JAWAB PENGAWAS
OPERASIONAL MADYA
oleh
Nendi Rohaendi
2
“
▫ "At the end of the day, the goals are
simple: safety and security." - Jodi Rell
▫ “Jadikan dirimu sendiri oleh dirimu
sendiri”…AA Boxer.
▫ “Jagalah hati janganlah kotori”. Aa Gym
3
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. 2.3 4.5.6.7.8 9.
Pendahuluan POM UU/PP/Permen/Kepmen Konsep dan Ruang Lingkup
4
UNIT KOMPETENSI
1. Melaksanakan tanggung jawab sebagai POM
2. Melaksanakan tugas sebagai administrator sesuai
kewajibannya yang telah diatur
3. Melaksanakan prinsip-prinsip Manajemen
Keselamatan Pertambangan dan Pengelolaan
Lingkungan pada kegiatan pertambangan mineral
dan batubara
5
1.
Pendahuluan
Let’s start with the first set of slides
Fungsi, Peranan, Wewenang
Pengawas Operasional?
DEFINISI
10
RESPONSIBILITY DAN ACCOUNTABILITY
• RESPONSIBILITY PENGAWAS:
Keadaan/kewajiban yang harus dilaksanakan dan
dipertanggung jawabkan terhadap atasan dan kewajiban
tersebut belum terinci
• ACCOUNTABILITY PENGAWAS:
Keadaan/kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pengawas
dan kewajiban tersebut telah dirinci/didetilkan yang tadinya
tidak dapat dihitung (intangible) menjadi dapat dihitung
(tangible) sehingga kinerja pengawas tersebut dapat dihitung
atau dinilai/diaudit pada waktu tertentu
11
2.
Konsep Pengawas Operasional
Madya
Let’s start with the first set of slides
Tujuan Pelatihan POM
13
Konsep POP, POM, POU
Pengawas operasional di bidang pertambangan
minerba terdiri atas 3 tingkatan, yaitu:
15
PERAN POSISI MANAJEMEN
Manajemen Puncak Manajemen Menengah Pengawas Garis Depan
Menetapkan kebijakan, Mengintepretasikan kebijakan top Memimpin dan mengawasi pekerja
standar, prosedur, program manajemen dan menyampaikan ke mencapai produksi dengan aman.
kerja pengawas
Membuat rencana strategis Mengelola penerapan Program di Melakukan tugas teknis (inspeksi, safety
perusahaan bagian tanggung jawabnya meeting, JSA, Investigasi, observasi, dsb)
Menetapkan tujuan Memastikan tersedianya Mengajari keterampilan teknis kepada
perusahaan sumberdaya bagi pengawas dan pekerja (LOTO, P2H, memakai APD,
pekerja melakukan tugasnya memakai JSA, melakukan confined space,
dsb)
Menyediakan sumberdaya Mencapai target produksi bagian Memotivasi pekerja, melakukan apresiasi,
yang dibutuhkan untuk yang dipimpinnya menghentikan unsafe acts dan unsafe
mencapai tujuan perusahaan condition
Berkomunikasi dengan pihak Bekerjasama dengan bagian lain Menjadi penghubung pekerja dan
luar seperti pemerintah, dari perusahaan manajemen
client, media, dsb
Bertanggung jawab kepada Bertanggung jawab kepada Bertanggung jawab kepada Manajemen
BOD Manajemen Puncak Menengah 16
POU
PERAN POSISI MANAJEMEN POP
POM
Manajemen Puncak Manajemen Menengah Pengawas Garis Depan
Menetapkan kebijakan, Mengintepretasikan kebijakan top Memimpin dan mengawasi pekerja
standar, prosedur, program manajemen dan menyampaikan ke mencapai produksi dengan aman.
kerja pengawas
Membuat rencana strategis Mengelola penerapan Program di Melakukan tugas teknis (inspeksi, safety
perusahaan bagian tanggung jawabnya meeting, JSA, Investigasi, observasi, dsb)
Menetapkan tujuan Memastikan tersedianya Mengajari keterampilan teknis kepada
perusahaan sumberdaya bagi pengawas dan pekerja (LOTO, P2H, memakai APD,
pekerja melakukan tugasnya memakai JSA, melakukan confined space,
dsb)
Menyediakan sumberdaya Mencapai target produksi bagian Memotivasi pekerja, melakukan apresiasi,
yang dibutuhkan untuk yang dipimpinnya menghentikan unsafe acts dan unsafe
mencapai tujuan perusahaan condition
Berkomunikasi dengan pihak Bekerjasama dengan bagian lain Menjadi penghubung pekerja dan
luar seperti pemerintah, dari perusahaan manajemen
client, media, dsb
Bertanggung jawab kepada Bertanggung jawab kepada Bertanggung jawab kepada Manajemen 17
BOD Manajemen Puncak Menengah
Teknis Konsep
19
4.
SKKK PENGAWAS
OPERASIONAL
Let’s start with the first set of slides
SKK Khusus Pengawas Operasional
Permen
Permen ESDM UK
EK Bukti
ESDM 42- 43-2016 KUK Kerja
2016
POP-M-U
SKK Khusus Pengawas Operasional
POP POM
KUK - Melaksanakan
Vs
KUK - Membuat
Program, Monitoring
Program
Pelaksanaan Program,
dan Mengevaluasi
Program
SKK Khusus Pengawas Operasional
Syarat Jabatan:
Sekurang-kurangnya adalah
pemimpin tim.
Competent Person
Dengan mencari, membaca dan menulis Langkah terakhir adalah memastikan bahwa setiap bukti atau
Alur Logis (Sistematika) POM diatas maka portofolio yang dimasukkan dalam setiap unit kompetensi
kita akan mendapatkan pemahaman adalah VATM (Valid, Asli, Terkini , Memadai). Siapkanlah bukti
Ruang Lingkup dari masing-masing Unit atau portofilio sendiri supaya kita bisa menunjukkan dan
Kompetensi – Knowledge Competent ! menjelaskan sendiri dengan terbuka dan lugas kepada assesor.
Sangat penting kita dapat menjelaskan bukti atau portofolio
yang kita bawa – Attitude Competent !
Langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan ruang lingkup diatas sesuai dengan job
desc / peran masing-masing dalam organisasinya ( Operation / Operation Support ) dalam
bentuk SOP Internal yang diwujudkan dalam Program Internal yang memiliki kaidah PDCA (
Plan Do Check Action ). Sebagai contoh dalam Unit kompetensi Lingkungan, seorang
pengawas dalam section Engineering membuat program pengelolaan sampah padat + B3
sesuai dengan SOP internal pengelolaan limbah padat + B3. Bukti yang ditunjukan bisa dalam
bentuk SOP Internal limbah padat +B3 yang telah dikomunikasikan, foto terkait tempat
sampah padat dan B3 dalam section kerjanya, schedule pengamatan/inspeksi untuk evaluasi
25
program, corrective action untuk temuan outstanding. – Skills Competent !
PENGELOLAAN KESELAMATAN
PERTAMBANGAN
Dasar Hukum
26
BUDAYA KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Adalah penyesuaian antara aspek-aspek budaya keselamatan
pertambangan yang saling berbeda, serta berperannya masing-masing
aspek tersebut sesuai dengan posisinya, menjadi satu kesatuan yg utuh
atau bulat sehingga mencapai suatu keserasian dalam pengelolaan
keselamatan pertambangan.
27
Historical Path From Safety Engineering To Culture Change
CC
E3
E3 BB
E1
E1 E2
E1 E2
(E2) (BB)
Enforcement Behaviour-based
• SK Poon, 2007
4.
Konstruksi Hukum
Perundangan Pertambangan
Let’s start with the first set of slides
TAP MPR RI NOMOR III/MPR/2000
tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Perundang-undangan
UUD 1945
TAP MPR RI
Undang-Undang
30
PERTAMBANGAN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NKRI
(UUD 1945, UU NO 4/2009, DAN UU NO. 32/2004 (NO.23/2014))
Kepemilikan
(Mineral Right) BANGSA INDONESIA
Penguasaan NEGARA
PEMERINTAH
• Penetapan Kebijakan dan Pengaturan
• Penetapan Standar dan Pedoman
• Penetapan Kriteria pembagian Urusan Pusat dan Daerah
+ “Dekonsentrasi”
• Tanggungjawab pengelolaan minerba berdampak
nasional dan lintas provinsi
+ “Desentralisasi”
Undang-Undang
Penyelenggaraan
Penguasaan PEMERINTAH PROVINSI
Pertambangan Tanggungjawab pengelolaan lintas
(Mining Right) Kabupaten dan/atau berdampak regional
Perda
PELAKU USAHA
Hak Pengusahaan ❑ BUMN / BUMD
❑ Badan Usaha Lain
(Economic Right) ❑ Koperasi
❑Perorangan
HIERARKI KONSTRUKSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI
BIDANG MINERAL DAN BATUBARA
UUD 1945 UUD 1945 PASAL 33
PERMEN KEPMEN
1. NO.1256.K/03/M.PE/1991 ttg Juknis
1. PERMEN ESDM NO 28 TAHUN 2009 Tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara Pelaksanaan Pengawasan Bahan Galian
sebagaimana telah diubah dengan Permen ESDM Nomor 24 Tahun 2012 Golongan C
2. PERMEN ESDM NO 34 TAHUN 2009 Tentang Pengutamaan Pasokan Kebutuhan Mineral Dan Batubara Untuk
2. NO.2555.K/201/M.PE/1993 tentang Pelaksana
Kepentingan Dalam Negeri Inspeksi Tambang (PIT) Bidang Pertambangan
3. PERMEN ESDM NO 17 TAHUN 2010 Tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral Dan Batubara Umum
4. PERMEN ESDM No 02 Tahun 2013 ttg Pengawasan thp Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan yang
3. NO.555.K/26/M.P3/1995 tentang Keselamatan
dilaksanakan oleh Pemda dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum
5. PERMEN ESDM NO. 28 Tahun 2013 ttg Tata Cara Pelelangan WIUP dan WIUPK Mineral Logam dan Batubara
4. NO.1453.K/29/MEM/2000 Pedoman Teknis
6. PERMEN ESDM NO 43 Tahun 2015 ttg Tata Cara Evaluasi Penerbitan IUP Mineral dan Batubara
Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang
7. PERMEN ESDM NO 38 Tahun 2014 tentang SMKP Pertambangan Umum
8. dll
DASAR HUKUM K3 PERTAMBANGAN MINERBA
UUD 1945 Pasal 27 UUD 1945 Pasal 33
(2) (2&3)
34
DASAR HUKUM K3 PERTAMBANGAN
UU NOMOR 4 TH 2009 tentang Pertambangan Minerba (Pasal 96, 140, 141)
PP NOMOR 32 TH 1969 ttg Pelaksanaan UU No. 11 thn 1967 (Pasal 64 & 65)
PP NOMOR 55 TH 2010 Pembinaan dan Pengawasan Minerba (Pasal 16, 26, 27)
Permen ESDM No. 11 Tahun 2018 tentang Tata cara pemberian wilayah, perizinan, dan pelaporan pada kegiatan usaha pertambangan minerba
Permen ESDM No. 22 Tahun 2018 tentang Perubahan Permen No. 11 Tahun 2018
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Minerba
Kepmen ESDM No. 1827 Tahun 2018 tentang pedoman pelaksanaan kaidah teknik pertambangan yang baik
35
STANDAR KOMPETENSI PERTAMBANGAN
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018:
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan
Mineral dan Batubara
Permen ESDM No. 11 Tahun 2018 Jo Permen ESDM No. 22 Tahun 2018:
Tata cara pemberian wilayah, perizinan, dan pelaporan pada kegiatan usaha
pertambangan minerba
41
UU NO.1 TH 1970, Lanjutan
42
UU NO.1 TH 1970, Lanjutan
43
UU NO.1 TH 1970, Lanjutan
Pasal 13
• Wajib mentaati semua petunjuk K2 & memakai APD yang diwajibkan
Kewajiban Bila
Masuk Tempat Kerja
44
UU NO.1 TH 1970, Lanjutan
Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai
hak untuk memperoleh perlindungan
atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan Pasal 87
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan
c. perlakuan yang sesuai dengan
sistem manajemen keselamatan dan
harkat dan martabat manusia serta
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
nilai-nilai agama. sistem manajemen perusahaan.
(2) Untuk melindungi keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan
dan kesehatan kerja.
6.
PP NO. 32 Th 1969,
PP No. 75 Th 2001,
PP No. 19 Th 1973,
PP No. 55 Th 2010
Let’s start with the first set of slides
PP NO. 32 TH 1969
48
PP NO. 75 TH 2001
Pasal 64 ;
1) Menteri Melakukan Pembinaan & Pengawasan terhadap
Penyelenggaraan Pertambangan yang dilaksanakan oleh
Gubernur, Bupati/Walikota
2) Pembinaan dalam ayat 1 meliputi pemberian pedoman, bimbingan,
pelatihan, arahan, dan supervisi
3) Pengawasan dalam ayat 1 meliputi Keselamatan Pertambangan
49
Karakteristik Pertambangan
Karakteristik
Kementerian ESDM PP No. 19 Tahun 1973
Pertambangan
• Padat Modal dan • Memiliki personel • Menteri ESDM
Teknologi khusus melakukan
• Risiko Besar dan • Memiliki peralatan pengawasan atas K3
Spesifik khusus dalam bidang
• Peralatan Khusus pertambangan
kecuali untuk ketel
• Dinamis (Hazard dan
uap.
Risiko Berpindah)
PP NO. 19 TH 1973
52
PP NO. 19 TH 1973 lanjutan
Pasal 4:
Menteri Pertambangan secara berkala melaporkan pelaksanaan
Pengawasan dimaksud Pasal 1, 2, & 3 kepada Menakertransko
Pasal 5 :
PP 19 Th 1973 tidak berlaku utk Ketel Uap sebagaimana dimaksud
Stoom Ordonantie 1930 ( Sblt. 1930 Nomor 225).
53
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010
• Pasal 13: (2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan yang dilakukan oleh pemegang IUP, IPR, atau IUPK.
Kelayakan Evaluasi
Sistem dan Pelaksanaan Sarana, Kompetensi Laporan Hasil
Pemeliharaan/Perawatan Pengamanan Prasarana,
Sarana, Prasarana,
Instalasi dan Peralatan Instalasi Tenaga Teknik Kajian Teknis
Pertambangan
Instalasi, dan Pertambangan
Peralatan
Pertambangan
PENGAWASAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Perusahaan:
Pemerintah: •Kepala Teknik Tambang
•Organisasi dan Personil Keselamatan Pertambangan
- Kepala Inspektur Tambang •Program Keselamatan Pertambangan
- Inspektur Tambang •Anggaran & Biaya
•Dokumen & Laporan Keselamatan Pertambangan
57
7.
PERMEN ESDM NO 26
TAHUN 2018
Let’s start with the first set of slides
9 BAB Ketentuan Pelaksanaan
BAB I
BAB III
BAB II
BAB IV
Pelaksanaan Pengawasaan
Umum Kaidah Teknik Tata Kelola Penyelenggaraan
Pertambangan Pengusahaan Pengelolaan
Yang Baik Pertambangan Usaha
Mineral dan Pertambangan
Batubara
Bab VI
Bab VII
Bab IX
Bab VIII
Terhadap Administratif lain-lain Peralihan Penutup
Kegiatan
Usaha
Pertambangan
60
STRUKTUR PERMEN NO. 26 TAHUN 2018
61
STRUKTUR PERMEN NO. 26 TAHUN 2018
62
KEPALA INSPEKTUR TAMBANG (KAIT) DAN INSPEKTUR TAMBANG (IT)
• Kepala Inspektur Tambang yang selanjutnya disebut KaIT adalah pejabat yang secara ex
officio menduduki jabatan Direktur yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang
keteknikan dan lingkungan pertambangan mineral dan batubara pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertambangan mineral dan batubara.
• Inspektur Tambang adalah aparatur sipil negara yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kaidah teknik
pertambangan yang baik serta kaidah teknik pengolahan dan/atau pemurnian.
• Pejabat yang Ditunjuk adalah aparatur sipil negara yang diberi tugas, tanggung jawab, dan
wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tata kelola pengusahaan
pertambangan serta tata kelola pengusahaan Pengolahan dan/atau Pemurnian.
• PASAL 3 AYAT 1
• Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan
IUPK Operasi Produksi dalam setiap tahapan kegiatan Usaha
Pertambangan wajib melaksanakan kaidah pertambangan yang baik.
• PASAL 4 AYAT 1
• Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau
pemurnian dalam kegiatan Pengolahan dan/atau Pemurnian wajib
melaksanakan kaidah pertambangan yang baik.
• PASAL 5 AYAT 1
• Pemegang IUJP wajib melaksanakan kaidah pertambangan yang baik
sesuai dengan bidang usahanya.
65
RESUME ASPEK PELAKSANAAN PENERAPAN KAIDAH PERTAMBANGAN
YANG BAIK
IUP Eksplorasi, IUP Operasi Pemegang IUP Operasi Produksi
Produksi, IUPK Eksplorasi dan IUPK khusus untuk Pengolahan dan/atau IUJP
Operasi Produksi Pemurnian
a.teknis pertambangan; a.teknis kegiatan Pengolahan a.upaya pengelolaan lingkungan
b.konservasi Mineral dan Batubara; dan/atau Pemurnian; hidup, keselamatan
c.keselamatan dan kesehatan kerja b.keselamatan Pengolahan pertambangan, konservasi
pertambangan; dan/atau Pemurnian; Mineral dan Batubara, dan teknis
c.pengelolaan lingkungan hidup pertambangan sesuai dengan
d.keselamatan operasi
dan pascaoperasi; dan bidang usahanya; dan
pertambangan;
d.konservasi Mineral dan Batubara. b.kewajiban untuk mengangkat
e.pengelolaan lingkungan hidup
penanggung jawab operasional
pertambangan, Reklamasi, dan
sebagai pemimpin tertinggi di
Pascatambang, serta
lapangan.
Pascaoperasi; dan
f. pemanfaatan teknologi,
kemampuan rekayasa, rancang
bangun, pengembangan, dan
penerapan teknologi
pertambangan.
66
Tenaga Teknis Pertambangan
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 7:
(1) Dalam pelaksanaan kaidah teknik pertambangan yang baik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a, pemegang IUP
Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan IUPK Operasi
Produksi wajib:
a. mengangkat KTT sebagai pemimpin tertinggi di lapangan untuk
mendapatkan pengesahan dari KaIT; dan
b. memiliki tenaga teknis pertambangan yang berkompeten sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
67
• Pasal 14 ayat (1) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi, dan IUPK Operasi Produksi wajib melaksanakan ketentuan
keselamatan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
huruf c dan huruf d.
• Pasal 14 ayat (2) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi, dan IUPK Operasi Produksi dalam melaksanakan ketentuan
keselamatan pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib:
a. menyediakan segala peralatan, perlengkapan, alat pelindung diri,
fasilitas, personil, dan biaya yang diperlukan untuk terlaksananya
ketentuan keselamatan pertambangan; dan
b. membentuk dan menetapkan organisasi bagian keselamatan
pertambangan berdasarkan pertimbangan jumlah pekerja, sifat, atau
luas area kerja.
68
Pengelolaan Keselamatan Pertambangan Mineral
dan Batubara
69
Pelaksanaan Keselamatan Kerja Pertambangan
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (a)
program
keselamatan
kerja yang
meliputi pendidikan pencegahan
pencegahan administrasi manajemen inspeksi
manajemen dan pelatihan dan
terjadinya keselamatan keadaan keselamatan
risiko; kecelakaan, keselamatan penyelidikan
kerja; darurat; kerja; dan
kebakaran, dan kerja; kecelakaan;
kejadian lain
yang
berbahaya;
70
Pengelolaan Kesehatan Kerja
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (b)
71
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (c)
72
Pengelolaan Keselamatan Operasi Pertambangan
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 5
a. sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan
b. pengamanan instalasi;
c. tenaga teknis bidang keselamatan operasi yang kompeten;
d. kelayakan sarana, prasarana instalasi, dan peralatan pertambangan dengan melaksanakan uji dan pemeliharaan
kelayakan;
e. evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan;
f. keselamatan bahan peledak dan peledakan;
g. keselamatan fasilitas pertambangan;
h. keselamatan Eksplorasi;
i. keselamatan tambang permukaan;
j. keselamatan tambang bawah tanah; dan
k. keselamatan kapal keruk/isap.
l. Keselamatan pengolahan dan/atau pemurnian (Pasal 16)
73
74
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Minerba
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 18 dan 19
I.
kebijakan;
VII.
tinjauan II.
manajemen
perencanaa
dan
n;
peningkatan
kinerja.
III.
VI.
organisasi
dokumentas
dan
i; dan
personel;
V.
pemantaua IV.
n, evaluasi, implementa
dan tindak si;
75
lanjut;
SANKSI ADMINISTRATIF
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 50
76
8.
KEPMEN 1827 K/30/MEM/ 2018
Let’s start with the first set of slides
• Lampiran I: pedoman permohonan, evaluasi, dan/atau pengesahan kepala teknik tambang, penanggung jawab
teknik dan lingkungan, kepala tambang bawah tanah, pengawas operasional, pengawas teknis, dan/atau
penanggung jawab operasional;
• Lampiran II: pedoman pengelolaan teknis pertambangan;
• Lampiran III: pedoman pelaksanaan keselamatan pertambangan dan keselamatan pengolahan dan/atau
pemurnian mineral dan batubara;
• Lampiran IV: Pedoman penerapan sistem manajemen keselamatan pertambangan mineral dan batubara;
• Lampiran V: Pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan mineral dan batubara;
• Lampiran VI: Pedoman pelaksanaan reklamasi dan pascatambang serta pascaoperasi pada kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara;
• Lampiran VII: Pedoman pelaksanaan konservasi mineral dan batubara;
• Lampiran VIII: Pedoman kaidah teknik usaha jasa pertambangan dan evaluasi kaidah teknik usaha jasa
pertambangan.
LAMPIRAN
Lampiran I: pedoman permohonan, evaluasi, dan/atau pengesahan kepala teknik tambang, penanggung jawab
teknik dan lingkungan, kepala tambang bawah tanah, pengawas operasional, pengawas teknis, dan/atau
penanggung jawab operasional
• KRITERIA KTT
• KTT Kelas IV
• KTT Kelas III
• KTT Kelas II
• KTT Kelas I
• KRITERIA PTL
• PTL Kelas III
• PTL Kelas II
• PTL Kelas I
79
KRITERIA KTT IV DAN III
• KRITERIA KTT IV
a. untuk pemegang Izin Pertambangan Rakyat (IPR); dan
b. mempunyai sertifikat kualifikasi yang diakui oleh KaIT atau telah mengikuti pendidikan atau bimbingan
teknis terkait penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik.
• KRITERIA KTT III
a. tahapan kegiatan pertambangan: tahap eksplorasi; dan tahap operasi produksi dengan metode
tambang semprot (Hidrolis), tambang bor, tambang terbuka berjenjang tunggal, kuari, dan
kapal keruk, dan/atau kapal isap;
b. jumlah produksi rata-rata: 1) tambang terbuka berjenjang tunggal, untuk batubara kurang dari
atau sama dengan 150 (seratus lima puluh) metrik ton per hari; 2) mineral logam meliputi:
tambang semprot kurang dari atau sama dengan 1 (satu) ton bijih per hari; dan kapal keruk
dan/atau kapal isap dengan menggunakan ponton kurang dari atau sama dengan 1 (satu) ton
bijih per hari; 3) mineral batuan atau mineral bukan logam meliputi: kuari kurang dari atau
sama dengan 250 (dua ratus lima puluh) ton batuan; dan mineral bukan logam dengan
produksi kurang dari atau sama dengan 250 (dua ratus lima puluh) ton perhari;
c. tanpa menggunakan bahan peledak;
d. jumlah pekerja kurang dari atau sama dengan 50 (lima puluh) orang; dan
e. memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional Pertama (POP) atau sertifikat kualifikasi
yang diakui oleh KaIT.
80
Kriteria KTT II
KTT Kelas II memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. tahapan kegiatan pertambangan operasi produksi dengan metode tambang semprot
(Hidrolis), tambang terbuka, kuari, kapal keruk/kapal isap;
b. jumlah produksi rata-rata: 1) tambang terbuka untuk batubara kurang dari atau sama
dengan 500 (lima ratus) metrik ton per hari; 2) mineral logam meliputi: a) tambang
terbuka untuk mineral logam kurang dari atau sama dengan 1.500 (seribu lima ratus)
ton bijih per hari; b) tambang semprot kurang dari atau sama dengan 5 (lima) ton bijih
per hari; dan c) kapal keruk dan/atau kapal isap kurang dari atau sama dengan 5 (lima)
ton bijih per hari; 3) mineral batuan atau mineral bukan logam meliputi: i. kuari
dengan produksi kurang dari atau sama dengan 500 (lima ratus) ton per hari; dan ii.
mineral bukan logam kurang dari atau sama dengan produksi 500 (lima ratus) ton per
hari.
c. jumlah pekerja kurang dari atau sama dengan 200 (dua ratus) orang; dan
d. memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional Madya (POM) atau sertifikat
kualifikasi yang diakui oleh KaIT.
81
Kriteria KTT I
KTT Kelas I memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi: tahap operasi produksi dengan metode
tambang semprot (Hidrolis), tambang terbuka, tambang bawah tanah, kuari, kapal keruk,
dan/atau kapal isap.
b. jumlah produksi rata-rata: 1) tambang terbuka untuk batubara lebih dari 500 (lima ratus)
metrik ton per hari; 2) tambang bawah tanah untuk batubara pada semua kapasitas produksi;
3) mineral logam meliputi: i. tambang semprot lebih dari 5 (lima) ton bijih per hari; ii. tambang
terbuka untuk mineral logam lebih dari 1.500 (seribu lima ratus) ton bijih per hari; iii. tambang
bawah tanah untuk mineral logam pada semua kapasitas produksi; dan iv. kapal keruk
dan/atau kapal isap lebih dari 5 (lima) ton bijih per hari; 4) mineral batuan atau mineral bukan
logam meliputi: i. mineral batuan atau mineral bukan logam dengan produksi lebih dari atau
sama dengan 500 (lima ratus) ton per hari; dan ii. tambang bawah tanah untuk mineral bukan
logam pada semua kapasitas produksi;
c. jumlah pekerja lebih dari 200 (dua ratus) orang; dan
d. memiliki Sertifikat Kompetensi Pengawas Operasional Utama (POU) atau sertifikat kualifikasi
yang diakui oleh KaIT.
82
KRITERIA PTL
83
Kriteria, Tugas, dan Fungsi KTBT
84
KRITERIA KTT UNTUK WARGA NEGARA ASING
a. memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan kelas KTT yang
diajukan atau memiliki Mine Manager Certificate atau sertifikat
sejenis yang diterbitkan oleh negara asal dan diakui oleh KaIT; dan
b. telah mengikuti pendidikan dan pelatihan terkait peraturan
perundang-undangan dan kebijakan mengenai penerapan kaidah
teknik pertambangan yang baik.
Bagi warga negara asing yang sudah disahkan sebagai KTT maka dilanjutkan dengan lulus Uji
Kemahiran Berbahasa Indonesia dengan predikat paling kurang madya dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan.
KaIT dapat membatalkan kembali pengesahan KTT tersebut apabila KTT tersebut belum lulus Uji
Kemahiran Berbahasa Indonesia dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
85
PENGAWAS OPERASIONAL, PENGAWAS TEKNIS, DAN PENANGGUNG
JAWAB OPERASIONAL (PJO),
• Kepmen ESDM No. 1827 Tahun 2018 Lampiran I:
“Pengawas Operasional adalah orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL dan
bertanggung jawab kepada KTT/PTL dalam melaksanakan inspeksi,
pemeriksaan, dan pengujian kegiatan operasional pertambangan di
wilayah yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik pertambangan
yang baik.”
“Pengawas Teknis adalah orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL dan
bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas keselamatan pemasangan,
pemeliharaan, pemeriksaan, dan pengujian terhadap sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan yang menjadi
tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai kaidah teknik pertambangan yang baik.”
86
87
PENGAWAS OPERASIONAL, PENGAWAS TEKNIS, DAN PENANGGUNG
JAWAB OPERASIONAL (PJO),
• Kepmen ESDM No. 1827 Tahun 2018 Lampiran I:
Penanggung Jawab Operasional yang selanjutnya disingkat PJO adalah
orang yang menduduki jabatan tertinggi dalam struktur organisasi
perusahaan jasa pertambangan di wilayah kegiatan usaha pertambangan,
dan bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas dilaksanakan dan ditaatinya
peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik pertambangan
yang baik.
88
PENGAWAS OPERASIONAL
89
PENGESAHAN PENGAWAS OPERASIONAL
90
PENANGGUNG JAWAB OPERASIONAL (PJO)
• “Penanggung Jawab Operasional adalah orang yang menduduki
jabatan tertinggi dalam struktur organisasi Perusahaan Jasa
Pertambangan dalam struktur organisasi perusahaan jasa
pertambangan di wilayah kegiatan usaha pertambangan dan
bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas dilaksanakan dan ditaatinya
peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik
pertambangan yang baik.”
91
PENANGGUNG JAWAB OPERASIONAL (PJO)
Persyaratan Administrasi
a. pekerja perusahaan jasa pertambangan;
b. riwayat hidup calon PJO;
c. memiliki jabatan tertinggi dibuktikan dalam struktur organisasi perusahaan jasa
pertambangan (di site) yang ditandatangani oleh Direksi dengan cap basah;
d. surat pernyataan dukungan dari Direksi Perusahaan jasa pertambangan;
e. surat pernyataan komitmen calon PJO;
f. Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (madya) bagi TKA
Persyaratan Teknis
a. memahami aspek pengelolaan usaha jasa pertambangan;
b. memahami aspek teknis pertambangan, konservasi, keselamatan pertambangan, dan
perlindungan lingkungan;
c. memahami kewajiban dan sanksi usaha jasa pertambangan; dan
d. jenjang sertifikat kompetensi pengawas operasional atau sertifikat kualifikasi yang diakui oleh
KaIT yang ditentukan berdasarkan pertimbangan teknis oleh KTT
92
9.
Konsep dan Ruang Lingkup Unit
Kompetensi POM
Permen ESDM 42-2016 dan 43-2016
INDUSTRI
KKNI
SKKNI
DIKLAT
SERTIFIKASI BNSP
LDP PROFESI
KOMPETENSI / LSP
(CBT)
94
Konsep dan Ruang Lingkup Unit Kompetensi POM
1. Melaksanakan Tugas dan Tanggung Jawab sebagai Pengawas Operasional
Madya (POM)
2. Mengelola Keselamatan Pertambangan
3. Mengelola Lingkungan Pertambangan
4. Mengelola Keadaan Darurat Pertambangan
5. Melaksanakan Upaya Penerapan Konservasi Mineral dan Batubara
6. Mengelola Penerapan Kaidah Teknis Pertambangan Mineral dan Batubara
7. Mengawasi Kegiatan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara
8. Mengawasi Standardisasi Pertambangan Mineral dan Batubara
#1 - Tugas Tanggung Jawab Pengawas POM
Konsepnya:
Pengawas POM memiliki tugas dan tanggung jawab posisi middle manajemen
yang membawahi pengawas untuk mengelola (membuat program, merencanakan,
mengorganisir penerapan, memonitor, mengevaluasi, melaporkan atau PDCA)
semua 8 unit kompetensi POM (akuntabilitas POM, keselamatan pertambangan,
lingkungan, teknis penambangan, keadaan darurat, konservasi minerba, serta
pengawasan usaha jasa dan standarisasi keselamatan pertambangan) secara
tersistem.
98
#4 – Mengelola Keadaan Darurat
Konsepnya:
Pengelolaan program keadaan darurat yang mengikuti siklus 5 tahapan yang meliputi semua
area operasi perusahaan, yang mengcover semua jenis darurat yang mengancam jiwa
manusia, melalui sistem pelaporan 24 jam sehari lewat nomor emergency yang
bercommand center atau selalu ada yang mengangkat dan tidak pernah ada nomor sibuk,
tersistem, ada eskalasi dari respon darurat oleh karyawan, fire rescue dan manajemen, yang
mendapatkan pelatihan, mengikuti drill, dan yang dievaluasi secara berkala.
99
#5 - Penerapan Konservasi Mineral dan Batubara
Konsepnya:
Kewajiban melakukan pengelolaan konservasi (penghematan dan
pemanfaatan maksimal) mineral dan batubara di setiap tahapan
aktivitas penambangan sejak eksplorasi sampai paska tambang secara
tersistem
100
#6 – Penerapan Kaidah Teknis Pertambangan
Konsepnya:
Kewajiban mengelola operasi penambangan yang baik di setiap tahapan
aktivitas pertambangan perusahaan dengan mengikuti kaidah good mining
practice
101
#7 – Mengawasi Kegiatan Usaha Jasa Pertambangan
Konsepnya:
Pengelolaan perusahaan usaha jasa pertambangan harus mengikuti kaidah
teknik pertambangan tentang Usaha Jasa yang baik, yaitu pemakaian
perusahaan jasa inti non intinya, persyaratan legal dan teknisnya, lokal, nasional
dan internasionalnya, kewajiban pelaksanaan aspek teknis, konservasi, K3KO
dan lingkungannya, personel dan posisi fungsionalnya, pelaporan kepada
pemerintah serta evaluasi penerapannya.
• Konsepnya:
Bukti Kerja
Peserta
Peran POM
Unit Peserta per
Kompetensi Unit
POM Kompetensi
APL 01 dan 02
105
Part 4 – Pengisian APL 01 dan APL 02
Penutup
• Surat Edaran Kepala Inspektur Tambang 25
Mei 2018 No. 1738/37.04/DBT/2018: Direksi
diminta untuk segera menyesuaikan seluruh
aspek Teknik dan Lingkungan pada kegiatan
operasional dengan peraturan perundangan
terbaru.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan dan pengolahan dan/atau
pemurnian mineral dan batubara ditetapkan
dalam suatu petunjuk teknis oleh Direktur
Jenderal
“
▫ "Better a thousand times careful
than once dead." - Proverb
10
8
Thanks!
Any questions?
You can find me at:
▫ nendi@esdm.go.id
▫ 0817201536
10
9