STUDI PENYUSUNAN
RENCANA OPERASIONAL
PENGEMBANGAN 3A
DI KSPN LHOKSADO DAN SEKITARNYA
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
2018
Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Regional II Area IV
Kementerian Pariwisata RI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Akhir Studi Penyusunan
Rencana Operasional Pengembangan 3A di KSPN Lhoksado dan sekitarnya, Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2018 dengan baik.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan laporan ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Aamiin YRA.
iv
1. Kerangka Pemikiran............................................................................................ 6
2. Peta Kawasan KSPN Lhoksado dan Sekitarnya ................................................. 7
3. Tiurism Area Life Cycle ..................................................................................... 14
4. Lima Tingkatan Produk ...................................................................................... 19
5. Klasifikasi Stakeholders Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan pengaruhnya . 24
6. Peran Organisasi Pengelola Destinasi ................................................................. 25
7. Peta DPN Banjarmasin-Martapura dan Sekitarnya............................................. 30
8. Daya Tarik Unggulan KSPN Lhoksado dan Sekitarnya ..................................... 43
9. Fasilitas Wisata pada KSPN Lhoksado dan Sekitarnya ...................................... 51
10. Peta Konektivitas darat ....................................................................................... 52
11. Peta Konektivitas Usara ...................................................................................... 53
12. Peta Konektiviras Laut ........................................................................................ 54
13. Brand Identity Kabupaten Hulu Sungai Selatan ................................................. 55
14. Papan Petunjuk daya Tarik Wisata Lhoksado .................................................... 72
15. Tema Unggulan Sub Kawasan Wisata Lhoksado ............................................... 75
16. Tema Unggulan Sub Kawasan Wisata Hutan Pagunungan Meratus ............... 76
17. Tema Unggulan Sub Kawasan Wisata Kandangan ........................................... 77
18. Tema Unggulan KSPN Lhoksado ...................................................................... 78
19. Posisi Perkembangan Pariwisata KSPN Lhoksado............................................. 80
20. Posisi Perkembangan Sub-Kawasan Pariwisata KSPN Lhoksado ..................... 81
21. Matriks Kepentingan Pengaruh........................................................................... 92
22. Posisi Transformasi tata Kelola Destinasi .......................................................... 96
23. Peta Sub Kawasan Wisata Unggulan KSPN Lhoksado dan Sekitarnya .............102
v
1.1 Latar Belakang
Performansi tahun 2017 tercatat 14,04 juta wisman dengan pertumbuhan 22% dan
277 juta wisnus dengan pertumbuhan 5%. Pertumbuhan kunjungan wisman tersebut
jauh melampaui pertumbuhan pariwisata Asean yang sebesar 7% dan dunia sebesar
6,4%. Pariwisata berkontribusi pada devisa negara sebesar US$ 15,2 milyar dan telah
menjadi sektor penyumbang devisa terbesar ke-2 setelah kelapa sawit.
Berpedoman pada PP no. 50 tahun 2011 tentang RIPPARNAS tahun 2010 – 2025,
maka terdapat 50 DPN – 222 KPPN – 88 KSPN yang akan dikembangkan. Saat ini fokus
pengembangan dilakukan pada 10 destinasi prioritas nasional. Berdasarkan RIPPARNAS
tersebut, di Kalimantan terdapat 7 DPN - 25 KPPN – 8 KSPN. Namun demikian, belum ada
satupun dari destinasi tersebut yang terletak di Kalimantan merupakan destinasi
prioritas pengembangan nasional. Posisi Kalimantan dalam konstelasi pariwisata
nasional masih belum signifikan.
Disamping bamboo rafting, KSPN Lhoksado dan sekitarnya memiliki banyak daya
tarik wisata potensial, diantaranya :
a. Balai Adat Dayak dan Upacara Adat Aruh Ganal di Kecamatan Loksado;
b. Air Terjun Haratai di Kecamatan Loksado;
c. Air Panas Tanuhi di Desa Tanuhi Kecamatan Loksado;
4
d. Gunung Kantawan di Desa Tanuhi Kecamatan Loksado;
e. Rafting Sungai Amandit;
f. Air Terjun Rampah Menjangan;
g. Riam Anai di Desa Lok Lahung Kecamatan Loksado;
h. Air Terjun Kilap Api di Desa Tanuhi Kecamatan Loksado;
i. Air Terjun Uring di Desa Kamawakan Kecamatan Loksado;
j. Air Terjun Tangkaramin di Desa Malinau Kecamatan Loksado;
k. Air Terjun Tinggiran Hayam di Desa Kamawakan Kecamatan Loksado;
l. Dll.
Sejalan dengan kondisi tersebut di atas, maka penting untuk dilakukan kegiatan
Studi Penyusunan Rencana Operasional Pengembangan 3A KSPN di Provinsi Kalimantan
Selatan adalah KSPN Lhoksado dan sekitarnya. Beberapa faktor yang mendasari
perlunya penyusunan rencana program ini adalah :
1.2.1 Maksud
1.2.2 Tujuan
1.2.3 Sasaran
Ruang lingkup wilayah kegiatan ini adalah KSPN Lhoksado dan sekitarnya.
Metode studi yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu studi yang bertujuan
membuat deskripsi atas suatu fenomena alam/sosial secara sistematis faktual dan
akurat. Metode ini dipilih mengingat fungsinya yang mampu mengumpulkan
informasi aktual dan menggambarkan fenomena yang sedang berlangsung, dapat
mengidentifikasi permasalahan-permasalahan atau melakukan justifikasi mengenai
fakta dari kondisi-kondisi dan tindakan- tindakan yang sedang berlangsung dan
dapat melakukan perbandingan dan evaluasi.
Dalam studi ini semua aspek kajian akan dideskripsikan secara rinci, terutama yang
berkaitan dengan potensi 3A dan tata kelola di KSPN Lhoksado dan sekitarnya di
Provinsi Kalimantan Selatan.
2. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mengamati kondisi dan potensi produk destinasi
(3A) KSPN Lhoksado dan sekitarnya di Provinsi Kalimantan Selatan.
Alat kumpul data yang digunakan adalah daftar periksa.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pengambilan data melalui dokumen-dokumen atau
catatan-catatan yang terkait dengan masalah yang dikaji. Dalam kegiatan ini,
dokumen yang dihimpun antara lain dokumen kebijakan, laporan, dan data terkait
KSPN Lhoksado dan sekitarnya di Provinsi Kalimantan Selatan.
4. Teknik Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk mendalami informasi yang diperoleh dari FGD
dari narasumber yang berkompeten dan atau memiliki kewenangan/kepentingan
dalam pengembangan KSPN Lhoksado dan sekitarnya di Provinsi Kalimantan Selatan.
2.1.1. Konsep 3A
Destinasi Pariwisata adalah tempat dimana produk pariwisata berada, hal ini
dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tahun 2011, bahwa
Destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang tidak dibatasi oleh batas wilayah
administratif yang didalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, Fasilitas Umum, Fasilitas
Pariwisata, dan Aksessibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan. PP 50 tahun 2011 tersebut menyatakan bahwa Daya Tarik
Wisata, Fasilitas umum, Fasilitas Pariwisata dan Aksessibilitas merupakan bagian dari
apa yang disebut produk pariwisata, hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh
Medlik dan Middleton.
1. Atraksi
Atraksi merupakan penyedia utama yang memberikan motivasi awal bagi wisatawan yang
mengunjungi sebuah destinasi pariwisata dan dapat dikelompokkan dalam beberapa
klasifikasi (Morrison, 2012) adapun klasifikasi yang dirujuk menurut Middleton adalah :
a. Atraksi wisata Alam, meliputi bentang alam, pantai, iklim dan bentukan geografis lain
dari suatu destinasi dan sumber daya alam lainnya;
c. Atraksi Wisata Budaya, meliputi sejarah dan cerita rakyat (legenda), agama dan seni,
teater musik, tari dan pertunjukkan lain, dan museum. Beberapa dari hal tersebut
dapat dikembangkan menjadi event khusus, festival, dan karnaval; dan
d. Atraksi Wisata Sosial, meliputi pandangan hidup suatu daerah, penduduk asli, bahasa,
dan kegiatan-kegiatan pertemuan sosial.
