Anda di halaman 1dari 127

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


REPUBLIK INDONESIA

Dasar Hukum
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Oleh:
NENDI ROHAENDI

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Geologi Mineral dan Batubara


Jln Sudirman 623 Bandung, Jawa Barat
Biodata
• Nama : Nendi Rohaendi M.Sc
• Jabatan :
• 2006 – 2013 Widyaiswara Pertama Good Mining
• 2013 – 2017 Widyaiswara Muda
• 2017 - Skr Widyaiswara Madya
• AHLI K3 MUDA – ASSESOR – NLP
• TTL : Sumedang, 6 Juni 1977
• Pendidikan :S1 - Teknik Geologi – UNPAD
: S2 - Double Degree ITB – ITC Faculty, Twente University
• Kursus : Production Management UG, Japan, 2009 dan Regional
Development and Mining, Perth, Australia, 2013, dan Research
Student di Gifu University, 2015
• Pengalaman Kerja: Widyaiswara: BDTBT – 2005 – 2016, WI PPSDM
Geominerba 2017 - skrg, Dosen Tamu : UNP Padang 2005-2009,
Pasca Sarjana FKM Unair; 2014-2015
• Hp: 0817201536 email: nendis@gmail.com dan nendi.rohaendi
@esdm.go.id
• Alamat : Komp MDL No. 6, Cisaranteun Kulon, Bandung.

2
OUTLINE

Tujuan Pembelajaran:
• Latar Belakang
• Safety Culture VS Safety Management
• Dasar Hukum SMKP
• Karakteristik Pertambangan
• Konsep Akademis
• Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
LATAR BELAKANG
DEFINISI
PERTAMBANGAN
Adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan
dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi,
studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan
dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. (UU no.4 th. 2009)

PENAMBANGAN
Adalah kegiatan yang meliputi penggalian, pemberaian, pemuatan dan pengangkutan
bahan galian yang dilakukan baik secara manual maupun mekanis

Safety Culture VS Safety Management


1%
8%
Whoa! That’s a big number, aren’t you proud?
Apa bedanya?

Sumber : Asosiasi Pengusaha Batubara


Indonesia,2016
FR=
2017: 0.21
2018: 0.14

2017 2018
Minor: 62 Minor: 47
Major: 80 Major: 53
Fatal: 11 Fatal: 17

SR:=
2017: 124.57
https://modi.minerba.esdm.go.id/pimpinan/kecelakaanTambang
2018: 125.73
TUJUAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN

1. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan


Pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral dan Batubara
2. Pelaksanaan Keselamatan Operasi Pertambangan dan Pengolahan
dan/atau Pemurnian Mineral dan Batubara
Membangun Budaya Keselamatan Kerja
Building Safety Culture?

Budaya Keselamatan Pertambangan adalah penyesuaian antara aspek-aspek budaya


keselamatan pertambangan yang saling berbeda serta berperannya masing-masing
aspek tersebut sesuai dengan posisinya menjadi satu kesatuan yg utuh atau bulat
sehingga mencapai suatu keserasian dalam pengelolaan keselamatan pertambangan.

13
PENGELOLAAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN

• Mining is a hazardous operation and consists of considerable


environmental, health and safety risk to miners. (Chu et all, 2017)
• Stellman and McCann (1998) contend that although the mining
industry only accounts for 1% of the global workforce, it is
responsible for about 8% of the fatal accidents at work (Abbasi,
2018).
• Safety regulations are political efforts to protect people from injuries
and death caused by sudden exposure to a hazard or risk (Swedlow,
2014).

14
Apakah Filosofi atau Falsafah K3?
• Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam
menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya
pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di
lingkungan tempat kerjanya.
• Bila semua potensi bahaya telah dikendalikan dan memenuhi
batas standar aman, maka akan memberikan kontribusi
terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat, dan
proses produksi menjadi lancar, yang pada akhirnya akan
dapat menekan risiko kerugian dan berdampak terhadap
peningkatan produktivitas
Zero Accident
FILOSOFI K3
Menurut International Association of Safety Professional, Filosofi K3 terbagi
menjadi 8 filosofi yaitu:
1. Safety is an ethical responsibility.
2. Safety is a culture, not a program.
3. Management is responsible.
4. Employee must be trained to work safety.
5. Safety is a condition of employment.
6. All injuries are preventable.
7. Safety program must be site specific.
8. Safety is good business.
Keselamatan Pertambangan
Dirjen ESDM

KAIT:
1. Direktur Teknik ESDM
2. Ka Dinas Tambang Propinsi

Site Director /
KTT Inspektur Tambang

HSE Mgr

• Keputusan Dirjen
GSDM No.
0228.K/40/DJG/200 Kepala Divisi / Kepala Divisi / Kepala Tambang Kepala
3 tentang WKTT WKTT Bawah Tanah Kapal Keruk
Kompetensi
Pengawas Ka Dept PJO PJO PJO
Operasional
• Permen No. 43 PENGAWAS OPERASIONAL MADYA (POM)
tahun 2016
tentang SKKK
PENGAWAS OPERASIONAL DAN PENGAWAS TEKNIS (POP)
Pengawas
Operasional
Peran Posisi Manajemen
Manajemen Puncak Manajemen Menengah Pengawas Garis Depan
Menetapkan kebijakan, Mengintepretasikan kebijakan top Memimpin dan mengawasi pekerja
standar, prosedur, program manajemen dan menyampaikan ke mencapai produksi dengan aman.
kerja pengawas
Membuat rencana strategis Mengelola penerapan Program di Melakukan tugas teknis (inspeksi, safety
perusahaan bagian tanggung jawabnya meeting, JSA, Investigasi, observasi, dsb)
Menetapkan tujuan Memastikan tersedianya Mengajari keterampilan teknis kepada
perusahaan sumberdaya bagi pengawas dan pekerja (LOTO, P2H, memakai APD,
pekerja melakukan tugasnya memakai JSA, melakukan confined space,
dsb)
Menyediakan sumberdaya Mencapai target produksi bagian Memotivasi pekerja, melakukan apresiasi,
yang dibutuhkan untuk yang dipimpinnya menghentikan unsafe acts dan unsafe
mencapai tujuan perusahaan condition

Berkomunikasi dengan pihak Bekerjasama dengan bagian lain Menjadi penghubung pekerja dan
luar seperti pemerintah, dari perusahaan manajemen
client, media, dsb

Bertanggung jawab kepada Bertanggung jawab kepada Bertanggung jawab kepada Manajemen
BOD Manajemen Puncak Menengah 18
Konsep dan Ruang Lingkup Unit Kompetensi POP dan POM

1. Tugas dan Tanggung Jawab Keselamatan 1. Melaksanakan Tugas dan Tanggung Jawab sebagai Pengawas
Pertambangan Operasional Madya (POM)

2. Peraturan Keselamatan Pertambangan 2. Mengelola Keselamatan Pertambangan

3. Peraturan Lingkungan Pertambangan 3. Mengelola Lingkungan Pertambangan

4. Pertemuan Keselamatan Terencana 4. Mengelola Keadaan Darurat Pertambangan

5. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko 5. Melaksanakan Upaya Penerapan Konservasi Mineral dan
Batubara
6. Job Safety Analysis
6. Mengelola Penerapan Kaidah Teknis Pertambangan Mineral
7. Inspeksi Keselamatan
dan Batubara
8. Investigasi Kecelakaan
7. Mengawasi Kegiatan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan
Batubara
8. Mengawasi Standardisasi Pertambangan Mineral dan
Batubara
Permen No. 43 tahun 2016
Kegiatan K3 Pengawas

Dwi Pujiarso, 2018

20
Konsep K3

Konsep pekerjaan

Sumber: Dwi Pudjiarso, Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia, 2016


21
Peran dan Tanggung Jawab K3
STRUKTURAL FUNGSIONAL ANTAR DEPARTEMEN
(Masuk di Job Description) (Dengan surat penunjukan) (Standar Tertulis)
General Manager Kepala Teknik Tambang Security Department
Deputy General Manager Wakil Kepala Teknik Tambang HR Department
Anggota Steering Committee Training Department
General Superintendent Anggota Crisis Management Road Maintenance
Team Department
Superintendent Anggota Taskforce Medical Services
Supervisor Anggota Crisis Management Engineering Department
Team
Leader HSE Representative Purchasing Department
Karyawan Senior Sukarelawan Fire and Rescue Public Affars Department
Karyawan Fire Warden Corporate Communication
Karyawan Junior First Aider
HSE Department
Helper
Sumber: Dwi Pudjiarso, Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia, 2016
Safety Culture Maturity (Kedewasaan Budaya Keselamatan)

Avoidance Compliance Values


Driven Driven Driven

K3 K3 K3 K3 K3 K3
Beban Tuntutan Prioritas Tujuan Nilai Siapa
hidup kita

Sumber: Dwi Pudjiarso, Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia, 2016


Safety Culture Maturity

GENERATIVE Safety inherent in the


Value driven
heart and mind
of the organisation

PROACTIVE People Driven Safety


(Independent-Interdependent
Continuous Improvement Safety Actively Managed
)
Driven with Workforce
System Managed Safety
(Dependency)
CALCULATIVE Systems managing
System Driven
health and safety risks

REACTIVE Avoidance Driven


Basic Systems
No Systematic
for managing loss
Management of Safety
PATHOLOGICAL Not Driven No Systematic Management

Sumber: Zakaria, 2018


Mapping
Tinggi

KEMAMPUAN RENDAH KEMAMPUAN TINGGI


KEMAUAN TINGGI KEMAUAN TINGGI

MAU

KEMAMPUAN RENDAH KEMAMPUAN TINGGI


KEMAUAN RENDAH KEMAUAAN RENDAH

Rendah
Tinggi
MAMPU

Sumber: Dwi Pudjiarso, Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia, 2016


Dasar Hukum SMKP
LATAR BELAKANG SMKP
Karakteristik
Pertambangan:
Dasar hukum: Padat Modal
UU. No. 1 tahun 1970 Padat Teknologi
UU No. 13 tahun 2003 Risiko Besar & Spesifik
UU No. 4 tahun 2009 Dinamis (Hazard dan
PP No. 19 tahun 1973 Risiko Berpindah)
Konsep Akademis:
PP No. 55 tahun 2010
PP No. 50 tahun 2012
SMK3 Membangun
Budaya K3
Kepmen PE No. 555.K tahun 1995
(Kepmen 1827 K/30/MEM/2018)

Sistem
manajemen
keselamatan
pertambangan
(SMKP)
THE DEVELOPMENT OF INDONESIA’S MINING REGULATORY
FRAMEWORK (Devi et al, 2013)
• The Dutch colonial period
• Indische Mijnwet, 1899
• Mijn Ordonnantie, 1907
• Veiligheidsreglement tahun 1910 (Stbl. No.406).
• Mijn Politie Regimen, 1930
• The Post-colonial period (1945-1966)
• The New Order period (1966-1998)
• UU No. 11 tahun 1967
• PP NOMOR 32 TH 1969 ttg Pelaksanaan UU No. 11 thn 1967
• PP NOMOR 75 TH 2001 perubahan kedua PP No. 32 thn 1969
• The reform and regional autonomy period (1998 – today).
• UU No. 4 tahun 2009
• PP No. 22 Tahun 2010
• PP No. 23 Tahun 2010
• PP No. 55 Tahun 2010
• PP No. 78 Tahun 2010
TAP MPR RI NOMOR III/MPR/2000
tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Perundang-undangan

UUD 1945

TAP MPR RI

Undang-Undang

PERPU Surat Menteri


Kehakiman & HAM
Peraturan Pemerintah (PP) NO. M.U.M.01.06-27
tanggal 23 –02-02
KEPPRES
KEPMEN
PERDA

29
DASAR HUKUM SMKP MINERBA
UUD 1945 Pasal 27 UUD 1945 Pasal 33
(2) (2&3)

UU Keselamatan Kerja UU Ketenagakerjaan UU Minerba UU. 4/2009


UU. No.1/1970 UU.No. 13/2003 Pasal 96 & 141
Pasal 86 & 87

PP Penerapan SMK3 PP Binwas Minerba PP.


PP. No. 50/2012 No.55/2010 Pasal 16, 26,
Pasal 4(2) & 19 27

PP Keselamatan Kerja
Tambang PP. No. 19/1973

SMKP Permen ESDM No. Kepmen PE No.


38 Thn. 2014 555.K/26/MPE/1995

Permen No. 26 tahun 2018 tentang Kaidah


Permen
Pelaksanaan No. 26
Kaidah Teknik Tahun 2018
Pertambangan Yang Baik
dan
KEPMENPengawasan
ESDM Pertambangan
1827 Minerba
K/3/MEM/2018
KEPMEN ESDM 1827 K/3/MEM/2018
Tentang Pedoman
Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pelaksanaan Kaidah
Kaidah Teknik
Pertambangan yang Baik
Teknik Pertambangan yang Baik
PERUBAHAN PERATUTAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Kepmen Permen
555/1995 11/2018

Permen Kepmen Juknis Dirjen


26/2018 1827/2018 Minerba

Permen
38/2014

31
UU No.4 Th 2009
MPR NOMOR 341 LN 1930
UU No. 11 Tahun 1967

UUD 1945 AMANAH


Pasal 33 (2 & 3)
PERATURAN
UU Minerba
UU No.4 /2009 PERTAMBANGAN
Pasal 96 & 141 TERKAIT
PP Binwas Minerba SMKP
PP No.55 /2010
Pasal 16, 26 & 27

SMKP KEPMEN ESDM 1827 K/3/MEM/2018


Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah
02/09/2015 Teknik Pertambangan yang Baik
UU NO. 4 TAHUN 2009
•Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik, pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan:
a. ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan ;
b. keselamatan operasi pertambangan
Pasal 96 c. pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan pascatambang;
d. upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara;
e. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk padat, cair, atau gas
sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media lingkungan

• 1) Menteri melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha


pertambangan yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya.
• 2) Menteri dapat melimpahkan kepada gubernur untuk melakukan pengawasan terhadap
Pasal 140 penyelenggaraan kewenangan pengelolaan di bidang usaha pertambangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/ kota.
• 3) Menteri, gubernur, dan bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan
pengawasan atas
pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh pemegang IUP, IPR, atau IUPK.

Pasal 141 • f. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;


g. keselamatan operasi pertambangan;
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010
• Pasal 13: (2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan yang dilakukan oleh pemegang IUP, IPR, atau IUPK.

• Pasal 16: f. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;


g, keselamatan operasi pertarnbangan;

• Pasal 26: (1) Pengawasan keselamatan dan kesehatan ke pertambangan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf f terdiri atas:
a. keselamatan kerja;
b. kesehatan kerja;
c. lingkungan kerja; dan
d. sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010
K3 PERTAMBANGAN Pasal 26
Menghindari Kecelakaan dan
Penyakit Akibat Kerja

KESELAMATAN KERJA: KESEHATAN KERJA: LINGKUNGAN KERJA: SMK3:


- Manajemen Risiko -Ergonomic -Debu -Kebijakan
- Manajemen Keadaan Darurat -Higienis dan Sanitasi -Kebisingan -Perencanaan
- Administrasi -Program -Getaran -Implementasi
- Program -Pengelolaan Makan, -Pencahayaan -Evaluasi dan TL
- Diklat Minum, dan Gizi -Udara -Tinjauan Manajemen
- Inspeksi -Diagnosis Penyakit -Ventilasi
- Penyelidikan -Faktor Kimia
-Radiasi
-Faktor Biologi
-Kebersihan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010

KO Pertambangan (Pasal 27):


Terciptanya kegiatan operasi
pertambangan yang aman dan
selamat.

Kelayakan Evaluasi
Sistem dan Pelaksanaan Sarana, Kompetensi Laporan Hasil
Pemeliharaan/Perawatan Pengamanan Prasarana,
Sarana, Prasarana,
Instalasi dan Peralatan Instalasi Tenaga Teknik Kajian Teknis
Pertambangan
Instalasi, dan Pertambangan
Peralatan
Pertambangan
UU No. 13 Tahun 2003
Amanah Peraturan Ketenagakerjaan Terkait SMKP
• Pasal 27 (2). Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
UUD 1945

• Pasal 86 (1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a. keselamatan dan kesehatan
kerja;
Pasal 87: (1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
UU No. 13
tahun 2003 terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

• Pasal 4 : (1) Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, sebagai pedoman perusahaan dalam menerapkan SMK3.
(2) Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan pedoman penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PP No. 50 • Pasal 19 (1) Instansi pembina sektor usaha dapat melakukan pengawasan SMK3 terhadap pelaksanaan penerapan SMK3 yang dikembangkan
Tahun 2012 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Permen
ESDM No. • Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
38 tahun
2014
(Kepmen
1827/2018)
UU No. 13 Tahun 2003

Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak
untuk memperoleh perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan Pasal 87
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat (1) Setiap perusahaan wajib menerapkan
dan martabat manusia serta nilai-nilai sistem manajemen keselamatan dan
agama. kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
(2) Untuk melindungi keselamatan sistem manajemen perusahaan.
pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja.
PP No. 50 Tahun 2012
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 4:
(1) Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, sebagai
pedoman perusahaan dalam menerapkan SMK3.
(2) Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan pedoman penerapan SMK3
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 5:
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi perusahaan: a.
mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau b. mempunyai
tingkat potensi bahaya tinggi.
(3) Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan Pemerintah
ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat memperhatikan
konvensi atau standar internasional.
PP No. 50 Tahun 2012
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

• Pasal 16
(1) Penilaian penerapan SMK3 dilakukan oleh lembaga audit independen
yang ditunjuk oleh Menteri atas permohonan perusahaan.
(2) Untuk perusahaan yang memiliki potensi bahaya tinggi wajib melakukan
penilaian penerapan SMK3 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• (Penjelasan Pasal 16 Ayat 2: Yang dimaksud dengan perusahaan yang
memiliki potensi bahaya tinggi antara lain perusahaan yang bergerak di
bidang pertambangan, minyak dan gas bumi)
• Pasal 19:
(1) Instansi pembina sektor usaha dapat melakukan pengawasan SMK3
terhadap pelaksanaan penerapan SMK3 yang dikembangkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
UU No. 1 Tahun 1970
VR. 1910 Stbl No.406
Amanah Peraturan Keselamatan Kerja Terkait SMKP

• Pasal 27 (2). Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan


UUD 1945 penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

UU No. 1 • UU Keselamatan Kerja


tahun 1970

• PP tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang


PP No. 19
Tahun 1973 Pertambangan

Permen • Sistem Manajemen Keselamatan


ESDM No.
38 tahun
Pertambangan
2014
UU No. 1 Tahun 1970

Setiap tenaga kerja berhak


mendapat perlindungan Setiap orang lainnya yang berada
keselamatan dlm melakukan di tempat kerja perlu terjamin
pekerjaan untuk pula keselamatannya;
kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta
produktivitas Nasional;

Setiap sumber produksi perlu Pembinaan norma-norma itu perlu


dipakai dan dipergunakan diwujudkan dalam UU yg memuat
secara aman dan effisien; ketentuan umum tentang K2 yg sesuai
dgn perkembangan masyarakat,
industrialisasi, teknik & teknologi.
42
UU No. 1 Tahun 1970

• Keselamatan Kerja dalam segala tempat kerja


Pasal 2 (darat, dalam tanah, dalam air maupun
udara) di dalam wilayah hukum RI

Ruang • (e) tempat dilakukan usaha pertambangan &


pengolahan emas, perak, logam atau bijih
logam lainnya , batu-batuan, gas, minyak atau
Lingkup mineral lainnya, baik dipermukaan atau di
dalam bumi, maupun di dasar perairan.

43
UU No. 1 Tahun 1970

Pasal 3 • Mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya


peledakan, dan memadamkan kebakaran

Syarat- • Kesempatan penyelamatan pada waktu


kebakaran atau kejadian berbahaya yang
lainnya.
Syarat • Memberi pertolongan pada kecelakaan
• Mencegah dan mengendalikan penyakit akibat
K2 kerja. Dll

44
UU No. 1 Tahun 1970

• Pemeriksaan Kesehatan mental dan pisik pekerja yg akan


Pasal 8 Pengurus diterima/dipindah tugaskan
Wajib • Secara berkala pada Dokter yg ditunjuk Pengusaha
• Pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan
melakukanPengasP perundangan

Pasal 9 – (1) • Kondisi dan bahaya dalam tempat kerja


Pengurus Wajib • Pengaman & alat pelindung dlm tpt kerja
Menunjukan & • APD bagi pekerja itu sendiri
Menjelaskan: • Cara-cara & sikap aman dalam bewerja

45
UU No. 1 Tahun 1970

• menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada


di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan
pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan
Pasal 9 Pengurus diwajibkan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan.

• tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang


dipimpinnya,
Pasal 11 Pengurus Wajib
Melaporkan: • Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh
pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan
perundangan.
UU No. 1 Tahun 1970

• Memberi Keterangan yg benar


Pasal 12: • Memakai & Mentaati Semua Syarat K3
• Memenuhi & Mentaati Semua Syarat K3
Kewajiban dan Hak • Meminta Pengurus agar Semua Syarat K3 Dilaksanakan
Tenaga Kerja • Menyatakan Keberatan Kerja apabila; Syarat K3 & APD diragukan,
kecuali Hal Khusus Oleh Pengawas, & Dapat dipertanggung jawabkan

Pasal 13
• Wajib mentaati semua petunjuk K2 & memakai APD yang diwajibkan
Kewajiban Bila
Masuk Tempat Kerja
47
PP No. 19 Tahun 1973
PP tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan

• Pertambangan penting bagi ekonomi nasional & pertahanan negara. Sehingga perlu diatur
lebih lanjut tentang pengawasan K3 di bidang pertambangan umum sebagaimana
disebutkan dlm Psl 16 UU No.: 44 Prp. Th 1960 & Psl 29 UU No.: 11 Th 1967.
• UU No.: 1 Th 1970 mengatur K2 secara umum termasuk bidang pertambangan yg menjadi
tugas dan tanggung jawab Menakertransko
• Untuk memperlancar usaha pertambangan yang merupakan proses yang terus menerus,
butuh peralatan khusus dan menghadapi kemungkinan bahaya & kecelakaan yang begitu
besar dan khas. Maka perlu pengawasan K2 yg lebih effisien dan effektif
• Dep. Pertambangan punya Personil & Peralatan Khusus untuk Pengawasan K3
Pertambangan
PP No. 19 Tahun 1973
Pasal 1:
Pengaturan K2 Pertambangan dalam UU No. 44 Prp. Th 1960, UU No. 11 Th 1967, UU
No. 1 Th 1970 dilakukan Oleh Menteri Pertambangan
Pasal 2 :
Pengawasan K2 bidang Pertambangan oleh Menteri Pertambangan berpedoman kepada
UU No 1 Th 1970 serta Peraturan Pelaksanaannya
Pasal 3:
Menteri Pertambangan mengangkat Pejabat Pengawas K2 Kerja sama dengan Pejabat K2
Depnakertransko
Pasal 4:
Menteri Pertambangan secara berkala melaporkan pelaksanaan Pengawasan
dimaksud Pasal 1, 2, & 3 kepada Menakertransko
Pasal 5 :
PP 19 Th 1973 tidak berlaku utk Ketel Uap sebagaimana dimaksud Stoom Ordonantie
1930 ( Sblt. 1930 Nomor 225).
KARAKTERISTIK PERTAMBANGAN DAN KONSEP AKADEMIS
KARAKTERISTIK PERTAMBANGAN
Karakteristik Pertambangan Kementerian ESDM PP No. 19 Tahun 1973

• Padat Modal dan Teknologi • Memiliki personel khusus • Menteri ESDM melakukan
• Risiko Besar dan Spesifik • Memiliki peralatan khusus pengawasan atas K3 dalam bidang
• Peralatan Khusus pertambangan kecuali untuk ketel
uap.
• Dinamis (Hazard dan Risiko
Berpindah)

Tambang Terbuka Tambang Bawah Tanah

Lepas Pantai (Kapal Keruk) Tambang Hidrolis


Kuari
KARAKTERISTIK PERTAMBANGAN

1. Rencana kerja dan anggaran keselamatan pertambangan dalam RKTTL


dan RKAB
2. Kepala teknik tambang, Kepala Tambang Bawah Tanah, Kepala Kapal
Keruk, dan Penanggungjawab operasional.
3. Pengawas operasional dan teknik
4. Personel khusus pertambangan
5. Pengelolaan keselamatan operasi pertambangan
6. Bahan peledak dan peledakan
7. Penyelidikan kecelakaan, kejadian berbahaya, dan penyakit akibat kerja
8. Diklat pekerja dan pengawas, buku tambang, dan buku kecelakaan
9. Keselamatan di luar pekerjaan.
Konsep Good Mining Practice
❑ Good Mining Practice adalah seluruh proses yang dilalui dari awal sampai
akhir harus dilakukan dengan baik dengan mengikuti standar yang telah
ditetapkan, mengikuti norma dan peraturan yang berlaku sehingga dapat
mencapai tujuan pertambangan dengan efisien.

❑ Kaidah teknis dan Tata kelola Pertambangan yang baik.

❑ Pengawas Operasional VS Good Mining Practice


KONSEP AKADEMIS
Historical Path From Safety Engineering To Culture Change

CC
E3
E3 BB
E1
E1 E2
E1 E2

(E1) (E2) (CC)


Education E3 BB Culture
Engineering E1 E2 Change
E1 E2

(E2) (BB)
Enforcement Behaviour-based

Simon and Leik, 1999, SK Poon, 2003


Behavior-Based Safety vs Hierarchy of Control of Hazards

Behavior-Based Safety Hierarchy of Health & Safety Controls


1. The belief that worker behavior is the precursor to 1. Elimination or substitution
safety or injury
2. Implementation must be achieved through training 2. Engineering controls
(lots!)
3. High participation is critical for success 3. Warnings
4. Management commitment to the process is essential 4. Training and
5. Behavior is objective and can be observed Procedures/Administrative controls
6. Unsafe or at-risk behavior can be objectively measured
5. Personal Protective Equipment
7. Improving safe behavior and minimizing at-risk
behaviors reduces injuries

• SK Poon, 2003
Resume
• Di bawah BINWAS ESDM
• Berkiblat pada UU-1/1970, PP No. 19 tahun 1973,
Kepmen-555/1995, SMKP Minerba-38/2014
(Permen No. 26 tahun 2018, Kepmen 1827
K/30/MEM/2018), UU Minerba No.4/2009, PP No.
55 Tahun 2010, UU No. 13 tahun 2013, PP. No. 10
tahun 2012
• Dipimpin oleh seorang KTT
• KTT dibantu oleh pengawas operasional dan
pengawas teknis
• Kontraktor dipimpin oleh PJO
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Looking from outside….
STANDAR DI DUNIA

ILO OSH
BS 8800
SMK3 2001

AS/NZS
VPP OSHA
4801:2001

OHSAS
18001: Perusahaan ISRS
2007

Aposho
Safety
Standar
Map
2000

SA 8000 DR 96311
PERJALANAN PENYUSUNAN SMKP

Era Baru Finalisasi dan


Pertemuan KTT Permohonan Masukan Pertemuan KTT
Peraturan Pemberlakukan
Tahun 2010 dan Tanggapan Tahun 2012
Pertambangan SMKP
Finalisasi
Surat Direktur Teknik dan SMKP dan
Terbitnya: Merumuskan: Lingkungan Mineral dan Pembentukan Penerbitan
Batubara selaku Kepala
UU 4/2009 Elemen dan Tim Finalisasi Permen
Inspektur Tambang No.
dan Sub Elemen 4207/37.04/DBT/2010 Draft SMKP ESDM
PP 55/2010 SMKP tanggal 20 Desember 2010 tentang
2010 Penerapan
SMKP

Terbitnya PP 50/2012 PP 19/1973

Penerapan SMK3 Kekhususan


Secara Nasional Pertambangan &
Kewenangan
ESDM
DEFINISI DAN RUANG LINGKUP SMKP

Bagian dari sistem manajemen


perusahaan secara keseluruhan dalam
rangka pengendalian risiko yang Perbaikan Berkesinambungan
berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif.
(PP 50 / 2012, Pasal 1 angka 1)
PERENCANAAN
KEBIJAKAN 1. Penelaahan Awal
TINJAUAN 1. Penyusunan Kebijakan 2. Manajemen Risiko
MANAJEMEN 2. Isi Kebijakan 3. Identifikasi dan Pemenuhan
Tinjauan Manajemen 3. Penetapan Kebijakan Peraturan Perundangan dan
4. Komunikasi Kebijakan Persyaratan Lainnya yang Relevan
5. Tinjauan Kebijakan 4. Tujuan, Sasaran, dan Program
DOKUMENTASI 5. Rencana Kerja dan Anggran
Keselamatan Pertambangan
1.Manual SMKP Dalam RKTTL dan RKAB

SIKLUS
2.Pengendalian Dokumen
3.Pengendalian Rekaman
4. Jenis Dokumen dan

SMKP
Rekaman
ORGANISASI & PERSONIL
1. Struktur Organisasi, Tanggung Jawab &
Wewenang
2. Kepala Teknik Tambang, Kepala Tambang

EVALUASI DAN IMPLEMENTASI Bawah Tanah, Kepala Kapal Keruk,


3. Penunjukan PJO
1. Pengelolaan Operasional
TINDAK LANJUT 2. Pengelolaan Lingkungan Kerja
4. Bagian K3 dan KO
1. Pemantauan dan Pengukuran 5. Pengawas Operasional dan Teknik
3. Pengelolaan Kesehatan Kerja
Kinerja 4. Pengelolaan Keselamatan Operasi 6. Tenaga Teknik Khusus Pertambangan
2. Inspeksi Keselamatan Pertbg Pertambangan 7. Komite Keselamatan Pertambangan (KP)
3. Evaluasi Pemenuhan/ Kepatuhan 5. Bahan Peledak dan Peledakan 8. Tim Tanggap Darurat
Peraturan Perundangan
6. Sistem Perancangan (Design) dan 9. Seleksi dan Penempatan Personel
4. Penyelidikan Kecelakaan, Rekayasa 10. Diklat dan Kompetensi
Kejadian Berbahaya, dan
Penyakit Akibat Kerja 7. Sistem Pembelian 11. Komunikasi Keselamatan Pertambangan
5. Evaluasi Administasi KP 8. Pengelolaan Perusahaan Jasa Pertbgn 12. Administrasi Keselamatan Pertambangan
6. Audit Internal SMKP 9. Pengelolaan Keadaan Darurat 13. Partisipasi, Konsultasi, Motivasi, dan
7. Tindak Lanjut Ketidaksesuaiaan 10. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kesadaran
02/09/2015 11. Keselamatan di Luar Pekerjaan
9 BAB Ketentuan Pelaksanaan

BAB III
BAB II
BAB I

BAB IV
Pelaksanaan Pengawasaan
Umum Kaidah Teknik Tata Kelola Penyelenggaraa
Pertambangan Pengusahaan n Pengelolaan
Yang Baik Pertambanga Usaha
n Mineral dan Pertambangan
Batubara

Pengawasan Sanksi Ketentuan Ketentuan Ketentuan


Bab V

Bab VI

Bab IX
Bab VII

Bab VIII
Terhadap Administratif lain-lain Peralihan Penutup
Kegiatan
Usaha
Pertambangan

PERMEN ESDM NO. 26 TAHUN 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Minerba
GOOD MINING PRACTICE
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 3 ayat 3 Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 3 ayat 4

Kaidah teknik pertambangan yang baik; Tata kelola pengusahaan pertambangan

a. teknis pertambangan; a. pemasaran;

b. konservasi Mineral dan Batubara;


b. keuangan;
c. pengelolaan data;
c. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
d. pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi;
d. keselamatan operasi pertambangan;
e. pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan;
e. pengelolaan lingkungan hidup pertambangan,
f. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
Reklamasi, dan Pascatambang, serta Pascaoperasi; setempat;
dan g. kegiatan lain di bidang Usaha Pertambangan yang
f. pemanfaatan teknologi, kemampuan rekayasa, menyangkut kepentingan umum;
rancang bangun, pengembangan, dan penerapan h. pelaksanaan kegiatan sesuai dengan IUP atau IUPK;
dan
teknologi pertambangan.
i. jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan.
64
Tenaga Teknis Pertambangan

Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 7:


(1) Dalam pelaksanaan kaidah teknik pertambangan yang baik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a, pemegang IUP
Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan IUPK Operasi
Produksi wajib:
a. mengangkat KTT sebagai pemimpin tertinggi di lapangan untuk
mendapatkan pengesahan dari KaIT; dan
b. memiliki tenaga teknis pertambangan yang berkompeten sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Permen ESDM No. 43 Tahun 2016 Penetapan


dan Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja
Khusus Pengawas Operasional Minerba
65
Pengelolaan Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara
• Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Bab II Bagian Ketiga Pengelolaan
Keselamatan Pertambangan dan Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian
Mineral dan Batubara
• Paragraf 1: Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Keselamatan Operasi Pertambangan
Mineral dan Batubara (Pasal 14 dan 15)
• Paragraf 2: Pengelolaan Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian (Pasal 16 dan 17)
• Paragraf 3: Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (Pasal 18 dan 19)

66
Pelaksanaan Keselamatan Kerja Pertambangan
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (a)

program
keselamatan
kerja yang
meliputi pendidikan pencegahan
pencegahan administrasi manajemen inspeksi
manajemen dan pelatihan dan
terjadinya keselamatan keadaan keselamatan
risiko; kecelakaan, keselamatan penyelidikan
kerja; darurat; kerja; dan
kebakaran, dan kerja; kecelakaan;
kejadian lain
yang
berbahaya;

67
Pengelolaan Kesehatan Kerja
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (b)

Program kesehatan pekerja/buruh,

higienis dan sanitasi,

ergonomis,

pengelolaan makanan, minuman, dan gizi pekerja/buruh, dan/atau

diagnosis danpemeriksaan penyakit akibat kerja;

68
Pengelolaan Lingkungan Kerja

Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (c)

• peraturan perusahaan, pengukuran, penilaian, dan pengendalian terhadap


kondisi lingkungan kerja meliputi:
• Pengelolaan debu
• Pengelolaan getaran
• Pengelolaan pencahayaan
• Pengelolaan kuantitas dan kualitas udara kerja
• Pengelolaan iklim kerja
• Pengelolaan radiasi
• Pengelolaan faktor kimia
• Pengelolaan faktor biologi
• Pengelolaan kebersihan lingkungan kerja
69
Pengelolaan Keselamatan Operasi Pertambangan
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 5

a. sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan
b. pengamanan instalasi;
c. tenaga teknis bidang keselamatan operasi yang kompeten;
d. kelayakan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan dengan melaksanakan uji dan pemeliharaan
kelayakan;
e. evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan;
f. keselamatan bahan peledak dan peledakan;
g. keselamatan fasilitas pertambangan;
h. keselamatan Eksplorasi;
i. keselamatan tambang permukaan;
j. keselamatan tambang bawah tanah; dan
k. keselamatan kapal keruk/isap.
l. Keselamatan pengolahan dan/atau pemurnian (Pasal 16)

70
71
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Minerba
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 18 dan 19

(1) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi,


I.
IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi,
kebijakan;
dan IUP Operasi Produksi khusus untuk VII.
pengolahan dan/atau pemurnian wajib tinjauan II.
manajemen
menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
perencana
an;
pertambangan peningkatan
kinerja.

(2) Sistem manajemen keselamatan pertambangan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi
elemen: VI.
III.
organisasi
dokumenta
dan
si; dan
personel;

V.
pemantaua IV.
n, evaluasi, implement
dan tindak asi;
lanjut; 72
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Minerba
(3) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi
Produksi, dan IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian wajib
melakukan audit internal penerapan sistem manajemen keselamatan pertambangan paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

(4) Dalam hal terjadi kecelakaan, kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga
kerja, penyakit akibat kerja, bencana, dan/atau untuk kepentingan penilaian kinerja
keselamatan pertambangan, KaIT dapat meminta kepada Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK
Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, dan IUP Operasi Produksi khusus
untuk pengolahan dan/atau pemurnian untuk melakukan audit eksternal penerapan sistem
manajemen keselamatan pertambangan.

(5) Audit eksternal penerapan sistem manajemen keselamatan pertambangan sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan oleh lembaga audit independent yang terakreditasi
dan telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Pasal 19: Menteri menetapkan pedoman pelaksanaan sistem manajemen keselamatan
pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.
RESUME ASPEK PELAKSANAAN PENERAPAN KAIDAH PERTAMBANGAN YANG BAIK

IUP Eksplorasi, IUP Operasi Pemegang IUP Operasi Produksi


Produksi, IUPK Eksplorasi dan IUPK khusus untuk Pengolahan dan/atau IUJP
Operasi Produksi Pemurnian
a.teknis pertambangan; a.teknis kegiatan Pengolahan a.upaya pengelolaan lingkungan
b.konservasi Mineral dan Batubara; dan/atau Pemurnian; hidup, keselamatan
c.keselamatan dan kesehatan kerja b.keselamatan Pengolahan pertambangan, konservasi
pertambangan; dan/atau Pemurnian; Mineral dan Batubara, dan teknis
c.pengelolaan lingkungan hidup pertambangan sesuai dengan
d.keselamatan operasi
dan pascaoperasi; dan bidang usahanya; dan
pertambangan;
d.konservasi Mineral dan Batubara. b.kewajiban untuk mengangkat
e.pengelolaan lingkungan hidup
penanggung jawab operasional
pertambangan, Reklamasi, dan
sebagai pemimpin tertinggi di
Pascatambang, serta
lapangan.
Pascaoperasi; dan
f. pemanfaatan teknologi,
kemampuan rekayasa, rancang
bangun, pengembangan, dan
penerapan teknologi
pertambangan.
74
KEPMEN ESDM 1827 K/3/MEM/2018
Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik
• Lampiran I: pedoman permohonan, evaluasi, dan/atau pengesahan kepala teknik tambang, penanggung
jawab teknik dan lingkungan, kepala tambang bawah tanah, pengawas operasional, pengawas teknis,
dan/atau penanggung jawab operasional;
• Lampiran II: pedoman pengelolaan teknis pertambangan;
• Lampiran III: pedoman pelaksanaan keselamatan pertambangan dan keselamatan pengolahan dan/atau
pemurnian mineral dan batubara;
• Lampiran IV: Pedoman penerapan sistem manajemen keselamatan pertambangan mineral dan batubara;
• Lampiran V: Pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan mineral dan batubara;
• Lampiran VI: Pedoman pelaksanaan reklamasi dan pascatambang serta pascaoperasi pada kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara;
• Lampiran VII: Pedoman pelaksanaan konservasi mineral dan batubara;
• Lampiran VIII: Pedoman kaidah teknik usaha jasa pertambangan dan evaluasi kaidah teknik usaha jasa
pertambangan.
Lampiran I: Pedoman KTT, PTL, KTBT, PO, PT, PJO
KEPMEN ESDM 1827 K/3/MEM/2018
Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik

Tugas dan Tanggung Jawab KTT atau PTL


• j. menerapkan sistem manajemen keselamatan pertambangan dan
melakukan pengawasan penerapan sistem manajemen keselamatan
pertambangan yang dilaksanakan oleh perusahaan jasa pertambangan yang
bekerja di wilayah tanggung jawabnya;
• q. menyampaikan laporan audit internal penerapan sistem manajemen
keselamatan pertambangan mineral dan batubara;
77
Lampiran II : Pedoman Teknis Pertambangan
Sarana, Prasarana, Instalasi, dan Peralatan Pertambangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
• Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan.
• Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek).
• Instalasi adalah perangkat peralatan teknik beserta perlengkapannya
yang dipasang pada posisinya dan siap dipergunakan (generator,
mesin diesel, bangunan pabrik, dan sebagainya).
• Peralatan adalah benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu:
perkakas; perabot(an)
Lampiran II : Pedoman Teknis Pertambangan
Sarana dan Prasarana Pertambangan
Sarana dan Prasarana Pertambangan antara lain stockpile, fasilitas
penampungan air tambang, fasilitas penampungan sisa hasil pengolahan
dan/atau pemurnian, bangunan perkantoran, perumahan karyawan,
perbengkelan, fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian, fasilitas
penyimpanan sementara limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3),
fasilitas penyimpanan bahan bakar cair, pembangkit tenaga listrik,
fasilitas penyimpanan material B3, pelabuhan, fasilitas penyimpanan,
fasilitas peribadatan, fasilitas pembibitan, fasilitas pengangkutan, dan
sejenisnya.
Lampiran III : SMKP

Ruang Lingkup
• Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan
Batubara (SMKP Minerba) yang terdiri atas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Pertambangan dan Keselamatan Operasi
(KO) Pertambangan, diterapkan oleh Pemegang IUP Eksplorasi,
IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, IUP
Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian,
dan perusahaan jasa pertambangan.
Lampiran III : SMKP
Ruang Lingkup
• Penerapan SMKP Minerba terdiri atas elemen sebagai berikut:
1.Kebijakan;
2.Perencanaan;
3.Organisasi Dan Personel;
4.Implementasi;
5.Pemantauan, Evaluasi, Dan Tindak Lanjut;
6.Dokumentasi; Dan
7.Tinjauan Manajemen Dan Peningkatan Kinerja.
PENERAPAN SMKP

• PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN


PADA PEMEGANG IUP EKSPLORASI, IUPK EKSPLORASI, IUP
OPERASI PRODUKSI, IUPK OPERASI PRODUKSI DAN PERUSAHAAN
JASA PERTAMBANGAN
• PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
KHUSUS PADA PEMEGANG IUP OPERASI PRODUKSI KHUSUS
UNTUK PENGOLAHAN DAN/ATAU PEMURNIAN
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
PERTAMBANGAN PADA PEMEGANG IUP EKSPLORASI, IUPK
EKSPLORASI, IUP OPERASI PRODUKSI, IUPK OPERASI
PRODUKSI DAN PERUSAHAAN JASA PERTAMBANGAN
1. Kebijakan
Dalam elemen kebijakan, Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, dan
Perusahaan Jasa Pertambangan mengikuti prinsip dasar sebagai berikut:
a. Penyusunan kebijakan
• Dalam penyusunan kebijakan, mempertimbangkan hasil tinjauan awal dan masukan dari para pekerja tambang.
b. Isi kebijakan
• 1) mencakup visi, misi, dan tujuan; dan
• 2) berkomitmen dalam melaksanakan K3 dan KO Pertambangan.
c. Penetapan kebijakan
• Disahkan oleh pimpinan tertinggi dari pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi
Produksi atau perusahaan jasa pertambangan.
d. Komunikasi kebijakan
• Hasil dari penetapan kebijakan, dilakukan dokumentasi secara teratur serta dijelaskan dan disebarluaskan kepada
pekerja tambang dan orang yang diberi izin masuk oleh Kepala Teknik Tambang (KTT).
e. Tinjauan kebijakan
• Dalam hal peninjauan oleh manajemen maka dilakukan penyesuaian kondisi secara berkala terhadap kebijakan
keselamatan pertambangan yang telah ditetapkan
2. Perencanaan
Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, dan perusahaan jasa pertambangan dalam menyusun
perencanaan keselamatan pertambangan berpedoman pada:
a. hasil proses penelaahan awal yang mencakup:
1) sistematika bisnis proses dan interaksi proses;
2) penyesuaian terhadap ketentuan peraturan perundangundangan dan standar; dan
3) peninjauan terhadap kebijakan Keselamatan Pertambangan.
b. Manajemen risiko
• Proses manajemen risiko meliputi 5 (lima) kegiatan yang terdiri atas komunikasi dan konsultasi risiko, penetapan konteks risiko, identifikasi
bahaya dan penilaian risiko, pengendalian risiko, serta pemantauan dan peninjauan.
c. Identifikasi dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait.
d. Penetapan tujuan, sasaran, dan program yang meliputi:
1) pembuatan, penetapan, penerapan, dan pemeliharaan, serta pendokumentasian tujuan, sasaran, dan program Keselamatan Pertambangan
dan selaras dengan kebijakan serta dapat diukur; dan
2) tujuan, sasaran, dan program Keselamatan Pertambangan ditetapkan dan disahkan oleh Komite Keselamatan Pertambangan.
e. Rencana kerja, anggaran, dan biaya
• Melakukan penetapan rencana kerja, anggaran, dan biaya aspek Keselamatan Pertambangan yang mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal
atas nama Menteri atau Gubernur sesuai kewenangannya
3. Organisasi dan Personel
• Dalam elemen organisasi dan personel mengikuti pedoman sebagai berikut:
a. penyusunan dan penetapan struktur organisasi, tugas, tanggung jawab, dan wewenang dengan ketentuan untuk penerapan
SMKP Minerba, struktur organisasi Keselamatan Pertambangan diintegrasikan ke dalam struktur organisasi;
b. penunjukan KTT, Kepala Tambang Bawah Tanah, dan/atau Kepala Kapal Keruk/Isap;
c. penunjukan PJO untuk Perusahaan Jasa Pertambangan;
d. pembentukan dan penetapan Bagian K3 Pertambangan dan Bagian KO Pertambangan;
e. penunjukan pengawas operasional dan pengawas teknis;
f. penunjukan Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten;
g. pembentukan dan penetapan Komite Keselamatan Pertambangan;
h. penunjukan Tim Tanggap Darurat;
i. seleksi dan penempatan personel;
j. penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta kompetensi kerja;
k. penyusunan, penetapan, dan penerapan komunikasi Keselamatan Pertambangan;
l. pengelolaan administrasi Keselamatan Pertambangan; dan
m. penyusunan, penerapan, dan pendokumentasian partisipasi, konsultasi, motivasi, dan kesadaran.
4. Implementasi
Dalam melaksanakan implementasi atas pemenuhan kegiatan Pertambangan meliputi:
a. pelaksanaan pengelolaan operasional;
b. pelaksanaan pengelolaan lingkungan kerja;
c. pelaksanaan pengelolaan kesehatan kerja;
d. pelaksanaan pengelolaan KO pertambangan;
e. pengelolaan bahan peledak dan peledakan;
f. penetapan sistem perancangan dan rekayasa;
g. penetapan sistem pembelian;
h. pemantauan dan pengelolaan perusahaan jasa pertambangan;
i. pengelolaan keadaan darurat;
j. penyediaan dan penyiapan pertolongan pertama pada kecelakaan; dan
k. pelaksanaan keselamatan di luar pekerjaan.
5. Pemantauan, Evaluasi, dan Tindak Lanjut
Untuk mengukur keberhasilan SMKP Minerba maka perlu melakukan
pemantauan, evaluasi dan melaksanakan tindak lanjut atas hasil evaluasi
terhadap rencana dan penerapan SMKP Minerba tersebut, serta
mendokumentasikannya. Dalam hal ini berpedoman pada:
a. pemantauan dan pengukuran kinerja;
b. inspeksi pelaksanaan keselamatan pertambangan;
c. evaluasi kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan dan
persyaratan lainnya yang terkait;
d. hasil laporan dari penyelidikan kecelakaan, kejadian berbahaya, kejadian akibat
penyakit tenaga kerja, dan data rekaman penyakit akibat kerja;
e. evaluasi pengelolaan administrasi keselamatan pertambangan;
f. audit internal penerapan SMKP Minerba; dan
g. rencana perbaikan dan tindak lanjut.
6. Dokumentasi
Dalam elemen dokumentasi, Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK
Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, dan
Perusahaan Jasa Pertambangan melaksanakan hal sebagai berikut:
a. penyusunan manual SMKP Minerba;
b. pengendalian dokumen;
c. pengendalian rekaman; dan
d. penetapan jenis dokumen dan rekaman.
7. Tinjauan Manajemen dan Peningkatan Kinerja
Untuk menilai peningkatan dan kebutuhan akan perubahan
terhadap SMKP Minerba dilakukan:
a. tinjauan hasil dari tindak lanjut rencana perbaikan dapat
digunakan dasar bagi manajemen, dalam penentuan kebijakan
atas proses peningkatan kinerja keselamatan pertambangan;
b. tinjauan manajemen dipimpin oleh manajemen tertinggi
pemegang izin; dan
c. dilakukan secara berkala paling kurang 1 (satu) tahun sekali dan
hasilnya didokumentasikan.
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN KHUSUS
PADA PEMEGANG IUP OPERASI PRODUKSI KHUSUS UNTUK PENGOLAHAN
DAN/ATAU PEMURNIAN
1. Kebijakan
Dalam elemen kebijakan, pemegang IUP Operasi Produksi Khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian
mengikuti prinsip dasar sebagai berikut:
a. penyusunan kebijakan
• Dalam penyusunan kebijakan, mempertimbangkan hasil tinjauan awal dan masukan dari para pekerja.
b. isi kebijakan
1) mencakup visi, misi, dan tujuan; dan
2) berkomitmen dalam melaksanakan K3 dan KO Pengolahan dan/atau Pemurnian.
c. penetapan kebijakan
• Disahkan oleh pimpinan tertinggi dari pemegang IUP Operasi Produksi Khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian.
d. komunikasi kebijakan
• Hasil dari penetapan kebijakan, dilakukan dokumentasi secara teratur serta dijelaskan dan
disebarluaskan kepada pekerja dan orang yang diberi izin masuk oleh Penanggungjawab Teknik dan
Lingkungan (PTL).
e. tinjauan kebijakan
• Dalam hal peninjauan oleh manajemen, maka dilakukan penyesuaian kondisi secara berkala terhadap
kebijakan keselamatan pengolahan dan/atau pemurnian yang telah ditetapkan.
2. Perencanaan
Pemegang IUP Operasi Produksi Khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian dalam menyusun perencanaan keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian
berpedoman pada:
a. hasil proses penelaahan awal yang mencakup:
1) sistematika bisnis proses dan interaksi proses;
2) penyesuaian terhadap ketentuan peraturan perundangundangan dan standar; dan
3) peninjauan terhadap kebijakan Keselamatan Pengolahan dan/atau pemurnian.
b. manajemen risiko.
• Proses manajemen risiko meliputi 5 (lima) kegiatan terdiri atas komunikasi dan konsultasi risiko, penetapan konteks risiko, identifikasi bahaya dan
penilaian risiko, pengendalian risiko, serta pemantauan dan peninjauan.
c. identifikasi dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait.
d. penetapan tujuan, sasaran, dan program
1) pembuatan, penetapan, penerapan, dan pemeliharaan, serta pendokumentasian tujuan, sasaran, dan program Keselamatan Pengolahan dan/atau
Pemurnian dan selaras dengan kebijakan serta dapat diukur; dan
2) tujuan, sasaran, dan program Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian ditetapkan dan disahkan oleh Komite Keselamatan Pengolahan dan/atau
Pemurnian.
e. rencana kerja, anggaran dan biaya.
• Melakukan penetapan rencana kerja, anggaran, dan biaya aspek Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian, yang mendapat persetujuan dari Direktur
Jenderal atas nama Menteri atau gubernur sesuai kewenangannya.
3. Organisasi dan Personel
Dalam elemen organisasi dan personel mengikuti pedoman sebagai berikut:
a. penyusunan dan penetapan struktur organisasi, tugas, tanggung jawab, dan wewenang. Untuk penerapan SMKP khusus
Pengolahan dan/atau Pemurnian, struktur organisasi Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian diintegrasikan dalam
struktur organisasi.
b. penunjukan PTL;
c. penunjukan PJO untuk perusahaan jasa pada kegiatan pengolahan dan/atau pemurnian;
d. pembentukan dan penetapan Bagian K3 Pengolahan dan/atau Pemurnian dan Bagian KO Pengolahan dan/atau Pemurnian;
e. penunjukan pengawas operasional dan pengawas teknis;
f. penunjukan Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten bidang pengolahan dan/atau pemurnian;
g. pembentukan dan penetapan Komite Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian;
h. penunjukan Tim Tanggap Darurat;
i. seleksi dan penempatan personel;
j. penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta kompetensi kerja;
k. penyusunan, penetapan, dan penerapan komunikasi Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian;
l. pengelolaan administrasi Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian; dan
m. penyusunan, penerapan, dan pendokumentasian partisipasi, konsultasi, motivasi, dan kesadaran.
4. Implementasi
Dalam melaksanakan implementasi atas pemenuhan kegiatan Pengolahan
dan/atau Pemurnian berdasarkan perencanaan,meliputi:
a. pelaksanaan pengelolaan operasional;
b. pelaksanaan pengelolaan lingkungan kerja;
c. pelaksanaan pengelolaan kesehatan kerja;
d. pelaksanaan pengelolaan KO Pengolahan dan/atau Pemurnian;
e. penetapan sistem perancangan dan rekayasa;
f. penetapan sistem pembelian;
g. pengelolaan keadaan darurat;
h. penyediaan dan penyiapan pertolongan pertama pada kecelakaan; dan
i. pelaksanaan keselamatan di luar pekerjaan.
5. Pemantauan, Evaluasi, dan Tindak Lanjut
Untuk mengukur keberhasilan SMKP maka pemegang IUP Operasi Produksi Khusus
untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian melakukan pemantauan, evaluasi, dan
melaksanakan tindak lanjut atas hasil evaluasi terhadap rencana dan penerapan SMKP
khusus Pengolahan dan/atau Pemurnian tersebut, serta mendokumentasikannya. Dalam
hal ini berpedoman pada:
a. pemantauan dan pengukuran kinerja;
b. inspeksi pelaksanaan keselamatan pengolahan dan/atau pemurnian;
c. evaluasi kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan dan
persyaratan lainnya yang terkait;
d. hasil laporan dari penyelidikan kecelakaan, kejadian berbahaya, kejadian akibat
penyakit tenaga kerja, dan data rekaman penyakit akibat kerja;
e. evaluasi pengelolaan administrasi keselamatan pengolahan dan/atau pemurnian;
f. audit internal penerapan SMKP khusus Pengolahan dan/atau Pemurnian; dan
g. rencana perbaikan dan tindak lanjut.
6. Dokumentasi
Dalam elemen dokumentasi, Pemegang IUP Operasi Produksi Khusus
untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian melaksanakan hal sebagai
berikut:
a. penyusunan manual SMKP;
b. pengendalian dokumen;
c. pengendalian rekaman; dan
d. penetapan jenis dokumen dan rekaman.
7. Tinjauan Manajemen dan Peningkatan Kinerja
Untuk menilai peningkatan dan kebutuhan akan perubahan
terhadap SMKP khusus Pengolahan dan/atau Pemurnian dilakukan:
a. tinjauan hasil dari tindak lanjut rencana perbaikan.
Dapat digunakan dasar bagi manajemen, dalam penentuan
kebijakan atas proses peningkatan kinerja Keselamatan Pengolahan
dan/atau Pemurnian
b. tinjauan manajemen dipimpin oleh manajemen tertinggi
perusahaan pemegang izin; dan
c. dilakukan secara berkala dan hasilnya didokumentasikan.
AUDIT SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
PERTAMBANGAN (SMKP)
Sebagai pengukuran kinerja dan pencapaian penerapan SMKP,
maka perlu dilakukan audit pencapaian tingkat penerapan SMKP
tersebut. Pada kegiatan audit ini dibagi menjadi:
1. audit internal, audit yang dilakukan oleh internal perusahaan; dan
2. audit eksternal, audit yang dilakukan oleh lembaga yang telah
ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Proses pelaksanaan audit internal dan eksternal, menggunakan skema yang
mengacu pada standar:
1. permulaan audit:
a) penentuan kelayakan audit;
b) penunjukan ketua tim audit;
c) pemilihan tim audit;
d) penetapan tujuan, ruang lingkup dan kriteria audit; dan
e) pelaksanaan kontak awal dengan audit.
2. pelaksanaan tinjauan dokumen:
a) peninjauan dokumen sistem manajemen; dan
b) penentuan kecukupan dokumen terhadap kriteria audit.
3. persiapan untuk kegiatan audit lapangan:
a) penyiapan rencana audit;
b) penugasan tim audit; dan
c) penyiapan dokumen kerja.
4. pelaksanaan kegiatan audit lapangan:
a) pelaksanaan rapat pembukaan;
b) komunikasi selama audit;
c) tugas dan tanggung jawab pemandu dan pengamat;
d) pengumpulan dan verifikasi informasi;
e) perumusan temuan audit;
f) penyiapan kesimpulan audit; dan
g) pelaksanaan rapat penutupan.
5. penyiapan, pengesahan dan penyampaian laporan audit:
a) penyiapan laporan audit; dan
b) pengesahan dan penyampaian laporan audit.
6. penyelesaian audit; dan
7. pelaksanaan tindak lanjut audit
• Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian, penerapan, dan pelaporan
SMKP Minerba, SMKP khusus pada pengolahan dan pemurnian
ditetapkan lebih lanjut dalam petunjuk teknis oleh Direktur Jenderal.
KESIMPULAN
Pesan-Pesan SMKP Minerba:
• Amanat peraturan perundang-undangan
• Satu-satunya standar di Indonesia tentang Sistem Keselamatan Pertambangan
• SMKP wajib hukumnya di Pertambangan Minerba
• Kesetaraan – sejajar dengan bangsa/negara di dunia dalam system keselamatan
pertambangan
• Produk kebersamaan anak bangsa
• Perwujudan dari Good Cooperate Government (GCG)
• Produk lokal, harus dilindungi
• Martabat bangsa – Indonesia menjamin keselamatan pekerja
KESIMPULAN
• Taraf hidup bangsa (Masyarakat Pertambangan Indonesia)
• Perlindungan Hak Asasi Manusia ( Kesehatan dan Keselamatan adalah hak
pekerja
• Eksistensi bangsa-bangsa di dunia
• Alat kemandirian bangsa dalam system keselamatan pertambangan
• Kepedulian negara (tahapnya masih harus diperiksa oleh negara, Karena
bisnis belum semuanya memaksa
• Aplikatif – elemen dokumentasi sebagai bagian memudahkan dalam
penerapan SMKP
• Berpartisipasi memelihara keutuhan NKRI
• Nasional; SMKP Minerba dan internasional: SMKP 3814 (MSMS 3814)
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral
Jln. Gatot Subroto, Jakarta

PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA GEOLOGI, MINERAL DAN


BATUBARA
Jln. Sudirman 623, Bandung

Nendi Rohaendi
Phone. 08172012536 email. nendi@esdm.go.id

106
PERMEN ESDM NO. 38 TAHUN 2014
TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN
BATUBARA
DASAR PERTIMBANGAN SMKP MINERBA

a. Memenuhi ketentuan dalam peraturan perundangan-undangan


b. Menjamin pekerja tambang yang selamat dan sehat serta
operasional tambang yang aman, efisien, dan produktif dalam
pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan, perlu menerapkan
system manajemen keselamatan pertambangan mineral dan
batubara.
PENGERTIAN

1. SMKP MINERBA
2. KESELAMATAN PERTAMBANGAN
3. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN
4. KESELAMATAN OPERASI PERTAMBANGAN
5. KEPALA TEKNIK TAMBANG
6. PENANGGUNG JAWAB OPERASIONAL (PJO)
7. AUDIT SMKP
PENGERTIAN
SMKP MINERBA
• Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan
Batubara, yang selanjutnya disebut SMKP Minerba, adalah bagian dari
sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko keselamatan pertambangan yang terdiri atas
keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan dan keselamatan
operasi pertambangan.
PENGERTIAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
• Keselamatan Pertambangan adalah segala kegiatan yang meliputi
pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan dan
keselamatan operasional pertambangan.
PENGERTIAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN

• Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan, yang selanjutnya


disebut K3 Pertambangan, adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi pekerja tambang agar selamat dan sehat melalui
upaya pengelolaan keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan
kerja, dan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
PENGERTIAN
Keselamatan Operasi Pertambangan
• Keselamatan Operasi Pertambangan, yang selanjutnya disebut KO
Pertambangan, adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi operasional tambang yang aman, efisien, dan produktif
melalui upaya, antara lain pengelolaan sistem dan pelaksanaan
pemeliharaan/ perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan, pengamanan instalasi,kelayakan sarana, prasarana
instalasi, dan peralatan pertambangan, kompetensi tenaga teknik,
dan evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan.
PENERAPAN SMKP MINERBA
Pasal 3.
1. Dalam menerapkan SMKP Minerba sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3, Perusahaan Pertambangan wajib memiliki KTT.
2. Dalam menerapkan SMKP Minerba sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3, Perusahaan Jasa Pertambangan wajib memiliki PJO.
Pasal 4
Perusahaan Wajib Menerapkan SMKP Minerba:
A. Perusahaan Pertambangan, yaitu pemegang: IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi Khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian, KK, PKP2B.
B. Perusahaan Jasa Pertambangan, yaitu pemegang: IUJP dan SKT.
PENGERTIAN
Pasal 5. ELEMEN SMKP MINERBA
NO Elemen SMKP Pasal

A Kebijakan Pasal 6

B Perencanaan Pasal 7

C Organisasi dan Personal Pasal 8

D Implementasi Pasal 9

E Evaluasi dan tindak lanjut Pasal 10

F Dokumentasi Pasal 11

G Tinjauan Manajemen Pasal 12


PEDOMAN PENERAPAN DAN AUDIT SMKP MINERBA

• Pasal 13.
Penerapan SMKP Minerba dilaksanakan berdasarkan Pedoman Penerapan SMKP
Minerba sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(Audit internal penerapan SMKP sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.)
• Pasal 14.
• Dalam hal terjadi kecelakaan, kejadian berbahaya, penyakit akibat kerja, bencana,
dan/atau dalam rangka kepentingan penilaian kinerja Keselamatan
Pertambangan, KAIT dapat meminta kepada Perusahaan untuk melakukan audit
eksternal penerapan SMKP Minerba.
(Audit eksternal SMKP minerba dilaksanakan oleh lembaga audit independen
terakreditasi dan telah mendapat persetujuan KAIT.)
PEDOMAN PENERAPAN DAN AUDIT SMKP MINERBA

Pasal 15:
• Pelaksanaan audit internal dan/atau audit eksternal penerapan SMKP Minerba
mengacu pada Pedoman Penilaian Penerapan SMKP Minerba sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II.
• Hasil pelaksanaan audit internal dan/atau audit eksternal penerapan SMKP
Minerba wajib disampaikan kepada KAIT dalam jangka waktu paling lambat 14
(empat belas) hari kerja sejak audit internal dan/atau audit eksternal penerapan
SMKP Minerba dinyatakan selesai sesuai dengan Format Laporan Audit
Penerapan SMKP Minerba sebagaimana tercantum dalam Lampiran III.
• Hasil audit SMKP Minerba dasar KAIT menetapkan tingkat penerapan SMKP
mineral.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN SMKP MINERBA

• Pasal 16
1. Direktur Jenderal atas nama Menteri atau gubernur melakukan
pembinaan dan pengawasan penerapan SMKP Minerba sesuai dengan
kewenangannya.
2. Pembinaan dan pengawasan penerapan SMKP Minerba oleh Direktur
Jenderal atas nama Menteri atau gubernur sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh Inspektur Tambang.
• Pasal 17
Gubernur wajib menyampaikan laporan pembinaan dan pengawasan
penerapan SMKP Minerba sesuai dengan kewenangannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal
sekurangkurangnya 1 (satu) kali dalam jangka waktu 1 (satu) tahun.
SANKSI ADMINISTRATIF

1. Tidak menerapkan SMKP Minerba


2. Tidak punya KTT atau PJO
3. Tidak menerapkan SMKP Minerba sesuai lampiran I
4. Tidak melakukan audit internal dan eksternal
5. Tidak melaksanakan audit sesuai lampiran II
6. Tidak menyampaikan hasil audit ke KAIT

Sanksi admistratif oleh Dirjen dan Gubernur.


SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 19-21
Berupa:
• Peringatan tertulis: 30 hari kalender
• Penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan dikenakan
DJW: 90 hari kalender
• Pencabutan IUP, IUPK, IUP OP Khusus, IUJP, SKT
TUJUAN PENERAPAN SMKP
Pasal 2
a. meningkatkan efektifitas Keselamatan Pertambangan yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
b. mencegah kecelakaan tambang, penyakit akibat kerja, dan kejadian
berbahaya;
c. menciptakan kegiatan operasional tambang yang aman, efisien, dan
produktif; dan
d. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, nyaman, dan efisien
untuk meningkatkan produktivitas.
KETENTUAN PERALIHAN DAN PENUTUP

• Pasal 22:
• Perusahaan wajib menerapkan SMKP Minerba dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) tahun
sejak berlakunya Peraturan Menteri ini.
• Pasal 23
(1) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan penerapan SMKP Minerba terhadap
Perusahaan yang izinnya diterbitkan oleh bupati/walikota sebelum berlakunya Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini.
(2) Gubernur memberikan sanksi administratif terhadap Perusahaan yang izinnya diterbitkan oleh
bupati/walikota sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
• Pasal 24: Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan yaitu 30 Desember 2014
LAMPIRAN:
PERMEN ESDM NO. 38 TAHUN 2014
TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN
BATUBARA
SMKP MINERBA
Meliputi:
1. Kebijakan
2. Perencanaan
3. Organisasi dan personel
4. Implementasi
5. Evaluasi dan tindak lanjut
6. Dokumentasi
7. Tinjauan manajemen
• Lampiran II : PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMKP MINERBA
• Lampiran III: Pedoman Audit Penerapan SMKP Minerba
IUJP dan SKT
Permen ESDM No. 28 Tahun 2009
dan Perubahanya dengan
Permen ESDM No. 24 Tahun 2012

Pasal 23;
Pemegang IUJP atau SKT Wajib:
h) Melaksanakan ketentuan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;

SISTEMMANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA


Penanggung Jawab Operasional (PJO)

Permen ESDM No. 28 Tahun 2009, Pasal 25:


(1) Pelaku Usaha Jasa Pertambangan atau Usaha Jasa
Pertambangan Non Inti wajib mempunyai PJO di lapangan
untuk menjamin aspek teknis pertambangan,

keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan,


lindungan lingkungan pertambangan, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) PJO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertangggung


jawab kepada Kepala Teknik Tambang.

SISTEMMANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA


Pemegang Pemegang
IUP & IUPK IUJP & SKT

KTT
Permen ESDM
N0.38/2014
PJO SMKP dan
Lampirannya

Keselamatan
Pertambangan
SISTEMMANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

Anda mungkin juga menyukai