Dasar Hukum
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Oleh:
NENDI ROHAENDI
2
OUTLINE
Tujuan Pembelajaran:
• Latar Belakang
• Safety Culture VS Safety Management
• Dasar Hukum SMKP
• Karakteristik Pertambangan
• Konsep Akademis
• Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
LATAR BELAKANG
DEFINISI
PERTAMBANGAN
Adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan
dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi,
studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan
dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. (UU no.4 th. 2009)
PENAMBANGAN
Adalah kegiatan yang meliputi penggalian, pemberaian, pemuatan dan pengangkutan
bahan galian yang dilakukan baik secara manual maupun mekanis
2017 2018
Minor: 62 Minor: 47
Major: 80 Major: 53
Fatal: 11 Fatal: 17
SR:=
2017: 124.57
https://modi.minerba.esdm.go.id/pimpinan/kecelakaanTambang
2018: 125.73
TUJUAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
13
PENGELOLAAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
14
Apakah Filosofi atau Falsafah K3?
• Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam
menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya
pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di
lingkungan tempat kerjanya.
• Bila semua potensi bahaya telah dikendalikan dan memenuhi
batas standar aman, maka akan memberikan kontribusi
terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat, dan
proses produksi menjadi lancar, yang pada akhirnya akan
dapat menekan risiko kerugian dan berdampak terhadap
peningkatan produktivitas
Zero Accident
FILOSOFI K3
Menurut International Association of Safety Professional, Filosofi K3 terbagi
menjadi 8 filosofi yaitu:
1. Safety is an ethical responsibility.
2. Safety is a culture, not a program.
3. Management is responsible.
4. Employee must be trained to work safety.
5. Safety is a condition of employment.
6. All injuries are preventable.
7. Safety program must be site specific.
8. Safety is good business.
Keselamatan Pertambangan
Dirjen ESDM
KAIT:
1. Direktur Teknik ESDM
2. Ka Dinas Tambang Propinsi
Site Director /
KTT Inspektur Tambang
HSE Mgr
• Keputusan Dirjen
GSDM No.
0228.K/40/DJG/200 Kepala Divisi / Kepala Divisi / Kepala Tambang Kepala
3 tentang WKTT WKTT Bawah Tanah Kapal Keruk
Kompetensi
Pengawas Ka Dept PJO PJO PJO
Operasional
• Permen No. 43 PENGAWAS OPERASIONAL MADYA (POM)
tahun 2016
tentang SKKK
PENGAWAS OPERASIONAL DAN PENGAWAS TEKNIS (POP)
Pengawas
Operasional
Peran Posisi Manajemen
Manajemen Puncak Manajemen Menengah Pengawas Garis Depan
Menetapkan kebijakan, Mengintepretasikan kebijakan top Memimpin dan mengawasi pekerja
standar, prosedur, program manajemen dan menyampaikan ke mencapai produksi dengan aman.
kerja pengawas
Membuat rencana strategis Mengelola penerapan Program di Melakukan tugas teknis (inspeksi, safety
perusahaan bagian tanggung jawabnya meeting, JSA, Investigasi, observasi, dsb)
Menetapkan tujuan Memastikan tersedianya Mengajari keterampilan teknis kepada
perusahaan sumberdaya bagi pengawas dan pekerja (LOTO, P2H, memakai APD,
pekerja melakukan tugasnya memakai JSA, melakukan confined space,
dsb)
Menyediakan sumberdaya Mencapai target produksi bagian Memotivasi pekerja, melakukan apresiasi,
yang dibutuhkan untuk yang dipimpinnya menghentikan unsafe acts dan unsafe
mencapai tujuan perusahaan condition
Berkomunikasi dengan pihak Bekerjasama dengan bagian lain Menjadi penghubung pekerja dan
luar seperti pemerintah, dari perusahaan manajemen
client, media, dsb
Bertanggung jawab kepada Bertanggung jawab kepada Bertanggung jawab kepada Manajemen
BOD Manajemen Puncak Menengah 18
Konsep dan Ruang Lingkup Unit Kompetensi POP dan POM
1. Tugas dan Tanggung Jawab Keselamatan 1. Melaksanakan Tugas dan Tanggung Jawab sebagai Pengawas
Pertambangan Operasional Madya (POM)
5. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko 5. Melaksanakan Upaya Penerapan Konservasi Mineral dan
Batubara
6. Job Safety Analysis
6. Mengelola Penerapan Kaidah Teknis Pertambangan Mineral
7. Inspeksi Keselamatan
dan Batubara
8. Investigasi Kecelakaan
7. Mengawasi Kegiatan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan
Batubara
8. Mengawasi Standardisasi Pertambangan Mineral dan
Batubara
Permen No. 43 tahun 2016
Kegiatan K3 Pengawas
20
Konsep K3
Konsep pekerjaan
K3 K3 K3 K3 K3 K3
Beban Tuntutan Prioritas Tujuan Nilai Siapa
hidup kita
MAU
Rendah
Tinggi
MAMPU
Sistem
manajemen
keselamatan
pertambangan
(SMKP)
THE DEVELOPMENT OF INDONESIA’S MINING REGULATORY
FRAMEWORK (Devi et al, 2013)
• The Dutch colonial period
• Indische Mijnwet, 1899
• Mijn Ordonnantie, 1907
• Veiligheidsreglement tahun 1910 (Stbl. No.406).
