Anda di halaman 1dari 37

ANALISIS PERBANDINGAN BAHAN PENGHANTAR TRACK CIRCUIT

DITINJAU DARI LAJU KOROSI DAN KEMAMPUAN HANTAR


LISTRIK

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

DANANG ILHAM TRIANTO

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI ELEKTRO PERKERETAAPIAN


POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA MADIUN
2022
Halaman ini sengaja dikosongkon

i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

ANALISIS PERBANDINGAN BAHAN PENGHANTAR TRACK CIRCUIT


DITINJAU DARI LAJU KOROSI DAN KEMAMPUAN HANTAR
LISTRIK

TUGAS AKHIR

DANANG ILHAM TRIANTO


NIT 20192005

Menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian, pemikiran dan
pemaparan asli saya sendiri, tidak menjiplak atau mencontek karya lain. Kutipan
karya lain ditulis sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah

Penulis

DANANG ILHAM TRIANTO


NIT: 20192005

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir
ini dengan baik. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
pihak yang telah membantu memberikan bantuan baik secara materi maupun
pemikiran. Tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Ahli Madya di Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun seingga penulis
berharap tugas akhir ini dapat menambah ilmu pengetahuan. Dalam penyusunan
tugas akhir ini penulis mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh
karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dorongan
dan doa.
2. Bapak Dr.Ir. Yuwono Wiarco,S.SiT.,MT.,IPM selaku Direktur Politeknik
Perkeretaapian Indonesia Madiun.
3. Bapak Agustinus P.E.W., S.Kom.,M.T. selaku kepala program studi
Teknologi Elektro Perkeretaapian
4. Seluruh pegawai resort sintel 1.14 Bekasi dan 1.15 Cikarang yang sudah
memberikan masukan dan ilmu yang bermanfaat selama praktik kerja
lapangan.
5. Seluruh civitas akademika Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun
yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama 3 tahun ini agar
dapat membantu saat menyusun tugas akhir ini..
6. Seluruh rekan-rekan angkatan VI yang telah memberikan bantuan, serta
dukungan sehingga penulis mendapatkan semangat lebih untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Teman seperjuangan yang sudah bersabar dan selalu memotivasi yaitu
Amelia Sofia Fitri
Mengingat keterbatasan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini baik
dalam segi penulisan, bahasa, maupun pembahasan, penulis berharap
adanya kritik dan saran yang membangun sehingga menjadi lebih
sempurna. Selain itu dapat dijadikan sebagai bekal untuk menulis
penelitian selanjutnya yang lebih baik bagi pembaca.

iii
Banyumas, 1 Juni 2022

Danang Ilham Trianto


NIT : 2019205

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................................ii


KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Batasan Masalah................................................................................................4
1.4 Maksud Dan Tujuan............................................................................................5
1.4.1 Maksud.......................................................................................................5
1.4.2 Tujuan.........................................................................................................5
1.5 Manfaat..............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................6
2.1 Penilitan Terdahulu............................................................................................6
2.2 Aspek Teoritis.....................................................................................................8
2.2.1 Track Circuit................................................................................................8
2.2.2 Perawatan Bulanan Track Circuit..............................................................11
2.2.3 Penghantar Bonding.................................................................................12
2.2.4 Faktor Penyebab Gangguan Pada Kabel Penghantar Bonding..................13
2.2.5 Logam pengujian......................................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................................19
3.1 Diagram Alir Penelitian.....................................................................................19
3.2 Metode Pengumpulan Data.............................................................................19
3.2.1 Jenis Data.................................................................................................22
3.3 Metode pengelolahan data.........................................................................22
3.4 Metode Analisis Data.......................................................................................22
3.4.1 Pengujian laju korosi................................................................................23
3.4.2 Pengujian kemampuan hantar listrik setelah terkorosi............................24
3.4.3 Kerangka Berfikir......................................................................................24

v
3.4.3 Hipotesis penelitian..................................................................................24
3.5 Jadwal...............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................26

DAFTAR GAMBAR

vi
Gambar 1. 1 Penangan Gangguan Pada Penghantar Bonding.................................5

Gambar 2. 1 Track Circuit dalam keadaan tidak terduduki...................................14


Gambar 2. 2 Track Circuit keadaan terduduki.......................................................14
Gambar 2. 3 Penghantar Bonding..........................................................................16

Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian....................................................................22

DAFTAR TABEL

vii
Tabel 1. 1 Daftar riwayat gangguan sintel 1.15 Cikarang Tahun 2018-2021..........3
Tabel 1. 2 Rincian gangguan peralatan PLSE tahun 2018.......................................4
Tabel 1. 3 Rincian gangguan peralatan PLSE tahun 2019.......................................5
Tabel 1. 4 Rincian gangguan peralatan PLSE tahun 2020.......................................6

Tabel 3. 1 Format riwayat gangguan Track Circuit...............................................23


Tabel 3. 2 Format data pengujian laju korosi.........................................................24
Tabel 3. 3 Format data pengujian kemampuan hantar listrik hari ke-7.................24
Tabel 3. 4 Format data pengujian kemampuan hantar listrik hari ke-14...............24
Tabel 3. 5 Format data pengujian kemampuan hantar listrik hari ke-21...............24
Tabel 3. 6 Format data pengujian kemampuan hantar listrik hari ke dst...............25

viii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dijelaskan pada PM 44 Tahun 2018 Pada track circuit arus bolak
balik di setiap sambungan rel harus ditambah rel bonding. Rel dikedua sisi
atau rel yang terletak berdampingan harus dihubungkan satu sama lainnya
oleh suatu kawat penghubung atau bonding. Pada bagian jalan rel yang
dilengkapi TC ikatan silang harus dihubungkan melalui titik netral ikatan
impedansi, sehingga TC yang terletak berurutan tidak saling
mempengaruhi. Fungsi dari kabel bonding adalah untuk meneruskan atau
menghantarkan tegangan dari trafo TFU (Track Fedd Unit) atau trafo
sumber ke trafo TFR (Track Feed Relay). Lalu fungsi lain dari penghantar
bonding pada track circuit adalah untuk menghantarkan arus dari Track
Feed Unit (TFU) ke Track Feed Relay. Tegangan yang sudah diturunkan
oleh TFU menjadi 3-10 Vac disalurkan melalui jalan rel untuk masuk ke
TFR dan kembali lagi ke TFU apabila tidak dilewati oleh bakal pelanting
dalam bentuk tegangan bolak-balik sebesar 1,5 – 4 Vac. Apabila ada bakal
pelanting maka tegangan akan langsung kembali ke TFU melalui roda dan
membuat relai TFR jatuh yang akan membuat indakasi rel terduduki pada
peralatan VDU.
Pengunaan track circuit biasanya digunakan pada petak jalan hal
tersebut bertujuan karena salah satu keunggulan track circuit adalah dapat
mendeteksi rel patah. Pada petak jalan yang jauh dari pengawasan pastinya
TC lebih efektif dari axle counter. Kabel penghantar bonding menjadi
salah satu bagian dari track circuit dengan fungsi utamanya sebagai
penghantar tegangan dari feeding ke relay. Apabila penghantar tersebut
tidak dapat berfungsi maka akan membuat track circuit tidak bekerja.
Peletakan kabel penghantar yang berada diluar dan terkena suhu luar
secara langsung maka akan menimbulkan korosi atau pengapuran. Korosi
yang timbul akibat reaksi oksidasi oksigen pada logam akan membuat
permukaan bagian luar dari skun maupun penghantar bonding akan
berkarat. Sebagai contoh pada penghantar bonding untuk return atau
kembali tegangan dari track feed relay ke track feeding atau dari track

