Anda di halaman 1dari 406

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1. Pendahuluan
Proses analisis dan hasil analisis akan disajikan dalam bab ini. Proses
analisis meliputi perhitungan pembebanan, perhitungan simpangan antar lantai,
dan perhitungan luas tulangan pada gedung yang peneliti tinjau. Hasil analisis
dalam bab ini berupa tabel dan grafik. Elemen struktur yang menjadi tinjaun
dalam analisis adalah balok, kolom dan pelat.

5.2. Perhitungan Beban Gravitasi


5.2.1 Beban Mati
Beban yang termasuk beban mati adalah material bangunan yang
digunakan dalam elemen struktur bangunan gedung, beban tetap yang digunakan
sebagai penutup pada pelat, dan dinding bangunan yang terletak pada balok.
Berat sendiri yang ada pada elemen –elemen struktur sudah terhitung otomatis
pada program analisa struktur. Perhitungan beban mati akan dijabarkan
sebagaimana berikut ini.
1. Beban mati penutup pelat lantai
Keramik = 24 kg/m2/cm x 1 cm = 24 kg/m2
Spesi = 21 kg/m2/cm x 5 cm = 105 kg/m2
Pasir = 18 kg/m2/cm x 5 cm = 90 kg/m2
Plafond = 20 kg/m2
Instalasi Listrik dan Pumbling = 20 kg/m2
Total 259 kg/m2
2,59 kN/m2
2. Beban mati penutup pelat atap
Lapisan kedap air = 25 kg/m2/cm x 1 cm = 25 kg/m2
Plafond = 20 kg/m2
Instalasi Listrik dan Pumbling = 20 kg/m2
Total 65 kg/m2

58
59

0,65 kN/m2
3. Beban mati pada dinding batako pada balok
Dinding penuh = 300 kg/m2 x 3,15 m x 1 = 945 kg/m
Dinding berlubang = 300 kg/m2 x 3,15 m x 0,6 = 567 kg/m
4. Beban Lift Pada Gedung
Tipe lift = Duplex
Kapasitas = 15 orang
Lebar pintu (opening width) = 900 mm
Dimensi sangkar (car size) = outside : 1650 x 1665 mm2
inside : 1600 x 1500 mm2
Dimensi ruang luncur = 4300 x 2150 mm2
Dimensi ruang mesin = 4300 x 2150 mm2
Beban reaksi ruang mesin = R1 = 5450 kg
R2 = 4300 kg
Keterangan :
R1 = berat mesin penggerak + beban kereta + pelengkapan
R2 = Berat bandul pemberat + perlengkapan
Penentuan Koefisien kejut dengan persamaan sebagaimana berikut ini.
Ψ = ( 1+k1k2v ) ≥ 1,15
Dimana :
Ψ = koefisien kejut yang nilainya tidak boleh diambil kurang dari 1,15.
v = kecepatan angkat maksimum dalam m/det pada pengangkatan muatan
maksimum dalam kedudukan keran induk dan keran angkat yang paling
menentukan bagi struktur yang ditinjau, dan nilainya tidak perlu diambil lebih
dari 1,00 m/det.
k1 = koefisien yang bergantung pada kekakuan struktur keran induk, yang
untuk keran induk dengan struktur rangka, pada umumnya nilainya dapat
diambil sebesar 0,6.
k2 = koefisien yang bergantung pada sifat mesin angkat dari keran angkatnya,
dan diambil sebesar 1,3
Perhitungan beban yang bekerja pada balok adalah sebagaimana berikut ini.
60

∑ ( )( ( )( )( ))

Beban “P” diletakkan pada balok lift yang dapat dilihat pada gambar 5.1
dan 5.2 sebagaimana berikut ini.

Gambar 5.1 Denah Balok Lift

Gambar 5.2 Letak Titik Beban “P” pada balok penggantung lift
5.2.2 Beban Hidup
Beban hidup yang digunakan pada ruangan pelat lantai adalah sebesar
250 kg/m2. Koridor, Bale pertemuan dan balkon adalah sebesar 300 Kg/m2
sedangkan Musholla adalah sebesar 400 kg/m2 berdasarkan tabel 3.1 PPIUG 1983
untuk pembebanan menggunakan peraturan PPIUG 1983. Beban hidup yang
digunakan pada seluruh pelat atap adalah sebesar 100 kg/m2 berdasarkan 3.1
PPIUG 1983 untuk pembebanan menggunakan peraturan PPIUG 1983.
61

Beban hidup yang digunakan pada pelat lantai berdasarkan SNI 1727
tahun 2013 memiliki besaran yang berbeda-beda berdasarkan fungsi lantai yang
digunakan pada pelat. Nilai beban hidup yang digunakan perlu diperiksa apabila
luasanya memenuhi syarat , maka perlu dilakukan reduksi sesuai dengan
persamaan 3.1. Besarnya nilai beban yang digunakan pada masing-masing fungsi
lantai akan dijabarkan pada tabel 5.1 berikut ini. Detail pembebanan pada
SAP2000 dapat dilihat pada Lampiran.
Tabel 5.1 Beban Hidup pada Lantai berdasarkan SNI 1727 : 2013

L
Macam Ruangan AT (m2) Kll Perlu Reduksi L0 (kN/m2)
(kN/m2)

Food Stall 23,94 1 Tidak Perlu 4,79 4,79


Retail 23,94 1 Tidak Perlu 4,79 4,79
Building
23,94 1 Tidak Perlu 2,4 2,4
Management
Engineer room 23,94 1 Tidak Perlu 2,4 2,4
Lobby 18,56 1 Tidak Perlu 4,79 4,79
Koridor umum 18,56 1 Tidak Perlu 4,79 4,79
Loft 39,69 1 Perlu 1,92 1,87276
Musholla 28,48 1 Tidak Perlu 4,79 4,79
Bale Pertemuan 28,035 1 Tidak Perlu 4,79 4,79
Ruang Tidur 39,69 1 Perlu 1,44 1,40457
Keterangan :
AT : Luas Ruangan (m2)
Kll : Faktor elemen beban hidup
L0 : Besar beban hidup sebelum direduksi
L : Besar beban hidup setelah direduksi

Beban hidup yang digunakan pada pelat atap berdasarkan SNI 1727
tahun 2013 perlu ditinjau luasannya sehingga apabila luasannya memenuhi syarat
, maka nilai beban hidup pada atap dapat direduksi sesuai dengan persamaan 3.2.
Perhitungan nilai beban hidup pada atap adalah sebagaiman berikut ini.
Diketahui :
62

Penyelesaian :
, karena luasan terbesar pelat atap (AT = 39,69 m2) di antara
18,58 m2 dan 55,75 m2
, Karena atap yang digunakan berupa atap datar atau tidak memiliki
kemiringan sehingga nilai R2 adalah sebesar satu.

( ( ))

5.3. Perhitungan Beban Gempa


Perhitungan besarnya beban gempa sesuai dengan peraturan SNI 1726 :
2012 memiliki prosedur sebagaimana berikut ini.
1. Penentuan kategori desain seismik
Bangunan yang digunakan untuk analisis berada di lokasi Ngaliyan, Jawa
Tengah dengan jenis tanah yang berada di bawahnya adalah tanah sedang.
Berdasarkan tabel 3 SNI 1726 : 2012, maka klasifikasi situs bangunan
adalah SD. Bangunan diperuntukkan sebagai gedung apartemen sehingga
berdasarkan tabel 1 SNI 1726 : 2012, maka bangunan berada dalam kategori
risiko II. Faktor keutamaan bangunan (Ie) yang memiliki kategori risiko II
adalah sebesar satu berdasarkan tabel 2 SNI 1726 : 2012.
2. Penentuan nilai Ss dan S1
Penentuan nilai Ss dan S1 didasarkan pada lokasi bangunan. Besaran nilai Ss
dan S1 dapat ditentukan dari gambar 9 dan gambar 10 SNI 1726 : 2012.
Lokasi bangunan dapat dilihat pada peta yang tergambar pada gambar 9 dan
gambar 10 SNI 1726 : 2012. Rentang nilai Ss dan S1 tergantung warna pada
lokasi daerah bangunan. Nilai Ss diambil sebesar 0,7 g dan nilai S1 diambil
sebesar 0,3 g.
3. Penentuan nilai Fa dan Fv
Penentuan nilai Fa dan Fv didasarkan pada klasifikasi situs bangunan dan
nilai Ss dan S1. Nilai Fa dan Fv ditentukan dalam tabel 4 dan tabel 5 SNI
63

1726 : 2012. Nilai Fa ditentukan dengan cara mempertemukan antara baris


Klasifikasi situs dengan kolom nilai SS sedangkan nilai Fv ditentukan
dengan cara mempertemukan antara baris Klasifikasi situs dengan kolom
nilai S1. Nilai Fa adalah sebesar 1,36 dan nilai Fv adalah sebesar 1,8.
4. Penentuan nilai SMS dan SM1
Nilai SMS dan SM1 ditentukan dalam pasal 6.2 SNI 1726 : 2012. Penjabaran
perhitungan nilai SMS dan SM1 adalah sebagaimana berikut ini.

g
SM1 = FV.S1
= 0,54 g
5. Penentuan nilai SDS dan SD1
Nilai SDS dan SD1 ditentukan dalam pasal 6.3 SNI 1726 : 2012. Penjabaran
perhitungan nilai SDS dan SD1 adalah sebagaimana berikut ini.

6. Penentuan nilai CRS dan CR1


Penentuan nilai CRS dan CR1 didasarkan pada lokasi bangunan. Besaran nilai
CRS dan CR1 dapat ditentukan dari gambar 12 dan gambar 13 SNI 1726 :
2012. Lokasi bangunan dapat dilihat pada peta yang tergambar pada gambar
12 dan gambar 13 SNI 1726 : 2012. Rentang nilai CRS dan CR1 tergantung
warna pada lokasi daerah bangunan. Nilai CRS diambil sebesar 1 dan nilai
CR1 diambil sebesar 1.
7. Penentuan nilai SDSR dan SD1R
Nilai SDS dan SD1 perlu dikalikan dengan nilai CRS dan CR1 untuk
mendapatkan nilai SDSR dan SD1R.
64

8. Pembuatan spektrum desain respon


Pembuatan spektrum respon desain yang mengacu pasal 6.4 SNI 1726 :
2012. Langkah – langkah pengerjaan pembuatan spektrum respon desain
adalah sebagaimana berikut ini.
a. Nilai periode T0 dan TS ditentukan dengan persamaan berikut ini.

b. Nilai Sa yang berada dalam periode yang lebih kecil dari T0 diambil
dengan persamaan berikut ini.

( )

c. Nilai Sa yang berada antara periode T0 dan TS dapat diambil sebesar


SDSR.
d. Nilai Sa yang berada pada periode lebih dari nilai TS dapat diambil
dengan persamaan berikut ini.

Nilai Sa yang telah ditentukan apabila diplot dalam grafik , maka akan
terbentuk seperti pada gambar 5.1.
65

Gambar 5.1 Respon Spektrum Ngaliyan


9. Kategori desain seismik pada bangunan dapat ditentukan berdasarkan tabel
6 dan tabel 7 SNI 1726 : 2012. Kategori desain seismik ditentukan
berdasarkan nilai SDSR dan SD1R serta kategori risiko bangunan. Nilai SDSR
lebih dari 0,5 dan nilai SD1R lebih dari 0,2 dan memiliki kategori risiko II
berdasarkan perhitungan sebelumnya , maka kategori desain seismik pada
bangunan termasuk dalam kategori desain seismik D.
10. Langkah berikutnya adalah menentukan nilai koefisien modifikasi respon
(R), Faktor kuat lebih sistem (Ω0) dan faktor pembesaran defleksi (Cd)
berdasarkan tabel 9 SNI 1726 : 2012. Bangunan yang digunakan memiliki
sistem penahan gaya seismik berupa rangka beton bertulang pemikul
momen khusus. , maka nilai-nilai berdasarkan tabel adalah sebagai berikut
ini.
R =8
Ω0 =3
Cd = 5,5
11. Periode bangunan dapat ditentukan dengan cara membandingkan periode
berdasarkan hasil analisa program dan periode berdasarkan peraturan SNI
1726 : 2012. Periode hasil analisa struktur untuk beban hidup PPIUG 1983
66

dapat dilihat pada gambar 5.2 dan periode hasil analisa struktur untuk beban
hidup SNI 1727 dapat dilihat gambar 5.3.

Gambar 5.2 Periode hasil analisa struktur (PPIUG 1983)

Gambar 5.3 .Periode hasil analisa struktur (SNI 1727 : 2013)

Periode bangunan hasil analisa struktur (Tc) untuk beban hidup PPIUG 1983
adalah sebesar 3,635 detik sedangkan Periode bangunan hasil analisa
struktur (Tc) untuk beban hidup SNI 1727 : 2013 adalah sebesar 3,849 detik.
Periode meninimum (Ta) ditentukan berdasarkan tinggi bangunan (hn = 75
m) dan tipe struktur yang digunakan. Nilai Ct dan x ditentukan terlebih
dahulu menggunakan tabel 15 SNI 1726 : 2012 berdasarkan tipe bangunan
yaitu rangka beton pemikul momen. , maka nilai Ct dan x berdasarkan tabel
15 SNI 1726 : 2012 adalah 0,0466 dan 0,9. Nilai periode minimum struktur
dapat ditentukan dengan persamaan berikut ini.

Periode maksimum bangunan ditentukan berdasarkan nilai Cu. Nilai Cu


dapat diambil pada tabel 14 SNI 1726 : 2012 berdasarkan nilai SD1R. Nilai
67

SD1R adalah sebesar 0,36 , maka nilai Cu adalah sebesar 0,4. Penentuan
periode maksimum adalah perhitungan persamaan berikut ini.
( )

( )

Periode yang akan dipakai dalam perhitungan struktur diambil berdasarkan


nilai periode minimum (Ta), periode hasil analisa struktur (Tc), dan periode
maksimum (Ta(mask)). Periode hasil analisa struktur beban hidup PPIUG 1983
adalah sebesar 3,635 detik lebih besar dari Ta(maks). , maka Periode
bangunan yang dipakai untuk beban hidup PPIUG 1983 adalah periode
maksimum bangunan sebesar 3,1773 detik. Periode hasil analisa struktur
beban hidup SNI 1727 : 2013 adalah sebesar 3,849 detik lebih besar dari
Ta(maks). , maka Periode bangunan yang dipakai untuk beban hidup SNI 1727
: 2013 adalah periode maksimum bangunan sebesar 3,1773 detik.
12. Penentuan metode analisis beban gempa yang digunakan
Metode analisis beban gempa yang digunakan ditentukan melalui tabel 13
SNI 1726 : 2012. Terdapat tiga metode yang dapat digunakan dalam analisis
beban gempa yaitu Analisis gaya statik ekivalen, analisis respon spektrum
dan analisis riwayat waktu. Salah satu karateristik struktur dalam penentuan
metode analisis beban gempa adalah periode bangunan dibandingkan
dengan 3,5TS. Periode bangunan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG
1983 adalah sebesar 3,1773 detik dan periode 3,5TS adalah sebesar 1,985
detik. Periode bangunan lebih besar daripada periode 3,5TS , maka prosedur
yang diperbolehkan adalah analisis respon spektrum dan analisis riwayat
waktu. Periode bangunan dengan beban hidup berdasarkan SNI 1729 : 2013
adalah sebesar 3,1773 detik dan periode 3,5TS adalah sebesar 1,985 detik.
Periode bangunan lebih besar daripada periode 3,5TS , maka prosedur yang
diperbolehkan adalah analisis respon spektrum dan analisis riwayat waktu.
Dalam tugas akhir ini data yang dimiliki adalah data respon spektrum ,
maka analisis yang digunakan baik untuk bangunan yang dibebani beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 maupun beban hidup berdasarkan SNI 1729
: 2013 adalah analisis respon spektrum.
68

13. Perhitungan nilai koefisien respon seismik (CS)


Langkah – langkah dan persamaan perhitungan nilai koefisien respon
seismik adalah sebagai berikut.
a. Nilai CS dapat diambil dengan persamaan berikut ini.

( )

b. Nilai CS tidak perlu melebihi nilai CS dengan persamaan berikut ini.

( )

c. Nilai CS tidak boleh kurang dari nilai CS dengan persamaan berikut ini.

d. Nilai CS yang diambil dari tiga tahap perhitungan di atas adalah sebesar
0,01584.
14. Penentuan berat efektif struktur (Wtotal bangunan)
Berat efektif struktur ditentukan berdasarkan pasal 7.7.2 SNI 1726 : 2012.
Berat efektif struktur diambil sebesar 1 kali beban mati ditambah 0,25 beban
hidup. Berat efektif struktur diambil dari perhitungan otomatis pada
program ETABS. Berat efektif struktur untuk beban hidup berdasarkan
PPIUG 1983 adalah sebesar 75658,02 Ton. Berat efektif struktur untuk
beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 adalah sebesar 85387,9 Ton.
15. Penentuan gaya geser dasar statik
Gaya geser statik dibedakan menjadi dua berdasarkan beban hidup yang
digunakan dengan penjabaran perhitungan sebagaimana berikut ini.
a. Gaya geser dasar statik dengan Beban hidup berdasarkan PPIUG 1983
69

b. Gaya geser dasar statik dengan Beban hidup berdasarkan SNI 1729 :
2013

5.4. Kombinasi Pembebanan


Kombinasi pembebanan yang digunakan dalam analisis struktur tugas
akhir ini didasarkan pada pasal 7.4.2 SNI 1726 tahun 2012. Kombinasi beban
yang digunakan tidak hanya dipengaruhi oleh beban gempa horizontal tetapi juga
memperhatikan beban gempa vertikal. Pengaruh beban vertikal didasarkan pada
nilai faktor redudansi (ρ) dan nilai SDS. Beban kombinasi yang digunakan dalam
perhitungan analisa struktur adalah sebagai berikut.
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L
3. 1,2D + 1L ± 0,3(ρ.Qex + 0,2SDS.D) ± 1(ρ.Qey + 0,2.SDS.D)
4. 1,2D + 1L ± 1(ρ.Qex + 0,2SDS.D) ± 0,3(ρ.Qey + 0,2.SDS.D)
5. 0,9D ± 0,3(ρ.Qex - 0,2SDS.D) ± 1(ρ.Qey - 0,2.SDS.D)
6. 0,9D ± 1(ρ.Qex - 0,2SDS.D) ± 0,3(ρ.Qey - 0,2.SDS.D)
Keterangan :
D : Beban Mati
L : Beban Hidup
Qex : Beban Gempa arah x
Qey : Beban Gempa arah y

Faktor redudansi ditentukan menggunakan pasal 7.3.4.2. Bangunan dengan


kategori risiko D , maka nilai faktor redudansi adalah sebesar 1,3. Nilai SDS telah
dihitung dalam perhitungan sebelumnya adalah sebesar 0,63467. Penjabaran
Kombinasi pembebanan yang digunakan dalam perhitungan analisis struktur
adalah sebagai berikut.
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L
3. 1,365D + 1L + 0,39Qex + 1,3Qey
70

4. 1,288D + 1L - 0,39Qex + 1,3Qey


5. 1,111D + 1L + 0,39Qex - 1,3Qey
6. 1,034D + 1L - 0,39Qex - 1,3Qey
7. 1,365D + 1L + 1,3Qex + 0,39Qey
8. 1,288D + 1L + 1,3Qex - 0,39Qey
9. 1,111D + 1L - 1,3Qex + 0,39Qey
10. 1,034D + 1L - 1,3Qex - 0,39Qey
11. 0,734D + 0,39Qex + 1,3Qey
12. 0,811D - 0,39Qex + 1,3Qey
13. 0,988D + 0,39Qex - 1,3Qey
14. 1,065D - 0,39Qex - 1,3Qey
15. 0,734D + 1,3Qex + 0,39Qey
16. 0,811D + 1,3Qex - 0,39Qey
17. 0,988D - 1,3Qex + 0,39Qey
18. 1,065D - 1,3Qex - 0,39Qey
Keterangan :
D : Beban Mati
L : Beban Hidup
Qex : Beban Gempa arah x
Qey : Beban Gempa arah y

5.5. Peninjauan Hasil Analisis Program


Struktur gedung yang telah dilakukan analisis perlu diperiksa hasil
analisisnya sehingga hasil analisis yang telah dikeluarkan sesuai dengan peraturan
dan ketentuan yang ada dalam peraturan. Peninjaun hasil analisis program
dibedakan menjadi dua berdasarkan beban hidup yaitu beban hidup berdasarakan
peraturan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan peraturan SNI 1729 : 2013.
5.5.1. Peninjauan hasil analisis dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983
Terdapat 3 macam peninjauan hasil analisis struktur dengan penjabaran
sebagai berikut.
71

1. Peninjauan Partisipasi Massa


Peninjauan partisipasi massa dilakukan berdasarkan pasal 7.9.1 SNI 1726 :
2012. Hasil partispasi massa dapat dilihat pada gambar 5.4 berikut ini.

Gambar 5.4 Partisipasi Massa Hasil Analisis berdasarkan beban hidup PPIUG
1983

Partipasi massa bangunan arah x dan arah y dapat dilihat pada kolom SumUx
dan SumUy pada gambar 5.4. Nilai partisipasi massa minimal 90 % di akhir
mode yang digunakan dalam analisa modal. Apabila nilainya belum mencapai
90 % , maka perlu ditambahkan jumlah mode dalam analisis modal. Jumlah
mode yang digunakan dalam analisis bangunan ini adalah sebanyak 24 mode
sesuai dengan jumlah lantai yang ada dalam bangunan. Partisipasi massa di
mode ke 8 sudah mencapai 90 % baik untuk arah x maupun arah y sehingga
tidak perlu adanya penambahan mode atau mode yang digunakan dalam
analisis sudah mencukupi kebutuhan.
2. Pengecekan kombinasi ragam
Pengecekan kondisi ragam dilakukan berdasarkan pasal 7.9.3 SNI 1726 : 2012.
Pengecekan dilakukan untuk mengetahui apakah metode kombinasi ragam
yang dilakukan sudah benar sesuai dengan peraturan atau belum. Terdapat dua
macam metode kombinasi ragam yang bisa dilakukan yaitu metode akar
72

kuadrat jumlah kuadrat (SRSS) dan metode kombinasi kuadrat lengkap (CQC).
Penentuan metode didasarkan pada interval presentase periode yang terjadi
antar mode hasil analisa modal. Metode yang digunakan di awal pengerjaan
analisis modal adalah metode kuadrat jumlah kuadrat. Metode yang telah
digunakan akan ditinjau apakah metode yang digunakan sesuai dengan
peraturan yang telah ditentukan atau perlu diganti. Pengecekan nilai periode
merupakan langkah awal untuk perhitungan interval presentase periode. Hasil
periode setiap mode dapat dilihat pada gambar 5.5 berikut ini.

Gambar 5.5 Periode tiap mode dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983

Perhitungan interval presentase periode dijabarkan sebagaimana berikut ini.

( )

( )

( )

( )

Selisih antara periode 3 dan periode 4 cukup besar yaitu sebesar 65,19 %.
Selisih periode yang lebih dari 15 % disarankan dalam analisis kombinasi
ragam menggunakan metode akar kuadrat jumlah kuadrat (SRSS). Metode
yang awal digunakan adalah metode SRSS , maka tidak diperlukan analisa
ulang dan mengganti metode kombinasi ragam.
3. Penentuan skala gaya respon spektrum
Hasil gaya geser dinamik (VD) tidak dapat langsung digunakan untuk analisa
struktur portal bangunan. Hasil gaya geser dasar dinamik (VD) perlu
disetarakan dengan gaya geser dasar statik (VS) sesuai dengan pasal 7.9.4.1
73

peraturan SNI 1726 : 2012. Besarnya gaya geser dinamik (VD) hasil awal
analisis dapat dilihat pada gambar 5.6 berikut ini.

Gambar 5.6 Gaya geser dasar hasil analisa struktur untuk beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983
Gaya geser dasar dinamik berdasarkan gambar 5.6 adalah sebagaimana berikut
ini.

Gaya geser dasar statik berdasarkan perhitungan sebelumnya adalah


sebagaimana berikut ini.

Kemudian dihitung skala perbandingan sesuai dengan persamaan SNI 1726 :


2012 berikut ini.

Skala ulang selanjutnya dikalikan dengan faktor pengali beban gempa pada
program analisa struktur sehingga nilai gaya geser dasar dinamik minimal sama
dengan 85 persen gaya geser dasar statik. Hasil gaya geser dasar dinamik yang
baru dapat dilihat pada gambar 5.7 berikut ini.
74

Gambar 5.7 Gaya geser dasar setelah diskala ulang untuk beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983

Gaya geser dasar dinamik setelah dilakukan analisis ulang,

Gaya geser dasar dinamik telah memenuhi persyaratan karena gaya geser dasar
dinamik telah lebih dari 85 persen gaya geser dasar statik.
5.5.2. Peninjauan hasil analisis dengan beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013
Terdapat 3 macam peninjauan hasil analisis struktur dengan penjabaran
sebagai berikut.
1. Peninjauan Partisipasi Massa
Peninjauan partisipasi massa dilakukan berdasarkan pasal 7.9.1 SNI 1726 :
2012. Hasil partispasi massa dapat dilihat pada gambar 5.8 berikut ini.

Gambar 5.8 Partisipasi Massa Hasil Analisis berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013
75

Partipasi massa bangunan arah x dan arah y dapat dilihat pada kolom SumUx
dan SumUy pada gambar 5.8. Nilai partisipasi massa minimal 90 % di akhir
mode yang digunakan dalam analisa modal. Apabila nilainya belum mencapai
90 % , maka perlu ditambahkan jumlah mode dalam analisis modal. Jumlah
mode yang digunakan dalam analisis bangunan ini adalah sebanyak 24 mode
sesuai dengan jumlah lantai yang ada dalam bangunan. Partisipasi massa di
mode ke 11 sudah mencapai 90 % baik untuk arah x maupun arah y sehingga
tidak perlu adanya penambahan mode atau mode yang digunakan dalam
analisis sudah mencukupi kebutuhan.
2. Pengecekan kombinasi ragam
Pengecekan kondisi ragam dilakukan berdasarkan pasal 7.9.3 SNI 1726 : 2012.
Pengecekan dilakukan untuk mengetahui apakah metode kombinasi ragam
yang dilakukan sudah benar sesuai dengan peraturan atau belum. Terdapat dua
macam metode kombinasi ragam yang bisa dilakukan yaitu metode akar
kuadrat jumlah kuadrat (SRSS) dan metode kombinasi kuadrat lengkap (CQC).
Penentuan metode didasarkan pada interval presentase periode yang terjadi
antar mode hasil analisa modal. Metode yang digunakan di awal pengerjaan
analisis modal adalah metode kuadrat jumlah kuadrat. Metode yang telah
digunakan akan ditinjau apakah metode yang digunakan sesuai dengan
peraturan yang telah ditentukan atau perlu diganti. Pengecekan nilai periode
merupakan langkah awal untuk perhitungan interval presentase periode. Hasil
periode setiap mode dapat dilihat pada gambar 5.9 berikut ini.

Gambar 5.9 Periode tiap mode dengan beban hidup berdasarkan SNI 1727 :
2013
76

Perhitungan interval presentase periode dijabarkan sebagaimana berikut ini.

( )

( )

( )

( )

Selisih antara periode 3 dan periode 4 cukup besar yaitu sebesar 65,16 %.
Selisih periode yang lebih dari 15 % disarankan dalam analisis kombinasi
ragam menggunakan metode akar kuadrat jumlah kuadrat (SRSS). Metode
yang awal digunakan adalah metode SRSS , maka tidak diperlukan analisa
ulang dan mengganti metode kombinasi ragam.
3. Penentuan skala gaya respon spektrum
Hasil gaya geser dinamik (VD) tidak dapat langsung digunakan untuk analisa
struktur portal bangunan. Hasil gaya geser dasar dinamik (VD) perlu
disetarakan dengan gaya geser dasar statik (VS) sesuai dengan pasal 7.9.4.1
peraturan SNI 1726 : 2012. Besarnya gaya geser dinamik (VD) hasil awal
analisis dapat dilihat pada gambar 5.10 berikut ini.

Gambar 5.10 Gaya geser dasar hasil analisa struktur untuk beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983
Gaya geser dasar dinamik berdasarkan gambar 5.6 adalah sebagaimana berikut
ini.

Gaya geser dasar statik berdasarkan perhitungan sebelumnya adalah


sebagaimana berikut ini.
77

Kemudian dihitung skala perbandingan sesuai dengan persamaan SNI 1726 :


2012 berikut ini.

Skala ulang selanjutnya dikalikan dengan faktor pengali beban gempa pada
program analisa struktur sehingga nilai gaya geser dasar dinamik minimal sama
dengan 85 persen gaya geser dasar statik. Hasil gaya geser dasar dinamik yang
baru dapat dilihat pada gambar 5.11 berikut ini.

Gambar 5.11 Gaya geser dasar setelah diskala ulang untuk beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983

Gaya geser dasar dinamik setelah dilakukan analisis ulang,

Gaya geser dasar dinamik telah memenuhi persyaratan karena gaya geser dasar
dinamik telah lebih dari 85 persen gaya geser dasar statik.
5.6. Massa Bangunan tiap Lantai
Massa bangunan ditentukan dari besarnya beban mati dan beban hidup
bangunan. Besarnya faktor untuk beban mati dan beban hidup diatur dalam pasal
7.7.2 SNI 1726 : 2012. Massa bangunan diambil dari berat tiap material bangunan
yang terdiri dari balok, kolom dan pelat, berat material lain yang ada diatas pelat
serta beban hidup yang telah direduksi sesuai dengan pasal 7.7.2 SNI 1726 : 2012.
78

Massa total bangunan terdiri dari massa tiap lantai yang dijumlahkan. Bangunan
yang digunakan dalam tugas akhir ini memiliki 24 lantai. Massa bangunan
dihitung menggunakan program SAP2000 dengan penjabaran sebagai berikut ini.
5.6.1. Massa bangunan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983
Massa bangunan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dapat dilihat
pada tabel 5.2 berikut ini.
Tabel 5.2 Massa Bangunan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983
Berat Sendiri
Lantai (Ton) Massa Lantai (Ton)
Total 406227,5707 76361,16991
24 17021,87312 2036,240057
23 16956,23722 3251,608592
22 16956,23722 3239,294382
21 16956,23722 3239,294382
20 16956,23722 3239,294382
19 16956,23722 3239,294382
18 16956,23722 3239,294382
17 16956,23722 3239,294382
16 16956,23722 3239,294382
15 16956,23722 3239,294382
14 16956,23722 3239,294382
13 16956,23722 3239,294382
12 16956,23722 3239,294382
11 16956,23722 3239,294382
10 16956,23722 3239,294382
9 16956,23722 3239,294382
8 16956,23722 3239,294382
7 16956,23722 3239,294382
6 16956,23722 3239,294382
5 16956,23722 3239,294382
4 16759,30988 3219,213305
3 16759,30988 3182,270674
2 16759,30988 3182,270674
1 16759,30988 3182,270674

Massa bangunan pada bangunan yang dianalisis menggunakan beban hidup


berdasarkan peraturan PPIUG 1983 memiliki nilai yang kurang lebih sama tiap
79

lantainya karena nilai beban hidup yang tidak berubah – ubah, kecuali pada atap
bangunan yang memiliki nilai berbeda dengan lantai bangunan. Massa bangunan
yang memiliki kesamaan denah tiap lantainya memiliki nilai yang sama karena
beban hidup yang digunakan tiap lantai memiliki nilai yang sama sesuai dengan
fungsi bangunan yang digunakan pada gedung yang dianalisis.
5.6.2. Massa bangunan dengan beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013
Massa bangunan dengan beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat
dilihat pada tabel 5.3 berikut ini.
Tabel 5.3 Massa bangunan dengan beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013
Berat Sendiri Massa Bangunan
Lantai
(Ton) (Ton)
Total 41423,684 85387,87448
24 1735,748 2128,281352
23 1729,055 3621,208482
22 1729,055 3608,894272
21 1729,055 3608,894272
20 1729,055 3608,894272
19 1729,055 3608,894272
18 1729,055 3608,894272
17 1729,055 3608,894272
16 1729,055 3608,894272
15 1729,055 3608,894272
14 1729,055 3608,894272
13 1729,055 3608,894272
12 1729,055 3608,894272
11 1729,055 3608,894272
10 1729,055 3608,894272
9 1729,055 3608,894272
8 1729,055 3608,894272
7 1729,055 3608,894272
6 1729,055 3608,894272
5 1729,055 3608,894272
4 1708,974 3588,813195
3 1708,974 3661,889409
2 1708,974 3693,249114
1 1708,974 3734,337016
80

Massa bangunan yang dianalisis menggunakan beban hidup berdasarkan SNI


1727 : 2013 memiliki nilai massa bangunan yang relatif berbeda – beda tiap
lantainya karena besarnya beban hidup yang digunakan pada tiap lantai tergantung
dengan fungsi ruangan yang ada dalam lantai yang dianalisis. Semakin variatif
ruangan yang digunakan pada tiap lantai, , maka nilai massa efektif bangunan
berdasarkan peraturan SNI 1726 : 2012 akan bervariatif. Bangunan yang memiliki
kesamaan denah tiap lantainya belum tentu memiliki nilai massa yang sama
karena tergantung dengan fungsi ruangan yang digunakan tiap lantai pada
bangunan yang dianalisis.
Massa bangunan tiap lantai yang menggunakan beban hidup PPIUG 1983
nilainya lebih kecil dibandingkan massa bangunan yang menggunakan beban
hidup SNI 1729 : 2013 dengan obyek gedung adalah gedung Amartha View.
Massa bangunan berkaitan dengan nilai gaya gempa yang mengenai setiap pusat
massa lantai. Semakin besar nilai massa bangunan yang digunakan semakin besar
nilai gaya gempa yang terjadi di setiap titik pusat massa lantai. Semakin besar
gaya gempa yang menimpa suatu bangunan , maka akan semakin besar nilai gaya
– gaya dalam elemen – elemen struktural pada bangunan tersebut.
5.7. Gaya Dalam Balok
Balok pada suatu gedung menghasilkan reaksi apabila diberi beban berupa
gaya – gaya dalam. Gaya dalam balok terdiri dari Momen, gaya geser, gaya puntir
dan gaya aksial. Gaya yang tidak terlalu dominan dan biasanya diabaikan adalah
gaya aksial karena nilainya yang kecil. Balok pada portal gedung yang dianalisis
menggunakan beban gempa memiliki dua buah nilai momen yaitu momen akibat
tarik dan momen akibat tekan pada daerah tepi (tumpuan) dan tengah (lapangan)
bentang. Gaya geser dan gaya torsi memiliki nilai yang terbesar pada daerah tepi
(tumpuan). Balok pada obyek gedung Amartha View terdiri dari 16 tipikal balok.
Nilai gaya dalam balok ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik sebagaimana
berikut ini.
5.7.1. Balok kode B1
81

Gaya dalam pada balok yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan gaya puntir. Nilai gaya dalam balok B1
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
1. Momen/gaya lentur pada balok
Momen pada balok terdiri dari momen negatif dan momen positif pada daerah
tumpuan serta momen negatif dan momen positif pada daerah lapangan. Nilai
momen yang diambil adalah nilai yang terbesar dari setiap tipikal pada lantai.
Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan dan lapangan dapat
dilihat pada tabel 5.4 berikut ini.
Tabel 5.4 Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan dan
lapangan balok B1
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu. Mu. Mu.
Mu neg Mu neg
Mu neg Pos Mu neg Pos Pos Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 23,1266 4,20807 16,1627 27,9203 6,76729 14,4557
23 37,1282 5,45834 24,4217 42,8518 8,53574 26,1115
22 38,6676 6,29414 24,4232 43,1706 8,73735 26,091
21 40,1312 6,98887 24,4238 44,0696 9,17025 26,1037
20 41,3939 7,60606 24,4156 45,0346 9,63936 26,1123
19 42,4619 8,12107 24,4429 45,9608 10,0906 0,36906 26,1197
18 43,3913 8,5693 0,25334 24,4598 46,8503 10,5225 0,7274 26,1266
17 44,2308 8,97304 0,56134 24,4359 47,7131 10,939 1,06473 26,134
16 45,0173 9,34635 0,84684 24,4336 48,5447 11,3363 1,38362 26,1423
15 45,767 9,69906 1,11644 24,4407 49,3399 11,7116 1,68512 26,1518
14 46,4961 10,0366 1,37532 24,4682 50,1003 12,0659 1,97277 26,1626
13 47,1942 10,3575 1,62255 24,4849 50,8247 12,3993 2,2484 26,175
12 47,8537 10,6576 1,85565 24,474 51,5017 12,7071 2,50955 26,1889
11 48,4678 10,9325 2,07305 24,4939 52,1157 12,9821 2,75124 26,2045
10 49,0272 11,1782 2,27096 24,5186 52,6623 13,2212 2,97167 26,2217
9 49,5332 11,3936 2,44904 24,5459 53,1472 13,4263 3,17322 26,2408
8 49,9855 11,5793 2,60885 24,5819 53,5689 13,5962 3,35602 26,2618
7 50,3767 11,7308 2,74738 24,5974 53,9128 13,7232 3,51564 26,285
6 50,676 11,8323 2,8543 24,6438 54,1454 13,7911 3,6415 26,3102
5 50,8082 11,8486 2,90234 24,685 54,1855 13,7607 3,70489 26,3391
82

PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013


Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu. Mu. Mu.
Mu neg Mu neg
Mu neg Pos Mu neg Pos Pos Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
4 50,5338 11,6596 2,80114 24,6991 53,8232 13,5261 3,62314 26,3602
3 49,5004 11,1843 2,5565 24,63 53,2026 12,933 3,35404 26,9169
2 47,6716 10,2213 1,88401 24,6293 50,8556 11,6912 2,54319 26,9191
1 43,1996 8,08487 0,21545 24,7158 49,0909 8,97584 0,54355 30,9745
Grafik nilai momen negatif daerah tumpuan dan momen positif daerah
lapangan serta perbandingan hasil antara beban hidup berdasarkan PPIUG
1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar 5.12 dan Gambar 5.13
berikut ini.

Momen Negatif Tumpuan B1


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 20 40 60
Momen (Ton.m)

Mu - (PPIUG) Mu - (SNI)

Gambar 5.12 Momen negatif Tumpuan B1


83

Momen Positif Lapangan B1


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 10 20 30 40
Momen (Ton.m)

Momen + (PPIUG) Momen + (SNI)

Gambar 5.13 Momen Positif Lapangan B1

2. Gaya geser pada balok


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini.
Tabel 5.5 Nilai gaya geser pada balok B1
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
24 11,5546874 10,3242
23 21,3848739 22,2256
22 21,6844606 22,7767
21 22,0681186 23,3125
20 22,3789889 23,7363
84

Tabel 5.5 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
19 22,6399047 24,0659
18 22,8624047 24,3357
17 23,0598664 24,5719
16 23,2457398 24,787
15 23,4198787 24,9875
14 23,5890183 25,1806
13 23,7508295 25,3698
12 23,9057991 25,5549
11 24,0571074 25,7339
10 24,1996572 25,9058
9 24,3352811 26,0737
8 24,4653091 26,2387
7 24,5879174 26,4003
6 24,700831 26,5544
5 24,7843214 26,6853
4 24,7862649 26,739
3 24,4642033 26,6702
2 24,1192476 26,2934
1 23,1581525 26,609

Grafik nilai gaya geser pada balok B1 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.14 berikut ini.
85

Gaya Geser B1
30

25

Lantai 20

15

10

0
0 10 20 30
Gaya Geser (Ton)

Gaya Geser (PPIUG) Gaya Geser (SNI)

Gambar 5.14 Gaya geser pada balok B1

3. Gaya puntir pada balok


Gaya puntir pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya puntir yang
terbesar dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
puntir maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut
ini.
86

Tabel 5.6 Gaya puntir pada balok B1


PPIUG SNI 1727 :
1983 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
24 0,064 0,882
23 0,219 1,244
22 0,525 1,564
21 0,763 1,862
20 0,966 2,098
19 1,131 2,286
18 1,271 2,437
17 1,396 2,559
16 1,514 2,663
15 1,627 2,756
14 1,737 2,841
13 1,844 2,919
12 1,948 2,989
11 2,049 3,048
10 2,148 3,094
9 2,245 3,128
8 2,339 3,153
7 2,432 3,171
6 2,522 3,185
5 2,601 3,190
4 2,642 3,138
3 2,636 3,049
2 2,505 2,882
1 1,972 2,336

Grafik nilai gaya puntir pada balok B1 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.15 berikut ini.
87

Gaya Puntir B1
30

25

20

Lantai
15

10

0
0 1 2 3 4
Torsi (Ton.m)

Torsi (PPIUG) Torsi (SNI)

Gambar 5.15 Gaya Puntir pada Balok B1


Nilai Momen/gaya lentur negatif di daerah tumpuan dan momen positif di
daerah lapangan pada balok B1 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan
PPIUG 1983 dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
momen berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya geser di daerah tumpuan pada balok B1 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya geser
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya puntir di daerah tumpuan pada balok B1 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya
puntir berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan
hasil nilai gaya puntir berdasarkan PPIUG 1983.
88

5.7.2. Balok kode B2


Gaya dalam pada balok yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan gaya puntir. Nilai gaya dalam balok B2
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
1. Momen/gaya lentur pada balok
Momen pada balok terdiri dari momen negatif dan momen positif pada daerah
tumpuan serta momen negatif dan momen positif pada daerah lapangan. Nilai
momen yang diambil adalah nilai yang terbesar dari setiap tipikal pada lantai.
Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan dan lapangan dapat
dilihat pada tabel 5.7 berikut ini.
Tabel 5.7 Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan dan
lapangan balok B2
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu. Mu. Mu.
Mu neg Mu neg
Mu neg Pos Mu neg Pos Pos Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 26,8951 10,0082 6,81914 9,48506 23,8423 15,7764 6,65162 8,59503
23 39,018 12,235 7,93255 13,7268 36,7284 19,3228 8,63075 12,9288
22 39,5499 13,2752 8,25452 13,8862 39,5271 21,9374 9,82255 13,8188
21 41,2127 14,8025 8,93854 14,4213 41,3352 23,6187 10,5569 14,4263
20 42,3245 15,9651 9,41135 14,7862 42,5491 24,7271 11,0561 14,8201
19 43,1803 16,9018 9,78503 15,0575 43,4152 25,513 11,4139 15,0976
18 43,7919 17,6546 10,0649 15,2469 44,0606 26,0896 11,6833 15,2982
17 44,2234 18,2778 10,2772 15,3738 44,5478 26,5162 11,8894 15,4436
16 44,5038 18,8002 10,4338 15,4483 44,8959 26,8106 12,0397 15,5403
15 44,6496 19,2378 10,5417 15,4755 45,107 26,9758 12,135 15,5896
14 44,6684 19,5982 10,6044 15,4578 45,196 27,0248 12,1815 15,5961
13 44,56 19,8819 10,6217 15,395 45,165 26,9592 12,1802 15,5603
12 44,3218 20,0877 10,5928 15,2863 45,0039 26,7695 12,127 15,4785
11 43,9475 20,2104 10,5152 15,1293 44,7029 26,4464 12,0181 15,3473
10 43,4303 20,2452 10,3864 14,9216 44,2565 25,9843 11,8511 15,1648
9 42,7681 20,1912 10,2058 14,6625 43,6649 25,3835 11,6264 14,9309
8 41,9599 20,049 9,97344 14,3512 42,9255 24,6414 11,3429 14,6446
7 40,9898 19,806 9,68299 13,9824 42,0141 23,7352 10,9907 14,2976
6 39,8232 19,4312 9,32069 13,5442 40,8838 22,6228 10,5504 13,8753
89

Tabel 5.7 Lanjutan

PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013


Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu. Mu. Mu.
Mu neg Mu neg
Mu neg Pos Mu neg Pos Pos Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
5 38,3387 18,8173 8,83964 12,9939 39,4614 21,2259 9,99555 13,3459
4 36,4552 17,8925 8,19299 12,3245 37,3356 19,206 9,14533 12,6015
3 33,8194 16,4903 7,33602 11,3999 34,7341 16,428 7,97439 11,7034
2 29,9237 13,763 5,90594 10,0103 31,0662 12,9099 6,51756 10,3964
1 22,7989 8,26833 3,16964 7,60631 24,8377 7,03663 4,01268 8,24671

Grafik nilai momen negatif daerah tumpuan dan momen positif daerah
lapangan serta perbandingan hasil antara beban hidup berdasarkan PPIUG
1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar 5.16 dan Gambar 5.17
berikut ini.

Momen Negatif Tumpuan


B2
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 20 40 60
Momen (Ton.m)

Mu - (PPIUG) Mu - (SNI)

Gambar 5.16 Momen Negatif Tumpuan pada Balok B2


90

Momen Positif Lapangan B2


30

25

20

Lantai 15

10

0
0 5 10 15 20
Momen (Ton.m)

Momen + (PPIUG) Momen + (SNI)

Gambar 5.17 Momen Positif Lapangan pada Balok B2

2. Gaya geser pada balok


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini.
Tabel 5.8 Gaya geser pada Balok B2
PPIUG SNI 1727 :
1983 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
24 10,748 9,757
23 17,382 16,328
22 17,511 17,144
21 18,017 17,697
20 18,356 18,066
19 18,616 18,328
18 18,800 18,522
17 18,929 18,667
91

Tabel 5.8 Lanjutan


PPIUG SNI 1727 :
1983 2013
Lantai Vu
Vu
Ton Ton
16 19,011 18,769
15 19,051 18,829
14 19,052 18,851
13 19,013 18,836
12 18,934 18,780
11 18,812 18,681
10 18,646 18,537
9 18,435 18,347
8 18,179 18,112
7 17,872 17,824
6 17,504 17,468
5 17,038 17,020
4 16,453 16,362
3 15,545 15,614
2 14,332 14,473
1 12,144 12,552

Grafik nilai gaya geser pada balok B2 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.18 berikut ini.
92

Gaya Geser B2
30

25

20

Lantai
15

10

0
0 5 10 15 20
Gaya Geser (Ton)

Gaya Geser (PPIUG) Gaya Geser (SNI)

Gambar 5.18 Gaya geser pada Balok B2


3. Gaya puntir pada balok
Gaya puntir pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya puntir yang
terbesar dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
puntir maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut
ini.
Tabel 5.9 Gaya Puntir pada Balok B2
PPIUG SNI 1727 :
1983 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
24 0,256 0,348
23 0,166 0,210
22 0,191 0,226
21 0,199 0,236
20 0,211 0,246
19 0,223 0,251
18 0,234 0,254
17 0,245 0,256
16 0,255 0,261
15 0,264 0,271
93

Tabel 5.9 Lanjutan

PPIUG SNI 1727 :


1983 2013
Lantai Tu
Tu
Ton.m Ton.m
14 0,272 0,286
13 0,280 0,301
12 0,286 0,316
11 0,291 0,327
10 0,295 0,335
9 0,298 0,339
8 0,300 0,338
7 0,299 0,334
6 0,296 0,324
5 0,287 0,308
4 0,268 0,283
3 0,238 0,249
2 0,188 0,205
1 0,127 0,199

Grafik nilai gaya puntir pada balok B2 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.19 berikut ini.
94

Gaya Puntir B2
30

25

20

Lantai
15

10

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4
Torsi (Ton.m)

Torsi (PPIUG) Torsi (SNI)

Gambar 5.19 Gaya puntir pada balok B2


Nilai Momen/gaya lentur negatif di daerah tumpuan dan momen positif di
daerah lapangan pada balok B2 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan
PPIUG 1983 dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
momen berdasarkan PPIUG 1983 walaupun nilainya berdekatan.
Nilai gaya geser di daerah tumpuan pada balok B2 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya geser
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih kecil nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya geser berdasarkan PPIUG 1983 walaupun nilainya berdekatan.
Nilai gaya puntir di daerah tumpuan pada balok B2 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya
puntir berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan
hasil nilai gaya puntir berdasarkan PPIUG 1983.
5.7.3. Balok kode B3
Gaya dalam pada balok yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan gaya puntir. Nilai gaya dalam balok B3
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
95

1. Momen/gaya lentur pada balok


Momen pada balok terdiri dari momen negatif dan momen positif pada daerah
tumpuan serta momen negatif dan momen positif pada daerah lapangan. Nilai
momen yang diambil adalah nilai yang terbesar dari setiap tipikal pada lantai.
Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan dan lapangan dapat
dilihat pada tabel 5.10 berikut ini.
Tabel 5.10 Nilai Momen/gaya lentur pada Balok B3
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu. Mu. Mu.
Mu neg Mu neg
Mu neg Pos Mu neg Pos Pos Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 21,3819 6,20942 0,89391 8,77825 21,3826 6,46217 0,91249 9,84009
23 30,408 7,33387 0,56739 12,046 30,8367 7,7543 0,54432 14,9971
22 32,132 8,27534 1,26843 12,5034 32,6121 8,67508 1,23273 15,0291
21 33,8611 9,12232 1,93548 12,9162 34,828 9,77708 2,01587 15,0684
20 35,2741 9,83264 2,48783 13,258 36,7987 10,7637 2,71613 15,0968
19 36,4186 10,4109 2,94344 13,5292 38,3445 11,543 3,28396 15,116
18 37,3879 10,9031 3,33577 13,7552 39,5448 12,1513 3,74756 15,13
17 38,2517 11,3417 3,69027 13,953 40,5263 12,65 4,14667 15,1419
16 39,049 11,7456 4,02121 14,1329 41,38 13,0836 4,50829 15,1505
15 39,7995 12,1243 4,33666 14,2998 42,155 13,4769 4,8471 15,1548
14 40,5054 12,4801 4,63896 14,4536 42,8742 13,8412 5,16984 15,1577
13 41,1563 12,8082 4,92499 14,5918 43,5414 14,1782 5,47731 15,162
12 41,7381 13,1018 5,19028 14,7105 44,1421 14,4808 5,76441 15,165
11 42,2362 13,3539 5,43018 14,8059 44,6531 14,7383 6,02377 15,1618
10 42,6376 13,5585 5,64071 14,8744 45,0616 14,945 6,25206 15,1525
9 42,9375 13,7131 5,82091 14,9148 45,3657 15,1 6,44986 15,1401
8 43,1368 13,8179 5,97182 14,9271 45,5637 15,2025 6,61717 15,126
7 43,2241 13,8667 6,0895 14,9087 45,6515 15,2496 6,75192 15,1111
6 43,1625 13,8406 6,16028 14,8505 45,6128 15,232 6,84739 15,0947
5 42,8696 13,6975 6,15309 14,7326 45,3845 15,1165 6,87881 15,0731
4 42,0765 13,2999 5,96333 14,4888 44,7453 14,7928 6,76056 15,0322
3 40,4831 12,5634 5,57175 14,0201 43,4957 14,0679 6,40723 15,0708
2 37,8123 11,2116 4,67861 13,3113 42,148 12,4494 5,39054 16,1035
1 31,8504 8,27502 2,57961 11,8247 33,3308 9,01004 2,91079 14,839
96

Grafik nilai momen negatif daerah tumpuan dan momen positif daerah
lapangan serta perbandingan hasil antara beban hidup berdasarkan PPIUG
1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar 5.20 dan Gambar 5.21
berikut ini.

