Seels & Richey (dalam Gatot, 2008) menyatakan bahwa pengembangan adalah
proses menerjemahkan spesifikasi produk ke dalam bentuk fisik. Gatot (2008) menyatakan
bahwa “pengembangan dapat dimaknai sebagai tindakan menyediakan sesuatu dari tidak
tersedia menjadi tersedia atau melakukan perbaikan-perbaikan dari sesuatu yang tersedia
menjadi lebih sesuai, lebih tepatguna dan lebih berdayaguna”.
Pengembangan bahan ajar ini memiliki tujuan. Gatot (2008) menyampaikan tujuan
di atas melalui kutipan berikut.
Pengembangan bahan ajar harus didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu agar tujuan
di atas dapat diwujudkan. Olivia (dalam Mbulu, 2004:7) memberikan prinsip pengembangan
bahan ajar, yaitu
Mbulu (2004:8) sendiri memberikan tujuh prinsip pengembangan bahan ajar, yaitu
(1) bertahap, artinya dilaksanakan mulai dari kelompok dan jenis mata pelajaran sampai
dengan menetapkan isi dari setiap mata pelajaran, (2) menyeluruh, artinya dilaksanakan
dengan memandang isi setiap pelajaran secara menyeluruh tidak bagian per bagian, (3)
sistematik, artinya dilaksanakan dengan memandang isi mata pelajaran sebagai kesatuan utuh
dan melalui proses yang berulang-ulang, (4) luwes, artinya dapat menerima hal-hal baru yang
belum tercakup dalam isi mata pelajaran pada saat pengimplementasiannya, (5) validitas
keilmuan, artinya bahan ajar didasarkan pada tingkat validitas dari topik yang ditata
urutannya dan dijabarkan keterhubungannya harus benar-benar dapat dipercaya, (6)
berorientasi pada pebelajar, artinya harus sesuai dengan karakteristik pebelajar dan
memperhatikan kebutuhan serta perhatian/minat pebelajar, dan (7) berkesinambungan,
artinya pengembangan bahan ajar merupakan proses yang tidak berhenti sekali jalan, tetapi
merupakan proses yang menghubungkan setiap kegiatan pengembangan, yaitu merancang,
mengevaluasi, dan memanfaatkan.
Syarat penyusunan bahan ajar juga disampaikan Tjipto Utomo dan Kees Ruijter
(dalam Mbulu, 2004:88). Syarat-syarat tersebut adalah (1) memberikan orientasi terhadap
teori, penalaran teori, dan cara-cara penerapan teori dalam praktik, (2) memberikan latihan
terhadap pemakaian teori dan aplikasinya, (3) memberikan umpan balik tentang kebenaran
latihan itu, (4) menyesuaikan informasi dan tugas sesuai tingkat awal masing-masing peserta
didik, (5) membangkitkan minat peserta didik, (6) menjelaskan sasaran belajar kepada peserta
didik, (7) meningkatkan motivasi peserta didik, dan (8) menunjukkan sumber informasi yang
lain.
Gatot (2008) juga menambahkan bahwa “bahan ajar yang baik harus dapat
memenuhi tuntutan kurikulum yang berisi kompetensi-kompetensi yang ditentukan”. Materi-
materi ajar terarah sesuai dengan tuntutan kurikulum. Kompetensi-kompetensi yang diberikan
sesuai dengan kurikulum.
Untuk bahan ajar berbasis web, Purnomo (2009) memberikan syarat terkait konten
web yang baik. Syarat konten web yang baik dijelaskan berikut ini.
1. Materi Pembelajaran. Berisi material pembelajaran yang akan disampaikan melalui berbagai
jenis format. Format tersebut seperti teks, gambar, foto, grafik, slide presentasi, animasi,
HTML, audio (narasi, audio streaming, audio recorded), video (video recorded, video
streaming).
2. Interaksi dan komunikasi. Berisi konten yang memfasilitasi proses interaksi dan komunikasi
baik antara siswa dan siswa maupun siswa dan trainer, secara langsung (synchronous)
maupun tidak langsung (asynchronous).
3. Tugas, tes dan evaluasi siswa. Konten yang berisi aktivitas penugasan, tes serta evaluasi bagi
siswa.
4. Sumber daya digital (digital resources). Konten berisi berbagai sumber daya pembelajaran
berbentuk digital dan/atau online
5. Informasi. Berisi informasi yang ingin disampaikan pada user mengenai pengajaran yang
akan diikuti. Bentuk modul informasi ini dapat berupa silabus, berita dan informasi,
pengumuman dsb.
Bahan ajar dapat juga ditinjau dari segi kemenarikan dan penggunaan bahasa agar
dapat dimanfaatkan dengan efektif. Greene & Petty (dalam Hakim 2001) menyatakan bahwa
ciri bahan ajar yang berkualitas adalah (1) dapat menarik perhatian, (2) membangkitkan
motivasi belajar, (3) memuat illustrasi yang menarik, (4) penggunaan bahasa yang jelas, (5)
adanya keterkaitan dengan pelajaran yang lain, dan (6) terhindar dari konsep yang samar-
samar.
Kemendiknas (2008) menyatakan bahwa pengembangan bahan ajar dimulai dari (1)
standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator, (4) materi pembelajaran, (5) kegiatan
pembelajaran, dan (6) bahan ajar. Berdasarkan kedua rujukan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa pengembangan bahan ajar dimulai dari (1) identifikasi standar
kompetensi, (2) identifikasi kompetensi dasar, (3) identifikasi indikator, (4) identifikasi
materi bahan ajar dan memilih bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum, (5) merancang
kegiatan pembelajaran, dan (6) memilih jenis dan menyusun bahan ajar.
Daftar Rujukan