Disusun oleh :
NIM 191071048
KELAS (A)
JAKARTA
2022
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 yang bermula pada awal tahun 2020 ini sangat bedampak bagi
seluruh negara di penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia. Salah satu sektor yang terkena
dampak secara langsung yaitu sektor perekonomian Indonesia. Dimana kebijakan
pemerintah dalam menangani COVID-19 yang pertama adalah penerapan PSBB atau
Pembatasan Sosial Berskala Besar. Hal ini dilakukan dengan pembatasan aktivitas
masyarakat. PSBB pertama diterapkan selama 8 minggu. Saat itu, mayoritas aktivitas
masyarakat ditiadakan kecuali perkantoran sektor esensial dan transportasi yang dibatasi
kapasitasnya. Memasuki Juni 2020, kebijakan pemerintah dalam menangani COVID-19
menjadi PSBB transisi. Sekolah tatap muka masih ditiadakan, namun perkantoran, tempat
umum, rumah ibadah dan kegiatan sosial mulai dibuka dengan kapasitas 50%. Masyarakat
saat itu mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru. Namun, kasus meningkat 216% dengan
rata-rata kenaikan 6.000 kasus per bulan.
Hal ini membuat pemerintah kembali menerapkan PSBB selama 4 minggu, yang
akhirnya berhasil menurunkan kasus sebesar 8% atau turun 1.421 kasus dalam 1 bulan.
Penurunan ini diikuti PSBB transisi selama 14 minggu dengan kegiatan masyarakat
maksimal kapasitas 50%. Namun, pelonggaran ini bertepatan dengan periode libur Natal
dan Tahun Baru 2021 sehingga kasus meningkat signifikan hingga 122% atau rata-rata
naik 10.000 kasus per bulan. Ini menandakan puncak kasus pertama di Indonesia.
Kebijakan pemerintah dalam menangani COVID-19 ini dikeluarkan setelah mengevaluasi
PSBB dan PSBB transisi. Hal ini disebabkan karena kebijakan-kebijakan tersebut nyatanya
tidak dapat menekan kasus secara konsisten dalam waktu yang panjang. PPKM awalnya
dikhususkan di Pulau Jawa - Bali sebagai penyumbang kasus terbanyak secara nasional.
Periode ini, untuk sekolah tatap muka, fasilitas umum dan kegiatan masyarakat ditutup.
Namun perkantoran diperbolehkan work from home (WFH) dengan kapasitas 75%,
restoran 25%, dan tempat ibadah 50%. Pembatasan yang lebih ketat ini berhasil menekan
kasus sehingga kenaikannya hanya sebesar 5% dari yang kenaikan kasus sebelumnya
122%. Pasca kenaikan kasus yang sangat signifikan dan menjadi lonjakan kedua,
pemerintah memperketat lagi aktivitas masyarakat melalui kebijakan PPKM Darurat yang
3
diikuti dengan ppkm level 4 selama 4 minggu. Pada periode ini seluruh aktivitas
masyarakat ditiadakan dan diberlakukan pengawasan yang ketat pada mobilitas penduduk.
Hasilnya dalam 4 minggu kasus sempat meningkat 104 persen, namun dapat segera ditekan
hingga turun 22%. PPKM dengan level 1 - 4 yang dilanjutkan menyesuaikan situasi dan
kesiapan masing-masing daerah hingga tingkat kabupaten/kota. Implementasi selama 10
minggu ini berhasil menurunkan kasus sebesar 97% dari puncak kedua. Hal ini menjadikan
mobilitas masyarakat sangat terbatas, para pemilik usaha harus dibatasi jam operasionalnya
hingga ditutup sementara. Tidak dipungkiri berdampak kepada income yang anjlok
sehingga banyak usaha-usaha yang gulung tikar dan beberapa usaha lainnya mengambil
langkah PHK (Pemutus Hubungan Kerja).
Berdasarkan survei MarkPlus, dari responden yang disurvei semula hanya 4,7%
yang berbelanja online sebelum ada pandemi. Setelah pandemi naik menjadi 28,9%.
Sebaliknya, responden yang berbelanja offline turun drastis dari 52,3% menjadi 28,9%.
Meskipun pada kenyataannya masyarakat tetap merindukan berbelanja secara offline
karena dapat melihat dan memilih barang secara langsung sehingga tidak perlu khawatir
akan salah memilih barang, menerima barang palsu atau membeli barang yang sudah
mengalami kerusakan.
4
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Sumber:https://greatnesia.com/data-statistik-e-commerce-indonesia-2020/ (2020)
Selain adanya pergeseran pola belanja, minat masyarakat untuk berbelanja secara
online juga didorong oleh adanya potongan harga yang dilakukan oleh Shopee, seperti
contohnya promo 9.9, promo 10.10, promo 12.12 dan lain-lain. Potongan harga (discount)
6
Dalam penyusunan penelitian ini, dirumuskan masalah untuk dasar kajian penelitian yang
dilakukan yaitu:
2. Apakah potongan harga berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian dalam
penggunaan Shopee di era pandemi?
3. Apakah kebijakan pemerintah dan potongan harga berpengaruh secara simultan terhadap
keputusan pembelian dalam penggunaan Shopee di era pandemi?
Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Dari hasil penelitian yang akan disajikan ini memiliki kegunaan untuk beberapa
kepentingan antara lain sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam
menerapan pengetahuan terhadap masalah yang dihadapi secara nyata.
2. Bagi Akademisi
Hasil dari penelitian ini diharap dapat menjadi sumber wawasan dan acuan dalam
menjawab permasalahan yang berkaitan.
Hasil dari penelitian ini diharap dapat menjadi referensi dan informasi yang berguna bagi
penelitian yang akan datang.
1. Bagi Konsumen
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber pedoman bagi pengguna e-commerce
khususnya Shopee dalam pengambilan keputusan melakukan pembelian.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Bermula dari kota Wuhan tepatnya di Tiongkok, virus corona telah menyebar ke
berbagai belahan negara di dunia yang menyebabkan timbulnya penyakit coronavirus
disease 2019 atau yang disebut juga dengan COVID-19. Tentunya, kondisi ini tidak boleh
dianggap remeh dan dibiarkan begitu saja. World Health Organization (WHO) pun juga
sudah menetapkan pandemi COVID-19 sejak 11 Maret 2020 yang lalu. Pandemi sendiri
merupakan sebuah epidemi yang telah menyebar ke berbagai benua dan negara, umumnya
menyerang banyak orang. Sementara epidemi sendiri adalah sebuah istilah yang telah
digunakan untuk mengetahui peningkatan jumlah kasus penyakit secara tiba-tiba pada
suatu populasi area tertentu. Pasalnya, istilah pandemi tidak digunakan untuk menunjukkan
tingginya tingkat suatu penyakit, melainkan hanya memperlihatkan tingkat penyebarannya
saja. Perlu diketahui, dalam kasus pandemi COVID-19 ini menjadi yang pertama dan
disebabkan oleh virus corona yang telah ada sejak akhir tahun lalu.
Tak hanya merugikan dari sisi kesehatan saja, virus corona sangat berdampak pada
perekonomian di Indonesia. Bukan hanya karena produksi barang saja yang terganggu,
tetapi investasi pun juga terhambat. Berikut beberapa dampak virus COVID-19 di
Indonesia:
Dan masih banyak lagi sektor-sektor yang terkena dampak secara langsung maupun tidak
langsung.
2.2 Shopee
Shopee adalah situs elektronik komersial yang berkantor pusat di Singapura yang
dimiliki oleh Sea Limited, yang didirikan pada 2009 oleh Forrest Li. Shopee pertama kali
diluncurkan di Singapura pada tahun 2015, dan sejak itu memperluas jangkauannya ke
Malaysia, Thailand, Taiwan, Indonesia, Vietnam, dan Filipina. Mulai tahun 2019, Shopee
juga sudah aktif di negara Brasil, menjadikannya negara pertama di Amerika Selatan dan
luar Asia yang dikunjungi Shopee. Shopee sendiri dipimpin oleh Chris Feng, mantan
karyawan Rocket Internet yang pernah memimpin Zalora dan Lazada. Shopee merupakan
tempat belanja online di Indonesia Pada tahun 2015, Shopee pertama kali diluncurkan di
Singapura. Shopee pertama kali meluncur sebagai marketplace consumer to consumer
(C2C). Namun kini mereka telah beralih ke model hibrid C2C dan business to consumer
(B2C) semenjak meluncurkan Shopee Mall yang merupakan platform toko daring untuk
brand ternama.
Pada tahun 2017, platform ini mencatat 80 juta unduhan aplikasi dengan lebih dari
empat juta penjual dan lebih dari 180 juta produk aktif. Pada kuartal keempat tahun 2017,
Shopee melaporkan nilai perdagangan bruto (GMV) sebesar US$1,6 miliar, naik 206
persen dari tahun sebelumnya. Shopee memiliki nilai total GMV pada tahun 2018 sebesar
US$2,7 miliar, naik 153 persen dari tahun 2017. Di Malaysia, Shopee menjadi portal
perdagangan elektronik ke-3 yang paling banyak dikunjungi di Q4 2017, menggantikan
Lelong dan melampaui peringkat Lazada sebagai aplikasi terbaik di Google Play dan iOS
App store.
10
MarkPlus Inc. merilis hasil riset terbaru terkait e-commerce. Riset tersebut
memaparkan seperti apa performa serta brand awareness dari industri e-commerce selama
kuartal III 2020 dan juga untuk melihat kebiasaan konsumen dalam berbelanja online di
gerai-gerai digital selama pandemi. Dari riset tersebut, Rhesa menyebutkan, Shopee
menjadi e-commerce pemimpin pasar pada kuartal III dengan 90% responden menyatakan
Shopee sebagai brand yang pernah digunakan dalam tiga bulan terakhir. Kemudian disusul
Tokopedia (58)%, Lazada (35%), Bukalapak (22%), Blibli (14%), dan JD.id (13%). Selain
itu, Shopee juga menjadi e-commerce dengan top of mind atau paling diingat konsumen
dengan 71%, diikuti, diikuti Tokopedia (15%), Lazada (8%), Bukalapak (2%), serta JD.id
dan Blibli (1%). Menurut Rhesa, alasan sebuah brand e-commerce dapat diingat dengan
mudah karena gencar merilis kampanye untuk menarik perhatian konsumen. Selain merilis
kampanye selama periode kuartal III 2020, e-commerce juga memperkuat interaksi dengan
konsumen melalui berbagai program, seperti iklan dan acara TV, live streaming, serta
kolaborasi lainnya. Festival belanja 9.9 Super Shopping Day mencatat 1,8 juta transaksi
dalam waktu satu menit dan dua jam pertama secara regional. Bahkan, tercatat jumlah
pesanan produk UMKM selama 9.9 naik 6 kali lipat dibadningkan hari biasa. Untuk
menggenjot transaksi di akhir 2021 ini, Shopee tetap datang lewat program 11.11 dan
12.12. Selain potongan hagra, Shopee juga memberikan gratis ongkos kirim COD, serta
flash sale Rp 11.
11
1. Perilaku pembelian yang rumit. Perilaku ini terdiri dari tiga langkah proses,
awalnya konsumen mengembangkan keyakinan tentang produk tertentu, kedua,
konsumen membangun sikap tentang produk tersebut, ketiga, konsumen membuat
pilihan pembelian yang cermat.
2. Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan. Terkadang konsumen sangat
terlibat dalam pembelian, namun mereka hanya melihat sedikit perbedaan antar
merek. Dalam situasi ini, setelah pembelian konsumen mungkin akan mengalami
ketidaknyamanan karena merasakan adanya fitur yang tidak mengenakkan atau
mendengar kabar yang menyenangkan mengenai merek lain dan akan siaga
terhadap informasi yang mendukung keputusannya.
3. Perilaku pembelian karena kebiasaan. Pada kondisi ini, keterlibatan konsumen
rendah serta tidak adanya perbedaan antar merek yang signifikan. Konsumen
memilih merek karena suatu kebiasaan bukan karena kesetiaan yang kuat terhadap
merek.
4. Perilaku pembelian yang mencari variasi. Beberapa situasi pembelian ditandai oleh
keterlibatan konsumen yang rendah tetapi perbedaan antar merek signifikan. Dalam
situasi ini konsumen sering melakukan peralihan merek, akan tetapi hal ini terjadi
karena konsumen mencari variasi dan bukannya karena ketidakpuasan.
1. Faktor Kebudayaan. Faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan
paling dalam, budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling
dasar. Adapun faktor-faktor kebudayaan yang turut mempengaruhi perilaku
konsumen seperti budaya, sub budaya, dan kelas sosial.
2. Faktor Sosial. Manusia tidak akan pernah bisa lepas dari kehidupan sosialnya,
karena itu lingkungan sosial sangat mempengaruhi bagaimana seseorang
berperilaku sebagai seorang konsumen. Beberapa faktor sosial tersebut antara lain:
keluarga, kelompok acuan (kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak
langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang tersebut), peran, dan status sosial.
3. Faktor Pribadi. Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.
Karakteristik tersebut meliputi: usia, dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan
ekonomi, gaya hidup (lifestyle), serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
4. Faktor Psikologis. Faktor yang terakhir yang mempengaruhi pilihan pembelian
seseorang adalah faktor psikologis dimana empat faktor psikologi utama adalah
motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap.
Keputusan konsumen untuk melakukan pembelian terdiri dari beberapa dimensi, yaitu
sebagai berikut:
1. Pilihan produk
13
2. Pilihan merek
Pembeli harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli. Setiap
merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus
mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek. Misalnya: kepercayaan dan
popularitas merek.
3. Pilihan penyalur
Pembeli harus mengambil keputusan penyalur mana yang akan dikunjungi. Setiap
pembeli mempunyai pertimbangan yang berbeda-beda dalam hal menentukan penyalur
bisa dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang murah, persediaan barang yang
lengkap dan lain-lain. Misalnya: kemudahan mendapatkan produk dan ketersediaan
produk.
4. Waktu pembelian
5. Jumlah pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan
dibelinya pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu. Dalam hal
ini perusahaan harus mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang
berbeda-beda dari para pembeli. Misalnya: kebutuhan akan produk.
6. Metode Pembayaran
14
Konsumen dalam membeli produk pasti harus melakukan suatu pembayaran. Pada saat
pembayaran inilah biasanya konsumen ada yang melakukan pembayaran secara tunai
maupun menggunakan kartu kredit. Hal ini tergantung dari kesanggupan tamu dalam
melakukan suatu pembayaran.
2.4.1 PSBB
2.4.2 PPKM
berhasil menekan kasus sehingga kenaikannya hanya sebesar 5% dari yang kenaikan kasus
sebelumnya 122%.
Pasca kenaikan kasus yang sangat signifikan dan menjadi lonjakan kedua,
pemerintah memperketat lagi aktivitas masyarakat melalui kebijakan PPKM Darurat yang
diikuti dengan ppkm level 4 selama 4 minggu. Pada periode ini seluruh aktivitas
masyarakat ditiadakan dan diberlakukan pengawasan yang ketat pada mobilitas penduduk.
Hasilnya dalam 4 minggu kasus sempat meningkat 104 persen, namun dapat segera ditekan
hingga turun 22%. PPKM dengan level 1 - 4 yang dilanjutkan menyesuaikan situasi dan
kesiapan masing-masing daerah hingga tingkat kabupaten/kota. Implementasi selama 10
minggu ini berhasil menurunkan kasus sebesar 97% dari puncak kedua.
Fungsi potongan harga sebagai cara untuk menarik lebih banyak orang ke toko.
Orang-orang lebih cenderung untuk masuk dan melihat-lihat ke toko bila diskon hanya
berlaku beberapa hari saja. Toko biasanya mengatur karyawan dengan jumlah lebih banyak
saat periode diskon agar layanan lancar.
2. Mendorong agar pembelian dapat dilakukan dengan kontan atau waktu yang lebih
pendek.
4. Diskon dapat menghasilkan acquisition utility atau nilai standar ekonomi dengan
cara menurunkan jumlah uang yang harus dibayarkan dan konsumen tetap
mendapatkan keuntungan yang sama dari produk tersebut.
5. Yang kedua diskon dapat menimbulkan transaction utility yang dimana konsumen
akan membandingkan harga yang telah didiskon dengan reference price yang ia
miliki sebelumnya
2. Ada yang tidak beres dengan produk ini sehingga mengalami kesulitan dalam
penjualannya
4. Harga akan turun lebih jauh lagi apabila harus menunggu lebih lama
1. 1 Buy 1 Get 1, yaitu diskon dengan memberikan 1 produk gratis ketika pembeli
melakukan pembelian 1 produk.
2. Invitation Only, yaitu diskon yang diperuntukkan hanya untuk orang tertentu.
3. Diskon di waktu terbatas atau Flash Sale.
4. Diskon up to ..%, yaitu diskon yang memiliki syarat dan ketentuan tertentu untuk
mencapai diskon maksimal.
5. Voucher Belanja, yaitu diskon yang berlaku bagi calon pembeli yang memiliki
voucher sebelumnya.
2. 6 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran pada penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel bebas yaitu
Kebijakan Pemerintah dilambangkan dengan ( X 1 ¿ dan Potongan Harga dilambangkan
dengan ( X 2 ¿ sedangkan variabel terikat adalah Keputusan Pembelian dilambangkan
dengan (Y). Kebijakan pemerintah yang mendasari dibatasinya mobilitas masyarakat,
mengharuskan ditutupnya toko-toko, diberlakukan jam operasional yang terbatas dan
dihimbau menghindari kerumuman. Sehingga melonjaknya penggunaan E-Commerce
khususnya Shopee.
Potongan harga merupakan salah satu strategi dalam menarik daya beli konsumen,
konsumen akan lebih tertarik apabila terdpat suatu produk yang dijual sedang ada potongan
harga atau diskon karena konsumen akan membandingan harga tanpa diskon dan harga
dengan diskon. Hal ini dapat mengurangi kekecewaan apabila produk yang didapat tidak
sesuai yang diinginkan pembeli, karena sifat diskon ini yang sementara atau dalam waktu
tertentu saja maka akan timbul rasa saying apabila tidak dibeli atau takut menyesal
dikemudian hari jika diskon sudah tidak berlaku. Terlebih sangat banyak sekali penawaran
potongan harga di Shopee. Sehingga dalam hal ini, diduga bahwa dengan adanya kebijakan
pemerintah di Era Pandemi Covid-19 dan beragam penawaran menarik potongan harga
pada E-Commerce khususnya Shopee mampu mempengaruhi keputusan pembelian
terhadap konsumen.
Gambar 2.1
18
Kerangka Pemikiran
Penelitian
Faktor yang mempengaruhi
Keputusan Pembelian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah digambarkan maka hipotesis yang diajukan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho1 : Diduga tidak terdapat pengaruh secara parsial kebijakan pemerintah terhadap
keputusan pembelian dalam penggunaan Shopee di era pandemi
Ha1 : Diduga terdapat pengaruh secara parsial kebijakan pemerintah terhadap keputusan
pembelian dalam penggunaan Shopee di era pandemic
Ho2 : Diduga tidak terdapat pengaruh secara parsial potongan harga terhadap keputusan
pembelian dalam penggunaan Shopee di era pandemi
Ha2 : Diduga terdapat pengaruh secara parsial potongan harga terhadap keputusan
pembelian dalam penggunaan Shopee di era pandemi
19
Ho3 : Diduga tidak terdapat pengaruh secara simultan kebijakan pemerintah dan
potongan harga terhadap keputusan pembelian dalam penggunaan Shopee di era
pandemi
Ha3 : Diduga erdapat pengaruh secara simultan kebijakan pemerintah dan potongan harga
terhadap keputusan pembelian dalam penggunaan Shopee di era pandemic
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Adapun waktu penelitian ini dilakukan oleh penulis yaitu dimulai pada bulan Maret
2022 sampai dengan Juli 2022 sebagai berikut:
20
Tabel 3.1
Tabel Waktu Penelitian
No Kegiatan 2022
Maret April Mei Juni Juli
1 Penyusunan Proposal
2 Pengumpulan Data
3 Pengolahan Data
4 Analisis Data
5 Laporan Hasil
Sumber: Data diolah penulis (2022)
Menurut (Jaya, 2020: 62) variabel penelitian adalah sesuatu yang ditetapkan oleh
peneliti berdasarkan penelitian yang akan dilakukan atau suatu atribut objek yang berdiri,
dan dalam variabel tersebut terdapat data yang melengkapinya. Dalam variabel penelitian
ini yaitu variabel bebas (Independen) dan variabel terikat (Dependen).
1. Variabel Bebas/Independen (Variabel X)
Menurut (Sugiyono, 2019: 69) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel bebas dalam penelitian ini menggunakan Kebijakan Pemerintah ( X 1 ¿ dan
Potongan Harga ( X 2 ¿.
Menurut (Sugiyono, 2019: 69) variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah Keputusan Pembelian (Y)
3.3.1 Populasi
Menurut (Sugiyono, 2019: 126) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan dikemudian ditarik kesimpulannya.
21
Populasi yang digunakan untuk penelitian ini populasi terbatas dan homogen.
Populasi yang digunakan yaitu 100 Orang Pengguna E-Commerce yang pernah
bertransaksi di Shopee.
3.3.2 Sampel
Menurut (Sugiyono, 2019: 127) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah nonprobability sampling. nonprobability sampling adalah salah satu teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, yaitu dengan sampling
purposive dimana penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang disesuaikan
dengan kriteria tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah 86 Orang pengguna e-
commerce shopee yang melakukan transaksi pada 1 Oktober 2019 sampai dengan 1
Oktober 2020. Melihat tabel Cohen Manion & Marrison dengan tingkat kepercayaan 95%
dan nilai alpha 0.05.
Tabel 3.2
Tabel Cohen Manion & Marrison
22
Sumber: http://kanvas-angan.blogspot.com/2018/09/
3. 4 Definisi Konseptual Variabel
2. Kebijakan Pemerintah ( X 1 ¿
23
3. Potongan Harga ( X 2 ¿
Potongan harga merupakan salah satu strategi dalam menarik daya beli konsumen,
konsumen akan lebih tertarik apabila terdpat suatu produk yang dijual sedang ada potongan
harga atau diskon karena konsumen akan membandingan harga tanpa diskon dan harga
dengan diskon.
Menurut (Anshori, 2017: 66) definisi operasional adalah suatu definisi yang
diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasi kegiatan
atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.
Tabel 3.3
c. Hemat
d. Mengikat konsumen
Keputusan Ordinal Kuesioner a. Tingkat kebutuhan akan produk
Pembelian b. Tingkat Kualitas produk
c. Tingkat kebutuhan akan produk
Sumber: Data diolah penulis (2022)
Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif
adalah data berupa angka dalam arti sebenarny
a, jadi berbagai operasi matematika dapat dilakukan pada data kuantitatif. Bentuk
data dalam penelitian ini adalah data ordinal.
Sumber data penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan data yang
diperoleh dari objek yang diteliti oleh orang atau organisasi yang sedang melakukan
penelitian. Adapun contoh dari data primer seperti data hasil wawancara langsung, hasil
survei, dan kuesioner terhadap responden. Sumber data penelitian ini yaitu kuesioner
terhadap responden pengguna e-commerce shopee yang melakukan transaksi pada 1
Oktober 2019 sampai dengan 1 Oktober 2020.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif dengan
analisis statistik. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih, dengan penelitian ini maka akan
dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan
mengatur suatu gejala. Adapun pengolahan data dilakukan dengan software Statistical
Package for the Social Sciences (SPSS) untuk mempermudah penulis dalam melakukan
perhitungan statistik.
Statistik Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data terhadap objek yang diteliti dan membuat
kesimpulan yang berlaku umum dari data tersebut.
3.8.2 Uji Instrumen Penelitian
Menurut (Sugiyono, 2019), uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan suatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Tujuan uji
validitas untuk mengetahui sejauh mana ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi
pada objek dengan data yang dilaporkan oleh peneliti.
Keputusan suatu item valid atau tidak valid menurut (Sugiyono, 2019) dapat
diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total, bila korelasi r
di atas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid. Perhitungan
rumus tersebut menggunakan bantuan SPSS (Statistical Service Solutions).
3.8.2.2 Uji Reabilitas
Menurut Imam Ghozali (2018:45) uji reliabilitas instrumen adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap penyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Untuk melihat andal tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara
statistika, yaitu melalui koefisien reliabilitas dan apabila koefisien reliabilitasnya lebih
besar dari 0,06 maka secara keseluruhan pernyataan tersebut dinyatakan andal atau reliable
(Sugiyono, 2019).
26
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap
konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama
dengan menggunakan alat pengukur yang sama. Untuk melihat reliabilitas masing-masing
instrumen yang digunakan, penulis menggunakan teknik Cornbach Alpha (α) dengan
menggunakan SPSS.
3.8.3 Uji Asumsi Dasar
Menurut (Widodo, 2019: 111) uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah
distribusi data dinyatakan normal atau dinyatakan tidak normal.
Menurut (Ghozali, 2018: 154) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Pada
pengujian normalitas menggunakan uji normal Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dalam
pengambilan kesimpulan data tersebut dilihat dari nilai sign, dimana:
1. Jika nilai signifikan > 0,05 data berdistribusi normal
2. Jika nilai signifikan < 0,05 data tidak berdistribusi normal
Menurut (Ghozali, 2018: 115) uji linearitas adalah keadaan dimana hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat bersifat linear (garis lurus) dalam wilayah
variabel independen tertentu. Uji ini digunakan untuk melihat spesifikasi model yang
digunakan apakah sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam penelitian
ini sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik.
Menurut (Ghozali, 2018: 159) kriteria standar dalam uji linearitas dengan
membandingkan yaitu:
1. Nilai signifikasi > ∝ 0.05 maka nilai tersebut disimpulkan bahwa model linear.
2. Nilai signifikasi < ∝ 0.05 maka nilai tersebut disimpulkan bahwa model tidak linear
Menurut (Widodo, 2019L 81) uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah
sebaran data homogen atau tidak, yaitu dengan membandingkan kedua variannya. Jika dua
kelompok data atau lebih memliki jenis yang sama besarnya, maka uji ini tidak perlu
dilakukan karena datanya sudah dianggap homogen. Jika nilai signifikasi > 0.05 maka
dikatakan homogeny.
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah regresi linear berganda. Analisis
regresi berganda merupakan analisis untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
(independen) yang jumlahnya lebih dari satu terhadap satu variabel terikat (dependen).
Model analisis ini gunakan untuk menjelaskan hubungan dan seberapa besar pengaruh
variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen) (Ghozali, 2018: 95).
Persamaan regresi linear berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = Keputusan Pembelian
∝ = Konstanta
X1 = Kebijakan Pemerintah
X2 = Potongan Harga
e = Error
Uji asumsi klasik terdapat beberapa asumsi sehingga dapat memperoleh persamaan
regresi yang hasilnya valid jika digunakan untuk memprediksi suatu masalah. Model
28
regresi dikatakan baik apabila memenuhi syarat asumsi klasik. Uji Asumsi klasik terdiri
dari:
3.8.5.1 Uji Multikolinearitas
Menurut (Ghozali, 2018: 107) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Varience Inflation
Factor (VIF) antara variabel bebas (independen). Kriteria pengambilan keputusan uji ini
adalah sebagai berikut (Hantono, 2018: 66) :
1. Nilai tolerance ≤ 0.1 dan VIF ≥ 10 maka terjadi multikolinearitas terhadap data
yang diuji.
2. Nilai VIF ≤ 10 dan tolerance ≥ 0.1 maka tidak terjadi multikolinearitas terhadap
data yang diuji.
1. Jika nilai signifikan variabel independen < 0.05, maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika nilai signifikan variabel independen > 0.05, maka mengindikasikan tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Menurut (Ghozali, 2018: 98) uji statistik T pada dasarnya menunjukan seberapa
jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
dependen. Dasar pengambilan keputusan dalam uji T yaitu:
1. Jika nilai t hitung > t tabel atau nilai signifikanasi < 0.05 maka variabel independen
secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen, artinya Ha diterima dan
Ho ditolak.
2. Jika nilai t hitung < t tabel atau nilai signifikanasi > 0.05 maka variabel independen
secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, artinya Ha ditolak
dan Ho diterima.
Menurut (Hantono, 2018: 72) uji hipotesis secara simultan (uji F) digunakan untuk
menguji apakah variabel independen bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan untuk uji F adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai F hitung > F tabel atau nilai signifikanasi < 0.05 maka variabel independen
secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen, artinya Ha diterima
dan Ho ditolak.
2. Jika nilai F hitung < F tabel atau nilai signifikanasi > 0.05 maka variabel independen
secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, artinya Ha
ditolak dan Ho diterima.