Anda di halaman 1dari 84

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan

penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis

coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat

menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome

(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) (Kemenkes,

2020).

Sejak akhir tahun 2019, seluruh dunia telah digemparkan dengan

semakin meningkatnya wabah Corona Virus-19 (Covid-19) tak terkecuali

di Indonesia Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh corona virus

yang menjadikan pandemi di seluruh Negara terutama Indonesia. Penyakit

ini tidak hanya membuat kepanikan, namun banyak memakan korban jiwa

saat ini menjadi pembicaraan, perdebatan, diskusi dan bahan berita di

media cetak ataupun media elektronik. Upaya yang bisa dilakukan

masyarakat antara lain menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,

memakai masker saat bepergian, serta menjaga jarak. Masyarakat punya

peran yang sangat besar untuk memutus rantai penularan. Maka

pengetahuan dan perilaku kepatuhan mereka perlu ditingkatkan supaya

masyarakat mau melakukan upaya pencegahan. Penyakit dapat dicegah

diantaranya yaitu dengan pengetahuan dan kepatuhan masyarakat dalam

penggunaan masker sebagai upaya pencegahan penyakit. Pandemi telah

menjangkit di lebih dari 215

1
2

negara di dunia termasuk Indonesia. Jumlah kasus baru di Indonesia setiap

harinya masih ditemukan dengan angka yang fluktuatif. Angka kematian

juga masih terus terjadi walaupun diimbangi dengan jumlah kesembuhan

pasien.

Kemenkes RI (2020) menegaskan : “tanda dan gejala umum infeksi

antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan

sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi

terpanjang 14 hari. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia,

sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian”.

Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar

ke berbagai negara dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli

2020, WHO melaporkan 11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481

kematian di seluruh dunia (Case Fatality Rate/CFR 4,6%). Indonesia

melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020. Kasus meningkat

dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai dengan

tanggal 9 Juli 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 70.736 kasus

konfirmasi dengan 3.417 kasus meninggal (CFR 4,8%) (Kemenkes RI,

2020).

Data sebaran secara global negara pada tanggal 12 November 2020

yang terkonfirmasi kasus Covid 19 berjumlah 220 negara dengan kasus

terkonfirmasi 51.547.733 dan 1.275.979 kasus yang meninggal

(Beranda/satgas penanganan Covid-19, https://covid19.go.id, 12

November 2020).
3

Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar

ke berbagai negara dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli

2020, WHO melaporkan 11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481

kematian di seluruh dunia (Case Fatality Rate/CFR 4,6%). Indonesia

melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020. Kasus meningkat

dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai dengan

tanggal 9 Juli 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 70.736 kasus

konfirmasi dengan 3.417 kasus meninggal (CFR 4,8%) (Kemenkes RI,

2020).

Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020

dan jumlahnya terus bertambah hingga sekarang. Sampai dengan tanggal

30 Juni 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 56.385 kasus konfirmasi

dengan 2.875 kasus meninggal (CFR 5,1%) yang tersebar di 34 provinsi.

Sebanyak 51,5% kasus terjadi pada laki-laki. Kasus paling banyak terjadi

pada rentang usia 45-54 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia 0-5

tahun. Angka kematian tertinggi ditemukan pada pasien dengan usia 55-64

tahun (Kemenkes RI, 2020).

Data sebaran terbaru di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal

12 November 2020 jumlah kasus suspek 14.496, terkonfirmasi 4.399 dari

jumlah terkonfirmasi nasional, 3.568 jumlah kasus sembuh dari jumlah

terkonfirmasi provinsi, 108 jumlah kasus meninggal dari jumlah

terkonfirmasi provinsi (Yogyakarta tanggap covid-19,

https://corona.jogjaprov.go.id/data-statistik, 12 November 2020).


4

Sementara itu di Kabupaten Bantul, jumlah pasien 1.284

terkonfirmasi, 952 kasus sembuh, 304 isolasi, dan 28 orang meninggal.

Update data sebaran kasus di Kabupaten Bantul, berdasarkan data dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul per Kamis (12/11) pukul 15.30 WIB.

Dari seluruh wilayah di Jogja pada tanggal 04/11/2020 kecamatan

Banguntapan kini menjadi wilayah yang paling banyak ditemukan kasus

covid-19 yaitu 199 kasus diantaranya dinyatakan sembuh sebanyak 163

orang, meninggal sebanyak 6 orang dan yang sakit 30 orang

(Corona.jogjaprov.go.id, 2020).

Tabel 1.1 Data Covid-19 di Banguntapan


SUSPECT PROBABLE
PUSKESMAS
Discarded Confirm Isolasi Jumlah Discarded Confirm Isolasi Jumlah
Banguntapan 1 0 15 1 67 22 8 0 1
Banguntapan 2 3 7 0 56 18 1 0 0
Banguntapan 3 1 21 2 127 47 7 3 1
90 315 29 1540 488 61 18 21
KONTAK ERAT CONFIRM
JUMLAH
Discarded Confirm Isolasi Jumlah Sembuh Isolasi Mati Jumlah
31 27 57 196 280 77 9 3 89
19 82 21 94 197 34 2 1 37
58 23 32 150 205 72 4 2 78
588 977 649 3058 4684 914 306 28 1248

Sumber : Dinkes Bantul, 2020


Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Bantul, kasus tertinggi

Covid-19 yaitu di wilayah kerja Puskesmas Banguntapan 1 dengan jumlah

sembuh 89 orang yang terkonfirmasi sembuh 77 orang , Isolasi 9 orang

dan total Meninggal/ mati 3 orang.

Penelitian ini berfokus pada pencegahan penyebaran yaitu

pemakaian masker. Penggunaan masker merupakan bagian dari rangkaian

komprehensif langkah pencegahan dan pengendalian yang dapat

membatasi
5

penyebaran penyakit-penyakit virus saluran pernapasan tertentu, termasuk.

Masker dapat digunakan baik untuk melindungi orang yang sehat (dipakai

untuk melindungi diri sendiri saat berkontak dengan orang yang terinfeksi)

atau untuk mengendalikan sumber (dipakai oleh orang yang terinfeksi

untuk mencegah penularan lebih lanjut). Jika jumlah masker medis sangat

kurang, pelindung wajah dapat dipertimbangkan sebagai alternatif.

Penggunaan masker kain sebagai alternatif masker medis tidak dipandang

sesuai untuk melindungi tenaga kesehatan berdasarkan bukti terbatas yang

tersedia (WHO, 2020).

Namun, penggunaan masker saja tidak cukup memberikan tingkat

perlindungan atau pengendalian sumber yang memadai. Karena itu,

langkah-langkah lain di tingkat perorangan dan komunitas perlu juga

diadopsi untuk menekan penyebaran virus-virus saluran pernapasan.

Terlepas dari apakah masker digunakan atau tidak, kepatuhan kebersihan

tangan, penjagaan jarak fisik, dan langkah-langkah pencegahan dan

pengendalian infeksi (PPI) lainnya sangat penting untuk mencegah

penularan dari orang ke orang (WHO, 2020).

Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan pada tanggal

18 November 2020 di Dusun Gilang, Kabupaten Bantul Yogyakarta.

Wawancara dilakukakan dengan menemui Kepala Desa Baturetno dan

Kepala Dukuh Gilang bahwa masyarakat di dusun tersebut kurang

mematuhi protokol kesehatan, seperti kurang nya menjaga jarak, masih


6

adanya perkumpulan dan kurangnya kesadaran memakai masker jika

keluar rumah.

Dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul hubungan pengetahuan dan perilaku masyarakat

dengan kepatuhan memakai masker pada masa pandemi Covid-19 Dusun

Gilang, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta ?

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan

masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu “Adakah Hubungan

Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Dengan Kepatuhan Memakai

Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang, Banguntapan,

Bantul, Yogyakarta ?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka batasan

masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Ruang Lingkup Tema : Pencegahan Covid-19 Dengan Memakai Masker

2. Variable penelitian

a. Variable Bebas dalam penelitian adalah Pengetahuan dan Perilaku

Masyarakat

b. Variable Terikat dalam penelitian ini adalah Kepatuhan Memakai

Masker
7

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan Di Dusun Gilang, Desa Baturetno,

Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

4. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari Tahun 2021

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan Umum dari peneliti adalah untuk mengetahui pengetahuan dan

perilaku masyarakat dengan kepatuhan memakai masker pada masa

pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang, Banguntapan, Bantul,

Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk Mengetahui Pengetahuan Masyarakat Dengan Kepatuhan

Memakai Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang,

Banguntapan, Bantul, Yogyakarta

b. Untuk Mengetahui Perilaku Masyarakat Dengan Kepatuhan

Memakai Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang,

Banguntapan, Bantul, Yogyakarta

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Program Studi Kesehatan masyarakat

Mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang

Ilmu Kesehatan Masyarakat, dalam menerapkan pengetahuan dan


8

perilaku terhadap kepatuhan memakai masker pada masa pandemi

Covid-19.

2. Bagi Masyarakat

Memberikan masukan yang bermanfaat dalam meningkatkan

pengetahuan dan perilaku terhadap kesehatan masyarakat, khususnya

terkait dengan kepatuhan memakai masker pada masa pandemi Covid-

19.

3. Bagi STIKes Surya Global Yogyakarta

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan

masukan dan wacana bagi mahasiswa di Institusi STIKes Surya Global

Yogyakarta, dapat dijadikan tambahan kepustakaan dan sebagai

sumber informasi bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian

dengan topik yang relevan dengan penelitian ini.

4. Bagi peneliti lain

Dapat dijadikan referensi ataupun dikembangkan lagi intervensinya

dalam bentuk penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif terkait

dengan penerapan pengetahuan dan perilaku kepada masyarakat

terhadap kepatuhan memakai masker pada masa pandemi dan

menambahkan variabel yang baru.

5. Bagi Peneliti

Dapat memberikan pengalaman dalam pengaaplikasian disiplin

ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan, dan dapat

menambah
9

ilmu serta pengetahuan bagi peneliti selama menyusun tugas akhir

skripsi.

F. Keaslian penelitian

Tabel 1.2
Keaslian Penelitian
No. Nama Judul Persamaan Perbedaan
1 (Devi “Hubungan antara Persamaan Perbedaannya
Pramita Sari pengetahuan penelitian terletak pada
et al, 2020). masyarakat dengan terletak pada jumlah
Infokes : kepatuhan variabel responden
Jurnal ilmiah penggunaan masker yang penelitian
rekam medis sebagai upaya digunakan yang diteliti
dan pencegahan penyakit yaitu dan lokasi
informatika covid-19 di pengetahuan penelitian.
kesehatan vol ngronggah” dan
10 1 kepatuhan.
Februari Instrument
2020 yang di
https://ojs.ud gunakan
b.ac.id/index. berupa
php/infokes/a kuesioner
rticle dan
/view/850 menggunaka
n uji Chi-
Square
2 (Andina “Hubungan Persamaan Perbedaannya
Bunga Pengetahuan, Sikap penelitian terletak pada
Syafeldan Dan Perilaku Dengan terletak pada responden
Anissatul Kepatuhan Ibu variabel penelitian
Fatimah, Rumah Tangga yang yang diteliti
2020). Dalam Pencegahan digunakan adalah ibu
JURMA vol Covid-19 Di Rt 02 yaitu rumah tangga,
4 No 1, Rw 05 Kabandungan perilaku dan penelitian
Juni 2020. I Desa Sirnagalih dengan ini
http://pkm. Bogor” kepatuhan menggunakan
uika- uji
bogor.ac.id multivariat.
/index.php/
pkm-
p/article/vi
ew/728
10

3 (Ika “Tingkat pengetahuan Variabel Lokasi


Purnamasa dan perilaku yang di teliti penelitian
riet al, masyarakat adalah berbeda.
2020 ). kabupaten wonosobo pengetahuan Teknik
Jurnal tentang. Hasil dan sampling
ilmiah penelitian ini perilaku yangdi
kesehatan menunjukkan bahwa masyarakat . gunakan
10 (1), 33- pengetahuan Penelitian random
42,2020. masyarakat Kuantitatif. sampling.
http://ojs.u kabupaten Dsain
nsiq.ac.id/i wonosobo” Analitik
ndex.php/ji korelasi.
k/article/vi
ew/1311
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindra manusia. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2014).

