Anda di halaman 1dari 11

Pembelajaran Modul Pedagogi terdiri dari 4 modul:

1) Konsep dasar keilmuan,

2) Peran guru dalam pembelajaran abad 21,

3) Pembelajaran Inovatif, dan

4) Perancangan Pembelajaran Inovatif.

Pemahaman materi yang telah saya pelajari dari keempat modul tersebut agak lebih baik
daripada sebelumnya.

Landasan pendidikan merupakan seperangkat asumsi yang dijadikan titik tolak dalam praktik
pendidikan. Melalui studi pendidikan diperoleh pemahaman tentang landasan pendidikan yang
akan dijadikan sebagai titik tolak dalam praktik pendidikan yang akan dilaksanakan. Hal tersebut
dimulai dengan memahami hakekat manusia, di mana manusia sebagai pelaku utama yang
memiliki peran sebagai subjek di dalamnya.

 Hakekat manusia dapat dilihat dalam beberapa aspek yaitu

 berdasarkan asal-usulnya manusia sebagai makhluk Tuhan,

 struktur metafisiknya manusia sebagai kesatuan jasmani dan rohani, serta

 karakteristik dan makna eksistensinya di dunia yang bisa dilihat sebagai makhluk
individu, makhluk sosial, makhluk berbudaya, makhluk susila, dan makhluk beragama.
Manusia memiliki tanggung jawab untuk membina masyarakat, memelihara alam
lingkungan, membina kerukunan hidup bersama, dan memelihara martabat
kemanusiaannya (human dignity), sehingga sepatutnya manusia perlu memiliki
kompetensi pedagogik terlebih lagi bagi seorang pendidik. Melalui kompetensi ini pendidik
dituntut untuk memiliki kemampuan dan trampil dalam melihat karakteristik peserta
didik dari berbagai aspek kehidupan, baik itu moral, emosional maupun intelektualnya.
Landasan pendidikan sebagai pijakan dalam praktik pendidikan diantaranya yaitu
landasan filosofis dan epistemologi, landasan yuridis, landasan empiris, dan landasan
religius.
Landasan filosofis pendidikan adalah pandangan-pandangan yang bersumber dari filsafat
pendidikan mengenai hakikat manusia, hakikat ilmu, nilai serta perilaku yang dinilai baik dan
dijalankan setiap lembaga pendidikan. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Landasan epistimologi pendidikan adalah pandangan-pandangan yang bersumber dari cabang
filsafat epistimologi yang disebut juga teori mengetahui dan pengetahuan.
Landasan empiris terdiri dari landasan psikologis, historis, dan sosiologis.
Landasan psikologi dalam pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari studi ilmiah
tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek
pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi
manusia yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.
Landasan historis pendidikan nasional di Indonesa tidak terlepas dari sejarah bangsa indonesia
yang memiliki enam fase.
Landasan sosiologis bersumber pada norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu
bangsa sehingga tercipta nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma
sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota
masyarakat. Sedangkan
landasan religius adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik
tolak dalam rangka praktik pendidikan dan atau studi pendidikan.
Modul 1 kb 2
Peserta didik dalam suatu kelas atau sekolah memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Perbedaan-perbedaan yang ada perlu dikelola secara baik. Namun jika perbedaan tersebut tidak
dikelola secara baik, maka akan menimbulkan permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran.
Karakteristik peserta didik banyak ragam yaitu: etnik, kultural, status sosial, minat,
perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan emosi,
perkembangan sosial dan perkembangan moral dan spiritual, dan perkembangan motorik

