Anda di halaman 1dari 109

TUGAS DAN TANGGUNG

JAWAB PENGAWAS
OPERASIONAL MADYA

oleh
Nendi Rohaendi

DIKLAT PEMBEKALAN DAN PEMENUHAN UJI KOMPETENSI


PENGAWAS OPERASIONAL MADYA (POM) BAGI PERTAMBANGAN
KENDARI, 5-10 November1 2018
Biodata


Nama : Nendi
Jabatan :
Rohaendi M.Sc Good Mining
• 2005 - KESDM
• 2006 – 2013 Widyaiswara Pertama
• 2013 – 2017 Widyaiswara Muda
• 2017 - Skr Widyaiswara Madya
• AHLI K3 MUDA – ASSESOR – NLP
• TTL : Sumedang, 6 Juni 1977
• Pendidikan : S1 - Teknik Geologi – UNPAD
: S2 - Double Degree ITB – ITC Faculty, Twente University
• Kursus : Production Management UG, Japan, 2009 dan Regional Development
and Mining, Perth, Australia, 2013, dan Research Student di Gifu University,
2015
• Pengalaman Kerja: Widyaiswara: BDTBT – 2005 – 2016, WI PPSDM Geominerba
2017 - skrg, Dosen Tamu : UNP Padang 2005-2009, Pasca Sarjana FKM Unair;
2014-2015
• Hp: 0817201536 email: nendis@gmail.com dan nendi@esdm.go.id
• Alamat : Komp MDL No. 6, Jln. Permata Permai Raya, Cisaranteun Kulon,
Bandung.

2

▫ "At the end of the day, the goals are
simple: safety and security." - Jodi Rell
▫ “Jadikan dirimu sendiri oleh dirimu
sendiri”…AA Boxer.
▫ “Jagalah hati janganlah kotori”. Aa Gym

3
TUJUAN PEMBELAJARAN

Sehingga Pengawas POM:


Sekembali ke lapangan mampu menjalankan akuntabilitas POM, menjalankan
kompetensi POP porsinya sendiri sebagai pengawas POM, dan mengelola
penerapan kompetensi POP, Safety Accountability Program Pengawas
(inspeksi, observasi, safety meeting, investigasi, JSA, dsb) untuk pengawas
yang dipimpinnya.

1. 2.3 4.5.6.7.8 9.
Pendahuluan POM UU/PP/Permen/Kepmen Konsep dan Ruang Lingkup
4
UNIT KOMPETENSI
1. Melaksanakan tanggung jawab sebagai POM
2. Melaksanakan tugas sebagai administrator sesuai
kewajibannya yang telah diatur
3. Melaksanakan prinsip-prinsip Manajemen
Keselamatan Pertambangan dan Pengelolaan
Lingkungan pada kegiatan pertambangan mineral
dan batubara

5
1.
Pendahuluan
Let’s start with the first set of slides
Fungsi, Peranan, Wewenang
Pengawas Operasional?
DEFINISI

• Pengawas adalah Penghubung Antara Pihak Manajemen


Dengan Pekerja/Bawahan

• Kebijakan Perusahaan; Bekerja Seefektif dan Seefisien Mungkin


Untuk Menghasilkan Produksi Yang Tinggi Namun Tetap Aman

• Pengawas; Middle Supervisor Yang Bertanggung Jawab Atas


Ditaatinya Peraturan dan perundang-undangan K3 Di Wilayah
Tanggung Jawabnya
Mengapa pengawas dibutuhkan?

• Pengawas Selalu Berada Di Tempat Kerja/Mengetahui


Lapangan

• Memiliki Kesempatan Untuk Memperbaiki Kondisi Yang Tidak


Aman Dan Tindakan Aman Di Tempat Kerja

• Mengetahui Kasus Kecelakaan Dan Kejadian Berbahaya

• Mengetahui Prosedur Kerja Untuk Menjaga K3


9
DEFINISI

• RESPONSIBILITY (=TANGGUNG JAWAB) :


Keadaan wajib menanggung segala sesuatu (Kamus besar bahasa
Indonesia)

• ACCOUNTABILITY (=KEADAAN UTK DIPERTANGGUNG


JAWABKAN)
Keadaan dapat dimintai pertanggungan jawab (Kamus inggris
Indonesia, John M.Echol dan Hasan Shadily)

• ACCOUNTABILITY : Someone who is accountable is completely


responsible for what they do and must be able to give a statisfactory
reason for it

10
RESPONSIBILITY DAN ACCOUNTABILITY

• RESPONSIBILITY PENGAWAS:
Keadaan/kewajiban yang harus dilaksanakan dan
dipertanggung jawabkan terhadap atasan dan kewajiban
tersebut belum terinci

• ACCOUNTABILITY PENGAWAS:
Keadaan/kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pengawas
dan kewajiban tersebut telah dirinci/didetilkan yang tadinya
tidak dapat dihitung (intangible) menjadi dapat dihitung
(tangible) sehingga kinerja pengawas tersebut dapat dihitung
atau dinilai/diaudit pada waktu tertentu

11
2.
Konsep Pengawas Operasional
Madya
Let’s start with the first set of slides
Tujuan Pelatihan POM

Target Peserta Pelatihan POM:


1. Mendapatkan knowledge dan skill POM untuk posisinya
2. Bisa mengisi formulir APL 01 dan APL 02
3. Bisa menyiapkan Bukti Kerja
4. Bisa lulus kompetensi POM

13
Konsep POP, POM, POU
Pengawas operasional di bidang pertambangan
minerba terdiri atas 3 tingkatan, yaitu:

• PENGAWAS OPERASIONAL PERTAMA (POP)


PENGAWAS OPERASIONAL MADYA (POM)
PENGAWAS OPERASIONAL UTAMA (POU)

15
PERAN POSISI MANAJEMEN
Manajemen Puncak Manajemen Menengah Pengawas Garis Depan
Menetapkan kebijakan, Mengintepretasikan kebijakan top Memimpin dan mengawasi pekerja
standar, prosedur, program manajemen dan menyampaikan ke mencapai produksi dengan aman.
kerja pengawas
Membuat rencana strategis Mengelola penerapan Program di Melakukan tugas teknis (inspeksi, safety
perusahaan bagian tanggung jawabnya meeting, JSA, Investigasi, observasi, dsb)
Menetapkan tujuan Memastikan tersedianya Mengajari keterampilan teknis kepada
perusahaan sumberdaya bagi pengawas dan pekerja (LOTO, P2H, memakai APD,
pekerja melakukan tugasnya memakai JSA, melakukan confined space,
dsb)
Menyediakan sumberdaya Mencapai target produksi bagian Memotivasi pekerja, melakukan apresiasi,
yang dibutuhkan untuk yang dipimpinnya menghentikan unsafe acts dan unsafe
mencapai tujuan perusahaan condition

Berkomunikasi dengan pihak Bekerjasama dengan bagian lain Menjadi penghubung pekerja dan
luar seperti pemerintah, dari perusahaan manajemen
client, media, dsb

Bertanggung jawab kepada Bertanggung jawab kepada Bertanggung jawab kepada Manajemen
BOD Manajemen Puncak Menengah 16
POU
PERAN POSISI MANAJEMEN POP
POM
Manajemen Puncak Manajemen Menengah Pengawas Garis Depan
Menetapkan kebijakan, Mengintepretasikan kebijakan top Memimpin dan mengawasi pekerja
standar, prosedur, program manajemen dan menyampaikan ke mencapai produksi dengan aman.
kerja pengawas
Membuat rencana strategis Mengelola penerapan Program di Melakukan tugas teknis (inspeksi, safety
perusahaan bagian tanggung jawabnya meeting, JSA, Investigasi, observasi, dsb)
Menetapkan tujuan Memastikan tersedianya Mengajari keterampilan teknis kepada
perusahaan sumberdaya bagi pengawas dan pekerja (LOTO, P2H, memakai APD,
pekerja melakukan tugasnya memakai JSA, melakukan confined space,
dsb)
Menyediakan sumberdaya Mencapai target produksi bagian Memotivasi pekerja, melakukan apresiasi,
yang dibutuhkan untuk yang dipimpinnya menghentikan unsafe acts dan unsafe
mencapai tujuan perusahaan condition

