Anda di halaman 1dari 25

KONTROVERSI

DOKTER TERAWAN
Oleh : Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS

Membaca ini, muncul pertanyaan di benak


saya, “Ha!! Memangnya dokter Terawan tidak
melakukan uji klinik? Padahal dikabarkan sudah
memberikan DSA kepada sekian banyak orang?”.
Sebelumnya, saya sempat membaca surat terbuka
dari Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indo-
Beberapa teman meminta saya agar menulis nesia (Perdossi), Prof. Dr. dr. Moh Hasan Machfoed,
tanggapan mengenai kehebohan terkait Dr. dr. SpS(K) yang berisi pertimbangan ilmiah mengenai
Terawan Agus Putranto, Sp. Rad yang mendapat apa yang disebut metode “brainwash” itu.
“hukuman” dari Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Bagi masyarakat di luar dunia Kedokteran, pejabat
(MKEK) IDI. Semula saya enggan menulis ini karena sekalipun, sangat mungkin istilah uji klinik terasa
selain banyak kesibukan, saya khawatir dianggap asing. Bagi masyarakat umum, yang penting keluhan
“untuk apa ikut-ikutan”. hilang. Padahal hilangnya keluhan belum berarti
Tetapi akhirnya saya penuhi juga, setelah sembuh atau mungkin terjadi keluhan lain sebagai
saya melihat dan membaca semakin banyak orang efek samping obat dan karena penyakit dasarnya
yang seharusnya tidak berkompeten, ikut memberi- tidak sembuh.
kan pendapatnya yang tentu tidak berbasis ilmiah Coba tanya kepada semua orang, “sakit
kedokteran. kepala apa obatnya?”. Saya yakin semua atau
Saya juga tergerak menulis ini setelah mem- hampir semua akan menjawab “Panadol”. Kok bisa?
baca berita tentang komentar promotor ketika Ya karena setiap hari iklannya muncul di televisi.
Itulah the power of advertisement. Apa itu salah?
April 2022

Dokter Terawan menempuh Program Doktor di


Universitas Hasanudin. Seperti diberitakan oleh Tidak salah, tapi kurang tepat. Mengapa? Karena
detikhealth, Prof Yusuf Irawan Sang Promotor men- sakit kepala hanyalah gejala yang dapat disebabkan
gatakan: “Namun perlu dicatat, metode yang digu- oleh banyak hal, mulai dari stres karena ditinggal istri
nakan dokter Terawan harus ada uji klinik terlebih sampai karena tumor otak.
dahulu, meski beberapa pasien menganggap Kalau setiap hari minum obat sakit kepala, ya
Edisi 2

program dan metode yang digunakan dalam me- sakitnya hilang sementara, tapi tumor di otak semak-
gobati pasien berhasil.” in besar. Ya, tunggu saja malaikat maut menjemput.

