Anda di halaman 1dari 5

MODUL

PENINGKATAN KAPASITAS TENAGA KEAMANAN


(LINMAS)

PELATIHAN SISTEM KEAMANAN LINGKUNGAN

(SISKAMLING)

Oleh: Pemerintah Desa Kebontunggul

DESA KEBONTUNGGUL
KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO
MATERI SISKAMLING

Ronda sebagai Bagian dari Siskamling

Ronda atau meronda menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang kami akses dari
laman Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia yaitu:

berjalan berkeliling untuk menjaga keamanan; berpatroli

Ronda atau patroli di sekitar lingkungan tempat tinggal merupakan bagian dari kegiatan
Sistem Keamanan Lingkungan (“Siskamling”).[1]

Siskamling itu sendiri menurut Pasal 1 angka 6 Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Sistem Keamanan
Lingkungan (“Perkapolri 23/2007”) adalah suatu kesatuan yang meliputi komponen-
komponen yang saling bergantung dan berhubungan serta saling mempengaruhi, yang
menghasilkan daya kemampuan untuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk
memenuhi tuntutan kebutuhan akan kondisi keamanan dan ketertiban di lingkungan.

Siskamling diselenggarakan dengan tujuan:[2]

a. menciptakan situasi dan kondisi yang aman, tertib, dan tentram di lingkungan
masing- masing;
b. terwujudnya kesadaran warga masyarakat di lingkungannya dalam
penanggulangan terhadap setiap kemungkinan timbulnya gangguan keamanan
dan ketertiban masyarakat (“kamtibmas”).

Siskamling ini dibentuk berdasarkan kesepakatan dalam musyawarah warga, dengan


berasaskan semangat budaya kekeluargaan, gotong royong, dan swakarsa.[3]

Adapun fungsi siskamling adalah sebagai:[4]

a. sarana warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan rasa aman di


lingkungannya;
b. menanggulangi ancaman dan gangguan terhadap lingkungannya dengan upaya:

1. pre-emptif, merupakan upaya-upaya penanggulangan terhadap fenomena dan


situasi yang dapat dikategorikan sebagai faktor korelatif kriminogen, dengan cara
mencermati setiap gejala awal dan menemukan simpul penyebabnya yang bersifat
laten potensial pada sumbernya; dan
2. preventif, merupakan segala usaha guna mencegah/mengatasi secara terbatas
timbulnya ancaman/gangguan keamanan dan ketertiban khususnya di lingkungan
masing-masing melalui kegiatan-kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan,
dan patroli atau perondaan, serta kegiatan lain yang disesuaikan dengan
kebutuhan sehingga tercipta suatu lingkungan yang aman, tertib, dan teratur.

Komponen siskamling terdiri dari:[5]

a. Forum Kemitraan Perpolisian Masyarakat (“FKPM”) yang berperan memfasilitasi


kepentingan TENAGA KEAMANAN (LINMAS) dan warga masyarakat untuk
merealisasikan penyelenggaraan siskamling serta ikut membina
pelaksanaannya.[6]
b. Ketua siskamling, dijabat oleh ketua Rukun Tetangga (“RT”)/Rukun Warga
(“RW”)/Kepala Dusun atau tokoh masyarakat yang dipilih berdasarkan
kesepakatan dalam musyawarah warga masyarakat setempat. Ketua siskamling
tersebut bertugas sebagai pimpinan penyelenggaraan bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugasnya kepada warga.[7]
c. Pelaksana siskamling, seluruh Tenaga Keamanan (LINMAS), seluruh kepala
rumah tangga dan warga laki-laki dewasa berusia paling sedikit 17 tahun dalam
lingkungan RT/RW/Dusun setempat.[8]

Selanjutnya kegiatan pelaksana siskamling yang bertugas melaksanakan kegiatan


siskamling meliputi:[9]

a. penjagaan;
b. patroli atau perondaan;
c. memberikan peringatan-peringatan untuk mencegah antara lain terjadinya
kejahatan, kecelakaan, kebakaran, banjir, dan bencana alam;
d. memberikan keterangan atau informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan
keamanan dan ketertiban lingkungan;
e. memberikan bantuan dan pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai
masalah yang dapat mengganggu ketentraman warga sekitarnya, serta
membantu Ketua RT/RW/Kepala Dusun dalam menyelesaikan masalah warga
tersebut;
f. melakukan koordinasi kegiatan dengan anggota Polri dan Pamong Praja, dan
aparat pemerintah terkait lainnya yang bertugas di wilayahnya;
g. melaporkan setiap gangguan kamtibmas yang terjadi pada Polri;
h. melakukan tindakan represif sesuai petunjuk teknis Polri dalam hal kasus
tertangkap tangan, dan pada kesempatan pertama menyerahkan penanganannya
kepada Satuan Polri di wilayahnya; dan
i. melakukan tindakan yang dirasakan perlu untuk keselamatan warganya atas izin
dan perintah dari ketua siskamling.

Jadi ronda merupakan salah satu kegiatan siskamling. Namun mengenai teknis
pelaksanaan kegiatan siskamling itu sendiri termasuk ronda tidak diatur secara rinci
dalam Perkapolri 23/2007. Menurut kami diserahkan ke masing-masing daerah
(tergantung kebijakan di setiap daerah).

Teknis Kegiatan Ronda


Pada dasarnya aturan mengenai siskamling pada peraturan daerah juga merujuk
Perkapolri 23/2007, akan tetapi secara spesifik istilah ronda jaga disebutkan dalam
Perda Kabupaten Mojokerto 20/2008 didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dimana ia bertempat tinggal untuk menjaga keamanan dan
ketertiban di lingkungannya pada siang hari dan atau malam hari dengan waktu
tertentu.[10]

Masing-masing desa/kelurahan di antaranya mempunyai tugas menyusun petunjuk


teknis jaga, ronda, atau aktifitas lain serta dan penjadwalan ronda yang berkenaan
dengan siskamling.[11]

Sarana dan prasarana siskamling adalah:[12]

1.
a. Pos kamling atau pos jaga;
b. kentongan atau alat lain yang sejenis;
c. kamera CCTV, atau yang sejenis;
d. pentungan atau yang sejenis;
e. alat-alat lain yang diperlukan dan dibenarkan sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku
Berdasarkan penelusuran kami, alat yang mengeluarkan bunyi-bunyi seperti yang Anda
maksud adalah kentongan atau alat lain yang sejenis. Oleh karenanya, jika memang di
daerah Anda telah diatur bahwa kentongan itu termasuk sarana dan prasarana
siskamling yang diatur, maka menurut kami sah-sah saja apabila itu digunakan saat
kegiatan ronda (sebagai bagian dari kegiatan siskamling).

Selain itu, adapun sebenarnya kegiatan ronda (termasuk teknis jaganya) sebagai salah
satu pelaksanaan siskamling diserahkan dan ditentukan secara musyawarah mufakat
oleh masyarakat pada masing-masing wilayah di setiap daerah. Meski demikian, menurut
hemat kami hendaknya petugas jaga ronda selain menjaga keamanan juga harus
memperhatikan kenyamanan warga saat ronda agar tidak mengganggu.

Apabila masyarakat terganggu dengan pelaksanaan kegiatan ronda, maka saran kami
adalah upayakan cara-cara kekeluargaan terlebih dahulu, yaitu dengan mengadu ke
ketua RT/RW/Kepala Dusun atau kepala desa/lurah setempat karena merekalah yang
menyusun petunjuk teknis dan penjadwalan ronda.

PEMDES KEBONTUNGGUL

Anda mungkin juga menyukai