2. Amenitas/Fasilitas
3. Aksesibilitas
a. Infrastruktur;
b. Jalan, bandara, jalur kereta api, pelabuhan laut, marina;
c. Perlengkapan, meliputi ukuran, kecepatan, jangkauan dari sarana;
d. Transportasi umum;
e. Faktor-faktor operasional seperti jalur/rute operasi, frekuensi;
f. Pelayanan, dan harga yang dikenakan;
g. Peraturan Pemerintah yang meliputipengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan transportasi.
Adapun TALC yang dikemukakan oleh Butler di tahun 1980 menggunakan 5 (lima)
tahapan, yang dimulai oleh tahapan Eksplorasi (Exploration), Keterlibatan (Involvement),
Pembangunan (Development), Konsolidasi (Consolidation), Stagnasi (Stagnation),
Terlahir Kembali (Rejuvenation) atau Penurunan (Decline). Tahapan- tahapan tersebut
memiliki karakter khusus didalamnya, karakter tersebut memang berbeda dengan apa
yang diungkapkan dalam PLC, adapun karakter tahapan dari TALC adalah sebagai berikut:
1. Eksplorasi: adalah tahap dimana mulai ada wisatawan yang datang dengan hanya
sedikit fasilitas wisata, wisatawan hadir menuju destinasi tersebut karena tertarik
akan daya tarik wisata alam yang dimiliki destinasi tersebut;
2. Peningkatan keterlibatan: ditandai dengan mulai adanya interaksi antara wisatawan
dan masyarakat lokal, menghasilkan adanya layanan dasar bagi wisatawan;
3. Tahapan Pembangunan: ditandai penambahan fasilitas untuk wisatawan dan
kegiatan promosi, kendali atas destinasi mulai bergesar pada investor, dan jumlah
wisatawan mulai melebihi jumlah warga lokal;
4. Tahapan Konsolidasi: tahapan dimana pariwisata sudah dianggap sebagai sumber
pendapatan utama dan kawasan-kawasan pariwisata mulai terbentuk, dan fasilitas-
fasilitas destinasi mulai harus diperbaharui;
5. Tahapan Stagnasi: pada tahapan ini destinasi sudah memiliki citra yang baik, namun
tidak lagi populer, dan fasilitas-fasilitas penginapan mulai tidak terawat; dan
6. Tahapan Post-stagnasi, dimana terdapat dua pilihan untuk terlahir kembali atau
decline, menurun.
GAMBAR 3 :Tourism Area Life Cycle
Meskipun TALC adalah konsep yang sangat berguna untuk memetakan pembangunan
kepariwisataan, setiap kawasan atau destinasi memiliki bentuk kurva yang berbeda dan
belum tentu memiliki tahapan yang sama, bisa saja ada tahapan yang terlewati (Butler
dalam Zhong: 2007). Beberapa destinasi memiliki kecocokan sempurna dengan model
yang ada (Berry; 2006, Smithh: 1992 dalam Zhong 2007) dan ada pula yang memang
tidaki memiliki nodel seperti apa yang dikemukakan oleh Butler, sehingga perlu ada
modifikasi terhadap TALC yang digunakan sesuai dengan konteks Analisa yang
dilakukan, maka perubahan yang dilakukan dalam TALC kali ini adalah penyesuaian
Tahapan dan durasi berada dalam tahapan tersebut ditentukan oleh berbagai macam
faktor, baik faktor internal dan faktor eksternal (Agarwal dalam Zhong: 2007). Hasil
beberapa penelitian yang dimaksudkan sebagai faktor internal dari TALC adalah
komponen dari destinasi tersebut (keunikan atraksi, masyarakat lokal dan sikap
masyarakat terhadap perkembangan pariwisata), manajemen terkait, pelayanan dan
kualitas destinasi. Di sisi lain faktor eksternal yang sangat berpengaruh adalah konsumen
(perubahan preferensi), produsen, dan peraturan terkait yang berpengaruh (cf. Keller:
1977), adapun faktor penentu lainnya adalah kewirausahaan dan peran biro perjalanan
yang sudah dibuktikan dalam penelitian (Ioannides; 1992 dalam Zhong: 2007).
TABEL 2 : Fase Tourism Area Life Cycle
Keterlibatan
Eksplorasi Pembangunan Konsolidasi Stagnasi Post-stagnasi
masyarakat
• Atraksi wisata • Atraksi wisata • Atraksi-atraksi baru • Pertumbuhan jumlah • Tingkat kunjungan • Fase dimana
yang ada masih mulai menjadi mulai bermunculan kunjungan wisatawan mulai diperlukan
alamiah dan sumber sebagai barang wisatawan mulai menurun; atraksi baru
dikonsumsi pendapatan komplementer dari melambat, dan • Atraksi wisata mulai dan fasilitas-
dengan jumlah masyarakat; atraksi utama; merupakan puncak ditinggalkan oleh fasilitas baru
wisatawan • Amenitas di • Aksesibilitas khusus pertumbuhan pasar wisatawan untuk dapat
yang sangat tingkat lokal untuk pariwisata wisatawan; • Terjadi penurunan terlahir
terbatas; destinasi mulai mulai terbangun • Adanya upaya dari produktivitas kembali dan
• Aksesibilitas terbentuk sebagai sebagai akibat dari masyarakat, aksesibilitas; melanjut-kan
yang ada sangat bagian dari adanya pemain baru pemerintah, dan • Terjadi penurunan era pemba-
terbatas hanya interaksi antara dalam pariwisata pelaku usaha untuk produktivitas ngunan
ditujukan masyarakat dan yakni pemerintah mempertahankan amenitas; pariwisata.
untuk kegiatan wisatawan; dan investor; pertumbuhan pasar • Adanya upaya dari
masyarakat • Aksesibilitas masih • Amenitas khusus wisatawan; masyarakat,
sehari-hari; sangat terbatas, pariwisata mulai • Atraksi-atraksi baru pemerintah, dan
• Amenitas yang kemudahan akses terbangun sebagai mulai bermunculan pelaku usaha untuk
ada sangat destinasi dalam akibat dari adanya sebagai bagian dari mempertahankan
terbatas hanya tingkat lokal mulai pemain baru dalam upaya pertumbuhan pasar
ditujukan terbentuk sebagai pariwisata yakni mempertahankan wisatawan;
untuk kegiatan bagian dari pemerintah dan pertumbuhan jumlah
interaksi investor; wisatawan;
masyarakat masyarakat dan • Pertumbuhan • Produktivitas
sehari-hari. wisatawan; jumlah kunjungan aksesibilitas mulai
• Wisatawan • Wisatawan wisatawan mulai menurun
berperan berperan sebagai bertumbuh • Amenitas, tingkat
sebagai bagian bagian dari signifikan, dan hunian kamar mulai
dari pemasar pemasar destinasi kegiatan pemasaran menurun;
destinasi pariwisata; dilakukan oleh
pariwisata; • Masyarakat sudah pemerintah dan
• Masyarakat mulai menyadari investor;
masih belum profit dari kegiatan • Masyarakat mulai
mengerti profit pariwisata dan kehilangan aset dan
dan benefit dari ingin ikut sumber pendapatan
kegiatan berkontribusi mulai bergeser
pariwisata di dalam kegiatan kepada para
destinasi pariwisata. investor dan
pariwisata pemerintah
Menurut Kotler dan Keller (2016), produk lebih dari sekedar hal yang nyata dan
terlihat. Sebuah produk dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan para konsumen dan
menunjukkan nilai produk ini juga berimbas pada nilai abstrak yang dimiliki produk
tersebut. Karena alasan ini, Kotler dan Keller (2016) menyatakan bahwa ada 5 (lima)
tingkat produk yang dapat diidentifikasi dan dikembangkan. Tingkatan produk ini
dibangun berdasarkan hirarki nilai konsumen (a customer-value hierarchy). Dalam
rangka untuk membentuk nilai ini, tingkatan produk digunakan untuk menempatkan
dimana suatu produk terletak atau dilihat dari persepsi konsumen.
