Disusun oleh:
61170213
YOGYAKARTA
2022
ABSTRAK
Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi super prioritas yang akan
dikembangkan oleh pemerintah sebagai destinasi wisata berbasis alam dan budaya.
Tempat wisata Labuan Bajo membutuhkan sarana akomodasi berupa sarana
penunjang (penginapan) untuk memenuhi fasilitas perhotelan yang kurang di
kawasan perhotelan Labuna Bajo. Oleh karena kawasan perhotelan berada di pinggi
pantai, maka perancangan yang diangkat berupa bangunan beach resort.
1
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..............................................................................................................1
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2
2
2.3.3 Medical Resort Bad Schallerbach .................................................30
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Grafik Tingkat Penghuni Kamar (TPK) Berdasarkan Jenis Hotel Berbintang
dan Hotel Non Bintang di Kab. Manggarai Barat
Sumber: Statistik Perhotelan Kabupaten Manggarai Barat 2016
5
Permukiman kawasan padat
Kawasan pendidikan
6
Berdasarkan peta rawan gempa bumi yang disusun oleh Kertapati, etal (2001),
kawasan perkotaan Labuan Bajo dan sekitarnya termasuk ke dalam wilayah rawan
gempa bumi dengan skala intensitas sebesar VI-V11 skala MMI. Ciri-cirinya
ditandai dengan dirasakana oleh semua orang, banyak yang ketakutan/panik,
berhamburan ke luar ruangan, banyak perabot yang berat bergeser, plesteran
dinding retak dan terkelupas. Ciri-ciri lain berupa semua orang berhambur keluar
ruangan , kerusakan terjadi pada bangunan yang desain konstruksimya jelek,
kerusakan sedikit sampai sedang terjadi pada bangunan dengan desain konstruksi
biasa. Bangunan dengan konstruksi yang baik tidak mengalami kerusakan yang
berat.
Beberapa area di Desa Gorontalo khususnya di bagian kawasan perhotelan
sering mengalami banjir ketika musim penghujan. Ketinggian air hingga lutut
orang dewasa. Air akan surut dalam ½-1 jam, namun air tidak masuk karena
beberapa rumah di kawasan ini telah dipasang talud penahan air.
Banjir yang sering terjadi di bagian Desa Gorontalo, selain musim penghujan
sistem drainase perkotaan juga berpengaruh. Diidentifikasi bahwa di Desa
Gorontalo permasalahan yang yang muncul berupa genangan-genangan setempat
yang diakibatkan hujan lokal dan kondisi lahan yang bergelombang. Sehingga
7
mempersulit aliran air menuju saluran drainase terdekat. Hal ini ditandai dipeta
dengan warna merah.
Pada umumnya, selain masalah banjir ada juga masalah klimatis. Menurut
Kahara (2017), masalah di daerah pesisir pantai adalah kecepatan angin, suhu dan
kelembapan udara rata-rata yang tergolong tinggi sepanjang hari sehingga
menimbulkan rasa tidak nyaman dalam beraktivitas. Menurut SNI 03-6572-2001
rasa nyaman didapatkan pada suhu 20,5°C-27,1°C dengan kelembaban relatif
berkisar 40%-60%. Dengan membandingkan standar dengan kondisi lingkungan
saat ini, terlihat bahwa harus adanya pengendalian kenyamanan termal pasif pada
bangunan sehingga tercapainya kenyamanan termal untuk meminimalkan
penggunaan alat bantu sebagai pengkondisian termal aktif sedangkan menurut
ASHRAE (Guide for building hot & humid climate), rasa nyaman untuk daerah
tropis lembab berkisar diantara 23,3°C-26,1°C dengan kelembaban 50%-60%.
8
(interior, eksterior, outdoor) berdasarkan iklim setempat, yang bertujuan untuk
memberikan kenyamanan termal dan visual, memanfaatkan energi matahari dan
sumber lingkungan lainnya.