Modul 1 kb 3
a.Teori belajar behavioristik
Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang
dianggap belajar jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pentingnya masukan
atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Stimulus adalah
sesuatu apa saja yang diberikan oleh guru kepada peserta didik, dan respon berupa rekasi atau
tanggapan yang dihasilkan oleh peserta didik terhadap stimulus yang diberikan oleh guru.
Penguatan (reinforcement) adalah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang
dapar memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respons akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative
reinforcement) maka respons juga akan menguat. Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa
kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut peserta didik untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran
mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan
pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa
peserta didik telah menyelesaikan tugas belajarnya.
b.Teori Belajar kognitif
Pengertian belajar menurut teori belajar kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman,
yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini
adalah bahwa setiap orang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam
bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi
pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Menurut teori kognitif, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi
yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak terpatah-pata, terpisah-pisah, tapi
melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh. Selama kegiatan
pembelajaran berlangsung, keterlibatan peserta didik secara aktif amat dipentingkan. Untuk
menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan
setruktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik. Materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada
diri peserta didik perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar
peserta didik.
c.Teori Belajar Konstruktivistik
Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha pemberian
makna oleh peserta didik kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju
pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh
karena itu pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses
pembentukan tersebut secara optimal pada diri peserta didik. Peserta didik diberikan kesempatan
untuk mengembangkan ide-idenya secara luas.Sementara peranan guru dalam belajar
konstruktivistik adalah membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh peserta didik
berjalan lancar. Guru tidak mentransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan
membantu peserta didik untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih
memahami jalan pikiran atau cara pandang peserta didik dalam belajar.
d.Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar
dianggap berhasil jika siswa telah memahmai lingkungan dan dirinya sendiri. Teori humanistik
bersifat eleksitk, maksudnya toeri ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk
berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa
secara aktif dalam belajar. Semua komponen pendidikan termasuk tujuan pendidikan diarahkan
pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu
mencapai aktualisasi diri. Untuk itu, sangat perlu diperhatikan bagaimana perkembangan peserta
didik dalam mengaktualisasikan dirinya, pemahaman terhadap dirinya, serta realisasi diri.

Modul 1 kb 4
a.Konsep kurikulum menurut pandangan para ahli dapat dipandang dari tiga konteks, yaitu
 kurikulum sebagaimata pelajaran,
 kurikulum sebagai kegiatan pengalaman dan
 kurikulum sebagai perencanaan.
b.Perkembangan kurikulum yang terjadi di Indonesia setelah Indonesia merdeka pada tahun
1945, setidaknya kita telah mengalami sepuluhkali perubahan kurikulum. Mulai dari kurikulum
1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, kurikulum berbasis kompetensi 2004, KTSP 2006
dan kurikulum 2013. Indonesia telah banyak belajar dari kurikulum-kurikulum tersebut.
Dari kesepuluh kurikulum tersebut jika dilihat dari jenisnya terbagi menjadi 3 yaitu :
1) kurikulum sebagai rencana pelajaran (kurikulum 1947 –1968),
2) kurikulum berbasis pada pencapaian tujuan (kurikulum 1975 –1994) dan
3) kurikulum berbasis kompetensi (kurikulum 2004 –2013).
c.Peran utama dari kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu peran konservatif, kreatif dan
kritis evaluatif. Peran kurikulum harus berjalan seimbang dan harmonis, agar dapat sesuai dan
memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak maka dalam implementasinya akan terjadi ketimpangan
atau ketidaksesuaianyang berdampak pada kegagalan dari suatu implementasi yang tidak
membekalkan secara tepat kepada siswa terkait apa yang di pelajari, bagaimana mempelajari dan
mengapa dipelajari. Menyelaraskan ketiga peranan tersebut menjadi tanggung jawab semua
pihak dalam proses pendidikan termasuk guru sebagai ujung tombak pelaksana
kurikulum.d.Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu sistem. Artinya,kurikulum merupakan
suatu kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu dengan
yang lain. Karena antar komponen saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam rangka
pencapaian tujuan. Komponen-komponen kurikulum diistilahkan sebagai anatomi kurikulum
yang terdiri dari komponen tujuan, isi, aktivitas belajar dan evaluasi yang digambarkan sebagai
suatu keterpaduan.
e.Tantangan kurikulum yang harus dihadapi di era masa depan adalah bonus demografi,
teknologi di ruang kelas, globalisasi dan perubahan kebijakan pendidikan, pendidikan abad 21