Momen Negatif Tumpuan


B3
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 20 40 60
Momen (Ton.m)

Mu - (PPIUG) Mu - (SNI)

Gambar 5.20 Momen negatif tumpuan pada balok B3


97

Momen Positif Lapangan B3


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 5 10 15 20
Momen (Ton.m)

Momen + (PPIUG)
Momen + (SNI)

Gambar 5.21 Momen positif lapangan pada balok B3

2. Gaya geser pada balok


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut ini.
Tabel 5.11 Gaya geser pada Balok B3
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
24 9,970 7,378
23 15,677 14,076
22 16,100 14,432
21 16,548 14,833
20 16,912 15,193
19 17,204 15,511
18 17,449 15,800
17 17,666 16,073
98

Tabel 5.11 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
16 17,867 16,338
15 18,055 16,595
14 18,232 16,845
13 18,393 17,090
12 18,536 17,324
11 18,656 17,546
10 18,750 17,752
9 18,816 17,946
8 18,854 18,129
7 18,863 18,298
6 18,831 18,449
5 18,740 18,567
4 18,518 18,597
3 17,988 18,407
2 17,283 18,493
1 15,722 16,384

Grafik nilai gaya geser pada balok B3 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.22 berikut ini.
99

Gaya Geser B3
30

25

20

Lantai
15

10

0
0 5 10 15 20
Gaya Geser (Ton)

Gaya Geser (PPIUG) Gaya Geser (SNI)

Gambar 5.22 Gaya geser pada Balok B3

3. Gaya puntir pada balok


Gaya puntir pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya puntir yang
terbesar dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
puntir maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut
ini.
Tabel 5.12 Gaya puntir pada balok B3
PPIUG SNI 1727 :
1983 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
24 2,084 1,981
23 3,218 3,333
22 3,314 3,507
21 3,438 3,643
20 3,527 3,745
19 3,593 3,822
18 3,641 3,879
17 3,675 3,921
16 3,701 3,952
100

Tabel 5.12 Lanjutan


PPIUG SNI 1727 :
1983 2013
Lantai Tu
Tu
Ton.m Ton.m
15 3,720 3,977
14 3,732 3,996
13 3,736 4,009
12 3,734 4,015
11 3,724 4,011
10 3,708 3,998
9 3,685 3,976
8 3,655 3,945
7 3,618 3,908
6 3,572 3,866
5 3,511 3,814
4 3,427 3,734
3 3,310 3,679
2 3,107 3,758
1 2,635 3,102

Grafik nilai gaya puntir pada balok B3 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.23 berikut ini.
101

Gaya Puntir B3
30

25

20

Lantai 15

10

0
0 2 4 6
Torsi (Ton.m)

Torsi (PPIUG) Torsi (SNI)

Gambar 5.23 Gaya puntir pada balok B3


Nilai Momen/gaya lentur negatif di daerah tumpuan dan momen positif di
daerah lapangan pada balok B3 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan
PPIUG 1983 dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
momen berdasarkan PPIUG 1983 walaupun nilainya berdekatan.
Nilai gaya geser di daerah tumpuan pada balok B3 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya geser
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih kecil nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya geser berdasarkan PPIUG 1983 walaupun nilainya berdekatan.
Nilai gaya puntir di daerah tumpuan pada balok B3 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya
puntir berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan
hasil nilai gaya puntir berdasarkan PPIUG 1983.
102

5.7.4. Balok kode B4


Gaya dalam pada balok yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan gaya puntir. Nilai gaya dalam balok B4
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
1. Momen/gaya lentur pada balok
Momen pada balok terdiri dari momen negatif dan momen positif pada
daerah tumpuan serta momen negatif dan momen positif pada daerah
lapangan. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar dari setiap
tipikal pada lantai. Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan
dan lapangan dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut ini.
Tabel 5.13 Nilai momen pada balok B4
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu. Mu. Mu.
Mu neg Mu neg
Mu neg Pos Mu neg Pos Pos Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 20,1859 6,36435 2,15519 8,46866 19,1384 5,65309 1,85671 8,04895
23 34,0674 6,14155 2,45808 12,9107 34,2096 5,6948 2,28218 12,9686
22 35,1035 7,63372 3,02769 13,3121 36,3612 7,99663 3,16883 13,7631
21 36,6868 9,234 3,63864 13,925 38,1954 9,89511 3,89334 14,4801
20 37,7425 10,4021 4,08668 14,3293 39,57 11,3635 4,45686 15,0058
19 38,5002 11,2923 4,42889 14,6177 40,573 12,4973 4,8922 15,3893
18 39,0203 11,9783 4,69374 14,8126 41,2723 13,3673 5,22725 15,6537
17 39,3764 12,5322 4,90844 14,9431 41,7368 14,0404 5,48732 15,8264
16 39,6225 13,0097 5,09388 15,0304 42,0519 14,6003 5,70414 15,9407
15 39,7834 13,4366 5,25978 15,0841 42,2765 15,1056 5,89981 16,0195
14 39,8607 13,8151 5,40707 15,1049 42,4304 15,5759 6,08201 16,0704
13 39,8492 14,1399 5,53412 15,0903 42,5134 16,011 6,25096 16,093
12 39,746 14,4084 5,6402 15,0389 42,5093 16,3955 6,40086 16,0807
11 39,5502 14,6201 5,72515 14,9502 42,3882 16,7002 6,52072 16,0221
10 39,2644 14,779 5,79038 14,8255 42,1386 16,9145 6,6065 15,9124
9 38,8886 14,8864 5,83621 14,6648 41,7675 17,0467 6,66135 15,7545
8 38,4229 14,9435 5,8631 14,4681 41,2904 17,1138 6,6917 15,5543
7 37,8698 14,9547 5,87268 14,2366 40,7373 17,1474 6,70951 15,3238
6 37,2266 14,9155 5,86403 13,9677 40,1309 17,1699 6,72373 15,0704
5 36,3954 14,7451 5,80291 13,6304 39,4257 17,1419 6,71613 14,7837
103

Tabel 5.13 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu. Mu. Mu.
Mu neg Mu neg
Mu neg Pos Mu neg Pos Pos Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
4 35,3267 14,3114 5,65682 13,1703 38,3464 16,732 6,57855 14,3195
3 33,6887 13,6403 5,41394 12,5053 37,1445 16,2055 6,39144 13,7924
2 31,2535 11,9018 4,77092 11,5082 36,5569 15,008 5,95244 13,5098
1 25,388 7,16707 2,90692 9,37886 30,0115 10,9651 4,35165 11,1266

Grafik nilai momen negatif daerah tumpuan dan momen positif daerah
lapangan serta perbandingan hasil antara beban hidup berdasarkan PPIUG
1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar 5.24 dan Gambar 5.25
berikut ini.

Momen Negatif Tumpuan


B4
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 20 40 60
Momen (Ton.m)

Mu - (PPIUG) Mu - (SNI)

Gambar 5.24 Momen negatif tumpuan pada balok B4


104

Momen Positif Lapangan B4


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 5 10 15 20
Momen (Ton.m)

Momen + (PPIUG) Momen + (SNI)

Gambar 5.25 Momen positif lapangan pada balok B4

2. Gaya geser pada balok


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut ini.
Tabel 5.14 Gaya geser pada balok B4
PPIUG SNI 1727 :
1983 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
24 9,469 8,982
23 18,348 18,685
22 18,628 19,303
21 19,126 19,879
20 19,457 20,308
19 19,694 20,621
105

Tabel 5.14 Lanjutan


PPIUG SNI 1727 :
1983 2013
Lantai Vu
Vu
Ton Ton
18 19,857 20,838
17 19,967 20,982
16 20,044 21,079
15 20,093 21,148
14 20,116 21,194
13 20,110 21,218
12 20,076 21,214
11 20,012 21,173
10 19,920 21,092
9 19,800 20,973
8 19,651 20,820
7 19,474 20,643
6 19,268 20,449
5 19,005 20,225
4 18,659 19,877
3 18,000 19,485
2 17,224 20,142
1 15,415 17,273

Grafik nilai gaya geser pada balok B4 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.26 berikut ini.
106

Gaya Geser B4
30

25

20

Lantai
15

10

0
0 5 10 15 20 25
Gaya Geser (Ton)

Gaya Geser (PPIUG) Gaya Geser (SNI)

Gambar 5.26 Gaya geser pada balok B4


3. Gaya puntir pada balok
Gaya puntir pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya puntir yang
terbesar dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
puntir maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut
ini.
Tabel 5.15 Gaya puntir pada balok B4
PPIUG SNI 1727 :
1983 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
24 0,146 0,183
23 0,128 0,175
22 0,142 0,183
21 0,148 0,181
20 0,154 0,174
19 0,159 0,171
18 0,165 0,171
17 0,171 0,175
16 0,177 0,180
15 0,184 0,185
107

PPIUG SNI 1727 :


1983 2013
Lantai Tu
Tu
Ton.m Ton.m
14 0,191 0,192
13 0,197 0,198
12 0,203 0,204
11 0,208 0,209
10 0,213 0,213
9 0,216 0,215
8 0,219 0,216
7 0,220 0,216
6 0,218 0,214
5 0,215 0,213
4 0,206 0,209
3 0,193 0,198
2 0,173 0,180
1 0,163 0,156

Grafik nilai gaya puntir pada balok B4 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.27 berikut ini.
108

Gaya Puntir B4
30

25

20

Lantai
15

10

0
0 0,1 0,2 0,3
Torsi (Ton.m)

Torsi (PPIUG) Torsi (SNI)

Gambar 5.27 Gaya puntir pada balok B4


Nilai Momen/gaya lentur negatif di daerah tumpuan dan momen positif di
daerah lapangan pada balok B4 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan
PPIUG 1983 dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
momen berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya geser di daerah tumpuan pada balok B4 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya geser
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya puntir di daerah tumpuan pada balok B4 memiliki perbedaan hasil
antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya puntir
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya puntir berdasarkan PPIUG 1983.
109

5.7.5. Balok kode B5


Gaya dalam pada balok yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan gaya puntir. Nilai gaya dalam balok B5
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
1. Momen/gaya lentur pada balok
Momen pada balok terdiri dari momen negatif dan momen positif pada
daerah tumpuan serta momen negatif dan momen positif pada daerah
lapangan. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar dari setiap
tipikal pada lantai. Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan
dan lapangan dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut ini.
Tabel 5.16 Momen/Gaya lentur pada balok B5
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu. Mu. Mu.
Mu neg Mu neg
Mu neg Pos Mu neg Pos Pos Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 12,5472 2,75741 1,13193 4,74745 12,5294 2,70372 1,08189 4,84443
23 18,8435 2,79005 1,40467 6,46311 19,7557 2,88035 1,43135 6,81521
22 24,5831 2,8534 1,58103 8,42027 25,8215 3,32373 1,7689 8,87586
21 26,496 4,70712 2,33066 9,10015 27,9962 5,52877 2,65194 9,66288
20 28,0058 6,2234 2,92602 9,67102 29,7434 7,33577 3,36302 10,3191
19 29,2279 7,45367 3,41347 10,1242 31,1651 8,80367 3,94374 10,8473
18 30,2415 8,48896 3,8236 10,5001 32,3419 10,0199 4,4254 11,2835
17 31,1183 9,39716 4,18424 10,8234 33,3348 11,0504 4,83427 11,6498
16 31,9082 10,2284 4,51497 11,1132 34,2124 11,969 5,19949 11,9719
15 32,6344 11,0063 4,82511 11,3782 35,033 12,838 5,54558 12,2718
14 33,3042 11,7383 5,11755 11,621 35,8207 13,6839 5,8829 12,5584
13 33,92 12,4275 5,3935 11,8428 36,5733 14,506 6,21119 12,8308
12 34,4869 13,079 5,65502 12,0452 37,2734 15,288 6,52406 13,0825
11 35,0086 13,6974 5,90381 12,2298 37,8962 16,0063 6,81221 13,3042
10 35,4875 14,2855 6,14105 12,3973 38,4289 16,6489 7,07105 13,4909
9 35,9196 14,8404 6,36553 12,5464 38,8793 17,2245 7,30399 13,6455
8 36,3 15,358 6,57574 12,675 39,264 17,751 7,51793 13,7744
110

Tabel 5.16 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu. Mu.
Mu neg Mu neg
Mu neg Pos Mu neg Mu. Pos Pos Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
7 36,628 15,8391 6,77199 12,783 39,606 18,2528 7,72236 13,8863
6 36,884 16,2653 6,94678 12,863 39,9119 18,7385 7,92052 13,9838
5 36,9797 16,5507 7,06764 12,8811 40,1009 19,1256 8,08254 14,034
4 36,604 16,3899 7,00898 12,7231 39,8449 19,108 8,07503 13,9233
3 35,5196 15,8497 6,79111 12,315 39,3973 18,9436 7,9962 13,7412
2 33,5362 14,1187 6,12005 11,5459 38,0885 17,914 7,59747 13,2274
1 28,0184 8,99631 4,11767 9,46388 32,5722 12,7568 5,61001 11,1176

Grafik nilai momen negatif daerah tumpuan dan momen positif daerah
lapangan serta perbandingan hasil antara beban hidup berdasarkan PPIUG
1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar 5.28 dan Gambar 5.29
berikut ini.

Momen Negatif Tumpuan


B5
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 20 40 60
Momen (Ton.m)

Mu - (PPIUG) Mu - (SNI)

Gambar 5.28 Momen Negatif tumpuan pada Balok B5


111

Momen Positif Lapangan B5


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 5 10 15
Momen (Ton.m)

Momen + (PPIUG) Momen + (SNI)

Gambar 5.29 Momen positif lapangan pada balok B5

2. Gaya geser pada balok


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.17 berikut ini.
Tabel 5.17 Gaya geser pada balok B5
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
24 6,944 2,718
23 10,935 7,074
22 15,209 11,022
21 15,806 11,317
20 16,284 11,564
19 16,670 11,768
18 16,989 11,941
17 17,265 12,093
16 17,514 12,233
112

Tabel 5.17 Lanjutan


PPIUG SNI 1727 :
1983 2013
Lantai Vu
Vu
Ton Ton
15 17,742 12,372
14 17,952 12,514
13 18,144 12,661
12 18,321 12,811
11 18,484 12,962
10 18,633 13,114
9 18,766 13,268
8 18,883 13,427
7 18,984 13,595
6 19,061 13,773
5 19,087 13,953
4 18,965 14,104
3 18,485 14,273
2 17,852 14,351
1 16,105 14,038

Grafik nilai gaya geser pada balok B5 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.30 berikut ini.
113

Gaya Geser B5
30

25

20

Lantai
15

10

0
0 5 10 15 20
Gaya Geser (Ton)

Gaya Geser (PPIUG) Gaya Geser (SNI)

Gambar 5.30 Gaya geser pada balok B5


3. Gaya puntir pada balok
Gaya puntir pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya puntir yang
terbesar dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
puntir maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut
ini.
Tabel 5.18 Gaya puntir pada balok B5
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
24 0,437 0,489
23 0,314 0,366
22 0,344 0,414
21 0,363 0,439
20 0,377 0,455
19 0,388 0,466
18 0,397 0,474
17 0,403 0,482
16 0,408 0,487
114

Tabel 5.18 Lanjutan


Lantai PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tu Tu
Ton.m Ton.m
15 0,411 0,491
14 0,414 0,493
13 0,414 0,494
12 0,414 0,493
11 0,411 0,490
10 0,407 0,484
9 0,402 0,477
8 0,394 0,467
7 0,385 0,455
6 0,373 0,440
5 0,358 0,422
4 0,331 0,387
3 0,298 0,348
2 0,256 0,309
1 0,182 0,255

Grafik nilai gaya puntir pada balok B5 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.31 berikut ini.

Gaya Puntir B5
30
25
20
Lantai

15
10
5
0
0 0,2 0,4 0,6
Torsi (Ton.m)

Torsi (PPIUG) Torsi (SNI)

Gambar 5.31 Gaya puntir pada balok B5


115

Nilai Momen/gaya lentur negatif di daerah tumpuan dan momen positif di


daerah lapangan pada balok B5 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan
PPIUG 1983 dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
momen berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya geser di daerah tumpuan pada balok B5 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya geser
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih kecil nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya puntir di daerah tumpuan pada balok B5 memiliki perbedaan hasil
antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya puntir
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya puntir berdasarkan PPIUG 1983.
5.7.6. Balok kode B6
Gaya dalam pada balok yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan gaya puntir. Nilai gaya dalam balok B6
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
1. Momen/gaya lentur pada balok
Momen pada balok terdiri dari momen negatif dan momen positif pada
daerah tumpuan serta momen negatif dan momen positif pada daerah
lapangan. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar dari setiap
tipikal pada lantai. Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan
dan lapangan dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut ini.
Tabel 5.19 Momen/gaya lentur pada balok B6
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu.
Mu neg Mu neg
Mu neg Mu. Pos Mu neg Mu. Pos Pos Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 33,3398 10,231 1,16935 16,1535 32,7397 10,5082 1,14485 14,3293
23 47,8893 11,7993 0,47653 23,1911 50,1036 12,7454 0,58965 25,579
22 48,9928 12,5264 0,96526 23,2459 52,6629 13,6617 1,29577 26,3413
21 50,4004 13,1979 1,5119 23,2183 54,3415 14,4756 1,93061 26,3283
116

Tabel 5.19 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu.
Mu neg Mu neg
Mu neg Mu. Pos Mu neg Mu. Pos Pos Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
20 51,5461 13,7706 1,96356 23,2191 55,5919 15,0903 2,42513 26,322
19 52,4794 14,2289 2,33743 23,2237 56,5723 15,5699 2,82302 26,3141
18 53,2345 14,5984 2,64969 23,2153 57,3779 15,9629 3,15889 26,3051
17 53,8541 14,8997 2,91825 23,1845 58,0578 16,2938 3,45378 26,2948
16 54,3631 15,1461 3,15456 23,1536 58,6286 16,5703 3,71579 26,2833
15 54,7788 15,3464 3,36585 23,1372 59,0997 16,797 3,94946 26,2705
14 55,1103 15,5043 3,55482 23,126 59,4812 16,9776 4,15808 26,2564
13 55,3534 15,6178 3,71985 23,0953 59,7754 17,1129 4,34247 26,241
12 55,5001 15,6824 3,85791 23,0431 59,9716 17,1979 4,49953 26,2243
11 55,54 15,6931 3,96628 22,9941 60,051 17,2238 4,62352 26,2061
10 55,4629 15,6448 4,04181 22,9601 60,004 17,1858 4,71151 26,1865
9 55,2621 15,5345 4,08307 22,9237 59,8282 17,083 4,76402 26,1654
8 54,9335 15,3605 4,08979 22,8699 59,5163 16,9113 4,77865 26,1428
7 54,4652 15,1164 4,05803 22,7979 59,0534 16,6629 4,75036 26,1184
6 53,8253 14,7862 3,97726 22,7285 58,4089 16,323 4,66913 26,0924
5 52,9372 14,3339 3,81958 22,6678 57,4956 15,8435 4,50547 26,0648
4 51,6202 13,6531 3,51597 22,5867 56,0335 15,0898 4,14567 26,028
3 49,5307 12,678 3,06869 22,4 54,0329 13,9924 3,64872 26,0946
2 46,6195 11,1895 2,19377 22,2872 51,1389 12,5683 2,80969 25,8897
1 41,0668 8,53611 0,34537 22,285 47,3286 9,85791 0,99276 27,5865

Grafik nilai momen negatif daerah tumpuan dan momen positif daerah
lapangan serta perbandingan hasil antara beban hidup berdasarkan PPIUG
1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar 5.32 dan Gambar 5.33
berikut ini.
117

Momen Negatif Tumpuan


B6
30

25

20

Lantai 15

10

0
0 50 100
Momen (Ton.m)

Mu - (PPIUG) Mu - (SNI)

Gambar 5.32 Momen negatif tumpuan pada balok B6

Momen Positif Lapangan B6


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 10 20 30
Momen (Ton.m)

Momen + (PPIUG) Momen + (SNI)

Gambar 5.33 Momen positif lapangan pada balok B6


118

2. Gaya geser pada balok


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.20 berikut ini.
Tabel 5.20 Gaya geser pada balok B6
PPIUG SNI 1727 :
1983 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
24 15,344 14,974
23 24,626 25,637
22 24,886 26,646
21 25,249 27,080
20 25,548 27,405
19 25,792 27,659
18 25,988 27,868
17 26,148 28,043
16 26,278 28,188
15 26,382 28,305
14 26,462 28,398
13 26,518 28,468
12 26,547 28,511
11 26,547 28,522
10 26,515 28,498
9 26,449 28,439
8 26,348 28,343
7 26,208 28,205
6 26,020 28,019
5 25,766 27,759
4 25,396 27,354
3 24,675 26,779
2 23,883 25,970
1 22,423 25,780
119

Grafik nilai gaya geser pada balok B6 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.34 berikut ini.

Gaya Geser B6
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 10 20 30
Gaya Geser (Ton)

Gaya Geser (PPIUG) Gaya Geser (SNI)

Gambar 5.34 Gaya geser pada balok B6


3. Gaya puntir pada balok
Gaya puntir pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya puntir yang
terbesar dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
puntir maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.21 berikut
ini.
Tabel 5.21 Gaya puntir pada balok B6
PPIUG SNI 1727 :
1983 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
24 0,651 0,672
23 0,855 1,300
22 1,144 1,590
21 1,372 1,890
20 1,565 2,138
19 1,722 2,336
120

Tabel 5.21 lanjutan


PPIUG SNI 1727 :
1983 2013
Lantai Tu
Tu
Ton.m Ton.m
18 1,856 2,497
17 1,973 2,632
16 2,082 2,750
15 2,184 2,861
14 2,282 2,968
13 2,375 3,071
12 2,464 3,170
11 2,550 3,261
10 2,633 3,344
9 2,713 3,418
8 2,789 3,486
7 2,861 3,551
6 2,928 3,616
5 2,977 3,672
4 2,985 3,680
3 2,937 3,632
2 2,748 3,512
1 2,129 2,773

Grafik nilai gaya puntir pada balok B6 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.35 berikut ini.
121

Gaya Puntir B6
30
25
20

Lantai
15
10
5
0
0 2 4
Torsi (Ton.m)

Torsi (PPIUG) Torsi (SNI)

Gambar 5.35 Gaya puntir pada balok B6


Nilai Momen/gaya lentur negatif di daerah tumpuan dan momen positif di
daerah lapangan pada balok B6 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan
PPIUG 1983 dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
momen berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya geser di daerah tumpuan pada balok B6 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya geser
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya puntir di daerah tumpuan pada balok B6 memiliki perbedaan hasil
antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya puntir
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya puntir berdasarkan PPIUG 1983.
5.7.7. Balok kode B7
Gaya dalam pada balok yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan gaya puntir. Nilai gaya dalam balok B7
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
122

1. Momen/gaya lentur pada balok


Momen pada balok terdiri dari momen negatif dan momen positif pada
daerah tumpuan serta momen negatif dan momen positif pada daerah
lapangan. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar dari setiap
tipikal pada lantai. Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan
dan lapangan dapat dilihat pada tabel 5.22 berikut ini
Tabel 5.22 Momen/gaya lentur pada balok B7
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu. Mu. Mu.
Mu neg Mu neg
Mu neg Pos Mu neg Pos Pos Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 26,2812 22,2773 28,6835 13,9214
23 29,7396 21,7213 32,237 14,2816
22 31,1227 23,0292 33,2375 15,3394
21 32,7964 1,56851 24,6592 34,3739 16,7789
20 34,146 3,13437 25,9623 35,4604 0,11086 18,2061
19 35,1815 1,13292 4,50223 26,9612 36,4198 1,94262 19,4509
18 36,0544 2,48254 5,81918 27,8036 37,3166 3,55393 20,5817
17 36,8635 3,87222 7,17921 28,5861 38,2114 5,09812 21,6917
16 37,6412 5,3354 8,61418 29,3394 39,1096 6,66754 1,42218 22,8171
15 38,3945 6,88197 10,1331 30,0698 39,9918 8,30016 3,3095 23,9591
14 39,1154 8,50691 11,7307 30,7691 40,8401 10,0092 5,31716 25,1116
13 39,7783 10,1882 13,3851 31,4115 41,6349 11,7895 7,44529 26,2604
12 40,3577 11,9046 15,0752 31,9719 42,3414 13,613 9,66851 27,3736
11 40,8328 13,6396 16,7849 32,4295 42,9238 15,448 11,9565 28,4168
10 41,1892 15,3845 18,5054 32,7702 43,3744 17,2913 14,3079 29,3841
9 41,4321 17,15 20,2476 32,999 43,7068 19,1632 16,7459 30,2919
8 41,5798 18,9607 22,0361 33,1343 43,9296 21,0821 19,2921 31,1524
7 41,6242 20,8151 23,8701 33,1689 44,0401 23,0571 21,9602 31,9672
6 41,5137 22,6671 25,7046 33,0524 44,0146 25,0773 24,7449 32,7183
5 41,1109 24,3839 27,4141 32,6533 43,7512 27,0493 27,5588 33,3092
4 39,9903 25,5296 28,5674 31,5565 42,9183 28,6368 30,0591 33,4061
3 37,8555 25,7928 28,7936 29,6136 40,9958 29,1571 31,5411 32,4575
2 33,776 24,092 27,1971 25,6557 36,8299 26,8332 31,0499 28,7578
1 24,3799 17,087 20,528 16,5478 25,0679 18,1602 23,0285 18,9542
123

Grafik nilai momen negatif daerah tumpuan dan momen positif daerah
lapangan serta perbandingan hasil antara beban hidup berdasarkan PPIUG
1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar 5.36 dan Gambar 5.37
berikut ini.

Momen Negatif Tumpuan


B7
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 20 40 60
Momen (Ton.m)

Mu - (PPIUG) Mu - (SNI)

Gambar 5.36 Momen negatif tumpuan pada balok B7


124

Momen Positif Lapangan B7


30

25

20

Lantai 15

10

0
0 10 20 30 40
Momen (Ton.m)

Momen + (PPIUG) Momen + (SNI)

Gambar 5.37 Momen positif lapangan pada balok B7

2. Gaya geser pada balok


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.23 berikut ini.
Tabel 5.23 Gaya geser pada balok B7
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
24 13,008 14,033
23 16,358 17,310
22 16,934 17,714
21 17,677 18,212
20 18,275 18,691
19 18,732 19,114
18 19,118 19,510
125

Tabel 5.23 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
17 19,477 19,906
16 19,821 20,304
15 20,155 20,695
14 20,475 21,071
13 20,769 21,423
12 21,025 21,736
11 21,235 21,993
10 21,392 22,192
9 21,498 22,337
8 21,562 22,434
7 21,580 22,481
6 21,529 22,467
5 21,349 22,348
4 20,851 21,975
3 19,841 21,129
2 18,034 19,723
1 13,873 14,081

Grafik nilai gaya geser pada balok B7 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.38 berikut ini.
126

Gaya Geser B7

30
25
20

Lantai
15
10
5
0
0 10 20 30
Gaya Geser (Ton)

Gaya Geser (PPIUG) Gaya Geser (SNI)

Gambar 5.38 Gaya geser pada balok B7

3. Gaya puntir pada balok


Gaya puntir pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya puntir yang
terbesar dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
puntir maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.24 berikut
ini.
Tabel 5.24 Gaya puntir pada balok B7
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
24 0,345 0,311
23 0,343 0,354
22 0,350 0,367
21 0,366 0,385
20 0,371 0,402
19 0,375 0,413
18 0,376 0,418
17 0,377 0,420
16 0,377 0,420
15 0,377 0,420
127

Tabel 5.24 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
14 0,377 0,420
13 0,376 0,420
12 0,375 0,419
11 0,373 0,418
10 0,370 0,415
9 0,367 0,412
8 0,362 0,407
7 0,357 0,403
6 0,352 0,398
5 0,349 0,397
4 0,335 0,382
3 0,320 0,365
2 0,305 0,370
1 0,309 0,377

Grafik nilai gaya puntir pada balok B7 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.39 berikut ini.
128

Gaya Puntir B7
30

25

20

Lantai
15

10

0
0 0,2 0,4 0,6
Torsi (Ton.m)

Torsi (PPIUG) Torsi (SNI)

Gambar 5.39 Gaya puntir pada balok B7


Nilai Momen/gaya lentur negatif di daerah tumpuan dan momen positif di
daerah lapangan pada balok B7 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan
PPIUG 1983 dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen negatif
tumpuan berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan
hasil nilai momen berdasarkan PPIUG 1983. Hasil nilai momen positif lapangan
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih kecil nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
momen berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya geser di daerah tumpuan pada balok B6 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya geser
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya puntir di daerah tumpuan pada balok B6 memiliki perbedaan hasil
antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya puntir
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya puntir berdasarkan PPIUG 1983.
129

5.7.8. Balok kode B8


Gaya dalam pada balok yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan gaya puntir. Nilai gaya dalam balok
B8ditampilkan sebagaimana berikut ini.
1. Momen/gaya lentur pada balok
Momen pada balok terdiri dari momen negatif dan momen positif pada
daerah tumpuan serta momen negatif dan momen positif pada daerah
lapangan. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar dari setiap
tipikal pada lantai. Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan
dan lapangan dapat dilihat pada tabel 5.25 berikut ini.
Tabel 5.25 Momen/gaya lentur pada balok B8
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu Mu. Mu. Mu Mu.
Mu neg
Mu neg Pos neg Pos Pos neg Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 4,13539 0,80226 2,69252 3,20047 0,9828 2,9325
23 8,51774 1,38493 5,55001 11,7164 2,40915 7,55273
22 8,63244 1,44898 5,54986 11,78 2,40035 7,47807
21 8,74567 1,5177 5,55283 11,7699 2,48337 7,4898
20 8,83741 1,57638 5,55437 11,7718 2,55329 7,49801
19 8,91317 1,6274 5,55592 11,7774 2,61295 7,50476
18 8,97985 1,67232 5,55728 11,7872 2,66328 7,50923
17 9,04209 1,71256 5,55856 11,8006 2,70581 7,51125
16 9,10287 1,74839 5,55975 11,8174 2,74229 7,51061
15 9,1633 1,7804 5,56073 11,8374 2,7742 7,50717
14 9,22349 1,80877 5,56152 11,8608 2,80219 7,5008
13 9,28343 1,83399 5,56207 11,8876 2,82634 7,49129
12 9,34366 1,85634 5,56241 11,9181 2,84605 7,4783
11 9,40514 1,87602 5,56254 11,9524 2,86017 7,46149
10 9,4679 1,8927 5,5624 11,9909 2,86802 7,44051
9 9,53106 1,90555 5,56196 12,034 2,86949 7,41514
8 9,59408 1,9139 5,56111 12,082 2,86454 7,38512
7 9,65712 1,91757 5,55973 12,1353 2,85391 7,35019
6 9,72037 1,91627 5,55768 12,1947 2,83779 7,30984
5 9,77733 1,90687 5,55504 12,26 2,81502 7,26422
130

Tabel 5.25 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu Mu. Mu. Mu Mu.
Mu neg
Mu neg Pos neg Pos Pos neg Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
4 9,82156 1,88367 5,55034 12,3397 2,7713 7,20807
3 9,83866 1,84289 5,54468 12,5064 2,66294 7,0962
2 9,7879 1,76185 5,53679 13,3847 2,46728 6,80194
1 9,51307 1,5757 5,53529 12,7473 2,16631 6,78359

Grafik nilai momen negatif daerah tumpuan dan momen positif daerah
lapangan serta perbandingan hasil antara beban hidup berdasarkan PPIUG
1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar 5.40 dan Gambar 5.41
berikut ini.

Momen Negatif Tumpuan


B8
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10 15
Momen (Ton.m)

Mu - (PPIUG) Mu - (SNI)

Gambar 5.40 Momen negatif tumpuan pada balok B8


131

Momen Positif Lapangan B8


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10
Momen (Ton.m)

Momen + (PPIUG) Momen + (SNI)

Gambar 5.41 Momen positif lapangan pada balok B8

2. Gaya geser pada balok


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.26 berikut ini.
Tabel 5.26 Gaya geser pada balok B8
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
24 3,849 3,454
23 7,735 10,880
22 7,736 10,858
21 7,739 10,856
20 7,741 10,856
19 7,744 10,857
132

Tabel 5.26 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
18 7,747 10,859
17 7,750 10,861
16 7,753 10,864
15 7,757 10,868
14 7,761 10,872
13 7,766 10,876
12 7,771 10,881
11 7,776 10,887
10 7,782 10,893
9 7,789 10,901
8 7,797 10,908
7 7,805 10,917
6 7,814 10,927
5 7,824 10,937
4 7,835 10,950
3 7,846 10,964
2 7,858 11,103
1 7,869 10,931

Grafik nilai gaya geser pada balok B8 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.42 berikut ini.
133

Gaya Geser B8
30

25

20

Lantai
15

10

0
0 5 10 15
Gaya Geser (Ton)

Gaya Geser (PPIUG) Gaya Geser (SNI)

Gambar 5.42 Gaya geser pada balok B8


3. Gaya puntir pada balok
Gaya puntir pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya puntir yang
terbesar dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
puntir maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.27 berikut
ini.
Tabel 5.27 Gaya puntir pada balok B8
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
24 0,320 0,303
23 0,332 0,314
22 0,329 0,319
21 0,328 0,320
20 0,326 0,320
19 0,323 0,318
18 0,319 0,315
17 0,314 0,310
16 0,307 0,303
15 0,300 0,296
134

Tabel 5.27 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
14 0,291 0,287
13 0,281 0,277
12 0,270 0,266
11 0,257 0,253
10 0,243 0,239
9 0,227 0,223
8 0,210 0,206
7 0,191 0,187
6 0,170 0,166
5 0,147 0,143
4 0,122 0,119
3 0,096 0,094
2 0,067 0,057
1 0,035 0,042

Grafik nilai gaya puntir pada balok B8 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.43 berikut ini.

Gaya Puntir B8
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 0,2 0,4
Torsi (Ton.m)

Torsi (PPIUG) Torsi (SNI)

Gambar 5.43 Gaya puntir pada balok B8


135

Nilai Momen/gaya lentur negatif di daerah tumpuan dan momen positif di


daerah lapangan pada balok B8 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan
PPIUG 1983 dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
momen berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya geser di daerah tumpuan pada balok B8 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya geser
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya puntir di daerah tumpuan pada balok B8 memiliki perbedaan hasil
antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya puntir
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih kecil nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
5.7.9. Balok kode B9
Gaya dalam pada balok yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan gaya puntir. Nilai gaya dalam balok B9
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
1. Momen/gaya lentur pada balok
Momen pada balok terdiri dari momen negatif dan momen positif pada
daerah tumpuan serta momen negatif dan momen positif pada daerah
lapangan. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar dari setiap
tipikal pada lantai. Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan
dan lapangan dapat dilihat pada tabel 5.28 berikut ini.
Tabel 5.28 Momen/gaya lentur pada balok B9
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu.
Mu neg Mu. Pos Mu neg Mu. Pos
Mu neg Pos Mu neg Mu. Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 36,5745 11,6014 1,49359 17,0408 35,2984 11,5099 1,38346 15,1145
23 51,8905 13,2855 0,84022 24,4973 54,437 13,8642 0,87805 27,8783
22 52,9317 13,9783 1,30854 24,5638 56,2484 14,8482 1,58177 27,8273
21 54,3294 14,6388 1,85117 24,5314 57,9676 15,7044 2,21892 27,8232
136

Tabel 5.28 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu.
Mu neg Mu. Pos Mu neg Mu. Pos
Mu neg Pos Mu neg Mu. Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
20 55,4457 15,1929 2,29441 24,5225 59,2574 16,3476 2,7187 27,8209
19 56,3406 15,6301 2,66054 24,5133 60,2502 16,8399 3,11953 27,8182
18 57,0454 15,9744 2,96487 24,4989 61,0347 17,2263 3,45354 27,8148
17 57,604 16,2461 3,22474 24,4745 61,6667 17,5351 3,74122 27,8108
16 58,0439 16,4582 3,45051 24,4459 62,1725 17,7794 3,9921 27,806
15 58,3844 16,6199 3,64925 24,421 62,5691 17,9674 4,2119 27,8004
14 58,6354 16,7351 3,82399 24,4007 62,8691 18,1047 4,40469 27,7941
13 58,7921 16,8018 3,97359 24,3721 63,0748 18,1924 4,57192 27,787
12 58,8438 16,8146 4,09485 24,3335 63,1741 18,2253 4,71037 27,7792
11 58,7779 16,7675 4,18415 24,2874 63,148 18,1937 4,81376 27,7706
10 58,5828 16,6547 4,23788 24,248 62,9867 18,0927 4,87888 27,7612
9 58,2538 16,4732 4,25444 24,2161 62,6893 17,9211 4,9059 27,751
8 57,7885 16,2214 4,23366 24,1807 62,2494 17,6754 4,89281 27,7402
7 57,1756 15,8933 4,17174 24,1399 61,6531 17,3478 4,83462 27,7287
6 56,3833 15,4721 4,0578 24,091 60,8706 16,9242 4,72126 27,7164
5 55,333 14,9217 3,8641 24,0549 59,8185 16,3605 4,52477 27,7038
4 53,8459 14,1364 3,52246 24,0131 58,2219 15,5193 4,13566 27,6832
3 51,5821 13,054 3,03519 23,8689 56,1276 14,3475 3,60425 27,8112
2 48,4808 11,4486 2,11831 23,814 54,885 12,7632 2,70889 29,5642
1 42,7115 8,68295 0,22019 23,8506 47,3223 9,98924 0,82011 27,7912

Grafik nilai momen negatif daerah tumpuan dan momen positif daerah
lapangan serta perbandingan hasil antara beban hidup berdasarkan PPIUG
1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar 5.44 dan Gambar 5.45
berikut ini.
137

Momen Negatif Tumpuan


B9
30

25

20

Lantai 15

10

0
0 50 100
Momen (Ton.m)

Mu - (PPIUG) Mu - (SNI)

Gambar 5.44 Momen negatif tumpuan pada balok B9

Momen Positif Lapangan B9


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 10 20 30 40
Momen (Ton.m)

Momen + (PPIUG) Momen + (SNI)

Gambar 5.45 Momen positif lapangan pada balok B9


138

2. Gaya geser pada balok


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.29 berikut ini.
Tabel 5.29 Gaya geser pada balok B9
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
24 16,401 15,851
23 25,997 27,515
22 26,246 27,936
21 26,607 28,382
20 26,900 28,718
19 27,134 28,977
18 27,317 29,180
17 27,461 29,342
16 27,572 29,469
15 27,657 29,568
14 27,717 29,641
13 27,752 29,688
12 27,758 29,707
11 27,732 29,692
10 27,672 29,641
9 27,576 29,553
8 27,442 29,427
7 27,269 29,259
6 27,048 29,042
5 26,758 28,753
4 26,351 28,320
3 25,593 27,736
2 24,759 28,227
1 23,254 25,413

Grafik nilai gaya geser pada balok B9 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.46 berikut ini.
139

Gaya Geser B9
30

25

20

Lantai
15

10

0
0 10 20 30 40
Gaya Geser (Ton)

Gaya Geser (PPIUG) Gaya Geser (SNI)

Gambar 5.46 Gaya geser pada balok B9


3. Gaya puntir pada balok
Gaya puntir pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya puntir yang
terbesar dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
puntir maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.30 berikut
ini.
Tabel 5.30 Gaya puntir pada balok B9
PPIUG SNI 1727 :
1983 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
24 0,759 0,771
23 1,126 1,477
22 1,365 1,846
21 1,612 2,125
20 1,810 2,356
19 1,971 2,545
18 2,105 2,701
17 2,220 2,831
16 2,322 2,943
15 2,413 3,045
14 2,494 3,139
140

Tabel 5.30 Lanjutan


PPIUG SNI 1727 :
1983 2013
Lantai Tu
Tu
Ton.m Ton.m
13 2,568 3,226
12 2,635 3,306
11 2,695 3,374
10 2,749 3,429
9 2,795 3,472
8 2,834 3,505
7 2,866 3,531
6 2,889 3,553
5 2,891 3,564
4 2,849 3,520
3 2,749 3,402
2 2,505 2,979
1 1,824 2,605

Grafik nilai gaya puntir pada balok B9 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.47 berikut ini.

Gaya Puntir B9
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 2 4
Torsi (Ton.m)

Torsi (PPIUG) Torsi (SNI)

Gambar 5.47 Gaya puntir pada balok B9


141

Nilai Momen/gaya lentur negatif di daerah tumpuan dan momen positif di


daerah lapangan pada balok B9 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan
PPIUG 1983 dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
momen berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya geser di daerah tumpuan pada balok B9 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya geser
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya puntir di daerah tumpuan pada balok B9 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya
puntir berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan
hasil nilai gaya puntir berdasarkan PPIUG 1983.
5.7.10. Balok kode B10
Gaya dalam pada balok yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan gaya puntir. Nilai gaya dalam balok B10
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
1. Momen/gaya lentur pada balok
Momen pada balok terdiri dari momen negatif dan momen positif pada
daerah tumpuan serta momen negatif dan momen positif pada daerah
lapangan. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar dari setiap
tipikal pada lantai. Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan
dan lapangan dapat dilihat pada tabel 5.31 berikut ini.
Tabel 5.31 Momen/gaya lentur pada balok B10
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu Mu. Mu. Mu Mu.
Mu neg
Mu neg Pos neg Pos Pos neg Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 2,84102 2,09925 4,39034 2,64185 1,97317 3,93186
23 7,6101 4,12424 8,44565 8,59643 4,46878 9,21873
22 7,77739 4,18357 8,43671 8,81544 4,54903 9,20834
21 7,92796 4,24572 8,43834 8,99106 4,62272 9,20907
142

Tabel 5.31 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu Mu. Mu. Mu Mu.
Mu neg
Mu neg Pos neg Pos Pos neg Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
20 8,06687 4,29846 8,435 9,1525 4,68468 9,20537
19 8,19304 4,34399 8,43054 9,29719 4,73769 9,20047
18 8,31202 4,38391 8,42435 9,42891 4,78337 9,19402
17 8,42782 4,4201 8,41665 9,55148 4,82352 9,18618
16 8,54435 4,45419 8,40736 9,67095 4,86024 9,17694
15 8,66279 4,487 8,3963 9,7923 4,8951 9,16627
14 8,78322 4,51874 8,38346 9,917 4,92887 9,15415
13 8,90622 4,54941 8,3688 10,0443 4,96169 9,14052
12 9,03246 4,57894 8,35227 10,1728 4,99322 9,12532
11 9,16293 4,60746 8,3339 10,3012 5,02271 9,10848
10 9,29713 4,63493 8,31358 10,4289 5,0497 9,08993
9 9,4344 4,66118 8,29121 10,5567 5,07426 9,06959
8 9,57446 4,68606 8,26666 10,6851 5,09666 9,04736
7 9,71661 4,70936 8,23977 10,8153 5,11754 9,02317
6 9,86051 4,73057 8,21028 10,9485 5,13722 8,99677
5 9,99952 4,74647 8,17851 11,0822 5,15361 8,96875
4 10,1238 4,75597 8,14104 11,1897 5,15999 8,93435
3 10,2188 4,75067 8,10221 11,5561 5,28638 9,25362
2 10,245 4,70404 8,05922 11,6036 5,24782 9,20889
1 10,041 4,57216 8,03271 13,1763 5,92024 11,3809

Grafik nilai momen negatif daerah tumpuan dan momen positif daerah
lapangan serta perbandingan hasil antara beban hidup berdasarkan PPIUG
1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar 5.48 dan Gambar 5.49
berikut ini.
143

Momen Negatif Tumpuan


B10
30

25

20
Lantai
15

10

0
0 5 10 15
Momen (Ton.m)

Mu - (PPIUG) Mu - (SNI)

Gambar 5.48 Momen negatif tumpuan pada balok B10

Momen Positif Lapangan B10


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10 15
Momen (Ton.m)

Momen + (PPIUG) Momen + (SNI)

Gambar 5.49 Momen positif lapangan pada balok B10


144

2. Gaya geser pada balok


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.32 berikut ini.
Tabel 5.32 Gaya geser pada balok B10
PPIUG SNI 1727 :
1983 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
24 3,928 3,553
23 8,291 9,320
22 8,300 9,325
21 8,305 9,327
20 8,312 9,331
19 8,321 9,337
18 8,331 9,345
17 8,343 9,354
16 8,356 9,365
15 8,371 9,378
14 8,388 9,392
13 8,407 9,407
12 8,427 9,425
11 8,449 9,444
10 8,474 9,465
9 8,500 9,488
8 8,529 9,513
7 8,560 9,540
6 8,593 9,568
5 8,628 9,599
4 8,665 9,632
3 8,702 10,035
2 8,742 10,070
1 8,785 12,412
145

Grafik nilai gaya geser pada balok B10 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.50 berikut ini.

Gaya Geser B10


30
25
20
Lantai

15
10
5
0
0 5 10 15
Gaya Geser (Ton)

Gaya Geser (PPIUG) Gaya Geser (SNI)

Gambar 5.50 Gaya geser pada balok B10


3. Gaya puntir pada balok
Gaya puntir pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya puntir yang
terbesar dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
puntir maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.33 berikut
ini.
Tabel 5.33 Gaya puntir pada balok B10
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
24 0,295 0,358
23 0,294 0,377
22 0,293 0,379
21 0,290 0,381
20 0,287 0,380
19 0,283 0,375
18 0,278 0,369
17 0,272 0,361
16 0,265 0,352
146

Tabel 5.33 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
15 0,257 0,341
14 0,249 0,329
13 0,239 0,316
12 0,228 0,301
11 0,216 0,285
10 0,204 0,268
9 0,190 0,249
8 0,175 0,229
7 0,159 0,207
6 0,142 0,184
5 0,123 0,159
4 0,103 0,133
3 0,083 0,106
2 0,060 0,079
1 0,037 0,037

Grafik nilai gaya puntir pada balok B10 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.51 berikut ini.

Gaya Puntir B10


30
25
20
Lantai

15
10
5
0
0 0,2 0,4 0,6
Torsi (Ton.m)

Torsi (PPIUG) Torsi (SNI)

Gambar 5.51 Gaya puntir pada balok B10


147

Nilai Momen/gaya lentur negatif di daerah tumpuan dan momen positif di


daerah lapangan pada balok B10 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan
PPIUG 1983 dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
momen berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya geser di daerah tumpuan pada balok B10 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya geser
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya puntir di daerah tumpuan pada balok B10 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya
puntir berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan
hasil nilai gaya puntir berdasarkan PPIUG 1983.
5.7.11. Balok kode B11
Gaya dalam pada balok yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan gaya puntir. Nilai gaya dalam balok B11
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
1. Momen/gaya lentur pada balok
Momen pada balok terdiri dari momen negatif dan momen positif pada
daerah tumpuan serta momen negatif dan momen positif pada daerah
lapangan. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar dari setiap
tipikal pada lantai. Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan
dan lapangan dapat dilihat pada tabel 5.34 berikut ini.
Tabel 5.34 Momen/gaya lentur pada balok B11
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu Mu Mu.
Mu neg Mu. Pos
Mu neg Pos neg Mu. Pos neg Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 4,54256 1,20886 2,90316 4,3267 0,98355 2,37002
23 8,83583 1,79298 5,79126 9,52957 1,77337 6,2707
148

Tabel 5.34 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu Mu Mu.
Mu neg Mu. Pos
Mu neg Pos neg Mu. Pos neg Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
22 8,99596 1,85255 5,7847 9,75157 1,7568 6,13781
21 9,13934 1,91754 5,78384 9,92216 1,84049 6,13793
20 9,26144 1,97113 5,77988 10,0682 1,90927 6,13465
19 9,364 2,01522 5,77493 10,1902 1,96616 6,13128
18 9,45288 2,05046 5,76875 10,294 2,01278 6,12732
17 9,53318 2,07883 5,7615 10,3838 2,05095 6,12302
16 9,60795 2,10137 5,75318 10,4643 2,08247 6,11846
15 9,67893 2,11946 5,74375 10,5394 2,1088 6,11373
14 9,74787 2,13367 5,73323 10,611 2,1308 6,10888
13 9,81455 2,14372 5,72169 10,6801 2,14887 6,10401
12 9,87857 2,14907 5,70919 10,7459 2,16267 6,09919
11 9,9384 2,14922 5,69586 10,8062 2,17135 6,09452
10 9,99391 2,14417 5,6817 10,8599 2,17439 6,09011
9 10,0464 2,13404 5,66681 10,9069 2,17181 6,08608
8 10,0948 2,11862 5,65122 10,9479 2,16384 6,08258
7 10,1392 2,09789 5,63498 10,9841 2,15105 6,07975
6 10,1761 2,07087 5,61813 11,0162 2,13385 6,07778
5 10,1999 2,03398 5,60079 11,0404 2,11042 6,07688
4 10,1973 1,98276 5,58267 11,0315 2,07126 6,07753
3 10,1594 1,91373 5,56469 11,2554 2,04994 6,32001
2 10,0401 1,8038 5,54605 11,1757 1,98176 6,33048
1 9,68651 1,58463 5,52859 12,5004 2,0258 7,87007

Grafik nilai momen negatif daerah tumpuan dan momen positif daerah
lapangan serta perbandingan hasil antara beban hidup berdasarkan PPIUG
1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar 5.52 dan Gambar 5.53
berikut ini.
149

Momen Negatif Tumpuan


B11
30

25

20

Lantai
15

10

0
0 5 10 15
Momen (Ton.m)

Mu - (PPIUG) Mu - (SNI)

Gambar 5.52 Momen negatif tumpuan pada balok B11

Momen Positif Lapangan B11


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10
Momen (Ton.m)

Momen + (PPIUG) Momen + (SNI)

Gambar 5.53 Momen positif lapangan pada balok B11


150

2. Gaya geser pada balok


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.35 berikut ini.
Tabel 5.35 Gaya geser pada balok B11
PPIUG SNI 1727 :
1983 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
24 3,983 3,575
23 7,838 8,643
22 7,844 8,618
21 7,847 8,620
20 7,850 8,622
19 7,853 8,624
18 7,856 8,626
17 7,859 8,629
16 7,862 8,631
15 7,866 8,633
14 7,869 8,636
13 7,872 8,639
12 7,875 8,642
11 7,878 8,645
10 7,882 8,648
9 7,885 8,652
8 7,888 8,655
7 7,891 8,659
6 7,893 8,663
5 7,895 8,667
4 7,896 8,671
3 7,895 9,001
2 7,894 9,009
1 7,890 11,070
151

Grafik nilai gaya geser pada balok B11 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.54 berikut ini.

Gaya Geser B11


30
25
20
Lantai

15
10
5
0
0 5 10 15
Gaya Geser (Ton)

Gaya Geser (PPIUG) Gaya Geser (SNI)

Gambar 5.54 Gaya geser pada balok B11


3. Gaya puntir pada balok
Gaya puntir pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya puntir yang
terbesar dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
puntir maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.36 berikut
ini.
Tabel 5.36 Gaya puntir pada balok B11
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
24 0,430 0,365
23 0,439 0,384
22 0,435 0,394
21 0,433 0,400
20 0,428 0,399
19 0,423 0,396
18 0,416 0,390
17 0,407 0,382
16 0,398 0,373
152

Tabel 5.36 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
15 0,386 0,363
14 0,373 0,351
13 0,359 0,338
12 0,343 0,323
11 0,325 0,306
10 0,306 0,288
9 0,284 0,268
8 0,261 0,246
7 0,235 0,222
6 0,208 0,196
5 0,178 0,168
4 0,146 0,137
3 0,113 0,107
2 0,078 0,077
1 0,042 0,048

Grafik nilai gaya puntir pada balok B11 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.55 berikut ini.

Gaya Puntir B11


30
25
20
Lantai

15
10
5
0
0 0,2 0,4 0,6
Torsi (Ton.m)

Torsi (PPIUG) Torsi (SNI)

Gambar 5.55 Gaya puntir pada balok B11


153

Nilai Momen/gaya lentur negatif di daerah tumpuan dan momen positif di


daerah lapangan pada balok B11 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan
PPIUG 1983 dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
momen berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya geser di daerah tumpuan pada balok B11 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya geser
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya puntir di daerah tumpuan pada balok B11 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya
puntir berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih kecil nilainya dibandingkan dengan
hasil nilai gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
5.7.12. Balok kode B12
Gaya dalam pada balok yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan gaya puntir. Nilai gaya dalam balok B12
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
1. Momen/gaya lentur pada balok
Momen pada balok terdiri dari momen negatif dan momen positif pada
daerah tumpuan serta momen negatif dan momen positif pada daerah
lapangan. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar dari setiap
tipikal pada lantai. Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan
dan lapangan dapat dilihat pada tabel 5.37 berikut ini.
Tabel 5.37 Momen/gaya lentur pada balok B12
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu. Mu. Mu.
Mu neg Mu neg
Mu neg Pos Mu neg Pos Pos Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 14,0671 6,08455 1,64072 5,1083 11,274 4,77076 1,0661 4,76882
23 27,6429 8,87628 2,1197 9,51053 26,4636 8,14773 1,82161 9,20618
154

Tabel 5.37 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu. Mu. Mu.
Mu neg Mu neg
Mu neg Pos Mu neg Pos Pos Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
22 28,294 9,36207 2,53371 9,7323 29,3459 9,80655 2,81507 10,3888
21 29,8234 10,1572 3,12029 10,0646 31,1897 10,7767 3,50306 11,0776
20 30,9462 10,7558 3,57726 10,3203 32,4677 11,4589 4,01052 11,5637
19 31,8469 11,2286 3,94999 10,5196 33,4309 11,9666 4,40795 11,9243
18 32,559 11,5998 4,25611 10,6752 34,2014 12,3697 4,73732 12,2101
17 33,144 11,9013 4,51863 10,8004 34,8517 12,707 5,02569 12,4486
16 33,6377 12,1525 4,75153 10,9036 35,4064 12,9917 5,2827 12,6493
15 34,0633 12,3658 4,96389 10,9899 35,883 13,2332 5,51537 12,8191
14 34,4301 12,5461 5,15943 11,0615 36,2951 13,4387 5,729 12,9628
13 34,734 12,691 5,33652 11,1172 36,6479 13,6109 5,92573 13,0825
12 34,9671 12,7961 5,49213 11,1552 36,9325 13,7447 6,10224 13,1745
11 35,1232 12,858 5,62383 11,174 37,1297 13,8297 6,25111 13,2312
10 35,1984 12,8744 5,73015 11,1726 37,236 13,8638 6,37109 13,2512
9 35,1954 12,8468 5,81211 11,1516 37,2601 13,8517 6,46546 13,238
8 35,1204 12,7785 5,87216 11,1124 37,2021 13,7937 6,53427 13,1915
7 34,9676 12,6662 5,90818 11,0535 37,0533 13,6847 6,57413 13,1083
6 34,7132 12,4972 5,91108 10,9694 36,7931 13,5137 6,57709 12,9805
5 34,2666 12,2224 5,84723 10,839 36,3635 13,2484 6,51912 12,7846
4 33,5334 11,7899 5,67577 10,6394 35,3954 12,6927 6,26669 12,3814
3 32,0876 11,073 5,34621 10,2365 34,0593 11,8758 5,86475 11,8268
2 29,6834 9,74727 4,55549 9,65522 31,9104 10,6861 5,16849 10,9709
1 24,6874 6,99999 2,78384 8,45198 27,6283 8,31117 3,64121 9,26173

Grafik nilai momen negatif daerah tumpuan dan momen positif daerah
lapangan serta perbandingan hasil antara beban hidup berdasarkan PPIUG
1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar 5.56 dan Gambar 5.57
berikut ini.
155

Momen Negatif Tumpuan


B12
30

25

20

Lantai 15

10

0
0 20 40
Momen (Ton.m)

Mu - (PPIUG) Mu - (SNI)

Gambar 5.56 Momen negatif tumpuan pada balok B12

Momen Positif Lapangan B12


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10 15
Momen (Ton.m)

Momen + (PPIUG) Momen + (SNI)

Gambar 5.57 Momen positif lapangan pada balok B12


156

2. Gaya geser pada balok


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.38 berikut ini.
Tabel 5.38 Gaya geser pada balok B12
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
24 3,732 6,445
23 10,399 15,862
22 10,974 16,749
21 11,456 17,329
20 11,889 17,734
19 12,253 18,037
18 12,575 18,279
17 12,873 18,483
16 13,159 18,656
15 13,440 18,805
14 13,720 18,932
13 13,997 19,040
12 14,269 19,127
11 14,533 19,185
10 14,789 19,214
9 15,038 19,216
8 15,281 19,193
7 15,517 19,139
6 15,738 19,050
5 15,919 18,907
4 16,016 18,593
3 15,771 18,167
2 15,406 17,478
1 14,254 16,105
157

Grafik nilai gaya geser pada balok B12 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.58 berikut ini.