Lima tingkat produk ini menunjukkan nilai aktual dan potensial yang dimiliki
produk. Setidaknya setiap produk harus mampu mencapai tingkat ke-3 untuk dapat
sesuai dengan preferensi konsumen. Dalam konteks persaingan dan upaya menciptakan
daya saing, maka setiap produk harus mampu mencapai tingkat ke-4 dengan
menambahkan nilai beda yang kuat. Ini akan menjadikan suatu produk akan memiliki
nilai tambah dan menjadi pilihan utama konsumen.
Penjelasan 5 (lima) tingkatan produk adalah sebagai berikut :
1. Core Product
Produk Inti bukan merupakan produk fisik, konsumen tidak dapat menyentuh
produk tersebut, karena produk inti adalah layanan atau manfaat yang benar-benar
dimiliki dan dibeli oleh konsumen. Contoh jika konsumen membeli sebuah paket
wisata maka benefit yang didapatkan dari konsumen tersebut adalah rasa terhibur
ketika melakuakn kegiatan berwisata dalam rangkaian paket tersebut.
2. Generic Product
Merupakan suatu bentuk dasar dari produk. Contoh sebuah paket wisata, maka
generic product-nya adalah kegiatan perjalanan yang dari rumah menuju destinasi,
menginap di hotel, melakukan aktivitas di destinasi wisata, sampai dengan kembali
ke rumah.
3. Expected Product
Merupakan satu set atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan oleh konsumen
ketika mereka produk. Contoh paket wisata adalah mereka ingin menginap di hotel
yang bersih-tenang-menyenangkan, daya tarik yang dikunjungi sesuai dengan
keinginan, kendaraan yang digunakan kondisinya bagus. Persaingan sebagian besar
terjadi pada tingkat produk ini.
4. Augmented Product
Produk Tambahan adalah produk non fisik yang ditambahkan yang dapat berupa
value added atau fitur atau nilai tambahan yang dapat diberikan kepada konsumen
dengan atau tanpa adanya tambahan biaya. Komponen tambahan ini berfungsi
sebagai nilai beda yang kuat dan melebihi harapan pelanggan. Ini akan menjadikan
suatu produk akan memiliki nilai tambah yang unggul dibanding pesaing dan
menjadi pilihan utama konsumen.
Contoh yang sama ketika membeli paket wisata maka bisa saja produsen
memberikan nilai tambahan berupa Candle Light Dinner untuk pasar wisata
pasangan, tambahan berupa kenaikan kualitas kamar, dan banyak lagi fitur-fitur
lainnya yang dapat ditambahkan.
5. Potential Product
GAMBAR 4: 5 (lima) Tingkatan Produk Produk potensial adalah sederetanpotensi
yang dimiliki produk yang menjadi dasar
untuk pengembangan produk di masa
mendatang. Potensi ini mencakup semua
kemungkinan penambahan dan
transformasi produk yang mungkin terjadi
di masa depan. Di sini destinasi harus
dapat mencari cara baru untuk
meningkatkan kualitas pengalaman
wisatawan dan membedakan
penawaran dari pesaing.
Sumber : Kotler dan Keller (2016)
2.2. Konsep Tata Kelola Destinasi Pariwisata
Undang-undang Pariwisata RI No.10 tahun 2009 menyatakan, “Daerah tujuan
pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis
yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat
daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat
yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
Tata kelola destinasi pariwisata didefinisikan oleh Beritelli, Bieger dan Laesser
(2007) sebagai, “setting and developing rules and mechanisms for a policy, as well as
business strategies, by involving all the institutions and individuals”, yakni sebuah upaya
dalam menetapkan dan mengembangkan peraturan dan mekanisme kebijakan, serta strategi
bisnis, dengan melibatkan semua lembaga dan individu. Tata kelola destinasi pariwisata
berkaitan dengan bagaimana organisasi pengelola destinasi pariwisata dikelola dan siapa yang
melakukan pengelolaan tersebut. Hal ini juga menyangkut kebijakan, sistem dan proses yang
digunakan untuk memastikan bahwa semua pemangku kepentingan terlibat.
Tata kelola destinasi pariwisata yang efektif tidak hanya menjadi tanggung jawab
satu pihak tertentu saja tetapi membutuhkan upaya dari berbagai pemangku
kepentingan di dalam dan di luar destinasi, kerjasama yang sinergis antar pemangku
kepentingan sangat dibutuhkan. Dalam konteks Indonesia, kerjasama tersebut
melibatkan penta helix, meliputi pemerintah (pemerintah pusat, pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota), masyarakat (termasuk lembaga swadaya dan
kelompok penggerak pariwisata), dunia usaha (pengelola usaha/industri, asosiasi
industri, asosiasi profesi), lembaga pendidikan (sekolah menengah dan perguruan
tinggi), dan media serta tidak kalah pentingnya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
DPRD sebagai pihak legislatif. Kerjasama dari seluruh pemangku kepentingan akan
memberikan manfaat setidaknya berupa pertukaran informasi, pemanfaatan fasilitas
secara bersama, peningkatan minat pasar, peningkatan kapasitas dan peluang
terbangunnya program pengembangan dan dukungan anggaran yang memadai dari
berbagai sumber.
Destinasi pariwisata adalah entitas yang sangat sulit dikelola karena dinamika
kepentingan dan manfaat yang diinginkan oleh para pemangku kepentingan. Walaupun
mereka memiliki banyak keterkaitan dan saling ketergantungan, mereka tidak saling
bekerja sama dan seringkali memiliki visi pembangunan dan langkah yang berbeda dan
pada akhirnya tidak mampu menghasilkan kinerja yang rendah dalam pengembangan
destinasi. Selain perencanaan yang baik dan tepat, percepatan pengembangan destinasi
membutukan koordinasi, keterlibatan seluruh pemangku kepentingan, kemitraan
(hubungan kerjasama atas dasar kepercayaan, kemandirian dan kesetaraan untuk
mencapai tujuan bersama), kepentingan dan tujuan bersama yang jelas (program dan
sasaran kinerja).
Pembangunan pariwisata bersifat multi-dimensional dan multi-sektoral, sehingga
dalam pengembangannya seluruh pemangku kepentingan harus bekerjasama secara
sinergis, saling melengkapi sehingga menghasilkan kinerja yang maksimal. Selama ini
pengembangan destinasi di berbagai wilayah masih berjalan lamban, salah satunya
disebabkan para pemangku kepentingan berada dalam sistem yang terfragmentasi, oleh
sebab itu dibutuhkan integrasi dan sinkronisasi diantara mereka. Salah satu kunci
keberhasilan pengembangan destinasi pariwisata yang berkelanjutan adalah dukungan
dari seluruh pemangku kepentingan yang terkait.
a. Pengelola pariwisata lokal, yang lebih banyak menjalankan fungsi internal dalam
pengelolaan destinasi, diantaranya Kelompok Penggerak Pariwisata, BUMDES dan
lain-lain;
b. Stakeholder kunci, adalah mereka yang memiliki kewenangan legal dalam hal
pengambilan keputusan. Stakeholder kunci bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pengembangan destinasi;
Sumber : Fletcher, A., & Guthrie, J. (2003) dan Reed, M.S., & A. Graves. (2009)
Masyarakat adalah salah satu elemen kunci dalam pembangunan destinasi karena
memiliki posisi sebagai tuan rumah, pelaku, dan juga aktivitasnya bisa menjadi daya
tarik wisata seharusnya ditempatkan sebagai objek dan subjek, termasuk
keterlibatannya sejak tahap perencanaan dan pengembangan serta pengelolaan.
Terdapat lima faktor yang perlu diperhatikan berkaitan dengan masyarakat di suatu
destinasi, yaitu :
a. Membangun saluran komunikasi;
b. Menghasilkan pendapatan;
c. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan;
d. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan aktivitas pariwisata; dan
e. Memperluas kerjasama antar pemangku kepentingan.
