Anda di halaman 1dari 12

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004

Kelompok 9

Nama Anggota:
1. Yunisa (22201241013)
2. Cornelyta Dwina B.A. (22201241027)
3. Khusna Nur Septiana (22201241033)
4. Cynta Aurellya J. (22201244054)

A. Pengertian dan Hakikat KBK 2004


Kurikulum merupakan seperangkat atau suatu sistem rencana mengenai bahan
pembelajaran yang dapat dipedomani dalam aktivitas belajar mengajar. Sedangkan pengertian
kurikulum menurut para ahli dapat dirumuskan menjadi dua yaitu :
a. Menurut Hilda Taba (1962), bahwa kurikulum adalah sistem dengan menekankan
tujuan suatu statemen mengorganisir suatu isi, implikasi dalam pola pembelajaran.
b. Sedangkan menurut Unruh (1984) kurikulum merupakan suatu rencana untuk
mencapai keberhasilan pembelajaran yang di dalamnya mencakup rencana dengan
tujuan, apa yang harus dipelajari, dan dengan hasil dari pembelajaran.
Menurut Mulyani (2005: 29-30) menyatakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
merupakan suatu format yang menetapkan apa yang diharapkan dapat dicapai siswa dalam
setiap jenjang sekolah.

B. Karakteristik KBK 2004


Menurut Mulyasa dalam (Muqorrobin dan Nisak, 2018: 9-10) menjelaskan terkait
enam karakteristik KBK antara lain:
1. Sistem Belajar dengan Modul
Modul adalah proses pembelajaran mengenai suatu bahasa tertentu yang disusun
secara sistematis, operasional, dan terarah. Komponen modul antara lain lembar
kegiatan peserta didik, lembar kerja, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban,
dan kunci jawaban.
2. Menggunakan Keseluruhan Sumber Belajar
Dalam KBK, guru tidak lagi menjadi aktor utama dalam proses pembelajaran, karena
pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan beragam sumber belajar.
3. Pengalaman Lapangan
Pengalaman lapangan dapat mengakrabkan hubungan antara guru dan peserta didik
lebih ditekankan dalam KBK.
4. Strategi Pembelajaran Individual Personal
Belajar individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar peserta didik, sedangkan
belajar personal adalah interaksi edukatif berdasarkan keunikan peserta didik dalam
hal bakat, minat, serta kemampuan personalisasi.
5. Kemudahan Belajar
Perpaduan antara pembelajaran individual personal dengan pengalaman lapangan,
serta pembelajaran secara tim akan memberikan kemudahan belajar dalam KBK.
6. Belajar Tuntas
Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam
kelas karena merupakan kondisi yang tepat untuk peserta didik mampu belajar dengan
baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal.

C. Faktor Terbentuknya KBK 2004


1. Prinsip KBK 2004
a. Prinsip Penentuan Tujuan Pendidikan
Perumusan tujuan pendidikan, didasarkan pada sumber-sumber, ketentuan dan
kebijakan pemerintah, survei mengenai persepsi masyarakat tentang kebutuhan
mereka, survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, survei
tentang kualitas sumber daya manusia, dan pengalaman negara lain dalam
menghadapi masalah yang sama.
b. Prinsip Pemilihan isi Pendidikan / Kurikulum
Menentukan isi kurikulum, diperlukan penjabaran tujuan pendidikan ke dalam
perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana, isi bahan pelajaran dari segi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan, serta unit-unit kurikulum harus disusun dalam
urutan yang logis dan sistematis.
c. Prinsip Pemilihan Proses Belajar Mengajar
Memperhatikan metode/teknik belajar mengajar untuk mengajarkan bahan
pelajaran, dalam mengaktifkan siswa dan mendorong berkembangnya kemampuan
baru.
d. Prinsip Pemilihan Media dan Alat Pengajaran.
Memperhatikan hal-hal dari kegiatan perencanaan dan inventaris terhadap
alat / media yang tersedia, serta bentuk modul atau buku paket.
e. Prinsip Berkenaan dengan Penilaian
Proses penilaian belajar, setidaknya mencakup tiga hal dasar yang harus
diperhatikan, yakni; pertama, merencanakan alat penilaian. Kedua, menyusun alat
penilaian. Ketiga, mengelola hasil penilaian. Prinsip yang perlu diperhatikan ialah
norma penilaian yang digunakan dalam pengelolaan hasil tes serta penggunaan skor
standard.