• Mijn Politie Regimen, 1930
• The Post-colonial period (1945-1966)
• The New Order period (1966-1998)
• UU No. 11 tahun 1967
• PP NOMOR 32 TH 1969 ttg Pelaksanaan UU No. 11 thn 1967
• PP NOMOR 75 TH 2001 perubahan kedua PP No. 32 thn 1969
• The reform and regional autonomy period (1998 – today).
• UU No. 4 tahun 2009
• PP No. 22 Tahun 2010
• PP No. 23 Tahun 2010
• PP No. 55 Tahun 2010
• PP No. 78 Tahun 2010
TAP MPR RI NOMOR III/MPR/2000
tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Perundang-undangan
UUD 1945
TAP MPR RI
Undang-Undang
29
DASAR HUKUM SMKP MINERBA
UUD 1945 Pasal 27 UUD 1945 Pasal 33
(2) (2&3)
PP Keselamatan Kerja
Tambang PP. No. 19/1973
Kepmen Permen
555/1995 11/2018
Permen
38/2014
31
UU No.4 Th 2009
MPR NOMOR 341 LN 1930
UU No. 11 Tahun 1967
Kelayakan Evaluasi
Sistem dan Pelaksanaan Sarana, Kompetensi Laporan Hasil
Pemeliharaan/Perawatan Pengamanan Prasarana,
Sarana, Prasarana,
Instalasi dan Peralatan Instalasi Tenaga Teknik Kajian Teknis
Pertambangan
Instalasi, dan Pertambangan
Peralatan
Pertambangan
UU No. 13 Tahun 2003
Amanah Peraturan Ketenagakerjaan Terkait SMKP
• Pasal 27 (2). Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
UUD 1945
• Pasal 86 (1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a. keselamatan dan kesehatan
kerja;
Pasal 87: (1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
UU No. 13
tahun 2003 terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
• Pasal 4 : (1) Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, sebagai pedoman perusahaan dalam menerapkan SMK3.
(2) Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan pedoman penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PP No. 50 • Pasal 19 (1) Instansi pembina sektor usaha dapat melakukan pengawasan SMK3 terhadap pelaksanaan penerapan SMK3 yang dikembangkan
Tahun 2012 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Permen
ESDM No. • Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
38 tahun
2014
(Kepmen
1827/2018)
UU No. 13 Tahun 2003
Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak
untuk memperoleh perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan Pasal 87
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat (1) Setiap perusahaan wajib menerapkan
dan martabat manusia serta nilai-nilai sistem manajemen keselamatan dan
agama. kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
(2) Untuk melindungi keselamatan sistem manajemen perusahaan.
pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja.
PP No. 50 Tahun 2012
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 4:
(1) Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, sebagai
pedoman perusahaan dalam menerapkan SMK3.
(2) Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan pedoman penerapan SMK3
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 5:
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi perusahaan: a.
mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau b. mempunyai
tingkat potensi bahaya tinggi.
(3) Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan Pemerintah
ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat memperhatikan
konvensi atau standar internasional.
PP No. 50 Tahun 2012
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
• Pasal 16
(1) Penilaian penerapan SMK3 dilakukan oleh lembaga audit independen
yang ditunjuk oleh Menteri atas permohonan perusahaan.