Gaya Geser B12


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10 15 20 25
Gaya Geser (Ton)

Gaya Geser (PPIUG) Gaya Geser (SNI)

Gambar 5.58 Gaya geser pada balok B12


3. Gaya puntir pada balok
Gaya puntir pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya puntir yang
terbesar dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
puntir maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.39 berikut
ini.
Tabel 5.39 Gaya puntir pada balok B12
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
24 0,078 0,159
23 0,061 0,151
22 0,071 0,145
21 0,075 0,140
20 0,079 0,133
19 0,083 0,126
18 0,086 0,120
158

Tabel 5.39 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
17 0,090 0,117
16 0,095 0,115
15 0,099 0,117
14 0,103 0,120
13 0,106 0,125
12 0,109 0,132
11 0,111 0,137
10 0,113 0,139
9 0,114 0,138
8 0,114 0,134
7 0,112 0,128
6 0,109 0,119
5 0,104 0,109
4 0,097 0,096
3 0,087 0,092
2 0,073 0,103
1 0,052 0,102

Grafik nilai gaya puntir pada balok B12 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.59 berikut ini.
159

Gaya Puntir B12


30
25
20

Lantai
15
10
5
0
0 0,1 0,2
Torsi (Ton.m)

Torsi (PPIUG) Torsi (SNI)

Gambar 5.59 Gaya puntir pada balok B12

Nilai Momen/gaya lentur negatif di daerah tumpuan dan momen positif di


daerah lapangan pada balok B12 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan
PPIUG 1983 dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
momen berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya geser di daerah tumpuan pada balok B12 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya geser
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya puntir di daerah tumpuan pada balok B12 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya
puntir berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan
hasil nilai gaya puntir berdasarkan PPIUG 1983.
5.7.13. Balok kode B13
Gaya dalam pada balok yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan gaya puntir. Nilai gaya dalam balok B13
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
160

1. Momen/gaya lentur pada balok


Momen pada balok terdiri dari momen negatif dan momen positif pada
daerah tumpuan serta momen negatif dan momen positif pada daerah
lapangan. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar dari setiap
tipikal pada lantai. Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan
dan lapangan dapat dilihat pada tabel 5.40 berikut ini.
Tabel 5.40 Momen/gaya lentur pada balok B13
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu Mu. Mu. Mu Mu.
Mu neg
Mu neg Pos neg Pos Pos neg Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 1,47211 1,04162 1,91234 1,67332 1,11708 1,57964
23 2,85859 1,58677 2,77304 2,84083 1,5648 2,17567
22 3,08651 1,70888 2,82581 3,13804 1,72544 2,29064
21 3,29706 1,82968 2,88064 3,37238 1,86088 2,38914
20 3,48664 1,93624 2,92819 3,58609 1,98137 2,47621
19 3,65352 2,02861 2,96889 3,77559 2,08693 2,55228
18 3,80558 2,1103 3,00399 3,94353 2,17885 2,61823
17 3,94876 2,18481 3,03513 4,09487 2,25993 2,67606
16 4,08789 2,25495 3,06358 4,23745 2,33403 2,72847
15 4,22523 2,32216 3,09004 4,37729 2,40417 2,77757
14 4,36148 2,38705 3,11479 4,51639 2,47165 2,82435
13 4,49673 2,44974 3,13789 4,65435 2,53683 2,8692
12 4,6319 2,51037 3,15928 4,78955 2,59914 2,91178
11 4,76847 2,56924 3,179 4,91934 2,65714 2,95103
10 4,90554 2,62625 3,19706 5,04344 2,71025 2,98638
9 5,04384 2,6815 3,21344 5,16291 2,75839 3,01768
8 5,18264 2,7343 3,22781 5,27866 2,80185 3,04513
7 5,31947 2,784 3,23997 5,39239 2,84196 3,06974
6 5,45443 2,82955 3,24917 5,50556 2,8794 3,092
5 5,57716 2,86395 3,25195 5,61472 2,91067 3,10911
4 5,66986 2,88244 3,24787 5,67814 2,91809 3,10936
3 5,71316 2,86763 3,2271 5,87665 2,98148 3,19528
2 5,64081 2,77062 3,16349 5,83572 2,90359 3,12923
1 5,25468 2,50881 3,02996 5,55282 2,73496 3,0057
161

Grafik nilai momen negatif daerah tumpuan dan momen positif daerah
lapangan serta perbandingan hasil antara beban hidup berdasarkan PPIUG
1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar 5.60 dan Gambar 5.61
berikut ini.

Momen Negatif Tumpuan


B13
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10
Momen (Ton.m)

Mu - (PPIUG) Mu - (SNI)

Gambar 5.60 Momen negatif tumpuan pada balok B13


162

Momen Positif Lapangan B13


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 1 2 3 4
Momen (Ton.m)

Momen + (PPIUG) Momen + (SNI)

Gambar 5.61 Momen positif lapangan pada balok B13

2. Gaya geser pada balok


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.41 berikut ini.
Tabel 5.41 Gaya geser pada balok B13
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
24 2,157 2,159
23 3,294 3,069
22 3,366 3,162
21 3,434 3,238
20 3,495 3,305
19 3,548 3,365
18 3,596 3,418
17 3,640 3,465
16 3,683 3,509
163

Tabel 5.41 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
15 3,725 3,552
14 3,766 3,594
13 3,806 3,635
12 3,846 3,675
11 3,886 3,714
10 3,926 3,750
9 3,965 3,784
8 4,004 3,816
7 4,042 3,847
6 4,079 3,878
5 4,111 3,906
4 4,134 3,921
3 4,139 4,066
2 4,104 4,042
1 3,972 3,950

Grafik nilai gaya geser pada balok B13 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.62 berikut ini.

Gaya Geser B13


30
25
20
Lantai

15
10
5
0
0 1 2 3 4 5
Gaya Geser (Ton)

Gaya Geser (PPIUG) Gaya Geser (SNI)

Gambar 5.62 Gaya geser pada balok B13


164

3. Gaya puntir pada balok


Gaya puntir pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya puntir yang
terbesar dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
puntir maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.42 berikut
ini.
Tabel 5.42 Gaya puntir pada balok B13
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
24 0,091 0,077
23 0,142 0,120
22 0,146 0,128
21 0,149 0,138
20 0,152 0,144
19 0,153 0,147
18 0,154 0,149
17 0,156 0,150
16 0,158 0,152
15 0,160 0,154
14 0,162 0,156
13 0,165 0,158
12 0,167 0,160
11 0,170 0,163
10 0,172 0,165
9 0,175 0,168
8 0,179 0,170
7 0,181 0,173
6 0,184 0,176
5 0,187 0,179
4 0,191 0,183
3 0,196 0,194
2 0,200 0,196
1 0,198 0,188
165

Grafik nilai gaya puntir pada balok B13 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.63 berikut ini.

Gaya Puntir B13


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 0,1 0,2 0,3
Torsi (Ton.m)

Torsi (PPIUG) Torsi (SNI)

Gambar 5.63 Gaya puntir pada balok B13

Nilai Momen/gaya lentur negatif di daerah tumpuan dan momen positif di


daerah lapangan pada balok B13 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan
PPIUG 1983 dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen negatif
daerah tumpuan berdasarkan SNI 1727 : 2013 berdekatan nilainya dengan hasil
nilai momen berdasarkan PPIUG 1983. Hasil nilai momen positif daerah lapangan
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
momen berdasarkan PPIUG 1983
Nilai gaya geser di daerah tumpuan pada balok B13 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya geser
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih kecil nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya puntir di daerah tumpuan pada balok B13 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya
166

puntir berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih kecil nilainya dibandingkan dengan
hasil nilai gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
5.7.14. Balok kode B14
Gaya dalam pada balok yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan gaya puntir. Nilai gaya dalam balok B14
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
1. Momen/gaya lentur pada balok
Momen pada balok terdiri dari momen negatif dan momen positif pada
daerah tumpuan serta momen negatif dan momen positif pada daerah
lapangan. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar dari setiap
tipikal pada lantai. Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan
dan lapangan dapat dilihat pada tabel 5.43 berikut ini.
Tabel 5.43 Momen/gaya lentur pada balok B14
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu. Mu. Mu.
Mu neg Mu neg
Mu neg Pos Mu neg Pos Pos Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 25,4179 17,1772 6,87325 9,51148 21,9449 14,2285 5,62498 8,29195
23 37,1161 18,2525 7,81371 13,4821 34,4227 17,0986 7,30307 12,5131
22 37,6187 18,8311 8,04045 13,6712 37,3346 20,0138 8,48266 13,5747
21 39,1503 20,3123 8,64174 14,2287 39,0419 21,6891 9,14919 14,2091
20 40,1122 21,2469 9,01783 14,582 40,1027 22,7201 9,56628 14,5965
19 40,8156 21,924 9,29454 14,8362 40,7977 23,3939 9,84011 14,8491
18 41,2906 22,3784 9,48193 15,0062 41,2855 23,8636 10,0333 15,0241
17 41,6106 22,6803 9,60898 15,1184 41,6461 24,208 10,177 15,1516
16 41,8068 22,8605 9,68781 15,1843 41,8945 24,4417 10,277 15,2369
15 41,8953 22,9347 9,72494 15,2097 42,0372 24,5713 10,336 15,2828
14 41,8797 22,9062 9,72179 15,1959 42,0811 24,6034 10,3564 15,2915
13 41,7549 22,77 9,67643 15,1409 42,0265 24,5383 10,3387 15,2632
12 41,5146 22,5198 9,58623 15,0424 41,8625 24,365 10,2784 15,1937
11 41,1501 22,1469 9,44785 14,8972 41,5669 24,0619 10,1671 15,0748
10 40,6528 21,6428 9,2579 14,702 41,1346 23,6238 10,0026 14,9045
9 40,0208 21,0054 9,01568 14,456 40,5716 23,0565 9,78738 14,685
8 39,2579 20,2385 8,72278 14,1605 39,8744 22,3566 9,52011 14,4149
7 38,3558 19,3343 8,37589 13,8126 39,0273 21,5087 9,19455 14,0886
167

Tabel 5.43 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai Mu. Mu. Mu. Mu.
Mu neg Mu neg
Mu neg Pos Mu neg Pos Pos Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
6 37,2901 18,268 7,96587 13,4027 37,9999 20,4826 8,79894 13,6944
5 35,959 16,9427 7,452 12,8948 36,724 19,2127 8,30635 13,2078
4 34,2753 15,2643 6,80314 12,2506 34,8038 17,3036 7,5644 12,477
3 31,9118 13,1962 5,98667 11,3626 32,5112 14,6864 6,54424 11,6087
2 28,4313 9,73886 4,64329 10,0376 29,3548 11,5436 5,32601 10,4042
1 21,9227 3,43591 2,08379 7,66951 23,8181 6,15137 3,15206 8,37466

Grafik nilai momen negatif daerah tumpuan dan momen positif daerah
lapangan serta perbandingan hasil antara beban hidup berdasarkan PPIUG
1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar 5.64 dan Gambar 5.65
berikut ini.

Momen Negatif Tumpuan


B14
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 20 40 60
Momen (Ton.m)

Mu - (PPIUG) Mu - (SNI)

Gambar 5.64 Momen negatif tumpuan pada balok B14


168

Momen Positif Lapangan B14


30

25

20
Lantai
15

10

0
0 5 10 15 20
Momen (Ton.m)

Momen + (PPIUG) Momen + (SNI)

Gambar 5.65 Momen positif lapangan pada balok B14

2. Gaya geser pada balok


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.44 berikut ini.
Tabel 5.44 Gaya geser pada balok B14
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
24 10,340 9,192
23 16,822 15,639
22 16,949 16,505
21 17,422 17,033
20 17,720 17,360
19 17,937 17,574
169

Tabel 5.44 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
18 18,083 17,724
17 18,181 17,834
16 18,241 17,909
15 18,267 17,952
14 18,261 17,964
13 18,221 17,945
12 18,145 17,892
11 18,030 17,799
10 17,874 17,663
9 17,676 17,486
8 17,438 17,268
7 17,156 17,003
6 16,823 16,682
5 16,408 16,284
4 15,883 15,686
3 15,056 15,030
2 13,970 14,045
1 11,963 12,338

Grafik nilai gaya geser pada balok B14 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.66 berikut ini.
170

Gaya Geser B14


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 5 10 15 20
Gaya Geser (Ton)

Gaya Geser (PPIUG) Gaya Geser (SNI)

Gambar 5.66 Gaya geser pada balok B14

3. Gaya puntir pada balok


Gaya puntir pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya puntir yang
terbesar dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
puntir maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.45 berikut
ini.
Tabel 5.45 Gaya puntir pada balok B14
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
24 0,268 0,318
23 0,157 0,170
22 0,185 0,188
21 0,190 0,197
20 0,201 0,207
19 0,211 0,217
18 0,221 0,226
17 0,231 0,235
16 0,240 0,243
15 0,248 0,252
171

Tabel 5.45 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
14 0,255 0,262
13 0,262 0,272
12 0,267 0,282
11 0,271 0,291
10 0,275 0,297
9 0,277 0,300
8 0,277 0,300
7 0,275 0,298
6 0,270 0,290
5 0,260 0,274
4 0,242 0,247
3 0,212 0,210
2 0,165 0,167
1 0,117 0,174

Grafik nilai gaya puntir pada balok B14 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.67 berikut ini.

Gaya Puntir B14


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4
Torsi (Ton.m)

Torsi (PPIUG) Torsi (SNI)

Gambar 5.67 Gaya puntir pada balok B14


172

Nilai Momen/gaya lentur negatif di daerah tumpuan dan momen positif di


daerah lapangan pada balok B14 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan
PPIUG 1983 dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen
berdasarkan SNI 1727 : 2013 berdekatan nilainya dengan hasil nilai momen
berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya geser di daerah tumpuan pada balok B14 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya geser
berdasarkan SNI 1727 : 2013 berdekatan nilainya dengan hasil nilai gaya geser
berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya puntir di daerah tumpuan pada balok B14 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya
puntir berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan
hasil nilai gaya puntir berdasarkan PPIUG 1983.
5.7.15. Balok kode B15
Gaya dalam pada balok yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan gaya puntir. Nilai gaya dalam balok B15
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
1. Momen/gaya lentur pada balok
Momen pada balok terdiri dari momen negatif dan momen positif pada
daerah tumpuan serta momen negatif dan momen positif pada daerah
lapangan. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar dari setiap
tipikal pada lantai. Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan
dan lapangan dapat dilihat pada tabel 5.46 berikut ini.
Tabel 5.46 Momen/gaya lentur pada balok B15
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai
Mu neg Mu. Pos Mu neg Mu. Pos Mu neg Mu. Pos Mu neg Mu. Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 31,4699 8,88584 0,65332 16,2823 31,3764 9,11613 0,60732 14,793
23 46,4909 10,547 0,21473 24,3505 47,656 11,376 0,21763 25,9438
22 47,8087 11,2913 0,32958 24,417 49,3145 12,269 0,42645 25,9408
173

Tabel 5.46 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai
Mu neg Mu. Pos Mu neg Mu. Pos Mu neg Mu. Pos Mu neg Mu. Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
21 49,2558 11,9661 0,88858 24,4336 51,1708 13,1627 1,09618 25,9424
20 50,4053 12,5243 1,34112 24,4551 52,6337 13,8735 1,64177 25,9487
19 51,324 12,9654 1,71131 24,4836 53,7531 14,4162 2,07552 25,9573
18 52,0724 13,3236 2,02269 24,5156 54,6254 14,8356 2,42954 25,9682
17 52,709 13,6233 2,2951 24,5422 55,3373 15,1726 2,73275 25,981
16 53,2653 13,8788 2,53968 24,565 55,9395 15,4519 3,0023 25,9956
15 53,7618 14,0994 2,76375 24,5917 56,4599 15,6869 3,24737 26,0117
14 54,2063 14,2886 2,97038 24,6188 56,9141 15,8847 3,47259 26,0294
13 54,5889 14,4431 3,1582 24,6464 57,305 16,0463 3,6789 26,0485
12 54,8972 14,5571 3,32355 24,6721 57,6204 16,1662 3,86244 26,0689
11 55,1163 14,6242 3,46253 24,694 57,8409 16,235 4,0169 26,0906
10 55,2383 14,6393 3,5715 24,7263 57,9569 16,2482 4,13984 26,1135
9 55,2595 14,6004 3,64968 24,749 57,967 16,2051 4,23214 26,1374
8 55,182 14,5078 3,69818 24,7786 57,8679 16,1037 4,29297 26,1622
7 54,9956 14,356 3,71378 24,8038 57,6504 15,9388 4,3194 26,1878
6 54,6671 14,1287 3,68546 24,8288 57,2943 15,6996 4,3042 26,2138
5 54,1231 13,7913 3,58646 24,857 56,7226 15,3492 4,22018 26,2406
4 53,1507 13,2327 3,33593 24,8556 55,7079 14,7688 3,97854 26,2594
3 51,4004 12,3808 2,93682 24,7535 54,5296 13,8604 3,57919 26,8014
2 48,8215 11,0159 2,10382 24,7255 55,6569 12,3637 2,71841 30,9391
1 43,4557 8,46266 0,24837 24,8029 45,9246 9,63095 0,69532 26,9474

Grafik nilai momen negatif daerah tumpuan dan momen positif daerah
lapangan serta perbandingan hasil antara beban hidup berdasarkan PPIUG
1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar 5.68 dan Gambar 5.69
berikut ini.
174

Momen Negatif Tumpuan


B15
30

25

20

Lantai 15

10

0
0 50 100
Momen (Ton.m)

Mu - (PPIUG) Mu - (SNI)

Gambar 5.68 Momen negatif tumpuan pada balok B15

Momen Positif Lapangan B15


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 10 20 30 40
Momen (Ton.m)

Momen + (PPIUG) Momen + (SNI)

Gambar 5.69 Momen positif lapangan pada balok B15


175

2. Gaya geser pada balok


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.47 berikut ini.
Tabel 5.47 Gaya geser pada balok B15
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
24 14,730 14,539
23 24,403 24,614
22 24,722 25,004
21 25,097 25,483
20 25,397 25,859
19 25,636 26,148
18 25,831 26,373
17 25,998 26,559
16 26,145 26,717
15 26,279 26,854
14 26,402 26,977
13 26,509 27,083
12 26,599 27,172
11 26,665 27,237
10 26,708 27,276
9 26,725 27,287
8 26,717 27,271
7 26,683 27,225
6 26,612 27,144
5 26,487 27,007
4 26,248 26,756
3 25,660 26,589
2 25,001 28,658
1 23,644 24,404
176

Grafik nilai gaya geser pada balok B15 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.70 berikut ini.

Gaya Geser B15


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 10 20 30 40
Gaya Geser (Ton)

Gaya Geser (PPIUG) Gaya Geser (SNI)

Gambar 5.70 Gaya geser pada balok B15


3. Gaya puntir pada balok
Gaya puntir pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya puntir yang
terbesar dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
puntir maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.48 berikut
ini.
Tabel 5.48 Gaya puntir pada balok B15
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
24 1,747 1,708
23 2,193 2,259
22 2,393 2,595
21 2,634 2,865
20 2,813 3,074
19 2,954 3,238
18 3,063 3,366
17 3,150 3,466
177

Tabel 5.48 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
16 3,221 3,546
15 3,279 3,613
14 3,326 3,670
13 3,361 3,718
12 3,385 3,754
11 3,399 3,775
10 3,402 3,779
9 3,394 3,768
8 3,376 3,743
7 3,347 3,708
6 3,306 3,665
5 3,239 3,608
4 3,123 3,491
3 2,946 3,318
2 2,619 3,025
1 1,875 2,396

Grafik nilai gaya puntir pada balok B15 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.71 berikut ini.

Gaya Puntir B15


30
25
20
Lantai

15
10
5
0
0 1 2 3 4
Torsi (Ton.m)

Torsi (PPIUG) Torsi (SNI)

Gambar 5.71 Gaya puntir pada balok B15


178

Nilai Momen/gaya lentur negatif di daerah tumpuan dan momen positif di


daerah lapangan pada balok B15 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan
PPIUG 1983 dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
momen berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya geser di daerah tumpuan pada balok B15 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya geser
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya puntir di daerah tumpuan pada balok B15 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya
puntir berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan
hasil nilai gaya puntir berdasarkan PPIUG 1983.
5.7.16. Balok kode B16
Gaya dalam pada balok yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan gaya puntir. Nilai gaya dalam balok B16
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
1. Momen/gaya lentur pada balok
Momen pada balok terdiri dari momen negatif dan momen positif pada
daerah tumpuan serta momen negatif dan momen positif pada daerah
lapangan. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar dari setiap
tipikal pada lantai. Nilai momen negatif dan positif pada daerah tumpuan
dan lapangan dapat dilihat pada tabel 5.49 berikut ini.
Tabel 5.49 Momen/gaya lentur pada balok B16
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai
Mu neg Mu. Pos Mu neg Mu. Pos Mu neg Mu. Pos Mu neg Mu. Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 27,4006 8,66688 6,00468 14,1866 30,9478 10,994 7,98681 14,5558
23 39,9508 8,88892 5,64337 20,6067 44,2137 11,7153 8,03124 21,923
22 41,5579 9,93787 6,43837 20,9306 45,4049 12,4885 8,64854 22,14
21 43,3328 10,9312 7,30234 21,2285 46,6622 13,2119 9,26515 22,3468
179

Tabel 5.49 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Lantai
Mu neg Mu. Pos Mu neg Mu. Pos Mu neg Mu. Pos Mu neg Mu. Pos
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
20 44,8514 11,7988 8,03436 21,5021 47,7523 13,8386 9,79776 22,5325
19 46,1418 12,5286 8,65729 21,7316 48,6874 14,3722 10,2536 22,6915
18 47,2342 13,1419 9,18255 21,9306 49,5087 14,8322 10,6498 22,8388
17 48,1682 13,6605 9,62996 22,108 50,2619 15,2469 11,0102 22,9804
16 48,9738 14,101 10,0135 22,267 50,9914 15,6447 11,3585 23,122
15 49,6685 14,4746 10,3424 22,4102 51,7085 16,0322 11,7003 23,2676
14 50,2679 14,7892 10,6238 22,5424 52,3871 16,3963 12,0243 23,4066
13 50,7769 15,0486 10,8606 22,6616 53,0032 16,7225 12,3183 23,5365
12 51,1986 15,2542 11,0542 22,7684 53,5515 17,0058 12,5783 23,6585
11 51,5364 15,4071 11,2057 22,8662 54,0252 17,2404 12,7998 23,7716
10 51,7918 15,5079 11,3156 22,9554 54,4018 17,4119 12,971 23,8755
9 51,9603 15,5538 11,3816 23,0344 54,6608 17,5093 13,0823 23,9649
8 52,028 15,5368 11,3973 23,1015 54,7911 17,5267 13,1291 24,0393
7 51,9724 15,4436 11,3514 23,1536 54,7613 17,4465 13,0964 24,0936
6 51,7409 15,2435 11,2186 23,1817 54,4766 17,215 12,9391 24,1085
5 51,2047 14,8627 10,9357 23,1646 53,751 16,7242 12,5665 24,0548
4 50,0542 14,1199 10,3552 23,0446 52,2392 15,7734 11,8131 23,8666
3 47,9692 12,965 9,46942 22,7216 50,0061 14,1492 10,4846 23,769
2 44,74 11,0012 7,88462 22,2423 45,657 11,5423 8,35345 23,1006
1 38,1279 7,20972 4,61563 21,2861 37,9289 7,10403 4,53269 21,9687

Grafik nilai momen negatif daerah tumpuan dan momen positif daerah
lapangan serta perbandingan hasil antara beban hidup berdasarkan PPIUG
1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar 5.72 dan Gambar 5.73
berikut ini.
180

Momen Negatif Tumpuan B16


30

25

20

Lantai 15

10

0
0 20 40 60
Momen (Ton.m)

Mu - (PPIUG) Mu - (SNI)

Gambar 5.72 Momen negatif tumpuan pada balok B16

Momen Positif Lapangan B16


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 10 20 30
Momen (Ton.m)

Momen + (PPIUG) Momen + (SNI)

Gambar 5.73 Momen positif lapangan pada balok B16


181

2. Gaya geser pada balok


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.50 berikut ini.
Tabel 5.50 Gaya geser pada balok B16
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu Vu
Ton Ton
24 12,712 13,540
23 21,296 22,200
22 21,723 22,496
21 22,223 22,848
20 22,656 23,155
19 23,022 23,418
18 23,333 23,650
17 23,601 23,865
16 23,832 24,074
15 24,033 24,280
14 24,208 24,474
13 24,357 24,651
12 24,483 24,809
11 24,585 24,947
10 24,665 25,060
9 24,721 25,140
8 24,750 25,185
7 24,744 25,187
6 24,690 25,116
5 24,551 24,923
4 24,238 24,506
3 23,523 24,005
2 22,620 22,788
1 20,784 20,644
182

Grafik nilai gaya geser pada balok B16 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.74 berikut ini.

Gaya Geser B16


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 10 20 30
Gaya Geser (Ton)

Gaya Geser (PPIUG) Gaya Geser (SNI)

Gambar 5.74 Gaya geser pada balok B16


3. Gaya puntir pada balok
Gaya puntir pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya puntir yang
terbesar dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
puntir maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.51 berikut
ini.
Tabel 5.51 Gaya puntir pada balok B16
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
24 1,856 1,464
23 2,643 2,401
22 2,779 2,930
21 3,070 3,272
20 3,286 3,514
19 3,461 3,701
18 3,603 3,853
183

Tabel 5.51 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Tu Tu
Ton.m Ton.m
17 3,719 3,981
16 3,815 4,089
15 3,895 4,178
14 3,961 4,254
13 4,014 4,316
12 4,052 4,364
11 4,074 4,396
10 4,080 4,410
9 4,070 4,406
8 4,044 4,384
7 4,000 4,342
6 3,931 4,273
5 3,820 4,166
4 3,645 3,950
3 3,365 3,610
2 2,849 3,134
1 1,834 2,247

Grafik nilai gaya puntir pada balok B16 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.75 berikut ini.

Gaya Puntir B16


30
25
20
Lantai

15
10
5
0
0 2 4 6
Torsi (Ton.m)

Torsi (PPIUG) Torsi (SNI)

Gambar 5.75 Gaya puntir pada balok B16


184

Nilai Momen/gaya lentur negatif di daerah tumpuan dan momen positif di


daerah lapangan pada balok B16 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan
PPIUG 1983 dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
momen berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya geser di daerah tumpuan pada balok B16 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya geser
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya puntir di daerah tumpuan pada balok B16 memiliki perbedaan
hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya
puntir berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan
hasil nilai gaya puntir berdasarkan PPIUG 1983.

5.8. Gaya Dalam Kolom


kolom pada suatu gedung menghasilkan reaksi apabila diberi beban berupa
gaya – gaya dalam. Gaya dalam kolom terdiri dari Momen, gaya geser, gaya
puntir dan gaya aksial. Gaya yang tidak terlalu dominan dan biasanya diabaikan
adalah gaya puntir karena nilainya yang kecil. Nilai momen/gaya lentur terbesar
terletak pada ujung – ujung batang kolom dan gaya geser bekerja sepanjang
batang kolom dengan nilai yang sama. kolom pada obyek gedung Amartha View
terdiri dari 12 tipikal balok. Nilai gaya dalam kolom ditampilkan dalam bentuk
tabel dan grafik sebagaimana berikut ini.
5.8.1. Kolom kode K1
Gaya dalam pada kolom yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan aksial. Nilai gaya dalam kolom K1
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
1. Momen/gaya lentur pada kolom
Momen pada kolom terdiri dari arah sumbu x dan arah sumbu y pada
daerah tepi kolom. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar
185

dari setiap tipikal pada lantai. Nilai momen yang terbesar dari daerah tepi
kolom dapat dilihat pada tabel 5.52 berikut ini.
Tabel 5.52 Momen/gaya lentur pada kolom K1
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Mu-x Mu-y Mu-x Mu-y
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 27,8193 17,3797 31,0855 15,3959
23 28,7774 16,1494 46,7016 15,9001
22 27,4743 17,8431 49,072 17,1693
21 28,6743 18,724 48,2069 18,3604
20 31,4023 19,3847 48,7143 19,2245
19 33,5208 19,7868 49,61 19,8428
18 34,9664 20,0383 49,9604 20,2531
17 36,058 20,1632 49,9515 20,4802
16 36,8483 20,2338 49,8314 20,6114
15 37,193 20,2781 49,4725 20,683
14 37,5811 20,2837 48,5777 20,7194
13 38,0608 20,2294 47,4131 20,723
12 38,7735 20,1248 46,8518 20,7037
11 40,106 19,9528 46,9611 20,6171
10 42,131 19,7244 47,3084 20,4595
9 44,1006 19,4508 47,9025 20,2259
8 46,2998 19,1281 48,9274 19,9173
7 49,3607 18,7663 50,2105 19,566
6 52,7135 18,4427 50,9148 19,1959
5 58,3894 18,0516 51,9588 19,2515
4 65,3295 17,4644 59,4666 18,0568
3 98,3738 17,2049 101,027 18,9869
2 193,042 18,661 197,814 19,7479
1 369,928 20,7618 338,062 29,0015

Grafik nilai momen kolom serta perbandingan hasil antara beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar
5.76 dan Gambar 5.77 berikut ini.
186

Momen arah x K1
30

25

20
Lantai
15

10

0
0 100 200 300 400
Momen (Ton.m)

Momen x (PPIUG) Momen x (SNI)

Gambar 5.76 Momen kolom arah sumbu x pada kolom K1

Momen arah y K1
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 10 20 30 40
Momen (Ton.m)

Momen y (PPIUG) Momen y (SNI)

Gambar 5.77 Momen kolom arah sumbu y pada kolom K1


187

2. Gaya geser pada kolom


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 53. berikut ini.
Tabel 5.53 Gaya geser pada balok K1
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu-x Vu-y Vu-x Vu-y
Ton Ton Ton Ton
24 24,021 12,6697 19,8231 11,0974
23 15,1383 10,6354 17,6082 10,8333
22 17,0535 11,9478 16,3123 11,5745
21 17,7497 12,295 16,5971 12,1964
20 17,7249 12,6196 16,6532 12,6223
19 17,5844 12,8052 16,69 12,9149
18 17,696 12,9258 16,9333 13,1002
17 17,7871 12,9942 17,2651 13,2085
16 17,8016 13,0394 17,5252 13,2864
15 17,9502 13,0673 17,7041 13,3362
14 18,0962 13,0668 17,8738 13,3671
13 18,2147 13,0287 18,1486 13,374
12 18,2897 12,9568 18,3656 13,3485
11 18,3823 12,8432 18,3935 13,2707
10 18,3109 12,6929 18,3897 13,1512
9 18,2063 12,5126 18,4472 12,9878
8 18,2961 12,3036 18,5014 12,7907
7 18,4108 12,0727 18,566 12,5824
6 18,8083 11,8391 18,8687 12,3579
5 20,5504 11,5136 20,1495 12,2508
4 20,7339 11,5848 23,5592 12,0158
3 27,6436 11,0718 32,9211 12,2752
2 44,3438 10,7067 46,56 11,9954
1 67,2175 8,8274 55,2822 12,5577

Grafik nilai gaya geser pada kolom K1 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.78 Dan Gambar 5.79 berikut ini.
188

Gaya Geser arah x K1


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 20 40 60 80
Gaya Geser (Ton)

Geser x (PPIUG) Geser x (SNI)

Gambar 5.78 Gaya geser arah sumbu x pada kolom K1

Gaya Geser arah y K2


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10 15 20
Gaya Geser (Ton)

Geser y (PPIUG) Geser y (SNI)

Gambar 5.79 Gaya geser arah sumbu y pada kolom K1


3. Gaya aksial pada kolom
Gaya aksial pada kolom memiliki nilai yang merata pada setiap bagian
kolom. Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya aksial yang
189

terbesar dari setiap tipikal kolom yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
aksial maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 54. berikut
ini.
Tabel 5.54 Gaya aksial pada kolom K1
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Pu Pu
Ton Ton
24 35,8965878 36,0165
23 80,8675266 80,7203
22 126,273217 125,8933
21 172,528825 171,5673
20 219,112088 217,6583
19 265,921814 264,0344
18 312,8796 310,5735
17 359,702623 357,2075
16 406,608997 403,9134
15 453,750292 450,6909
14 501,126531 497,5478
13 548,296798 544,4879
12 595,474024 591,4994
11 642,263173 638,5478
10 688,633126 685,579
9 735,056949 732,5286
8 781,305298 779,3244
7 827,523673 825,8804
6 873,685123 872,0799
5 918,823277 917,7406
4 961,916694 962,0387
3 1003,36342 1005,0654
2 1043,19095 1047,5206
1 1078,16296 1082,5013

Grafik nilai gaya aksial pada kolom K1 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.80 berikut ini.
190

Gaya Aksial K1
30

25

20

Lantai 15

10

0
0 500 1000 1500
Gaya Aksial (Ton)

Gaya Aksial (PPIUG) Gaya Aksial (SNI)

Gambar 5.80 Gaya aksial pada kolom K1

Nilai Momen/gaya lentur arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja
pada kolom K1 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dengan
pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen berdasarkan SNI 1727 : 2013
lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai momen berdasarkan PPIUG
1983.
Nilai gaya geser arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja pada kolom
K1 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 :
2013. Hasil nilai gaya geser berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya
dibandingkan dengan hasil nilai gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya aksial pada kolom K1 memiliki perbedaan hasil antara
pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya aksial
berdasarkan SNI 1727 : 2013 berdekatan nilainya dengan hasil nilai gaya aksial
berdasarkan PPIUG 1983.
5.8.2. Kolom kode K2
Gaya dalam pada kolom yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan aksial. Nilai gaya dalam kolom K2
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
191

1. Momen/gaya lentur pada kolom


Momen pada kolom terdiri dari arah sumbu x dan arah sumbu y pada
daerah tepi kolom. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar
dari setiap tipikal pada lantai. Nilai momen yang terbesar dari daerah tepi
kolom dapat dilihat pada tabel 5.55 berikut ini.
Tabel 5.55 Momen/gaya lentur pada kolom K2
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Mu-x Mu-y Mu-x Mu-y
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 27,6024 19,9225 24,7907 18,6693
23 25,1835 19,3587 28,3206 19,8497
22 26,4996 20,8345 29,146 21,218
21 28,8849 21,7134 30,322 22,3155
20 31,0609 22,3464 31,8548 23,1202
19 32,4174 22,759 33,0345 23,702
18 33,3202 23,0313 33,8857 24,0985
17 33,9854 23,1917 34,6312 24,3419
16 34,5338 23,2984 35,3599 24,5047
15 35,0316 23,3743 36,0593 24,6149
14 35,5993 23,4109 36,7141 24,6877
13 36,1941 23,383 37,4133 24,7198
12 36,822 23,2991 38,2499 24,7075
11 37,4816 23,1442 39,0997 24,6195
10 38,1129 22,9278 39,8454 24,4562
9 38,6255 22,6655 40,5342 24,216
8 39,142 22,3541 41,2341 23,9078
7 39,8437 21,9977 42,0012 23,5534
6 40,8613 21,67 42,9434 23,2078
5 43,084 21,0737 44,7067 22,8878
4 44,2714 20,5931 47,5588 22,0279
3 50,9443 19,7973 57,6263 22,4392
2 69,6838 20,4242 78,0992 22,754
1 108,482 16,0774 106,268 21,9313

Grafik nilai momen kolom serta perbandingan hasil antara beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar
5.81 dan Gambar 5.82 berikut ini.
192

Momen arah x K2
30

25

20

Lantai 15

10

0
0 50 100 150
Momen (Ton.m)

Momen x (PPIUG) Momen x (SNI)

Gambar 5.81 Momen kolom arah sumbu x pada kolom K2

Momen arah y K2
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 10 20 30
Momen (Ton.m)

Momen y (PPIUG) Momen y (SNI)

Gambar 5.82 Momen kolom arah sumbu y pada kolom K2


193

2. Gaya geser pada kolom


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.56 berikut ini.
Tabel 5.56 Gaya geser pada balok K2
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu-x Vu-y Vu-x Vu-y
Ton Ton Ton Ton
24 17,4507 13,7016 18,0302 12,7492
23 15,3515 12,548 16,7235 13,1005
22 17,8526 13,6143 18,3072 13,8971
21 19,063 14,0632 19,4658 14,5099
20 19,896 14,4109 20,3116 14,9544
19 20,5117 14,6343 21,0127 15,2716
18 21,0931 14,7855 21,6879 15,4846
17 21,6326 14,8801 22,3575 15,6215
16 22,1552 14,9473 23,0054 15,7227
15 22,7012 14,9951 23,6303 15,7955
14 23,2373 15,0164 24,2383 15,845
13 23,7352 14,9963 24,8322 15,866
12 24,188 14,9401 25,3719 15,8501
11 24,5779 14,8397 25,8289 15,7823
10 24,8861 14,7002 26,2273 15,6685
9 25,1582 14,5313 26,5879 15,5091
8 25,4278 14,3322 26,9107 15,3138
7 25,6905 14,1057 27,2135 15,0978
6 25,9789 13,8733 27,5385 14,8756
5 26,4644 13,4723 27,9864 14,619
4 26,9515 13,7513 29,5132 14,7438
3 27,7289 12,9877 30,9571 14,6968
2 29,6425 12,467 32,0186 14,3806
1 31,4287 8,41139 28,166 11,3743

Grafik nilai gaya geser pada kolom K2 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.83 Dan Gambar 5.84 berikut ini.
194

Gaya Geser arah x K2


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 10 20 30 40
Gaya Geser (Ton)

Geser x (PPIUG) Geser x (SNI)

Gambar 5.83 Gaya geser arah sumbu x pada kolom K2

Gaya Geser arah y K2


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10 15 20
Gaya Geser (Ton)

Geser y (PPIUG) Geser y (SNI)

Gambar 5.84 Gaya geser arah sumbu y pada kolom K2


3. Gaya aksial pada kolom
Gaya aksial pada kolom memiliki nilai yang merata pada setiap bagian
kolom. Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya aksial yang
terbesar dari setiap tipikal kolom yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
195

aksial maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.57 berikut
ini.
Tabel 5.57 Gaya aksial pada kolom K2
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Pu Pu
Ton Ton
24 23,1495248 20,873
23 63,501195 60,319
22 104,126219 100,2677
21 145,230852 140,9076
20 186,262591 182,0141
19 227,127772 223,333
18 267,813984 264,6787
17 308,155512 305,9553
16 348,43959 347,1497
15 388,917084 388,3151
14 429,710884 429,5576
13 470,566053 471,0263
12 511,797447 512,8872
11 553,202407 555,2896
10 594,878139 598,3405
9 637,337458 642,1019
8 680,47546 686,6082
7 724,521387 731,8911
6 769,592128 777,9958
5 815,037774 824,9776
4 860,385355 872,5264
3 906,033806 920,9116
2 953,013348 972,6028
1 999,387393 1020,689

Grafik nilai gaya aksial pada kolom K2 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.85 berikut ini.
196

Gaya Aksial K2
30

25

20

Lantai
15

10

0
0 500 1000 1500
Gaya Aksial (Ton)

Gaya Aksial (PPIUG) Gaya Aksial (SNI)

Gambar 5.85 Gaya aksial pada kolom K2

Nilai Momen/gaya lentur arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja
pada kolom K2 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dengan
pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen berdasarkan SNI 1727 : 2013
lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai momen berdasarkan PPIUG
1983.
Nilai gaya geser arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja pada kolom
K2 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 :
2013. Hasil nilai gaya geser berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya
dibandingkan dengan hasil nilai gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya aksial pada kolom K2 memiliki perbedaan hasil antara
pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya aksial
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya aksial berdasarkan PPIUG 1983.
5.8.3. Kolom kode K3
Gaya dalam pada kolom yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan aksial. Nilai gaya dalam kolom K3
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
197

1. Momen/gaya lentur pada kolom


Momen pada kolom terdiri dari arah sumbu x dan arah sumbu y pada
daerah tepi kolom. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar
dari setiap tipikal pada lantai. Nilai momen yang terbesar dari daerah tepi
kolom dapat dilihat pada tabel 5.58 berikut ini.
Tabel 5.58 Momen/gaya lentur pada kolom K3
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Mu-x Mu-y Mu-x Mu-y
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 20,5193 13,1261 16,9623 11,8097
23 18,7454 12,9404 16,6847 13,0437
22 19,3357 14,225 17,3625 14,2956
21 20,7783 15,0709 19,4167 15,2524
20 22,2532 15,7147 21,7178 15,9775
19 23,2425 16,1804 23,3958 16,5431
18 23,9338 16,5303 24,4481 16,9779
17 24,4383 16,791 25,1424 17,3
16 24,8425 17,0071 25,6626 17,5617
15 25,1769 17,1957 26,0749 17,7858
14 25,5399 17,3524 26,3988 17,9838
13 25,9074 17,4611 26,7184 18,151
12 26,2975 17,5303 27,1548 18,2853
11 26,7258 17,5497 27,6462 18,362
10 27,1707 17,5267 28,0929 18,3817
9 27,5435 17,4728 28,5044 18,3448
8 27,9133 17,3862 28,9181 18,2595
7 28,4163 17,2704 29,3686 18,1434
6 29,0892 17,1814 29,8816 18,0408
5 30,5662 16,8712 30,9956 17,9628
4 31,4848 16,6266 32,8698 17,4234
3 36,4594 16,1193 41,0318 18,0433
2 51,455 16,5238 57,0953 18,186
1 79,9113 13,311 81,0828 18,1197

Grafik nilai momen kolom serta perbandingan hasil antara beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar
5.86 dan Gambar 5.87 berikut ini.
198

Momen arah x K3
30

25

20

Lantai 15

10

0
0 50 100
Momen (Ton.m)

Momen x (PPIUG) Momen x (SNI)

Gambar 5.86 Momen kolom arah sumbu x pada kolom K3

Momen arah y K3
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10 15 20
Momen (Ton.m)

Momen y (PPIUG) Momen y (SNI)

Gambar 5.87 Momen kolom arah sumbu y pada kolom K3


199

2. Gaya geser pada kolom


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.59 berikut ini.
Tabel 5.59 Gaya geser pada balok K3
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu-x Vu-y Vu-x Vu-y
Ton Ton Ton Ton
24 11,9413 9,1212 11,6283 8,2857
23 11,2876 8,45433 10,625 8,6988
22 12,7788 9,36023 12,4325 9,4234
21 13,367 9,81539 13,6804 9,9586
20 13,7779 10,1793 14,332 10,3716
19 14,0633 10,4424 14,6981 10,6948
18 14,333 10,6447 14,9673 10,9429
17 14,5701 10,8011 15,2128 11,1326
16 14,7964 10,934 15,4483 11,2952
15 15,0381 11,0502 15,6769 11,4373
14 15,2702 11,1457 15,9009 11,5626
13 15,4801 11,2107 16,1244 11,6661
12 15,6614 11,2507 16,3209 11,7425
11 15,8058 11,2597 16,4698 11,7792
10 15,8994 11,2415 16,5819 11,7812
9 15,9655 11,2031 16,6642 11,7495
8 16,0247 11,1439 16,7154 11,6919
7 16,0738 11,0656 16,7511 11,6205
6 16,1355 10,9822 16,8073 11,5473
5 16,4113 10,755 17,0288 11,446
4 16,6653 11,0503 17,9093 11,6182
3 17,41 10,4953 19,4849 11,7223
2 19,685 9,99458 21,4461 11,4185
1 22,0942 6,74863 20,6601 9,1178

Grafik nilai gaya geser pada kolom K3 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.88 Dan Gambar 5.89 berikut ini.
200

Gaya Geser arah x K3


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 10 20 30
Gaya Geser (Ton)

Geser x (PPIUG) Geser x (SNI)

Gambar 5.88 Gaya geser arah sumbu x pada kolom K3

Gaya Geser arah y K3


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10 15
Gaya Geser (Ton)

Geser y (PPIUG) Geser y (SNI)

Gambar 5.89 Gaya geser arah sumbu y pada kolom K3


3. Gaya aksial pada kolom
Gaya aksial pada kolom memiliki nilai yang merata pada setiap bagian
kolom. Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya aksial yang
201

terbesar dari setiap tipikal kolom yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
aksial maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.61 berikut
ini.
Tabel 5.61 Gaya aksial pada kolom K3
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Pu Pu
Ton Ton
24 25,491893 24,7917
23 62,2236307 60,68
22 99,4820083 97,1513
21 137,349741 134,2844
20 175,364688 171,8992
19 213,459888 209,8079
18 251,608534 247,8671
17 289,605733 285,9871
16 327,637672 324,1175
15 365,829782 362,2334
14 404,178877 400,3263
13 442,325731 438,3971
12 480,44436 476,4475
11 518,226099 514,4708
10 555,6612 552,4478
9 593,151078 590,3488
8 630,535079 628,1381
7 667,962387 665,7763
6 705,46036 703,2174
5 742,338483 740,395
4 778,061901 776,9145
3 812,968194 813,0183
2 847,675989 850,7208
1 880,597136 883,7266

Grafik nilai gaya aksial pada kolom K3 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.90 berikut ini.
202

Gaya Aksial K3
30

25

20

Lantai
15

10

0
0 200 400 600 800 1000
Gaya Aksial (Ton)

Gaya Aksial (PPIUG) Gaya Aksial (SNI)

Gambar 5.90 Gaya aksial pada kolom K3

Nilai Momen/gaya lentur arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja
pada kolom K3 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dengan
pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen berdasarkan SNI 1727 : 2013
lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai momen berdasarkan PPIUG
1983.
Nilai gaya geser arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja pada kolom
K3 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 :
2013. Hasil nilai gaya geser berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya
dibandingkan dengan hasil nilai gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya aksial pada kolom K3 memiliki perbedaan hasil antara
pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya aksial
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya aksial berdasarkan PPIUG 1983.
5.8.4. Kolom kode K4
Gaya dalam pada kolom yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan aksial. Nilai gaya dalam kolom K4
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
203

1. Momen/gaya lentur pada kolom


Momen pada kolom terdiri dari arah sumbu x dan arah sumbu y pada
daerah tepi kolom. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar
dari setiap tipikal pada lantai. Nilai momen yang terbesar dari daerah tepi
kolom dapat dilihat pada tabel 5.62 berikut ini.
Tabel 5.62 Momen/gaya lentur pada kolom K4
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Mu-x Mu-y Mu-x Mu-y
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 32,774 14,9353 22,9888 10,4269
23 29,8084 14,3697 27,6597 12,0326
22 32,097 17,3907 31,9184 15,1826
21 34,1107 19,3666 35,4529 17,6146
20 35,7687 20,9402 38,0109 19,5441
19 36,8964 22,1032 39,614 21,0747
18 37,7606 23,0046 40,6815 22,2909
17 38,4795 23,7077 41,5671 23,2388
16 39,1167 24,3058 42,3484 24,0403
15 39,7109 24,8392 43,03 24,7517
14 40,3066 25,3037 43,6459 25,408
13 40,867 25,6796 44,2502 26,0138
12 41,3938 25,9817 44,8663 26,5731
11 41,8742 26,1947 45,4338 27,0271
10 42,2726 26,3307 45,9067 27,3786
9 42,6027 26,4037 46,3345 27,6229
8 42,914 26,4088 46,7642 27,7729
7 43,2629 26,3657 47,2181 27,8824
6 43,8062 26,3624 47,8354 27,9929
5 44,4929 26,2062 48,6951 28,5579
4 44,7987 25,7213 49,66 27,5302
3 46,4063 25,6063 52,0142 27,9264
2 53,7955 26,3786 60,9383 29,1651
1 57,9774 29,162 63,0929 41,3109

Grafik nilai momen kolom serta perbandingan hasil antara beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar
5.91 dan Gambar 5.92 berikut ini.
204

Momen arah x K4
30

25

20

Lantai
15

10

0
0 20 40 60 80
Momen (Ton.m)

Momen x (PPIUG) Momen x (SNI)

Gambar 5.91 Momen kolom arah sumbu x pada kolom K4

Momen arah y K4
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 20 40 60
Momen (Ton.m)

Momen y (PPIUG) Momen y (SNI)

Gambar 5.92 Momen kolom arah sumbu y pada kolom K4


205

2. Gaya geser pada kolom


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.63 berikut ini.
Tabel 5.63 Gaya geser pada balok K4
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu-x Vu-y Vu-x Vu-y
Ton Ton Ton Ton
24 22,8236 11,7323 17,7764 8,6356
23 19,3909 9,79023 20,3167 8,6451
22 21,7322 11,9844 22,5984 10,702
21 22,718 12,9787 24,1808 12,0014
20 23,5249 13,8426 25,2279 13,0684
19 24,1109 14,4764 25,9446 13,9105
18 24,6313 14,9827 26,5501 14,5828
17 25,0917 15,3943 27,1052 15,1255
16 25,5232 15,7541 27,6044 15,6085
15 25,9505 16,0765 28,0622 16,0469
14 26,3683 16,3553 28,4986 16,4549
13 26,7417 16,5801 28,9213 16,8289
12 27,082 16,7584 29,3099 17,1566
11 27,369 16,8818 29,6442 17,4099
10 27,5934 16,9555 29,9385 17,6026
9 27,7923 16,9878 30,2153 17,7335
8 27,9776 16,9797 30,4756 17,8202
7 28,1479 16,9413 30,7164 17,8963
6 28,3309 16,889 30,9687 17,9609
5 28,3678 16,6661 31,1342 18,1269
4 29,2595 16,9785 32,4503 18,2055
3 28,7269 16,3846 32,0527 18,1714
2 28,7304 15,1842 32,0447 17,4451
1 22,9399 11,9738 24,8374 17,878

Grafik nilai gaya geser pada kolom K4 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.93 Dan Gambar 5.94 berikut ini.
206

Gaya Geser arah x K4


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 10 20 30 40
Gaya Geser (Ton)

Geser x (PPIUG) Geser x (SNI)

Gambar 5.93 Gaya geser arah sumbu x pada kolom K4

Gaya Geser arah y K4


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10 15 20
Gaya Geser (Ton)

Geser y (PPIUG) Geser y (SNI)

Gambar 5.94 Gaya geser arah sumbu y pada kolom K4


3. Gaya aksial pada kolom
Gaya aksial pada kolom memiliki nilai yang merata pada setiap bagian
kolom. Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya aksial yang
terbesar dari setiap tipikal kolom yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
207

aksial maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.64 berikut
ini.
Tabel 5.64 Gaya aksial pada kolom K4
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Pu Pu
Ton Ton
24 34,5323971 32,725
23 97,6669085 96,8365
22 160,486609 159,8566
21 223,048784 222,2442
20 285,031196 284,1663
19 346,614381 345,7212
18 407,979179 406,9781
17 468,946686 468,0145
16 529,941287 528,9411
15 591,290884 589,9137
14 653,154989 651,1384
13 715,17669 712,8738
12 777,916337 775,4252
11 841,190598 839,1218
10 905,300511 904,2787
9 971,1751 971,1658
8 1038,76738 1039,9865
7 1108,4898 1110,8695
6 1180,53658 1183,8785
5 1253,90876 1259,0168
4 1327,92651 1335,8592
3 1402,74576 1414,6184
2 1479,88065 1494,4883
1 1557,34539 1580,3431

Grafik nilai gaya aksial pada kolom K4 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.95 berikut ini.
208