2. Komponen KBK 2004


a. Kurikulum Hasil Belajar (KHB)
Kurikulum dan hasil belajar ini memuat kompetensi, hasil belajar, dan
indikator keberhasilan. KHB memberikan suatu rentang kompetensi dan hasil belajar
siswa yang bermanfaat bagi guru untuk menentukan apa yang harus dipelajari oleh
siswa, pembelajaran disusun, dan cara mengevaluasi.
b. Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
Penilaian ini mengidentifikasi kompetensi / hasil belajar yang telah dicapai,
dan memuat pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta
peta kemajuan belajar siswa.
c. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Memuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran untuk
mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis dan
andragogis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik.
d. Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (KBS)
Memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya
lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi dengan gagasan
pembentukan jaringan kurikulum, pengembangan perangkat kurikulum (antara lain
silabus), pembinaan profesional tenaga kependidikan, dan pengembangan sistem
informasi kurikulum.

D. Model Sistem dan Pendekatan Pembelajaran KBK 2004


1. Model Sistem KBK 2004 (Cynta)
Kurikulum ini berbasis kompetensi berorientasi pada (1) hasil dan dampak
yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman
belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai dengan
kebutuhannya. Penerapan KBK berorientasi pada pembelajaran tuntas (mastery
learning). Kurikulum berbasis kompetensi memuat standar kompetensi dan
kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran. Standar kompetensi diartikan sebagai
kebulatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan tingkat penguasaan yang diharapkan
dicapai dalam mempelajari suatu matapelajaran. Cakupan standar kompetensi standar
isi (content standard) dan standar penampilan (performance standard).

2. Pendekatan KBK 2004


Sesuai dengan prinsip pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
maka proses pembelajaran harus dilakukan dengan pendekatan pendekatan
kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Pendekatan kontekstual (Contextual
Teaching and Learning/CTL) adalah merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dan melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran efektif, yakni: Konstruktivisme (Constructivism), Bertanya
(Questioning), menemukan Iinquiry), Masyarakat Belajar (Learning Community),
Pemodelan (Modeling), dan Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Dalam
konteks ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status
apa mereka, dan bagaimana mencapainya.

E. Penerapan KBK 2004 serta Pengembangan Bahan Ajar dan LKS Berdasarkan KBK
2004
1. Penerapan KBK 2004
Kurikulum 2004 memaparkan tentang rasional, pengertian, fungsi dan tujuan mapel
bahasa dan sastra Indonesia, ruang lingkup, standar kompetensi lintas kurikulum, standar
kompetensi bahan kajian bahasa dan sastra Indonesia, standar kompetensi mapel bahasa dan
sastra Indonesia SMA dan MA, serta rambu-rambunya yang meliputi pendekatan
pembelajaran pengorganisasian materi, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi,
penomoran dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta bacaan wajib sastra
(Depdiknas dalam Sufanti, 2013: 46).
Menurut Usmar, dkk (2007:127) GBPP bahasa dan sastra Indonesia komponen
kurikulumnya terbagi menjadi 2: unsur-unsur bahasa dan kegiatan berbahasa. Pelaksanaan
dan cara penyajiannya mengikuti pendekatan komunikatif, yaitu lafal dan ejaan, tata bahasa,
dan kosakata. Sedangkan dalam kegiatan berbahasa meliputi aspek membaca,
menulis/mengarang, berbicara, dan apresiasi sastra.
Penerapan tersebut meliputi beberapa prinsip yaitu kegiatan belajar mengajar (KBM);
Penilaian Berbasis Kelas; dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah:
1) Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian berbasis kelas merupakan suatu kegiatan pengumpulan informasi tentang
proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan sehingga
penilaian tersebut akan mengukur apa yang hendak diukur dari siswa.
2) Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa dan guru untuk
mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan “ tahu” dan “mampu” terhadap
pengetahuan untuk melakukan sesuatu.
3) Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah
Prinsip ini perlu diimplementasi untuk memberdayakan daerah dan sekolah dalam
merencanakan, melaksanakan, mengelola dan menilai pembelajaran sesuai dengan kondisi
dan aspirasi mereka.