Menurut (Notoatmodjo 2014) Pengetahuan yang tercakup

dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang di pelajari antara lain dapat

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan

sebagainya.

11
1

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dimana dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.

Orang yang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih dalam suatu struktur organisasi tertentu, dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat

dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.


1

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menujukkan pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada.

Menurut (Notoatmodjo, 2014) indikator-indikator yang

dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau

kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokan menjadi:

1) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:

a) Penyebab penyakit

b) Gejala atau tanda-tanda penyakit

c) Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari

pengobatan

d) Bagaimana cara penularannya

e) Bagaimana cara pencegahannya termasuk

imunisasi.
1

2) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan

cara hidup sehat, meliputi:

a) Jenis-jenis makanan bergizi

b) Manfaat makan yang bergizi bagi kesehatan

c) Pentingnya olahraga bagi kesehatan

d) Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-

minuman keras, narkoba, dan sebagainya.

e) Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi dan

sebagainya bagi kesehatan

3) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

a) Manfaat air bersih

b) Cara-cara pembuangan limbah yang sehat,

termasuk pembuangan kotoran yang sehat, dan

sampah

c) Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang

sehat

d) Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi

kesehatan, dan sebagainya

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

a. Faktor internal

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pembentukan kesepatan

seseorang secara intelektual serta secara emosional kearah alam


1

dan juga sesama manusia. Semakin tinggi pendidikan dari

seseorang maka diharapkan akan semakin meningkat juga

pengetahuan dan keterampilan seseorang.

2) Usia/umur

Semakin bertambahnya umur seseorang, maka akan

mendapatkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga

pengetahuan yang didapat oleh seseorang akan terus bertambah

dan berkembang.

3) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu aktivitas atau kegiatan dari

seseorang untuk memperoleh suatu penghasilan dengan tujuan

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan

Lingkungan merupakan sesuatu yang terdapat disekitar

individu,baik lingkungan biologis,fisik, maupun sosial.

Lingkungan ini berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan kedalam susatu individu yang berada didalam

lingkungan tersebut.

2) Sosial budaya

Sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.


1

Menurut Arikanto (2006) dalam Wawan dan Dewi (2011)

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatis,

yaitu:

1) Baik : Hasil presentase 76% - 100%

2) Cukup : Hasil Presentase 56 % - 75%

3) Kurang : Hasil presentase < 56 %

2. Perilaku

Dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau

aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh

sebab itu dari segi biologis, semua makhluk hidup mulai dari

binatang sampai dengan manusia,mempunyai aktivitas masing-

masing. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai

bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang

dilakukan manusia tersebut antara lain: berjalan, berbicara, menulis

membaca, berfikir dan seterusnya (Notoatmodjo, 2014).

Lawrence Green dalam teorinya mencoba menganalisis

perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau

masyarakat di pengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku

dan faktor diluar perilaku. Selanjutnya perilaku di pengaruhi oleh 3

faktor utama, yang di rangkum dalam akronim PRECEDE :

Predisposing, Enablingn dan Reinforcing Causes in Education

Diagnosis and Evaluation. Sedangkan PROCED : Policy,

Regulator, Organization Contruct in Educational and


1

Environmantal Development, adalah merupakan arahan dalam

perencanaan, implementasi, dan evaluasi Pendidikan (promosi)

kesehatan. Apabila Preced merupakan fase diagnosis masalah,

maka proceed adalah merupakan perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi promosi kesehatan.

Lebih lanjut Precede model ini dapat diuraikan bahwa

perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu :

a. Faktor-faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas –fasilitas atau

sarana- sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan,

alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong atau penguat yang terwujud dalam

sikap dan prilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat

(Notoatmodjo, 2014).

Meskipun perilaku dibedakan antara perilaku tertutup

(covert), maupun perilaku terbuka (overt) seperti telah

diuraikan sebelumnya, tetapi sebenarnya perilaku adalah

totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan

perkataan lain, perilaku adalah merupakan keseluruhan

(totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang

merupakan hasil bersama antara


1

faktor internal dan eksternal tersebut. Perilaku seseorang adalah

sangat kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas.

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidika

membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah atau domain

perilaku ini, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective), dan

psikomotor (psychomotor). Kemudian oleh ahli pedidikan di

Indonesia, ketiga domain ini di terjemahkan ke dalam cipta

(kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor), atau pericipta,

perirasa, dan peritindak. Dalam perkembangan selanjutnya,

berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk

kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3

tingkat ranah perilaku yaitu: Pengetahuan, Perilaku, Tindakan

(Notoatmodjo, 2014).

Menurut (Azwar, 2008), pengukuran perilaku yang

berisi pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji reabilitas

dan validitasnya maka dapat digunakan untuk mengungkapkan

perilaku kelompok responden. Kriteria pengukuran perilaku

yaitu :

a. Perilaku positif jika nilai T skor yang diperoleh responden

dari kuesioner > T mean

b. Perilaku negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden

dari kuesioner < T mean


1

Subyek memberi respon dengan dengan empat kategori

ketentuin, yaitu: selalu, sering, jarang, tidak pernah.

Dengan skor jawaban:

1. Jawaban dari item pernyataan perilaku positif

a) Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan

pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban

kuesioner skor 4

b) Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan

kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor

c) Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan

kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor

d) Tidak Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan

pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban

kuesioner skor 1

2. Jawaban dari item pernyataan untuk perilaku negative

a) Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan

pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban

kuesioner skor 1

b) Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan

kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner

skor 2
2

c) Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan

pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban

kuesioner skor 3

d) Tidak Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan

pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban

kuesioner skor 4

Penilaian perilaku yang didapatkan jika:

1) Nilai > 50, berarti subjek berperilaku positif

2) Nilai < 50 berarti subjek berperilaku negative

3. Kepatuhan

Definisi Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk

perilaku yang timbul akibat adanya interaksi antara petugas

kesehatan dengan pasien sehingga pasien mengerti rencana dan

segala konsekuensinya dan menyetujui rencana tersebut serta

melaksanakannya (Kemenkes RI. 2011).

Kepatuhan berasal dari kata “Patuh”. Menurut KBBI

(Kamus Besar Bahasa Indonesia), Patuh berarti suka menurut

perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin.

Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk pada ajaran dan

aturan. Kepatuhan adalah perilaku positif penderita dalam

mencapai tujuan terapi. Kepatuhan merupakan suatu bentuk

perilaku manusia yang taat pada aturan, perintah yang telah

ditetapkan, prosedur dan disiplin yang harus dijalankan (KBBI,

2018)
2

Kepatuhan berbanding lurus dengan tujuan yang dicapai

pada program pengobatan yang telah ditentukan. Kepatuhan,

sebagai akhir dari tujuan yang dicapai pada program pengobatan

yang telah ditentukan. Kepatuhan sebagai akhir dari tujuan itu

sendiri, berbeda dengan faktor motivasi, yang dianggap sebagai

cara untuk mencapai tujuan (Gulo, 2011).

Menurut Kozier (2010), faktor yang mempengaruhi

kepatuhan adalah sebagai berikut:

1) Motivasi klien untuk sembuh

2) Tingkat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan

3) Persepsi keparahan masalah kesehatan

4) Nilai upaya mengurangi ancaman penyakit

5) Kesulitan memahami dan melakukan perilaku khusus

6) Tingkat gangguan penyakit atau rangkaian terapi

7) Keyakinan bahwa terapi yang diprogramkan akan membantu

atau tidak membantu

8) Kerumitan, efek samping yang diajukan

9) Warisan budaya tertentu yang membuat kepatuhan menjadi

sulit dilakukan

10) Tingkat kepuasan dan kualitas serta jenis hubungan dengan

penyediaan layanan kesehatan kepatuhan.


2

4. Memakai Masker

Masker merupakan salah satu alat pelindung diri (APD)

yang dapat melindungi mulut, hidung, dan wajah dari patogen yang

ditularkan melalui udara (airborne), droplet, maupun percikan

cairan tubuh yang terinfeksi (Buku Pedoman KKN-PPM Daring

UGM, 2020).

Masker medis didefinisikan sebagai masker bedah atau

prosedur yang datar atau memiliki lipatan; masker jenis ini

dikencangkan pada kepala dengan tali yang mengitari telinga atau

kepala atau keduanya. Karakteristik kinerjanya diuji menurut

serangkaian metode uji terstandar (ASTM F2100, EN 14683, atau

yang setara) yang bertujuan untuk menyeimbangkan filtrasi yang

tinggi, kemudahan bernapas yang memadai, dan (opsional)

resistansi penetrasi cairan (WHO, 2020).

Masker yang digunakan bertujuan untuk menghindari

penyebaran droplet sehingga masker yang digunakan harus

menutupi bagian mulut, hidung, hingga ke dagu. Selain itu, masker

yang digunakan tidak boleh kendor. Masker yang kendor membuat

udara masuk tanpa terfilter oleh masker sehingga virus dan bakteri

dapat masuk ke saluran pernapasan (Buku Pedoman KKN-PPM

Daring UGM, 2020).

Namun, penggunaan masker saja tidak cukup memberikan

tingkat perlindungan atau pengendalian sumber yang memadai.


2

Karena itu, langkah-langkah lain di tingkat perorangan dan

komunitas perlu juga diadopsi untuk menekan penyebaran virus-

virus saluran pernapasan. Terlepas dari apakah masker digunakan

atau tidak, kepatuhan kebersihan tangan, penjagaan jarak fisik, dan

langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)

lainnya sangat penting untuk mencegah penularan dari orang ke

orang (WHO, 2020).

Di wilayah-wilayah di mana terjadi transmisi komunitas

atau wabah berskala besar, pemakaian masker menyeluruh

diberlakukan di banyak rumah sakit untuk mengurangi potensi

penularan (asimtomatik, prasimtomatik, dan simtomatik) dari

tenaga kesehatan dengan dan setiap orang dengan yang memasuki

fasilitas kepada tenaga kesehatan lain dan kepada pasien (WHO,

2020).

Menurut para pakar, masker semakin perlu digunakan

secara terus-menerus di area-area dengan potensi risiko penularan

yang lebih tinggi seperti triase, tempat praktik dokter

keluarga/umum, departemen rawat jalan, instalasi gawat darurat,

unit khusus Covid- 19, unit hematologi, kanker, dan transplantasi,

fasilitas pelayanan kesehatan jangka panjang, dan fasilitas hunian

(WHO, 2020)

Menurut (WHO, 2020) : “Pengelolaan masker untuk setiap

jenis masker, penggunaan dan pembuangan yang tepat sangat

penting untuk memastikan efektivitas maksimal dan untuk

menghindari peningkatan penularan. WHO menawarkan panduan


2

berikut mengenai penggunaan masker secara tepat, yang diambil

dari praktik-praktik terbaik di tempat pelayanan kesehatan :

a. Bersihkan tangan sebelum mengenakan masker;

b. Tempatkan masker dengan hati-hati dan pastikan masker

menutupi mulut dan hidung, sesuaikan dengan batang hidung,

dan tali dengan erat untuk meminimalisasi jarak bukaan antara

wajah dan masker;

c. Hindari menyentuh masker saat mengenakan masker;

d. Lepas masker dengan teknik yang sesuai: jangan menyentuh

bagian depan masker melainkan lepas ikatan masker dari

belakang;

e. Setelah melepas masker atau setelah masker bekas tidak

sengaja tersentuh, bersihkan tangan dengan cairan antiseptik

berbahan dasar alkohol atau sabun dan air jika tangan terlihat

kotor;

f. Ganti masker segera setelah masker menjadi lembap dengan

masker baru yang bersih dan kering;

g. Jangan gunakan kembali masker sekali pakai;

h. Buang masker sekali pakai setelah diguunakan dan segera

buang masker setelah masker dilepas.