1
feeding unit ke track feeding relay, apabila pada logam tersebut
mengalami korosi maka akan membuat penghantar tidak dapat
meneruskan tegangan. Penanganan yang biasa dilakukan adalah dengan
memotong bagian ujung penghantar dan mengganti skun untuk
menghilangkan bagian yang korosi atau mengalami pengapuran.
Dalam kurun waktu 4 taun jumlah gangguan pada Peralatan Luar
Sinyal Elektrik mencapai 32 kali. PLSE meliputi Sinyal, Wesel, Track
Circuit, dan Axle Counter. Dengan jumlah gangguan tebanyak tejadi pada
tahun 2018 dengan jumlah 15 gangguan. Jumlah gangguan dalam kurun
waktu 4 tahun terakhir menurun karena peralihan dari sistem persinyalan
SIL-02 next G ke sistem persinyalan kyosan yang lebih handal. Sistem
persinyalan kyosan yang menggunakan modul dalam proses pengiriman
dan penerimaan data apabila mengalami gangguan cukup melakukan reset
pada peralatan yang mengalami gangguan. Dan apabila terjadi kerusakan
seperti terkena petir atau terbakar akan langsung diganti modul baru.

Gambar 1. 1 Penangan Gangguan Pada Penghantar Bonding


(Sumber : Dokumentasi Pribadi , 2022)
Dapat dilihat pada gambar 1.1 proses penangan gangguan yang
terjadi. Pada track circuit tersebut tegangan dari TFR (Trafo Fed Relay).
Tegangan yang harusnya kembali menuju ke feeder atau sumber apabila

2
tidak ada kereta mengalami drop. Proses pengecekan dilakukan dengan
menggunakan Tang Amper. Gangguan yang terjadi yaitu di petak blok
Cikarang-tambun, dan juga Lemah Abang. Penanganan yang dilakukan
yaitu dengan memotong ujung penghantar bonding yang mengalami
korosi. Penyebab timbulnya korosi yaitu pada ujung penghantar tersebut
dalam ke adaan terbuka dan tidak ditutupi karet isolator yang membuat
penghantar tersebut mengalami korosi. Dari data-data tersebut dapat
disimpulkan gangguan yang sering terjadi pada trcak circuit yaitu pada
kabel penghantarnya atau disebut bonding. Kabel-kabel tersebut
digunakan untuk menghantarkan tegangan dari trafo feeding ke trafo relay
ataupun dari trafo relay menuju ke trafo feeding. Kondisi penghantar
tersebut bersinggungan langsung dengan lingkungan sekitar. Terbukanya
ujung dari penghantar tersebut membuat penghnatar tersebut rentan
terhadap gangguan seperti korosi ataupun terbakar karena bersinggungan
langsung dengan LAA dan juga faktor lain seperti seperti sampah plastik
yang menempel dan membuat short pada penghantar tersebut.
Penyebab kerusakan pada kabel penghantar bonding yaitu
perbahan struktur logam yang disebabkan oleh korosi dan juga
konduktivitas kalor pada penghantar tersebut. Faktor-faktor lingkungan
juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kerusakan pada kael
penghantar bonding tersebut. Beberapa faktor tersebut akan membuat
perubahan pada struktur pembentuk logam tersebut dan menyebabkan
korosi dan juga pengapuran. Reaksi antara logam tersebut dengan
lingkungan sekitar seperti air, udara, temperatur dan juga lauran asam dari
hujan juga mempercepat proses terjadinya korosi. Hal tersebut juga
dibuktkan dari beberapa penelitian tentang analisis penyebab terjadnya
korosis pada beberapa logam dan diketahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi timbulnya kerusakan pada penghnatar bonding. Sabagai
gambaran pada penghantar bonding di track circuit, apabila suatu ujung
penghantar mengalami kerusakan akibat korosi atau pengapuran maka
penghantar tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Korosi
pada penghnatar bondig biasanya terjadi pada bagian ujung kabel karena

3
pada bagian tersebut inti kabel tidak dilapisi atau dilindungi oleh karet
isolasi dan membuat inti kabel tersebut berinteraksi langsung dengan
lingkungan sekitar.
Beberapa penelitian tentang perbandingan kemampuan alumunium
(Al) dengan tembaga (Cu) dalam penghantaran telah dilakukan. Perbedaan
bahan penyusun dari masing-masing logam tersebut membuat kemampuan
konduktifitasnya berbeda. Perlunya perbandingan dengan melakukan
beberapa pengujian yang nantinya dapat dketahui bahan mana yang paling
tepat digunakan sebagai kabel penghantar bonding. Banyaknya faktor yang
mempengaruhi kemampuan pengahantaran yang menjadi penyebab
terbakarnya kabel bonding tersebut membuat penulis membuat suatu
penelitian tentang “ANALISIS PERBANDINGAN BAHAN
PENGHANTAR TRACK CIRCUIT DITINJAU DARI LAJU KOROSI
DAN KEMAMPUAN HANTAR LISTRIK”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik permasalahan
antara lain :

1. Bagaimana pengaruh perubahan akibat korosi pada alumunium,


tembaga dan baja?
2. Bagaimana kemampuan penghantaran listrik pada alumunium,
tembaga dan baja setelah korosi?

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang
telah diuraikan maka dapat dibuat suatu pembatasan masalah sehingga
dapat diketahui ruang lingkup yang ada, yaitu :

1. Jenis logam yang diuji ada 3 jenis yaitu :


Tembaga, Alumunium, baja
2. Pengambilan data dilakukan dengan pengujian laju korosi dan
pengujian kemampuan hantar listrik setelah korosi

4
3. Pengambilan data laju korosi dan kemampuan hantar listrik tidak
dalam keadaan sebenarnya
4. Pengambilan data laju korosi menggunakan metode lossweight

1.4 Maksud Dan Tujuan

1.4.1 Maksud
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menemukan bahan logam
yang paling tepat untuk digunakan sebagai bonding ataupun menemukan
solusi untuk membuat bahan kabel bonding yang handal.

1.4.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh perubahan akibat korosi pada baja,


alumunium dan tembaga
2. Mengetahui kemampuan penghantaran listrik pada baja,
alumunium dan tembaga

1.5 Manfaat
Dari penelitian tentang perbandingan bahan logam untuk
penghantar bonding diharapkan membawa manfaat, adapun manfaatnya
sebagai berikut :
1. Bagi penulis, dapat mengetahui hasil perbandingan bahan
penghantar yang baik dan mempunyai kemampuan daya hantar
yang maksimal dan dapat bertahan lama
2. Bagi Politeknik Perkeretaapian Indonesia, hasil penelitian
diharapkan dapat memberi wawasan dan pengetahuan khususnya
mengenai minyak rem, dan dapat menjadi bahan kajian dalam
proses pembelajaran sehingga dapat menjadi referensi untuk
pembuatan tugas Taruna/i.
3. Mengetahui bahan tebaik untuk digunakanan sebagai penghantar
kabel bondng
4. Dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya dengan
tema yang sama.

5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penilitan Terdahulu


Penelitian terdahulu adalah upaya penulis mencari suatu masalah
dari penelitian sebelumnya untuk selanjutnya penulis dapat memposisikan
penelitian serta dapat menunjukan keaslian dari penelitian tersebut. Dalam
penilitan terdahulu penulis meringkas beberapa penelitian sudah ada.
Berikut beberapa penelitian terdahulu yang tekait dengan tema yang dibuat
penulis.
(Tembaga & Aluminium, n.d.) Seiring kebutuhan industri untuk
memperkecil biaya produksi dan program penghematan energi, penelitian
terhadap konduktifitas logam sangat diperlukan untuk merencanakan
perpindahan panas dari bahan yang akan digunakan. Mengingat pentinya
perpindahan panas didalm rekayasa teknik maka dilakukan penelitian
perbandingan konduktifitas logam untuk mengetahui studi perpindahan
panas konduksi. Prinsip pengujian konduktifitas ini dengan cara memberi
suhu yang berbeda dimasing masing ujung logam tersebut, untuk bagian
atas menggunakan alat pemanas dan bagian bawah menggunakan larutas
es sebagai penyerap panas. Penghitungan dilakukan pada 5 titik masing
masing logam tersebut.
(Sanjaya et al., 2019) Korosi terjadi pada benda yang terbuat dari
logam seperti logam Cu. Logam Cu dapat mengalami proses oksidasi
membentuk ion Cu2+ akibat berkontak dengan oksigen. Nilai potensial
reduksi standar pada logam Cu sebesar 0,34 Volt (E0 Cu2+/Cu). Proses
oksidasi tembaga dapat dipercepat dengan adanya kondisi lingkungan yang
bersifat asam atau adanya senyawa yang mudah terionisasi seperti garam
NaCl. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa konsentrasi crude tanin dalam etanol menentukan
efisiensi kerja inhibitor. Pada konsentrasi crude tanin 200 g/L memberikan
efisiensi kerja inhibitor yang paling tinggi yaitu 96 % dalam media korosi
NaCl 30.000 ppm selama waktu korosi 10 hari. Sedangkan dalam media
korosi HCl 0,4 M dengan konsentrasi tanin 200 g/L memberikan efisiensi
kerja inhibitor sebesar 94 % dengan waktu korosi 10 hari.

6
(Erlandhi & Ismail, 1945) Korosi dapat terjadi pada berbagai jenis
logam baik pada konstruksi bangunan, pada kendaraan, kapal laut dan
peralatan yang menggunakan komponen logam seperti seng, tembaga, besi
baja, dan lain-lainnya, semuanya dapat terserang oleh korosi.Selain itu
korosi ternyata juga mampu menyerang logam pada komponen peralatan
elektronik, mulai dari computer serta peralatan canggih lainnya yang
digunakan dalam berbagai aktifitas manusia. Proses terjadinya korosi
hampir sama pada semua material terutama pada logam terjadi secara
perlahan tetapi pasti, dimana material yang diperkirakan untuk pemakaian
dalam waktu lama ternyata mempunyai umur yang lebih singkat dari umur
pemakaian rata-ratanya.Berdasarkan hasil data dapat disimpulkan dengan
laju korosi dan kehilangan berat material yang maksimal pada tiap
variable. Korosi terjadi melalui reaksi redoks, di mana logam mengalami
oksidasi, sedangkan oksigen mengalami reduksi. Oksida besi (karat) dapat
mengelupas, sehingga secara bertahap permukaan yang baru terbuka itu
mengalami korosi. Berbeda dengan aluminium, hasil korosi berupa Al2O3
membentuk lapisan yang melindungi lapisan material dari korosi
selanjutnya. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi sebagai anoda.
(Padang & Padang, 2019) Saat ini permasalahan yang timbul dari
konduktivitas termal suatu bahan adalah banyaknya bahan yang belum
teridentifikasi nilai dari konduktivitas termal bahannya. Atas dasar itulah
perlu dilakukannya suatu pengujian untuk mengetahui nilai konduktivitas
termal suatu bahan , agar nantinya dapat menjadi bahan alternatif baru
yang fungsinya mampu menggantikan bahan yang umum digunakan.
Dalam m penelitian untuk meneliti tentang nilai konduktivitas termal suatu
bahan yang ada. Peneliti saat ini terhambat oleh tidak tersedianya alat
konduktivitas termal untuk melakukan penelitian tersebut. Kendala lainnya
yang timbul adalah besarnya biaya yang dibutuhkan dalam pembelian atau
pengadaan alat uji konduktivitas termal ini. Atas dasar itu perlu adanya
sebuah perencanaan rekayasa alat konduktivitas termal yang mampu
membantu penelitian dengan biaya yang murah.

7
(Kasli et al., 2020) Penelitian tentang analisis laju korosi dilakukan
pada logam jenis baja. Penelitian dilakukan dengan metode menimbang
berat logam tersebut sebelum dan sesudah terkena korosi. Untuk membuat
logam tersebut menjadi korosi, logam tersebut dicelupkan kedalam cairan
yang bersifat korosif seperti NaCl dan juga H2SO4 dalam kurun waktu
tertentu. Setelah logam mengalami korosi lalu logam tersebut ditimbang
untuk diukur berat massa logam tersebut. Hasinylanya logam dengan
penambahan atau yang terbentuk dengan struktur karbon akan mengalami
penurnan laju korosi. Karena struktur karbon dapat membentuk krom
karbida dan mempermudah terjadinya korosi.
(Adoe et al., 2020)Penelitian tentang analisis laju korosi yang
disebabkan oleh temperatur diketahui bahwa logam yang dipanskan pada
suhu tertentu dan kemudian dibiarkan akan mengalami korosi. Logam
tersebut dipanaskan pada beberapa suhu dan kemudian logam tersebut
ditarik. Logam dengan perlakuan pemuaian terendah dalah logam dengan
laju korosi telama. Dan logam dengan pemuaian tertinggi adalah logam
dengan lau krorosi tercepat. Struktur mikro untuk semua jenis perlakuan
yang terlihat adalah struktur ferit yang berbentuk gumpalan atau butiran
putih, dan struktur perlit berbentuk butiran hitam. Semakin besar
temperatur maka struktur ferit dan perlit semakin banyak terlihat, apabila
ferit dan perlit semakin banyak maka material akan semakin lunak.