2. Pengembangan Bahan Ajar dan LKS Berdasarkan KBK 2004


Bacon dalam (Mulyani, 2005: 33-34) menjelaskan bahwa bahan ajar atau buku teks
adalah buku yang dirancang untuk digunakan di dalam kelas, disusun, disiapkan dengan
cermat oleh ahli dalam bidangnya dan dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang
sesuai. Bahan ajar merupakan sumber bahan pelajaran di sekolah dan isinya tidak boleh lepas
atau menyimpang dari kurikulum.
Menurut Mulyani (2005: 36) terdapat beberapa aspek dalam kurikulum yang harus
diperhatikan dalam penulisan bahan ajar:
1. Kompetensi yang akan dicapai.
2. Pendekatan yang dianjurkan untuk mengajarkan materi tersebut.
3. Muatan materi yang dianjurkan.
4. Urutan materi yang akan diajarkan.
5. Metode pembelajaran yang tepat.
Menurut Greene dan Petty dalam Mulyani (2005: 36) terdapat beberapa hal yang harus
dipenuhi terkait bahan ajar yang berkualitas antara lain:
1. Menarik minat peserta didik.
2. Mampu memberi motivasi kepada peserta didik.
3. Memuat ilustrasi yang menarik.
4. Mempertimbangkan aspek-aspek linguistik.
5. Isinya harus berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya.
6. Dapat menstimulasi dan merangsang aktivitas pribadi peserta didik.
7. Menghindari konsep-konsep yang samar (tidak jelas).
8. Memiliki sudut pandang yang jelas dan tegas.
9. Memberi penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa.
10. Dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi peserta didik.
Dalam pengembangan LKS tidak jauh berbeda dengan pengembangan bahan ajar.
LKS merupakan pasangan, pembantu, pelengkap atau suplemen bahan ajar. Keduanya
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Fungsi LKS sebagai pedoman,
pengarah, dan pembimbing siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang telah diprogramkan
berdasarkan bahan ajar.

F. Diversifikasi KBK 2004


Diversifikasi kurikulum merupakan aktifitas penyusunan kurikulum di daerah atau
sekolah dengan cara menjabarkan atau memodifikasi kurikulum nasional karena adanya
keberagaman. Oleh karenanya, diverifikasi berfungsi untuk menengahi keberagaman peserta
didik, baik penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan lokal disesuaikan dengan
kepentingan setempat yang dilakukan secara professional. Sebelum diberlakukannya
kurikulum 2004 Dinas Pendidikan telah melakukan sosialisasi pada kepala sekolah maupun
guru memiliki kesiapan dan pemahaman mengenai kurikulum KBK 2004, dengan demikian
guru dapat melaksanakan kurikulum dengan baik. Hal ini dilakukan karena ada perbedaan
yang mendasar antara Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 1994 dan suplemen 1999.
Perbedaan mendasar itu diantaranya sebagai berikut:
● Kurikulum 1994 lebih berorientasi pada pencapaian materi, sedangkan Kurikulum
2004 lebih menekankan pada pencapaian kompetensi.
● Dalam Kurikulum 1994 lebih menekankan pada aspek kognitif sedangkan pada
Kurikulum 2004 menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai
hasil belajar siswa.
● Kegiatan pembelajaran pada Kurikulum 1994 berpusat pada guru sedangkan pada
Kurikulum 2004 berpusat pada siswa.

