Anda di halaman 1dari 5

Nama : Saef Andrian

NIM : 8111420219
Kelas : Hukum dan Masyarakat (Kamis jam 09.00)
No.Absen : 03

RESUME DAN ANALISIS/PENDAPAT


BASIS SOSIAL HUKUM

1. Resume
 Resume PPT dan Video Paparan Topik Basis Sosial Hukum oleh Prof. Suteki
Masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam basis sosial hukum ialah
bagaimana hukum yang berlaku di masyarakat itu bisa sesuai dan bisa terjalin dengan
baik ke dalam jaringan interaksi sosial, selanjutnya apakah hukum merupakan sarana
pengatur masyarakat yang telah berfungsi dengan baik atau apakah masyarakat
mencari sarana, pengatur lain yang diperlukan diluar hukum, serta bagaimana hukum
ini berkembang serta faktor-faktor apa yang memungkinkan hukum itu berkembang.
Pada prinsipnya Hukum timbul sebagai tingkah laku yang mempola karena motif
masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, Basis sosial itu masyarakat sendiri.
Menurut paul pinogradov, hukum timbul dari praktek yang dijalankan oleh
masyarakat dalam berinteraksi dengan yang lain, ini berarti sifatnya juga bottom up
karena timbul dari praktek masyarakat kemudian diformulasikan dalam bentuk
peraturan. Kalau misal kita persempit hukum itu adalah peraturan, maka peraturan itu
adalah konkretisasi atau formulasi dari praktek-praktek yang sudah dijalankan di
dalam masyarakat itu. Jadi kalo di common law system itu mestinya sangat kecil
kemungkinan terjadi kesenjangan antara law dalam bentuk das sollen (hukum in
abstracto) dengan das sein. Hakim juga bisa menggali nila-nilai hukum dan rasa
keadilan dalam masyarakat (pasal 5 ayat 1 UU No.48 Tahun 2009). Yang kedua
menurut paul pinogradov praktek-praktek tidak didasarkan pada norma suatu system
hukum tertentu, namun didasarkan pada pertimbangan take and give (based on a give
and take consideration in a reasonable social intercourse). Jadi, pertimbangan take and
give yaitu pertimbangan memberi dan menerima, jadi bukan karena ada peraturannya
dulu kemudian baru ada hukum. tetapi, didasarkan pada praktek-praktek yang
didasarkan pada pertimbangan memberi dan menerima. Jadi sifat dari bottom up itu
munculnya dari praktek-praktek yang tadi, praktek-praktek itu tidak bisa didasarkan
pada norma atau sistem hukum tertentu tetapi didasarkan pada pertimbangan take and
give. Kemudian yang ketiga, tidak ada lembaga hukum yang timbulnya disebabkan
karena dimulai dengan pengaturan oleh hukum atau karena terjadi konflik. Jadi
lembaga hukum yang ada itu bukan karena diatur dulu oleh UU baru kemudian ada
lembaga hukum. tapi ini tumbuh dari masyarakat, baru diformulasikan oleh hukum. ini
mengambarkan bahwa baik peraturannya, kelembagaannya tumbuh dari praktek yang
ada, yang tadi dinamakan bottom up.
Selanjutnya menurut paul bohanan, pertama hukum dan kebiasaan itu terkait
sangat erat, selanjutnya juga ada perbedaan antara norma dan kebiasaan. Norma itu
apa yang seharusnya dan kebiasaan adalah seperangkat norma yang secara nyata
dilakukan. Jadi gampangnya itu bicara tentang norma yaitu hanya patokan
tingkahlaku. tetapi kalo nanti jadi norma hukum, maka norma ini harus mengandung
larangan dan perintah. Sedangkan kebiasaan itu bicara tentang kenyataan, jadi kalo
tadi norma ada aspek idealitas sekarang kebiasan ada aspek kenyataan atau realitas.