Pada 15 Januari, suhu tertinggi harian sekitar 31°C, jarang turun di bawah 28°C
atau melebihi 34°C. Suhu terendah rata-rata harian tertinggi adalah 30°C. Pada 10
Desember, suhu rendah harian sekitar 24°C, jarang turun dibawah 23°C atau
melebihi 25°C. Suhu terendah rata-rata harian tertinggi adalah 24°C. Pada 25
Oktober, hari terpanas dalam setahun, suhu di Labuan Bajo biasanya berkisar dari
24°C hingga 33°C, sedangkan pada 9 Agustus, hari terdingin dalam setahun,
berkisar dari 21°C sampai 31°C.
9
Data Kelembapan di Labuan Bajo, Manggarai Barat.
Sumber: https://id.weatherspark.com/s/133093/1/Cuaca-rata-
rata-pada-Musim-panas-di-Labuanbajo-Indonesia
Peluang bahwa suatu hari akan panas dan lembab di Labuan Bajo adalah pada
dasarnya konstan selama musim panas, tetap sekitar 100% sepanjang waktu. Pada
tanggal 1 Januari, hari paling panas dan lembab dalam setahun, sedangkan pada
tanggal 8 Agustus hari paling tidak lembab dan panas tahun ini, kondisi kelembapan
90%.
10
Bagian ini membahas vektor angin rata-rata per jam dengan area luas
(kecepatan dan arah) di 10 meter di atas permukaan tanah. Angin yang dialami di
lokasi tertentu sangat bergantung pada topografi lokal dan faktor lainnya, dan
kecepatan dan arah angin seketika sangat bervariasi daripada rata-rata per jam.
Kecepatan angin rata-rata per jam di Labuanbajo meningkat selama musim panas,
meningkat dari 7,3 kilometer per jam menjadi 9,2 kilometer per jam selama sebulan.
Sebagai referensi, pada 29 Januari, hari paling berangin dalam setahun, kecepatan
angin rata-rata harian adalah 10,2 kilometer per jam, sedangkan pada 22 Oktober,
hari paling tenang dalam setahun, kecepatan angin rata-rata harian adalah 5,8
kilometer per jam. Kecepatan angin rata-rata harian tertinggi pada musim panas
adalah 10,2 kilometer per jam pada tanggal 30 Januari.
Oleh karena itu arsitektur bioklimatik dipilih sebagai payung utama pemecahan
masalah dari perencanaan resort ini. Arsitektur bioklimatik dalam teorinya
merupakan pendekatan yang berdasarkan desain pasif minimum energi dengan
memanfaatkan iklim lingkungan sekitar untuk menciptakan kondisi kenyamanan
bagi penghuninya. Dilakukan pengendalian termal pasif dengan memanfaatkan
kondisi iklim. Beberapa kinerja elemen bangunan berhubungan dengan
kenyamanan termal, yang sesuai dengan teori Hyde (2000), yaitu orientasi, bentuk
massa, material, bukaan, serta atap dan dinding dalam teori Kean Yeang. Untuk
mengelola desain pasif yang baik, teori Mahoney akan digunakan dalam
perancangan resort untuk mendapatkan rekomendasi desain dalam
mengoptimalkan pemanfaatan iklim setempat dalam rangka mencapai kenyamanan
termal bangunan.
11
desain bioklimatik adalah, hemat energi, memperhatikan kondisi iklim, ramah
lingkungan, merespon tapak dari bangunan, dan nyaman bagi penghuni.
1.3 Tujuan
1.4 Sasaran
12
1.5 Metode Pengumpulan Data
13
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
14
b) Bentuk Cottage atau bangunan menyebar
Hotel jenis ini terdiri dari sejumlah unit bangunan yang berdiri
sendri-sendiri. Bangunan terdiri satu hingga dua lantai. Pada
umumnya terdapat satu bagunan besar sebagai pengikat dari
bangunan yang menyebar. Bangunan besar ini berfungsi sebagai
fasilitas penunjang / pengelola. Sistem transportasinya tersusun
secara horizontal. Berikut karakteristik nya:
• Terdiri dari sejumlah bagian bangunan
• Menggunakan lahan yang luas
• Tingkat privasi lebih tinggi karena fasilitas menyebar
• Tetapi pencapaian pelayanan menjadi jauh
c) Bentuk Kombinasi Antara Convention dan Cottage
Bentuk ini merupakan gabungan antara convention dan cottage.