Ikatan Dokter Indonesia


Uji Klinik Lalu ada satu syarat lagi yang harus dipenuhi
Uji klinik, adalah suatu tahap penelitian yang oleh peneliti yang beretika, yaitu pasien yang ikut
dilakukan pada manusia setelah sebelumnya dilaku- dalam uji klinik seharusnya tidak dibebani biaya
kan pada binatang. Ada 3 fase uji klinik, sebelum penelitian. Walaupun harus mengganti biaya terten-
akhirnya dapat diterima dan diterapkan pada manu- tu, seharusnya disampaikan dengan jelas dan tertulis
sia. Setelah beredar pun, tetap dilakukan uji klinik pula.
fase 4 untuk mengetahui apakah memang benar Tidak selalu mudah melakukan uji klinik.
bermanfaat dan aman setelah digunakan secara luas Beberapa masalah yang umum terjadi, antara lain
oleh masyarakat. dalam memasukkan subyek atau pasien ikut dalam
Ada syarat yang harus dipenuhi untuk penelitian.
melakukan uji klinik, antara lain Cukupkah peneliti hanya berdasarkan
1. Peneliti harus seorang dokter yang berkompeten keluhan umum pasien yang belum tentu benar?
di bidang yang akan diteliti. Mungkin saja seorang pasien mengeluh “saya terke-
2. Semua subjek atau pasien harus mempunyai na stroke”. Benarkah keluhan “stroke” dia sama
masalah dengan latar belakang yang sama. dengan “stroke” sebenarnya menurut ilmu kedokte-
3. Subyek atau pasien harus diberitahu dan mengerti an? Belum tentu benar.
bahwa ini dalam rangka penelitian, bukan telah resmi Mungkin juga pasien akan mengatakan
sebagai obat atau cara pengobatan. Untuk ini harus “Saya ingin mencoba pengobatan baru ini”. Tahukah
jelas tertulis pada surat persetujuan setelah penje- pasien bahwa cara ini memang belum pernah digu-
san (informed consent). nakan sebelumnya atau sedang dalam penelitian uji
4. Diperlukan juga kelaikan etik (ethical clearance) klinik? Di sinilah kredibilitas total seorang dokter
dari komisi etik penelitian. Uji klinik seharusnya yang sedang melakukan uji klinis dipertaruhkan.
dimulai setelah kelayakan etik diterima, bukan sebe-
umnya. Efek Plasebo
Peneliti uji klinik haruslah orang yang Ada satu hal yang mungkin banyak orang
berkompeten secara ilmiah dan profesi di bidangn- tidak tahu, yaitu adanya efek plasebo. Efek plasebo
ya. Kalau menyangkut jantung, haruslah seorang adalah efek yang dirasakan positif oleh pasien
dokter spesialis jantung & pembuluh darah. Atau seolah karena mendapatkan cara pengobatan itu,
kalau uji klinik itu menyangkut juga bidang ilmu lain padahal apa yang diterima bukan obat yang sebe-
yang terkait, tepat sekali kalau di dalam tim peneliti narnya. Apakah itu berarti pasien sudah sembuh?
uji klinik ada seorang spesialis di bidang itu. Apalagi Tentu tidak. Pasien yang hanya mengalami efek
saat ini di dunia kedokteran semakin jelas terlihat plasebo, tinggal menunggu waktu penyakitnya
peranan interdisiplin beberapa spesialisasi kedokte- muncul kembali.
an. Dalam dunia uji klinik, secara internasional
Lebih detail, tentu ada persyaratan lainnya, efek plasebo cukup tinggi, bahkan dapat mencapai
termasuk yang menyangkut metode dan teknis 25-30%, dan ada yang lebih. Artinya apa? Sekitar
penelitian, misalnya ada tidaknya kelompok pem- 25-30% pasien yang mendapatkan “bukan obat
April 2022

banding, yaitu kelompok pasien yang diberikan obat yang sebenarnya” juga merasa sembuh seperti
atau cara pengobatan yang sudah biasa dipakai. pasien yang mendapat obat sebenarnya. Bedanya
Syarat lain ialah bagaimana cara melakukan akan tampak kemudian. Pasien yang hanya merasa-
pengukuran adanya perubahan sebelum dan sesu- kan efek plasebo akan mengalami lagi masalahnya.
dah mendapat pengobatan secara objektif ilmiah.
Edisi 2

Ikatan Dokter Indonesia


Kebetulan saya pernah melakukan beberapa Hal yang mutlak penting juga, dokter harus mema-
kali uji klinik. Saya juga mendapatkan sekitar 30% hami bahwa apa yang dilakukan dalam prakteknya
subyek yang mendapat plasebo atau “bukan obat benar harus berdasarkan temuan ilmiah terkini yang
yang sebenarnya” yang juga merasa mengalami diakui secara internasional, yang dikenal dengan
perbaikan. Konsekuensinya, setelah uji klinik bera- sebut Evidence-based Medicine (EBM). Kalau tidak,
khir, para pasien itu harus saya berikan obat yang maka dokter akan jatuh menjadi sekualitas dengan
sebenarnya. Ini merupakan bentuk pertanggung- para penjual produk abal-abal seperti yang marak
jawaban etik dan sekaligus ilmiah dalam uji klinik. diiklankan di TV.
Kelompok pasien yang mendapat plasebo
atau boleh juga kelompok obat standar mutlak diper- Iklan Bohong
lukan sebagai pembanding untuk menyimpulkan Ketika dokter tidak mengikuti perkembangan
bahwa obat baru tersebut memang benar berma- ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran terkini,
faat. maka dia akan menjadi dokter tak berkualitas,
bahkan bisa menjadi dokter abal-abal.
Dokter Juga Manusia Karena itulah dokter jangan terseret menjadi
Pada zaman Hipocrates dulu, para dokter Jeng Anu atau Jeng Ahli Kanker, atau yang lain
dianggap manusia setengah dewa, seolah tidak seperti yang sering ditayangkan di iklan jualan TV.
pernah salah. Kini tentu saja anggapan itu terdengar Siapa bilang produk abal-abal yang diiklankan itu
konyol dan membuat kita tertawa terpingkal-pingkal. tidak ramai pembeli? Siapa bilang tidak ada nama
Pastilah dokter bisa salah, bisa tidak ilmiah, bisa terkenal yang membeli produk abal-abal itu?
melanggar etika, bisa ikut menjual produk tidak Masyarakat sering mengatakan “sembuh”
ilmiah, bisa terseret dalam iklan bohong, bisa juga setelah mengonsumsi produk abal-abal yang
mengiklankan diri, bisa juga terlibat korupsi, bisa diiklankan di TV itu. Lalu masyarakat mengatakan
salah ketika menjadi pembimbing penelitian, bisa “hebat dia”, karena itu pembelinya atau pasiennya
protes ketika gajinya hanya di bawah UMR, dan banyak. Inilah yang sering dijadikan pegangan oleh
mungkin ada seribu bisa lainnya. penjual abal-abal di iklan TV itu.
Dokter juga manusia, bukan? Apalagi dokter Celakanya, ini diberlakukan juga untuk
yang tidak mau atau tidak sempat meningkatkan dokter. Banyak orang mengatakan, dokter itu
ilmu pengetahuan dan keterampilan klinisnya. pasiennya banyak, berarti dia hebat. Padahal mas-
Kesalahan memberikan informasi bahkan juga yarakat tidak benar mengerti, arti sembuh itu yang
disampaikan oleh dokter yang hanya berdasarkan seperti apa. Bukan berarti kalau gejalanya hilang,
informasi dari mbah Google yang dianggap pasti penyakitnya pasti sudah hilang juga.
benar. Akibatnya, masyarakat meneruskan informasi Karena itulah di dunia kedokteran sering juga
itu bahkan menerapkan dalam kehidupannya. obat yang sudah beredar sekian tahun, kemudian
Karena itulah, tetap diperlukan adanya ditarik dari peredaran. Mengapa? Karena berdasar-
institusi yang harus siap mengingatkan agar dokter kan uji klinik fase 4, ternyata obat atau cara
tidak merasa diri sebagai manusia setengah dewa, pengobatan itu menimbulkan akibat buruk.
April 2022

apalagi dengan menyeret nama pejabat. Di pihak Masyarakat juga tidak mengerti bahwa
lain, dokter jangan merasa masukan atau kritik yang nomor registrasi BPOM pada kemasan produk kese-
disampaikan oleh sejawatnya langsung dilawan hatan, bukan berarti BPOM menyetujui manfaat dan
dengan cara yang tidak ilmiah dan profesional. keamanannya. Karena itu banyak sekali produk
Lambat atau cepat cara seperti ini pada akhirnya herbal dan kosmetik yang kemudian ditarik dari
Edisi 2

akan menjatuhkan nama baiknya sendiri. peredaran.

Ikatan Dokter Indonesia


Cara Terhormat Dan Ilmiah Profesional
Menghadapi kontroversi Dokter Terawan ini,
tentu diperlukan cara yang terhormat dan ilmiah
profesional. Kontroversi ini tidak dapat diselesaikan
hanya melalui pernyataan dan testimoni dukungan,
walaupun menggebu-gebu melalui video sekalipun.
Pihak MKEK IDI tentu punya alasan mengapa
pada akhirnya sampai mengeluarkan Surat Keputu-
san itu, dan ini harus kita hargai karena merupakan
keputusan organisasi, bukan pribadi.
Karena itu saya pikir tidak benar kalau ada
yang menduga keputusan itu hanya karena alasan
pribadi. Sebagai informasi, Ketua MKEK yang
menandatangani surat keputusan itu ternyata juga
seorang spesialis radiologi, sama dengan spesialis-
si Dokter Terawan.
Saya kembali pada pernyataan Promotor
Dokter Terawan ketika mengambil Program Doktor di
Universitas Hasanudin, Prof Yusuf Irawan. Ikuti
sarannya, “Harus ada uji klinik”. Tentu sesuai dengan
persyaratan ilmiah sebuah uji klinik.
Saya yakin sebagai seorang ilmuwan dan
profesional, Dokter Terawan akan dan mampu mem-
buktikannya. Hasil uji klinik merupakan bukti ilmiah
yang tak terbantahkan, walaupun kemudian harus
didukung oleh uji klinik di banyak tempat lain.

***
Telah dimuat di Kompas.com pada 7 April 2018
April 2022
Edisi 2

Ikatan Dokter Indonesia

Anda mungkin juga menyukai