Pada umumnya ada 4 jenis masker yang biasa digunakan

sebagai APD, diantaranya yaitu (Buku Pedoman KKN-PPM

Daring UGM, 2020) :


2

1. Masker Kain (cloth mask)

Masker kain merupakan masker yang terbuat dari kain yang

dapat dibersihkan dan digunakan kembali. Masker ini umumnya

digunakan oleh masyarakat yang sehat di tempat umum dan

bukan petugas kesehatan dan berfungsi untuk melindungi diri

dari paparan virus maupun polusi. Penggunaan masker kain

digunakan sebagai pengganti masker medis untuk mencegah

kelangkaan masker medis yang diperlukan oleh petugas

kesehatan. Masker kain memiliki proteksi yang paling rendah

dimana masker ini tidak mampu menyaring seluruh partikel

droplet atau partikel virus yang melayang di udara. Kapasitas

filtrasi masker kain hanya mampu menyaring 10-60% partikel

berukuran 3 mikron. Dengan kata lain, tingkat kebocoran

masker dapat dikatakan tinggi. Meski demikian, penggunaan

masker kain dapat meminimalisir potensi penularan penyakit

apabila dibarengi dengan tetap menjaga jarak sekitar 1-2 meter

apabila berada di tempat umum dan rajin mencuci tangan

apabila akan menyentuh wajah. Keuntungan menggunakan

masker kain yaitu dapat dipakai secara berulang-ulang dengan

catatan rajin mencucinya menggunakan detergen dan air hangat

sehingga dapat membunuh virus yang menempel pada masker.


2

2. Masker Bedah

Masker bedah lebih efektif melindungi dibandingkan dengan

masker kain. Namun penggunaannya yang hanya sekali pakai

atau tidak dapat digunakan secara berulang-ulang

mengakibatkan terjadinya kelangkaan masker di pasaran.

Masker bedah meskipun lebih efektif dibandingkan dengan

masker kain dalam melindungi dari paparan virus, tetapi pada

masker bedah masih terdapat potensi kebocoran karena tidak

menutup wajah secara penuh. Efektivitas masker bedah dalam

memfiltrasi paparan virus sekitar 30-96% dengan ukuran

partikel yang dapat ditahan yaitu

> 5µm. Masker bedah dianjurkan untuk orang-orang yang sakit

dan petugas kesehatan yang sehari-hari berhubungan langsung

dengan pasien.

3. Masker N95

Masker N95 memiliki tingkat proteksi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan masker bedah. Hal ini dikarenakan tidak

adanya kebocoran atau celah pada masker sehingga dapat

melindungi dari paparan virus. Masker ini mampu menahan

partikel berukuran 0,1 mikron dengan efektivitas diatas 95%.

Masker ini dianjurkan hanya bagi petugas kesehatan dan bukan

untuk masyarakat umum. Petugas kesehatan yang dimaksud

yaitu mereka yang berinteraksi dengan pasien yang memiliki

potensi penularan tinggi atau penyakit yang dapat menular

melalui udara
2

(airborne) maupun droplet. Penggunaan masker N95

dikhusukan untuk kondisi dengan tingkat resiko tinggi. Masker

ini memiliki banyak lapisan bahan penyaring dan harus

menempel erat pada wajah sehingga sebelum penggunaannya

diperlukan uji pengepasan pada setiap pemakainnya.

4. Respirator mask atau full-face mask

Masker ini umumnya dipakai pada lingkungan industri yang

memiliki potensi terpapar partikel berbahaya. Masker ini

memiliki proteksi sekitar 99% dan dipastikan tidak ada partikel

berukuran 0,1 mikron yang dapat menembus masker ini. Masker

ini dapat dipakai secara berulang-ulang namun dengan tetap

memperhatikan prosedur pembersihan.

WHO (2020), menegaskan “Dalam konteks lokasi/wilayah di mana

diketahui atau dicurigai terjadi transmisi komunitas atau wabah Covid-19

yang intens, WHO memberikan panduan berikut :”

1. Menurut para pakar, masker semakin perlu digunakan secara terus-

menerus di area-area dengan potensi risiko penularan yang lebih tinggi

seperti triase, tempat praktik dokter keluarga/umum, departemen rawat

jalan, instalasi gawat darurat, unit khusus, unit hematologi, kanker, dan

transplantasi, fasilitas pelayanan kesehatan jangka panjang, dan

fasilitas hunian.

2. Staf yang tidak bekerja di area-area klinis tidak perlu mengenakan

masker medis saat melakukan kegiatan rutin (seperti staf administrasi)


2

3. Satu masker tidak boleh digunakan bersama oleh lebih dari satu

petugas tenaga kesehatan dan harus dibuang dengan tepat setelah

dilepaskan dan tidak digunakan Kembali.

Contoh-contoh situasi/tempat di mana masyarakat umum perlu

didorong untuk menggunakan masker medis dan nonmedis di wilayah di

mana diketahui atau dicurigai terjadi transmisi komunitas

Tabel 2.1
Situasi/tempat di mana masyarakat umum perlu didorong untuk
menggunakan masker medis dan nonmedis
Situasi/tempat Kelompok Tujuan Jenis masker yang
penggunaa dipertimbangkan
n masker jika
direkomendasikan
Wilayah di mana Masyarakat Kemungkin Masker nonmedis
diketahui atau umum di an manfaat
dicurigai terjadi tempat- tempat pengendalia
penularan meluas umum n sumber
dan kapasitas seperti tempat
terbatas atau tidak perbelanjaan,
ada kapasitas tempat kerja,
untuk menerapkan perkumpulan
langkahlangkah sosial,
penanggulangan perkumpulan
lain seperti massal, tempat
penjagaan jarak tertutup seperti
fisik, pelacakan sekolah, gereja,
kontak, tes, masjid, dll.
isolasi, dan
perawatan untuk
kasus suspek dan
terkonfirmasi
Tempat padat Penduduk di Kemungkin Masker nonmedis
penduduk di pemukiman- an manfaat
mana penjagaan pemukiman pengendalia
jarak padat dat n sumber
fisik tidak dapat tempat- tempat
dilakukan; seperti
kapasitas penampungan
surveilans dan tes, pengungsi,
2

serta fasilitas tempat serupa


isolasi dan penampungan,
karantina terbatas pemukiman
kumuh
Tempat di mana Masyarakat Kemungkin Masker nonmedis
penjagaan jarak umum di an manfaat
fisik tidak dapat angkutan umum pengendalia
dilakukan (terjadi (seperti bus, n sumber
kontak erat) pesawat terbang,
kereta api)
Kondisi-kondisi
kerja tertentu di
mana pekerja
berkontak erat
atau
kemungkinan
berkontak erat
dengan orang
lain, seperti
tenaga bidang
sosial, kasir,
pelayan tempat
makan
Tempat di mana Kelompok Perlindunga Masker Medis
penjagaan jarak masyarakat yang n
fisik tidak dapat rentan :
dilakukan dan
• Orang berusia
risiko infeksi
≥60 tahun
dan/atau hasil
rawat negatif • Orang dengan
lebih tinggi. komorbiditas
penyerta, seperti
penyakit
kardiovaskular
atau diabetes
melitus, penyakit
paru kronis,
kanker, penyakit
serebrovaskular,
imunosupresi
Sumber : WHO, 2020
3

Sampai saat ini, situasi di tingkat global maupun nasional masih

dalam risiko sangat tinggi. Selama pengembangan vaksin masih dalam

proses, dunia dihadapkan pada kenyataan untuk mempersiapkan diri hidup

berdampingan dengan. Oleh karenanya diperlukan pedoman dalam upaya

pencegahan dan pengendalian untuk memberikan panduan bagi petugas

kesehatan agar tetap sehat, aman, dan produktif, dan seluruh penduduk

Indonesia mendapatkan pelayanan yang sesuai standar. Pedoman

pencegahan dan pengendalian disusun berdasarkan rekomendasi WHO

yang disesuaikan dengan perkembangan pandemi , dan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (Kemenkes RI, 2020).


3

B. Kerangka Teori

Keturunan

Pelayanan
Status Kesehatan Lingkungan
Kesehatan

Perilaku

Predisposisi factor
Enabling Factor
(Pengetahuan,sikap,perilaku, Reinforcing Factor
Pendidikan,Usia) Ketersediaan
sumber- Sikap dan perilaku
sumber/Fasilitas petugas,Peraturan UU

Komunikasi
(Penyuluhan Pemberdayaan Training
) Masyarakat

Promosi
Kesehatan

Gambar 2.1
Kerangka
Teori Lawrence Green
(Sumber Promosi Kesehatan dan Perilaku, Notoatmodjo, 2012)
3

C. Kerangka Konsep

PENGETAHUAN (X1)

KEPATUHAN MEMAKAI MASKER


(Y)

PERILAKU MASYARAKAT
(X2)

Gambar 2.2
Kerangkan Konsep
D. Hipotesis

Berdasarkan teori- teori yang telah di kemukakan maka hipotesis

dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Ada Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kepatuhan Memakai

Masker pada Masa Pandemi Covid-19 di Dusun Gilang Banguntapan

Bantul, Yogyakarta.

2. Ada Hubungan Antara Perilaku Masyarakat Dengan Kepatuhan

Mamakai Masker pada Masa Pandemi Covid-19 di Dusun Gilang

Banguntapan Bantul, Yogyakarta.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah pendekatan survey. Dimana

penelitian ini untuk menggambarkan objek secara langsung dengan

menggunakan analisis angka secara kuantitatif untuk menarik kesimpulan

dengan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara factor-faktor resiko dengan efek,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat. Artinya tiap subyek penelitian hanya di observasi sekali saja

dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau viariabel subyek

pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subyek

penelitian diamati pada waktu yang sama (Sugiyono, 2018).

B. Populasi dan Sempel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan element yang akan dijadikan wilayah

generalisasi. Elemen populasi adalah keseluruhan subjek yang akan di

ukur, yang merupakan unit yang diteliti (Sugiono, 2018). Populasi

penelitian ini adalah warga dengan jumlah populasi sebanyak 1500

jiwa.

2. Sampel

Dalam penelitian kuantitatif, Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar,

33
3

dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada pada

populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu

(Sugiono, 2018).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan non random sampling

(non probability), metode pengambilan sampel dilakukan dengan

metode accidental sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan

kebetulan yaitu responden yang secara kebetulan mengisi kuesioner

yang disebarkan oleh peneliti pada bulan februari di Dusun Gilang,

serta memiliki kriteria yang ditentukan oleh peneliti yaitu, Kriteria

inklusi bisa membaca serta bersedia menjadi responden adapun.

Kriteria exklusi yaitu tidak bersedia menjadi responden serta tidak bisa

membaca.

Cara perhitungan besaran sampel dalam penelitian ini

menggunakan rumus slovin dengan menggunakan rumus metodologi

(Nursalam, 2015). sebagai berikut :

N
n 1 N d2 
1500
𝑛=
1 + 1500 (0,1)

1500
𝑛=
1 + 1500 × 0,01

1500
𝑛=
16

𝑛 = 9 3,75 => (94)


3

Keterangan :

N : Besar populasi

n : Besar sampel

d : Taraf kesalahan (Signifikan) = 10% .

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan peneliti terletak di Dusun Gilang

Banguntapan Bantul, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan Februari 2021 sampai dengan selesai.

D. Variabel Penelitian

Secara teoritis variable dapat didefinisikan sebagai atribut

seseorang, atau objek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan

yang lain atau satu objek dengan objak yang lain Hatch dan Farhady, 1981

(Sugiono, 2018).

Variable penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudan ditarik kesimpulannya

(Sugiono, 2018).
3

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabelnya sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel Bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen/ terikat

(Sugiyono,2018). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat.

2. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau menjadi

akibat, karena adanya variable bebas/ Independent (Sugiyono,2018).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan memakai

masker.

E. Definisi Operasional

Definisi Operasional Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat

terhadap Kepatuhan Memakai Masker.

Tabel 3.1
Definisi Operasional Hubungan Pengetahuan dan Perilaku
Masyarakat Dengan Kepatuhan Memakai Masker.
Variabel Definisi Nilai Kategori Skala Alat Ukur
Operasional
Pengetahuan Pemahaman Baik = 2 Nominal Kuesioner
yang di tujukan Tidak baik = 1
terhadap (Skala Guttman)
masyarakat
tentang
pengetahuan
Covid-19,
penyebaran
Covid-19, gejala
maupun isolasi
mandiri.
Perilaku Aktifitas Baik = 2 Nominal Kuesioner
masyarakat pada Tidak baik = 1
3

masa pandemi (Skala Guttman)


dalam
menjalankan
protokol
kesehatan
Kepatuhan Kepatuhan Baik = 2 Nominal Kuesioner
Memakai (adherence) Tidak baik = 1
Masker berupa (Skala Guttman)
pernyataan
masyarakat
mengenai
kepatuhan
memakai masker
di masa pandemi
Covid-19, yaitu
cara penggunaan
masker medis
dan sekali pakai
dan kaptuhan
memakai masker
jika di luar.
F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek

penelitian. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh melalui

kuesioner dan wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak

langsung diperoleh dari subjek penelitianya. Dalam penelitian ini, data

sekundernya adalah :

a. Jumlah penduduk 1500 jiwa di Dusun Gilang

b. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan, Puskesmas

Banguntapan I, dan data Dusun Gilang Desa Baturetno


3

c. Buku-buku penunjang teori dan jurnal yang berhubungan dengan

teori penelitian. Data ini digunakan sebagai pendukung data

primer dalam penelitian.

G. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun social yang diamati (Sugiono, 2018). Instrumen

dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner. Pengumpulan data pada

penelitian ini dengan menggunakan kuesioner berupa pertanyaan tertutup

yang terdiri dari bagian A mengenai Karakteristik responden, bagian B

adalah Kuisioner Pengetahuan. Dimana peneliti menyebarkan kuesioner

kepada masyarakat dusun Gilang tanpa memperhatikan gender, pendidikan

dan pekerjaan responden. Variabel pada penelitian ini adalah Pengetahuan

dan Perilaku dengan Kepatuhan Memakai Masker pada Masa Pandemi

Covid-19.

Tabel 3.2
Kisi-kisi pertanyaan kuesioner hubungan pengetahuan dan perilaku
masyarakat dengan kepatuhan memakai masker pada masa
pandemi covid-19 di dusun plakaran banguntapan bantul
yogyakarta tahun 2021
Jenis Pertanyaan
No Variabel Jumlah
Favorable Unfavorable
7 dari 9 pertanyaan
1 Pengetahuan 2, 4, 6, 7, 8,9 1,3,5
uji validitas
9 dari 9 pertanyaan
2 Perilaku Masyarakat 1,2,3,4,5,6,7,8,9 0
uji validitas
Kepatuhan Memakai 7 dari 9 pertanyaan
3 1,2,3,6,7,8,9 4,5
Masker uji validitas
Jumlah 22 5 27
3

1. Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dengan menggunakan pertanyaan yang

berisi 6 pertanyaan tertutup dengan menggunakan skala Guttman. Data

yang dikategorikan menurul skala nominal dengan ketentuan pilihan

jawaban ya dan tidak, dimana responden memberikan check list.

2. Perilaku Masyarakat

Pengukuran perilaku masyarakat dengan menggunakan pertanyaan

yang berisi 9 pertanyaan tertutup dengan menggunakan skala Guttman.

Data yang dikategorikan menurul skala nominal dengan ketentuan

pilihan jawaban ya dan tidak, dimana responden memberikan check

list.

3. Kepatuhan Memakai Masker

Pengukuran kepatuhan memakai masker dengan menggunakan

pertanyaan yang berisi 7 pertanyaan tertutup dengan menggunakan

skala Likert. Data yang dikategorikan menurul skala ordinal dengan

ketentuan pilihan jawaban ya dan tidak, dimana responden

memberikan check list.

H. Teknik Pengolahan Data

Beberapa teknik pengonalahan data yang dilakukan peneliti adalah

sebagai berikut :

1. Editing (memeriksa)

Meneliti kuesioner yang telah diberikan, untuk melihat kelengkapan

jawaban, apakah ada kesesuaian antara semua pertanyaan yang

diberikan dengan jawabanya.


4

2. Coding (pengkodean)

Memberikan kode angka pada penelitian untuk memudahkan dalam

analisis data.

3. Processing (memasukkan data)

Data yang telah melalui pengkodean kemudian diproses agar data

dapat di analisis. Proses data dilakukan dengan Cara meng-entry data

dari kuesioner ke dalam program komputer.

4. Cleaning (pembersihan)

Membuang atau membersihkan data yang sudah tidak terpakai.

I. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas (keshahihan) adalah pengukuran dan pengamatan

yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data

(Nursalam, 2015).

Teknik korelasi yang peneliti gunakan adalah korelasi product

moment. Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan

membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel

berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau

lebih tersebut adalah sama (Sugiyono, 2018). Perhitungan ini dapat

dilakukan dengan rumus korelasi product moment

𝑛(∑ 𝑋𝑌)−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)


rxy = √{𝑛 ∑ 𝑋2(∑ 𝑋)2}{𝑛 ∑ 𝑌2−(∑ 𝑌2)}

Keterangan:

rxy = Koefisien Korelasi Butir


4

n = Jumlah Responden

x = Skor Butir Item

y = Skor Total

Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Masyarakat Pada Masa Pandemi
Covid-19 di Dusun Plakaran Banguntapan Bantul YogyakartaTahun 2021
No Kriteria
Butir R-Hitung R-Tabel Keputusan
Pengujian
1 Pertanyaan 1 0,822 0,349 rhitung > rtabel Valid
2 Pertanyaan 2 0,585 0,349 r hitung > rtabel
Valid
3 Pertanyaan 3 0,877 0,349 rhitung > rtabel
Valid
4 Pertanyaan 4 0,796 0,349 r hitung > rtabel
Valid
5 Pertanyaan 5 0,614 0,349 rhitung > rtabel
Valid
6 Pertanyaan 6 -0.029 0,349 r hitung < rtabel
Tidak Valid
7 Pertanyaan 7 0,148 0,349 r hitung < r tabel
Tidak Valid
8 Pertanyaan 8 0,700 0,349 rhitung > rtabel
Valid
9 Pertanyaan 9 0,871 0,349 r hitung > r tabel
Valid
Sumber : Data Primer, 2021

Dari tabel 3.3 menunjukan bahwa validitas untuk sembilan butir

pertanyaan pengetahuan masyarakat tentang pemahaman Covid-19 di masyarakat

di antaranya Sembilan butir pertanyaan diperoleh nilai rhitung > rtabel (0,349) pada

pertanyaan nomor 6 dan 7 didapatkan hasil rhitung < rtabel maka dapat dinyatakan

bahwa dari 9 butir pertanyaan terdapat 2 yang dinyatakan Tidak Valid.


4

Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Masyarakat Pada Masa Pandemi
Covid-19 di Dusun Plakaran Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2021
No Kriteria
Butir R-Hitung R-Tabel Keputusan
Pengujian
1 Pertanyaan 1 0,539 0,349 rhitung > rtabel Valid
2 Pertanyaan 2 0,658 0,349 r hitung > r tabel
Valid
3 Pertanyaan 3 0,539 0,349 rhitung > rtabel Valid
4 Pertanyaan 4 0,565 0,349 rhitung > rtabel Valid
5 Pertanyaan 5 0,707 0,349 rhitung > rtabel Valid
6 Pertanyaan 6 0,634 0,349 rhitung > rtabel Valid
7 Pertanyaan 7 0,625 0,349 rhitung > rtabel Valid
8 Pertanyaan 8 0,535 0,349 rhitung > rtabel Valid
9 Pertanyaan 9 0,552 0,349 rhitung > rtabel Valid
Sumber : Data Primer, 2021

Dari tabel 3.4 menunjukan bahwa validitas untuk sembilan butir

pertanyaan perilaku masyarakat pada saat terjadi pandemi Covid-19 di

masyarakat, dari sembilan butir pertanyaan diperoleh nilai rhitung > rtabel (0,349) di

dapatkan hasil semuanya valid.

Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Memakai Masker Masyarakat Pada
Masa Pandemi Covid-19 di Dusun Plakaran Banguntapan Bantul
YogyakartaTahun 2021
Kriteria
No Butir R-hitung R-tabel Keputusan
Pengujian
1 Pertanyaan 1 0,658 0,349 rhitung > rtabel Valid
2 Pertanyaan 2 0,871 0,349 rhitung > rtabel Valid
3 Pertanyaan 3 0,773 0,349 rhitung > rtabel Valid
4 Pertanyaan 4 0,572 0,349 r hitung > r tabel Valid
5 Pertanyaan 5 0,320 0,349 rhitung < rtabel Tidak Valid
6 Pertanyaan 6 0,825 0,349 rhitung > rtabel Valid
7 Pertanyaan 7 0,612 0,349 r hitung > r tabel Valid
8 Pertanyaan 8 0,871 0,349 r hitung > r tabel Valid
9 Pertanyaan 9 0,721 0,349 rhitung > rtabel Valid
Sumber Primer, 2021
4

Dari tabel 3.5 menunjukan bahwa validitas untuk 9 butir pertanyaan

kepatuhan memakai masker pada saat pandemi Covid-19 di masyarakat di

antaranya 9 butir pertanyaan diperoleh nilai rhitung > rtabel (0,349) pada pertanyaan

nomor 5 didapatkan hasil rhitung < rtabel maka dapat dinyatakan bahwa dari 9 butir

pertanyaan terdapat 1 yang dinyatakan Tidak Valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan

bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali

dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2015). Ini menggunakan

testing Cronbach Alpha yang akan menunjukkan ada tidaknya

konsistensi.
𝑟 𝑘 ∑ 𝑆𝑖
11= 𝑥 {1− }
𝑘−1 𝑆𝑡

Keterangan:

rii = koefisien reliabilitas test

k = cacah butir

si2 = varians skor butir

st2 = varians skor

total Keterangan:

a. Bila nilai Alpha Cronbach> konstanta (0,6), maka reliabel

b. Bila nilai Alpha Cronbach< konstanta (0,6), maka tidak reliabel

Uji validitas dan reliabilitas di hitung dengan menggunakan program SPSS

versi 22.
4

Tabel 3.6
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan Masyarakat Pada Masa
Pandemi Covid-19 di Dusun Plakaran Banguntapan Bantul
YogyakartaTahun 2021

Reliability Statistic
Cronbach's Alpha N of Items
.789 9

Dari tabel 3.6 didapat kan hasil nilai Cronbach’s Alpha > 0.60 maka untuk daftar

pertanyaan untuk variabel pengetahuan adalah Reliabel.

Tabel 3.7
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Perilaku Masyarakat Pada Masa Pandemi
Covid-19 di Dusun Plakaran Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2021

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.812 9

Dari tabel 3.7 didapatkan hasil Cronbach Alpha 0.812 > 0.60 maka daftar

pertanyaan untuk variabel perilaku adalah Reliabel

Tabel 3.8
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepatuhan Memakai Masker
Masyarakat Pada Masa Pandemi Covid-19 di Dusun Plakaran Banguntapan
Bantul Yogyakarta Tahun 2021

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.741 9

Dari tabel 3.8 didapatkan hasil Cronbach’s Alpha 0.741 > 0.60 maka daftar

pertanyaan untuk variabel kepatuhan memakai masker adalah Reliabel


4

J. Metode Analisis Data

Metode analisa data yang digunakan peneliti terdiri dari dua bagian

yaitu sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Adalah analisis yang bertujuan untuk menjelaskann atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo,

2012). Dapat dihitung dengan rumus (Nursalam, 2008 dalam Nurul

Kahfi, 2016)
𝑛
P= ×100 %
𝑁

Keterangan:

P = Hasil prosentase

n = Skor yang diperoleh responden

N = Skor maksimal dari instrument

Tabel 3.9
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Di Dusun Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta
Tahun 2021

No Kategori Frekuensi Persentase %


1 Baik 50 53.2 %
2 Tidak Baik 44 46.8 %
Jumlah 94 100.0 %
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 3.9 dari penelitian menggunakan

kuesioner tingkat pengetahuan di Dusun Gilang Desa Baturetno

Kecamatan Banguntapan Bantul. Dapat diketahui dari 94

responden, tingkat pengetahuan pada kategori baik sebanyak 50

responden dengan persentase 53.2 % diikuti dengan jumlah


4

pengetahuan tidak baik sebanyak 44 responden dengan persentase

46,8 % Pengetahuan baik dan tidak baik memberikan arti akan

penilaian perilaku kepatuhan seseorang (Priyanto, 2018).