Lau sebenarnya hukum itu meramu antara idealitas dan kenyataan, maka tugas hukum
sebenarnya meramu antara idealitas dan realitas, antara norma pada umumnya dan
kebiasaan atau kenyataan. Kenyataan, apa yang secara nyata dilakukan oleh warga
masyarakat. Selanjutnya ciri-ciri yang terdapat pada hukum juga dapat dijumpai semua
pada kebiasaan. Berarti apa yang tadi ada dalam hukum dalam bentuk misalnya
peraturan hukum, itu kita temukan juga semuanya dikebiasaan. Berarti norma hukum
atau peraturan hukum diangkat dari namanya kebiasaan. Selanjutnya, hanya bedanya
disini kebiasaan tetap pada posisi semula apa yang dijalani oleh masyarakat tadi,
sedangkan hukum itu diciptakan sendiri secara khusus, sempit dan jelas. Kalo itu
sudah menjadi peraturan maka kalo di dalam aliran positivisme hukum itu kita kenal
ada hukum itu mesti lex scripta, lex certa, lex stricta. Kebiasaan itu mempunyai ciri
hukum atau disebut dengan legal character. Karena tadi apa yang ada dikebiasan itu,
bisa kita temukan dalam hukum. selanjutnya hukum dinyatakan sebagai perkembangan
kembali, atau lebih tepatnya lagi hukum merupakan pelembagaan kembali dari
kebiasaan, atau istilahnya hukum disini mengalami reinstisusionalization dari
kebiasaan. Selanjutnya hukum merupakan pelembagaan kembali atau pelembagaan
ganda.
Sedangkan menurut Satjipto Rahardjo, berbicara basisi sosial hukum juga bisa
menunjukkan terdapatnya jarak yang makin besar antar hukum sebagai perangkat
norma-norma dengan substansi yang diaturnya. Misalnya penyelidikan Stewart
Macaulay periha hukum kontrak serta pelaksanaannya, menurut S. Macaulay
Pelaksanaan hukum kontrak tidak semata-mata tunduk atau mengikuti persetujuan yg
sudah dibuat dengan formal, melainkan juga ditentukan oleh pertimbangan-
pertimbangan yang lebih alamiah sifatnya, misalnya pertimbangan untung rugi,
prestise dll. lanjut dari pendapat satjipto Rahardjo, Semakin melembaga secara formal
pranata hukumnya maka akan makin jauh pula jaraknya dari masalah sosial yang
diaturnya, jarak antara yang formal dan yang sosial itu disampaikan dengan ungkapan
bahwa Kerangka Luar Masyarakat berhadapan dengan Tertib Alamiah masyarakat.
Sedangkan dalam hukum adat, hukum bisa diucapkan begitu saja melalui kepala
persekutuan hidup setempat, Atau hukum timbul melalui keputusan yang dilakukan
oleh para masyarakat itu sendiri. kompetensi total seperti ini hanya dimungkinkan,
apabila di dalam masyarakat itu ada tingkat keterpaduan nilai-nilai yang tinggi.
Berikut beberapa unsur yang mendukung kompetensi total, pertama adanya
kesepakatan yang tinggi mengenai norma yang berlaku di dalam masyarakat, kedua
terdapat jangkauan luas pengalaman yang hampir sama diantara para anggota
masyarakat, ketiga adanya relasi yang dekat diantara para anggota masyarakat serta
terakhir perubahan-perubahan yang berjalan secara perlahan-lahan
Basis sosial hukum kalo kita konkritkan adalah masyarakatnya sendiri. Selanjutnya
terkait dengan pembentukan hukum ini kalo kita perluas sedikit ke teorinya thomas
aquinas mengenai pembentukan hukum ini, kita mengenal 3 lapis hukum. yang
pertama lapisan, pertama eternal law (hukum Tuhan) lalu aga hukum Tuhan ini
diketahui makhluknya diturunkan jadi 2 yaitu divine law dan natural law. Divine law
itu hukum Tuhan yang tertulis dalam kitab-kitab suci, sedangkan natural law hukum
alam yang melekat secara kodrat dengan penciptanya,misalnya pada manusia yang
yaitu sifat-sifat yang melekat pada manusia. Manusia itu baik, adil tidak merugikan
orang lain , ini yang kemudian menjadi dasar untuk pembentukan hukum selain tadi
dari bottom up itu. Kemudian ada lapisan ketiga yaitu human lawatau hukum manusia.
Jadi bisara mengenai basis sosial hukum itu sangat penting karena itu nanti terkait juga
selain untuk pembentukan hukum juga akan terkait dengan bagaimana hukum yang
tadi terbentuk kemudian diterapkan dalam masyarakat.
 Resume Video Paparan oleh Fahmi Ahmadi
Dalam sosiologi hukum terdapat basis-basis sosial hukum karena dalam hukum itu
terdapat basis sosial, dia tidak tiba-tiba ada karena adanya tersebut melalui proses
sosial ada 3 tokoh kalo kita bahas basis-basis sosial hukum yaitu:
1) William sumner
William sumner mengatakan bahwa hukum pada awalnya manusia itu adalah
makhluk yang bebas, serta memiliki masalah. Ketika masalah itu ada, setiap
orang memiliki metode penyelesaian masalah. Selanjutnya metode masalah yang
kemudian ada, sudah termasuk norma-norma didalamnya itu kebiasaan yang
kemudian dari metode itu menjadi sebuah tuntutan, maksudnya kalo mau seneng
begini caranya begitu pula sebaliknya. Setelah metode masalah itu menjadi
tuntutan, maka selanjutnya menjadi pengalaman jika kemudian metode tersebut
diterima oleh orang banyak. Kemudian setelah pengalaman di sepakati banyak
orang maka menjadi fenomena kebiasaan yang sudah disepakati. Dari kebiasaan
yang disepakati kemudian menjadi most moral, ini sudah semakin tinggi karena
moral sudah bersifat mengatur. Yang dimana moralitas berisi doktrin
kesejahteraan, moralitas juga menjadi sumber-sumber pengetahuan, dar moral
inilah sudah bisa menilai baik dan buruk, baru setelah moralitas menjadi hukum
dengan proses legislasi. Oleh karena itu menurut sumner hukum memilki basis
sosial, karena berangkat dari eksepakatan yang disepakati oleh masyarakat.
2) Von Savigny
Von savigny Mengatakan Bahwa Hukum merupakan ekspresi semangat
masyarakat. ekspresi ada dua yang pertama adalah fenomena sosial, yang kedua
adalah kesadaran bersama yang memiliki karakteristik tiga, yang pertama
rasional, yang kedua identifikable, yang ketiga dispalitas. Itu semua kemudian
merupakan kebiasaan masyarakat yang melembaga, yang melalui proses
indtitusionalisasi hukum. setelah melembaga kemudian dia menjadi sebuah
bentuk yaitu pembangunan hukum dengan melalui proses legislasi nagian dari
hukum modern. Selanjutny menurut savigny ketika hukum sudah dibuat oleh
legislator kemudian hukum di sederhanakan. Karena nantinya akan semakin
kompleks, dan hukum akan menjdi beda fungsi.
3) Eugen Ehrlich
Eugen Ehrlich Mengatakan yang pertama dia membedakan antara law in book
dan law in action, law in book baginya adalah UU, sedangkan law in action
adalah hukum yang hidup dalam masyarakat, hukum yang hidup ini adalah
institusi hukum yang sudah menjadi institusi sosial menjadi kelembagaan yang
diterima oleh masyarakat. Kalo kita berbicara tentang institusional ada norma,
moral dan aktor. Yang akan tumbuh dimaksyarakat atau mengungguli tentunya
yang living law bukan yang law in book. Jika law in book bertentangan dengan
living law maka dia tidak akan berjalan. Oleh karena itu di mengatakan jika law
in book ingin jalan dimasyarakat, harus sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang
ada dalam masyarakat.
 Resume Video Paparan Contoh Basis Sosial Hukum dalam Peraturan
Perundangan di Indonesia
Contoh Basis sosial hukum dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia
yang paling terlihat ialah ketika kita membahas UU keistimewaan jogja. Dalam UU
keistimewaan jogja gubernur dan wakil gubernur tidak bisa dipilih, dia merupakan satu
kesatuan antara Sri Sultan Hamengkubuwono sebagai gubernur dan paku alam sebagai
wakil gubernur. Tentunya ini sangat berbeda dengan daerah lain. Karena jiwa bangsa
masyarakat jogja mengatakan bahwa posisi sultan adalah sebagai pemimpin mereka,
tidak hanya pemimpin secara tradisi karena memang kesultanan jogja dan pakualaman
merupakan sebuah terotorialitas sendiri di jogja. Kemudian jiwa bangsa masyarakat
jogja yang begitu menghormati sri sultan sebagai penguasa wilayah kesultanan jogja
dan paku alaman sebagai penguasa wilayah pakualaman, secara otomatis menjadi
gubernur dan wakil gubernur yang ditetapkan juga didalam UU yang merupakan
proses legislasi yang kita kenal UU keistimewaan jogja. Dan gubernur dan wakil
gubernur khusus untuk jogja tidak dengan pemilihan dan berlaku sampai kedua
pemimpin tradisional itu mangkat baru kemudian yang menjadi gubernur selanjutnya
adalah sultan hamengkubuwono selanjutnya dan begitu pula paku alam. Sebagai
contoh kemarin raja paku alam meninggal dunia sehingga posisi wakil gubernur
digantikan oleh raja paku alam yang baru secara otomatis. Dan penghormatan kepada
dua tokoh itu membuat jogja semakin istimewa dan jogja merupakan contoh
bagaimana hukum berangkat dari jiwa bangsa.
Contoh yang kedua adalah qanun aceh, kalo tadi dijogja bicara tentang level
kepemimpinan gubernur dan wakil gubernur, Berbeda dengan aceh karena ceh lebih
berbicara pada qanun. Hukum-hukum diaceh yang ada didalam qanun merupakan
perwujudan jiwa bangsa, karena secara kebetulan aceh memiliki sebuta sebagai
serambi mekkah. Sehingga hukum islam dijadikan sebagai hukum yang berlaku
diaceh, tentunya dengan modifikasi-modifikasi dari masyarakat aceh sendiri dan qanun
dipakai,qanun diterima dan qanun masuk menjadi stu bagian yang diakui oleh UU.
Memang kalo kita bicara secara basis sosial hukum maka kita akan mengatakan bahwa
hukum menjadi tulang yaitu hukum berangkat dari basis sosial hukum.
2. Analisis/Pendapat
Yang saya analisis dari bahan resume yang ada baik PPT atau dari Video youtube
yang tersedia, yang bisa saya simpulkan dari masing-masing bahan yang ada terdapat
penjelasan basi sosial hukum meurut beberapa tokoh, meskipun memaparkan basis sosial
hukum dari beberapa tokoh yang berbada, namun secara keseluruhan menjelaskan hal
yang sama bahwa hukum berasal dari norma-norma yang ada pada masyarakat yang lahir
dari kebiasaan masyarakat itu sendiri yang kebiasaan itu dilakukan oleh mayoritas suatu
masyarakat. Contoh dari basis sosial yang saya dapet dari beberapa bahan di atas yaitu
pertama, UU keistimewaan jogja. Dalam UU keistimewaan jogja gubernur dan wakil
gubernur tidak bisa dipilih, dia merupakan satu kesatuan antara Sri Sultan
Hamengkubuwono sebagai gubernur dan paku alam sebagai wakil gubernur. Kedua,
adalah qanun aceh, kalo tadi dijogja bicara tentang level kepemimpinan gubernur dan
wakil gubernur, Berbeda dengan aceh karena ceh lebih berbicara pada qanun. Hukum-
hukum diaceh yang ada didalam qanun merupakan perwujudan jiwa bangsa, karena
secara kebetulan aceh memiliki sebuta sebagai serambi mekkah. Sehingga hukum islam
dijadikan sebagai hukum yang berlaku diaceh. Serta ketiga yaitu hukum yang tumbuh
dalam masyarakat adat yang diambil dari kebiasaan pada masyarakat adat tersebut atau
diatur oleh kepala suku menyesukan kehidupan dalam masyarakat. Ini mungkin analisis
atau pendapat dari saya.

Anda mungkin juga menyukai