(2) Untuk perusahaan yang memiliki potensi bahaya tinggi wajib melakukan
penilaian penerapan SMK3 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• (Penjelasan Pasal 16 Ayat 2: Yang dimaksud dengan perusahaan yang
memiliki potensi bahaya tinggi antara lain perusahaan yang bergerak di
bidang pertambangan, minyak dan gas bumi)
• Pasal 19:
(1) Instansi pembina sektor usaha dapat melakukan pengawasan SMK3
terhadap pelaksanaan penerapan SMK3 yang dikembangkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
UU No. 1 Tahun 1970
VR. 1910 Stbl No.406
Amanah Peraturan Keselamatan Kerja Terkait SMKP
43
UU No. 1 Tahun 1970
44
UU No. 1 Tahun 1970
45
UU No. 1 Tahun 1970
Pasal 13
• Wajib mentaati semua petunjuk K2 & memakai APD yang diwajibkan
Kewajiban Bila
Masuk Tempat Kerja
47
PP No. 19 Tahun 1973
PP tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
• Pertambangan penting bagi ekonomi nasional & pertahanan negara. Sehingga perlu diatur
lebih lanjut tentang pengawasan K3 di bidang pertambangan umum sebagaimana
disebutkan dlm Psl 16 UU No.: 44 Prp. Th 1960 & Psl 29 UU No.: 11 Th 1967.
• UU No.: 1 Th 1970 mengatur K2 secara umum termasuk bidang pertambangan yg menjadi
tugas dan tanggung jawab Menakertransko
• Untuk memperlancar usaha pertambangan yang merupakan proses yang terus menerus,
butuh peralatan khusus dan menghadapi kemungkinan bahaya & kecelakaan yang begitu
besar dan khas. Maka perlu pengawasan K2 yg lebih effisien dan effektif
• Dep. Pertambangan punya Personil & Peralatan Khusus untuk Pengawasan K3
Pertambangan
PP No. 19 Tahun 1973
Pasal 1:
Pengaturan K2 Pertambangan dalam UU No. 44 Prp. Th 1960, UU No. 11 Th 1967, UU
No. 1 Th 1970 dilakukan Oleh Menteri Pertambangan
Pasal 2 :
Pengawasan K2 bidang Pertambangan oleh Menteri Pertambangan berpedoman kepada
UU No 1 Th 1970 serta Peraturan Pelaksanaannya
Pasal 3:
Menteri Pertambangan mengangkat Pejabat Pengawas K2 Kerja sama dengan Pejabat K2
Depnakertransko
Pasal 4:
Menteri Pertambangan secara berkala melaporkan pelaksanaan Pengawasan
dimaksud Pasal 1, 2, & 3 kepada Menakertransko
Pasal 5 :
PP 19 Th 1973 tidak berlaku utk Ketel Uap sebagaimana dimaksud Stoom Ordonantie
1930 ( Sblt. 1930 Nomor 225).
KARAKTERISTIK PERTAMBANGAN DAN KONSEP AKADEMIS
KARAKTERISTIK PERTAMBANGAN
Karakteristik Pertambangan Kementerian ESDM PP No. 19 Tahun 1973
• Padat Modal dan Teknologi • Memiliki personel khusus • Menteri ESDM melakukan
• Risiko Besar dan Spesifik • Memiliki peralatan khusus pengawasan atas K3 dalam bidang
• Peralatan Khusus pertambangan kecuali untuk ketel
uap.
• Dinamis (Hazard dan Risiko
Berpindah)
CC
E3
E3 BB
E1
E1 E2
E1 E2
(E2) (BB)
Enforcement Behaviour-based
• SK Poon, 2003
Resume
• Di bawah BINWAS ESDM
• Berkiblat pada UU-1/1970, PP No. 19 tahun 1973,
Kepmen-555/1995, SMKP Minerba-38/2014
(Permen No. 26 tahun 2018, Kepmen 1827
K/30/MEM/2018), UU Minerba No.4/2009, PP No.
55 Tahun 2010, UU No. 13 tahun 2013, PP. No. 10
tahun 2012
• Dipimpin oleh seorang KTT
• KTT dibantu oleh pengawas operasional dan
pengawas teknis
• Kontraktor dipimpin oleh PJO
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Looking from outside….
