Halaman
Tabel 2.1 Tahapan pencapaian kegiatan komponen 2 dalam implementasi CBT dan OSCE.....18
Tabel 3.1 Tugas dan tanggung jawab skema dalam konsep kemitraan ....................................46
Tabel 3.3 Daftar institusi penerima PHK PKPD skema A dan skema B ......................................51
Gambar 1.3 Roadmap penyusunan naskah akademik, standar pendidikan dan standar
Kompetensi profesi......................................................................................................7
Gambar 1.4 Timeline penyusunan naskah akademik dan standar profesi kesehatan ....................7
Gambar 3.2 Intervensi dalam konsep kemitraan pada PHK PKPD ................................................48
Dalam dua tahun periode implementasi proyek HPEQ yang fokus pada penataan sistem
pendidikan tinggi bidang kesehatan, telah dihasilkan berbagai produk kajian maupun naskah-
naskah akademik yang dihasilkan oleh tim pokja proyek HPEQ, bekerjasama dengan
masyarakat profesi dan stakeholders profesi lainnya.
Berbagai produk tersebut akan menjadi dokumen resmi proyek HPEQ yang dapat digunakan
sebagai rujukan utama dalam pengembangan keilmuan dan usaha penyelerasan pendidikan
formal dan non formal, serta menjadi basis perumusan kebijakan bagi organisasi dan asosiasi
profesi kesehatan pada khususnya, serta pemerintah pada umumnya.
Berbagai produk kajian ini masih berbentuk draft yang perlu dan akan disempurnakan melalui
uji publik dan iterasi kepada berbagai pihak terkait, seperti lembaga pemerintah, stakeholders
profesi, serta benchmarking kepada organisasi profesi internasional.
Draft naskah akademik dan produk kebijakan ini disebarkan untuk kalangan terbatas, yaitu
peserta 2nd HPEQ International Conference, dalam rangka mendapatkan input untuk
penyempurnaan naskah-naskah ini, supaya lebih relevan dengan perkembangan profesi yang
aktual.
Pada akhirnya, seluruh tim proyek HPEQ berharap agar produk kajian yang merupakan output
proyek HPEQ ini dapat berguna bagi seluruh pembaca, serta dapat digunakan untuk
pengembangan keilmuan maupun profesi kesehatan.
Together we can…
A. Pendahuluan
Dalam Naskah Akademik Sistem Akreditasi Institusi Pendidikan Kesehatan – HPEQ Project
dipaparkan bahwa pendidikan kesehatan di Indonesia mengalami perubahan yang sangat
mendasar akibat: 1) Meningkatnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang bermutu terlepas
dari status sosial ekonomi masyarakat 2) Arus globalisasi yang sangat deras sangat besar
pengaruhnya terhadap pelayanan kesehatan 3) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sangat pesat. Selain itu, terdapat pula beberapa kondisi tertentu yang mendorong
pendidikan kesehatan di Indonesia untuk memiliki kualitas yang lebih baik seperti halnya
distrubusi tenaga kesehatan yang tidak merata, kondisi geografis beragam, adanya perbedaan
tingkat kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang didasari oleh perbedaan tingkat ekonomi
masyarakat. Faktor berpengaruh lainnya adalah adanya tantangan untuk menghasilkan tenaga
kesehatan yang memiliki kualifikasi berstandar nasional dan juga dapat bersaing secara
internasional dalam menghadapi persaingan global pada AFTA maupun ASEAN Community di
tahun 2015. Oleh karena itu, karena akreditasi merupakan salah satu upaya dalam penjaminan
mutu maka kegiatan akreditasi merupakan hal yang esensial dan penataan sistemnya
merupakan dasar dari pencapaian tenaga kesehatan yang berkualitas.
Pada kenyataannya akreditasi institusi pendidikan tinggi tenaga kesehatan di Indonesia
mengalami berbagai permasalahan dalam hal ini pada profesi ners, bidan, dokter dan dokter gigi
juga tak luput dari permasalahan tersebut. Banyaknya jumlah institusi pada ners dan bidan
membutuhkan perhatian khusus terutama yang terkait dengan akreditasi institusi pendidikan
pada profesi tersebut, berdasarkan data EPSBED tahun 2011 institusi pendidikan tinggi ners dan
bidan hanya sedikit yang telah terakreditasi, permasalahan lainnya adalah terjadi dualisme
akreditasi yang berasal dari BAN-PT ataupun Kemenkes bahkan pada beberapa institusi terjadi
double akreditasi.
Sedangkan pada profesi Dokter dan Dokter Gigi walaupun jumlah institusi pendidikan tinggi
masih terkontrol namun masih terdapat beberapa institusi yang belum terakreditasi atau masa
berlaku akreditasi yang sudah kadaluarsa. Demikian pentingnya akreditasi pada institusi
pendidikan tinggi tenaga kesehatan sebagai salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan
tenaga kesehatan yang akan berdampak pada kualitas lulusan.
Proses akreditasi pada institusi ners dan bidan memiliki karakteristik yang lebih rumit karena:1)
adanya program pendidikan diploma, 2) belum adanya Undang-Undang yang secara khusus
mengatur keperawatan dan bidan seperti halnya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, 3) belum disahkannya Standar Pendidikan Profesi dan Standar Kompetensi
yang disusun oleh pokja HPEQ untuk profesi bidan dan ners yang menjadi acuan dalam
akreditasi, 4) saat ini akreditasi pendidikan Diploma dan Sarjana bidan dan ners masih mengacu
kepada standar yang disahkan oleh Kementerian Kesehatan dan 5) saat ini untuk jenjang
pendidikan Diploma masih terjadi dualisme sistem akreditasi oleh Kementerian Kesehatan
(Pusdiknakes) dan Kementerian Pendidikan Nasional (BAN PT).
B. Strategi Pelaksanaan
Penguatan kebijakan dan prosedur akreditasi sebagai tujuan dari komponen 1 mengarah pada
tujuan kegiatan komponen 1 HPEQ Project yaitu untuk mendirikan Lembaga Akreditasi Mandiri
untuk institusi pendidikan kesehatan pada akhir tahun 2011. Pada gambar 2 dapat dilihat konsep
kegiatan yang telah dijalankan oleh komponen 1.
WORKSHOP
POKJA KOMPONEN 1 PENGEMBANGAN
KONSEP LAM
KONSULTAN
INTERNASIONAL
WORKSHOP
SINKRONISASI & BLUE PRINT
HARMONISASI STRATEGI & KEBIJAKAN
REGULASI
AKREDITASI
BENCHMARKING
KONSULTAN LEGAL
Indikator kerja yang ditargetkan untuk dalam tujuan untuk mendirikan Lembaga Akreditasi
Mandiri (LAM) adalah: 1) Tercapainya konsensus diantara pemangku kepentingan mengenai
Gambar 1.3 Roadmap Penyusunan Naskah Akademik, Standar Pendidikan & Standar Kompetensi Profesi
Target penyelesaian naskah akademik dokter dan dokter gigi serta finalisasi penyempurnaan
standar pendidikan dan standar kompetensi melalui berbagai pertemuan tim penyusun dan
sanctioning kepada staleholder terkait, termasuk lintas kementerian adalah semester 1 tahun
2011. Target ini juga berlaku untuk profesi kesehatan lain yang dinaungi oleh proyek HPEQ.
Detail timeline yang ditetapkan dalam rangka penyelesaian naskah akademik dan standar pada
tahun 2011 ini dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 1.4 Timeline Penyelesaian Naskah Akademik dan Standar Profesi Kesehatan
C. Pencapaian
Berdasarkan target KPI Komponen 1 secara umum diatas terlihat jelas bahwa Key
Performance Indikator keberhasilan kegiatan komponen 1 pada akhir HPEQ Project di tahun
2014 adalah Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia yang telah
memiliki kemampuan dan kemandirian penuh untuk melaksanakan kegiatan akreditasinya.
Kemandirian dan kemampuan didasarkan pada kemampuan untuk membiayai kegiatannya
dan memiliki asesor terlatih sesuai kebutuhan masing-masing profesi. Target asesor terlatih
yang dimiliki oleh Lembaga Akreditasi Mandiri pada akhir proyek untuk pendidikan perawat
dan bidan jumlahnya berbeda dari pendidikan dokter dan dokter gigi mengingat banyaknya
jumlah institusi pendidikan perawat dan bidan di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2011, target yang menjadi Key Performance Indikators komponen 1 adalah:
1. Kelengkapan peraturan perundangan yang mendasari pendirian LAM dan organisasi
struktural LAM sesuai hukum
2. Pengesahan standar pendidikan dan standar kompetensi profesi perawat
3. Pengesahan standar pendidikan bidan
Board of Directors
(Majelis Pelaksana)
Komite Banding
Sekretariat
Umum, kepegawaian, keuangan
Komisi 7 profesi
(kedokteran,kedokteran gigi, Asesor
perawat,bidan,gizi,kesmas, farmasi)
Asesor
Bila badan hukum LAM-PTKes Indonesia telah berdiri maka uji coba akreditasi pada
pendidikan dokter dan dokter gigi yang menjadi target dapat terlaksana. Untuk itu,
namun kesiapan dalam uji coba akreditasi tidak hanya bergantung pada berdirinya LAM-
PTKes Indonesia sebagai badan hukum namun juga pada sosialisasi pentingnya
akreditasi pendidikan kesehatan satu pintu oleh LAM dan kesiapan institusi pendidikan
itu sendiri.
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pemerintah Republik Indonesia dengan dukungan dari Bank Dunia menyelenggarakan suatu
proyek untuk peningkatan kompetensi tenaga kesehatan. Proyek yang dikenal dengan
namaHealth Professions Education Quality’ (HPEQ) Project dimulai pada awal 2010. Salah
satu komponen dari HPEQ Project ini adalah Komponen 2 yang bertujuan untuk
mengenalkan uji kompentensi nasional bagi lulusan institusi kesehatan yaitu dokter, dokter
gigi, bidan dan perawat. Lulusan yang bisa melewati ujian ini akan mendapatkan Sertifikat
kompetensi yang dibutuhkan sebagai persyaratan untuk registrasi tenaga kesehatan dan
mendapatkan ijin sebagai praktisi kesehatan.
Tujuan dari sertifikasi ini adalah untuk memastikan standarisasi kualitas pendidikan. Terkait
tujuan ini maka proyek akan membantu pembentukan lembaga independen yang akan
bertindak sebagai pusat pengembangan uji kompentesi bagi tenaga kesehatan (National
Agency for Competency Examination of Health Professionals/NACE Health Pro). Lembaga ini
bertugas untuk mengembangkan, memvalidasi dan penerapanan strategi, metodologi dan
alat ukur yang sesuai untuk pengujian kompetensi bagi tenaga kesehatan dari institusi
pendidikan yang terakreditasi. Pengembangan uji kompetensi ini bukan hanya akan menguji
pengetahuan, tetapi juga keterampilan klinik, perilaku, etika dan kemampuan
berkomunikasi. Selain itu akan dilakukan juga pengembangan metoda penentuan batas lulus
yang transparan dan diterima semua pihak serta bantuan untuk peserta yang gagal. Untuk
mencapai tujuan tersebut, proyek ini akan membantuk pengembangan pusat ujian bagi
Computer Based Testing (CBT) dan Objective Structured Clinical Evaluation (OSCE) di tingkat
regional/wilayah. Untuk memperbaiki validitas dan reliabilitas metoda ujian maka akan
dibentuk juga sistem jejaring bank soal. Sistem ini juga bisa dimanfaatkan oleh institusi
pendidikan tenaga kesehatan untuk mengevaluasi kualitas pendidikannya.
2. Tujuan
a. Pembentukan Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi dengan pengakuan nasional
maupun internasional,
b. Perbaikan metoda ujian dengan penyelenggaraan OSCE dan pemanfaatan Teknologi,
Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam bentuk kajian dengan menggunakan
komputer (CBT),
c. Penguatan jejaring bank soal nasional dalam bentuk Item Bank Networking for
Assessment (IBNA) untuk peningkatan kualitas metoda ujian nasional dan institusi
B. Strategi Pelaksanaan
1. Program sub komponen 2
2.1 Mendirikan Badan Uji Nasional Untuk Pendidikan Tinggi Tenaga Kesehatan
a. Penguatan Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi serta naskah akademik.
Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi (LPUK) adalah lembaga ujian nasional
mandiri yang berbadan hukum yang bertanggung jawab terhadap implementasi,
Pada masa awal pengembangan sebelum 2010, kegiatan terfokus pada profesi
masing-masing dengan terbentuknya KB UKDI untuk penyelenggaran uji
kompetensi dokter dan KNUKP untuk pelaksanaan uji kompetensi perawat.
Kemudian ada beberapa workshop pengembangan review soal dan standard
setting serta pelaksanaan uji kompetensi dokter dan dokter gigi.
Tahun 2010-2014 adalah masa akselerasi program dan ekspansi kegiatan. Dimasa
ini adalah masa pembentukan LPUK yang diawali dengan kegiatan Task Force
LPUK pada tahun 2011. Awal tahun 2012 ditargetkan LPUK sudah memiliki badan
hukum dan berfungsi untuk melakukan kegiatan sesuai tugas pokok dan
fungsinya. Pada masa ini, pembiayaan operasional masih dibantu oleh proyek
HPEQ.
Setelah proyek HPEQ selesai pada tahun 2014, diharapkan pembiayaan
operasional HPEQ dapat dilaksanakan secara mandiri dari peserta uji kompetensi,
riset-riset yang dilakukan oleh LPUK dan dari sumber-sumber lain.
Tugas Task Force adalah mempersiapkan pendirian (termasuk badan hukum) dan
implementasi Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi, baik dari sisi substansi
maupun manajerial. Masa tugas Task Force LPUK berdasarkan SK Direktorat
Proyek Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional No. 1300-a/ E3-
HPEQ/SK/08.11 adalah 19 Agustus hingga 31 Desember 2011. Selama masa tugas
ini, Task Force bertugas membahas segala persiapan pendirian LPUK yang dibagi
berdasarkan komponen berikut ini:
1. Visi, Misi dan Tujuan
2. Bentuk Organisasi
3. Tugas Pokok dan Fungsi
4. Transformasi/Pengembangan penyelenggaraan uji kompetensi di masing-
masing profesi ke dalam LPUK
5. Bentuk-bentuk Kegiatan
6. Pengembangan di masing-masing profesi (sub komite)
7. SDM dan pengembangannya
8. Sarana dan prasarana
9. Aspek Legal
Tugas pokok dan fungsi LPUK akan terbagi kedalam lima divisi didalam struktur
organisasi yang telah disusun sesuai bagan berikut ini:
Kesepakatan tentang peran dan fungsi MTKI/ MTKP dengan LPUK mengarah
pada pengembangan suatu sistem uji kompetensi untuk sertifikasi para
lulusan. Peraturan Kementerian Kesehatan terbaru mengarahkan pada
perlunya suatu badan yang memberikan input kepada MTKI untuk
mengembangkan uji kompetensi pada tingkat nasional, meskipun regulasi
tersebut tidak secara spesifik menunjuk kepada LPUK. Oleh karena itu,
komponen 2 proyek HPEQ sepakat akan perlunya landasan hukum yang kuat
dalam pendirian LPUK. Namun demikian, target pembentukan badan hukum
LPUK yang direncanakan tahun ini belum dapat dilaksanakan karena masih
dalam proses legal review. Namun demikian peraturan bersama yang
c. Perbaikan SOP berbagai pelatihan dan tata laksana ujian CBT & OSCE serta
perhitungan untuk resource sharing
Pelaksanaan uji kompetensi tenaga kesehatan pada empat profesi kesehatan
menggunakan metode Computer Based Test (CBT) dan Objective Struktural
Clinical Evaluation (OSCE). Proyek HPEQ mendukung mendukung metode uji
kompetensi ini dengan membangun 12 CBT Center yang tersebar diseluruh
Indonesia dengan melakukan workshop pelatihan koordinator CBT termasuk
pengadaan fasilitas komputer di 12 CBT Center. Pengadaan 12 CBT Center ini
menjadi stimulus bagi institusi pendidikan lain untuk mengadakan CBT Center di
institusi masing-masing, termasuk di institusi pendidikan dokter gigi dan
keperawatan. Walaupun pada awalnya CBT Center ditempatkan di institusi
pendidikan kedokteran, namun pada dasarnya CBT Center ini dimaksudkan juga
sebagai CBT Center untuk profesi kesehatan lain untuk melakukan uji kompetensi
dengan metode CBT.
Selain CBT Center, profesi kesehatan lain juga akan menggunakan fasilitas yang
lain seperti Item Bank, fasilitas OSCE, item writers, penguji, pengawas ujian dsb.
Oleh karena itu, faktor pembiayaan menjadi isu yang hangat dibicarakan.
Terdapat kesepakatan bahwa resource sharing adalah langkah yang tepat untuk
memfasilitasi isu ini dan meningkatkan efisiensi sistem uji kompetensi. Oleh
sebab itu, Komponen 2 melalui Task Force LPUK telah melakukan perhitungan
pembiayaan untuk pelaksanaan uji kompetensi di CBT Center dan
mengembangkan draft SOP resource sharing. Namun demikian draft ini masih
perlu dibicarakan sebelum disepakati lebih lanjut.
Area riset yang didanai dalam skema hibah ini adalah riset terkait student
assessment dan dilakukan dengan metode action research. Yang dimaksud action
Dari 108 proposal yang masuk, telah ditentukan pemenang hibah penelitian ini,
yaitu sebagai berikut:
1. Peningkatan Kualitas dan Efisiensi Penilaian Pendidikan Profesi Dokter /
Clinical Posting Senior di Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan
Pendekatan "the objective structured public health examination (OSPHE)" di
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
2. Penggunaan Metode Border Line Group dan Border Line regression sebagai
standard setting OSCE di FK UGM
3. Standarisasi Observer OSCE dengan multi video
4. Action Research : Pengembanggan Model Peningkatan Kualitas dan Kuantitas
soal Ujian Block di FK UGM
5. Penerapan peer assessment dalam OSCE untuk meningkatkan kompetensi
keterampilan kegawatdaruratan mahasiswa pada mata kuliah keperawatan
gawat darurat 1 di PSIK FIKes UMM
6. Pengembangan model uji objective structure clinical examination - terstandar
(OSCE - S) untuk menilai kompetensi klinis mahasiswa Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Padjajaran
CAPAIAN SAAT INI (SEMESTER TARGET KPI 2011 PROYEKSI CAPAIAN AKHIR
1) TAHUN
-Item writer CBT = 64 Jumlah Item writer OSCE & Terpenuhinya target item
CBT nasional writer OSCE melalui pelatihan
-Item writer OSCE = 24
item development OSCE (3 kali
CBT : 54
-Soal CBT = 1445 pelatihan)
OSCE : 54
-Soal OSCE = 48
UKDI XV = 86,11 % (NBL = 58) 73,25 % kelulusan UKDI Target rata-rata kelulusan
UKDI tahun 2011 = 73,25 %
UKDI XVI= 79,45 % (NBL = 58)
dapat tercapai
UKDI XVII = 58 % (NBL= 58)
CAPAIAN SAAT INI (SEMESTER TARGET KPI 2011 PROYEKSI CAPAIAN AKHIR
1) TAHUN
-Item writer CBT = 22 Jumlah Item writer OSCE & Terpenuhinya target item
CBT nasional writer OSCE melalui pelatihan
-Item writer OSCE = 12
item development OSCE (1 kali
CBT : 18
-Soal CBT = 204 pelatihan)
OSCE : 18
-Item writer CBT = 96 Jumlah Item writer OSCE & Revisi KPI karena jumlah IPD
CBT Regional hanya 26 (tidak sebanyak
-Item writer OSCE = 24
dokter). Target KPI maks. :
CBT : 174
Rata-rata kelulusan = 80 %
CAPAIAN SAAT INI (SEMESTER TARGET KPI 2011 PROYEKSI CAPAIAN AKHIR
1) TAHUN
Pelatihan item writer dan item Benchmarking CBT & OSCE Observer pada try out CBT dan
review uji tulis OSCE dokter
Akselerasi : Jumlah Item writer OSCE & Revisi KPI, karena masih pada
CBT nasional tahap awal pengembangan
-18 item writer uji tulis
CBT (perbaikan kualitas uji
nasional CBT : 18
tulis)
-185 soal uji tulis yang sudah OSCE : 18
direview
Akselerasi : Jumlah Item writer OSCE & Revisi KPI, karena masih pada
CBT Regional tahap awal pengembangan
152 item writer uji tulis
CBT (perbaikan kualitas uji
regional CBT : 261
tulis)
OSCE : 261
CAPAIAN SAAT INI (SEMESTER TARGET KPI 2011 PROYEKSI CAPAIAN AKHIR
1) THD TARGET
Pelatihan item writer dan item Benchmarking CBT & OSCE Observer pada try out CBT dan
review uji tulis OSCE dokter
Akselerasi : Jumlah Item writer OSCE & Revisi KPI, karena masih pada
CBT nasional tahap awal pengembangan
-16 item writer uji tulis
CBT (perbaikan kualitas uji
nasional CBT : 18
tulis)
-378 soal uji tulis yang sudah OSCE : 18
direview
Akselerasi : Jumlah Item writer OSCE & Revisi KPI, karena masih pada
CBT Regional tahap awal pengembangan
168 item writer tulis regional
CBT (perbaikan kualitas uji
CBT : 261
tulis)
OSCE : 261
Salah satu sub komponen dari komponen 2 bertujuan untuk mengenalkan uji
kompentensi nasional bagi lulusan institusi kesehatan yaitu dokter, dokter gigi,
bidan dan perawat. Lulusan yang bisa melewati ujian ini akan mendapatkan
Sertifikat kompetensi yang dibutuhkan sebagai persyaratan untuk registrasi tenaga
kesehatan dan mendapatkan ijin sebagai praktisi kesehatan. Output dari program
komponen 2 proyek HPEQ ini merupakan bagian dari roadmap praktik kedokteran
ke depan.
2.3. Mengembangkan Sistem Jaringan Bank Soal Untuk Mendukung Ujian Berstandar
Nasional
2.3.1 Pengembangan aplikasi pengelolaan bank soal (SIPENA)
Upaya peningkatan sistem ujian pada pendidikan dokter yang menjadi fokus
Komponen 2 HPEQ Project mensyaratkan adanya suatu proses pelaksanaan ujian
yang kredibel, efektif, dan efisien sesuai dengan tingkat kepentingan ujian yang
tinggi (High Stage Exam). Salah satu metode ujian yang akan digunakan adalah ujian
tertulis dengan dukungan teknologi berbasiskan computer atan disebut juga sebagai
computer-based testing (CBT). Untuk itu maka diperlukan upaya untuk
mempersiapkan suatu sistem pengelolaan Bank Soal yang sangat kredibel baik dari
segi keamanannya, maupun kemudahan dari proses administrasinya dengan
dukungan piranti perangkat lunak dan keras yang memadai.
2.3.2 Workshop pengelola bank soal baik (item bank administrator) di tingkat
nasional maupun di tingkat regional
Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan mengenai
mekanisme dan alur kerja pengelolaan bank soal. Di tahap awal dilakukan di tingkat
nasional untuk mendapatkan kesepakatan di tingkat nasional yang akan
mensosialisasikan kepada institusi di tingkat regional. Kesepakatan yang dicapai
termasuk persyaratan para pengelola bank soal serta mekanisme pengembangan
dan penyimpanan soal. Pengelola soal yang terbentuk haruslah melakukan kerja
sama dengan koordinator pengembangan soal ataupun penulis soal sendiri di
tingkat institusi dan regional sehingga bank soal yang ada bisa terisi dengan soal
yang berkualitas.
Dari workshop yang dilaksanakan telah dihasilkan dokumen pedoman manual
SIPENA.Pada tahap awal pengembangan workshop ini dilakukan pada profesi
kedokteran. Selanjutnya dilakukan juga workshop yang sama untuk profesi
kedokteran gigi serta untuk akselarasi juga terhadap bidan dan perawat. Sehingga
terdapat 4 macam aplikasi bank soal sesuai profesi masing-masing berdasarkan
blue print yang ada.
Selain itu tercapai kesepakatan bahwa setiap institusi wajib mengirimkan sebanyak
100 buah soal yang telah mengalami review terlebih dahulu di tingkat institusi dan
regional. Hal ini untuk mendapatkan soal yang berkualitas di tingkat nasional dan
akan memperbanyak bank soal.
Mekanisme pengembangan soal yang disepakati adalah sebagai berikut:
1. Pembuat soal membuat soal sesuai blue print dan format soal yang telah
ditentukan.
2. Soal dikumpulkan kepada Lokal IB Admin
3. Lokal IB Admin bekerja sama dengan Local Item Developer menelaah soal
sesuai format yang telah ditentukan
4. Soal yang sesuai format dimasukkan ke dalam Lokal IB
5. Lokal IB bisa digunakan untuk soal masing-masing institusi baik ujian formatif
maupun sumatif
C. Pencapaian
3.1 Pencapaian perkembangan komponen 2 hingga semester 1 2011
Naskah akademik dan business plan LPUK sudah final serta mendapat persetujuan dari
Dirjen Dikti bahwa status badan hukum LPUK nantinya adalah mandiri. Selanjutnya, akan
dilakukan sanctioning kepada Mendiknas untuk mendapatkan arahan penyusunan
payung hukum yang tepat dan juga kandidat struktur organisasi LPUK telah didapatkan
Ada over target dari persentase lulusan uji kompetensi menjadi 73,4% dari target
sebelumnya hanya 71,67%. Namun untuk profesi dokter gigi mengalami below the
target dimana target persentase lulusan uji kompetensi yang semestinya 82% namun
Target Value
Baseline
Profesi
(2009)
2010 2011 2012 2013 2014
Dental 79 % 80 % 80 % 81 % 82 % 83 %
Nursing 60 % 65 %
Midwifery 60 % 65 %
5. Formal Entity
Terkait formal entity yang yang dikeluarkan pemerintah untuk pengawasan uji
kompetensi & sertifikasi profesi bidan & ners diperlukan sinkronisasi dengan
MTKI/MTKP
6. NACE HealthPro
Dalam rangka pendirian pendirian NACE HealthPro diperlukan persiapan dan
perencanaan manajemen NACE HealthPro. Hasil yang telah diperoleh pada april 2010
adalah tersusunnya draft business plan NACE HealthPro dan telah menjadi bagian dari
naskah akademik NACE HealthPro.
Rencana Tindak Lanjut
Setelah tersusun draft business plan NACE HealthPro maka perlu dilkukan
penyempurnaan dan finalisasi atas draft yang telah tersusun tersebut sehingga dapat
segera disosialisakan dan diimplementasikan. Selain itu diperlukan sinkronisasi antara
komponen 2 dan NACE HealthPro
I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dokter di Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, dengan dukungan dari Bank Dunia, mengembangkan proyek Health Professional Education
Quality (HPEQ). Indikator keluaran utama dari proyek ini adalah:
Terbentuknya lembaga akreditasi independen yang akan melakukan akreditasi program
studi kesehatan (pendidikan dokter, dokter gigi, keperawatan, dan kebidanan).
Terbentuknya lembaga uji kompetensi tenaga profesional kesehatan secara nasional.
Seluruh program studi kesehatan yang berijin telah menjalani proses akreditasi dan hasilnya
diumumkan.
Seluruh lulusan pendidikan kesehatan dari program studi yang berijin mengikuti uji
kompetensi nasional.
Jumlah lulusan pendidikan dokter yang lulus uji kompetensi pada kesempatan pertama
(1sttaker) meningkat.
Persentase program pendidikan dokter yang menerima hibah pengembangan yang
terakreditasi, minimum C untuk kelompok lemah dan baru, dan minimum B untuk kelompok
sedang.
Secara garis besar, proyek HPEQ ini terdiri dari empat komponen, dimana masing-masing komponen
memiliki berbagai macam kegiatan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, yaitu sebagai
berikut:
Komponen 1 : Memperkuat Kebijakan dan Prosedur untuk Akreditasi Program Studi
Pendidikan
Tinggi Kesehatan
Komponen 2 : Sertifikasi Lulusan menggunakan Ujian Berbasis Standar Nasional
Tabel 3.1 Tugas dan Tanggung Jawab Skema dalam Konsep Kemitraan
Skema A sebagai Pembina Skema B sebagai Mitra
Asistensi/mentoring penyiapan program Menyiapkan program
Mengimplementasikan program
Capacity building agar program terimplementasi Membangun kapasitas diri untuk
mengimplementasikan program
Monitoring dan supervisi implementasi program Monitoring dan evaluasi internal
Memastikan program terlaksana dgn efektif Memastikan program terlaksana dg efektif
Memastikan sumberdaya tersedia
Memastikan sumber daya tersedia
Memastikan pengelolaan yang efektif dan
Memastikan pengelolaan yang efektif dan
efisien
efisien
Untuk mencapai tujuan kemitraan dari PHK PKPD ini maka dibutuhkan komitmen dan dedikasi dari
masing-masing skema antara lain: komitmen skema A untuk mendukung pengembangan skema B,
komitmen skema A untuk berbagi pengalaman dan sumber dayanya dengan skema B, komitmen
skema B untuk mencapai tujuannya, menyediakan sumber daya yang dibutuhkan, mengalokasikan
dan mendedikasikan waktu staff, serta komitmen semua pihak untuk mengawal mutu profesi dokter
di Indonesia.
II.3 Tahapan Pemilihan Penerima Hibah / Grantees dan Dasar Pemilihan Kemitraan
Pemilihan Institusi Skema A
Kriteria utama pemilihan institusi pendidikan dokter unggulan skema A adalah harus memiliki
akreditasi A. Sebanyak 16 institusi pendidikan dokter yang memenuhi persyaratan tersebut.
Selanjutnya dari 16 institusi tersebut dipilih 10 institusi untuk berpartisipasi dalam PHK PKPD di
bawah Skema A. Kriteria pemilihan 10 institusi tersebut dijelaskan di dalam Manual FAP. Pemilihan
melibatkan desk review terhadap data institusi dan kunjungan lapangan untuk menilai tingkat
Dalam rangka monitoring dan evaluasi PHK PKPD, dilakukan juga kajian perbandingan kinerja dan
pencapaian antara institusi penerima hibah/ grantees dengan non grantees. Adapun indikator yang
digunakan adalah melalui KPI komponen 1 yaitu peningkatan akreditasi institusi serta KPI komponen
2 yaitu rerata nilai UKDI. Hasil dari monitoring dan evaluasi ini tentu diharapkan bahwa institusi
penerima hibah / grantees memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan institusi yang tidak
mendapatkan dana hibah baik dari segi luaran dan juga waktu pencapaian.
Selain itu untuk menilai pencapaian digunakan pula indikator peningkatan akreditasi dan
peningkatan mean test score hasil UKDI dan indeks prestasi kelulusan grantees yang terintegrasi
dengan KPI komponen 1 dan komponen 2 proyek HPEQ.
•Universitas Jember
Universitas Airlangga
•Univ Muhammadiyah Sumatera Utara
•Univ Malikussaleh
Universitas Andalas
•Univ Abulyatama
•Universitas Islam Malang
Universitas Brawijaya
•Universitas Malahayati
•Univ Muhammadiyah Semarang
Universitas Diponegoro
•Univ swadaya Gunung Jati Cirebon
•Universitas Riau
Universitas Gadjah Mada
•Universitas Jambi
•Universitas Haluoleo
Universitas Hasanuddin
•Univ Muhammadiyah Makassar
•Universitas Tanjungpura
Universitas Indonesia
•Universitas Bengkulu
Universitas Katolik Indonesia •Univ HKBP Nommensen
Atmajaya Jakarta •Universitas Pattimura
•Univ Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Universitas Padjadjaran
•Univ Islam Bandung
•Universitas Warmadewa
Universitas Udayana
•Universitas Mataram
No Perguruan Tinggi
Realisasi pencairan dana hibah sampai dengan akhir Oktober 2011 adalah sebesar 15% dan
diproyeksikan menjadi 76% pada penutupan tahun anggaran. Rendahnya jumlah tersebut adalah
terutama karena masalah keterlambatan pengadaan dana pada awal tahun 2011 sehingga terjadi
PROFESI CAPAIAN SAAT INI TARGET KPI PROYEKSI CAPAIAN AKHIR TAHUN
(SEMESTER 1) 2011
Dokter Kontrak untuk 41 grantees Pencairan Dana Tercapai (minus kontrak FK Trisakti,
sebesar 25 % dari total nilai Kontrak karena masalah kelembagaan yang
kontrak keseluruhan Periode 1 belum tuntas)
(periode 2011)
1 Januari 2010 Berita Acara Pembayaran termin ke-1 untuk grantees PTS & PT BHMN.
Pembayaran grantees PTN langsung melalui DIPA masing-masing institusi
2 30 April 2010 Adendum FAP manual telah dilakukan dengan tambahan penjelasan
terkait budget untuk in house training, continouing education dan
individual consultant. Adendum FAP ini telah disetujui WB melalui NOL
tertanggal 29 April dan sudah disosialisasikan pd calon grantees melalui
workshop asistensi proposal
5 2-4 Desember 2010 Workshop financial management telah dilaksanakan untuk semua
grantees
9 27-28 Januari 2011 Rapat Penjelasan Pencairan Dana PHK PKPD. Jumlah universitas yang
sudah menandatangani ringkasan kontrak sebanyak 18 universitas.
Terdapat 4 universitas yang belum menandatangani karena Direktur
Eksekutifnya berhalangan hadir. Pada rapat ini juga ditetapkan indikator
kinerja PIU untuk pencairan dan termin berikutnya
10 8 Februari 2011 Rapat Konsolidasi Komponen 3. Pada rapat ini dilakukan finalisasi konsep
Monev PHK PKPD (program, finance, dan procurement) serta pembahasan
issue komponen 3.
14 19 April 2011 Rapat persiapan workshop implementasi program PHK PKPD dan Review
SOP implementasi PHK PKPD
20 Agustus 2011 Pembuatan alur procurement untuk dijadikan SOP. Pembuatan prediksi
disbursement
Sampai dengan tahun 2011, telah dilaksanakan beberapa kegiatan oleh grantees untuk
meningkatkan proses pendidikan di institusi masing-masing. Kegiatan tersebut mencakup
pengadaan barang dan jasa, pengembangan staf, workshop, hibah dalam penelitian dan pengajaran
Aspek Substansi
o Sebagian besar FK skema B belum memahami bagaimana mencapai target KPI
o Indikator capaian program kemitraan belum dapat diukur dengan jelas
o Belum sinkronnya program kemitraan PHK PKPD dengan program pembinaan dari
pengampu awal
o Jumlah SDM dan kualifikasi PIU skema B kurang mencukupi untuk menjalankan program
kemitraan
o Tim monevin belum optimal dalam melakukan evaluasi efektivitas implementasi
kemitraan
o Kurangnya pengetahuan PIU dalam hal keuangan
Aspek Kebijakan
o Kurangnya awareness dari pimpinan institusi atau ketua yayasan untuk mendukung
implementasi program kemitraan
o Sebagian besar skema B belum memiliki MoU resmi untuk pelaksanaan program
kemitraan PHK-PKPD
o Permasalahan birokrasi perijinan dari mitra pembina juga menjadi penyebab lambatnya
persetujuan yang diberikan oleh mitra pembina khususnya kegiatan-kegiatan kemitraan
yang mencakup penyediaan tenaga ahli (terutama yang statusnya PNS), pelatihan tidak
bergelar dan in-house training
o Ketidakjelasan batas wewenang FK pembina untuk melakukan intervensi terhadap
program FK mitra atau dalam menjalankan skema pembinaan yang lebih rasional dalam
rangka mendukung peningkatan kapasitas untuk mandiri
o Kurangnya tenaga ahli dari PIU skema A yang didedikasikan untuk menjalankan program
kemitraan (skema A)
o Terdapat kesenjangan antara unit cost yang dialokasikan untuk beasiswa berdasarkan
BPPS dan biaya pembelajaran yang sesungguhnya, sehingga mahasiswa harus membayar
sendiri dan hal ini menyebabkan terjadinya pengunduran diri terhadap partisipasi
beasiswa.
Untuk mempercepat proses review dan persetujuan TOR, setelah mengadakan konsultasi
dengan grantees dan menganalisis mekanisme review TOR, CPCU memutuskan bahwa pada
awal 2012 review TOR untuk skema B akan dilakukan oleh partner skema A. Untuk itu proses
review akan distandarisasi. CPCU harus menjamin bahwa skema A siap untuk melaksanakan
review. Direkomendasikan kepada CPCU untuk memilih TOR grantee secara acak untuk
direview atau melaksanakan review sesudah pelaksanaan kegiatan untuk menilai keefektifan
prosedur review yang baru dan menjaga kualitas implementasi TOR.
Berbagai produk kajian proyek HPEQ ini disusun dengan berlandaskan pada semangat untuk
membangun kepedulian terhadap sistem pendidikan tinggi profesi kesehatan. Data yang digunakan
pada berbagai produk kajian proyek HPEQ ini belum sempurna, karena keterbatasan sumber data
yang valid (baik data resmi dari pemerintah maupun data profesi). Semoga produk kajian ini dapat
ditindaklanjuti oleh berbagai pihak untuk menjadi kajian yang lebih advance.