G. Sistem Penilaian KBK 2004


Sistem penilaian berbasis kompetensi merupakan sistem penilaian yang terencana,
terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan sehingga mampu mengetahui kompetensi yang
telah dicapai peserta didik, dan mampu meningkatkan akuntabilitas sekolah.
Pada dasarnya ada 4 komponen penting yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
sistem penilaian berbasis kompetensi yaitu:
a. Kompetensi Kelulusan (KK)
Kompetensi lulusan tiap jenjang dan jenis pendidikan berbeda satu dengan
yang lain (misalnya Kompetensi lulusan SD, SMP, SMA / SMK, dan sebagainya)
berdasarkan kebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu serta teknologi serta seni.
Di samping itu juga harus mengacu kepada tujuan pendidikan nasional.
b. Standar Kompetensi (SK)
Mata pelajaran dikembangkan berdasarkan kompetensi lulusan suatu lembaga
pendidikan. Setiap mata pelajaran mempunyai jumlah standar 20-30 kompetensi
tingkat SLTP. Standar kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja
operasional yang masih bersifat umum (mendeskripsikan, menilai, mengambil
keputusan, dan menerapkan).
c. Kompetensi Dasar (KD)
Merupakan rincian dari Standar Kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah
mengalami proses belajar yang mencakup 3-6 KD. Kompetensi Dasar dirumuskan
dengan kata kerja operasional yang cakupannya berbeda. Contoh kata kerja
operasional untuk merumuskan kompetensi dasar seperti: mengidentifikasi,
membandingkan, membedakan, menghitung, menerapkan, menganalisis, dan
mengevaluasi.
Kompetensi Dasar digunakan untuk menentukan materi pokok pembelajaran,
pengalaman belajar, dan untuk menentukan indikator pencapaiannya. Materi pokok
merupakan bahan utama yang harus dipelajari peserta didik untuk mencapai
kompetensi dasar. Guru berhak mengembangkannya sendiri sesuai dengan kondisi
dan minat siswa. Terutama dalam Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia lebih banyak
mencakup kompetensi dasar membaca, menulis, menyimak, dan berbicara agar
kemampuan berbahasanya semakin meningkat.
d. Indikator Pencapaian (IP)
Dirumuskan dengan menggunakan kata kerja yang operasional (seperti pada
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) serta cakupan materinya lebih sempit
dibandingkan kata kerja pada kemampuan dasar. Indikator ini merupakan acuan bagi
penyusun instrumen penilaian (soal ujian). Tiap indikator dapat dibuat lebih dari satu
soal yang ditulis juga harus memperhatikan materi pembelajaran dan pengalaman
belajar.

H. Kelebihan KBK 2004


1. Mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didik pada setiap aspek mata kuliah
dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata kuliah itu sendiri.
2. Mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa student centered.
Mahasiswa dapat bergerak aktif secara fisik ketika proses pembelajaran berlangsung
dengan memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh serta
pikiran terlibat dalam proses pembelajaran.
3. Dosen diberi kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi Perguruan Tinggi Daerah masing-masing.
4. Bentuk pelaporan hasil belajar memaparkan setiap aspek dari suatu mata kuliah
memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta didik.
5. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan peserta didik untuk
mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian yang
terfokus pada konten.