modul 2 kb 1
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa banyak konsekwensi bagi
dunia pendidikan, salah satunya perubahan paradigma guru. Perubahan karakteristik peserta
didik, format materi pembelajaran, pola interaksi pembelajaran, dan orientasi baru abad 21
memerlukan ruang-ruang kelas lebih interaktif. Kelas-kelas akan semakin banyak yang
terkoneksi jaringan internet berkecepatan tinggi yang mudah mengakses “big data”.
Berkembangnya massive open online course (MOOC) memungkinkan orang belajar tanpa
batas dan dapat diakses melalui perangkat pribadi seperti handphone, tablet, laptop, PDA,
maupun perangkat bergerak lainnya.
Tanda-tanda era disrupsi sudah nyata yang dicirikan;
(1) belajar tidak lagi terbatas pada paket-paket pengetahuan,
(2) pola belajar lebih informal,
(3) orientasi belajar mandiri (self motivated learning)dan
(4) banyak cara untuk belajar dengan banyak sumber.
SDM dengan daya inovasi, daya belajar dan kreatifitas tinggi menjadi incaran banyak
organisasi. Jenis keterampilan yang dibutuhkan adalah terwadahi dalam 4C (Creativity,
Collaboration, Critical Thingking, dan Communication). Pada sisi peserta didik terjadi
pergeseran karakteristik. Generasi z menghendaki kebebasan belajar, menyukai hal baru yang
praktis, selalu terkoneksi internet, lebih menyukai visual dari pada verbal, rentang perhatian
pendek, suka berinteraksi dengan banyak media, suka berkolaborasi dan berbagi namun tetap
terjaga privasinya. Guru harus merubah paradigma yang tidak hanya berfokus kepada konten
namun berfokus pula pada pengembangan kreatifitas dan keterampilan belajar mandiri. Peran
guru lebih sebagai mentor, fasilitator, kolaborator sumber daya dan mitra belajar. Guru
harus menjemput penerapan model-model pembelajaran yang sesuai seperti belajar
penemuan (discovery learning), pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis
masalah dan penyelidikan, belajar berdasarkan pengalaman sendiri, pembelajaran
kontekstual, bermain peran dan simulasi, pembelajaran kooperatif, pembelajaran kolaboratif,
maupun diskusi kelompok kecil. Peserta didik harus dikembalikan haknya sebagai subyek
pembelajaran yang aktif. Guru harus mau memulai untuk dapat mengintegrasikan
teknologi dengan kerangka integrasi yang melibatkan pengetahuan pedagogi), penguasaan
materi, dan teknologi yang dikenal dengan TPACK.
Penerapan praktis TPACK mencakup 8 domain yaitu;
(1) menilai peserta didik,
(2) memahamkan materi,
(3) memahami peserta didik,
(4) merancang kurikulum,
(5) merepresentasikan data,
(6) mengelola pembelajaran,
(7) mendukung strategi pembelajaran,
(8) pengelolaan pembelajaran dan integrasi dalam konteks mengajar secara lebih luas.

