Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN POTONGAN HARGA

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DALAM PENGGUNAAN SHOPEE DI


ERA PANDEMI

Disusun oleh :

OKTAVIA AUDRI PUTRI HERMALINDA PRABOWO

NIM 191071048

KELAS (A)

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS DIRGANTARA MARSEKAL SURYADARMA

JAKARTA

2022
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pandemi Covid-19 yang bermula pada awal tahun 2020 ini sangat bedampak bagi
seluruh negara di penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia. Salah satu sektor yang terkena
dampak secara langsung yaitu sektor perekonomian Indonesia. Dimana kebijakan
pemerintah dalam menangani COVID-19 yang pertama adalah penerapan PSBB atau
Pembatasan Sosial Berskala Besar. Hal ini dilakukan dengan pembatasan aktivitas
masyarakat. PSBB pertama diterapkan selama 8 minggu. Saat itu, mayoritas aktivitas
masyarakat ditiadakan kecuali perkantoran sektor esensial dan transportasi yang dibatasi
kapasitasnya. Memasuki Juni 2020, kebijakan pemerintah dalam menangani COVID-19
menjadi PSBB transisi. Sekolah tatap muka masih ditiadakan, namun perkantoran, tempat
umum, rumah ibadah dan kegiatan sosial mulai dibuka dengan kapasitas 50%. Masyarakat
saat itu mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru. Namun, kasus meningkat 216% dengan
rata-rata kenaikan 6.000 kasus per bulan. 

Hal ini membuat pemerintah kembali menerapkan PSBB selama 4 minggu, yang
akhirnya berhasil menurunkan kasus sebesar 8% atau turun 1.421 kasus dalam 1 bulan.
Penurunan ini diikuti PSBB transisi selama 14 minggu dengan kegiatan masyarakat
maksimal kapasitas 50%. Namun, pelonggaran ini  bertepatan dengan periode libur Natal
dan Tahun Baru 2021 sehingga kasus meningkat signifikan hingga 122% atau rata-rata
naik 10.000 kasus per bulan. Ini menandakan puncak kasus pertama di Indonesia.
Kebijakan pemerintah dalam menangani COVID-19  ini dikeluarkan setelah mengevaluasi
PSBB dan PSBB transisi. Hal ini disebabkan karena kebijakan-kebijakan tersebut nyatanya
tidak dapat menekan kasus secara konsisten dalam waktu yang panjang. PPKM awalnya
dikhususkan di Pulau Jawa - Bali sebagai penyumbang kasus terbanyak secara nasional.
Periode ini, untuk sekolah tatap muka, fasilitas umum dan kegiatan masyarakat ditutup.
Namun perkantoran diperbolehkan work from home (WFH) dengan kapasitas 75%,
restoran 25%, dan tempat ibadah 50%. Pembatasan yang lebih ketat ini berhasil menekan
kasus sehingga kenaikannya hanya sebesar 5% dari yang kenaikan  kasus sebelumnya
122%. Pasca kenaikan kasus yang sangat signifikan dan menjadi lonjakan kedua,
pemerintah memperketat lagi aktivitas masyarakat melalui kebijakan PPKM Darurat yang
3

diikuti dengan ppkm level 4 selama 4 minggu. Pada periode ini seluruh aktivitas
masyarakat ditiadakan dan diberlakukan pengawasan yang ketat pada mobilitas penduduk. 
Hasilnya dalam 4 minggu kasus sempat meningkat 104 persen, namun dapat segera ditekan
hingga turun 22%. PPKM dengan level 1 - 4 yang dilanjutkan menyesuaikan situasi dan
kesiapan masing-masing daerah hingga tingkat kabupaten/kota. Implementasi selama 10
minggu ini berhasil menurunkan kasus sebesar 97% dari puncak kedua. Hal ini menjadikan
mobilitas masyarakat sangat terbatas, para pemilik usaha harus dibatasi jam operasionalnya
hingga ditutup sementara. Tidak dipungkiri berdampak kepada income yang anjlok
sehingga banyak usaha-usaha yang gulung tikar dan beberapa usaha lainnya mengambil
langkah PHK (Pemutus Hubungan Kerja).

Berdasarkant faktor diatas, mendorong keputusan pembelian dalam transaksi jual


beli dengan penggunaan E-Commerce, salah satunya Shopee. Keputusan
pembelian konsumen merupakan proses dimana konsumen memilih dan mengevaluasi
produk atau jasa, sering kali konsumen mempertimbangkan berbagai hal yang sesuai
dengan kebutuhannya dalam proses keputusan pembelian tersebut. Yang sebelumnya
masyarakat melakukan transaksi jual beli secara langsung, sekarang masyarakat beralih ke
pembelanjaan online yang dinilai lebih aman dan menguntungkan karena terhindar dari
keramaian dan produk yang dijual tentu lebih murah. Sehingga konsumen dapat memenuhi
kebutuhannya meski dari rumah saja.

Berdasarkan survei MarkPlus, dari responden yang disurvei semula hanya 4,7%
yang berbelanja online sebelum ada pandemi. Setelah pandemi naik menjadi 28,9%.
Sebaliknya, responden yang berbelanja offline turun drastis dari 52,3% menjadi 28,9%.
Meskipun pada kenyataannya masyarakat tetap merindukan berbelanja secara offline
karena dapat melihat dan memilih barang secara langsung sehingga tidak perlu khawatir
akan salah memilih barang, menerima barang palsu atau membeli barang yang sudah
mengalami kerusakan.
4

Gambar 1.1

Aktivitas E-Commerce Di Indonesia Tahun 2020

Sumber: https://grahanurdian.com/e-commerce-indonesia-tahun-2020/ (2020)

Pada 2020 terdapat kenaikan nominal transaksi e-commerce 29,6% dari Rp 205,5 triliun


pada 2019 menjadi Rp 266,3 triliun. Berdasarkan gambar diatas aktivitas E-Commerce di
Indonesia terbilang cukup tinggi mulai dari mencari informasi produk atau jasa secara online
sebesar 93%, mengunjungi toko ritel online sebanyak 90% dan yang membeli produk online
sebesar 88%. Terjadinya perubahan keputusan pembelian ini salah satunya dipengaruhi oleh
kebijakan-kebijakan pemerintah, masyarakat harus mematuhi namun bersamaan dengan
pemenuhan kebutuhannya sehingga penggunaan transaksi jual beli secara online meningkat.
Selain itu terdapat kelebihan dari berbelanja online yaitu praktis dan efisien tanpa harus
memakan waktu lebih lama dibandingkan harus berbelanja ke toko, pilihan yang bervariasi
sehingga memudahkan konsumen untuk memilih produk yang sesuai tanpa harus mengunjungi
satu toko ke toko yang lainnya dan tentunya banyak penawaran menarik seperti potongan
harga.
Seperti yang dijelaskan oleh Shopper Approved melalui studinya di USA menjelaskan
bahwa alasan seseorang memutuskan berbelanja online dibandingkan offline karena
pilihan lebih banyak (25.4%), harga lebih terjangkau (25%), kenyamanan (24.7%), hemat
waktu (7.2%), mudah dibandingkan (3.6%) dan tidak ada pajak penjualan (3.3%)
5

Gambar 1.2

Top 10 E-Commerce di Indonesia Kuartal I 2020

Sumber:https://greatnesia.com/data-statistik-e-commerce-indonesia-2020/ (2020)

Data Statistik E-Commerce Indonesia 2020. Data iprice menunjukkan jumlah


pengunjung bulanan shopee telah melebihi E-Commerce lainnya pada kuartal pertama.
Shopee menduduki posisi pertama yaitu mencapai 71.53 per juta klik. Perusahaan venture
building berbasis di Singapura, Momentum Works, dalam laporan terbarunya bertajuk
'Momentum Works Blooming Ecommerce in Indonesia' mencatat nilai transaksi bruto atau
gross merchandise value (GMV) e-commerce di Indonesia tumbuh 91%. GMV e-
commerce di Indonesia pada 2020 mencapai US$ 40,1 miliar atau Rp 573 triliun.
Sedangkan, Shopee membukukan GMV pada 2020 sebesar US$ 14,2 miliar atau pangsa
pasar 37%.

Selain adanya pergeseran pola belanja, minat masyarakat untuk berbelanja secara
online juga didorong oleh adanya potongan harga yang dilakukan oleh Shopee, seperti
contohnya promo 9.9, promo 10.10, promo 12.12 dan lain-lain. Potongan harga (discount)
6

merupakan strategi yang dilakukan perusahaan dengan memberikan


pengurangan harga dari harga yang sudah ditetapkan untuk menciptakan impulse buying
demi meningkatkan penjualan produk atau jasa. Potongan harga juga mengubah
persepsi konsumen terhadap barang yang ditawarkan menjadi lebih positif. Ketika
menawarkan diskon, pelanggan akan memiliki risiko yang lebih rendah. Sehingga hal ini
akan menjadi waktu yang tepat untuk mereka mencoba kualitas dari produk yang
ditawarkan.

Melihat kebijakan pemerintah dan adanya potongan harga sehingga berdampak


kepada perubahan keputusan pembelian offline menjadi online, maka penulis tertarik untuk
mengambil penelitian dengan judul : “Pengaruh Kebijakan Pemerintah dan Potongan
Harga terhadap Keputusan Pembelian dalam Penggunaan Shopee di Era Pandemi.”

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penyusunan penelitian ini, dirumuskan masalah untuk dasar kajian penelitian yang
dilakukan yaitu:

1. Apakah kebijakan pemerintah berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian


dalam penggunaan Shopee di era pandemi?

2. Apakah potongan harga berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian dalam
penggunaan Shopee di era pandemi?

3. Apakah kebijakan pemerintah dan potongan harga berpengaruh secara simultan terhadap
keputusan pembelian dalam penggunaan Shopee di era pandemi?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah kebijakan pemerintah berpengaruh secara parsial terhadap


keputusan pembelian dalam penggunaan Shopee di era pandemi.

2. Untuk mengetahui apakah potongan harga berpengaruh secara parsial terhadap


keputusan pembelian dalam penggunaan Shopee di era pandemi.
7

3. Untuk meengetahui apakah kebijakan pemerintah dan potongan harga berpengaruh


secara simultan terhadap penggunaan Shopee di era pandemi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian yang akan disajikan ini memiliki kegunaan untuk beberapa
kepentingan antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam
menerapan pengetahuan terhadap masalah yang dihadapi secara nyata.

2. Bagi Akademisi

Hasil dari penelitian ini diharap dapat menjadi sumber wawasan dan acuan dalam
menjawab permasalahan yang berkaitan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharap dapat menjadi referensi dan informasi yang berguna bagi
penelitian yang akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Konsumen

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber pedoman bagi pengguna e-commerce
khususnya Shopee dalam pengambilan keputusan melakukan pembelian.
8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Era Pandemi

2.1.1 Pandemi Covid-19

Bermula dari kota Wuhan tepatnya di Tiongkok, virus corona telah menyebar ke
berbagai belahan negara di dunia yang menyebabkan timbulnya penyakit coronavirus
disease 2019 atau yang disebut juga dengan COVID-19. Tentunya, kondisi ini tidak boleh
dianggap remeh dan dibiarkan begitu saja. World Health Organization (WHO) pun juga
sudah menetapkan pandemi COVID-19 sejak 11 Maret 2020 yang lalu. Pandemi sendiri
merupakan sebuah epidemi yang telah menyebar ke berbagai benua dan negara, umumnya
menyerang banyak orang. Sementara epidemi sendiri adalah sebuah istilah yang telah
digunakan untuk mengetahui peningkatan jumlah kasus penyakit secara tiba-tiba pada
suatu populasi area tertentu. Pasalnya, istilah pandemi tidak digunakan untuk menunjukkan
tingginya tingkat suatu penyakit, melainkan hanya memperlihatkan tingkat penyebarannya
saja. Perlu diketahui, dalam kasus pandemi COVID-19 ini menjadi yang pertama dan
disebabkan oleh virus corona yang telah ada sejak akhir tahun lalu. 

2.1.2 Dampak Virus COVID-19 di Indonesia

Tak hanya merugikan dari sisi kesehatan saja, virus corona sangat berdampak pada
perekonomian di Indonesia. Bukan hanya karena produksi barang saja yang terganggu,
tetapi investasi pun juga terhambat. Berikut beberapa dampak virus COVID-19 di
Indonesia:

 Beberapa barang menjadi mahal dan langka untuk ditemukan.

 Kunjungan para wisatawan mancanegara di Indonesia menurun.


9

 Merusak tatanan ekonomi di Indonesia.

 Impor barang menjadi terhambat.

 Pembatasan mobilitas masyarakat

 Perubahan perilaku konsumen dalam bertransaksi umumnya serba online

Dan masih banyak lagi sektor-sektor yang terkena dampak secara langsung maupun tidak
langsung.

2.2 Shopee

2.2.1 Tentang Shopee

Shopee adalah situs elektronik komersial yang berkantor pusat di Singapura yang
dimiliki oleh Sea Limited, yang didirikan pada 2009 oleh Forrest Li. Shopee pertama kali
diluncurkan di Singapura pada tahun 2015, dan sejak itu memperluas jangkauannya ke
Malaysia, Thailand, Taiwan, Indonesia, Vietnam, dan Filipina. Mulai tahun 2019, Shopee
juga sudah aktif di negara Brasil, menjadikannya negara pertama di Amerika Selatan dan
luar Asia yang dikunjungi Shopee. Shopee sendiri dipimpin oleh Chris Feng, mantan
karyawan Rocket Internet yang pernah memimpin Zalora dan Lazada. Shopee merupakan
tempat belanja online di Indonesia Pada tahun 2015, Shopee pertama kali diluncurkan di
Singapura. Shopee pertama kali meluncur sebagai marketplace consumer to consumer
(C2C). Namun kini mereka telah beralih ke model hibrid C2C dan business to consumer
(B2C) semenjak meluncurkan Shopee Mall yang merupakan platform toko daring untuk
brand ternama.

Pada tahun 2017, platform ini mencatat 80 juta unduhan aplikasi dengan lebih dari
empat juta penjual dan lebih dari 180 juta produk aktif. Pada kuartal keempat tahun 2017,
Shopee melaporkan nilai perdagangan bruto (GMV) sebesar US$1,6 miliar, naik 206
persen dari tahun sebelumnya. Shopee memiliki nilai total GMV pada tahun 2018 sebesar
US$2,7 miliar, naik 153 persen dari tahun 2017. Di Malaysia, Shopee menjadi portal
perdagangan elektronik ke-3 yang paling banyak dikunjungi di Q4 2017, menggantikan
Lelong dan melampaui peringkat Lazada sebagai aplikasi terbaik di Google Play dan iOS
App store.
10

Demikian pula di kalangan konsumen di Indonesia, survei yang dilakukan pada


bulan Desember 2017 oleh The Asian Parent mengungkapkan bahwa Shopee adalah
platform belanja pilihan pertama bagi para ibu di Indonesia (73%), diikuti oleh Tokopedia
(54%), Lazada (51%), dan Instagram (50 %). Pada April 2020, Shopee Indonesia mulai
mempromosikan penjualan makanan siap saji di platform Shopee untuk menjadi pemain
ketiga yang bersaing dengan Gofood dan GrabFood. Program yang diberi nama
ShopeeFOOD ini telah merekrut lebih dari 500 penjual makanan di wilayah Jakarta. Pada
tahun 2015, Shopee pertama kali meluncur sebagai marketplace consumer to consumer
(C2C). Namun telah beralih ke model hibrid C2C dan business to consumer (B2C)
semenjak meluncurkan Shopee Mall yang merupakan platform toko daring untuk brand
ternama.

2.2.2 Melonjaknya Penggunaan Shopee di Era Pandemi

MarkPlus Inc. merilis hasil riset terbaru terkait e-commerce. Riset tersebut
memaparkan seperti apa performa serta brand awareness dari industri e-commerce selama
kuartal III 2020 dan juga untuk melihat kebiasaan konsumen dalam berbelanja online di
gerai-gerai digital selama pandemi. Dari riset tersebut, Rhesa menyebutkan, Shopee
menjadi e-commerce pemimpin pasar pada kuartal III dengan 90% responden menyatakan
Shopee sebagai brand yang pernah digunakan dalam tiga bulan terakhir. Kemudian disusul
Tokopedia (58)%, Lazada (35%), Bukalapak (22%), Blibli (14%), dan JD.id (13%). Selain
itu, Shopee juga menjadi e-commerce dengan top of mind atau paling diingat konsumen
dengan 71%, diikuti, diikuti Tokopedia (15%), Lazada (8%), Bukalapak (2%), serta JD.id
dan Blibli (1%). Menurut Rhesa, alasan sebuah brand e-commerce dapat diingat dengan
mudah karena gencar merilis kampanye untuk menarik perhatian konsumen. Selain merilis
kampanye selama periode kuartal III 2020, e-commerce juga memperkuat interaksi dengan
konsumen melalui berbagai program, seperti iklan dan acara TV, live streaming, serta
kolaborasi lainnya. Festival belanja 9.9 Super Shopping Day mencatat 1,8 juta transaksi
dalam waktu satu menit dan dua jam pertama secara regional. Bahkan, tercatat jumlah
pesanan produk UMKM selama 9.9 naik 6 kali lipat dibadningkan hari biasa. Untuk
menggenjot transaksi di akhir 2021 ini, Shopee tetap datang lewat program 11.11 dan
12.12. Selain potongan hagra, Shopee juga memberikan gratis ongkos kirim COD, serta
flash sale Rp 11. 
11

2.3 Keputusan pembelian 

2.3.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan suatu keputusan final yang dimiliki seorang


konsumen untuk membeli suatu barang atau jasa dengan berbagai pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen
menggambarkan seberapa jauh pemasar dalam usaha memasarkan suatu produk ke
konsumen.

