Anda di halaman 1dari 8

Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimanta n Evangelis

PENGALAMAN PERJUMPAAN DI SEKOLAH SMPN


1 PATANGKEP TUTUI TAHUN 2014/2015
(Ditinjau dari Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia)

MAKALAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Akhir


Semester
Mata Kuliah SPKI
Dosen Pengampu Pdt. Alexandra Binti, M.Th

OLEH:
LUSIANA
NIM: 19.24.36

Program Sarjana Program Studi Teologi


BANJARMASIN
MARET 2022

i
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

1. Gambaran Umum Kecamatan Patangkep Tutui ........................................... 1

1.1 Gambaran Umum SMPN 1 Patangkep Tutui ................................................ 1

2. Perjumpaan di SMPN 1 Patangkep Tutui .................................................... 1

2.1 Perjumpaan di SMPN Patangkep Tutui Dulu dan Sekarang......................... 2

3. Hambatan dan Kendala dalam Proses Perjumpaan ......................................... 3

4. Faktor Pendukung dalam Proses Perjumpaan ................................................. 4

4.1 Perjumpaan Agama Kristen dan Islam.......................................................... 4

4.2 Faktor Pendukung Perjumpaan Agama Kristen dan Islam di SMP Negeri 1
Patangkep Tutui................................................................................................... 4

5. Penilaian dan Refleksi dari Perjumpaan.......................................................... 5

ii
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

BAB I PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Kecamatan Patangkep Tutui
Patangkep Tutui adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Barito Timur,
Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia yang pusat pemerintahannya berada di
desa Bentot. Kecamatan Patangkep Tutui memiliki luas wilayah sebesar 255 Km2
serta berpenduduk sebanyak 7.640 jiwa. Kecamatan Patangkep Tutui menduduki
peringkat ke 6 dengan jumlah penduduk tertinggi setelah kecamatan Dusun
Tengah. Dusun Timur, Pematang Karau, Raren Batuah, dan Paku. 1

1.1 Gambaran Umum SMPN 1 Patangkep Tutui


Sekolah SMPN 1 Patangkep Tutui adalah Sekolah Menengah Pertama
yang berada di Bentot, Kecamatan Patangkep Tutui, Kabupaten Barito Timur,
Provinsi Kalimantan Tengah. Sekolah ini merupakan sekolah negeri yang telah
terakreditasi B dan berstatus kepemilikan pemerintah daerah yang didirikan pada
7 November 1983. Berdasarkan data sekolah siswa yang beragama Kristen (122
orang), Islam (49 orang), Katolik (37 orang), dan Hindu (18 orang). Berdasarkan
dari jenis kelamin yaitu siswa laki-laki berjumlah 125 orang dan perempuan 101
orang. Tenaga pendidik di SMPN 1 Patangkep Tutui ini ada 25 orang. 2 Fasilitas
utama di sekolah SMP Negeri 1 Patangkep Tutui berupa, ruang kelas,
perpustakaan, Laboratorium IPA, Laboratorium komputer, dan Laboratorium
bahasa.

2. Perjumpaan di SMPN 1 Patangkep Tutui


Sekolah adalah tempat paling menyenangkan dalam mengenal dan
mengeksplor banyak hal, bertemu orang-orang baru, hingga menjadi saudara-
saudari. Ketika Penulis berada di bangku Sekolah Menengah Pertama, ada banyak
pengalaman dan kisah-kisah yang sangat menarik untuk Penulis ceritakan
kembali. Pada tahun 2014, bulan Agustus Penulis masuk sekolah SMP Negeri 1
Patangkep Tutui. Awal yang baik bagi Penulis untuk pertama kalinya menjadi
siswa dan mengenal banyak teman dengan berbagai latar belakang agama, seperti
agama Islam, Katolik dan Hindu. Siswa yang beragama Kristen cukup banyak

1
Data Statistik Kecamatan Patangkep Tutui.
2
Data SMP Negeri 1 Patangkep Tutui, tahun 2021.

1
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

dari agama Islam, Katolik dan Hindu karena di wilayah sekolah SMP Negeri 1
Patangkep Tutui mayoritasnya beragama Kristen. Namun bukan berarti Penulis
membatasi hubungan pertemanan diantara yang lainnya. Penulis mempunyai
beberapa teman yang beragama Islam dan Hindu. Ketika kami (siswa yang
beragama Kristen) hendak merayakan Natal sekolah pada waktu itu, siswa yang
beragama Islam, ataupun Hindu ikut membantu, seperti membersihkan aula
tempat diselenggarakannya acara Natal. Begitupun sebaliknya kaum Kristen juga
sangat menghargai mereka yang beragama Islam, pada saat merayakan Maulid
Nabi atau saat mereka sedang melakukan puasa kami tidak makan atau minum
didepan mereka yang beragama Islam. Sejak dulu pun sudah diajarkan untuk
saling menghargai antar umat beragama, meskipun terkadang ada perbedaan
pendapat namun kami tetap menghargainya dengan bermusyawarah dan
menghormati satu sama lain.

2.1 Perjumpaan di SMPN Patangkep Tutui Dulu dan Sekarang


Penulis menemukan beberapa hal yang dinilai sangat intoleransi dalam
proses perjumpaan tersebut yang dulunya hubungan antar kami terjalin sangat
baik tetapi sekarang menimbulkan rasa acuh antar kami. Ketika Penulis bertemu
dengan teman kaum Islam, mereka memperlihatkan sikap seperti tidak kenal,
salah satu teman Penulis tersebut bernama L. Kami dulu berhubungan sangat baik,
teman sekelas yang menyenangkan dan humoris. Ketika kami semua lulus dari
Sekolah Menengah Pertama, kami memilih lanjut ke Sekolah Menengah Atas
yang berbeda sehingga kami terpisah satu sama lain, termasuk L yang masuk ke
Sekolah Menegah Kejuruan di SMKN 1 Murung Pundak, yang berada di Tanjung,
Kalimantan Selatan, dengan mayoritas muridnya beragama Islam. Hingga saat ini,
ketika Penulis bertemu dengan L, ia nampak acuh dan seolah-seolah tidak
mengenal Penulis. Penulis pun merasa bahwa dia bisa saja berubah karena
lingkungan tempatnya yang beragama Islam karena memang dari dulu Kristen dan
Islam saling berbeda sifat dan pandangan. Ia pun kini berhijab dan terlihat sangat
agamis.

2
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

3. Hambatan dan Kendala dalam Proses Perjumpaan


Pada saat di Sekolah Menengah Pertama pun Penulis juga menemukan
adanya ketidaksinambungan diantara agama Kristen dan Islam. Ada beberapa
guru yang beragama Islam yang sangat fanatisme. Ketika Penulis dan teman-
teman mendapat tugas memasak sebagai tugas Ujian Akhir, kami pun memasak
dibantu juga oleh beberapa guru, setelah masakan tersebut siap, kami
menyantapnya bersama-sama. Namun guru yang sangat fanatisme tersebut tidak
ikut menyantap masakan tersebut, karena bisa saja karena guru tersebut tahu
bahwa yang membuatnya adalah siswa beragama Kristen, atau mungkin ia
beranggapan bahwa minyak yang kami pakai menggunakan minyak hewan
(Babi), sehingga ia merasa haram untuk makan makanan tersebut.

Hal tersebut terus ia tunjukkan ketika kami merayakan acara sekolah, jika
guru tersebut ikut makan dia menggunakan piring yang dibawanya sendiri dari
rumah. Penulis dan teman-teman sesama Kristen sering berbincang tentang ibu
tersebut, apakah sangat haram baginya untuk makan makanan yang kami buat, itu
sangat jelas sekali bahwa ia seperti tidak menghargai apa yang kami lakukan dan
menunjukkan sikap sangat fanatisme. Kurang lebih hampir sama dengan teman
Penulis yang bernama L, yang menunjukkan sikap tidak menghargai dan memilih
dalam berteman. Dari hal tersebut pun menimbulkan hambatan antar kami. Latar
belakang kami yang mungkin berbeda agama membuat kendala dalam
perjumpaan tersebut semakin nyata. Sikap yang ditunjukkan dari hal tersebut
menujukkan bahwa adanya rasa untuk menganggap agamanya lebih benar, dan
tidak adanya sikap torelansi terhadap agama lain, seperti kepada agama Kristen.

3
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

4. Faktor Pendukung dalam Proses Perjumpaan

4.1 Perjumpaan Agama Kristen dan Islam


Agama Kristen dan Islam berdasarkan kisah sejarahnya sering mengalami
kemajemukan dan pertikaian, namun bukan berarti hal tersebut selalu
menimbulkan dampak negatif tetapi ada juga dampak positif dari perjumpaan
tersebut. Hingga saat ini terus melahirkan banyak cerita dan kisah yang menarik
untuk di pelajari. Perjumpaan Kristen dan Islam Perjumpaan agama-agama yang
menjadi sebuah fakta pluralitas keagamaan bagi masyarakat Indonesia, sehingga
dengan kemampuannya memberikan respons keterbukaan untuk saling
berinteraksi di antara umat beragama itu sendiri. Pada hakekatnya pun perjumpaan
diantara kedua agama tersebut selalu mengandung unsur konflik dan dialog.

4.2 Faktor Pendukung Perjumpaan Agama Kristen dan Islam di SMP Negeri
1 Patangkep Tutui
Menurut Penulis faktor utama yang menjadi penduduk utama dalam
perjumpaan adalah dari perbedaan agama, dari segi politik, ekonomi dan
kebudayaan. Perbedaan yang ada pada kami sebagai siswa-siswi SMP Negeri 1
Patangkep Tutui tidak menutup diri kami untuk mengasingkan diri antar sesama
mayoritas lain, namun karena perbedaan itulah yang seharusnya membuat kami
bisa saling menghargai satu sama lain, menerima setiap kekurangan untuk
menjadi saudara dan saudara serta berdialog antar sesama agama untuk
menciptakan sebuah kerukunan. Sikap toleransi dalam masyarakat juga harus
dijunjung tinggi dari kedua belah pihak. Masyarakat pada umumnya selalu
berpandangan bahwa sikap toleransi itu hanya dilakukan oleh kelompok
masyarakat dominan (mayoritas) terhadap kelompok masyarakat kecil (kaum
minoritas). Cara pandang semacam itu tentunya sangat keliru. Sikap toleransi itu
sesungguhnya bisa dilakukan oleh semua pihak (mayoritas-minoritas) tanpa
terkecuali, karena tujuannya sama yakni tercapainya tujuan hidup bersama yang
rukun dan damai.

4
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

5. Penilaian dan Refleksi dari Perjumpaan


Alkitab sebagai kitab suci agama Kristen menjadi sumber utama setiap
ajaran dan praktek hidup umatnya. Sebagai kitab suci, tentu kedua kitab ini
(Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) menjadi dasar dan rujukan utama bagi
pandangan dan sikap orang Kristen. Dalam sejarah yang tidak tercatat dalam PL,
bangsa Israel (Yahudi) dikuasai oleh Yunani dan kemudian Romawi. Didalam
kisah Perjanjian Lama, di jaman penjajahan Romawi, Yesus muncul dan berkarya.
Dari pengalaman perjumpaan tersebut, bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain
menunjukkan sikap umum atau dominan yaitu sikap eksklusif dan superior. Israel
pada posisi khusus yang diakui sebagai bangsa pilihan, sehingga sebagai bangsa
pilihan itulah kemudia ia di istimewakan dengan mendapat berkat dan
perlindungan Allah, bahkan dipakai sebagai saluran berkat bagi bangsa-bangsa
lain.3

Allah mengizinkan perjumpaan tersebut terjadi bukan tanpa alasan, Ia


menginginkan agar setiap perbedaan yang ada menjadikan semuanya menjadi
rukun dan bersatu. Pengalaman perjumpaan yang Penulis alami pada 9 tahun yang
lalu di SMP Negeri 1 Patangkep Tutui, mengajarkan Penulis banyak hal.
Meskipun hingga saat ini perjumpaan tersebut tidaklah mudah, namun dengan
saling menghargai, dan bertoleransi antar agama menjadi suatu pelajaran yang
berharga dengan terus mempertahankan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”,
sebagai dasar pemersatu bangsa, dan tentunya mempercayai agama masing-
masing sebagai langkah untuk menjadi lebih baik untuk saling menciptakan
kerukunan dan kedamaian, seperti dikatakan dalam Mazmur 133: 1; “Nyanyian
ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-
saudara diam bersama dengan rukun!”

3
Stanley R. Rambitan, “Pluralitas Agama dalam Pandangan Kristen dan Implikasinya Bagi
Pengajaran PAK”, Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen 1, no. 1, 95-96, diakses pada tanggal
28 Maret 2022, https://core.ac.uk/download/pdf/288296323.pdf

5
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Anda mungkin juga menyukai