Tabel 3.10
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Masyarakat
Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang Banguntapan
Bantul Yogyakarta Tahun 2021

No Kategori Frekuensi Persentase %


1 Baik 58 61.7%
2 Tidak Baik 36 38.3 %
Jumlah 94 100.0 %
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 3.10 dari penelitian menggunakan

kuesioner tentang perilaku masyarakat ada masa pandemi Covid-

19 di Dusun Gilang Desa Baturetno Kecamatan Banguntapan

Bantul. Dapat diketahui dari 94 responden perilaku mayoritas baik

sebanyak 58 responden dengan persentase 61.7 % diikuti dengan

jumlah masyarakat yang berperilaku tidak baik sebanyak 36

responden dengan persentase 38.3 %.

Tabel 3.11
Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Masyarakat
Terhadap Penggunaan Masker Pada Masa Pandemi Covid-19
Di Dusun Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun
2021

No Kategori Frekuensi Persentase %


1 Baik 79 84 %
2 Cukup 15 16 %
3 Kurang 0 0%
Jumlah 94 100.0 %
Sumber : Data Primer, 2021
4

Berdasarkan tabel 3.11 dari penelitian menggunakan kuesioner

tentang kepatuhan masyarakat terhadap penggunaan masker pada masa

pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang Desa Baturetno Kecamatan

Bantul. Dapat diketahui dari 94 responden kepatuhan terhadap

penggunaan masker mayoritas baik sebanyak 79 responden dengan

persentase 84 % diikuti dengan jumlah responden yang cukup baik

sebanyak 15 responden dengan persentase 16 % dan yang kurang baik

sebanyak 0 responden dengan persentase 0%. Hasil penelitian masih

ditemukannya ketidakpatuhan masyarakat. Ketidakpatuhan ini

disebabkan karena faktor pengetahuan (Wulandari, 2015).

2. Analisis Bivariat

Anilisis bivariat untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

atau membuktikan hipotesis pengaruh pengetahuan, terhadap

kepatuhan memakai masker. Analisis dari Uji statistik yang digunakan

adalah Chi- square, uji Chi-square digunakan untuk menguji hipotesis

bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dimana datanya

berbentuk kaegorik. Rumus dasar Chi-square seperti dibawah ini

(Sugiyono, 2007 p.107)

1) Mencari Chi-square dengan rumus :

X2 =¹∑ ( f0 –

fe)2 fe

Keterangan :

X2 = nilai Chi-square
4

fo= frekuensi yang diobservasi

fe= frekuensi yang diharapkan

2) Mencari nilai X2 tabel dengan rumus

dk=(k-1)(b-1)

keterangan

k=banyaknya kolom

b=banyaknya baris

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan

kepatuhan memakai masker digunakan taraf signifikan yaitu

α(0,05) :

a) Apabila p ≤ 0,05 = Ho ditolak, berarti ada hubungan antara

karakteristik dengan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan

memakai masker.

b) Apabila p > 0,05% = Ho diterima, berarti tidak ada hubungan

antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan memakai

masker.
4

1. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Memakai Masker Pada Masa


Pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang Banguntapan Bantul Tahun 2021

Tabel 3.12
Hasil Crosstabulation Uji Chi Square Hubungan Pengetahuan Dengan
Kepatuhan Memakai Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Dusun
Gilang Banguntapan Bantul Tahun 2021
PENGETAHUAN * KEPATUHAN MEMAKAI MASKER Crosstabulation
KEPATUHAN
MEMAKAI MASKER
Baik Tidak Baik Total
PENGETAHUAN BAIK Count 50 0 50
Expected Count 33.0 17.0 50.0
% within
100.0% 0.0% 100.0%
PENGETAHUAN
TIDAK Count 12 32 44
BAIK Expected Count 29.0 15.0 44.0
% within
PENGETAHUAN 27.3% 72.7% 100.0%
Total Count 62 32 94
Expected Count 62.0 32.0 94.0
% within
66.0% 34.0% 100.0%
PENGETAHUAN
Sumber : Data Primer (diolah), 2021

Berdasarkan tabel 3.12 diatas dapat kita ketahui bahwa hasil

tabulasi silang (crosstab) pengetahuan masyarakat terhadap kepatuhan

memakai masker, masyarakat yang patuh (baik) memakai masker dengan

pengetahuan yang baik sebanyak 50 orang atau 100.0 % dan masyarakat

yang tidak patuh memakai masker dengan pengetahuan baik sebanyak 0

orang atau 0.0 %, kemudian masyarakat yang patuh (baik) memakai

masker dengan pengetahuan yang tidak baik sebanyak 12 orang atau 27.3

% dan masyarakat yang tidak patuh memakai masker dengan pengetahuan

yang tidak baik sebanyak 32 orang atau 72.7 %.


5

Tabel 3.13
Hasil Analisis Uji Chi-Square Test Hubungan Antara
Pengetahuan Dengan Kepatuhan Memakai Masker Pada Masa
Pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta
Tahun 2021
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 55.132a 1 .000
Continuity
51.941 1 .000
Correctionb
Likelihood Ratio 69.004 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Cases 94
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,98.
b. Computed only for a 2x2 table
Sumber : Data Primer (diolah), 2021
Berdasarkan tabel 3.13 hasil uji Chi-square didapatkan nilai

signifikan (Pvalue) pada Hubungan Antara Pengetahuan Dan Kepatuhan

Memakai Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 yaitu nilai Continuity

Correction < dari nilai α (0.000 < 0.05) sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa hipotesis awal dan dinyatakan terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dan kepatuhan memakai masker dengan

signifikansi 5%, maka menolak Ho dan menerima Ha bahwa terdapat

hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan memakai masker.


5

2. Hubungan Perilaku Dengan Kepatuhan Memakai Masker Pada Masa

Pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta

Tahun 2021

Tabel 3.14
Hasil Crosstabulation Uji Chi Square Hubungan Perilaku Dengan
Kepatuhan Memakai Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Dusun
Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2021
PERILAKU * KEPATUHAN MEMAKAI MASKER Crosstabulation
KEPATUHAN
MEMAKAI MASKER
Baik Tidak Baik Total
PERILAKU BAIK Count 31 7 38
Expected Count 25.1 12.9 38.0
% within
81.6% 1.84% 100.0%
PERILAKU
TIDAK Count 31 25 56
BAIK Expected Count 36.9 19.1 56.0
% within
PERILAKU 55.3% 44.7% 100.0%
Total Count 62 32 94
Expected Count 62.0 32.0 94.0
% within
PENGETAHUAN 66.0% 34.0% 100.0%
Sumber : Data Primer (diolah), 2021

Berdasarkan tabel 3.14 diatas dapat kita ketahui bahwa hasil

tabulasi silang (crosstab) perilaku masyarakat terhadap kepatuhan

memakai masker, masyarakat yang patuh (baik) memakai masker dengan

perilaku yang baik sebanyak 31 orang atau 81.6 % dan masyarakat yang

tidak patuh memakai masker dengan perilaku baik sebanyak 7 orang atau

1.84 %, kemudian masyarakat yang patuh (baik) memakai masker dengan

perilaku yang tidak baik sebanyak 31 orang atau 55.3 % dan masyarakat

yang tidak patuh memakai masker dengan perilaku yang tidak baik

sebanyak 25 orang atau 44.7%.


5

Tabel 3.15
Hasil Analisis Uji Chi-Square Test Hubungan Antara Perilaku Dan
Kepatuhan Memakai Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Dusun
Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2021
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.932a 1 .008
Continuity
5.814 1 .016
Correctionb
Likelihood Ratio 7.273 1 .007
Fisher's Exact Test .014 .007
N of Valid Cases 94
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,94.
b. Computed only for a 2x2 table
Sumber : Data Primer (diolah), 2021

Berdasarkan tabel 4.15 hasil uji Chi-square didapatkan nilai

signifikan (Pvalue) pada Hubungan Antara Perilaku Dan Kepatuhan

Memakai Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 yaitu nilai Continuity

Correction < dari nilai α (0.016 < 0.05 ) sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa hipotesis kedua dinyatakan terdapat hubungan yang

signifikan antara perilaku dan kepatuhan memakai masker dengan

signifikansi 5%, maka menolak Ho dan menerima Ha bahwa terdapat

hubungan antara perilaku dan kepatuhan memakai masker.

3. Analisis Multivariat

Analisis bivariate hanya akan menghasilkan hubungan antara dua

variabel yang bersangkutan (variabel independen dan variabel

dependen). Untuk mengetahui hubungan lebih dari satu variabel

independen dengan satu variabel dependen, harus dilanjutkan lagi

dengan melakukan analisis multivariate (Notoatmodjo, 2014).


5

Pada penelitian ini menggunakan analisis multivariate dengan regresi

logistik. Regresi logistik dipakai guna menerangkan hubungan antara

variabel respons yang berupa data dikotomik dengan variabel

independen yang berupa data berskala interval dan atau kategori.

Sebenarnya, regresi logistik sama dengan analisis regresi berganda,

hanya saja variabel independennya adalah variabel dummy (0 dan 1).

Jika regresi dengan variabel bebas (X) berupa variabel dummy, maka

diklasifikasikan sebagai regresi dummy. Regresi logistic dipakai

apabila variabel terikatnya (Y) berupa variabel masuk kategori. Contoh

variabel Y adalah dua respons yaitu gagal (disimbolkan dengan skor 0)

dan berhasil (disimbolkan dengan skor 1). Keadaan ini juga sering

diklasifikasikan sebagai regresi dengan respons biner. Seperti untuk

tahu potensi kelulusan ujian nasional di sekolah tertentu dan faktor apa

saja yang berpengaruh signifikan terhadap kelulusan ujian nasional

tersebut. Regresi logistic tidak membutuhkan asumsi normalitas,

walaupun screening data outliers tetap bisa dilakukan (Kurniawan,

2018)

Rumus regresi logistik (Dahlan, 2014)  p = 1/(1 + e-xp(-y))

Keterangan :

p = probabilitas untuk terjadinnya suatu kejadian (misalnya

penyakit)

exp = eksponensial

y = konstanta + a1x1 + a2x +……+aixi


5

a = nilai koefisien tiap

variabel x = nilai variabel

bebas

a. Hasil analisis regresi logistik omnibus test hubungan variabel

pengetahuan dan perilaku masyarakat dengan kepatuhan memakai

masker pada masa pandemi Covid-19 di Dusun Gilang

Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2021

Tabel 3.16
Hasil Analisis Regresi Logistik Omnibus Test
Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square Df Sig.

Step 1 Step 721.161 2 .000

Block 721.161 2 .000

Model 721.161 2 .000

Berdasarkan tabel 3.16 diatas bahwa hasil Omnibus Tests Of Model

Coefficient dengan jumlah responden 94 orang didapatkan hasil

variabel pengetahuan dan perilaku masyarakat dengan kepatuhan

memakai masker signifikan (0,000) < (0,05) berdasarkan hasil tersebut

menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku

masyarakat dengan kepatuhan memakai masker pada masa pandemi

Covid-19.

b. Hasil uji regresi logistik variabel in the equetion hubungan

pengetahuan dan perilaku masyarakat dengan kepatuhan memakai

masker pada masa pandemi Covid-19 di Dusun Gilang

Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2021


5

Tabel 3.17
Hasil Uji Regresi Logistik Variabel In The Equetion Hubungan Pengetahuan
dan Perilaku Masyarakat Dengan Kepatuhan Memakai Masker Pada Masa
Pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun
2021
Variables in the Equation
95%
C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Lower Upper
Ste PE 5551.08 410860205
p 1a 22.136 .000 1 .997 .000
3 9
PR 1.273 .718 3.139 1 .076 3.571 .874 14.602
Con - 5551.08
.000 1 .996 .000
s 24.836 3
tant
Berdasarkan tabel 4.13 bahwa dari hasil uji Variabel in the Equetion

dengan jumlah responden 94 orang didapatkan hasil variabel pengetahuan

dengan kepatuhan memakai masker pada masa pandemi Covid-19 di dusun

gilang banguntapan bantul yogyakarta tahun 2021 dengan nilai signifikan

(0.997) < (0,05) dan hasil variabel perilaku masyarakat dengan kepatuhan

memakai masker pada masa pandemi Covid-19 di dusun gilang banguntapan

bantul yogyakarta tahun 2021 dengan nilai signifikan (0.076) < (0,05)

berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan dan perilaku masyarakat dengan kepatuhan memakai masker

pada masa pandemi Covid-19 di dusun gilang Banguntapan Bantul

Yogyakarta tahun 2021.