Gaya Aksial K4
30

25

20
Lantai
15

10

0
0 500 1000 1500 2000
Gaya Aksial (Ton)

Gaya Aksial (PPIUG) Gaya Aksial (SNI)

Gambar 5.95 Gaya aksial pada kolom K4


Nilai Momen/gaya lentur arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja
pada kolom K4 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dengan
pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen berdasarkan SNI 1727 : 2013
lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai momen berdasarkan PPIUG
1983.
Nilai gaya geser arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja pada kolom
K4 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 :
2013. Hasil nilai gaya geser berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya
dibandingkan dengan hasil nilai gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya aksial pada kolom K4 memiliki perbedaan hasil antara
pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya aksial
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya aksial berdasarkan PPIUG 1983.
5.8.5. Kolom kode K5
Gaya dalam pada kolom yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan aksial. Nilai gaya dalam kolom K5
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
209

1. Momen/gaya lentur pada kolom


Momen pada kolom terdiri dari arah sumbu x dan arah sumbu y pada
daerah tepi kolom. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar
dari setiap tipikal pada lantai. Nilai momen yang terbesar dari daerah tepi
kolom dapat dilihat pada tabel 5.65 berikut ini.
Tabel 5.65 Momen/gaya lentur pada kolom K5
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Mu-x Mu-y Mu-x Mu-y
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 27,6583 4,92079 24,7076 2,23816
23 26,2151 6,97997 27,3816 6,61324
22 29,0442 9,29502 30,5138 9,32766
21 31,2841 11,1978 33,3061 11,6181
20 33,0213 12,662 35,4533 13,4181
19 34,2258 13,8197 36,8996 14,8703
18 35,1626 14,7779 37,9441 16,0529
17 35,9431 15,6099 38,8569 17,035
16 36,648 16,3872 39,6754 17,9226
15 37,326 17,1375 40,4269 18,7612
14 38,0062 17,8565 41,1288 19,5821
13 38,6435 18,5305 41,8128 20,3905
12 39,2385 19,171 42,4886 21,1741
11 39,7673 19,7684 43,0905 21,889
10 40,1995 20,3312 43,5904 22,5383
9 40,5614 20,8709 44,0365 23,1243
8 40,8929 21,3881 44,4556 23,6705
7 41,2358 21,8985 44,8503 24,2222
6 41,7216 22,4558 45,3968 24,8326
5 42,1757 22,7511 46,2457 25,5644
4 42,3864 23,014 45,6996 25,0937
3 43,3582 22,9678 46,5373 25,6385
2 48,9781 22,9764 54,3941 27,0863
1 49,5864 19,416 57,9704 27,6927

Grafik nilai momen kolom serta perbandingan hasil antara beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar
5.96 dan Gambar 5.97 berikut ini.
210

Momen arah x K5
30

25

20
Lantai
15

10

0
0 20 40 60 80
Momen (Ton.m)

Momen x (PPIUG) Momen x (SNI)

Gambar 5.96 Momen kolom arah sumbu x pada kolom K5

Momen arah y K5
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 10 20 30
Momen (Ton.m)

Momen y (PPIUG) Momen y (SNI)

Gambar 5.97 Momen kolom arah sumbu y pada kolom K5


211

2. Gaya geser pada kolom


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.66 berikut ini.
Tabel 5.66 Gaya geser pada balok K5
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu-x Vu-y Vu-x Vu-y
Ton Ton Ton Ton
24 19,682 3,51005 17,8573 3,1023
23 17,5828 4,90927 19,113 3,8626
22 19,8652 6,32446 21,1004 5,6717
21 20,9276 7,4436 22,4323 6,9527
20 21,7819 8,29992 23,4275 7,9886
19 22,412 8,98598 24,1483 8,8324
18 22,9644 9,56286 24,7704 9,5287
17 23,4558 10,0746 25,3436 10,1183
16 23,9218 10,558 25,8712 10,6595
15 24,3864 11,0254 26,3694 11,1707
14 24,8403 11,4725 26,8443 11,6667
13 25,2495 11,8919 27,2986 12,1463
12 25,6196 12,2899 27,7093 12,5951
11 25,9303 12,6614 28,0567 12,9895
10 26,1743 13,0103 28,3583 13,3366
9 26,3889 13,3443 28,6292 13,6389
8 26,5823 13,6652 28,8674 13,915
7 26,7506 13,9817 29,0633 14,1919
6 26,9153 14,3044 29,2615 14,487
5 26,888 14,4483 29,3611 14,7072
4 27,763 15,248 29,9222 15,3898
3 27,0763 14,9331 29,2555 15,3954
2 26,7612 14,015 29,9577 14,2409
1 20,5273 9,50876 24,3612 12,106

Grafik nilai gaya geser pada kolom K5 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.98 Dan Gambar 5.99 berikut ini.
212

Gaya Geser arah x K5


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 10 20 30 40
Gaya Geser (Ton)

Geser x (PPIUG) Geser x (SNI)

Gambar 5.98 Gaya geser arah sumbu x pada kolom K5

Gaya Geser arah y K5


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10 15 20
Gaya Geser (Ton)

Geser y (PPIUG) Geser y (SNI)

Gambar 5.99 Gaya geser arah sumbu y pada kolom K5


3. Gaya aksial pada kolom
Gaya aksial pada kolom memiliki nilai yang merata pada setiap bagian
kolom. Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya aksial yang
213

terbesar dari setiap tipikal kolom yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
aksial maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.67 berikut
ini.
Tabel 5.67 Gaya aksial pada kolom K5
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Pu Pu
Ton Ton
24 30,2444331 28,4889
23 87,0188485 85,5437
22 143,397536 142,032
21 199,415926 197,9758
20 254,786896 253,4515
19 309,672325 308,505
18 364,234166 363,1858
17 418,313749 417,562
16 472,282477 471,7176
15 526,405501 525,7472
14 580,775332 579,7649
13 635,011307 633,9276
12 689,565211 688,4612
11 744,310669 743,6986
10 799,725863 800,1337
9 857,036004 858,4073
8 916,543139 919,0406
7 978,625239 982,1571
6 1043,2774 1047,6308
5 1109,46662 1115,3087
4 1176,54895 1184,7666
3 1244,53774 1257,876
2 1314,7651 1330,6824
1 1385,23182 1407,6327

Grafik nilai gaya aksial pada kolom K5 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.100 berikut ini.
214

Gaya Aksial K5
30

25

20
Lantai
15

10

0
0 500 1000 1500
Gaya Aksial (Ton)

Gaya Aksial (PPIUG) Gaya Aksial (SNI)

Gambar 5.100 Gaya aksial pada kolom K5


Nilai Momen/gaya lentur arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja
pada kolom K5 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dengan
pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen berdasarkan SNI 1727 : 2013
lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai momen berdasarkan PPIUG
1983.
Nilai gaya geser arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja pada kolom
K5 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 :
2013. Hasil nilai gaya geser berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya
dibandingkan dengan hasil nilai gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya aksial pada kolom K5 memiliki perbedaan hasil antara
pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya aksial
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya aksial berdasarkan PPIUG 1983.
5.8.6. Kolom kode K6
Gaya dalam pada kolom yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan aksial. Nilai gaya dalam kolom K6
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
215

1. Momen/gaya lentur pada kolom


Momen pada kolom terdiri dari arah sumbu x dan arah sumbu y pada
daerah tepi kolom. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar
dari setiap tipikal pada lantai. Nilai momen yang terbesar dari daerah tepi
kolom dapat dilihat pada tabel 5.68 berikut ini.
Tabel 5.68 Momen/gaya lentur pada kolom K6
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Mu-x Mu-y Mu-x Mu-y
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 13,0337 15,7991 15,107 15,1904
23 10,9101 15,231 16,961 15,6832
22 11,1934 17,6547 18,865 18,1031
21 11,6899 19,175 20,4601 19,8621
20 12,2956 20,3286 21,6323 21,2556
19 12,6931 21,1478 22,2188 22,3265
18 12,993 21,756 22,4549 23,1355
17 13,2858 22,2089 22,6316 23,7339
16 13,5804 22,5807 22,7999 24,2138
15 13,8807 22,901 22,9252 24,6187
14 14,2311 23,1622 23,0126 24,9682
13 14,6144 23,3457 23,1082 25,2655
12 15,0202 23,4634 23,2493 25,5034
11 15,4576 23,5 23,3792 25,6386
10 15,8908 23,4632 23,4378 25,6744
9 16,2998 23,3653 23,4653 25,6121
8 16,7328 23,2042 23,5055 25,4683
7 17,2575 22,9965 23,5856 25,2836
6 17,9409 22,8064 23,7485 25,1021
5 19,1409 22,362 24,4385 25,0022
4 19,7155 21,9204 24,8615 24,1608
3 22,3671 21,3217 27,4288 23,8362
2 28,239 20,9462 33,8698 23,6117
1 44,169 18,9561 47,595 26,2359

Grafik nilai momen kolom serta perbandingan hasil antara beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar
5.101 dan Gambar 5.102 berikut ini.
216

Momen arah x K6
30

25

20

Lantai 15

10

0
0 10 20 30 40 50
Momen (Ton.m)

Momen x (PPIUG) Momen x (SNI)

Gambar 5.101 Momen kolom arah sumbu x pada kolom K6

Momen arah y K6
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 10 20 30
Momen (Ton.m)

Momen y (PPIUG) Momen y (SNI)

Gambar 5.102 Momen kolom arah sumbu y pada kolom K6


217

2. Gaya geser pada kolom


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.69 berikut ini.
Tabel 5.69 Gaya geser pada balok K6
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu-x Vu-y Vu-x Vu-y
Ton Ton Ton Ton
24 15,4088 7,25092 12,2249 11,2997
23 10,9641 6,82714 11,6945 10,3559
22 12,2007 8,37079 12,7548 12,0354
21 12,5175 9,25648 13,4452 13,0286
20 12,8021 9,95596 13,8307 13,8431
19 12,9837 10,4795 14,0504 14,4615
18 13,1654 10,8987 14,2552 14,9285
17 13,339 11,2475 14,4658 15,2825
16 13,5064 11,5618 14,6543 15,5779
15 13,6808 11,8534 14,8203 15,8315
14 13,8515 12,1169 14,9755 16,0521
13 13,9938 12,3443 15,1258 16,238
12 14,1159 12,5407 15,2529 16,3774
11 14,2055 12,6988 15,3389 16,4481
10 14,2528 12,8215 15,3967 16,4585
9 14,2809 12,9153 15,4436 16,4103
8 14,3016 12,9823 15,4778 16,3193
7 14,3167 13,032 15,5012 16,2104
6 14,3331 13,0795 15,5207 16,0932
5 14,362 12,9758 15,6153 15,9562
4 14,512 13,4262 15,9674 16,1169
3 14,424 12,9915 15,9953 15,7078
2 14,1692 12,0179 15,6966 14,7037
1 13,97 8,57943 14,971 12,6762

Grafik nilai gaya geser pada kolom K6 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.103 Dan Gambar 5.104 berikut ini.
218

Gaya Geser arah x K6


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 5 10 15 20
Gaya Geser (Ton)

Geser x (PPIUG) Geser x (SNI)

Gambar 5.103 Gaya geser arah sumbu x pada kolom K6

Gaya Geser arah y K6


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10 15 20
Gaya Geser (Ton)

Geser y (PPIUG) Geser y (SNI)

Gambar 5.104 Gaya geser arah sumbu y pada kolom K6


3. Gaya aksial pada kolom
Gaya aksial pada kolom memiliki nilai yang merata pada setiap bagian
kolom. Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya aksial yang
terbesar dari setiap tipikal kolom yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
219

aksial maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.70 berikut
ini.
Tabel 5.70 Gaya aksial pada kolom K6
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Pu Pu
Ton Ton
24 29,8999343 28,2453
23 74,0634213 69,9553
22 117,981145 112,5808
21 162,091885 155,8972
20 206,082448 199,5973
19 250,009491 243,4039
18 293,91645 287,1534
17 337,632393 330,8175
16 381,449467 374,4593
15 425,596439 418,1751
14 470,160354 462,067
13 514,811376 506,2334
12 559,824228 550,7596
11 604,893865 595,7029
10 650,049106 641,0857
9 695,787482 686,903
8 741,941702 733,1333
7 788,701047 779,7445
6 836,102878 826,6865
5 883,310092 873,8587
4 929,635217 920,746
3 975,189929 967,4612
2 1020,43195 1012,8139
1 1062,66636 1058,5475

Grafik nilai gaya aksial pada kolom K6 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.105 berikut ini.
220

Gaya Aksial K6
30

25

20

Lantai
15

10

0
0 500 1000 1500
Gaya Aksial (Ton)

Gaya Aksial (PPIUG) Gaya Aksial (SNI)

Gambar 5.105 Gaya aksial pada kolom K6

Nilai Momen/gaya lentur arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja
pada kolom K6 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dengan
pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen berdasarkan SNI 1727 : 2013
lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai momen berdasarkan PPIUG
1983.
Nilai gaya geser arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja pada kolom
K6 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 :
2013. Hasil nilai gaya geser berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya
dibandingkan dengan hasil nilai gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya aksial pada kolom K6 memiliki perbedaan hasil antara
pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya aksial
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya aksial berdasarkan PPIUG 1983.
5.8.7. Kolom kode K7
Gaya dalam pada kolom yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan aksial. Nilai gaya dalam kolom K7
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
221

1. Momen/gaya lentur pada kolom


Momen pada kolom terdiri dari arah sumbu x dan arah sumbu y pada
daerah tepi kolom. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar
dari setiap tipikal pada lantai. Nilai momen yang terbesar dari daerah tepi
kolom dapat dilihat pada tabel 5.71 berikut ini.
Tabel 5.71 Momen/gaya lentur pada kolom K7
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Mu-x Mu-y Mu-x Mu-y
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 13,6227 17,0143 11,2754 9,421
23 12,6527 15,9665 12,8478 16,2529
22 14,9535 18,5764 15,7272 19,4552
21 17,4986 20,4387 18,6734 21,7303
20 19,8305 21,9577 21,4832 23,3489
19 21,8413 23,1078 23,9341 24,5786
18 23,5985 24,027 26,0467 25,5684
17 25,1647 24,7728 27,8584 26,4229
16 26,6094 25,4103 29,439 27,1523
15 27,9656 25,9811 30,8834 27,7837
14 29,275 26,4963 32,3485 28,3359
13 30,5277 26,9255 33,8059 28,8212
12 31,7466 27,2705 35,2344 29,2321
11 32,9052 27,5074 36,6004 29,5317
10 34,0312 27,6296 37,9249 29,7181
9 35,1717 27,6626 39,2161 29,8091
8 36,3182 27,6207 40,562 29,8082
7 37,5333 27,508 42,0309 29,7054
6 39,0258 27,3817 43,7429 29,5242
5 40,9076 26,9227 45,7928 29,557
4 42,0428 26,4564 47,3761 28,0096
3 45,0344 25,7633 50,486 27,1066
2 53,913 25,0529 58,3314 26,4404
1 65,9625 24,6082 64,8169 32,8292

Grafik nilai momen kolom serta perbandingan hasil antara beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar
5.106 dan Gambar 5.107 berikut ini.
222

Momen arah x K7
30

25

20

Lantai 15

10

0
0 20 40 60 80
Momen (Ton.m)

Momen x (PPIUG) Momen x (SNI)

Gambar 5.106 Momen kolom arah sumbu x pada kolom K7

Momen arah y K7
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 10 20 30 40
Momen (Ton.m)

Momen y (PPIUG) Momen y (SNI)

Gambar 5.107 Momen kolom arah sumbu y pada kolom K7


223

2. Gaya geser pada kolom


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.72 berikut ini.
Tabel 5.72 Gaya geser pada balok K7
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu-x Vu-y Vu-x Vu-y
Ton Ton Ton Ton
24 9,60607 12,682 9,5298 8,3883
23 9,392 10,6573 10,4295 11,9484
22 11,5858 12,5701 12,5419 13,2845
21 12,9681 13,5677 14,2062 14,4513
20 14,2021 14,409 15,6601 15,309
19 15,2567 15,0456 16,8929 15,9924
18 16,2071 15,5677 17,9712 16,5677
17 17,0786 15,9978 18,9406 17,0656
16 17,896 16,3718 19,8501 17,4933
15 18,6839 16,7101 20,7462 17,8654
14 19,4536 17,0113 21,6368 18,191
13 20,1871 17,2534 22,4895 18,472
12 20,8995 17,4379 23,3033 18,6927
11 21,5747 17,5496 24,0844 18,8388
10 22,2266 17,5876 24,8318 18,9179
9 22,8641 17,5724 25,5653 18,9343
8 23,474 17,5063 26,2842 18,8868
7 24,0654 17,3819 26,9523 18,7624
6 24,6387 17,2024 27,5183 18,5586
5 25,0468 16,7647 27,8346 18,3099
4 25,8638 16,987 28,7081 17,8997
3 25,6726 15,8658 28,0486 16,9088
2 25,714 13,8554 27,0819 15,1888
1 22,0172 9,74169 21,0595 13,8894

Grafik nilai gaya geser pada kolom K7 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.108 Dan Gambar 5.109 berikut ini.
224

Gaya Geser arah x K7


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 10 20 30 40
Gaya Geser (Ton)

Geser x (PPIUG) Geser x (SNI)

Gambar 5.108 Gaya geser arah sumbu x pada kolom K7

Gaya Geser arah y K7


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10 15 20
Gaya Geser (Ton)

Geser y (PPIUG) Geser y (SNI)

Gambar 5.109 Gaya geser arah sumbu y pada kolom K7


3. Gaya aksial pada kolom
Gaya aksial pada kolom memiliki nilai yang merata pada setiap bagian
kolom. Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya aksial yang
terbesar dari setiap tipikal kolom yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
225

aksial maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.73 berikut
ini.
Tabel 5.73 Gaya aksial pada kolom K7
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Pu Pu
Ton Ton
24 36,8170106 34,507
23 104,462187 100,9453
22 172,198304 167,2209
21 240,032541 233,4687
20 307,613968 299,7751
19 375,117452 366,1916
18 442,716913 432,7661
17 510,223789 499,5414
16 578,07997 566,5714
15 646,574641 633,926
14 715,771505 701,6758
13 785,12239 769,8996
12 855,021059 838,6854
11 925,008337 908,1224
10 995,169847 978,2846
9 1066,33406 1049,2315
8 1138,32585 1121,0206
7 1211,53583 1193,7105
6 1286,14981 1267,3542
5 1361,08365 1341,9924
4 1435,7677 1417,3443
3 1510,59282 1494,1593
2 1587,58236 1571,8942
1 1665,69322 1650,4408

Grafik nilai gaya aksial pada kolom K7 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.110 berikut ini.
226

Gaya Aksial K7
30

25

20
Lantai
15

10

0
0 500 1000 1500 2000
Gaya Aksial (Ton)

Gaya Aksial (PPIUG) Gaya Aksial (SNI)

Gambar 5.110 Gaya aksial pada kolom K7


Nilai Momen/gaya lentur arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja
pada kolom K7 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dengan
pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen berdasarkan SNI 1727 : 2013
lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai momen berdasarkan PPIUG
1983.
Nilai gaya geser arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja pada kolom
K7 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 :
2013. Hasil nilai gaya geser berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya
dibandingkan dengan hasil nilai gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya aksial pada kolom K7 memiliki perbedaan hasil antara
pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya aksial
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
5.8.8. Kolom kode K8
Gaya dalam pada kolom yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan aksial. Nilai gaya dalam kolom K8
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
227

1. Momen/gaya lentur pada kolom


Momen pada kolom terdiri dari arah sumbu x dan arah sumbu y pada
daerah tepi kolom. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar
dari setiap tipikal pada lantai. Nilai momen yang terbesar dari daerah tepi
kolom dapat dilihat pada tabel 5.74 berikut ini.
Tabel 5.74 Momen/gaya lentur pada kolom K8
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Mu-x Mu-y Mu-x Mu-y
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 21,1774 16,6408 18,5218 11,8378
23 18,8851 15,6849 17,2703 16,2816
22 19,2769 17,7357 18,1314 18,7398
21 20,0337 19,1702 19,3087 20,3686
20 20,9852 20,3137 20,6452 21,5129
19 21,8334 21,1749 21,838 22,38
18 22,5466 21,858 22,8374 23,0879
17 23,1341 22,4039 23,6148 23,7013
16 23,6439 22,8627 24,1902 24,2214
15 24,0768 23,2634 24,6118 24,6607
14 24,467 23,609 25,043 25,0281
13 24,798 23,8717 25,4699 25,3312
12 25,0905 24,0545 25,8724 25,5581
11 25,3139 24,1369 26,2126 25,6865
10 25,4918 24,1151 26,5015 25,7175
9 25,6653 24,0116 26,728 25,6607
8 25,8246 23,831 26,975 25,5149
7 26,0275 23,5693 27,3332 25,2631
6 26,4462 23,2585 27,9128 24,9174
5 27,4344 22,5593 29,0591 24,4547
4 27,7574 21,9991 30,0864 23,1162
3 30,2384 20,8098 33,0683 21,7885
2 38,0226 19,1022 39,9506 20,2683
1 52,9867 15,7134 51,6274 20,6409

Grafik nilai momen kolom serta perbandingan hasil antara beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar
5.111 dan Gambar 5.112 berikut ini.
228

Momen arah x K8
30

25

20

Lantai
15

10

0
0 20 40 60
Momen (Ton.m)

Momen x (PPIUG) Momen x (SNI)

Gambar 5.111 Momen kolom arah sumbu x pada kolom K8

Momen arah y K8
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 10 20 30
Momen (Ton.m)

Momen y (PPIUG) Momen y (SNI)

Gambar 5.112 Momen kolom arah sumbu y pada kolom K8


229

2. Gaya geser pada kolom


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.75 berikut ini.
Tabel 5.75 Gaya geser pada balok K8
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu-x Vu-y Vu-x Vu-y
Ton Ton Ton Ton
24 13,7032 11,889 12,8109 12,3803
23 11,6081 10,189 11,5494 10,3843
22 13,02 11,6727 12,8845 11,2031
21 13,6389 12,4864 13,7193 11,4889
20 14,1971 13,1509 14,4045 11,7002
19 14,6374 13,6518 14,9474 11,8389
18 15,0107 14,0557 15,3882 11,9397
17 15,3283 14,3816 15,7509 12,0013
16 15,6035 14,6579 16,0653 12,0202
15 15,8501 14,9004 16,3615 12,0134
14 16,0752 15,1068 16,6428 11,9862
13 16,2576 15,2585 16,8812 11,9255
12 16,4126 15,3573 17,0763 11,8225
11 16,5227 15,3905 17,2348 11,6996
10 16,6017 15,3569 17,3494 11,5358
9 16,654 15,2729 17,4397 11,3333
8 16,6699 15,1381 17,5066 11,0971
7 16,6674 14,9451 17,5362 10,8335
6 16,6504 14,6939 17,4984 10,531
5 16,6137 14,1928 17,394 10,164
4 16,6925 14,3665 17,5749 10,1739
3 16,4896 13,2098 17,2901 9,8313
2 16,7576 11,258 16,7272 9,4624
1 16,0968 7,06634 14,8082 7,4649

Grafik nilai gaya geser pada kolom K8 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.113 Dan Gambar 5.114 berikut ini.
230

Gaya Geser arah x K8


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 5 10 15 20
Gaya Geser (Ton)

Geser x (PPIUG) Geser x (SNI)

Gambar 5.113 Gaya geser arah sumbu x pada kolom K8

Gaya Geser arah y K8


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10 15 20
Gaya Geser (Ton)

Geser y (PPIUG) Geser y (SNI)

Gambar 5.114 Gaya geser arah sumbu y pada kolom K8


3. Gaya aksial pada kolom
Gaya aksial pada kolom memiliki nilai yang merata pada setiap bagian
kolom. Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya aksial yang
231

terbesar dari setiap tipikal kolom yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
aksial maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.76 berikut
ini.
Tabel 5.76 Gaya aksial pada kolom K8
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Pu Pu
Ton Ton
24 30,5591916 30,0956
23 77,8811998 75,1276
22 125,805058 120,6733
21 174,422642 166,932
20 223,339181 213,83
19 272,562932 261,2622
18 322,118141 309,1266
17 371,766107 357,3407
16 421,747224 405,8464
15 472,211441 454,6079
14 523,136676 503,6064
13 574,039946 552,8306
12 625,134232 602,2686
11 676,017708 651,9062
10 726,688042 701,7276
9 777,689533 751,7139
8 828,833421 801,8382
7 880,330847 852,0559
6 932,223619 902,2854
5 983,590412 952,3752
4 1033,76421 1001,8058
3 1082,9462 1050,9446
2 1131,97107 1098,6677
1 1178,76421 1143,5589

Grafik nilai gaya aksial pada kolom K8 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.115 berikut ini.
232

Gaya Aksial K8
30
25
20

Lantai
15
10
5
0
0 500 1000 1500
Gaya Aksial (Ton)

Gaya Aksial (PPIUG) Gaya Aksial (SNI)

Gambar 5.115 Gaya aksial pada kolom K8


Nilai Momen/gaya lentur arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja
pada kolom K8 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dengan
pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen berdasarkan SNI 1727 : 2013
lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai momen berdasarkan PPIUG
1983.
Nilai gaya geser arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja pada kolom
K8 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 :
2013. Hasil nilai gaya geser arah sumbu x berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih
besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai gaya geser berdasarkan PPIUG
1983. Hasil nilai gaya geser arah sumbu y berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih
kecil nilainya dibandingkan dengan hasil nilai gaya geser berdasarkan PPIUG
1983.
Nilai gaya aksial pada kolom K8 memiliki perbedaan hasil antara
pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya aksial
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih kecil nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya aksial berdasarkan PPIUG 1983.
5.8.9. Kolom kode K9
Gaya dalam pada kolom yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan aksial. Nilai gaya dalam kolom K9
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
233

1. Momen/gaya lentur pada kolom


Momen pada kolom terdiri dari arah sumbu x dan arah sumbu y pada
daerah tepi kolom. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar
dari setiap tipikal pada lantai. Nilai momen yang terbesar dari daerah tepi
kolom dapat dilihat pada tabel 5.77 berikut ini.
Tabel 5.77 Momen/gaya lentur pada kolom K9
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Mu-x Mu-y Mu-x Mu-y
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 12,7729 14,7703 11,3167 7,93453
23 11,8806 14,0048 12,3057 14,3259
22 14,1308 16,5774 15,1418 17,5731
21 16,6857 18,4606 18,0767 19,8636
20 18,9683 20,0198 20,8185 21,5302
19 20,908 21,2278 23,1689 22,8183
18 22,5851 22,2187 25,1788 23,878
17 24,0674 23,0447 26,9174 24,8063
16 25,443 23,7641 28,4302 25,6109
15 26,7531 24,4148 29,8037 26,3174
14 28,0313 25,0093 31,2209 26,9457
13 29,266 25,5225 32,6367 27,5103
12 30,472 25,9589 34,0326 28,0065
11 31,6207 26,2962 35,3751 28,3999
10 32,7449 26,5261 36,6783 28,6859
9 33,8874 26,67 37,9425 28,8793
8 35,0377 26,7404 39,2507 28,9822
7 36,258 26,7411 40,6604 28,9856
6 37,7523 26,7276 42,2929 28,9122
5 39,6883 26,3921 44,1996 29,0397
4 40,7644 26,0293 45,5834 27,6289
3 43,8229 25,4608 49,145 26,854
2 53,0074 24,8457 58,8859 26,2808
1 66,3162 24,5499 68,3363 32,5728

Grafik nilai momen kolom serta perbandingan hasil antara beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar
5.116 dan Gambar 5.117 berikut ini.
234

Momen arah x K9
30

25

20

Lantai 15

10

0
0 20 40 60 80
Momen (Ton.m)

Momen x (PPIUG) Momen x (SNI)

Gambar 5.116 Momen kolom arah sumbu x pada kolom K9

Momen arah y K9
30

25

20
Lantai

15

10

0
0 10 20 30 40
Momen (Ton.m)

Momen y (PPIUG) Momen y (SNI)

Gambar 5.117 Momen kolom arah sumbu y pada kolom K9


235

2. Gaya geser pada kolom


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.78 berikut ini.
Tabel 5.78 Gaya geser pada balok K9
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu-x Vu-y Vu-x Vu-y
Ton Ton Ton Ton
24 8,67499 11,132 8,7624 7,2897
23 8,86188 9,41615 9,8121 10,6571
22 10,9646 11,2962 12,0456 12,0949
21 12,3316 12,3093 13,6846 13,2662
20 13,5154 13,1786 15,0732 14,1574
19 14,5232 13,8525 16,2434 14,8772
18 15,4279 14,4193 17,2746 15,4949
17 16,2617 14,8977 18,2065 16,0369
16 17,0537 15,3202 19,0777 16,5091
15 17,8263 15,7061 19,9438 16,9261
14 18,5855 16,0557 20,8126 17,2981
13 19,3141 16,3505 21,6464 17,6286
12 20,024 16,5931 22,4461 17,9036
11 20,6996 16,7685 23,2182 18,1091
10 21,3582 16,8743 23,9539 18,2506
9 22,006 16,9284 24,6786 18,3311
8 22,6337 16,9328 25,3915 18,3488
7 23,2529 16,8796 26,0671 18,2914
6 23,8669 16,7719 26,6685 18,1555
5 24,3566 16,4113 27,0585 17,97
4 25,1958 16,6862 28,062 17,6357
3 25,1839 15,6478 27,9531 16,7183
2 25,504 13,7066 27,9026 15,0505
1 22,3651 9,68053 22,4854 13,7174

Grafik nilai gaya geser pada kolom K9 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.118 Dan Gambar 5.119 berikut ini.
236

Gaya Geser arah x K9


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 10 20 30
Gaya Geser (Ton)

Geser x (PPIUG) Geser x (SNI)

Gambar 5.118 Gaya geser arah sumbu x pada kolom K9

Gaya Geser arah y K9


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10 15 20
Gaya Geser (Ton)

Geser y (PPIUG) Geser y (SNI)

Gambar 5.119 Gaya geser arah sumbu y pada kolom K9


3. Gaya aksial pada kolom
Gaya aksial pada kolom memiliki nilai yang merata pada setiap bagian
kolom. Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya aksial yang
terbesar dari setiap tipikal kolom yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
237

aksial maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.79 berikut
ini.
Tabel 5.79 Gaya aksial pada kolom K9
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Pu Pu
Ton Ton
24 37,3404579 34,9761
23 105,98944 102,31
22 174,657027 169,3771
21 243,426994 236,4099
20 311,914838 303,4717
19 380,300761 370,6072
18 448,766888 437,8542
17 517,126419 505,2457
16 585,814926 572,8294
15 655,09832 640,6747
14 725,00627 708,8538
13 794,961182 777,4468
12 865,356614 846,5455
11 935,730806 916,2523
10 1006,17749 986,6612
9 1077,54724 1057,8477
8 1149,66768 1129,8777
7 1222,93298 1202,8083
6 1297,54293 1276,6835
5 1372,43208 1351,534
4 1447,05521 1427,0728
3 1521,82501 1504,0597
2 1598,7802 1581,9521
1 1676,90208 1660,6509

Grafik nilai gaya aksial pada kolom K9 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.120 berikut ini.
238

Gaya Aksial K9
30

25

20
Lantai
15

10

0
0 500 1000 1500 2000
Gaya Aksial (Ton)

Gaya Aksial (PPIUG) Gaya Aksial (SNI)

Gambar 5.120 Gaya aksial pada kolom K9


Nilai Momen/gaya lentur arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja
pada kolom K9 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dengan
pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen berdasarkan SNI 1727 : 2013
lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai momen berdasarkan PPIUG
1983.
Nilai gaya geser arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja pada kolom
K9 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 :
2013. Hasil nilai gaya geser berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya
dibandingkan dengan hasil nilai gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya aksial pada kolom K9 memiliki perbedaan hasil antara
pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya aksial
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih kecil nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya aksial berdasarkan PPIUG 1983.
5.8.10. Kolom kode K10
Gaya dalam pada kolom yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan aksial. Nilai gaya dalam kolom K10
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
239

1. Momen/gaya lentur pada kolom


Momen pada kolom terdiri dari arah sumbu x dan arah sumbu y pada
daerah tepi kolom. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar
dari setiap tipikal pada lantai. Nilai momen yang terbesar dari daerah tepi
kolom dapat dilihat pada tabel 5.80 berikut ini.
Tabel 5.80 Momen/gaya lentur pada kolom K10
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Mu-x Mu-y Mu-x Mu-y
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 54,0933 21,633 31,8784 16,1985
23 57,1297 19,3374 41,5865 18,9774
22 56,5139 21,0338 44,4981 20,5815
21 55,4484 21,8005 46,2137 21,6076
20 54,8741 22,4302 48,0614 22,2227
19 54,8907 22,8035 50,3448 22,6118
18 54,8555 23,0454 53,221 22,8618
17 54,8351 23,1796 55,6473 23,05
16 55,112 23,251 56,7822 23,1686
15 55,1281 23,2777 56,6229 23,2276
14 55,079 23,2582 55,766 23,2326
13 54,982 23,169 55,129 23,186
12 54,9944 23,0186 55,2189 23,0906
11 54,8346 22,7888 55,9094 22,9192
10 54,3821 22,4742 56,6647 22,6657
9 54,1366 22,089 56,6032 22,3446
8 53,9476 21,6423 55,4591 21,9602
7 53,6151 21,1363 54,604 21,5075
6 54,7591 20,6414 58,3584 21,0007
5 63,6488 19,9056 73,5947 20,696
4 75,7058 19,3041 100,707 19,4958
3 118,2 18,5838 152,105 18,706
2 227,033 19,0606 236,695 18,7564
1 404,18 17,8693 348,97 23,1585

Grafik nilai momen kolom serta perbandingan hasil antara beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar
5.121 dan Gambar 5.122 berikut ini.
240

Momen arah x K10


30

25

20

Lantai 15

10

0
0 100 200 300 400 500
Momen (Ton.m)

Momen x (PPIUG) Momen x (SNI)

Gambar 5.121 Momen kolom arah sumbu x pada kolom K10

Momen arah y K10


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 10 20 30
Momen (Ton.m)

Momen y (PPIUG) Momen y (SNI)

Gambar 5.122 Momen kolom arah sumbu y pada kolom K10


241

2. Gaya geser pada kolom


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.81 berikut ini.
Tabel 5.81 Gaya geser pada balok K10
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu-x Vu-y Vu-x Vu-y
Ton Ton Ton Ton
24 24,3747 15,7767 15,387 12,6292
23 14,1038 12,4711 12,8115 13,1146
22 16,4433 13,9364 14,9625 13,6932
21 17,7569 14,2188 16,9971 14,1168
20 18,3436 14,5398 18,2478 14,3868
19 18,7618 14,7132 19,0676 14,5754
18 19,0147 14,8342 19,4756 14,7152
17 19,3428 14,8994 19,5944 14,8179
16 19,5377 14,9314 19,7453 14,8789
15 19,6604 14,9378 19,9891 14,9048
14 19,8872 14,9122 20,3194 14,897
13 19,9567 14,8397 20,6275 14,8553
12 20,0658 14,7245 20,8149 14,7694
11 20,0175 14,5542 20,9265 14,632
10 20,0937 14,3281 20,9814 14,4464
9 20,2261 14,0597 21,1108 14,2156
8 20,256 13,7498 21,5445 13,9392
7 20,599 13,3929 22,4919 13,6072
6 21,5889 13,0071 24,1426 13,2178
5 24,0403 12,4463 26,581 12,8253
4 24,241 12,456 29,6117 12,4304
3 32,4275 11,5079 35,336 11,6867
2 51,302 10,5814 42,8689 10,7667
1 69,486 7,59378 47,2482 10,1085

Grafik nilai gaya geser pada kolom K10 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.123 Dan Gambar 5.124 berikut ini.
242

Gaya Geser arah x K10


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 20 40 60 80
Gaya Geser (Ton)

Geser x (PPIUG) Geser x (SNI)

Gambar 5.123 Gaya geser arah sumbu x pada kolom K10

Gaya Geser arah y K10


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10 15 20
Gaya Geser (Ton)

Geser y (PPIUG) Geser y (SNI)

Gambar 5.124 Gaya geser arah sumbu y pada kolom K10


3. Gaya aksial pada kolom
Gaya aksial pada kolom memiliki nilai yang merata pada setiap bagian
kolom. Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya aksial yang
243

terbesar dari setiap tipikal kolom yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
aksial maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.82 berikut
ini.
Tabel 5.82 Gaya aksial pada kolom K10
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Pu Pu
Ton Ton
24 36,6409041 35,1756
23 84,6617667 81,0629
22 133,345069 128,0678
21 182,996065 176,0524
20 232,989463 224,8012
19 283,255493 274,1017
18 333,739938 323,7581
17 384,127828 373,607
16 434,60255 423,5206
15 485,258645 473,4043
14 536,02223 523,1921
13 586,353411 572,8365
12 636,427765 622,2951
11 685,792497 671,5203
10 734,40258 720,4561
9 782,760753 769,0371
8 830,623135 817,1847
7 878,146703 864,7977
6 925,315989 911,7281
5 971,154492 957,738
4 1014,7227 1001,9472
3 1056,57363 1044,499
2 1097,15834 1084,2868
1 1134,00741 1119,6624

Grafik nilai gaya aksial pada kolom K10 dan perbandingan hasil antara
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat
pada Gambar 5. berikut ini.
244

Gaya Aksial K10


30

25

20

Lantai 15

10

0
0 500 1000 1500
Gaya Aksial (Ton)

Gaya Aksial (PPIUG) Gaya Aksial (SNI)

Gambar 5.125 Gaya aksial pada kolom K10


Nilai Momen/gaya lentur arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja
pada kolom K10 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983
dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen berdasarkan SNI 1727 :
2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai momen berdasarkan
PPIUG 1983.
Nilai gaya geser arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja pada kolom
K10 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 :
2013. Hasil nilai gaya geser berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya
dibandingkan dengan hasil nilai gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya aksial pada kolom K10 memiliki perbedaan hasil antara
pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya aksial
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya aksial berdasarkan PPIUG 1983.
5.8.11. Kolom kode K11
Gaya dalam pada kolom yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan aksial. Nilai gaya dalam kolom K11
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
245

1. Momen/gaya lentur pada kolom


Momen pada kolom terdiri dari arah sumbu x dan arah sumbu y pada
daerah tepi kolom. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar
dari setiap tipikal pada lantai. Nilai momen yang terbesar dari daerah tepi
kolom dapat dilihat pada tabel 5.83 berikut ini.
Tabel 5.83 Momen/gaya lentur pada kolom K11
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Mu-x Mu-y Mu-x Mu-y
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 20,3692 24,5241 11,1164 20,5463
23 18,2877 22,8855 12,4473 22,9857
22 18,5033 24,3187 15,122 24,5652
21 20,3875 25,0716 18,4513 25,517
20 22,8973 25,6445 21,9774 26,1383
19 25,3028 26,0075 25,3144 26,5494
18 27,3802 26,2508 28,2852 26,8316
17 29,223 26,3889 30,6637 27,033
16 30,9238 26,4602 32,5079 27,1557
15 32,4203 26,4844 34,0391 27,2137
14 33,8083 26,4619 35,4841 27,2129
13 35,0849 26,364 36,989 27,154
12 36,2973 26,1971 38,5362 27,0306
11 37,3942 25,9397 40,0471 26,8221
10 38,4205 25,5887 41,4932 26,5259
9 39,5023 25,1645 42,8853 26,1504
8 40,6686 24,6702 44,4298 25,6962
7 42,0883 24,1 46,5481 25,1474
6 44,2264 23,514 49,8333 24,5483
5 48,3408 22,5429 55,134 23,812
4 51,2119 21,8665 61,066 22,7645
3 60,5666 20,5393 71,0467 21,4547
2 83,702 20,2394 86,8265 21,157
1 127,692 14,1399 109,937 18,1616

Grafik nilai momen kolom serta perbandingan hasil antara beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar
5.126 dan Gambar 5.127 berikut ini.
246

Momen arah x K11


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 50 100 150
Momen (Ton.m)

Momen x (PPIUG) Momen x (SNI)

Gambar 5.126 Momen kolom arah sumbu x pada kolom K11

Momen arah y K11


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 10 20 30
Momen (Ton.m)

Momen y (PPIUG) Momen y (SNI)

Gambar 5.127 Momen kolom arah sumbu y pada kolom K11


247

2. Gaya geser pada kolom


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.84 berikut ini.
Tabel 5.84 Gaya geser pada balok K11
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu-x Vu-y Vu-x Vu-y
Ton Ton Ton Ton
24 12,3468 16,9398 12,0845 14,5138
23 11,4256 14,6376 11,7063 15,229
22 14,315 15,7886 14,3338 16,0009
21 16,0114 16,16 16,4109 16,4702
20 17,4467 16,4799 18,1506 16,7974
19 18,6429 16,6766 19,6093 17,0226
18 19,6878 16,8123 20,8216 17,1867
17 20,6265 16,8877 21,8613 17,3022
16 21,4747 16,9251 22,8264 17,3717
15 22,2575 16,9353 23,7579 17,4025
14 23,0022 16,9148 24,664 17,3965
13 23,6723 16,8444 25,5226 17,3521
12 24,2978 16,7279 26,3096 17,2602
11 24,8525 16,5518 27,0347 17,1124
10 25,3694 16,3158 27,7092 16,9115
9 25,8587 16,0351 28,3622 16,6594
8 26,2984 15,7084 29,0189 16,3547
7 26,7332 15,329 29,6694 15,986
6 27,174 14,9124 30,2438 15,5661
5 27,7238 14,2678 30,6321 15,0191
4 27,9245 14,4082 31,2386 14,9232
3 28,5572 13,2281 30,2817 13,9062
2 30,1939 12,1631 28,0536 12,9574
1 30,9421 7,48943 23,3628 9,6093

Grafik nilai gaya geser pada kolom K11 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.128 Dan Gambar 5.129 berikut ini.
248

Gaya Geser arah x K11


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 10 20 30 40
Gaya Geser (Ton)

Geser x (PPIUG) Geser x (SNI)

Gambar 5.128 Gaya geser arah sumbu x pada kolom K11

Gaya Geser arah y K11


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10 15 20
Gaya Geser (Ton)

Geser y (PPIUG) Geser y (SNI)

Gambar 5.129 Gaya geser arah sumbu y pada kolom K11


3. Gaya aksial pada kolom
Gaya aksial pada kolom memiliki nilai yang merata pada setiap bagian
kolom. Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya aksial yang
249

terbesar dari setiap tipikal kolom yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
aksial maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.85 berikut
ini.
Tabel 5.85 Gaya aksial pada kolom K11
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Pu Pu
Ton Ton
24 26,8299977 24,8376
23 73,2454636 69,9163
22 119,833161 115,8072
21 167,039439 162,3251
20 214,392025 209,2583
19 261,925812 256,499
18 309,691135 303,993
17 357,490785 351,7269
16 405,581519 399,7044
15 454,127269 447,9299
14 503,126717 496,4096
13 552,139149 545,1546
12 601,39662 594,18
11 650,53845 643,4998
10 699,584509 693,1223
9 749,075887 743,0467
8 798,847201 793,2642
7 849,123324 843,7593
6 899,978748 894,5055
5 950,566351 945,4437
4 1000,3263 996,1213
3 1049,55227 1046,7999
2 1099,17017 1097,1046
1 1147,44885 1146,1839

Grafik nilai gaya aksial pada kolom K11 dan perbandingan hasil antara
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat
pada Gambar 5.130 berikut ini.
250

Gaya Aksial K11


30

25

20

Lantai 15

10

0
0 500 1000 1500
Gaya Aksial (Ton)

Gaya Aksial (PPIUG) Gaya Aksial (SNI)

Gambar 5.130 Gaya aksial pada kolom K11


Nilai Momen/gaya lentur arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja
pada kolom K11 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983
dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen berdasarkan SNI 1727 :
2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai momen berdasarkan
PPIUG 1983.
Nilai gaya geser arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja pada kolom
K11 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 :
2013. Hasil nilai gaya geser berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya
dibandingkan dengan hasil nilai gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya aksial pada kolom K11 memiliki perbedaan hasil antara
pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya aksial
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya aksial berdasarkan PPIUG 1983.
5.8.12. Kolom kode K12
Gaya dalam pada kolom yang ditampilkan pada tugas akhir ini terdiri dari
momen/gaya lentur, gaya geser dan aksial. Nilai gaya dalam kolom K12
ditampilkan sebagaimana berikut ini.
251

1. Momen/gaya lentur pada kolom


Momen pada kolom terdiri dari arah sumbu x dan arah sumbu y pada
daerah tepi kolom. Nilai momen yang diambil adalah nilai yang terbesar
dari setiap tipikal pada lantai. Nilai momen yang terbesar dari daerah tepi
kolom dapat dilihat pada tabel 5.86 berikut ini.
Tabel 5.86 Momen/gaya lentur pada kolom K12
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Mu-x Mu-y Mu-x Mu-y
Ton.m Ton.m Ton.m Ton.m
24 23,9052 17,5951 15,914 13,4347
23 22,7718 16,2866 17,5429 15,818
22 22,3835 17,6042 17,9483 17,2921
21 22,2526 18,3271 18,2155 18,2379
20 22,6805 18,9037 18,8267 18,8926
19 23,433 19,295 19,7988 19,3526
18 24,1396 19,583 21,0185 19,6909
17 24,8218 19,7828 22,0288 19,9512
16 25,5339 19,9251 22,6588 20,1416
15 26,1158 20,0296 23,0123 20,2818
14 26,6592 20,1012 23,3057 20,382
13 27,1508 20,1173 23,7621 20,4438
12 27,6417 20,0812 24,4282 20,4633
11 28,0518 19,9772 25,2032 20,4171
10 28,3991 19,8025 25,9978 20,2984
9 28,8372 19,5738 26,7072 20,1161
8 29,3688 19,2961 27,4729 19,8708
7 30,1111 18,9658 28,7691 19,5548
6 31,5564 18,6345 31,4393 19,2075
5 35,3667 18,02 36,8054 18,8582
4 38,4549 17,5824 43,5048 18,0746
3 49,0435 16,7352 55,2779 17,3121
2 76,0734 16,6526 74,8228 17,2454
1 126,498 12,9566 103,841 17,0909

Grafik nilai momen kolom serta perbandingan hasil antara beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada Gambar
5.131 dan Gambar 5.132 berikut ini.
252

Momen arah x K12


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 50 100 150
Momen (Ton.m)

Momen x (PPIUG) Momen x (SNI)

Gambar 5.131 Momen kolom arah sumbu x pada kolom K12

Momen arah y K12


30
25
20
Lantai

15
10
5
0
0 10 20 30
Momen (Ton.m)

Momen y (PPIUG) Momen y (SNI)

Gambar 5.132 Momen kolom arah sumbu y pada kolom K12

2. Gaya geser pada kolom


Gaya geser pada balok memiliki nilai yang terbesar pada daerah tumpuan.
Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya geser yang terbesar
dari setiap tipikal balok yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya geser
maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5.87 berikut ini.
253

Tabel 5.87 Gaya geser pada balok K12


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Vu-x Vu-y Vu-x Vu-y
Ton Ton Ton Ton
24 12,8579 12,409 13,7506 9,9461
23 10,8456 10,4722 13,0798 10,6938
22 12,5595 11,5273 13,6145 11,3981
21 13,47 11,8795 14,3752 11,8636
20 14,1544 12,1994 15,0187 12,2062
19 14,6998 12,4112 15,5634 12,4558
18 15,156 12,5726 16,0072 12,6483
17 15,5693 12,6842 16,3704 12,7957
16 15,9265 12,7645 16,7205 12,9059
15 16,2488 12,824 17,0712 12,9883
14 16,5656 12,8616 17,4202 13,0466
13 16,8245 12,8617 17,746 13,0783
12 17,0655 12,8265 18,0202 13,0752
11 17,2487 12,7463 18,2618 13,0266
10 17,4253 12,6206 18,4698 12,9344
9 17,596 12,4625 18,6758 12,8013
8 17,7312 12,2717 18,9177 12,6267
7 17,9116 12,0424 19,2162 12,4056
6 18,1766 11,7868 19,5828 12,1515
5 18,8118 11,353 20,0745 11,8389
4 18,8827 11,5002 20,698 11,7655
3 20,3941 10,6375 20,9832 11,107
2 24,148 9,7605 21,2255 10,3522
1 28,6905 6,2878 19,9035 8,3355

Grafik nilai gaya geser pada kolom K12 dan perbandingan hasil antara beban
hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
Gambar 5.133 Dan Gambar 5.134 berikut ini.
254

Gaya Geser arah x K12


30

25

20

Lantai
15

10

0
0 10 20 30
Gaya Geser (Ton)

Geser x (PPIUG) Geser x (SNI)

Gambar 5.133 Gaya geser arah sumbu x pada kolom K12

Gaya Geser arah y K12


30

25

20
Lantai

15

10

0
0 5 10 15
Gaya Geser (Ton)

Geser y (PPIUG) Geser y (SNI)

Gambar 5.134 Gaya geser arah sumbu y pada kolom K12


3. Gaya aksial pada kolom
Gaya aksial pada kolom memiliki nilai yang merata pada setiap bagian
kolom. Nilai yang diambil dalam tugas akhir ini adalah nilai gaya aksial yang
255

terbesar dari setiap tipikal kolom yang ada dalam setiap lantai. Nilai gaya
aksial maksimum pada daerah tumpuan dapat dilihat pada tabel 5. berikut ini.
Tabel 5.88 Gaya aksial pada kolom K12
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013
Lantai Pu Pu
Ton Ton
24 28,3717159 28,1891
23 68,0615476 67,3274
22 108,295363 107,3422
21 149,396721 148,0545
20 190,942514 189,3389
19 232,918188 231,104
18 275,301969 273,2626
17 317,845064 315,7346
16 360,705397 358,4495
15 403,963453 401,3458
14 447,555749 444,3716
13 491,028628 487,4803
12 534,526912 530,6269
11 577,669058 573,7638
10 620,414703 616,8393
9 663,18823 659,7949
8 705,785321 702,5611
7 748,337617 745,0468
6 790,821053 787,1207
5 832,367977 828,5744
4 872,235179 868,7431
3 910,655627 907,6456
2 947,942205 944,4643
1 981,925154 977,8078

Grafik nilai gaya aksial pada kolom K12 dan perbandingan hasil antara
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat
pada Gambar 5.135 berikut ini.
256

Gaya Aksial K12


30

25

20
Lantai
15

10

0
0 500 1000 1500
Gaya Aksial (Ton)

Gaya Aksial (PPIUG) Gaya Aksial (SNI)

Gambar 5.135 Gaya aksial pada kolom K12

Nilai Momen/gaya lentur arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja
pada kolom K12 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983
dengan pembebanan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai momen berdasarkan SNI 1727 :
2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai momen berdasarkan
PPIUG 1983.
Nilai gaya geser arah sumbu x dan arah sumbu y yang bekerja pada kolom
K12 memiliki perbedaan hasil antara pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 :
2013. Hasil nilai gaya geser berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya
dibandingkan dengan hasil nilai gaya geser berdasarkan PPIUG 1983.
Nilai gaya aksial pada kolom K12 memiliki perbedaan hasil antara
pembebanan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013. Hasil nilai gaya aksial
berdasarkan SNI 1727 : 2013 lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil nilai
gaya aksial berdasarkan PPIUG 1983.
257

5.9. Defleksi dan Simpangan antar Lantai


Defleksi dan simpangan antar lantai diperhitungan berdasarkan peraturan
pasal 7.12 SNI 1726 : 2012. Pasal 7.12 SNI 1726 : 2012 menerangkan bahwa
simpangan antar lantai yang terjadi harus dibawah simpangan antar lantai yang
diijinkan. Nilai defleksi didapatkan dari hasil analisa struktur sedangkan nilai
simpangan antar lantai didapatkan dari selisih nilai defleksi antar lantai. Titik
yang ditinjau dalam tugas akhir ini dibatasi sebanyak enam buah titik. Defleksi
dan simpangan antar lantai dalam satu titik ditinjau dalam dua arah yaitu arah
sumbu x dan arah sumbu y. Lokasi 6 buah titik yang ditinjau dapat dilihat pada
gambar 5.136 berikut ini.
1

2
Gambar 5.136 Titik Joint yang ditinjau simpangannya
258

Contoh perhitungan defleksi dan simpangan antar lantai dapat dilihat pada
penjabaran perhitungan berikut ini.

Diketahui :
δxe tingkat n : defleksi = 121,59 mm
δxe tingkat n-1 : defleksi = 118,186 mm
Cd : faktor perbesaran defleksi = 5,5
Ie : faktor keutamaan gempa =1
ρ : faktor redudansi = 1,3
hsx : tinggi bangunan = 3200 mm
Penyelesaian :

16,35 mm < 49, 2308 mm, simpangan antar lantai yang terjadi kurang dari
simpangan antar lantai yang diijinkan artinya struktur aman terhadap pemeriksaan
simpangan antar lantai.