Kawasan Strategi Pariwisata Nasional (KSPN) adalah kawasan yang memiliki fungsi
utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan
hidup, serta pertahanan dan keamanan.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisatan Nasional (RIPPARNAS) tahun 2010 – 2025 menetapkan
ruang lingkup wilayah KSPN Lhoksado merupakan salah satu dari 88 (delapan puluh
delapan) KSPN yang tersebar di 50 (lima puluh) Destinasi Pariwisata Nasional (DPN)
yaitu DPN Banjarmasin-Martapura dan sekitarnya dimana DPN ini memiliki pencitraan
wilayah destinasi pariwisata River of Gems.
30
Gambar 7 : Peta DPN Banjarmasin-Martapura dan sekitarnya
Kondisi
No Lokasi Daya Tarik Aktivitas (unique
selling point)
1 Sungai Flora dan Bamboo Bamboo
Amandit, Fauna Rafting Rafting
Kecamatan Desa Adat Trekking
Lhoksado Hutan Fotografi
Bambu
Pegunungan
Meratus
2 Desa Air Terjun Berenang Jungle
Haratai, Haratai Trekking
Kecamatan Fun Trekking
Lhoksado Trekking
Wild
Trekking
Pemandian Berendam
Air Panas
Fotografi
Sumber: Olah data peneliti, 2018
Berdasarkan Rencana Induk dan Rencana Detail KSPN Loksado, aktivitas wisata
yang paling dominan adalah kegiatan wisata rafting dan trakking. Hal tersebut didukung
43
oleh kondisi alam dan aktivitas keseharian masyarakat yang hidup di Pegunungan
Meratus. Kawasan inti berada di Kecamatan Loksado, tepatnya di Desa Loksado yang
merupakan Ibu Kota Kecamatan.
Gambar 8 : Daya Tarik Unggulan KSPN Lhoksado dan sekitarnya
Sungai Amandit Desa Haratai
44
Tabel 6 : Daya Tarik Wisata pada Kawasan Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Dalam RTRW kawasan Loksado termaksud kawasan budidaya yang salah satunya
diperuntukkan pariwisata alam yaitu:
a. Wisata Alam Loksado di Kecamatan Loksado;
b. Air Terjun Haratai di Kecamatan Loksado;
c. Air Panas Tanuhi di Desa Tanuhi Kecamatan Loksado;
d. Gunung Kantawan di Desa Tanuhi Kecamatan Loksado;
e. Danau Bangkau di Desa Kecamatan Kandangan;
f. Delta dan Dam Sungai Amandit di Desa Malutu Kecamatan Padang
Batung;
48
g. Riam Anai di Desa Lok Lahung Kecamatan Loksado;
h. Air Terjun Kilap Api di Desa Tanuhi Kecamatan Loksado;
i. Air Terjun Uring di Desa Kamawakan Kecamatan Loksado;
j. Air Terjun Tangkaramin di Desa Malinau Kecamatan Loksado
k. Air Terjun Tinggiran Hayam di Desa Kamawakan Kecamatan Loksado;
l. Air Terjun Sumaraga Kecamatan Telaga Langsat;
m. Air Panas Mandapai di Desa Bini Kecamatan Padang Batung; dan
n. Telaga Bidadari di Desa Telaga Bidadari Kecamatan Sungai Raya.
3.2.2. Amenitas
3.1.2.1 Prasarana Umum
Tabel 7 : Prasarana Umum pada KSPN Lhoksado dan sekitarnya
Prasarana
No Jenis Kapasitas Kondisi
Umum
1 Listrik PLTMH Mencukupi Baik
dan PLTS luas Kabupaten Hulu S
2 Air Air Mencukupi Air Selatan
Tanah luas Kabupaten yang
dikonsumsi
berasal dari
sumber mata
air
3 Telekomunikasi Base - Masih
Transceiver banyak blank
Station spot signal
Sumber: Olah data peneliti, 2018
Ketersediaan air bersih sangat baik bersumber dari mata air, namum ketersediaan
listrik (penerangan) dan jejaring telekomunikasi (BTS, wi fi) belum memadai untuk
seluruh wilayah Loksado. Fasilitas lainnya yaitu pengolahan limbah Rumah Tangga
maupun industri belum tersedia.
3.1.2.2 Fasilitas Umum
Secara garis besar fasilitas umum untuk mendukung kegiatan wisata belum cukup
memadai diantaranya adalah ketersediaan perbankan (ATM dan money changer),
fasilitas khusus untuk penderita cacat fisik, anak-anak dan lanjut usia, fasilitas rekreasi
(taman, bangku), lahan parkir (pada saat event tertentu sangat terbatas), dan pom bensin
(SPBU, pertamini). Fasilitas umum lainnya seperti fasilitas kesehatan, keamanan, rumah
ibadah, fasilitas bisnis (atk dan foto copy) dan fasilitas sanitasi sudah cukup memadai.
3.1.2.3 Fasilitas Wisata
3.2.3. Aksesibilitas
Moda transportasi darat yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan adalah angkutan
kota dalam provinsi dengan fasilitas terminal angkutan umum di beberapa kota yang
cukup memadai.
Konektivitas udara melalui Bandar udara Syamsuddin Noor menuju KSPN
Lhoksado dapat dicapai dengan penerbangan komersial dari beberapa kota seperti:
53
Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, dan Balikpapan.
Bandar Udara Syamsuddin Noor merupakan bandara kelas internasional yang dapat
didarati pesawat berbadan lebar. Hampir semua maskapai penerbangan niaga memiliki
jadwal penerbangan di Bandara Syamsuddin Noor, antara lain Garuda Indonesia, Citilink,
Lion Air, Sriwijaya Air, KalStar Aviation, Wing Air, dan Susi Air.
Gambar 11 : Peta Konektivitas Udara
Citra wisata wilayah Kalimantan Selatan dan wilayah KSPN Loksado khususnya,
di benak wisatawan adalah wildlife, rivers dan suku Dayak. Positioning produknya adalah
alam dan budaya, dengan kriteria positioning, sebagai berikut: Menggambarkan unsur
hutan, sungai dan flora serta fauna unik yang ada; Menggambarkan budaya Suku Dayak
Meratus; Mendorong motivasi melakukan perjalanan jelajah alam, sungai dan hutan
(hard adventure).
Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Hulu Sungai Selatan
mempromosikan brand identity melalui media sosial, media cetak (stiker dan poster),
promosi ke bandara dan agen perjalanan. Brand identity Kabupaten Hulu Sungai Selatan
adalah “Wonderful Hulu Sungai Selatan” dan Icon Maskot adalah “Si Damang”
Sumber: Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Branding, promosi, dan pemasaran KSPN Lhoksado lebih aktif dilaksanakan oleh
masyarakat (terutama individu) yang peduli dan memiliki hobi terkait dengan
lingkungan alam Lhoksado.
Stakeholders Kepentingan
A. Pemerintah Pusat
• Kementerian Pariwisata • Menyelenggarakan
koordinasi dan sinkronisasi
kebijakan pengembangan
kepariwisataan (destinasi,
pemasaran, industri dan
kelembagaan)
• Kementerian Lingkungan Hidup • Menyelenggarakan
dan Kehutanan kebijakan di bidang pengelolaan
lingkungan hidup dan kehutanan
• Kementerian Pekerjaan Umum dan • Menyelenggarakan
Perumahan Rakyat kebijakan di bidang pengelolaan
pekerjaan umum dan perumahan
rakyat
B. Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
• Dinas Pariwisata • Membantu
• Badan Perencanaan Pembangunan Gubernur dalam menyelenggarakan
Daerah (Bappeda) sebagian urusan pemerintahan di
• Dinas Kehutanan (Dishut) bidang masing-masing
• Dinas Pekerjaan Umum Dan
Penataan Ruang (DPUPR)
• Dinas Perhubungan (Dishub)
• Dinas Komunikasi Dan Informatika
(Diskominfo)
• Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Dan
Menengah (DiskopUKM)
• Dinas Pemberdayaan Masyarakat
Dan Desa (DPMD)
• Dinas Pemuda Dan Olahraga
(Dispora)
• Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
58
Stakeholders Kepentingan
• Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan
(Disdikbud)
C. Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan
• Dinas Pemuda, Olahraga, dan • Membantu Bupati
Pariwisata dalam menyelenggarakan sebagian
• Badan Perencanaan, urusan pemerintahan di bidang
Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan masing-masing
Daerah
• Dinas Pekerjaan Umum dan Tata
Ruang
• Dinas Perhubungan
• Dinas Lingkungan Hidup, Tata
Kota dan Pedesaan
• Dinas Komunikasi dan Informatika
• Dinas Perumahan Rakyat,
Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup
(Dis. Pera KPLH)
• Dinas Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa
• Dinas Pendidikan
• Dinas Satpol PP
• Kecamatan Loksado
D. Instansi Vertikal
• Instansi di bawah Kementerian • Melaksanakan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang terdapat kegiatan konservasi
di daerah : keanekaragaman hayati dan
1) Balai Konservasi Sumber Daya ekosistemnya.
Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan, Banjarbaru
2) Balai Perhutanan Sosial dan • Melaksanakan
Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Wilayah kebijakan di bidang peningkatan
Kalimantan, Banjarbaru peran serta masyarakat dalam
pengelolaan hutan, penanganan
hutan adat, dan kemitraan
lingkungan.
3) Kesatuan Pengelolaan Hutan • Melaksanakan
(KPH) Hulu Sungai Selatan pengelolaan dan pemanfaatan
kawasan hutan yang berlandaskan
fungsi ekologis, sosial budaya dan
ekonomi untuk menciptakan hutan
59
Stakeholders Kepentingan
yang lestari dan masyarakat yang
sejahtera
Ko
mponen Stakeholders Peranan aktual pengembangan 3A
Produk
Pemerintah Pusat
• Kement • Mengupayakan koordinasi dan
erian Pariwisata sinkronisasi pembangunan kepariwisataan
• Membuat Rencana Induk dan
rencana Detil KSPN Lhoksado dskt
• Merumuskan kebijakan operasional
• Melaksanakan Bimbingan Teknis
• Fasilitasi Pelaksanaan Kebijakan
Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem
• Kement Taman nasional Gunung Meratus
erian Lingkungan • Melaksanakan perlindungan &
Hidup dan Kehutanan pengamanan, pengawetan keanekaragaman hayati
(tumbuhan & satwa liar) beserta ekosistemnya dan
Atraksi Wisata
Pemerintah Pusat
Aksesibilitas
Salah satu Upaya strategis percepatan pengembangan Wisata Alam Loksado yang
lokasinya berada dalam kawasan hutan adalah dengan ditandatanganinya MOU
Pengelolaan Kawasan Wisata Loksado antara Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata
Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan KPH Hulu Sungai Selatan. Dengan terbitnya MoU
tersebut maka diharapkan potensi kehutanan, khususnya untuk kegiatan pariwisata dapat
64
dikelola dengan baik. Pemerintah Kabupaten memiliki kewenangan dalam
mengembangkan sarana dan prasarana pendukung wisata yang lokasinya berada dalam
kawasan hutan.
KSPN Lhoksado dan sekitarnya masih dalam tahap awal perkembangan sebagai
destinasi pariwisata. Meskipun demikian, saat ini sudah dikunjungi wisatawan
mancanegara dalam jumlah terbatas. Dengan adanya kunjungan wisman ini, sebenarnya
KSPN Lhoksado memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan dalam bentuk observasi maupun FGD di
Kota Kandangan, teridentifikasi beberapa permasalahan berkaitan dengan
pengembangan ketiga komponen produk wisata (atraksi, aksesibilitas dan amenitas).
3.3.2.1 Atraksi
KSPN Lhoksado dan sekitarnya merupakan suatu kawasan wisata hutan yang
memiliki beragam potensi daya tarik wisata, yaitu keanekaragaman hayati (tumbuhan
dan binatang), hutan yang alami, dan potensi alam lainnya seperti sungai dan air terjun.
Potensi wisata lainnya yanga ada adalah adanya kelompok masyarakat Suku Dayak
Meratus yang memiliki seni dan budaya yang khas di dalam kawasan hutan atau daerah
penyangga.
a. Potensi wisata yang ada belum termanfaatkan dengan baik karena belum
tersedianya pola perjalanan dan paket wisata yang ditawarkan kepada wisatawan.
Keberadaan pola perjalanan sangat dibutuhkan Usaha Perjalanan Wisata untuk
menyusun paket wisata. Ketersediaan paket wisata akan sangat memudahkan wisatawan
dalam melakukan kegiatan wisata, terutama dalam mengorganisasikan perjalanan dan
sarana yang dibutuhkan saat melakukan trekking ke wilayah hutan.
65
b. Jungle trekking dan bamboo rafting sebagai daya tarik wisata unggulan
dalam menarik kunjungan wisatawan mancanegara saat ini, belum dikemas dengan
standar dan berkualitas. Pengelolaan daya tarik ini masih dilakukan secara sederhana.
Jalur jungle trekking belum dipetakan secara standar. Pelayanan terkait penelusuran
hutan disediakan dalam bentuk yang masih sederhana, antara lain jasa porter dan belum
ada pemandu wisata ataupun interpreter. Bamboo rafting dinikmati wisatawan secara
sederhana, belum dilengkapi dengan perlengkapan keamanan, SOP, ataupun penjelasan
dari joki (pemandu) bamboo rafting.
3.3.2.2 Amenitas
Secara umum amenitas pariwisata masih relatif terbatas secara jumlah dan
kualitas untuk mampu mendukung kegiatan pariwisata yang berkualitas.
3.3.2.3 Aksesibilitas
KSPN Lhoksado dapat dicapai dengan perjalanan darat dari arah Kota
Banjarmasin dan Bandara Syamsudin Noor, melalui Kota Kandangan ibukota Kabupaten
Hulu Sungai Selatan. Lhoksado terletak sekitar 150 km dari Bandara Syamsudin Noor -
Banjarmasin dan 40 km dari Kota Kandangan. Secara umum kondisi jalan menuju KSPN
Loksado sudah baik. Terdapat beberapa jembatan baru sedang dibangun untuk
meningkatkan kualitas aksesibilitas. Bandara Syamsudin Noor – Banjarmasin sebagai
gerbang udara menuju KSPN Lhoksado dinilai mampu mendukung pengembangan
pariwisata. Kapasitas bandara dan pilihan penerbangan yang ada sudah memadai.
Kekayaan yang dimiliki KSPN Lhoksado saat ini juga tergabung dalam
Geopark Pegunungan Meratus. Di KSPN Lhoksado sendiri saat ini terdapat
14 Geosite, terbanyak diantara 9 kabupaten lainnya dengan jumlah total
sebanyak 36 Geosite yang dimiliki oleh Geopark Pegunungan Meratus. Salah
satu geosite yang juga menjadi daya tarik unggulan adalah Air Terjun
Haratai.
Selain rafting, aktivitas trekking yang sudah memiliki jalur untuk menjelajah
zona hutan lindung bagi pemula dan professional terdapat pada Air Terjun
Haratai yang letaknya tidak jauh dari Kecamatan Lhoksado dan hanya dapat
ditempuh dengan kendaaran roda dua, hal ini menjadikan Air Terjun Haratai
memiliki pengunjung dengan minat khusus.
KSPN Lhoksado
Seperti fasilitas umum salah satu fasilitas wisata yang sangat dibutuhkan di
dalam kawasan wisata Lhoksado adalah penyediaan informasi pariwisata
seperti papan petunjuk dan pusat informasi pariwisata. Papan petunjuk
yang sudah ada dalam kondisi yang tidak baik dan dalam posisi yang tidak
sesuai sebagai informasi petunjuk arah, hal ini membutuhkan perhatian
pengelola destinasi wisata mengelola informasi fisik wisata sesuai
standar nasional yang berlaku, begitu pun dengan pusat informasi dan
pelayanan pariwisata yang belum beroperasi dan tanpa SDM seperti petugas
keamanan wisata.
Posisi KSPN Lhoksado merupakan posisi yang strategis karena berada tepat
di tengah Provinsi Kalimantan Selatan. Posisi strategis tersebut sangat mudah
ditempuh melalui jalur darat antar kota sedangkan jalur udara sudah terdapat
konektivitas langsung dari Jakarta, DI Yogyakarta, Semarang, Surabaya,
Makassar dan Balikpapan ke Bandar Udara Internasional Syamsuddin Noor
yang memiliki hampir semua jadwal maskapai penerbangan niaga. Berbagai
macam pilihan akses masuk ke KSPN Lhoksado dsk. Tentunya sudah dapat
memudahkan wisatawan untuk masuk ke KSPN Lhoksado.