2.2 Aspek Teoritis

2.2.1 Track Circuit


Dijelaskan pada PM 44 Tahun 2018 tentang persinyalan kereta api
bahwa pendeteksi sarana dibagai menjadi 2 salah satunya adalah track
circuit. Track circuit sendiri dibagi menjadi beberapa macam yaitu track
circuit arus searah (DC), track circuit arus bolak-balik (AC), track circuit
frekuensi suara (AF), track circuit impulse tegangan tinggi (HVI). Dalam
pengunaanya pada lintas yang menggunakan Listrik Aliran Atas (LAA)
track circuit yang digunakan adalah track circuit AC hal itu bertujuan agar
sumber tegangan antar penggerak KRL dengan deteksi kereta api tidak
saling terganggu karena LAA meggunakan sumber listrik DC. Track

8
circuit merupakan dasara dari persinyalan elektrik yang dikembangkan
pertama kalinya pada tahun 1872. Tujuanya semula untuk mendeteksi
adanya bakal pelanting pada satu bagian jalan rel. namun sekarang ini
track circuit dikaitkan dengan kondisi sinyal guna menjamin keamanan
perjalanan kereta api. Prinsip kerja track circuit adalah suatu sirkit arus
listrik yang digunakan untuk mengetahui lokasi bakal pelanting pada satu
bagian jalan kereta api yang digunakan untuk mengontrol alat persinyalan
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Track circuit pada dasarnya terdiri dari satu bagian jalan rel yang
secara elektris terpisah karean adanya sambungan yang diberi isolator. Dua
rel dipergunakan sebagai penghantar yang menghubungkan sumber arus
listrik disatu ujung dengan lilitan relai diujung yang lainya. Bagian-bagian
dari track circuit itu sendiri yaitu :
1. TFU (Track Feed Unit) digunakan sebagai sumber arus untuk
menggerakan relai yang dialirkan melalui rel.
2. TFR (Track Feed Relay) digunakan untuk menerima arus dan
dikirimkan ke interlocking sebagai informasi mengenai keberadaan
kereta.
3. Kabel Penghubung digunakan sebagai Komponen untuk
menghubungkan arus yang keluar dari TFU untuk diteruskan ke
Rel.
4. Pasak digunakan sebagai alat penambat kabel penghubung ke
bagian rel.

9
Gambar 2. 1 Track Circuit dalam keadaan tidak terduduki
(Sumber : PT KAI, 2022)
Dari gambar diatas diketahui bahwa prinsip kerja track circuit
yaitu apabila tidak ada bakal pelanting atau kereta tegangan dari Track
Feed Unit dihubungkan kesalah satu rel dengan menggunakan penghantar
bonding untuk masuk ke Track Feed Relay lalu kembali lagi ke sumber
TFU dan membuat kontak relai bekerja. Pada saat bakal pelanting
melewati track tersebut maka akan membuat aliran listrik tridak melewati
TFR tetapi langsung melalui roda kereta lalu membuat kontak relai tidak
bekerja dan pada VDU track berwarna merah atau terduduki .

Gambar 2. 2 Track Circuit keadaan terduduki


(Sumber : PT KAI, 2022)

10
2.2.2 Perawatan Bulanan Track Circuit
Menurut Pedoman Perawatan Dan Pemeriksaan sintel (PPDP)
perawatan pada track circuit dilakukan sebulan sekali. Perawatan peralatan
track circuit dilaksanakan melalui kegiatan pemeriksaan kondisi fisik
peralatan, daerah sektor peralatan serta untuk mendapatkan data
pengukuran parameter tertentu dalam rangka pendiagnosisan awal setelah
peralatan beroperasi selama satu bulan. Hal tersebut dilakuakn agar
peralatan dalam keadaan layak pakai.Item perawatan pada track circuit
meliputi :
a. Pengukuran
Tegangan output TFU
Tegangan input TFR
b. Kabel TC dan Pasak Baut
Kabel input TC
Kabel Output TC
Kabel konektor
Kabel return current
Kondisi pasak/baut/skun
c. Pemeriksaan umum
Kondisi Kebersihan
TFU
TFR
Fungsi TC
Kondisi IRJ
Rel isol
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan perawatan Track Circuit
yaitu multimeter digital, alat komuniksi, kunci inggris, kunci pas,tang,
obeng, palu, betel/pahat, pasak bonding, majun dan alat kebersihan.
Standar pengukuran untuk tegangan atau feeding sebesar 3-10 Vac dan 2-5
vdc. Dan untuk penerima atau trafo relay sebesar 1,5 – 4 vac dan 1,6 – 4
vdc. Untuk kondisi kebersihan harus dipastikan bahwa track circuit dalam
keaaan bersih dan semua baud terpasang dengan kencang.

11
2.2.3 Penghantar Bonding

Gambar 2. 3 Penghantar Bonding


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2022)
Pada lintas yang dilewati KRL dan terdapat Listrik Aliran Atas
jenis track circuit yang digunakan adalah track circuit arus bolak balik AC
hal tersebut bertujuan agar sumber tegangan antar penggerak KRL dengan
deteksi kereta api tidak saling terganggu karena LAA meggunakan sumber
listrik DC. Yang membedakan dengan Track circuit lainya yaitu
penambahan kabel penghantar bonding, fungsi dari kael penghantar
bonding yaitu digunakan untuk meneruskan tegangan DC negatif yang
dihasilkan gardu traksi yang mengalir melalui rel dapat diteruskan ke
gardu traksi selanjutnya. Jika sumber listrik negatif DC tidak diteruskan
maka akan timbul stray current atau arus liar yang menyebabkan korosi
pada rel dan yang lebih parah lagi rel akan meleleh. Dalam PM 44 Tahun
2018 dicantumkan bahwa penempatan kabel bonding berada pada setiap
sambungan rel menggunakan minimal kabel minimum alumunium 4 x 150
mm2 atau dengan tembaga minimal 2 x 150 mm2.
Rel dikedua sisi atau rel yang terletak berdampingan harus
dihubungkan satu sama lainnya oleh suatu kawat penghubung.Pada bagian
jalan rel yang dilengkapi TC ikatan silang harus dihubungkan melalui titik
netral ikatan impedansi, sehingga TC yang terletak berurutan tidak saling
mempengaruhi. Fungsi dari penghantar bonding tersebut yaitu :

1. Untuk menghantarkan kembali arus traksi

12
2. Untuk menghantarkan arus sinyal TC
3. Untuk memperkecil tahanan TC
4. Untuk mempertahankan keseimbangan arus traksi

2.2.4 Faktor Penyebab Gangguan Pada Kabel Penghantar Bonding


kabel penghantar bonding digunakan pada Track Circuit dengan
lalu lintas LAA. biasanya kabel penghantar bonding digunakan untuk
meneruskan arus traksi atau menghantarkan arus dari feeder ke relay pada
track circuit. Posisi kabel yang berada diluar dan terkena langsung dengan
suhu dan udara diluar sangat rentan terhadap korosi dan pengapuran.
Korosi dan pengapuran ini disebebakna oleh beberapa faktor seperti :
a. Stray Current
Pada listrik aliran atas (LAA) dimana kawat catenary
menghantarkan tegangan DC positif dan rel sebagai penghantar DC
negatif. Ketika arus negatif yang mengalir melalui rel dari gardu traksi
menuju ke gardu traksi lainya, apabila terjadi kebocoroan arus maka
akan timbul stray current. Salah satu penyebab kebocoran adalah
penghantar bonding yang sudah tidak layak dan menimbulkan
kebocoran arus tersebut. Akibat yang ditimbulkan dari stray current ini
adalah korosi pada logam penghantar maupun pada rel kereta tersebut.
Pelepasan klorida pada struktur logam akibat stray current adalah
penyebabnya. Ditambah kondisi lingkungan dengan asam sulfat dan
natrium klorida dari hujan maupun faktor lain dilingkungan tersebut
makin mempercepat proses pembentukan korosi maupun pengapuran
pada penghantar bonding.(Wang et al., 2019)

b. Korosi dan pengapuran


Logam menjadi salah satu jenis bahan yang digunakan dalam
dunia industri. Masalah utama pada logam adalah korosi. Korosi
merupaka suatu reaksi elektrokimia antar logam dengan lingkungan
yang menyebaban penurunan mutu logam. Selain menyebabkan karat
korosi juga akan mengakibatkan penurunan sifat mekanik baja atau
kekerasan baja. (Novita et al., 2018)

13
Korosi merupakan reaksi termodinamika logam dengan
lingkunganya yang berusaha untuk mencapai titik kesetimbanganya.
Reaksi ini dikatakan setimbang bila logam telah membentuk oksida
atau senyawa kimia lain yang telah stabil. Panas yang tejadi pada logam
juga dapat menimbulkan korosi ditambah pengaruh faktor lingkungan
seperti oksigen yang membuat reaksi oksidasi pada logam tersebut dan
menimbulkan karat. Faktor lingkungan yang dimaksud tersebut
adalalah berupa air,udara, larutan asam , dan lain-lain yang berinterkasi
dengan logam-logam tersebut. (Adoe et al., 2020)
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan penyebab korosi
pada logam yaitu karena tejadinya reaksi logam tersebut terhadap
lingkungan sekitar. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi
laju korosi pada logam tersebut seperti suhu, temperatur, udara maupun
larutan asam yang ada dilingkungan tersebut. Akibat yang ditimbulkan
korosi pada logam adalah penurunan sifat mekanik logam tersebut yang
dapat membuat logam tersebut terkikis dan apabila terjadi pada suatu
kabel penghantar yang dilalui elektron-elektron yang dapat menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya korosi. Dan apabila
pada suatu penghantar mengalami korosi maka akan menurunkun
kemampuan penghantar tersebut.
c. Faktor kondisi lingkungan
Penempatan penghantar bonding yang berada diluar dan
berinteraksi langsung dengan lingkungan luar membuat banyaknya
kemungkinan dapat terjadi. Kondisi dipetak jalan yang tidak bisa
dikontrol oleh petugas perawatan sintel seperti faktor alam maupun
faktor yang disebabkan oleh manusia seperti sampah plastik ataupun
perilaku merusak dari manusia. Sampah adalah semua buangan yang
dihasilkan oleh aktivitas manusia dan hewan yang berbentuk padat,
lumpur (sludge), cair maupun gas yang dibuang karena tidak
dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi. Walaupun dianggap sudah tidak
berguna dan tidak dikehendaki, namun bahan tersebut kadang–kadang
masih dapat dimanfaatkan kembali dan dijadikan bahan baku .(Andreas

14
Corsinus Koestomo, 2011). Sampah yang berada dipetak jalan dapat
menjadi penyebab terjadinya kebakaran akibat short atau hubung
singkat. Sampah plastik yang menempel pada ujung penghantar
bonding dan menempel pada penghantar yang berbeda phasa maka
dapat mengakibatkan hubung singkat dan membuat penghantar tersebut
terbakar. Akibatnya akan tejadi drop tegangan karena kemampuan
hantar dari kabel tersebut menurun yang akan membuat track circuit
berindikasi merah. Hubung singkat juga dapat terjadi apabila beda
phasa dari track circuit terseut menempel karena perilaku manusia
seperti menempelkan paku pada rel untuk diinjak kereta.

2.2.5 Laju Reaksi


Laju reaksi adalah laju berkurangnya konsentrasi reaktan dan
bertambahnya konsentrasi hasil reaksi setiap satuan waktu. Besi dapat
berkarat karena adanya reaksi oksidasi. Semakin banyak jumlahoksigen
maka semakin banyak karat yang terbentuk. Secara garis besar reaksinya
sebagai berikut :

Fe ( s ) +O2 ( g ) + H 2 O (l) → 2 Fe2 O3 x H 2 O(s)

Dimana dapat dilihat besi sebegai pereaksi dan hasil reaski antara
besi, oksigen dan hidrogen menghasilkan karat pada besi. Jika dilakukan
dalam waktu yang lama maka jumlah besi akan terus berkurang dan
jumlah karat besi akan terus bertambah. Dapat disimpulkan bahwa laju
reaksi sendiri adalah laju berkurangnya konsentrasi pereaksi dalam contoh
diatas konsentrasi besi berkurang karena bercampur dengan oksigen dan
air. Laju reaksi sendiri memiliki 4 faktor yaitu :
1. Konsentrasi Pereaksi
Konsentrsi mencerminkan banyaknya zat dalam suatu volume
tertentu. Semakin besar konsentrasi suatu zat menandakan banyak
zat tersebut dalam setiap volumenya.

15
2. Luas Permukaan
Pada campuran pereaksi yang heterogen, reaksi hanya terjadi pada
bidang batas campuran. Bidang batas campuran disebut bidang
sentuh. Dengan memperbesar luas bidang sentuh reaksi akan
berlangsung lebih cepat.

3. Suhu
Laju reaksi semakin cepat karena adanya energi kinetik yang
dihasilkan pada tumbukan antarmolekul. Dari tumbukan tersebut
akan menghasilkan energi yang cukup besar untuk melakukan
reaksi. Dengan demikian semakin tinggi suhu maka akan
menghasilkan energi tumbukan yang banyak dan mengakibatkan
reaksi berlangung lebih cepat.
4. Katalis
Sebuah katalis memberikan jalan reaksi lain dengan energi aktivasi
lebih rendah.

2.2.6 Logam pengujian


Baja
Baja adalah logam paduan antar besi (Fe) dan karbon (C) , dimana
besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan utamanya.
Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0,1 % hingga 1, 7 % sesuai
tingkatanya. Dalam proses pembuatan baja akan terdapat unsur-unsur lain
selain karbon yang tetinggal di dalam baja seperti mangan (Mn), Silikon
(Si), kromium (Cr), vanadium (V), dan unsur lainya.(ILMU MATERIAL
TEKNIK, 2017)
Berdasarkan komposisi dalam prakteknya baja terdiri dari beberapa
macam yaitu: Baja Karbon ( Carbon Steel ), dan Baja Paduan (Alloy Steel)
Klasifikasi Baja
Berdasarkan tinggi rendahnya presentase karbon di dalam baja, baja
karbon diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Baja Karbon Rendah (Low Carbon Steel) mengandung karbon antara
0,10 s/d 0,30 %. Baja karbon ini dalam perdagangan dibuat dalam
plat baja, baja strip dan baja batangan atau profil.

16
2. Baja Karbon Menengah (Medium Carbon Steel) mengandung karbon
antara 0,30% - 0,60% C. Baja karbon menengah ini banyak
digunakan untuk keperluan alat-alat perkakas bagian mesin juga
dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk keperluan
industri kendaraan, roda gigi, pegas dan sebagainya.
3. Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel) mengandung kadar karbon
antara 0,60% - 1,7% C. Baja ini mempunyai tegangan tarik paling
tinggi dan banyak digunakan untuk material tools. Salah satu
aplikasi dari baja ini adalah dalam pembuatan kawat baja dan kabel
baja. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung didalam baja
maka baja karbon ini banyak digunakan dalam pembuatan pegas,
alat-alat perkakas seperti: palu, gergaji atau pahat potong.
Tembaga
Tembaga adalah logam yang ditemukan sebagai unsur atau
berasosiasi dengan tembaga dan perak.Tembaga ini terdapat dalam jumlah
yang relatif besar dan ditemukan selama pemisahan dari bijihnya (coal)
pada elektrolisis dan pemurnian tembaga. Berbagai jenis logam pada
tailing dalam bentuk mineral yaitu Cu,As, Pb, Zn, Fe, Hg.unsur ini
merupakan salah satu hasil sampingan dari proses pengolahan bijih logam
non-besi terutama emas, yang mempunyai sifat sangat beracun dengan
dampak merusak lingkungan.Tailing umumnya memiliki komposisi sekitar
50% batuan dan 50% air.Hasil ekstraksi tailing emas masih mengandung
beberapa logam dengan kadar tertentu, biasanyamineral yang mengandung
emas berasosiasi dengan logam perak, besi, chrom, seng dan tembaga
seperti kalkopirit (CuFeS2) dan berbagai mineral sulfida lain.(Nuriadi et
al., 2013)
Alumunium
Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat
ketahanan korosi dan mampu alir yang baik sehingga banyak digunakan
dalam aplikasi alat-alat rumah tangga,otomotif, maupun industri saat ini.
Piston bekas digunakan untuk mendapatkan unsur Si yang cukup tinggi
pada piston. Ilmu pengecoran logam terus berkembang dengan pesat dalam

17
dunia industri. Berbagai macam metode pengecoran telah ditemukan dan
disempurnakan, diantaranya centrifugal casting, investment casting, dan
sand casting serta masih banyak lagi metode-metode lainnya. Pada
penelitian ini paduan Aluminium akan dicor pada 3 jenis variasi suhu
cetakan sehingga dengan perlakuan panas terhadap cetakan logam (dies)
yaitu 450˚C dan 500˚C diharapkan mampu memperbaiki sifat getas yang
ada pada Aluminium. Temperatur dari variasi pemanasan suhu cetakan
logam (die casting) dapat mempengaruhi dari sifat mekanik atau nilai
kekuatan tarik dari suatu bahan dalam pembebanan dan sifat fisik atau
stuktur mikro pada paduan Aluminium hasil peleburan. Pada penelitian ini
dilakukan pengujian tarik dimana hasil pengujian maksimun terjadi pada
pemanasan suhu cetakan 450˚C yang menghasilkan tegangan tarik
maksimun rata-rata sebesar 774,74 N/mm 2.Pengujian struktur mikro
dengan hasil metalografi diperoleh stuktur mikro silikon austenit yang
berbentuk jarum dan silikon primer yang berbentuk partikel kecil yang
akan meningkatkan ketahanan aus material.(Wisnujati & Sepriansyah,
2018)

18
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian


Diagram alir yang menunjukan urutan pelaksanaan kegiatan
penelitian dan urutan kegiatan pengujian yang dilakukan pada penelitian
dapat dilihat pada gambar 3.1

Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian


3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang dilakukan penulis
untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan
penelitian. Dalam penyusunan proposal tugas akhir ini peneliti
menggunakan metode pengumpulan data primer dan sekunder. Metode
yang digunakan adalah dengan cara pengujian terhadap bahan logam yang

19
digunakan sebagai penghantar. Pengujian dilakukan dengan cara menguji
laju korosi dan juga pengaruh logam tehdap konduktivitas panas.
Pengumpulan data pada penelitian ini dengan mencari data primer
dan data sekunder.
a. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
dari sumber yang sudah ada tanpa melakukan wawancara, observasi,
survey ataupun teknik pengumpulan data lanya. Data sekunder dalam
penelitian ini adalah data gangguan pada penghantar track circuit dari
resort sintel 1.14 bekasi dan 1.15 cikarang.
Tabel 3. 1 Format riwayat gangguan Track Circuit
NO NO TRACK LOKASI PENYEBAB PENANGANAN

1 201C TB Ckr-Tb Tegangan drop Ganti Penghantar


2 24B Lmb-Ckr Tegangan drop Setting dan ganti
3 10B Lmb Return drop Ganti Penghantar
4 106 Tb-Ckr Return drop Ganti Penghantar
5 101 Ckr-Tb Feeding drop Ganti Penghantar
6 11A Tb Tegangan drop Ganti Penghantar
7 24B Lmb Tegangan drop Ganti Penghantar
8 201C TB Tb Tegangan drop Ganti Penghantar
9 10A Tb Tegangan drop Ganti Penghantar
10 201C Bkst Feeding drop Ganti Penghantar
11 202 Bks Tegangan drop Ganti Penghantar
12 805 Bks Tegangan drop Ganti Penghantar

20
b. Data Primer
Data yang diperoleh dan diolah secara langsung oleh peneliti
melalui pengujian, observasi, survey dan wawancara. Data primer
dalam penelitian ini adalah data pengujian tentang laju korosi dan
ketahanan terhadap panas.
Tabel 3. 2 Format data pengujian laju korosi

Jenis Tembaga Alumunium Baja


logam
Berat awal
Hari ke-7
Hari ke-14
Hari ke-21
Hari ke-28
Hari ke-35
Dst

Tabel 3. 3 Format data pengujian kemampuan hantar listrik hari ke-7

Jenis logam Tembaga Alumunium Baja


Vout
Iout

Tabel 3. 4 Format data pengujian kemampuan hantar listrik hari ke-14

Jenis logam Tembaga Alumunium Baja


Vout
Iout

Tabel 3. 5 Format data pengujian kemampuan hantar listrik hari ke-21

Jenis logam Tembaga Alumunium Baja


Vout
Iout

21
Tabel 3. 6 Format data pengujian kemampuan hantar listrik hari ke dst

Jenis logam Tembaga Alumunium Baja


Vout
Iout
3.2.1 Jenis
Data
Data merupakan bukti fakta yang dikumpulkan oleh seorang
peneliti untuk bukti dalam memcahkan suatu masalah. Jenis data yang
dgunakan dalam penelitian ini berasal data primer dan data sekunder
sebagai berikut :

1. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung


dari sumbernya. Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini
yaitu data hasil pengujian korosi dan konduktifit arus dan tegangan
pada logam. Data diperoleh dari hasil pengujian laju korosi pada
logam tembaga, alumunium dan baja lalu logam tersebut dialiri
arus dan tegangan lalu diukur pada Vout dan Iout
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah
ada. Dalam penelitian ini ,data sekunder berupa riwayat gangguan
pada Track Circuit yang diperoleh dari Resort Sintel 1.14 Bekasi
dan 1.15 Cikarang pada tahun 2018 sampai tahun 2021.

3.3 Metode pengelolahan data


Dalam penelitian ini, penulis mengolah data yang diperoleh
menggunakan metode analisis gabungan kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif adalah analisis data dengan cara melakukan wawancara
dan pengamatan pada penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara
dengan petugas perawatan sintel dan juga pengamatan pada saat kegiatan
perawatan pada track circuit. Analisis kuantitatif adalah analisis yang
berkaitan dengan angka pada penelitian ini penulis menggunakan metode
ekperimental untuk memporoleh data dengan cara melakukan pengujian
laju korosi dan konduktivitas arus dan tegangan. Data diperoleh sebelum
dan sesudah melakukan pengujian terhadap logam tembaga, alumunium
dan juga baja.

22
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan sebuah tahapan dalam proses
ketika data yang sudah dikumpulkan lalu diolah untuk menyelesaikan
objek yang akan diteliti dalam rangka menjawab rumusan masalah.
Manajemen dalam proses pengolahan data tersebut yang dinamakan
metode analisis data.metode analisis data yang digunakan dalam tahap
proses penelitian ditentukan oleh metode penelitian yang digunakan saat
melakukan penelitian. Secara garis besar metode analisis data dibagi
menjadi dua, yaitu analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif.

3.4.1 Reaksi Korosi


Dalam suatu korosi suatu material akan bersifat sebagai anoda.
Anoda sendiri adalah bagian dari logam tersebut yang mengalami reaksi
oksidasi. Akibat dari reaksi okisdasi yaitu suatu logam akan kehilangan
elektron. Korosi pada logam melibatkan dua reaksi yaitu reaksi oksidasi
pada anoda dan reaksi reduksi pada katoda. Dalam pengujian ini larutan
yang digunakan yaitu NaCl atau larutan garam. Dimana dalam larutan
tersebut mengandung garam dan juga air. Proses korosi pada logam yang
akan diuji tersebut yaitu :

a. Alumunium
Alumunium dengan lambang unsur Al dan nomer unsur 13
memiliki reaksi kimia apabila terjadi proses perendaman yaitu :
Al+ H 2 S O4
b. Tembaga
Alumunium dengan lambang unsur Cu dan nomer unsur 29
memiliki reaksi kimia apabila terjadi proses perendaman yaitu :

Cu+ H 2 S O4

c. Baja
Alumunium dengan lambang unsur Fe dan nomer unsur 26
memiliki reaksi kimia apabila terjadi proses perendaman yaitu :

Fe+ H 2 S O 4

23
3.4.2 Pengujian laju korosi
Tahapan awal dalam penelitian adalah pengumpulan data. Data
sendiri dibagi mejadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
sendiri adalah data yang berupa numerik atau angka. Pada penelitian ini
dilakukan pengujian terhadap tiga buah logam yaitu tembaga, alumunium
dan juga baja sebagai variabel data. Pengujian laju korosi sendiri yaitu
pengujian yang dilakukan ntuk mengetahui laju korosi pada suatu logam
dalam penelitian ini logam tersebut digunakan sebagai penghantar pada
track circuit. Dalam penelitian ini untuk pengujian laju korosi
menggunakan metode lossweight atau metode kehilangan massa benda.
Yang dimaksud metode lossweight adalah metode kehilangan berat (loss
Weight) adalah mengukur kembali berat awal dari benda uji (objek yang
ingin diketahui laju korosi yang terjadi padanya), akibat kekurangan berat
dari berat awal merupakan nilai kehilangan berat. Kekurangan berat
dikembalikan kedalam rumus untuk mendapatkan laju kehilangan
beratnya. Metode ini bila dijalankan dengan waktu yang lama dan
suistinable dapat dijadikan acuan terhadap kondisi tempat objek diletakkan
(dapat diketahui seberapa korosif daerah tersebut) juga dapat dijadikan
referensi .(Magga et al., 2017)

Laju korosi dapat diketahui dengan menghitung menggunakan


persamaan berikut :
K.W
mpy=
D. A . t
Dimana :
mpy = Mili per year atau laju korosi pertahun
K = Konstanta yang besarnya bergantun pada satuannya
W = Berat benda setelah terkorosi selama waktu t
D = Massa jenis benda
A = Luas penampang logam
t = Lama waktu pengujian

24
3.4.2 Pengujian kemampuan hantar listrik setelah terkorosi
Setelah melakukan pengujian laju korosi tehadap logam tersebut
selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap kemampuan hantar
listrik. Pengujian dilakukan dengan cara mengukur tegangan dan arus pada
output logam tersebut. Pengujian dilakukan setelah pengujian laju korosi
pada hari ke 7, 14, 21 dst. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui
kemampuan hantar listrik dari logam tersebut setelah terjadi korosi. Dari
objek pengujian tersebut nantinya akan diketahui logam mana yang paling
baik kemampuan hantar listriknya. Apabila output dari logam tersebut 1:1
atau paling mendekati 1:1 maka logam tersebut dapat dikatakan yang
paling baik kemampuan hantar listriknya.

3.4.3 Kerangka Berfikir


Dari tinjauan pustaka dan hasil penelitian tekat di atas, dapat
dirumuskan kerangka berfikir sebagai berikut :
Korosi pada suatu penghantar disebabkan oleh reaksi terhdap
lingkungan sekitar. Pengaruh korosi pada penghnatar tersebut akan
membuat penghnatar tersebut menjadi rusak dan membuat drop tegangan.
Akibat yang ditimbulkan apabila pada track circuit pada penghantar dari
feeder maupun menuju relay akan mengalami drop dan membuat track
circuit indikasi merah. Hal tersebut terjadi karena faktor lingkungan yang
membuat korosi pada ujung penghantar yang tidak dilapisi karet pelindung

3.4.3 Hipotesis penelitian


Dari kerangka berfikir diatas, dapat diambil hipotesis penelitian
sebagai berikut :
a. Korosi pada penghnatar bonding track circuit disebabkan oleh
pengaruh faktor lingkungan dan juga faktor lain seperti stray
current dan juga faktor non teknis.
b. Semakin tinggi korosi pada suatu penghnatar akan membuat
kemampuan hantarnya akan menurun.

25
Januari Februari Maret April Mei Juni
N
Kegiatan
O
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. PENYUSUNAN
PROPOSAL

2. SEMINAR
PROPOSAL

3. PENGAMBILA
N DATA

4. PENYUSUNAN
TUGAS AKHIR

5. PENGUMPUL
AN
TUGAS AKHIR

3.5 Jadwal

26
DAFTAR PUSTAKA

Adoe, D. G. H., Bunganaen, W., Mandala, B. K. A., Studi, P., & Mesin, T. (2020).
Analisis Pengaruh Temperatur Dan Perlakuan Korosi Terhadap Ketahanan Putus
Tabung Silinder Asetilin Bermaterial Drum Besi Bekas (Baja AISI 1045). Lontar
Jurnal Teknik Mesin Undana, 07(02), 22–27.

Andreas Corsinus Koestomo. (2011). Pengelolaan Sampah Institusi. Academia.

Erlandhi, D., & Ismail, I. (1945). Analisis Laju Korosi Pada Permukaan Material Baja
Komersil Dan Aluminium Dalam Media Air Laut Yang Agitasi. Analisis Laju
Korosi Pada Permukaan Material Baja Komersil Dan Aluminium Dalam Media Air
Laut Yang Agitasi.

ILMU MATERIAL TEKNIK. (2017).

Kasli, E., Dewi, V. R., & Mazlina, H. (2020). Analisis Nilai Hambatan Jenis Aluminium
Berdasarkan Panjang Kawat Yang Berbeda. 6(1).

Magga, R., Zuchry, M., & Arifin, Y. (2017). ANALISIS LAJU KOROSI BAJA KARBON
RENDAH DALAM MEDIA BAHAN BAKAR ( PREMIUM dan PERTALITE ). 2017,
223–228.

Menteri Perhubungan. (2014). Menteri Perhubungan Republik Indonesia. Peraturan


Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 41 Tahun 2014 Organisasi
Dan Tatakerja Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Budiarto.

Novita, S., Ginting, E., & Astuti, W. (2018). Analisis Laju Korosi dan Kekerasan pada
Stainless Steel 304 dan Baja Nikel Laterit dengan Variasi Kadar Ni (0, 3, dan 10%)
dalam Medium Korosif. JURNAL Teori Dan Aplikasi Fisika, 06(01), 21–32.

Nuriadi, Napitupulu, M., & Rahman, N. (2013). ANALISIS LOGAM TEMBAGA ( Cu )


PADA BUANGAN LIMBAH TROMOL ( TAILING ) PERTAMBANGAN
POBOYA Analysis of Copper ( Cu ) Metal On Drum Waste Disposal ( Tailings ) at
Poboya Mining. J. Akad.Kim.2, 2(May), 90–96.

Padang, U. N., & Padang, U. N. (2019). PERENCANAAN ALAT UJI KONDUKTIVITAS


TERMAL BAHAN Rahmat Syukri 1 , Arwizet K 2 1) 2). 921–927.

Sanjaya, S., Santoso, G. C. K. W., Anggorowati, A. A., & Sudaryanto, Y. (2019).

27
Pengendalian Laju Korosi Tembaga Pada Media Korosi Larutan NaCL dan HCL
Dengan Menggunakan Tanin Daun Jambu Biji Sebagai Green Inhibitor. Widya
Teknik, 18(2), 59–63. https://doi.org/10.33508/wt.v18i2.2060

Tembaga, P. K., & Aluminium, B. D. A. N. (n.d.). q  kA dT Temperatur  C Posisi


Termokopel Gambar 1 . Distribusi Temperatur Selektor Pem Termometer Digital o
g a m u i o g a m o m T1 T2 T3 T4 T5 u i Larutan ( air + es ) Penyerap panas i. 62,
2–4.

Wang, X., Wang, Z., Chen, Y., Song, X., & Yang, Y. (2019). Effect of a DC stray current
on the corrosion of X80 pipeline steel and the cathodic disbondment behavior of the
protective 3PE coating in 3.5% NaCl solution. Coatings, 9(1).
https://doi.org/10.3390/coatings9010029

Wisnujati, A., & Sepriansyah, C. (2018). Analisis Sifat Fisik Dan Mekanik Paduan
Aluminium Dengan Variabel Suhu Cetakan Logam (Dies) 450 Dan 500 Derajat
Celcius Untuk Manufaktur Poros Berulir (Screw). Turbo : Jurnal Program Studi
Teknik Mesin, 7(2), 159–165. https://doi.org/10.24127/trb.v7i2.792

Wu, P., Zhu, X., Xu, L., Peng, W., & Zhao, G. (2020). Effect of stray current coupled
with chloride concentration and temperature on the corrosion resistance of a steel
passivation film. Electrochemistry Communications, 118(July), 106793.
https://doi.org/10.1016/j.elecom.2020.106793

28

Anda mungkin juga menyukai