5

K. Keterbatasan Penelitian

1. masih kurang referensi jurnal maupun buku

2. Dalam penentuan sampel yang digunakan tidak secara keseluruhan

populasi. Pada kenyataanya masyarakat masih banyak yang belum

sadar tentang protokol kesehatan

3. Penelitian menggunakan rancangan cross sectional yang dilakukan

dalam sekali waktu saja, sehingga hanya bisa menggambarkan data

keadaan saat itu saja.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun Gilang, Desa Baturetno

a. Sejarah Desa

Desa Baturetno berdiri pada tahun 1946, yang merupakan

penggabungan dari 3 kelurahan lama (kelurahan sebelum

kemerdekaan), yaitu:

1) Kelurahan Mantup

2) Kelurahan Wiyoro

3) Kelurahan Ngipik

Dari gabungan 3 kelurahan lama tersebut di atas menjadi kelurahan

atau Desa Baturetno, yang berada di bawah Wilayah Kapanewon Kota

Gede Yogyakarta. Di desa Baturetno sendiri terdapat 8 padukuhan

yaitu:

1) Dukuh Pelem

2) Dukuh Mantup

3) Dukuh Kalangan

4) Dukuh Wiyoro

5) Dukuh Manggisan

6) Dukuh Ngipik

7) Dukuh Plakaran

8) Dukuh Gilang

57
5

b. Visi Misi

1) Visi

Terwujudnya Desa Baturetno yang maju, asri, agamis, sejahtera,

rukun dengan mengedapankan ilmu pengetahuan dan teknologi

2) Misi

a) Melaksanakan pelayanan administrasi pemerintahan dan

keuangan melalui satu pintu yang akuntabel.

b) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pelayanan

terhadap masyarakat diberbagai bidang.

c) Mengembangkan potensi desa dalam mengelola sumber daya

alam dan sumber daya manusia.

d) Meningkatkan dan memperkuat fungsi dan peran Lembaga

Desa.

e) Memperkuat nilai-nilai luhur budaya gotong royong dalam

membangun desa.

f) Melestarikan budaya tradisi dan adat istiadat masyarakat.

g) Mewujudkan suasana aman dan konduksif.

h) Membentuk karakter berwira usaha dalam pengelolaan

pemerintahan, Kelembagaan, dan Kemasyarakatan.

c. Luas Wilayah dan Batas Desa

Luas Wilayah Kalurahan/Desa Baturetno : 371.1730 Ha

Batas Wilayah Desa

1) Sebelah Utara : Desa Banguntapan, Bantul


5

2) Sebelah Selatan : Desa Potorono, Banguntapan Bantul

3) Sebelah Barat : Desa Banguntapan, Bantul

4) Sebelah Timur : Desa Sendangtirto, Berbah,

Sleman Jarak Orbitrasi (Dari Pusat Pemerintahan Desa)

1) Jarak dari Pusat Pusat Pemerintahan Kecamatan : 1 km

2) Jarak dari Kabupaten Bantul : 19 km

3) Jarak dari Pemerintah Daerah lstimewa Yogyakarta : 28 km

4) Jarak dari lbu Kota Negara R.I : 573 km

B. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 11

Februari 2021 di Dusun Gilang Desa Baturetno Banguntapan Bantul

Daerah Istimewah Yogyakarta.

1. Karakteristik Responden

Distribusi frekuensi dilakukan untuk mengelompokan data

karateristik responden yang ada kedalam beberapa kategori dari tiap

varibel terhadap hasil penelitian yang meliputi : Umur responden,

Pendidikan Terakhir Responden dan Pekerjaan Responden. Didapat

dari kuesioner kemudian diolah menggunakan SPSS versi 22.0 dan

didapatkan hasil sebagai berikut :


6

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Di Dusun Gilang

Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2021

Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Di Dusun Gilang
Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2021
No Umur(Tahun) Jumlah Persentase %
1 20-40 36 38.3 %
2 41-60 48 51.1 %
3 61-80 10 10.6 %
Jumlah 94 100.0%
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 94 responden

didapatkan bahwa untuk responden yang berumur antara 20-40 tahun

sebanyak 36 orang ( 38.3%), kemudian untuk umur antara 41-60 tahun

sebanyak 48 orang (51.1%), dan untuk 61-80 tahun sebanyak 10 orang

(10.6%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan pendidikan Di Dusun

Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta 2021

Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Di Dusun
Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta 2021
No Pendidikan Jumlah Persentase %
1 Perguruan Tinggi 29 30.9 %
2 SMA 42 44.7 %
3 SMP 4 4.3 %
4 SD 16 17 %
5 Tidak Sekolah 3 3.2 %
94 100.0 %
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 dari jumlah 94

responden didapatkan hasil responden yang berpendidikan perguruan

tinggi sebanyak
6

29 (30.9 %), responden yang berpendidikan SMA sebanyak 42 (44.7%),

responden yang berpendidikan SMP sebanyak 4 (4.3%), responden yang

berpendidikan SD 16 (17%), responden yang berpendidikan tidak sekolah

3 (3.2%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Dusun

Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2021

Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Dusun
Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta
No Pendidikan Jumlah Persentase %
1 Wiraswasta 13 13.8 %
2 PNS 9 9.6 %
3 Swasta 30 31.9 %
4 Buruh 26 27.7 %
5 Petani 5 5.3 %
6 Pedagang 1 1.1 %
7 IRT 6 6.4 %
8 TNI/Polri 1 1.1 %
9 Mahasiswa 3 3.2 %
Jumlah 94 100.0 %
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 dari jumlah 94

responden didapatkan hasil responden yang bekerja sebagai wiraswasta

sebanyak 13 orang (13.8 %), bekerja sebagai PNS sebanyak 9 orang (9.6

%), bekerja sebagai swasta sebanyak 30 orang (31.9 %), sebagai buruh

sebanyak 26 orang (27.7 %), sebagai petani sebanyak 5 orang (5.3 %),

sebagai pedagang sebanyak 1 orang (1.1 %), sebagai IRT sebanyak 6

orang (6.4 %), sebagai TNI/Polri sebanyak 1 (1.1 %), dan sebagai

mahasiswa sebanyak 3 orang (3.2 %).


6

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Dusun

Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2021

Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Dusun
Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase %
1 L 45 47.9 %
2 P 49 52.1 %
Jumlah 94 100.0%
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4 dari jumlah 94

responden didapatkan hasil responden yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 45 orang (47.9 %), dan yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 49 orang (52.1 %).

2. Analisis Univariat

a. Tingkat pengetahuan Masyarakat di Dusun Gilang Banguntapan

Bantul Yogyakarta Tahun 2021

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindra manusia. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah pemahaman masyarakat

tentang pengetahuan Covid-19 di masa pandemi guna mencegah

penyebaran Covid-19.
6

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Masyarakat Di Dusun Gilang Banguntapan
Bantul Yogyakarta Tahun 2021
No Kategori Frekuensi Persentase %
1 Baik 50 53.2 %
2 Tidak Baik 44 46.8 %
Jumlah 94 100.0 %
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.5 dari penelitian menggunakan

kuesioner tingkat pengetahuan di Dusun Gilang Banguntapan

Bantul Yogyakarta 2021. Dapat diketahui dari 94 responden,

tingkat pengetahuan pada kategori baik sebanyak 50 responden

dengan persentase 53.2 % diikuti dengan jumlah pengetahuan

tidak baik sebanyak 44 responden dengan 46.8 %.

b. Perilaku Masyarakat Pada Masa Pandemi Covid-19 di Dusun

Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2021

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai

bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang

dilakukan manusia tersebut antara lain: berjalan, berbicara, menulis

membaca, berfikir dan seterusnya (Notoatmodjo, 2014).

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku
Masyarakat Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang
Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2021
No Kategori Frekuensi Persentase %
1 Baik 58 61.7%
2 Tidak Baik 36 38.3 %
Jumlah 94 100.0 %
Sumber : Data Primer, 2021
6

Berdasarkan tabel 4.6 dari penelitian menggunakan

kuesioner tentang perilaku masyarakat pada masa pandemi Covid-

19 di Dusun Gilang Desa Baturetno Kecamatan Banguntapan

Bantul. Dapat diketahui dari 94 responden perilaku mayoritas baik

sebanyak 58 responden dengan persentase 61.7 % diikuti dengan

jumlah masyarakat yang berperilaku tidak baik sebanyak 36

responden dengan persentase 38.3 %.

Perilaku yang baik dapat menjadi upaya pencegahan

terhadap penularan Covid-19, perilaku pada masa pandemi ini

harus berbeda dengan sebelumnya karena dengan perilaku kita

yang mematuhi protokol kesehatan bisa mengurangi penularan

Covid-19, untuk kategori perilaku baik 2 dan perilaku tidak baik 1.

c. Kepatuhan Masyarakat Terhadap Penggunaan Masker Pada Masa

Pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang Banguntapan Bantul

Yogayakarta Tahun 2021

Definisi Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk

perilaku yang timbul akibat adanya interaksi antara petugas

kesehatan dengan pasien sehingga pasien menegerti rencana dan

segala konekuensinya dan menyetujui rencana tersebut serta

melaksanakananya (Kemenkes RI. 2011)

Kesadaran memakai masker antar manusia cukup efektif

dalam mencegah penularan/penyebaran penyakit/virus Covid-19.

Baik masker medis atau masker kain pemerintah sangat


6

menganjurkan pemakaiannya karena dengan mematuhi protokol

kesehatan jika di luar rumah, untuk kategori kepatuhan yaitu baik

(76 % - 100 %), cukup (56 % - 75 %), dan kurang (> 56%)

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan
Masyarakat Terhadap Penggunaan Masker Pada Masa
Pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang Banguntapan Bantul
Yogyakarta Tahun 2021
No Kategori Frekuensi Persentase %
1 Baik 79 84 %
2 Cukup 15 16 %
3 Kurang 0 0%
Jumlah 94 100.0 %
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.7 dari penelitian menggunakan

kuesioner tentang kepatuhan masyarakat terhadap penggunaan

masker pada masa pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang Desa

Baturetno Kecamatan Bantul. Dapat diketahui dari 94 responden

kepatuhan terhadap penggunaan masker mayoritas baik sebanyak

79 responden dengan persentase 84 % diikuti dengan jumlah

responden yang cukup baik sebanyak 15 responden dengan

persentase 16 % dan yang kurang baik sebanyak 0 responden

dengan persentase 0 %.

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan dengan dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorerelasi. (Notoatmodjo, 4014)

Dalam penelitian ini menganalisis ada tidaknya hubungan antara

setiap variable independen dengan variabel dependen. Uji yang

digunakan
6

adalah Chi Square. Data yang didapatkan setelah di uji menggunakan

program SPSS 22.0 adalah sebagai berikut :

a. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Memakai Masker

Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang Banguntapan

Bantul Yogyakarta Tahun 2021

Tabel 4.8
Hasil Crosstabulation Uji Chi Square Hubungan Pengetahuan Dengan
Kepatuhan Memakai Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Dusun
Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2021
PENGETAHUAN * KEPATUHAN MEMAKAI MASKER Crosstabulation
KEPATUHAN
MEMAKAI MASKER
Baik Tidak Baik Total
PENGETAHUAN BAIK Count 50 0 50
Expected Count 33.0 17.0 50.0
% within
100.0% 0.0% 100.0%
PENGETAHUAN
TIDAK Count 12 32 44
BAIK Expected Count 29.0 15.0 44.0
% within
PENGETAHUAN 27.3% 72.7% 100.0%
Total Count 62 32 94
Expected Count 62.0 32.0 94.0
% within
66.0% 34.0% 100.0%
PENGETAHUAN
Sumber : Data Primer (diolah), 2021

Berdasarkan tabel 3.12 diatas dapat kita ketahui bahwa hasil

tabulasi silang (crosstab) pengetahuan masyarakat terhadap kepatuhan

memakai masker, masyarakat yang patuh (baik) memakai masker dengan

pengetahuan yang baik sebanyak 50 orang atau 100.0 % dan masyarakat

yang tidak patuh memakai masker dengan pengetahuan baik sebanyak 0

orang atau 0.0 %, kemudian masyarakat yang patuh (baik) memakai

masker dengan pengetahuan yang tidak baik sebanyak 12 orang atau 27.3

% dan
6

masyarakat yang tidak patuh memakai masker dengan pengetahuan yang

tidak baik sebanyak 32 orang atau 72.7 %.

Tabel 4.9
Hasil Analisis Uji Chi-Square Test Hubungan Antara Pengetahuan
Dengan Kepatuhan Memakai Masker Pada Masa Pandemi Covid-19
Di Dusun Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2021
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 55.132 a
1 .000
Continuity
51.941 1 .000
Correctionb
Likelihood Ratio 69.004 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Cases 94
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,98.
b. Computed only for a 2x2 table
Sumber : Data Primer (diolah), 2021
Berdasarkan tabel 4.9 hasil uji Chi-square didapatkan nilai

signifikan (Pvalue) pada Hubungan Antara Pengetahuan Dan Kepatuhan

Memakai Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 yaitu nilai Continuity

Correction < dari nilai α (0.000 < 0.05) sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa hipotesis awal dan dinyatakan terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dan kepatuhan memakai masker dengan

signifikansi 5%, maka menolak Ho dan menerima Ha bahwa terdapat

hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan memakai masker.


6

b. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Memakai Masker Pada

Masa Pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang Banguntapan Bantul

Yogyakarta Tahun 2021

Tabel 4.10
Hasil Crosstabulation Uji Chi Square Hubungan Perilaku Dengan
Kepatuhan Memakai Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Dusun
Gilang Banguntapan Bantul YogyakartaTahun 2021
PERILAKU * KEPATUHAN MEMAKAI MASKER Crosstabulation
KEPATUHAN
MEMAKAI MASKER
Baik Tidak Baik Total
PERILAKU BAIK Count 31 7 38
Expected Count 25.1 12.9 38.0
% within
81.6% 1.84% 100.0%
PERILAKU
TIDAK Count 31 25 56
BAIK Expected Count 36.9 19.1 56.0
% within
55.3% 44.7% 100.0%
PERILAKU
Count 62 32 94
Expected Count 62.0 32.0 94.0
% within Total
PERILAKU 66.0% 34.0% 100.0%
Sumber : Data Primer (diolah), 2021

Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat kita ketahui bahwa hasil

tabulasi silang (crosstab) perilaku masyarakat terhadap kepatuhan

memakai masker, masyarakat yang patuh (baik) memakai masker dengan

perilaku yang baik sebanyak 31 orang atau 81.6 % dan masyarakat yang

tidak patuh memakai masker dengan perilaku baik sebanyak 7 orang atau

1.84 %, kemudian masyarakat yang patuh (baik) memakai masker dengan

perilaku yang tidak baik sebanyak 31 orang atau 55.3 % dan masyarakat

yang tidak patuh memakai masker dengan perilaku yang tidak baik

sebanyak 25 orang atau 44.7%.


6

Tabel 4.11
Hasil Analisis Uji Chi-Square Test Hubungan Antara Perilaku Dan
Kepatuhan Memakai Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Dusun
Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2021
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.932a 1 .008
Continuity
5.814 1 .016
Correctionb
Likelihood Ratio 7.273 1 .007
Fisher's Exact Test .014 .007
N of Valid Cases 94
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,94.
b. Computed only for a 2x2 table
Sumber : Data Primer (diolah), 2021

Berdasarkan tabel 4.11 hasil uji Chi-square didapatkan nilai

signifikan (Pvalue) pada Hubungan Antara Perilaku Dan Kepatuhan

Memakai Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 yaitu nilai Continuity

Correction < dari nilai α (0.016 < 0.05 ) sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa hipotesis kedua dinyatakan terdapat hubungan

yang signifikan antara perilaku dan kepatuhan memakai masker

dengan signifikansi 5%, maka menolak Ho dan menerima Ha bahwa

terdapat hubungan antara perilaku dan kepatuhan memakai masker.

4. Analisis Multivariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

pengetahuan dengan perilaku masyarakat terhadap kepatuhan memakai

masker pada masa pandemi covid-19 di dusun gilang banguntapan bantul

yogyakarta tahun 2021 Kemudian dilakukan uji statistik dengan SPSS.

Dapat dilihat pada tabel berikut :


7

a) Hasil analisis regresi logistik omnibus test hubungan variabel

pengetahuan dan perilaku masyarakat dengan kepatuhan memakai

masker pada masa pandemi Covid-19 di Dusun Gilang Banguntapan

Bantul Yogyakarta Tahun 2021

Tabel 4.12
Hasil Analisis Regresi Logistik Omnibus
Test Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square Df Sig.

Step 1 Step 721.161 2 .000

Block 721.161 2 .000

Model 721.161 2 .000

Berdasarkan tabel 4.12 diatas bahwa hasil Omnibus Tests Of Model

Coefficient dengan jumlah responden 94 orang didapatkan hasil

variabel pengetahuan dan perilaku masyarakat dengan kepatuhan

memakai masker signifikan (0,000) < (0,05) berdasarkan hasil tersebut

menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku

masyarakat dengan kepatuhan memakai masker pada masa pandemi

Covid-19.

b) Hasil uji regresi logistik variabel in the equetion hubungan

pengetahuan dan perilaku masyarakat dengan kepatuhan memakai

masker pada masa pandemi Covid-19 di Dusun Gilang Banguntapan

Bantul Yogyakarta Tahun 2021


7

Tabel 4.13
Hasil Uji Regresi Logistik Variabel In The Equetion Hubungan Pengetahuan
dan Perilaku Masyarakat Dengan Kepatuhan Memakai Masker Pada Masa
Pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun
2021
Variables in the Equation
95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Lower Upper
Ste PE 5551.08 410860205
p 1a 22.136 .000 1 .997 .000
3 9
PR 1.273 .718 3.139 1 .076 3.571 .874 14.602
Con - 5551.08
s 24.836 3 .000 1 .996 .000
tant
Berdasarkan tabel 4.13 bahwa dari hasil uji Variabel in the

Equetion dengan jumlah responden 94 orang didapatkan hasil variabel

pengetahuan dengan kepatuhan memakai masker pada masa pandemi

Covid-19 di dusun gilang banguntapan bantul yogyakarta tahun 2021

dengan nilai signifikan (0.997) < (0,05) dan hasil variabel perilaku

masyarakat dengan kepatuhan memakai masker pada masa pandemi

Covid-19 di dusun gilang banguntapan bantul yogyakarta tahun 2021

dengan nilai signifikan (0.076)

< (0,05) berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan

antara pengetahuan dan perilaku masyarakat dengan kepatuhan memakai

masker pada masa pandemi Covid-19 di dusun gilang Banguntapan Bantul

Yogyakarta tahun 2021.

C. Pembahasan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Antara

Pengetahuan Dan Perilaku Masyarakat Dengan Kepatuhan Memakai


7

Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Dusun Gilang Banguntapan

Bantul Yogyakarta sebanyak 94 sampel.

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik dalam Penelitian ini berdasarkan umur dengan

menggunakan kuesioner pada masyarakat Dusun Gilang pada umur

20- 40 Tahun sebanyak 36 orang ( 38,2%) responden , umur 41-60

sebanyak 48 orang (51.0%), dan umur 61-80 tahun sebanyak 10

orang (10.6%) (Notoatmodjo, 2010).

Faktor Usia dimana usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir

seseorang, semakin bertambah usia maka akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperoleh semakin baik

Usia rata-rata responden yang mengisi kuesioner ini berusia 41

tahun, dengan usia termuda 20 tahun dan usia tertua 60 tahun

b. Karakteristik dalam penelitian ini berdasarkan Pendidikan dengan

menggunakan kuesioner pada masyarakat Dusun Gilang, responden

yang berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 29 orang, responden

yang berpendidikan SMA sebanyak 42 orang, dan yang

berpendidikan SMP sebanyak 4 orang, dan masyarakat yang lulusan

SD sebanyak 16 orang, yang tidak bersekolah sebanyak 3 orang.

Mayoritas responden pada penelitian ini adalah memiliki jenjang

pendidikan menengah yaitu 42 responden (44,7%), selain itu

informasi tentang Covid-19 diberitakan pada media cetak,

elekteronik
7

maupun media sosial sehingga memudahkan masyarakat dalam

mengakses informasi mengenai Covid-19 sehingga responden

mayoritas memliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu 50 (53.2%)

responden.

c. Karakteristik dalam penelitian ini berdasarkan pekerjaan dengan

menggunakan kuesioner pada masyarakat di Dusun Gilang yaitu

wiraswasta sebanyak 13 orang, PNS sebanyak 9 orang, swasta 30

orang, buruh 26 orang, dan sebagai betani sebanyak 5 orang, sebagai

pedagang sebanyak 1 orang, responden yang bekerja sebagai IRT

sebanyak 6 orang, dan mahasiswa sebanyak 3 orang, TNI POLRI

sebanyak 1 orang. Status pekerjaan berkemungkinan memberikan

kontribusi dalam pengetahuan karena 30 responden adalah swasta

(guru atau karyawan di sebuh instansi) yang bekerja dirumah akan

lebih banyak waktu untuk mengakses informasi kesehatan seperti

memanfaatkan social media dalam mencari informasi kesehatan

penunjang lainnya.

d. Karakteristik dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin dengan

menggunakan kuesioner pada masyarakat di Dusun Gilang yaitu

yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 45 orang (47.9 %), dan

yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 49 orang (52.1 %).

Faktor jenis kelamin mempunyai keterkaitan langsung maupun

tidak langsung dengan tingkat pengetahuan seseorang terhadap suau

hal.
7

5. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kepatuhan Memakai

Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 di Dusun Gilang

Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2021

Analisis Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kepatuhan Memakai

Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 di Dusun Gilang Desa Baturetno

Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul menggunakan uji Chi-

square di peroleh hasil nilai Continuity Correction (0.000) sedangkan

nilai α 0.05, maka nilai Continuity Correction (0.000) < nilai α 0.05 hal

ini menunjukkan H0 ditolak, yang berarti ada hubungan antara

pengetahuan dengan kepatuhan memakai masker. Mengacu pada hasil

uji statistik tersebut dapat dijelaskan semakin baik pengetahuan

masyarakat maka akan lebih tinggi kemungkinan untuk patuh memakai

masker pada masa pandemi di dusun Gilang, Desa Baturetno,

Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul.

Menurut Notoatmodjo, (2020) pengetahuan juga dipengaruhi oleh

faktor pekerjaan dimana seseorang yang bekerja di sektor formal

memiliki akses yang lebih baik terhadap informasi termasuk kesehatan,

faktor social, budaya dan ekonomi dimana kebiasaan dan tradisi

seseorang tidak melalui suatu penalaran tetapi bersifat rutinitas.

Penggunaan masker merupakan bagian dari rangkaian komprehensif

langkah pencegahan dan pengendalian yang dapat membatasi

penyebaran penyakit-penyakit virus saluran pernapasan tertentu,


7

termasuk masker dapat digunakan baik untuk melindungi orang yang

sehat (dipakai untuk melindungi diri sendiri saat berkontak dengan

orang yang terinfeksi) atau untuk mengendalikan sumber (dipakai oleh

orang yang terinfeksi untuk mencegah penularan lebih lanjut). Jika

jumlah masker medis sangat kurang, pelindung wajah dapat

dipertimbangkan sebagai alternatif. Penggunaan masker kain sebagai

alternatif masker medis tidak dipandang sesuai untuk melindungi

tenaga kesehatan berdasarkan bukti terbatas yang tersedia (WHO,

2020).