Berkomunikasi dengan pihak Bekerjasama dengan bagian lain Menjadi penghubung pekerja dan
luar seperti pemerintah, dari perusahaan manajemen
client, media, dsb

Bertanggung jawab kepada Bertanggung jawab kepada Bertanggung jawab kepada Manajemen 17
BOD Manajemen Puncak Menengah
Teknis Konsep

Pengawas Manajemen Manajemen


Menengah Puncak

PERAN TEKNIS DAN KONSEP


18
OUTPUT PELATIHAN ATAU PEMBEKALAN POM
Peserta:
1. Memahami peran POM untuk posisinya sebagai manajemen menengah untuk
area yang dipimpinnya di perusahaan.
2. Mendapatkan knowledge dan skill menerapkan akuntabilitas POM untuk
posisinya di perusahaan
3. Bisa mengisi formulir APL 01 dan APL 02 dengan benar untuk proses uji
kompetensi POM
4. Bisa menyiapkan Bukti Kerja sesuai peran POM pada posisinya di perusahaan
5. Bisa lulus kompetensi POM
6. Bisa membuat action plan untuk penerapan POM selepas lulus, baik meneruskan
yang sudah berjalan maupun menambahkan aktivitas yang baru diperolehnya
dari pembekalan POM

19
4.
SKKK PENGAWAS
OPERASIONAL
Let’s start with the first set of slides
SKK Khusus Pengawas Operasional

Permen
Permen ESDM UK
EK Bukti
ESDM 42- 43-2016 KUK Kerja
2016
POP-M-U
SKK Khusus Pengawas Operasional

POP POM
KUK - Melaksanakan
Vs
KUK - Membuat
Program, Monitoring
Program
Pelaksanaan Program,
dan Mengevaluasi
Program
SKK Khusus Pengawas Operasional

Permen ESDM 43-2016 PDCA Cycle


Unit Kompetensi POM ISO 45001:2018
Penyusunan SKKK Pengawas Operasional bertujuan untuk:

1. Menyiapkan dan/atau meningkatkan


kompetensi pengawas operasional di
bidang pertambangan mineral dan
batubara
2. Memberikan acuan dalam penerapan
sertifikasi kompetensi kerja khusus
pengawas operasional di bidang
pertambangan mineral dan batubara

Syarat Jabatan:
Sekurang-kurangnya adalah
pemimpin tim.
Competent Person
Dengan mencari, membaca dan menulis Langkah terakhir adalah memastikan bahwa setiap bukti atau
Alur Logis (Sistematika) POM diatas maka portofolio yang dimasukkan dalam setiap unit kompetensi
kita akan mendapatkan pemahaman adalah VATM (Valid, Asli, Terkini , Memadai). Siapkanlah bukti
Ruang Lingkup dari masing-masing Unit atau portofilio sendiri supaya kita bisa menunjukkan dan
Kompetensi – Knowledge Competent ! menjelaskan sendiri dengan terbuka dan lugas kepada assesor.
Sangat penting kita dapat menjelaskan bukti atau portofolio
yang kita bawa – Attitude Competent !

Langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan ruang lingkup diatas sesuai dengan job
desc / peran masing-masing dalam organisasinya ( Operation / Operation Support ) dalam
bentuk SOP Internal yang diwujudkan dalam Program Internal yang memiliki kaidah PDCA (
Plan Do Check Action ). Sebagai contoh dalam Unit kompetensi Lingkungan, seorang
pengawas dalam section Engineering membuat program pengelolaan sampah padat + B3
sesuai dengan SOP internal pengelolaan limbah padat + B3. Bukti yang ditunjukan bisa dalam
bentuk SOP Internal limbah padat +B3 yang telah dikomunikasikan, foto terkait tempat
sampah padat dan B3 dalam section kerjanya, schedule pengamatan/inspeksi untuk evaluasi
25
program, corrective action untuk temuan outstanding. – Skills Competent !
PENGELOLAAN KESELAMATAN
PERTAMBANGAN

Dasar Hukum

Karakteristik Konsep Akademis:


Pertambangan: Pengelolaan
Padat Modal, Keselamatan
Padat Teknologi, Pertambangan,
Risiko Besar dan Membangun
Spesifik, Dinamis Budaya
(Hazard Risiko Keselamatan
Berpindah) Pertambangan.

26
BUDAYA KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Adalah penyesuaian antara aspek-aspek budaya keselamatan
pertambangan yang saling berbeda, serta berperannya masing-masing
aspek tersebut sesuai dengan posisinya, menjadi satu kesatuan yg utuh
atau bulat sehingga mencapai suatu keserasian dalam pengelolaan
keselamatan pertambangan.

27
Historical Path From Safety Engineering To Culture Change

CC
E3
E3 BB
E1
E1 E2
E1 E2

(E1) (E2) (CC)


Education E3 BB Culture
Engineering E1 E2 Change
E1 E2

(E2) (BB)
Enforcement Behaviour-based
• SK Poon, 2007
4.
Konstruksi Hukum
Perundangan Pertambangan
Let’s start with the first set of slides
TAP MPR RI NOMOR III/MPR/2000
tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Perundang-undangan

UUD 1945

TAP MPR RI

Undang-Undang

PERPU Surat Menteri


Kehakiman & HAM
Peraturan Pemerintah (PP) NO. M.U.M.01.06-27
tanggal 23 –02-02
KEPPRES
KEPMEN
PERDA

30
PERTAMBANGAN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NKRI
(UUD 1945, UU NO 4/2009, DAN UU NO. 32/2004 (NO.23/2014))
Kepemilikan
(Mineral Right) BANGSA INDONESIA

Penguasaan NEGARA

PEMERINTAH
• Penetapan Kebijakan dan Pengaturan
• Penetapan Standar dan Pedoman
• Penetapan Kriteria pembagian Urusan Pusat dan Daerah

+ “Dekonsentrasi”
• Tanggungjawab pengelolaan minerba berdampak
nasional dan lintas provinsi

+ “Desentralisasi”

Undang-Undang
Penyelenggaraan
Penguasaan PEMERINTAH PROVINSI
Pertambangan Tanggungjawab pengelolaan lintas
(Mining Right) Kabupaten dan/atau berdampak regional
Perda

PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA


Tanggungjawab pengelolaan di
Wilayah Kabupaten/Kota
Perda

PELAKU USAHA
Hak Pengusahaan ❑ BUMN / BUMD
❑ Badan Usaha Lain
(Economic Right) ❑ Koperasi
❑Perorangan
HIERARKI KONSTRUKSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI
BIDANG MINERAL DAN BATUBARA
UUD 1945 UUD 1945 PASAL 33

UU UU NO 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara

1. PP NO 22 TAHUN 2010 Tentang Wilayah Pertambangan


2. PP NO 23 TAHUN 2010 Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba
PP 3. PP NO 55 TAHUN 2010 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha
Pertambangan Mineral Dan Batubara
4. PP NO 78 TAHUN 2010 Tentang Reklamasi Dan Pascatambang

PERMEN KEPMEN
1. NO.1256.K/03/M.PE/1991 ttg Juknis
1. PERMEN ESDM NO 28 TAHUN 2009 Tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara Pelaksanaan Pengawasan Bahan Galian
sebagaimana telah diubah dengan Permen ESDM Nomor 24 Tahun 2012 Golongan C
2. PERMEN ESDM NO 34 TAHUN 2009 Tentang Pengutamaan Pasokan Kebutuhan Mineral Dan Batubara Untuk
2. NO.2555.K/201/M.PE/1993 tentang Pelaksana
Kepentingan Dalam Negeri Inspeksi Tambang (PIT) Bidang Pertambangan
3. PERMEN ESDM NO 17 TAHUN 2010 Tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral Dan Batubara Umum
4. PERMEN ESDM No 02 Tahun 2013 ttg Pengawasan thp Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan yang
3. NO.555.K/26/M.P3/1995 tentang Keselamatan
dilaksanakan oleh Pemda dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum
5. PERMEN ESDM NO. 28 Tahun 2013 ttg Tata Cara Pelelangan WIUP dan WIUPK Mineral Logam dan Batubara
4. NO.1453.K/29/MEM/2000 Pedoman Teknis
6. PERMEN ESDM NO 43 Tahun 2015 ttg Tata Cara Evaluasi Penerbitan IUP Mineral dan Batubara
Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang
7. PERMEN ESDM NO 38 Tahun 2014 tentang SMKP Pertambangan Umum
8. dll
DASAR HUKUM K3 PERTAMBANGAN MINERBA
UUD 1945 Pasal 27 UUD 1945 Pasal 33
(2) (2&3)

UU No.1/1970 UU No. 13/2003 UU No.4/2009


Keselamatan Kerja Ketenagakerjaan Minerba
Pasal 86 & 87
Pasal 96 & 141

PP No. 50/2012 PP No.55/2010


PP No. 19/1973 Penerapan SMK3 Binwas Minerba
Keselamatan Kerja Pasal 4 (2) & 19 Pasal 16, 26, 27
Tambang

Permen No. 26 tahun 2018:


Permen ESDM No. 38 tentang Pelaksanaan Kaidah Kepmen PE No.
Pertambangan Yang Baik dan 555.K/26/MPE/1995
Thn. 2014: SMKP Pengawasan Pertambangan
Minerba
Permen No. 26 tahun 2018 mencabut:
1. Permen ESDM Nomor 02 Tahun 2013 tentang Pengawasan terhadap
Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan yang Dilaksanakan oleh
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
2. Permen ESDM Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi dan
Pascatambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara;
3. Permen ESDM Nomor 38 Tahun 2014 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan Mineral dan;
4. Kepmen MPE Nomor 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pertambangan Umum;
5. Kepmen Pertambangan dan Energi Nomor 1211.K/008/M.PE/1995 tentang
Pencegahan dan Penganggulangan Perusakan dan Pencemaran Lingkungan
pada Usaha Pertambangan Umum; dan
6. Kepmen ESDM Nomor 1457 K/28/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi.

34
DASAR HUKUM K3 PERTAMBANGAN
UU NOMOR 4 TH 2009 tentang Pertambangan Minerba (Pasal 96, 140, 141)

UU NOMOR 1 TH 1970 tentang Keselamatan Kerja (Menimbang, Ps.2 & 3)

UU NOMOR 13 TH 2003 tentang Ketenagakerjaan (Pasal 86 & 87)

PP NOMOR 32 TH 1969 ttg Pelaksanaan UU No. 11 thn 1967 (Pasal 64 & 65)

PP NOMOR 19 TH 1973 ttg Pengaturan dan Pengawasan KK di Pertambangan (Pasal 1, 2, & 3)

PP NOMOR 75 TH 2001 perubahan kedua PP No. 32 thn 1969 (Pasal 64)

PP NOMOR 55 TH 2010 Pembinaan dan Pengawasan Minerba (Pasal 16, 26, 27)

MPR NOMOR 341 LN 1930

Permen ESDM No. 11 Tahun 2018 tentang Tata cara pemberian wilayah, perizinan, dan pelaporan pada kegiatan usaha pertambangan minerba

Permen ESDM No. 22 Tahun 2018 tentang Perubahan Permen No. 11 Tahun 2018

Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Minerba

Kepmen ESDM No. 1827 Tahun 2018 tentang pedoman pelaksanaan kaidah teknik pertambangan yang baik

35
STANDAR KOMPETENSI PERTAMBANGAN
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018:
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan
Mineral dan Batubara

Kepmen ESDM No. 1827 Tahun 2018:


Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik.

Permen ESDM No. 11 Tahun 2018 Jo Permen ESDM No. 22 Tahun 2018:
Tata cara pemberian wilayah, perizinan, dan pelaporan pada kegiatan usaha
pertambangan minerba

Kepmen ESDM No. 1806 tahun 2018


Pedoman pelaksanaan penyusunan, evaluasi, persetujuan rencana kerja dan
anggaran biaya, serta laporan pada kegiatan usaha pertambangan mineral dan
batubara 36
Sistematika Pembelajaran POM
▫ K3 (Tugas dan Tanggung Jawab POM, Mengelola KP, SMKP Minerba)
▪ Level 1 : PP 55-2010 pasal 26,27
▪ Level 2: Permen ESDM 26-2018 pasal 7 – 19
▪ Level 3: Kepmen ESDM 1827-2018 Lampiran I, III, IV
▫ Teknis Pertambangan
▪ Level 1: PP 55-2010 pasal 21
▪ Level 2: Permen ESDM 26-2018 pasal 12 – 13
▪ Level 3: Kepmen ESDM 1827-2018 Lampiran II
▫ Lingkungan (Mengelola Lingkungan Pertambangan)
▪ Level 1: PP 55-2010 pasal 28 dan PP 78-2010 mengenai Reklamasi
dan Pasca Tambang
▪ Level 2: Permen ESDM 26-2018 pasal 20-23
▪ Level 3: Kepmen ESDM 1827-2018 Lampiran V, VI
▫ Konservasi Minerba
▪ Level 1: PP 55-2010 pasal 25
▪ Level 2: Permen ESDM 26-2018 pasal 24-26
▪ Level 3: Kepmen ESDM 1827-2018 Lampiran VII
▫ Usaha Jasa
▪ Level 1: Permen ESDM 11-2018
▪ Level 2: Permen ESDM 26-2018 pasal 45-38
▪ Level 3: Kepmen ESDM 1827-2018 Lampiran VIII
▫ Standarisasi
▪ Permen ESDM No. 42-2016 dan Permen ESDM No. 43-2016
37
5.
UU No. 4 Th 2009 dan
UU No. 1 Th 1970
UU No. 13 Th 2003
Let’s start with the first set of slides
UU NO. 4 TAHUN 2009
• Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik, pemegang IUP dan IUPK wajib
Pasal melaksanakan:
a. ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan ;
96 b. keselamatan operasi pertambangan

• 1) Menteri melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang


dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
• 2) Menteri dapat melimpahkan kepada gubernur untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Pasal kewenangan pengelolaan di bidang usaha pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/ kota.
140 • 3) Menteri, gubernur, dan bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan atas
pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh pemegang IUP, IPR, atau IUPK.