2.3.2 Jenis-Jenis Perilaku Keputusan Pembelian

Jenis-jenis perilaku keputusan pembelian yang dilakukan oleh seseorang terbagi


menjadi beberapa jenis perilaku pembelian, yaitu: 

1. Perilaku pembelian yang rumit. Perilaku ini terdiri dari tiga langkah proses,
awalnya konsumen mengembangkan keyakinan tentang produk tertentu, kedua,
konsumen membangun sikap tentang produk tersebut, ketiga, konsumen membuat
pilihan pembelian yang cermat. 
2. Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan. Terkadang konsumen sangat
terlibat dalam pembelian, namun mereka hanya melihat sedikit perbedaan antar
merek. Dalam situasi ini, setelah pembelian konsumen mungkin akan mengalami
ketidaknyamanan karena merasakan adanya fitur yang tidak mengenakkan atau
mendengar kabar yang menyenangkan mengenai merek lain dan akan siaga
terhadap informasi yang mendukung keputusannya. 
3. Perilaku pembelian karena kebiasaan. Pada kondisi ini, keterlibatan konsumen
rendah serta tidak adanya perbedaan antar merek yang signifikan. Konsumen
memilih merek karena suatu kebiasaan bukan karena kesetiaan yang kuat terhadap
merek. 
4. Perilaku pembelian yang mencari variasi. Beberapa situasi pembelian ditandai oleh
keterlibatan konsumen yang rendah tetapi perbedaan antar merek signifikan. Dalam
situasi ini konsumen sering melakukan peralihan merek, akan tetapi hal ini terjadi
karena konsumen mencari variasi dan bukannya karena ketidakpuasan.

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian


12

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian yang dilakukan


oleh konsumen, antara lain yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Kebudayaan. Faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan
paling dalam, budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling
dasar. Adapun faktor-faktor kebudayaan yang turut mempengaruhi perilaku
konsumen seperti budaya, sub budaya, dan kelas sosial.
2. Faktor Sosial. Manusia tidak akan pernah bisa lepas dari kehidupan sosialnya,
karena itu lingkungan sosial sangat mempengaruhi bagaimana seseorang
berperilaku sebagai seorang konsumen. Beberapa faktor sosial tersebut antara lain:
keluarga, kelompok acuan (kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak
langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang tersebut), peran, dan status sosial. 
3. Faktor Pribadi. Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.
Karakteristik tersebut meliputi: usia, dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan
ekonomi, gaya hidup (lifestyle), serta kepribadian dan konsep diri pembeli. 
4. Faktor Psikologis. Faktor yang terakhir yang mempengaruhi pilihan pembelian
seseorang adalah faktor psikologis dimana empat faktor psikologi utama adalah
motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap.

2.3.4 Indikator Keputusan Pembelian

Indikator keputusan pembelian adalah sebagai berikut:

1. Kemantapan membeli setelah mengetahui informasi produk.


2. Memutuskan membeli karena merek yang paling disukai.
3. Membeli karena sesuai dengan keinginan dan kebutuhan.
4. Membeli karena mendapat rekomendasidari orang lain.

2.3.5 Dimensi Keputusan Pembelian 

Keputusan konsumen untuk melakukan pembelian terdiri dari beberapa dimensi, yaitu
sebagai berikut:

1. Pilihan produk 
13

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau


menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan
perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli sebuah produk serta alternatif
yang mereka pertimbangkan. Misalnya: kebutuhan suatu produk, keberagaman varian
produk dan kualitas produk.

2. Pilihan merek 

Pembeli harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli. Setiap
merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus
mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek. Misalnya: kepercayaan dan
popularitas merek.

3. Pilihan penyalur 

Pembeli harus mengambil keputusan penyalur mana yang akan dikunjungi. Setiap
pembeli mempunyai pertimbangan yang berbeda-beda dalam hal menentukan penyalur
bisa dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang murah, persediaan barang yang
lengkap dan lain-lain. Misalnya: kemudahan mendapatkan produk dan ketersediaan
produk.

4. Waktu pembelian 

Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian bisa berbeda-beda, misalnya:


ada yang membeli sebulan sekali, tiga bulan sekali, enam bulan sekali atau satu tahun
sekali.

5. Jumlah pembelian 

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan
dibelinya pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu. Dalam hal
ini perusahaan harus mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang
berbeda-beda dari para pembeli. Misalnya: kebutuhan akan produk.

6. Metode Pembayaran 
14

Konsumen dalam membeli produk pasti harus melakukan suatu pembayaran. Pada saat
pembayaran inilah biasanya konsumen ada yang melakukan pembayaran secara tunai
maupun menggunakan kartu kredit. Hal ini tergantung dari kesanggupan tamu dalam
melakukan suatu pembayaran.

2.4 Kebijakan Pemerintah Indonesia

2.4.1 PSBB

Dimana kebijakan pemerintah dalam menangani COVID-19 yang pertama adalah


penerapan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar. Hal ini dilakukan dengan
pembatasan aktivitas masyarakat. PSBB pertama diterapkan selama 8 minggu. Saat itu,
mayoritas aktivitas masyarakat ditiadakan kecuali perkantoran sektor esensial dan
transportasi yang dibatasi kapasitasnya. Memasuki Juni 2020, kebijakan pemerintah dalam
menangani COVID-19 menjadi PSBB transisi. Sekolah tatap muka masih ditiadakan,
namun perkantoran, tempat umum, rumah ibadah dan kegiatan sosial mulai dibuka dengan
kapasitas 50%. Masyarakat saat itu mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru. Namun,
kasus meningkat 216% dengan rata-rata kenaikan 6.000 kasus per bulan.  Hal ini membuat
pemerintah kembali menerapkan PSBB selama 4 minggu, yang akhirnya berhasil
menurunkan kasus sebesar 8% atau turun 1.421 kasus dalam 1 bulan. Penurunan ini diikuti
PSBB transisi selama 14 minggu dengan kegiatan masyarakat maksimal kapasitas 50%.
Namun, pelonggaran ini  bertepatan dengan periode libur Natal dan Tahun Baru 2021
sehingga kasus meningkat signifikan hingga 122% atau rata-rata naik 10.000 kasus per
bulan. Ini menandakan puncak kasus pertama di Indonesia

2.4.2 PPKM

Kebijakan pemerintah dalam menangani COVID-19  ini dikeluarkan setelah


mengevaluasi PSBB dan PSBB transisi. Hal ini disebabkan karena kebijakan-kebijakan
tersebut nyatanya tidak dapat menekan kasus secara konsisten dalam waktu yang panjang.
PPKM awalnya dikhususkan di Pulau Jawa - Bali sebagai penyumbang kasus terbanyak
secara nasional. Periode ini, untuk sekolah tatap muka, fasilitas umum dan kegiatan
masyarakat ditutup. Namun perkantoran diperbolehkan work from home (WFH) dengan
kapasitas 75%, restoran 25%, dan tempat ibadah 50%. Pembatasan yang lebih ketat ini
15

berhasil menekan kasus sehingga kenaikannya hanya sebesar 5% dari yang kenaikan  kasus
sebelumnya 122%.

2.4.3 PPKM Micro

Keberhasilan PPKM mendorong pemerintah memperluas penerapannya di seluruh


wilayah di Indonesia pada level yang lebih mikro melalui kebijakan PPKM Mikro.
Kebijakan pemerintah dalam menangani COVID-19  ini disesuaikan dengan kondisi
hingga tingkat RT RW dan didorong dengan pengawasan melalui Satgas posko tingkat
desa atau kelurahan. Pada periode ini aktivitas masyarakat dibuka dengan kapasitas 50%.
Kebijakan ini berhasil menurunkan kasus hingga 134 persen selama 14 minggu. Namun
sayangnya, pasca Idul Fitri kasus kembali meningkat hingga 374% hanya dalam waktu 6
minggu. Hal ini menandakan puncak kasus kedua di Indonesia.

2.4.4 PPKM Darurat dan PPKM Level 1 - 4 

Pasca kenaikan kasus yang sangat signifikan dan menjadi lonjakan kedua,
pemerintah memperketat lagi aktivitas masyarakat melalui kebijakan PPKM Darurat yang
diikuti dengan ppkm level 4 selama 4 minggu. Pada periode ini seluruh aktivitas
masyarakat ditiadakan dan diberlakukan pengawasan yang ketat pada mobilitas penduduk. 
Hasilnya dalam 4 minggu kasus sempat meningkat 104 persen, namun dapat segera ditekan
hingga turun 22%. PPKM dengan level 1 - 4 yang dilanjutkan menyesuaikan situasi dan
kesiapan masing-masing daerah hingga tingkat kabupaten/kota. Implementasi selama 10
minggu ini berhasil menurunkan kasus sebesar 97% dari puncak kedua.

2.5 Potongan Harga

2.5.1 Pengertian Potongan Harga

Diskon atau potongan harga merupakan sesuatu yang umum digunakan yang dapat


berguna sebagai daya tarik bagi pembeli untuk membeli dalam jumlah besar. Manfaat yang
diperoleh bagi penjual adalah penjualan dalam jumlah banyak akan mengurangi biaya
produksi tiap unitnya. Potongan sebagai pengurangan harga yang dikenakan atas sesuatu
barang atau jasa oleh pemasok kepada pelanggan.

2.5.2 Fungsi Potongan Harga


16

Fungsi potongan harga sebagai cara untuk menarik lebih banyak orang ke toko.
Orang-orang lebih cenderung untuk masuk dan melihat-lihat ke toko bila diskon hanya
berlaku beberapa hari saja. Toko biasanya mengatur karyawan dengan jumlah lebih banyak
saat periode diskon agar layanan lancar.

2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Potongan Harga

Berikut kelebihan potongan harga :

1. Mendorong pembelian dalam jumlah besar.

2. Mendorong agar pembelian dapat dilakukan dengan kontan atau waktu yang lebih
pendek.

3. Mengikat pelanggan agar tidak berpindah ke perusahaan lain

4. Diskon dapat menghasilkan acquisition utility atau nilai standar ekonomi dengan
cara menurunkan jumlah uang yang harus dibayarkan dan konsumen tetap
mendapatkan keuntungan yang sama dari produk tersebut.

5. Yang kedua diskon dapat menimbulkan transaction utility yang dimana konsumen
akan membandingkan harga yang telah didiskon dengan reference price yang ia
miliki sebelumnya

Berikut kekurangan potongan harga :

1. Barang akan segera digantikan oleh model yang lebih baru

2. Ada yang tidak beres dengan produk ini sehingga mengalami kesulitan dalam
penjualannya

3. Perusahaan mengalami masalah keuangan yang gawat

4. Harga akan turun lebih jauh lagi apabila harus menunggu lebih lama

5. Mutu produk ini oleh perusahaan diturunkan

2.5.4 Jenis-jenis Diskon


17

1. 1 Buy 1 Get 1, yaitu diskon dengan memberikan 1 produk gratis ketika pembeli
melakukan pembelian 1 produk.
2. Invitation Only, yaitu diskon yang diperuntukkan hanya untuk orang tertentu.
3. Diskon di waktu terbatas atau Flash Sale.
4. Diskon up to ..%, yaitu diskon yang memiliki syarat dan ketentuan tertentu untuk
mencapai diskon maksimal.
5. Voucher Belanja, yaitu diskon yang berlaku bagi calon pembeli yang memiliki
voucher sebelumnya.

2. 6 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran pada penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel bebas yaitu
Kebijakan Pemerintah dilambangkan dengan ( X 1 ¿ dan Potongan Harga dilambangkan
dengan ( X 2 ¿ sedangkan variabel terikat adalah Keputusan Pembelian dilambangkan
dengan (Y). Kebijakan pemerintah yang mendasari dibatasinya mobilitas masyarakat,
mengharuskan ditutupnya toko-toko, diberlakukan jam operasional yang terbatas dan
dihimbau menghindari kerumuman. Sehingga melonjaknya penggunaan E-Commerce
khususnya Shopee.

Potongan harga merupakan salah satu strategi dalam menarik daya beli konsumen,
konsumen akan lebih tertarik apabila terdpat suatu produk yang dijual sedang ada potongan
harga atau diskon karena konsumen akan membandingan harga tanpa diskon dan harga
dengan diskon. Hal ini dapat mengurangi kekecewaan apabila produk yang didapat tidak
sesuai yang diinginkan pembeli, karena sifat diskon ini yang sementara atau dalam waktu
tertentu saja maka akan timbul rasa saying apabila tidak dibeli atau takut menyesal
dikemudian hari jika diskon sudah tidak berlaku. Terlebih sangat banyak sekali penawaran
potongan harga di Shopee. Sehingga dalam hal ini, diduga bahwa dengan adanya kebijakan
pemerintah di Era Pandemi Covid-19 dan beragam penawaran menarik potongan harga
pada E-Commerce khususnya Shopee mampu mempengaruhi keputusan pembelian
terhadap konsumen.

Kerangka pemikiran ini dapat digambarkan seperti gambar berikut:

Gambar 2.1
18

Kerangka Pemikiran

Melonjaknya penggunaan Shopee di Era


Pandemi

Penelitian
 
Faktor yang mempengaruhi

Kebijakan Pemerintah Potongan Harga

Keputusan Pembelian

Sumber: Data diolah penulis (2022)

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah digambarkan maka hipotesis yang diajukan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho1 : Diduga tidak terdapat pengaruh secara parsial kebijakan pemerintah terhadap
keputusan pembelian dalam penggunaan Shopee di era pandemi

Ha1 : Diduga terdapat pengaruh secara parsial kebijakan pemerintah terhadap keputusan
pembelian dalam penggunaan Shopee di era pandemic

Ho2 : Diduga tidak terdapat pengaruh secara parsial potongan harga terhadap keputusan
pembelian dalam penggunaan Shopee di era pandemi

Ha2 : Diduga terdapat pengaruh secara parsial potongan harga terhadap keputusan
pembelian dalam penggunaan Shopee di era pandemi
19

Ho3 : Diduga tidak terdapat pengaruh secara simultan kebijakan pemerintah dan
potongan harga terhadap keputusan pembelian dalam penggunaan Shopee di era
pandemi

Ha3 : Diduga erdapat pengaruh secara simultan kebijakan pemerintah dan potongan harga
terhadap keputusan pembelian dalam penggunaan Shopee di era pandemic

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Objek Penelitian

Obyek penelitian adalah himpunan elemen yang dapat berupa orang, organisasi


atau barang yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan data survey dengan cara
menyebar kuesioner.
3.1.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian ini dilakukan oleh penulis yaitu dimulai pada bulan Maret
2022 sampai dengan Juli 2022 sebagai berikut:
20

Tabel 3.1
Tabel Waktu Penelitian
No Kegiatan 2022
Maret April Mei Juni Juli
1 Penyusunan Proposal
2 Pengumpulan Data
3 Pengolahan Data
4 Analisis Data
5 Laporan Hasil
Sumber: Data diolah penulis (2022)

3,2 Variabel Penelitian

Menurut (Jaya, 2020: 62) variabel penelitian adalah sesuatu yang ditetapkan oleh
peneliti berdasarkan penelitian yang akan dilakukan atau suatu atribut objek yang berdiri,
dan dalam variabel tersebut terdapat data yang melengkapinya. Dalam variabel penelitian
ini yaitu variabel bebas (Independen) dan variabel terikat (Dependen).
1. Variabel Bebas/Independen (Variabel X)
Menurut (Sugiyono, 2019: 69) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel bebas dalam penelitian ini menggunakan Kebijakan Pemerintah ( X 1 ¿ dan
Potongan Harga ( X 2 ¿.

2. Variabel Terikat/Dependen (Variabel Y)

Menurut (Sugiyono, 2019: 69) variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah Keputusan Pembelian (Y)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Menurut (Sugiyono, 2019: 126) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan dikemudian ditarik kesimpulannya.
21

Populasi yang digunakan untuk penelitian ini populasi terbatas dan homogen.
Populasi yang digunakan yaitu 100 Orang Pengguna E-Commerce yang pernah
bertransaksi di Shopee.
3.3.2 Sampel

Menurut (Sugiyono, 2019: 127) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah nonprobability sampling. nonprobability sampling adalah salah satu teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, yaitu dengan sampling
purposive dimana penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang disesuaikan
dengan kriteria tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah 86 Orang pengguna e-
commerce shopee yang melakukan transaksi pada 1 Oktober 2019 sampai dengan 1
Oktober 2020. Melihat tabel Cohen Manion & Marrison dengan tingkat kepercayaan 95%
dan nilai alpha 0.05.

Tabel 3.2
Tabel Cohen Manion & Marrison
22

Sumber: http://kanvas-angan.blogspot.com/2018/09/
3. 4 Definisi Konseptual Variabel

Definisi konseptual variabel pada penelitian ini adalah Kebijakan Pemerintah ( X 1 ¿ ,


Potongan Harga ( X 2 ¿ dan Keputusan Pembelian (Y). Dijelaskan sebagai berikut:
1. Keputusan Pembelian (Y)

Keputusan pembelian merupakan suatu keputusan final yang dimiliki seorang


konsumen untuk membeli suatu barang atau jasa dengan berbagai pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen
menggambarkan seberapa jauh pemasar dalam usaha memasarkan suatu produk ke
konsumen. hh

2. Kebijakan Pemerintah ( X 1 ¿
23

Dimana kebijakan pemerintah dalam menangani COVID-19 yang pertama adalah


penerapan PSBB. Hal ini dilakukan dengan pembatasan aktivitas masyarakat. PSBB
pertama diterapkan selama 8 minggu. Setelah evaluasi masa PSBB diterapkan kebijakan
pemerintah PPKM dengan ketentuan untuk sekolah tatap muka, fasilitas umum dan
kegiatan masyarakat ditutup. Namun perkantoran diperbolehkan work from home (WFH)
dengan kapasitas 75%, restoran 25%, dan tempat ibadah 50%. Pemerintah memperketat
lagi aktivitas masyarakat melalui kebijakan PPKM Darurat. Pada periode ini seluruh
aktivitas masyarakat ditiadakan dan diberlakukan pengawasan yang ketat pada mobilitas
penduduk. 

3. Potongan Harga ( X 2 ¿

Potongan harga merupakan salah satu strategi dalam menarik daya beli konsumen,
konsumen akan lebih tertarik apabila terdpat suatu produk yang dijual sedang ada potongan
harga atau diskon karena konsumen akan membandingan harga tanpa diskon dan harga
dengan diskon.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Menurut (Anshori, 2017: 66) definisi operasional adalah suatu definisi yang

diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasi kegiatan

atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

Definisi operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Definisi Operasional Variabel Penelitian


Variabel Skala Instrument Indikator
Kebijakan Ordinal Kuesioner a.Pemahaman prosedur pengoperasian
Pemerintah kebijakan pemerintah
b. Penyampaian informasi
c. Kemudahan akses informasi

Potongan Harga Ordinal Kuesioner a. Efektifitas potongan harga


b.Meningkatkan penjualan
24

c. Hemat
d. Mengikat konsumen
Keputusan Ordinal Kuesioner a. Tingkat kebutuhan akan produk
Pembelian b. Tingkat Kualitas produk
c. Tingkat kebutuhan akan produk
Sumber: Data diolah penulis (2022)

3.6 Jenis dan Sumber Data Penelitian

3.6.1 Jenis Data

Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif
adalah data berupa angka dalam arti sebenarny

a, jadi berbagai operasi matematika dapat dilakukan pada data kuantitatif. Bentuk
data dalam penelitian ini adalah data ordinal.

3.6.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan data yang
diperoleh dari objek yang diteliti oleh orang atau organisasi yang sedang melakukan
penelitian. Adapun contoh dari data primer seperti data hasil wawancara langsung, hasil
survei, dan kuesioner terhadap responden. Sumber data penelitian ini yaitu kuesioner
terhadap responden pengguna e-commerce shopee yang melakukan transaksi pada 1
Oktober 2019 sampai dengan 1 Oktober 2020.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode study


lapangan yaitu kuesioner, yaitu dengan mengumpulkan data dengan cara memberikan
daftar pertanyaan/pernyataan yang disusun berdasarkan indikator variabel peneliti yang
diberikan kepada responden. Yang digunakan adalah kuesioner tertutup dimana responden
sudah diberikan pilihan jawaban sesuai dengan standar yang ditetapkan peneliti dan
nantinya jawaban responden akan diberikan pembobotan.

3.8 Metode Analisis Data


25

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif dengan
analisis statistik. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih, dengan penelitian ini maka akan
dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan
mengatur suatu gejala. Adapun pengolahan data dilakukan dengan software Statistical
Package for the Social Sciences (SPSS) untuk mempermudah penulis dalam melakukan
perhitungan statistik.

3.8.1 Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data terhadap objek yang diteliti dan membuat
kesimpulan yang berlaku umum dari data tersebut.
3.8.2 Uji Instrumen Penelitian

3.8.2.1 Uji Validitas

Menurut (Sugiyono, 2019), uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan suatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Tujuan uji
validitas untuk mengetahui sejauh mana ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi
pada objek dengan data yang dilaporkan oleh peneliti.
Keputusan suatu item valid atau tidak valid menurut (Sugiyono, 2019) dapat
diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total, bila korelasi r
di atas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid. Perhitungan
rumus tersebut menggunakan bantuan SPSS (Statistical Service Solutions).
3.8.2.2 Uji Reabilitas

Menurut Imam Ghozali (2018:45) uji reliabilitas instrumen adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap penyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Untuk melihat andal tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara
statistika, yaitu melalui koefisien reliabilitas dan apabila koefisien reliabilitasnya lebih
besar dari 0,06 maka secara keseluruhan pernyataan tersebut dinyatakan andal atau reliable
(Sugiyono, 2019).
26

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap
konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama
dengan menggunakan alat pengukur yang sama. Untuk melihat reliabilitas masing-masing
instrumen yang digunakan, penulis menggunakan teknik Cornbach Alpha (α) dengan
menggunakan SPSS.
3.8.3 Uji Asumsi Dasar

3..8.3.1 Uji Normalitas

Menurut (Widodo, 2019: 111) uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah
distribusi data dinyatakan normal atau dinyatakan tidak normal.
Menurut (Ghozali, 2018: 154) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Pada
pengujian normalitas menggunakan uji normal Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dalam
pengambilan kesimpulan data tersebut dilihat dari nilai sign, dimana:
1. Jika nilai signifikan > 0,05 data berdistribusi normal
2. Jika nilai signifikan < 0,05 data tidak berdistribusi normal

Perhitungan tersebut menggunakan bantuan SPSS (Statistical Service Solutions).

3.8.3.2 Uji Linearitas

Menurut (Ghozali, 2018: 115) uji linearitas adalah keadaan dimana hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat bersifat linear (garis lurus) dalam wilayah
variabel independen tertentu. Uji ini digunakan untuk melihat spesifikasi model yang
digunakan apakah sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam penelitian
ini sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik.
Menurut (Ghozali, 2018: 159) kriteria standar dalam uji linearitas dengan
membandingkan yaitu:
1. Nilai signifikasi > ∝ 0.05 maka nilai tersebut disimpulkan bahwa model linear.
2. Nilai signifikasi < ∝ 0.05 maka nilai tersebut disimpulkan bahwa model tidak linear

Perhitungan tersebut menggunakan bantuan SPSS (Statistical Service Solutions).

3.8.3.3 Uji Homogenitas


27

Menurut (Widodo, 2019L 81) uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah
sebaran data homogen atau tidak, yaitu dengan membandingkan kedua variannya. Jika dua
kelompok data atau lebih memliki jenis yang sama besarnya, maka uji ini tidak perlu
dilakukan karena datanya sudah dianggap homogen. Jika nilai signifikasi > 0.05 maka
dikatakan homogeny.

Perhitungan tersebut menggunakan bantuan SPSS (Statistical Service Solutions).

3.8.4 Analisis Regresi Linear Berganda

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah regresi linear berganda. Analisis
regresi berganda merupakan analisis untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
(independen) yang jumlahnya lebih dari satu terhadap satu variabel terikat (dependen).
Model analisis ini gunakan untuk menjelaskan hubungan dan seberapa besar pengaruh
variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen) (Ghozali, 2018: 95).
Persamaan regresi linear berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y =∝+b 1 X 1+b 2 X 2+ e.......................................(3.4)


Keterangan:

Y = Keputusan Pembelian

∝ = Konstanta

b1 = Koefisien regresi variabel bebas ( X 1 )

b2 = Koefisien regresi variabel bebas ( X 2 )

X1 = Kebijakan Pemerintah

X2 = Potongan Harga

e = Error

Perhitungan tersebut menggunakan bantuan SPSS (Statistical Service Solutions).

3.8.5 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik terdapat beberapa asumsi sehingga dapat memperoleh persamaan
regresi yang hasilnya valid jika digunakan untuk memprediksi suatu masalah. Model
28

regresi dikatakan baik apabila memenuhi syarat asumsi klasik. Uji Asumsi klasik terdiri
dari:
3.8.5.1 Uji Multikolinearitas

Menurut (Ghozali, 2018: 107) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Varience Inflation
Factor (VIF) antara variabel bebas (independen). Kriteria pengambilan keputusan uji ini
adalah sebagai berikut (Hantono, 2018: 66) :
1. Nilai tolerance ≤ 0.1 dan VIF ≥ 10 maka terjadi multikolinearitas terhadap data
yang diuji.
2. Nilai VIF ≤ 10 dan tolerance ≥ 0.1 maka tidak terjadi multikolinearitas terhadap
data yang diuji.

Perhitungan tersebut menggunakan bantuan SPSS (Statistical Service Solutions).

3.8.5.2 Uji Heterokedastisitas

Menurut (Ghozali, 2018: 137) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah


model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk
mengetahui adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Glejser. Berikut
pengujiannya adalah:

1. Jika nilai signifikan variabel independen < 0.05, maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika nilai signifikan variabel independen > 0.05, maka mengindikasikan tidak
terjadi heteroskedastisitas.

Perhitungan tersebut menggunakan bantuan SPSS (Statistical Service Solutions).

3.8.6 Uji Hipotesis

3.8.6.1 Uji Hipotesis Parsial


29

Menurut (Ghozali, 2018: 98) uji statistik T pada dasarnya menunjukan seberapa
jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
dependen. Dasar pengambilan keputusan dalam uji T yaitu:

1. Jika nilai t hitung > t tabel atau nilai signifikanasi < 0.05 maka variabel independen
secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen, artinya Ha diterima dan
Ho ditolak.

2. Jika nilai t hitung < t tabel atau nilai signifikanasi > 0.05 maka variabel independen
secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, artinya Ha ditolak
dan Ho diterima.

Perhitungan tersebut menggunakan bantuan SPSS (Statistical Service Solutions).

3.8.6.2 Uji Hipotesis Simultan

Menurut (Hantono, 2018: 72) uji hipotesis secara simultan (uji F) digunakan untuk
menguji apakah variabel independen bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan untuk uji F adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai F hitung > F tabel atau nilai signifikanasi < 0.05 maka variabel independen
secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen, artinya Ha diterima
dan Ho ditolak.
2. Jika nilai F hitung < F tabel atau nilai signifikanasi > 0.05 maka variabel independen
secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, artinya Ha
ditolak dan Ho diterima.

Perhitungan tersebut menggunakan bantuan SPSS (Statistical Service Solutions).

3.8.7 Koefisien Determinasi ( R2 ¿

Menurut (Ghozali, 2018: 97) koefisien determinasi R2 digunakan untuk mengetahui


persentase (%) penyebaran korelasi dan untuk mengetahui variabel dependen. Pengujian
dapat melihat nilai R square dikali dengan 100% dan hasil tersebut akan menggambarkan
seberapa besar persentase (%) pengaruh variabel independen (bebas) terhadap variabel
dependen (terikat), sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
Perhitungan tersebut menggunakan bantuan SPSS (Statistical Service Solutions).
30
31
32

Anda mungkin juga menyukai