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Ika

Puurnama Sari et al, 2020) dengan judul “tingkat pengetahuan dan

perilaku masyarakat kabupaten wonosobo tentang Covid-19 Hasil

penelitian menunjukkan pengetahuan masyarakat Kabupaten Wonosobo

tentang Covid 19 berada pada kategori Baik (90%) dan hanya 10%

berada pada kategori cukup. Terdapat hubungan bermakna antara

pengetahuan dengan perilaku masyarakat tentang Covid 19 dengan p-

value 0.047 (< 0.05).

Penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh (Devi

Pramita Sari et al, 2020) dengan judul “hubungan antara pengetahuan

masyarakat dengan kepatuhan penggunaan masker sebagai upaya

pencegahan penyakit covid-19 di ngronggah” hasilnya adalah terdapat

hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan kepatuhan

menggunakan masker. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis

bivariat untuk menguji hubungan pengetahuan dan kepatuhan


7

masyarakat menggunakan masker dengan uji Chi-Square menggunakan

fisher exact yang memberikan nilai P = 0.004 (<0.05) dan X2 hitung =

15.331 > X2 Tabel = 3,841. Artinya ada hubungan antara pengetahuan

masyarakat dengan kepatuhan menggunakan masker. dapat diketahui

bahwa responden terbanyak adalah masyarakat RT 03/RW 08

Ngronggah yang memiliki pengetahuan tentang penyakit Covid-19 baik

sebanyak 43 responden (69,35%) dibanding responden masyarakat

RT03/RW08 Ngronggah yang memiliki pengetahuan tidak baik tentang

penyakit Covid-19 sebanyak 19 orang (30,65%). Tingkat pengetahuan

dibagi menjadi dua yaitu baik dan tidak baik. Populasi dalam penelitian

ini adalah 62 responden. Sampel penelitian diambil secara secara total

sampel dengan sampel 62 responden.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan tergantung pada banyak

faktor, termasuk pengetahuan, motivasi, persepsi, dan keyakinan

terhadap upaya pengontrolan dan pencegahan penyakit, variabel

lingkungan, kualitas intruksi kesehatan, dan kemampuan mengakses

sumber yang ada (Devi Pramita Sari et al, 2020).

Pengetahuan memegang peranan penting dalam penentuan perilaku

yang utuh karena pengetahuan akan membentuk kepercayaan yang

selanjutnya dalam mempersepsikan kenyataan, memberikan dasar bagi

pengambilan keputusan dan menentukan perilaku terhadap objek

tertentu sehingga akan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku.

(Novita dkk, 2018 dalam Devi Pramita Sari et al, 2020).


7

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik masing-masing memiliki

nilai, variabel pengetahuan dengan kepatuhan memakai masker pada

masa pandemi Covid-19 di dusun gilang banguntapan bantul

yogyakarta tahun 2021 dengan nilai signifikan (0.997) < (0,05)

berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan dengan kepatuhan memakai masker pada masa pandemi

Covid-19 di dusun gilang banguntapan bantul yogyakarta tahun 2021.

Hasil tersebut menunjukkan hipotesis alternative (Ha) dapat diterima

dan hipotesis nihil (H₀) ditolak.

6. Hubungan Antara Perilaku Dengan Kepatuhan Mamakai Masker

Pada Masa Pandemi Covid-19 di Dusun Gilang Banguntapan

Bantul Yogyakarta Tahun 2021

Analisis Hubungan Antara Perilaku Dengan Kepatuhan Memakai

Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 di Dusun Gilang Desa Baturetno

Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul menggunakan uji Chi-

square di peroleh hasil nilai Continuity Correction (0.016) sedangkan

nilai α 0.05, maka nilai Continuity Correction (0.016) < nilai α 0.05 hal

ini menunjukkan H0 ditolak.

Berdasarkan hasil penelitian di atas terdapat hubungan signifikan antara

perilaku dengan kepatuhan memakai masker. Penelitian ini didukung

oleh penelitian yang dilakukan oleh (Andina Bunga Syafel et al, 2020)

dengan judul “Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Dengan

Kepatuhan Ibu Rumah Tangga Dalam Pencegahan Covid-19 Di Rt 02


7

Rw 05 Kabandungan I Desa Sirnagalih Bogor” hasil dari penelitian

dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara perilaku

dengan kepatuhan ibu rumah tangga dalam pencegahan Covid-19. Hasil

uji yang dilakukan dalam penelitian ini didapatkan P value 0.000

(pvalue < 0.05) menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara perilaku dengan kepatuhan ibu rumah tangga dalam pencegahan

Covid-19. Hasil OR 5.898 dengan rentang confidence interval (CL)

2.641-13.172 menunjukan bahwa perilaku berisiko terhadap kepatuhan

pencegahan Covid-19. Berdasarkan data diperoleh bahwa mayoritas

responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 64 orang yaitu

(53.3%), mayoritas responden memiliki sikap positif sebanyak 65 orang

yaitu (54.2%), mayoritas responden memiliki perilaku baik sebanyak 72

orang yaitu (60 %), dan mayoritas responden patuh dalam pencegahan

covid- 19 sebanyak 65 orang yaitu (54.2 %).

Perilaku yang baik dapat menjadi upaya pencegahan terhadap penularan

Covid-19. Perilaku Kesehatan dipengaruhi oleh banyak factor,

diantaranya pengetahuan, persepsi, emosi, motivasi, dan lingkungan

(Andina Bunga Syafel et al, 2020).

Eksplorasi tentang perilaku Kesehatan masyarakat dapat dilihat dari

berbagai komponen, diantaranya persepsi tentang kerentanan penyakit,

persepsi hambatan dalam upaya pencegahan, persepsi tentang manfaat,

adanya dorongan, dan persepsi individu tentang kemampuan yang


7

dimiliki untuk melakukan upaya pencegahan (Andina Bunga Syafel et

al, 2020).

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik masing-masing memiliki

nilai, variabel perilaku masyarakat dengan kepatuhan memakai masker

pada masa pandemi Covid-19 di dusun gilang banguntapan bantul

yogyakarta tahun 2021 dengan nilai signifikan (0.076) < (0,05)

berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara

perilaku masyarakat dengan kepatuhan memakai masker pada masa

pandemi Covid-19 di dusun gilang banguntapan bantul yogyakarta

tahun 2021. Hasil tersebut menunjukkan hipotesis alternative (Ha)

dapat diterima dan hipotesis nihil (H₀) ditolak.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di dusun gilang

desa baturetno kecamatan banguntapan dan mengacu pada analisis

hipotesis mengenai Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Masyarakat

Dengan Kepatuhan Memakai Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 Di

Dusun Gilang Desa Baturetno Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul

Tahun 2021. Dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Ada Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kepatuhan Memakai

Masker pada Masa Pandemi Covid-19 di Dusun Gilang Desa

Baturetno Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul, Yogyakarat,

diperoleh hasil chi-square yaitu nilai Continuity Correction < dari

nilai α (0.000

< 0.05).

2. Ada Hubungan Antara Perilaku Masyarakat Dengan Kepatuhan

Mamakai Masker pada Masa Pandemi Covid-19 di Dusun Gilang

Desa Baturetno Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul,

Yogyakarta, diperoleh hasil chi-square yaitu nilai Continuity

Correction < dari nilai α (0.016 < 0.05).

3. Ada Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Dengan

Kepatuhan Memakai Masker Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Dusun

Gilang Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2021 dengan nilai

80
8

signifikan (0.997) < (0,05) untuk variabel pengetahuan dan nilai

signifikan (0.076) < (0,05) untuk hasil variabel perilaku masyarakat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang di dapat, maka saran yang dapat

disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Masyarakat

Diharapkan dengan adanya penelitian ini masyarakat Dusun Gilang

selalu menerapkan protokol kesehatan agar mengurangi angka

kesakitan maupun kematian yang di akibatkan oleh Covid-19 tidak

hanya pada masa pandemi saja, tetapi setelah pandemi pun di usahan

menjaga kesehatan dan melakukan anjuran pemerintah dengan baik.

2. Bagi Puskesmas

Petugas kesehatan diharapkan bisa memberikan sosialisasi dan edukasi

untuk masyarakat Dusun Gilang tentang pentingnya mematuhi protokol

kesehatan. Diharapkan dengan adanya sosialisai dan edukasi ini bisa

mengurangi angka kesakitan dan angkat kematian akibat Covid-19.

3. Bagi peneliti

Harapan dengan adanya penulisan tugas akhir ini akan menjadi salah

satu tambahan ilmu yang dapat di manfaatkan di masa yang akan

datang serta berguna bagi banyak orang di sekitar peneliti.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian tentang

kepatuhan memakai masker pada masa pandemi Covid-19 ini dengan


8

cara kombinasi antara kualitatif dan kuantitatif, mengubah desain

penelitian, atau bisa juga merubah instrumen penelitian dari kuesioner

menjadi wawancara, sehingga didapatkan hasil yang lebih mendalam.


DAFTAR PUSTAKA

Andriani, D., & Nenen , K. (2019). hubungan pengetahuan dan sikap terhadap
kepatuhan memakai masker pada pekerja ojek online di wilayah Rawasari,
cempaka putih, dan johar baru DKI Jakarta. Jurnal Kesehatan,
https://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstream-
pdf&fid=11999&bid=4692.
Bantul, P. K. (2020, November 12). Bantul Siaga Covid-19 Pemerintah
Kabupaten Bantul. https://corona.bantulkab.go.id/2020/11/13/update-
data-sebaran- kasus-covid-19-12-november-2020/.
Bunga Syafel, A., & Annisatul Fatimah. (2020). Hubungan Pengetahuan, Sikap
Dan Perilaku Dengan Kepatuhan Ibu Rumah Tangga Dalam Pencegahan
Covid-19 Di RT 02 rw 05 Kabangungan I Desa Sirnagalih Bogor. JURMA
vol 4 No 1, Juni 2020.http://pkm.uika-bogor.ac.id/index.php/pkm-
p/article/view/728
Covid-19, p. (2020). Data Sebaran Covid-19. https://Covid19.go.id.
Devi, S. N. (2020). Hubungan Antara Pengetahuan Masyarakat Dengan
Kepatuhan Penggunaan Masker Sebagai Upaya Pencegahan Penyakit
Covid-19 Di Ngronggah. Infokes : Jurnal ilmiah rekam medis dan
informatika kesehatan vol 10 1 Februari 2020
https://ojs.udb.ac.id/index.php/infokes/article
/view/850
Dewi, & Wawan. (2011). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:
Nuha Medika.
DIY, P. K. (2020, November 12). Yogyakarta Tanggap Covid-19.
https://corona.jogjaprov.go.id/data-statistik.
KBBI. (2018). Teori Kepatuhan.
Kemenkes , R. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease 2019 (Covid-19). Kemenkes RI.
Kemenkes, R. (2011). Teori Kepatuhan.
KKN-PPM, D. (2020). Buku Pedoman.
https://www.kedungpohnglipar.desa/assets/files/dokumen/pentingnya%20p
enggunaan%20masker.pdf.
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.

83
84

Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Salemba Medika.


Priyanto, A. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku
Pencegahan
Kekambuhan Luka Diabetik. Jurnal Ners Dan Kebidanan .
Purnamasari, I. (2020). Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Kabupaten
Wonosobo Tentang Covid-19. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
https:/ojs.unsiq.ac.id/index.php/jik/article/view/1311.
Sahli, Z., & Raisa, L. (2013). Hubungan Perilaku Penggunaan Masker Dengan
Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Mebel Di Kelurahan Harapan Jaya,
Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan, https:ejurnal.poltekkes-
tkj.ac.id/index/php/jk/article/view/13.
Sugioyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2007). Statistik Untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta.
WHO. (2020). Anjuran Mengenai Penggunaan Masker Dalam Konteks Covid-19.
Wulandari. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan
Pasien Tuberkulosis Paru Tahap Lanjutan Untuk Minum Obat di RS
Rumah Sehat Terpadu Tahun 2015. Jurnal ARSI.

Anda mungkin juga menyukai