STANDAR DI DUNIA
ILO OSH
BS 8800
SMK3 2001
AS/NZS
VPP OSHA
4801:2001
OHSAS
18001: Perusahaan ISRS
2007
Aposho
Safety
Standar
Map
2000
SA 8000 DR 96311
PERJALANAN PENYUSUNAN SMKP
SIKLUS
2.Pengendalian Dokumen
3.Pengendalian Rekaman
4. Jenis Dokumen dan
SMKP
Rekaman
ORGANISASI & PERSONIL
1. Struktur Organisasi, Tanggung Jawab &
Wewenang
2. Kepala Teknik Tambang, Kepala Tambang
BAB III
BAB II
BAB I
BAB IV
Pelaksanaan Pengawasaan
Umum Kaidah Teknik Tata Kelola Penyelenggaraa
Pertambangan Pengusahaan n Pengelolaan
Yang Baik Pertambanga Usaha
n Mineral dan Pertambangan
Batubara
Bab VI
Bab IX
Bab VII
Bab VIII
Terhadap Administratif lain-lain Peralihan Penutup
Kegiatan
Usaha
Pertambangan
PERMEN ESDM NO. 26 TAHUN 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Minerba
GOOD MINING PRACTICE
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 3 ayat 3 Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 3 ayat 4
66
Pelaksanaan Keselamatan Kerja Pertambangan
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (a)
program
keselamatan
kerja yang
meliputi pendidikan pencegahan
pencegahan administrasi manajemen inspeksi
manajemen dan pelatihan dan
terjadinya keselamatan keadaan keselamatan
risiko; kecelakaan, keselamatan penyelidikan
kerja; darurat; kerja; dan
kebakaran, dan kerja; kecelakaan;
kejadian lain
yang
berbahaya;
67
Pengelolaan Kesehatan Kerja
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (b)
ergonomis,
68
Pengelolaan Lingkungan Kerja
a. sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan
b. pengamanan instalasi;
c. tenaga teknis bidang keselamatan operasi yang kompeten;
d. kelayakan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan dengan melaksanakan uji dan pemeliharaan
kelayakan;
e. evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan;
f. keselamatan bahan peledak dan peledakan;
g. keselamatan fasilitas pertambangan;
h. keselamatan Eksplorasi;
i. keselamatan tambang permukaan;
j. keselamatan tambang bawah tanah; dan
k. keselamatan kapal keruk/isap.
l. Keselamatan pengolahan dan/atau pemurnian (Pasal 16)
70
71
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Minerba
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 18 dan 19
V.
pemantaua IV.
n, evaluasi, implement
dan tindak asi;
lanjut; 72
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Minerba
(3) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi
Produksi, dan IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian wajib
melakukan audit internal penerapan sistem manajemen keselamatan pertambangan paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
(4) Dalam hal terjadi kecelakaan, kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga
kerja, penyakit akibat kerja, bencana, dan/atau untuk kepentingan penilaian kinerja
keselamatan pertambangan, KaIT dapat meminta kepada Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK
Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, dan IUP Operasi Produksi khusus
untuk pengolahan dan/atau pemurnian untuk melakukan audit eksternal penerapan sistem
manajemen keselamatan pertambangan.
Ruang Lingkup
• Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan
Batubara (SMKP Minerba) yang terdiri atas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Pertambangan dan Keselamatan Operasi
(KO) Pertambangan, diterapkan oleh Pemegang IUP Eksplorasi,
IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, IUP
Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian,
dan perusahaan jasa pertambangan.
Lampiran III : SMKP
Ruang Lingkup
• Penerapan SMKP Minerba terdiri atas elemen sebagai berikut:
1.Kebijakan;
2.Perencanaan;
3.Organisasi Dan Personel;
4.Implementasi;
5.Pemantauan, Evaluasi, Dan Tindak Lanjut;
6.Dokumentasi; Dan
7.Tinjauan Manajemen Dan Peningkatan Kinerja.
PENERAPAN SMKP
Nendi Rohaendi
Phone. 08172012536 email. nendi@esdm.go.id
106
PERMEN ESDM NO. 38 TAHUN 2014
TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN
BATUBARA
DASAR PERTIMBANGAN SMKP MINERBA
1. SMKP MINERBA
2. KESELAMATAN PERTAMBANGAN
3. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN
4. KESELAMATAN OPERASI PERTAMBANGAN
5. KEPALA TEKNIK TAMBANG
6. PENANGGUNG JAWAB OPERASIONAL (PJO)
7. AUDIT SMKP
PENGERTIAN
SMKP MINERBA
• Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan
Batubara, yang selanjutnya disebut SMKP Minerba, adalah bagian dari
sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko keselamatan pertambangan yang terdiri atas
keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan dan keselamatan
operasi pertambangan.
PENGERTIAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
• Keselamatan Pertambangan adalah segala kegiatan yang meliputi
pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan dan
keselamatan operasional pertambangan.
PENGERTIAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN
A Kebijakan Pasal 6
B Perencanaan Pasal 7
D Implementasi Pasal 9
F Dokumentasi Pasal 11
• Pasal 13.
Penerapan SMKP Minerba dilaksanakan berdasarkan Pedoman Penerapan SMKP
Minerba sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(Audit internal penerapan SMKP sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.)
• Pasal 14.
• Dalam hal terjadi kecelakaan, kejadian berbahaya, penyakit akibat kerja, bencana,
dan/atau dalam rangka kepentingan penilaian kinerja Keselamatan
Pertambangan, KAIT dapat meminta kepada Perusahaan untuk melakukan audit
eksternal penerapan SMKP Minerba.
(Audit eksternal SMKP minerba dilaksanakan oleh lembaga audit independen
terakreditasi dan telah mendapat persetujuan KAIT.)
PEDOMAN PENERAPAN DAN AUDIT SMKP MINERBA
Pasal 15:
• Pelaksanaan audit internal dan/atau audit eksternal penerapan SMKP Minerba
mengacu pada Pedoman Penilaian Penerapan SMKP Minerba sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II.
• Hasil pelaksanaan audit internal dan/atau audit eksternal penerapan SMKP
Minerba wajib disampaikan kepada KAIT dalam jangka waktu paling lambat 14
(empat belas) hari kerja sejak audit internal dan/atau audit eksternal penerapan
SMKP Minerba dinyatakan selesai sesuai dengan Format Laporan Audit
Penerapan SMKP Minerba sebagaimana tercantum dalam Lampiran III.
• Hasil audit SMKP Minerba dasar KAIT menetapkan tingkat penerapan SMKP
mineral.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN SMKP MINERBA
• Pasal 16
1. Direktur Jenderal atas nama Menteri atau gubernur melakukan
pembinaan dan pengawasan penerapan SMKP Minerba sesuai dengan
kewenangannya.
2. Pembinaan dan pengawasan penerapan SMKP Minerba oleh Direktur
Jenderal atas nama Menteri atau gubernur sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh Inspektur Tambang.
• Pasal 17
Gubernur wajib menyampaikan laporan pembinaan dan pengawasan
penerapan SMKP Minerba sesuai dengan kewenangannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal
sekurangkurangnya 1 (satu) kali dalam jangka waktu 1 (satu) tahun.
SANKSI ADMINISTRATIF
• Pasal 22:
• Perusahaan wajib menerapkan SMKP Minerba dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) tahun
sejak berlakunya Peraturan Menteri ini.
• Pasal 23
(1) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan penerapan SMKP Minerba terhadap
Perusahaan yang izinnya diterbitkan oleh bupati/walikota sebelum berlakunya Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini.
(2) Gubernur memberikan sanksi administratif terhadap Perusahaan yang izinnya diterbitkan oleh
bupati/walikota sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
• Pasal 24: Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan yaitu 30 Desember 2014
LAMPIRAN:
PERMEN ESDM NO. 38 TAHUN 2014
TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN
BATUBARA
SMKP MINERBA
Meliputi:
1. Kebijakan
2. Perencanaan
3. Organisasi dan personel
4. Implementasi
5. Evaluasi dan tindak lanjut
6. Dokumentasi
7. Tinjauan manajemen
• Lampiran II : PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMKP MINERBA
• Lampiran III: Pedoman Audit Penerapan SMKP Minerba
IUJP dan SKT
Permen ESDM No. 28 Tahun 2009
dan Perubahanya dengan
Permen ESDM No. 24 Tahun 2012
Pasal 23;
Pemegang IUJP atau SKT Wajib:
h) Melaksanakan ketentuan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
KTT
Permen ESDM
N0.38/2014
PJO SMKP dan
Lampirannya
Keselamatan
Pertambangan
SISTEMMANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA