Anda di halaman 1dari 56

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Perhitungan Pembebanan


Beban-beban yang diperhitungkan dalam analisis adalah beban mati, beban
hidup dan beban gempa.
5.1.1 Beban Mati
Beban mati yang dimaksud terdiri dari berat sendiri struktur dan beban mati
tambahan. Berat sendiri struktur tidak perlu dimasukkan dikarenakan ETABS
sudah memperhitungkan berat sendiri struktur secara otomatis, sehingga hanya
perlu memasukkan beban mati tambahan.
1. Pelat
Perhitungan beban mati tambahan pada pelat lantai dan pelat atap dapat dilihat
pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 sebagai berikut.
Tabel 5.1 Perhitungan Beban Mati Tambahan Pelat Lantai
Berat Volume Beban
No Material Tebal (m)
(kN/m3) (kN/m2)
1 Spesi 0,03 16,68 0,50
2 Pasir 0,04 15,70 0,63
3 Keramik 0,17 0,17
Penggantung Langit-
4 langit 0,07 0,07
5 Ducting AC 0,17 0,17
6 Plafon/langit-langit 0,11 0,11
Total 1,65

43
44

Tabel 5.2 Perhitungan Beban Mati Tambahan Pelat Atap


Berat Volume Beban
No Material Tebal (m)
(kN/m3) (kN/m2)
1 Spesi 0,03 16,68 0,50
2 Water proofing 0,04 18,64 0,75
3 Ducting AC 0,01 0,17 0,0017
Total 1,2517

2. Tangga
Pada penelitian ini tangga tidak dimodelkan namun tetap memasukkan berat
sendiri tangga sebagai pembebanan. Struktur tangga dimodelkan terpisah secara 2
dimensi diasumsikan sebagai balok sederhana. Perhitungan pembebanan pada
tangga dan bordes dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan Tabel 5.4.
Tebal pelat tangga diketahui (t) = 150 mm merupakan tebal miring dari pelat
tangga, diperlukan tebal vertikal pada pelat tangga untuk menghitung berat sendiri.
Perhitungan mencari tebal vertikal pelat tangga dapat dilihat pada Gambar 5.1
sebagai berikut.

Gambar 5.1 Mencari Tinggi Vertikal Pelat Tangga


45

1
t1 = 2 𝑆. cos 𝛼
1 𝑎𝑎𝑛𝑡𝑟𝑒𝑑𝑒
= 2 150 cos(tan-1 )
𝑜𝑝𝑡𝑟𝑒𝑑𝑒
1 160
= 2 150 cos (tan-1 300)
1
= 2 150 cos (28,0725)

= 66.1765 mm
t2 = t + t1
= 150 mm + 66,1765 mm
= 216,1765 mm
𝑡
t3 = cos2 𝛼
216.1765
= 28.0725

= 216,5716 mm
Tabel 5.3 Perhitungan Beban Mati pada Pelat Tangga

Tangga Berat Jenis (kN/m3) Tebal (m) Lebar (m) Berat Beban (kN/m)

Pelat Tangga 24 0,2166 1,4 7,2768


Keramik 0,1717 1,4 0,1717
Spesi 19,1300 0,02 1,4 0,53564
Pasir 17,6580 0,03 1,4 0,74164
Total 8,5541

Tabel 5.4 Perhitungan Beban Mati pada Pelat Bordes

Bordes Berat Jenis (kN/m3) Tebal (m) Lebar (m) Berat Beban (kN/m)

Pelat Bordes 24 0,15 3,9 14,0400


Keramik 0,1717 3,9 0,6695
Spesi 19,13 0,02 3,9 1,4921
Pasir 17,658 0,03 3,9 2,0660
Total 18,2676
46

3. Atap
Pada penelitian ini rangka atap dimodelkan terpisah dan dianalisis
menggunakan bantuan program SAP 2000. Rangka atap dimodelkan menggunakan
profil WF 250x125x6x9 dan WF 300x150x6.5x9 ST-37 dengan tegangan leleh =
2400 kg/cm2. Hasil analisis rangka atap dapat dilihat pada Gambar 5.2 sebagai
berikut.

Gambar 5.2 Hasil Analisis Rangka Atap


Dari hasil analisis, didapatkan reaksi sebesar 34,77 kN. Langkah selanjutnya
adalah memasukkan nilai reaksi tersebut ke titik dimana rangka atap tersebut
bertumpu.
4. Dinding
Pada penelitian ini dinding hanya dimodelkan sebagai beban mati tambahan
pada balok. Beban mati dinding didapatkan dengan cara mengurangi tinggi lantai
dikurangi balok di atasnya. Seluruh dinding kecuali elemen dinding geser
diasumsikan memiliki bukaan sebesar 40% dan terbuat dari pasangan bata merah.
Berikut merupakan contoh perhitungan beban mati dinding dapat dilihat pada lantai
1.
a. Dinding di bawah balok B4 (300 x 500)
Tinggi dinding = Tinggi lantai - Tinggi balok di atas dinding
= 4,2 m – 0,5 m
= 3,7 m
Berat dinding = Berat Jenis pasangan bata merah tebal 15cm x
Tinggi
dinding x Persen luas efektif dinding
= 16,677 kN/m3 x 0,15 m x 3,7 m x 60%
= 5,5534 kN/m
47

b. Dinding di bawah balok B2 (350 x 700)


Tinggi dinding = Tinggi lantai – Tinggi balok di atas dinding
= 4,2 m – 0,7 m
= 3,5 m
Berat Dinding = Berat Jenis pasangan bata merah tebal 15cm x
Tinggi
dinding x Persen luas efektif dinding
= 16,667 kN/m3 x 0,15 m x 3,5 m x 60%
= 5,2533 kN/m
5.1.2 Beban Hidup
Beban hidup yang diterapkan pada analisis mengacu pada SNI 1727-2013.
Beban hidup dibedakan sesuai dengan fungsi ruangan. Berikut merupakan nilai
beban hidup sesuai dengan fungsi ruangan.
Ruang Dokter = 1,92 kN/m2
Ruang Bedah = 2,87 kN/m2
Selasar = 3,83 kN/m2
Ruang Tunggu = 4,79 kN/m2
Ruang Rapat = 4,79 kN/m2
Gym = 4,79 kN/m2
Kantilever = 4,79 kN/m2
Ruang Makan = 4,79 kN/m2
Selasar Lantai 1 = 4,79 kN/m2
Gudang =6 kN/m2
Lobi = 4,79 kN/m2
Ruang Arsip = 4,79 kN/m2
Farmasi (Gudang) = 6 kN/m2
Gambar denah fungsi ruangan dan gambar penempatan beban hidup sesuai
dengan fungsi ruangan dapat dilihat pada Lampiran 7 sampai Lampiran 12.
48

5.1.3 Beban Gempa


5.1.3.1 Beban Gempa Respon Spektrum
Perhitungan beban gempa berupa respon spektrum mengacu pada SNI 1726-
2012. Berikut merupakan langkah-langkah perhitungan respon spektrum.
1. Menentukan Kategori Risiko Struktur Bangunan dan Faktor Keutamaan (Ie)
Gedung berfungsi sebagai rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat sehingga menurut SNI 1726-2012 Tabel 1
(Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa) gedung
memiliki kategori risiko IV. Sehingga memiliki faktor keutamaan gempa (Ie)
sebesar 1,5.
2. Menentukan Parameter Percepatan Gempa (SS dan S1).
Jenis tanah pada gedung diasumsikan berjenis tanah lunak (SE). Perecepatan
batuan dasar pada periode pendek (SS) berdasarkan peta seismik pada SNI 1726-
2012 wilayah Yogyakarta memiliki nilai 1,2 – 1,5g, diambil nilai terbesar 1,5g
sedangkan nilai percepatan batuan dasar pada periode 1 detik (S1) wilayah
Yogyakarta memiliki nilai 0,4 – 0,5g diambil nilai terbesar 0,5g.
3. Menentukan koefisien-koefisien situs dan parameter-parameter respon spektral
percepatan gempa (MCER)
Berdasarkan nilai SS dan nilai S1 yang didapat, selanjutnya adalah menentukan
nilai faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek
(Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1
detik (Fv). Berdasarkan tabel 4 dan tabel 5 pada SNI 1726-2012 didapatkan nilai
Fa sebesar 0,9 dan nilai Fv sebesar 1,4.
4. Menentukan parameter respon spektrum percepatan pada periode pendek dan
periode 1 detik (SMS dan SM1)
Perhitungan nilai parameter respon spektrum percepatan pada periode pendek
dan periode 1 detik dapat dihitung menggunakan Persamaan 3.19 dan Persamaan
3.20.
49

SMS = Fa x SS
= 0,9 x 1,5
= 1,35
SM1 = Fv x S1
= 2,4 x 0,5
= 1,2
5. Menentukan nilai parameter percepatan spektral desain periode pendek dan 1
detik (SDS dan SD1)
Nilai SDS dan SD1 dapat dihitung menggunakan Persamaan 3.21 dan Persamaan
3.22.
2
SDS = 3 . 𝑆𝑀𝑆
2
= 3 x 1,35

= 0,9
2
SD1 = . 𝑆𝑀1
3
2
= 3 x 1,2

= 0,8
6. Menentukan periode getar fundamental struktur (T0 dan TS)
Nilai T0 dan TS dapat dihitung menggunakan Persamaan 3.25 dan 3.26.
𝑆
T0 = 0,2 . 𝑆𝐷1
𝐷𝑆

0,8
= 0,2 x 0,9

= 0,1778 detik
𝑆
TS = 𝑆𝐷1
𝐷𝑆
0,8
= 0,9

= 0,8889 detik
7. Perhitungan spektrum percepatan (Sa)
Untuk periode yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan desain
harus diambil sesuai dengan Persamaan 3.23.
50

Berikut merupakan contoh perhitungan spektrum respons percepatan desain


pada periode 0,03 detik.
𝑇
Sa = SDS (0,4 + 0,6 . 𝑇 )
0

0,03
= 0,8 (0,4 +0,6 . 0,1778)

= 0,36
Untuk periode T0 < T < TS maka nilai Sa diambil sama dengan nilai SDS,
sedangkan untuk periode T > TS, nilai Sa diambil sesuai dengan Persamaan 3.24.
berikut merupakan contoh perhitungan Sa periode 0,9 detik.
𝑆𝐷1
Sa = 𝑇
0,8
= 0,9

= 0,8889
Tabel rekapitulasi perhitungan respon spektrum desain dapat dilihat pada
lampiran, berdasarkan rekapitulasi tersebut dapat diperoleh grafik respon spektrum
seperti pada Gambar 5.3 sebagai berikut.
1.000

0.900

0.800

0.700

0.600
Sa (g)

0.500

0.400

0.300

0.200

0.100

0.000
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
T (detik)

Gambar 5.3 Grafik Respon Spektrum


51

1. Berat Seismik Efektif


Berat seismik efektif struktur (W) harus menyertakan seluruh beban mati dan
beban lainnya. Nilai berat seismik efektif dihitung otomatis oleh ETABS, untuk
menampilkan nilai berat seismik efektif yaitu dengan cara Display – Show Table
– Analysis – Results – Structure Output – Center of Mass and Rigidity. Nilai
berat seismik efektif struktur dapat dilihat pada Tabel 5.5 sebagai berikut.
Tabel 5.5 Berat Seismik Efektif
Berat Bangunan (kN)
Lantai
Existing Varian 1 Varian 2
1 21481,6236 21487,5057 21482,3438
2 14285,6164 14286,3366 14286,3366
3 14013,5672 14014,2875 14014,2875
4 14013,5672 14014,2875 14014,2875
5 13755,7912 13752,7903 13752,7903
6 8719,0047 8714,8530 8714,8530
TOTAL 86269,1704 86270,0606 86264,8987

Dari hasil perhitungan di atas didapatkan berat bangunan existing 86269,1704


kN, berat bangunan varian 1 sebesar 86270,0606 kN dan berat bangunan varian 2
sebesar 86264,8987 kN. Terjadi perbedaan berat bangunan sebesar 0,8902 kN atau
1% pada 2 varian yang dilakukan. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya
penumpukan atau overlap pada daerah joint antara elemen balok, kolom dan shear
wall atau biasa disebut dengan intersection. Intersection terjadi karena elemen
frame pada kondisi asli mempunyai dimensi penampang berupa lebar dan tinggi,
sedangkan pada saat proses pemodelan di ETABS hanya berupa garis sehingga
pada daerah joint akan terjadi penumpukan.
52

Perbedaan yang terjadi dikarenakan varian yang dilakukan adalah


memindahkan elemen shear wall ke beberapa posisi menyebabkan perbedaan
elemen balok dan kolom pada daerah yang dilakukan pemindahan. Ilustrasi
intersection dapat dilihat pada Gambar 5.4 berikut.

Gambar 5.4 Intersection pada Joint


2. Periode Fundamental Struktur
Periode fundamental struktur dapat dihitung menggunakan Persamaan 3.27.
Periode fundamental pendekatan (Ta) pada model existing, varian 1 dan varian 2
adalah sama dikarenakan bangunan memiliki ketinggian yang sama.
Ta = Ct . hn x
Ta = 0,0466 x 25,9 0,9
= 0,8717 detik
Langkah selanjutnya adalah menghitung Ta max sesuai dengan Persamaan 3.28.
Ta max = Cu . Ta
= 1,4 x 0,8717
= 1,2203 detik
Selanjutnya dengan bantuan software ETABS, didapatkan nilai Tcomp
setiap model sebagai berikut.
Tcomp existing = 0,759 detik
Tcomp varian 1 = 0,603 detik
Tcomp varian 2 = 0,696 detik
Dari hasil perhitungan di atas, dapat ditentukan periode fundamental yang
digunakan sesuai dengan persyaratan sebagai berikut:
53

a) Jika Tcomp > Ta max maka digunakan T = Ta max


b) Jika Ta < Tcomp < Ta max maka digunakan T = Tcomp
c) Jika Tcomp < Ta maka digunakan T = Ta
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa nilai Tcomp pada setiap model lebih
kecil dari Ta. Berdasarkan persyaratan di atas, maka nilai T pada masing-masing
model adalah Ta = 0,8717 detik.
3. Nilai Koefisien Respon Seismik (CS)
Nilai koefisien respon seismik dapat diselesaikan menggunakan persamaan
sebagai berikut.
𝑆𝐷𝑆
CS = 𝑅
𝐼𝑒

0,9
= 5,5
1,5

= 0,1929
Nilai CS tidak perlu melebihi
𝑆𝐷1
CS maks = 𝑅
𝑇.
𝐼𝑒

0,8
= 5,5
0,8717 𝑥
1,5

= 0,2503
Nilai CS juga harus tidak kurang dari
CS min = 0,044SDS . Ie ≥ 0,01
= 0,044 x 0,72 x 1,5
= 0,0594
Dari perhitungan di atas didapatkan nilai CS lebih kecil dari CS maks dan
lebih besar dari CS min , sehingga nilai CS yang dipakai adalah nilai CS = 0,1929.
Dari hasil analisis didapatkan nilai T yang dipakai pada semua model adalah
0,8717 detik sehingga nilai Cs pakai juga tidak berubah yaitu 0,1929.
54

1.000
T0 = 0,1778 detik
0.900
Tpakai = 0,8717 detik
0.800
TS = 0,8889 detik
0.700

0.600
Sa (g)

0.500

0.400

0.300

0.200

0.100

0.000
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
T (detik)

Dari hasil perhitungan diatas didapatkan nilai T pakai adalah nilai Ta = 0,8717
detik, pada grafik di atas nilai T pakai berada sebelum nilai Ts = 0,8889 sehingga
nilai Cs pakai adalah 0,1929 karena didapatkan nilai periode bangunan berada pada
antara nilai T0 dan TS memiliki percepatan sama dengan SDS sehingga nilai CS yang
dipakai adalah nilai CS rumus yaitu 0,1929.
Setelah mendapatkan nilai koefisien respon spektrum maka selanjutnya dapat
dilakukan perhitungan gaya geser dasar menggunakan Persamaan 3.1. Berikut
merupakan contoh perhitungan gaya geser dasar statik pada model existing.
V = Cs.W
= 0,1929 x 82869,1704
= 16966,1430 kN
Rekapitulasi hasil perhitungan gaya geser dasar pada masing-masing
model dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut.
55

Tabel 5.6 Rekapitulasi Perhitungan Gaya Geser Dasar Statik


Model Base Shear (kN)
Existing 16966,1430
Varian 1 16966,318
Varian 2 16117,038

5.2 Pemodelan Struktur


Pemodelan struktur dilakukan dengan menggunakan bantuan program
ETABS v13.2.2. Data-data yang dibutuhkan untuk melakukan permodelan adalah
sebagai berikut.
Tabel 5.8 Dimensi Balok pada Gedung
Dimensi B/H Dimensi B/H
Tipe Balok Tipe Balok
(mm) (mm)
B2 350/700 B7 150/300
B3 300/600 B8 150/200
B4 300/500 BK3 300/600
B5 200/400 BK4 300/500
B6 400/400 BK8 150/200

Tabel 5.9 Dimensi Kolom pada Gedung


Tipe Dimensi Tipe Dimensi
Kolom B/H Kolom B/H
K1 750/750 K4 600/600
K2 700/700 K6 400/400
K3 650/650 K7 400/1000

Elemen pelat lantai memiliki 2 tipikal yaitu S1 dengan tebal 120 mm dan S4
= 150 mm. Elemen shear wall (SW1, SW2 dan SW4) memiliki ketebalan yang
sama yaitu 400 mm. Hasil permodelan pada program ETABS dapat dilihat pada
Gambar 5.5, Gambar 5.6, dan Gambar 5.7 sebagai berikut.
56

Gambar 5.6 Model Bangunan Existing

Gambar 5.7 Model Bangunan Varian 1

Gambar 5.8 Model Bangunan Varian 2


57

5.2.1 Pengecekan Base Shear, dan Mass Participant Ratio


Setelah bangunan dimodelkan pada program ETABS selanjutnya perlu
dilakukan pengecekan nilai Base Shear dan Mass Participant Ratio.
5.2.1.1 Pengecekan Nilai Base Shear
Nilai gaya geser dasar dinamik harus lebih besar dari sama dengan 85%
dikalilkan gaya geser dasar statik. Jika nilai gaya geser dasar dinamik kurang dari
85% dikalikan gaya geser dasar statik, maka perlu dikalikan oleh scale factor. Nilai
gaya geser dasar dinamik dan gaya geser statik didapatkan dari hasil analisis
ETABS. Nilai gaya geser dinamik dan statik pada masing-masing model dapat
dilihat pada Tabel 5.10 dan Tabel 5.11 sebagai berikut.
Tabel 5.10 Nilai Gaya Geser Dasar Arah X
V statik V dinamik Kontrol 85%
Existing 16637,626 6510,4623 Tidak Memenuhi
Varian 1 16637,797 6727,1035 Tidak Memenuhi
Varian 2 16636,802 7209,5308 Tidak Memenuhi

Tabel 5.11 Nilai Gaya Geser Dasar Arah Y


V statik V dinamik Kontrol 85%
Existing 16637,626 6581,87 Tidak Memenuhi
Varian 1 16637,797 7319,1161 Tidak Memenuhi
Varian 2 16636,802 7617,1703 Tidak Memenuhi

Berdasarkan nilai gaya geser yang didapat, nilai gaya geser dinamik kurang
dari 85% gaya geser statik sehingga harus dikalikan dengan scale factor. Berikut
merupakan contoh perhitungan scale factor pada model bangunan existing arah x.
Vstatik = 16637,626 kN
Vdinamik = 6510,4623 kN
58

𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘 16637,626
=
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 6510,4623

= 2,5555
𝑔 𝑥 𝐼𝑒 𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘
Scale factor = x
𝑅 𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘
9,81 𝑥 1000 𝑥 1,5
= x 0,85 x 2,5555
6

= 3581,382

Setelah mendapatkan nilai scale factor selanjutnya nilai tersebut diinput pada
ETABS dan dilakukan analisis ulang untuk mendapatkan nilai gaya geser dasar
setelah melakukan skala ulang. Setelah dilakukan analisis ulang, didapatkan nilai
Vdinamik baru setelah di skala ulang adalah sebesar 14590,88 kN dimana jumlah
tersebut lebih dari sama dengan 85% Vstatik. Rekapitulasi hasil perhitungan skala
ulang gaya geser dasar pada masing-masing model dapat dilihat pada Tabel 5.12
dan Tabel 5.13.
Tabel 5.12 Nilai Gaya Geser Dasar Setelah Dilakukan Skala Ulang
Model V statik V dinamik
Existing 16637,626 14308,348
Varian 1 16637,797 14308,506
Varian 2 16636,802 14307,6496

14308.6 14308.506

14308.4 14308.348
Existing
14308.2
Varian 1
Base Shear (kN)

Varian 2
14308

14307.8
14307.6496
14307.6

14307.4

14307.2

Gambar 5.5 Grafik Nilai Gaya Geser Dasar


59

Berdasarkan hasil analisis ETABS didapatkan nilai base shear pada model
existing sebesar 14308,348 kN, varian 1 sebesar 14308,506 kN, dan model varian
2 sebesar 14307,649 kN. Varian 1 memiliki nilai base shear yang paling besar.
Terjadi perbedaan nilai base shear sebesar <1%. Hal tersebut terjadi karena kurang
telitinya pemodelan bangunan pada software ETABS sehingga didapatkan
perbedaan nilai berat bangunan.

5.2.1.2 Cek Mass Participant Ratio (Partisipasi Massa)


Menurut SNI 1726-2012 pasal 7.9.1, analisis harus dilakukan untuk
menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi massa
ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 90% dari massa aktual dalam masing-
masing arah horisontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model. Setelah
dilakukan analisis struktur menggunakan program ETABS didapatkan nilai
partisipasi massa dengan cara Display – Show Tables – Results – Modal Results –
Modal Mass Participating Ratios. Rekapitulasi Partisipasi Massa pada masing
masing model dapat dilihat pada Tabel 5.13 sebagai berikut.

Tabel 5.14 Rekapitulasi Partisipasi Massa


Existing Varian 1 Varian 2
Mode Sum Sum Sum Sum Sum Sum
UX UY UX UY UX UY
1 0,1014 0,388 0,0815 0,4656 0,1146 0,393
2 0,4221 0,64 0,427 0,6516 0,4168 0,6456
3 0,7171 0,6625 0,7173 0,6602 0,7226 0,6596
4 0,7495 0,7636 0,7558 0,7912 0,7639 0,7583
5 0,8884 0,7966 0,8776 0,8536 0,8725 0,8432
6 0,8893 0,8763 0,9275 0,9068 0,8726 0,8436
7 0,8893 0,8763 0,9279 0,9095 0,9038 0,8834
8 0,8896 0,8792 0,9607 0,9414 0,907 0,8876
9 0,8974 0,8838 0,9665 0,949 0,9192 0,9005
10 0,9316 0,91 0,9711 0,9684 0,9203 0,9005
11 0,9434 0,9176 0,9711 0,9685 0,9293 0,9023
12 0,9448 0,9179 0,9713 0,9686 0,9364 0,9035
60

Berdasarkan hasil analisis program ETABS di atas, dapat dilihat bahwa


model bangunan existing mencapai partisipasi massa 90% pada mode ke 10, model
bangunan varian 1 pada mode ke 6 dan model bangunan 2 pada mode ke 9.

5.3 Cek Ketidakberaturan Struktur


Struktur bangunan gedung harus diklasifikasikan sebagai beraturan atau tidak
beraturan berdasarkan pada kriteria dalam pasal 7.3.2. klasifikasi tersebut harus
didasarkan pada konfigurasi horizontal dan vertikal dari struktur bangunan gedung.
5.3.1 Ketidakberaturan Horizontal
1. Ketidakberaturan Torsi
Ketidakberaturan torsi didefinisikan ada jika simpangan antar lantai tingkat
maksimum, torsi yang dihitung termasuk tak terduga, di sebuah ujung struktur
melintang terhadap sumbu lebih dari 1,2 kali simpangan antar lantai tingkat rata-
rata di kedua ujung struktur (Ketidakberaturan Torsi 1a). Ketidakberaturan torsi
berlebihan dinyatakan ada bila simpangan maksimum melebihi 1,4 kali simpangan
rata-rata (Ketidakberaturan Torsi 1b). Persyaratan ketidakberaturan torsi dalam
pasal-pasal referensi berlaku hanya untuk struktur dimana diafragma kaku atau
setengah kaku.

Gambar 5.9 Penentuan δaverage (Simpangan Rata-Rata)


(Sumber : Indarto dkk, 2013)

Simpangan didapatkan dari hasil analisis ETABS dengan cara Display – Show
Table – Results – Displacement – Joint Displacement. Struktur yang dirancang
untuk kategori desain seismik C, D, E, atau F, dimana tipe 1a atau 1b
ketidakberaturan torsi terjadi seperti didefinisikan dalam Tabel 10 harus
61

mempunyai pengaruh yang diperhitungkan dengan mengalikan Mta (Momen Torsi


Tak terduga) di masing-masing tingkat dengan faktor pembesaran torsi (Ax) (SNI
1726-2012). Perhitungan Faktor pembesaran Torsi dapat diselesaikan
menggunakan Persamaan 5.1 sebagai berikut.
δ 2
max
Ax = (1,2δavg ) (5.1)

Berikut dicontohkan perhitungan faktor pembesaran torsi pada bangunan existing


lantai 3 arah x.
4,5 2
Ax = (1,2 x 5,4)

= 1,037
Rekapitulasi hasil cek ketidakberaturan torsi dan perhitungan faktor
pembesaran torsi dapat dilihat pada Tabel 5.14 sampai Tabel 5.19 berikut.
Tabel 5.15 Cek Torsi Arah X Model Existing

Lantai δ 59 δ 105 δavg 1.2 δ 1.4 δ δ max CEK TORSI Ax

1 0,9 0,9 0,90 1,08 1,26 0,90 Tidak Ada Torsi 1


2 2,2 3 2,60 3,12 3,64 3,00 Tidak Ada Torsi 1
3 3,5 5,5 4,50 5,40 6,30 5,50 Ada Torsi 1,037
4 4,7 8,2 6,45 7,74 9,03 8,20 Ada Torsi 1,122
5 5,9 11 8,45 10,14 11,83 11,00 Ada Torsi 1,177
6 6,8 13,7 10,25 12,30 14,35 13,70 Ada Torsi 1,241

Tabel 5.16 Cek Torsi Arah Y Model Existing

Lantai δ3 δ 16 δavg 1.2 δ 1.4 δ δ max CEK TORSI Ax

1 4,1 0,9 2,50 3,00 3,50 4,10 Ada Torsi 1,868


2 14,7 3 8,85 10,62 12,39 14,70 Ada Torsi 1,916
3 25,7 5,5 15,60 18,72 21,84 25,70 Ada Torsi 1,885
4 37 8,2 22,60 27,12 31,64 37,00 Ada Torsi 1,861
5 47,9 11 29,45 35,34 41,23 47,90 Ada Torsi 1,837
6 57,8 13,7 35,75 42,90 50,05 57,80 Ada Torsi 1,815
62

Tabel 5.16 Cek Torsi Arah X Model Varian 1

Lantai δ 59 δ 105 δavg 1.2 δ 1.4 δ δ max CEK TORSI Ax

1 0,8 1,2 1,00 1,20 1,40 1,20 AdaTorsi 1,000


2 2 3,8 2,90 3,48 4,06 3,80 AdaTorsi 1,192
3 3,2 6,5 4,85 5,82 6,79 6,50 AdaTorsi 1,247
4 4,4 9,4 6,90 8,28 9,66 9,40 AdaTorsi 1,289
5 5,5 12,2 8,85 10,62 12,39 12,20 AdaTorsi 1,320
6 6,5 14,9 10,70 12,84 14,98 14,90 AdaTorsi 1,347

Tabel 5.17 Cek Torsi Arah Y Varian 1

Lantai δ3 δ 16 δavg 1.2 δ 1.4 δ δ max CEK TORSI Ax

1 2,3 0,8 1,55 1,86 2,17 2,30 Ada Torsi 1,529


2 8 2,9 5,45 6,54 7,63 8,00 Ada Torsi 1,496
3 14,1 5,3 9,70 11,64 13,58 14,10 Ada Torsi 1,467
4 20,8 7,9 14,35 17,22 20,09 20,80 Ada Torsi 1,459
5 27,4 10,6 19,00 22,80 26,60 27,40 Ada Torsi 1,444
6 33,7 13,2 23,45 28,14 32,83 33,70 Ada Torsi 1,434

Tabel 5.18 Cek Torsi Arah X Varian 2

Lantai δ 59 δ 105 δavg 1.2 δ 1.4 δ δ max CEK TORSI Ax

1 0,8 1,4 1,10 1,32 1,54 1,40 Ada Torsi 1,125


2 2,1 4,6 3,35 4,02 4,69 4,60 Ada Torsi 1,309
3 3,3 7,9 5,60 6,72 7,84 7,90 Ada Torsi 1,382
4 4,6 11,4 8,00 9,60 11,20 11,40 Ada Torsi 1,410
5 5,7 14,8 10,25 12,30 14,35 14,80 Ada Torsi 1,448
6 6,6 18 12,30 14,76 17,22 18,00 Ada Torsi 1,487
63

Tabel 5.19 Cek Torsi Arah Y Varian 2

Lantai δ3 δ 16 δavg 1.2 δ 1.4 δ δ max CEK TORSI Ax

1 3 0,9 1,95 2,34 2,73 3,00 Ada Torsi 1,644


2 10,9 3,2 7,05 8,46 9,87 10,90 Ada Torsi 1,660
3 19,4 5,6 12,50 15,00 17,50 19,40 Ada Torsi 1,673
4 28,6 8,4 18,50 22,20 25,90 28,60 Ada Torsi 1,660
5 37,7 11,2 24,45 29,34 34,23 37,70 Ada Torsi 1,651
6 46,4 14 30,20 36,24 42,28 46,40 Ada Torsi 1,639

Berdasarkan hasil analisis, dapat dilihat bahwa pada masing-masing model


terjadi ketidakberaturan torsi. Oleh karena itu harus dihitung eksentrisitas tak
terduga. Berikut merupakan contoh perhitungan eksentrisitas tambahan pada
bangunan existing lantai 1 arah x.
Xcr = 24,4903 m
Xcm = 39,5576 m
e0x = | Xcr – Xcm |
= | 24,4903 m – 39,5576 m |
= 15,07 m
e1x = 5% x Lx x Ax
= 5% x 52 x 1,235
= 3,2987 m
ex = e0x + e1x
= 18,2772 m
Keterangan :
Xcr : Center of Rigidity (Pusat Kekakuan Arah X)
Xcm : Center of Mass (Pusat Massa Arah X)
e0x : Eksentrisitas Bawaan
e1x : Eksentrisitas Tidak Terduga
ex : Eksentrisitas Total Arah x
64

Nilai pusat massa dan pusat kekakuan didapatkan dari ETABS dengan cara
Display – Analysis – Results – Structure Output – Center of Mass and Rigidity.
Rekapitulasi perhitungan eksentrisitas pada masing-masing model dapat dilihat
pada Tabel 5.20 hingga 5.25

Tabel 5.20 Eksentrisitas Total Arah X Model Existing

Lantai XCm (m) XCr (m) e0x Lx (m) e1x ex (m)

1 24,4903 39,5576 15,0673 52 3,2099 18,2772


2 24,6929 41,0702 16,3773 52 3,0387 19,4160
3 24,7262 41,0960 16,3698 52 3,2099 19,5797
4 24,7262 40,8052 16,079 52 3,3255 19,4045
5 24,5874 40,4750 15,8876 52 3,3616 19,2492
6 21,514 40,2059 18,6919 52 3,4917 22,1836

Tabel 5.21 Eksentrisitas Total Arah Y Model Existing

Lantai YCm (m) YCr (m) e0y Ly (m) e1y ey (m)

1 19,4673 4,8339 14,6334 36 2,8125 17,4459


2 13,7139 2,8487 10,8652 24 1,8879 12,7531
3 13,7009 2,1535 11,5474 24 1,8386 13,3860
4 13,7009 1,7298 11,9711 24 1,8098 13,7809
5 13,7337 1,4638 12,2699 24 1,7795 14,0494
6 13,6341 1,4068 12,2273 24 1,7441 13,9714

Tabel 5.22 Eksentrisitas Total Arah X Model Varian 1

Lantai XCm (m) XCr (m) e0x Lx (m) e1x ex (m)

1 24,8823 33,2662 8,3839 52 2,9247 11,3086


2 25,2914 34,7264 9,435 52 2,9847 12,4197
3 25,3127 34,839 9,5263 52 3,0718 12,5981
4 25,3127 34,6395 9,3268 52 3,2099 12,5367
5 25,1856 34,4032 9,2176 52 3,3255 12,5431
6 22,2042 34,1907 11,9865 52 3,4692 15,4557
65

Tabel 5.23 Eksentrisitas Total Arah Y Model Varian 1

Lantai YCm (m) YCr (m) e0y Ly (m) e1y ey (m)

1 19,3200 7,8764 11,4436 36 2,4913 13,9349


2 13,4905 5,2742 8,2163 24 1,6657 9,8820
3 13,4823 3,9809 9,5014 24 1,6288 11,1302
4 13,4823 3,1782 10,3041 24 1,6303 11,9344
5 13,5096 2,6722 10,8374 24 1,6081 12,4455
6 13,3693 2,4052 10,9641 24 1,5962 12,5603

Tabel 5.24 Eksentrisitas Total Arah X Model Varian 2

Lantai XCm (m) XCr (m) e0x Lx (m) e1x ex (m)

1 25,0433 33,9371 8,8938 52 3,2099 12,1037


2 25,5244 36,4985 10,9741 52 3,1104 14,0845
3 25,5253 37,0908 11,5655 52 3,2719 14,8374
4 25,5253 37,1636 11,6383 52 3,3396 14,9779
5 25,4022 37,1002 11,698 52 3,4136 15,1116
6 22,3054 37,0035 14,6981 52 3,5566 18,2547

Tabel 5.25 Eksentrisitas Total Arah Y Model Varian 2

Lantai YCm (m) YCr (m) e0y Ly (m) e1y ey (m)

1 19,4668 4,1682 15,2986 36 3,3008 18,5994


2 13,7134 2,0319 11,6815 24 2,0305 13,7120
3 13,7004 1,4771 12,2233 24 2,1333 14,3566
4 13,7004 1,2046 12,4958 24 2,1972 14,6930
5 13,7318 1,0722 12,6596 24 2,2238 14,8834
6 13,6323 1,0761 12,5562 24 2,2566 14,8128

Dari perhitungan di atas, dapat dihitung resultan untuk mendapatkan nilai


eksentrisitas yang bekerja. Berikut dicontohkan perhitungan eksentrisitas model
existing lantai 1.
e = √𝑒𝑥 2 + 𝑒𝑦 2

e = √18,27722 + 17,44592
e = 25,2669 m
Berikut merupakan tabel rekapitulasi perhitungan nilai eksentrisitas.
66

Tabel 5.26 Rekapitulasi Nilai Eksentrisitas Bangunan per-Lantai


Existing Varian 1 Varian 2
Lantai Penurunan var.1 (%) Penurunan var.2 (%)
e (m) e (m) e (m)
1 25,2669 17,9462 22,1909 29,0 12,2
2 23,2298 15,8714 19,6568 31,7 15,4
3 23,7181 16,8105 20,6461 29,1 13,0
4 23,8002 17,3089 20,9814 27,3 11,8
5 23,8310 17,6698 21,2103 25,9 11,0
6 26,2166 19,9158 23,5086 24,0 10,3
Rata-rata 27,8 12,3

Berdasarkan perhitungan dan tabel diatas, didapatkan bahwa nilai


eksentrisitas pada varian 1 mengalami penurunan rata-rata sebesar 27,8 % dan pada
varian 2 juga mengalami penurunan sebesar 12,3%. Penurunan tersebut terjadi
karena pemindahan shear wall yang dilakukan mengubah nilai kekakuan dan
mengubah letak titik pusat kekakuan menjadi lebih dekat ke pusat massa sehingga
nilai eksentrisitas pada varian yang dilakukan lebih kecil.
Sketsa letak titik pusat massa dan pusat kekakuan dapat dilihat pada Gambar
5.10 dan titik yang ditinjau dapat dilihat pada Gambar 5.11.

Gambar 5.10 Letak Titik Pusat Massa dan Titik Pusat Kekakuan pada
Model Existing Lantai 1
67

Gambar 5.11 Letak Titik-titik yang ditinjau

Setelah memasukkan eksentrisitas tak terduga, dilakukan analisis ulang pada


program ETABS sehingga mendapatkan nilai displacement setelah ditambahkan
eksentrisitas tak terduga. Rekapitulasi nilai simpangan dapat dilihat pada Tabel 5.23
sampai dengan Tabel 5.31.
68

Tabel 5.26 Displacement Joint 3


EXISTING VARIAN 1 VARIAN 2
Lantai
δ X (mm) δ Y (mm) δ X (mm) δ Y (mm) δ X (mm) δ Y (mm)
1 0,9 6,5 0,8 3,2 0,8 4,2
2 2,7 22,8 2,2 10,8 2,6 15,1
3 4,4 39,3 3,7 19 4,3 26,8
4 6,2 56,4 5,2 27,9 6 39,4
5 7,9 72,7 6,6 36,7 7,6 51,9
6 9,4 87,6 7,8 45,1 9 63,8

Gambar 5.10 Displacement Joint 3


69

Tabel 5.27 Displacement Joint 16


EXISTING VARIAN 1 VARIAN 2
Lantai
δ X (mm) δ Y (mm) δ X (mm) δ Y (mm) δ X (mm) δ Y (mm)
1 0,9 1,6 0,8 1,3 0,8 1,5
2 2,7 5,4 2,2 4,4 2,6 5
3 4,4 9,6 3,7 7,9 4,3 8,8
4 6,2 14,1 5,2 11,7 6 13
5 7,9 18,8 6,6 15,6 7,6 17,3
6 9,4 23,4 7,8 19,5 9 21,5

Gambar 5.11 Displacement Joint 16


70

Tabel 5.28 Displacement Joint 59


EXISTING VARIAN 1 VARIAN 2
Lantai
δ X (mm) δ Y (mm) δ X (mm) δ Y (mm) δ X (mm) δ Y (mm)
1 1 4,40 0,90 2,20 0,90 2,90
2 2,4 15,00 2,30 7,60 2,30 10,00
3 3,8 26,10 3,60 13,40 3,60 17,90
4 5,2 37,60 4,90 19,80 4,90 26,40
5 6,5 48,60 6,10 26,10 6,00 34,80
6 7,5 58,90 7,20 32,10 7,00 42,90

Gambar 5.12 Displacement Joint 59


71

Tabel 5.29 Displacement Joint 105


EXISTING VARIAN 1 VARIAN 2
Lantai
δ X (mm) δ Y (mm) δ X (mm) δ Y (mm) δ X (mm) δ Y (mm)
1 2,4 4,3 1,6 2,2 2 2,8
2 7,9 15,2 5,2 7,6 6,8 10,1
3 13,5 26,4 9 13,5 11,8 18
4 19,3 37,9 13,1 19,8 17,1 26,6
5 24,9 49 17,1 26,1 22,3 35
6 30 59 20,9 32,1 27,1 43,1

Gambar 5.13 Displacement Joint 105


72

Berdasarkan hasil dan penggambaran grafik yang telah dilakukan, didapatkan


bahwa model bangunan varian 1 dan varian 2 menghasilkan nilai displacement
yang lebih kecil dibandingkan dengan model existing baik pada arah x maupun arah
y. Penurunan nilai displacement paling besar terjadi pada joint 3 arah y dimana pada
model bangunan existing terjadi displacement sebesar 87,6 mm dan pada model
bangunan varian 1 mengalami penurunan sebesar 48,5% menjadi 45,1 mm dan pada
titik 105 arah x terjadi penurunan 20,9%.
Pada varian 2 juga mengalami penurunan nilai displacement. Penurunan
terbesar terjadi pada titik 59 pada arah x dimana model existing menghasilkan nilai
displacement 7,5 mm dan pada varian 2 mengalami penurunan 6,6% menjadi 7 mm,
pada arah y model existing menghasilkan nilai displacement sebesar 58,9 mm dan
pada varian 2 mengalami penurunan sebesar 49,8% menjadi 42,9 mm.
Penurunan nilai displacement terjadi karena setelah dilakukan pengecekan
nilai kekakuan pada Tabel 5.24 sampai dengan Tabel 5.26, model bangunan varian
1 menghasilkan nilai kekakuan paling besar dan nilai eksentrisitas yang lebih kecil
dari bangunan existing sehingga bangunan menghasilkan nilai simpangan yang
lebih kecil.

2. Ketidakberaturan Sudut Dalam


Ketidakberaturan sudut dalam didefinisikan ada jika kedua proyeksi denah
struktur dari sudut dalam lebih besar dari 15 persen dimensi denah struktur dalam
arah yang ditentukan.

Gambar 5.14 Pengecekan Sudut Dalam


(Sumber : Indarto dkk, 2013)
73

Gambar 5.15 Pengecekan Ketidakberaturan Sudut Dalam

Berdasarkan gambar di atas, didapatkan bentang panjang arah x (Lx) sebesar


52 m, bentang pendek arah x (Px) sebesar 4 m, bentang panjang arah y (Ly) sebesar
36 m dan bentang pendek arah y (Py) sebesar 4 m. Ketidakberaturan sudut dalam
dapat diketahui dengan persamaan sebagai berikut.
𝑃𝑥 4
= = 0,0769 < 0,15
𝐿𝑥 52
𝑃𝑥 4
= = 0,1071 < 0,15
𝐿𝑥 36
Dari hasil perhitungan di atas didapatkan didapatkan nilai kedua proyeksi
denah sudut dalam arah x maupun arah y lebih kecil dari 15% sehingga dapat
disimpulkan bahwa struktur tidak memiliki ketidakberaturan sudut dalam.

3. Ketidakberaturan Diskontinuitas Diafragma


Ketidakberaturan diskontinuitas diafragma didefinisikan ada jika terdapat
diafragma dengan diskontinuitas atau variasi kekakuan mendadak, termasuk yang
mempunyai daerah terpotong atau terbuka lebih besar dari 50% daerah diafragma
bruto yang melingkupinya, atau perubahan kekakuan diafragma efektif lebih dari
74

50% dari suatu tingkat ke tingkat selanjutnya. Berikut dicontohkan perhitungan


diskontinuitas diafragma pada lantai 1.

Gambar 5.16 Pengecekan Ketidakberaturan Diskontinuitas Diafragma


Dari gambar di atas didapatkan luas bukaan total adalah 19200000 mm2 dan
luas bruto 1731937452 mm2. Bangunan dinyatakan memiliki ketidakberaturna
diskontinuitas diafragma jika luas bukaan (opening) lebih dari 50% dikalikan
dengan luas total. Berdasarkan perhitungan dilakukan kontrol luas bukaan total
<50% Luas total sebagai berikut.
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
x 100% < 50%
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑟𝑢𝑡𝑜
19200000
𝑥 100% < 50%
1731937452

0,0119 x 100% < 50%


1,19% < 50%
75

Berdasarkan hasil kontrol di atas didapatkan rasio luas bukaan total terhadap
luas bruto sebesar 1,19% sehingga dapat dinyatakan pada lantai 1 tidak terjadi
ketidakberaturan diskontinuitas diafragma. Rekapitulasi perhitungan luas bruto,
luas bangunan dan kontrol ketidakberaturan diskontinuitas diafragma pada Tabel
5.23 sebagai berikut.

Tabel 5.30 Rekapitulasi Pengecekan Ketidakberaturan Diskontinuitas


Diafragma

A BRUTO A bukaan
LANTAI Rasio Bukaan Kontrol
mm2 mm2
1 1731937452 19200000 1% Tidak Ada
2 1141100909 19200000 2% Tidak Ada
3 1141100909 19200000 2% Tidak Ada
4 1141100909 19200000 2% Tidak Ada
5 1141100909 19200001 2% Tidak Ada
6 1141100909 406944996 36% Tidak Ada

4. Ketidakberaturan Pergeseran Melintang terhadap Bidang


Ketidakberaturan pergeseran melintang terhadap bidang didefinisikan ada
jika terdapat diskontinuitas dalam lintasan tahanan gaya lateral, seperti pergeseran
melintang terhadap bidang elemen vertikal. Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan
mengarah sesuai dengan fungsinya sehingga dapat disimpulkan bangunan tidak
memiliki ketidakberaturan pergeseran melintang terhadap bidang.

5. Ketidakberaturan Sistem Nonpararel


Ketidakberaturan sistem nonpararek didefinisikan ada jika elemen penahan
gaya lateral vertikal tidak pararel atau simetris terhadap sumbu-sumbu orthogonal
utama sistem penahan gaya gempa. Sistem penahan gaya lateral pada bangunan
terdapat shear wall dan kolom dan peletakan elemen tersebut adalah simetris
terhadap sumbu ortogonal utama sehingga bangunan dapat dikatakan tidak
memiliki ketidakberaturan sistem nonpararel.
76

5.3.2 Ketidakberaturan Vertikal


1. Ketidakberaturan Kekakuan Tingkat Lunak
Ketidakberaturan kekakuan tingkat lunak didefinisikan ada jika terdapat suatu
tingkat dimana kekakuan lateralnya kurang dari 70% kekakuan lateral tingkat di
atasnya atau kurang dari 80% kekakuan rata-rata tiga tingkat di atasnya. Nilai
kekakuan didapatkan dari hasil analisis ETABS, untuk menampilkan nilai
kekakuan (stiffness) dapat dengan cara Display – Show Tables – Analysis – results
– Structure Results – Story Stiffness. Nilai kekakuan pada masing-masing model
dapat dilihat pada tabel 5.24 hingga 5.26 sebagai berikut.
Tabel 5.31 Persentase Kekakuan Model Existing
Kekakuan X Kekakuan Y Persentase X Persentase Y
Lantai (kN/m) (kN/m) (%) (%)
1 7647414,417 4572263,073 178,8111235 244,5412723
2 4276811,346 1869730,631 117,4160214 113,751252
3 3642442,74 1643701,144 125,6360974 126,2479579
4 2899200,799 1301962,56 134,7840168 131,8025518
5 2150997,476 987812,863 189,4647977 174,9687684
6 1135301,915 564565,249 100 100

Tabel 5.32 Persentase Kekakuan Varian 1


Kekakuan X Kekakuan Y Persentase X Persentase Y
Lantai (kN/m) (kN/m) (%) (%)
1 9415062,07 7466940,777 176,9879465 258,0959289
2 5319606,367 2893087,392 119,5028216 122,7525089
3 4451448,338 2356845,833 127,6734728 129,6331648
4 3486588,279 1818088,633 135,7432869 135,7235113
5 2568516,174 1339553,196 191,3575116 187,7956863
6 1342260,438 713303,496 100 100
77

Tabel 5.33 Persentase Kekakuan Varian 2


Kekakuan X Kekakuan Y Presentase X Presentase Y
Lantai (kN/m) (kN/m) (%) (%)
1 8122815,135 6101716,939 178,5677183 265,7139079
2 4548870,989 2296348,35 118,9537836 122,3890696
3 3824065,828 1876269,145 126,9463622 128,8290746
4 3012347,705 1456401,942 135,5222319 134,9811899
5 2222770,142 1078966,59 189,3959995 188,3355452
6 1173609,869 572895,886 100 100

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan persentase kekakuan pada semua model


baik arah x maupun arah y lebih dari 70%, sehingga dapat disimpulkan bahwa
struktur tidak memiliki ketidakberaturan tingkat lunak. Dari tabel di atas dapat
dilihat bahwa pemindahan shear wall mempengaruhi nilai kekakuan. Varian 1 dan
varian 2 menghasilkan nilai kekakuan yang lebih besar dari model existing.

2. Ketidakberaturan Berat dan Massa


Ketidakberaturan berat dan massa didefinisikan ada jika massa semua tingkat
lebih dari 150%. Nilai persentase massa dapat dilihat pada Tabel 5.27 hingga Tabel
5.29 sebagai berikut.
Tabel 5.34 Persentase Massa Model Existing
Berat
Lantai Persentase di atas (%) Persentase di bawah (%)
(kN)
1 21481,6236 100% 100%
2 14285,6164 67% 150%
3 14013,5672 98% 102%
4 14013,5672 100% 100%
5 13755,7912 98% 102%
6 8719,00469 63% 158%
78

Tabel 5.35 Persentase Massa Varian 1


Berat
Lantai Persentase di atas (%) Persentase di bawah (%)
(kN)
1 21487,506 100% 100%
2 14286,337 66% 150%
3 14014,287 98% 102%
4 14014,287 100% 100%
5 13752,79 98% 102%
6 8714,853 63% 158%

Tabel 5.36 Persentase Massa Varian 2


Berat
Lantai Persentase di atas (%) Persentase di bawah (%)
(kN)
1 21482,3438 100% 100%
2 14286,3366 67% 150%
3 14014,2875 98% 102%
4 14014,2875 100% 100%
5 13752,7903 98% 102%
6 8714,853 63% 158%

Berdasarkan hasil dari tabel-tabel di atas, didapatkan nilai persentase massa


pada semua model bangunan tidak ada yang lebih dari 150% sehingga dapat
disimpulkan bahwa struktur tidak memiliki ketidakberaturan berat dan massa.
4. Ketidakberaturan Geometri Vertikal
Ketidakberaturan geometri vertikal didefinisikan ada jika dimensi horizontal
sistem penahan gaya gempa di semua tingkat lebih dari 130% dimensi horizontal
sistem penahan gaya gempa tingkat di dekatnya. Pada bangunan, kolom yang
mengalami perubahan dimensi hanya kolom tipe K2 dan K3 dengan dimensi K2 =
700/700 dan K3 = 650/650 sehingga atau mengecil sebesar 7% . Elemen shear wall
79

juga tidak mengalami pengecilan penampang sehingga dapat dikatakan bahwa


struktur tidak memiliki ketidakberaturan geometri vertikal.

5. Diskontinuitas Arah Bidang Dalam Ketidakberaturan Elemen Penahan Gaya


Lateral Vertikal.
Ketidakberaturan diskontinuitas arah bidang dalam ketidakberaturan elemen
penahan gaya lateral vertikal didefinisikan ada jika pergeseran arah bidang elemen
penahan gaya lateral lebih besar dari panjang elemen itu atau terdapat reduksi
kekakuan elemen penahan di tingkat di bawahnya. Pada bangunan tidak terdapat
pergeseran elemen penahan gaya lateral yang lebih besar dari elemen itu sendiri
sehingga bangunan tidak memiliki ketidakberaturan diskontinuitas arah bidang
dalam ketidakberaturan elemen penahan gaya lateral.

6. Diskontinuitas dalam Ketidakberaturan Kuat Lateral Tingkat


Diskontinuitas dalam ketidakberaturan kuat lateral tingkat didefinisikan ada
jika kuat lateral tingkat kurang dari 80% kuat lateral tingkat di atasnya. Kuat lateral
tingkat didapatkan dari hasil analisis ETABS. Rekapitulasi pengecekan
ketidakberaturan diskontinuitas dalam ketidakberaturan kuat lateral tingkat dapat
dilihat pada Tabel 5.30 sampai dengan Tabel 5.32 sebagai berikut.

Tabel 5.37 Pengecekan Diskontinuitas dalam Ketidakberaturan Kuat Lateral


Tingkat Model Existing
VX VY Cek Keterangan
Lantai
kN kN Arah x Arah y Arah x Arah y
6 1400,06 1702,467
5 2974,124 3449,903 141% 137% OK OK
4 4203,83 4734,901 122% 120% OK OK
3 5132,065 5670,593 114% 113% OK OK
2 5859,126 6424,438 109% 109% OK OK
1 6411,942 7000,511 109% 109% OK OK
80

Tabel 5.38 Pengecekan Diskontinuitas dalam Ketidakberaturan Kuat Lateral


Tingkat Varian 1
VX VY Check Keterangan
Lantai
kN kN Arah x Arah y Arah x Arah y
6 1670,5837 2109,8553
5 3465,8867 4146,2908 139% 135% OK OK
4 4830,9854 5605,0607 121% 119% OK OK
3 5858,8629 6684,04 113% 112% OK OK
2 6642,4538 7500,2075 109% 107% OK OK
1 7220,5344 8056,7319 109% 107% OK OK

Tabel 5.39 Pengecekan Diskontinuitas dalam Ketidakberaturan Kuat Lateral


Tingkat Varian 2
VX VY Cek Keterangan
Lantai
kN kN Arah x Arah y Arah x Arah y
6 1702,5454 2139,25
5 3540,357 4194,185 140% 135% OK OK
4 4954,0157 5642,526 121% 119% OK OK
3 6015,1578 6713,618 113% 112% OK OK
2 6801,8314 7529,028 108% 106% OK OK
1 7331,0464 8011,152 108% 106% OK OK

Berdasarkan hasil cek ketidakberaturan pada Tabel 5.30 hingga Tabel 5.32,
dapat dilihat bahwa kuat lateral tingkat pada arah x maupun arah y pada semua
model bangunan melebihi 80% sehingga dapat disimpulkan bangunan tidak
memiliki diskontinuitas dalam ketidakberaturan kuat lateral tingkat.
81

Dari hasil pengecekan ketidakberaturan vertikal dan horizontal di atas baik


pada model existing, varian 1 dan varian 2 hanya memiliki 1 ketidakberaturan
horizontal yaitu ketidakberaturan torsi 1a.
5.4 Kontrol Simpangan Antar Lantai
Simpangan antar tingkat desain tidak boleh melebihi simpangan antar tingkat
izin sesuai pada Tabel 3.3. Berdasarkan Tabel 3.13 dan Tabel 3.14 bangunan
memiliki kategori desain seismik D, maka sesuai dengan Tabel 3.3 simpangan antar
lantai tingkat izin adalah 0,010hsx. Berikut merupakan contoh perhitungan
simpangan antar lantai pada lantai 2 joint 3 arah x model existing.
Cd = 5,5
Ie = 1,5
hsx = 4900 mm
δe1 = 0,9 mm
δe2 = 2,7 mm
(𝛿𝑒1 − 𝛿𝑒2 )𝑥 𝐶𝑑
D2 =
𝐼𝑒
(2,7−0,9) 𝑥 5,5
= 1,5

= 6,60 mm
Da = 0,01hsx x ρ
= 0,01 x 4900 mm x 1,3
= 37,6923 mm

Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan simpangan antar lantai pada


lantai 2 sebesar 5,50 mm dan simpangan antar lantai izin sebesar 49 mm, maka
dapat disimpulkan bahwa simpangan yang terjadi pada lantai 2 lebih kecil dari
simpangan lantai izin. Tabel rekapitulasi perhitungan simpangan dapat dilihat pada
Tabel 5.33 sampai dengan Tabel 5.38 sebagai berikut.
82

Tabel 5.40 Simpangan Antar Lantai Joint 3 Arah X


Δx (mm)
Lantai Δa (mm)
Existing Varian 1 Varian 2
1 3,30 2,93 2,93 32,3077
2 6,60 5,13 6,60 37,6923
3 6,23 5,50 6,23 32,3077
4 6,60 5,50 6,23 32,3077
5 6,23 5,13 5,87 32,3077
6 5,50 4,40 5,13 32,3077

4
Lantai

0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Simpangan (mm)

Existing Varian 1 Varian 2 Simpangan Izin

Gambar 5.17 Simpangan Antar Lantai Joint 3 Arah X dan Simpangan Antar
Lantai Izin
83

Tabel 5.41 Simpangan Antar Lantai Joint 3 Arah Y


Δy (mm)
Lantai Δa (mm)
Existing Varian 1 Varian 2
1 23,83 11,73 15,40 32,3077
2 59,77 27,87 39,97 37,6923
3 60,50 30,07 42,90 32,3077
4 62,70 32,63 46,20 32,3077
5 59,77 32,27 45,83 32,3077
6 54,63 30,80 43,63 32,3077

Simpangan Antar Lantai pada Joint 3 Arah Y


6

4
Lantai

0
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00
Simpangan (mm)

Existing Varian 1 Varian 2 Simpangan Izin

Gambar 5.18 Simpangan Antar Lantai Joint 3 Arah Y dan Simpangan Antar
Lantai Izin
84

Tabel 5.42 Simpangan Antar Lantai Joint 16 Arah X


Δx (mm)
Lantai Δa (mm)
Existing Varian 1 Varian 2
1 3,30 2,93 2,93 32,3077
2 6,60 5,13 6,60 37,6923
3 6,23 5,50 6,23 32,3077
4 6,60 5,50 6,23 32,3077
5 6,23 5,13 5,87 32,3077
6 5,50 4,40 5,13 32,3077

4
Lantai

0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Simpangan (mm)

Existing Varian 1 Varian 2 Simpangan Izin

Gambar 5.19 Simpangan Antar Lantai Joint 16 Arah X dan Simpangan


Antar Lantai Izin
85

Tabel 5.43 Simpangan Antar Lantai Joint 16 Arah Y


Δy (mm)
Lantai Δa (mm)
Existing Varian 1 Varian 2
1 8,80 3,30 6,97 32,3077
2 21,63 7,70 17,23 37,6923
3 22,00 8,07 18,33 32,3077
4 22,37 8,43 19,80 32,3077
5 21,63 8,43 20,17 32,3077
6 19,80 8,07 18,70 32,3077

Simpangan Antar Lantai pada Joint 16 Arah Y


6

4
Lantai

0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Simpangan (mm)

Existing Varian 1 Varian 2 Simpangan Izin

Gambar 5.20 Simpangan Antar Lantai pada Joint 16 Arah Y dan Simpangan
Antar Lantai Izin
86

Tabel 5.44 Simpangan Antar Lantai Joint 59 Arah X


Δx (mm)
Lantai Δa (mm)
Existing Varian 1 Varian 2
1 3,67 3,30 3,30 32,3077
2 5,13 5,13 5,13 37,6923
3 5,13 4,77 4,77 32,3077
4 5,13 4,77 4,77 32,3077
5 4,77 4,40 4,03 32,3077
6 3,67 4,03 3,67 32,3077

4
Lantai

0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Simpangan (mm)

Existing Varian 1 Varian 2 Simpangan Izin

Gambar 5.21 Simpangan Antar Lantai Joint 59 Arah X dan Simpangan


Antar Lantai Izin
87

Tabel 5.46 Simpangan Antar Lantai Joint 59 Arah Y


Δy (mm)
Lantai Δa (mm)
Existing Varian 1 Varian 2
1 16,13 8,07 10,63 32,3077
2 38,87 19,80 26,03 37,6923
3 40,70 21,27 28,97 32,3077
4 42,17 23,47 31,17 32,3077
5 40,33 23,10 30,80 32,3077
6 37,77 22,00 29,70 32,3077

4
Lantai

0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00
Simpangan (mm)

Existing Varian 1 Varian 2 Simpangan Izin

Gambar 5.23 Simpangan Antar Lantai Joint 59 Arah Y dan Simpangan


Antar Lantai Izin
88

Tabel 5.47 Simpangan Antar Lantai Joint 105 Arah X


Δx (mm)
Lantai Δa (mm)
Existing Varian 1 Varian 2
1 8,80 5,87 7,33 32,3077
2 20,17 13,20 17,60 37,6923
3 20,53 13,93 18,33 32,3077
4 21,27 15,03 19,43 32,3077
5 20,53 14,67 19,07 32,3077
6 18,70 13,93 17,60 32,3077

4
Lantai

0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Simpangan (mm)

Existing Varian 1 Varian 2 Simpangan Izin

Gambar 5.24 Simpangan Antar Lantai Joint 105 Arah X dan Simpangan
Antar Lantai Izin
89

Tabel 5.48 Simpangan Antar Lantai Joint 105 Arah Y


Δy (mm)
Lantai Δa (mm)
Existing Varian 1 Varian 2
1 15,77 8,07 10,27 32,3077
2 39,97 19,80 26,77 37,6923
3 41,07 21,63 28,97 32,3077
4 42,17 23,10 31,53 32,3077
5 40,70 23,10 30,80 32,3077
6 36,67 22,00 29,70 32,3077

4
Lantai

0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00
Simpangan (mm)

Existing Varian 1 Varian 2 Simpangan Izin

Gambar 5.25 Simpangan Antar Lantai Joint 105 Arah Y dan Simpangan
Antar Lantai Izin
90

Berdasarkan hasil kontrol simpangan antar lantai di atas, didapatkan pada


joint 59 arah y, joint 105 arah y dan joint 3 arah y pada model existing nilai
simpangan antar lantai yang didapatkan melebihi nilai batas simpangan antar lantai
izin, sedangkan pada varian 1 nilai simpangan antar lantai yang didapatkan tidak
ada yang melebihi nilai simpangan antar lantai izin. Pada joint 3 arah y, varian 2
juga menghasilkan nilai simpangan antar lantai yang melebihi simpangan antar
lantai izin. Hal tersebut terjadi karena pada pemodelan bangunan, struktur basement
tidak dimodelkan sehingga tinggi shear wall berkurang yang menyebabkan nilai
kekakuan yang dihasilkan lebih kecil.
Dari hasil perhitungan di atas, didapatkan penurunan simpangan antar lantai
terbesar terjadi pada joint 3 arah y dimana varian 1 menghasilkan penurunan rata-
rata nilai simpangan antar lantai sebesar 47,67% dan pada varian 2 menghasilkan
penurunan nilai rata-rata sebesar 27,89%. Sedangkan pada arah x penurunan paling
besar terjadi pada titik 105 dimana pada varian 1 mengalami penurunan rata-rata
sebesar 30,57% dan pada varian 2 mengalami penurunan rata-rata sebesar 10,29%.
Pada gambar grafik simpangan antar lantai di atas dapat dilihat bahwa model
varian 1 dan varian 2 menghasilkan simpangan antar lantai yang lebih kecil dari
model existing pada setiap titik yang diuji pada arah x maupun arah y. Hal tersebut
dapat terjadi karena varian yang dilakukan menghasilkan nilai simpangan yang
lebih kecil dari model existing.

5.5 Cek Pengaruh P-Delta


Pengaruh P-delta pada geser dan momen tingkat, gaya dan momen elemen
struktur yang dihasilkan, dan simpangan antar lantai tingkat yang timbul oleh
pengaruh ini tidak disyaratkan untuk diperhitungkan bila koefisien stabilitas (θ),
koefisien stabilitas (θ) harus tidak melebihi θmax. Perhitungan koefisien stabilitas
(θ) dapat diselesaikan menggunakan Persamaan 3.29. Pengecekan efek p-delta
dilakukan pada 2 titik yaitu titik 59, dan 16. Berikut dicontohkan perhitungan
koefisien stabilitas (θ) pada model existing titik 59 arah x.
Cd = 5,5
Ie = 1,5
91

D = 3,67mm
hsx = 4200 mm
Px = 88344,999 kN
Vx = 1400,06 kN
𝑃𝑥 ∆𝐼𝑐
𝜃=
𝑉𝑥 ℎ𝑠𝑥 𝐶𝑑
88344,999 𝑥 3,67 𝑥 1,5
𝜃=
1400,06 𝑥 4200 𝑥 5,5
𝜃 = 0,0022
Perhitungan θmax dapat diselesaikan menggunakan persamaan 3.30 sebagai
berikut.
β = 1 (SNI 1726 2012 pasal 7.8.7)
0,5
𝜃𝑚𝑎𝑥 = 𝛽𝐶 ≤ 0,25
𝑑

0,5
𝜃𝑚𝑎𝑥 = 1 𝑥 5,5 ≤ 0,25

𝜃𝑚𝑎𝑥 = 0,0909
Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan nilai koefisien stabilitas (θ)
sebesar 0,0040 dan nilai (θmax) sebesar 0,0909 sehingga nilai koefisien stabilitas
tidak melebihi nilai θmax sehingga pada titik 59 arah x pengaruh p-delta dapat
diabaikan. Rekapitulasi perhitungan pengaruh p-delta pada setiap model dapat
dilihat pada Tabel 5.42 sampai dengan Tabel 5.60 sebagai berikut.
Tabel 5.49 Rekapitulasi Pengecekan Pengaruh P-Delta Titik 59 Arah X Model Existing
lantai Cd Ie Δ (mm) hsx (mm) Px (KN) Vx θ θmaks θ<θmaks
1 5,5 1,5 3,67 4200 88344,999 6411,942 0,0022 0,0909 Pengaruh P-delta Diabaikan
2 5,5 1,5 5,13 4900 67533,455 5859,126 0,0022 0,0909 Pengaruh P-delta Diabaikan
3 5,5 1,5 5,13 4200 52658,209 5132,065 0,0023 0,0909 Pengaruh P-delta Diabaikan
4 5,5 1,5 5,13 4200 38798,074 4203,83 0,0021 0,0909 Pengaruh P-delta Diabaikan
5 5,5 1,5 4,77 4200 24937,94 2974,124 0,0017 0,0909 Pengaruh P-delta Diabaikan
6 5,5 1,5 3,67 4200 10906,126 1400,06 0,0012 0,0909 Pengaruh P-delta Diabaikan

Tabel 5.50 Rekapitulasi Pengecekan Pengaruh P-Delta Titik 59 Arah Y Model Existing
lantai cd Ie Δ (mm) hsx (mm) Pu (KN) Vy θ θmaks θ<θmaks
1 5,5 1,5 16,13 4200 88344,999 7000,511 0,0088 16,13 Pengaruh P-Delta Diabaikan
2 5,5 1,5 38,87 4900 67533,455 6424,438 0,0152 38,87 Pengaruh P-Delta Diabaikan
3 5,5 1,5 40,70 4200 52658,209 5670,593 0,0164 40,70 Pengaruh P-Delta Diabaikan
4 5,5 1,5 42,17 4200 38798,074 4734,901 0,0150 42,17 Pengaruh P-Delta Diabaikan
5 5,5 1,5 40,33 4200 24937,94 3449,903 0,0126 40,33 Pengaruh P-Delta Diabaikan
6 5,5 1,5 37,77 4200 10906,126 1702,467 0,0105 37,77 Pengaruh P-Delta Diabaikan

91
Tabel 5.51 Rekapitulasi Pengecekan Pengaruh P-Delta Titik 16 Arah X Model Existing
lantai cd Ie Δ (mm) hsx (mm) Pu (KN) Vx θ θmaks θ<θmaks
1 5,5 1,5 3,30 4200 88344,999 6411,942 0,0020 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
2 5,5 1,5 6,60 4900 67533,455 5859,126 0,0028 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
3 5,5 1,5 6,23 4200 52658,209 5132,065 0,0028 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
4 5,5 1,5 6,60 4200 38798,074 4203,83 0,0026 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
5 5,5 1,5 6,23 4200 24937,94 2974,124 0,0023 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
6 5,5 1,5 5,50 4200 10906,126 1400,06 0,0019 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan

Tabel 5.52 Rekapitulasi Pengecekan Pengaruh P-Delta Titik 16 Arah Y Model Existing
lantai cd Ie Δ (mm) hsx (mm) Pu (KN) Vy θ θmaks θ<θmaks
1 5,5 1,5 5,87 4200 88344,999 7000,511 0,0032 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
2 5,5 1,5 13,93 4900 67533,455 6424,438 0,0054 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
3 5,5 1,5 15,40 4200 52658,209 5670,593 0,0062 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
4 5,5 1,5 16,50 4200 38798,074 4734,901 0,0059 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
5 5,5 1,5 17,23 4200 24937,94 3449,903 0,0054 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
6 5,5 1,5 16,87 4200 10906,126 1702,467 0,0047 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan

92
Tabel 5.53 Rekapitulasi Pengecekan Pengaruh P-Delta Titik 59 Arah X Varian 1
lantai Cd Ie Δ (mm) hsx (mm) Pu (KN) Vx θ θmaks θ<θmaks
1 5,5 1,5 3,30 4200 88340,583 7220,534 0,0026 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
2 5,5 1,5 5,13 4900 67529,039 6642,454 0,0029 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
3 5,5 1,5 4,77 4200 52653,792 5858,863 0,0028 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
4 5,5 1,5 4,77 4200 38793,658 4830,985 0,0025 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
5 5,5 1,5 4,40 4200 24933,524 3465,887 0,0021 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
6 5,5 1,5 4,03 4200 10901,71 1670,584 0,0017 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan

Tabel 5.54 Rekapitulasi Pengecekan Pengaruh P-Delta Titik 59 Arah Y Varian 1

lantai Cd Ie Δ (mm) hsx (mm) Pu (KN) Vy θ θmaks θ<θmaks


1 5,5 1,5 8,07 4200 88340,583 8056,732 0,0057 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
2 5,5 1,5 19,80 4900 67529,039 7500,208 0,0099 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
3 5,5 1,5 21,27 4200 52653,792 6684,04 0,0109 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
4 5,5 1,5 23,47 4200 38793,658 5605,061 0,0105 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
5 5,5 1,5 23,10 4200 24933,524 4146,291 0,0090 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
6 5,5 1,5 22,00 4200 10901,71 2109,855 0,0074 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan

93
Tabel 5.55 Rekapitulasi Pengecekan Pengaruh P-Delta Titik 16 Arah X Varian 1
lantai cd Ie Δ (mm) hsx (mm) Pu (KN) Vx θ θmaks θ<θmaks
1 5,5 1,5 2,93 4200 88340,583 7220,534 0,0023 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
2 5,5 1,5 5,13 4900 67529,039 6642,454 0,0029 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
3 5,5 1,5 5,50 4200 52653,792 5858,863 0,0032 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
4 5,5 1,5 5,50 4200 38793,658 4830,985 0,0029 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
5 5,5 1,5 5,13 4200 24933,524 3465,887 0,0024 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
6 5,5 1,5 4,40 4200 10901,71 1670,584 0,0019 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan

Tabel 5.56 Rekapitulasi Pengecekan Pengaruh P-Delta Titik 16 Arah Y Varian 1


lantai cd Ie Δ (mm) hsx (mm) Pu (KN) Vy θ θmaks θ<θmaks
1 5,5 1,5 4,77 4200 88340,583 8056,732 0,0034 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
2 5,5 1,5 11,37 4900 67529,039 7500,208 0,0057 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
3 5,5 1,5 12,83 4200 52653,792 6684,04 0,0066 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
4 5,5 1,5 13,93 4200 38793,658 5605,061 0,0063 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
5 5,5 1,5 14,30 4200 24933,524 4146,291 0,0056 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
6 5,5 1,5 14,30 4200 10901,71 6642,454 0,0015 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan

94
Tabel 5.57 Rekapitulasi Pengecekan Pengaruh P-Delta Titik 59 Arah X Varian 2
lantai Cd Ie Δ (mm) hsx (mm) Pu (KN) Vx θ θmaks θ<θmaks
1 5,5 1,5 3,30 4200 88340,583 7220,534 0,0026 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
2 5,5 1,5 5,13 4900 67529,039 6642,454 0,0029 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
3 5,5 1,5 4,77 4200 52653,792 5858,863 0,0028 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
4 5,5 1,5 4,77 4200 38793,658 4830,985 0,0025 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
5 5,5 1,5 4,03 4200 24933,524 3465,887 0,0019 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
6 5,5 1,5 3,67 4200 10901,71 1670,584 0,0016 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan

Tabel 5.58 Rekapitulasi Pengecekan Pengaruh P-Delta Titik 59 Arah Y Varian 2


lantai Cd Ie Δ (mm) hsx (mm) Pu (KN) Vy θ θmaks θ<θmaks
1 5,5 1,5 10,63 4200 88340,583 8056,732 0,0076 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
2 5,5 1,5 26,03 4900 67529,039 7500,208 0,0130 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
3 5,5 1,5 28,97 4200 52653,792 6684,04 0,0148 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
4 5,5 1,5 31,17 4200 38793,658 5605,061 0,0140 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
5 5,5 1,5 30,80 4200 24933,524 4146,291 0,0120 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
6 5,5 1,5 29,70 4200 10901,71 2109,855 0,0100 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan

95
Tabel 5.59 Rekapitulasi Pengecekan Pengaruh P-Delta Titik 16 Arah X Varian 2
lantai Cd Ie Δ (mm) hsx (mm) Pu (KN) Vx θ θmaks θ<θmaks
1 5,5 1,5 2,93 4200 88340,583 7220,534 0,0023 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
2 5,5 1,5 6,60 4900 67529,039 6642,454 0,0037 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
3 5,5 1,5 6,23 4200 52653,792 5858,863 0,0036 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
4 5,5 1,5 6,23 4200 38793,658 4830,985 0,0033 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
5 5,5 1,5 5,87 4200 24933,524 3465,887 0,0027 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
6 5,5 1,5 5,13 4200 10901,71 1670,584 0,0022 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan

Tabel 5.60 Rekapitulasi Pengecekan Pengaruh P-Delta Titik 16 Arah Y Varian 2


lantai Cd Ie Δ (mm) hsx (mm) Pu (KN) Vy θ θmaks θ<θmaks
1 5,5 1,5 5,50 4200 88340,583 8056,732 0,0039 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
2 5,5 1,5 12,83 4900 67529,039 7500,208 0,0064 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
3 5,5 1,5 13,93 4200 52653,792 6684,04 0,0071 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
4 5,5 1,5 15,40 4200 38793,658 5605,061 0,0069 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
5 5,5 1,5 15,77 4200 24933,524 4146,291 0,0062 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan
6 5,5 1,5 15,40 4200 10901,71 6642,454 0,0016 0,0909 Pengaruh P-Delta Diabaikan

96
Berdasarkan hasil perhitungan di atas didapatkan nilai koefisien stabilitas (θ)
pada seluruh model baik arah x maupun arah y tidak melebihi θmax yaitu 0,0909
sehingga model bangunan existing, varian 1 dan varian 2 tidak menimbulkan
pengaruh p-delta pada gaya geser dan momen tingkat, gaya dan momen elemen
struktur yang dihasilkan, dan simpangan antar lantai tingkat yang timbul.

Anda mungkin juga menyukai