Anda di halaman 1dari 8

TATA LAKSANA PASCA PAJANAN

DARAH DAN CAIRAN TUBUH


No. : /SOP/
Dokumen UKP
/PKMDRM/2020
SOP No. Revisi :0
Tanggal : 25 Februari
Terbit 2020
Halaman : 1/7
UPTD
SAEPUDIN
PUSKESMAS
NIP. 19680528198031006
DTP DARMA
1.Pengertian Pajanan adalah peristiwa yang menimbulkan risiko penularan.
Peristiwa yang dimaksud adalah setiap perlukaan yang menembus
kulit seperti tusukan jarum, luka iris, dan kontak mukosa atau kulit
yang tidak utuh dengan darah atau cairan tubuh yang dianggap
infeksius.
Profilaksis adalah penggunaan obat untuk mencegah infeksi setelah
terjadi pajanan.
2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah–langkah penanganan dan
profilaksis pasca pajanan darah dan cairan tubuh bagi karyawan
3.Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Darma Nomor:440/ /PKM
DRM/2017,Keselamatan Kerja Di UPTD Puskesmas DTP Darma
4.Referensi Peraturan mentri kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas
pelayanan kesehatan
5. Alat dan a. Alat : APD
Bahan b. Bahan : 1. Betadin
2. Alkohol
3. Nacl 0.9%

6.Langkah - Tatalaksana Pajanan 1:


Langkah Jangan panik tetapi selesaikan dalam waktu < 4 jam

Tatalaksana Pajanan 2 :
1. Orang terpajan membilas daerah terpapar :
- Luka tusuk  bilas dengan air mengalir dan sabun/antiseptik.
- Pajanan mukosa mulut  ludahkan dan berkumur.
- Pajanan mukosa mata  irigasi dengan air yang mengalir
selama 10 menit/dengan cairan NaCl 0,9%.
- Pajanan mukosa hidung  hembuskan keluar dan bersihkan
dengan air.
2. Jangan dihisap dengan mulut, jangan ditekan.
3. Orang terpajan memberikan desinfeksi luka dan daerah sekitar
kulit dengan salah satu :
- Betadin ( Povidone Iodine 2,5%) selama 5 menit.
- Alkohol 70% selama 3 menit

Tatalaksana Pajanan 3 :
1. Orang terpajan segera melaporkan peristiwa pajanan kepada
atasan langsung atau penanggung jawab ruangan.
2. Orang terpajan mengisi formulir Laporan Kecelakaan Kerja.
3. Orang terpajan didamping oleh penanggung jawab ruangan
menjelaskan kepada sumber pajanan tentang:
- Peristiwa pajanan yang telah terjadi.
- Permintaan izin secara tertulis dalam lembar Surat Izin
Pemeriksaan Darah Pasca Pajanan kepada sumber pajanan
untuk dilakukan pemeriksaan darah di laboratorium
(penjelasan yang diberikan hendaknya tidak menjelaskan
secara rinci tentang jenis-jenis penyakit yang akan diperiksa
karena berisiko mengalami penolakan dari sumber pajanan).
- Semua biaya pemeriksaan tambahan terkait pajanan
ditanggung pihak RS.

Tatalaksana Pajanan 4 :
1. Orang terpajan memeriksakan diri ke dokter jaga Instalasi Gawat
Darurat.
2. Dokter jaga IGD melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang terhadap orang terpajan sesuai dengan
alur pada Formulir Laporan Pajanan.
3. Orang terpajan mendapat perawatan oleh perawat IGD sesuai
jenis pajanan yang dialami.
4. Dokter jaga IGD menyiapkan blanko laboratorium untuk
pemeriksaan darah bagi orang terpajan dan sumber pajanan,
sbb: HBs Ag Rapid, Anti HCV Rapid, Anti HIV Rapid. Bila orang
terpajan pernah mendapat vaksinasi Hepatitis B maka
pemeriksaan baginya ditambah Anti- HBs Ag kuantitatif (ELISA).

Halaman 2/2
5. Blanko laboratorium dibubuhi cap “Kecelakaan Kerja” dan tulisan
CITO
6. Petugas Laboratorium mengambil sampel darah orang terpajan
dan sumber pajanan (semua pemeriksaan darah harus CITO)
7. Bagian Laboratorium secara langsung mengirimkan hasil
pemeriksaan darah orang terpajan dan sumber pajanan dalam
amplop tertutup kepada Dokter jaga IGD dalam waktu < 4 jam.
8. Petugas IGD melaporkan peristiwa pajanan kepada Komite
K3RS secepatnya (sesuai jam kerja bagian ybs) atau paling
lambat 1 x 24 jam setelah peristiwa pajanan terjadi.