I. Kendala KBK 2004 dan Solusinya


- Beberapa kendala dan masalah yang dihadapi dalam implementasi KBK 2004
menurut Baedhowi (2005: 376-378) antara lain:
1. Belum semua guru mengikuti diklat kurikulum 2004.
2. Guru dan siswa masih menggunakan paradigma lama dalam pembelajaran di dalam
maupun luar kelas.
3. Mata pelajaran TIK masih diajarkan oleh guru yang belum berkompeten.
4. Jumlah siswa per kelas terlalu banyak.
5. Buku pelajaran untuk siswa masih belum tersedia.
6. Buku pegangan untuk guru masih belum tersedia.
7. Sistem penilaian pendidikan yang masih berubah-ubah.
8. Fasilitas pendidikan, media, dan alat peraga masih belum memadai.
9. Guru mengalami kesulitan dalam menerapkan penilaian berdasarkan proses
(portofolio).
- Solusi dari kendala KBK 2004 diantaranya sebagai berikut:
1. Memperbaiki kualitas lulusan sebagai seorang guru. Karena point utama untuk
mendukung keberhasilan dari kurikulum dipengaruhi oleh kinerja guru yang handal.
Sehingga mampu mengimplementasikan sistem penilaian kurikulum secara efektif.
2. Kepala sekolah perlu memberikan dukungan yang tepat kepada para guru; pertama,
mengintegrasikan penggunaan TIK perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum dan guru
harus memiliki rencana yang jelas untuk menggunakan TIK dalam pengajaran.
Kedua, kepemimpinan sekolah perlu memiliki visi dan misi yang jelas untuk
mengintegrasikan teknologi dan memiliki rencana untuk mewujudkannya dan
berinvestasi dalam TIK untuk pembelajaran di kelas. Ketiga, pemerintah perlu
mengalokasikan investasi infrastruktur pendidikan yang mendorong penggunaan TIK.
3. Sebagai guru tentu harus bisa berinovasi dan memiliki kreativitas. Hal ini karena
untuk membuat metode pembelajaran menjadi menyenangkan guru harus mampu
mengambil hati siswanya. Mungkin dengan gaya belajar yang santai dan tidak
monoton akan mampu membuat siswa merasa nyaman di barengi dengan game yang
menarik tentunya.
4. Guru harus mau menerima dan memiliki pemahaman yang baik terhadap Kurikulum
2004. Jika guru kurang kreatif dalam pengelolaan pembelajaran, pembelajaran masih
berpusat pada guru, maka dapat dipastikan tidak akan ada perubahan yang berarti di
bidang pendidikan.
5. Untuk mendukung agar suatu pendidikan berjalan dengan lancar dan baik pemerintah
harus meningkatkan anggaran dana dan bisa menanggung biaya pendidikan bagi
warga yang kurang mampu, baik untuk sekolah negeri maupun swasta. Pemerintah
harus memperhatikan sarana dan prasarana yang ada di daerah masing-masing apakah
ada kekurangan atau kerusakan beserta memperluas dan memeratakan kesempatan
untuk mendapatkan pendidikan bagi masyarakat kurang mampu. Lembaga sekolah
harus pandai-pandai mengolah dana dan meminta dana kepada pemerintah sesuai
dengan keadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan di sekolah tersebut. Jika ada
kekurangan, guru juga meningkatkan kreativitasnya untuk mengajar dengan alat
seadanya. Untuk orangtua mungkin bisa memberikan sumbangan-sumbangan yang
dapat membantu proses belajar mengajar di sekolah dengan membayar SPP dan
komite dengan tepat waktu.

J. Dampak adanya KBK 2004


Perubahan kurikulum dapat membawa dampak positif dan negatif bagi mutu
pendidikan. Dampak positif dari perubahan kurikulum tersebut salah meningkatkan kualitas
pendidikan, mengikuti standar internasional, siswa dapat belajar mengikuti dengan
perkembangan zaman yang semakin maju, meningkatkan keterampilan siswa, meningkatkan
kemandirian siswa, meningkatkan kualitas guru, meningkatkan partisipasi atau keaktifan
siswa, dan meningkatkan aksesibilitas pendidikan. Peserta didik dapat belajar mengikuti
dengan perkembangan zaman yang semakin maju. Sedangkan dampak negatifnya adalah
penurunan mutu pendidikan, waktu penyesuaian peserta didik, kurangnya fasilitas yang
memadai, terkendala dalam mencapai visi dan misi sekolah, kesulitan dalam pengurangan
bahan ajar, tidak tercapainya target pendidikan di awal, dan tenaga pendidik belum mampu
menerapkan kurikulum baru secara baik.
Dampak tersebut sejalan dengan (Supriani, 2022) bahwa sosialisasi sangat penting
untuk memberikan pemahaman tentang tujuan, capaian yang ingin diraih, dan lain sebagainya
dari kurikulum baru. Namun perlu diingat lagi perubahan kurikulum terjadi karena untuk
melengkapi dan menelaah apa saja yang menjadi kendala pada kurikulum sebelumnya.
Perubahan kurikulum juga terdapat penyesuaian dengan perkembangan zaman. Dimana
perkembangan zaman sangat berkembang dengan pesat, berbagai aaspek kehidupan salah
satunya pendidikan sangat membutuhkan perubahan-perubahan untuk menyesuaikan dengan
kebutuhan yang muncul. Maka dai itu fungsi kurikulum inilah yang menjawab untuk
menghadapi tantangan masa depan akibat perubahan zaman tersebut agar tetap mampu
merealisasikan tujuan pendidikan Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Aprianti, Anis. 2023. "Kebijakan Pendidikan : Dampak Kebijakan Perubahan Kurikulum


Pendidikan Bagi Guru Dan Peserta Didik." Jurnal Jupensi. Vol. 3, No. 1, pp. 181-
190. https://ejurnal.politeknikpratama.ac.id/ pada 22 September 2023.
Baedhowi. 2005. “Kajian Evaluasi Implementasi Kurikulum di Daerah." Jurnal Ilmu
Administrasi. Vol.2, No.4, pp. 370-380. Diakses dari https://jia.stialanbandung.ac.id/
pada 20 September 2023.
Depdiknas. 2002. “Kurikulum Berbasis Kompetensi.” Jakarta: Depdiknas.
Insani, Farah Dina. 2019. "Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia Sejak Awal
Kemerdekaan Hingga Saat Ini." Jurnal As-Salam I. Vol. 8, No. 1. pp. 43-63. Diakses
dari https://ejournal.staidarussalamlampung.ac.id/ pada 22 September 2023.
Lestari, Barkah. 2005. "Sistem Penilaian Pembelajaran Ekonomi Berbasis Kompetensi."
Jurnal Ekonomi & Pendidikan. Vol. 1, No. 2, pp. 146-155. Diakses dari
https://media.neliti.com/ pada 21 September 2023.
Mulyani, Endang. 2005. “Kurikulum 2004: Penerapannya dalam Bahan Ajar dan LKS.”
Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Vol. 2, No. 3, pp. 28-37. Diakses dari
https://scholar.google.com/ pada 20 September 2023.
Mulyanie, Susilowati. 2006. “Persepsi Guru Pengetahuan Alam/Biologi SMPN di Kecamatan
Sukoharjo Terhadap Kurikulum 2004.” Jurnal Jurusan Biologi FMIPA UNNES. Vol.
3, No 1, pp. 1-6. Diakses dari https://jurnal.uns.ac.id/bioedukasi/article/view/3940
pada 25 September 2023.
Muqorrobin, Muhammad dan Mumtazin Nisak. 2018. “Kurikulum 2004 / KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi).” Jurnal Hasil Penelitian. Vol. 2, No.1, pp. 1-18. Diakses dari
https://ejournal.kopertais4.or.id/ pada 21 September 2023.
Muqorrobin, Nisak. 2018. "Kurikulum 2004 / KBK (Kurikulum Betbasis Kompetensi)."
Jurnal Hasil Penelitian Studi Kepustakaan, Penilaian, Penerapan Teori Dan Kajian
Analisis Di Bidang Pendidikan Bahasa Arab. Vol. 2, No. 1, pp. 1-18. Diakses dari
http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/ pada 23 September 2023.
Nurhadi. 2004. "Kurikulum 2004." PT Grasindo: Jakarta.
Prasetyo, Arif Rahmanm., Tasman Hamami. 2020. "Prinsip-prinsip dalam Pengembangan
Kurikulum." PALAPA : Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan, Vol. 8, No. 1,
pp. 42-55. Diakses dari https://ejournal.stitpn.ac.id/ pada 21 September 2023.

Saffina, Andina Dea, dkk. 2020. “Perubahan Kurikulum di Awal Era Reformasi (2004-2006)
dan Dampaknya Terhadap Pendidikan Nasional.” Jurnal Pendidikan Sejarah dan
Kajian Sejarah. Vol.2, No.1, pp. 52-62. Diakses dari https://scholar.google.com/ pada
20 September 2023.
Sufanti, Main. 2013. "Pembelajaran bahasa Indonesia Berbasis Teks: Belajar dari Ohio
Amerika Serikat". Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Indonesia. pp. 36-55.
Diakses dari https://scholar.google.com pada 25 September 2023.

Anda mungkin juga menyukai