Perhitungan defleksi dan simpangan antar lantai akan dijabarkan dalam


bentuk tabel dan grafik sebagaimana berikut ini.
5.10.1. Titik Joint 1
Perhitungan defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 1 untuk
arah sumbu x akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013
dapat dilihat pada rekapitulasi perhitungan tabel 5.89 dan tabel 5.90 berikut ini.
259

Tabel 5.89 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 1 arah sumbu x
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
δxe δx hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 121,159 5,5 1 666,375 16,3539 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 118,186 5,5 1 650,021 17,4433 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 115,014 5,5 1 632,578 19,1967 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 111,524 5,5 1 613,381 21,0143 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 107,703 5,5 1 592,367 22,7643 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 103,564 5,5 1 569,603 24,407 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 99,1265 5,5 1 545,195 25,9352 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 94,411 5,5 1 519,26 27,3503 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 89,4382 5,5 1 491,91 28,6555 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 84,2281 5,5 1 463,254 29,8522 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 78,8004 5,5 1 433,402 30,9401 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 73,1749 5,5 1 402,462 31,9178 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 67,3717 5,5 1 370,544 32,7839 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 61,411 5,5 1 337,76 33,5378 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 55,3132 5,5 1 304,223 34,1793 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 49,0988 5,5 1 270,043 34,7045 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 42,7889 5,5 1 235,339 35,0958 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 36,4078 5,5 1 200,243 35,3103 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 29,9878 5,5 1 164,933 35,2461 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 23,5794 5,5 1 129,687 34,652 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 17,279 5,5 1 95,0346 31,4659 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 11,5579 5,5 1 63,5687 28,865 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 6,30977 5,5 1 34,7038 23,4377 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 2,04838 5,5 1 11,2661 11,2661 1,3 3000 60 46,1538 Okay
260

Tabel 5.90 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 1 arah sumbu x
berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
δxe δx hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 132,213 5,5 1 727,17 16,6015 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 129,194 5,5 1 710,569 17,7491 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 125,967 5,5 1 692,82 19,9058 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 122,348 5,5 1 672,914 22,3765 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 118,28 5,5 1 650,538 24,6804 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 113,792 5,5 1 625,857 26,6991 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 108,938 5,5 1 599,158 28,461 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 103,763 5,5 1 570,697 30,0244 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 98,3041 5,5 1 540,673 31,4359 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 92,5885 5,5 1 509,237 32,7228 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 86,6389 5,5 1 476,514 33,8955 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 80,4761 5,5 1 442,618 34,9548 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 74,1207 5,5 1 407,664 35,8977 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 67,5938 5,5 1 371,766 36,7223 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 60,917 5,5 1 335,044 37,4285 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 54,1118 5,5 1 297,615 38,0147 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 47,2001 5,5 1 259,6 38,4724 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 40,2051 5,5 1 221,128 38,7722 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 33,1556 5,5 1 182,356 38,8271 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 26,0961 5,5 1 143,529 38,3989 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 19,1145 5,5 1 105,13 35,2193 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 12,711 5,5 1 69,9105 32,3275 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 6,83328 5,5 1 37,583 25,767 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 2,14836 5,5 1 11,816 11,816 1,3 3000 60 46,1538 Okay

Perhitungan defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 1 untuk
arah sumbu y akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013
dapat dilihat pada rekapitulasi perhitungan tabel 5.91 Dan tabel 5.92 Berikut ini.
261

Tabel 5.91 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 1 arah sumbu y
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
δye δy hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 83,0159 5,5 1 456,588 5,15094 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 82,0794 5,5 1 451,437 6,59589 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 80,8801 5,5 1 444,841 8,40333 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 79,3523 5,5 1 436,437 10,191 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 77,4993 5,5 1 426,246 11,8781 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 75,3397 5,5 1 414,368 13,4571 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 72,8929 5,5 1 400,911 14,9408 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 70,1764 5,5 1 385,97 16,3439 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 67,2048 5,5 1 369,627 17,676 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 63,991 5,5 1 351,951 18,943 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 60,5468 5,5 1 333,008 20,1498 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 56,8832 5,5 1 312,858 21,3015 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 53,0102 5,5 1 291,556 22,4031 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 48,9369 5,5 1 269,153 23,4596 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 44,6716 5,5 1 245,694 24,4754 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 40,2215 5,5 1 221,218 25,4556 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 35,5932 5,5 1 195,763 26,402 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 30,7928 5,5 1 169,361 27,2964 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 25,8298 5,5 1 142,064 28,0631 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 20,7275 5,5 1 114,001 28,4752 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 15,5502 5,5 1 85,5259 26,703 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 10,6951 5,5 1 58,8228 25,6115 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 6,03842 5,5 1 33,2113 21,9912 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 2,04002 5,5 1 11,2201 11,2201 1,3 3000 60 46,1538 Okay
262

Tabel 5.92 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 1 arah sumbu y
berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
δye δy hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 93,9561 5,5 1 516,758 3,53927 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 93,3126 5,5 1 513,219 6,91686 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 92,055 5,5 1 506,302 9,24546 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 90,374 5,5 1 497,057 11,3198 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 88,3158 5,5 1 485,737 13,236 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 85,9093 5,5 1 472,501 15,037 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 83,1753 5,5 1 457,464 16,7401 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 80,1316 5,5 1 440,724 18,3588 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 76,7937 5,5 1 422,365 19,9016 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 73,1752 5,5 1 402,464 21,371 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 69,2896 5,5 1 381,093 22,7656 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 65,1504 5,5 1 358,327 24,08 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 60,7722 5,5 1 334,247 25,3102 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 56,1703 5,5 1 308,937 26,4626 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 51,3589 5,5 1 282,474 27,5519 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 46,3495 5,5 1 254,922 28,5972 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 41,15 5,5 1 226,325 29,6171 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 35,7651 5,5 1 196,708 30,6115 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 30,1993 5,5 1 166,096 31,5305 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 24,4665 5,5 1 134,566 32,1515 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 18,6208 5,5 1 102,414 30,1147 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 13,1454 5,5 1 72,2996 29,6205 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 7,75983 5,5 1 42,6791 26,9913 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 2,85232 5,5 1 15,6877 15,6877 1,3 3000 60 46,1538 Okay

Grafik defleksi pada titik joint 1 arah sumbu x dan arah sumbu y akibat
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
gambar 5.137 dan gambar 5.138 berikut ini.
263

Defleksi Elastis Titik 1


30

25

20
Tingkat Lantai
15

10

0
0 50 100 150
Defleksi Elastis (mm)

Defleksi Elastis (PPIUG 1989)


Defleksi Elastis (SNI 2013)

Gambar 5.137 Defleksi pada titik joint 1 arah sumbu x

Defleksi Elastis Titik 1


30

25

20
Tingkat Lantai

15

10

0
0 50 100
Defleksi Elastis (mm)

Defleksi Elastis (PPIUG 1989)


Defleksi Elastis (SNI 2013)

Gambar 5.138 Defleksi pada titik joint 1 arah sumbu y


264

Grafik simpangan antar lantai pada titik joint 1 akibat beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada gambar 5.139
dan gambar 5.140 berikut ini.

Simpangan antar tingkat titik 1


30

25
Tingkat Lantai

20

15

10

0
0 20 40 60
Simpangan (mm)

Simpangan (PPIUG 1989)


Simpangan (SNI 2013)

Gambar 5.139 Simpangan antar lantai pada titik joint 1 arah sumbu x

Simpangan antar tingkat titik 1


30

25
Tingkat Lantai

20

15

10

0
0 10 20 30 40
Simpangan (mm)

Simpangan (PPIUG 1989)


Simpangan (SNI 2013)

Gambar 5.140 Simpangan antar lantai pada titik joint 1 arah sumbu y
265

Nilai defleksi pada arah sumbu x dan sumbu y akibat beban hidup
berdasarkan SNI 1727 : 2013 memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai
defleksi akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983. Nilai simpangan antar
lantai pada arah sumbu x dan sumbu y akibat beban hidup SNI 1727 : 2013
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai simpangan antar lantai
akibat beban hidup PPIUG 1983. Nilai simpangan antar lantai pada arah sumbu x
dan sumbu y akibat beban hidup PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 masih
dibawah simpangan ijin berdasarkan SNI 1726 : 2012 sehingga struktur masih
aman terhadap pemeriksaan simpangan antar lantai.

5.10.2. Titik Joint 2


Perhitungan defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 2 untuk
arah sumbu x akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013
dapat dilihat pada rekapitulasi perhitungan tabel 5.93 dan tabel 5.94 berikut ini.
Tabel 5.93 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 2 arah sumbu x
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
δxe δx hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 106,284 5,5 1 584,559 14,9761 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 103,561 5,5 1 569,583 15,9 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 100,67 5,5 1 553,683 17,3841 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 97,509 5,5 1 536,299 18,9077 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 94,0712 5,5 1 517,392 20,3608 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 90,3692 5,5 1 497,031 21,7186 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 86,4204 5,5 1 475,312 22,9807 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 82,2421 5,5 1 452,331 24,1508 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 77,851 5,5 1 428,181 25,231 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 73,2636 5,5 1 402,95 26,2199 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 68,4963 5,5 1 376,73 27,1136 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 63,5666 5,5 1 349,616 27,9077 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 58,4924 5,5 1 321,708 28,5994 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 53,2925 5,5 1 293,109 29,1887 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 47,9855 5,5 1 263,92 29,6789 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 42,5893 5,5 1 234,241 30,0731 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 37,1215 5,5 1 204,168 30,3646 1,3 3150 63 48,4615 Okay
266

Tabel 5.93 Lanjutan


δxe δx hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
7 31,6007 5,5 1 173,804 30,5257 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 26,0505 5,5 1 143,278 30,4776 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 20,5091 5,5 1 112,8 30,0077 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 15,0532 5,5 1 82,7926 27,3169 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 10,0865 5,5 1 55,4757 25,1355 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 5,51641 5,5 1 30,3402 20,4716 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 1,79431 5,5 1 9,86868 9,86868 1,3 3000 60 46,1538 Okay
Tabel 5.94 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 2 arah sumbu x
berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
δxe δx hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 114,295 5,5 1 628,62 14,5724 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 111,645 5,5 1 614,047 15,5334 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 108,821 5,5 1 598,514 17,4325 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 105,651 5,5 1 581,082 19,6209 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 102,084 5,5 1 561,461 21,6335 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 98,1504 5,5 1 539,827 23,3628 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 93,9026 5,5 1 516,464 24,8462 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 89,3851 5,5 1 491,618 26,1473 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 84,6311 5,5 1 465,471 27,3143 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 79,6648 5,5 1 438,156 28,3733 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 74,506 5,5 1 409,783 29,3325 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 69,1729 5,5 1 380,451 30,1892 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 63,6839 5,5 1 350,262 30,9384 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 58,0587 5,5 1 319,323 31,5794 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 52,317 5,5 1 287,744 32,1158 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 46,4778 5,5 1 255,628 32,5534 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 40,559 5,5 1 223,074 32,8955 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 34,578 5,5 1 190,179 33,1308 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 28,5542 5,5 1 157,048 33,1978 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 22,5183 5,5 1 123,85 32,9046 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 16,5356 5,5 1 90,9458 30,2985 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 11,0268 5,5 1 60,6472 27,9494 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 5,94505 5,5 1 32,6978 22,3859 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 1,87489 5,5 1 10,3119 10,3119 1,3 3000 60 46,1538 Okay
267

Perhitungan defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 2 untuk
arah sumbu y akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013
dapat dilihat pada rekapitulasi perhitungan tabel 5.95 Dan tabel 5.96 Berikut ini.
Tabel 5.95 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 2 arah sumbu y
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
δye δy hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 83,0159 5,5 1 456,588 5,15094 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 82,0794 5,5 1 451,437 6,59589 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 80,8801 5,5 1 444,841 8,40333 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 79,3523 5,5 1 436,437 10,191 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 77,4993 5,5 1 426,246 11,8781 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 75,3397 5,5 1 414,368 13,4571 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 72,8929 5,5 1 400,911 14,9408 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 70,1764 5,5 1 385,97 16,3439 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 67,2048 5,5 1 369,627 17,676 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 63,991 5,5 1 351,951 18,943 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 60,5468 5,5 1 333,008 20,1498 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 56,8832 5,5 1 312,858 21,3015 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 53,0102 5,5 1 291,556 22,4031 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 48,9369 5,5 1 269,153 23,4596 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 44,6716 5,5 1 245,694 24,4754 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 40,2215 5,5 1 221,218 25,4556 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 35,5932 5,5 1 195,763 26,402 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 30,7928 5,5 1 169,361 27,2964 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 25,8298 5,5 1 142,064 28,0631 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 20,7275 5,5 1 114,001 28,4752 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 15,5502 5,5 1 85,5259 26,703 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 10,6951 5,5 1 58,8228 25,6115 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 6,03842 5,5 1 33,2113 21,9912 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 2,04002 5,5 1 11,2201 11,2201 1,3 3000 60 46,1538 Okay
268

Tabel 5.96 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 2 arah sumbu y
berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
δye δy hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 92,7894 5,5 1 510,342 3,37891 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 92,175 5,5 1 506,963 6,73566 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 90,9504 5,5 1 500,227 9,01409 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 89,3114 5,5 1 491,213 11,0727 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 87,2982 5,5 1 480,14 12,9835 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 84,9376 5,5 1 467,157 14,7774 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 82,2508 5,5 1 452,379 16,4704 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 79,2562 5,5 1 435,909 18,0784 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 75,9692 5,5 1 417,831 19,6119 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 72,4034 5,5 1 398,219 21,0735 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 68,5719 5,5 1 377,145 22,4606 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 64,4881 5,5 1 354,685 23,7677 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 60,1667 5,5 1 330,917 24,9911 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 55,6229 5,5 1 305,926 26,137 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 50,8707 5,5 1 279,789 27,2209 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 45,9214 5,5 1 252,568 28,2629 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 40,7827 5,5 1 224,305 29,2825 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 35,4587 5,5 1 195,023 30,2846 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 29,9524 5,5 1 164,738 31,2278 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 24,2746 5,5 1 133,51 31,905 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 18,4737 5,5 1 101,605 29,9639 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 13,0257 5,5 1 71,6412 29,4673 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 7,66798 5,5 1 42,1739 26,722 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 2,80943 5,5 1 15,4518 15,4518 1,3 3000 60 46,1538 Okay

Grafik defleksi pada titik joint arah sumbu x dan arah sumbu y akibat
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
gambar 5.141 dan gambar 5.142 berikut ini.
269

Defleksi Elastis Titik 2


30

25

20

Tingkat Lantai 15

10

0
0 50 100 150
Defleksi Elastis (mm)

Defleksi Elastis (PPIUG 1989)


Defleksi Elastis (SNI 2013)

Gambar 5.141 Defleksi pada titik joint 2 arah sumbu x

Defleksi Elastis Titik 2


30

25

20
Tingkat Lantai

15

10

0
0 50 100
Defleksi Elastis (mm)

Defleksi Elastis (PPIUG 1989)


Defleksi Elastis (SNI 2013)

Gambar 5.142 Defleksi pada titik joint 2 arah sumbu y


270

Grafik simpangan antar lantai pada titik joint 2 akibat beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada gambar 5.143
dan gambar 5.144 berikut ini.

Simpangan antar tingkat titik 2


30
Tingkat Lantai 25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40
Simpangan (mm)

Simpangan (PPIUG 1989)


Simpangan (SNI 2013)

Gambar 5.143 Simpangan antar lantai pada titik joint 2 arah sumbu x

Simpangan antar tingkat titik 2


30

25

20
Tingkat Lantai

15

10

0
0 10 20 30 40
Simpangan (mm)

Simpangan (PPIUG 1989)


Simpangan (SNI 2013)

Gambar 5.144 Simpangan antar lantai pada titik joint 2 arah sumbu y
271

Nilai defleksi pada arah sumbu x dan sumbu y akibat beban hidup
berdasarkan SNI 1727 : 2013 memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai
defleksi akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983. Nilai simpangan antar
lantai pada arah sumbu x dan sumbu y akibat beban hidup SNI 1727 : 2013
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai simpangan antar lantai
akibat beban hidup PPIUG 1983. Nilai simpangan antar lantai pada arah sumbu x
dan sumbu y akibat beban hidup PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 masih
dibawah simpangan ijin berdasarkan SNI 1726 : 2012 sehingga struktur masih
aman terhadap pemeriksaan simpangan antar lantai.
5.10.3. Titik Joint 3
Perhitungan defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 3 untuk
arah sumbu x akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013
dapat dilihat pada rekapitulasi perhitungan tabel 5.97 dan tabel 5.98 berikut ini.
Tabel 5.97 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 3 arah sumbu x
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
δxe δx hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 105,301 5,5 1 579,157 14,7135 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 102,626 5,5 1 564,443 15,6512 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 99,7804 5,5 1 548,792 17,1525 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 96,6618 5,5 1 531,64 18,6862 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 93,2643 5,5 1 512,954 20,1397 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 89,6025 5,5 1 492,814 21,4861 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 85,696 5,5 1 471,328 22,7256 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 81,564 5,5 1 448,602 23,865 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 77,2249 5,5 1 424,737 24,9111 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 72,6956 5,5 1 399,826 25,8676 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 67,9924 5,5 1 373,958 26,7347 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 63,1316 5,5 1 347,224 27,5118 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 58,1294 5,5 1 319,712 28,1997 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 53,0022 5,5 1 291,512 28,8006 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 47,7657 5,5 1 262,712 29,3187 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 42,4351 5,5 1 233,393 29,7568 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 37,0247 5,5 1 203,636 30,1071 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 31,5507 5,5 1 173,529 30,3384 1,3 3150 63 48,4615 Okay
272

Tabel 5.97 Lanjutan


δxe δx hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
6 26,0346 5,5 1 143,191 30,3641 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 20,5139 5,5 1 112,826 29,9601 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 15,0666 5,5 1 82,8664 27,3156 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 10,1002 5,5 1 55,5508 25,1853 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 5,521 5,5 1 30,3655 20,5244 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 1,7893 5,5 1 9,84116 9,84116 1,3 3000 60 46,1538 Okay

Tabel 5.98 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 3 arah sumbu x
berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
δxe δx hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 118,957 5,5 1 654,264 22,6634 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 114,837 5,5 1 631,601 21,109 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 110,999 5,5 1 610,492 20,8025 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 107,216 5,5 1 589,69 21,3495 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 103,335 5,5 1 568,34 22,4004 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 99,2617 5,5 1 545,94 23,6594 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 94,96 5,5 1 522,28 24,9643 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 90,4211 5,5 1 497,316 26,2338 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 85,6513 5,5 1 471,082 27,4287 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 80,6643 5,5 1 443,653 28,5323 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 75,4766 5,5 1 415,121 29,5382 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 70,106 5,5 1 385,583 30,443 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 64,5709 5,5 1 355,14 31,2469 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 58,8896 5,5 1 323,893 31,9547 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 53,0797 5,5 1 291,938 32,5736 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 47,1572 5,5 1 259,365 33,1066 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 41,1378 5,5 1 226,258 33,5455 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 35,0387 5,5 1 192,713 33,8599 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 28,8823 5,5 1 158,853 33,9685 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 22,7062 5,5 1 124,884 33,6622 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 16,5858 5,5 1 91,222 30,9405 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 10,9603 5,5 1 60,2816 28,2662 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 5,82098 5,5 1 32,0154 22,1759 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 1,78901 5,5 1 9,83953 9,83953 1,3 3000 60 46,1538 Okay
273

Perhitungan defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 3 untuk
arah sumbu y akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013
dapat dilihat pada rekapitulasi perhitungan tabel 5.99 Dan tabel 5.100 Berikut ini.
Tabel 5.99 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 3 arah sumbu y
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
δye δy hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 80,3286 5,5 1 441,807 4,73558 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 79,4676 5,5 1 437,072 6,18909 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 78,3423 5,5 1 430,883 7,97637 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 76,892 5,5 1 422,906 9,7212 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 75,1245 5,5 1 413,185 11,3538 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 73,0602 5,5 1 401,831 12,8753 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 70,7193 5,5 1 388,956 14,3043 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 68,1185 5,5 1 374,652 15,6578 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 65,2716 5,5 1 358,994 16,9458 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 62,1906 5,5 1 342,048 18,1735 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 58,8863 5,5 1 323,875 19,3451 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 55,369 5,5 1 304,53 20,4655 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 51,648 5,5 1 284,064 21,5396 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 47,7317 5,5 1 262,524 22,5727 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 43,6276 5,5 1 239,952 23,5709 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 39,342 5,5 1 216,381 24,5426 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 34,8797 5,5 1 191,838 25,4952 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 30,2442 5,5 1 166,343 26,4193 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 25,4407 5,5 1 139,924 27,2507 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 20,486 5,5 1 112,673 27,775 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 15,436 5,5 1 84,898 26,1878 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 10,6746 5,5 1 58,7103 25,3339 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 6,06843 5,5 1 33,3764 22,0009 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 2,06827 5,5 1 11,3755 11,3755 1,3 3000 60 46,1538 Okay
274

Tabel 5.100 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 3 arah sumbu y
berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
δye δy hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 91,7702 5,5 1 504,736 4,07784 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 91,0288 5,5 1 500,658 6,29852 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 89,8836 5,5 1 494,36 8,6048 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 88,3191 5,5 1 485,755 10,7634 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 86,3621 5,5 1 474,991 12,7438 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 84,045 5,5 1 462,248 14,558 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 81,3981 5,5 1 447,69 16,2371 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 78,4459 5,5 1 431,453 17,8144 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 75,2069 5,5 1 413,638 19,3118 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 71,6957 5,5 1 394,326 20,7384 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 67,9251 5,5 1 373,588 22,0944 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 63,9079 5,5 1 351,494 23,3746 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 59,658 5,5 1 328,119 24,5756 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 55,1897 5,5 1 303,543 25,7051 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 50,516 5,5 1 277,838 26,781 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 45,6468 5,5 1 251,057 27,827 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 40,5873 5,5 1 223,23 28,8675 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 35,3387 5,5 1 194,363 29,9089 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 29,9007 5,5 1 164,454 30,9097 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 24,2807 5,5 1 133,544 31,6677 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 18,523 5,5 1 101,876 29,785 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 13,1075 5,5 1 72,0914 29,429 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 7,75679 5,5 1 42,6623 26,8693 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 2,87147 5,5 1 15,7931 15,7931 1,3 3000 60 46,1538 Okay

Grafik defleksi pada titik joint 3 arah sumbu x dan arah sumbu y akibat
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
gambar 5.145 dan gambar 5.146 berikut ini.
275

Defleksi Elastis Titik 3


30

25

20

Tingkat Lantai
15

10

0
0 50 100 150
Defleksi Elastis (mm)

Defleksi Elastis (PPIUG 1989)


Defleksi Elastis (SNI 2013)

Gambar 5.145 Defleksi pada titik joint 3 arah sumbu x

Defleksi Elastis Titik 3


30

25

20
Tingkat Lantai

15

10

0
0 50 100
Defleksi Elastis (mm)

Defleksi Elastis (PPIUG 1989)


Defleksi Elastis (SNI 2013)

Gambar 5.146 Defleksi pada titik joint 3 arah sumbu y


276

Grafik simpangan antar lantai pada titik 3 joint akibat beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada gambar 5.147
dan gambar 5.148 berikut ini.

Simpangan antar tingkat titik 3


30
Tingkat Lantai 25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40
Simpangan (mm)

Simpangan (PPIUG 1989)


Simpangan (SNI 2013)

Gambar 5.147 Simpangan antar lantai pada titik joint 3 arah sumbu x

Simpangan antar tingkat titik 3


30

25

20
Tingkat Lantai

15

10

0
0 10 20 30 40
Simpangan (mm)

Simpangan (PPIUG 1989)


Simpangan (SNI 2013)

Gambar 5.148 Simpangan antar lantai pada titik joint 3 arah sumbu y
277

Nilai defleksi pada arah sumbu x dan sumbu y akibat beban hidup
berdasarkan SNI 1727 : 2013 memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai
defleksi akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983. Nilai simpangan antar
lantai pada arah sumbu x dan sumbu y akibat beban hidup SNI 1727 : 2013
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai simpangan antar lantai
akibat beban hidup PPIUG 1983. Nilai simpangan antar lantai pada arah sumbu x
dan sumbu y akibat beban hidup PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 masih
dibawah simpangan ijin berdasarkan SNI 1726 : 2012 sehingga struktur masih
aman terhadap pemeriksaan simpangan antar lantai.
5.10.4. Titik Joint 4
Perhitungan defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 4 untuk
arah sumbu x akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013
dapat dilihat pada rekapitulasi perhitungan tabel 5.101 dan tabel 5.102 berikut ini.
Tabel 5.101 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 4 arah sumbu x
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
δxe δx hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 104,944 5,5 1 577,19 14,6764 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 102,275 5,5 1 562,514 15,61 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 99,437 5,5 1 546,904 17,1045 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 96,3271 5,5 1 529,799 18,6307 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 92,9397 5,5 1 511,169 20,077 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 89,2894 5,5 1 491,091 21,4169 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 85,3954 5,5 1 469,675 22,6508 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 81,2771 5,5 1 447,024 23,7855 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 76,9524 5,5 1 423,238 24,8275 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 72,4383 5,5 1 398,411 25,7804 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 67,751 5,5 1 372,63 26,6441 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 62,9066 5,5 1 345,986 27,4177 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 57,9216 5,5 1 318,569 28,102 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 52,8121 5,5 1 290,467 28,6991 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 47,5941 5,5 1 261,767 29,2132 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 42,2826 5,5 1 232,554 29,6473 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 36,8922 5,5 1 202,907 29,994 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 31,4387 5,5 1 172,913 30,2226 1,3 3150 63 48,4615 Okay
278

Tabel 5.101 Lanjutan


δxe δx hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
6 25,9437 5,5 1 142,69 30,2477 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 20,4441 5,5 1 112,443 29,8466 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 15,0175 5,5 1 82,5961 27,2153 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 10,0692 5,5 1 55,3807 25,0987 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 5,50582 5,5 1 30,282 20,4626 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 1,78535 5,5 1 9,8194 9,8194 1,3 3000 60 46,1538 Okay

Tabel 5.102 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 4 arah sumbu x
berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
δxe δx hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 118,387 5,5 1 651,126 22,4186 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 114,31 5,5 1 628,708 20,9148 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 110,508 5,5 1 607,793 20,6699 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 106,75 5,5 1 587,123 21,2456 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 102,887 5,5 1 565,877 22,3016 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 98,8319 5,5 1 543,576 23,5579 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 94,5487 5,5 1 520,018 24,858 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 90,029 5,5 1 495,16 26,122 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 85,2796 5,5 1 469,038 27,3114 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 80,3139 5,5 1 441,726 28,4096 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 75,1485 5,5 1 413,317 29,4103 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 69,8012 5,5 1 383,906 30,3103 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 64,2902 5,5 1 353,596 31,1096 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 58,6339 5,5 1 322,487 31,813 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 52,8497 5,5 1 290,674 32,4278 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 46,9538 5,5 1 258,246 32,9569 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 40,9616 5,5 1 225,289 33,3925 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 34,8902 5,5 1 191,896 33,7053 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 28,762 5,5 1 158,191 33,8137 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 22,614 5,5 1 124,377 33,5064 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 16,522 5,5 1 90,8708 30,7949 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 10,9229 5,5 1 60,0759 28,1429 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 5,80601 5,5 1 31,933 22,1067 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 1,78662 5,5 1 9,82639 9,82639 1,3 3000 60 46,1538 Okay
279

Perhitungan defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 4 untuk
arah sumbu y akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013
dapat dilihat pada rekapitulasi perhitungan tabel 5.103 Dan tabel 5.104 Berikut
ini.
Tabel 5.103 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 4 arah sumbu y
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
δye δy hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 80,3286 5,5 1 441,807 4,73558 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 79,4676 5,5 1 437,072 6,18909 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 78,3423 5,5 1 430,883 7,97637 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 76,892 5,5 1 422,906 9,7212 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 75,1245 5,5 1 413,185 11,3538 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 73,0602 5,5 1 401,831 12,8753 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 70,7193 5,5 1 388,956 14,3043 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 68,1185 5,5 1 374,652 15,6578 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 65,2716 5,5 1 358,994 16,9458 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 62,1906 5,5 1 342,048 18,1735 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 58,8863 5,5 1 323,875 19,3451 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 55,369 5,5 1 304,53 20,4655 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 51,648 5,5 1 284,064 21,5396 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 47,7317 5,5 1 262,524 22,5727 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 43,6276 5,5 1 239,952 23,5709 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 39,342 5,5 1 216,381 24,5426 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 34,8797 5,5 1 191,838 25,4952 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 30,2442 5,5 1 166,343 26,4193 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 25,4407 5,5 1 139,924 27,2507 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 20,486 5,5 1 112,673 27,775 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 15,436 5,5 1 84,898 26,1878 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 10,6746 5,5 1 58,7103 25,3339 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 6,06843 5,5 1 33,3764 22,0009 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 2,06827 5,5 1 11,3755 11,3755 1,3 3000 60 46,1538 Okay
280

Tabel 5.104 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 4 arah sumbu y
berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
δye δy hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 91,8126 5,5 1 504,969 4,19992 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 91,049 5,5 1 500,769 6,38006 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 89,889 5,5 1 494,389 8,63681 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 88,3186 5,5 1 485,752 10,7776 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 86,3591 5,5 1 474,975 12,7483 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 84,0412 5,5 1 462,227 14,558 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 81,3943 5,5 1 447,669 16,2354 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 78,4424 5,5 1 431,433 17,8124 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 75,2038 5,5 1 413,621 19,3101 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 71,6928 5,5 1 394,311 20,7372 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 67,9224 5,5 1 373,573 22,0937 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 63,9054 5,5 1 351,48 23,3745 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 59,6555 5,5 1 328,105 24,576 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 55,1871 5,5 1 303,529 25,7058 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 50,5133 5,5 1 277,823 26,7821 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 45,6439 5,5 1 251,041 27,8283 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 40,5842 5,5 1 223,213 28,8689 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 35,3353 5,5 1 194,344 29,9101 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 29,8971 5,5 1 164,434 30,9099 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 24,2771 5,5 1 133,524 31,6696 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 18,519 5,5 1 101,855 29,7848 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 13,1036 5,5 1 72,0697 29,4306 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 7,75257 5,5 1 42,6391 26,8528 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 2,87024 5,5 1 15,7863 15,7863 1,3 3000 60 46,1538 Okay

Grafik defleksi pada titik joint arah sumbu x dan arah sumbu y akibat
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
gambar 5.149 dan gambar 5.150 berikut ini.
281

Defleksi Elastis Titik 4


30

25

20

Tingkat Lantai 15

10

0
0 50 100 150
Defleksi Elastis (mm)

Defleksi Elastis (PPIUG 1989)


Defleksi Elastis (SNI 2013)

Gambar 5.149 Defleksi pada titik joint 4 arah sumbu x

Defleksi Elastis Titik 4


30

25

20
Tingkat Lantai

15

10

0
0 50 100
Defleksi Elastis (mm)

Defleksi Elastis (PPIUG 1989)


Defleksi Elastis (SNI 2013)

Gambar 5.150 Defleksi pada titik joint 4 arah sumbu y


282

Grafik simpangan antar lantai pada titik joint akibat beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada gambar 5.151
dan gambar 5.152 berikut ini.

Simpangan antar tingkat titik 4


30
Tingkat Lantai 25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40
Simpangan (mm)

Simpangan (PPIUG 1989)


Simpangan (SNI 2013)

Gambar 5.151 Simpangan antar lantai pada titik joint 4 arah sumbu x

Simpangan antar tingkat titik 4


30

25

20
Tingkat Lantai

15

10

0
0 10 20 30 40
Simpangan (mm)

Simpangan (PPIUG 1989)


Simpangan (SNI 2013)

Gambar 5.152 Simpangan antar lantai pada titik joint 4 arah sumbu y
283

Nilai defleksi pada arah sumbu x dan sumbu y akibat beban hidup
berdasarkan SNI 1727 : 2013 memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai
defleksi akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983. Nilai simpangan antar
lantai pada arah sumbu x dan sumbu y akibat beban hidup SNI 1727 : 2013
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai simpangan antar lantai
akibat beban hidup PPIUG 1983. Nilai simpangan antar lantai pada arah sumbu x
dan sumbu y akibat beban hidup PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 masih
dibawah simpangan ijin berdasarkan SNI 1726 : 2012 sehingga struktur masih
aman terhadap pemeriksaan simpangan antar lantai.
5.10.5. Titik Joint 5
Perhitungan defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 5 untuk
arah sumbu x akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013
dapat dilihat pada rekapitulasi perhitungan tabel 5.105 dan tabel 5.106 berikut ini.
Tabel 5.105 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 5 arah sumbu x
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
δxe δx hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 116,879 5,5 1 642,837 15,923 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 113,984 5,5 1 626,914 16,9701 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 110,899 5,5 1 609,944 18,6543 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 107,507 5,5 1 591,289 20,3944 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 103,799 5,5 1 570,895 22,0636 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 99,7875 5,5 1 548,831 23,6256 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 95,4919 5,5 1 525,206 25,0751 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 90,9328 5,5 1 500,131 26,415 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 86,1301 5,5 1 473,716 27,6494 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 81,1029 5,5 1 446,066 28,7803 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 75,8702 5,5 1 417,286 29,8077 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 70,4506 5,5 1 387,478 30,7304 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 64,8632 5,5 1 356,748 31,5476 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 59,1273 5,5 1 325,2 32,2594 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 53,262 5,5 1 292,941 32,8669 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 47,2861 5,5 1 260,074 33,3677 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 41,2193 5,5 1 226,706 33,747 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 35,0835 5,5 1 192,959 33,9647 1,3 3150 63 48,4615 Okay
284

Tabel 5.105 Lanjutan


δxe δx hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
6 28,9081 5,5 1 158,994 33,9228 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 22,7403 5,5 1 125,072 33,3775 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 16,6717 5,5 1 91,6942 30,3355 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 11,1561 5,5 1 61,3586 27,8572 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 6,09117 5,5 1 33,5014 22,6328 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 1,97611 5,5 1 10,8686 10,8686 1,3 3000 60 46,1538 Okay

Tabel 5.106 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 5 arah sumbu x
berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
δxe δx hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 127,929 5,5 1 703,609 12,8766 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 125,588 5,5 1 690,733 18,2219 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 122,275 5,5 1 672,511 20,7667 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 118,499 5,5 1 651,744 22,6891 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 114,374 5,5 1 629,055 24,4089 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 109,936 5,5 1 604,646 26,0314 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 105,203 5,5 1 578,615 27,5695 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 100,19 5,5 1 551,045 29,0138 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 94,9148 5,5 1 522,032 30,3562 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 89,3955 5,5 1 491,675 31,5943 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 83,6511 5,5 1 460,081 32,7251 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 77,7011 5,5 1 427,356 33,7446 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 71,5657 5,5 1 393,611 34,6502 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 65,2657 5,5 1 358,961 35,4417 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 58,8217 5,5 1 323,519 36,1189 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 52,2547 5,5 1 287,401 36,6757 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 45,5864 5,5 1 250,725 37,0909 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 38,8426 5,5 1 213,634 37,3193 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 32,0572 5,5 1 176,315 37,2672 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 25,2814 5,5 1 139,048 36,638 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 18,6199 5,5 1 102,41 32,7664 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 12,6624 5,5 1 69,6431 30,241 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 7,16401 5,5 1 39,402 25,5169 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 2,52458 5,5 1 13,8852 13,8852 1,3 3000 60 46,1538 Okay
285

Perhitungan defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 5 untuk
arah sumbu y akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013
dapat dilihat pada rekapitulasi perhitungan tabel 5.107 Dan tabel 5.108 Berikut
ini.
Tabel 5.107 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 5 arah sumbu y
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
δye δy hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 101,7 5,5 1 559,349 7,82722 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 100,277 5,5 1 551,522 9,29253 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 98,5872 5,5 1 542,23 11,2816 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 96,536 5,5 1 530,948 13,3636 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 94,1063 5,5 1 517,585 15,404 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 91,3056 5,5 1 502,181 17,3526 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 88,1505 5,5 1 484,828 19,1954 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 84,6605 5,5 1 465,632 20,9323 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 80,8546 5,5 1 444,7 22,5686 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 76,7512 5,5 1 422,132 24,1107 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 72,3674 5,5 1 398,021 25,5647 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 67,7193 5,5 1 372,456 26,9355 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 62,8219 5,5 1 345,521 28,2269 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 57,6898 5,5 1 317,294 29,4404 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 52,337 5,5 1 287,853 30,5728 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 46,7783 5,5 1 257,281 31,6126 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 41,0305 5,5 1 225,668 32,5334 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 35,1154 5,5 1 193,135 33,2745 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 29,0655 5,5 1 159,86 33,7006 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 22,9381 5,5 1 126,159 33,5169 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 16,8441 5,5 1 92,6425 30,676 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 11,2666 5,5 1 61,9665 28,2462 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 6,13097 5,5 1 33,7204 22,8833 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 1,97037 5,5 1 10,8371 10,8371 1,3 3000 60 46,1538 Okay
286

Tabel 5.108 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 5 arah sumbu y
berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
δye δy hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 110,379 5,5 1 607,087 8,55765 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 108,824 5,5 1 598,529 9,88244 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 107,027 5,5 1 588,647 11,7954 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 104,882 5,5 1 576,852 13,9076 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 102,353 5,5 1 562,944 16,0584 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 99,4338 5,5 1 546,886 18,1739 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 96,1294 5,5 1 528,712 20,2341 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 92,4505 5,5 1 508,478 22,2377 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 88,4073 5,5 1 486,24 24,1804 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 84,0108 5,5 1 462,059 26,0517 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 79,2742 5,5 1 436,008 27,8419 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 74,212 5,5 1 408,166 29,5468 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 68,8398 5,5 1 378,619 31,1632 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 63,1738 5,5 1 347,456 32,6861 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 57,2309 5,5 1 314,77 34,1122 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 51,0286 5,5 1 280,658 35,4317 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 44,5865 5,5 1 245,226 36,6032 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 37,9314 5,5 1 208,623 37,5167 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 31,1101 5,5 1 171,106 37,9438 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 24,2113 5,5 1 133,162 37,4645 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 17,3996 5,5 1 95,6976 33,8038 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 11,2534 5,5 1 61,8938 29,8661 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 5,82322 5,5 1 32,0277 22,4298 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 1,74508 5,5 1 9,59794 9,59794 1,3 3000 60 46,1538 Okay

Grafik defleksi pada titik joint arah sumbu x dan arah sumbu y akibat
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
gambar 5.153 dan gambar 5.154 berikut ini.
287

Defleksi Elastis Titik 5


30

25

20
Tingkat Lantai
15

10

0
0 50 100 150
Defleksi Elastis (mm)

Defleksi Elastis (PPIUG 1989)


Defleksi Elastis (SNI 2013)

Gambar 5.153 Defleksi pada titik joint 5 arah sumbu x

Defleksi Elastis Titik 5


30

25

20
Tingkat Lantai

15

10

0
0 50 100 150
Defleksi Elastis (mm)

Defleksi Elastis (PPIUG 1989)


Defleksi Elastis (SNI 2013)

Gambar 5.154 Defleksi pada titik joint 5 arah sumbu y


288

Grafik simpangan antar lantai pada titik joint 5 akibat beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada gambar 5.155
dan gambar 5.156 berikut ini.

Simpangan antar tingkat titik 5


30
Tingkat Lantai 25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40
Simpangan (mm)

Simpangan (PPIUG 1989)


Simpangan (SNI 2013)

Gambar 5.155 Simpangan antar lantai pada titik joint 5 arah sumbu x

Simpangan antar tingkat titik 5


30

25

20
Tingkat Lantai

15

10

0
0 10 20 30 40
Simpangan (mm)

Simpangan (PPIUG 1989)


Simpangan (SNI 2013)

Gambar 5.156 Simpangan antar lantai pada titik joint 5 arah sumbu y
289

Nilai defleksi pada arah sumbu x dan sumbu y akibat beban hidup
berdasarkan SNI 1727 : 2013 memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai
defleksi akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983. Nilai simpangan antar
lantai pada arah sumbu x dan sumbu y akibat beban hidup SNI 1727 : 2013
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai simpangan antar lantai
akibat beban hidup PPIUG 1983. Nilai simpangan antar lantai pada arah sumbu x
dan sumbu y akibat beban hidup PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 masih
dibawah simpangan ijin berdasarkan SNI 1726 : 2012 sehingga struktur masih
aman terhadap pemeriksaan simpangan antar lantai.
5.10.6. Titik Joint 6
Perhitungan defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 6 untuk
arah sumbu x akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013
dapat dilihat pada rekapitulasi perhitungan tabel 5.109 dan tabel 5.110 berikut ini.
Tabel 5.109 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 6 arah sumbu x
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
δxe δx hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 105,718 5,5 1 581,45 14,8746 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 103,014 5,5 1 566,575 15,7989 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 100,141 5,5 1 550,776 17,2827 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 96,9988 5,5 1 533,493 18,8034 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 93,58 5,5 1 514,69 20,2509 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 89,898 5,5 1 494,439 21,5999 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 85,9708 5,5 1 472,839 22,8503 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 81,8161 5,5 1 449,989 24,0068 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 77,4513 5,5 1 425,982 25,0728 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 72,8926 5,5 1 400,909 26,0483 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 68,1565 5,5 1 374,861 26,9306 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 63,26 5,5 1 347,93 27,7163 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 58,2207 5,5 1 320,214 28,4037 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 53,0564 5,5 1 291,81 28,9934 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 47,7849 5,5 1 262,817 29,489 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 42,4232 5,5 1 233,328 29,8935 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 36,9881 5,5 1 203,434 30,2001 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 31,4971 5,5 1 173,234 30,3804 1,3 3150 63 48,4615 Okay
290

Tabel 5.109 Lanjutan


δxe δx hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
6 25,9734 5,5 1 142,854 30,3538 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 20,4546 5,5 1 112,5 29,9053 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 15,0172 5,5 1 82,5948 27,2378 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 10,0649 5,5 1 55,357 25,0811 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 5,50471 5,5 1 30,2759 20,436 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 1,78908 5,5 1 9,83992 9,83992 1,3 3000 60 46,1538 Okay

Tabel 5.110 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 6 arah sumbu x
berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
δxe δx hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 114,582 5,5 1 630,199 11,3012 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 112,527 5,5 1 618,898 16,5457 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 109,519 5,5 1 602,353 18,9715 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 106,069 5,5 1 583,381 20,6934 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 102,307 5,5 1 562,688 22,1823 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 98,2737 5,5 1 540,505 23,5713 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 93,988 5,5 1 516,934 24,8886 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 89,4628 5,5 1 492,045 26,129 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 84,7121 5,5 1 465,916 27,2841 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 79,7513 5,5 1 438,632 28,3486 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 74,597 5,5 1 410,284 29,3179 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 69,2665 5,5 1 380,966 30,1853 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 63,7783 5,5 1 350,781 30,9456 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 58,1518 5,5 1 319,835 31,6 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 52,4064 5,5 1 288,235 32,1518 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 46,5606 5,5 1 256,083 32,5995 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 40,6334 5,5 1 223,484 32,9326 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 34,6457 5,5 1 190,551 33,1213 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 28,6236 5,5 1 157,43 33,0863 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 22,6079 5,5 1 124,343 32,5463 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 16,6904 5,5 1 91,7972 29,1502 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 11,3903 5,5 1 62,6469 27,02 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 6,47763 5,5 1 35,627 23,0226 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 2,29171 5,5 1 12,6044 12,6044 1,3 3000 60 46,1538 Okay
291

Perhitungan defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 6 untuk
arah sumbu y akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013
dapat dilihat pada rekapitulasi perhitungan tabel 5.111 Dan tabel 5.112 Berikut
ini.
Tabel 5.111 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 6 arah sumbu y
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
δye δy hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 105,255 5,5 1 578,9 8,29151 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 103,747 5,5 1 570,609 9,77078 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 101,971 5,5 1 560,838 11,8007 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 99,8249 5,5 1 549,037 13,9405 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 97,2903 5,5 1 535,097 16,0475 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 94,3726 5,5 1 519,049 18,0656 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 91,0879 5,5 1 500,983 19,9766 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 87,4558 5,5 1 481,007 21,7781 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 83,4961 5,5 1 459,229 23,4741 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 79,2281 5,5 1 435,755 25,071 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 74,6698 5,5 1 410,684 26,5743 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 69,8381 5,5 1 384,109 27,9888 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 64,7492 5,5 1 356,121 29,3179 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 59,4187 5,5 1 326,803 30,5624 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 53,8619 5,5 1 296,24 31,7179 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 48,095 5,5 1 264,522 32,7702 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 42,1367 5,5 1 231,752 33,6892 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 36,0114 5,5 1 198,063 34,4079 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 29,7555 5,5 1 163,655 34,7822 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 23,4314 5,5 1 128,873 34,5065 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 17,1575 5,5 1 94,3663 31,4868 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 11,4326 5,5 1 62,8795 28,8415 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 6,18873 5,5 1 34,038 23,1807 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 1,97405 5,5 1 10,8573 10,8573 1,3 3000 60 46,1538 Okay
292

Tabel 5.112 Defleksi dan simpangan antar lantai pada titik joint 6 arah sumbu y
berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
δye δy hsx Δa Δa/ρ
Lantai (mm) Cd Ie (mm) Δ (mm) ρ (mm) (mm) (mm) Cek
24 112,558 5,5 1 619,071 8,01142 1,3 3200 64 49,2308 Okay
23 111,102 5,5 1 611,059 9,52561 1,3 3150 63 48,4615 Okay
22 109,37 5,5 1 601,534 11,6826 1,3 3150 63 48,4615 Okay
21 107,246 5,5 1 589,851 14,0593 1,3 3150 63 48,4615 Okay
20 104,689 5,5 1 575,792 16,4609 1,3 3150 63 48,4615 Okay
19 101,697 5,5 1 559,331 18,787 1,3 3150 63 48,4615 Okay
18 98,2807 5,5 1 540,544 21,0005 1,3 3150 63 48,4615 Okay
17 94,4625 5,5 1 519,544 23,0974 1,3 3150 63 48,4615 Okay
16 90,2629 5,5 1 496,446 25,085 1,3 3150 63 48,4615 Okay
15 85,702 5,5 1 471,361 26,9697 1,3 3150 63 48,4615 Okay
14 80,7985 5,5 1 444,391 28,7548 1,3 3150 63 48,4615 Okay
13 75,5703 5,5 1 415,637 30,4434 1,3 3150 63 48,4615 Okay
12 70,0352 5,5 1 385,193 32,0409 1,3 3150 63 48,4615 Okay
11 64,2095 5,5 1 353,152 33,5534 1,3 3150 63 48,4615 Okay
10 58,1089 5,5 1 319,599 34,9803 1,3 3150 63 48,4615 Okay
9 51,7489 5,5 1 284,619 36,3016 1,3 3150 63 48,4615 Okay
8 45,1486 5,5 1 248,317 37,4572 1,3 3150 63 48,4615 Okay
7 38,3382 5,5 1 210,86 38,316 1,3 3150 63 48,4615 Okay
6 31,3716 5,5 1 172,544 38,6299 1,3 3150 63 48,4615 Okay
5 24,348 5,5 1 133,914 37,9693 1,3 3150 63 48,4615 Okay
4 17,4445 5,5 1 95,9446 34,0696 1,3 3000 60 46,1538 Okay
3 11,25 5,5 1 61,875 29,9364 1,3 3000 60 46,1538 Okay
2 5,807 5,5 1 31,9385 22,3858 1,3 3000 60 46,1538 Okay
1 1,73686 5,5 1 9,55272 9,55272 1,3 3000 60 46,1538 Okay

Grafik defleksi pada titik joint 6 arah sumbu x dan arah sumbu y akibat
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada
gambar 5.157 dan gambar 5.158 berikut ini.
293

Defleksi Elastis Titik 6


30

25

20

Tingkat Lantai 15

10

0
0 50 100 150
Defleksi Elastis (mm)

Defleksi Elastis (PPIUG 1989)


Defleksi Elastis (SNI 2013)

Gambar 5.157 Defleksi pada titik joint 6 arah sumbu x

Defleksi Elastis Titik 6


30

25

20
Tingkat Lantai

15

10

0
0 50 100 150
Defleksi Elastis (mm)

Defleksi Elastis (PPIUG 1989)


Defleksi Elastis (SNI 2013)

Gambar 5.158 Defleksi pada titik joint 6 arah sumbu y


294

Grafik simpangan antar lantai pada titik joint 6 akibat beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada gambar 5.159
dan gambar 5.160 berikut ini.

Simpangan antar tingkat titik 6


30
Tingkat Lantai 25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40
Simpangan (mm)

Simpangan (PPIUG 1989)


Simpangan (SNI 2013)

Gambar 5.159 Simpangan antar lantai pada titik joint 6 arah sumbu x

Simpangan antar tingkat titik 6


30

25

20
Tingkat Lantai

15

10

0
0 20 40 60
Simpangan (mm)

Simpangan (PPIUG 1989)


Simpangan (SNI 2013)

Gambar 5.160 Simpangan antar lantai pada titik joint 6 arah sumbu y
295

Nilai defleksi pada arah sumbu x dan sumbu y akibat beban hidup
berdasarkan SNI 1727 : 2013 memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai
defleksi akibat beban hidup berdasarkan PPIUG 1983. Nilai simpangan antar
lantai pada arah sumbu x dan sumbu y akibat beban hidup SNI 1727 : 2013
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai simpangan antar lantai
akibat beban hidup PPIUG 1983. Nilai simpangan antar lantai pada arah sumbu x
dan sumbu y akibat beban hidup PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 masih
dibawah simpangan ijin berdasarkan SNI 1726 : 2012 sehingga struktur masih
aman terhadap pemeriksaan simpangan antar lantai.
5.10. Koefisien Stabilitas
Koefisien stabilitas diperhitungkan berdasarkan peraturan pasal 7.8.7 SNI
1726 : 2012. Pasal 7.8.7 SNI 1726 : 2012 menerangkan bahwa struktur yang
dianalisis perlu dilakukan pemeriksaan apakah struktur perlu terdapat pengaruh P
– delta atau tidak. Pengaruh P – Delta didasarkan pada hasil simpangan antar
lantai pada joint struktur serta nilai beban vertikal dan gaya geser seismik yang
terjadi pada kolom struktur. Koefisien stabilitas yang terjadi pada suatu kolom
tidak boleh melebihi koefisien stabilitas maksimum yang diatur dalam pasal 7.8.7
SNI 1726 : 2012. Apabila nilai koefisien stabilitas yang terjadi melebihi koefsien
stabilitas maksimum , maka struktur berpotensi tidak stabil dan harus didesain
ulang. Titik joint dan kolom yang ditinjau untuk perhitungan koefisien stabilitas
berjumlah 6 buah titik. Lokasi 6 buah titik yang ditinjau dapat dilihat pada gambar
5.161 Berikut ini.
296

Gambar 5. 161 Lokasi titik joint yang diperhitungkan koefisien stabilitas


Contoh perhitungan koefisien stabilitas dapat dilihat pada penjabaran
berikut ini.

Diketahui :
hsx : Tinggi kolom = 3200 mm
Δ : Simpangan antar lantai = 16,3539 mm
P : Beban desain vertikal total = 176,336 kN
V : gaya geser seismik antar tingkat = 116,33 kN
Cd : faktor perbesaran defleksi = 5,5
Ie : faktor keutamaan gempa =1
β : Rasio kebutuhan geser =1
Penyelesaian :
297

0,00141 < 0,0909 koefisien stabilitas yang terjadi pada kolom kurang dari
koefisien stabilitas maksimum , maka struktur yang didesain telah stabil.