Tata laksana Pajanan 5 :


1. Dokter jaga Instalasi Gawat Darurat (IGD) memberikan
Pencegahan Pasca Pajanan (PPP) kepada orang terpajan.
Pertimbangkan PPP didasarkan :
- Derajat pajanan
- Status infeksi dari sumber pajanan
- Status kerentanan (imunitas) orang terpajan
- Ketersediaan obat PPP
2. Dokter jaga IGD meresepkan obat profilaksis pasca pajanan
yang sesuai dan menuliskannya di buku Berobat Karyawan.
3. Resep tersebut dilegalisir menggunakan cap khusus bertuliskan
“Kecelakaan Kerja”.
4. Orang terpajan mengambil obat di farmasi/ apotik rawat jalan
dengan membawa resep dan buku Berobat Karyawan.
Penyuntikan pertama dilakukan di IGD oleh perawat.
5. Dokter jaga IGD melengkapi Laporan Kecelakaan Kerja dan
Formulir Laporan Panjanan sesuai dengan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan tata laksana
yang sudah dilakukan.
6. Laporan Kecelakaan Kerja dan Formulir Laporan Pajanan yang
telah lengkap dan ditandatangani pihak terkait dikumpulkan ke
Komite K3RS dalam waktu 1x24 jam pasca pajanan.
7. Profilaksis Pasca Pajanan (PPP) lanjutan akan diatur sebagai
berikut:
 Orang terpajan mematuhi jadwal profilaksis atau konsultasi
yang telah ditetapkan.
 Orang terpajan mendaftarkan diri di Tempat Pendaftaran

Halaman 2/3
Pasien (TPP) Rawat Jalan sesuai poliklinik yang ditetapkan,
membawa Buku Berobat Karyawan, dan menyebutkan bahwa
karyawan tersebut berobat lanjutan karena mengalami
kecelakaan kerja.
 Poliklinik yang dituju sesuai hasil pemeriksaan awal di IGD,
yaitu:
- Klinik KIA : Vaksinasi Hepatitis B ke-2 dan 3.
Klinik CST Violeta : Terapi dan monitoring toksisitas
ARV.
- Poliklinik Umum : Monitoring dan pemeriksaan
laboratorium untuk kasus sumber pajanan Hepatitis C
(+).
8. Resep PPP selanjutnya harus diberi cap “Kecelakaan Kerja” di
Poli Umum.
9. Orang terpajan menyimpan formulir Tatalaksana Pasca Pajanan
(Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV) selama prosedur PPP masih
berlangsung.
10. Setelah prosedur PPP berakhir maka orang terpapar melapor
dan mengumpulkan dokumen Tatalaksana Pasca Pajanan ke
Komite K3RS untuk pendokumentasiaan dan penyimpanan.

Pencegahan Pasca Pajanan (PPP) Hepatitis B


1. Sumber pajanan dengan Hepatitis B Antigen (HBs Ag) positif -
orang terpajan belum pernah mendapatkan vaksinasi :
- Dokter jaga IGD segera memberikan Imunogobulin Hepatitis
B (HBIg) 0,06 ml/kgBB dan vaksin Hepatitis B.
- PPP selanjutnya yaitu lanjutan vaksinasi Hepatitis B (1 bulan
dan 6 bulan kemudian dilakukan di Poliklinik KIA).
2. Sumber pajanan dengan HBs Ag negatif – orang terpajan belum
pernah mendapatkan vaksinasi :
- Dokter jaga IGD segera memberikan vaksin Hepatitis B.
- PPP selanjutnya yaitu lanjutan vaksinasi Hepatitis B (1 bulan
dan 6 bulan kemudian dilakukan di Poliklinik KIA).
3. Sumber pajanan dengan status HBs Ag tidak diketahui (darah
sumber pajanan tidak dapat diperiksa) - orang terpajan belum
pernah mendapatkan vaksinasi :
- Dokter jaga IGD segera memberikan vaksin Hepatitis B.
- PPP selanjutnya yaitu lanjutan vaksinasi Hepatitis B (1 bulan

Halaman 2/4
dan 6 bulan) kemudian dilakukan di Poliklinik KIA).
4. Sumber pajanan dengan HBs Ag positif - orang terpajan pernah
mendapatkan vaksinasi, pemberian profilaksis pasca pajanan
tergantung dengan kadar titer Anti HBs orang terpajan :
- Jika titer Anti HBs orang terpajan > 10 mU/ml, maka tidak
perlu diberikan profilaksis.
- Jika titer Anti HBs orang terpajan < 10 mU/ml, maka Dokter
jaga IGD segera memberikan Imunogobulin Hepatitis B
(HBIg) 0,06 ml/kgBB dan Booster vaksin Hepatitis B.
5. Sumber pajanan dengan HBs Ag negatif - orang terpajan pernah
mendapatkan vaksinasi, tidak perlu diberikan profilaksis pasca

6. Sumber pajanan dengan status HBs Ag tidak diketahui (darah


sumber pajanan tidak dapat diperiksa) - orang terpajan pernah
mendapatkan vaksinasi, pemberian profilaksis pasca pajanan
tergantung dengan kadar Anti HBs orang terpajan :
- Jika titer Anti Hbs orang terpajan > 10 mU/ml, maka tidak perlu
diberikan profilaksis.
- Jika titer Anti Hbs orang terpajan < 10 mU/ml, maka Dokter
jaga IGD segera memberikan satu vaksin Hepatitis B
- PPP selanjutnya yaitu lanjutan vaksinasi Hepatitis B (1 bulan
dan 6 bulan) kemudian dilakukan di Poliklinik KIA.
- Orang terpajan meminta dilakukan pengecekan titer Anti Hbs 2
bulan kemudian oleh Dokter Poliklinik Umum.
7. Sumber pajanan dengan HBs Ag positif - orang terpajan non
responder, pemberian profilaksis pasca pajanan tergantung pada
frekuensi pengulangan serial vaksinasi Hepatitis B bagi orang
terpajan dimasa lampau :
a. Jika vaksinasi Hepatitis B belum diulang sampai 3 serial :
- Dokter jaga IGD segera memberikan Imunogobulin
Hepatitis B (HBIg) 0,06 ml/kgBB dan satu vaksin Hepatitis
B.
- PPP selanjutnya yaitu lanjutan vaksinasi Hepatitis B (1
bulan dan 6 bulan kemudian) dilakukan di Poliklinik KIA.
b. Jika sudah pernah mendapat 2 serial vaksin Hepatitis B :
- Dokter jaga IGD segera memberikan Imunogobulin
Hepatitis B (HBIg) 0,06 ml/kgBB.
- PPP selanjutnya (HBIG dosis kedua) diberikan 1 bulan

Halaman 2/5
kemudian oleh Dokter Poliklinik Umum.
8. Sumber pajanan dengan HBs Ag negatif - orang terpajan non
responder, tidak perlu diberikan profilaksis pasca pajanan.
9. Sumber pajanan Hepatitis B tidak diketahui (darah sumber
pajanan tidak dapat diperiksa) – orang terpajan non responder,
lakukan telaah sumber pajanan :
a. Jika Sumber pajanan resiko tinggi :
- Dokter jaga IGD segera memberikan Imunogobulin
Hepatitis B (HBIg) 0,06 ml/kgBB dan satu vaksin
Hepatitis B.
- PPP selanjutnya yaitu lanjutan vaksinasi Hepatitis B (1
bulan dan 6 bulan kemudian) dilakukan di Poliklinik KIA.
b. Jika sumber pajanan resiko rendah :
- Dokter jaga IGD segera memberikan satu vaksin Hepatitis
B.
- PPP selanjutnya yaitu lanjutan vaksinasi Hepatitis B (1
bulan dan 6 bulan kemudian) dilakukan di Poliklinik KIA.
Pencegahan Pasca Pajanan (PPP) Hepatitis C

1. Dokter jaga IGD menjelaskan kepada orang terpajan bahwa


pada kasus sumber pajanan positif Hepatitis C tidak terdapat
PPP.
2. Dokter jaga IGD memberikan formulir pemeriksaan laboratorium
yang perlu dilakukan setiap bulan selama 6 bulan kepada orang
terpajan.
Pemeriksaan darah yang dilakukan adalah :
- Anti HCV
- SGOT
- SGPT
3. Orang terpajan melakukan pemeriksaan darah di Bagian
Laboratorium sesuai jadwal yang telah diberikan oleh Dokter
jaga Instalasi Gawat Darurat tersebut.
4. Orang terpajan memberikan dan mengkonsultasikan hasil
pemeriksaan laboratorium kepada Dokter Poliklinik Umum.
5. Petugas Poliklinik Umum mengisi kolom hasil pemeriksaan
laboratorium darah pada lembaran tatalaksana pasca pajanan
untuk Hepatitis C sesuai kolom yang telah disediakan.
6. Apabila ada kelainan dalam hasil pemeriksaan laboratorium,
Dokter Poliklinik Umum mengonsultasikan orang terpajan kepada
Halaman 2/6
Dokter Spesialis Penyakit Dalam.
7. Semua proses ini terus berjalan setiap bulannya selama 6 bulan.
8. Semua dokumen hasil pemeriksaan darah wajib dilampirkan.

Pencegahan Pasca Pajanan (PPP) HIV


1. Pemberian ARV dan monitoring selanjutnya dilakukan oleh
Dokter CST di Klinik Violeta.
2. Orang terpajan melaporkan kepada atasan langsung atau
penanggung jawab ruangan bahwa dia mengonsumsi ARV.
3. Orang terpajan mengikuti prosedur pemberian ARV selanjutnya,
4. Orang terpajan melaporkan kepada Dokter CST bila ditemukan
gejala atau tanda tanda klinis akibat efek samping ARV.
5. Dokter CST mempunyai kewenangan penuh terhadap
monitoring pemberian dan penanganan terhadap efek samping
ARV.
6. Apabila terjadi penghentian terapi ARV (drop out) sebelum
waktunya (karena alasan apapun) maka orang terpajan harus
melapor kepada atasan langsung dan Komite K3RS.

7.Unit terkait 1. Keperawatan.


2. Bagian Pemeliharaan
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Poliklinik Rawat Jalan
5. Bagian Personalia
6. Bagian Laboratorium.
7. Bagian Farmasi
8. Unit terkait lainnya
8.Dokumen
terkait
9.Rekaman NO YANG ISI PERUBAHAN TANGGAL
/ Histori DIRUBAH DIBERLAKUKAN
perubahan

Halaman 2/7
Halaman 2/8

Anda mungkin juga menyukai