Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

BELA DIRI LANGGA


Dosen Pengampu : Dr. Usman Pakaya, M.A

OLEH :

DWI YULISTIARA PUTRI MOODUTO (841420015)

(Kelas A)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
T/A 2022
BAB 1

PENDAHULUAN

Gorontalo merupakan salahsatu daerah di indonesia yang memiliki banyak budaya dan
tradisi lokal.hingga saat ini budaya dan tradisi tersebut masih dilestarikan oleh masyarakat
Gorontalo.kehidupan pada masyrakat gorontalo menganut “Adat bersendikan sara,sara
bersendikan kitabullah”.semua kegiatan yang di selenggarakan oleh masyarakat gorontalo
selalu sesuai dengan adat istiadat yang ada.adat isitiadat yang masih di selenggarakan salah
satunya adalah bela diri

Seni bela diri mempunyai peranan dalam memberikan kontribusi perkembangan seni
budaya masyarakat suatu daerah. Ilmu bela diri merupakan suatu metode yang terstruktur
yang digunakan oleh seorang manusia untuk melindungi dirinya dari serangan manusia
lainnya (Maulana, 2014). Seni bela diri merupakan olahraga yang di dalamnya terdapat
muatan seni budaya yang timbul sebagai satu cara seorang untuk mempertahankan atau
membela diri (Haryo, 2005). Bela diri dimiliki setiap manusia yang mempunyai potensi,
inisiatif, cipta, rasa, karsa dan inovasi tersendiri. Bela diri juga memiliki jurus-jurus yang
gerakannya menyerupai gerak tari (Utomo, 2002).

Seni bela diri tradisional merupakan warisan dari nenek moyang yang mendiami suatu
daerah Salah satu jenis bela diri tradisional daerah Gorontalo adalah bela diri Langga. Bela
diri Langga merupakan salah satu warisan jati diri dan kebudayaan nenek moyang
masyarakat Bone Bolango. Bela diri ini berfungsi sebagai pertahanan diri dan pertahanan
wilayah, selain itu merupakan sarana pendidikan pembentukan karakter masyarakat. Seni
bela diri Langga sebagai konten lokal diintegrasikan ke dalam Pendidikan Jasmani, Olahraga,
dan Pendidikan dan pembelajaran (Hadjarati & Hidayah, 2016).
BAB II
PEMBAHASAN

Bela diri Langga adalah Bela diri rakyat Gorontalo yang biasanya berasal dari mitos,
sejarah atau cerita rakyat. Bela diri Langga ini biasanya diwariskan secara turun-temurun dari
generasi sebelumnya dengan menggunakan alat atau cara-cara yang sederhana, berfungsi
spiritual dan sosial, serta sarat dengan makna simbolis.

Menurut masyarakat Gorontalo bela diri langga diperkenalkan oleh Ju Panggola,


Panggola dalam bahasa Gorontalo artinya orang tua. Ju Panggola seorang Awuliya yang
memperluas agama Islam di Gorontalo pada abad ke-16. Ju Panggola diyakini mempunyai
kesaktian yaitu mampu menghilang dan muncul ketika Gorontalo dalam keadaan darurat. Ju
Ponggala selalu tampil dengan berjenggot panjang dan mengenakan jubah putih. Ju Panggola
mengajarkan ilmu beladiri khususnya kepada para prajurit kerajaan disebut majulu yang
dipimpin apitalau. Langga kemudian berkembang setelah penduduk juga tertarik dengan
beladiri tersebut. Ju Panggola mengajarkan beladiri Langga dengan cara meneteskan air
pada mata murid-muridnya.  Setelah itu, sang murid akan menguasai ilmu bela diri Langga. 

Langga adalah seni beladiri yang tidak digunakan untuk membunuh, melainkan menjaga
diri dan melumpuhkan lawan,  tetapi tidak diwajibkan untuk hal-hal yang menimbulkan
korban jiwa..

Sebelum pemain melakukan langga terdapat ritual untuk memberikan kekuatan kepada
pemain Langga, yang dilakukan melalui pemanggilan lati dan pemanggilan tersebut
dibuktikan dengan adanya perlengkapan ritual seperti, polutube, kemenyan, uang koin, pisau
dengan gagang terlilit dengan kain merah, ayam, tiga helai kain berwarna hitam, putih, merah
serta tingkah laku pemimpin Langga saat pelaksanaan Langga.