Perhitungan koefisien stabilitas untuk pembebanan beban hidup


berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup untuk SNI 1727 : 2013 dijabarkan
dalam bentuk tabel dan grafik sebagaimana berikut ini.
5.11.1. Titik Joint 1
Perhitungan koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
dan beban hidup SNI 1727 : 2013 pada titik joint 1 dapat dilihat pada rekapitulasi
tabel 5.113 dan tabel 5.114 berikut ini.
Tabel 5.113 Koefisien stabilitas pada titik joint 1 berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983
hsx Ɵ max
Lantai (mm) Δ (mm) P (kN) V (kN) Cd Ɵ (Rad) (Rad) Cek
Struktur
24 3200 16,3539 176,336 116,33 5,5 0,00141 0,09090909 Stabil
Struktur
23 3150 17,4433 434,707 110,589 5,5 0,00396 0,09090909 Stabil
Struktur
22 3150 19,1967 690,976 126,536 5,5 0,00605 0,09090909 Stabil
Struktur
21 3150 21,0143 947,154 133,068 5,5 0,00863 0,09090909 Stabil
Struktur
20 3150 22,7643 1202,9 138,29 5,5 0,01143 0,09090909 Stabil
Struktur
19 3150 24,407 1458,14 142,215 5,5 0,01444 0,09090909 Stabil
Struktur
18 3150 25,9352 1712,74 145,833 5,5 0,01758 0,09090909 Stabil
Struktur
17 3150 27,3503 1966,58 149,168 5,5 0,02081 0,09090909 Stabil
Struktur
16 3150 28,6555 2219,52 152,188 5,5 0,02412 0,09090909 Stabil
Struktur
15 3150 29,8522 2471,42 155,136 5,5 0,02745 0,09090909 Stabil
298

Tabel 5.113 Lanjutan


hsx Ɵ max
Lantai (mm) Δ (mm) P (kN) V (kN) Cd Ɵ (Rad) (Rad) Cek
Struktur
14 3150 30,9401 2722,13 157,784 5,5 0,03081 0,09090909 Stabil
Struktur
13 3150 31,9178 2971,5 160,25 5,5 0,03416 0,09090909 Stabil
Struktur
12 3150 32,7839 3219,37 162,402 5,5 0,03751 0,09090909 Stabil
Struktur
11 3150 33,5378 3465,57 164,289 5,5 0,04083 0,09090909 Stabil
Struktur
10 3150 34,1793 3709,92 165,79 5,5 0,04415 0,09090909 Stabil
Struktur
9 3150 34,7045 3952,25 167,046 5,5 0,04739 0,09090909 Stabil
Struktur
8 3150 35,0958 4192,36 168,162 5,5 0,0505 0,09090909 Stabil
Struktur
7 3150 35,3103 4430,04 169,127 5,5 0,05339 0,09090909 Stabil
Struktur
6 3150 35,2461 4665,08 170,107 5,5 0,05579 0,09090909 Stabil
Struktur
5 3150 34,652 4897,21 173,415 5,5 0,05648 0,09090909 Stabil
Struktur
4 3000 31,4659 5124,46 175,584 5,5 0,05566 0,09090909 Stabil
Struktur
3 3000 28,865 5346,44 183,852 5,5 0,05087 0,09090909 Stabil
Struktur
2 3000 23,4377 5564,87 207,897 5,5 0,03802 0,09090909 Stabil
Struktur
1 3000 11,2661 5778,41 238,427 5,5 0,01655 0,09090909 Stabil

Tabel 5.114 Koefisien stabilitas pada titik joint 1 berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013
hsx Ɵ max
Lantai (mm) Δ (mm) P (kN) V (kN) Cd Ɵ (Rad) (Rad) Cek
24 3200 16,6015 172,355 117,545 5,5 0,00138 0,09090909 Struktur Stabil
23 3150 17,7491 426,937 107,592 5,5 0,00407 0,09090909 Struktur Stabil
22 3150 19,9058 680,936 126,483 5,5 0,00619 0,09090909 Struktur Stabil
21 3150 22,3765 935,249 139,897 5,5 0,00863 0,09090909 Struktur Stabil
20 3150 24,6804 1189,6 147,552 5,5 0,01149 0,09090909 Struktur Stabil
19 3150 26,6991 1443,66 152,322 5,5 0,01461 0,09090909 Struktur Stabil
18 3150 28,461 1697,17 156,01 5,5 0,01787 0,09090909 Struktur Stabil
17 3150 30,0244 1949,87 159,329 5,5 0,02121 0,09090909 Struktur Stabil
16 3150 31,4359 2201,58 162,416 5,5 0,0246 0,09090909 Struktur Stabil
299

Tabel 5.114 Lanjutan


hsx Ɵ max
Lantai (mm) Δ (mm) P (kN) V (kN) Cd Ɵ (Rad) (Rad) Cek
15 3150 32,7228 2452,13 165,323 5,5 0,02801 0,09090909 Struktur Stabil
14 3150 33,8955 2701,36 168,163 5,5 0,03143 0,09090909 Struktur Stabil
13 3150 34,9548 2949,12 170,811 5,5 0,03483 0,09090909 Struktur Stabil
12 3150 35,8977 3195,24 173,163 5,5 0,03823 0,09090909 Struktur Stabil
11 3150 36,7223 3439,54 175,135 5,5 0,04163 0,09090909 Struktur Stabil
10 3150 37,4285 3681,85 176,699 5,5 0,04502 0,09090909 Struktur Stabil
9 3150 38,0147 3921,98 177,966 5,5 0,04836 0,09090909 Struktur Stabil
8 3150 38,4724 4159,72 179,025 5,5 0,0516 0,09090909 Struktur Stabil
7 3150 38,7722 4394,86 179,881 5,5 0,05468 0,09090909 Struktur Stabil
6 3150 38,8271 4627,19 180,927 5,5 0,05732 0,09090909 Struktur Stabil
5 3150 38,3989 4856,48 183,712 5,5 0,05859 0,09090909 Struktur Stabil
4 3000 35,2193 5080,7 192,754 5,5 0,05626 0,09090909 Struktur Stabil
3 3000 32,3275 5303,76 208,846 5,5 0,04976 0,09090909 Struktur Stabil
2 3000 25,767 5548,18 229,112 5,5 0,03782 0,09090909 Struktur Stabil
1 3000 11,816 5762,55 224,349 5,5 0,01839 0,09090909 Struktur Stabil

Grafik perhitungan koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup PPIUG


1983 dan beban hidup SNI 1727 : 2013 pada titik joint 1 dapat dilihat pada
gambar 5. 162 berikut ini.

Koefisien Stabilitas Titik 1


30
25
Tingkat Lantai

20
15
10
5
0
0 0,02 0,04 0,06 0,08
Koefisien stabilitas (rad)

Koefisen Stabilitas (PPIUG 1989)


Koefisien Stabilitas (SNI 2013)

Gambar 5.162 Grafik koefisien stabilitas pada titik joint 1


300

Nilai koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013


memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai koefisien stabilitas berdasarkan
beban hidup PPIUG 1983. Nilai koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013 dan PPIUG 1983 tidak melebihi nilai koefisien stabilitas maksimum
yang telah ditetapkan SNI 1726 : 2012 sehingga titik joint 1 aman dari
pemeriksaan pengaruh P – Delta.

5.11.2. Titik Joint 2


Perhitungan koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
dan beban hidup SNI 1727 : 2013 pada titik joint dapat dilihat pada rekapitulasi
tabel 5.115 dan tabel 5.116 berikut ini.
Tabel 5.115 Koefisien stabilitas pada titik joint berdasarkan beban hidup PPIUG
1983
hsx
Lantai (mm) Δ (mm) P (kN) V (kN) Cd Ɵ (Rad) Ɵ max (Rad) Cek
24 3200 14,9761 176,105 115,372 5,5 0,0013 0,090909091 Struktur Stabil
23 3150 15,9 433,939 109,101 5,5 0,00365 0,090909091 Struktur Stabil
22 3150 17,3841 689,746 123,375 5,5 0,00561 0,090909091 Struktur Stabil
21 3150 18,9077 945,453 128,925 5,5 0,008 0,090909091 Struktur Stabil
20 3150 20,3608 1200,73 132,958 5,5 0,01061 0,090909091 Struktur Stabil
19 3150 21,7186 1455,51 135,822 5,5 0,01343 0,090909091 Struktur Stabil
18 3150 22,9807 1709,65 138,515 5,5 0,01637 0,090909091 Struktur Stabil
17 3150 24,1508 1963,03 140,95 5,5 0,01941 0,090909091 Struktur Stabil
16 3150 25,231 2215,51 143,228 5,5 0,02253 0,090909091 Struktur Stabil
15 3150 26,2199 2466,94 145,565 5,5 0,02565 0,090909091 Struktur Stabil
14 3150 27,1136 2717,18 147,744 5,5 0,02878 0,090909091 Struktur Stabil
13 3150 27,9077 2966,09 149,779 5,5 0,0319 0,090909091 Struktur Stabil
12 3150 28,5994 3213,49 151,537 5,5 0,03501 0,090909091 Struktur Stabil
11 3150 29,1887 3459,22 153,026 5,5 0,03809 0,090909091 Struktur Stabil
10 3150 29,6789 3703,12 154,092 5,5 0,04117 0,090909091 Struktur Stabil
9 3150 30,0731 3944,98 154,835 5,5 0,04423 0,090909091 Struktur Stabil
8 3150 30,3646 4184,63 155,496 5,5 0,04717 0,090909091 Struktur Stabil
7 3150 30,5257 4421,86 156,003 5,5 0,04994 0,090909091 Struktur Stabil
6 3150 30,4776 4656,44 156,567 5,5 0,05232 0,090909091 Struktur Stabil
5 3150 30,0077 4888,13 159,283 5,5 0,05315 0,090909091 Struktur Stabil
4 3000 27,3169 5114,96 161,886 5,5 0,05231 0,090909091 Struktur Stabil
301

Tabel 5.115 Lanjutan


hsx
Lantai (mm) Δ (mm) P (kN) V (kN) Cd Ɵ (Rad) Ɵ max (Rad) Cek
3 3000 25,1355 5336,53 169,244 5,5 0,04803 0,090909091 Struktur Stabil
2 3000 20,4716 5554,6 191,333 5,5 0,03602 0,090909091 Struktur Stabil
1 3000 9,86868 5767,89 214,682 5,5 0,01607 0,090909091 Struktur Stabil

Tabel 5.116 Koefisien stabilitas pada titik joint berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013
hsx
Lantai (mm) Δ (mm) P (kN) V (kN) Cd Ɵ (Rad) Ɵ max (Rad) Cek
24 3200 14,5724 171,879 114,035 5,5 0,00125 0,090909091 Struktur Stabil
23 3150 15,5334 425,671 104,195 5,5 0,00366 0,090909091 Struktur Stabil
22 3150 17,4325 678,909 121,921 5,5 0,0056 0,090909091 Struktur Stabil
21 3150 19,6209 932,485 134,159 5,5 0,00787 0,090909091 Struktur Stabil
20 3150 21,6335 1186,13 140,549 5,5 0,01054 0,090909091 Struktur Stabil
19 3150 23,3628 1439,53 144,139 5,5 0,01347 0,090909091 Struktur Stabil
18 3150 24,8462 1692,39 146,779 5,5 0,01654 0,090909091 Struktur Stabil
17 3150 26,1473 1944,46 149,187 5,5 0,01967 0,090909091 Struktur Stabil
16 3150 27,3143 2195,55 151,496 5,5 0,02285 0,090909091 Struktur Stabil
15 3150 28,3733 2445,49 153,738 5,5 0,02605 0,090909091 Struktur Stabil
14 3150 29,3325 2694,12 155,935 5,5 0,02925 0,090909091 Struktur Stabil
13 3150 30,1892 2941,29 158,126 5,5 0,03241 0,090909091 Struktur Stabil
12 3150 30,9384 3186,82 160,053 5,5 0,03556 0,090909091 Struktur Stabil
11 3150 31,5794 3430,55 161,514 5,5 0,03872 0,090909091 Struktur Stabil
10 3150 32,1158 3672,3 162,613 5,5 0,04186 0,090909091 Struktur Stabil
9 3150 32,5534 3911,88 163,42 5,5 0,04498 0,090909091 Struktur Stabil
8 3150 32,8955 4149,09 163,922 5,5 0,04806 0,090909091 Struktur Stabil
7 3150 33,1308 4383,72 164,273 5,5 0,05103 0,090909091 Struktur Stabil
6 3150 33,1978 4615,56 164,823 5,5 0,05366 0,090909091 Struktur Stabil
5 3150 32,9046 4844,39 166,995 5,5 0,0551 0,090909091 Struktur Stabil
4 3000 30,2985 5068,17 175,63 5,5 0,05299 0,090909091 Struktur Stabil
3 3000 27,9494 5290,84 191,082 5,5 0,0469 0,090909091 Struktur Stabil
2 3000 22,3859 5534,92 210,315 5,5 0,03571 0,090909091 Struktur Stabil
1 3000 10,3119 5749,02 202,607 5,5 0,01773 0,090909091 Struktur Stabil
302

Grafik perhitungan koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup PPIUG


1983 dan beban hidup SNI 1727 : 2013 pada titik joint 2 dapat dilihat pada
gambar 5. 163 berikut ini.

Koefisien Stabilitas Titik 2


30

25

20
Tingkat Lantai

15

10

0
0 0,02 0,04 0,06
Koefisien stabilitas (rad)

Koefisen Stabilitas (PPIUG 1989)


Koefisien Stabilitas (SNI 2013)

Gambar 5.163 Grafik koefisien stabilitas pada titik joint 2


Nilai koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai koefisien stabilitas berdasarkan
beban hidup PPIUG 1983. Nilai koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013 dan PPIUG 1983 tidak melebihi nilai koefisien stabilitas maksimum
yang telah ditetapkan SNI 1726 : 2012 sehingga titik joint aman dari pemeriksaan
pengaruh P – Delta.

5.11.3. Titik Joint 3


Perhitungan koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
dan beban hidup SNI 1727 : 2013 pada titik joint 3 dapat dilihat pada rekapitulasi
tabel 5.117 dan tabel 5.118 berikut ini.
303

Tabel 5.117 Koefisien stabilitas pada titik joint 3 berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983
hsx
Lantai (mm) Δ (mm) P (kN) V (kN) Cd Ɵ (Rad) Ɵ max (Rad) Cek
24 3200 14,7135 176,695 269,014 5,5 0,00055 0,090909091 Struktur Stabil
23 3150 15,6512 537,296 216,815 5,5 0,00224 0,090909091 Struktur Stabil
22 3150 17,1525 895,721 245,639 5,5 0,00361 0,090909091 Struktur Stabil
21 3150 18,6862 1254,27 256,898 5,5 0,00527 0,090909091 Struktur Stabil
20 3150 20,1397 1613,16 265,383 5,5 0,00707 0,090909091 Struktur Stabil
19 3150 21,4861 1972,65 271,43 5,5 0,00901 0,090909091 Struktur Stabil
18 3150 22,7256 2332,99 276,61 5,5 0,01106 0,090909091 Struktur Stabil
17 3150 23,865 2694,41 281,101 5,5 0,0132 0,090909091 Struktur Stabil
16 3150 24,9111 3057,17 284,776 5,5 0,01544 0,090909091 Struktur Stabil
15 3150 25,8676 3421,55 288,161 5,5 0,01773 0,090909091 Struktur Stabil
14 3150 26,7347 3787,82 291,301 5,5 0,02007 0,090909091 Struktur Stabil
13 3150 27,5118 4156,29 293,795 5,5 0,02247 0,090909091 Struktur Stabil
12 3150 28,1997 4527,29 295,682 5,5 0,02492 0,090909091 Struktur Stabil
11 3150 28,8006 4901,18 296,982 5,5 0,02743 0,090909091 Struktur Stabil
10 3150 29,3187 5278,33 297,544 5,5 0,03002 0,090909091 Struktur Stabil
9 3150 29,7568 5659,17 297,612 5,5 0,03266 0,090909091 Struktur Stabil
8 3150 30,1071 6044,14 297,43 5,5 0,03531 0,090909091 Struktur Stabil
7 3150 30,3384 6433,73 296,965 5,5 0,03794 0,090909091 Struktur Stabil
6 3150 30,3641 6828,49 296,584 5,5 0,04035 0,090909091 Struktur Stabil
5 3150 29,9601 7228,96 298,05 5,5 0,04194 0,090909091 Struktur Stabil
4 3000 27,3156 7633,73 299,499 5,5 0,0422 0,090909091 Struktur Stabil
3 3000 25,1853 8040,25 302,619 5,5 0,04055 0,090909091 Struktur Stabil
2 3000 20,5244 8453,95 316,508 5,5 0,03322 0,090909091 Struktur Stabil
1 3000 9,84116 8874,85 310,851 5,5 0,01703 0,090909091 Struktur Stabil
304

Tabel 5.118 Koefisien stabilitas pada titik joint 3 berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013
hsx
Lantai (mm) Δ (mm) P (kN) V (kN) Cd Ɵ (Rad) Ɵ max (Rad) Cek
24 3200 22,6634 169,318 196,766 5,5 0,00111 0,090909091 Struktur Stabil
23 3150 21,109 548,567 225,03 5,5 0,00297 0,090909091 Struktur Stabil
22 3150 20,8025 919,385 262,72 5,5 0,0042 0,090909091 Struktur Stabil
21 3150 21,3495 1286,3 283,107 5,5 0,0056 0,090909091 Struktur Stabil
20 3150 22,4004 1651,44 293,974 5,5 0,00726 0,090909091 Struktur Stabil
19 3150 23,6594 2016,38 300,594 5,5 0,00916 0,090909091 Struktur Stabil
18 3150 24,9643 2382,07 306,165 5,5 0,01121 0,090909091 Struktur Stabil
17 3150 26,2338 2749,13 311,299 5,5 0,01337 0,090909091 Struktur Stabil
16 3150 27,4287 3118,01 315,681 5,5 0,01564 0,090909091 Struktur Stabil
15 3150 28,5323 3489,07 319,313 5,5 0,018 0,090909091 Struktur Stabil
14 3150 29,5382 3862,63 322,55 5,5 0,02042 0,090909091 Struktur Stabil
13 3150 30,443 4239,05 325,532 5,5 0,02288 0,090909091 Struktur Stabil
12 3150 31,2469 4618,68 327,943 5,5 0,0254 0,090909091 Struktur Stabil
11 3150 31,9547 5001,91 329,49 5,5 0,028 0,090909091 Struktur Stabil
10 3150 32,5736 5389,18 330,363 5,5 0,03067 0,090909091 Struktur Stabil
9 3150 33,1066 5780,96 330,971 5,5 0,03338 0,090909091 Struktur Stabil
8 3150 33,5455 6177,73 331,399 5,5 0,03609 0,090909091 Struktur Stabil
7 3150 33,8599 6580,03 331,62 5,5 0,03878 0,090909091 Struktur Stabil
6 3150 33,9685 6988,44 332,101 5,5 0,04126 0,090909091 Struktur Stabil
5 3150 33,6622 7403,54 333,699 5,5 0,04311 0,090909091 Struktur Stabil
4 3000 30,9405 7824,02 347,203 5,5 0,04226 0,090909091 Struktur Stabil
3 3000 28,2662 8253,32 354,155 5,5 0,03992 0,090909091 Struktur Stabil
2 3000 22,1759 8690,69 358,465 5,5 0,03258 0,090909091 Struktur Stabil
1 3000 9,83953 9174,8 309,276 5,5 0,01769 0,090909091 Struktur Stabil

Grafik perhitungan koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup PPIUG


1983 dan beban hidup SNI 1727 : 2013 pada titik joint 3 dapat dilihat pada
gambar 5.164 berikut ini.
305

Koefisien Stabilitas Titik 3


30

25

20
Tingkat Lantai
15

10

0
0 0,02 0,04 0,06
Koefisien stabilitas

Koefisen Stabilitas (PPIUG 1989)


Koefisien Stabilitas (SNI 2013)

Gambar 5.164 Grafik koefisien stabilitas pada titik joint 3


Nilai koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai koefisien stabilitas berdasarkan
beban hidup PPIUG 1983. Nilai koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013 dan PPIUG 1983 tidak melebihi nilai koefisien stabilitas maksimum
yang telah ditetapkan SNI 1726 : 2012 sehingga titik joint 3 aman dari
pemeriksaan pengaruh P – Delta.

5.11.4. Titik Joint 4


Perhitungan koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
dan beban hidup SNI 1727 : 2013 pada titik joint dapat dilihat pada rekapitulasi
tabel 5.119 dan tabel 5.120 berikut ini.
306

Tabel 5.119 Koefisien stabilitas pada titik joint berdasarkan beban hidup PPIUG
1983
hsx
Lantai (mm) Δ (mm) P (kN) V (kN) Cd Ɵ (Rad) Ɵ max (Rad) Cek
24 3200 14,6764 176,249 269,472 5,5 0,00055 0,090909091 Struktur Stabil
23 3150 15,61 536,502 216,99 5,5 0,00223 0,090909091 Struktur Stabil
22 3150 17,1045 894,554 245,826 5,5 0,00359 0,090909091 Struktur Stabil
21 3150 18,6307 1252,73 257,032 5,5 0,00524 0,090909091 Struktur Stabil
20 3150 20,077 1611,23 265,428 5,5 0,00703 0,090909091 Struktur Stabil
19 3150 21,4169 1970,33 271,326 5,5 0,00898 0,090909091 Struktur Stabil
18 3150 22,6508 2330,26 276,422 5,5 0,01102 0,090909091 Struktur Stabil
17 3150 23,7855 2691,28 280,814 5,5 0,01316 0,090909091 Struktur Stabil
16 3150 24,8275 3053,63 284,464 5,5 0,01538 0,090909091 Struktur Stabil
15 3150 25,7804 3417,58 287,817 5,5 0,01767 0,090909091 Struktur Stabil
14 3150 26,6441 3783,42 290,872 5,5 0,02 0,090909091 Struktur Stabil
13 3150 27,4177 4151,45 293,346 5,5 0,0224 0,090909091 Struktur Stabil
12 3150 28,102 4522,01 295,261 5,5 0,02484 0,090909091 Struktur Stabil
11 3150 28,6991 4895,44 296,571 5,5 0,02734 0,090909091 Struktur Stabil
10 3150 29,2132 5272,13 297,11 5,5 0,02992 0,090909091 Struktur Stabil
9 3150 29,6473 5652,5 297,084 5,5 0,03256 0,090909091 Struktur Stabil
8 3150 29,994 6037,01 296,845 5,5 0,03521 0,090909091 Struktur Stabil
7 3150 30,2226 6426,14 296,354 5,5 0,03783 0,090909091 Struktur Stabil
6 3150 30,2477 6820,45 295,923 5,5 0,04024 0,090909091 Struktur Stabil
5 3150 29,8466 7220,5 297,366 5,5 0,04183 0,090909091 Struktur Stabil
4 3000 27,2153 7624,85 298,809 5,5 0,04209 0,090909091 Struktur Stabil
3 3000 25,0987 8031,01 302,033 5,5 0,04045 0,090909091 Struktur Stabil
2 3000 20,4626 8444,41 316,115 5,5 0,03313 0,090909091 Struktur Stabil
1 3000 9,8194 8865,27 310,972 5,5 0,01697 0,090909091 Struktur Stabil
307

Tabel 5.120 Koefisien stabilitas pada titik joint berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013
hsx
Lantai (mm) Δ (mm) P (kN) V (kN) Cd Ɵ (Rad) Ɵ max (Rad) Cek
24 3200 22,4186 168,302 199,219 5,5 0,00108 0,090909091 Struktur Stabil
23 3150 20,9148 546,606 225,988 5,5 0,00292 0,090909091 Struktur Stabil
22 3150 20,6699 916,987 262,586 5,5 0,00417 0,090909091 Struktur Stabil
21 3150 21,2456 1283,67 282,64 5,5 0,00557 0,090909091 Struktur Stabil
20 3150 22,3016 1648,65 293,481 5,5 0,00723 0,090909091 Struktur Stabil
19 3150 23,5579 2013,4 300,06 5,5 0,00912 0,090909091 Struktur Stabil
18 3150 24,858 2378,88 305,585 5,5 0,01117 0,090909091 Struktur Stabil
17 3150 26,122 2745,69 310,648 5,5 0,01333 0,090909091 Struktur Stabil
16 3150 27,3114 3114,27 314,946 5,5 0,01559 0,090909091 Struktur Stabil
15 3150 28,4096 3484,99 318,543 5,5 0,01794 0,090909091 Struktur Stabil
14 3150 29,4103 3858,18 321,767 5,5 0,02035 0,090909091 Struktur Stabil
13 3150 30,3103 4234,19 324,735 5,5 0,02281 0,090909091 Struktur Stabil
12 3150 31,1096 4613,39 327,131 5,5 0,02532 0,090909091 Struktur Stabil
11 3150 31,813 4996,17 328,657 5,5 0,02791 0,090909091 Struktur Stabil
10 3150 32,4278 5382,98 329,509 5,5 0,03058 0,090909091 Struktur Stabil
9 3150 32,9569 5774,26 330,093 5,5 0,03328 0,090909091 Struktur Stabil
8 3150 33,3925 6170,54 330,446 5,5 0,03599 0,090909091 Struktur Stabil
7 3150 33,7053 6572,33 330,604 5,5 0,03868 0,090909091 Struktur Stabil
6 3150 33,8137 6980,23 331,05 5,5 0,04115 0,090909091 Struktur Stabil
5 3150 33,5064 7394,84 332,623 5,5 0,043 0,090909091 Struktur Stabil
4 3000 30,7949 7814,82 346,003 5,5 0,04215 0,090909091 Struktur Stabil
3 3000 28,1429 8243,66 352,839 5,5 0,03985 0,090909091 Struktur Stabil
2 3000 22,1067 8680,6 357,394 5,5 0,03254 0,090909091 Struktur Stabil
1 3000 9,82639 9164,68 308,891 5,5 0,01767 0,090909091 Struktur Stabil

Grafik perhitungan koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup PPIUG


1983 dan beban hidup SNI 1727 : 2013 pada titik joint 4 dapat dilihat pada
gambar 5. berikut ini.
308

Koefisien Stabilitas Titik 4


30

25

20
Tingkat Lantai
15

10

0
0 0,02 0,04 0,06
Koefisien stabilitas (rad)

Koefisen Stabilitas (PPIUG 1989)


Koefisien Stabilitas (SNI 2013)

Gambar 5.165 Grafik koefisien stabilitas pada titik joint 4


Nilai koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai koefisien stabilitas berdasarkan
beban hidup PPIUG 1983. Nilai koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013 dan PPIUG 1983 tidak melebihi nilai koefisien stabilitas maksimum
yang telah ditetapkan SNI 1726 : 2012 sehingga titik joint aman dari pemeriksaan
pengaruh P – Delta.

5.11.5. Titik Joint 5


Perhitungan koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
dan beban hidup SNI 1727 : 2013 pada titik joint dapat dilihat pada rekapitulasi
tabel 5.121 dan tabel 5.122 berikut ini.
309

Tabel 5.121 Koefisien stabilitas pada titik joint berdasarkan beban hidup PPIUG
1983
hsx
Lantai (mm) Δ (mm) P (kN) V (kN) Cd Ɵ (Rad) Ɵ max (Rad) Cek
24 3200 15,923 256,371 236,026 5,5 0,000982701 0,090909091 Struktur Stabil
23 3150 16,9701 593,451 138,046 5,5 0,004210866 0,090909091 Struktur Stabil
22 3150 18,6543 926,8 159,577 5,5 0,006253476 0,090909091 Struktur Stabil
21 3150 20,3944 1259,72 171,14 5,5 0,00866482 0,090909091 Struktur Stabil
20 3150 22,0636 1591,32 175,722 5,5 0,011532809 0,090909091 Struktur Stabil
19 3150 23,6256 1921,33 179,43 5,5 0,014602179 0,090909091 Struktur Stabil
18 3150 25,0751 2249,36 181,436 5,5 0,017943392 0,090909091 Struktur Stabil
17 3150 26,415 2575,01 184,349 5,5 0,02129686 0,090909091 Struktur Stabil
16 3150 27,6494 2897,89 186,089 5,5 0,024852686 0,090909091 Struktur Stabil
15 3150 28,7803 3217,6 187,18 5,5 0,028555805 0,090909091 Struktur Stabil
14 3150 29,8077 3533,71 189,147 5,5 0,032143018 0,090909091 Struktur Stabil
13 3150 30,7304 3845,82 189,612 5,5 0,035976463 0,090909091 Struktur Stabil
12 3150 31,5476 4153,48 190,611 5,5 0,03967871 0,090909091 Struktur Stabil
11 3150 32,2594 4456,26 190,049 5,5 0,043660386 0,090909091 Struktur Stabil
10 3150 32,8669 4753,69 191,09 5,5 0,04719307 0,090909091 Struktur Stabil
9 3150 33,3677 5045,29 192,314 5,5 0,050527653 0,090909091 Struktur Stabil
8 3150 33,747 5330,6 192,4 5,5 0,053967512 0,090909091 Struktur Stabil
7 3150 33,9647 5609,08 195,36 5,5 0,056287251 0,090909091 Struktur Stabil
6 3150 33,9228 5880,23 204,534 5,5 0,056292049 0,090909091 Struktur Stabil
5 3150 33,3775 6143,47 228,186 5,5 0,051868631 0,090909091 Struktur Stabil
4 3000 30,3355 6395,11 228,014 5,5 0,051564901 0,090909091 Struktur Stabil
3 3000 27,8572 6636,28 308,948 5,5 0,036265427 0,090909091 Struktur Stabil
2 3000 22,6328 6868,13 500,068 5,5 0,018839283 0,090909091 Struktur Stabil
1 3000 10,8686 7089,34 692,855 5,5 0,006739893 0,090909091 Struktur Stabil
310

Tabel 5.122 Koefisien stabilitas pada titik joint berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013
hsx
Lantai (mm) Δ (mm) P (kN) V (kN) Cd Ɵ (Rad) Ɵ max (Rad) Cek
24 3200 12,8766 243,28 154,585 5,5 0,00115 0,090909091 Struktur Stabil
23 3150 18,2219 560,838 141,377 5,5 0,00417 0,090909091 Struktur Stabil
22 3150 20,7667 879,41 168,806 5,5 0,00624 0,090909091 Struktur Stabil
21 3150 22,6891 1198,5 186,841 5,5 0,0084 0,090909091 Struktur Stabil
20 3150 24,4089 1517,22 194,583 5,5 0,01099 0,090909091 Struktur Stabil
19 3150 26,0314 1834,98 197,654 5,5 0,01395 0,090909091 Struktur Stabil
18 3150 27,5695 2151,23 197,17 5,5 0,01736 0,090909091 Struktur Stabil
17 3150 29,0138 2465,45 195,198 5,5 0,02115 0,090909091 Struktur Stabil
16 3150 30,3562 2777,17 197,348 5,5 0,02466 0,090909091 Struktur Stabil
15 3150 31,5943 3085,91 202,061 5,5 0,02785 0,090909091 Struktur Stabil
14 3150 32,7251 3391,22 204,97 5,5 0,03125 0,090909091 Struktur Stabil
13 3150 33,7446 3692,65 205,146 5,5 0,03506 0,090909091 Struktur Stabil
12 3150 34,6502 3989,75 207,052 5,5 0,03854 0,090909091 Struktur Stabil
11 3150 35,4417 4282,04 210,611 5,5 0,04159 0,090909091 Struktur Stabil
10 3150 36,1189 4569,08 211,843 5,5 0,04497 0,090909091 Struktur Stabil
9 3150 36,6757 4850,38 211,645 5,5 0,04851 0,090909091 Struktur Stabil
8 3150 37,0909 5125,45 213,689 5,5 0,05135 0,090909091 Struktur Stabil
7 3150 37,3193 5393,81 220,913 5,5 0,05259 0,090909091 Struktur Stabil
6 3150 37,2672 5654,95 235,754 5,5 0,0516 0,090909091 Struktur Stabil
5 3150 36,638 5908,33 259,893 5,5 0,04808 0,090909091 Struktur Stabil
4 3000 32,7664 6150,15 292,858 5,5 0,0417 0,090909091 Struktur Stabil
3 3000 30,241 6386,09 353,991 5,5 0,03306 0,090909091 Struktur Stabil
2 3000 25,5169 6612,79 429,99 5,5 0,02378 0,090909091 Struktur Stabil
1 3000 13,8852 6829,12 471,671 5,5 0,01218 0,090909091 Struktur Stabil

Grafik perhitungan koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup PPIUG


1983 dan beban hidup SNI 1727 : 2013 pada titik joint 5 dapat dilihat pada
gambar 5.166 berikut ini.
311

Koefisien Stabilitas Titik 5


30

25

20
Tingkat Lantai
15

10

0
0 0,02 0,04 0,06
Koefisien stabilitas

Koefisen Stabilitas (PPIUG 1989)


Koefisien Stabilitas (SNI 2013)

Gambar 5.166 Grafik koefisien stabilitas pada titik joint 5


Nilai koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai koefisien stabilitas berdasarkan
beban hidup PPIUG 1983. Nilai koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013 dan PPIUG 1983 tidak melebihi nilai koefisien stabilitas maksimum
yang telah ditetapkan SNI 1726 : 2012 sehingga titik joint aman dari pemeriksaan
pengaruh P – Delta.

5.11.6. Titik Joint 6


Perhitungan koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
dan beban hidup SNI 1727 : 2013 pada titik joint 6 dapat dilihat pada rekapitulasi
tabel 5.123 dan tabel 5.124 berikut ini.
312

Tabel 5.123 Koefisien stabilitas pada titik joint 6 berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983
hsx
Lantai (mm) Δ (mm) P (kN) V (kN) Cd Ɵ (Rad) Ɵ max (Rad) Cek
24 3200 14,8746 255,859 235,496 5,5 0,00092 0,090909091 Struktur Stabil
23 3150 15,7989 592,005 136,324 5,5 0,00396 0,090909091 Struktur Stabil
22 3150 17,2827 924,396 158,753 5,5 0,00581 0,090909091 Struktur Stabil
21 3150 18,8034 1256,36 171,266 5,5 0,00796 0,090909091 Struktur Stabil
20 3150 20,2509 1586,98 177,017 5,5 0,01048 0,090909091 Struktur Stabil
19 3150 21,5999 1916,01 181,2 5,5 0,01318 0,090909091 Struktur Stabil
18 3150 22,8503 2243,05 183,759 5,5 0,0161 0,090909091 Struktur Stabil
17 3150 24,0068 2567,72 187,12 5,5 0,01901 0,090909091 Struktur Stabil
16 3150 25,0728 2889,63 189,123 5,5 0,02211 0,090909091 Struktur Stabil
15 3150 26,0483 3208,38 190,307 5,5 0,02535 0,090909091 Struktur Stabil
14 3150 26,9306 3523,56 192,416 5,5 0,02847 0,090909091 Struktur Stabil
13 3150 27,7163 3834,75 193,092 5,5 0,03177 0,090909091 Struktur Stabil
12 3150 28,4037 4141,54 194,154 5,5 0,03497 0,090909091 Struktur Stabil
11 3150 28,9934 4443,49 193,803 5,5 0,03837 0,090909091 Struktur Stabil
10 3150 29,489 4740,16 194,741 5,5 0,04143 0,090909091 Struktur Stabil
9 3150 29,8935 5031,08 196,155 5,5 0,04426 0,090909091 Struktur Stabil
8 3150 30,2001 5315,78 196,556 5,5 0,04714 0,090909091 Struktur Stabil
7 3150 30,3804 5593,78 199,923 5,5 0,04906 0,090909091 Struktur Stabil
6 3150 30,3538 5864,58 209,483 5,5 0,04905 0,090909091 Struktur Stabil
5 3150 29,9053 6127,61 233,327 5,5 0,04533 0,090909091 Struktur Stabil
4 3000 27,2378 6379,24 235,476 5,5 0,04472 0,090909091 Struktur Stabil
3 3000 25,0811 6620,6 315,231 5,5 0,03192 0,090909091 Struktur Stabil
2 3000 20,436 6852,92 498,641 5,5 0,01702 0,090909091 Struktur Stabil
1 3000 9,83992 7074,87 675,173 5,5 0,00625 0,090909091 Struktur Stabil
313

Tabel 5.124 Koefisien stabilitas pada titik joint 6 berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013
hsx
Lantai (mm) Δ (mm) P (kN) V (kN) Cd Ɵ (Rad) Ɵ max (Rad) Cek
24 3200 11,3012 240,65 150,895 5,5 0,00102 0,090909091 Struktur Stabil
23 3150 16,5457 555,372 125,638 5,5 0,00422 0,090909091 Struktur Stabil
22 3150 18,9715 871,556 146,732 5,5 0,0065 0,090909091 Struktur Stabil
21 3150 20,6934 1188,37 166,684 5,5 0,00852 0,090909091 Struktur Stabil
20 3150 22,1823 1504,95 178,95 5,5 0,01077 0,090909091 Struktur Stabil
19 3150 23,5713 1820,71 186,989 5,5 0,01325 0,090909091 Struktur Stabil
18 3150 24,8886 2135,08 190,99 5,5 0,01606 0,090909091 Struktur Stabil
17 3150 26,129 2447,57 192,155 5,5 0,01921 0,090909091 Struktur Stabil
16 3150 27,2841 2757,67 193,635 5,5 0,02243 0,090909091 Struktur Stabil
15 3150 28,3486 3064,91 196,026 5,5 0,02558 0,090909091 Struktur Stabil
14 3150 29,3179 3368,82 199,265 5,5 0,02861 0,090909091 Struktur Stabil
13 3150 30,1853 3668,94 202,286 5,5 0,0316 0,090909091 Struktur Stabil
12 3150 30,9456 3964,83 204,125 5,5 0,03469 0,090909091 Struktur Stabil
11 3150 31,6 4256,02 205,219 5,5 0,03783 0,090909091 Struktur Stabil
10 3150 32,1518 4542,06 205,757 5,5 0,04097 0,090909091 Struktur Stabil
9 3150 32,5995 4822,49 207,026 5,5 0,04383 0,090909091 Struktur Stabil
8 3150 32,9326 5096,85 211,28 5,5 0,04586 0,090909091 Struktur Stabil
7 3150 33,1213 5364,65 220,57 5,5 0,0465 0,090909091 Struktur Stabil
6 3150 33,0863 5625,42 236,758 5,5 0,04538 0,090909091 Struktur Stabil
5 3150 32,5463 5878,65 260,671 5,5 0,04237 0,090909091 Struktur Stabil
4 3000 29,1502 6120,56 290,392 5,5 0,03724 0,090909091 Struktur Stabil
3 3000 27,02 6356,88 346,528 5,5 0,03004 0,090909091 Struktur Stabil
2 3000 23,0226 6584,3 420,401 5,5 0,02185 0,090909091 Struktur Stabil
1 3000 12,6044 6801,64 463,347 5,5 0,01121 0,090909091 Struktur Stabil

Grafik perhitungan koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup PPIUG


1983 dan beban hidup SNI 1727 : 2013 pada titik joint 6 dapat dilihat pada
gambar 5.167 berikut ini.
314

Koefisien Stabilitas Titik 6


30

25

20
Tingkat Lantai

15

10

0
0 0,02 0,04 0,06
Koefisien stabilitas

Koefisen Stabilitas (PPIUG 1989)


Koefisien Stabilitas (SNI 2013)

Gambar 5.167 Grafik koefisien stabilitas pada titik joint 6


Nilai koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai koefisien stabilitas berdasarkan
beban hidup PPIUG 1983. Nilai koefisien stabilitas berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013 dan PPIUG 1983 tidak melebihi nilai koefisien stabilitas maksimum
yang telah ditetapkan SNI 1726 : 2012 sehingga titik joint 6 aman dari
pemeriksaan pengaruh P – Delta.

5.11. Faktor Perbesaran Torsi


Perhitungan faktor perbesaran torsi didasarkan pada peraturan pasal
7.8.4.3 SNI 1726 : 2012. Pasal 7.8.43 SNI 1726 : 2012 menerangkan bahwa
struktur yang dianalisis menggunakan beban gempa perlu diperiksa apakah
struktur gedung mengalami rotasi sehingga menyebabkan adanya perpindahan
pusat massa bangunan. Pusat massa bangunan merupakan titik pusat gaya gempa
bekerja sehingga apabila pusat massa bangunan berubah , maka nilai gaya – gaya
315

dalam yang terjadi pada struktur gedung mengalami perubahan. Struktur gedung
yang perlu diperiksa nilai faktor perbesaran torsi adalah struktur gedung dengan
kategori desain seismik C, D, E atau F. Gedung yang dijadikan studi kasus dalam
tugas akhir ini termasuk kategori desain seismik D sehingga perlu diperiksa nilai
faktor perbesaran torsi. Nilai faktor perbesaran torsi memiliki batasan yang telah
ditetapkan oleh peraturan. Apabila nilai faktor perbesaran torsi yang terjadi
kurang dari nilai batasan yang telah ditetapkan , maka tidak perlu mengubah titik
pusat massa bangunan pada model analisa struktur. Titik joint yang dijadikan
sebagai acuan perhitungan faktor perbesaran torsi ada dua buah yang dapat dilihat
pada gambar 5. berikut ini.
A

B
Gambar 5.168 Titik joint yang dijadikan acuan perhitungan faktor perbesaran
torsi
316

Contoh perhitungan faktor perbesaran torsi dapat dilihat pada penjabaran


perhitungan berikut ini.

Diketahui :
δA : Defleksi pada titik A = 121,1591 mm
δB : Defleksi pada titik B = 106,2835 mm
Penyelesaian :
δmax : Defleksi terbesar = 121,1591 mm

( )

Karena nilai faktor perbesaran torsi kurang dari 1 , maka tidak perlu
dilakukan perbesaran nilai torsi pada analisa struktur bangunan.
Perhitungan nilai faktor perbesaran torsi pada joint A dan joint B dengan
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dapat dilihat pada tabel 5.125 berikut ini.
Tabel 5.125 Faktor perbesaran torsi dengan beban hidup berdasarkan PPIUG
1983
Lantai δx A (mm) δx B (mm) δmax (mm) δaverage (mm) Ax Cek
Tidak Perlu
24 121,159 106,284 121,159 113,721 0,788 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
23 118,186 103,561 118,186 110,873 0,789 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
22 115,014 100,670 115,014 107,842 0,790 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
21 111,524 97,509 111,524 104,516 0,791 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
20 107,703 94,071 107,703 100,887 0,791 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
19 103,564 90,369 103,564 96,967 0,792 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
18 99,126 86,420 99,126 92,773 0,793 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
17 94,411 82,242 94,411 88,327 0,793 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
16 89,438 77,851 89,438 83,645 0,794 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
15 84,228 73,264 84,228 78,746 0,795 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
14 78,800 68,496 78,800 73,648 0,795 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
13 73,175 63,567 73,175 68,371 0,795 Perbesaran Torsi
317

Tabel 5.125 Lanjutan


Lantai δx A (mm) δx B (mm) δmax (mm) δaverage (mm) Ax Cek
Tidak Perlu
12 67,372 58,492 67,372 62,932 0,796 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
11 61,411 53,293 61,411 57,352 0,796 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
10 55,313 47,985 55,313 51,649 0,796 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
9 49,099 42,589 49,099 45,844 0,797 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
8 42,789 37,121 42,789 39,955 0,796 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
7 36,408 31,601 36,408 34,004 0,796 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
6 29,988 26,051 29,988 28,019 0,795 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
5 23,579 20,509 23,579 22,044 0,795 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
4 17,279 15,053 17,279 16,166 0,793 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
3 11,558 10,086 11,558 10,822 0,792 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
2 6,310 5,516 6,310 5,913 0,791 Perbesaran Torsi
Tidak Perlu
1 2,048 1,794 2,048 1,921 0,789 Perbesaran Torsi

Perhitungan nilai faktor perbesaran torsi pada joint A dan joint B dengan
beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.126 berikut
ini.
Tabel 5.126 Faktor perbesaran torsi dengan beban hidup berdasarkan SNI 1729 :
2013
δx A δx B δmax δaverage
Lantai (mm) (mm) (mm) (mm) Ax Cek
Tidak Perlu Perbesaran
24 132,2128 114,2945 132,2128 123,254 0,79907 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
23 129,1943 111,645 129,1943 120,42 0,79934 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
22 125,9672 108,8207 125,9672 117,394 0,79958 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
21 122,348 105,6512 122,348 114 0,79988 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
20 118,2796 102,0838 118,2796 110,182 0,80027 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
19 113,7922 98,15039 113,7922 105,971 0,80073 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
18 108,9378 93,9026 108,9378 101,42 0,80121 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
17 103,7631 89,38511 103,7631 96,5741 0,80168 Torsi
318

Tabel 5.126 Lanjutan


δx B δmax δaverage
Lantai δx A (mm) (mm) (mm) (mm) Ax Cek
Tidak Perlu Perbesaran
16 98,30412 84,63106 98,30412 91,4676 0,80213 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
15 92,5885 79,66482 92,5885 86,1267 0,80256 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
14 86,6389 74,50603 86,6389 80,5725 0,80295 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
13 80,47607 69,17286 80,47607 74,8245 0,80331 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
12 74,12066 63,68392 74,12066 68,9023 0,80362 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
11 67,59381 58,05875 67,59381 62,8263 0,80384 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
10 60,91703 52,31705 60,91703 56,617 0,80393 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
9 54,11185 46,4778 54,11185 50,2948 0,80385 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
8 47,20008 40,559 47,20008 43,8795 0,80352 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
7 40,20511 34,57799 40,20511 37,3915 0,80288 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
6 33,15561 28,55422 33,15561 30,8549 0,80187 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
5 26,09613 22,51825 26,09613 24,3072 0,80042 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
4 19,11452 16,53559 19,11452 17,8251 0,79855 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
3 12,71101 11,02677 12,71101 11,8689 0,79648 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
2 6,833276 5,945052 6,833276 6,38916 0,79434 Torsi
Tidak Perlu Perbesaran
1 2,148359 1,874893 2,148359 2,01163 0,79206 Torsi

Grafik perhitungan nilai faktor perbesaran torsi pada joint A dan joint B
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat
pada gambar 5.169 berikut ini.
319

Cek Torsi Bangunan


30

25

Tingkat Lantai
20

15

10

0
0,785 0,790 0,795 0,800 0,805
Ax

Ax (PPIUG 1989) Ax (SNI 2013)

Gambar 5.169 Grafik nilai faktor perbesaran torsi pada joint A dan joint B
Nilai faktor perbesaran torsi dengan beban hidup berdasarkan SNI 1727 :
2013 memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai faktor perbesaran
torsi dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983. Nilai faktor perbesaran torsi
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 tidak
melebihi satu sehingga struktur bangunan tidak perlu dianalisis ulang dengan
pembesaran torsi bangunan.

5.12. Kebutuhan Jumlah Tulangan Lentur pada Balok


Balok beton berfungsi sebagai penyalur beban dari pelat ke kolom. Balok
beton memerlukan tulangan dalam menahan beban yang diampunya. Tulangan
yang digunakan pada balok terdiri dari tulangan yang menahan momen/gaya
lentur dan tulangan yang menahan gaya geser. Kebutuhan tulangan dihitung
berdasarkan gaya lentur dan gaya geser yang terjadi pada balok. Kebutuhan
tulangan ini perlu diperhitungkan sehingga didapatkan jumlah tulangan yang
efektif dan efisien. Balok beton dalam perhitungan kebutuhan tulangan lentur
dibedakan menjadi dua macam daerah balok yaitu daerah tumpuan dan daerah
lapangan. Daerah tumpuan balok lebih dominan digunakan untuk menahan
320

momen negatif sedangkan daerah lapangan balok lebih dominan digunakan untuk
menahan momen positif. Balok beton dapat didesain dengan tulangan tunggal dan
tulangan rangkap. Balok yang menahan beban gempa didesaian menggunakan
tulangan rangkap. Tulangan rangkap terdiri dari tulangan tunggal ditambah
tulangan kembar. Tulangan tunggal dan tulangan rangkap dianalisis kebutuhan
luas tulangannya sesuai dengan ketentuan SNI 2847 : 2013. Contoh perhitungan
kebutuhan luas tulangan menggunakan SNI 2847 : 2013 dijabarkan sebagaimana
berikut ini. Contoh berupa perhitungan balok B1 daerah tumpuan lantai ke-23.
Contoh yang dijabarkan menggunakan gaya lentur/momen hasil dari analisis
struktur menggunakan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.