• Pengawasan yang dimaksud pasal 140 adalah: f. keselamatan


Pasal dan kesehatan kerja pertambangan; g. keselamatan operasi
141 pertambangan;
• Ayat 2: Pengawasan dilakukan oleh Inspektur Tambang
UU NO. 1 TH 1970

Setiap tenaga kerja berhak


mendapat perlindungan Setiap orang lainnya yang berada
keselamatan dlm melakukan di tempat kerja perlu terjamin
pekerjaan untuk pula keselamatannya;
kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta
produktivitas Nasional;

Setiap sumber produksi perlu Pembinaan norma-norma itu perlu


dipakai dan dipergunakan diwujudkan dalam UU yg memuat
secara aman dan effisien; ketentuan umum tentang K2 yg sesuai
dgn perkembangan masyarakat,
industrialisasi, teknik & teknologi.
40
UU NO.1 TH 1970, Lanjutan

• Keselamatan Kerja dalam segala tempat kerja


Pasal 2 (darat, dalam tanah, dalam air maupun
udara) di dalam wilayah hukum RI

Ruang • (e) tempat dilakukan usaha pertambangan &


pengolahan emas, perak, logam atau bijih
logam lainnya , batu-batuan, gas, minyak atau
Lingkup mineral lainnya, baik dipermukaan atau di
dalam bumi, maupun di dasar perairan.

41
UU NO.1 TH 1970, Lanjutan

Pasal 3 • Mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya


peledakan, dan memadamkan kebakaran

Syarat- • Kesempatan penyelamatan pada waktu


kebakaran atau kejadian berbahaya yang
lainnya.
Syarat • Memberi pertolongan pada kecelakaan
• Mencegah dan mengendalikan penyakit akibat
K2 kerja. Dll

42
UU NO.1 TH 1970, Lanjutan

• Pemeriksaan Kesehatan mental dan pisik pekerja yg akan


Pasal 8 Pengurus diterima/dipindah tugaskan
Wajib melakukan • Secara berkala pada Dokter yg ditunjuk Pengusaha
• Pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan perundangan

• Kondisi dan bahaya dalam tempat kerja


Pasal 9 – (1) Pengurus • Pengaman & alat pelindung dlm tpt kerja
Wajib Menunjukan &
Menjelaskan: • APD bagi pekerja itu sendiri
• Cara-cara & sikap aman dalam bekerja

• tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya,


Pasal 11 Pengurus Wajib
• Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai
Melaporkan: termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.

43
UU NO.1 TH 1970, Lanjutan

• Memberi Keterangan yg benar


Pasal 12: • Memakai & Mentaati Semua Syarat K3
• Memenuhi & Mentaati Semua Syarat K3
Kewajiban dan Hak • Meminta Pengurus agar Semua Syarat K3 Dilaksanakan
Tenaga Kerja • Menyatakan Keberatan Kerja apabila; Syarat K3 & APD diragukan,
kecuali Hal Khusus Oleh Pengawas, & Dapat dipertanggung jawabkan

Pasal 13
• Wajib mentaati semua petunjuk K2 & memakai APD yang diwajibkan
Kewajiban Bila
Masuk Tempat Kerja
44
UU NO.1 TH 1970, Lanjutan

Pasal 14 Kewajiban Pengurus


Menempatkan : Syarat Keselamatan yg diwajibkan oleh
UU No.1 th 1970 serta Peraturan
Pelaksanaan yang Berlaku, pada Tempat
yang Strategis
Memasang : Gambar K2 dan bahan pembinaan,
pada Tempat yang Strategis

Menyediakan : Cuma-Cuma, APD bagi karyawan &


Tamu disertai petunjuk yg diperlukan
Sesuai Petunjuk
Pengawas/Ahli Keselamatan Kerja
45
UU No 13 tahun 2003

Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai
hak untuk memperoleh perlindungan
atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan Pasal 87
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan
c. perlakuan yang sesuai dengan
sistem manajemen keselamatan dan
harkat dan martabat manusia serta
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
nilai-nilai agama. sistem manajemen perusahaan.
(2) Untuk melindungi keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan
dan kesehatan kerja.
6.
PP NO. 32 Th 1969,
PP No. 75 Th 2001,
PP No. 19 Th 1973,
PP No. 55 Th 2010
Let’s start with the first set of slides
PP NO. 32 TH 1969

BAB IX PENGAWASAN PERTAMBANGAN


Pasal 64: Tata Usaha, Pengawasan, Pengaturan Keselamatan Kerja, dan
Pelaksanaan Usaha Pertambangan dipusatkan pada Departemen yg Membawahi
Pertambangan
Pasal 65: Cara Pengawasan, Pengaturan Keselamatan Kerja, dan Pelaksanaan
Usaha Pertambangan diatur dengan Peraturan Pemerintah

48
PP NO. 75 TH 2001

Pasal 64 ;
1) Menteri Melakukan Pembinaan & Pengawasan terhadap
Penyelenggaraan Pertambangan yang dilaksanakan oleh
Gubernur, Bupati/Walikota
2) Pembinaan dalam ayat 1 meliputi pemberian pedoman, bimbingan,
pelatihan, arahan, dan supervisi
3) Pengawasan dalam ayat 1 meliputi Keselamatan Pertambangan

49
Karakteristik Pertambangan

Karakteristik
Kementerian ESDM PP No. 19 Tahun 1973
Pertambangan
• Padat Modal dan • Memiliki personel • Menteri ESDM
Teknologi khusus melakukan
• Risiko Besar dan • Memiliki peralatan pengawasan atas K3
Spesifik khusus dalam bidang
• Peralatan Khusus pertambangan
kecuali untuk ketel
• Dinamis (Hazard dan
uap.
Risiko Berpindah)
PP NO. 19 TH 1973

a. Pertambangan penting bagi pembangunan ekonomi nasional &


pertahanan negara. Pengaturan lebih lanjut pengawasan K2 bidang
pertambangan sebagaimana dlm Psl 16 UU No.: 44 Prp. Th 1960 &
Psl 29 UU No. 11 Th 1967;
b. UU No. 1 Th 1970 mengatur K2 secara umum termasuk bidang
pertambangan yg menjadi tugas dan tanggung jawab Menakertransko
c. Usaha pertambangan terus menerus, butuh peralatan khusus, bahaya
& kecelakaan begitu besar dan khas serta perlu pengawasan K2 yg
lebih effisien dan efektif
d. Departemen Pertambangan punya Personil & Peralatan Khusus untuk
Pengawasan K3 Pertambangan 51
PP NO. 19 TH 1973 lanjutan
Pasal 1:
Pengaturan K2 Pertambangan dalam UU No. 44 Prp. Th 1960, UU No. 11 Th
1967, dan PP No.32 Th 1969 dgn ditetapkan UU No. 1 Th 1970 dilakukan Oleh
Menteri Pertambangan
Pasal 2 :
Pengawasan K2 bidang Pertambangan oleh Menteri Pertambangan berpedoman
pada UU.No.1 Tahun 1970 & Peraturan Pelaksanaannya
Pasal 3:
Menteri Pertambangan mengangkat Pejabat Pengawas K2 kerjasama dengan
Pejabat K2 Depnakertransko

52
PP NO. 19 TH 1973 lanjutan

Pasal 4:
Menteri Pertambangan secara berkala melaporkan pelaksanaan
Pengawasan dimaksud Pasal 1, 2, & 3 kepada Menakertransko
Pasal 5 :
PP 19 Th 1973 tidak berlaku utk Ketel Uap sebagaimana dimaksud
Stoom Ordonantie 1930 ( Sblt. 1930 Nomor 225).

53
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010
• Pasal 13: (2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan yang dilakukan oleh pemegang IUP, IPR, atau IUPK.

• Pasal 16: f. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;


g, keselamatan operasi pertarnbangan;

• Pasal 26: (1) Pengawasan keselamatan dan kesehatan ke pertambangan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf f terdiri atas:
a. keselamatan kerja;
b. kesehatan kerja;
c. lingkungan kerja; dan
d. sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010
K3 PERTAMBANGAN Pasal 26:
Menghindari Kecelakaan dan
Penyakit Akibat Kerja.

KESELAMATAN KERJA: KESEHATAN KERJA: LINGKUNGAN KERJA: SMK3:


- Manajemen Risiko -Ergonomic -Debu -Kebijakan
- Manajemen Keadaan Darurat -Higienis dan Sanitasi -Kebisingan -Perencanaan
- Administrasi -Program -Getaran -Implementasi
- Program -Pengelolaan Makan, -Pencahayaan -Evaluasi dan TL
- Diklat Minum, dan Gizi -Udara -Tinjauan Manajemen
- Inspeksi -Diagnosis Penyakit -Ventilasi
- Penyelidikan -Faktor Kimia
-Radiasi
-Faktor Biologi
-Kebersihan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010

KO Pertambangan (Pasal 27):


Terciptanya kegiatan operasi
pertambangan yang aman dan
selamat.

Kelayakan Evaluasi
Sistem dan Pelaksanaan Sarana, Kompetensi Laporan Hasil
Pemeliharaan/Perawatan Pengamanan Prasarana,
Sarana, Prasarana,
Instalasi dan Peralatan Instalasi Tenaga Teknik Kajian Teknis
Pertambangan
Instalasi, dan Pertambangan
Peralatan
Pertambangan
PENGAWASAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN

Hukum & Peraturan Keselamatan


Pertambangan

Perusahaan:
Pemerintah: •Kepala Teknik Tambang
•Organisasi dan Personil Keselamatan Pertambangan
- Kepala Inspektur Tambang •Program Keselamatan Pertambangan
- Inspektur Tambang •Anggaran & Biaya
•Dokumen & Laporan Keselamatan Pertambangan

57
7.
PERMEN ESDM NO 26
TAHUN 2018
Let’s start with the first set of slides
9 BAB Ketentuan Pelaksanaan

BAB I

BAB III
BAB II

BAB IV
Pelaksanaan Pengawasaan
Umum Kaidah Teknik Tata Kelola Penyelenggaraan
Pertambangan Pengusahaan Pengelolaan
Yang Baik Pertambangan Usaha
Mineral dan Pertambangan
Batubara

Pengawasan Sanksi Ketentuan Ketentuan Ketentuan


Bab V

Bab VI

Bab VII

Bab IX
Bab VIII
Terhadap Administratif lain-lain Peralihan Penutup
Kegiatan
Usaha
Pertambangan

PERMEN ESDM NO. 26 TAHUN 2018


Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Minerba
STRUKTUR PERMEN NO. 26 TAHUN 2018

60
STRUKTUR PERMEN NO. 26 TAHUN 2018

61
STRUKTUR PERMEN NO. 26 TAHUN 2018

62
KEPALA INSPEKTUR TAMBANG (KAIT) DAN INSPEKTUR TAMBANG (IT)

• Kepala Inspektur Tambang yang selanjutnya disebut KaIT adalah pejabat yang secara ex
officio menduduki jabatan Direktur yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang
keteknikan dan lingkungan pertambangan mineral dan batubara pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertambangan mineral dan batubara.

• Inspektur Tambang adalah aparatur sipil negara yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kaidah teknik
pertambangan yang baik serta kaidah teknik pengolahan dan/atau pemurnian.

• Pejabat yang Ditunjuk adalah aparatur sipil negara yang diberi tugas, tanggung jawab, dan
wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tata kelola pengusahaan
pertambangan serta tata kelola pengusahaan Pengolahan dan/atau Pemurnian.

Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 Pasal 1 Angka 15, 16, 17


63
KEPALA TEKNIK TAMBANG (KTT), KEPALA TAMBANG BAWAH TANAH DAN
PENANGGUNG JAWAB TEKNIK & LINGKUNGAN (PTL)
• Kepala Teknik Tambang adalah orang yang menduduki jabatan tertinggi di dalam struktur
organisasi Perusahaan Pertambangan di wilayah kegiatan usaha pertambangan yang
bertanggung jawab kepada KAIT atas dilaksanakan dan ditaatinya ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang Keselamatan Pertambangan di wilayah yang menjadi
tanggung jawabnya.
• Kepala Tambang Bawah Tanah yang selanjutnya disingkat KTBT adalah seseorang yang
memiliki posisi tertinggi dalam struktur tambang bawah tanah yang bertugas memimpin
dan bertanggung jawab atas terlaksananya operasional tambang bawah tanah sesuai
dengan kaidah teknik pertambangan yang baik.
• Penanggungjawab Teknik dan Lingkungan adalah seseorang yang memiliki posisi tertinggi
dalam struktur organisasi lapangan yang bertugas memimpin dan bertanggung jawab atas
terlaksananya kegiatan operasional Pengolahan dan/atau Pemurnian sesuai dengan
kaidah teknik pengolahan dan/atau pemurnian.”

Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 Pasal 1 Angka 18, 19, 20


64
KEWAJIBAN PENERAPAN UNTUK IUP, IUP OLAH MURNI, IUJP

• PASAL 3 AYAT 1
• Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan
IUPK Operasi Produksi dalam setiap tahapan kegiatan Usaha
Pertambangan wajib melaksanakan kaidah pertambangan yang baik.
• PASAL 4 AYAT 1
• Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau
pemurnian dalam kegiatan Pengolahan dan/atau Pemurnian wajib
melaksanakan kaidah pertambangan yang baik.
• PASAL 5 AYAT 1
• Pemegang IUJP wajib melaksanakan kaidah pertambangan yang baik
sesuai dengan bidang usahanya.
65
RESUME ASPEK PELAKSANAAN PENERAPAN KAIDAH PERTAMBANGAN
YANG BAIK
IUP Eksplorasi, IUP Operasi Pemegang IUP Operasi Produksi
Produksi, IUPK Eksplorasi dan IUPK khusus untuk Pengolahan dan/atau IUJP
Operasi Produksi Pemurnian
a.teknis pertambangan; a.teknis kegiatan Pengolahan a.upaya pengelolaan lingkungan
b.konservasi Mineral dan Batubara; dan/atau Pemurnian; hidup, keselamatan
c.keselamatan dan kesehatan kerja b.keselamatan Pengolahan pertambangan, konservasi
pertambangan; dan/atau Pemurnian; Mineral dan Batubara, dan teknis
c.pengelolaan lingkungan hidup pertambangan sesuai dengan
d.keselamatan operasi
dan pascaoperasi; dan bidang usahanya; dan
pertambangan;
d.konservasi Mineral dan Batubara. b.kewajiban untuk mengangkat
e.pengelolaan lingkungan hidup
penanggung jawab operasional
pertambangan, Reklamasi, dan
sebagai pemimpin tertinggi di
Pascatambang, serta
lapangan.
Pascaoperasi; dan
f. pemanfaatan teknologi,
kemampuan rekayasa, rancang
bangun, pengembangan, dan
penerapan teknologi
pertambangan.
66
Tenaga Teknis Pertambangan
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 7:
(1) Dalam pelaksanaan kaidah teknik pertambangan yang baik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a, pemegang IUP
Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan IUPK Operasi
Produksi wajib:
a. mengangkat KTT sebagai pemimpin tertinggi di lapangan untuk
mendapatkan pengesahan dari KaIT; dan
b. memiliki tenaga teknis pertambangan yang berkompeten sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

67
• Pasal 14 ayat (1) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi, dan IUPK Operasi Produksi wajib melaksanakan ketentuan
keselamatan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
huruf c dan huruf d.
• Pasal 14 ayat (2) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi, dan IUPK Operasi Produksi dalam melaksanakan ketentuan
keselamatan pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib:
a. menyediakan segala peralatan, perlengkapan, alat pelindung diri,
fasilitas, personil, dan biaya yang diperlukan untuk terlaksananya
ketentuan keselamatan pertambangan; dan
b. membentuk dan menetapkan organisasi bagian keselamatan
pertambangan berdasarkan pertimbangan jumlah pekerja, sifat, atau
luas area kerja.

68
Pengelolaan Keselamatan Pertambangan Mineral
dan Batubara

• Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Bab II Bagian Ketiga Pengelolaan


Keselamatan Pertambangan dan Keselamatan Pengolahan dan/atau
Pemurnian Mineral dan Batubara
• Paragraf 1: Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Keselamatan Operasi
Pertambangan Mineral dan Batubara (Pasal 14 dan 15)
• Paragraf 2: Pengelolaan Keselamatan Pengolahan dan/atau Pemurnian (Pasal
16 dan 17)
• Paragraf 3: Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (Pasal 18 dan 19)

69
Pelaksanaan Keselamatan Kerja Pertambangan
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (a)

program
keselamatan
kerja yang
meliputi pendidikan pencegahan
pencegahan administrasi manajemen inspeksi
manajemen dan pelatihan dan
terjadinya keselamatan keadaan keselamatan
risiko; kecelakaan, keselamatan penyelidikan
kerja; darurat; kerja; dan
kebakaran, dan kerja; kecelakaan;
kejadian lain
yang
berbahaya;

70
Pengelolaan Kesehatan Kerja
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (b)

• Program kesehatan pekerja/buruh,


• higienis dan sanitasi,
• ergonomis,
• pengelolaan makanan, minuman, dan gizi pekerja/buruh, dan/atau
• diagnosis danpemeriksaan penyakit akibat kerja;

71
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (c)

• peraturan perusahaan, pengukuran, penilaian, dan pengendalian


terhadap kondisi lingkungan kerja.

72
Pengelolaan Keselamatan Operasi Pertambangan
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 5

a. sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan
b. pengamanan instalasi;
c. tenaga teknis bidang keselamatan operasi yang kompeten;
d. kelayakan sarana, prasarana instalasi, dan peralatan pertambangan dengan melaksanakan uji dan pemeliharaan
kelayakan;
e. evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan;
f. keselamatan bahan peledak dan peledakan;
g. keselamatan fasilitas pertambangan;
h. keselamatan Eksplorasi;
i. keselamatan tambang permukaan;
j. keselamatan tambang bawah tanah; dan
k. keselamatan kapal keruk/isap.
l. Keselamatan pengolahan dan/atau pemurnian (Pasal 16)

73
74
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Minerba
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 18 dan 19
I.
kebijakan;
VII.
tinjauan II.
manajemen
perencanaa
dan
n;
peningkatan
kinerja.

III.
VI.
organisasi
dokumentas
dan
i; dan
personel;

V.
pemantaua IV.
n, evaluasi, implementa
dan tindak si;
75
lanjut;
SANKSI ADMINISTRATIF
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 50

• Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan


IUPK Operasi Produksi, Pemegang IUJP, Pemegang IPR yang tidak
mematuhi atau melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dikenakan sanksi administratif.
• Sanksi administratif sebagaimana dimaksud berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha; dan/atau
c. pencabutan izin.
• Sanksi administratif sebagaimana dimaksud diberikan oleh Menteri
atau gubernur sesuai dengan kewenangannya.

76
8.
KEPMEN 1827 K/30/MEM/ 2018
Let’s start with the first set of slides
• Lampiran I: pedoman permohonan, evaluasi, dan/atau pengesahan kepala teknik tambang, penanggung jawab
teknik dan lingkungan, kepala tambang bawah tanah, pengawas operasional, pengawas teknis, dan/atau
penanggung jawab operasional;
• Lampiran II: pedoman pengelolaan teknis pertambangan;
• Lampiran III: pedoman pelaksanaan keselamatan pertambangan dan keselamatan pengolahan dan/atau
pemurnian mineral dan batubara;
• Lampiran IV: Pedoman penerapan sistem manajemen keselamatan pertambangan mineral dan batubara;
• Lampiran V: Pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan mineral dan batubara;
• Lampiran VI: Pedoman pelaksanaan reklamasi dan pascatambang serta pascaoperasi pada kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara;
• Lampiran VII: Pedoman pelaksanaan konservasi mineral dan batubara;
• Lampiran VIII: Pedoman kaidah teknik usaha jasa pertambangan dan evaluasi kaidah teknik usaha jasa
pertambangan.

LAMPIRAN
Lampiran I: pedoman permohonan, evaluasi, dan/atau pengesahan kepala teknik tambang, penanggung jawab
teknik dan lingkungan, kepala tambang bawah tanah, pengawas operasional, pengawas teknis, dan/atau
penanggung jawab operasional

• KRITERIA KTT
• KTT Kelas IV
• KTT Kelas III
• KTT Kelas II
• KTT Kelas I

• KRITERIA PTL
• PTL Kelas III
• PTL Kelas II
• PTL Kelas I

79
KRITERIA KTT IV DAN III
• KRITERIA KTT IV
a. untuk pemegang Izin Pertambangan Rakyat (IPR); dan
b. mempunyai sertifikat kualifikasi yang diakui oleh KaIT atau telah mengikuti pendidikan atau bimbingan
teknis terkait penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik.
• KRITERIA KTT III
a. tahapan kegiatan pertambangan: tahap eksplorasi; dan tahap operasi produksi dengan metode
tambang semprot (Hidrolis), tambang bor, tambang terbuka berjenjang tunggal, kuari, dan
kapal keruk, dan/atau kapal isap;
b. jumlah produksi rata-rata: 1) tambang terbuka berjenjang tunggal, untuk batubara kurang dari
atau sama dengan 150 (seratus lima puluh) metrik ton per hari; 2) mineral logam meliputi:
tambang semprot kurang dari atau sama dengan 1 (satu) ton bijih per hari; dan kapal keruk
dan/atau kapal isap dengan menggunakan ponton kurang dari atau sama dengan 1 (satu) ton
bijih per hari; 3) mineral batuan atau mineral bukan logam meliputi: kuari kurang dari atau
sama dengan 250 (dua ratus lima puluh) ton batuan; dan mineral bukan logam dengan
produksi kurang dari atau sama dengan 250 (dua ratus lima puluh) ton perhari;
c. tanpa menggunakan bahan peledak;
d. jumlah pekerja kurang dari atau sama dengan 50 (lima puluh) orang; dan
e. memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional Pertama (POP) atau sertifikat kualifikasi
yang diakui oleh KaIT.
80
Kriteria KTT II
KTT Kelas II memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. tahapan kegiatan pertambangan operasi produksi dengan metode tambang semprot
(Hidrolis), tambang terbuka, kuari, kapal keruk/kapal isap;
b. jumlah produksi rata-rata: 1) tambang terbuka untuk batubara kurang dari atau sama
dengan 500 (lima ratus) metrik ton per hari; 2) mineral logam meliputi: a) tambang
terbuka untuk mineral logam kurang dari atau sama dengan 1.500 (seribu lima ratus)
ton bijih per hari; b) tambang semprot kurang dari atau sama dengan 5 (lima) ton bijih
per hari; dan c) kapal keruk dan/atau kapal isap kurang dari atau sama dengan 5 (lima)
ton bijih per hari; 3) mineral batuan atau mineral bukan logam meliputi: i. kuari
dengan produksi kurang dari atau sama dengan 500 (lima ratus) ton per hari; dan ii.
mineral bukan logam kurang dari atau sama dengan produksi 500 (lima ratus) ton per
hari.
c. jumlah pekerja kurang dari atau sama dengan 200 (dua ratus) orang; dan
d. memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional Madya (POM) atau sertifikat
kualifikasi yang diakui oleh KaIT.

81
Kriteria KTT I
KTT Kelas I memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi: tahap operasi produksi dengan metode
tambang semprot (Hidrolis), tambang terbuka, tambang bawah tanah, kuari, kapal keruk,
dan/atau kapal isap.
b. jumlah produksi rata-rata: 1) tambang terbuka untuk batubara lebih dari 500 (lima ratus)
metrik ton per hari; 2) tambang bawah tanah untuk batubara pada semua kapasitas produksi;
3) mineral logam meliputi: i. tambang semprot lebih dari 5 (lima) ton bijih per hari; ii. tambang
terbuka untuk mineral logam lebih dari 1.500 (seribu lima ratus) ton bijih per hari; iii. tambang
bawah tanah untuk mineral logam pada semua kapasitas produksi; dan iv. kapal keruk
dan/atau kapal isap lebih dari 5 (lima) ton bijih per hari; 4) mineral batuan atau mineral bukan
logam meliputi: i. mineral batuan atau mineral bukan logam dengan produksi lebih dari atau
sama dengan 500 (lima ratus) ton per hari; dan ii. tambang bawah tanah untuk mineral bukan
logam pada semua kapasitas produksi;
c. jumlah pekerja lebih dari 200 (dua ratus) orang; dan
d. memiliki Sertifikat Kompetensi Pengawas Operasional Utama (POU) atau sertifikat kualifikasi
yang diakui oleh KaIT.

82
KRITERIA PTL

83
Kriteria, Tugas, dan Fungsi KTBT

1) KTBT memenuhi kriteria sebagai berikut:


a. memiliki Sertifikat Kompetensi Pengawas Operasional Utama (POU) atau sertifikat
kualifikasi yang diakui oleh KaIT; dan
b. bekerja dalam divisi tambang bawah tanah dan menduduki jabatan tertinggi dalam
divisi tersebut.
2) tugas dan fungsi KTBT:
a. mengatur semua kegiatan dalam operasi penambangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan petunjuk dari KTT;
b. memastikan bahwa dilakukan pencatatan yang teliti terhadap jumlah orang yang
masuk setiap gilir kerja pada tambang bawah tanah;
c. menjamin persediaan dan penyaluran barang kebutuhan pendukung kegiatan tambang
bawah tanah; dan
d. melakukan pemeriksaan terhadap semua administrasi dan bagian-bagian tambang
bawah tanah yang paling kurang sekali dalam 3 (tiga) bulan.

84
KRITERIA KTT UNTUK WARGA NEGARA ASING
a. memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan kelas KTT yang
diajukan atau memiliki Mine Manager Certificate atau sertifikat
sejenis yang diterbitkan oleh negara asal dan diakui oleh KaIT; dan
b. telah mengikuti pendidikan dan pelatihan terkait peraturan
perundang-undangan dan kebijakan mengenai penerapan kaidah
teknik pertambangan yang baik.

Bagi warga negara asing yang sudah disahkan sebagai KTT maka dilanjutkan dengan lulus Uji
Kemahiran Berbahasa Indonesia dengan predikat paling kurang madya dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan.

KaIT dapat membatalkan kembali pengesahan KTT tersebut apabila KTT tersebut belum lulus Uji
Kemahiran Berbahasa Indonesia dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

85
PENGAWAS OPERASIONAL, PENGAWAS TEKNIS, DAN PENANGGUNG
JAWAB OPERASIONAL (PJO),
• Kepmen ESDM No. 1827 Tahun 2018 Lampiran I:
“Pengawas Operasional adalah orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL dan
bertanggung jawab kepada KTT/PTL dalam melaksanakan inspeksi,
pemeriksaan, dan pengujian kegiatan operasional pertambangan di
wilayah yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik pertambangan
yang baik.”
“Pengawas Teknis adalah orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL dan
bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas keselamatan pemasangan,
pemeliharaan, pemeriksaan, dan pengujian terhadap sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan yang menjadi
tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai kaidah teknik pertambangan yang baik.”
86
87
PENGAWAS OPERASIONAL, PENGAWAS TEKNIS, DAN PENANGGUNG
JAWAB OPERASIONAL (PJO),
• Kepmen ESDM No. 1827 Tahun 2018 Lampiran I:
Penanggung Jawab Operasional yang selanjutnya disingkat PJO adalah
orang yang menduduki jabatan tertinggi dalam struktur organisasi
perusahaan jasa pertambangan di wilayah kegiatan usaha pertambangan,
dan bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas dilaksanakan dan ditaatinya
peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik pertambangan
yang baik.

88
PENGAWAS OPERASIONAL

89
PENGESAHAN PENGAWAS OPERASIONAL

90
PENANGGUNG JAWAB OPERASIONAL (PJO)
• “Penanggung Jawab Operasional adalah orang yang menduduki
jabatan tertinggi dalam struktur organisasi Perusahaan Jasa
Pertambangan dalam struktur organisasi perusahaan jasa
pertambangan di wilayah kegiatan usaha pertambangan dan
bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas dilaksanakan dan ditaatinya
peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik
pertambangan yang baik.”

91
PENANGGUNG JAWAB OPERASIONAL (PJO)
Persyaratan Administrasi
a. pekerja perusahaan jasa pertambangan;
b. riwayat hidup calon PJO;
c. memiliki jabatan tertinggi dibuktikan dalam struktur organisasi perusahaan jasa
pertambangan (di site) yang ditandatangani oleh Direksi dengan cap basah;
d. surat pernyataan dukungan dari Direksi Perusahaan jasa pertambangan;
e. surat pernyataan komitmen calon PJO;
f. Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (madya) bagi TKA
Persyaratan Teknis
a. memahami aspek pengelolaan usaha jasa pertambangan;
b. memahami aspek teknis pertambangan, konservasi, keselamatan pertambangan, dan
perlindungan lingkungan;
c. memahami kewajiban dan sanksi usaha jasa pertambangan; dan
d. jenjang sertifikat kompetensi pengawas operasional atau sertifikat kualifikasi yang diakui oleh
KaIT yang ditentukan berdasarkan pertimbangan teknis oleh KTT
92
9.
Konsep dan Ruang Lingkup Unit
Kompetensi POM
Permen ESDM 42-2016 dan 43-2016

Let’s start with the first set of slides


STRATEGI PENGEMBANGAN SDM BERBASIS KOMPETENSI

INDUSTRI

KKNI
SKKNI

DIKLAT
SERTIFIKASI BNSP
LDP PROFESI
KOMPETENSI / LSP
(CBT)

94
Konsep dan Ruang Lingkup Unit Kompetensi POM
1. Melaksanakan Tugas dan Tanggung Jawab sebagai Pengawas Operasional
Madya (POM)
2. Mengelola Keselamatan Pertambangan
3. Mengelola Lingkungan Pertambangan
4. Mengelola Keadaan Darurat Pertambangan
5. Melaksanakan Upaya Penerapan Konservasi Mineral dan Batubara
6. Mengelola Penerapan Kaidah Teknis Pertambangan Mineral dan Batubara
7. Mengawasi Kegiatan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara
8. Mengawasi Standardisasi Pertambangan Mineral dan Batubara
#1 - Tugas Tanggung Jawab Pengawas POM
Konsepnya:
Pengawas POM memiliki tugas dan tanggung jawab posisi middle manajemen
yang membawahi pengawas untuk mengelola (membuat program, merencanakan,
mengorganisir penerapan, memonitor, mengevaluasi, melaporkan atau PDCA)
semua 8 unit kompetensi POM (akuntabilitas POM, keselamatan pertambangan,
lingkungan, teknis penambangan, keadaan darurat, konservasi minerba, serta
pengawasan usaha jasa dan standarisasi keselamatan pertambangan) secara
tersistem.

Sehingga Pengawas POM:


Sekembali ke lapangan mampu menjalankan akuntabilitas POM, menjalankan
kompetensi POP porsinya sendiri sebagai pengawas POM, dan mengelola
penerapan kompetensi POP Program Safety Accountability Penawas (inspeksi,
obsevasi, safety meeting, investigasi, JSA, dsb) untuk pengawas yang dipimpinnya.
96
#2 - Mengelola
Keselamatan Pertambangan
Konsepnya:
Pengelolaan K3 Pertambangan harus meliputi K3 dan KO, dimana K3 meliputi Keselamatan
Kerja, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja sedang KO meliputi Pemeliharaan SPIP yang
mengcover pemeliharaannya, pengamanan instalasinya, pengujian kelayakannya, kajian
teknisnya yang dilakukan oleh tenaga teknis yang berkompeten, dengan memberikan
penekanan pada keselamatan bahan peledak dan peledakan, fasilitas pertambangan,
explorasi, tambang permukaan, tambang bawah tanah, kapal keruk, pemurnian, yang dikelola
dengan konsep PDCA secara tersistem, terintegrasi dengan operasi perusahaan, serta
ditetapkannya peran dan tanggung jawab keselamatan untuk semua level karyawan sesuai
dengan posisinya.
Sehingga Pengawas POM:
Mampu memahami siklus pengembangan program keselamatan, mampu mengelola
implementasi program keselamatan perusahaan (PDCA), membuat program keselamatan
spesifik departemen di mana ia dan timnya bekerja.
97
#3 – Mengelola Lingkungan Pertambangan
Konsepnya:
Kewajiban melakukan pengelolaan semua jenis dampak lingkungan pada semua tahapan
pertambangan perusahaan melalui pencegahan, pemantauan, penanggulangan yang
tersistem dengan dibuatkan program, direncanakan, dijalankan, dimonitor, dilaporkan,
didokumentasikan (PDCA) sesuai rencana pengelolaan dampak lingkungan penambangan yang
telah mendapatkan persetujuan dari pemerintah.

Sehingga Pengawas POM:


Bisa memahami dampak lingkungan tahapan penambangan dari aktivitas departemen di
mana ia dan timnya bekerja, mengelola program penanggulangan lingkungan hidup wajib dari
perusahaan serta program penanggulangan lingkungan hidup khusus untuk departemen di
mana ia dan timnya bekerja.

98
#4 – Mengelola Keadaan Darurat
Konsepnya:
Pengelolaan program keadaan darurat yang mengikuti siklus 5 tahapan yang meliputi semua
area operasi perusahaan, yang mengcover semua jenis darurat yang mengancam jiwa
manusia, melalui sistem pelaporan 24 jam sehari lewat nomor emergency yang
bercommand center atau selalu ada yang mengangkat dan tidak pernah ada nomor sibuk,
tersistem, ada eskalasi dari respon darurat oleh karyawan, fire rescue dan manajemen, yang
mendapatkan pelatihan, mengikuti drill, dan yang dievaluasi secara berkala.

Sehingga Pengawas POM:


Mampu mengelola program keadaan darurat area tanggung jawabnya, baik dalam
kapasitas menjadi bagian dari program keadaan darurat perusahaan maupun dalam
lingkup program keadaan darurat gedung atau tempat kerja teamnya sendiri.

99
#5 - Penerapan Konservasi Mineral dan Batubara
Konsepnya:
Kewajiban melakukan pengelolaan konservasi (penghematan dan
pemanfaatan maksimal) mineral dan batubara di setiap tahapan
aktivitas penambangan sejak eksplorasi sampai paska tambang secara
tersistem

Sehingga Peserta POM:


Mampu melakukan identifikasi jenis konservasi minerba apa yang
harus dilakukan sesuai aktivitas departemen dimana ia dan timnya
bekerja, dan mengelolanya (PDCA) di area kerja yang dipimpinnya.

100
#6 – Penerapan Kaidah Teknis Pertambangan

Konsepnya:
Kewajiban mengelola operasi penambangan yang baik di setiap tahapan
aktivitas pertambangan perusahaan dengan mengikuti kaidah good mining
practice

Sehingga Peserta POM:


Mampu mengidentifikasi di bagian tahapan operasi pertambangan yang
mana departemen di mana ia dan timnya bekerja, untuk bisa menerapkan
pengelolaan teknis penambangan yang baik, sesuai dengan posisinya di
departemen, dalam kerangka PDCA.

101
#7 – Mengawasi Kegiatan Usaha Jasa Pertambangan
Konsepnya:
Pengelolaan perusahaan usaha jasa pertambangan harus mengikuti kaidah
teknik pertambangan tentang Usaha Jasa yang baik, yaitu pemakaian
perusahaan jasa inti non intinya, persyaratan legal dan teknisnya, lokal, nasional
dan internasionalnya, kewajiban pelaksanaan aspek teknis, konservasi, K3KO
dan lingkungannya, personel dan posisi fungsionalnya, pelaporan kepada
pemerintah serta evaluasi penerapannya.

Sehingga Peserta POM:


Bisa memahami kriteria perusahaan jasa, perijinan dan jenis pekerjaan inti
non inti, pemakaian lokal, nasional dan internasionalnya, kewajiban
pemenuhan terhadap kaidah teknis penambangan yang baik, aspek teknis,
konservasi, K3KO, Lingkungan di departemen di mana ia dan teamnya bekerja.
102
#8 – Mengawasi Standardisasi Pertambangan

• Konsepnya:

Sehingga Peserta POM:


Dalam membuat prosedur atau
aturan di departemen di mana ia dan
timnya bekerja, bisa memakai
standar apa secara prioritas yang
dijadikan acuan. 103
Part 2 – Identifikasi Peran POM Peserta

No TANGGUNG JAWAB POM


Peserta dari:
Eksplorasi Konstruksi Mining Hauling Processing Maintenance Smelter Port HSE
1 Melaksanakan Tugas dan Tanggung
Jawab sebagai Pengawas POM
2 Mengelola Keselamatan Pertambangan
3 Mengelola Lingkungan Pertambangan
4 Mengelola Keadaan Darurat
Pertambangan
5 Melaksanakan Upaya Penerapan
Konservasi Minerba
6 Mengelola Penerapan Kaidah Teknis
Pertambangan Minerba
7 Mengawasi Kegiatan Usaha Jasa
Pertambangan Minerba
8 Mengawasi Standarisasi
Pertambangan Mineba 104
Part 3 - Peran POM vs Bukti Kerja vs Unit Kompetensi

Bukti Kerja
Peserta

Peran POM
Unit Peserta per
Kompetensi Unit
POM Kompetensi

APL 01 dan 02

105
Part 4 – Pengisian APL 01 dan APL 02
Penutup
• Surat Edaran Kepala Inspektur Tambang 25
Mei 2018 No. 1738/37.04/DBT/2018: Direksi
diminta untuk segera menyesuaikan seluruh
aspek Teknik dan Lingkungan pada kegiatan
operasional dengan peraturan perundangan
terbaru.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan dan pengolahan dan/atau
pemurnian mineral dan batubara ditetapkan
dalam suatu petunjuk teknis oleh Direktur
Jenderal

▫ "Better a thousand times careful
than once dead." - Proverb

10
8
Thanks!
Any questions?
You can find me at:
▫ nendi@esdm.go.id
▫ 0817201536

10
9

Anda mungkin juga menyukai