pada sejumlah perusahaan besar, eskalasi permintaan terhadap
tenaga kerja yang lebih terampil dan bermotivasi, meningkatnya perhatian
terhadap hak asasi manusia, meningkatnya perhatian terhadap keberagaman
di tempat kerja, dan persaingan global yang semakin intensif merupakan
beberapa contoh perubahan yang memberikan kontribusi terhadap semakin
kompleks dan semakin pentingnya Manajemen Sumber Daya Manusia di
dalam organisasi.
Sejalan dengan perubahan dimensi dalam pengelolaan sumber daya
manusia dalam organisasi tersebut, buku materi pokok (BMP) Manajemen
Sumber Daya Manusia ini pun mengalami beberapa perubahan disesuaikan
dengan perkembangan ilmu dan kebutuhan kompetensi. Perkembangan
dalam ilmu manajemen sumber daya manusia berusaha diwadahi dalam
perubahan dan penyempurnaan beberapa teori dan konsep sebagaimana telah
disampaikan pada BMP Manajemen Sumber Daya Manusia sebelumnya.
Sedangkan perubahan kebutuhan kompetensi merupakan implementasi dari
1.2 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
KEGIATAN BELAL.JAR 1
organisasional dan rencana dan strategi sumber daya manusia tidak mungkin
lepas keterjalinannya. Strategi manajemen sumber daya manusia harus secara
jelas merefleksikan strategi organisasi dengan memperhatikan orang, laba,
dan keefektifan secara menyeluruh. Manajer sumber daya manusia
diharapkan memainkan peranan yang menentukan di dalam meningkatkan
keahlian karyawan dan keuntungan perusahaan. Intinya, saat ini manajemen
sumber daya manusia dipandang sebagai profit center, bukan hanya sekadar
cost center.
42,1 %, tahun 1994 menjadi 46%, dan diperkirakan tahun 2005 menjadi
47,8%. Berkaitan dengan angkatan kerja wanita ini, sekitar dua per tiga dari
keseluruhan ibu tunggal (karena ditinggal pergi suami, cerai, j anda, atau
belum pernah kawin) masuk ke dalam angkatan kerja, dan 45% di antaranya
mempunyai anak di bawah 3 (tiga) tahun yang harus diperhatikan oleh
perusahaan. Artinya, perusahaan perlu menyediakan tempat perawatan anak-
anak, menentukan peraturan-peraturan tentang cuti hamil, dan pemberian
pelatihan-pelatihan dasar keterampilan merawat anak dan keterampilan
keibuan lainnya.
Selanjutnya, keberagaman di dalam ras akan nampak lebih dramatis.
Menurut Dessler (2000) di Amerika antara tahun 1992 dan 2005
diperkirakan angkatan kerja yang termasuk dalam kelompok Asia akan naik
lebih dari 81%. J umlah angkatan kerj a sipil dari Spanyol akan naik hampir
64%. Ini merepresentasikan sekitar 11% dari keseluruhan angkatan kerja
dalam tahun 2005.
Meningkatnya keberagaman akan memberikan banyak tantangan bagi
manajemen sumber daya manusia. Sebagai contoh, meningkatnya angkatan
kerja yang sudah tua menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan
peningkatan biaya perawatan kesehatan dan dana pensiun yang harus
disediakan oleh perusahaan. Meningkatnya angkatan kerja wanita, akan
mendorong perusahaan untuk mengadakan fasilitas-fasilitas perawatan anak
di dekat tempat perusahaan. Di samping hal-hal tersebut di atas, yang tidak
kalah pentingnya berkaitan dengan keberagaman di tempat kerja ini adalah
bagaimana menciptakan kebulatan suara dari angkatan kerja yang beragam
tersebut. Oleh karena itu, perusahaan dapat memilih dua alternatif dalam
menghadapi masalah keberagaman ini. Pertama, perusahaan dapat
memaksimalkan keberagaman di tempat kerja, dan memaksimalkan
kapabilitas dari angkatan kerja yang beragam tersebut. Kedua, menggunakan
sistem manajemen sumber daya manusia tradisional yang tidak mengizinkan
adanya keberagaman. Artinya, perusahaan hanya merekrut, menilai, dan
mempromosikan orang-orang yang memiliki ide, kepercayaan/keyakinan,
dan tindakan yang cocok dengan ide dan keyakinan manajemen. Perusahaan
perlu mengadakan skreening dan menolak orang-orang yang tidak sejalan
dengan perusahaan.
e EKMA421 4/MODUL 1 1. 9
,,
, , ''
, , ''
,, ''
'
,''rerencanaan',, Pengembangan
, ' lndividu
,/ Organisasi ',,
---------------------~
Tujuan
Bisnis , , ""......._
, ,
, ,
, ,. Memodifikasi
,
,. ,
,. ,.
.. .. ,. Lingkungan
,,
.. .
·----------------
I I , ., ,.
: In ventori :,'
I I
1 Sumber Daya :
I I
: Manusia I
1 Kinerja
I I
----------------·
I
Gambar 1.1.
Fungsi Personal ia Tradisional
Sumber: Schuster F. E., 1985. Human Resource Management: Concept Case and
Reading. 2nd Edition. Virginia: Reston Publishing Company, Inc.
~
1n;;w,a f- --:&ensflhs .........
•
l ~inan·:seal I
[J
:Eiitam IKxmu.•rilt<taBi:
Irtamx1fa n I=.';:t ·I It• I ---1 tin m~~a I 0
:~mrTren~gs r- ...llfHomaxi l c
L~-<Cm[:e1
I
r
:SHittml ttltJburman _, J
I Pr:eturren!;i r-
,l
It• I :P>:etbur.Linan
....1
KapabilttEtE.
I hi t:em:nl
rr.ujuan
':o:Jrgani:1:xa--
IP:m:·m ma ..
1naan :s.urr)ber
!8iatem ~em5--·
ttafan :
I Pnlfl Uhanl tnti ivid.urlx:m
: S1stamiFlart;terrH)arwar. .
·t{rnerj ~ :tn {ji-
,viri.Lutian
\ ID.utp.ut lnxlifJcti u :
---1FN:~m:tntlha n
: a!pnal l'lq~iitl ·.'ffanu:Sie ·-·1 rl~l4< ru trmm --·I Pr.o:rmm;j ..: Ti"rxmB'f a r :Or;!JcnliSEIBI
\ ·t{e'outt.lha n
..... 'I ..
.,.. I
cr.-·· Lj...I L ·
"' o0E; i::rL '<: l).l
1* •11 ... IREirtB!TIDEitan · ... · ·I PnnunJ:mn an i K~l!j:a
'l:'efprqg mm ,..
• I ·I
I\
I
I
}II
--- I Kx~puasar
It• ---1 ~IJir dtbr:a~l i
I
I
• ---1 i<:on:g~:eli Jl~l ---1Flm•ffanibaf'!fi-·
I /1
···IP:n·latlhan;~i.l P>:-mmHm- :;rn
I'
I
I loaru;~an fRormal /
I
I 'I
··~ ·-· r----------------------------,
tn.vEm tm il Ke:tmiC~~F~ :a:sitem1 :P),en il:aixHlltian 1 :o:J liTo u·:r O}r:ga 1i ~-·
·£<te f.ia a r:: :RP.wart:t: .s.a.aitma 1:
- :Oat!:tl =>xrr:~mmH ---H-J:aall :(:•:rlltpll~ ) . ·1.~> -- :P>robtll<tL\tHm:;
- ·l:{rnatj a
-- :p;(dter.s i
tift
. ...wl
IT.\_1jHXITI
--··t<(onti:}:i'i E-t<:stfmm I
.,.
...... ....
... ... ..• :P>.eqgJemb.mt.~r
; an
- ·r.~eaHI£an """' ·-·1 t<C u ai tt~:m' n·.l_lju an
- :2e1:xaran ~~t!PEIT.·m:r- ...·t(uai tt.:m .L_J_juan
:c:zana a riK.:arif~r -·:Oi-attlbuai f.<ew:ar.!j
-~--------------------
:s:Jumtm·r:·tnE. :Sidhu8:ter, ;:r9l1.b, lfi.umarrt .~e.:s.oumr.~. Vvt£ll1.f.l:garm.nit: rC.~mc:·e.fil'ICl.w>:e :an clll'(6adirw .. zroo;EdltiorJ)
Gambar 1.2.
Manajemen Sumper Dava Manusja: Suatu Panqanqan S!stem --Jto.
•
--Jto.
w
1.14 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
LATIHAN
____........
organ1sas1.
RANGKUMAN
TES F'DRMATIF' 1
C. saling mengisi
D. saling melengkapi
KEGIATAN BELAL.JAR 2
6. Kesejahteraan Karyawan
Suatu perubahan penting di tempat kerja sampai saat ini adalah adanya
keinginan untuk meningkatkan suatu lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Perubahan yang lain adalah perhatian masyarakat untuk dibukanya kasus-
kasus penggunaan obat berbahaya dan juga stres di tempat kerja. Program
kesejahteraan karyawan merupakan salah satu bagian dari fungsi manajemen
sumber daya manusia yang harus diteguhkan dan dipelihara demi terjaga
1.24 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
LATIHAN
.-
--- - ~
1) Dari definisi -definisi yang telah dikemukakan para ahli di atas, kita
secara jelas memperoleh pengertian bahwa manajemen sumber daya
manusia mencakup keseluruhan kebijaksanaan, praktik dan sistem untuk
mengelola sumber daya manusia dalam organisasi dengan cara yang
paling efektif untuk mencapai baik tujuan organisasional maupun
individual.
2) a) Aktivitas utama perencanaan sumber daya manusia dan analisis
jabatan meliputi: (1) menyelenggarakan analisis jabatan untuk
menentukan persyaratan khusus dari jabatan individu di dalam
organisasi; (2) memperkirakan kebutuhan sumber daya manusia
yang diperlukan organisasi untuk mencapai tujuannya;
(3) mengembangkan dan mengimplementasikan suatu rencana
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
b) Akti vitas utama dalam perekrutan dan penseleksian adalah:
(1) merekrut sumber daya manusia organisasi yang diperlukan
untuk mencapai tujuan organisasi dan (2) menseleksi dan
mengangkat sumber daya manusia untuk mengisi suatu jabatan di
dalam organisasi.
c) Proses pengembangan dan produktivitas karyawan meliputi
aktivitas-aktivitas utama: (1) orientasi dan pelatihan karyawan;
(2) pendisainan dan implementasi manajemen dan organisasional
program pengembangan; (3) membangun tim yang efektif di dalam
struktur organisasi.
d) Aktivitas utama pengelolaan karier dan penilaian kinerja
1.26 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
RANGKUMAN
------------------------------------
TES FORMATIF 2
KEGIATAN BELAL.JAR 3
Byars dan Rue (1997), mengemukakan tiga tipe bantuan yang diberikan
departemen sumber daya manusia, yaitu: 1) pelayanan khusus; 2) advis
(nasihat); 3) koordinasi. Dalam Tabel 1.1 menunjukkan beberapa contoh
tipikal dari masing-masing tipe bantuan, sedangkan pada Gambar 1.3
menggambarkan perbedaan peranan departemen sumber daya manusia.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, departemen sumber daya
manusia normalnya bertindak hanya dalam kapasitasnya sebagai penasihat
dan tidak memiliki wewenang di atas manajer operasi. Sebagai
konsekuensinya, konflik akan terjadi apabila manajer operasi
memperlihatkan ketidakpeduliannya terhadap saran dan rekomendasi dari
departemen sumber daya manusia. Jika departemen sumber daya manusia
ingin menjadi efektif maka harus secara terus-menerus memantapkan
hubungan yang baik dengan manajer operasi. Sebaliknya, manajer operasi
harus pula memahami fungsi departemen sumber daya manusia untuk
memanfaatkan departemen sumber daya manusia secara efektif.
Tabel 1.1.
Contoh Tipe Bantuan yang Diberikan Departemen Sumber Daya Manusia
Pelayanan Khusus
Departemen Sumber1
1-----~ Advis/Nasihat Manajer Operasl
Daya Manusia
Koordinasl
Gambar 1.3.
Tiga Tipe Bantuan yang Diberikan oleh Departemen Sumber Daya Manusia
Sumber: Byars, L.L. dan Rue, L.W, (1997), Human Resource Management, 5th Edition,
Chicago: McGraw-Hill Companies. Inc.
Tabel 1.2.
Proyeksi Angkatan Kerja di Amerika Serikat Antara Tahun 1992-2005
baru tersebut memerlukan kertas kerja yang signifikan, dan beban ini pada
umumnya akanjatuh pada manajer sumber daya manusia.
pengiriman melalui e-mail, dan ikut serta dalam suatu jaringan kerja dan
diskusi yang sangat bernilai.
Pemberdayaan karyawan dan tim kerja yang mandiri merupakan dua
tipikal pendekatan manajemen yang memiliki dampak pada manajer sumber
daya saat ini. Pemberdayaan adalah suatu bentuk desentralisasi yang
melibatkan karyawan dengan memberikan kewenangan yang substansial
dalam pengambilan keputusan. Melalui pemberdayaan, manajer percaya
terhadap kemampuan karyawan untuk melaksanakan tugas pada kualitas
prima. Karyawan juga didorong untuk menerima tanggung jawab secara
personal untuk tugas-pekerjaan mereka. Di dalam organisasi yang
menggunakan tim kerja mandiri, kelompok karyawan tidak melapor kepada
manajer tunggal, tetapi kelompok peer (kolega) bertanggung jawab untuk
suatu area tugas tertentu. Perusahaan-perusahaan seperti, Federal Express,
General Motor, Rubbermaid, dan Weyerhauser adalah beberapa perusahaan
Amerika yang telah sukses mengimplementasikan tim kerja mandiri.
dalam beberapa cara. Pertama, manajer sumber daya manusia harus menjadi
pebisnis yang profesional. Di samping berbasis disiplin ilmu yang
profesional, mereka perlu pemahaman mengenai kompleksitas bisnis
perusahaan. Walter Trosin (dalam Byars dan Rue, 1997), menawarkan suatu
nasihat untuk membantu manajer sumber daya manusia agar menjadi lebih
akrab dengan bisnisnya:
a. kenali strategi dan rencana bisnis perusahaan;
b. kenali industri perusahaan;
c. berikan dukungan terhadap kebutuhan bisnis;
d. sediakan waktu lebih banyak bersama-sama dengan karyawan;
e. pertahankan kemahiran Anda terhadap permasalahan organisasi.
LATIHAN
____........
RANGKUMAN
TES FDRMATIF 3
Daftar Pustaka
Byars, L.L. dan Rue, L.W. (1997). Human Resource Management. 5th
Fisher, C.D., Schoenfeldt, L.F. dan Shaw, J.B. (1990). Human Resource
Management. Boston: Houghton Mifflin Company.
Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart, B. dan Wright, P.M. (2000). Human
Resource Management: Gaining a Competitive Advantage. 3rd Edition.
Boston: McGraw-Hill Companies, Inc.
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAL.JAR 1
Jika Anda sedang mengalami sakit dan harus pergi ke dokter, secara
spesifik Anda akan ditanya beberapa pertanyaan seperti, di sebelahlbagian
mana yang merasa sakit? Kapan mulai merasa sakit? Seperti apa sakit yang
dirasakan? dan seterusnya. Dokter Anda tersebut sedang melakukan
pemeriksaan dan (barangkali) juga melakukan sejumlah pengetesan. Apa
yang sedang dilakukan dokter Anda tersebut adalah diagnosis terhadap
masalah (dalam hal ini, masalah kesehatan badan). Dia sedang melakukan
diagnosis melalui pemeriksaan dan observasi.
Terhadap persoalan yang sedang dihadapi oleh suatu organisasi juga
dapat dilakukan pemeriksaan melalui suatu diagnosis secara sistematis. Suatu
model diagnosis manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu alat
yang dapat digunakan untuk membantu mendiagnosis permasalahan
organisasi. Menurut Ivancevich (1992), suatu model diagnosis manajemen
sumber daya manusia adalah suatu kerangka yang dapat digunakan untuk
membantu para manajer memusatkan perhatiannya pada seperangkat faktor
yang relevan. Sedangkan model adalah suatu peta yang dapat membantu
seseorang di dalam melihat baik secara keseluruhan maupun secara bagian-
bagian dari suatu lukisan/gambar/bagan. Menurut Ivancevich (1992), ada tiga
faktor yang terangkum sebagai bagian dari suatu model diagnosis manajemen
sumber daya manusia, yaitu, orang, lingkungan internal dan eksternal, dan
organisasi itu sendiri.
Gambar 2.1 menunjukkan suatu model diagnosis untuk manajemen
sumber daya manusia. Model tersebut menegaskan sejumlah pengaruh utama
dari lingkungan internal dan eksternal yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi kesesuaian antara aktivitas manajemen sumber daya
manusia dan orang.
Dengan mempelajari model diagnosis tersebut, Anda dapat mengetahui
bahwa dalam kaitannya untuk bekerja sama dengan orang lain maka
e EKMA421 4/MODUL 2 2.5
.. Preferensl
J
"' Legal-Formal
.. Sumber Daya .. Motivasl .. Kepuasan
Manusia lnternasionall .. Kepribadian .. Ketidakhadiran
.. Analisis Jabatan, .. Perputarar1
.. Rekrutmenj .. .. Tingkat Keluhan·
.. Perencanaan1 .. Tingkat
.. Seteksi,: . Kecelakaan
.. Evaluasi KinerjaJ
.. Pelatihan dan
Pengembangan J
.. Perencanaan dan
Pengembangan
KarierJ
.. Kompensasil
.. Kesejahteraan J
.. Hubungan
Perburuhan I
.. Keselamatan dan
Kesehatan l ·
.. Evaluasi FungsiJ
. . . .
'"
Hasil Akhir1
Organisasi
.. Produk yang
- kompetitifl
.. Jasa yang
kompetitifl
Gambar 2.1.
Model Diagnosis Untuk Manajemen Sumber Daya Manusia
1. Serikat Pekerja
Hadirnya serikat pekerja secara langsung mempengaruhi sebagian besar
aspek manajemen sumber daya manusia seperti, penarikan, seleksi, evaluasi
kinerja, promosi, kompensasi, dan kesejahteraan. Serikat pekerja berbeda
antara yang satu dengan lainnya. Ada serikat pekerj a yang kooperatif, ada
pula yang tidak kooperatif. Sebagaimana ada organisasi yang sensitif
terhadap masyarakat, tapi ada pula yang tidak bertanggung jawab terhadap
masyarakat. Namun demikian, seringkali serikat pekerja memainkan peranan
yang signifikan dalam program manajemen sumber daya manusia.
3. Kondisi Ekonomi
Tiga aspek kondisi ekonomi yang mempengaruhi program manajemen
sumber daya manusia, yaitu produktivitas, sifat kebersaingan, dan sifat dari
pasar tenaga kerj a.
Produktivitas karyawan merupakan bagian penting dari kondisi ekonomi
umum suatu bangsa. Manajer menaruh perhatian terhadap produktivitas
karena hal itu mewakili suatu indikator dari keseluruhan efisiensi suatu
organisasi. Produktivitas adalah suatu keluaran (output) dari barang dan jasa
per unit dibagi masukan (input) sumber daya yang digunakan dalam suatu
proses produksi.
Sifat kebersaingan menunjukkan sejauh mana suatu organisasi dapat
memproduksi barang dan jasa yang dapat memenuhi permintaan pasar
internasional, dan secara simultan dapat memelihara dan mengembangkan
pendapatan riil masyarakat suatu bangsa. Kebersaingan merupakan masalah
yang serius suatu organisasi karena menyangkut seberapa efisien karyawan
berproduksi, seberapa bagus kualitas barang dan j as a dapat diberikan,
seberapa mampu karyawan menangani teknologi baru dan berproduksi pada
biaya yang rendah dan seterusnya. Para spesialis sumber daya manusia harus
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kebersaingan
tersebut.
Pasar tenaga kerja secara langsung mempengaruhi program manajemen
sumber daya manusia. Jika terdapat pekerja lebih banyak daripada pekerjaan
maka biaya rekrutmen menjadi minimal dan sebaliknya. Oleh karena itu,
para manajer sumber daya manusia harus terus-menerus memantau
e EKMA421 4/MODUL 2 2.11
1. Tujuan
Tujuan suatu organisasi tidaklah sama, baik tujuan di dalam maupun di
antara departemen. Departemen-departemen dalam organisasi, biasanya
memiliki tujuan yang mencakup kepuasan karyawan, kelangsungan hidup,
2.12 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
2. Budaya Organisasi
Budaya organisasi mengacu pada suatu sistem nilai yang dipakai dan
dipegang secara bersama-sama oleh para anggota organisasi. Pada dasarnya,
budaya suatu perusahaan dipancarkan dari cara perusahaan tersebut
melakukan bisnis, yaitu cara mana perusahaan memperlakukan pelanggan
dan karyawan, tingkat otonomi atau kebebasan yang ada di departemen atau
kantor yang bersangkutan, dan tingkat loyalitas yang diekspresikan oleh
karyawan perusahaan tersebut.
Budaya dapat memiliki dampak pada perilaku, produktivitas, dan
harapan karyawan. Budaya dapat pula memberikan suatu tanda mengenai
standar kinerja di antara karyawan. Contohnya, budaya dapat memberikan
garis pedoman secara jelas mengenai kedatangan, ketepatan waktu,
kepedulian terhadap kualitas, dan pelayanan terhadap pelanggan.
3. Sifat Tugas/Pekerjaan
Para ahli percaya bahwa tugas, yang untuk dikerjakan, merupakan satu
dari dua faktor yang paling vital yang mempengaruhi manajemen sumber
daya manusia. Para ahli mendeskripsikan manajemen sumber daya manusia
sebagai penyesuaian yang efektif antara sifat dari tugas/pekerjaan dan sifat
dari karyawan yang akan melaksanakan tugas tersebut. Sepanjang karyawan
merasa lebih puas dan produktif terhadap tugas/pekerjaannya, berarti
preferensi mereka sesuai. Artinya, ada kesesuaian antara sifat
tugas/pekerjaan dengan sifat karyawan yang melaksanakan tugas.
4. Kelompok Kerja
Kelompok memainkan peran utama dalam kehidupan individu. Kita
semua barangkali memiliki keluarga, ternan, dan kelompok belajar. Sekali
e EKMA421 4/MODUL 2 2.13
1. Kemampuan Karyawan
Suatu perbedaan karyawan yang mempengaruhi program manajemen
sumber daya manusia adalah berkaitan dengan perbedaan kemampuan.
Kemampuan dapat diklasifikasikan menjadi kemampuan mekanis, koordinasi
motorik, mental atau kemampuan kreativitas. Menurut pendapat banyak ahli
psikologi, ada kemampuan disebabkan oleh faktor genetis sehingga sukar
untuk dirubah melalui pelatihan. Ada pula kemampuan yang mudah untuk
dirubah.
Oleh karena karyawan berbeda dalam kemampuan maka sejauh mana
mereka dapat dilatih dalam suatu keahlian khusus akan bervariasi. Dalam
banyak kasus, suatu bakat dapat dikembangkan ke dalam suatu kemampuan
melalui pelatihan dan pengalaman. Namun demikian, akan lebih bijaksana
menempatkan karyawan dengan kemampuan tertentu di dalam pekerjaan
yang memerlukan kemampuan tersebut.
manusia didisain untuk menciptakan sikap individu yang lebih baik terhadap
pekerjaan.
3. Motivasi Karyawan
Motivasi merupakan seperangkat sikap yang memungkinkan seseorang
cenderung bertindak dalam suatu cara yang diarahkan oleh tujuan yang
spesifik. Dengan demikian, motivasi adalah keadaan batin yang memberikan
kekuatan, menyalurkan, dan melestarikan perilaku seseorang untuk mencapai
tujuan.
Sejumlah teori telah berusaha menjelaskan motivasi kerja. Namun
demikian, teori-teori tersebut berbeda dalam asumsinya mengenai seberapa
rasional seseorang dan seberapa j auh kesadaran atau ketidaksadaran pikiran
mengarahkan perilaku. Fokus perhatian pada saat ini adalah pada pentingnya
motivasi individu dalam pencapaian tujuan organisasional dan individu.
Seorang manajer yang dapat menentukan apa motivasi kerja karyawannya,
akan dapat membuat keputusan mengenai manajemen sumber daya manusia
lebih efektif. Bagi karyawan yang menampakkan orientasi dan motivasi
kerjanya (menjadi) ke arah bekerja keras maka sistem kompensasi insentif
akan memungkinkan membawanya ke arah produktivitas dan kualitas kerja
yang lebih tinggi. Para manajer menggunakan pengetahuannya tentang
motivasi individu untuk memilih program-program manajemen sumber daya
manusianya sebaik mungkin.
4. Kepribadian Karyawan
Setiap karyawan memiliki kepribadian yang unik. Oleh karena itu,
adalah sangat tidak mungkin suatu perangkat aktivitas manajemen sumber
daya manusia atau pendekatan kepemimpinan yang bersifat tunggal akan
dapat menghasilkan keberhasilan yang sama bagi semua karyawan.
Kepribadian diartikan sebagai kekhasan (karakteristik) cara berpikir dan
bertindak seseorang dalam rangka menyesuaikan dengan lingkungannya. Hal
itu mencakup ciri seseorang, nilai, motivasi, cetak biru genetis, sikap, tingkat
reaksi emosional, kemampuan, imej, dan kepandaian, dan termasukjuga pola
perilaku yang nampak.
-
d . ....,.,.
LATIHAN
• = - j-. ::J"C
--- ~
RANGKUMAN
TES FDRMATIF 1
KEGIATAN BELAL.JAR 2
A. PENDAHULUAN
1. Individualisme/Kolektifisme
Budaya dapat berbeda di dalam hal hubungan antara seseorang dengan
keluarganya. Pada beberapa masyarakat, sifat kolektif masih sangat kuat
hingga seumur hidup seseorang. Pada masyarakat kolektif ini, orang-orang
cenderung berpikir dalam pengertian kelompok atau keluarga besar. Dalam
masyarakat yang bersifat kolektif ini, prestasi dan kesej ahteraan kelompok
diutamakan di atas kepentingan individu.
3. Menghindari Ketidakpastian
Hal yang tidak dihindari lainnya adalah tidak mengetahui apa yang akan
terjadi di masa mendatang. Budaya menghindari ketidakpastian yang tinggi
berusaha untuk memprediksi, mengontrol, dan mempengaruhi peristiwa yang
akan datang. Sementara pada budaya menghindari ketidakpastian rendah,
lebih ikhlas menerima segala sesuatu hari demi hari. Sejauh mana kontrol
tersebut mengurangi ketidakpastian maka penggunaan sistem kontrol
manajerial yang kaku lebih mungkin ditemukan pada organisasi dalam
budaya menghindari ketidakpastian tinggi.
4. Sifat Kejantanan
Dimensi terakhir ini mengacu pada pembagian peran untuk laki-laki dan
perempuan yang budaya tertentu melakukannya. Budaya maskulin (bersifat
kejantanan) memiliki pembagian peran jenis kelamin yang ketat. Budaya
feminin tidak memiliki rumusan pembagian peran yang baik. Dari suatu
pandangan organisasional, budaya maskulin akan lebih cenderung tidak
memberikan dukungan terhadap usaha untuk mengintegrasikan wanita ke
dalam manajemen level atas dibanding dengan budaya feminin.
4. Pelatihan Bahasa
Keahlian berbahasa asing penting bagi ekspatriat yang akan ditugaskan
ke luar negeri. Tanggung jawab tentang tersedianya program pelatihan
bahasa terletak pada departemen sumber daya manusia global.
~- :,;;
5
,•
... -
_, w
.,.,.,
LATI HAN
------------------------------------------
____ -.....; - '
-
bangsa tersebut. Oleh karena itu penting bagi manajer sumber daya
manusia untuk menyadari akan persamaan dan perbedaan budaya
tersebut dan mempelajari perbedaan dan persamaan tersebut guna
perencanaan kebijaksanaan sumber daya manusia di arena internasional.
2) Menurut Hofstede, perbedaan budaya nasional tidak banyak mengalami
perubahan pada keseluruhannya, meskipun hanya bersifat supeifisial
(pembimbingan) berkaitan dengan norma dan nilai. Sebagai akibatnya,
budaya nasional akan terus memiliki pengaruh yang kuat pada
keefektifan dari berbagai mac am praktik bisnis.
3) Mengacu pada suatu derajat bahwa kebijaksanaan manajemen sumber
daya manusia sama sebangun dengan rencana strategi internasional dan
dengan nilai yang dikaitkan dengan kerja dari budaya asing di mana
organisasi akan beroperasi.
RANGKUMAN
TES FORMATIF 2
2) Arti kata "sesuai" dalam manajemen sumber daya manusia global adalah
sama dan sebangunnya kebijaksanaan sumber daya manusia dengan ....
A. rencana operasi perusahaan
B. implementasi strategi perusahaan
C. rencana strategi internasional
D. rencana strategi pimpinan perusahaan
KEGIATAN BELAL.JAR 3
1. Prinsip 1:
a. Nilai pelanggan
Kapabilitas unik atau kompetensi inti dapat membantu perusahaan
membangun keunggulan kompetitif melalui peningkatan nilai yang diterima
pelanggan (atau persepsi yang pelanggan terima) dari mengkonsumsi barang
dan jasa perusahaan. Apabila suatu perusahaan gagal mengambil keunggulan
dari kapabilitas uniknya maka akan dapat mendatangkan bahaya. Contoh,
IBM adalah pemilik awal industri komputer hingga tahun 1970-an. Akan
tetapi, karena gagal mengidentifikasi dan melihat pentingnya kemunculan
pasar komputer personal (PC), IBM mengalami kerugian sebanyak 90 juta
dollar dalam pasar kapitalisasi, dan terpaksa menerima tindakan reposisi dan
restrukturisasi organisasional secara drastis. Hal ini menyiratkan bahwa,
penekanan pada nilai pelanggan sebagai kerangka untuk melestarikan
keunggulan kompetitif telah banyak menggunakan sumber daya manusia
• •
orgamsas1.
2.30 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
2. Prinsip 2:
a. Memelihara keunikan
Prinsip kedua keunggulan kompetitif diturunkan dari penawaran suatu
produk atau jasa yang perusahaan pesaing tidak mudah untuk meniru atau
mengkopi. Sebagai contoh, jika Anda membuka suatu restoran yang
melayani ayam goreng dan pesaing membuka restoran yang sama dengan
Anda baik dari segi rasa, biaya, dan persiapan lainnya. Tanpa Anda sadari,
Anda dapat kehilangan bagian pasar dari bisnis Anda dan pindah ke tangan
pesaing. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka restoran Anda perlu sesuatu
yang unik untuk melanjutkan ketertarikan pelanggan. Keunggulan kompetitif
dikatakan berhasil, jika hal itu menambah nilai pelanggan melalui sesuatu
bentuk yang unik.
b. Sumber keunikan
Ada tiga tipe tradisional dari sumber daya untuk menawarkan keunikan
terhadap pelanggan, yaitu kapital finansial, kapital fisik, dan kapital manusia.
Di samping tiga sumber daya tersebut, bisnis juga dapat menawarkan
keunikan bagi pelanggan melalui kapabilitas non-tradisional, yaitu
kapabilitas organisasional. Mekanisme keempat kapital tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
Pertama, suatu bisnis memerlukan finansial, atau ekonomi, atau kapital.
Keunikan ini datang ketika suatu bisnis menerima spesial akses terhadap
pendanaan finansial, atau dapat memproduksi barang dan jasa yang lebih
murah dari yang lainnya. Sebagai contoh, jika dalam restoran ayam goreng
Anda, Anda menerima hadiah finansial dari keluarga atau ternan untuk
membangun restoran tanpa harus mengembalikan hadiah tersebut maka Anda
akan dapat menetapkan tarif untuk produk Anda lebih rendah dari pesaing
Anda yang meminjam uang dari bank atau lembaga keuangan lainnya. Harga
ayam goreng yang lebih murah tersebut akan menjadi sumber keunikan yang
merupakan nilai bagi pelanggan.
e EKMA421 4/MODUL 2 2.33
Organisasi dengan visi strategi yang dapat dinyatakan secara baik, akan
lebih mungkin untuk mencapai keunggulan kompetitif secara berkelanjutan,
dibanding organisasi yang tidak dapat menyatakan secara jelas visinya.
e EKMA421 4/MODUL 2 2.35
Kapabilitas Kondisl
Organisasiona ' Lin_g~~~g.ar1
Kekuatar1 Peluand....
Kelemahar1 Ancama n
Perencanaan Sumberl
Daya Manusia yang
Efektifl
Gambar 2.2.
Suatu Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman (SWOT)
Sumber: Bernardin, H.J. dan Russell, J.E.A., (1998), Human Resource Management:
An Experiental Boston: Approach, 2nd Edition, McGraw-Hill Companies, Inc.
2. Implementasi Strategi
Adalah penting bagi organisasi untuk menginformasikan kepada
karyawannya tentang misi strategi organisasi. Sebagai contoh, pada
perusahaan Motorola, karyawan perusahaan tersebut turut menginformasikan
tentang rencana strategi perusahaan, tujuan dan kinerja perusahaan.
Karyawan menerima data kinerja perusahaan berkaitan dengan tujuan dan
data bench-mark pada basis kwartalan.
Praktik manajemen sumber daya manusia, berupa mekanisme yang
digunakan untuk memusatkan perhatian para karyawannya pada isu strategi
utama dalam suatu organisasi. Sebagai contoh, jika organisasi menekankan
pada biaya atau strategi deferensiasi, beberapa perubahan di dalam akti vitas
manajemen sumber daya manusia dapat memungkinkan strategi tersebut
menjadi fokus utama organisasi. Perubahan-perubahan yang perlu dilakukan
jika perusahaan menerapkan strategi tersebut, misalnya perusahaan perlu
multi keahlian karyawan; staf yang lebih sedikit dan kurang berpengalaman;
delegasi dan tanggung jawab yang luas dan dalam; suatu fokus pada
pengupahan yang berbasis kinerja dengan sangat menekankan pada efisiensi
dan dampak keuangan.
e EKMA421 4/MODUL 2 2.37
.
,
"' -
..,..,.:-
; :::i '(
LATIHAN
• ~ I
----~ -
1) Konsep nilai tidak hanya meliputi harga dan kualitas, tetapi juga
kemudahan membeli, pelayanan purna jual, yang dapat diandalkan. Oleh
karena itu, strategi organisasi harus diarahkan pada pembentukan
sumber daya organisasi yang didasarkan pada pemahaman menyeluruh
mengenai pelanggannya. Untuk memastikan bahwa pelanggan menerima
nilai dari transaksinya maka semua karyawan perlu difokuskan pada
pemahaman terhadap kebutuhan dan harapan pelanggan. Hal ini
mensyaratkan bahwa data pelanggan digunakan dalam pendisainan
proses produk atau jasa dan nilai pelanggan digunakan sebagai kriteria
utama produk atau jasa. Perusahaan harus terus mendorong kepada
orientasi pelanggan dan orientasi pemasaran secara mendalam ke dalam
organisasi, dengan sistem manajemen sumber daya manusia yang
didasarkan pada model pelanggan dan pemasok internal serta bagaimana
mereka berhubungan dengan pelanggan ekstemal. Manajemen kinerja
dan sistem penghargaan pun didisain dengan menggunakan orientasi
pasar (pelanggan) tersebut.
2) Sumber keunikan yang berasal dari kapital manusia mengacu pada
keahlian dan kemampuan individu anggota, organisasi, termasuk
pelatihan, kepakaran, pengalaman, kreativitas, dan hubungan mereka.
Pentingnya keahlian dan kemampuan individu tidak terbatas pada
mereka yang ada di puncak organisasi, tetapi juga kontribusi dari
individu pada setiap level organisasi. Kapital manusia memiliki banyak
agenda berkaitan dengan kompetensi inti organisasi, yaitu apa yang
terbaik bagi organisasi dan bagaimana itu berbeda, dengan pesaing.
Meningkatnya langkah-langkah perubahan yang diperlukan melalui
2.40 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
RANGKUMAN
TES FORMATIF 3
Daftar Pustaka
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAL.JAR 1
Analisis Jabatan
A. PENDAHULUAN
Gambar 3.1.
Langkah-langkah dalam Proses Analisis Jabatan dan Hubungannya dengan
Manajemen Sumber Daya Manusia serta Desain Jabatan
Menurut Ivancevich (1992) dan Dessler (2000), ada empat metode dasar
populer yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data analisis jabatan,
yaitu observasi, wawancara, kuesioner, catatan/buku harian pemegang
j abatan (person yang saat ini bekerj a pada j abatan yang bersangkutan).
Dalam praktik, keempat metode tersebut dapat digunakan secara sendiri-
sendiri atau dikombinasikan, dipilih mana yang paling sesuai dengan tujuan.
Contoh, metode wawancara barangkali cocok untuk menciptakan deskripsi
j abatan, sedangkan kuesioner analisis posisi lebih cocok untuk menentukan
nilai jabatan untuk tujuan kompensasi.
Setiap metode tersebut, informasi tentang jabatan dikumpulkan dan
dikaji dalam kerangka tugas yang diselesaikan oleh pemegang jabatan.
J abatan tersebut dapat dianalisis dalam pengertian perilaku atau apa yang
dilakukan oleh pemegang jabatan dalam rangka melaksanakan jabatan
tersebut (misal, menghitung, mengkoordinasi, dan negosiasi).
Pelaksanaan analisis tersebut biasanya melibatkan suatu usaha kerja
sama antara spesialis sumber daya manusia, pekerj a, dan penyelia. Spesialis
sumber daya manusia dapat melakukan observasi dan analisis jabatan,
kemudian mengembangkan deskripsi dan spesifikasi jabatan. Pekerja dan
penyelia dapat membantu mengisi kuesioner, menelaah, dan memverifikasi
kesimpulan dari analis jabatan berkaitan dengan aktivitas dan kewajiban
j abatan yang bersangkutan. Secara lebih detail, keempat metode terse but
akan dijelaskan sebagai berikut.
1. W awancara
Ada tiga tipe wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data
analisis jabatan, yaitu wawancara individu dengan setiap karyawan,
kelompok dengan kelompok karyawan yang memiliki jabatan yang sama,
penyelia dengan satu atau lebih penyelia yang lain, yang memiliki
pengetahuan yang baik dan lengkap tentang jabatan yang sedang dianalisis.
Biasanya satu set pertanyaan yang terstruktur digunakan dalam wawancara,
sehingga jawaban dari individu atau kelompok dapat dibandingkan.
Wawancara kelompok digunakan apabila ada sejumlah besar karyawan
melakukan pekerjaan yang mirip atau identik.
Suatu permasalahan utama metode wawancara adalah adanya
kemungkinan dalam mengumpulkan informasi datanya tidak akurat. Sebagai
e EKMA421 4/MODUL 3 3.13
2. Kuesioner
Penggunaan kuesioner merupakan metode yang paling murah untuk
mengumpulkan informasi, karena kuesioner sangat efektif untuk
mengumpulkan informasi dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif
singkat. Oleh karena itu, kuesioner digunakan jika masukan yang diperlukan
banyak dengan faktor waktu dan biaya yang terbatas.
Kuesioner analisis j abatan biasa terdiri dari 3 sampai 5 halaman, berisi
pertanyaan-pertanyaan baik yang bersifat obyektif maupun open-ended. Bagi
jabatan yang telah ada, pemegang jabatan mengisi kuesioner, kemudian
diperiksa oleh atasan pemegang jabatan yang bersangkutan dan dikembalikan
kepada analis j abatan. Apabila j abatan yang sedang dianalisis baru,
normalnya, kuesioner dikirim kepada manajer yang akan mensupervisi
karyawan dalam jabatan baru tersebut. Sedangkan, jika jabatan yang sedang
dianalisis tersebut kosong, tetapi merupakan duplikat dari bagian lain dalam
organisasi maka kuesioner diselesaikan oleh pemegang jabatan pada jabatan
duplikatnya tersebut.
Kekurangan utama dari metode ini adalah adanya kemungkinan salah
interpretasi terhadap informasi baik oleh responden maupun analis j abatan.
Di samping itu, pengembangan kuesioner yang memakan waktu dan mahal.
Suatu variasi metode kuesioner yang populer adalah pemegang jabatan
menulis deskripsi jabatan yang senyatanya, serta disetujui oleh supervisi.
Keunggulan pendekatan ini adalah pemegang jabatan pada umumnya paling
banyak pengetahuannya tentang jabatan tersebut.
3. Observasi
Observasi merupakan salah satu metode analisis j abatan yang relatif
sederhana dan langsung bermanfaat, khususnya, jika jabatan-jabatan terutama
berisi akti vitas fisik yang dapat dilihat (contoh perakit, tenaga akunting). Di
sisi lain, metode ini umumnya tidak tepat jika jabatan yang dianalisis
3.14 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
INPUT INFORMASI
Sumber Informasi J abatan TingkatPenggunaan
Nilailah tiap-tiap butir berikut ini dalam
hal sej auh mana butir tersebut \A Tidak diterapkan
digunakan oleh pekerj a sebagai suatu 1 Nominal/sangat jarang
sumber informasi dalam pelaksanaan 2 Kadang-kadang
jabatannya. 3 Moderat
4 Sungguh-sungguh
Sumber-Sumber Visual Informasi
5 Sangat substansial
Jabatan
No Nilai
1 4 Bahan-bahan tertulis (buku, laporan, catatan kantor,
artikel, instruksi jabatan, dsb.)
2 2 Bahan-bahan kuantitatif (grafik, rekening, spesifiksi,
tabel, dsb.)
3 1 Bahan-bahan gambar (gambar, cetak biru, diagram, peta,
film foto, film X-ray, gambar TV, dsb.)
4 1 Pola/berkaitan dengan rencana (template, stensil, pola,
dsb. Tidak termasuk yang telah disebutkan dalam no. 3 di
atas)
No Nilai
5 2 Peragaan visual (dials, gauges, lampu signal, jam,
speedometer, dsb.)
6 5 Alat pengukuran (penggaris, skala, pipet, termometer,
dsb. Tidak termasuk no.5)
7 4 Alat mekanis (mesin, kunci, onderdil, dsb.)
8 3 Bahan-bahan dalam proses (bahan mentah, bahan
penolong, dsb.)
9 4 Bahan tidak dalam proses
10 3 Ciri-ciri alam (lapangan, pekarangan, sampel geologi,
dsb.)
11 2 Segi lingkungan yang dibikin manusia (struktur,
bangunan, damjalan raya, jembatan, dsb.)
Gambar 3.2.
Bagian Halaman Lengkap Dari PAQ
Tabel 3.1.
Tingkat Kesulitan Fungsi-Fungsi Pekerja Dalam FJA
Sumber: lvancevich (1992); Byars dan Rue (1997); Bernardin dan Russell (1998);
Dessler (2000)
Tabel 3.2.
Sembilan Kategori Pekerjaan yang Digunakan DOT
Pada Gambar 3.3, ringkasan yang dihasilkan dari prosedur DOL berisi
beberapa tipe informasi. Nama j abatan ditulis pertama kali. Juga daftar
industri di mana jabatan tersebut ditemukan dan kode klasifikasi industri
standar. Ada satu atau dua kalimat singkat tentang j abatan dan penilaian
fungsi pekerja untuk data, orang dan benda (dalam hal ini 5, 6, 2). Ini
menunjukkan bahwa dalam kaitannya dengan level kesulitan, diharapkan
untuk data adalah mengkopi, untuk orang adalah berbicara dengan isyarat,
dan untuk benda adalah mengkontrol operasi. Dengan demikian, akhirnya
orang yang dipersyaratkan oleh jabatan adalah spesifik (tertentu), misalnya,
dalam hal sifat dan temperamen.
3.20 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
Gambar 3.3.
Contoh Hasil Analisis Jabatan Fungsional
Tabel 3.3.
Kategori MPDQ
6. Konsultasi kernajuan
7. Otonorni tindakan
8. Persetujuan mengenai kornitrnen keuangan
9. Pelayanan staf
10. Supervisi
11. Kerurnitan dan stres
12. Tanggung jawab kernajuan keuangan
13. Tanggung jawab personel yang luas
..
I
----
I ~
. · - --.
...._
•
·-
·
•
.... >!'
"!"
_.,.,
~
..
.
LA T I HAN
-----------------------------------------
RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TES FDRMATIF 1
KEGIATAN BELAL.JAR 2
A. PENDAHULUAN
B. DESKRIPSI JABATAN
C. SPESIFIKASI JABATAN
D. DISAIN JABATAN
1. Pendekatan Mekanistik
Disain jabatan telah menjadi isu sentral dalam model manajemen
saintifiknya Taylor. Disain jabatan Taylor merupakan contoh yang sangat
bagus untuk pendekatan rasional. Dalam disain menunjukkan bagaimana
perspektif disain jabatan tertentu berfokus lebih berat pada produktivitas
daripada kepuasan.
Karya Taylor dan prinsip-prinsip manajemen ilmiah (scientific
management) telah mengawali suatu perhatian yang besar dalam studi
e EKMA421 4/MODUL 3 3.33
2. Pendekatan Motivasional
Gagasan tentang peningkatan kepuasan kebutuhan karyawan sebagai
cara pendisainan j abatan berasal dari teori moti vasi kerj a dua faktor Frederick
Herzberg. Ide dasarnya adalah karyawan akan termotivasi oleh jabatan yang
meningkatkan rasa harga diri mereka. U saha peningkatan kepuasan
kebutuhan karyawan dalam kaitannya dengan pendisainan jabatan dapat
dilakukan melalui pengayaan jabatan. Pengayaan jabatan (job enrichment),
adalah berusaha untuk mendisain jabatan dalam rangka membantu
pemegang jabatan memuaskan kebutuhan mereka untuk tumbuh, dikenal, dan
memperoleh tanggung jawab. Pengayaan jabatan berbeda dengan perluasan
jabatan (job enlargement). Pada pengayaan jabatan, jabatan diperluas secara
vertikal; karyawan diberi tanggung jawab yang sebelumnya merupakan
tanggung jawab jabatan supervisor.
·.·~
.- .!
·- .
_ .· · . ;
,· - .. _ ...,.,
-~
LATIHAN
---------------------
•
-·---~ ~ .
TES FDRMATIF 2
5) Menurut Byars dan Rue, salah satu fase proses disain j abatan secara
umum adalah ....
A. spesifikasi tugas individu
B. spesifikasi tugas kelompok
C. identifikasi jabatan
D. spesifikasi j abatan
KEGIATAN BELAL.JAR 3
A. PENDAHULUAN
..
Jika kelebihar. Jika kekurangar.
.. ...
Keputusanl
Keputusanl
Keputusan - Lembur, dll
..
,
- Pemberhentian
tindakarr - Pengunduran
diri, dl1
Selesa ~ Selesa ~
Gambar 3.4.
Proses Perencanaan Sumber daya Manusia
Tabel 3.4.
Contoh Peramalan Pekerjaan Proyeksi Tren untuk Rugby Sporting Goods
Peramalan Karyawan
Sensus
Data Aktual Untuk
Penjualan Karyawan
(Tahun) Tingkat Produktivitas
Tahunan Naik 3 Persen
1999 Rp1 00.000.000,00 5.000 5.000
2000 120.000.000,00 6.000 5.825
2001 140.000.000,00 7.000 6.598
2002 160.000.000,00 8.000 7.321
Peramalan Ramalan Penjualan Ramalan
Karyawan
2003 180.000.000,00 9.000 7.996
2004 200.000.000,00 10.000 8.626
Tabel 3.5.
Perpindahan Perawat Selama 2002
I 300 70 60 310
II 600 50 60 590
Ill 400 45 60 385
Tabel 3.6.
Probabilitas Transisi Perawat
Dapat
Kehilangan Probabilitas Daya
Rumah Sakit 2002 Mempertahankan
Perawat Tahan
Perawat
di mana
y -- jumlah pekerja yang dibutuhkan xl -- penjualan
A -- Konstanta x2 -- efisiensi angkatan kerj a
B -- angka koefisien regresi x3 -- produkti vitas per pekerj a
U ntuk lebih detailnya, analisis regresi dapat dipelaj ari pad a sebagian
besar buku-buku statistik.
Umumnya, para manajer akan memulai dari daftar nama jabatan dalam
unit. Daftar tersebut juga mencatat jumlah pemegang jabatan pada masing-
masing jabatan. Manajer, kemudian, mengevaluasi baik jumlah personel
maupun keahliannya pada saat ini. Selanjutnya, pertimbangan akan diberikan
terhadap efek dari kehilangan yang diperkirakan akan terjadi melalui
pengunduran diri, promosi atau alasan lainnya.
Evaluasi manajer yang di dasarkan pada jumlah karyawan saat ini
memiliki dua asumsi yang menyatu ke dalam: 1) penggunaan yang terbaik
telah dibuat dari karyawan yang tersedia, dan 2) permintaan produk dan jasa
unit tahun mendatang akan sama dengan saat ini. Dengan memperhatikan
asumsi pertama, manajer dapat mengkaji disain jabatan dan beban kerja
masing-masing karyawan. Manajer juga dapat mempertimbangkan
produktivitas karyawan dalam unit dengan membandingkan biaya per produk
atau jasa yang dihasilkan oleh unit yang sama dalam organisasi yang
bersangkutan atau organisasi lain. Tingkat produksi yang lalu dapat
dibandingkan dengan produktivitas saat ini, setelah penyesuaian terhadap
perubahan dalam j abatan, a tau evaluasi subyektif dapat dibuat dari
produktivitas karyawan tertentu dibanding karyawan lainnya.
Suatu permasalahan timbul tentang "bagaimana jika pendekatan atas-
bawah dan bawah-atas sama-sama digunakan dan peramalannya apakah ada
e EKMA421 4/MODUL 3 3.47
dapat diisi dengan karyawan yang ada saat ini. Jika kekurangannya adalah
karyawan yang sangat terlatih maka kemungkinannya adalah melakukan
pelatihan dan promosi karyawan yang ada saat ini serta dibarengi dengan
rekrutmen karyawan yang memiliki keahlian lebih rendah. Di samping itu,
dapat juga dilakukan pemanggilan kembali karyawan yang telah
diberhentikan sebelumnya. Dapat juga mempekerjakan orang dari luar
organisasi secara part-time atau full-time atau beberapa pekerjaan dapat
dikontrakkan kepada organisasi yang lain.
LATIHAN
____........
RANGKUMAN
TES FDRMATIF 3
Daftar Pustaka
Byars, L.L. dan Rue, L.W. (1997). Human Resource Management. 5th
Fisher, C.D., Schoenfeldt, L.F. dan Shaw, J.B. (1990). Human Resource
Management. Houghton Mifflin Company.
Miner, J.B. dan Crane, P.C. (1996). Human Resource Management: The
Strategic Perspective. New York: HarperCollins College Publisher
Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart, B. dan Wright, P.M. (2000). Human
Resource Management: Gaining a Competitive Advantage. 3rd Edition.
Boston: McGraw-Hill Companies, Inc.
PENDAHULUAN
Sifat dan persyaratan suatu jabatar: Jumlah jabatan tertentu untuk diisL
11 Sumbernya?:
Rekrutmeri 11
Seberapa bermutu calor:
Pool, pelamar yang yang akan direkrut?
bermutu 11
Siapa yang merekrut?:
11
Bujukan untuk melamar1
Seleks~
Gambar 4.1.
Hubungan Antara Analisis Jabatan, Perencanaan Sumber Daya Manusia,
Rekrutmen, dan Seleksi
KEGIATAN BELAL.JAR 1
A. PENGERTIAN REKRUTMEN
150
Calon yang diwawancara (3 : 2)
Gambar 4.2.
Recruiting Yield Pyramid
1. Somber Internal
Pada dasarnya, lowongan j abatan dapat diisi secara internal melalui tiga
cara, yaitu 1) melalui transfer, yaitu mentransfer seorang karyawan dari satu
jabatan ke jabatan lain yang serupa dalam satu perusahaan; 2) melalui
promosi, yaitu mempromosikan seorang karyawan dari suatu jabatan yang
lebih rendah ke jabatan yang lebih tinggi tingkatannya; 3) melalui
peningkatan (upgrading), yaitu meningkatkan level pendidikan atau keahlian
seorang karyawan yang pada saat ini memegang jabatan.
Suatu pendekatan untuk mengidentifikasi individu-individu yang cocok
untuk promosi atau peningkatan adalah memanfaatkan inventori sumber daya
manusia dari angkatan kerj a yang ada. Organisasi meneliti inventori dari
calon-calon yang berkualitas. Selanjutnya, calon-calon tersebut diminta untuk
melamar posisi yang ditawarkan jika mereka tertarik.
Berkaitan dengan sumber karyawan internal ini, Byars dan Rue (1997)
berpendapat, jika suatu organisasi dapat efektif dalam perekrutan dan seleksi
karyawan di masa lalu maka salah satu sumber bakat yang terbaik adalah
karyawan yang dimilikinya (internal). Oleh karena itu, organisasi perlu
membuat persediaan keahlian (skill inventory) untuk digunakan pada saat
mengidentifikasi pelamar internal bagi suatu lowongan j abatan tertentu.
Untuk membantu masalah persediaan keahlian ini, dapat digunakan suatu
pendekatan yang disebut job posting and bidding. Pendekatan ini bersifat
komputer yang mudah diakses oleh karyawan. Perangkat lunak komputer
tersebut memungkinkan karyawan untuk menyesuaikan (to match) antara
jabatan yang tersedia dengan keahlian dan pengalaman mereka. Perangkat
lunak komputer tersebut, kemudian dapat menginformasikan di mana letak
kesenjangan yang ada sehingga karyawan mengetahui apa yang mereka
perlukan jika mereka ingin berkompetisi untuk suatu jabatan tertentu.
Di waktu yang lalu, job posting sedikit lebih tertinggal daripada
penggunaan buletin dinding dan publikasi perusahaan untuk advertensi
pembukaan jabatan. Saat ini job posting telah menjadi salah satu teknik
perekrutan yang lebih inovatif, yang digunakan oleh organisasi dan
4.6 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
3. Perekrutan Eksternal
Apabila organisasi telah kehabisan pasokan pelamar internalnya maka
harus beralih kepada sumber ekstemal untuk melengkapi tenaga kerjanya.
Banyak metode tersedia untuk perekrutan eksternal, di antaranya menurut
lvancevich, 1992 adalah melalui media advertensi, agen penempatan tenaga
kerja, perusahaan pencari eksekutif, dan acara-acara khusus untuk perekrutan
(special events recruiting).
4. Media Advertensi
Organisasi memasang advertensi untuk mendapatkan calon karyawan
baru. Berbagai media dapat digunakan dan yang paling umum adalah iklan
lowongan pekerjaan melalui koran. Di samping itu, dapat juga digunakan
publikasi bisnis dan profesional. Media lain adalah billboard, radio, telepon,
TV dan sekarang banyak digunakan internet.
Dalam pembuatan advertensi tentang rekrutmen, tempat yang paling baik
untuk memulai adalah citra perusahaan. Sebagai contoh, General Mills
menggunakan logo Trix Cereal-nya untuk menciptakan pengakuan seketika
oleh para lulusan MBA. Namun demikian, menggunakan logo perusahaan
semata-mata tidaklah cukup. Advertensi harus konsisten dengan citra
perusahaan secara keseluruhan. Artinya, advertensi harus mencerminkan nilai
perusahaan yang sedang mencari karyawan.
e EKMA421 4/MODUL 4 4.7
Kepada para calon yang berada pada urutan lebih rendah dari daftar calon
yang terpilih, diberitahukan bahwa mereka akan dipertimbangkan dan
dipanggil jika mahasiswa yang terpilih pada urutan di atasnya tidak
menerima (menolak) pekerjaan yang telah ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan.
Mahasiswa yang diundang ke tempat kerja banyak menerima informasi
tentang jabatan dan bertemu dengan supervisor serta eksekutif yang cukup
potensial. Para mahasiswa tersebut kemungkinan juga akan menerima
serangkaian tes, untuk keperluan itu semua organisasi yang akan
menanggung biayanya. Suatu tawar-menawar akan terjadi pada gaji dan
kesejahteraan, tergantung pada pasar kerja pada saat itu. Selanjutnya, calon
akan memutuskan untuk menerima atau menolak tawaran pekerjaan tersebut.
1. Kerja Lembur
Apabila perusahaan sedang menghadapi tekanan untuk memenuhi
sasaran produksi, hal ini dapat berarti bahwa karyawan perlu untuk bekerja
lembur. Dengan memiliki karyawan yang mau bekerja lembur maka
organisasi dapat menghindari biaya perekrutan dan memiliki tambahan
karyawan. Kerja lembur dapat memberikan pendapatan tambahan bagi
karyawan. Namun demikian, terdapat beberapa masalah potensial yang
berkaitan dengan kerja lembur ini, yaitu timbulnya masalah kelelahan,
meningkatnya kecelakaan, dan meningkatnya absensi karyawan.
Oleh karena itu, kerja lembur dianggap merupakan suatu alternatif
rekrutmen hanya dalam pengertian bahwa hal itu karena terpaksa dan dalam
waktu relatif pendek. Kerja lembur yang berlangsung terus-menerus
seringkali mengakibatkan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi dan
mengurangi produktivitas.
4.10 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
Tabel 4.1.
Peran Manajer Operasi (MO) dan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
Perekrutan
QH= PR+HP+HR
N
di mana:
QH -- kualitas dari pengangkatan calon
PR -- nilai (rating) rata-rata kinerja jabatan dari karyawan yang baru
diangkat (misal, 19 butir pada skala penilaian dan pada poin 4 dari
5 poin penilaian, j adi 19 x 4= 7 6).
HP -- persentase karyawan baru yang dipromosikan dalam satu tahun
pertama ( misal 3 9 persen).
HR -- persentase karyawan baru yang bertahan setelah satu tahun (misal,
89 persen)
N -- jumlah indikator yang digunakan
4.14 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
. . 76 + 39 + 89
Dengan dermk1an, QH = - - - - -
3
=68%
·~~ -~
!
, ~
- -..--c
...
__.;..
....,_,..
LATIHAN
•
-- --~ - '
RANGKUMAN
TES FORMATIF 1
KEGIATAN BELAL.JAR 2
A. PENDAHULUAN
1. Lingkungan Internal
Lingkungan internal merupakan lingkungan yang dapat mempengaruhi
proses seleksi suatu organisasi. Biasanya sektor swasta yang terdiri dari
sektor manufaktur dan jasa menggunakan metode yang sama, sedangkan
untuk sektor publik menggunakan metode yang berbeda. Secara tradisional,
seleksi pada sektor publik telah dibuat atas basis yang bersifat politik
patronage atau merit. Sistem patronage memberi jabatan kepada mereka
yang telah bekerja kepada pejabat publik yang terpilih. Sistem yang ideal
dalam memilih karyawan secara sistematik adalah pemilihan dengan sistem
merit mumi, yaitu pemilihan yang didasarkan pada kemampuan dan
pengalaman karyawan.
Selain metode seleksi, ada aspek organisasi lain yang dapat
mempengaruhi seleksi yaitu ukuran organisasi, kekomplekan, dan teknik
seleksi yang canggih. Teknik-teknik seleksi yang valid, reliabel dan
sistematik pada umumnya mahal sehingga hanya organisasi yang besar saja
yang mampu menggunakan teknik semacam itu. Demikian pula, jika
organisasi kompleks yang memiliki banyak jabatan dengan hanya sedikit
karyawannya maka dengan menggunakan teknik seleksi yang canggih akan
menghemat biaya.
4. Tuntutan Pemerintah
Kondisi lingkungan keempat yang mempengaruhi seleksi adalah
pemerintah. Sebagai contoh, pemerintah mensyaratkan organisasi untuk
mempekerjakan para invalid (penderita cacat) dalam proporsi tertentu.
Memberikan peluang bekerja yang sama (equal) bagi semua penduduk. Tidak
mempekerjakan buruh anak dan lain sebagainya.
6. Lokasi Organisasi
Lokasi organisasi juga mempengaruhi proses seleksi. Banyak
perusahaan-perusahaan yang menempatkan lokasi pabriknya di daerah
tertentu karena banyak pasokan karyawannya. Sebagai contoh, perusahaan
tekstil yang banyak memerlukan tenaga tidak ahli (unskilllabor) ditempatkan
di daerah yang padat penduduknya seperti di Jawa.
C. PROSES SELEKSI
Analisis-beban-kerja -dar.
t
Deskripsi Jabatan
- ---- ----tenaga-kerja-- --- --
Spesifikasi Jabatan
Pelamarl
Alat-alat penyaring
Formulir lamaran
wawancara'
Berbagai tes
Tes -kesehatar
lnduksl
Gambar 4.3.
Hubungan Antara Seleksi, Analisis Jabatan, Perencanaan Sumber Daya
Manusia, dan Program Perekrutan
1. Penyaringan Pendahuluan
Penyaringan awal ditujukan untuk mengurangi pelamar yang jelas-jelas
tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal ini akan mengurangi
waktu dan biaya seleksi yang dikeluarkan. Sebagai contoh, seluruh pelamar
diberi wawancara penyaringan selama 10 menit untuk menentukan apakah
mereka memiliki pendidikan, pelatihan, minat, dan pengalaman yang
diperlukan untuk jabatan yang bersangkutan. Pewawancara dapat juga
memberikan informasi kepada pelamar tentang sifat dasar dan persyaratan
minimal dari jabatan yang sedang ditawarkan (lowongan).
J ika tuntutan dari organisasi nampak sesuai dengan kualifikasi dan minat
pelamar dalam penyaringan awal tersebut maka pelamar diminta untuk
melengkapi formulir lamarannya dan selanjutnya mengikuti proses seleksi
tahap berikutnya. Adakalanya seorang pelamar tidak berkualifikasi untuk
suatu jabatan tertentu, tetapi berkualifikasi untuk yang lainnya. Jika individu
yang sedang menjalankan proses penyaringan tersebut diberi informasi
seluruh kebutuhan sumber daya manusia organisasi maka mereka akan dapat
menyesuaikan denganjabatan yang cocok untuk kualifikasi mereka.
3. Melaksanakan Testing
Tes untuk pelamar, biasanya diselenggarakan setelah wawancara
pendahuluan dilaksanakan dan blanko lamaran telah diperiksa. Tes
dikembangkan dalam usaha untuk menemukan cara pengukuran kualifikasi
pelamar yang lebih objektif. Suatu pengembangan dan pengadministrasian
program testing yang memadai, dapat memberikan cara penilaian pelamar
pekerj aan yang lebih obyektif dan meningkatkan akurasi proses seleksi.
Beberapa tes yang umum digunakan adalah sebagai berikut.
c. Tes bakat
Tes bakat berusaha mengukur kemampuan belajar pekerjaan tertentu
atau mengukur kapasitas seseorang, yaitu kemampuan potensial untuk belajar
dan melaksanakan pekerjaan. Tes ini dapat berupa multi bakat atau bakat
tertentu. Beberapa tes yang lebih sering digunakan mengukur kemampuan
4.24 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
d. Tes kepribadian
Tes kepribadian berusaha mengukur karakteristik kepribadian seperti
orientasi penyelesaian pekerj aan, kekuasaan, dan kemampuan bersosialisasi.
Oleh karena terdapat kesulitan dalam memvalidasi (memiliki masalah
validitas dan reliabilitas yang rendah) dari basil tes ini maka tes kepribadian
tidak berkembang dalam penggunaannya. Dua tes kepribadian yang telah
dikenal baik, yaitu Rorwhach inkblot test dan Thematic Apperception Test
(TAT). Dalam Rorschach inkblot test, pelamar ditunjukkan serangkaian kartu
yang berisi inkblot dalam berbagai ukuran dan bentuk. Pelamar, kemudian
diminta untuk mengemukakan pendapatnya tentang inkblot tersebut menurut
persepsinya. Sedangkan dalam TAT pelamar diperlihatkan gambar situasi
kehidupan nyata untuk diinterpretasi. Melalui kedua metode tersebut,
individu didorong untuk melaporkan apa pun yang muncul dalam pikiran.
Interpretasi dari respon tersebut menuntut adanya keputusan yang bersifat
subjektif dan jasa ahli psikologi yang berkualitas. Di samping itu, respon
terhadap tes kepribadian dapat juga dengan mudah dipalsukan (dikarang-
karang). Oleh karena itu, tes kepribadian pada saat ini digunakan sangat
terbatas dalam keputusan seleksi.
e. Tes psikomotor
Tes psikomotor mengukur kekuatan, keterampilan, dan koordinasi
seseorang. Keterampilan jari-jemari, keterampilan manual, kecepatan
pergerakan tangan adalah beberapa kemampuan psikomotor yang dapat dites.
Kemampuan tes semacam itu kemungkinan untuk mengangkat karyawan
untuk mengisi pekerj aan bagian perakitan.
e EKMA421 4/MODUL 4 4.25
f Tes minat
Tes minat didesain untuk menentukan seberapa tinggi minat seseorang
dibanding dengan minat keberbasilan seseorang dalam jabatan tertentu. Tes
ini menunjukkan pekerjaan atau area pekerjaan mana yang paling diminati
pelamar. Dasar asumsi dalam penggunaan tes minat adalab, babwa orang
akan lebib memiliki kemungkinan untuk sukses dalam pekerjaan yang
mereka sukai. Problem utama penggunaan tes minat untuk tujuan seleksi
adalab babwa respon terbadap pertanyaan tidak selalu jujur.
g. Tes polygraph
Terkenal sebagai detektor kebobongan (lie detector), yaitu suatu alat
yang merekam perubaban secara fisik pada tubub di saat subjek tes
menjawab serangkaian pertanyaan. Catatan polygraph berfluktuasi sesuai
tekanan darab, pernafasan, dan keringat pada suatu pergerakan gulungan
kertas grafik. Penggunaan polygraph tergantung pada serangkaian asumsi
sebab-akibat; seperti stres menyebabkan perubaban psikologis tertentu dalam
badan; takut dan merasa bersalab menyebabkan stres; bobong menyebabkan
rasa takut dan bersalab. Teori dibalik penggunaan tes polygraph menganggap
suatu bubungan langsung antara respon subjek terbadap pertanyaan dan
respon psikologis dicatat pada polygraph. Bagaimanapun juga, mesin
polygraph itu sendiri tidak mendeteksi kebobongan, tetapi banya mendeteksi
perubaban secara psikologis. Operator barus menginterpretasikan data yang
dicatat oleb mesin. Dengan demikian, detektor kebobongan yang sebenarnya
adalah operator, bukan mesin.
i. Memeriksa referensi
Banyak organisasi menyadari pentingnya pemeriksaan referensi dan
menyediakan ruang pada formulir aplikasi untuk menuliskan referensi.
Sebagai bagian dari proses seleksi, pelamar diminta untuk menyerahkan
referensi atau surat rekomendasi dari individu, sekolah, atau karyawan
organisasi. Referensi tersebut menunjukkan perilaku masa lalu dan seberapa
baik pelamar telah menjalankan pekerjaannya. Agar surat rekomendasi
bermanfaat maka harus memenuhi kondisi tertentu berikut.
1) Penulis rekomendasi harus mengetahui tingkat kinerja pelamar dan
memiliki kompetensi untuk menilainya.
2) Penulis rekomendasi harus mengkomunikasikan evaluasi secara efektif
kepada majikan yang potensial.
3) Penulis rekomendasi harus penuh kejujuran.
j. Melaksanakan wawancara.
Mewawancara calon karyawan masih merupakan alat yang paling
penting dan paling banyak digunakan dalam proses seleksi. Wawancara yang
efektif memungkinkan pewawancara belajar lebih banyak tentang latar
belakang pelamar pekerjaan, serta minat. Nilai wawancara hanya suatu cara
untuk mendapatkan informasi tertentu tentang pelamar, seperti kemampuan
berkomunikasi, sikap, dan klarifikasi informasi yang telah dituliskan oleh
pelamar pada blanko lamaran. W awancara juga memungkinkan pewawancara
memberikan informasi kepada pelamar lebih lengkap tentang pekerjaan yang
sedang ditawarkan organisasi. Lebih lanjut mengenai wawancara ini akan
dibahas pada Kegiatan Belajar 3.
Dalam organisasi yang lebih kecil yang tidak memiliki unit manajemen
sumber daya manusia, manajer operasi merupakan pihak pembuat keputusan
berkaitan dengan seleksi. Dalam organisasi menengah dan besar, baik
manajer operasi maupun manajer sumber daya manusia terlibat keputusan
berkaitan dengan seleksi (lihat Tabel 4.2).
Dalam beberapa organisasi, karyawan dilibatkan dalam proses seleksi.
Pelamar diwawancarai oleh karyawan, yang kemudian karyawan tersebut
diminta untuk mengemukakan preferensi mereka. Sebagai contoh di Amerika
misalnya, banyak universitas menggunakan prosedur ini di mana fakultas
menyatakan preferensinya terhadap pelamar, juga di Lincoln Electric
Company, Develand, kelompok pekerja merekrut, menseleksi, menempatkan
atau menambah karyawan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa keputusan berkaitan dengan seleksi
akan lebih efektif jika melibatkan banyak orang dan jika informasi yang
memadai diberikan kepada calon yang diseleksi.
Tabel 4.2.
Peran Manajer Operasi dan Sumber Daya Manusia dalam Seleksi
1. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada seberapa stabil suatu pengukuran yang
dilakukan berulang-ulang atas berbagai kondisi testing, Sebagai contoh
sederhana, bayangkan bahwa Anda berusaha menggunakan seutas tali untuk
mengukur tinggi badan seseorang dalam satuan meter dan sentimeter. Jika
dalam hal yang sama Anda mengukur sebanyak tiga kali menghasilkan basil
yang berbeda, katakan hitungan, pertama 1 meter 30 senti, sedangkan
hitungan kedua 2 meter dan ketiga 1 meter 70 senti maka Anda tidak akan
tahu berapa tinggi orang tersebut sebenarnya. Hal sama akan terjadi juga
e EKMA421 4/MODUL 4 4.29
dalam teknik pengukuran yang digunakan dalam seleksi personel. Jika Joko
dinilai 60 dalam suatu tes penempatan pada hari Senin, kemudian dites lagi
dengan tes yang sama mendapat nilai 80 pada hari Selasa dan pada tes Joko
hari Rabu mendapat nilai 95 maka hal ini tidak mungkin dapat menentukan
kemampuan Joko yang sebenarnya. Tes tersebut sangat tidak reliabel untuk
digunakan secara efektif. Berbeda halnya jika nilainya berturut-turut seperti
81~ 81,2 dan 81,1. Meskipun kita tidak tahu secara eksak nilai yang
sesungguhnya, namun secara logika kita dapat memperkirakan berapa nilai
Joko. Artinya, jika instrumen pengukur hanya sesuatu yang tidak reliabel
masih ada manfaatnya, tetapi jika sangat tidak reliabel maka menjadi tidak
bemilai untuk digunakan.
Reliabilitas alat seleksi dapat ditentukan dalam berbagai cara. Di dalam
praktik, suatu cara yang umum untuk mengukur reliabilitas adalah
mengkorelasikan skor pelamar tertentu untuk tes yang sama pada kesempatan
yang berbeda. Ini disebut dengan test-retest reliability. Jika alat ukur
tergantung pertimbangan seseorang (seperti wawancara penempatan),
reliabilitas seringkali ditentukan dengan menggunakan interrater reliability,
(reliabilitas antarpenilai). Ini mengacu pada seberapa jauh pengukuran dua
atau lebih pewawancara konsisten antara yang satu dengan lainnya.
2. Validitas
Validitas mengacu pada seberapa akurat suatu prediktor benar-benar
memprediksi kriteria dari keberhasilan j abatan. Sebagai contoh, seorang
melamar pekerjaan untuk posisi pengetik yang mengetik rata-rata 120 per
menit, pelamar tersebut harus dapat melaksanakan dengan baik pekerjaan itu
jika kecepatan mengetik merupakan suatu kriteria yang valid untuk
keberhasilan pekerjaan. Suatu prediktor yang digunakan dalam keputusan
seleksi harus valid. Gambar 4.3 menunjukkan hubungan antara analisis
jabatan dan validitas. Suatu kriteria seperti penilaian kinerja dapat digunakan
baik sebagai prediktor maupun sebagai kriteria keberhasilan pekerj aan.
Sebagai contoh, jika penilaian kinerja yang lalu digunakan untuk meramal
sejauh mana berhasilnya seorang individu yang akan melaksanakan suatu
pekerjaan yang berbeda maka penilaian kinerja merupakan prediktor. Sejauh
mana kriteria digunakan ditentukan oleh apakah kriteria itu digunakan
sebagai prediktor atau sebagai kriteria keberhasilan pekerj aan.
V aliditas merupakan suatu konsep yang sangat penting di dalam
manajemen sumber daya manusia. Validitas dalam keputusan seleksi dapat
4.30 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
antara yang mendasari sifat atau "konstruk hipotetis" yang disimpulkan dari
perilaku dan satu set tes yang mengukur hubungannnya dengan konstruk.
Sebagai contoh jika kepemimpinan adalah penting untuk melaksanakan
pekerjaan manajer proyek maka suatu tes yang mengukur kepemimpinan
dikatakan memiliki validitas konstruk. Untuk membuktikan validitas
konstruk, manajer harus membuktikan bahwa tes benar-benar mengukur sifat
(kepemimpinan) dan sifat benar-benar diperlukan untuk pekerjaan yang
bersangkutan.
Analisis Jabatan
Gambar 4.4.
Hubungan antara Analisis Jabatan dan Validitas
LATIHAN
----- -.....;
Melengkapi dan
...,... Wawancara' ...,..
menyaring formulin Tes Penempatar
Pendahuluari
lamarari -- - --~ - --- - - - --- - ---~ -
RANGKUMAN
TES FORMATIF 2
KEGIATAN BELAL.JAR 3
A. PENDAHULUAN
B. TIPE-TIPE WAWANCARA
C. VALIDITAS WAWANCARA
1. W awancara Terstruktur
Wawancara terstruktur pada umumnya merupakan wawancara yang
paling valid untuk memprediksi kinerja jabatan. Oleh sebab itu
penyelenggaraan wawancara idealnya dimulai dari perancangan wawancara
terstruktur. Dessler (2000) menyebutkan ada 5 (lima) tahapan prosedur yang
harus dilalui dalam merancang wawancara terstruktur.
Langkah 1 Analisis Jabatan. Menulis deskripsi jabatan dalam bentuk
sebuah daftar tugas jabatan, pengetahuan yang dipersyaratkan, keahlian
(skill), kemampuan, dan kualifikasi lainnya.
Langkah 2 Mengevaluasi Informasi Tugas Jabatan. Memberi bobot
setiap tug as j abatan sesuai dengan tingkat kepentingan j abatan tersebut dan
menurut jumlah waktu yang diperlukan untuk melaksanakan jabatan tersebut,
lalu bandingkan dengan tugas-tugas yang lain. Tujuan utama dari kegiatan ini
adalah mengidentifikasi tug as utama j abatan
Langkah 3 Mengembangkan Pertanyaan Wawancara. Karyawan yang
membuat daftar dan mengevaluasi tugas jabatan kemudian mengembangkan
pertanyaan wawancara. Pertanyaan wawancara di dasarkan pada daftar tugas
jabatan, semakin banyak pertanyaan maka wawancara akan menghasilkan
lebih banyak tugas-tugas penting.
4.44 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
b. Merencanakan wawancara
Sebelum wawancara, dilakukan kegiatan menelaah surat/formulir
lamaran dan membuat ringkasan serta catatan-catatan hal-hal yang samar,
atau yang mengindikasikan kekuatan/ kelemahan pelamar. Dengan menelaah
spesifikasi jabatan dan mengadakan perencanaan maka pewawancara akan
memulai wawancara dengan gambaran yang jelas mengenai sifat yang ideal
untuk calon karyawan.
c. Mengadakan hubungan
Alasan utama mengadakan wawancara adalah untuk memilih pelamar.
Untuk itu, mulailah dengan menempatkan pelamar pada kondisi yang
nyaman. Berilah salam kepada pelamar dan mulailah wawancara dengan
pertanyaan yang tidak kontroversi.
e EKMA421 4/MODUL 4 4.45
d. Mengajukan pertanyaan
Berusahalah untuk mengikuti pedoman wawancara terstruktur.
Berusahalah menekankan pada pertanyaan yang berorientasi pada pekerjaan.
Hindarkan pertanyaan dengan j a waban "Ya" atau "Tidak". J angan
melakukan intrograsi. Jangan memonopoli wawancara. Berikan pertanyaan
bersifat open-ended. Dengarkan pelamar dan berikan dorongan agar mereka
mengekpresikan secara sempurna.
e. Mengakhiri wawancara
Akhiri wawancara dengan catatan yang positif. Pelamar harus
mengemukakan apakah ada minat, jika ya, apa langkah berikutnya. Begitu
juga penolakan harus dikemukakan secara diplomatis.
f Mereviu wawancara
Setelah pelamar selesai diwawancarai, buatlah catatan tentang reviu
wawancara selama masihfresh. lsikan dalam panduan wawancara terstruktur.
·~·- ·-~
t- *,
-..
-
I -
...,.,...
LATI HAN
--·;
1
.· -
• ......
____
RANGKUMAN
TES FORMATIF 3
5) Pewawancara yang paham betul tentang, apa yang dituntut oleh suatu
jabatan, akan melaksanakan wawancara lebih ....
A. terstruktur
B. bermanfaat
C. informatif
D. detail
Daftar Pustaka
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAL.JAR 1
A. PENGERTIAN ORIENTASI
harus secara resrni diberikan oleh organisasi. Suatu program orientasi yang
efektif akan merniliki dampak yang segar, dan akan terus membekas dalam
benak karyawan baru. Akan terlihat perbedaan bagi mereka yang tidak
mengikuti dan yang mengikuti orientasi menurut Byars dan Rue (1997),
orientasi pada umumnya dilaksanakan pada dua level yang berbeda.
1. Orientasi organisasional, meliputi topik-topik relevan dan menarik bagi
semua karyawan organisasi.
2. Orientasi pekerjaan dan departemen, menjelaskan topik-topik yang
uniklspesifik kepada karyawan baru tentang departemen dan pekerjaan
tertentu.
B. LEVEL ORIENTASI
1. Orientasi Organisasional
Topik yang dikemukakan dalam orientasi organisasional harus
didasarkan pada suatu kebutuhan, baik kebutuhan organisasi maupun
karyawan. Pada umumnya, organisasi sangat interes pada penciptaan
keuntungan, pemberian pelayanan yang baik kepada pelanggan, memuaskan
kebutuhan dan kesejahteraan karyawan, dan memiliki tanggung jawab sosial.
Di sisi lain, karyawan baru, pada umumnya lebih tertarik pada gaji dan upah,
tunj angan, dan syarat serta kondisi khusus pekerj aan. Untuk itu, suatu
keseimbangan yang baik antara kebutuhan organisasi dan karyawan baru
perlu diusahakan, agar program orientasi menghasilkan basil yang positif.
1. Mengurangi Kegelisahan
Kegelisahan yang dimaksud adalah perasaan takut gagal dalam
pekerjaan. Ini merupakan ketakutan normal dari ketidaktahuan dalam
mengkonsentrasikan kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Kegelisahan
ini dapat menjadi fatal jika karyawan senior melakukan perpeloncoan
terhadap karyawan baru tersebut.
2. Mengurangi Perputaran
Orientasi yang efektif dapat mengurangi keinginan karyawan baru untuk
berhenti dan pindah ke tempat lain pada periode awal mereka bekerja. Jika
pada masa awal karyawan yang baru bekerja sudah memiliki persepsi bahwa
mereka tidak efektif, tidak diinginkan, atau tidak diperlukan organisasi,
mereka dapat bereaksi untuk mundur dari organisasi. Berdasarkan
pengalaman, tingkat perputaran karyawan pada periode awal ini cukup tinggi.
Oleh karena itu, suatu orientasi yang efektif dapat mengurangi reaksi yang
merugikan tersebut.
4. Program Orientasi
Program orientasi karyawan baru cukup bervariasi, yaitu dari yang
bersifat sangat formal sampai yang kurang formal. Orientasi formal pada
umumnya mencakup kegiatan-kegiatan seperti meninjau ke fasilitas-fasilitas
organisasi, penggunaan slide, grafik dari gambar-gambar. Dalam istilah
Byars dan Rue (1997), setiap karyawan baru menerima sebuah kit orientasi
atau paket informasi yang merupakan pelengkap dari program orientasi
verbal. KIT orientasi antara lain berupa: 1) hagan organisasi, 2) peta fasilitas
organisasi, 3) buku tentang kebijaksanaan organisasi dan prosedur, 4) daftar
hari libur dan tunjangan, 5) formulir penilaian kinerja dan prosedur, 6)
formulir-formulir lain yang diperlukan, dan 7) nomor telepon orang-orang
penting organisasi. Kegiatan orientasi ini biasanya melibatkan sejumlah besar
karyawan baru yang diorientasikan. Orientasi pertama yang didapat masih
bersifat informasi umum tentang organisasi, kemudian mereka diberi
orientasi departemen dari pekerjaan yang bersifat lebih khusus.
Dalam organisasi yang lebih kecil, orientasi dilakukan oleh manajer
operasi. Bagi organisasi-organisasi yang ada serikat pekerjanya, kegiatan
orientasi seringkali melibatkan pen gurus serikat pekerj a dari organisasi yang
bersangkutan. Agar pelaksanaan kegiatan orientasi efektif, seringkali manajer
sumber daya manusia membantu melakukan pelatihan terhadap manajer
•
operas1.
0 0
Dessler (2000) berpendapat, pelatihan (training) merupakan proses
pengajaran kepada karyawan baru tentang, keahlian dasar yang mereka
perlukan untuk melaksanakan pekerj aan. Dalam definisi tersebut, pelatihan
hanya khusus untuk karyawan baru dan ditujukan hanya untuk melaksanakan
pekerjaan saja. Sebagai contoh, pelatihan untuk seorang mekanis yaitu
dengan menunjukkan keahliannya bagaimana dia dapat mengoperasikan
mesin barunya, atau tenaga penjual baru yang menunjukkan tentang
bagaimana caranya dia menjual produk perusahaan.
Definisi pelatihan lain dikemukakan oleh Byars dan Rue ( 1997) serta
Ivancevich (1992). Menurut Byars dan Rue, pelatihan merupakan suatu
proses belajar yang mencakup kepemilikan keahlian, konsep, hukum-hukum,
atau sikap untuk meningkatkan kinerja karyawan. Definisi ini lebih umum
e EKMA421 4/MODUL 5 5.7
1. Proses Pelatihan
Secara komprehensif, lvancevich (1992) memberikan model pelatihan
dan pengembangan karyawan sebagaimana nampak pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1 terlihat fase analisis kebutuhan (needs assessment) menjadi
formulasi bagi keputusan yang harus dibuat pada tahapan terakhir pelatihan.
Artinya, pelatihan harus diarahkan ke arah pencapaian tujuan suatu
organisasi, seperti metode produksi yang lebih efisien, meningkatkan kualitas
produk atau jasa, atau mengurangi biaya operasional. Oleh karena itu,
analisis kebutuhan harus lengkap, tepat waktu, dan akurat. Analisis
kebutuhan merupakan suatu analisis sistematis dari aktivitas pelatihan
spesifik, yang dibutuhkan organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.
Analisis kebutuhan ini, mencakup analisis kebutuhan organisasi yang
meliputi kebutuhan pengetahuan, keahlian dan kemampuan untuk
melaksanakan pekerjaan serta kebutuhan person atau pemegang jabatan.
Analisis kebutuhan organisasional membutuhkan suatu pengujian tujuan
organisasi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kebutuhan-
5.8 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
a. Wawancara
Wawancara dengan para karyawan dapat dilakukan oleh ahli dari
departemen sumber daya manusia ataupun dari luar perusahaan. Pertanyaan-
pertanyaan dasar yang biasanya diajukan adalah:
1) masalah apa yang dimiliki karyawan dalam pekerjaannya?
2) tambahan keahlian dan pengetahuan apa yang diperlukan karyawan
untuk menjalankan pekerjaan agar lebih baik?
3) pelatihan apa yang diperlukan oleh karyawan?
c. Observasi
Observasi digunakan untuk menentukan kebutuhan pelatihan. Observasi
ini harus dilaksanakan oleh individu yang telah terlatih dalam observasi
perilaku karyawan, dan menterjemahkan perilaku yang terobservasi tersebut
ke dalam kebutuhan pelatihan yang spesifik. Untuk itu ahli dari departemen
sumber daya manusia yang telah dilatih dalam melaksanakan analisis jabatan
harus mahir, khususnya, pada observasi untuk mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan.
e EKMA421 4/MODUL 5 5.9
d. Kelompok inti
Kelompok inti berisi karyawan dari berbagai departemen, dan berbagai
tingkatan dalam organisasi. Ahli dari departemen sumber daya manusia atau
dari luar perusahaan dapat melaksanakan pertemuan kelompok inti. Topik-
topik pertemuan kelompok inti harus diarahkan kepada isu-isu seperti:
1) keahlianlpengetahuan apa yang akan dibutuhkan karyawan agar tetap
dapat kompetitif di masa mendatang?
2) masalah-masalah organisasi apa yang dapat dipecahkan melalui
pelatihan?
e. Pengujian dokumen
Pengujian dokumen mencakup pengujian catatan-catatan organisasional
yang berkaitan dengan absensi, perputaran karyawan, dan tingkat kecelakaan,
kesemuanya ini dimaksudkan untuk menentukan apakah masalah-masalah
yang ada dapat dipecahkan melalui pelatihan.
Setelah analisis kebutuhan tersebut lengkap-sempurna, langkah
berikutnya adalah menyusun tujuan instruksional. Tujuan tersebut akan
membawa kepada pemilihan dan perancangan program instruksional.
Perancangan instruksional menurut Dessler (2000) akan mencakup tujuan
instruksional, metode, media, deskripsi materi, contoh-contoh, latihan, dan
aktivitas. Keseluruhan faktor-faktor tersebut diorganisasi ke dalam kurikulum
yang mendukung teori belajar orang dewasa, dan memberikan cetak biru
untuk pengembangan program pelatihan. Selanjutnya, harus dipastikan
bahwa semua bahan-bahan seperti, skrip video, panduan-panduan, dan buku
kerja saling melengkapi satu sama lain dan tertulis jelas. Jika analisis, seleksi
dan perancangan dilaksanakan secara cermat dan hati-hati maka evaluasi
pelatihan dan pengembangan dapat dikerjakan dengan baik. Pada Gambar 5.1
menunjukkan, bahwa evaluasi dapat memberikan informasi tentang kapan
tujuan-tujuan pelatihan harus dilaksanakan. Di bawah ini merupakan tujuan
evaluasi pelatihan yaitu:
1) Validitas pelatihan. Apakah peserta pelatihan belajar keahlian atau
memiliki pengetahuan dan kemampuan selama pelatihan?
2) Validitas transfer. Apakah pengetahuan, keahlian, atau kemampuan yang
dipelajari di dalam pelatihan membawa kepada peningkatan kinerja pada
pekerjaan?
5.10 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
•· · -- -Arialisis-· · ·- · ·-·.
pe rKiraa~
l<ebutuhari
organisasiona~
• Analisis tugas
••
dan KSA..,
• Analisis ·
fJer ~UIJ
,if
Tujuar Pengembangari
,... 1------.----~,.. Validitas Pelatihar· ,..
lnstruKsional Kriteria
,,.
Validitas·
SeleKsi dar: .......
,. . Antarorganisasiona.
Perancangan
Program
·lnstruKsional· Validitas·
,. Antarorganisasiona.
.. MenggunaKar1 ,....
Pelatihal1 1----+~,... Model Evaluasil
L _ __ _ _ _ _ _ _ _ , · Perbedaar1
- ... Validitas·
,. Antarorganisasiona.
Individual
• lsi percobaari
,if
Gambar 5.1.
Model Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
Tabel 5.1.
Peran Manajer Operasi (MO) dan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
Pelatihan
Salah satu teknik yang dapat digunakan oleh pengajar atasan (superior)
adalah melalui pertemuan khusus dalam rangka membuat keputusan dengan
peserta pelatihan. Selama pertemuan tersebut, prosedur telah disepakati.
Ketika peserta pelatihan belajar, pengajar atasan harus memberi kewenangan
yang cukup untuk membuat keputusan, dan bahkan mungkin jika peserta
membuat suatu kesalahan. Pendekatan ini tidak hanya memberikan peluang
untuk belajar, tetapi juga memerlukan delegasi efektif yang
menumbuhkembangkan perasaan saling percaya diri.
a. Pendekatan kuliah/diskusi
Metode pelatihan yang paling sering digunakan adalah pelatihan dengan
memberikan kuliah yang melibatkan peserta pelatihan dalam suatu diskusi
materi. Presentasi kelas yang efektif harus dilengkapi dengan bantuan
audiovisual seperti slide, papan tulis, audiotape atau videotape (CDNCD).
b. Pengajaran terprogram
Dalam teknik ini, materi dapat dipresentasikan melalui mesin pengajar
atau dalam bentuk teks, di mana prinsip-prinsip pembelajaran keperilakuan
harus diikuti dengan ketat. Pengajaran terprogram merupakan metode yang
sangat bermanfaat untuk belajar mandiri, jika biaya pengembangan materi
telah dilakukan oleh organisasi lain dan bahan-bahannya tersedia. Teknik ini
juga bermanfaat jika peserta pelatihan menanggung biaya pengembangan.
F. MENGEVALUASI PELATIHAN
Menurut Byars dan Rue (1997), jika basil program pelatihan dievaluasi
maka sejumlah manfaat pelatihan akan bertambah. Program-program yang
kurang efektif dapat ditarik kembali untuk menghemat waktu dan tenaga.
Kelemahan-kelemahan dalam pengadaan program dapat diidentifikasi dan
diperbaiki melalui evaluasi pelatihan. Evaluasi pelatihan dapat dipecah ke
dalam empat area:
1. Reaksi
Reaksi dimaksudkan untuk melihat berapa banyak peserta pelatihan
menyenangi program pelatihan yang diselenggarakan. Evaluasi reaksi harus
mempertimbangkan suatu rentang topik yang luas mencakup isi program,
struktur dan format program, teknik pembelajaran, kemampuan dan gaya
instruktur, kualitas lingkungan pembelajaran, pencapaian tujuan pelatihan,
dan rekomendasi untuk pengembangannya. Kuesioner evaluasi reaksi
umumnya diberikan setelah suatu program pelatihan berlangsung, namun
dapat juga diberikan beberapa minggu kemudian.
2. Pembelajaran
Pembelajaran, yaitu prinsip, fakta dan konsep apa yang dipelajari dalam
program pelatihan. Evaluasi pembelajaran menekankan pada seberapa baik
peserta pelatihan memahami dan menyerap prinsip-prinsip, fakta, dan
keahlian yang diajarkan. Dalam suatu pengajaran keahlian, demo yang
ditunjukkan oleh peserta pelatihan di dalam kelas, merupakan cara yang
cukup objektif untuk menentukan seberapa jauh pembelajaran berlangsung.
Ketika prinsip dan fakta sedang diajarkan, kertas dan pensil tes dapat
digunakan. Tes yang telah baku dapat dibeli untuk mengukur pembelajaran
dalam banyak area. Namun demikian, pelatih perlu juga mengembangkan tes
sendiri. Untuk dapat menemukan gambaran yang akurat tentang apa yang
telah dipelaj ari, peserta pelatihan harus di tes sebelum maupun setelah
program pelatihan berlangsung.
e EKMA421 4/MODUL 5 5.19
3. Perilaku
Evaluasi perilaku dimaksudkan untuk mengetabui apakab perilaku kerja
peserta pelatiban mengalami perubaban akibat diadakannya program
pelatiban. Evaluasi perilaku berkaitan dengan sifat dasar dari perubaban
dalam perilaku kerja peserta pelatiban, dan evaluasi ini sedikit lebib sulit
daripada evaluasi reaksi atau pembelajaran. Berikut adalab panduan untuk
mengevaluasi perubaban perilaku yang dikemukakan oleb Byars dan Rue
(1997), yaitu:
a. membuat penilaian yang sistematis mengenai kinerj a di temp at kerj a
pada basis sebelum dan sesudab program pelatiban.
b. membuat penilaian kinerja oleb satu kelompok atau lebib sebagai berikut
(lebib banyak lebib baik).
1) peserta pelatiban.
2) atasan/atasan-atasan peserta pelatiban.
3) bawaban peserta pelatiban.
4) peer peserta pelatiban.
c. membuat analisis statistik, yang berguna untuk membandingkan kinerja
sebelum dan sesudab pelatiban, dan untuk mengbubungkan perubaban
dengan program pelatiban.
d. membuat penilaian pasca pelatiban, penilaian ini sebaiknya dilaksanakan
beberapa bulan setelab pelatiban sebingga peserta pelatiban memiliki
kesempatan untuk menerapkan apa yang telab mereka pelajari ke dalam
praktik.
e. menggunakan kelompok pengontrol (control group).
4. Hasil
Evaluasi basil dimaksudkan untuk melibat apakab program pelatiban
memiliki dampak yang positif, seperti berkurangnya biaya operasi atau
berkurangnya perputaran karyawan. Evaluasi basil mencoba untuk mengukur
perubaban dalam variabel seperti, mengurangi perputaran karyawan,
mengurangi biaya operasi, meningkatkan efisiensi, mengurangi keluban, dan
meningkatkan kuantitas serta kualitas produksi. Sebagaimana dalam evaluasi
perilaku, pretests, posttests, control group diperlukan dalam rangka mencapai
basil evaluasi yang akurat.
5.20 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
LATIHAN
____........
RANGKUMAN
TES FDRMATIF 1
KEGIATAN BELAL.JAR 2
A. PENDAHULUAN
Oleh karena itu, agar pengembangan dapat berhasil baik, harus ada dukungan
penuh dari eksekutif puncak.
1. Tujuan Organisasional
Tujuan organisasi memainkan peran yang signifikan dalam penentuan
kebutuhan organisasi mengenai manajer. Sebagai contoh, jika suatu
organisasi mengalami program ekspansi yang cepat maka manajer baru akan
diperlukan pada keseluruhan tingkatan. Sebaliknya, jika organisasi
mengalami pertumbuhan yang terbatas, mungkin hanya beberapa manajer
saja yang diperlukan, akan tetapi keahlian tim manajemen yang ada pada saat
ini harus lebih ditingkatkan.
Tabel 5.2.
Metode-metode Pengembangan Manajemen
Di Tern pat Kerja (On the Job) Di Luar Tern pat Kerja (Off the Job)
2. Coaching
Coaching merupakan metode pengembangan manajemen yang
diselenggarakan di tempat kerja, melibatkan manajer berpengalaman yang
memberikan nasihat dan panduan kepada peserta pelatihan dalam pemecahan
masalah manajerial. Ide metode coaching ini harus diikuti oleh peserta
pelatihan untuk mengembangkan pendekatan manajemen yang dimilikinya,
melalui konsultasi dengan manajer yang berpengalaman. Keuntungan metode
ini, peserta pelatihan memperoleh pengalaman praktik dan melihat basil dari
keputusannya. Kelemahannya, jika pelatih yang melakukan tanggung jawab
pelatihan atau mengajarkan praktik-praktik manajemen tidak memiliki
keahlian yang memadai. Oleh karena itu, kepakaran dan pengalaman pelatih
menjadi hal yang kritis pada metode ini.
3. Pengalaman (Experience)
Dalam metode ini, individu yang akan dipromosikan dalam jabatan
manajemen diizinkan untuk belajar sendiri dari pengalaman harian mereka.
Keuntungan utama metode ini adalah, individu dapat lebih mengenal
kebutuhan pengembangan manajemen dan mencari alat untuk
memperbaikinya. Negatifnya, individu yang diizinkan belajar manajemen
hanya melalui pengalamannya dapat menciptakan masalah yang serius jika
melakukan kesalahan. Di samping itu, dapat mengalami frustasi jika tidak
memiliki latar belakang dan pengetahuan yang diperlukan. Kondisi ini dapat
dihindari, jika metode ini dilengkapi dengan teknik pengembangan
manajemen lain.
4. Rotasi Pekerjaan/Jabatan
Metode ini didesain untuk memberi pengalaman yang luas kepada
seorang individu dengan cara masuk ke bagian-bagian yang ada dalam
organisasi tersebut. Pada umumnya peserta pelatihan akan tinggal di masing-
masing bagian dengan waktu antara 6 (enam) bulan sampai 1 (satu) tahun.
Keuntungan metode ini, peserta pelatihan dapat melihat bagaimana prinsip-
prinsip manajemen dapat diterapkan di tiap-tiap bagian. Karena pelatihan
bersifat praktik, peserta pelatihan menjadi lebih familier (terbiasa) dengan
keseluruhan operasi perusahaan. Kelemahan dari metode ini, peserta
pelatihan seringkali menerima tugas yang bersifat kasar/rendah di tiap-tiap
bidang. Di samping itu, ada kecenderungan membiarkan peserta pelatihan
tinggallebih lama di bagian-bagian tersebut.
e EKMA421 4/MODUL 5 5.29
a. Kuliah
Mengajar dengan mengucapkan kata-kata, merupakan metode yang
paling umum digunakan dalam metode pembelajaran. Dalam metode ini,
tentu saj a, melibatkan media lain seperti, transparansi, slide, atau
audio/videotape.
b. Studi kasus
Metode ini dipopulerkan oleh Harvard Business School. Dalam teknik
ini, situasi riil dan atau hipotetis dihadirkan untuk dianalisis oleh perserta
pelatihan. Peserta pelatihan dibuat untuk berpikir melalui problem,
mengusulkan pemecahan, memilih altematif pemecahan dan menganalisis
konsekuensi dari keputusan.
c. Permainan peran
Di sini peserta pelatihan ditugasi peran yang berbeda-beda dan diminta
untuk melaksanakan peran tersebut dalam suatu situasi nyata. Melalui metode
5.30 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
• •
lnl, diharapkan peserta pelatihan belajar dari memainkan peran yang
ditugaskan kepadanya. Keberhasilan metode ini tergantung pada kemampuan
peserta pelatihan menghayati peran sebagaimana senyatanya. Videotape
digunakan untuk mereviu dan mengevaluasi latihan untuk meningkatkan
keefektifan.
d. In-baskettechnique
Teknik ini mensimulasikan situasi nyata dengan meminta setiap peserta
pelatihan menjawab satu surat atau panggilan telepon manajer. Tugas penting
diserahkan dengan masalah-masalah rutin. Sebagai contoh, suatu telepon
datang dari pelanggan penting yang marah, sementara ada surat yayasan
setempat meminta donasi. Peserta pelatihan menganalisis situasi dan
menyarankan suatu tindakan altematif. Evaluasi di dasarkan pada jumlah dan
kualitas putusan dan pada tugas prioritas tiap-tiap situasi.
e. Program CAl
Program ini menuntut peserta pelatihan membaca materi untuk subjek
tertentu dan menjawab pertanyaan materi yang bersangkutan. Jawaban benar,
mengizinkan peserta pelatihan untuk berpindah ke materi lebih lanjut atau
baru. Jika jawaban salah, peserta pelatihan diminta membaca kembali materi
dan menjawab pertanyaan tambahan. Materi disajikan bisa dalam bentuk teks
atau display video komputer.
f Permainan bisnis
Metode ini pada umumnya memberikan suatu setting perusahaan beserta
lingkungannya, dan meminta satu tim pemain untuk membuat keputusan
yang mencakup operasi perusahaan. Di samping itu, juga mensyaratkan
penggunaan fasilitas komputer. Dalam metode ini, beberapa tim bertindak
sebagai perusahaan dalam suatu tipe industri. Metode ini memaksa individu
tidak hanya untuk bekerja dengan anggota kelompok lain, tetapi juga
berfungsi dalam atmosfir kompetisi dalam industri.