Diketahui :
Gaya dalam berdasarkan beban hidup PPIUG 1983
Mu- : Momen ultimate negatif = 37,082 Ton.m
Mu+ : Momen ultimate positif = 5,451 Ton.m
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,764

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Penyelesaian :
321

1. Cek Penampang

( )

( ( ))

( ( ))

2. Parameter tinggi beton

3. Luas tulangan sebelah


( )

Persamaan a

( ) ( )

, maka nilai a
322

Cek tulangan baja desak

( )

( )

4. Luas tulangan kembar

( ) ( )

5. Cek momen tersedia


a. Momen tersedia negatif

( )
323

( )( )

( ) [( ) ( )]( )
( )
, maka didapatkan nilai a

( )

( )

( )

b. Momen tersedia positif

( )( )

( )( )

( ) [( ) ( )]( )
( )
, maka didapatkan nilai a

( )
324

( )

( )

6. Momen Kapasitas
a. Momen kapasitas negatif

( )

( )( )

( ) [( ) ( )]( )
( )
, maka didapatkan nilai a

( )

( )

( )

b. Momen kapasitas positif

( )( )

( )( )

( ) [( ) ( )]( )
325

( )
, maka didapatkan nilai a

( )

( )

( )

Perhitungan luas jumlah tulangan pada semua tipe balok akan dijabarkan
dalam tabel sebagaimana berikut ini.
5.12.1. Balok B1
Perhitungan kebutuhan jumlah tulangan balok B1 menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B1
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
326

Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B1 daerah tumpuan
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.127 berikut ini.
Tabel 5.127 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B1 daerah
tumpuan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 8D25 4D25
23 5D25 2D25 6D25 3D25 8D25 4D25
22 5D25 2D25 6D25 3D25 8D25 4D25
21 5D25 2D25 6D25 3D25 8D25 4D25
20 5D25 2D25 6D25 3D25 8D25 4D25
19 5D25 2D25 6D25 3D25 8D25 4D25
18 6D25 3D25 6D25 3D25 8D25 4D25
17 6D25 3D25 6D25 3D25 8D25 4D25
16 6D25 3D25 6D25 3D25 8D25 4D25
15 6D25 3D25 6D25 3D25 8D25 4D25
14 6D25 3D25 6D25 3D25 8D25 4D25
13 6D25 3D25 6D25 3D25 8D25 4D25
12 6D25 3D25 7D25 4D25 8D25 4D25
11 6D25 3D25 7D25 4D25 8D25 4D25
10 6D25 3D25 7D25 4D25 8D25 4D25
9 6D25 3D25 7D25 4D25 8D25 4D25
8 6D25 3D25 7D25 4D25 8D25 4D25
7 6D25 3D25 7D25 4D25 8D25 4D25
6 6D25 3D25 7D25 4D25 8D25 4D25
5 6D25 3D25 7D25 4D25 8D25 4D25
4 6D25 3D25 7D25 4D25 8D25 4D25
3 6D25 3D25 7D25 4D25 8D25 4D25
2 6D25 3D25 6D25 3D25 8D25 4D25
1 6D25 3D25 6D25 3D25 8D25 4D25
327

Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B1 daerah lapangan


dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.128 berikut ini.
Tabel 5.128 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B1 daerah
lapangan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
23 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
22 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
21 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
20 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
19 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
18 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
17 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
16 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
15 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
14 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
13 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
12 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
11 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
10 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
9 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
8 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
7 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
6 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
5 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
4 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
3 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
2 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
1 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25

Jumlah tulangan untuk balok B1 di daerah tumpuan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memerlukan jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tulangan berdasarkan PPIUG 1983.
328

Jumlah tulangan untuk balok B1 di daerah lapangan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memiliki jumlah yang sama dengan jumlah tulangan
berdasarkan PPIUG 1983.
5.12.2. Balok B2
Perhitungan kebutuhan jumlah tulangan balok B2 menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B2
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B2 daerah tumpuan
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.129 berikut ini.
329

Tabel 5.129 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B2 daerah


tumpuan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 7D25 4D25
23 5D25 2D25 5D25 2D25 7D25 4D25
22 5D25 2D25 5D25 2D25 7D25 4D25
21 5D25 2D25 5D25 2D25 7D25 4D25
20 5D25 2D25 5D25 2D25 7D25 4D25
19 6D25 3D25 6D25 3D25 7D25 4D25
18 6D25 3D25 6D25 3D25 7D25 4D25
17 6D25 3D25 6D25 3D25 7D25 4D25
16 6D25 3D25 6D25 3D25 7D25 4D25
15 6D25 3D25 6D25 3D25 7D25 4D25
14 6D25 3D25 6D25 3D25 7D25 4D25
13 6D25 3D25 6D25 3D25 7D25 4D25
12 6D25 3D25 6D25 3D25 7D25 4D25
11 6D25 3D25 6D25 3D25 7D25 4D25
10 6D25 3D25 6D25 3D25 7D25 4D25
9 5D25 2D25 6D25 3D25 7D25 4D25
8 5D25 2D25 6D25 3D25 7D25 4D25
7 5D25 2D25 5D25 2D25 7D25 4D25
6 5D25 2D25 5D25 2D25 7D25 4D25
5 5D25 2D25 5D25 2D25 7D25 4D25
4 5D25 2D25 5D25 2D25 7D25 4D25
3 5D25 2D25 5D25 2D25 7D25 4D25
2 5D25 2D25 5D25 2D25 7D25 4D25
1 5D25 2D25 5D25 2D25 7D25 4D25

Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B2 daerah lapangan


dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.130 berikut ini.
330

Tabel 5.130 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B2 daerah


lapangan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
23 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
22 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
21 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
20 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
19 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
18 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
17 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
16 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
15 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
14 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
13 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
12 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
11 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
10 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
9 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
8 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
7 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
6 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
5 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
4 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
3 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
2 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
1 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25

Jumlah tulangan untuk balok B2 di daerah tumpuan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memerlukan jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tulangan berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan untuk balok B2 di daerah lapangan berdasarkan beban
hidup SNI 1729 : 2013 memiliki jumlah yang sama dengan jumlah tulangan
berdasarkan PPIUG 1983.
331

5.12.3. Balok B3
Perhitungan kebutuhan jumlah tulangan balok B3 menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B3
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total balok = 70 cm
B : Lebar balok = 30 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B3 daerah tumpuan
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.131 berikut ini.
Tabel 5.131 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B3 daerah
tumpuan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 4D25 2D25 4D25 2D25 4D25 3D25
23 4D25 2D25 4D25 2D25 4D25 3D25
22 4D25 2D25 4D25 2D25 4D25 3D25
21 4D25 2D25 4D25 2D25 4D25 3D25
20 4D25 2D25 4D25 2D25 4D25 3D25
19 4D25 2D25 4D25 2D25 4D25 3D25
332

Tabel 5.131 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
18 4D25 2D25 4D25 2D25 4D25 3D25
17 4D25 2D25 4D25 2D25 4D25 3D25
16 4D25 2D25 5D25 3D25 4D25 3D25
15 4D25 2D25 5D25 3D25 4D25 3D25
14 4D25 2D25 5D25 3D25 4D25 3D25
13 4D25 2D25 5D25 3D25 4D25 3D25
12 5D25 3D25 5D25 3D25 4D25 3D25
11 5D25 3D25 5D25 3D25 4D25 3D25
10 5D25 3D25 5D25 3D25 4D25 3D25
9 5D25 3D25 5D25 3D25 4D25 3D25
8 5D25 3D25 5D25 3D25 4D25 3D25
7 5D25 3D25 5D25 3D25 4D25 3D25
6 5D25 3D25 5D25 3D25 4D25 3D25
5 5D25 3D25 5D25 3D25 4D25 3D25
4 5D25 3D25 5D25 3D25 4D25 3D25
3 4D25 2D25 5D25 3D25 4D25 3D25
2 4D25 2D25 5D25 3D25 4D25 3D25
1 4D25 2D25 4D25 2D25 4D25 3D25

Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B3 daerah lapangan


dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.132 berikut ini.
Tabel 5.132 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B3 daerah
lapangan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
23 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
22 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
21 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
20 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
19 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
18 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
333

Tabel 5.132 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
17 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
16 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
15 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
14 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
13 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
12 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
11 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
10 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
9 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
8 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
7 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
6 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
5 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
4 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
3 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
2 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25
1 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 4D25

Jumlah tulangan untuk balok B3 di daerah tumpuan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memerlukan jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tulangan berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan untuk balok B3 di daerah lapangan berdasarkan beban
hidup SNI 1729 : 2013 memiliki jumlah yang sama dengan jumlah tulangan
berdasarkan PPIUG 1983.
5.12.4. Balok B4
Perhitungan kebutuhan jumlah tulangan balok B4 menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B4
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
334

fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2


Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B4 daerah tumpuan
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.133 berikut ini.
Tabel 5.133 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B4 daerah
tumpuan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
23 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
22 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
21 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
20 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
19 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
18 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
17 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
16 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
15 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
14 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
13 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
12 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
11 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
10 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
335

Tabel 5.133 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
9 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
8 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
7 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
6 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
5 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
4 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
3 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
2 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
1 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25

Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B4 daerah lapangan


dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.134 berikut ini.
Tabel 5.134 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B4 daerah
lapangan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
23 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
22 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
21 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
20 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
19 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
18 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
17 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
16 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
15 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
14 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
13 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
12 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
11 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
10 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
9 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
336

Tabel 5.134 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
8 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
7 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
6 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
5 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
4 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
3 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
2 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
1 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25

Jumlah tulangan untuk balok B4 di daerah tumpuan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memerlukan jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tulangan berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan untuk balok B4 di daerah lapangan berdasarkan beban
hidup SNI 1729 : 2013 memiliki jumlah yang sama dengan jumlah tulangan
berdasarkan PPIUG 1983.
5.12.5. Balok B5
Perhitungan kebutuhan jumlah tulangan balok B5 menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B5
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
337

Ø : faktor reduksi lentur = 0,9


Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B5 daerah tumpuan
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.135 berikut ini.
Tabel 5.135 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B5 daerah
tumpuan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
23 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
22 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
21 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
20 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
19 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
18 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
17 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
16 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
15 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
14 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
13 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
12 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
11 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
10 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
9 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
8 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
7 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
6 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
5 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
4 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
3 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
2 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
1 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
338

Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B5 daerah lapangan


dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.136 berikut ini.
Tabel 5.136 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B5 daerah
lapangan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
23 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
22 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
21 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
20 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
19 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
18 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
17 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
16 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
15 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
14 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
13 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
12 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
11 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
10 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
9 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
8 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
7 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
6 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
5 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
4 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
3 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
2 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25
1 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 3D25

Jumlah tulangan untuk balok B5 di daerah tumpuan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memerlukan jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tulangan berdasarkan PPIUG 1983.
339

Jumlah tulangan untuk balok B5 di daerah lapangan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memiliki jumlah yang sama dengan jumlah tulangan
berdasarkan PPIUG 1983.
5.12.6. Balok B6
Perhitungan kebutuhan jumlah tulangan balok B6 menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B6
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B6 daerah tumpuan
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.137 berikut ini.
340

Tabel 5.137 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B6 daerah


tumpuan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 7D25 4D25
23 6D25 3D25 6D25 3D25 7D25 4D25
22 6D25 3D25 7D25 4D25 7D25 4D25
21 6D25 3D25 7D25 4D25 7D25 4D25
20 7D25 4D25 7D25 4D25 7D25 4D25
19 7D25 4D25 7D25 4D25 7D25 4D25
18 7D25 4D25 7D25 4D25 7D25 4D25
17 7D25 4D25 7D25 4D25 7D25 4D25
16 7D25 4D25 7D25 4D25 7D25 4D25
15 7D25 4D25 8D25 5D25 7D25 4D25
14 7D25 4D25 8D25 5D25 7D25 4D25
13 7D25 4D25 8D25 5D25 7D25 4D25
12 7D25 4D25 8D25 5D25 7D25 4D25
11 7D25 4D25 8D25 5D25 7D25 4D25
10 7D25 4D25 8D25 5D25 7D25 4D25
9 7D25 4D25 8D25 5D25 7D25 4D25
8 7D25 4D25 8D25 5D25 7D25 4D25
7 7D25 4D25 8D25 5D25 7D25 4D25
6 7D25 4D25 7D25 4D25 7D25 4D25
5 7D25 4D25 7D25 4D25 7D25 4D25
4 7D25 4D25 7D25 4D25 7D25 4D25
3 6D25 3D25 7D25 4D25 7D25 4D25
2 6D25 3D25 7D25 4D25 7D25 4D25
1 5D25 2D25 6D25 3D25 7D25 4D25

Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B6 daerah lapangan


dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.138 berikut ini.
341

Tabel 5.138 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B6 daerah


lapangan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
23 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
22 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
21 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
20 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
19 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
18 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
17 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
16 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
15 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
14 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
13 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
12 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
11 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
10 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
9 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
8 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
7 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
6 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
5 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
4 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
3 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
2 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25
1 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 7D25

Jumlah tulangan untuk balok B6 di daerah tumpuan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memerlukan jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tulangan berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan untuk balok B6 di daerah lapangan berdasarkan beban
hidup SNI 1729 : 2013 memiliki jumlah yang sama dengan jumlah tulangan
berdasarkan PPIUG 1983.
342

5.12.7. Balok B7
Perhitungan kebutuhan jumlah tulangan balok B7 menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B7
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total balok = 70 cm
B : Lebar balok = 30 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B7 daerah tumpuan
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.139 berikut ini.
Tabel 5.139 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B7 daerah
tumpuan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
23 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
22 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
21 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
20 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
19 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
343

Tabel 5.139 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
18 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
17 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
16 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
15 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
14 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
13 4D25 2D25 5D25 3D25 3D25 3D25
12 4D25 2D25 5D25 3D25 3D25 3D25
11 4D25 2D25 5D25 3D25 3D25 3D25
10 4D25 2D25 5D25 3D25 3D25 3D25
9 5D25 3D25 5D25 3D25 3D25 3D25
8 5D25 3D25 5D25 3D25 3D25 3D25
7 5D25 3D25 5D25 3D25 3D25 3D25
6 5D25 3D25 5D25 3D25 3D25 3D25
5 4D25 2D25 5D25 3D25 3D25 3D25
4 4D25 2D25 5D25 3D25 3D25 3D25
3 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
2 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
1 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25

Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B7 daerah lapangan


dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.140 berikut ini.
Tabel 5.140 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B7 daerah
lapangan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
23 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
22 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
21 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
20 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
19 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
18 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
344

Tabel 5.140 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
17 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
16 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
15 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
14 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
13 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
12 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
11 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
10 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
9 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
8 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
7 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
6 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
5 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
4 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
3 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
2 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
1 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25

Jumlah tulangan untuk balok B7 di daerah tumpuan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memerlukan jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tulangan berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan untuk balok B7 di daerah lapangan berdasarkan beban
hidup SNI 1729 : 2013 memiliki jumlah yang sama dengan jumlah tulangan
berdasarkan PPIUG 1983.
5.12.8. Balok B8
Perhitungan kebutuhan jumlah tulangan balok B8 menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B8
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
345

fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2


Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
B : Lebar balok = 30 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B8 daerah tumpuan
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.141 berikut ini.
Tabel 5.141 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B8 daerah
tumpuan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
23 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
22 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
21 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
20 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
19 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
18 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
17 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
16 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
15 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
14 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
13 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
12 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
11 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
10 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
346

Tabel 5.141 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
9 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
8 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
7 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
6 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
5 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
4 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
3 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
2 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
1 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25

Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B8 daerah lapangan


dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.142 berikut ini.
Tabel 5.142 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B8 daerah
lapangan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
23 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
22 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
21 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
20 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
19 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
18 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
17 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
16 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
15 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
14 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
13 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
12 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
11 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
10 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
9 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
347

Tabel 5.142 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
8 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
7 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
6 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
5 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
4 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
3 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
2 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
1 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25

Jumlah tulangan untuk balok B8 di daerah tumpuan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memerlukan jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tulangan berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan untuk balok B8 di daerah lapangan berdasarkan beban
hidup SNI 1729 : 2013 memiliki jumlah yang sama dengan jumlah tulangan
berdasarkan PPIUG 1983.
5.12.9. Balok B9
Perhitungan kebutuhan jumlah tulangan balok B9 menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B9
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
348

Ø : faktor reduksi lentur = 0,9


Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B9 daerah tumpuan
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.143 berikut ini.
Tabel 5.143 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B9 daerah
tumpuan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 5D25 3D25
23 7D25 4D25 7D25 4D25 5D25 3D25
22 7D25 4D25 7D25 4D25 5D25 3D25
21 7D25 4D25 7D25 4D25 5D25 3D25
20 7D25 4D25 8D25 5D25 5D25 3D25
19 7D25 4D25 8D25 5D25 5D25 3D25
18 7D25 4D25 8D25 5D25 5D25 3D25
17 7D25 4D25 8D25 5D25 5D25 3D25
16 7D25 4D25 8D25 5D25 5D25 3D25
15 7D25 4D25 8D25 5D25 5D25 3D25
14 7D25 4D25 8D25 5D25 5D25 3D25
13 7D25 4D25 8D25 5D25 5D25 3D25
12 7D25 4D25 8D25 5D25 5D25 3D25
11 7D25 4D25 8D25 5D25 5D25 3D25
10 7D25 4D25 8D25 5D25 5D25 3D25
9 7D25 4D25 8D25 5D25 5D25 3D25
8 7D25 4D25 8D25 5D25 5D25 3D25
7 7D25 4D25 8D25 5D25 5D25 3D25
6 7D25 4D25 8D25 5D25 5D25 3D25
5 7D25 4D25 8D25 5D25 5D25 3D25
4 7D25 4D25 7D25 4D25 5D25 3D25
3 7D25 4D25 7D25 4D25 5D25 3D25
2 6D25 3D25 7D25 4D25 5D25 3D25
1 5D25 2D25 6D25 3D25 5D25 3D25
349

Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B9 daerah lapangan


dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.144 berikut ini.
Tabel 5.144 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B9 daerah
lapangan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
23 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
22 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
21 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
20 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
19 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
18 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
17 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
16 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
15 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
14 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
13 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
12 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
11 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
10 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
9 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
8 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
7 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
6 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
5 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
4 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
3 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
2 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
1 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25

Jumlah tulangan untuk balok B9 di daerah tumpuan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memerlukan jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tulangan berdasarkan PPIUG 1983.
350

Jumlah tulangan untuk balok B9 di daerah lapangan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memiliki jumlah yang sama dengan jumlah tulangan
berdasarkan PPIUG 1983.
5.12.10. Balok B10
Perhitungan kebutuhan jumlah tulangan balok B10 menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B10
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
B : Lebar balok = 30 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B10 daerah tumpuan
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.145 berikut ini.
351

Tabel 5.145 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B10 daerah
tumpuan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
23 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
22 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
21 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
20 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
19 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
18 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
17 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
16 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
15 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
14 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
13 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
12 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
11 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
10 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
9 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
8 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
7 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
6 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
5 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
4 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
3 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
2 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
1 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25

Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B10 daerah lapangan


dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.146 berikut ini.
352

Tabel 5.146 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B10 daerah
lapangan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
23 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
22 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
21 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
20 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
19 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
18 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
17 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
16 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
15 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
14 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
13 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
12 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
11 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
10 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
9 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
8 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
7 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
6 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
5 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
4 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
3 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
2 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25
1 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 3D25

Jumlah tulangan untuk balok B10 di daerah tumpuan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memerlukan jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tulangan berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan untuk balok B10 di daerah lapangan berdasarkan beban
hidup SNI 1729 : 2013 memiliki jumlah yang sama dengan jumlah tulangan
berdasarkan PPIUG 1983.
353

5.12.11. Balok B11


Perhitungan kebutuhan jumlah tulangan balok B11 menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B11
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
B : Lebar balok = 30 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B11 daerah tumpuan
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.147 berikut ini.
Tabel 5.147 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B11 daerah
tumpuan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
23 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
22 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
21 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
20 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
19 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
354

Tabel 5.147 lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
18 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
17 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
16 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
15 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
14 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
13 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
12 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
11 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
10 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
9 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
8 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
7 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
6 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
5 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
4 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
3 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
2 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25
1 4D25 2D25 4D25 2D25 3D25 2D25

Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B11 daerah lapangan


dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.148 berikut ini.
Tabel 5.148 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B11 daerah
lapangan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
23 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
22 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
21 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
20 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
19 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
18 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
355

Tabel 5.148 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
17 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
16 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
15 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
14 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
13 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
12 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
11 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
10 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
9 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
8 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
7 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
6 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
5 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
4 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
3 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
2 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25
1 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 3D25

Jumlah tulangan untuk balok B11 di daerah tumpuan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memerlukan jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tulangan berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan untuk balok B11 di daerah lapangan berdasarkan beban
hidup SNI 1729 : 2013 memiliki jumlah yang sama dengan jumlah tulangan
berdasarkan PPIUG 1983.
5.12.12. Balok B12
Perhitungan kebutuhan jumlah tulangan balok B12 menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B12
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
356

fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2


Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B12 daerah tumpuan
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.149 berikut ini.
Tabel 5.149 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B12 daerah
tumpuan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
23 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
22 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
21 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
20 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
19 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
18 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
17 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
16 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
15 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
14 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
13 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
12 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
11 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
10 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
357

Tabel 5.149 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
9 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
8 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
7 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
6 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
5 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
4 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
3 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
2 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25
1 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 3D25

Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B12 daerah lapangan


dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.150 berikut ini.
Tabel 5.150 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B12 daerah
lapangan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
23 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
22 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
21 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
20 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
19 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
18 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
17 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
16 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
15 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
14 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
13 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
12 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
11 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
10 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
9 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
358

Tabel 5.150 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
8 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
7 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
6 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
5 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
4 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
3 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
2 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25
1 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 4D25

Jumlah tulangan untuk balok B12 di daerah tumpuan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memerlukan jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tulangan berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan untuk balok B12 di daerah lapangan berdasarkan beban
hidup SNI 1729 : 2013 memiliki jumlah yang sama dengan jumlah tulangan
berdasarkan PPIUG 1983.
5.12.13. Balok B13
Perhitungan kebutuhan jumlah tulangan balok B13 menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B13
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
359

Ø : faktor reduksi lentur = 0,9


Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
B : Lebar balok = 25 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B13 daerah tumpuan
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.151 berikut ini.
Tabel 5.151 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B13 daerah
tumpuan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
23 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
22 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
21 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
20 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
19 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
18 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
17 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
16 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
15 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
14 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
13 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
12 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
11 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
10 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
9 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
8 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
7 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
6 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
5 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
4 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
3 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
2 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
1 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
360

Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B13 daerah lapangan


dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.152 berikut ini.
Tabel 5.152 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B13 daerah
lapangan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
23 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
22 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
21 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
20 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
19 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
18 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
17 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
16 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
15 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
14 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
13 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
12 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
11 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
10 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
9 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
8 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
7 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
6 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
5 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
4 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
3 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
2 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25
1 4D25 2D25 4D25 2D25 2D25 2D25

Jumlah tulangan untuk balok B13 di daerah tumpuan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memerlukan jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tulangan berdasarkan PPIUG 1983.
361

Jumlah tulangan untuk balok B13 di daerah lapangan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memiliki jumlah yang sama dengan jumlah tulangan
berdasarkan PPIUG 1983.
5.12.14. Balok B14
Perhitungan kebutuhan jumlah tulangan balok B14 menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B14
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B14 daerah tumpuan
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.153 berikut ini.
362

Tabel 5.153 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B14 daerah
tumpuan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
23 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
22 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
21 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
20 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
19 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
18 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
17 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
16 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
15 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
14 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
13 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
12 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
11 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
10 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
9 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
8 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
7 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
6 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
5 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
4 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
3 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
2 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
1 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25

Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B14 daerah lapangan


dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.154 berikut ini.
363

Tabel 5.154 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B14 daerah
lapangan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
23 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
22 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
21 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
20 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
19 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
18 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
17 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
16 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
15 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
14 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
13 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
12 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
11 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
10 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
9 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
8 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
7 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
6 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
5 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
4 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
3 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
2 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25
1 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 4D25

Jumlah tulangan untuk balok B14 di daerah tumpuan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memerlukan jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tulangan berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan untuk balok B14 di daerah lapangan berdasarkan beban
hidup SNI 1729 : 2013 memiliki jumlah yang sama dengan jumlah tulangan
berdasarkan PPIUG 1983.
364

5.12.15. Balok B15


Perhitungan kebutuhan jumlah tulangan balok B15 menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B15
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B15 daerah tumpuan
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.155 berikut ini.
Tabel 5.155 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B15 daerah
tumpuan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 6D25 3D25
23 6D25 3D25 6D25 3D25 6D25 3D25
22 6D25 3D25 6D25 3D25 6D25 3D25
21 6D25 3D25 7D25 4D25 6D25 3D25
20 6D25 3D25 7D25 4D25 6D25 3D25
19 7D25 4D25 7D25 4D25 6D25 3D25
365

Tabel 5.155 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
18 7D25 4D25 7D25 4D25 6D25 3D25
17 7D25 4D25 7D25 4D25 6D25 3D25
16 7D25 4D25 7D25 4D25 6D25 3D25
15 7D25 4D25 7D25 4D25 6D25 3D25
14 7D25 4D25 7D25 4D25 6D25 3D25
13 7D25 4D25 7D25 4D25 6D25 3D25
12 7D25 4D25 7D25 4D25 6D25 3D25
11 7D25 4D25 7D25 4D25 6D25 3D25
10 7D25 4D25 7D25 4D25 6D25 3D25
9 7D25 4D25 7D25 4D25 6D25 3D25
8 7D25 4D25 7D25 4D25 6D25 3D25
7 7D25 4D25 7D25 4D25 6D25 3D25
6 7D25 4D25 7D25 4D25 6D25 3D25
5 7D25 4D25 7D25 4D25 6D25 3D25
4 7D25 4D25 7D25 4D25 6D25 3D25
3 7D25 4D25 7D25 4D25 6D25 3D25
2 6D25 3D25 7D25 4D25 6D25 3D25
1 6D25 3D25 6D25 3D25 6D25 3D25

Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B15 daerah lapangan


dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.156 berikut ini.
Tabel 5.156 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B15 daerah
lapangan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
23 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
22 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
21 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
20 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
19 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
18 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
366

Tabel 5.156 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
17 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
16 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
15 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
14 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
13 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
12 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
11 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
10 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
9 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
8 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
7 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
6 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
5 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
4 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
3 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
2 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25
1 5D25 2D25 5D25 2D25 3D25 5D25

Jumlah tulangan untuk balok B15 di daerah tumpuan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memerlukan jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tulangan berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan untuk balok B15 di daerah lapangan berdasarkan beban
hidup SNI 1729 : 2013 memiliki jumlah yang sama dengan jumlah tulangan
berdasarkan PPIUG 1983.
5.12.16. Balok B16
Perhitungan kebutuhan jumlah tulangan balok B16 menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B16
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
367

fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2


Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B16 daerah tumpuan
dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.157 berikut ini.
Tabel 5.157 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B16 daerah
tumpuan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 8D25 4D25
23 5D25 2D25 6D25 3D25 8D25 4D25
22 5D25 2D25 6D25 3D25 8D25 4D25
21 6D25 3D25 6D25 3D25 8D25 4D25
20 6D25 3D25 6D25 3D25 8D25 4D25
19 6D25 3D25 6D25 3D25 8D25 4D25
18 6D25 3D25 6D25 3D25 8D25 4D25
17 6D25 3D25 6D25 3D25 8D25 4D25
16 6D25 3D25 7D25 4D25 8D25 4D25
15 6D25 3D25 7D25 4D25 8D25 4D25
14 6D25 3D25 7D25 4D25 8D25 4D25
13 6D25 3D25 7D25 4D25 8D25 4D25
12 7D25 4D25 7D25 4D25 8D25 4D25
11 7D25 4D25 7D25 4D25 8D25 4D25
10 7D25 4D25 7D25 4D25 8D25 4D25
368

Tabel 5.157 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
9 7D25 4D25 7D25 4D25 8D25 4D25
8 7D25 4D25 7D25 4D25 8D25 4D25
7 7D25 4D25 7D25 4D25 8D25 4D25
6 7D25 4D25 7D25 4D25 8D25 4D25
5 7D25 4D25 7D25 4D25 8D25 4D25
4 6D25 3D25 7D25 4D25 8D25 4D25
3 6D25 3D25 6D25 3D25 8D25 4D25
2 6D25 3D25 6D25 3D25 8D25 4D25
1 5D25 2D25 5D25 2D25 8D25 4D25

Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan B16 daerah lapangan


dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan beban hidup berdasarkan SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.158 berikut ini.
Tabel 5.158 Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah tulangan balok B16 daerah
lapangan
PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
24 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
23 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
22 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
21 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
20 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
19 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
18 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
17 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
16 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
15 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
14 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
13 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
12 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
11 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
10 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
9 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
369

Tabel 5.158 Lanjutan


PPIUG 1983 SNI 1727 : 2013 Eksisting Gedung
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lantai atas bawah atas bawah atas bawah
8 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
7 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
6 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
5 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
4 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
3 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
2 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25
1 5D25 2D25 5D25 2D25 4D25 8D25

Jumlah tulangan untuk balok B16 di daerah tumpuan berdasarkan beban


hidup SNI 1729 : 2013 memerlukan jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tulangan berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan untuk balok B16 di daerah lapangan berdasarkan beban
hidup SNI 1729 : 2013 memiliki jumlah yang sama dengan jumlah tulangan
berdasarkan PPIUG 1983.

5.13. Kebutuhan Jarak Tulangan Sengkang pada Balok


Balok memerlukan tulangan sengkang dalam menahan gaya geser yang
terjadi. Tulangan sengkang dipasang disetiap pias pada balok yang telah
diperhitungkan jaraknya. Jarak tulangan sengkang tergantung dari besarnya gaya
geser yang diampu oleh balok. Gaya geser dalam perhitungan jarak tulangan
sengkang diambil dari nilai gaya geser akibat beban mati dan beban hidup serta
nilai momen kapasitas sesuai dengan desain tulangan lentur pada balok.
Ketentuan perhitungan gaya geser pada balok diatur dalam SNI 2847 : 2013.
Contoh perhitungan jarak tulangan sesuai dengan peraturan SNI 2847 : 2013
dijabarkan sebagaimana berikut ini. Contoh berupa perhitungan balok B1 pada
lantai ke-23. Contoh yang dijabarkan menggunakan gaya geser akibat beban mati
dan beban hidup hasil dari analisis struktur menggunakan beban hidup
berdasarkan PPIUG 1983.
370

Diketahui :
Vd : Gaya geser akibat beban mati = 12,687Ton
Vl : Gaya geser akibat beban hidup = 3,485Ton
MKap- : Momen kapasitas negatif pada balok = 58,963 Ton.m
Mkap+ : Momen kapasitas positif pada balok = 17,952 Ton.m
f'c : kuat tekan beton = 40 MPa = 408,163 Kg/cm2
fy : kuat tarik baja sengkang = 400MPa = 4081,63 Kg/cm2
Lb : Panjang bersih balok = 7,6 m
Dp : Diameter tulangan pokok = 2,5 cm
Ds : Diameter tulangan sengkang = 1 cm
Ø : Faktor reduksi gaya geser = 0,75
Sb : Selimut beton = 4 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
Penyelesaian :

( )

( )

Vu1 = 38,440Ton
371

Vu2 = 31,547 Ton

7,497 m

2Hrata2 = 1,05 m

1. Daerah sendi plastis

( )

2. Daerah luar sendi plastis

( )
372

Perhitungan luas jarak tulangan pada semua tipe balok akan dijabarkan
dalam tabel sebagaimana berikut ini.
5.13.1. Balok B1

Perhitungan kebutuhan jarak tulangan sengkang balok B1 menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B1
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : kuat tekan beton = 40 MPa = 408,163 Kg/cm2
fy : kuat tarik baja sengkang = 400MPa = 4081,63 Kg/cm2
Lb : Panjang bersih balok = 7,6 m
Dp : Diameter tulangan pokok = 2,5 cm
Ds : Diameter tulangan sengkang = 1 cm
Ø : Faktor reduksi gaya geser = 0,75
Sb : Selimut beton = 4 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm

Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang B1 daerah


tumpuan dan daerah lapangan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan
373

beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.159 berikut
ini.
Tabel 5.159 Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang balok B1
daerah lapangan
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
24 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
23 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
22 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
21 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
20 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
19 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
18 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
17 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
16 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
15 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
14 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
13 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
12 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
11 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
10 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
9 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
8 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
7 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
6 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
5 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
4 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
3 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
2 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
1 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100

Jarak tulangan sengkang pada balok yang beban hidupnya berdasarkan


SNI 1727 : 2013 lebih rapat dibandingkan dengan Jarak tulangan sengkang pada
balok yang beban hidupnya berdasarkan PPIUG 1983
374

5.13.2. Balok B2

Perhitungan kebutuhan jarak tulangan sengkang balok B2 menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B2
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : kuat tekan beton = 40 MPa = 408,163 Kg/cm2
fy : kuat tarik baja sengkang = 400MPa = 4081,63 Kg/cm2
Lb : Panjang bersih balok = 7,6 m
Dp : Diameter tulangan pokok = 2,5 cm
Ds : Diameter tulangan sengkang = 1 cm
Ø : Faktor reduksi gaya geser = 0,75
Sb : Selimut beton = 4 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang B2 daerah
tumpuan dan daerah lapangan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan
beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.160 berikut
ini.
Tabel 5.160 Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang balok B2
daerah lapangan
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
24 2D10-120 2D10-130 2D10-120 2D10-130 4D10-100 2D10-100
23 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
22 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
21 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
20 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 4D10-100 2D10-100
19 3D10-130 2D10-100 3D10-130 2D10-100 4D10-100 2D10-100
18 3D10-130 2D10-100 3D10-130 2D10-100 4D10-100 2D10-100
17 3D10-130 2D10-100 3D10-130 2D10-100 4D10-100 2D10-100
16 3D10-130 2D10-100 3D10-130 2D10-100 4D10-100 2D10-100
15 3D10-130 2D10-100 3D10-130 2D10-100 4D10-100 2D10-100
375

SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting


Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
14 3D10-130 2D10-100 3D10-130 2D10-100 4D10-100 2D10-100
13 3D10-130 2D10-100 3D10-130 2D10-100 4D10-100 2D10-100
12 3D10-130 2D10-100 3D10-130 2D10-100 4D10-100 2D10-100
11 3D10-130 2D10-100 3D10-130 2D10-100 4D10-100 2D10-100
10 3D10-130 2D10-110 3D10-130 2D10-100 4D10-100 2D10-100
9 3D10-130 2D10-110 2D10-100 2D10-120 4D10-100 2D10-100
8 3D10-130 2D10-110 2D10-100 2D10-130 4D10-100 2D10-100
7 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 4D10-100 2D10-100
6 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 4D10-100 2D10-100
5 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 4D10-100 2D10-100
4 2D10-120 2D10-130 2D10-110 2D10-130 4D10-100 2D10-100
3 2D10-120 2D10-130 2D10-120 2D10-130 4D10-100 2D10-100
2 2D10-120 2D10-130 2D10-120 2D10-130 4D10-100 2D10-100
1 2D10-130 2D10-130 2D10-120 2D10-130 4D10-100 2D10-100

Jarak tulangan sengkang pada balok yang beban hidupnya berdasarkan


SNI 1727 : 2013 lebih rapat dibandingkan dengan Jarak tulangan sengkang pada
balok yang beban hidupnya berdasarkan PPIUG 1983

5.13.3. Balok B3

Perhitungan kebutuhan jarak tulangan sengkang balok B3 menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B3
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : kuat tekan beton = 40 MPa = 408,163 Kg/cm2
fy : kuat tarik baja sengkang = 400MPa = 4081,63 Kg/cm2
Lb : Panjang bersih balok = 7,6 m
Dp : Diameter tulangan pokok = 2,5 cm
Ds : Diameter tulangan sengkang = 1 cm
Ø : Faktor reduksi gaya geser = 0,75
Sb : Selimut beton = 4 cm
376

B : Lebar balok = 30 cm
Ht : Tinggi total balok = 70 cm

Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang B3 daerah


tumpuan dan daerah lapangan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan
beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.161 berikut
ini.
Tabel 5.161 Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang balok B3
daerah lapangan
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
24 2D10-150 2D10-150 2D10-150 2D10-150 3D10-100 2D10-100
23 2D10-150 2D10-150 2D10-150 2D10-150 3D10-100 2D10-100
22 2D10-150 2D10-150 2D10-150 2D10-150 3D10-100 2D10-100
21 2D10-150 2D10-150 2D10-150 2D10-150 3D10-100 2D10-100
20 2D10-150 2D10-150 2D10-150 2D10-150 3D10-100 2D10-100
19 2D10-150 2D10-150 2D10-150 2D10-150 3D10-100 2D10-100
18 2D10-150 2D10-150 2D10-150 2D10-150 3D10-100 2D10-100
17 2D10-150 2D10-150 2D10-150 2D10-150 3D10-100 2D10-100
16 2D10-110 2D10-130 2D10-150 2D10-150 3D10-100 2D10-100
15 2D10-110 2D10-130 2D10-150 2D10-150 3D10-100 2D10-100
14 2D10-110 2D10-130 2D10-150 2D10-150 3D10-100 2D10-100
13 2D10-110 2D10-130 2D10-150 2D10-150 3D10-100 2D10-100
12 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 3D10-100 2D10-100
11 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 3D10-100 2D10-100
10 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 3D10-100 2D10-100
9 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 3D10-100 2D10-100
8 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 3D10-100 2D10-100
7 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 3D10-100 2D10-100
6 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 3D10-100 2D10-100
5 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 3D10-100 2D10-100
4 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 3D10-100 2D10-100
3 2D10-110 2D10-130 2D10-150 2D10-150 3D10-100 2D10-100
2 2D10-110 2D10-130 2D10-150 2D10-150 3D10-100 2D10-100
1 2D10-150 2D10-150 2D10-150 2D10-150 3D10-100 2D10-100
377

Jarak tulangan sengkang pada balok yang beban hidupnya berdasarkan


SNI 1727 : 2013 lebih rapat dibandingkan dengan Jarak tulangan sengkang pada
balok yang beban hidupnya berdasarkan PPIUG 1983

5.13.4. Balok B4

Perhitungan kebutuhan jarak tulangan sengkang balok B4 menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B4
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : kuat tekan beton = 40 MPa = 408,163 Kg/cm2
fy : kuat tarik baja sengkang = 400MPa = 4081,63 Kg/cm2
Lb : Panjang bersih balok = 7,6 m
Dp : Diameter tulangan pokok = 2,5 cm
Ds : Diameter tulangan sengkang = 1 cm
Ø : Faktor reduksi gaya geser = 0,75
Sb : Selimut beton = 4 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm

Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang B4 daerah


tumpuan dan daerah lapangan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan
beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.162 berikut
ini.
Tabel 5.162 Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang balok B4
daerah lapangan
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
24 2D10-120 2D10-130 2D10-120 2D10-130 2D10-100 2D10-100
23 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
22 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
21 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
378

Tabel 5.162 Lanjutan


SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
20 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
19 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
18 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
17 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
16 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
15 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
14 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
13 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
12 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
11 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
10 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
9 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
8 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
7 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
6 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
5 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
4 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-120 2D10-100 2D10-100
3 2D10-100 2D10-120 2D10-100 2D10-120 2D10-100 2D10-100
2 2D10-130 2D10-130 2D10-110 2D10-130 2D10-100 2D10-100
1 2D10-100 2D10-120 2D10-110 2D10-130 2D10-100 2D10-100
Jarak tulangan sengkang pada balok yang beban hidupnya berdasarkan
SNI 1727 : 2013 lebih rapat dibandingkan dengan Jarak tulangan sengkang pada
balok yang beban hidupnya berdasarkan PPIUG 1983
5.13.5. Balok B5

Perhitungan kebutuhan jarak tulangan sengkang balok B5 menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B5
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : kuat tekan beton = 40 MPa = 408,163 Kg/cm2
fy : kuat tarik baja sengkang = 400MPa = 4081,63 Kg/cm2
Lb : Panjang bersih balok = 7,6 m
Dp : Diameter tulangan pokok = 2,5 cm
379

Ds : Diameter tulangan sengkang = 1 cm


Ø : Faktor reduksi gaya geser = 0,75
Sb : Selimut beton = 4 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang B5 daerah
tumpuan dan daerah lapangan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan
beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.163 berikut
ini.
Tabel 5.163 Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang balok B5
daerah lapangan
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
24 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
23 2D10-120 2D10-130 2D10-120 2D10-130 2D10-100 2D10-100
22 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
21 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
20 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
19 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
18 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
17 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
16 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
15 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
14 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
13 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
12 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
11 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
10 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
9 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
8 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
7 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
6 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
5 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
4 2D10-130 2D10-130 2D10-110 2D10-130 2D10-100 2D10-100
3 2D10-130 2D10-130 2D10-110 2D10-130 2D10-100 2D10-100
2 2D10-130 2D10-130 2D10-110 2D10-130 2D10-100 2D10-100
1 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 2D10-100 2D10-100
380

Jarak tulangan sengkang pada balok yang beban hidupnya berdasarkan


SNI 1727 : 2013 lebih rapat dibandingkan dengan Jarak tulangan sengkang pada
balok yang beban hidupnya berdasarkan PPIUG 1983

5.13.6. Balok B6

Perhitungan kebutuhan jarak tulangan sengkang balok B6 menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B6
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : kuat tekan beton = 40 MPa = 408,163 Kg/cm2
fy : kuat tarik baja sengkang = 400MPa = 4081,63 Kg/cm2
Lb : Panjang bersih balok = 7,6 m
Dp : Diameter tulangan pokok = 2,5 cm
Ds : Diameter tulangan sengkang = 1 cm
Ø : Faktor reduksi gaya geser = 0,75
Sb : Selimut beton = 4 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm

Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang B6 daerah


tumpuan dan daerah lapangan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan
beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.164 berikut
ini.
381

Tabel 5.164 Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang balok B6


daerah lapangan
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
24 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
23 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
22 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
21 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
20 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
19 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
18 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
17 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
16 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
15 2D10-100 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
14 2D10-100 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
13 2D10-100 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
12 2D10-100 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
11 2D10-110 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
10 2D10-110 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
9 2D10-110 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
8 2D10-110 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
7 2D10-110 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
6 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
5 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
4 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
3 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
2 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
1 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100

Jarak tulangan sengkang pada balok yang beban hidupnya berdasarkan


SNI 1727 : 2013 lebih rapat dibandingkan dengan Jarak tulangan sengkang pada
balok yang beban hidupnya berdasarkan PPIUG 1983
5.13.7. Balok B7

Perhitungan kebutuhan jarak tulangan sengkang balok B7 menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B7
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
382

Diketahui :
f'c : kuat tekan beton = 40 MPa = 408,163 Kg/cm2
fy : kuat tarik baja sengkang = 400MPa = 4081,63 Kg/cm2
Lb : Panjang bersih balok = 7,6 m
Dp : Diameter tulangan pokok = 2,5 cm
Ds : Diameter tulangan sengkang = 1 cm
Ø : Faktor reduksi gaya geser = 0,75
Sb : Selimut beton = 4 cm
B : Lebar balok = 30 cm
Ht : Tinggi total balok = 70 cm

Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang B7 daerah


tumpuan dan daerah lapangan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan
beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.165 berikut
ini.
Tabel 5.165 Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang balok B7
daerah lapangan
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
24 2D10-130 2D10-150 2D10-130 2D10-150 2D10-100 2D10-100
23 2D10-120 2D10-150 2D10-120 2D10-140 2D10-100 2D10-100
22 2D10-120 2D10-150 2D10-120 2D10-150 2D10-100 2D10-100
21 2D10-120 2D10-150 2D10-120 2D10-150 2D10-100 2D10-100
20 2D10-120 2D10-150 2D10-120 2D10-150 2D10-100 2D10-100
19 2D10-120 2D10-150 2D10-120 2D10-150 2D10-100 2D10-100
18 2D10-120 2D10-150 2D10-120 2D10-150 2D10-100 2D10-100
17 2D10-120 2D10-150 2D10-120 2D10-150 2D10-100 2D10-100
16 2D10-120 2D10-150 2D10-120 2D10-150 2D10-100 2D10-100
15 2D10-120 2D10-150 2D10-120 2D10-150 2D10-100 2D10-100
14 2D10-130 2D10-150 2D10-120 2D10-150 2D10-100 2D10-100
13 2D10-110 2D10-130 2D10-120 2D10-150 2D10-100 2D10-100
12 2D10-110 2D10-130 2D10-120 2D10-150 2D10-100 2D10-100
11 2D10-110 2D10-130 2D10-130 2D10-150 2D10-100 2D10-100
10 2D10-110 2D10-130 2D10-130 2D10-150 2D10-100 2D10-100
9 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 2D10-100 2D10-100
383

Tabel 5.165 Lanjutan


SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
8 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 2D10-100 2D10-100
7 2D10-120 2D10-130 2D10-110 2D10-130 2D10-100 2D10-100
6 2D10-120 2D10-140 2D10-120 2D10-130 2D10-100 2D10-100
5 2D10-120 2D10-140 2D10-150 2D10-150 2D10-100 2D10-100
4 2D10-130 2D10-140 2D10-150 2D10-150 2D10-100 2D10-100
3 2D10-150 2D10-150 2D10-150 2D10-150 2D10-100 2D10-100
2 2D10-150 2D10-150 2D10-150 2D10-150 2D10-100 2D10-100
1 2D10-150 2D10-150 2D10-150 2D10-150 2D10-100 2D10-100

Jarak tulangan sengkang pada balok yang beban hidupnya berdasarkan


SNI 1727 : 2013 lebih rapat dibandingkan dengan Jarak tulangan sengkang pada
balok yang beban hidupnya berdasarkan PPIUG 1983

5.13.8. Balok B8

Perhitungan kebutuhan jarak tulangan sengkang balok B8 menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B8
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : kuat tekan beton = 40 MPa = 408,163 Kg/cm2
fy : kuat tarik baja sengkang = 400MPa = 4081,63 Kg/cm2
Lb : Panjang bersih balok = 7,6 m
Dp : Diameter tulangan pokok = 2,5 cm
Ds : Diameter tulangan sengkang = 1 cm
Ø : Faktor reduksi gaya geser = 0,75
Sb : Selimut beton = 4 cm
B : Lebar balok = 30 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
384

Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang B8 daerah


tumpuan dan daerah lapangan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan
beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.166 berikut
ini.
Tabel 5.166 Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang balok B8
daerah lapangan
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
24 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
23 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
22 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
21 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
20 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
19 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
18 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
17 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
16 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
15 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
14 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
13 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
12 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
11 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
10 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
9 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
8 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
7 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
6 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
5 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
4 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
3 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
2 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
1 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100

Jarak tulangan sengkang pada balok yang beban hidupnya berdasarkan


SNI 1727 : 2013 lebih rapat dibandingkan dengan Jarak tulangan sengkang pada
balok yang beban hidupnya berdasarkan PPIUG 1983
385

5.13.9. Balok B9

Perhitungan kebutuhan jarak tulangan sengkang balok B9 menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B9
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : kuat tekan beton = 40 MPa = 408,163 Kg/cm2
fy : kuat tarik baja sengkang = 400MPa = 4081,63 Kg/cm2
Lb : Panjang bersih balok = 7,6 m
Dp : Diameter tulangan pokok = 2,5 cm
Ds : Diameter tulangan sengkang = 1 cm
Ø : Faktor reduksi gaya geser = 0,75
Sb : Selimut beton = 4 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm

Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang B9 daerah


tumpuan dan daerah lapangan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan
beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.167 berikut
ini.
Tabel 5.167 Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang balok B9
daerah lapangan
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
24 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
23 2D10-110 2D10-130 2D10-120 2D10-130 2D10-100 2D10-100
22 2D10-110 2D10-130 2D10-120 2D10-130 2D10-100 2D10-100
21 2D10-110 2D10-130 2D10-120 2D10-130 2D10-100 2D10-100
20 2D10-100 2D10-130 2D10-120 2D10-130 2D10-100 2D10-100
19 2D10-100 2D10-130 2D10-120 2D10-130 2D10-100 2D10-100
18 2D10-100 2D10-130 2D10-120 2D10-130 2D10-100 2D10-100
17 2D10-100 2D10-130 2D10-120 2D10-130 2D10-100 2D10-100
16 2D10-100 2D10-130 2D10-120 2D10-130 2D10-100 2D10-100
386

Tabel 5.167 Lanjutan


SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
15 2D10-100 2D10-130 2D10-120 2D10-130 2D10-100 2D10-100
14 2D10-100 2D10-130 2D10-120 2D10-130 2D10-100 2D10-100
13 2D10-100 2D10-130 2D10-120 2D10-130 2D10-100 2D10-100
12 2D10-100 2D10-130 2D10-120 2D10-130 2D10-100 2D10-100
11 2D10-100 2D10-130 2D10-120 2D10-130 2D10-100 2D10-100
10 2D10-100 2D10-130 2D10-120 2D10-130 2D10-100 2D10-100
9 2D10-100 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
8 2D10-100 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
7 2D10-100 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
6 2D10-100 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
5 2D10-100 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
4 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
3 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
2 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
1 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100

Jarak tulangan sengkang pada balok yang beban hidupnya berdasarkan


SNI 1727 : 2013 lebih rapat dibandingkan dengan Jarak tulangan sengkang pada
balok yang beban hidupnya berdasarkan PPIUG 1983

5.13.10. Balok B10

Perhitungan kebutuhan jarak tulangan sengkang balok B10 menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B10
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : kuat tekan beton = 40 MPa = 408,163 Kg/cm2
fy : kuat tarik baja sengkang = 400MPa = 4081,63 Kg/cm2
Lb : Panjang bersih balok = 7,6 m
Dp : Diameter tulangan pokok = 2,5 cm
Ds : Diameter tulangan sengkang = 1 cm
Ø : Faktor reduksi gaya geser = 0,75
387

Sb : Selimut beton = 4 cm
B : Lebar balok = 30 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm

Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang B10 daerah


tumpuan dan daerah lapangan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan
beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.168 berikut
ini.
Tabel 5.168 Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang balok B10
daerah lapangan
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
24 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
23 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
22 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
21 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
20 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
19 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
18 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
17 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
16 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
15 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
14 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
13 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
12 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
11 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
10 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
9 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
8 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
7 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
6 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
5 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
4 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
3 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
2 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
1 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-100
388

Jarak tulangan sengkang pada balok yang beban hidupnya berdasarkan


SNI 1727 : 2013 lebih rapat dibandingkan dengan Jarak tulangan sengkang pada
balok yang beban hidupnya berdasarkan PPIUG 1983

5.13.11. Balok B11

Perhitungan kebutuhan jarak tulangan sengkang balok B11 menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B11
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : kuat tekan beton = 40 MPa = 408,163 Kg/cm2
fy : kuat tarik baja sengkang = 400MPa = 4081,63 Kg/cm2
Lb : Panjang bersih balok = 7,6 m
Dp : Diameter tulangan pokok = 2,5 cm
Ds : Diameter tulangan sengkang = 1 cm
Ø : Faktor reduksi gaya geser = 0,75
Sb : Selimut beton = 4 cm
B : Lebar balok = 30 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm

Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang B11 daerah


tumpuan dan daerah lapangan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan
beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.169 berikut
ini.
Tabel 5.169 Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang balok B11
daerah lapangan
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
24 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
23 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
22 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
21 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
389

Tabel 5.169 Lanjutan


SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
20 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
19 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
18 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
17 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
16 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
15 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
14 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
13 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
12 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
11 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
10 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
9 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
8 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
7 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
6 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
5 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
4 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
3 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
2 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
1 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
Jarak tulangan sengkang pada balok yang beban hidupnya berdasarkan
SNI 1727 : 2013 lebih rapat dibandingkan dengan Jarak tulangan sengkang pada
balok yang beban hidupnya berdasarkan PPIUG 1983
5.13.12. Balok B12

Perhitungan kebutuhan jarak tulangan sengkang balok B12 menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B12
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : kuat tekan beton = 40 MPa = 408,163 Kg/cm2
fy : kuat tarik baja sengkang = 400MPa = 4081,63 Kg/cm2
Lb : Panjang bersih balok = 7,6 m
Dp : Diameter tulangan pokok = 2,5 cm
390

Ds : Diameter tulangan sengkang = 1 cm


Ø : Faktor reduksi gaya geser = 0,75
Sb : Selimut beton = 4 cm
B : Lebar balok = 25 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang B12 daerah
tumpuan dan daerah lapangan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan
beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.170 berikut
ini.
Tabel 5.170 Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang balok B12
daerah lapangan
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
24 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 2D10-150
23 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 2D10-150
22 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 2D10-150
21 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 2D10-150
20 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 2D10-150
19 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 2D10-150
18 3D10-130 2D10-130 3D10-130 2D10-110 3D10-100 2D10-150
17 3D10-130 2D10-130 3D10-130 2D10-110 3D10-100 2D10-150
16 3D10-130 2D10-130 3D10-130 2D10-110 3D10-100 2D10-150
15 3D10-130 2D10-130 3D10-130 2D10-110 3D10-100 2D10-150
14 3D10-130 2D10-130 3D10-130 2D10-110 3D10-100 2D10-150
13 3D10-130 2D10-130 3D10-130 2D10-110 3D10-100 2D10-150
12 3D10-130 2D10-130 3D10-130 2D10-110 3D10-100 2D10-150
11 3D10-130 2D10-130 3D10-130 2D10-110 3D10-100 2D10-150
10 3D10-130 2D10-130 3D10-130 2D10-110 3D10-100 2D10-150
9 3D10-130 2D10-130 3D10-130 2D10-110 3D10-100 2D10-150
8 3D10-130 2D10-120 3D10-130 2D10-110 3D10-100 2D10-150
7 2D10-100 2D10-120 2D10-100 2D10-110 3D10-100 2D10-150
6 2D10-100 2D10-120 2D10-100 2D10-110 3D10-100 2D10-150
5 2D10-100 2D10-120 2D10-100 2D10-110 3D10-100 2D10-150
4 2D10-100 2D10-120 2D10-100 2D10-110 3D10-100 2D10-150
3 2D10-100 2D10-120 2D10-100 2D10-120 3D10-100 2D10-150
2 2D10-100 2D10-120 2D10-100 2D10-120 3D10-100 2D10-150
1 2D10-110 2D10-130 2D10-100 2D10-120 3D10-100 2D10-150
391

Jarak tulangan sengkang pada balok yang beban hidupnya berdasarkan


SNI 1727 : 2013 lebih rapat dibandingkan dengan Jarak tulangan sengkang pada
balok yang beban hidupnya berdasarkan PPIUG 1983

5.13.13. Balok B13

Perhitungan kebutuhan jarak tulangan sengkang balok B13 menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B13
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : kuat tekan beton = 40 MPa = 408,163 Kg/cm2
fy : kuat tarik baja sengkang = 400MPa = 4081,63 Kg/cm2
Lb : Panjang bersih balok = 7,6 m
Dp : Diameter tulangan pokok = 2,5 cm
Ds : Diameter tulangan sengkang = 1 cm
Ø : Faktor reduksi gaya geser = 0,75
Sb : Selimut beton = 4 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm

Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang B13 daerah


tumpuan dan daerah lapangan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan
beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.171 berikut
ini.
392

Tabel 5.171 Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang balok B13
daerah lapangan
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
24 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
23 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
22 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
21 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
20 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
19 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
18 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
17 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
16 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
15 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
14 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
13 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
12 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
11 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
10 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
9 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
8 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
7 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
6 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
5 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
4 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
3 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
2 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
1 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150

Jarak tulangan sengkang pada balok yang beban hidupnya berdasarkan


SNI 1727 : 2013 lebih rapat dibandingkan dengan Jarak tulangan sengkang pada
balok yang beban hidupnya berdasarkan PPIUG 1983

5.13.14. Balok B14

Perhitungan kebutuhan jarak tulangan sengkang balok B14 menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
393

perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B14
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : kuat tekan beton = 40 MPa = 408,163 Kg/cm2
fy : kuat tarik baja sengkang = 400MPa = 4081,63 Kg/cm2
Lb : Panjang bersih balok = 7,6 m
Dp : Diameter tulangan pokok = 2,5 cm
Ds : Diameter tulangan sengkang = 1 cm
Ø : Faktor reduksi gaya geser = 0,75
Sb : Selimut beton = 4 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm

Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang B14 daerah


tumpuan dan daerah lapangan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan
beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.172 berikut
ini.
Tabel 5.172 Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang balok B14
daerah lapangan
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
24 2D10-120 2D10-130 2D10-120 2D10-130 3D10-100 2D10-100
23 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 2D10-100
22 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 2D10-100
21 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 2D10-100
20 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 2D10-100
19 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 2D10-100
18 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 2D10-100
17 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 2D10-100
16 2D10-100 2D10-120 2D10-130 2D10-130 3D10-100 2D10-100
15 2D10-100 2D10-120 2D10-130 2D10-130 3D10-100 2D10-100
14 2D10-100 2D10-120 2D10-130 2D10-130 3D10-100 2D10-100
13 2D10-100 2D10-120 2D10-130 2D10-130 3D10-100 2D10-100
12 2D10-100 2D10-120 2D10-100 2D10-120 3D10-100 2D10-100
11 2D10-100 2D10-120 2D10-100 2D10-120 3D10-100 2D10-100
394

Tabel 5.172 Lanjutan


SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
10 2D10-100 2D10-120 2D10-100 2D10-120 3D10-100 2D10-100
9 2D10-110 2D10-130 2D10-100 2D10-120 3D10-100 2D10-100
8 2D10-110 2D10-130 2D10-100 2D10-120 3D10-100 2D10-100
7 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 3D10-100 2D10-100
6 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 3D10-100 2D10-100
5 2D10-110 2D10-130 2D10-110 2D10-130 3D10-100 2D10-100
4 2D10-120 2D10-130 2D10-110 2D10-130 3D10-100 2D10-100
3 2D10-120 2D10-130 2D10-120 2D10-130 3D10-100 2D10-100
2 2D10-120 2D10-130 2D10-120 2D10-130 3D10-100 2D10-100
1 2D10-120 2D10-130 2D10-120 2D10-130 3D10-100 2D10-100

Jarak tulangan sengkang pada balok yang beban hidupnya berdasarkan


SNI 1727 : 2013 lebih rapat dibandingkan dengan Jarak tulangan sengkang pada
balok yang beban hidupnya berdasarkan PPIUG 1983

5.13.15. Balok B15

Perhitungan kebutuhan jarak tulangan sengkang balok B15 menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B15
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : kuat tekan beton = 40 MPa = 408,163 Kg/cm2
fy : kuat tarik baja sengkang = 400MPa = 4081,63 Kg/cm2
Lb : Panjang bersih balok = 7,6 m
Dp : Diameter tulangan pokok = 2,5 cm
Ds : Diameter tulangan sengkang = 1 cm
Ø : Faktor reduksi gaya geser = 0,75
Sb : Selimut beton = 4 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm
395

Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang B15 daerah


tumpuan dan daerah lapangan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan
beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.173 berikut
ini.
Tabel 5.173 Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang balok B15
daerah lapangan
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
24 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
23 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
22 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
21 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
20 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
19 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
18 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
17 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
16 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
15 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
14 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
13 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
12 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
11 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
10 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
9 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
8 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
7 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
6 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
5 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
4 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
3 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
2 2D10-120 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150
1 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-100 2D10-150

Jarak tulangan sengkang pada balok yang beban hidupnya berdasarkan


SNI 1727 : 2013 lebih rapat dibandingkan dengan Jarak tulangan sengkang pada
balok yang beban hidupnya berdasarkan PPIUG 1983
396

5.13.16. Balok B16

Perhitungan kebutuhan jarak tulangan sengkang balok B16 menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan jumlah tulangan balok B16
dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : kuat tekan beton = 40 MPa = 408,163 Kg/cm2
fy : kuat tarik baja sengkang = 400MPa = 4081,63 Kg/cm2
Lb : Panjang bersih balok = 7,6 m
Dp : Diameter tulangan pokok = 2,5 cm
Ds : Diameter tulangan sengkang = 1 cm
Ø : Faktor reduksi gaya geser = 0,75
Sb : Selimut beton = 4 cm
B : Lebar balok = 40 cm
Ht : Tinggi total balok = 60 cm

Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang B16 daerah


tumpuan dan daerah lapangan dengan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983 dan
beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.174 berikut
ini.
Tabel 5.174 Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan sengkang balok B16
daerah lapangan
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
24 2D10-120 2D10-130 2D10-110 2D10-130 3D10-100 3D10-100
23 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 3D10-100
22 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 3D10-100
21 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 3D10-100
20 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 3D10-100
19 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 3D10-100
18 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 3D10-100
17 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 3D10-100
397

Tabel 5.174 Lanjutan


SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
Lantai tumpuan lapangan tumpuan lapangan tumpuan lapangan
16 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 3D10-100
15 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 3D10-100
14 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 3D10-100
13 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 3D10-100
12 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 3D10-100
11 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 3D10-100
10 2D10-130 2D10-130 4D10-65 3D10-120 3D10-100 3D10-100
9 2D10-130 2D10-130 4D10-65 3D10-120 3D10-100 3D10-100
8 2D10-130 2D10-130 4D10-65 3D10-130 3D10-100 3D10-100
7 2D10-130 2D10-130 4D10-65 3D10-130 3D10-100 3D10-100
6 4D10-65 3D10-120 4D10-65 3D10-130 3D10-100 3D10-100
5 4D10-65 3D10-120 4D10-65 3D10-130 3D10-100 3D10-100
4 4D10-65 3D10-120 2D10-130 2D10-130 3D10-100 3D10-100
3 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 3D10-100
2 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 3D10-100
1 2D10-130 2D10-130 2D10-130 2D10-130 3D10-100 3D10-100

Jarak tulangan sengkang pada balok yang beban hidupnya berdasarkan


SNI 1727 : 2013 lebih rapat dibandingkan dengan Jarak tulangan sengkang pada
balok yang beban hidupnya berdasarkan PPIUG 1983
5.14. Diagram Mn-Pn Kolom
Kolom merupakan salah satu komponen struktur bangunan yang
menahan gaya lintang/momen, gaya geser dan gaya aksial. Gaya aksial dan gaya
lintang/momen pada kolom ditahan oleh beton bersama dengan tulangan.
Penentuan jumlah kebutuhan tulangan kolom berbeda dengan penentuan jumlah
tulangan balok karena kolom menahan beban dalam 5 kemungkinan kondisi yang
berbeda. Kemungkinan kondisi yang ditahan kolom adalah kondisi desak sentris,
kondisi patah desak, kondisi patah tarik, kondisi balance dan kondisi lentur murni,
Diagram Mn-Pn digunakan dalam penentuan jumlah kebutuhan tulangan karena
telah menggambarkan kondisi kolom dalam 5 kemungkinan kondisi yang telah
disebutkan. Ketentuan perhitungan diagram Mn-Pn diatur dalam SNI 2847 : 2013.
Contoh perhitungan diagram Mn-Pn dapat dilihat pada contoh perhitungan berikut
398

ini. Contoh perhitungan diambil dari perhitungan diagram Mn-Pn K1 arah sumbu
x.
Diketahui :

f'c : Kuat tekan beton = 40 MPa = 408 Kg/cm2

fy : Kuat tarik baja = 400 MPa = 4080 Kg/cm2

Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2

β : faktor reduksi beton = 0,764

Ht : Tinggi kolom total = 230 cm

B : Lebar kolom = 40 cm

Dp : diameter tulangan pokok = 2,5 cm

Ds : diameter tulangan sengkang = 13 cm

Sb : selimut beton = 4 cm

n : jumlah tulangan pakai = 2 buah

Penyelesaian :

1. Beban sentris
399

( )

( )

2. Kondisi Balance

( )

( )

( )

( ( ) ( ) ( ))

( )

3. Kondisi patah tarik

( )

( )
400

( )

( )

( ( ) ( ) ( ))

( )

4. Kondisi patah desak

( )

( )

( )

( )

( ( ) ( ) ( ))

( )

5. Kondisi lentur murni

( ) [( ) ( )]( )
( )
, maka didapatkan nilai a
401

( )

( ) ( )

6. Kondisi tarik murni


( )

Perhitungan diagram Mn-Pn semua tipe kolom akan dijabarkan dalam


tabel sebagaimana berikut ini.
5.14.1. Kolom K1

Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K1 arah sumbu x menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 19 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
402

Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total kolom = 230 cm
B : Lebar kolom = 40 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu x pada kolom K1 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.170 berikut ini

Diagram Mn-Pn
2000

1500
ØPn (Ton)

1000

500

0
0 100 200 300 400 500 600 700 800

-500
ØMn (Ton.m)

2 tulangan 3 tulangan 4 tulangan 5 tulangan


6 tulangan 7 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.170 Diagram Mn-Pn arah sumbu x kolom K1


Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K1 arah sumbu y menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
403

β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 19 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total kolom = 40 cm
B : Lebar kolom = 230 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu y pada kolom K1 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.171 berikut ini

Diagram Mn-Pn
2500

2000

1500
ØPn (Ton)

1000

500

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
-500

-1000
ØMn (Ton.m)

12 tulangan 13 tulangan 14 tulangan 15 tulangan


16 tulangan 17 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.171 Diagram Mn-Pn arah sumbu y kolom K1


Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K1 arah sumbu x
adalah sebanyak 3 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dan
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.
404

Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K arah sumbu y adalah
sebanyak 12 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dan
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.