KSPN Lhoksado saat ini memang tidak memiliki catatan yang akurat mengenai
kedatangan wisatawan, hal ini memang wajar terjadi bagi destinasi wisata
yang baru saja mengembangkan pariwisata atau kepariwisataan, namun di
masa depan hal ini menjadi penting untuk dilakukan. Pencatatan wisatawan
tidak hanya berperan sebagai data namun juga dapat digunakan untuk
mengambil kebijakan kepariwisataan yang tentunya bermanfaat bagi dearah
tersebut.
Dalam rangka membentuk kepuasan pasar maka produsen, dalam hal ini
adalah para pelaku usaha di KSPN Lhoksado, diharuskan mengetahui produk
apa saja yang akan ditawarkan kepada konsumen. Membangun pengetahuan
tersebut harus didasarkan pada persepsi wisatawan, karena kepuasan hanya
akan terbentuk jika barang yang dikonsumsi oleh konsumen memiliki nilai
sama dengan atau lebih dari ekspektasi wisatawan tersebut. Phillip Kotler
membagi kategori produk menjadi 5 kategori, kategori inilah yang dijadikan
dasar untuk mengklasifikasikan produk pariwisata aktual yang dimiliki KSPN
Lhoksado berdasarkan persepsi wisatawan.
Pegunungan Meratus
yang saat ini juga
tergabung dalam
Geopark Pegunungan
Meratus, Kalimantan
Selatan yang juga
meliputi kabupaten-
kabupaten sekitar
Hulu Sungai Selatan.
Pengalaman utama
atau Core Benefit yang
akan dirasakan oleh
wisatawan adalah
pengalaman trekking di dalam hutan Pegunungan Meratus.
Adapun produk dasar yang akan didapatkan oleh wisatawan yang berkunjung Ke
Kawasan Pegunungan Meratus adalah Atraksi dan Aktivitas Susur Hutan yang disertai
Keanekaragaman Hayati Pegunungan Meratus, sementara itu amenitas yang paling
memungkinkan dinikmati wisatawan adalah Camping, dengan menggunakan tenda, dan
akses utama masuk ke Kawasan ini adalah dengan akses darat dari Kota Banjarmasin.
Produk-produk lainnya yang dapat didorong untuk menjadi Augmented Product, adalah:
▪ Paket susur hutan
▪ Paket wisata trekking hutan Meratus
▪ Paket & interpretasi keragaman hayati (bekantan,dll)
▪ Bergabungnya Geopark Meratus ke dalam Global Geopark Network, atau pengakuan
Geopark Meratus sebagai Geopark Internasional.
77
Gambar 17. Tema Unggulan Sub Kawasan Wisata Kandangan
Kawasan
Kandangan
merupakan
kawasan pusat
pelayanan dan
pusat distribusi
wisatawan KSPN
Lhoksado. Di
kawasan ini
wisatawan akan
mendapatkan
kelengkapan
fasilitas wisata,
seperti hotel dan
berbagai
restoran.
Adapaun atraksi
wisata yang dimiliki kawasan ini adalah Kuliner Khas Kandangan dan Rumah Adat Balai
Laki Amawang.
Adapun potensi produk yang dimiliki oleh Kawasan Kandangan yang dapat di dorong
menjadi identitas kawasan ini adalah:
▪ Kualitas pelayanan akomodasi, makan – minum
▪ Informasi dan penjualan paket di KSPN Lhoksado
▪ Pengembangan wisata kuliner Kandangan
▪ Interpretasi Rumah Adat Balai Laki Amawang
78
Gambar 18. Tema Unggulan KSPN Lhoksado
Setelah menganalisa
tiga sub-kawasan
dari KSPN Lhoksado
dan sekitarnya maka
dapat diambil
kesimpulan Tema
Unggulan yang
dapat
dikembangkan oleh
KSPN Lhoksado dan
sekitarnya adalah
“Eco-Jungle
Experience”. Core
Benefit atau benefit
inti yang akan
didapatkan
wisatawan yang
berkunjung ke KSPN
Lhoksado adalah
pengalaman ekowisata hutan yang terdiri dari berbagai kegiatan. Adapun Basic Product
atau produk mendasar yang dari KSPN Lhoksado adalah
a. Atraksi Wisata
Pada tahapan ini akan digunakan analisis kondisi kepariwisataan KSPN Derawan
Sangalaki dengan menggunakan Tourism Area Lifecycle (TALC). TALC ini digunakan untuk
mengetahui posisi sebuah Kawasan atau destinasi pariwisata, memprediksi apa yang
akan terjadi pada Kawasan atau Destinasi tersebut dan pada akhirnya dapat dilakukan
langkah-langkah taktis untuk mengantisipasi perkembangan pembangunan
kepariwisataan Kawasan atau destinasi tersebut.
Kondisi KSPN Lhoksado dsk saat ini, seperti yang sudah dijelaskan pada Bab3, memenuhi
syarat untuk berada pada tahapan Peningkatan Keterlibatan Masyarakat, hal ini
ditandai dengan;
Namun apabila di lihat lebih dalam maka setiap sub-kawasan memiliki tahapan
perkembangan yang berbeda, Sub-Kawasan Wisata Lhoksado dan Sub-Kawasan Wisata
kandangan berada dalam tahapan perkembangan Development, hal ini ditandai dengan
beberapa hal sebagai berikut:
Indikasi-indikasi tersebut menandakan bahwa, Sub Kawasan Wisata Lhoksado dan Sub-
Kawasan Wisata Kandangan sudah ada dalam tahap awal dari fase pembangunan atau
Development, namun fase yang berbeda di alami oleh Sub-Kawasan Wisata Meratus.
Sub-Kawasan Wisata Meratus yang saat ini masih ada dalam tahapan eksplorasi. Tahapan
Eksplorasi ditandai dengan masih terbatasnya penyediaan amenitas dan aksessibilitas
yang digunakan khusus oleh wisatawan, namun hal ini dapat di dorong dengan berbagai
peningkatan keterlibatan masyarakat lokal dengan tujuan utama menjadikan Geopark
Meratus sebagai anggota Global Geopark Network.
Wilayah hutan dari KSPN Lhoksado berada dalam pengelolaan KPHL Model
Hulu Sungai Selatan. Wilayah KPHL Model Hulu Sungai Selatan ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :SK.750/Menhut-
83
II/2012 tanggal 26 Desember 2012 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan
Pengelolan Hutan Lindung Model Hulu Sungai Selatan yang terletak di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan seluas ±32.803
(Tiga Puluh Dua Ribu Delapan Ratus Tiga) Hektar dengan rincian : Hutan
Lindung seluas ± 21.211 Ha, Hutan Produksi Terbatas seluas ± 52 Ha, Hutan
Produksi seluas ± 11.503.
Derajat kepentingan
a. tinggi : memiliki harapan, aspirasi dan manfaat potensial yang tinggi atas
terwujudnya pengembangan 3A di KSPN
b. sedang : memiliki harapan dan aspirasi tetapi tidak menerima manfaat
potensial secara langsung dari terwujudnya pengembangan 3A di KSPN
c. rendah : tidak memiliki harapan, aspirasi dan manfaat potensial dari
terwujudnya pengembangan 3A di KSPN
Derajat pengaruh
Derajat Derajat
Kepentingan Pengaruh Kepentingan
No Kategori Stakeholder Peran (Roles) Peran 3A
(Interest) (Level of (Level of
Influence) interest)
A. Stakeholder Kunci
1. Kementerian Regulator Atraksi Ekonomi Tinggi Tinggi
Pariwisata tingkat Akses Sosial
nasional Amenitas Lingkungan
Implementor Politik
Fasilitator
Evaluator
2. Kementerian LH & Regulator Atraksi Ekonomi Tinggi Tinggi
Kehutanan – Ditjen tingkat Akses Sosial
Planologi Kehutanan nasional Amenitas Lingkungan
dan Tata Lingkungan Implementor Politik
– KPHL Hulu Sungai Fasilitator
Selatan Evaluator
3. Kementerian Regulator Akses Ekonomi Tinggi Tinggi
Pekerjaan Umum dan tingkat Amenitas Sosial
Perumahan Rakyat nasional Lingkungan
89
Derajat Derajat
Kepentingan Pengaruh Kepentingan
No Kategori Stakeholder Peran (Roles) Peran 3A
(Interest) (Level of (Level of
Influence) interest)
Implementor Politik
Fasilitator
Evaluator
4. Dinas Pariwisata Regulator Atraksi Ekonomi Sedang Tinggi
Provinsi Kalimantan tingkat Akses Sosial
Selatan Provinsi Amenitas Lingkungan
Implementor Politik
Fasilitator
Evaluator
5. Dinas Pemuda, Regulator Atraksi Ekonomi Sedang Tinggi
Olahraga, dan tingkat Akses Sosial
Pariwisata Kabupaten Amenitas Lingkungan
Kabupaten Hulu Implementor Politik
Sungai Selatan Fasilitator
Evaluator
B. Stakeholder Utama
1. Masyarakat di sub Implementor Atraksi Ekonomi Rendah Tinggi
kawasan wisata Fasilitator Amenitas Sosial
unggulan Evaluator Lingkungan
Penerima
manfaat
2. Masyarakat Adat di Implementor Atraksi Ekonomi Rendah Tinggi
Desa-desa pada Fasilitator Amenitas Sosial
wilayah KSPN Evaluator Lingkungan
Lhoksado dan Penerima
sekitarnya (termasuk manfaat
desa wisata)
3. Kelompok Sadar Implementor Atraksi Ekonomi Rendah Tinggi
Wisata di sub Fasilitator Sosial
kawasan wisata Evaluator Lingkungan
unggulan Penerima
manfaat
4. Para pengelola usaha Implementor Amenitas Ekonomi Rendah Tinggi
kuliner di wilayah Penerima
KSPN Lhoksado ddsk manfaat
5. Para pengelola usaha Implementor Amenitas Ekonomi Rendah Tinggi
akomodasi
90
Derajat Derajat
Kepentingan Pengaruh Kepentingan
No Kategori Stakeholder Peran (Roles) Peran 3A
(Interest) (Level of (Level of
Influence) interest)
(termasuk homestay) Penerima
di Kabupaten Hulu manfaat
Sungai Selatan
6. Para pengelola travel Implementor Akses Ekonomi Rendah Tinggi
biro/rental mobil di Penerima
Kabupaten Hulu manfaat
Sungai Selatan
C. Stakeholder Pendukung
1. Dinas Kehutanan Implementor Atraksi Ekonomi Sedang Sedang
Provinsi Kalimantan Fasilitator Akses Sosial
Selatan Amenitas Lingkungan
2. Dinas Perhubungan Regulator Akses Ekonomi Sedang Sedang
Provinsi Kalimantan Implementor Sosial
Selatan Fasilitator
3. Bappedalitbang Regulator Atraksi Ekonomi Tinggi Tinggi
Kabupaten Hulu Evaluator Akses Sosial
Sungai Selatan Amenitas Lingkungan
Politik
4. Dinas PUTR Implementor Akses Ekonomi Sedang Sedang
Kabupaten Hulu Fasilitator Amenitas Sosial
Sungai Selatan Lingkungan
5. Dinas Perhubungan Implementor Akses Ekonomi Sedang Sedang
Kabupaten Hulu Fasilitator Sosial
Sungai Selatan Lingkungan
6. Dinas Kominfo Implementor Akses Ekonomi Rendah Sedang
Kabupaten Hulu Fasilitator Sosial
Sungai Selatan Lingkungan
7. Dinas Pemberdayaan Implementor Atraksi Ekonomi Rendah Rendah
Masyarakat dan Desa Fasilitator Amenitas Sosial
Kabupaten Hulu
Sungai Selatan
8. Dinas Kesehatan Implementor Amenitas Sosial Rendah Sedang
Kabupaten Hulu Fasilitator
Sungai Selatan
91
Derajat Derajat
Kepentingan Pengaruh Kepentingan
No Kategori Stakeholder Peran (Roles) Peran 3A
(Interest) (Level of (Level of
Influence) interest)
9. Kecamatan di sub Implementor Atraksi Ekonomi Sedang Sedang
kawasan wisata Fasilitator Akses Sosial
unggulan Amenitas Lingkungan
10. PT PLN Implementor Amenitas Ekonomi Sedang Rendah
Sosial
11. PT Telekomunikasi Implementor Amenitas Ekonomi Sedang Rendah
Indonesia Sosial
12. Perusahaan Implementor Akses Ekonomi Rendah Sedang
Penerbangan : Sosial
Garuda, Batik/Lion
Air, NAM Air, Citilink
Sumber : Data primer/diolah
a. pemain kunci (key players), memiliki kepentingan dan pengaruh yang tinggi
b. pendukung (context setters), memiliki pengaruh yang tinggi tetapi
kepentingannya rendah
c. subyek (subjects), memiliki kepentingan tinggi tetapi pengaruhnya rendah
d. pengikut lain (crowd), memiliki kepentingan dan pengaruh yang rendah
92
Gambar 21 : matriks kepentingan-pengaruh
Isi Rencana Operasional ini terdiri atas 2 (dua) bagian besar, 1) sub kawasan wisata
unggulan yang dikembangkan dan 2) rencana operasional dalam kurun waktu 3 (tiga)
tahun yaitu 2019 s.d 2021.
98
5.1 Sub Kawasan Wisata Unggulan yang Dikembangkan
Berdasarkan hasil analisis potensi 3A di KSPN Lhoksado dan sekitarnya dan
mencermati isu pengembangan yang ada, ditetapkan beberapa sub kawasan wisata
unggulan yang diprioritaskan pembangunannya.
Secara umum, kriteria penetapan kawasan ini didasarkan pada :
a. Minat pasar;
b. Kualitas daya tarik dan kesiapannya untuk dapat dikembangkan;
c. Jarak dan konektivitas akses dengan daya tarik lainnya, sehingga dapat
dikelompokkan dalam satu jalur wisata;
d. Dapat mendorong berkembangnya daya tarik wisata baru dan dapat
memecah konsentrasi wisatawan;
e. Potensi keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata; dan
f. Sinkron dengan rencana pengembangan pariwisata Kabupaten (Hulu Sungai
Selatan), KPH Hulu Sungai Selatan, KSPN, dan Provinsi.
Tabel 16 : Daya Tarik Wisata Primer dan Sekunder KSPN Lhoksado dan sekitarnya,
beserta Arah Pengembangannya
Ilustrasi peta Sub Kawasan Wisata Unggulan KSPN Lhoksado dan sekitarnya
adalah:
101
Gambar 23. Peta Sub Kawasan Wisata Unggulan KSPN Lhoksado dan
sekitarnya
Sumber : Diolah Tim dari Peta Daya Tarik Wisata KSPN Lhoksado dsk.
102
5.2 Rencana Operasional
Rencana operasional pengembangan potensi 3A di KSPN Lhoksado dan sekitarnya tahun 2019 s.d 2021 adalah
sebagai berikut :
TABEL 17: Rencana Operasional Pengembangan Potensi 3A di KSPN Lhoksado dan sekitarnya
2019
2020
2021
Keluaran Hasil
2019
2020
2021
Keluaran Hasil
5. Penyusunan dan Tersusunnya rencana & Berkembangnya KPH Hulu Sungai Dinas Pariwisata;
pengembangan program perintisan pengembangan sub kawasan Selatan Kementerian
aktivitas dan paket wisata program aktivitas & paket wisata baru Pariwisata.
susur hutan di sub kawasan wisata sub kawasan wisata
hutan Pegunungan Meratus baru
6. Penyusunan paket wisata Tersusunnya paket wisata Berkembangnya Dinas Pariwisata; KPH Hulu Sungai
geopark di sub kawasan geopark pilihan kegiatan Dinas ESDM; Selatan;
wisata Loksado & hutan wisata bagi Kalimantan Kementerian
Pegunungan Meratus wisatawan minat Selatan Pariwisata.
khusus
B. Pengembangan Amenitas
B1. Pengembangan Prasarana
1. Pengembangan sarana Terlaksana pengembangan Meningkatnya PT. Telkom Diskominfo;
telekomunikasi dan internet sarana komunikasi di sub kualitas layanan Dinas Pariwisata
di sub kawasan wisata kawasan wisata Loksado dsk komunikasi
Loksado dsk kepada wisatawan
2. Peningkatan prasarana listrik Meningkatnya kapasitas Kualitas sediaan PT. PLN Bappedalitbangda;
di sub kawasan wisata daya listrik listrik semakin Dinas PUTR
Loksado dsk baik
2019
2020
2021
Keluaran Hasil
2. Pengadaan fasilitas Terlaksana pengadaan Meningkatnya Dinas Pera KPLH Kec. Loksado
penerangan jalan di sub fasilitas penerangan jalan kualitas
kawasan wisata Loksado dsk lingkungan
2019
2020
2021
Keluaran Hasil
6. Penataan area parkir di sub Terlaksana penataan area Layanan kepada PUTR; Kementerian
kawasan wisata Lhoksado dsk parkir wisatawan Dinas Pariwisata; Pariwisata
semakin baik KPH HSS
7. Pengembangan usaha kuliner Terlaksana start up usaha Bertambahnya Dinas Pariwisata Bappedalitbangda;
di Sub Kawasan Wisata kuliner jumlah & pelayan- Dinas TKKUKP;
Loksado dsk an makan minum PHRI;
bagi wisatawan
C. Pengembangan Aksesibilitas
1. Pemasangan rambu jalan, Terpasangnya rambu jalan, Aksesibilitas Dinas KPH Hulu Sungai
penunjuk arah, dan lokasi penunjuk arah, dan lokasi semakin Perhubungan Selatan
daya tarik wisata daya tarik wisata berkualitas
2019
2020
2021
Keluaran Hasil
2019
2020
2021
Keluaran Hasil
6. Sertifikasi usaha pariwisata di Terlaksana sertifikasi usaha Usaha pariwisata Kementerian Dinas Pariwisata;
Kabupaten Hulu Sungai pariwisata yang Pariwisata PHRI; Asita
Selatan terstandarisasi
7. Gerakan sadar bersih Terlaksana gerakan sadar Kualitas bersih Dinas Pariwisata Kecamatan
lingkungan wisata di sub bersih lingkungan wisata lingkungan wisata terkait;
kawasan wisata Loksado dsk meningkat Pokdarwis;
Asosiasi terkait
2019
2020
2021
Keluaran Hasil
4. Survey tingkat kepuasan, Terlaksana survey tingkat Meningkatnya Dinas Pariwisata KPH Hulu Sungai
pengalaman wisatawan, serta kepuasan, pengalaman kualitas rencana Selatan;
kecenderungan permintaan wisatawan, serta pengembangan Kemenpar;
pariwisata di KSPN Lhoksado kecenderungan permintaan KSPN Lhoksado Asosiasi terkait
dsk pariwisata dsk pariwisata;
Lemb. pendidikan.
5. Analisis dampak Terlaksana analisis dampak Meningkatnya Dinas Pariwisata; KPH Hulu Sungai
pengembangan pariwisata pengembangan pariwisata kualitas Kemenpar; Selatan;
(aspek ekonomi, sosial, dan (aspek ekonomi, sosial, dan pengendalian Bappedalitbangda;
lingkungan) lingkungan) (manajemen Asosiasi terkait
resiko) pengem- pariwisata;
bangan pariwisata Lemb. pendidikan.
2019
2020
2021
Keluaran Hasil
2019
2020
2021
Keluaran Hasil
Handayani, F., Warsono, Handi. 2017. Analisis Peran Stakeholders Dalam Pengembangan
Destinasi. FISIP UNDIP.
Handbook Destination Management, Practitioner Module, Handbook Pengantar
Pengelolaan Destinasi Pariwisata, Center for Destination Studies, STP Bandung,
2017.
Handbook Destination Management, Practitioner Module, Handbook Tata Kelola dan
Pendanaan Destinasi Pariwisata, Center for Destination Studies, STP Bandung,
2017.
Handayani, F., Warsono, Handi. 2017. Analisis Peran Stakeholders Dalam Pengembangan
Destinasi. FISIP UNDIP.
Kotler, P., & Keller, K.L. 2016. Marketing Management (15ed ed.). Pearson Education
Limited.
Middleton, Victor and Jackie R. Clarke. 2001. Marketing In Travel And Tourism. Oxford
UK: Butterworth – Heinemann.
Mill, Robert Christie., Morrison, Alastair M. 2012. The Tourism System. United States Of
America: Kendall Hunt Publishing Company.
Morrison, Alastair M. 2013. Marketing and Managing Tourism Destinations. Routledge
NY.
Zhong, L., et al. Tourism development and the tourism area life-cycle model: A case study
of Zhangjiajie National Forest Park, China. Tourism Management (2007),
doi:10.1016/j.tourman.2007.10.002
vii
JURNAL PENELITIAN
Bieger, T., Leasser, C & Beritelli, T. 2007. Destination Governance: Using Corporate
Governance Theories as a Foundation for Effective Destination Management.
Journal of Travel Research. Vol. 46, Issue 1, pp96-107.
Bojanic, D. 2005. Tourist Area Life Cycle Stage and The Impact Of A Crisis. Indonesia:
ASEAN Journal on Hospitality and Tourism. Vol.4, pp139-150.
Coelho, J., Butler, Richard. 2012. The Tourism Area Life Cycle: A Quantitative Approach Of
The Tourism Area Life Cycle. Portugal: European Journal of Tourism, Hospitality
and Recreation. Vol.3, Issue 1, pp9-31.
Eden, C., Ackermann, F., Making Strategy; the journey of strategic management. London,
Sage Publications, 1998
Fitri Nurfitriani, Dudung Darusman, Dodik Ridho Nurrochmat dan Ahmad Erani Yustika,
Analisis Pemangku Kepentingan Dalam Transformasi Kebijakan Fiskal Hijau, Jurnal
Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 12 No. 3 Desember 2015
Fletcher, A., & Guthrie, J. 2003. Mapping Stakeholder Perception for a Third Sector
Organization: Journal of Intellectual Capital 4. Vol.4, Issue 4.
Heri Santoso, EKS Harini Muntasib, Hariadi Kartodihardjo dan Rinekso Soekmadi,
Peranan Kebutuhan Pemangku Kepentingan Dalam Tata Kelola Pariwisata di
Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara, Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan Vol 12 No. 3 Desember 2015
Reed, M.S., & A. Graves. 2009. Who’s in and why? A Typology of Stakeholder Analysis
Method for Natural Resource Management: Journal of Environment Management
XXX. Vol.90, Issue 5, pp1933-1949.
viii
Reed, S.M., Graves, A., Dandy, N., Posthumus, H., Huback, K., Morris, J., Stringer, L.C., Who’s
in and why? A typology of stakeholder analysis methods for naturalresources
management. Journal of Environmental Management, 2009
Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan
Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.
Zhong, L., et al. 2007. Tourism development and the tourism area life-cycle model: A Case
Study of Zhangjiajie National Forest Park, China. Belanda: Elsevier. Vol.29, Issue 5,
pp841-856.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Republik Indonesia. 2011. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025. Sekretariat
Negara RI. Jakarta.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Peraturan Daerah No. 15 Tahun 2008 Provinsi
Kalimantan Timur tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025
Provinsi Kalimantan Timur No. 15 Tahun 2008: Sekretaris Daerah Kalimantan
Timur.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2016 Provinsi
Kalimantan Timur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan
Timur: Sekretaris Daerah Kalimantan Timur.
Pemerintah Kabupaten Berau, Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2006 Kabupaten Berau
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah: Sekretaris Daerah
Kabupaten Berau.
Pemerintah Kabupaten Berau, Perda Kabupaten Berau tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Berau No. 09 Tahun 2017: Sekretaris Daerah Kabupaten
Berau.
ix
x