Alternatif I •
• Apakah peserta pelatihan berbahagia dengan pelajaran?
Alternatif II •
• Apakah mata pelajaran pelatihan mengajarkan konsep?
Alternatif III •
• Apakah konsep tersebut digunakan dalam pekerjaan?
Alternatif IV •
• Apakah penerapan konsep mempengaruh organisasi
secara positif?
E. PENGEMBANGAN ORGANISASIONAL
.
I I '
. ·::
• •
...,.,....
LATIHAN
• tQ ~ ------------------------------------------
= -- ..
RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TES FDRMATIF 2
KEGIATAN BELAL.JAR 3
Produktivitas Karyawan
A. PENDAHULUAN
B. DEFINISI PRODUKTIVIT AS
C. PENENTU PRODUKTIVITAS
2. Usaha
Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin keras karyawan bekerja
maka semakin produktif karyawan tersebut. Banyak faktor yang
mempengaruhi motivasi kerja karyawan, seperti sistem penghargaan
(reward), sasaran, desain pekerjaan, norma kelompok kerja dan gaya
kepemimpinan.
e EKMA421 4/MODUL 5 5.39
3. Kondisi Eksternal
Kelompok terakhir yang mempengaruhi produktivitas adalah kondisi
eksternal karya wan. Ini termasuk tata letak pabrik atau kantor, me sin dan
peralatan yang digunakan karyawan, desain produk atau jasa yang sedang
diproduksi, kualitas bahan dan sebagainya.
a. Kriteria kinerja
Organisasi yang menggunakan teknik kriteria kinerja biasanya memakai
ukuran, contohnya variabel garis bawah yang memberikan pertanda bahwa
kinerja karyawan jelek. Variabel-variabel yang digunakan sebagai ukuran
produktivitas dapat berupa biaya, keuntungan, kuantitas dan atau kualitas.
Namun demikian, dalam banyak kasus ukuran-ukuran tersebut belum cukup.
Sebab banyak kesulitan lain yang mempengaruhi jenis-jenis variabel tersebut,
seperti variabel yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar kontrol karyawan
dan organisasi.
c. Sasaran
Sasaran, sebagaimana yang telah diset dalam program Manajemen
Berdasarkan Sasaran (MBO), dapat digunakan untuk menentukan apakah ada
masalah produktivitas. Jika sasaran didefinisikan dalam sesuatu yang mudah
diukur, seperti unit yang diproduksi atau telepon per jam maka sasaran dapat
sangat membantu dalam menentukan apakah ada/tidak kekurangan kinerja.
Sebagai contoh, jika bagian penjualan secara konsisten menjual di bawah
kuota atau produksi jatuh di bawah target yang direncanakan, hal itu berarti
terdapat sesuatu yang salah.
Tabel 5.3.
Metode Mengidentifikasi Produktivitas yang Kurang Baik
3. Komputer
Komputer telah merubah cara hampir pada seluruh pekerjaan yang telah
didesain pada saat ini. Penggunaan komputer telah meluas pada suatu tingkat
yang sangat menakjubkan. Pada saat ini hampir semua kantor memiliki
komputer. Penggunaan komputer dalam tipe kantor yang ditangani secara
tunggal dapat meningkatkan produktivitas. Pesan atau memo dapat dikirim
secara pribadi dan instan ke alamat tujuan melalui terminal komputer.
Penjadwalan, bahkan kejadian yang kompleks dengan banyak faktor dapat
dikerjakan hanya beberapa menit dan dapat segera dibagi-bagikan kepada
pengguna. Contohnya seperti program pemrosesan kata dengan
menggunakan komputer dapat meningkatkan produktivitas sekretariat.
harus berkeinginan memiliki upah yang lebih tinggi. Upah yang lebih tinggi
dapat diterima jika mereka meningkatkan kinerjanya, dan mereka percaya
bahwa organisasi akan mengadministrasikan sistem kinerja upah secara adil.
Ada banyak sistem yang tersedia untuk menghubungkan upah dengan
produktivitas individu, kelompok, atau organisasi, seperti sistem insentif
individu dan program komisi yang secara langsung mengaitkan jumlah tarif
upah tiap individu dengan keluarannya. Alternatif insentif individu mencakup
berbagai program untuk me-reward karyawan pada basis kelompok atau
kinerj a organisasi.
2. Modifikasi Perilaku
Teknik ini populer untuk meningkatkan produktivitas karyawan,
khususnya pekerja nonmanajemen. Modifikasi perilaku tidak berfokus pada
sesuatu hal yang mendasari motivasi karyawan. Secara sederhana teknik ini
mencoba merubah perilaku melalui manipulasi konsekuensi perilaku. Ada
tiga cara utama di mana konsekuensi dapat digunakan oleh manajer untuk
memodifikasi atau mengontrol perilaku bawahan, yaitu penguatan
(reinforcement), hukuman (punishment) dan pemusnahan (extinction).
H. INTERVENSI PARTISIPATIF
LATIHAN
-- -- ..,;...;
RANGKUMAN
------------------------------------
TES FORMATIF 3
Daftar Pustaka
Dessler, G., (2000). Human Resource Management. gth Edition. New Jersey:
Prentice-Hall. Inc.
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAL.JAR 1
Ada beberapa fungsi dan kegunaan yang dapat diperoleh dari penilaian
kinerja. Salah satu penggunaan penilaian kinerja yang paling umum menurut
Byars dan Rue (1997), adalah untuk pembuatan keputusan administratif yang
berkaitan dengan promosi, pemberhentian, pemutusan hubungan kerja dan
peningkatan upah berdasarkan atas jasa karyawan.
Penilaian kinerja merupakan bagian dari sistem reward dan hukuman
suatu organisasi. Karyawan yang menerima basil evaluasi baik, cenderung
untuk menerima reward organisasional, seperti upah yang meningkat atau
menerima bonus. Sedangkan bagi karyawan yang menerima basil evaluasi
jelek, akan menerima sanksi (hukuman) organisasional, seperti penurunan
pangkat atau pemecatan. Keputusan personalia umum lain yang berhubungan
dengan penilaian kinerja adalah transfer dan pendisiplinan karyawan.
Sasaran mengaitkan keputusan upah dan masalah personel lain dengan
level kinerja, pada dasarnya untuk memotivasi karyawan agar bekerja lebih
baik, tetapi ini bukan pekerjaan yang mudah. Berbagai persyaratan harus
e EKMA421 4/MODUL 6 6.5
dipenuhi, seperti kinerja individu harus dinilai secara akurat, reward yang
diberikan harus benar-benar bernilai bagi karyawan, dan organisasi harus
mengembangkan suatu sistem reward berdasarkan kinerja, di mana karyawan
harus memiliki persepsi bahwa sis tern tersebut dilaksanakan secara fair. Jika
karyawan melihat reward yang diberikan adalah atas dasar sikap pilih-kasih
atau intrik-intrik politik maka sistem tersebut akan gagal.
Informasi penilaian kinerja juga dapat memberikan input yang
dibutuhkan untuk menentukan kebutuhan pelatihan dan pengembangan, baik
individu maupun organisasi. Sebagai contoh, informasi penilaian kinerja
dapat digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan karyawan
secara individual. Data ini, selanjutnya dapat digunakan untuk membantu
menentukan kebutuhan pelatihan dan pengembangan organisasi secara
keseluruhan.
Penggunaan lain dari pentingnya penilaian kinerja adalah mendorong
peningkatan kinerj a. Dalam hal ini, penilaian kinerj a digunakan sebagai alat
berkomunikasi dengan karyawan mengenai bagaimana mereka bekerja dan
saran yang diperlukan untuk merubah perilaku, sikap, keahlian atau
pengetahuan. Ini merupakan tipe umpan balik yang menjelaskan kepada
karyawan tentang pekerjaan yang diharapkan oleh manajer.
Terakhir, di samping untuk hal-hal tersebut di atas, informasi yang
berasal dari penilaian kinerj a dapat digunakan sebagai ( 1) input untuk
validasi prosedur seleksi, dan (2) input untuk perencanaan sumber daya
•
manus1a.
Langkah pertama dari penilaian formal pada dasarnya telah selesai ketika
suatu organisasi mengadakan analisis j abatan. Salah satu alas an utama
diadakan analisis j abatan adalah untuk memperoleh deskripsi j abatan, dan
satu bagian penting dari deskripsi jabatan adalah suatu pernyataan yang jelas
tentang dimensi dan kinerja yang diharapkan dari pemegang jabatan. Di
samping itu, analisis jabatan juga harus menetapkan bagaimana dimensi dan
standar tersebut akan diukur.
Dimensi kinerja atas karyawan yang dinilai disebut kriteria evaluasi
(lvancevich, 1992). Sebagai contoh kriteria evaluasi adalah, kualitas
pekerj aan, kuantitas pekerj aan dan biaya pekerj aan. Menurut Ivancevich
(1992), suatu kriteria yang efektif harus memiliki karakteristik sebagai
berikut.
1. Relevan. Suatu pengukuran kinerja harus sesuai dengan output aktual
dari pemegang jabatan.
2. Sensitivitas. Suatu kriteria harus dapat mencerminkan perbedaan antara
orang yang berkinerj a tinggi dan yang berkinerj a rendah. Artinya, kinerj a
yang tinggi dan rendah harus menerima nilai kriteria yang secara akurat
menggambarkan perbedaan kinerja mereka.
3. Praktis. Kriteria harus mudah diukur, dan pengumpulan data dilakukan
secara efisien.
dan promosi. Pendekatan ini bermanfaat jika tugas dari unit kerja
memerlukan kontak kerja yang sering diantara ternan kerja.
1. Pendekatan Komparatif
Pendekatan komparatif untuk mengukur kinerja berisi teknik-teknik yang
menuntut penilai untuk membandingkan kinerja individu dengan individu
lain. Pendekatan ini biasanya menggunakan suatu penilaian secara
menyeluruh terhadap kinerja atau nilai dari seorang individu, dan berusaha
membuat ranking dari individu-individu tersebut dalam suatu kelompok
tertentu. Sedikitnya ada tiga teknik yang masuk ke dalam pendekatan
komparatif, yaitu ranking, forced distribution dan paired comparison.
a. Ranking
Ranking adalah teknik sederhana yang dapat digunakan oleh para
manajer untuk meranking karyawan dalam departemen mereka dari kinerja
yang tertinggi hingga kinerja terendah (terjelek) dengan cara, menuliskan
daftar nama-nama karyawan untuk dinilai pada sisi kiri lembar kertas
penilaian. Pilih karyawan yang bernilai paling bagus dari daftar tersebut, dan
beri tanda silang. Kemudian letakkan (pindahkan) nama karyawan tersebut
6.10 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
pada daftar paling atas di sisi sebelah kanan kertas penilaian. Selanjutnya,
pilih dan beri tanda silang nama karyawan yang bernilai paling jelek dari
daftar pada kolom sebelah kiri, dan pindahkan pada daftar terbawah dari
kolom sebelah kanan. Ulangi proses ini untuk seluruh nama pada daftar di
sebelah kiri lembar kertas penilaian. Daftar nama-nama yang telah dihasilkan
pada kolom sebelah kanan menunjukkan suatu ranking karyawan dari yang
paling bernilai bagus hingga yang bernilai j elek.
2. Pendekatan Atribut
Pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada sejauh mana individu
memiliki atribut tertentu (ciri atau sifat) yang diyakini diperlukan untuk
keberhasilan perusahaan. Teknik yang digunakan dalam pendekatan ini
cenderung untuk menetapkan seperangkat sifat (seperti inisiatif,
kepemimpinan dan kemampuan bersaing/competitiveness) dan menilai
individu pada sifat-sifat tersebut.
Tabel 6.1.
Contoh Skala Penilaian Grafik
Penilaian
No. Dimensi Kinerja Patut
Terkemuka Prima Cukup Jelek
dihargai
1. Pengetahuan 5 4 3 2 1
2. Komunikasi 5 4 3 2 1
3. Pertimbangan 5 4 3 2 1
4. Keahlian 5 4 3 2 1
manajerial
5. Kual itas kerja 5 4 3 2 1
6. Kerja tim 5 4 3 2 1
7. Keahlian 5 4 3 2 1
interpersonal
8. lnisiatif 5 4 3 2 I
9. Kreatifitas 5 4 3 2 1
10. Pemecahan 5 4 3 2 1
masalah
Sumber: Noe, et al., (2000).
3. Pendekatan Keperilakuan
Pendekatan ini berusaha untuk mendefinisikan perilaku karyawan yang
harus efektif dalam pekerjaan (Noe, et. al,. 2000). Berbagai macam teknik
mendefinisikan perilaku tersebut, selanjutnya meminta manajer untuk menilai
sejauh mana karyawan berkinerja. Berikut akan dibahas tiga teknik yang
tergantung pada pendekatan keperilakuan (Noe, et. al., 2000).
tugas-tugas proyek. Nilai skala nampak pada sisi kiri tabel dan definisi
kategori kinerja spesifik. Dasar (anchor), yang nampak pada sisi sebelah
kanan, adalah pernyataan tertulis spesifik mengenai perilaku aktual yang
menunjukkan level kinerja pada lawan skala yang merupakan dasar
(anchor)tertentu.
Penilaian kinerja menggunakan BARS menuntut penilai membaca daftar
anchor pada setiap skala, untuk menemukan kelompok anchor yang paling
baik dalam mendeskripsikan perilaku pekerjaan karyawan selama periode
reviu. Nilai skala lawan kelompok anchor kemudian dicek. Proses ini diikuti
oleh sema dimensi yang teridentifikasi.
Umumnya BARS dikembangkan melalui serangkaian pertemuan yang
dihadiri oleh manajer dan pemegang jabatan yang mencakup tiga tahap
sebagai berikut.
1. Manajer dan pemegang jabatan mengidentifikasi dimensi pekerjaan yang
relevan.
2. Manajer dan pemegang jabatan menulis dasar perilaku untuk masing-
masing dimensi pekerjaan. Sebanyak mungkin dasar (anchor) harus
ditulis untuk masing-masing dimensi.
3. Manajer dan pemegang jabatan meraih suatu konsensus berkaitan
dengan nilai skala untuk digunakan dan pengelompokan pernyataan
dasar (anchor) bagi setiap nilai skala.
Tabel 6.2.
Contoh Skala Pengukuran Berdasarkan Keperilakuan
Tabel 6.3.
Contoh Butir-Butir BOS Untuk Supervisor
Apakah akurat dalam penyiapan laporan biaya untuk kru proyek Johnson
Hampir Hampir
tidak pernah 1 2 3 4 5 selalu
Apakah praktik-praktik yang dilakukan dapat menjaga kelestarian/menghemat enargi dalam
mensupervisi kru proyek
Hampir Hampir
tidak pernah 1 2 3 4 5 selalu
Apakah tersedia konsultasi secara teknik jika diperlukan
Hampir Hampir
e EKMA421 4/MODUL 6 6.15
Apakah akurat dalam penyiapan laporan biaya untuk kru proyek Johnson
tidak pernah 1 2 3 4 5 selalu
Apakah mengembangkan jadwal kerja yang fair dan tidak berat sebelah
Hampir Hampir
tidak pernah 1 2 3 4 5 selalu
Sumber: lvancevich, 1992.
Tabel 6.4.
Contoh Bagaimana Mengembangkan Sasaran Kerja
Jelek •
• untuk memaksimalkan produksi
Lebih baik: meningkatkan produksi sebesar 10 persen dalam tiga bulan
mendatang
Jelek •
• untuk mengurangi tingkat absensi
Lebih baik : membuat rata-rata tidak lebih dari tiga hari absen per karyawan per
tahun
Jelek •
• tidak bores bahan mentah.
Lebih baik: bores yang tidak lebih dari dua persen bahan mentah
Jelek •
• meningkatkan kualitas produksi
Lebih baik: memproduksi dengan tidak lebih dua persen per 100 unit produksi
Sumber: Byars dan Rue, 1997.
~'d
;i
...- .. .._ ...,.,.,
~
LATIHAN
------------------------------------------
~
- - -- .......,;
1) Salah satu penggunaan penilaian kinerja yang paling umum adalah untuk
pembuatan keputusan administratif berkaitan dengan promosi,
pemberhentian, pemutusan hubungan kerja dan peningkatan upah
berdasarkan atas j as a karyawan. Penilaian kinerj a merupakan bagian dari
sistem reward dan hukuman suatu organisasi. Karyawan yang menerima
basil evaluasinya baik maka akan menerima reward organisasional,
seperti upah yang meningkat atau menerima bonus. Sedangkan bagi
karyawan yang menerima basil evaluasinya jelek maka akan menerima
sanksi atau hukuman organisasional, seperti penurunan pangkat atau
pemecatan. Keputusan personalia umum lain yang berhubungan dengan
penilaian kinerja termasuk transfer dan pendisiplinan karyawan.
Selanjutnya, informasi penilaian kinerja juga dapat memberikan input
yang dibutuhkan untuk menentukan kebutuhan pelatihan dan
pengembangan baik individu maupun organisasi. Sebagai contoh,
informasi penilaian kinerja dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan karyawan secara individual. Data ini,
selanjutnya, dapat digunakan untuk membantu menentukan kebutuhan
pelatihan dan pengembangan organisasi secara keseluruham Penggunaan
penting lain dari penilaian kinerj a adalah untuk mendorong peningkatan
kinerj a. Dalam hal ini, penilaian kinerj a digunakan sebagai alat
berkomunikasi dengan karyawan mengenai bagaimana mereka bekerja
dan saran yang diperlukan untuk merubah perilaku, sikap, keahlian atau
pengetahuan. Di samping untuk hal-hal tersebut di atas, informasi yang
berasal dari penilaian kinerj a dapat digunakan sebagai ( 1) input untuk
validasi prosedur seleksi dan (2) input untuk perencanaan sumber daya
•
manus1a.
2) Menurut Ivancevich agar informasi yang disediakan dapat melayani
sasaran organisasi dan mengikuti peraturan maka sistem
penilaian/evaluasi kinerja harus memberikan data yang akurat dan
reliabel. Kemampuan menghasilkan data yang akurat dan reliabel
tersebut akan meningkat jika mengikuti suatu proses penilaian kinerj a
yang sistematis terdiri dari 6 (enam) langkah, yaitu:
a) adakan standar kinerja untuk setiap posisi dan kriteria evaluasi;
e EKMA421 4/MODUL 6 6.19
RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TES FORMATIF 1
KEGIATAN BELAL.JAR 2
Pengembangan Karier
1. Pengembangan
Menurut Noe, et al. ,(2000), pengembangan mengacu pada pendidikan
formal, pengalaman, hubungan dan penilaian kepribadian serta kemampuan
yang membantu karyawan mempersiapkan diri untuk masa yang akan datang.
Karena berorientasi masa depan, pengembangan mencakup aktivitas
pembelajaran yang tidak harus berkaitan dengan pekerjaan karyawan pada
saat ini. Pengembangan membantu karyawan menyiapkan diri untuk posisi
lain dalam perusahaan, dan meningkatkan kemampuan mereka untuk
berpindah dalam suatu pekerjaan yang barangkali belum ada pada saat ini.
Pengembangan juga membantu karyawan mempersiapkan diri untuk
merubah pekerjaan mereka pada saat ini sebagai akibat dari adanya teknologi
baru, desain pekerj aan, pelanggan baru, a tau pasar produk baru.
2. Karier
Karier memiliki banyak arti. Arti karier yang populer barangkali apa
yang direfleksikan oleh suatu ide, yaitu bergerak menuju atas pada garis
pekerjaan yang dipilih oleh seseorang. Tercakup pula dalam pengertian ini
adalah bahwa karier, membuat banyak uang; memiliki lebih banyak tanggung
jawab; dan kepemilikan status yang lebih tinggi; prestise dan kekuasaan.
Menurut Bernardin dan Russell (1998), secara tradisional, karier telah
dideskripsikan dalam berbagai pengertian. Karier telah dideskripsikan
sebagai suatu sekuensi posisi yang dipegang seseorang dalam suatu
pekerjaan. Sebagai contoh, anggota fakultas dapat memegang posisi asisten
do sen, do sen, dan profesor. Karier juga dideskripsikan dalam konteks
mobilitas dalam suatu organisasi. Sebagai contoh, seorang insinyur mungkin
memulai kariemya sebagai staf insinyur. Sejalan dengan meningkatnya
kepakaran, pengalaman, dan kinerja dia akan bergerak pindah ke posisi
insinyur penasehat, insinyur senior, dan teknikal senior.
Suatu definisi singkat karier yang menekankan pada "pentingnya",
diberikan oleh Greenhaus (dalam Ivancevich, 1992 dan Bernardin & Russell,
1998), yaitu karier merupakan pola pengalaman berkaitan dengan kerja
e EKMA421 4/MODUL 6 6.23
3. Pengembangan Karier
Atas dasar uraian di atas, pengembangan karier dapat didefinisikan
sebagai: ( 1) suatu us aha formal, terorganisasi, dan terencana untuk mencapai
keseimbangan antara kebutuhan karier individu dan tuntutan angkatan kerja
organisasional dan (2) suatu usaha yang terus-menerus secara formal
dilakukan oleh organisasi yang berfokus pada pengembangan dan pengayaan
sumber daya manusia organisasi, dalam rangka memenuhi kebutuhan baik
individu maupun organisasi.
Tabel 6.5.
Aktivitas Sumber Daya Manusia Tradisional Lawan Fokus Pengembangan
Karier
Fokus Pengembangan
Aktivitas Fokus Tradisional
Karier
• Perencanaan Sumber • Anal isis pekerjaan, • Tambahan informasi
Daya Manusia keahlian, tugas kini dan tentang interes
masa mendatang. individu, preferensi,
• Proyeksi kebutuhan . dan senang
• Penggunaan data terhadap data.
statistik. Memberi informasi
tentang jalur karier.
Fokus Pengembangan
Aktivitas Fokus Tradisional
Karier
• Kompensasi dan • Reward atas dasar • Menambah aktivitas
Kesejahteraan waktu, produktivitas, yang berkaitan
bakat, dan sebagainya dengan
nonpekerjaan untuk
di reward
Sumber: Dessler, 2000.
tentang kemampuan, interes, dan sasaran karier mereka; (2) penilaian oleh
organisasi tentang kemampuan dan potensi individu; (3) komunikasi pilihan
dan peluang karier dalam organisasi; dan (4) bimbingan karier untuk
merancang sasaran yang realistis dan rencana untuk mencapainya.
2. Penilaian Individu
Berbagai macam bahan untuk penilaian sendiri banyak tersedia baik
secara komersial maupun secara nonkomersial, seperti yang dilakukan
organisasi. Organisasi dapat membuat format-format yang dijalin/disusun
dari bahan-bahan yang telah tersedia tersebut untuk karyawannya. Pilihan
lain adalah menggunakan beberapa format dari tes psikologi. Hal yang
penting diperhatikan adalah bahwa penilaian sendiri seharusnya tidak perlu
dibatasi oleh sumber daya dan kemampuan pada saat ini. Artinya, organisasi
dapat memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada di sekitarnya.
bagian dari proses penilaian kinerja. Ide bagus lain adalah bersama-sama
dengan karyawan membuat perencanaan sumber daya manusia organisasi.
5. Bimbingan Karier
Bimbingan karier merupakan aktivitas yang mengintegrasikan langkah-
langkah berbeda dalam proses perencanaan karier. Bimbingan karier dapat
dilaksanakan oleh atasan langsung karyawan, spesialis sumber daya manusia,
atau kedua-duanya. Dalam banyak kasus, lebih disukai bimbingan
dilaksanakan oleh atasan langsung dengan masukan (input) yang memadai
yang berasal dari bagian sumber daya manusia. Atasan langsung pada
umumnya memiliki keunggulan dalam hal pengalaman praktis, memahami
seluk-beluk perusahaan, dan atasan langsung biasanya duduk dalam posisi
untuk membuat suatu penilaian yang realistis mengenai peluang-peluang
organisasional.
Pada umumnya, para manajer yang ahli dalam dasar-dasar hubungan
manusia akan sukses dalam pembimbingan karier. Suatu pengembangan
sikap yang peduli terhadap karyawan dan karier mereka sangat diutamakan.
Selanjutnya, mudah menerima suatu hal dan masalah yang berhubungan
dengan karyawan merupakan persyaratan lain. Berikut adalah beberapa saran
khusus, yang dikemukakan oleh Byars dan Rue (1997), untuk membantu para
manajer agar dapat menjadi pembimbing karier yang lebih baik.
a. Temukan batas-batas pembimbingan karier. Ingat bahwa manajer dan
organisasi bertindak sebagai katalisator dalam proses pengembangan
karier. Tanggung jawab utama untuk pengembangan suatu program
karier terletak pada individu karyawan.
b. Respect confidentiality. Pembimbingan karier adalah sangat personal dan
memiliki persyaratan dasar etika, kepercayaan, dan privasi.
c. Menjalin suatu hubungan. Jujur, terbuka, dan bersahabatlah dengan
bawahan. Cobalah berempati dan melihat segala sesuatu dari titik
pandang bawahan.
d. Dengarkan secara efektif. Belajarlah menjadi pendengar yang
bersahabat. Sifat dasar manusia bertendensi ingin melakukan sesuatu
melebihi apa yang diucapkan. Ini seringkali perlu usaha secara sadar
untuk menjadi pendengar yang baik.
e. Mempertimbangkan alternatif. Suatu sasaran penting dalam
pembimbingan karier adalah membantu bawahan menyadari bahwa
6.28 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
D. PILIHAN KARIER
seseorang dapat saj a memiliki suatu orientasi investigatif, namun apakah dia
memiliki keahlian menjadi ilmuwan periset, ahli fisika, atau ahli biologi, ini
semua akan memainkan bagian penting dalam pekerjaan atau karier yang
dipilihnya.
Umpan ba/ikl
Penempatan
Sesua: Sesua: ,... pada jalu~
--- 1<arien -- -·-
. .. . . -. - . . -. . -..
., r ~
Gambar 6.1.
Proses Perencanaan Karier
Sumber: Byars, L. L. dan Rue, L. W. (1997). Human Resource Management. 5th Edition.
Chicago: The McGraw-Hill Companies, Inc.
1. Perencanaan Karier
Kebutuhan dan peluang individu dan organisasional dapat disesuaikan
dalam berbagai cara. Menurut Ivancevich (1992), pendekatan yang paling
luas digunakan adalah (1) bimbingan informal oleh staf personalia dan (2)
e EKMA421 4/MODUL 6 6.31
2. Jalur Karier
Hasil dari perencanaan karier adalah penempatan seseorang dalam
pekerjaan yang merupakan awal dari serangkaian sekuensi pekerjaan. Secara
definitif, jalur karier merupakan serangkaian aktivitas pengembangan yang
melibatkan pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja, baik secara formal
maupun informal yang membantu membuat seseorang mampu memegang
jabatan/pekerjaan yang lebih maju (Byars dan Rue, 1997). Dari perspeksi
organisasi, jalur karier merupakan input penting dalam perencanaan angkatan
kerj a. Angkatan kerj a organisasi di mas a depan tergantung pada perj alan an
individu yang diproyeksikan melalui kedudukan (penjenjangan). Dari
pandangan individu, suatu jalur karier merupakan konsekuensi pekerjaan, di
mana individu bersedia mengerjakan dalam kaitannya untuk mencapai
sasaran personal dan karier. W alaupun pada dasarnya tidak mungkin secara
sempurna menyatukan kebutuhan individu dan organisasional dalam
perancangan j alur karier, namun suatu perencanaan karier yang sistematis
memiliki potensi untuk menutup jarak antara kebutuhan individu dengan
kebutuhan organisasional. Tabel 6.6 memperlihatkan kerangka dari langkah
dasar dalamjalur karier.
Tabel 6.6.
Langkah Dasar Jalur Karier
1. Menentukan atau menegaskan kembali kemampuan dan perilaku akhir dan pekerjaan
target. Oleh karena pekerjaan cenderung untuk berubah terus, adalah penting untuk
menentukan atau menegaskan persyaratan dan mereviunya secara periodik.
2. Menjaga data latar belakang karyawan dan mereviunya demi akurasi dan kelengkapan.
Oleh karena interes karyawan dan sasaran karier cenderung bergeser, ini juga harus
ditegaskan. Juga perlu seringkali memperbaiki catatan-catatan individu berkaitan
dengan keahlian, pengalaman, dan sebagainya.
3. Melaksanakan perbandingan analisis kebutuhan yang secara bersama-sama melihat
individu dan pekerjaan yang ditargetkan. Menentukan apakah individu dan pekerjaan
yang ditargetkan cenderung sesuai.
4. Mengukur/mencocokkan cita-cita karier karyawan, kebutuhan pengembangan, dan
pekerjaan yang ditargetkan yang dituntut oleh manajemen karier organisasional.
5. Mengembangkan pelatihan kerja individu dan kebutuhan pendidikan dengan
6.32 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
dideteksi dan ditangani lebih awal); 3) mengelola karyawan yang berada pada
taraf tidak ada kemajuan dalam karier yang tidak efektif dan karyawan yang
frustasi secara lebih efektif (obati masalah begitu muncul).
~rg
1
,
•
-
....,..,..
uq !'(
LATIHAN
. - ..
---- ~ . .
TES FDRMATIF 2
1) Pengertian karier, yaitu sesuatu yang bergerak menuju ke atas pada garis
pekerjaan mengandung suatu pengertian bahwa karier ....
A. membuat banyak uang
B. memiliki banyak anak buah
C. memiliki keahlian manajerial
D. memiliki keberhasilan dalam tugas
KEGIATAN BELAL.JAR 3
Disi pl in Karyawan
A. PENDAHULUAN
1. Pengertian Disiplin
Menurut Byars dan Rue (1997), disiplin organisasional merupakan
tindakan yang diambil untuk mengatasi karyawan yang telah melanggar
peraturan organisasional, atau karyawan yang kinerjanya telah mulai merosot
hingga suatu titik di mana tindakan perbaikan diperlukan. Disiplin seringkali
dipahami sebagai hukuman bagi kesalahan masa lampau. Banyak manajer,
ketika menghadapi masalah disiplin dalam organisasi mereka langsung
berpikir "hukuman apa yang harus diberikan?" "seberapa berat hukuman
harus diberikan ?". Sehingga bentuk akhir dari disiplin adalah pemberhentian.
Padahal, yang penting dalam kaitannya dengan disiplin adalah adanya
perubahan perilaku karyawan demi meningkatkan produktivitas karyawan.
Artinya, disiplin harus dipandang sebagai suatu peluang untuk belaj ar
karyawan dan sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas serta hubungan
kemanusiaan.
Membua1 Mengkomunikasikar1
Memperbaikl
Organisas1 ,..... peraturan dall ,..... peraturan dall ,......
(mendisiplinkan)
sasarar. - sasaran .
. .
---~ ~· - · ----· - ·. . . .
Karyawar1 ....
~
Gambar 6.2.
Model Proses Disiplin
2. Proses Disiplin
Gambar 6.2 merupakan model proses disiplin. Tahap pertama dalam
proses tersebut adalah pembuatan sasaran (kinerja yang dituntut) dan
peraturan kerja. Kinerja yang dituntut, biasanya, dibuat melalui proses
penilaian kinerj a. Peraturan kerj a harus relevan dengan us aha untuk
mensukseskan kinerja pekerjaan. Oleh karena implementasi peraturan kerja
sebagian tergantung pada kerelaan karyawan untuk menerima peraturan
tersebut maka pengkajian secara periodik terhadap kelayakan peraturan
tersebut sangat diperlukan. Dalam rangka pengkajian peraturan perlu juga
e EKMA421 4/MODUL 6 6.41
diminta input dari karyawan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Peraturan kerja akan mudah mendapat dukungan jika dipandang adil dan
relevan dengan pekerj aan.
Tahap kedua adalah mengkomunikasikan kinerja yang dituntut dan
peraturan kerja tersebut kepada seluruh karyawan. Ini biasanya ditangani
melalui orientasi dan penilaian kinerja. Peraturan kerja dikomunikasikan
dalam berbagai cara. Umumnya, individu yang telah diangkat menjadi
pegawai menerima buku pedoman yang menguraikan tentang peraturan kerja
dan kebijaksanaan organisasi. Bagian sumber daya manusia atau supervisor
karyawan baru bertugas menjelaskan peraturan kerja dan kebijaksanaan
organisasi kepada karyawan baru selama masa orientasi. Selanjutnya,
karyawan baru dapat diminta untuk menandatangani suatu dokumen yang
menyatakan bahwa mereka telah menerima dan membaca buku pedoman.
Dalam organisasi yang memiliki serikat buruh, peraturan kerja dan
tindakan disipliner yang sesuai dengan pelanggaran, seringkali menjadi
bagian dari kontrak kerja. Buletin dinding, news letters perusahaan, dan
memo umumnya juga dipakai untuk mengkomunikasikan peraturan kerja
tersebut. Tahap terakhir adalah penerapan tindakan memperbaiki atau
tindakan disiplin jika diperlukan. Tindakan perbaikan ini diperlukan jika
kinerja pekerjaan karyawan mengalami penurunan atau ketika pelanggaran
terhadap peraturan kerj a terj adi.
2. Disiplin Progresif
Pola disiplin progresif merupakan suatu pendekatan di mana
konsekuensi hukuman diadministrasikan secara progresif. Artinya, kesalahan
atau pelanggaran yang berikutnya akan memperoleh hukuman agak lebih
berat dibanding kesalahan atau pelanggaran sebelumnya. Sebagai contoh,
penerapan disiplin terhadap karyawan yang tidak masuk kantor tanpa izin.
Hukuman tidak masuk kantor tanpa izin pada kali ketiga akan lebih berat
dibanding hukuman tidak masuk kantor tanpa izin pada kali kedua dan kali
pertama. Misalnya, tidak masuk tanpa izin kali pertama, karyawan akan
memperoleh peringatan secara lisan. Pada kali kedua, karyawan memperoleh
e EKMA421 4/MODUL 6 6.43
3. Disiplin Positif
Peraturan tungku panas disiplin progresif berfokus pada perilaku masa
lalu. Sedangkan disiplin positif dipandang sebagai berorientasi ke masa ke
depan, yaitu bekerja bersama dengan karyawan untuk memecahkan masalah
sehingga masalah-masalah tersebut tidak terjadi lagi. Pendekatan ini
mengakui bahwa orang dapat membuat kesalahan. Program ini tidak
menekankan pada tindakan yang bersifat menghukum yang biasa dilakukan
oleh manajemen. Sebagai contoh, program komunikasi yang meliputi rapat-
rapat, presentasi dengan slide, brosur, dan pelatihan yang menjelaskan
mengenai program-program beserta sifatnya kepada para karyawan. Menurut
suatu pengalaman di perusahaan General Electric, cara ini secara signifikan
dapat mengurangi jumlah tindakan disiplin formal.
1. Pengertian
Suatu ketidakpuasan karyawan merupakan keluhan/pengaduan tentang
kebijaksanaan organisasional, prosedur, atau praktik manajemen yang
menciptakan ketidakpuasan atau ketidaknyamanan, apakah hal itu valid
ataukah tidak. Keluhan/pengaduan tersebut dapat dibuat baik oleh individu
ataupun serikat pekerj a (Ivancevich, 1992). Sedangkan prosedur menangani
ketidakpuasan karyawan merupakan alat yang sistematik untuk memecahkan
masalah ketidaksepakatan atas kesepakatan kerja bersama dengan
memberikan jaminan bahwa syarat-syarat dan kondisi yang telah disepakati
dalam negosiasi telah diimplementasikan secara memadai (Byars dan Rue,
1997). Prosedur menangani ketidakpuasan karyawan pada umumnya
menyertai perusahaan yang memiliki serikat pekerja. Meskipun begitu,
prosedur menangani ketidakpuasan karyawan dapat juga sebagai saluran
komunikasi penting dalam perusahaan yang nonserikat pekerja. Prosedur
menangani ketidakpuasan karyawan menggambarkan langkah-langkah yang
diambil oleh karyawan, dalam usahanya untuk meminta suatu tindakan
manajemen terhadap sesuatu hal yang mereka yakini melanggar kesepakatan
kerja bersama. Di samping digunakan untuk meminta menangani tindakan
disipliner, prosedur menangani ketidakpuasan karyawan juga untuk
6.44 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
Karyawan yang
Tidak Puas
Gambar 6.3.
Prosedur Menangani Ketidakpuasan Karyawan Pada Situasi Melibatkan
Serikat Pekerja
LATIHAN
----- -.....;
RANGKUMAN
TES FDRMATIF 3
4) Asumsi dasar yang digunakan pada pendekatan disiplin hot stove rule
adalah ....
A. disiplin diterapkan dengan adil
B. semakin berat kesalahan, semakin berat hukumannya
C. hukuman diterapkan dengan mempertimbangkan efeknya
D. mempertimbangkan akibatnya di masa depan
Daftar Pustaka
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAL.JAR 1
Tabel 7.1
Contoh Penghargaan lntrinsik dan Penghargaan Ekstrinsik
yang mereka inginkan. Oleh karena itu, organisasi harus dapat mengaitkan
antara penghargan formal, seperti tunjangan cuti, program asuransi,
tunjangan hari raya dengan kinerja. Artinya, besarnya tunjangan yang akan
diterima oleh karyawan ditentukan oleh kinerja yang dicapai karyawan,
bukan ditentukan oleh organisasi atau senioritas. Memang dalam praktik hal
ini tidak mudah, karena memerlukan beberapa syarat, seperti kinerj a harus
dapat diukur secara akurat, harus ada disiplin yang secara sungguh-sungguh
mengaitkan kinerja dengan penghargaan.
Byars dan Rue (1997) mengemukakan bahwa terdapat beberapa
prakondisi yang harus dipenuhi agar dapat mengimplementasikan program
upah untuk kinerja (pay-for-performance program) secara berhasil, seperti:
1. percaya pada manajemen. Jika karyawan skeptis terhadap manajemen
maka akan sulit membuat program upah untuk kinerja dapat berjalan
dengan baik. U nsur kepercayaan ini penting bagi keberhasilan
pengimplementasian program upah untuk kinerja;
2. tidak adanya batasan kinerja. Oleh karena program upah untuk kinerja
pada umumnya didasarkan pada kemampuan dan usaha karyawan maka
pekerj aan harus ditata (distruktur) sedemikian rupa sehingga kinerj a
karyawan tidak terhambat oleh faktor-faktor di luar kontrol mereka.
Artinya, ketidakjelasan batasan-batasan pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh karyawan akan menyulitkan karyawan mencapai
kinerja yang dipersyaratkan;
3. adanya supervisor dan manajer yang terlatih baik. Supervisor dan
manajer harus terlatih baik dalam merancang dan mengukur standar
kinerja. Tanpa adanya keahlian merancang standar dan pengukuran
kinerja dengan baik, akan sulit memperoleh alat pengukur kinerja yang
dapat dipercaya dan valid;
4. adanya sistem pengukuran yang baik. Kinerja harus didasarkan pada
kriteria pekerj aan yang spesifik dan berfokus pada pencapaian basil.
Artinya, harus ada standar dan ukuran kinerja dengan baik, akan sulit
melaksanakan program upah untuk kinerja secara adil;
5. kemampuan untuk membayar. Porsi balas jasa yang dikaitkan dengan
kinerja harus cukup besar sehingga dapat menarik perhatian karyawan.
Artinya, jika karyawan melihat penambahan pendapatan tidak
proporsional dengan kenaikan kinerja maka mereka akan enggan
meningkatkan kinerja secara signifikan;
7.6 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
6. harus jelas perbedaan antara biaya hidup, senioritas, dan merit. Dengan
tidak adanya bukti yang kuat terhadap perbedaan tersebut, secara
alamiah karyawan akan beranggapan bahwa kenaikan upah yang mereka
terima adalah sebagai kenaikan biaya hidup atau karena semakin senior;
7. kebijaksanaan upah secara keseluruhan dikomunikasikan dengan baik.
Karyawan harus memperoleh pemahaman yang jelas tentang sejauh
mana kesesuaian antara upah berdasarkan jasa dengan gambaran upah
secara keseluruhan;
8. harus ada skedul penghargaan yang fleksibel. Perusahaan akan lebih
mudah untuk mengadakan program upah untuk kinerja yang dipercaya
jika semua karyawan tidak menerima penyesuaian upah pada tanggal
yang sama. Sebab dengan adanya penyesuaian upah pada tanggal yang
sama, secara alamiah karyawan akan beranggapan bahwa perubahan
upah yang mereka terima tidak berkaitan dengan kinerja mereka.
M = E. L(I.V)
e EKMA421 4/MODUL 7 7.7
P..a11g_Ha..r,a~s n 1\lt£1e. n Sl
(~~lifllf~ ~~ rf(;1:.Lr~ li'J~ ,.tj'~a ~.~ o-m ~J.n~~u. un~t!lw fndiVI~tD ,
a ken m:e~ 1:JJ t.r .k'rte rJ:a :rang
~~~ril~~ K~n? ·
•
I
t
•
+' I
''
t(j.~rJa:
.. .. ~ +; -·
·-:
IHasl l ~ou tc;.er.ne'S ~ u~a ~ ,
P¢~{fl1~ rg~~a'n. tJ II)
I .
Jl!e:l a rlte.rn
('l;('e:rm~t19 K-ura.n b~J1W~ K'lr:tf?tJ~Hi~ Kan
· ~~iig f1:asll'ka=n. h:a:Sit'ya·,na dilnaiti ~·an)'
Gambar 7.1
Elemen-elemen Utama Teori Pengharapan
Sumber: Fisher, C.D., Schoenfeldt, L.F. san Show, J.B. 1990. Human Resource
Management. Boston: Hougton Mifflin Company.
____ -.........;
RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TES FORMATIF 1
KEGIATAN BELAL.JAR 2
A. PENGERTIAN KOMPENSASI
B. PENENTUAN KOMPENSASI
D. KOMPENSASI DASAR
Kompensasi (upah dan gaji) dasar adalah upah yang diterima karyawan
sebagai imbalan atas pekerjaannya yang dapat didasarkan atas jam kerja,
mingguan, atau bulanan. Pada umumnya, kompensasi dasar ini digunakan
sebagai landasan persepsi karyawan terhadap kelayakan dan keadilan sistem
kompensasi suatu organisasi. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, jika
karyawan merasa tidak diberikan kompensasi secara adil dan wajar berbagai
kemungkinan negatif akan muncul, seperti kemalasan bekerja, mangkir,
mogok, ke luar organisasi atau pindah ke organisasi lain. Di samping itu,
menurut Byars dan Rue (1997), sistem kompensasi dasar seringkali
mencerminkan iklim keseluruhan organisasi. Jika sistem kompensasi dasar
sudah dipandang adil dan wajar maka organisasi secara keseluruhan juga
dipandang sebagai hal yang sama.
Tujuan utama dari sistem kompensasi dasar adalah untuk mengadakan
suatu struktur kompensasi yang adil dan wajar yang didasarkan pada
pekerjaan dan tingkat kinerja pekerjaan yang bersangkutan. Namun
demikian, untuk mencapai tujuan ini tidaklah mudah. Oleh karena itu,
menurut Byars dan Rue (1997), sebelum membuat sistem kompensasi dasar,
perlu dijawab beberapa pertanyaan kebijaksanaan sebagai berikut.
1. Berapa tingkat upah yang paling rendah yang dapat ditawarkan untuk
suatu pekerjaan yang akan dapat menarik karyawan yang berkualitas?
2. Berapa tingkat upah yang harus ditawarkan kepada karyawan untuk
menjamin karyawan tetap loyal terhadap organisasi?
e EKMA421 4/MODUL 7 7.19
Tabel 7.2
Sistem Klasifikasi Pekerja Klerek
Kelas Ill Pekerjaan dengan komitmen sedang, tidak ada tanggung jawab
pengawasan, ada kontak publik
7.22 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
Tabel 7.3
Evaluasi Butir untuk Jabatan Klerikal (Sistem Poin-500)
0 DE RAJ AT
FAKTOR BOBOT /o
Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima
1. Pendidikan 50 50 100 150 200 250
2. Pengalaman 25 25 50 75 100 125
3. Kompleksitas 12 12 24 36 48 60
jabatan
4. Hubungan 8 8 24 40
dengan pihak
lain
5. Kondisi ker'a 5 10 15 20 25
Sumber: lvancevich, 1992.
d. Metode perbandingan
Sebagaimana metode butir, metode perbandingan ini termasuk teknik
kuantitatif yang melaksanakan pembandingan atas dasar faktor dengan
faktor. Dalam metode ini jabatan-jabatan dievaluasi atau dibandingkan
dengan patok duga (benchmark) dari poin kunci. Untuk ini, digunakan skala
pembandingan faktor. Pada umumnya, ada lima faktor jabatan yang
digunakan untuk membandingkan jabatan-jabatan yang sedang dievaluasi,
yaitu (lvancevich, 1992):
1) tanggung jawab. Tanggung jawab jabatan tentang uang, sumber daya
manusia, catatan-catatan, dan supervisor;
2) keahlian. Kecakapan koordinasi otot dan latihan dalam interpretasi
persyaratan pancaindera.
3) usaha fisik. Duduk, berdiri, berjalan, mengangkat, bergerak, dan
sebagainya;
4) us aha mental. Kepandaian, pemecahan masalah, pemberian alas an, dan
• • • •
tmaJinast;
5) kondisi kerja. Faktor-faktor lingkungan, seperti kebisingan, ventilasi,
jam kerja, panas, bahaya, asap, dan kebersihan;
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.4 tentang skala
pembandingan faktor. Cara ini dapat diterapkan ke jabatan lain dengan
membandingkan apa yang ada pada setiap faktor dengan yang ada pada
jabatan kunci dan menjumlahkan rupiah yang terkait dengan nilai hingga
mencapai tarif per jam. Sebagai contoh, katakan bahwa sebuah jabatan baru
Uabatan X), sedang dievaluasi. Jabatan X tersebut memiliki level keahlian
yang dipersyaratkan sama seperti jabatan 3 (1250); level tanggung jawab
yang sama seperti jabatan 4 (1100); memiliki kondisi kerja yang sedikit
berisiko daripada kondisi kerja jabatan 2 (700); dan persyaratan usaha yang
agak besar daripada jabatan 4 (900). Hal ini berarti upah per jam yang layak
untukjabatan X adalah Rp3.950,00.
Metode ini memiliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihan terletak pada
penggunaan metode evaluasi formal secara tahap demi tahap sehingga
memungkinkan kita untuk melihat bagaimana perbedaan dalam ranking
faktor diterjemahkan ke dalam rupiah. Sedangkan kekurangan dari metode ini
adalah agak rumit. Artinya, walaupun metode ini dapat dengan mudah
dijelaskan kepada bawahan, namun sulit untuk menunjukkan bagaimana
sistem seperti itu dapat dibangun. Di samping itu masih adanya unsur
subjektif yang dilakukan oleh petugas dalam tahap-tahap evaluasi.
7.26 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
Tabel 7.4
Skala Pembandingan Faktor
Faktor
Tarif Kondisi
Keahlian Usaha Tanggung jawab
Jabatan
500 Jabatan 1 Jabatan 1 Jabatan 3
550 Jabatan 4
600
650 Jabatan 1 Jabatan 2
700 Jabatan 2 Jabatan 3 Jabatan X
750 Jabatan 2 Jabatan 3
800 Jabatan 4
850
900 Jabatan X Jabatan 1
950 Jabatan 2
1000
1050
1100 Jabatan 4 Jabatan 4
(Jabatan X)
1150
1200
1250 Jabatan 3
(Jabatan X)
1300
1350
Sumber: Fisher, et al., 1990.
karyawan tentang kondisi pasar tenaga kerja dan terutama untuk menjamin
keadilan eksternal. Survei juga dapat digunakan untuk meluruskan berbagai
miskonsepsi karyawan tentang jabatan tertentu dan memberikan dampak
pada motivasi kerja karyawan.
Berbagai sumber data dapat digunakan dalam survei gaji dan upah.
Sumber-sumber tersebut antara lain, Biro Pusat Statistik, Departemen Tenaga
Kerja, Asosiasi Dagang dan Industri (KADIN), Asosiasi Profesi (HIPMI),
Asosiasi Pengerah Tenaga Kerja (APJATI). Mereka itu sering
mempublikasikan berbagai informasi tentang ketenagakerjaan. Di samping
itu, data juga dapat diperoleh dari berbagai terbitan, seperti jumal dan
majalah yang memuat tentang masalah ketenagakerjaan Indonesia.
Ada beberapa metode pengumpulan data yang umum digunakan dalam
survei gaji dan upah. Beberapa metode tersebut adalah, wawancara personal,
wawancara melalui telpon, dan kuesioner yang dikirim. Metode wawancara
personal merupakan metode yang paling reliabel dan mahal. Sedangkan
kuesioner yang dikirim merupakan metode yang paling banyak digunakan,
karena relatif murah dan dapat dilakukan secara mas sal. Menurut Byars dan
Rue (1997), metode kuesioner yang dikirim hanya dapat digunakan untuk
survei jabatan yang memiliki pengertian/definisi seragam di seluruh industri,
karena jika terdapat keraguan berkaitan dengan definisi jabatan maka
jawaban terhadap kuesioner dapat menjadi kurang reliabel. Potensi masalah
lain akibat penggunaan kuesioner yang dikirim adalah jawaban terhadap
kuesioner dapat diberikan oleh seseorang yang tidak familier terhadap
masalah pengupahan. Selanjutnya, penggunaan telepon untuk tujuan
mengumpulkan data survei, memang diakui dapat lebih cepat. Namun
masalahnya adalah seringkali diperoleh basil yang kurang lengkap sehingga
masih diperlukan klarifikasi jawaban melalui kuesioner yang dikirim.
Informasi apa yang perlu dikumpulkan? Menurut Byars dan Rue (1997),
ada beberapa topik yang dapat dicakup dalam suatu survei gaji dan upah.
Topik-topik tersebut meliputi:
membayar.
6. Program insentif. 6. Kebijakan tentang tunjangan.
7. Diferensial perubahan. 7. Deskripsi kontrak serikat
8. Upah lembur pekerja.
Tabel 7.5
Contoh Broadbanding
·~~ :
·~.··: ; LATIHAN
j I
.
. -
• .._-il*
-~ ------------------------------------------
----- ~- •._
karena itu, seseorang yang berada pada suatu struktur yang tinggi dalam
organisasi memperoleh penghasilan lebih tinggi dibandingkan dengan
karyawan yang berada pada level di bawahnya, karena mereka dituntut
untuk memiliki pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang lebih
tinggi. Keadilan eksternal mengacu pada pembandingan pekerjaan-
pekerjaan yang serupa di dalam organisasi yang berbeda. Fokusnya pada,
apakah karyawan pada organisasi lain diupah untuk melakukan
pekerjaan yang umumnya sama. Contoh keadilan eksternal ini, adalah
upah yang diterima oleh direktur dari berbagai macam perusahaan listrik.
Sedangkan keadilan individu mengacu pada pembandingan di antara
individu dalam jabatan/pekerjaan yang sama dan dalam organisasi yang
sama. Sebagai contoh, gaji untuk jabatan sekretaris dalam satu
perusahaan. Setelah mengadakan pembandingan baik secara internal
maupun eksternal, ditentukan (misalnya) gaji untuk semua sekretaris
dalam suatu perusahaan berkisar antara Rp1.200.000,00 dan
Rp 1.600.000,00 per bulan.
3) Sistem upah dasar konvensional merupakan pendekatan pengupahan
yang didasarkan padajabatan. Artinya, struktur upah karyawan dikaitkan
dengan jabatan dan tanggung jawab. Jabatan dan tanggung jawab
tersebut terutama didasarkan pada deskripsi j abatan dan hierarki
struktural jabatan. Sedangkan sistem upah berdasarkan keahlian (Skill
Based Pay) atau dikenal juga dengan istilah upah berdasarkan
pengetahuan (knowledge-based pay) adalah suatu sistem pengupahan
yang memberikan upah kepada karyawan didasarkan pada keahlian yang
disumbangkan pada pekerjaan/jabatan. Secara khusus, sistem
pengupahan ini memberikan upah kepada karyawan terhadap keluasan
pengetahuan, banyaknya keahlian yang terkait dengan bisnis, tingkat
keahlian dan pengetahuan, atau kombinasi antara keluasan dan tingkat
keahlian dan pengetahuan. Dengan sistem upah berdasar keahlian,
karyawan pantas untuk menerima suatu kenaikan upah jika mereka telah
selesai belajar keahlian baru dan memperlihatkan adanya suatu kemajuan
dari keahlian yang mereka miliki.
7.34 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
TES FDRMATIF 2
Kegiatan Belajar 3
3. Metode Pengupahan
Ada beberapa metode pembayaran yang dapat digunakan oleh organisasi
baik secara parsial maupun sekaligus. Organisasi dapat mengupah
7.40 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
karyawannya berdasar jam kerja mereka, atau dapat pula atas dasar ke luaran
(output) yang mereka hasilkan, seperti penjahit pada perusahaan konfeksi,
pelinting rokok pada perusahaan rokok, ataukah kombinasi dari keduanya.
B. PENGUPAHAN INSENTIF
menjahit krah baju dinilai Rp4.000,00 per jam kerja. Dari rekayasa industrial
ditetapkan bahwa 50 krah baju per jam kerja merupakan tarif produksi
standar. Dengan demikian, tarif per potong setiap krah baju adalah
Rp4.000,00 dibagi 50 sama dengan Rp80,- per krah baju.
Satu variasi program tarif per potong langsung adalah model yang
dikembangkan oleh Frederick Taylor, yaitu tarif yang berbeda. Dalam rangka
menghadapi adanya perbedaan potensi individu karyawan Taylor
mengembangkan dua tarif berbeda, yaitu satu tarif untuk kinerja di bawah
standar dan tarif yang lebih tinggi untuk kinerj a di atas standar. Sebagai
contoh, standar kerja ditetapkan 400 krah baju per orang per hari dengan tarif
sama atau di bawah standar Rp75,00 per unit dan tarif di atas standar adalah
Rp80,- per unit. Suatu hari Amat dapat menghasilkan 400 krah baju per hari,
dia akan memperoleh upah sebesar Rp30.000,00 per hari. Ketika di hari yang
lain dia dapat menghasilkan 450 krah baju maka dia akan memperoleh upah
sebesar Rp36.000,00.
proyek. Di sini, kinerj a indi vidu tidak hanya mencerminkan us aha pribadi
karyawan, tetapi juga basil dari adanya kerja sama. Kedua, program insentif
kelompok juga dapat memberi penguatan pada perencanaan kelompok dan
pemecahan masalah serta membantu menjamin terjadinya kolaborasi. Ketiga,
program insentif kelompok dapat mempermudah pelatihan dalam jabatan
(on-the job training). Hal ini karena setiap anggota kelompok memiliki
kepentingan untuk segera memperoleh anggota kelompok yang terlatih.
a. Program gaji
Pada program gaji, tenaga penjual diupah dengan gaji tetap, walaupun
kadang-kadang diberi insentif dalam bentuk bonus, hadiah kontes penjualan,
dan semacamnya. Ada beberapa alasan digunakannya program ini pertama,
jika tujuan utamanya bersifat prospektif (mencari pelanggan baru). Kedua,
jika tenaga penjual sangat terlibat dalam pemberian pelayanan. Sebagai
contoh, pengembangan dan pelaksanaan pelatihan bagi tenaga penjual, atau
berpartisipasi dalam pameran perdagangan. Pekerjaan-pekerjaan tersebut
seringkali ditemukan dalam industri yang menjual produk-produk teknik,
seperti industri dirgantara atau alat-alat transportasi.
b. Program komisi
Program ini mengupah tenaga penjual dengan proporsi langsung
terhadap penjualan mereka. Mereka diupah berdasarkan basil. Cara ini sangat
menarik bagi tenaga penjual yang mengetahui bahwa usaha yang dilakukan
akan secara jelas membawa kepada penghargaan. Biaya penjualan akan
proporsional dengan tingkat penjualan. Keuntungan lain adalah, dasar komisi
mudah dipahami dan dihitung.
c. Program kombinasi
banyak perusahaan mengupah tenaga penjual mereka dengan
mengkombinasikan antara gaji dan komisi di mana komponen gaji
merupakan proporsi yang lebih besar daripada komisi. Pada umumnya
proporsi gaji dan komisi secara berturut-turut adalah 80% gaji-20% insentif,
70% gaji-30% insentif, dan 60% gaji-40% insentif. Program kombinasi
memberikan beberapa keuntungan dan kekurangan dari program gaji
langsung dan komisi langsung. Tenaga penjual melalui rincian jasa-jasa apa
7.46 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
Tabel 7.6.
Panduan Kenaikan Jasa (Merit)
a. Suggestion systems
Merupakan sistem yang biasanya menawarkan insentif secara tunai
untuk memberikan sugesti kepada karyawan agar dapat mengbasilkan
keuntungan yang meningkat atau dapat menekan biaya (Byas dan Rue, 1997).
Berkaitan dengan usaba menaikkan keuntungan organisasi, Sugestion Plan
dapat sebagai alat untuk membuat karyawan semakin merasa menjadi bagian
organisasi dan untuk meningkatkan komunikasi para manajemen dan
karyawan. Kata kunci untuk dapat memiliki sistem sugesti yang berbasil
adalab mengkomunikasikan secara jelas dan pasti bagaimana kerja sistem.
Karyawan barus yakin babwa setiap sugesti akan dievaluasi dengan adil.
7.48 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
'·~
' · ' ' '
; ' ' .
r_ . , .,._
· .-- ..
~sz LATIHAN
-
' ·,
. """!"
a-
~
i~ -----------------------------------------
.
RANGKUMAN
TES FORMATIF 3
Daftar Pustaka
Fisher, C. D., Schoenfeldt, L.F. dan Shaw, J.B. (1990). Human Resource
Management. Boston: Houghton Mifflin Company.
Kesejahteraan Karyawan
Drs. Yun lswanto, M. Si.
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAL.JAR 1
Tunjangan Karyawan
Upah untuk waktu tidak bekerja (Pay For Time Not Working) atau
tunjangan upah tambahan (Supplemental Pay Benefit) merupakan salah satu
bentuk tunjangan yang termahal, karena menyangkutjumlah hari tidak masuk
kerja yang sangat banyak yang kebanyakan diterima oleh karyawan. Periode
8.6 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
upah untuk waktu tidak bekerja pada umumnya meliputi tunjangan hari
besar, tunj angan cuti, tug as militer, cuti kematian, cuti sakit, cuti besar, cuti
bersalin dan pembayaran asuransi pengangguran karena mengundurkan diri
atau berhenti bekerj a. Cuti bersalin dan asuransi pengangguran, di Amerika
Serikat, dipandang sebagai tunjangan yang diwajibkan oleh hukum (legally
required benefits).
1. Asuransi Pengangguran
Asuransi pengangguran yaitu tunjangan yang diberikan secara mingguan
kepada seorang karyawan karena tidak dapat bekerja yang disebabkan oleh
kesalahan orang lain (Dessler, 2000). Dana tunjangan ini pada umumnya
diperoleh dari pajak pengangguran yang ditanggung oleh perusahaan, yang
berkisar antara 0,1% sampai 5% dari upah yang kena pajak. Tarif pajak
pengangguran yang ditanggung perusahaan mencerminkan tingkat
pengunduran diri karyawannya.
Tunjangan pengangguran tersebut tidak berlaku bagi semua karyawan
yang diberhentikan, tetapi hanya untuk karyawan yang berhenti bekerja
bukan karena kesalahan sendiri. Sebagai contoh, karyawan yang
diberhentikan karena suka terlambat masuk kerja atau suka membolos kerja
yang telah kronis tidak dapat mengklaim tunj angan tersebut.
Rata-rata jumlah hari cuti tahunan, umumnya lebih besar pada negara-
negara industri di luar Amerika Serikat. Sebagai contoh, di Swedia dan
Austria jumlah hari cuti tahunannya adalah 30 hari; di Perancis 25 hari; di
Inggris, Spanyol, Norwegia, Finlandia, dan Belgia antara 20 hingga 25 hari.
e EKMA421 4/MODUL B 8.7
Jumlah hari libur berkaitan dengan hari besar yang dibayar perusahaan,
juga bervariasi antara perusahaan satu dengan lainnya. Meskipun di
Indonesia belum melakukan kebijakan seperti ini, di beberapa negara jumlah
hari libur yang dibayar perusahaan tersebut berkisar antara 5 hingga 13 hari.
Libur hari besar yang dibayar tersebut meliputi, di antaranya, libur tahun
baru, libur natal, libur lebaran (untuk Indonesia), dan libur memperingati
kemerdekaan.
3. Cuti Sakit
Tunjangan yang dibayarkan kepada karyawan yang tidak dapat masuk
bekerja karena menderita sakit. Kebanyakan kebijakan tunjangan cuti sakit
diberikan sebesar upah/gaji penuh selama jangka waktu tertentu yang
diizinkan (umumnya sekitar 12 hari per tahun).
Pada banyak perusahaan, tunjangan cuti sakit ini telah membawa
kekhawatiran bagi pengusaha, khususnya penyalahgunaan cuti sakit oleh
karyawan untuk memperpanjang cuti liburan mereka, padahal yang
bersangkutan tidak benar-benar sakit. Sebagai contoh, berdasarkan survei di
Amerika Serikat, hanya sekitar, 45% karyawan yang benar-benar sakit dari
seluruh ketidakhadiran karyawan karena alasan cuti sakit (Dessler, 2000).
Meskipun angkanya sangat bervariasi sejalan dengan besar-kecilnya
perusahaan, besarnya angka ketidakhadiran karyawan yang tidak terencana
untuk seluruh perusahaan di Amerika Serikat rata-rata sekitar 1,6% dari
seluruh jam kerja yang terencana. Artinya, jika sebuah perusahaan dengan
100 karyawan dan 40 jam kerja per minggu, dapat diperkirakan akan
memiliki karyawan yang tidak hadir tanpa direncanakan pada tingkat kira-
kira 0,016 x 4000, sama dengan 64 jam per minggu.
Ada beberapa usaha yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi
penggunaan cuti sakit tersebut, di antaranya, menawarkan uang pengganti
cuti sakit bagi mereka yang tidak memanfaatkan hak cuti sakitnya pada setiap
akhir tahun. Perusahaan setiap akhir tahun membayar karyawannya dengan
jumlah sebanding dengan pendapatan hariannya untuk setiap hak cuti sakit
yang tidak digunakan oleh karyawan. Kelemahan dari kebijakan ini adalah,
karyawan yang secara syah (benar-benar) sakit memaksakan diri untuk
datang bekerj a agar dapat uang pengganti cuti sakit tersebut. Cara lain adalah
penggunaan undian (lotere). Bagi karyawan yang datang bekerja sebulan
penuh tanpa absen diikutsertakan dalam undian tersebut. U ndian ini benar-
benar hanya untuk karyawan yang bekerja sebulan penuh tanpa absen dan
8.8 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
4. Uang Pesangon
Uang pesangon adalah suatu pembayaran yang diberikan oleh suatu
perusahaan dan dibayarkan hanya sekali ketika memberhentikan seorang
karyawan (Dessler, 2000). Selanjutnya, menurut Dessler, jumlah pembayaran
tersebut dapat berkisar dari 3 atau 4 hari upah sampai 1 atau lebih gaji
tahunan. Dapat pula perusahaan memberikan upah pesangon "jembatan",
yaitu tetap membayarkan gaji karyawan yang bersangkutan (khususnya
manajer) untuk beberapa bulan, hingga yang bersangkutan memperoleh
pekerjaan baru.
Pembayaran tersebut adalah masuk akal, karena hal itu merupakan sikap
perikemanusiaan. Juga merupakan hubungan kemasyarakatan yang baik.
Namun demikian, agar dapat menyiapkan uang pesangon tersebut dengan
baik, karyawan diharapkan menyampaikan rencana pengunduran dirinya
kepada manajer atasannya minimal satu atau dua minggu sebelumnya.
Apa pun alasannya, uang pesangon telah menjadi semakin umum
diberikan kepada karyawan yang akan kehilangan pekerjaannya. Dalam suatu
survei terhadap 3000 manajer sumber daya manusia ditemukan bahwa 82%
responden menyatakan memiliki kebijakan uang pesangon bagi karyawannya
yang akan berhenti berkisar dari 66% untuk perusahaan yang sangat kecil
sampai di atas 90% untuk perusahaan yang lebih besar (Dessler, 2000).
Namun demikian, alasan mengapa seorang karyawan mengundurkan diri dari
suatu perusahaan akan mempengaruhi apakah karyawan yang bersangkutan
memperoleh uang pesangon atau tidak. Sebagai contoh, sekitar 95%
karyawan yang berhenti berkaitan dengan adanya perampingan organisasi,
memperoleh uang pesangon dan hanya sekitar sepertiga responden
memberikan uang pesangon kepada karyawan yang berhenti karena
berkinerja jelek.
e EKMA421 4/MODUL B 8.9
E. TUNJANGAN ASURANSI
F. TUNJANGAN PENSIUN
1. Jaminan Sosial
Jaminan sosial memberikan pendapatan hanya ketika karyawan telah
memasuki usia tua. Menurut Dessler (2000), jaminan sosial memberikan tipe-
tipe tunjangan. Pertama, tunjangan pensiun keluarga. Jenis tunjangan ini
memberikan pendapatan jika karyawan dipensiun pada usia 62 tahun atau
lebih. Kedua, tunjangan untuk karyawan yang meninggal yang diberikan
kepada ahli warisnya. Dibayarkan setiap bulan tanpa memperhatikan umur
karyawan yang meninggal. Terakhir, pembayaran kepada karyawan yang
cacat. Jenis ini memberikan pembayaran setiap bulan kepada ahli waris
karyawan apabila karyawan yang bersangkutan secara total tidak dapat
bekerja atau memenuhi persyaratan kerja tertentu. Jaminan sosial dibayar
melalui pajak upah karyawan dan ditanggung bersama-sama oleh karyawan
dan pengusaha.
e EKMA421 4/MODUL B 8.11
2. Program Pension
Program pensiun, yaitu program yang memberikan suatu jumlah tetap
kepada karyawan ketika mereka memasuki masa pensiun, atau ketika
mereka sudah tidak dapat bekerja lagi berkaitan dengan cacat tubuh. Ada
beberapa jenis program pensiun. Pertama, program pensiun tunjangan
terbatas (defined benefit plans). Merupakan suatu formula tunjangan yang
digunakan untuk menghitung ukuran pembayaran pensiun (lvancevich,
1992). Formula ini mengekspresikan hubungan antara upah dan gaji yang
dihasilkan pada saat bekerja dengan pembayaran pensiun. Langkah pertama
dalam menentukan formula adalah menunjukkan sosok penghasilan yang
mana yang harus digunakan sebagai dasar dalam penghitungan tersebut.
Beberapa ahli cenderung ke arah penggunaan rata-rata dari beberapa tahun
terakhir karyawan bekerja sebagai dasar sosok pendapatan.
Setelah rata-rata pendapatan ditentukan (dengan pendekatan formula
mana saja yang digunakan), selanjutnya tunjangan pensiun senyatanya
ditentukan dengan cara mengalikan rata-rata pendapatan tersebut dengan
jumlah tahun bekerja kali persentase yang telah ditetapkan (biasanya antara 1
hingga 3 persen). Jenis kedua adalah program ganti rugi terbalas (defined-
contribution plans). Program ini digunakan, khususnya, oleh perusahaan
yang tidak memiliki jumlah karyawan yang besar. Berbeda dengan program
tunjangan terbatas, program ini tidak menjanjikan tingkat tunjangan yang
spesifik kepada karyawan yang memasuki pensiun (Noe, et al., 2000).
Sebaliknya, suatu kemanfaatan individu dirancang untuk setiap karyawan
dengan suatu ukuran kontribusi yang terjamin. Keuntungan program ini
terhadap pengusaha adalah, memindahkan risiko investasi kepada karyawan
dan menghadirkan tantangan administratif yang lebih kecil, karena tidak ada
kebutuhan untuk menghitung pembayaran yang didasarkan pada umur dan
pengabdian.
Terdapat banyak jenis program ganti rugi terbatas, namun yang paling
sederhana adalah program pembelian uang (Noe, et al., 2000). Di sini,
pengusaha menentukan tingkat kontribusi tahunan (misal, 10 persen gaji).
Pada saat usia pensiun, karyawan memiliki hak terhadap kontribusi ditambah
pengembalian investasi. Istilah "pembelian uang" berasal dari kenyataan
bahwa karyawan seringkali menggunakan uangnya untuk membeli anuitas
daripada untuk suatu pembayaran yang sekaligus. Program lain yang juga
digunakan sebagai fasilitas pensiun adalah program berbagi keuntungan dan
program kepemilikan saham oleh karyawan.
8.12 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
a. Credit unions
Biasanya merupakan bisnis yang terpisah, diadakan bersama-sama
dengan bantuan pengusaha. Karyawan biasanya menjadi anggota credit union
dengan cara membeli saham. Anggota selanjutnya dapat menabung uangnya
di credit union, dengan memperoleh bunga tabungan yang tingkat bunga
yang ditentukan oleh Dewan Direktor Credit Union. Hal yang menarik di
sini, pada umumnya tingkat bunga pinjaman lebih rendah daripada bunga
bank.
b. Konseling
Perusahaan umumnya juga menyediakan kesempatan yang luas untuk
pelayanan konseling bagi karyawan. Pelayanan konseling ini mencakup
konseling keuangan (misal, bagaimana mengatasi masalah ketidakmampuan
membayar utang); konseling keluarga (misal, masalah perkawinan);
konseling tentang karier (misal, pengembangan karir); dan konseling tentang
penempatan pekerjaan.
atau stres. Untuk model in-house semua staf bantuan karyawan dipekerjakan
oleh perusahaan, sedangkan model out-of-house perusahaan mengontrak
perusahaan yang menyediakan jasa bantuan karyawan.
e. Bantuan pendidikan
Bantuan pendidikan merupakan salah satu bentuk tunjangan yang telah
lama dikenal oleh karyawan yang ingin melanjutkan atau menyelesaikan
sekolahnya. Kisaran pembayarannya adalah mulai dari biaya seluruh uang
kuliah dan biaya-biaya lain menurut persentase tertentu, hingga suatu jumlah
biaya yang besarnya sama untuk setiap tahunnya. Di samping itu, banyak
perusahaan mencoba memberikan program in-house college seperti program
Master of Business Administration, di mana staf pengajar suatu perguruan
tinggi mengajar mata kuliah di tempat kerja karyawan.
'
_ :· · ;
! 1 - 4 ..,.,.,.
LATIHAN
·. - io :j< - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
-- - - -.......;; - .
TES FDRMATIF 1
KEGIATAN BELAL.JAR 2
Keselamatan Kerja
b. Perencanaan
Pimpinan perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna
mencapai keberhasilan penerapan dan kegiatan Sistem Manajemen K3,
dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan tersebut harus
memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan dengan
mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku, serta basil
pelaksanaan tinjauan awal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Penerapan
Untuk mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan
harus menunjuk personel yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan
sistem yang diterapkan. Kualifikasi tersebut mencakup jaminan kemampuan
dan kegiatan pendukung seperti komunikasi, pelaporan dan
pendokumentasian. Perusahaan juga harus melakukan identifikasi sumber
bahaya untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, yang
selanjutnya melakukan pengendalian untuk menurunkan tingkat risiko.
8.24 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
..
~ ~-. -;
-24 ..::..-
LA T I H A N
1
.
.
- -
-~
"
------------------------------------------
-·- --- ~ ~ .
RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TES FDRMATIF 2
KEGIATAN BELAL.JAR 3
Kesehatan Karyawan
Penyebab Stres
(( Stressor;.
• Kelelahari • Katekholamiri
. -
• Depresl • Kortisol
• Kehilangari • Kolesterol
Konsentrasl • Tekanan darah·
• Kelesuan -· ·
-
• Pengunduran dirl
Gambar 8.1.
Kerangka untuk Memahami Stres dan Akibatnya
Sumber: Miner, J.B Crane, D.P. 1995. Human Resource Management: The Strategic
Perspective. New York: Harper Collins College Publisher.
4. Dukungan Sosial
Dukungan sosial dari atasan, ternan sekerja, keluarga, dan ternan dapat
rnenolong level stres seseorang, karena karyawan yang bersangkutan rnerasa
bahwa seseorang lain siap rnernbantunya, sehingga dia rnerasa tidak sendirian
e EKMA421 4/MODUL B 8.37
sepanj ang waktu. Intinya, seseorang merasa lebih kuat dan tegar karena
tantangan dapat dihadapi bersama-sama. Dukungan emosional merupakan
bagian dari suatu proses dukungan sosial di mana karyawan dapat
menyandarkan diri kepadanya, karyawan merasa mendapatkan dorongan, dan
karyawan merasa ada seseorang yang mau mendengarkan keluh kesahnya
atau kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Dukungan bersifat informasi
penting juga diberikan. Pihak-pihak lain dapat memberikan pengetahuan
tertentu untuk menanggulangi stres dan untuk menghadapi ketidakpastian.
Meskipun secara formal perusahaan jarang menggunakan dukungan sosial
sebagai program untuk mengurangi stres, secara informal supervisor dan
ternan sekerja harus melakukannya setiap hari.
Ketika terjadi merger dan akuisisi, maka cenderung jumlah karyawan
yang stres semakin banyak. Hal ini karena banyak karyawan yang tidak
mengetahui apakah dirinya akan masih punya jabatan atau tidak, dan juga
tidak tahu apa yang akan terjadi berkaitan dengan program kariemya. Untuk
itu, dalam situasi dan kondisi merger dan akuisisi peranan dukungan yang
bersifat informasi menjadi penting untuk mengurangi ketidakpastian dan
mengefektifkan kinerj a. Akhirnya, segala sesuatu dapat dilakukan untuk
meningkatkan interaksi sosial seperti mengadakan pertemuan-pertemuan
kelompok, team building, dan lingkaran kualitas. Dukungan sosial dalam
berbagai bentuk merupakan pengurang stres terbesar. Oleh karena itu, jika
seseorang secara nyata kena stres maka perusahaan harus melakukan segala
sesuatu yang mungkin untuk menjaganya agar tidak terisolasi dari karyawan
lainnya.
..
~ ~-. -;
-24 ..::..-
LA T I H A N
1
.
.
- -
-~
"
------------------------------------------
-·- --- ~ ~ .
RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TES F"DRMATIF" 3
Daftar Pustaka
Asikin, Z., Wahab, H.A., Husni, L., dan Asyhadie, Z. (1993). Dasar-Dasar
Hukum Perburuhan. Edisi 1. Cetakan 1. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAL.JAR 1
Hubungan Ketenagakerjaan
A. PENGERTIAN HUBUNGAN KETENAGAKERJAAN
1. Hubungan Kerja
Secara umum, hubungan kerja adalah hubungan antara dua belah pihak,
yaitu pihak pekerja dan pengusaha. Dilihat dari segi hukum, hubungan kerja
adalah hubungan antara buruh dan majikan yang terjadi setelah diadakan
perjanjian kerja, di mana buruh menyatakan kesanggupannya untuk bekerja
pada majikan dengan menerima upah, dan di mana majikan menyatakan
kesanggupannya untuk mempekerjakan buruh dengan membayar upah
(Soepomo dalam Manulang, 1990). Dari definisi ini ada 3 (tiga) unsur yang
harus dipenuhi dalam hubungan kerja, yaitu 1) pekerja atau buruh; 2)
pengusaha atau majikan; 3) perjanjian kerja antara pekerja dan pengusaha.
Perjanjian kerja ini dapat mengambil bentuk perjanjian antara seorang
pekerja dengan pengusaha, dapat pula mengambil bentuk perjanjian antara
organisasi/serikat pekerj a dengan pengusaha a tau yang disebut sebagai
perj anj ian perburuhan/ketenagakerj aan.
1. Organisasi Pekerja
oo Pada dasarnya organisasi pekerj a di Indonesia lahir sebagai alat
perjuangan melawan penjajahan Belanda (Simanjuntak, 1985). Sebagai alat
perjuangan, mereka pada umumnya bekerja sama atau mengikatkan diri
dengan partai politik. Kerja sama atau ikatan diri dengan partai politik
tersebut tetap berlangsung terus meskipun kemerdekaan Indonesia telah
dicapai. Sebagai contoh, kerja sama Serikat Buruh yang bemama Sentra
Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) dengan Partai Komunis
Indonesia (PKI) berlangsung hingga sekitar tahun 1966 saat SOBSI dan PKI
dibubarkan oleh Pemerintahan Orde Baru sehubungan dengan usaha
perebutan kekuasaan pada tanggal 30 September 1965.
Pada masa setelah gagalnya perjuangan buruh melalui partai-partai,
khususnya yang bergabung dengan PKI, para aktivis buruh yang tergabung
dengan Sekretariat Bersama Buruh Gaya Baru mulai memikirkan alat
perjuangan kaum pekerja yang lebih efektif. Menurut Simanjuntak (1985),
pada tanggal 25 Oktober 1968 disepakatilah suatu peningkatan kerja sama
dalam bentuk Majelis Permusyawaratan Buruh Indonesia (MPBI) yang
beranggotakan 10 Serikat Buruh Vaksentral, dan Serikat Buruh non-
Vaksentral. Kerja sama dalam bentuk MPBI ini kebebasan dan kedaulatan
masih tetap berada di tangan masing-masing Serikat Buruh atau Pekerja dan
sebagian besar anggota Serikat Buruh Pekerja masih terikat kepada partai
politik tertentu. Kondisi semacam ini mengandung kelemahan-kelemahan,
yaitu 1) baik secara politis maupun ekonomis serikat buruh bel urn
independen dan 2) perjuangan serikat buruh lebih bersifat gerakan politis
daripada gerakan yang lebih menitikberatkan pada bidang sosial ekonomi.
Menyadari akan kelemahan-kelemahan tersebut maka pada bulan Mei
1972 dalam suatu musyawarahnya MPBI menetapkan suatu ikrar menuju
pembaruan dan penyederhanaan organisasi buruh. Menurut Suprihanto
(1988), dalam ikrarnya tersebut dinyatakan:
9.6 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
2. Organisasi Pengusaha
Menurut Simanjuntak (1985), organisasi pengusaha di Indonesia telah
terbentuk sejak tahun 1952, yaitu Industriele Bond (IB) yang beranggotakan
perusahaan-perusahaan Belanda dan Central Stichtung Werkgevers Overleg
(CSWO) beranggotakan campuran dari perusahaan-perusahaan asing
Amerika, Inggris dan Belanda. Dalam rangka aksi pembebasan Irian Barat
Pemerintah mengambil alih perusahaan-perusahaan Belanda. Dengan
sendirinya IB menjadi bubar, sedangkan CSWO tetap berjalan. Selanjutnya,
pada masa Dwikora tahun 1963 perusahaan-perusahaan Amerika dan Inggris
juga diambil alih. Dengan sendirinya CSWO bubar juga. Untuk mengisi
kekosongan tersebut maka didirikan Y ayasan Permusyawaratan Urusan
So sial Pengusaha di Indonesia atau disingkat Y ayasan PUS PI. Pada tahun
1970 Yayasan PUSPI berubah namanya menjadi Permusyawaratan Urusan
Sosial Ekonomi Pengusaha Seluruh Indonesia dan pada tahun 1985
Permusyawaratan Urusan Sosial Ekonomi Pengusaha Seluruh Indonesia
berubah menjadi Asosiasi Pengusaha Indonesia disingkat APINDO, yaitu
merupakan wadah bagi kesatuan para pengusaha yang berpartisipasi
mewujudkan kesejahteraan sosial dalam dunia usaha melalui kerja sama yang
terpadu dan serasi antara pemerintah, pen gus aha dan pekerj a.
Di samping bergabung dalam APINDO pengusaha juga masuk dalam
Kamar Dagang dan Industri (KADIN). Menurut Husni (2001), sejarah
KADIN diawali sejak zaman kolonial Belanda, yaitu ketika dunia usaha
sudah berperan di Indonesia dengan wadah Kamers van Koophandel en
Nijverhaid in Nederlandsc Indie pada tahun 1863. Setelah Indonesia merdeka
kebutuhan adanya dunia usaha dirasakan penting oleh pemerintah sehingga
dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1956 tentang Dewan dan
Majelis Perniagaan dan Perusahaan. Karena Dewan dipandang sudah tidak
9.8 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
Struktur Organisasi
Serikat pekerja/serikat buruh merupakan organisasi kaum pekerjalburuh
di Indonesia yang wilayah kerjanya tersusun secara vertikal sebagai berikut.
1. Serikat pekerjalserikat buruh tingkat nasional meliputi wilayah seluruh
Republik Indonesia.
2. Serikat pekerja/serikat buruh tingkat provinsi meliputi wilayah provinsi.
3. Serikat pekerjalserikat buruh tingkat kabupaten/kota yang meliputi
wilayah kabupaten/kota.
4. Serikat pekerjalserikat buruh tingkat unit kerja meliputi unit-unit
perusahaan.
- .
I .... ,...,.
-·.- - ·~
-- - - -.......;;
RANGKUMAN
TES FDRMATIF 1
3) Salah satu unsur yang harus dipenuhi dalam hubungan kerja adalah ....
A. perjanjian kerja
B. peraturan perusahaan
C. jenis hubungan kerja
D. kebijaksanaan pemerintah
4) Pada umumnya titik berat perjuangan organisasi pekerja pada masa pra
kemerdekaan hingga tahun 1960-an adalah pada ....
A. sosial ekonomi
B. so sial budaya
C. sosial politik
D. kesejahteraan buruh
KEGIATAN BELAL.JAR 2
A. PENDAHULUAN
Arena Perundingan
Kondisi Perasaari
Kondisi Ekonom~ ,
"""
~
~
Kejadian-kejadian yang
Undang-undang
Menyebabkari
Ketenagakerjaar1
Perundingar1
Gambar 9.1.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Perundingan
Ada tiga jenis dasar perundingan kolektif (Noe, et al., 2000 dan
Ivancevicb, 1992), yaitu perundingan distributive (distributive bargaining),
perundingan integrative (integrative bargaining), dan perundingan konsesi
(concession bargaining).
1. Perundingan Distributive
Perundingan terjadi apabila pekerja dan manajemen sedang dalam
kondisi konflik mengenai isu yang sedang diperundingkan dan basil akhir
dari perundingan tersebut merupakan situasi yang menang-kalab (win/lose
situation). Sebagai contob, jika serikat pekerja berbasil memperoleb kenaikan
upab sebesar 5%, manajemen kebilangan tingkat keuntungan dalam
persentase yang sama.
2. Perundingan Integrative
Perundingan ini terjadi apabila kedua belab pibak mengbadapi masalab
yang sama. Sebagai contob, rendabnya kinerja karyawan perusabaan. Kedua
belab pibak dapat memeranginya secara bersama-sama dan mencari solusi
yang memberikan basil akhir yang sama-sama menang (win/win outcome).
e EKMA421 4/MODUL 9 9.19
3. Perundingan Konsesi
Perundingan ini terj adi apabila ada sesuatu hal penting yang harus
disampaikan kepada manajemen. Konsesi dapat berisi pemotongan upah,
pembekuan kenaikan upah hasil negosiasi sebelumnya, tunjangan, perubahan
peraturan kerja akibat meningkatnya fleksibilitas manajemen, dan sejenisnya.
Oleh karena hasil akhir dari suatu perundingan memiliki akibat penting
terhadap biaya dan produktivitas pekerja serta kemampuan kompetisi
perusahaan maka sangat dianjurkan para perunding wakil perusahaan
mempersiapkan segala sesuatunya menjelang perundingan dengan sebaik-
baiknya. Menurut Noe, et al (2000), ada tujuh hal yang harus dipersiapkan
manajemen menjelang perundingan.
1. Prenegosiasi
Pada tahap ini kedua belah pihak berusaha untuk mendapatkan konsesi
yang akan membantu mereka mencapai sasaran. Segera setelah kontrak
ditandatangani oleh serikat pekerja dan manajemen, kedua belah pihak mulai
bersiap-siap untuk tahap perundingan kolektif berikutnya. Berbagai jenis data
ketenagakerjaan seperti jumlah pegawai, kompensasi per karyawan, upah
maksimum dan minimum, serta upah lembur, disiapkan oleh kedua belah
pihak. Oleh karena itu, peralatan kantor seperti komputer sangat berharga
pada tahap prenegosiasi ini. Komputer dapat menyimpan data, membantu
para perunding menyiapkan berbagai macam skenario ekonomi, dan
menghubungkannya dengan berbagai macam sumber basis data lain. Sebagai
contoh, perunding dari serikat pekerja membutuhkan informasi mengenai
status keuangan perusahaan dan gaji yang dibayarkan oleh perusahaan.
Dalam waktu kurang dari satu jam informasi tersebut telah tersedia dari basis
data.
2. Memilih Perunding
Perunding pada perundingan kolektif umumnya merepresentasikan
bidang tertentu dalam suatu kontrak kerj a, atau memiliki keahlian tertentu
dalam bidang yang dinegosiasikan. Masing-masing pihak dipimpin oleh
ketua perunding. Di pihak manajemen ketua perunding biasanya Direktur
Manajemen Sumber Daya Manusia atau eksekutif hubungan ketenagakerjaan.
Termasuk dalam tim manajemen adalah beberapa manajer garis yang dapat
menjawab berbagai isu yang berkaitan dengan administrasi perusahaan
sehari -hari. Oleh karena itu, tim perunding umumnya terdiri dari ahli sumber
daya manusia, ahli hukum, pengacara, manajer atau wakil manajer.
Sedangkan di pihak serikat buruh, tim perunding umumnya terdiri dari
agen bisnis, pegawai serikat buruh, dan ketua serikat buruh. Tim serikat
buruh seringkali dipilih oleh anggota serikat buruh, dan ketua perunding
hanya memberikan sedikit masukan ke dalam proses pemilihan.
9.22 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
a. Berbasis konjlik
Masing-masing pihak tidak mau berkompromi, mengambil garis yang
tegas, dan menolak setiap langkah damai untuk mengkompromikan
• ••
perJanJian.
b. Genjatan senjata
Masing-masing kelompok melihat pihak lain sebagai lawan. Walaupun
mereka berlawanan, mereka menyadari bahwa kesepakatan harus disusun di
bawah garis pedoman ketetapan suatu Undang-undang. Agar dapat tercapai
suatu kesepakatan maka masing-masing kelompok harus mentaati Undang-
undang tersebut.
e EKMA421 4/MODUL 9 9.23
c. Perundingan kekuatan
Masing-masing kelompok menerima kelompok lainnya dengan
pengertian bahwa ada keseimbangan kekuatan. Di sini menjadi tidak
produktif untuk mengejar strategi yang mencoba menghapuskan hubungan
dengan pihak lawan.
d. Akomodasi
Kedua belah pihak saling melakukan penyesuaian. Telah diakui bahwa
banyak manajer dan pemimpin serikat pekerja menggunakan akomodasi
untuk sebagian besar isu-isu perundingan antara serikat pekerja dengan
•
manaJemen.
e. Kooperasi
Masing-masing pihak menerima pihak lain sebagai mitra penuh. Artinya,
manajemen dan serikat pekerja bekerja sama tidak hanya dalam masalah
sehari-hari tetapi juga dalam arena yang sulit seperti perubahan teknologi,
peningkatan kualitas hidup, dan pembuatan keputusan bisnis.
1. Pemogokan
Menurut Flippo (1992), pemogokan adalah tindakan bersifat sementara
dan dilakukan secara bersama-sama, berupa penghentian pelayanan karyawan
kepada pengusaha dengan maksud untuk memperoleh kelonggaran yang
lebih besar dalam hubungan kerja daripada yang akan diperolehnya di meja
perundingan.
Flippo mengatakan ada beberapa jenis pemogokan, yaitu:
a. Pemogokan demi pengakuan. Pemogokan ini dilakukan untuk memaksa
pengusaha mengakui dan mau berhubungan dengan serikat pekerja.
9.24 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
3. Larangan Kerja
Tindakan penekanan lain yang dilakukan serikat pekerja terhadap
pengusaha adalah larangan kerj a. Pada tindakan ini serikat pekerj a
menginginkan agar kegiatan perusahaan terhenti sepenuhnya selama
pemogokan berlangsung. Larangan kerja ini dilakukan pada umumnya
melalui penjagaan yang dilakukan oleh karyawan yang mogok di depan
pintu-pintu masuk perusahaan, dengan maksud untuk menghalang-halangi
karyawan yang tidak mogok melaksanakan kerja. Larangan kerja ini hanya
sah jika dilakukan melalui himbauan, bukan kekerasan. Oleh karena itu untuk
menghindari kekerasan, pengusaha dapat meminta keputusan pengadilan
untuk membatasi jumlah peronda (pickets) yang dapat ditempatkan di depan
setiap pintu perusahaan.
4. Pemboikotan
Pemboikotan ini dilakukan oleh serikat pekerja yang sedang mencari
konsesi dari pengusaha dengan cara mempengaruhi pihak mitra kerja
perusahaan untuk tidak berhubungan dengan perusahaan yang sedang
diboikot, sampai perusahaan yang bersangkutan memenuhi tuntutan serikat
pekerja. Pemboikotan merupakan tindakan yang tidak sah karena melibatkan
pihak-pihak yang tidak bermasalah, bukan pihak utama. Dalam kasus ini
peran pemerintah diharapkan untuk menjaga agar perselisihan antara serikat
pekerja dengan pengusaha tetap pada pihak-pihak pertama (primer).
<
RANG KUMA N _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __
TES FORMATIF 2
2) Salah satu alat dalam perundingan kolektif yang sering digunakan oleh
serikat pekerj a adalah ....
A. pemogokan
B. kerj a sama
C. arbitrase
D. memberikan konsesi
C. larangan kerja
D. berbasis konflik
KEGIATAN BELAL.JAR 3
Evaluasi Fungsi
Manajemen Sumber Daya Manusia
A. PENDAHULUAN
1. Pendekatan Audit
Pendekatan ini tergantung kepada:
a. indeks personal, seperti biaya rekrutmen per kapita, tingkat absensi;
a tau
b. pelayanan/reaksi pengguna, seperti persepsi tentang keadilan dalam
sistem evaluasi pekerj aan.
Umumnya data berkenaan dengan butir b diperoleb melalui survei atau
wawancara. Butir-butir pertanyaan survei pada umumnya dapat diperoleb
dari sumber-sumber publikasi.
5. Benchmarking
Pada dasamya benchmarking mencakup studi tentang mengapa pesaing
(seringkali babkan perusabaan pada industri yang tidak ada kaitannya sama
sekali) lebib baik pada aktivitas-aktivitas tertentu. Contob, Perusabaan mobil
Ford melakukan studi 400 segi perbedaan dari mobil-mobil perusabaan
•
pesa1ng.
kerugian karena biaya juga terdapat kerugian lain seperti produktivitas yang
berkurang karena karyawan yang baru belum dapat mencapai kinerja
setingkat kinerja karyawan yang digantikannya. Ada beberapa metode
kuantitatif untuk menghitung perputaran karyawan, di antaranya adalah
rumus tradisional sebagai berikut (lvancevich, 1992):
Tingkat Pengunduran
Jumlah karyawan yang mengundurkan diri dalam bulan yang bersangkutan
= ---------------------------------------------- xlOO (1)
Jumlah total karyawan pada pertengahan bulan yang bersangkutan
2. Evaluasi Ketidakhadiran
Alat ukur kedua yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi manajemen
sumber daya manusia adalah tingkat ketidakhadiran karyawan. Secara umum
ketidakhadiran karyawan merupakan suatu kegagalan karyawan melaporkan
diri untuk bekerja pada saat yang dijadwalkan untuk bekerja (lvancevich,
1992). Keterlambatan karyawan masuk kerja merupakan bagian dari
ketidakhadiran karyawan, yaitu karyawan melaporkan dirinya terlambat
bekerja.
Ketidakhadiran merupakan sesuatu yang tidak diharapkan karena alasan
biaya dan masalah operasi yang diakibatkannya. Menurut Ivancevich (1992),
e EKMA421 4/MODUL 9 9.35
dan sub-unit yang berbeda dibandingkan untuk melihat apakah sub-unit yang
satu lebih baik daripada sub-unit lainnya.
Keseluruhan indikasi mengarah kepada salah satu tindakan manajemen,
yaitu apakah. kebijakan manajemen perlu direvisi, diperkuat, atau diciptakan.
Selanjutnya, hasilnya dikomunikasikan kepada karyawan. Pada umumnya
survei sikap cenderung menghasilkan harapan pada sebagian karyawan. Oleh
karena itu, manajemen perlu meyakinkan bahwa umpan balik dan tindakan
akan mengikuti hasil survei.
1. Area Tradisional
Banyak area dalam fungsi-fungsi tradisional manajemen sumber daya
manusia yang perlu dievaluasi, khususnya hal-hal penting bagi keperluan
yang bersifat strategis. Fungsi manajemen sumber daya utama yang perlu
dievaluasi menurut Greer (1995), adalah perencanaan sumber daya manusia,
pengangkatan staf, evaluasi kinerj a, sistern kompensasi dan penghargaan,
pelatihan dan pengembangan serta hubungan ketenagakerjaan.
b. Pengangkatan karyawan
Perekrutan dan prosedur seleksi merupakan tahapan kritis untuk
mendapatkan sumber daya manusia yang dibutuhkan organisasi dalam rangka
9.38 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
c. Pelatihan
Evaluasi keefektifan pelatihan merupakan salah satu bidang yang paling
kurang mendapatkan perhatian manajemen dengan baik. Menurut Kerr
(dalam Greer, 1995), walaupun secara formal anggota manajemen puncak
menghendaki evaluasi secara sistematis mengenai keefektifan pelatihan,
namun sistem penghargaan organisasi tetap berlangsung tanpa
memperhatikan hasil evaluasi tersebut.
Dengan meningkatnya kompetisi internasional dan perhatian yang
berfokus pada biaya maka program evaluasi keefektifan pelatihan harus
mendapatkan perhatian yang seksama. Oleh karena itu, manajemen sumber
daya manusia harus lebih hati-hati dalam memberikan justifikasi terhadap
program-program pelatihan mereka, karena biaya investasi dalam pelatihan
sangat besar. Pada masa mendatang penyelenggaraan evaluasi keefektifan
pelatihan yang kredibel menjadi suatu keniscayaan. Greer (1995)
berpendapat, ada beberapa level kriteria evaluasi keefektifan pelatihan secara
tradisional yang dapat digunakan oleh perusahaan, yaitu: reaksi,
pembelajaran, perilaku, dan hasil.
Kriteria reaksi umumnya diukur dari kepuasan peserta pelatihan terhadap
pelatihan, atau persepsi mereka terhadap kualitas dan relevansi pelatihan.
Suatu hasil pelatihan yang paling baik terj adi apabila peserta pelatihan sangat
termotivasi untuk belajar dan memiliki reaksi positif terhadap pelatihan.
e EKMA421 4/MODUL 9 9.39
e. Sistem kompensasi
Beberapa aspek sistem kompensasi perlu dievaluasi dalam kaitannya
untuk menentukan nilainya dalam implementasi strategi. Artinya, beberapa
aspek kompensasi tersebut harus dievaluasi berkaitan dengan kontribusinya
terhadap sasaran strategis perusahaan. Dalam evaluasi sistem kompensasi ini
termasuk juga ukuran subjektif tentang seberapa jauh sistem kompensasi
memberikan keadilan internal, memenuhi persyaratan legal berkaitan dengan
ras, jender, umur, dan juga memberikan kepuasaan upah. Sedangkan ukuran
objektif keefektifan sistem kompensasi dapat mencakup kemanfaatan lembur,
9.40 MANA.JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA e
a. Manajemen deversitas
Relevansi manajemen deversitas pada topik efektivitas evaluasi
manajemen sumber daya manusia adalah bahwa manajemen yang efektif
pada area deversitas akan memungkinkan organisasi untuk mendapatkan
angkatan kerj a yang potensial. Dengan demikian deversitas dapat berkaitan
dengan keefektifan organisasi menghindari kekurangan pasokan tenaga kerja.
Evaluasi efektifitas area ini harus mengukur tingkat perputaran karyawan
khususnya dari kelompok minoritas dan wanita.
.- ·-. =....-<
*,
------.. . . .
_
.
....,.. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
RANGKUMAN
TES FDRMATIF 3
3) Biaya tenaga kerja langsung per satuan output merupakan contoh kriteria
keefektifan fungsi manajemen sumber daya manusia yang mengukur ....
A. kinerja
B. kepuasan karyawan
C. pemenuhan
D. biaya operasi
Daftar Pustaka
Soekemi RB, S., Hidajat, J., dan Koesjono. (1988). Materi Pokok Hubungan
Ketenagakerjaan. Jakarta: Universitas Terbuka.