5.14.2. Kolom K2

Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K2 arah sumbu x menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 19 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total kolom = 150 cm
B : Lebar kolom = 40 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu x pada kolom K2 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.172 berikut ini
405

Diagram Mn-Pn
1400

1200

1000

800
ØPn (Ton)

600

400

200

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
-200

-400
ØMn (Ton.m)

2 tulangan 3 tulangan 4 tulangan 5 tulangan


6 tulangan 7 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.172 Diagram Mn-Pn arah sumbu x kolom K2


Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K2 arah sumbu y menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 19 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
406

Ht : Tinggi total kolom = 40 cm


B : Lebar kolom = 150 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu y pada kolom K2 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.173 berikut ini

Diagram Mn-Pn
1600
1400
1200
1000
800
ØPn (Ton)

600
400
200
0
-200 0 20 40 60 80 100 120

-400
-600
ØMn (Ton.m)

12 tulangan 13 tulangan 14 tulangan 15 tulangan


16 tulangan 17 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.173 Diagram Mn-Pn arah sumbu y kolom K2


Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K2 arah sumbu x
adalah sebanyak 4 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dan
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K2 arah sumbu y
adalah sebanyak 14 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013
dan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.

5.14.3. Kolom K3

Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K3 arah sumbu x menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
407

perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 19 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total kolom = 130 cm
B : Lebar kolom = 40 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu x pada kolom K3 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.174 berikut ini
408

Diagram Mn-Pn
1200

1000

800

600
ØPn (Ton)

400

200

0
0 50 100 150 200 250 300
-200

-400
ØMn (Ton.m)

2 tulangan 3 tulangan 4 tulangan 5 tulangan


6 tulangan 7 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.174 Diagram Mn-Pn arah sumbu x kolom K3


Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K3 arah sumbu y menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 19 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total kolom = 40 cm
409

B : Lebar kolom = 30 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu y pada kolom K3 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.175 berikut ini

Diagram Mn-Pn
1400
1200
1000
800
ØPn (Ton)

600
400
200
0
0 20 40 60 80 100 120
-200
-400
-600
ØMn (Ton.m)

12 tulangan 13 tulangan 14 tulangan 15 tulangan


16 tulangan 17 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.175 Diagram Mn-Pn arah sumbu y kolom K3


Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K3 arah sumbu x
adalah sebanyak 4 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dan
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah 14 tulangan yang dapat diambil untuk kolom K3 arah sumbu y
adalah sebanyak buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dan
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.

5.14.4. Kolom K4

Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K4 arah sumbu x menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
410

perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total kolom = 125 cm
B : Lebar kolom = 60 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu x pada kolom K4 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.176 berikut ini
411

Diagram Mn-Pn
2000

1500

1000
ØPn (Ton)

500

0
0 100 200 300 400 500
-500

-1000
ØMn (Ton.m)

5 tulangan 6 tulangan 7 tulangan 8 tulangan


9 tulangan 10 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.176 Diagram Mn-Pn arah sumbu x kolom K4


Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K4 arah sumbu y menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
412

Ht : Tinggi total kolom = 60 cm


B : Lebar kolom = 125 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu y pada kolom K4 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.177 berikut ini

Diagram Mn-Pn
2000

1500

1000
ØPn (Ton)

500

0
0 50 100 150 200 250
-500

-1000
ØMn (Ton.m)

9 tulangan 10 tulangan 11 tulangan 12 tulangan


13 tulangan 14 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.177 Diagram Mn-Pn arah sumbu y kolom K4


Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K4 arah sumbu x
adalah sebanyak 8 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dan
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K4 arah sumbu y
adalah sebanyak 9 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dan
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.

5.14.5. Kolom K5

Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K5 arah sumbu x menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
413

perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total kolom = 130 cm
B : Lebar kolom = 50 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu x pada kolom K5 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.178 berikut ini
414

Diagram Mn-Pn
1600
1400
1200
1000
800
ØPn (Ton)

600
400
200
0
-200 0 50 100 150 200 250 300 350 400

-400
-600
ØMn (Ton.m)

3 tulangan 4 tulangan 5 tulangan 6 tulangan


7 tulangan 8 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.178 Diagram Mn-Pn arah sumbu x kolom K5


Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K5 arah sumbu y menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
415

Ht : Tinggi total kolom = 50 cm


B : Lebar kolom = 130 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu y pada kolom K5 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.179 berikut ini

Diagram Mn-Pn
2000

1500

1000
ØPn (Ton)

500

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
-500

-1000
ØMn (Ton.m)

10 tulangan 11 tulangan 12 tulangan 13 tulangan


14 tulangan 15 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.179 Diagram Mn-Pn arah sumbu y kolom K5


Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K5 arah sumbu x
adalah sebanyak 8 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dan
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K5 arah sumbu y
adalah sebanyak 10 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013
dan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.

5.14.6. Kolom K6

Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K6 arah sumbu x menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
416

perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 19 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total kolom = 100 cm
B : Lebar kolom = 50 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu x pada kolom K6 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.180 berikut ini
417

Diagram Mn-Pn
1200

1000

800

600
ØPn (Ton)

400

200

0
0 50 100 150 200 250
-200

-400
ØMn (Ton.m)

4 tulangan 5 tulangan 6 tulangan 7 tulangan


8 tulangan 9 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.180 Diagram Mn-Pn arah sumbu x kolom K6


Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K6 arah sumbu y menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 19 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
418

Ht : Tinggi total kolom = 50 cm


B : Lebar kolom = 100 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu y pada kolom K6 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.181 berikut ini

Diagram Mn-Pn
1400
1200
1000
800
ØPn (Ton)

600
400
200
0
0 20 40 60 80 100 120 140
-200
-400
-600
ØMn (Ton.m)

10 tulangan 11 tulangan 12 tulangan 13 tulangan


14 tulangan 15 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.181 Diagram Mn-Pn arah sumbu y kolom K6


Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K6 arah sumbu x
adalah sebanyak 9 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dan
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K6 arah sumbu y
adalah sebanyak 10 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013
dan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.

5.14.7. Kolom K7

Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K7 arah sumbu x menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
419

perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total kolom = 135 cm
B : Lebar kolom = 60 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu x pada kolom K7 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.182 berikut ini
420

Diagram Mn-Pn
2000

1500
ØPn (Ton)

1000

500

0
0 100 200 300 400 500

-500
ØMn (Ton.m)

4 tulangan 5 tulangan 6 tulangan 7 tulangan


8 tulangan 9 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.182 Diagram Mn-Pn arah sumbu x kolom K7


Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K7 arah sumbu y menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
421

Ht : Tinggi total kolom = 60 cm


B : Lebar kolom = 135 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu y pada kolom K7 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.183 berikut ini

Diagram Mn-Pn
2500

2000

1500
ØPn (Ton)

1000

500

0
0 50 100 150 200 250 300
-500

-1000
ØMn (Ton.m)

12 tulangan 13 tulangan 14 tulangan 15 tulangan


16 tulangan 17 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.183 Diagram Mn-Pn arah sumbu y kolom K7


Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K7 arah sumbu x
adalah sebanyak 8 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dan
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K7 arah sumbu y
adalah sebanyak 12 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013
dan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.

5.14.8. Kolom K8

Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K8 arah sumbu x menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
422

perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total kolom = 110 cm
B : Lebar kolom = 50 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu x pada kolom K8 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.184 berikut ini
423

Diagram Mn-Pn
1400

1200

1000

800
ØPn (Ton)

600

400

200

0
0 50 100 150 200 250 300
-200

-400
ØMn (Ton.m)

2 tulangan 3 tulangan 4 tulangan 5 tulangan


6 tulangan 7 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.184 Diagram Mn-Pn arah sumbu x kolom K8


Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K8 arah sumbu y menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
424

Ht : Tinggi total kolom = 50 cm


B : Lebar kolom = 110 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu y pada kolom K8 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.185 berikut ini

Diagram Mn-Pn
2000

1500

1000
ØPn (Ton)

500

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
-500

-1000
ØMn (Ton.m)

12 tulangan 13 tulangan 14 tulangan 15 tulangan


16 tulangan 17 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.185 Diagram Mn-Pn arah sumbu y kolom K8


Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K8 arah sumbu x
adalah sebanyak 7 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dan
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K8 arah sumbu y
adalah sebanyak 12 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013
dan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.

5.14.9. Kolom K9

Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K9 arah sumbu x menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
425

perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total kolom = 130 cm
B : Lebar kolom = 60 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu x pada kolom K9 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.186 berikut ini
426

Diagram Mn-Pn
2000

1500
ØPn (Ton)

1000

500

0
0 100 200 300 400 500

-500
ØMn (Ton.m)

4 tulangan 5 tulangan 6 tulangan 7 tulangan


8 tulangan 9 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.186 Diagram Mn-Pn arah sumbu x kolom K9


Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K9 arah sumbu y menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 25 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
427

Ht : Tinggi total kolom = 60 cm


B : Lebar kolom = 130 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu y pada kolom K9 hasil perhitungan


dapat dilihat pada gambar 5.187 berikut ini

Diagram Mn-Pn
2000

1500

1000
ØPn (Ton)

500

0
0 50 100 150 200 250 300
-500

-1000
ØMn (Ton.m)

12 tulangan 13 tulangan 14 tulangan 15 tulangan


16 tulangan 17 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.187 Diagram Mn-Pn arah sumbu y kolom K9


Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K9 arah sumbu x
adalah sebanyak 9 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dan
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K9 arah sumbu y
adalah sebanyak 12 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013
dan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.

5.14.10. Kolom K10

Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K10 arah sumbu x menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
428

perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 19 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total kolom = 230 cm
B : Lebar kolom = 40 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu x pada kolom K10 hasil perhitungan
dapat dilihat pada gambar 5.188 berikut ini
429

Diagram Mn-Pn
2000

1500
ØPn (Ton)

1000

500

0
0 100 200 300 400 500 600 700 800

-500
ØMn (Ton.m)

2 tulangan 3 tulangan 4 tulangan 5 tulangan


6 tulangan 7 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.188 Diagram Mn-Pn arah sumbu x kolom K10


Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K10 arah sumbu y menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 19 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
430

Ht : Tinggi total kolom = 40 cm


B : Lebar kolom = 230 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu y pada kolom K10 hasil perhitungan
dapat dilihat pada gambar 5.189 berikut ini

Diagram Mn-Pn
2500

2000

1500
ØPn (Ton)

1000

500

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
-500
ØMn (Ton.m)

10 tulangan 11 tulangan 12 tulangan 13 tulangan


14 tulangan 15 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.189 Diagram Mn-Pn arah sumbu y kolom K10


Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K10 arah sumbu x
adalah sebanyak 3 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dan
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K10 arah sumbu y
adalah sebanyak 10 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013
dan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.

5.14.11. Kolom K11

Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K11 arah sumbu x menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
431

perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 19 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total kolom = 150 cm
B : Lebar kolom = 40 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu x pada kolom K11 hasil perhitungan
dapat dilihat pada gambar 5.190 berikut ini
432

Diagram Mn-Pn
1400

1200

1000

800
ØPn (Ton)

600

400

200

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
-200

-400
ØMn (Ton.m)

2 tulangan 3 tulangan 4 tulangan 5 tulangan


6 tulangan 7 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.190 Diagram Mn-Pn arah sumbu x kolom K11


Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K11 arah sumbu y menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 19 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
433

Ht : Tinggi total kolom = 40 cm


B : Lebar kolom = 150 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu y pada kolom K11 hasil perhitungan
dapat dilihat pada gambar 5.191 berikut ini

Diagram Mn-Pn
1600
1400
1200
1000
800
ØPn (Ton)

600
400
200
0
-200 0 20 40 60 80 100 120

-400
-600
ØMn (Ton.m)

10 tulangan 11 tulangan 12 tulangan 13 tulangan


14 tulangan 15 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.191 Diagram Mn-Pn arah sumbu y kolom K11


Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K11 arah sumbu x
adalah sebanyak 4 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dan
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K11 arah sumbu y
adalah sebanyak 14 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013
dan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.

5.14.12. Kolom K12

Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K12 arah sumbu x menggunakan


persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
434

perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 19 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
Ht : Tinggi total kolom = 150 cm
B : Lebar kolom = 40 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu x pada kolom K12 hasil perhitungan
dapat dilihat pada gambar 5.192 berikut ini
435

Diagram Mn-Pn
1400

1200

1000

800
ØPn (Ton)

600

400

200

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
-200

-400
ØMn (Ton.m)

2 tulangan 3 tulangan 4 tulangan 5 tulangan


6 tulangan 7 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.192 Diagram Mn-Pn arah sumbu x kolom K12


Perhitungan diagram Mn-Pn kolom K12 arah sumbu y menggunakan
persamaan dan metode yang sama dengan yang ada di contoh penjabaran
perhitungan. Data yang digunakan dalam perhitungan diagram Mn-Pn arah sumbu
x dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 Mpa = 408,163 Kg/cm2
fy : Kuat tarik tulangan baja = 400 MPa = 4081,632 Kg/cm2
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa = 2,1 x 106 Kg/cm2
Ɛcu : Regangan tekan beton = 0,003
β = 0,85

Ɛy : Regangan tarik baja =

Dp : Diameter tulangan pokok = 19 mm


Ds : Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Ø : faktor reduksi lentur = 0,9
Sb : Selimut beton = 4 cm
436

Ht : Tinggi total kolom = 40 cm


B : Lebar kolom = 150 cm

Gambar digaram Mn-Pn arah sumbu y pada kolom K12 hasil perhitungan
dapat dilihat pada gambar 5.193 berikut ini

Diagram Mn-Pn
1600
1400
1200
1000
800
ØPn (Ton)

600
400
200
0
-200 0 20 40 60 80 100 120

-400
-600
ØMn (Ton.m)

10 tulangan 11 tulangan 12 tulangan 13 tulangan


14 tulangan 15 tulangan PPIUG 1983 SNI 2013

Gambar 5.193 Diagram Mn-Pn arah sumbu y kolom K12


Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K12 arah sumbu x
adalah sebanyak 4 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013 dan
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.
Jumlah tulangan yang dapat diambil untuk kolom K12 arah sumbu y
adalah sebanyak 14 buah baik untuk beban hidup berdasarkan SNI 1727 : 2013
dan beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.
Tabel penulangan kolom untuk arah x dan arah y berdasarkan beban
hidup PPIUG 1983 dan SNI 1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.175 berikut ini.
437

Tabel 5.175 Tabel kolom untuk arah x dan arah y


Arah x Arah y
SNI 1727 : PPIUG
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting 2013 1983 Eksisting
K1 3D19 3D19 5D19 12D19 12D19 14D19
K2 4D19 4D19 5D19 14D19 14D19 15D19
K3 4D19 4D19 5D19 14D19 14D19 15D19
K4 8D25 8D25 10D25 9D25 9D25 10D25
K5 8D25 8D25 8D25 10D25 10D25 8D25
K6 9D19 9D19 7D19 10D19 10D19 7D19
K7 8D25 8D25 10D25 12D25 12D25 16D25
K8 7D25 7D25 8D25 12D25 12D25 14D25
K9 9D25 9D25 10D25 12D25 12D25 16D25
K10 3D19 3D19 5D19 10D19 10D19 13D19
K11 4D19 4D19 5D19 14D19 14D19 10D19
K12 4D19 4D19 5D19 14D19 14D19 20D19

Luas tulangan yang dipakai perlu dibandingkan dengan luas tulangan


minimum kolom. Luas tulangan minimum kolom adalah luas tulangan dengan
rasio tulangan satu persen. Perbandingan luas tulangan pakai dengan luas tulangan
minimum dapat dilihat pada Tabel.176 berikut ini.
Tabel 5.176. Luas tulangan pakai kolom dan Luas tulangan minimum kolom
As pakai (cm2)
As min (cm2)
SNI 1727 : 2013 PPIUG 1983 Eksisting
K1 49,4 49,4 64,6 89,5
K2 60,8 60,8 68,4 59,1
K3 60,8 60,8 68,4 51,62
K4 75 75 90 74,25
K5 80 80 70 64,375
K6 64,6 64,6 45,6 49,525
K7 90 90 120 80,25
K8 85 85 100 54,375
K9 95 95 120 77,25
K10 41,8 41,8 60,8 91,62
K11 60,8 60,8 49,4 59,62
K12 60,8 60,8 87,4 59,62
438

5.15. Gaya Lentur Pelat dan Jarak Tulangan Pelat


Pelat adalah komponen struktur yang menerima beban pertama dan
menyalurkan beban yang terjadi ke balok. Pelat memiliki gaya dalam berupa
momen dan gaya geser. Gaya geser pada pelat memiliki nilai yang kecil sehingga
dapat ditahan oleh beton. Momen pada pelat bernilai cukup besar sehingga harus
ditahan oleh beton dan tulangan baja. Perhitungan gaya dalam pada pelat menurut
SNI 2847 : 2013 dapat menggunakan metode perencanaan langsung dan metode
rangka ekivalen. Tugas akhir ini menggunakan metode perencanaan langsung
untuk mengetahui nilai gaya – gaya dalam pada pelat. Contoh perhitungan metode
perencanaan langsung dapat dilihat pada contoh perhitungan berikut ini. Contoh
perhitungan berupa Pelat yang memiliki fungsi ruangan sebagai Retail dengan
beban hidup berdasarkan PPIUG 1983.
Diketahui :
WD : Berat pelat akibat beban mati = 2,59 kN/m2
WL : Berat pelat akibat beban hidup = 2,5 kN/m2
hpelat : Tebal pelat = 130 mm
Lx : Dimensi pendek pelat = 3800 mm
Ly : Dimensi panjang pelat = 6300 mm
butara : lebar balok utara = 40 cm
hutara : tinggi balok utara = 60 cm
bselatan : lebar balok selatan = 40 cm
hselatan : tinggi balok selatan = 60 cm
btimur : lebar balok timur = 40 cm
htimur: tinggi balok timur = 60 cm
bbarat : lebar balok barat = 40 cm
hbarat : tinggi balok barat = 60 cm
Penyelesaian :
1. Perhitungan nilai momen statis total rencana
439

a. Arah timur – barat

b. Arah utara – selatan

2. Tabel operasi distribusi momen


Perhitungan distribusi momen pada pelat dapat dijabarkan sebagaimana tabel
5.177 berikut ini.
Tabel 5.177 Tabel operasi distribusi momen
Arah Timur Barat Arah Utara Selatan

Negatif Positif Negatif Positif


Mu (kN.m) 42,06 22,6477 76,3939 41,13515
Faktor Distribusi 55,2632 55,2632 86,9048 86,90476
Momen desain total jalur kolom
(kN.m) 23,2437 12,5158 66,3899 35,74841
Momen Balok 85% (kN.m) 19,7571 10,6385 56,4314 30,38614
Momen Slab (kN.m) 3,48655 1,87737 9,95848 5,362261
Momen Desain total jalur tengah
(kN.m) 18,8163 10,1319 10,004 5,386746

3. Perhitungan nilai momen akhir


a. Arah timur – barat
1) Jalur Kolom

( ) ( )
440

2) Jalur Tengah

( )

b. Arah utara – selatan


1) Jalur Kolom

( ) ( )

2) Jalur Tengah

( )

4. Perhitungan kebutuhan tulangan


Perhitungan kebutuhan tulangan diambil satu contoh yaitu perhitungan
tulangan untuk arah timur barat jalur kolom di daerah momen negatif.
Diketahui :
Mu : Momen ultimit pelat = 4,150 kN.m
f'c : Kuat tekan beton = 40 MPa
fy : Kuat tarik baja = 240 MPa
b : lebar per 1 meter pelat = 1 m = 1000 mm
441

h : tebal pelat = 130 mm


Sb : Selimut beton = 40 mm
Dp : Diameter Tulangan pokok = 10 mm
Ø : Faktor reduksi momen = 0,9
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa
Penyelesaian :

( )

( )

( √ )

( )
442

Tulangan Pokok pelat = P10 – 100

Perhitungan gaya momen pelat dan jarak tulangan pelat pada semua tipikal
ruangan yang ada dalam obyek gedung dijabarkan menggunakan tabel
sebagaimana berikut ini.
5.15.1. Ruang Retail
Data perhitungan gaya momen pelat dapat dijabarkan sebagaimana
berikut ini.
Diketahui :
WD : Berat pelat akibat beban mati = 2,59 kN/m2
WL : Berat pelat akibat beban hidup = 2,5 kN/m2 (PPIUG) ; 4,79 kN/m2
hpelat : Tebal pelat = 130 mm
Lx : Dimensi pendek pelat = 3800 mm
Ly : Dimensi panjang pelat = 6300 mm
Perhitungan gaya lentur menggunakan metode dan persamaan yang sama
dengan contoh perhitungan gaya lentur sebelumnya. Rekapitulasi hasil
perhitungan gaya lentur/momen berdasarkan beban hidup PPIUG 1983 dapat
dilihat pada tabel 5.178 berikut ini.
Tabel 5.178 Hasil gaya lentur/momen pelat ruang Retail berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983
Momen (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom 4,1507 2,2350
timur
barat Jalur tengah 4,2764 2,3027
Arah Jalur kolom 11,8553 6,3836
utara
selatan Jalur tengah 5,2652 2,8351

Perhitungan gaya lentur menggunakan metode dan persamaan yang sama


dengan contoh perhitungan gaya lentur sebelumnya. Rekapitulasi hasil
443

perhitungan gaya lentur/momen berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013 dapat
dilihat pada tabel 5.179 berikut ini.
Tabel 5.179 Hasil gaya lentur/momen pelat ruang Retail berdasarkan beban hidup
SNI 1727 : 2013
Momen (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom 6,290 3,387
timur
barat Jalur tengah 6,481 3,490
Arah Jalur kolom 17,966 9,674
utara
selatan Jalur tengah 7,979 4,297

Data perhitungan jarak tulangan pokok dapat dijabarkan sebagaimana


berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 MPa
fy : Kuat tarik baja = 240 MPa
b : lebar per 1 meter pelat = 1 m = 1000 mm
h : tebal pelat = 130 mm
Sb : Selimut beton = 40 mm
Dp : Diameter Tulangan pokok = 10 mm
Ø : Faktor reduksi momen = 0,9
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa

Perhitungan jarak tulangan pokok menggunakan metode dan persamaan


yang sama dengan contoh perhitungan jarak tulangan pokok sebelumnya.
Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983 dapat dilihat pada tabel 5.180 berikut ini.
444

Tabel 5.180 Hasil jarak tulangan pokok pelat ruang Retail berdasarkan beban
hidup PPIUG 1983
Tulangan (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
timur
barat Jalur tengah P10-100 P10-100
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
utara
selatan Jalur tengah P10-100 P10-100

Perhitungan jarak tulangan pokok menggunakan metode dan persamaan


yang sama dengan contoh perhitungan jarak tulangan pokok sebelumnya.
Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.181 berikut ini.
Tabel 5.181 Hasil jarak tulangan pokok pelat ruang Retail berdasarkan beban
hidup SNI 1727 : 2013
Tulangan (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
timur
barat Jalur tengah P10-100 P10-100
Arah Jalur kolom P10-90 P10-100
utara
selatan Jalur tengah P10-100 P10-100

Nilai gaya lentur / momen pelat berdasarkan beban hidup SNI 1727 :
2013 lebih besar dibandingkan dengan nilai gaya lentur / momen pelat
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983.
Jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
memiliki nilai yang sama dengan Jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983. Jarak tulangan yang sama karena nilai luas tulangan yang diambil
sama yaitu luas tulangan minimum.
5.15.2. Ruang Building M
Data perhitungan gaya momen pelat dapat dijabarkan sebagaimana
berikut ini.
445

Diketahui :
WD : Berat pelat akibat beban mati = 2,59 kN/m2
WL : Berat pelat akibat beban hidup = 2,5 kN/m2 (PPIUG) ; 2,4 kN/m2
hpelat : Tebal pelat = 130 mm
Lx : Dimensi pendek pelat = 3800 mm
Ly : Dimensi panjang pelat = 6300 mm
Perhitungan gaya lentur menggunakan metode dan persamaan yang sama
dengan contoh perhitungan gaya lentur sebelumnya. Rekapitulasi hasil
perhitungan gaya lentur/momen berdasarkan beban hidup PPIUG 1983 dapat
dilihat pada tabel 5.182 berikut ini.
Tabel 5.182 Hasil gaya lentur/momen pelat ruang Buiding M berdasarkan beban
hidup PPIUG 1983
Momen (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom 4,150 2,234
timur
barat Jalur tengah 4,276 2,302
Arah Jalur kolom 11,855 6,383
utara
selatan Jalur tengah 5,265 2,835

Perhitungan gaya lentur menggunakan metode dan persamaan yang sama


dengan contoh perhitungan gaya lentur sebelumnya. Rekapitulasi hasil
perhitungan gaya lentur/momen berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013 dapat
dilihat pada tabel 5.183 berikut ini.
Tabel 5.183 Hasil gaya lentur/momen pelat ruang Building M berdasarkan beban
hidup SNI 1727 : 2013
Momen (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom 4,057 2,185
timur
barat Jalur tengah 4,180 2,251
Arah Jalur kolom 11,588 6,240
utara
selatan Jalur tengah 5,147 2,771
446

Data perhitungan jarak tulangan pokok dapat dijabarkan sebagaimana


berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 MPa
fy : Kuat tarik baja = 240 MPa
b : lebar per 1 meter pelat = 1 m = 1000 mm
h : tebal pelat = 130 mm
Sb : Selimut beton = 40 mm
Dp : Diameter Tulangan pokok = 10 mm
Ø : Faktor reduksi momen = 0,9
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa

Perhitungan jarak tulangan pokok menggunakan metode dan persamaan


yang sama dengan contoh perhitungan jarak tulangan pokok sebelumnya.
Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983 dapat dilihat pada tabel 5.184 berikut ini.
Tabel 5.184 Hasil jarak tulangan pokok pelat ruang Building M berdasarkan
beban hidup PPIUG 1983
Tulangan (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
timur
barat Jalur tengah P10-100 P10-100
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
utara
selatan Jalur tengah P10-100 P10-100

Perhitungan jarak tulangan pokok menggunakan metode dan persamaan


yang sama dengan contoh perhitungan jarak tulangan pokok sebelumnya.
Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.185 berikut ini.
447

Tabel 5.185 Hasil jarak tulangan pokok pelat ruang Building M berdasarkan
beban hidup SNI 1727 : 2013
Tulangan (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
timur
barat Jalur tengah P10-100 P10-100
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
utara
selatan Jalur tengah P10-100 P10-100
Nilai gaya lentur / momen pelat berdasarkan beban hidup SNI 1727 :
2013 lebih kecil dibandingkan dengan nilai gaya lentur / momen pelat
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983.
Jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
memiliki nilai yang sama dengan Jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983. Jarak tulangan yang sama karena nilai luas tulangan yang diambil
sama yaitu luas tulangan minimum.
5.15.3. Ruang Lobby
Data perhitungan gaya momen pelat dapat dijabarkan sebagaimana
berikut ini.
Diketahui :
WD : Berat pelat akibat beban mati = 2,59 kN/m2
WL : Berat pelat akibat beban hidup = 2,5 kN/m2 (PPIUG) ; 4,79 kN/m2
hpelat : Tebal pelat = 130 mm
Lx : Dimensi pendek pelat = 3500 mm
Ly : Dimensi panjang pelat = 6400 mm
Perhitungan gaya lentur menggunakan metode dan persamaan yang sama
dengan contoh perhitungan gaya lentur sebelumnya. Rekapitulasi hasil
perhitungan gaya lentur/momen berdasarkan beban hidup PPIUG 1983 dapat
dilihat pada tabel 5.186 berikut ini.
448

Tabel 5.186 Hasil gaya lentur/momen pelat ruang Lobby berdasarkan beban
hidup PPIUG 1983
Momen (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom 3,872 2,085
timur
barat Jalur tengah 3,808 2,051
Arah Jalur kolom 14,015 7,546
utara
selatan Jalur tengah 4,743 2,554

Perhitungan gaya lentur menggunakan metode dan persamaan yang sama


dengan contoh perhitungan gaya lentur sebelumnya. Rekapitulasi hasil
perhitungan gaya lentur/momen berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013 dapat
dilihat pada tabel 5.187 berikut ini.
Tabel 5.187 Hasil gaya lentur/momen pelat ruang Lobby berdasarkan beban
hidup SNI 1727 : 2013
Momen (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom 5,868 3,160
timur
barat Jalur tengah 5,772 3,108
Arah Jalur kolom 21,239 11,436
utara
selatan Jalur tengah 7,188 3,870

Data perhitungan jarak tulangan pokok dapat dijabarkan sebagaimana


berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 MPa
fy : Kuat tarik baja = 240 MPa
b : lebar per 1 meter pelat = 1 m = 1000 mm
h : tebal pelat = 130 mm
Sb : Selimut beton = 40 mm
Dp : Diameter Tulangan pokok = 10 mm
Ø : Faktor reduksi momen = 0,9
449

Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa

Perhitungan jarak tulangan pokok menggunakan metode dan persamaan


yang sama dengan contoh perhitungan jarak tulangan pokok sebelumnya.
Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983 dapat dilihat pada tabel 5.188 berikut ini.
Tabel 5.188 Hasil jarak tulangan pokok pelat ruang Lobby berdasarkan beban
hidup PPIUG 1983
Tulangan (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
timur
barat Jalur tengah P10-100 P10-100
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
utara
selatan Jalur tengah P10-100 P10-100

Perhitungan jarak tulangan pokok menggunakan metode dan persamaan


yang sama dengan contoh perhitungan jarak tulangan pokok sebelumnya.
Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.189 berikut ini.
Tabel 5.189 Hasil jarak tulangan pokok pelat ruang Lobby berdasarkan beban
hidup SNI 1727 : 2013
Tulangan (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
timur
barat Jalur tengah P10-100 P10-100
Arah Jalur kolom P10-80 P10-100
utara
selatan Jalur tengah P10-100 P10-100

Nilai gaya lentur / momen pelat berdasarkan beban hidup SNI 1727 :
2013 lebih besar dibandingkan dengan nilai gaya lentur / momen pelat
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983.
450

Jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013


memiliki nilai yang sama dengan Jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983. Jarak tulangan yang sama karena nilai luas tulangan yang diambil
sama yaitu luas tulangan minimum.

5.15.4. Ruang Loft


Data perhitungan gaya momen pelat dapat dijabarkan sebagaimana
berikut ini.
Diketahui :
WD : Berat pelat akibat beban mati = 2,59 kN/m2
WL : Berat pelat akibat beban hidup = 2,5 kN/m2 (PPIUG) ; 1,87 kN/m2
hpelat : Tebal pelat = 130 mm
Lx : Dimensi pendek pelat = 6300 mm
Ly : Dimensi panjang pelat = 6300 mm
Perhitungan gaya lentur menggunakan metode dan persamaan yang sama
dengan contoh perhitungan gaya lentur sebelumnya. Rekapitulasi hasil
perhitungan gaya lentur/momen berdasarkan beban hidup PPIUG 1983 dapat
dilihat pada tabel 5.190 berikut ini.
Tabel 5.190 Hasil gaya lentur/momen pelat ruang Loft berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983
Momen (kN.m)
Momen
negatif Momen positif
Arah Jalur kolom 6,817 3,670
timur
barat Jalur tengah 10,051 5,412
Arah Jalur kolom 6,817 3,670
utara
selatan Jalur tengah 10,051 5,412

Perhitungan gaya lentur menggunakan metode dan persamaan yang sama


dengan contoh perhitungan gaya lentur sebelumnya. Rekapitulasi hasil
perhitungan gaya lentur/momen berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013 dapat
dilihat pada tabel 5.191 berikut ini.
451

Tabel 5.191 Hasil gaya lentur/momen pelat ruang Loft berdasarkan beban hidup
SNI 1727 : 2013
Momen (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom 5,855 3,153
timur
barat Jalur tengah 8,633 4,648
Arah Jalur kolom 5,855 3,153
utara
selatan Jalur tengah 8,633 4,648

Data perhitungan jarak tulangan pokok dapat dijabarkan sebagaimana


berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 MPa
fy : Kuat tarik baja = 240 MPa
b : lebar per 1 meter pelat = 1 m = 1000 mm
h : tebal pelat = 130 mm
Sb : Selimut beton = 40 mm
Dp : Diameter Tulangan pokok = 10 mm
Ø : Faktor reduksi momen = 0,9
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa

Perhitungan jarak tulangan pokok menggunakan metode dan persamaan


yang sama dengan contoh perhitungan jarak tulangan pokok sebelumnya.
Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983 dapat dilihat pada tabel 5.192 berikut ini.
452

Tabel 5.192 Hasil jarak tulangan pokok pelat ruang Retail berdasarkan beban
hidup PPIUG 1983
Tulangan (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
timur Jalur
barat tengah P10-100 P10-100
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
utara Jalur
selatan tengah P10-100 P10-100

Perhitungan jarak tulangan pokok menggunakan metode dan persamaan


yang sama dengan contoh perhitungan jarak tulangan pokok sebelumnya.
Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.193 berikut ini.

Tabel 5.193 Hasil jarak tulangan pokok pelat ruang Retail berdasarkan beban
hidup SNI 1727 : 2013
Tulangan (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
timur Jalur
barat tengah P10-100 P10-100
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
utara Jalur
selatan tengah P10-100 P10-100

Nilai gaya lentur / momen pelat berdasarkan beban hidup SNI 1727 :
2013 lebih kecil dibandingkan dengan nilai gaya lentur / momen pelat
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983.
Jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
memiliki nilai yang sama dengan Jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983. Jarak tulangan yang sama karena nilai luas tulangan yang diambil
sama yaitu luas tulangan minimum.
453

5.15.5. Ruang Musholla


Data perhitungan gaya momen pelat dapat dijabarkan sebagaimana
berikut ini.
Diketahui :
WD : Berat pelat akibat beban mati = 2,59 kN/m2
WL : Berat pelat akibat beban hidup = 2,5 kN/m2 (PPIUG) ; 4,79 kN/m2
hpelat : Tebal pelat = 130 mm
Lx : Dimensi pendek pelat = 4450 mm
Ly : Dimensi panjang pelat = 6400 mm
Perhitungan gaya lentur menggunakan metode dan persamaan yang sama
dengan contoh perhitungan gaya lentur sebelumnya. Rekapitulasi hasil
perhitungan gaya lentur/momen berdasarkan beban hidup PPIUG 1983 dapat
dilihat pada tabel 5.194 berikut ini.
Tabel 5.194 Hasil gaya lentur/momen pelat ruang Musholla berdasarkan beban
hidup PPIUG 1983
Momen (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom 4,828 2,600
timur
barat Jalur tengah 5,539 2,983
Arah Jalur kolom 10,023 5,397
utara
selatan Jalur tengah 6,595 3,551

Perhitungan gaya lentur menggunakan metode dan persamaan yang sama


dengan contoh perhitungan gaya lentur sebelumnya. Rekapitulasi hasil
perhitungan gaya lentur/momen berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013 dapat
dilihat pada tabel 5.195 berikut ini.
454

Tabel 5.195 Hasil gaya lentur/momen pelat ruang Musholla berdasarkan beban
hidup SNI 1727 : 2013
Momen (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom 7,317 3,940
timur
barat Jalur tengah 8,395 4,520
Arah Jalur kolom 15,190 8,179
utara
selatan Jalur tengah 9,994 5,381

Data perhitungan jarak tulangan pokok dapat dijabarkan sebagaimana


berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 MPa
fy : Kuat tarik baja = 240 MPa
b : lebar per 1 meter pelat = 1 m = 1000 mm
h : tebal pelat = 130 mm
Sb : Selimut beton = 40 mm
Dp : Diameter Tulangan pokok = 10 mm
Ø : Faktor reduksi momen = 0,9
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa

Perhitungan jarak tulangan pokok menggunakan metode dan persamaan


yang sama dengan contoh perhitungan jarak tulangan pokok sebelumnya.
Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983 dapat dilihat pada tabel 5.196 berikut ini.
455

Tabel 5.196 Hasil jarak tulangan pokok pelat ruang Musholla berdasarkan beban
hidup PPIUG 1983
Tulangan (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
timur
barat Jalur tengah P10-100 P10-100
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
utara
selatan Jalur tengah P10-100 P10-100

Perhitungan jarak tulangan pokok menggunakan metode dan persamaan


yang sama dengan contoh perhitungan jarak tulangan pokok sebelumnya.
Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.197 berikut ini.

Tabel 5.197 Hasil jarak tulangan pokok pelat ruang Musholla berdasarkan beban
hidup SNI 1727 : 2013
Tulangan (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
timur
barat Jalur tengah P10-100 P10-100
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
utara
selatan Jalur tengah P10-100 P10-100

Nilai gaya lentur / momen pelat berdasarkan beban hidup SNI 1727 :
2013 lebih besar dibandingkan dengan nilai gaya lentur / momen pelat
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983.
Jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
memiliki nilai yang sama dengan Jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983. Jarak tulangan yang sama karena nilai luas tulangan yang diambil
sama yaitu luas tulangan minimum.
456

5.15.6. Ruang Tidur


Data perhitungan gaya momen pelat dapat dijabarkan sebagaimana
berikut ini.
Diketahui :
WD : Berat pelat akibat beban mati = 2,59 kN/m2
WL : Berat pelat akibat beban hidup = 2,5 kN/m2 (PPIUG) ; 1,404 kN/m2
hpelat : Tebal pelat = 130 mm
Lx : Dimensi pendek pelat = 6300 mm
Ly : Dimensi panjang pelat = 7000 mm
Perhitungan gaya lentur menggunakan metode dan persamaan yang sama
dengan contoh perhitungan gaya lentur sebelumnya. Rekapitulasi hasil
perhitungan gaya lentur/momen berdasarkan beban hidup PPIUG 1983 dapat
dilihat pada tabel 5.198 berikut ini.
Tabel 5.198 Hasil gaya lentur/momen pelat ruang tidur berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983
Momen (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom 7,238 3,898
timur
barat Jalur tengah 10,356 5,577
Arah Jalur kolom 8,084 4,353
utara
selatan Jalur tengah 10,086 5,431

Perhitungan gaya lentur menggunakan metode dan persamaan yang sama


dengan contoh perhitungan gaya lentur sebelumnya. Rekapitulasi hasil
perhitungan gaya lentur/momen berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013 dapat
dilihat pada tabel 5.199 berikut ini.
457

Tabel 5.199 Hasil gaya lentur/momen pelat ruang tidur berdasarkan beban hidup
SNI 1727 : 2013
Momen (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom 5,453 2,936
timur
barat Jalur tengah 7,803 4,201
Arah Jalur kolom 6,091 3,280
utara
selatan Jalur tengah 7,599 4,092

Data perhitungan jarak tulangan pokok dapat dijabarkan sebagaimana


berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 MPa
fy : Kuat tarik baja = 240 MPa
b : lebar per 1 meter pelat = 1 m = 1000 mm
h : tebal pelat = 130 mm
Sb : Selimut beton = 40 mm
Dp : Diameter Tulangan pokok = 10 mm
Ø : Faktor reduksi momen = 0,9
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa

Perhitungan jarak tulangan pokok menggunakan metode dan persamaan


yang sama dengan contoh perhitungan jarak tulangan pokok sebelumnya.
Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983 dapat dilihat pada tabel 5.200 berikut ini.
458

Tabel 5.200 Hasil jarak tulangan pokok pelat ruang Retail berdasarkan beban
hidup PPIUG 1983
Tulangan (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
timur
barat Jalur tengah P10-100 P10-100
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
utara
selatan Jalur tengah P10-100 P10-100

Perhitungan jarak tulangan pokok menggunakan metode dan persamaan


yang sama dengan contoh perhitungan jarak tulangan pokok sebelumnya.
Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.201 berikut ini.

Tabel 5.201 Hasil jarak tulangan pokok pelat ruang Retail berdasarkan beban
hidup SNI 1727 : 2013
Tulangan (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
timur
barat Jalur tengah P10-100 P10-100
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
utara
selatan Jalur tengah P10-100 P10-100

Nilai gaya lentur / momen pelat berdasarkan beban hidup SNI 1727 :
2013 lebih kecil dibandingkan dengan nilai gaya lentur / momen pelat
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983.
Jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
memiliki nilai yang sama dengan Jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983. Jarak tulangan yang sama karena nilai luas tulangan yang diambil
sama yaitu luas tulangan minimum.
459

5.15.7. Atap
Data perhitungan gaya momen pelat dapat dijabarkan sebagaimana
berikut ini.
Diketahui :
WD : Berat pelat akibat beban mati = 0,9 kN/m2
WL : Berat pelat akibat beban hidup = 1 kN/m2 (PPIUG) ; 0,723 kN/m2
hpelat : Tebal pelat = 130 mm
Lx : Dimensi pendek pelat = 6300 mm
Ly : Dimensi panjang pelat = 7000 mm
Perhitungan gaya lentur menggunakan metode dan persamaan yang sama
dengan contoh perhitungan gaya lentur sebelumnya. Rekapitulasi hasil
perhitungan gaya lentur/momen berdasarkan beban hidup PPIUG 1983 dapat
dilihat pada tabel 5.202 berikut ini.
Tabel 5.202 Hasil gaya lentur/momen pelat atap berdasarkan beban hidup PPIUG
1983
Momen (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom 2,729 1,470
timur
barat Jalur tengah 3,905 2,103
Arah Jalur kolom 3,048 1,641
utara
selatan Jalur tengah 3,803 2,048

Perhitungan gaya lentur menggunakan metode dan persamaan yang sama


dengan contoh perhitungan gaya lentur sebelumnya. Rekapitulasi hasil
perhitungan gaya lentur/momen berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013 dapat
dilihat pada tabel 5.203 berikut ini.
460

Tabel 5.203 Hasil gaya lentur/momen pelat atap berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013
Momen (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom 2,294 1,235
timur
barat Jalur tengah 3,282 1,767
Arah Jalur kolom 2,562 1,380
utara
selatan Jalur tengah 3,196 1,721

Data perhitungan jarak tulangan pokok dapat dijabarkan sebagaimana


berikut ini.
Diketahui :
f'c : Kuat tekan beton = 40 MPa
fy : Kuat tarik baja = 240 MPa
b : lebar per 1 meter pelat = 1 m = 1000 mm
h : tebal pelat = 130 mm
Sb : Selimut beton = 40 mm
Dp : Diameter Tulangan pokok = 10 mm
Ø : Faktor reduksi momen = 0,9
Es : Modulus elastisitas baja = 200000 MPa

Perhitungan jarak tulangan pokok menggunakan metode dan persamaan


yang sama dengan contoh perhitungan jarak tulangan pokok sebelumnya.
Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983 dapat dilihat pada tabel 5.204 berikut ini.
461

Tabel 5.204 Hasil jarak tulangan pokok pelat atap berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983
Tulangan (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
timur
barat Jalur tengah P10-100 P10-100
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
utara
selatan Jalur tengah P10-100 P10-100

Perhitungan jarak tulangan pokok menggunakan metode dan persamaan


yang sama dengan contoh perhitungan jarak tulangan pokok sebelumnya.
Rekapitulasi hasil perhitungan jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013 dapat dilihat pada tabel 5.205 berikut ini.

Tabel 5.205 Hasil jarak tulangan pokok pelat atap berdasarkan beban hidup SNI
1727 : 2013
Tulangan (kN.m)
Momen negatif Momen positif
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
timur
barat Jalur tengah P10-100 P10-100
Arah Jalur kolom P10-100 P10-100
utara
selatan Jalur tengah P10-100 P10-100

Nilai gaya lentur / momen pelat berdasarkan beban hidup SNI 1727 :
2013 lebih besar dibandingkan dengan nilai gaya lentur / momen pelat
berdasarkan beban hidup PPIUG 1983.
Jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup SNI 1727 : 2013
memiliki nilai yang sama dengan Jarak tulangan pokok berdasarkan beban hidup
PPIUG 1983. Jarak tulangan yang sama karena nilai luas tulangan yang diambil
sama yaitu luas tulangan minimum.
462

5.16. Persentase Luas Tulangan Balok dan Pelat


Luas tulangan lentur dan geser pada balok memiliki nilai yang berbeda
antara hasil analisis berdasarkan SNI 1727 : 2013 dan PPIUG 1983. Perbedaan
nilai yang ada perlu dihitung besar presentasenya untuk mengetahui apakah
perbedaan yang terjadi signifikan atau tidak. Nilai presentase yang signifikan
apabila nilai presentase diatas 10 persen. Persentase luas tulangan balok lentur dan
geser dapat dilihat pada tabel 5.206 dan tabel 207 berikut ini.
Tabel 5.206 Persentase Luas Tulangan Balok Lentur
Presentase Luas Tulangan (%)
Balok minimum maksimum rata-rata
B1 14,49 54,79 21,83
B2 6,94 11,38 7,49
B3 4,96 16,56 11,99
B4 17,39 29,34 22,90
B5 30,81 76,59 42,41
B6 8,91 23,36 16,48
B7 9,23 30,50 14,01
B9 10,33 30,05 15,02
B12 24,86 76,04 32,74
B14 6,24 12,04 7,74
B15 8,25 12,61 10,98
B16 9,37 14,61 12,93

Tabel 5.207 Persentase Luas Tulangan Balok Geser


Persentase (%)
Balok
min maks rata2
B1 13,02 22,94 17,30
B2 0,01 9,93 4,29
B3 61,74 71,66 66,02
B4 17,94 27,86 22,22
B5 40,33 50,25 44,61
B6 16,54 26,46 20,82
B7 1,55 11,47 5,83
B8 6,86 16,78 11,14
B9 16,67 26,59 20,95
B10 3,55 13,47 7,83
463

Tabel 5.207 Lanjutan

Persentase (%)
Balok
min maks rata2
B11 4,08 14,00 8,36
B12 21,39 31,31 25,67
B13 5,54 15,46 9,82
B14 34,13 44,05 38,41
B15 8,43 18,35 12,71
B16 25,18 35,10 29,46

Luas tulangan lentur pada pelat memiliki nilai yang berbeda antara hasil
analisis berdasarkan SNI 1727 : 2013 dan PPIUG 1983. Persentase luas tulangan
pelat dapat dilihat pada tabel 5.208 dan tabel 5.209 berikut ini.
Tabel 5.208 Persentase Luas Tulangan Pelat arah timur - barat
Persentase arah timur - barat
Luas Kolom Tengah
Tulangan
(%) Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Retail 52,04 51,81 52,06 51,82
Building M 2,32 2,31 2,32 2,31
Lobby 52,01 51,79 52,00 51,79
Loft 16,61 16,53 16,70 16,58
Musholla 52,12 51,85 52,21 51,90
Ruang Tidur 33,09 32,92 33,25 33,00
Atap 19,05 19,02 19,09 19,03

Tabel 5.209 Persentase Luas Tulangan Pelat arah utara – selatan


Persentase arah utara - selatan
Luas Kolom Tengah
Tulangan
(%) Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Retail 53,03 52,32 52,18 51,88
Building M 2,35 2,33 2,32 2,31
Lobby 53,32 52,46 52,11 51,85
Loft 16,61 16,53 16,70 16,58
Musholla 52,78 86,48 22,77 31,12
Ruang Tidur 33,13 32,94 33,24 33,00
Atap 19,06 19,02 19,08 19,03

Anda mungkin juga menyukai