Adapun karakteristiknya sebagai berikut:
• Secara visual terlihat beberapa bangunan
• Membutuh lahan yang luas
• Bangunan pengikat dan fasilitas yang terpisah
menciptakan privasi yang tinggi.
2.1.3 Jenis Resort
Jenis-jenis resort berdasarkan lokasinya (Setiawan, 1995):
1.1 Village resort
Resort ini menekankan pada lokasi yang memiliki keunikan
cultural dan etnik sebagai daya tarik. Menyelami kebudayaan
masyarakat sekitar, bergabung dengan kegiatan masyarakat,
meninggalkan gaya hidup modern dan larut dalam kehidupan
masyarakat pedesaan.
2.1 Mountain resort
Resort ini biasanya terletak di daerah pegunungan yang
mempunyai pemandangan indah dan potensi wisata alam.
Fasilitas ditekankan pada hal-hal yang bersifat hiburan alam
seperti: mendaki gunung, hiking, sumber air panas, dan lain
15
sebagainya. Biasanya dilengkapi dengan berbagai fasilitas
seperti lapangan tennis, golf, atau ski.
3.1 Beach resort
Resor ini memanfaatkan potensi alam pantai dan laut sebagai
daya tarik. Pemandangan yang lepas kearah laut, keindahan
pantai dan fasilitas olahraga (renang, layer, selancar air dan
menyelam) menjadi pertimbangan utama.
4.1 Marina resort
Hampir sama dengan beach resor, tetapi ditujukan kepada
wisatawan yang mempunyai minat terhadap olahraga dan
kegiatan yang berhubungan dengan air. Penyediaan fasilitas
yang berhubungan dengan aktifitas tersebut sangat diutamakan.
5.1 Sight-seeing resort
Resor ini terletak di daerah yang memiliki potensi khusus
seperti tempat-tempat menarik, pusat perbelanjaan, kawasan
bersejarah, tempat-tempat yang antik dan tempat-tempat
hiburan.
6.1 Lake resort
Resor ini terletak di kawasan danau yang memiliki
keindahan panorama alam dan potensi wisata air dan alam.
Fasilitas ditekankan pada hal-hal yang berhubungan dengan
olahraga dan hiburan di air, seperti memancing, bersampan.
2.1.4 Ketentuan Hotel Resort bIntang 4
Hotel Bintang 4 memiliki bangunan yang luas dan cukup
besar, dekat dengan tempat wisata, tempat belanja, dan pusat
hiburan. Kriteria Hotel Bintang 4 adalah sebagai berikut :
• Jumlah kamar tipe standar minimal 50.
• Minimal ada 3 kamar suite.
• Kamar mandi dalam dengan air panas/ dingin.
• Luas kamar standar minimal 24m2.
• Luas kamar suite minal 48m2.
16
• Luas lobi minimal 100m2.
• Tersedia bar.
• Tersedia sarana rekreasi dan olahraga.
• Memiliki toilet umum.
2.1.5 Fasilitas Hotel Resort Bintang 4
Fasilitas yang ditampung Hotel Bintang 4 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Jumlah Syarat Peraturan
Kamar
50 kamar • Taman Kep. Dirjen
standar, 3 • Tempat parkir Pariwisata no
kamar suite • Lokasi dan lingkungan 14/UII88 tgl 25
• Bangunan
• Kamar tamu
• Ruang makan
• Bar
• Lobby
• Telepon
• Toilet umum
• Koridor
• Ruang disewakan
• Dapur
• Area administrasi
• Front office
• Kantor pengelola hotel
• Area tata graha
• Gudang
• Ruang karyawan
17
• Manajemen operasional
• Food and beverage
• Keamanan
• Olahraga rekreasi
• Pelayanan
• 2 restoran
• Parkir luas
• 2 kolam renang
• Fasilitas penunjang
• Tenis
• Fitness
• Spa dan sauna
18
3.1.2 Prinsip Desain Arsitektur Bioklimatik
19
Landscape Lantai dasar bangunan
dapat lebih terbuka
keluar dan
berhubungan langsung
dengan area luar
Mengintegrasikan
antara elemen tanaman
dengan bangunan,
dapatmemberikan efek
dingin pada bangunan
dan membantu proses
penyerapan O2 dan
pelepasan CO2
Ruang Transisional Ruang perantara antara
ruangndalam dan ruang
luar bangunan. Ruang
ini bisa menjadi koridor
luar yang mampu
menghambat transfer
panas langsung ke
dalam
bangunan
Penggunaan Alat Penggunaan alat
Pembayang Pasif pembayang pasif
(shading) adalah untuk
menghindari jatuhnya
sinar matahari langsung
ke dalam
bangunan .
20
3.1.3 Pengendalian Kenyamanan Termal Bangunan
1. Orientasi Bangunan
21
Sehingga, ruang mendapatkan pencahayaan alami dengan tetap
meminimalkan perolehan panas dari radiasi matahari secara langsung.
Ruang-ruang servis dan tangga ataupun dinding masif dapat diletakkan di
sisi Barat dan Timur, sehingga dapat berfungsi sebagai thermal buffer
zones.
3. Pemilihan Material
22
bangunan (Soegijanto, 1999). Material yang dimaksudkan dalam
pengendalian termal adalah sifat-sifat material tersebut yang sesuai dengan
pengkondisian lingkungan sekitar. Terjadinya penurunan suhu dipengaruhi
oleh proses konveksi, konduksi dan radiasi. (Lainufar dan Yunita, 2017).
Penggunaan material anyaman bambu, pada dinding dimana material
bambu dapat menyimpan panas dengan lama, dan penghantar yang kurang
baik, maka temperatur udara di dalam ruang tetap terasa panas sampai sore
dan malam hari. Dimana pendapat dari Sukawi (2009) oleh karena panas
diserap oleh permukaan luar, maka akan menghangatkan permukaan bagian
dalam sesudah beberapa waktu menurut daya serap panas dan tebal bahan.
Penggunaan material gedek bambu pada dinding, pada umumnya banyak
digunakan pada rumah di daerah tropis. Dimana pemasangan bambu
disusun secara horizontal, dimana memiliki celah atau rongga. Menurut
Frick (2008) yang ditulis dalam (Kindangen, dkk, 2014), dinding yang
memiliki rongga celah pengudaraan lebih kering (kelembaban relatif
menurun) dibandingkan dengan dinding masif biasa.
4. Bukaan Bangunan
23
Proporsi luas jendela memiliki pengaruh sangat besar terhadap
beban pendinginan karena menentukan total perolehan panas yang masuk
kedalam bangunan. Hal ini dikarenakan jendela kaca dapat memasukkan
panas kedalam bangunan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan dinding
masif. Oleh karena itu rasio luas jendela terhadap dinding (WWR) yang
lebih tinggi biasanya menyebabkan beban pendinginan lebih tinggi.
Mengurangi luas jendela adalah salah satu solusi paling efektif untuk
mengurangi beban pendinginan dan konsumsi energi bangunan secara
keseluruhan. Karena konstruksi jendela biasanya lebih mahal daripada
konstruksi dinding, mengurangi WWR juga dapat menurunkan biaya
konstruksi.
Radiasi yang masuk pada bangunan melalui atap, dimana atap dapat
merefleksi panas 90%-70% dan sebagian lagi diserap dan masuk ke ruang
dalam. (Kindangen, dkk, 2014). Hal ini sama dengan pendapat dari
Sugijanto (1989), bahwa permukaan yang paling besar menerima panas
adalah atap. Atap dan dinding bangunan merupakan bagian luar bangunan
yang sering dan banyak terkena radiasi matahari langsung.
Untuk bentuk atap yang sesuai dengan daerah tropis lembab adalah
atap pelana, limasan atau lembaran monolitik, atau dari sebuah sistem balok,
kaso dan pengikat, atau dari rangka ruang. Hal yang perlu diperhatikan
dalam rancangan atap di daerah tropis lembab yakni kemiringan atap di atas
30°, pada daerah berangin kencang tidak disarankan menggunakan tritisan
lebar dan penggunaan atap dua lapis (Lippsmeier, 1994) dan terdapat
ventilasi udara di atap sehingga mampu mendinginkan udara di ruangan
bawah atap.
24
Material yang digunakan pada atap yakni genteng bitumen yang memiliki
sifat menyerap panas matahari perlahan-lahan lalu memantulkannya
kembali, sehingga mereduksi pada matahari yang masuk ke dalam ruangan.
Alila ubud hotel resort berada di Payangan, Gianyar, Bali. Alila Ubud Hotel
Resort mengusung konsep memorable journey yaitu sebuah perjalanan
menuju tradisi lokal yang disuguhkan untuk para tamunya, yang berada di
atas sungai Ayung. Konsep ini dipadukan dengan gaya arsitektur modern
tetapi bernuansa tradisional, hal ini ditunjukan dengan menggunakan desain
tradisional Bali dan mengubahnya menjadi geometri modern. Contoh
dengan menggunakan kayu bertemu kaca menunjukan adanya kombinasi
material dan sistem konstruksi tradisional dan modern.
Alila ubud hotel resort berada di lokasi yang berkontur dan disiasati dengan
tangga-tangga untuk jalan setapak. Resort ini merupakan hotel berbintang
25
empat dengan menyuguhkan fasilitas kemewahan yang tersedia seperti
fasilitas resto dan bar, pool, spa, lounge, dan beragam jenis guest room.
1. Guest Room
Alila ubud hotel resort menyediakan 56 kamar tamu dengan
pemandangan bukit lembah sungai Ayung. Terdapat 14 blok yang
membagi 56 unit kamar. Masing-masing blok terdiri dari 4 kamar
dengan model bertingkat terdiri dari dua lantai. Secara keseluruhan
kamar tamu terbagi menjadi empat tipe yaitu:
• Deluxe room
26
Floorplan superior room
Sumber: https//:www.alilahotels.com/ubud
• Pool villa
27
Fasilitas: 1 tempat tidur untuk ukuran dua orang dewasa, 2
adults & 1 child, ukuran 75m2, private balcony, dll.
2. Public space
28
atmosfer alam dan tradisional langsung dirasakan oleh para tamu
ketika pertama kali datang. Alila memadukan nuansa tradisional ini
dengan furnitur-furnitur modern dengan penggunaan warna-warna
alami seperti kecoklatan, sehingga berkesan lebih stylish namun
tetap modern.
Mesiniaga Tower
Sumber: https//:cutnuraini.files.wordpress
29
untuk menangkal panas. Salah satu hal yang dipikirkan pada bangunan ini adalah
memanfaatkan energi matahari sehingga hemat pada beberapa komponen.
Mesiniaga Tower
Sumber: https//:cutnuraini.files.wordpress
30
• Tipologi
Medical Resort Bad Schallerbach dengan luas area 10.200
m2 merupakan healthcare center yang terdiri atas theraphy
center, serta fasilitas 120 tempat tidur.
• Konsep Desain
• Zoning
31
Gambar 2.3: Gambar
Denah
LG: area perawatan
Lantai Dasar: area tamu
Lantai 1,2,3: Kamar tamu
Sumber: Archdaily
• Studi Bentuk
32
BAB III
33
Data Tapak:
34
3.1.4 Peraturan Jalur Keluar Masuk Kapling
35
3.1.6 Kondisi Kenyamanan Kelembapan Di Labuan Bajo
36
Data Arah Angin di Labuan Bajo
Sumber: https://id.weatherspark.com
Persentase jam saat arah angin rata-rata berasal dari masing-masing dari
empat arah mata angin utama, tidak termasuk jam dengan kecepatan angin rata-rata
kurang dari 1,6 kph. Area berwarna terang di perbatasan adalah persentase jam yang
dihabiskan di arah tengah tersirat (timur laut, tenggara, barat daya, dan barat laut).
37
C
B
a) Site A
Pilihan Lokasi A
Sumber: Maps
Pertimbangan:
38
Kondisi site A
Sumber: Doc. Pribadi
b) Site B
Pilihan Lokasi B
Sumber: Maps
Pertimbangan:
39
Kondisi site B
Sumber: Doc. Pribadi
c) Site C
Pilihan Lokasi C
Sumber: Maps
Pertimbangan:
40
✓ Lokasi cukup jauh dengan jalan
Kondisi site C
Sumber: Doc. Pribadi
41
Labuan Bajo akan dibangun. Pada dasarnya resort Labuan Bajo bangunan yang
ditempatkan pada lokasi yang jauh dari permukiman, hal ini dijawab dengan
pemilihan site C, dimana site C terletak jauh dari permukiman, atau kegiatan
masyarakat lainnya. Elemen alam yag dibutuhkan oleh health spa resort Labuan
Bajo, seperti banyak pohon, view laut, dll sudah ada di lokasi site C.
42
3.3 Kerangka Berpikir
43
3.4 Analisis Studi Preseden
Analisis Preseden
Sumber: Pribadi
44
3.4.2 Medical Resort Bad Schallerbach dan Alila Ubud
Lantai
1,2,3:
Kamar tamu
45
4 Studi Bentuk Bangunan berupa bangunan massa Bentuk
bangunan resort
tunggal bentuk regular dengan
Labuan Bajo
konfigurasi linear. dapat berupa
bangunan multi
massa maupun
tunggal, untuk
menghindari
kesan masif,
baik diberikan
Void, taman,
dinding
transparan.
46
Mencipta Pengolahan terhadap fasilitas Analisis deskriptif
kan citra yang sesuai dengan tapak dan
wisata iklim
yang Kesempatan berinteraksi dengan Mengadakan paket
menarik masyarakat wisata menyusuri
lingkungan sekitar
Menyesuailan fisik bangunan Penggunaan
dengan karakter lingkungan prinsip bangunan
tradisional yang
baik dalam
merespon alam,
seperti penggunaan
atap miring dsb.
Memgoptimalkan potensi alam Memaksimalkan
yang ada view alam dengan
penataan orientasi
bangunan dan
desain bangunan
yang lebih
“terbuka”
Mengangkat citra lokalitas Mentranformasikan
setempat arsitektur lokal
kedalam bangunan
resort
47
3.5.2 Analisis Studi Literatur Bioklimatik
Variabel Indikator Indikator
48
bangunan dan membantu proses
penyerapan O2 dan pelepasan CO2
Selubung Pada selubung bangunan diberikan
Bangunan pelindung untuk dinding yang terkena
sinar matahari langsung. Adanya cross
ventilation untuk kenyamanan termal
dalam bangunan.
49
(Arsitektur memberikan
Bioklimatik) keuntungan
dalam
mengurangi
paparan sinar
matahari secara
langsung
Orientasi
bangunan yang
terbaik adalah
dengan
meletakkan luas
permukaan
bangunan terkecil
menghadap timur
– barat
memberikan
dinding eksternal
pada ruang luar
50
thermal dalam
bangunan
Landscape Mengintegrasikan
antara elemen
tanaman dengan
bangunan dapat
memberikan efek
dinginpada
bangunan dan
membantu proses
penyerapan O2
dan pelepasan
CO2
Ruang Ruang udara
Transisional sebagai ruang
perantara antara
ruang dalam dan
ruang luar
bangunan
51
DAFTAR PUSTAKA
52