Gresik adalah salah satu kota yang terkenal sebagai pusat perdagangan
dan penyebaran agama islam sejak zaman dahulu. Menurut Jarwanto
(2019:185-192) sejak abad ke-16 Gresik tumbuh menjadi kota pelabuhan
yang terkenal terutama adanya pelabuhan kembar yang menjadi pelabuhan
terbesar ke-4 di seluruh pantai utara Pulau Jawa pada tahun 1774-1775.
Pelabuhan tersebut dimanfaatkan para pedagang dari Arab, Cina, dan
Gujarat, untuk berdagang dan menyebarkan ajaran agama Islam. Pada zaman
itu pelabuhan Leran sebagai pelabuhan Internasional menjadi salah satu
alasan Syeh Maulana Malik Ibrahim berupaya mengislamkan tanah Jawa.
Konon, saat dua utusan itu tiba di kerajaan, bukan Raja Brawijaya yang
menyambut, melainkan Patih dari Raja Brawijaya. Pada saat itu Raja
Brawijaya sedang memiliki hobi nginang yang artinya mengunyah daun sirih
dan tidak peduli terhadap utusan dari Leran (Anonim, 2003:13). Utusan
Leran hanya memberikan delima kepada patih untuk diserahkan kepada Raja
Brawijaya. Saiyid Ja’far dan utusan lain lalu segera kembali menuju Leran
untuk bergabung dengan rombongan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Raja
Brawijaya yang menerima buah delima dikejutkan karena isi delima adalah
biji dari logam mulia sehingga mengutus Patihnya untuk mencari utusan dari
Leran. Saiyid Ja’far menolak Patih dan memintanya menunggu saja
rombongan yang lain sehingga tempat untuk menunggu tersebut konon
dinamakan Menganti yang dalam bahasa Jawa artinya menunggu.
Toponimi Desa lain yang muncul dari cerita lisan tersebut tidak berhenti
di sana, asal usul nama desa lainnya dijelaskan dalam perjalan utusan Saiyid
Ja’far. Konon saat perjalanan Saiyid Ja’far tidak tau arah dan salah satu
utusan yang pergi bersamanya menghilang. Saiyid Ja’far akhirnya berjalan
melingkar sambil berdoa sehingga muncullah Toponimi Desa Bunder yang
berasal dari bahasa Jawa Mbunder yang artinya melingkar. Saiyid Ja’far juga
menelusuri area sungai dan konon kakinya terasa berat saat berjalan di tepi
sungai karena tertahan lumpur. Saat melemparkan lumpur di kakinya dan
terkena genangan air, bentuk lumpur dan genangannya berbentuk pulau.
Dari cerita foklor tersebut muncullah Toponimi Desa Tebaloan. Tebaloan
berasal dari gabungan kata ‘kaki’ atau dalam bahasa jawa Dibal dan kata Pulo
yang artinya ‘Pulau’, sehingga Tebaloan artinya Kaki Pulau. Bahkan saat
utusan tersebut menaiki gunung untuk mencari Leran dan melihat ke arah
bawah dari atas gunung muncullah Toponimi atau asal usul nama desa lain
yaitu Pongangan. Pongangan berasal dari kata Ngungak yang artinya ‘Melihat
ke Bawah’ (Anonim, 2003: 14-15). Awalnya Toponimi Desa ini tidak disebut
sebagai Pongangan melainkan Pangunga’an, namun kini desa tersebut secara
adminstratif bernama Desa Pongangan.
Menurut Narasumber lisan, Hj. Ainur Rofiah, juru kunci Makam Panjang
Leran, Sultan tersebut meminta maaf kepada Syekh Maulana Malik Ibrahim
karena tidak bisa mengikhlaskan putrinya menikahi Raja Brawijaya, ia
pulang sendirian ke Gedah atau ke kerajaan asalnya, dan mengamanahi
Saiyid Ja’far untuk mendidik Saiyidah Aminah tentang agama Islam di Leran.
Sayangnya tak lama kemudian di Leran muncul wabah penyakit yang
menewaskan Saiyidah Aminah di usianya yang masih remaja. Wabah tersebut
konon bernama wabah To’un atau wabah Sampar.
Dari beberapa cerita foklor atau cerita lisan yang berasal dari berbagai
sumber, dapat disimpulkan bahwa Toponimi atau asal usul penamaan Desa
sekitar Leran sangat erat hubungannya dengan upaya mengislamkan Raja
Brawijaya. Syekh Maulana Malik Ibrahim, Sultan Mahmud Sadad Alam,
Saiyidah Aminah atau Siti Fatimah Binti Maimun, dan utusan saat itu adalah
tokoh utama penggerak islam di tanah jawa, khususnya Leran Gresik. Ada
Baiknya Foklor dan kearifan lokal ini tetap dilestarikan dan
didokumentasikan. Tujuannya agar masyarakat tak lupa bahwa dibalik
toponimi atau nama desa ada kaitan yang erat dengan identitas masyarakat
Gresik yang kental akan ajaran islam.
DAFTAR PUSTAKA
Indrawati, Dwi dkk. 2004. Cerita Asal Usul nama Desa (TOPONIM) di
Kabupaten Gresik. Gresik: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Jarwanto, Eko. 2019. Gresik Punya Sejarah, Peran Gresik dalam Lintasan
Sejarah Nusantara. Gresik: Yayasan Mata Seger.
Rofi’ah, Ainur. 2020. “Siti Fatimah Binti Maimun”. Hasil wawancara pribadi: 27
September 2020, TIM KTS SMP Islam Manbaul Ulum Gresik.