Bela diri Langga lai dan Langga bua adalah dua jenis permainan yang dibedakan
berdasarkan jenisnya yaitu, satunya tidak menggunakan alat dan satunya lagi menggunakan
alat. Untuk bela diri Langga bua alat yang digunakan adalah berupa Keris dengan ukurannya
10cm-50cm yang dimainkan secara beregu dan jumlahnya harus genap yang nantinya beregu
tadi akan terbentuk menjadi arah yang berlawanan. Sasaran dari Langga bua ini yaitu pedang
atau keris yang digunakan untuk mengincar bagian telapak kaki dari lawan permainannya.
Prosesi ritual bela diri Langga

a) Prosesi Pitodu Proses pitodu yakni meneteskan cairan kemata muridnya masing-
masing, maka secara otomatis mereka sudah mampu melakukan teknik-teknik
bela diri yang mampu mengalahkan musuh-musuhnya terutama kepada kaum
yang berniat untuk menjajao. Oleh karena itu Langga berasal dari kata “he raga
ragai” bahasa gorontalo artinya gerak gerik.
b) Prosesi Mopopasi Belajar bela diri Langga praktis harus terlebih dahulu mengusai
beberapa teknik dasar, sedangkan proses pitodu adalah suatu tradisi. Unsur gerak
dasar (teknik dasar) 11 bela diri Langga adalah teknik yang bisa digunakan
seorang peLangga menghadapi dan melumpuhkan serangan (bertahan atau
pembelaan). PeLangga pemula membutuhkan waktu 7 kali pitodu setelah teknik
dasar dikuasai. Untuk menghindari kemungkinan perkelahian nyata, dalam situasi
seperti ini tidak lagi membutuhkan analisi teoritis sebagai mana orang baru,
namun akan bersifat intuitif dan lebih mengandalkan insting. Gerakan pelangga
akan mengalir begitu saja dan bersifat responsif terhadap setiap agresifitas
penyerang.
c) Proses media penghubung (ayam jantan) Pitodu Langga dilakukan sebagai media
penghubung antara Rati (syetan) dengan pelangga. Media penghubunnya adalah
“rati no manuo” adalah seekor ayam jantan yang di potong saat prosesi pitodu
dilaksanakan karena kepercayaan masyrakat bahwa Rati (syetan) merupakan
wujudnya bermacam-macam yang bisa bersemayam dalam tubuh manusia. Ayam
(manu’o) adalah simbol hewan yang lincah dengan penglihatan yang tajam dari
berbagai sisi.

Pemain Langga di Gorontalo tidak harus mengikuti garis keturunan keluarga melainkan
bersifat menyeluruh atau semua orang yang masih keturuna gorontalo bisa melakukan atau
mempelajari langga karena Tradisi Langga merupakan sebuah kekuatan yang diperoleh
untuk mempertahankan diri atau membela diri dan tidak bersifat agresif atau bermaksud
untuk menguasai sesuatu yang diinginkan oleh pemain Langga.
Tradisi langga dibagi menjadi dua yaitu langga khusus dan langga undangan.

1. Langga khusus adalah langga yang sering di tampilkan di suatu desa sebagai
hiburan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut.
2. Langga undangan adalah langgayang diselenggarakan untuk menyambut tamu
yang datang di daerah gorontalo dan dilakukan oleh tamolangga. Tujuan adat bela
diri Langga dalam proses penyambutan tamu/pejabat merupakan salah satu
bentuk dari rasa penghormatan kepada tamu/pejabat yang datang berkunjung di
daerah tersebut. Peradatan ini pada prinsipnya didasarkan pada sistem peradatan
yang telah turun temurun sejak dari dulu sampai sekarang. Proses penyambutan
tamu juga harus menyesuaikan dengan hukum-hukum ajaran Islam, seperti yang
kita kenal “adat bersendikan syarak dan bersendikan Khitabullah”. Makna yang
terkandung dalam adat penyambutan dapat ditinjau dari beberapa segi. Makna
penyambutan bagi yang di sambut. Memuliakan serta menghormati orang-orang
yang di sambut. Orang yang yang di sambut sebenarnya meninggalkan sifat dan
tabiatnya, walaupun ia tetap menampakan sifatnya yang baik, disamping
menemukan kebiasaan itu

Untuk memperkanalkan tradisi langga kepada pengunjung baru yang datang ke gorontalo,
patung langga di buat pada tahun 2015 oleh gubernur ke 4 Rusli Habibi dan wakil gubernur
Indris rahim .sehingga menjadi salahsatu icon provinsi gorontalo dan menjadi perbatasan
antara kota gorontalo dan kabupaten bonebolango. Patung ini disebut patung langga karena
berbentuk orang yang sedang melakukan langga.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Langga adalah Bela diri tradisional rakyat Gorontalo yang berasal dari mitos,
sejarah atau cerita rakyat. Bela diri Langga ini biasanya diwariskan secara turun-
temurun dari generasi sebelumnya dengan menggunakan alat atau cara-cara yang
sederhana, berfungsi spiritual dan sosial, serta sarat dengan makna simbolis.
Penyelenggaraan langga biasanya dilakukan untuk hiburan atau untuk
menyambut tamu . langga bisa dilakukan oleh semua orang asli penduduk
gorontalo.
2. Saran
Seni bela diri langga harus selalu tetap di jaga kelestariannya sehingga tidak
akan punah atau dilupakan karena banyaknya beladiri yang masuk ke indonesia.
Daftar Pustaka

Mopangga Syamsyudin, Hadjarati Harton, Kadir Supriyanto Bela.2020 “ Diri Tradisional


Langga” jombura journal of sports coaching Vol. 2, No ISSN : 2654-3435
https://repository.ung.ac.id/karyailmiah/show/25003/revitalisasi-budaya-gorontalo-dalam-
upayah-melestarikan-budaya-lokal.html

Anda mungkin juga menyukai