Modul 2 kb 2
Abad ke-21 merupakan abad yang sangat berbeda dengan abad sebelumnya. Ilmu pengetahuan
berkembang dengan cepat disegala bidang. Pada abad 21, perkembangan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) menyebabkan arus informasi semakin cepat dan aksesibilitas informasi
semakin mudah. Abad 21 benar-benar membutuhkan guru yang profilnya efektif, professional
dan memesona yang cocok untuk menghadapi tantangan abad 21. Kompetensi guru yang sudah
dirumuskan pemerintah meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi
sosial, dan kompetensi pedagogik perlu dikontekstualisasikan dan dilakukan penyesuaian
sehingga mampu mempersiapkan dan memprediksi kebutuhan belajar peserta didik abad 21 dna
tuntutan masyarakat abad 21.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru yang berkenaan dengan pemahaman
terhadap peserta didik dan pengelolaan pembeajaran mulai dari merencanakan, melaksanakan
sampai dengan mengevaluasi.
Kompetensi kepribadian merupakan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, canggih, humoris namun tegas, dan berwibawa selalu memesona bagi peserta
didik.
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidian, orang tua peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi
pembelajaran, dan substansi keilmuan yang menaungi materi dalam kurikulum, serta menambah
wawasan keilmuan.
Modul 2 kb 3
Guru memegang peran strategis ditengah–tengah perkembangan teknologi yang semakin canggih
dengan segala kemugnkinan perubahan dan pergeseran nilai. Secara yuridis profesi guru diakui
secara sah sebagai bidang pekerjaan khusus yang memerlukan keahlian khusus. Tugas pokok dan
fungsi guru semakin mendapatkan tantangan penyesuaian dalam menghadapi tantangan abad 21.
Menurut UUGD No 14 tahun 2015 tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Tugas pokok guru adalah ;
(1) merencanakan pembelajaran atau pembimbingan;
(2) melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan;
(3) menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan;
(4) membimbing dan melatih peserta didik; dan
(5) melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan
Beban Kerja Guru.
Guru selama melaksanakan tugas pokok dan fungsinya harus menyesuaikan tuntutan
perkembangan ipteks, masyarakat dan kebutuhan peserta didik. Guru perlu kreatif dan inovatif di
dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya bahkan dituntut mampu memprediksi
perkembangan tugas pokok dan fungsinya.
Modul 2 kb 4
Salah satu ciri seorang profesional adalah terus mengembangkan diri secara aktif dan
berkelanjutan, menghargai pengalaman dan memiliki sifat reflektif. Paradigma guru dari
professional teaching berubah menjadi professional learning, artinya guru bukan sekedar
mengajar namun juga belajar yang berkelanjutan (continuous professional learning). Guru adalah
praktisi yang reflektif merupakan bagian kunci dalam evaluasi kinerja guru di banyak negara.
Refleksi dimulai dari mendekripsikan pengalaman, memahami dan merasakan situasi,
mengevaluasi dan menganalisis, sampai kepada kesimpulan dan menyusun rencana aksi. Guru
harus mampu mengenali kesenjangan kompetensi dirinya sebagai bahan menyusun rencana
pengembangan diri dan melakukan belajar mandiri
elajar mandiri merupakan kegiatan belajar aktif, didorong motivasi untuk menguasai kompetensi
dan dibangun dengan bekal pengetahuan yang dimiliki. Belajar mandiri memiliki 3 dimensi yaitu
dimensi sosial, dimensi pedagogis, dan dimensi psikologis. Belajar mandiri dilakukan dengan
cara; (1) tekun, terus menerus dan tidak berhenti, (2) konsisten, ajeg, disiplin dan tidak
bermalasan, (3) terencana dan berorientasi pada kompetensi, (4) fokus kepada pencapaian tujuan,
(5) inovatif atau menggunakan cara-cara baru, (6) ada tindaklanjut yang jelas, dan (8) dilakukan
sepanjang hidup. Keterampilan dalam belajar mandiri memuat tiga konsep utama yaitu; (a)
belajar bebas (independent learning), (b) ketidakbergantungan, dan (c) kontrol psikologis.
Belajar mandiri dapat mentransformasi kultur diri seorang guru, dan menjadi bagian dari
pengembangan profesi berkelanjutan (PKB). PKB yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan,
bertahap dan berkelanjutan dalam mengembangkan kompetensi guru. PKB meliputi meliputi 3
hal yaitu; (1) Pengembangan diri dapat dilakukan melalui diklat fungsional maupun diklat teknis,
(2) Publikasi ilmiah dikatagorikan menjadi 3 kelompok kegiatan yaitu; (a) presentasi pada forum
ilmiah, (b) publikasi hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal, dan
(c) publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, pedoman guru dan buku bidang pendidikan.
(3). Karya inovatif dikatagorikan menjadi 2 yaitu (a) teknologi tepat guna (karya sains/teknologi)
dan (b) menemukan/menciptakan karya seni. PKB memiliki mekanisme; (1) guru melakukan
refleksi /evaluasi akhir tahun, (2) guru dinilai kinerjanya, (3) guru dan koordinator PKB
membuat perencanaan KB, (4) guru menyetujui rencana kegiatan PKB, (5) guru menerima
rencana kegiatan PKB final, (6) guru menjalankan program PKB sepanjang tahu, (7) Koordinator
PKB melakukan monev, (8) guru menerima perkiraan angka kredit, dan (9) guru melakukan
berefleksi atau evaluasi akhir tahun . Untuk memperdalam penguasaan mengenai materi silahkan
Saudara kerjakan tes formatif yang terdiiri dari 10 soal. Di bagian bawa disetarkan kunci
jawaban untuk mengecek seberapa jauh Anda sudah menguasai materi.

Modul 3 kb 1
Definisi pembelajaran STEAM merupakan suatu pendekatan pembelajaran interdisipliner yang
inovatif dimana IPA, teknologi, teknik, dan matematika diintegrasikan dengan fokus pada proses
pembelajaran pemecahan masalah dalam kehidupan nyata. Tujuan pembelajaran STEAM dapat
mengasah tingkat literasi STEAM pada peserta didik. Literasi STEAM menjadi tujuan yang
dapat dicapai oleh peserta didik maupun pendidik. Bagi peserta didik, literasi STEAM akan
berguna dalam perkembangan kehidupannya dan bagi pendidik literasi STEAM bermanfaat
menunjang kinerja mendidik generasi yang kompetitif dan kolaboratif. Prinsip-prinsip
pembelajaran STEAM meliputi prnsip perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung,
pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, perbedaan individual. Problem Based Learning
atau pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menantang peserta
didik untuk belajar bagaimana belajar, dan bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata
Pembelajaran STEAM yang berpusat pada proyek didasarkan pada masalah dunia nyata. Proyek-
proyek ini mengharuskan peserta didik untuk meneliti, mengusulkan dan memilih solusi, dan
membuat desain. Setelah prototipe atau model dibuat, peserta didik menguji dan
mempresentasikan temuan mereka, dan jika waktu memungkinkan, mereka mendesain ulang
proyek dan melakukan perbaikan.
Modul 3 kb 2
Otak manusia memiliki potensi kecerdasan yang luar biasa besar, dimana jumlah koneksi sel
neuron pada otak kita diestimasi sekitar seratus triliun (Jensen, 2008). Otak kita memiliki dua
macam sel, yaitu sel neuron dan sel glial (Jensen, 2008). Setiap sel neuron memiliki satu badan
sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut
saraf yang disebut dendrit dan axon. Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel syaraf,
dan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan neuron lain melalui sinapsis.
Kedua, sel glial atau “lem”. Peran sel glial diantaranya ialah memproduksi dan membungkus
axon dengan zat lemak yang disebut myeilin, pendukung struktural bagi penghalang darah otak,
transportasi nutrien, dan pengaturan sistem imun. Keberadaan myeilin pada axon berfungsi
mengatur seberapa cepat axon menyampaikan informasi (Rakhmat, 2005). Meylin yang
menyelimuti axon pada suatu neuron akan semakin menebal ketika seseorang melakukan
pengulangan pada informasi pengetahuan yang pernah dipelajarinya. Artinya, otak akan
menyimpan dengan baik informasi pengetahuan yang pernah dipelajarinya, jika informasi
tersebut sering digunakannya.
Kecerdasan peserta didik sangat ditentukan oleh banyak sedikitnya sambungan (sinapsis) antar
sel neuron di dalam otaknya. Untuk meningkatkan dan menguatkan jumlah koneksi (sinapsis)
antar sel neuron pada otak dapat dilakukan dengan cara memfasilitasinya dengan lingkungan
yang kaya akan rangsangan belajar. Bagi teori neurosains, belajar adalah proses membangun dan
mengubah koneksi-koneksi dan jaringan-jaringan saraf (sinaptik). Belajar terjadi ketika sebuah
axon (yang merupakan perluasan yang lebih kecil dan menyerupai kaki) bertemu dengan sebuah
dendrit dari sel yang ada di sekitarnya. Ada beberapa prinsip pembelajaran berbasis neurosain
yang perlu diperhatikan agar pembelajaran mampu mengoptimalkan potensi kecerdasan otak
peserta didik, diantaranya yaitu; (a) pembelajaran terkait penyerapan informasi paling baik
dilakukan di pagi hari, sedangkan waktu terbaik untuk pengulangan, pengolahan dan refleksi
informasi paling baik dilakukan di waktu sore hari; (b) Pembelajaran akan membantu otak untuk
tetap mempertahankan perhatiannya jika peserta didik setiap sembilan puluh menit diberi
kesempatan untuk melakukan gerakan peregangan otot atau relaksasi tubuh dengan tenang
sekitar sepuluh menit; (c) Belahan otak kanan dan kiri kita mengalami siklus efisiensi secara
bergantian setiap sembilan puluh sampai seratus menit, dari spasial tinggi-verbal rendah-verbal
tinggi-spasial rendah. Untuk itu pembelajaran sebaiknya menggunakan bentuk aktivitas yang
bervariasi dan setiap anak diberikan kesempatan memilih bentuk aktivitas tersebut sesuai siklus
bio-kognitif dan gaya belajar mereka; (d) Pembelajaran akan lebih optimal apabila mampu
mengembangkan belahan otak kanan dan kiri secara seimbang; (e) Pembelajaran akan mencapai
hasil terbaik apabila difokuskan pada pembahasan materi, dipecah, dan difokuskan kembali pada
pembahasan materi; (f) Pembelajaran akan menarik perhatian otak, jika memperhatikan
perubahan gerakan, cahaya, kekontrasan, dan warna; (g) Proses pembelajaran agar optimal perlu
memperhatikan beberapa faktor lingkungan seperti suhu ruangan, pilihan warna kelas, desain
warna tampilan media, pengaturan ruang kelas, pencahayaan, tanaman, musik, aroma,
ketersediaan air minum, dan media pembelajaran; dan (h) Proses pembelajaran akan lebih
optimal jika peserta didik memperoleh asupan gizi dan nutrisi yang cukup, sehingga anak
memiliki hemoglobin dalam darah (HB) yang tinggi; (i) Tingkatkan kondisi emosional positif
peserta didik dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, permainan, humor, dan perhatian
personal. Menurut Jensen (2008) pembelajaran berbasis neurosains dapat dilaksanakan
menggunakan lima tahap pembelajaran yaitu: (1) tahap persiapan, merupakan tahap pemberian
kerangka kerja bagi pembelajaran baru dan mempersiapkan otak peserta didik dengan koneksi-
koneksi yang memungkinkan. Kegiatan persiapan belajar dapat dilakukan dengan beberapa
strategi diantaranya yaitu; membuat peserta didik tertarik dan senang dengan proses kegiatan
belajar yang akan dilakukan, melakukan presentasi visual garis besar keseluruhan materi
pelajaran yang akan dipelajari, dan menjelaskan kaitan topik materi yang akan dipelajari dengan
kehidupan sehari-hari, serta menjelaskan manfaat dan pentingnya topik yang dipelajari.; (2)
tahap akuisisi adalah, tahap penciptaan koneksi dimana neuron-neuron dapat saling
berkomunikasi satu sama lain. Koneksi antar neuron akan terbentuk ketika pengalaman belajar
yang dialami peserta didik bersifat baru dan koheren (berhubungan) dengan materi yang pernah
dipelajari. Kegiatan Akuisisi dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran yang bervariasi
diantaranya melalui kegiatan diskusi, pembelajaran dengan memanfaatkan media visual,
stimulasi lingkungan, pengalaman praktis seperti percobaan-eksperimen atau simulasi, kegiatan
manipulatif, video refleksi, proyek-proyek kelompok, dan aktivitas berpasangan. (3) tahap
elaborasi (tahap koreksi kesalahan & pendalaman), merupakan tahap untuk memastikan apakah
materi yang dikuasai peserta didik adalah ilmu yang benar dan akurat. Beberapa kegiatan belajar
yang dapat dilaksanakan pada tahap ini diantaranya yaitu; tanya jawab terbuka tentang kegiatan
simulasi yang telah dilakukan, presentasi dan diskusi kelas hasil eksperimen peserta didik,
pemberian umpan balik, pemberian koreksi terhadap hasil diskusi kelas jika terjadi miskonsepsi,
dan penegasan pemahaman peserta didik melalui presentasi visual yang menarik atau pemutaran
video, dan lain sebagainya, yang dilanjutkan dengan meminta peserta didik untuk membuat peta
konsep (peta pikiran) atau menyusun soal pertanyaan terkait materi yang telah dipelajari. (4)
tahap formasi memori, merupakan tahap merekatkan ikatan koneksi antar neuron agar lebih kuat,
diantara dapat dilakukan dengan cara menyediakan waktu khusus untuk peserta didik melakukan
perenungan terkait materi yang baru selesai dipelajari, menyediakan area untuk peserta didik
mendengarkan musik, serta mengajak peserta didik untuk melakukan peregangan dan latihan
relaksasi. (5) tahap integrasi fungsional (penggunaan yang diperluas). Tahap ini dapat dilakukan
dengan menerapkan metode pembelajaran secara bervariasi, diantaranya dengan; (a)
mengkondisikan peserta didik untuk bisa menyampaikan apa yang telah dipelajari kepada
temannya, misalnya mempresentasikan peta konsep yang telah mereka buat pada tahap
sebelumnya; (b) mengkondisikan agar peserta didik saling bertanya dan mengevaluasi satu sama
lain; dan (c) meminta peserta didik untuk mempublikasikan apa yang telah dipelajarinya dalam
bentuk essay atau artikel. Otak akan mampu bekerja secara lebih optimal dalam kondisi
pembelajaran yang menyenangkan dan penuh penghargaan. Untuk itu, tutuplah semua tahapan
pembelajaran di atas dengan sebuah perayaan kelas
modul 3 kab 3
Pembelajaran digital adalah praktik pembelajaran yang menggunakan teknologi secara efektif
untuk memperkuat pengalaman belajar peserta didik yang menekankan instruksi berkualitas
tinggi dan menyediakan akses ke konten yang menantang dan menarik, umpan balik melalui
penilaian formatif, peluang untuk belajar kapan saja dan di mana saja, dan instruksi individual
untuk memastikan semua peserta didik mencapai potensi penuh mereka. Pada dasarnya,
pembelajaran digital diterapkan dengan menggunakan beberapa prinsip, yakni; personalisasi,
partisipasi aktif peserta didik, aksesibilitas, dan penilaian. Dalam hal pemanfaatan pembelajaran
digital, setidaknya ada 3 potensi atau fungsi pembelajaran digital yang dapat dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai alat komunikasi, alat mengakses informasi, dan alat
pendidikan atau pembelajaran. Terkait dengan ragam pemanfaatan Pembelajaran Digital, ada
beberapa aplikasi yang dapat diintegrasikan dan dimanfaatkan dalam kelas digital, diantaranya
adalah penggunaan mobile learning atau m-learning, pemanfaatan media sosial seperti Facebook,
Instagram, Youtube, Snapchat, Twitter, Whatsapp, Line, dan sebagainya; pemanfaatan
pembelajaran berbasis permainan, serta pemanfaatan Cloud Computing.

Modul 3 kb 4
Rangkuman Staker & Horn (2012) mendefinisikan blended learning sebagai model pembelajaran
yang mengkombinasikan antara pembelajaran online dengan pembelajaran konvensional (tatap
muka). Pada pembelajaran model ini, peserta didik difasilitasi untuk dapat belajar dan
mengulang materi secara mandiri secara online serta melakukan satu bagian sesi pembelajaran
lainnya dilakukan secara tatap muka di dalam ruangan kelas. Adapun karakteristik dari
pembelajaran yang menggunakan model blended learning (Prayitno, 2015) diantaranya yaitu: (a)
Model blended learning menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pendidikan, gaya
pembelajaran, dan menggunakan berbagai media berbasis teknologi; (b) Model blended learning
mengkombinasikan pola pembelajaran langsung (tatap muka), belajar mandiri, dan pembelajaran
menggunakan sistem online; (c) Guru dan orangtua memiliki peran yang sama penting, dimana
guru berperan sebagai fasilitator dan orangtua berperan sebagai pendukung.
Beberapa model pembelajaran blended learning yang cukup sering digunakan dalam
pembelajaran menurut Clayton Christensen Institute meliputi: (a) Model Rotasi (Rotation
Model): Model kelas Station Rotation, model kelas Lab/Whole Group Rotation, model kelas
Flipped (Flipped Clasroom), model rotasi individu (Individual Rotation); (b) Model Kelas Flex;
(c) Model Kelas Self-Blend; (d) Model Enriched-Virtual. Proses penyusunan kegiatan belajar
disesuaikan dengan model blended learning yang dipilih serta beberapa karakteristik seperti
fasilitas belajar, ketersediaan akses terhadap teknologi, usia dan kemampuan peserta didik, serta
durasi jam pelajaran. Selain itu, dalam menyusun dan mengkombinasikan kegiatan pembelajaran
tatap muka dan online, guru perlu menguasai kemampuan-kemampuan seperti
pemanfaatan data karakteristik peserta didik, teknik mengajar dan memfasilitasi pembelajaran
secara individual dan kelompok, mengembangkan interaksi secara online, serta dapat
mengaplikasikan kombinasi ketiga kemampuan tersebut kedalam praktek pembelajaran model
blended learning. Ada tiga komponen penting harus diperhatikan dalam merancang dan
mengembangkan aktifitas pembelajaran dengan model blended learning yaitu: (a) Standar
capaian dan tujuan pembelajaran; (b) Penilaian; (c) Kegiatan pembelajaran. Beberapa aplikasi
atau platform yang dapat dimanfaatkan untuk model pembelajaran blended learning yaitu: (a)
Moodle; (b) Edmodo; (c) Google Group. Sebagai evaluasi selama kegiatan belajar berlangsung,
alangkah baiknya jika guru membuat catatan mengenai hal-hal penting yang terjadi dan perlu
diperbaiki untuk kegiatan selanjutnya.
Pemahaman materi yang telah saya pelajari adalah

Lesson learn yang saya peroleh selama kegiatan ini

pemahaman pada teori-teori dan pendidikan dan landasan-landasan pendidikan, bagaimana


memahami karakteristik siswa yang majemuk.  

Saya juga lebih mendalami apa yang menjadi tantangan guru dalam pembelajaran abad 21,
fenomena-fenomena apa saja yang terjadi dalam era pembelajaran abad 21, tugas pokok dan
fungsi guru yang menjadi prioritas, penyesuaian-penyesuaian apa saja yang diperlukan oleh guru
dalam satuan-satuan pendidikan serta strategi-strategi dalam merespons penyesuaian-
penyesuaian tersebut.

Dan yang terakhir adalah melakukan analisis perbedaan mendasar antara guru sebagai
professional yang mengajar dan guru sebagai professional yang belajar. Saya juga belajar
bagaimana merancang program pengembangan diri yang berkelanjutan selama satu tahun.

kesulitan dalam melakukan analisis materi ajar pada modul ini

Kesulitan yang kami alami dalam analisis materi ajar terdapat pada mengkaitkan beberapa
muatan pembelajaran. Utamanya dalam menyampaikan  narasi masalah dan menyampaikan
secara tersurat dalam materi ajar. Namun kegiatan tatap maya sangat membantu. Dosen dan
teman-teman juga terbuka atas pertanyaan dan menanggapi dengan sangat jelas.

Banyaknya pendapat para ahli berkaitan dengan teori pedagogic, saya pribadi cukup kesulitan
untuk membandingkan teori-teori tersebut.

tingkat kebermanfaatan kegiatan yang dilakukan dalam menunjang tugas kami sebagai guru
adalah bermanfaat mempelajari materi pedagogic ini. Dengan mempelajari modul ini kita dapat
meningkatkan kompetensi pedagogi yang kita miliki.  Setelah materi ini, saya dapat
meningkatkan kualitas dan kemampuan saya sebagai guru yang mempesona abad 21 ini. Semoga
setelah ini dapat merancang desain pembelajaran bermakna, dan melakukan penilaian otentik
dengan lebih baik.

proses pembelajaran mana, yang menurut saya menarik adalah ketika kami selesai
mempelajari modul pedagogic ini, kami bergantian melakukan presentasi atau pemaparan materi
yang dilanjutkan dengan diskusi. Dengan adanya presentasi kami bisa meluruskan miskonsepsi-
misskonsepsi yang ada pada diri kami. Selain itu, kami bisa bertukar pikiran dan mendengar
cerita pengalaman rekan-rekan sejawat dengan beranekaragam kondisi lingkungan sekolah serta
karakteristik siswa masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai