Dalam rangka mendorong pembangunan kepariwisataan sebagai sektor unggulan daerah, maka
dilaksanakan kegiatan penyusunan “Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa
Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.” Kegiatan ini dilaksanakan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan Statistik, bekerja sama dengan United Nations Development
Programme (UNDP) serta Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan (P-P2Par) Institut
Teknologi Bandung, yang didukung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
Tahapan pelaksanaan kegiatan saat ini berupa penyusunan Laporan Draft Akhir yang terdiri dari 6
(enam) bab, meliputi: (1) Pendahuluan, (2) Kajian Konsep Sustainable Management Approach for
Regional Tourism (SMART), (3) Kajian Kebijakan Pengembangan Kepariwisataan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, (4) Perkembangan Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, (5)
Penilaian Daya Tarik Wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan (6) Strategi Umum
Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Fokus dari
kegiatan tahap ini adalah menghasilkan strategi pengembangan destinasi unggulan dan desa wisata
di Bangka Belitung. Penyusunan Laporan Draft Akhir ini dilakukan dengan sebaik-baiknya agar sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan. Namun demikian, saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan untuk perbaikan masa yang akan datang.
Akhirnya, disampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini. Semoga dapat bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan
kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Januari, 2013
Tim Penyusun
i
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... v
ii | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
iii | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
iv | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Kepariwisataan
yang Berkelanjutan .................................................................................... 2-13
Tabel 3.1 Kriteria dan Indikator Destinasi Unggulan3-12
Tabel 3.2 Tahap Pembangunan Lima Tahunan dan Fokus Pembangunan dalam
RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2005-2025 ................. 3-15
Tabel 3.3 Visi dan Misi dalam Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung ....................................................................... 3-17
Tabel 3.4 Arahan Pemanfaatan Ruang Pariwisata dalam RTRW Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2002-2016.......................................... 3-19
Tabel 3.5 Rencana Pengembangan KWU Kepulauan Bangka Belitung ..................... 3-21
Tabel 3.6 Rencana Pengembangan Produk Pariwisata di Kawasan Wisata
Unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ......................................... 3-24
Tabel 3.7 Pengembangan Jalur Wisata di Kawasan Penambangan Timah ............... 3-26
Tabel 3.8 Kebijakan dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Kepariwisataan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ......................................................... 3-27
Tabel 3.9 Rencana Pengembangan Pemasaran Pariwisata di Kawasan Wisata
Unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ......................................... 3-29
Tabel 3.10 Strategi Pengelolan Lingkungan dalam RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2005-2025 ........................................................................ 3-32
Tabel 3.11 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Produk Pariwisata dan yang
Terkait dalam Rangka Penguatan Budaya Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung ......................................................................................... 3-33
Tabel 3.12 Program Pengembangan Kebudayaan Rencana Strategis Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2008-2017 ....................................................................................... 3-34
Tabel 3.13 Peran Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
Pengembangan Kepariwisataan Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 38/2007 ............................................................................................... 3-36
Tabel 3.14 Peran Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
Pengembangan Kepariwisataan Berdasarkan Undang-Undang
No. 10/2009 ............................................................................................... 3-39
Tabel 4.1 Luas Wilayah Adaministrasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ............ 4-2
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2011 ................................................................................. 4-13
Tabel 4.3 Persentase Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 ....................... 4-22
Tabel 4.4 Daya Tarik Wisata Unggulan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ....... 4-24
Tabel 4.5 Daya Tarik Desa Wisata Potensial di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 4-56
Tabel 4.6 Jumlah Sarana Hotel di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 4-79
Tabel 4.7 Jumlah Rumah Makan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 4-80
v|L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
vi | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Ruang Lingkup Wilayah ......................................................................... 1-5
Gambar 2.1 Tiga Pilar Pariwisata Berkelanjutan ...................................................... 2-3
Gambar 2.2 Fenomena Pembangunan Berkelanjutan ............................................. 2-5
Gambar 3.1 Peta DPN Palembang-Bnagka Belitung dan sekitarnya ........................ 3-10
Gambar 3.2 Peta KSPN Tanjung Kelayang dan sekitarnya........................................ 3-10
Gambar 3.3 Posisi Kepariwisataan Kepulauan Bangka Belitung .............................. 3-14
Gambar 3.4 Keterkaitan antara Misi Pembangunan Kepariwisataan dengan
Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung ................................................................................................. 3-18
Gambar 3.5 Peta Pembagian KWU di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ............ 3-21
Gambar 4.1 Grafik Curah Hujan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2011 ........................................................................................... 4-8
Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Kontribusi Tiap Lapangan Usaha Terhadap
PDRB di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008-2011 ........ 4-21
Gambar 4.3 Grafik Distribusi PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2011 ........................................................................................... 4-21
Gambar 4.4 PAD Sektor Pariwisata Prov. Kep. Bangka Belitung Tahun 2007-2011 . 4-22
Gambar 4.5 Kontribusi Pariwisata terhadap PAD Kab./ Kota di Kep. Bangka
Belitung Tahun 2011 ............................................................................. 4-23
Gambar 4.6 Peta Sebaran Daya Tarik Wisata Unggulan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung .................................................................................... 4-26
Gambar 4.7 Foto Kondisi Pantai Tanjung Kelian....................................................... 4-27
Gambar 4.8 Foto Kondisi Kota Tua Muntok ............................................................. 4-28
Gambar 4.9 Foto Kondisi Pantai Romodong............................................................. 4-29
Gambar 4.10 Foto Kondisi Pulau Penyusuk ................................................................ 4-30
Gambar 4.11 Foto Kondisi Pantai Parai Tenggiri ........................................................ 4-31
Gambar 4.12 Foto Kondisi Pantai Tanjung Pesona ..................................................... 4-32
Gambar 4.13 Foto Kondisi Pantai Matras .................................................................. 4-32
Gambar 4.14 Foto Kondisi Pantai Air Anyer ............................................................... 4-33
Gambar 4.15 Foto Kondisi Situs Kota Kapur ............................................................... 4-34
Gambar 4.16 Foto Kondisi Civic Center ...................................................................... 4-37
Gambar 4.17 Foto Kondisi Pantai Pasir Padi............................................................... 4-38
Gambar 4.18 Foto Kondisi Museum Timah ................................................................ 4-40
Gambar 4.19 Foto Kondisi Agrowisata Desa Namang ................................................ 4-41
Gambar 4.20 Foto Kondisi Pulau Ketawai................................................................... 4-42
Gambar 4.21 Foto Kondisi Benteng Toboali ............................................................... 4-44
Gambar 4.22 Foto Kondisi Pantai Tanjung Kerasak .................................................... 4-44
Gambar 4.23 Foto Kondisi Pantai Lepar ..................................................................... 4-45
Gambar 4.24 Foto Kondisi Pantai Liat......................................................................... 4-46
vii | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
viii | L a p o r a n D r a f t A k h i r
1
BAB
PENDAHULUAN
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi pemekaran dari Provinsi Sumatera
Selatan yang ditetapkan oleh Undang-Undang (UU) No.27 Tahun 2000 sebagai provinsi ke-
31 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kepulauan Bangka Belitung yang terdiri dari
enam kabupaten dan satu kota, selama ini sangat identik dan dikenal sebagai pulau
penghasil timah. Sebagai wilayah dengan sektor ekonomi utama pertambangan,
permasalahan lingkungan menjadi isu utama yang selalu dihadapi oleh Kepulauan Bangka
Belitung.
Pariwisata sebagai sektor yang lebih ramah lingkungan menjadi sektor alternatif dan
unggulan bagi perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ke depan, menggantikan
sektor pertambangan, sekaligus diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor-sektor
lainnya. Selain itu, pariwisata juga disiapkan menjadi alat dalam upaya pengembangan
potensi wilayah secara berkelanjutan dan berdampak ekonomi signifikan.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional (Ripparnas) telah menetapkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dalam Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Palembang-Kepulauan Bangka Belitung dan
sekitarnya. Dalam DPN ini terdapat enam Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional
(KPPN), empat diantaranya terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu KPPN
Pangkal Pinang–Sungai Liat dsk, KPPN Belinyu dsk, KPPN Tanjung Kelayang Belitung dsk,
serta KPPN Punai-Belitung dsk nya. Dari empat KPPN tersebut, Kawasan Tanjung Kelayang
Belitung ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
1-1
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Secara geografis, Kepulauan Bangka Belitung memiliki lokasi yang strategis karena relatif
dekat dengan ibu kota negara sebagai pintu gerbang utama Indoensia, sekaligus sumber
pasar wisatawan terbesar. Selain itu, potensi kepariwisataan Kepulauan Bangka Belitung
yang besar, baik daya tarik wisata alam, budaya, maupun sejarah, menjadikan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan sebagai destinasi unggulan nasional, setelah Bali dan
Lombok.
Dalam konteks kepariwisataan regional dan nasional, potensi bahari dan geowisata
Kepulauan Bangka Belitung merupakan daya tarik yang dapat dikembangkan untuk
menjadikan provinsi ini sebagai destinasi pariwisata unggulan nasional. Kekayaan sosial dan
budaya masyarakat pesisir yang sangat terkait dengan potensi bahari, geowisata, dan
sumber daya alam Kepulauan Bangka Belitung lainnya, jika dikembangkan secara
terintegrasi sebagai desa wisata dapat menjadi daya tarik wisata unggulan Kepulauan
Bangka Belitung.
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung dilakukan dengan maksud untuk menguatkan peran dan fungsi Provinsi
1-2 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Bangka Belitung dalam menjalankan pemerintahan yang baik di dalam upaya
pengembangan dan pembangunan Kepariwisataan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
bertujuan untuk pada terumuskannya ukuran, kriteria dan indikator, serta strategi
pengembangan yang membentuk kondisi ideal yang harus dimiliki suatu destinasi atau desa
wisata dengan memperhatikan daya dukung sumber daya alam, manusia, sosial budaya
serta kebijakan-kebijakan yang ada dan potensi kepariwisataan serta tema masing-masing
wilayah. Dengan demikian kekhasan dan keunikan suatu daerah dapat dimunculkan oleh
masing-masing pemerintah daerah kabupaten/kota dalam kerangka untuk menciptakan
keragaman pilihan wisata di Kepulauan Bangka Belitung.
Untuk mencapai maksud tersebut, tujuan dari kegiatan ini adalah menghasilkan strategi
pengembangan destinasi pariwisata unggulan, dan desa wisata potensial sebagai elemen
penunjang destinasi unggulan, yang terintegrasi dengan pembangunan wilayah, serta
memperhatikan daya dukung sumber daya alam, sosial, dan budaya. Berdasarkan tujuan
tersebut, maka sasaran yang harus dicapai adalah:
3. Terumuskannya kriteria dan indikator destinasi unggulan dan desa wisata Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
1-3 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
masyarakat, aspek kelembagaan dan sumber daya manusia, serta aspek mekanisme
insentif dan disinsentif.
1.3 KELUARAN
Keluaran Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yaitu tersusunnya Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan
dan Desa Wisata di Kepulauan Bangka Belitung yang meliputi :
Ruang lingkup wilayah dari Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa
Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah seluruh wilayah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, yang meliputi enam wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Bangka Barat,
Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten
Belitung, dan Kabupaten Belitung Timur; serta satu wilayah kota, yaitu Kota Pangkalpinang.
1-4 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Adapun wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut.
1-5 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kegiatan Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari:
1. Kegiatan persiapan merupakan kegiatan koordinasi awal antara tim dengan program
Provincial Governance Strengthening Programme, Bappeda dan Statistik Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
2. Pengumpulan data dan informasi, baik data sekunder maupun primer di tingkat provinsi
serta kabupaten dan kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengumpulan data dan
informasi juga dilakukan untuk mendapatkan informasi dari instansi yang mengurus
bidang kepariwisataan kabupaten dan kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
mengenai daya tarik wisata unggulan dan desa wisata potensial yang menjadi prioritas
pengembangan di daerah.
3. Kegiatan pengolahan dan analisis data primer dan sekunder untuk mendapatkan
gambaran mengenai karakteristik dan perkembangan kepariwisataan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung dalam mendukung pengembangan destinasi unggulan dan desa wisata
potensial.
4. Seminar Awal “Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata Unggulan dan Desa
Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung” dalam rangka menyosialisasikan
pendekatan Sustainable Management Approach for Regional Tourism (SMART) yang
akan digunakan untuk melakukan kajian terhadap strategi pengembangan destinasi
pariwisata unggulan dan desa wisata potensial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
5. Workshop “Konsep Sustainable Management Approach for Regional Tourism (SMART)
pada Pengembangan Desa Wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung” dalam rangka
mendapatkan masukan dan kesepakatan dari instansi terkait di daerah dan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung mengenai desa wisata yang dianggap potensial untuk
dikembangkan sebagai daya tarik wisata unggulan provinsi.
6. Workshop “Konsep Sustainable Management Approach for Regional Tourism (SMART)
pada Pengembangan Destinasi Pariwisata Unggulan Provinsi Kepulauan Bangka
1-6 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Belitung” dalam rangka mendapatkan masukan dan kesepakatan dari instansi terkait di
daerah dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengenai destinasi pariwisata yang
dianggap dapat menjadi unggulan dalam pengembangan kepariwisataan provinsi dan
nasional.
7. Lokakarya “Rencana Aksi Pengembangan Destinasi Pariwisata Unggulan dan Desa Wisata
Potensial di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung” dalam rangka mendapatkan masukan
dan kesepakatan dari instansi terkait di daerah dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
mengenai rencana aksi yang telah disusun.
Dalam Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung terdapat istilah-istilah penting yang harus mendapatkan
pemahaman yang sama dari seluruh pemangku kepentingan dan pembaca laporan draft
akhir ini. Istilah-istilah tersebut adalah:
1. WISATA adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka
waktu sementara (UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan).
2. PARIWISATA adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
pemerintah daerah (UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan).
4. WISATAWAN adalah orang yang melakukan wisata (UU No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan).
1-7 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
5. DESTINASI PARIWISATA adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih
wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan (UU No. 10 Tahun 2009).
7. DAYA TARIK WISATA adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan (UU No. 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan).
8. DESA WISATA adalah integrasi antara daya tarik wisata, akomodasi, dan fasilitas
pendukung yang disajikan dalam struktur kehidupan masyarakat yang menyatu
dengan tata cara dan tradisi yang berlaku di suatu desa (Nuryanti, 1993:2).
9. GEOWISATA adalah kegiatan wisata berkelanjutan yang sangat terkait dengan aspek
geologi, geomorfologi, dan fitur alam lainnya dari suatu destinasi pariwisata, serta
sangat terkait dengan budaya, nilai estetika, dan masyarakat setempat (Travel Industry
Association of America; G.M. Timčák).
Laporan Draft Akhir Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini akan terdiri dari 7 (tujuh) bab sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN berisi tentang latar belakang pentingnya kajian ini dilakukan, tujuan
dan sasaran yang hendak dicapai dengan kajian ini, ruang lingkup kajian, keluaran yang akan
dihasilkan, dan sistematika pelaporan dari laporan draft akhir ini.
1-8 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
1-9 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
1-10 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
BAB
2
KAJIAN KONSEP
SUSTAINABLE
MANAGEMENT APPROACH
FOR REGIONAL TOURISM
(SMART)
Konsep Sustainable Management Approah for Regional Tourism (SMART) atau pendekatan
pengelolaan yang berkelanjutan bagi pariwisata regional seutuhnya merupakan konsep
pariwisata berkelanjutan yang diterapkan dalam pengelolaan pariwisata di wilayah provinsi.
Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan merupakan pembangunan pariwisata yang
mengadopsi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam perencanaan, pelaksanaan,
maupun pengendalian pembangunannya, yang mulai dikembangkan sejak awal tahun 1970-
an.
1-1
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
2-2 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pembangunan pariwisata berkelanjutan dibangun di atas tiga pilar, yaitu ekologi, sosial
budaya, dan ekonomi, yang saling berkaitan erat, berinteraksi satu sama lain, dan
dipertimbangkan sebagai suatu bagian yang terintegrasi. Hubungan ketiga pilar tersebut
dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.
EKONOMI
PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
SOSIAL /
EKOLOGI
BUDAYA
1. Keberlanjutan ekonomi : Menjamin keberlanjutan ekonomi dan daya saing dari destinasi
dan usaha pariwisata sehingga mereka dapat menghasilkan
manfaat dalam jangka panjang.
2-3 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
10. Keanekaragaman hayati: Mendukung konservasi alam, habitat, dan suaka margasatwa,
serta meminimalkan kerusakan yang terjadi padanya.
11. Efisiensi sumber daya : Meminimalkan penggunaan sumber daya langka dan tidak
dapat diperbaharui dalam pembangunan dan operasional
fasilitas dan pelayanan pariwisata.
12. Kemurnian lingkungan : Meminimalkan polusi udara, air, dan tanah, serta bangkitan
sampah/limbah dari usaha pariwisata maupun pengunjung.
2-4 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Partisipasi masyarakat lokal dan konservasi memiliki keterkaitan dalam pemanfaatan sumber
daya alam secara berkelanjutan. Masyarakat lokal yang menggunakan sumber daya alam
dalam proses pemberdayaannya, harus memperhatikan prinsip-prinsip konservasi.
Sementara itu, dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan, usaha pariwisata juga harus
mempertimbangkan prinsip-prinsip konservasi dalam pengelolaan lingkungan dan sumber
dayanya, dan juga pelibatan masyarakat lokal, baik melalui penerapan perencanaan
partisipatori dalam pengembangan usahanya maupun pengembangan kemitraan usaha
dengan masyarakat. Fenomena pembangunan pariwisata berkelanjutan tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
KONSERVASI
Tujuan:
Pelestarian sumber daya
alam & keanekaragaman
hayati
Perencanaan partisipatif
PARTISIPASI USAHA PARIWISATA
Kemitraan
MASYARAKAT LOKAL Tujuan:
Tujuan:
Keuntungan jangka panjang
Pemberdayaan,
pengentasan kemiskinan
2-5 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Keterbatasan sumber daya alam, sosial, dan budaya tidak akan mampu memenuhi tuntutan
pertumbuhan pariwisata yang begitu pesat jika para perencana dan pengelola pariwisata
tidak melakukan sesuatu terhadapnya. Tantangan besar yang harus dijawab adalah
bagaimana kegiatan wisata dan pertumbuhan yang diharapkan pada masa yang akan datang
dapat dikelola dengan baik, dengan mempertimbangkan keterbatasan sumber daya, dan
bagaimana meningkatkan kapasitas sumber daya tersebut, tidak hanya memikirkan
keberhasilan secara komersial.
Pariwisata juga berkembang menjadi sektor yang memberikan kontribusi cukup signifikan
terhadap perekonomian. Pada tahun 2011, pariwisata berkontribusi sebesar 9,1% terhadap
perekonomian dunia (WTTC, 2012) atau sekitar US$ 6,35 trilyun, dan diharapkan akan
tumbuh 4% per tahun agar dapat mencapai angka kontribusi sebesar 10% pada tahun 2020.
Di Indonesia, kontribusi pariwisata terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tahun 2011
mencapai 4,1% atau Rp 296,97 triliun (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012),
angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan kontribusinya pada tahun 2006 yang baru mencapai
3,67% (Depbudpar, 2007). Saat ini, pariwisata menjadi penerima devisa terbesar ke-5 di
Indonesia, yaitu sebesar US$ 8,554 milyar, meningkat dari tahun 2010 yang menunjukkan
angka US$ 7,603 miliar (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012).
Pariwisata juga menjadi pembangkit utama dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Pada
tahun 2011, pariwisata dunia mampu menyediakan lebih dari 98 juta lapangan pekerjaan
yang terkait langsung dengan pariwisata (3,3% dari total), dan lebih dari 254 juta lapangan
pekerjaan yang tidak terkait langsung dengan pariwisata (8,7% dari total) (WTTC, 2012).
Seluruh potensi pariwisata yang begitu besar tersebut harus dapat dikelola dengan bijaksana
karena jika tidak, akan menimbulkan berbagai dampak negatif, tidak saja terhadap
lingkungan alam dan budaya, tetapi juga terhadap lingkungan sosial. Pariwisata
2-6 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
berkelanjutan akan membawa lebih banyak keuntungan bagi destinasi dan masyarakatnya.
Melalui penerapan pembangunan berkelanjutan pada pengembangan pariwisata, maka
akan:
2-7 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
2-8 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
2-9 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
2-10 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
2-11 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Produk yang sama dan umum untuk setiap orang: Produk khas untuk kelompok tertentu:
menurunkan lama tinggal pengunjung menumbuhkan iklim persahabatan dan
menurunkan kualitas pengalaman, pengalaman yang menyenangkan
meningkatkan perasaan tidak puas menumbuhkan persepsi yang baik terhadap
pengunjung kurang sensitif terhadap SDA dan pariwisata
masyarakat pengunjung mendukung perlindungan
masyarakat dan SDA
Pengunjung bersikap pasif terhadap lingkungan: Hubungan yang interaktif antara pengunjung dan
pengunjung cenderung kurang sensitif terhadap lingkungan:
SDA dan masyarakat pengunjung belajar lebih banyak, kemudian
memahami kebutuhan untuk melindungi
masyarakat dan SDA, dan juga mendukung upaya-
upaya tersebut.
Penggunaan tenaga kerja yang murah tetapi tidak Penggunaan tenaga kerja berkualitas tinggi:
berkualitas: berpikir untuk jangka panjang
Berupaya untuk meningkatkan keuntungan investasi pada SDM lokal yang cenderung akan
tinggal lebih lama di daerah tersebut
Penggunaan tenaga kerja dari luar daerah: Penggunaan tenaga kerja lokal:
eksploitasi tenaga kerja dan pelanggaran HAM daerah memperoleh keuntungan
kualitas pekerjaan yang rendah pengalaman yang diperoleh pengunjung
kebocoran finansial dari keuntungan yang biasanya lebih baik
diperoleh wilayah
2-12 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pencinta lingkungan Menjadi ‘alat’ yang efektif bagi Terciptanya lingkungan alam
pemantuan pengembangan yang lestari dengan
lingkungan meminimalkan dampak
lingkungan alam yg mungkin
ditimbulkan pariwisata
2-13 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
1. Alasan ekonomi:
Perbaikan ekonomi penduduk melalui pertumbuhan ekonomi dan penciptaan
lapangan kerja merupakan prioritas nasional yang lebih tinggi dibandingkan dengan
upaya konservasi.
Pariwisata, khususnya pariwisata massal skala besar terus didorong karena lebih
menjanjikan dari sisi pendapatan dan investasi.
2. Alasan kelembagaan:
Kurang kuatnya kerangka pembangunan pariwisata yang berkelanjutan pada tingkat
nasional.
2-14 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3. Alasan kepariwisataan:
Lingkungan dan budaya lokal menggunakan cara-cara yang mudah, biaya rendah, dan
cepat dalam pengembangan daya tarik wisata sehingga terjadi eksploitasi yang
berlebihan terhadap keduanya.
4. Alasan sosial/kemasyarakatan:
Masyarakat menjalankan pariwisata tanpa pemahaman yang penuh terhadap
implikasinya.
Pariwisata hanya dikuasai oleh suku, kelompok budaya, kelompok bisnis yang
dominan di masyarakat, atau oleh pemimpin-pemimpin politik.
2-15 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
3
BAB
KAJIAN KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN
KEPARIWISATAAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
3-1
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3-2 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Dari kesebelas prioritas nasional dan tiga prioritas lainnya, kepariwisataan Indonesia
mendapatkan tanggung jawab untuk mendukung terwujudnya tujuan pembangunan untuk:
1) prioritas 4 terkait dengan penanggulangan kemiskinan; 2) prioritas 11 terkait dengan
penguatan kebudayaan, kreativitas, dan inovasi; 3) prioritas nasional lainnya bidang
perekonomian; dan 4) prioritas nasional lainnya bidang kesejahteraan rakyat.
A. Penanggulangan Kemiskinan
Penanggulangan kemiskinan bertujuan menurunkan tingkat kemiskinan absolut dari
14,1% pada 2009 menjadi 8-10% pada 2014 dan memperbaiki distribusi pendapatan
dengan pelindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan
perluasan kesempatan ekonomi masyarakat.
Penugasan Program Prioritas Pembangunan Nasional kepada Kemenparekraf tahun 2012-
2014 adalah:
1. melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri)
sektor pariwisata, melalui pengembangan desa wisata;
2. mendukung percepatan penyerapan KUR pada sektor-sektor industri kreatif.
3-3 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3-4 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kemenparekraf merupakan penanggung jawab utama pada empat substansi inti, yaitu:
1. peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara sebesar 20%
secara bertahap dalam 5 tahun;
2. promosi 10 tujuan pariwisata Indonesia melalui saluran pemasaran dan pengiklanan
yang kreatif dan efektif;
3. perbaikan dan peningkatan kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung
pariwisata;
4. peningkatan kapasitas pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisata lokal untuk
mencapai tingkat mutu pelayanan dan hospitality management yang kompetitif di
wilayah Asia.
3-5 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Untuk wilayah Sumatera, prioritas pembangunan industri pariwisata alam dan budaya
diarahkan pada strategi pengembangan pusat-pusat tujuan wisata dalam satu jalur wisata
terpadu untuk mendukung pencapaian target pengembangan pariwisata, yaitu
meningkatnya jumlah wisman dan wisnus sebesar 20% secara bertahap selama 5 (lima)
tahun (nasional). Dalam prioritas pembangunan kewilayahan, Kepulauan Bangka Belitung
diarahkan sebagai salah satu pusat tujuan wisata di wilayah Sumatera, bersama-sama
dengan Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Kepulauan Riau, dengan kegiatan prioritasnya
adalah peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas pendukung kegiatan pariwisata di Pulau
Bangka dan Pulau Belitung.
3-6 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pasal ini menunjukkan bahwa kepariwisataan provinsi memiliki peran yang penting
dalam pembangunan provinsi sehingga harus memiliki kekuatan hukum paling tinggi di
tingkat provinsi, yaitu Peraturan Daerah Provinsi.
Kedua pasal ini kembali menunjukkan peran penting yang harus diemban kepariwisataan
provinsi, yaitu berpartisipasi dalam terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa,
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui pengembangan kawasan strategis provinsi.
Pada pasal 11 Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2011 dijelaskan bahwa pengembangan
perwilayahan destinasi pariwisata terdiri dari:
3-7 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3-8 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pembangunan DPN dan KSPN dilaksanakan secara bertahap dengan kriteria prioritas sebagai
berikut:
komponen destinasi yang siap untuk dikembangkan;
posisi dan peran efektif sebagai penarik investasi yang strategis;
posisi strategis sebagai simpul penggerak sistemik Pembangunan Kepariwisataan di
wilayah sekitar baik dalam konteks regional maupun nasional;
potensi kecenderungan produk pariwisata masa depan;
kontribusi yang signifikan dan/atau prospek
positif dalam menarik kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara
dalam waktu yang relatif cepat;
citra yang sudah dikenal secara luas;
kontribusi terhadap pengembangan keragaman produk pariwisata di Indonesia; dan
keunggulan daya saing internasional.
Dalam lingkup kepariwisataan nasional, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung termasuk dalam
DPN Palembang-Bangka Belitung dan sekitarnya. Pengembangan DPN ini terdiri dari tiga
kawasan pengembangan pariwisata nasional (KPPN) yang seluruhnya terletak di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, yaitu KPPN Pangkalpinang-Sungai Liat dan sekitarnya, KPPN
Belinyu dan sekitarnya, KPPN Punai-Belitung dan sekitarnya; serta dua kawasan strategis
pariwisata nasional (KSPN), satu terletak di Kepulauan Bangka Belitung, yaitu KSPN Tanjung
Kelayang-Belitung dan sekitarnya, dan satu lagi adalah KSPN Palembang Kota dan sekitarnya.
Untuk lebih jelasnya mengenai peta DPN dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.
3-9 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sumber: Lampiran II Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2011 tentang RIPPARNAS 2010-2025
Sumber: Lampiran II Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2011 tentang RIPPARNAS 2010-2025
3-10 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kriteria penilaian dan penetapan destinasi pariwisata unggulan telah ditetapkan di dalam
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.37/UM.001/MKP/07. Penetapan
peraturan ini dimaksudkan untuk mendorong percepatan pengembangan destinasi
pariwisata di daerah – daerah yang selama ini perkembangannya lambat. Dengan peraturan
ini diharapkan daerah- daerah tersebut menjadi destinasi pariwisata unggulan secara
bertahap, sesuai dengan potensi dan kapasitas dari masing-masing untuk melengkapi
destinasi yang sudah ada dan mapan. Dalam peraturan menteri tersebut dengan jelas
disebutkan bahwa kriteria untuk menetapkan suatu daerah menjadi destinasi pariwisata
unggulan sekurang-kurangnya meliputi beberapa faktor berikut ini :
1) Ketersediaan sumber daya dan daya tarik wisata;
2) Fasilitas pariwisata dan fasilitas umum;
3) Aksesibilitas;
4) Kesiapan dan keterlibatan masyarakat;
5) Potensi pasar; dan
6) Posisi strategis pariwisata dalam pembangunan daerah
Jika diuraikan secara lebih mendetail, maka kriteria penetapan destinasi pariwisata unggulan
yang selama ini dilakukan dapat mempunyai indikator sebagai berikut:
3-11 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
KRITERIA INDIKATOR
Ketersediaan sumber daya dan daya tarik wisata Ketersediaan renewable and nonrenewable energy yg
mendukung pengembangan pariwisata
Ketersediaan daya tarik wisata (alam, budaya, minat
khusus)
Fasilitas pariwisata dan fasilitas umum Ketersediaan fasilitas pariwisata (akomodasi,
restoran, biro perjalanan dll)
Ketersediaan fasilitas umum (fas. perbankan, pasar,
telekomunikasi, dll)
Aksesibilitas Ketersediaan jaringan transportasi darat, laut, udara
beserta sarana pendukungnya
Ketersediaan jaringan utilitas umum (listrik, air
bersih, drainase, telekomunikasi, dll)
Kesiapan dan keterlibatan masyarakat Jumlah usaha pariwisata yang dimiliki masyarakat
Partisipasi masyarakat lainnya dalam pengembangan
pariwisata
Keberadaan lembaga masyarakat yg terkait dengan
pariwisata
Jumlah UMKM yang terlibat dalam pengembangan
pariwisata
Potensi pasar Jumlah kedatangan wisatawan (ke daya tarik dan
yang menginap)
Length of stay
Jumlah wisatawan potensial
Karakteristik dan pola kunjungan wisatawan
Persepsi dan preferensi wisatawan
Potensi strategis pariwisata dalam Fungsi dan peran destinasi pariwisata dalam
pembangunan daerah konstelasi pembangunan daerah dan penataan ruang
Persentase PDRB subsektor pariwisata dalam
pembangunan ekonomi wilayah
Pariwisata sebagai sektor basis perekonomian
wilayah
Persentase tenaga kerja pariwisata
Sumber: Kemenbudpar, 2011
Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu destinasi pariwisata unggulan nasional
pada tahun 2009 yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.
PM.33/UM.001/MKP/2009 Tahun 2009 tentang Penetapan Destinasi Pariwisata Unggulan
Tahun 2009. Selain Kepulauan Bangka Belitung, destinasi pariwisata lainnya yang juga
ditetapkan sebagai unggulan nasional pada tahun 2009 adalah Kalimantan Barat, Kalimantan
3-12 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Untuk mencapai visi dan misinya tersebut, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
memfokuskan pengembangan pada 29 lokasi daya tarik wisata di 25 DPN dan 16 KSPN
sampai tahun 2014. Kepulauan Bangka Belitung belum masuk pada fokus pengembangan
kepariwisataan nasional di jangka menengah ini, tetapi Pemerintah Provinsi dapat mulai
bergerak untuk mengembangkan DPN dan KSPN yang sudah ditetapkan di wilayah
Kepulauan Bangka Belitung.
3-13 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
2009 2010 2011 2012 2013 2014 … 2025 DOKUMEN KEBIJAKAN NASIONAL
Kepulauan Bangka Belitung sebagai destinasi pariwisata nasional (DPN), yang di
dalamnya terdapat 1 (satu) kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) dan 3 RIPPARNAS TAHUN 2010-2025
(tiga) kawasan pengembangan pariwisata nasional (KPPN)
Kepulauan Bangka Belitung sebagai
RPJM NASIONAL TAHUN 2010-2014
pusat tujuan wisata nasional di Sumatera
Kepulauan Bangka Belitung sebagai PM.33/UM.001/MKP/2009 TENTANG
destinasi pariwisata unggulan PENETAPAN DESTINASI PARIWISATA
nasional UNGGULAN TAHUN 2009.
DPN, KSPN, KPPN Kep. DPN, KSPN, KPPN
Babel BELUM menjadi Kep. Babel AKAN RENSTRA KEMENPAREKRAF TAHUN
prioritas pengembangan menjadi prioritas 2012-2014
pengembangan
Gambar 3.3 Posisi Kepariwisataan Kepulauan Bangka Belitung dalam Kebijakan Kepariwisataan Nasional
Dokumen kebijakan pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang saat ini dapat
dijadikan acuan dan payung hukum bagi pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung adalah Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No. 13 Tahun
2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahap kedua,
yaitu 2012-2017 masih dalam proses penyusunan sehingga belum dapat dijadikan acuan
pembangunan. Begitu juga dengan RTRW Provinsi yang masih dalam tahap perumusan,
walaupun jika mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No. 28
tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tahun
perencanaannya masih sampai pada tahun 2016, sehingga masih dapat dijadikan acuan
dalam pemanfaatan ruang provinsi.
Dalam RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2005-2025, pembangunan wilayah
akan diarahkan untuk mencapai visi “Terwujudnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sebagai Wilayah Agri-Bahari yang Maju dan Berwawasan Lingkungan, Didukung oleh
Sumber Daya Manusia Handal dan Pemerintah yang Amanah Menuju Masyarakat
Sejahtera”. Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diharapkan dapat
berkontribusi besar dalam perwujudan visi tersebut. Kepariwisataan menjadi indikator
dalam pencapaian visi kebaharian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terutama dalam
3-14 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tabel 3.2 Tahap Pembangunan Lima Tahunan dan Fokus Pembangunan dalam
RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2005-2025
3-15 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Untuk mewujudkan visi tersebut, telah ditetapkan lima misi pembangunan kepariwisataan
sebagai berikut:
1. Penciptaan citra pariwisata Kepulauan Bangka Belitung yang berbasiskan potensi wisata
bahari dan kekhasan budaya pesisir sebagai identitas provinsi.
2. Peningkatan daya saing pariwisata Kepulauan Bangka Belitung melalui pengembangan
kawasan wisata unggulan provinsi yang memiliki keunggulan produk pariwisata dan
keterpaduan dalam pengelolaan.
3. Penerapan perencanaan dan pengelolaan produk pariwisata yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
4. Peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat
Kepulauan Bangka Belitung melalui pengembangan pariwisata
5. Peningkatan apresiasi masyarakat terhadap pariwisata Kepulauan Bangka Belitung yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Sementara itu, secara kelembagaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung dalam Rencana Strategisnya juga telah menetapkan visi Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Tahun 2008 – 2013 yang mendukung terwujudnya visi pembangunan
kepariwisataan, yaitu “Terwujudnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai Daerah
Pariwisata yang berdaya saing, berbasis Budaya dan Bahari”.
3-16 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Dalam Rencana Strategis tersebut, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung juga telah menetapkan misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengembangan keragaman, kekayaan, dan nilai-nilai budaya.
2. Meningkatkan pengembangan destinasi pariwisata.
3. Meningkatkan sarana dan prasarana guna memacu percepatan pembangunan pariwisata
dan kebudayaan.
4. Meningkatkan pengembangan pemasaran pariwisata.
5. Meningkatkan pengembangan kemitraan dan kualitas sumber daya manusia.
Kesinergisan visi dan misi pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dengan visi dan misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
3-17 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Keterkaitan misi RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan misi Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.4 Keterkaitan antara Misi Pembangunan Kepariwisataan dengan Misi Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Dalam RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2002-2016, pengelolaan kawasan
pariwisata Kepulauan Bangka Belitung diarahkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna pemanfaatan ruang dan sumber daya alam serta sumber daya buatan dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan hidup. Arahan pemanfaatan ruang untuk pariwisata dalam
RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada tabel berikut ini.
3-18 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tabel 3.4 Arahan Pemanfaatan Ruang Pariwisata dalam RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2002-2016
NO. KEBIJAKAN DALAM RTRW ARAHAN LOKASI
1. Arahan pemanfaatan ruang kawasan kawasan bagian barat, utara, dan selatan Pulau Bangka
pariwisata tersebar merata di Pulau Belitung
2. Arahan pengelolaan kawasan Menetapkan kawasan taman hutan raya di Tanjung Pandan
lindung dan Sijuk (Pulau Belitung) dengan langkah-langkah
pengelolaan sebagai berikut:
melestarikan fungsi lindung dan tatanan lingkungan
kawasan;
pelestarian alam, yang terdiri dari taman nusantara,
taman hutan raya, dan taman wisata alam, untuk
pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata,
peningkatan kualitas lingkungan sekitar, dan
perlindungan dari pencemaran.
3. Arahan pengelolaan kawasan pasca- Pemanfaatan lahan pascapenambangan untuk pariwisata.
penambangan
4. Arahan pengelolaan kawasan pulau-Menetapkan beberapa pulau sebagai pusat pengembangan
pulau kecil wisata bahari:
Pulau Panjang,
Pulau Babuar,
Pulau Lepar,
Pulau Pongok,
Pulau Lengkuas,
Pulau Batu Dinding.
Jenis wisata bahari yang dikembangkan adalah:
keindahan alam pantai,
memancing,
biota laut.
5. Arahan pengelolaan kawasan Pengembangan pariwisata diarahkan ke pengembangan
perdesaan desa wisata untuk mendorong perkembangan
perekonomian desa.
Kegiatan desa wisata diarahkan pada peningkatan
pelayanan terhadap wisatawan serta penambahan
lahan dan jenis kegiatan wisata yang dapat
dikembangkan.
Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2002-2016
Sementara itu, kebijakan perwilayahan pariwisata dalam RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung tahun 2007-2013 mengarahkan pengembangan kepariwisataan sebagai berikut:
- Pengembangan perwilayahan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dimaksudkan untuk mendukung dan memacu perkembangan sektor-sektor di wilayah
secara keseluruhan secara terintegrasi.
- RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung difokuskan pada pengembangan kawasan
wisata unggulan provinsi, dan memperkuat daya saing pariwisata Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
3-19 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
- Pengembangan kawasan wisata unggulan provinsi didasarkan pada daya tarik wisata
unggulan yang membentuk suatu rangkaian tema atau konsep yang berbeda
antarkawasan, namun mendukung tema utama provinsi.
- Pusat pengembangan pariwisata di setiap kawasan wisata unggulan provinsi berfungsi
sebagai pusat penyebaran pengembangan kegiatan wisata ke wilayah lain yang masih
termasuk dalam satu kawasan wisata, dan sebagai pusat kegiatan wisata kawasan.
KWU Provinsi dapat terdiri dari beberapa daya tarik wisata, dan berada dalam daerah
administrasi yang berbeda, serta memiliki peran strategis karena lokasi/intensitas
kunjungannya. Lokasi dan atau intensitas kunjungan wisatawan di KWU Provinsi
menyebabkan KWU dapat berfungsi sebagai ”show window” Kepulauan Bangka Belitung,
atau juga menyebarkan pengembangan pariwisata ke daerah-daerah lain di Kepulauan
Bangka Belitung.
3-20 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Masing-masing KWU dikembangkan dengan sub tema yang saling mendukung tema utama
“wisata bahari dan pulau-pulau kecil” sekaligus memunculkan keragaman didasarkan pada
potensi masing-masing kawasan. Setiap KWU Provinsi memiliki daya tarik wisata unggulan
yang mencirikan kekhasan KWU dan menjadi unggulan provinsi, serta memiliki daya tarik
wisata lain yang mendukung tema pengembangan pariwisata kawasan. Untuk lebih jelasnya,
rencana pengembangan masing-masing KWU dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini.
3-21 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Dalam RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2013 telah ditetapkan
kebijakan pengembangan produk pariwisata. Kebijakan tersebut mengarahkan
pengembangan produk pariwisata pada lima hal berikut:
- Produk pariwisata unggulan yang dikembangkan adalah produk pariwisata yang unik,
tradisi khas Kepulauan Bangka Belitung, dan mencerminkan jati diri masyarakat
Kepulauan Bangka Belitung.
3-22 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
- Pengembangan daya tarik wisata difokuskan pada daya tarik wisata yang mendukung
tema pengembangan kawasan wisata unggulan yang berkelanjutan
- Pengembangan wisata terpadu dengan daerah tujuan wisata bahari internasional yang
berdekatan dengan Kepulauan Bangka Belitung, seperti Kepulauan Seribu dan Bintan.
3-23 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
- Peningkatan penyediaan dan pelayanan infrastruktur air bersih dan listrik untuk
mendukung pengembangan pariwisata, khususnya di kawasan wisata unggulan provinsi.
RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga mengatur tentang pengembangan produk
pariwisata di kawasan-kawasan wisata unggulan provinsi. Rencana pengembangan produk
wisata untuk masing-masing kawasan wisata unggulan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.6 Rencana Pengembangan Produk Pariwisata di Kawasan Wisata Unggulan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung
1. KAWASAN WISATA SEJARAH-MUNTOK
Tema Utama Wisata Sejarah
Tema Pendukung Wisata Pendidikan
Aksesibilitas - Penyediaan angkutan umum menuju daya tarik wisata unggulan dan antara KWU provinsi
terdekat
- Peningkatan kualitas pelayanan jalan menuju daya tarik wisata unggulan dan daya tarik
wisata lain di sekitarnya
Fasilitas - Peningkatan kualitas fisik dan pelayanan fasilitas hotel eksisting,
- Penyediaan fasilitas hotel melati sampai bintang 3
- Penyediaan tempat makan yang bersih dan higienis
- Peningkatan fungsi biro perjalanan wisata
- Pengembangan interpretasi lisan dan tulisan
2. KAWASAN WISATA REKREASI PANTAI-SUNGAILIAT
Tema Utama Rekreasi pantai
Tema Pendukung Wisata religi
Aksesibilitas Penyediaan angkutan umum menuju daya tarik wisata unggulan dan daya tarik wisata
pendukung
Fasilitas - Peningkatan kualitas pelayanan hotel melati di sekitar daya tarik wisata unggulan
- Penyediaan fasilitas tempat makan khas lokal
- Penyediaan fasilitas rekreasi di daya tarik wisata unggulan
3-24 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3-25 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kebijakan dan strategi pengembangan produk pariwisata dalam Rencana Strategis Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sepenuhnya mengacu pada RIPPDA Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
3-26 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sumber: Studi Kelayakan Bekas Pertambangan Timah di Kepulauan Bangka, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2009.
3-27 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3-28 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
- Pengembangan pasar wisnus maupun wisman yang memiliki ketertarikan dengan budaya
pesisir yang tinggi dan yang memiliki keterkaitan dengan budaya/etnis Cina.
- Penentuan proyeksi pasar wisatawan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada 10 tahun
mendatang, baik berdasarkan jumlahnya maupun segmen wisatawan yang akan dituju.
3-29 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kebijakan dan strategi pengembangan sumber daya manusia dalam RIPPDA Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007-2013 dipisahkan dari strategis kelembagaan
keparwisataan, tetapi karena dalam Undang-Undang Kepariwisataan No. 10 tahun 2009
aspek kelembagaan kepariwisataan juga mecakup sumber daya manusia, maka kajian
terhadap kedua kebijakan tersebut dijelaskan bersama dalam subbab ini. Kebijakan dan
strategi kedua aspek ini sebagian juga merupakan kebijakan dan strategi pemberdayaan
masyarakat yang sudah dijelaskan pada subbab 3.2.3. Kebijakan pengembangan sumber
daya mansuia dan kelembagaan kepariwisataan tersebut adalah:
- Mengembangkan SDM pariwisata yang berkualitas dan kompeten pada bidangnya.
- Mengembangkan kemitraan dengan institusi dalam dan luar negeri serta antara
institusi/lembaga di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
3-30 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
- Peningkatan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran pengelola daya tarik wisata dan
fasilitas penunjang wisata, termasuk masyarakat, terhadap pariwisata berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
- Peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kompetensi
pada bidangnya untuk meningkatkan daya saing kepariwisataan Kepulauan Bangka
Belitung.
3-31 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sebagai upaya menindaklanjuti RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, RIPPDA Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007-2013 juga telah menetapkan kebijakan dan strategi
pengelolaan lingkungan untuk mendukung pengembangan kepariwisataan. Kebijakan
pengelolaan lingkungan dalam RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah:
- Meningkatkan upaya penegakan hukum dalam rangka mengatasi dan mengurangi
kegiatan yang merusak lingkungan.
3-32 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kebijakan penguatan budaya secara khusus dimuat dalam Rencana Strategis Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2008-2013. Dalam
RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2007-2013 penguatan budaya termasuk dalam
kebijakan pengembangan produk pariwisata. Kebijakan penguatan budaya melalui
pengembangan kepariwisataan yang termuat dalam RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung 2007-2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.11 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Produk Pariwisata dan yang terkait
dalam Rangka Penguatan Budaya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2002-2016
KEBIJAKAN STRATEGI UMUM STRATEGI KWU
Produk pariwisata Kepulauan Pengembangan kawasan KWU yang mengembangkan daya
Bangka Belitung dikembangkan wisata unggulan provinsi yang tarik wisata budaya khas Kepulauan
dalam kerangka memberikan bertema BUDAYA, yaitu: Bangka Belitung adalah:
manfaat budaya masyarakat 1. KWU Sejarah – Mentok Sejarah perjuangan bangsa: KWU
Kepulauan Bangka Belitung 2. KWU Budaya Pesisir – Sejarah - Mentok
secara berkelanjutan dan Tanjung Binga Sejarah penggalian timah: KWU
bertanggung jawab. Pengembangan pariwisata Perkotaan – Pangkalpinang
Produk pariwisata unggulan
bahari dan pulau-pulau kecil Budaya pesisir: KWU Budaya
yang memunculkan identitas Pesisir – Tanjung Bingan dan KWU
yang dikembangkan adalah
lokal/keunikan dan berdaya Agrowisata – Koba
produk wisata yang unik, tradisi
saing sebagai tema
khas Kepulauan Bangka
pengembangan pariwisata
Belitung, dan mencerminkan
Provinsi Kepulauan Bangka
jati diri masyarakat Kepulauan
Belitung yang mendukung
Bangka Belitung.
terwujudnya etalase kelautan
wilayah barat Indonesia
Sumber: RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2007-2013
Sementara itu, kebijakan penguatan budaya yang termuat dalam Rencana Strategis Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berupa program pelestarian
budaya daerah, program pengembangan budaya daerah, dan program pengembangan
kelembagaan budaya daerah. Sasaran masing-masing program dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
3-33 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tabel 3.12 Program Pengembangan Kebudayaan Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008-2017
PROGRAM SASARAN
Program Pelestarian Budaya Daerah 1. Terinventarisasinya aktivitas adat, seni dan budaya
daerah.
2. Terinventarisasinya asset kekayaan budaya dan
peninggalan sejarah daerah.
3. Terselenggaranya aktivitas adat,seni dan daerah.
4. Terpelihara dan berdaya gunanya asset kekayaan
budaya dan peninggalan sejarah daerah.
5. Adanya hasil penelitian tentang adat , seni, budaya
daerah,sejarah, antropologi, dan arkeologi.
6. Terselenggaranya pendidikan dan pelatihan terhadap
pengelola lembaga kebudayaan.
Program Pengembangan Budaya Daerah 1. Terselenggarannya kegiatan pengembangan kebudayaan
daerah.
2. Terlaksananya apresiasi seni budaya daerah
3. Tersosialisasi dan terpublikasinya nilai-nilai budaya
daerah sejarah masyarakat.
4. Terfasilitasinya pengembangan kualitas sumber daya
manusia.
Program Pengembangan Peran 1. Terfasilitasinya kegiatan lembaga kebudayaan daerah.
Kelembagaan Budaya Daerah 2. Terindikasinya kegiatan lembaga kebudayaan daerah.
Sumber: Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008-
2013
3-34 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pada tingkat nasional, selain pembagian peran dan wewenang, terdapat pula peraturan
perundangan tentang keuangan daerah, yaitu:
• Peraturan Pemerintah No. 19/2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang
serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi,
• Peraturan Pemerintah No. 23/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.
19/2010 Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan
Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi.
3-35 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tabel 3.13 Peran Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam Pengembangan Kepariwisataan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38/2007
PEMERINTAHAN DAERAH PEMERINTAHAN DAERAH
SUB BIDANG SUB SUB BIDANG
PROVINSI KABUPATEN/KOTA
1. Kebijakan 1. Kebijakan 1. Pelaksanaan kebijakan 1. Pelaksanaan kebijakan
Bidang nasional dan penetapan nasional, provinsi dan
Kepariwisataan kebijakan skala provinsi: penetapan kebijakan skala
kabupaten/kota:
3-36 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3-37 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Dari tabel di atas jelas terlihat bahwa pada prinsipnya hampir seluruh jenis peran/tanggung jawab
Pemerintah Provinsi sama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, perbedaan hanya terletak pada skala
objek kewenangan, yaitu skala provinsi untuk Pemerintah Provinsi dan skala kabupaten/kota untuk
Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah Provinsi juga berperan sebagai pelaksana kebijakan
nasional, sedangkan Pemerintah Kabupaten/Kota selain berwenang menetapkan kebijakan
kabupaten/kota, juga merupakan pelaksana kebijakan nasional dan provinsi.
Perbedaan jenis peran/tanggung jawab Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten Kota
secara jelas terlihat pada aspek kerja sama pengembangan destinasi pariwisata. Pemerintah Provinsi
3-38 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
hanya berperan untuk memfasilitasi kerja sama pengembangan destinasi pariwisata skala provinsi,
sedangkan Pemerintah Kabupaten/Kota merupakan pelaksana kerja sama tersebut.
Undang-Undang No. 10 tahun 2009 berupaya mempertegas kewenangan Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten Kota dalam pembangunan kepariwisataan. Peran Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota menurut Undang-Undang No. 10/2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.14 Peran Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam Pengembangan Kepariwisataan
Berdasarkan Undang-Undang No. 10/2009
Seperti juga pada PP No. 38/2007, dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
jenis kewenangan Pemerintah Provinsi sama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, hanya
saja objek kewenangannya yang berbeda, yaitu skala provinsi untuk Pemerintah Provinsi dan
skala Kabupaten/Kota untuk Pemerintah Kabupaten/Kota. Perbedaan kewenangan
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota pada Undang-Undang No. 10/2009 tentang
Kepariwisataan ini dibedakan sebagai berikut:
1. Dalam penyelenggaraan kepariwisataan, kewenangan Pemerintah Provinsi hanya
mengkoordinasikan, sedangkan Pemerintah Kabupaten/Kota mengatur sekaligus
mengelola penyelenggaraan kepariwisataan.
3-39 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3-40 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
4
BAB
PERKEMBANGAN
KEPARIWISATAAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki karakteristik fisik alam yang khas dan unik
meliputi potensi keanekaragaman flora dan fauna, batuan, kekayaan alam laut, serta
bentang alam berupa gunung, lembah, sungai, pantai, dan danau yang patut dikagumi.
Kondisi alam ini didukung oleh karakteristik sosial budaya yang kaya potensi seni, sejarah
dan budaya masyarakat yang berasal dari berbagai suku/etnis. Dalam aspek perekonomian,
wilayah Povinsi Kepulauan Bangka Belitung ditopang oleh kegiatan industri pengolahan,
pertanian, termasuk kelautan dan perikanan, kegiatan pertambangan, perdagangan, serta
kegiatan pariwisata yang saat ini diprioritaskan sebagai sektor utama kegiatan masyarakat
untuk tumpuan masa depan.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki luas mencapai 81.725,14 km2 yang terdiri dari
luas daratan sebesar 16.424,14 km2 (20,1%) dan luas perairan sebesar 65.301 km2 (79,9%).
Karakteristik fisik alam wilayah ini dapat dilihat dari bentang alam kawasan Pulau Bangka
dan Belitung. Keunikan kondisi alam antara lain terletak pada karakteristik geologi, kondisi
morfologi, keindahan terumbu karang, keanekaragaman flora dan fauna, serta didukung
oleh kondisi hidrologi dan iklim.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 104050’ sampai 109030’ Bujur Timur dan
0050’ sampai 4010’ Lintang Selatan. Secara administrasi, batas-batas wilayahnya adalah:
4-1 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
LUAS JUMLAH
JUMLAH
NO. KABUPATEN/KOTA WILAYAH % KELURAHAN/ IBUKOTA
KECAMATAN
(KM2) DESA
1 Bangka 2.950,69 17,97 8 70 Sungailiat
2 Belitung 2.293,69 13,97 5 48 Tanjung
Pandan
3 Bangka Barat 2.820,61 17,17 6 64 Muntok
4 Bangka Tengah 2.126,36 12,95 6 57 Koba
5 Bangka Selatan 3.607,08 21,96 7 53 Toboali
6 Belitung Timur 2.507,00 15,26 7 39 Manggar
7 Pangkalpinang 118,80 0,72 7 42 Pengkalpinang
Jumlah / Total 16.424,23 100 46 373
Sumber : Badan Pusat Statistik Prov. Kep. Bangka Belitung, 2012.
- Kondisi Geologi
Secara fisiografi, Pulau Bangka termasuk ke dalam Sunda Land yang kaya akan sumber daya
alam timah. Namum timah saat ini bukan lagi menjadi produk unggulan yang ditawarkan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bila ditinjau dari sudut geologi, penyebaran bijih timah
di Pulau Bangka Belitung khususnya dan di Indonesia pada umumnya masih merupakan
kelanjutan dari ”Granite Belt” yang berumur Yura-Kapur yang membentang mulai dari Birma,
Muangthai, Malaysia, Kepulauan Riau (Pulau Singkep, Pulau Karimun dan Pulau Kundur),
serta Pulau Bangka dan Pulau Belitung hingga Pulau Karimata. ”Granite Belt” sendiri
merupakan deretan formasi batuan granite kaya akan mineral cassiterite yang kemudian
dikenal dengan sebutan ”The Tin Belt”.
4-2 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pulau-pulau dari ”The Tin Belt” diinterpretasikan merupakan sisa bagian resisten dari gunung
yang muncul pada masa terbentuknya Sunda Shelf. Malaysia, Kepulauan Riau, dan Bangka
berada dalam kelompok elemen tektonik yang sama. Evolusi tektonik di wilayah ini telah
dimulai sejak Paleozoikum Bawah, dimana berdasarkan teori Tektonik Lempeng bahwa
daerah penunjaman (subduction zone) berada di bagian timur Malaysia dan pada
Mesozoikum Bawah-tengah menghasilkan busur gunung api (magmatic arc) dalam bentuk
deretan Pulau Kundur, Pulau Singkep, Pulau Bangka, Pulau Belitung, dan sebagian dari
Kalimantan Barat. Pulau Bangka merupakan daerah dengan stadia erosi tingkat lanjut, hal ini
dicirikan dengan keadaan yang umumnya relative datar dan adanya bukit-bukit sisa erosi
(“monadrock”). Bukit-bukit sisa erosi tersebut tersusun atas batuan beku granit yang
umumnya menempati bagian tepi Pulau Bangka. Daerah pedataran menempati ± 80% dari
luas seluruh daerah yang merupakan tempat endapan alluvial yang mengandung konsentrasi
bijih Timah.
Menurut sejarahnya, pada zaman Paleozoikum Pulau Bangka dan laut di sekitarnya
merupakan daratan. Selanjutnya pada zaman Karbon-Trias berubah menjadi laut dangkal.
Orogenesa kedua terjadi pada masa mesozoikum, Pulau Bangka dan Riau muncul ke
permukaan. Intrusi granit menerobos batuan sedimen seperti batupasir, batulempung, dan
lain-lain pada Trias-Yura atas. Pada batas antara sedimen dan granit terjadi metamorfosa
sentuh. Bersamaan intrusi granit ini terjadi proses pneumotolitik yang menghasilkan
kasiterit. Proses ini dengan proses hydrotermal yang menghasilkan kasiterit mengisi rekahan-
rekahan pada granit. Erosi intensif terjadi pada kenozoikum dimana lapisan yang menutupi
granit terkikis habis sehingga batuan granit tersingkap. Selanjutnya diikuti oleh proses
pelapukan, transportasi, dan pengendapan di lembah-lembah. Suasana daratan bangka
berlanjut sampai Tersier. Pencairan es pada kala Pliostosen mengakibatkan beberapa daerah
di Bangka menjadi laut dangkal seperti sekarang ini. Erosi berlanjut membentuk Pulau
Bangka menjadi daratan hampir rata seperti saat ini. Batuan-batuan yang dijumpai terdiri
atas batuan Pra-Tersier diantaranya, batu pasir, batulempung, lapisan-lapisan pasir,
campuran antara lempung-pasir-lanau, dan sebagainya. Keadaan tanah Kepulauan Bangka
Belitung secara umum mempunyai PH atau reaksi tanah yang asam rata-rata dibawah 5,
akan tetapi memiliki kandungan aluminium yang sangat tinggi. Di dalamnya mengandung
4-3 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
banyak mineral biji timah dan bahan galian berupa pasir, pasir kuarsa, batu granit, kaolin,
tanah liat dan lain-lain.
Menurut Katili (1967) di Pulau Bangka terdapat dua generasi granit. Granit yang tua tidak
mengandung kasiterit, umumnya terdapat di daerah rendah, yakni granit Klabat & A. Kapo.
Granit generasi muda sebagai pembawa Timah umumnya telah tererosi lanjut
(“monadnock”), adalah (1) Granit Klabat-Jebus, terletak di utara, (2) Granit Belinyu-
Sungailiat, menyebar di bagian timur granit Jebus, (3) Granit Menumbing, (4) Granit
Tempilang, (5) Granit Mangkol, (6) Granit Pading-Koba, dan (7) Granit Toboali.
Kondisi geologi Pulau Bangka dan Pulau Belitung terdiri dari beberapa formasi batuan antara
lain batuan malihan (sekis dan gneis) sebagai batuan tertua yang sebarannya hanya
ditemukan di beberapa tempat, yaitu di bagian selatan dan barat Pulau Belitung. Adapun
geologi dasar laut daerah Bangka–Belitung yang merupakan Paparan Sunda terbukti dari
hasil rekaman seismik pantul dangkal dan hasil pemboran di sekitar Selat Gaspar, di Tanjung
Beriga, dan perairan dekat Pulau Belitung sebelah barat.
Dalam tahap ekspoitasi sumber daya alam timah dilakukan dengan dua cara, yaitu
penambangan lepas pantai dengan armada kapal keruk dengan kedalaman hingga 50 meter
di bawah permukaan laut serta mampu menggali lebih dari 3,5 juta kubik material setiap
bulan, sedangkan penambangan di darat dilakukan dengan pompa semprot. Pada daerah
tertentu, penambangan timah darat menghasilkan wilayah sungai besar yang disebut
dengan kolong/danau. Kolong/danau itulah merupakan inti utama cara kerja penambangan
darat, karena pola kerja penambangan darat sangat tergantung pada pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya air dalam jumlah besar.
Pendistribusian logam timah hampir 95% dilaksanakan untuk memenuhi pasar di luar negeri
atau ekspor dan sebesar 5% untuk memenuhi pasar domestik. Negara tujuan ekspor logam
Timah antara lain adalah wilayah Asia Pasifik yang meliputi Jepang, Korea, Taiwan, Cina dan
Singapura, wilayah Eropa meliputi Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol dan Italia serta
Amerika dan Kanada. Pendistribusian dilaksanakan melalui pelabuhan di Singapura untuk
ekspor sedangkan untuk domestik dilaksanakan secara langsung dan melalui gudang di
Jakarta. Namun demikian, saat ini, eksploitasi timah dibatasi, sedangkan potensi
pertambangan yang masih cukup prospektif adalah bahan galian golongan C, yakni kaolin,
4-4 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
pasir kuarsa, granit, tanah liat, pasir bangunan, dan batu diabase. Bahkan kualitas pasir
bangunan merupakan kualitas terbaik kedua dunia setelah Brazil.
Proses geologi dalam pembentukan batuan dan lapisan tanah yang terhampar di Kepulauan
Bangka Belitung menghasilkan wujud yang sangat menarik di permukaan tanah wilayah ini.
Bentukan pegunungan, bukit, danau, pantai, dan sungai, serta lainnya yang membentuk
hamparan Kepulauan Bangka Belitung merupakan rangkaian proses geologi yang
menakjubkan. Berbagai batuan berukuran besar dengan bentuk dan warna yang beragam
memperindah bentangan pantai di hampir seluruh wilayah perairan Bangka Belitung. Pantai-
pantai berbatu besar menjadi tujuan perjalanan bagi para wisatawan nusantara dan
mancanegara yang berkunjung ke daerah ini. Daya tarik pantai yang unik dan khas dengan
batu-batuan granit menjadi salah satu kekuatan utama berkembangnya kegiatan pariwisata
di Kepulauan Bangka Belitung sehingga mampu bersaing dengan daya tarik wisata lainnya di
Indonesia dan internasional.
Tidak hanya itu, provinsi timah ini mampu menceritakan asal eksplorasi penggalian timah
mulai dari Sungai Olin di Kecamatan Toboali oleh orang-orang Johor sekitar tahun 1709
hingga penambangan timah oleh Belanda, Inggris, dan para pedagang Tionghoa sejak tahun
1852 sebagai salah satu jalur timah utama di Asia Tenggara. Wilayah Muntok, Jebus, Gunung
Menumbing, Danau, Sungai Olin, dan lainnya hingga perkampungan Eropa dan
perkampungan tradisional yang menjadi saksi kejayaan timah turut menjadi daya tarik
wisata menarik bagi destinasi pariwisata Bangka-Belitung.
- Kondisi Topografi
Dari aspek morfologi, wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar
merupakan dataran rendah, lembah dan sebagian kecil pegunungan dan perbukitan.
Sebagian besar daratan Belitung merupakan wilayah dataran yang berada pada ketinggian 0-
100 m di atas permukaan laut. Ketinggian dataran rendah rata-rata sekitar 50 meter di atas
permukaan laut yang tersebar hampir merata di seluruh Bangka-Belitung. Wilayah pantai
yang datar, atau landai merupakan kawasan yang paling diminati wisatawan untuk kegiatan
rekreasi pantai. Kondisi wilayah berupa dataran turut memudahkan akses wisatawan
terhadap daya tarik wisata di Bangka-Belitung.
4-5 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Daerah perbukitan dan pegunungan di Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar terdapat
di Kecamatan Toboali, Payung, Koba, Mentok, dan Sungailiat. Titik tertinggi adalah Gunung
Maras di Kecamatan Belinyu (P. Bangka) mencapai 699 meter, sedangkan titik tertinggi di
Pulau Belitung adalah Gunung Tajam Kaki dengan ketinggian kurang lebih 500 meter di atas
permukaan laut. Adapun daerah perbukitan seperti Bukit Menumbing di Kecamatan Mentok
ketinggiannya mencapai kurang lebih 445 meter dan Bukit Mangkol di Kecamatan Pangkalan
Baru berketinggian sekitar 395 meter di atas permukaan laut. Kegiatan petualangan dan
pendakian ke puncak-puncak gunung tertinggi menjadi daya tarik yang menantang bagi
wisatawan minat khusus terutama komunitas pecinta alam.
- Kondisi Hidrologi
Dari aspek hidrologi, wilayah Kepulauan Bangka Belitung dihubungkan oleh perairan laut dan
pulau-pulau kecil yang merupakan bagian dari dangkalan Sunda dengan kedalaman laut
tidak lebih dari 30 meter. Wilayah perairan ini terdiri dari perairan terbuka dan perairan
tertutup. Perairan terbuka yang terdapat di sekitar pulau Bangka terletak di sebelah utara,
timur dan selatan pulau Bangka. Sedangkan perairan semi tertutup terdapat di selat Bangka
dan teluk Kelabat di Bangka Utara. Sementara itu perairan di pulau Belitung umumnya
bersifat perairan terbuka.
Laut Natuna, Laut Cina Selatan, Selat Karimata, Laut Jawa, dan Selat Bangka merupakan
wilayah perairan lepas yang mengelilingi Kepulauan Bangka Belitung sebagai sumber bagi
penghidupan pesisir pantai Bangka Belitung. Perairan Selat Bangka menjadi pusat perikanan
tangkap dan tempat berkembangnya Pelabuhan Muntok dan Sungai Selan. Perairan utara
Pulau Bangka turut mengembangkan pelabuhan perikanan Sungai Liat dan Belinyu, perairan
timur Laut Cina Selatan mengembangkan Pelabuhan Perikanan Pangkalpinang dan Kurau.
Begitu pula halnya dengan Selat Gelasa, Toboali/Sadai, Perairan Tanjung Pandan dan Sijuk,
serta Selat Gaspar mampu menghidupkan Pelabuhan perikanan di Manggar.
Selain itu, kawasan perairan laut tersebut menjadi lokasi-lokasi untuk kegiatan wisata bahari,
tempat berlabuhnya kapal pesiar, lokasi penyelaman, snorkelling, juga memancing, serta
bentuk kegiatan pariwisata lainnya yang sarat akan kehidupan laut dan kehidupan
masyarakat nelayan. Di samping sebagai daerah perairan laut, daerah Kepulauan Bangka
Belitung dialiri oleh beberapa sungai seperti Sungai Baturusa, Sungai Buluh, Sungai
4-6 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kotawaringin, Sungai Kampa, Sungai Layang, Sungai Manise dan Sungai Kurau di Pulau Bangka,
sedangkan di Pulau Belitung mengalir Sungai Buding, Sungai Cerucuk, Sungai Lenggang, dan Sungai
Sembulu.
- Kondisi Iklim
Kondisi iklim yang baik merupakan salah satu potensi yang sangat besar bagi
berkembangnya suatu destinasi pariwisata. Kepulauan Bangka Belitung memiliki iklim yang
dipengaruhi angin musim dengan bulan basah selama tujuh bulan, dan bulan kering selama
lima bulan dalam setahun. Panorama eksotik pantai-pantai di Kepulauan Bangka Belitung
banyak yang terlihat lebih indah pada saat musim kering, juga suasana alam dan kehidupan
masyarakat terasa lebih hidup pada musim tertentu. Selain itu, kondisi iklim yang bersahabat
memberikan kenyamanan dan keamanan untuk berbagai kegiatan wisata bahari di
Kepulauan Bangka Belitung. Kegiatan lintas alam, jelajah pantai, hingga pengamatan flora
dan fauna di suatu kawasan khususnya destinasi pariwisata memiliki waktu ideal tersendiri
sebagai bentuk dari besarnya pengaruh kondisi cuaca dan iklim.
Curah hujan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2011 berkisar antara 43,6
mm-356,2 mm dengan rata-rata suhu udara selama tahun 2011 mencapai 26,3oC dengan
suhu udara maksimum tertinggi 32,3 oC yang terjadi pada bulan September. Adapun rata-
rata suhu udara maksimum 32,3oC, sedangkan rata-rata suhu udara minimum sebesar
23,3oC. Kelembaban udara berkisar antara 52%-96% dengan rata-rata per bulan mencapai
81,50%. Untuk bulan basah terjadi pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni, dan bulan
Oktober sampai bulan Desember dengan curah hujan 228,5-356,2 mm. Bulan kering terjadi
pada bulan Juli, Agustus dan September dengan curah hujan di bawah 200 mm. Perairan
Selatan Bangka – Belitung termasuk daerah basah, rata-rata hujan tidak kurang dari 100
mm/bulan dan temperatur udara berkisar antara 24o-31oC. Pada saat musim timur, arus
bergerak dari tenggara menuju barat laut dengan kecepatan sebesar 18-50 cm/sec. Arus
terbesar terjadi pada musim timur yakni terdapat di Selat Gaspar di antara Pulau Bangka dan
Pulau Belitung.
4-7 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
400
356.2 351.9
343.9
350
309.9 301.9
300 271.6 268.5
253.1
250
200
228.5
150
91.1
100 76.6
40.6
50
Gambar 4.1 Grafik Curah Hujan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011
Pada musim-musim tertentu, sejumlah daya tarik wisata ramai dikunjungi wisatawan karena
pergantian musim di wilayah iklim tropis memberikan penciptaan suasana alam yang lebih
indah dan eksotis, serta aman dari bahaya gelombang besar dan angin laut. Selain itu,
perubahan musim pun turut menentukan waktu-waktu panen ikan dan ramainya pelabuhan-
pelabuhan perikanan, ataupun waktu panen tanaman perkebunan.
Cuaca di Kepulauan Bangka Belitung dapat dinikmati sepanjang tahun. Namun, kegiatan
wisatawan berupa snorkeling, diving, dan fishing dapat dilakukan pada waktu terbaik di saat
air tenang dan cuaca cerah yaitu pada musim peralihan antara barat ke timur dan musim
peralihan timur ke barat, yaitu pada bulan Mei sampai Juli dan Oktober sampai Nopember.
Adapun waktu yang paling dihindari untuk kegiatan wisata di perairan laut adalah pada
bulan Desember sampai Maret untuk menghindari cuaca tidak menentu, hujan, gelombang
dan angin besar.
Sebagai kawasan kepulauan yang didominasi perairan, Pulau Bangka Belitung sangat
terkenal dengan keindahan pantainya. Pada umumnya pantai di Bangka berpasir putih dan
halus namun ada juga yang berwarna kuning keemasan seperti bulir padi. Pantainya landai
4-8 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dengan ombak lumayan besar dan dikelilingi oleh batu vulkanik yang unik dan indah. Khusus
untuk Pulau Belitung merupakan pulau yang indah dengan pasir putih, pemandangan unik
dengan pantai pasir putih yang asli dihiasi oleh batu-batu granit yang artistik dan air laut
sejernih kristal dan dikelilingi oleh ratusan pulau-pulau kecil.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki sejumlah pulau yang telah bernama sebanyak
470 buah dan yang berpenghuni hanya 50 pulau. Pulau besarnya antara lain Pulau Bangka
dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil seperti P. Lepar, P. Pongok, P. Mendanau dan P.
Selat Nasik. Pulau-pulau kecil yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri
dari : (1) Kabupaten Bangka, 22 pulau, (2) Kabupaten Bangka Barat, 19 pulau, (3) Kabupaten
Bangka Tengah, 12 pulau, (4) Kabupaten Bangka Selatan, 27 pulau, (5) Kabupaten Belitung,
25 pulau, (6) Kabupaten Belitung Timur, 14 pulau.
Pulau-pulau tersebut ada yang tidak berpenghuni dan ada pula yang hanya berupa gugusan
karang. Wilayah pulau-pulau kecil memiliki potensi dalam pengembangan wisata bahari dan
minat khusus berupa diving seperti yang terdapat di wilayah Kecamatan Memperak
Kabupaten Belitung Timur. Adapun pusat pengembangan pulau kecil di Bangka Selatan
terdiri dari Gugus Pulau Pongok, Gugus Pulau Burung, Pulau Ibul, Pulau Sinyur, Pulau
Kelapan, dan Gugusan Pulau Air, Pulau Panjang, dan Pulau Klenting.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki keanekaragaman hayati yang bernilai penting
baik ekosistem, spesies dan genetis baik di darat, perairan tawar maupun di pesisir dan laut.
Di wilayah ini tumbuh bermacam-macam spesies tumbuhan sekitar 316 yang tergolong ke
dalam 65 familia yang memiliki daya adaptasi yang baik terhadap kondisi lingkungan. Nilai
penting spesies tumbuhan yang dominan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah
Hopea mangarawan, Hopea sangal, Schiima bancana, Palaquium rostratum, dan
Calophyllum inophyllum. Adapun Bunga Nagasari (Palaquium rostratum (Miq.) Burck)
merupakan maskot tumbuhan dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tumbuhan ini
memiliki ciri-ciri berupa pohon besar dengan tinggi 60 m, dan diameter 120 cm. Batangnya
lurus, bulat torak dengan banir tipis, lebar. Sementara itu, kayunya coklat kemerahan,
mengkilat, berurat indah dan ringan, sedangkan buahnya hijau memanjang dan berisi biji
yang memanjang pula. Terdapat pula jenis kayu berkualitas yang diperdagangkan seperti:
4-9 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kayu Meranti, Ramin, Mambalong, Mandaru, Bulin dan Kerengas. Tanaman hutan lainnya
adalah: Kapuk, Jelutung, Pulai, Gelam, Meranti rawa, Mentagor, Mahang, Bakau dan lain-
lain. Hasil hutan lainnya merupakan hasil ikutan terutama madu alam (madu pahit) dan
rotan.
Fauna di Kepulauan Bangka Belitung lebih memiliki kesamaan dengan fauna di Kepulauan
Riau dan semenanjung Malaysia dibandingkan dengan daerah Sumatera. Beberapa jenis
hewan yang dapat ditemui di Kepulauan Bangka Belitung antara lain: Rusa, Beruk, Monyet,
Lutung, Babi Hutan, Tringgiling, Musang, Elang, Ayam Hutan, Pelanduk Kancil, bermacam-
macam jenis Ular dan Biawak, serta burung atau unggas yang secara ekonomi bernilai tinggi
berupa Wallet, burung Betet berekor panjang, dan Siul Jambu. Di wilayah Pulau Belitung
terdapat penangkaran primata yaitu Mentilin atau Tarsius bancanus saltator, atau dalam
bahasa inggris dikenal sebagai Horsfield’s Tarsier atau Western Tarsier, hewan langka dan
hampir punah yang merupakan satwa identitas Bangka Belitung.
Tarsius mempunyai ciri-ciri berupa tubuh yang relatif mungil dengan panjang berkisar antara
12-15 cm dan berat tubuh sekitar 128 gram (jantan) serta 117 gram (betina). Bulu tubuhnya
berwarna coklat kemerahan hingga abu-abu kecoklatan. Di Indonesia, Tarsius ini ditemukan
di pulau Kalimantan, Sumatera, dan pulau-pulau sekitar seperti Bangka, Belitung, dan
Karimata, sedangkan wilayah lainnya terdapat di Sabah dan Serawak (Malaysia) serta Brunei
Darussalam. Secara umum, Mentilin atau Horsfield’s Tarsier dikategorikan dalam status
konservasi vulnerable oleh IUCN Redlist. Mentilin dan semua jenis Tarsius dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 1999.
Perairan Bangka Belitung mengandung beranekaragam biota laut berupa fitoplankton dan
zooplankton, serta hamparan terumbu karang. Terumbu karang merupakan ekosistem yang
mempunyai produktifitas organik yang tinggi serta berperan dalam melindungi komponen
ekosistem pesisir dan laut lainnya dari tekanan gelombang dan badai. Luas terumbu karang
terbesar terdapat di Kabupaten Belitung mencapai 9.662 ha dalam kondisi baik, sedangkan
luas terumbu karang paling kecil terdapat di Kabupaten Bangka Barat seluas 139 ha, dan
terumbu karang yang mengalami kerusakan terdapat di Kabupaten Bangka Selatan.
Keberadaan terumbu karang yang tersebar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung turut
menambah eksotis kekayaan alam bawah lautnya. Wilayah tersebut adalah (1) Kabupaten
4-10 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Bangka, meliputi Pantai Penyusuk, Pulau Putri, Pulau Lampu, Pantai Bedukang, Pulau
Simbang, Pantai Teluk Limau, Pantai Batu Putih, Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Rebo, (2)
Kabupaten Bangka Tengah, meliputi Pulau Gelasa, Pulau Semujur, Pulau Panjang, Pulau
Ketawai, Pulau Gusung Asam, Pulau Ketugar, dan Pantai Tanjung Berikat, (3) Kabupaten
Bangka Selatan, meliputi Pulau Lepar dan Pulau Pongok, (4) Kabupaten Bangka Barat,
meliputi Pantai Teluk Limau, Pantai Siangao, Pantai Pala, dan Pantai Tanjung Ular, (5)
Kabupaten Belitung, meliputi Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung
Binga dan Bukit Berahu, Pulau Salma, dan Pulau Kueel, (6) Kabupaten Belitung Timur,
meliputi Pantai Burung Mandi, Pulau Buku Limau, Pulau Nanas, dan Pulau Siadong. Adapun
terumbu karang buatan yang dipasang selama tahun 2004 sampai 2009 sebanyak 5.080 unit
terletak di Pulau Semujur, Pulau Tinggi, Selat Nasik, Sungai Padang, Teluk Inggris, Pulau
Nanas, Perairan Belinyu, dan Pulau Ketawai.
Wilayah perairan yang hangat serta pengaruh hamparan geologi paparan batuan bawah laut
yang termasuk bagian dari hamparan batuan gunung berapi yang subur merupakan tempat
yang aman dan ideal bagi tumbuhnya terumbu karang tersebut dengan berbagai jenis biota
laut yang beragam jenisnya. Wisatawan minat khusus berupa komunitas hobi kegiatan
menyelam yang berasal dari berbagai negara atau wisatawan asing lainnya telah banyak
yang memberikan apresiasi sangat baik terhadap kekayaan alam bawah laut Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dan menjadikannya sebagai destinasi pariwisata diantara lokasi
lainnya di dunia pada umumnya.
Ekosistem alam wilayah kepulauan Bangka Belitung juga dilengkapi dengan hutan mangrove
dan padang lamun, merupakan tipe hutan tropis yang khas tumbuh di sepanjang pantai atau
muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Luas hutan mangrove terbesar
terdapat di Kabupaten Bangka Barat mencapai 42.643,08 ha, sedangkan yang terendah
terdapat di Kota Pangkalpinang 8,49 ha. Luas padang lamun tertinggi terdapat di Kabupaten
Belitung mencapai 3.657,15 ha, dan yang terendah terdapat di Kabupaten Bangka Tengah.
Perlindungan terhadap laut dan ekosistemnya terus diupayakan melalui konservasi penyu
dan ikan napoleon yang terletak di Pulau Pesambung, Pulau Nangka, Pulau Pesemut, dan
Pulau Memperang. Daerah perlindungan laut berbasis masayarakat yang merupakan
program konservasi laut terletak di Desa Penutuk Kecamatan Lepar, Bangka Selatan.
4-11 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Banyaknya kawasan-kawasan yang memiliki kekhasan, keunggulan baik dari aspek morfologi
maupun kekayaan sumber daya hayati, ataupun kawasan yang sifatnya kritis dan perlu
dilindungi sehingga di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki sebaran
kawasan lindung yang terdapat di Pulau Bangka berupa Cagar Alam G. Lalang, G.
Menumbing, G. Maras, G. Mangkol, G. Permisan, dan Jening Mendayung yang tersebar di
Kecamatan Muntok, Jebus Kelapa, Belinyu, Sungailiat, Merawang, Simpang Katis, Sungai
Selan, Toboali, Payung, dan Koba. Adapun di wilayah Pulau Belitung, kawasan lindung
berupa Taman Wisata Alam Laut Perairan dan tersebar hampir di setiap kecamatan di
wilayah Manggar dan Kecamatan Gantung. Kawasan lindung ini memiliki kekayaan
keanekaragaman hayati yang sangat besar sebagai daya tarik ekowisata. Selain itu, terdapat
kawasan Taman Hutan Raya di Kecamatan Tanjung Pandan dan Kecamatan Sijuk Pulau
Belitung yang memiliki daya tarik utama berupa koleksi tumbuhan, satwa alami, dan lainnya
sebagai destinasi pariwisata bagi pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, serta
kebudayaan dan pariwisata.
Karakteristik sosial budaya masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dipahami
dari corak kehidupan masyarakatnya, adat istiadat, seni, budaya, suku, agama, bahasa,
sejarah, serta norma atau nilai-nilai yang ada di masyarakat. Karakteristik tersebut
memunculkan ciri khas kehidupan masyarakat di perkotaan maupun perdesaan Bangka
Belitung yang mampu menjadi daya tarik wisata. Aspek penerimaan masyarakat terhadap
pendatang, keluhuran budi bahasa serta pelestarian tradisi dan potensi kreatifitas
masyarakat menjadi faktor penting dalam mendukung pengembangan destinasi unggulan
pariwisata dan desa wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Penduduk Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari penduduk asli bersuku bangsa Melayu
(60%), suku Cina (30%), dan sisanya terdiri dari suku Menado, Jawa, Sunda, Banten, Bugis,
Banjar, Madura, Palembang, Minang, Aceh, Flores, dan Maluku. Penduduk Bangka Belitung
merupakan masyarakat beragama yang menjunjung tinggi kerukunan beragama. Penduduk
mayoritas beragama Islam (86,91%), sisanya beragama Budha (7,83%), Kristen (2,70%),
Katolik (2,45%), dan Hindu (0,11%).
4-12 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2011 sebanyak 1.261.737
jiwa atau naik 3,14% dari tahun 2010. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 655.051 jiwa dan
perempuan sebanya 606.686 jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata selama periode
tahun 2000-2010 sebesar 3,14% per tahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat di
Kabupaten Bangka Tengah sebesar 3,81% dan tingkat pertumbuhan terendah terdapat di
Kabupaten Belitung Timur sebesar 2,76%. Adapun kepadatan rata-rata penduduk sebesar 77
orang per Km2, dengan kepadatan tertinggi terdapat di Kota Pangkalpinang mencapai 1.517
orang per Km2, dan kepadatan terendah terdapat di Kabupaten Belitung Timur sebesar 44
orang per Km2.
Berdasarkan data statistik tahun 2011, jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas)
sebanyak 893.894 jiwa yang terbagi menjadi 68,43% merupakan angkatan kerja, dan 31,57%
bukan termasuk angkatan kerja. Dari angkatan tersebut, 25,03% bekerja di sektor pertanian,
18,98% terserap di sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta 15,51% bekerja di sektor
jasa kemasyarakatan.
Mata pencaharian penduduk yang umumnya bekerja di sektor pertanian didukung oleh luas
lahan pertanian yang mencapai 749.220 ha atau 45,62% dari luas daratan, 394.641 ha
berupa lahan hutan negara, serta 102.321 ha berupa rawa-rawa yang berpotensi
menghasilkan produk pertanian. Adapun lahan perkebunan seluas 307.326 ha yang
menghasilkan komoditas lada, kelapa sawit, dan karet. Lahan tegal/kebun seluas 118.651 ha,
4-13 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
lahan sawah yang ditanami padi sekitar 17.969 ha, sedangkan yang telah memiliki irigasi
seluas 7.166 ha.
Bidang industri kerajinan yang dihasilkan berupa industri pengolahan hasil agro industri,
perikanan, perkebunan dan hasil laut. Industri kerajinan yang diusahakan masyarakat adalah
kerajinan tangan berupa industri pewter dari timah, gelang, cincin, tongkat dari akar bahar,
anyaman kopiah/peci resam dan sebagainya. Adapun industri kerajinan makanan berupa
penganan terasi, rusip, getas/kerupuk, siput gonggong, dan lainnya.
Potensi perikanan laut yang cukup besar menjadi orientasi kehidupan masyarakat di pesisir
berupa aktivitas budidaya laut yang didominasi oleh tiga jenis komoditas utama berupa
Kerapu, Kerang Mambe, dan rumput laut. Namun saat ini mengalami penurunan jumlah
seiring dengan hadirnya penambangan timah di perairan pantai dan laut, serta penangkapan
dengan menggunakan peralatan yang tidak ramah lingkungan. Saat ini, kondisi laut dan
pesisir di pantai-pantai Pulau Bangka cenderung mengalami degradasi lingkungan. Beberapa
wilayah di perairan Kabupaten Bangka Selatan kekeruhan airnya melampaui baku mutu
daerah yang berasal dari aktivitas tambang inkonvensional (TI) apung, kapal isap, dan kapal
keruk. Tailing dari aktivitas pertambangan ini meningkatkan laju sedimentasi di laut sehingga
mengakibatkan terjadi degradasi terumbu karang sebagai tempat berkembang biaknya ikan.
Dari aspek kesejahteraan penduduk, jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode
sepuluh tahun terakhir antara tahun 2002 sampai dengan tahun 2011 cukup fluktuatif.
Tingkat kemiskinan menurun secara signifikan dari 11,62% atau 106,2 ribu orang pada tahun
2002, menjadi 5,75% atau 72,06 ribu orang pada tahun 2011. Dilihat menurut daerah,
jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan mengalami
peningkatan. Di daerah perkotaan, jumlah penduduk miskin naik dari 21,85 ribu orang
menjadi 25,32 ribu orang, sedangkan di daerah perdesaan, jumlah penduduk miskin naik dari
45,90 ribu orang menjadi 46,74 ribu orang.
Asal-usul penduduk kepulauan Bangka Belitung masih diperdebatkan hingga saat ini. Orang
Melayu tua dari Sriwijaya dan Jambi sudah lebih awal mendiami Bangka, melalui bukti
Prasasti Kota Kapur. Namun, diperkirakan sebelumnya sudah ada pula penduduk yang lebih
tua lagi yang mendiami wilayah Air Abik yang disebut sebagai suku Urang Lom. Selain itu,
4-14 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
adapula yang berpendapat bahwa penduduk asli Pulau Bangka adalah mereka yang
merupakan hasil pertalian perkawinan antara pelaut-pelaut yang datang dari Jawa,
Palembang, Minangkabau, dan Bugis yang kemudian menjadi penduduk asli yang baru.
Ragam masuknya penduduk ini membawa bahasa ibunya, sehingga Bangka memiliki
kekayaan bahasa dengan fonetis yang beragam.
Falsafah hidup masyarakat setempat memegang adat Serumpun Sebalai, adalah suatu
bentuk etika kehidupan keseharian masyarakat Bangka Belitung yang rukun damai dan
dalam hubungan kekeluargaan walaupun terdiri dari bermacam-macam etnis dan agama.
Hal lain yang menarik adalah “Budaya Dak Kawa Nyusah yang berarti “Tidak Mau Susah”,
dalam arti positif bermakna “tidak mau mencampuri urusan orang lain” dimana
masyarakatnya mampu lebih profesional, lebih sesuai dengan kata hati yang menjadi wujud
dari sebuah kejujuran, keberanian dan ketegasan untuk mengatakan tidak.
Budi bahasa Bangka Belitung merupakan budi yang ramah dengan diiringi bahasa yang
santun. Hal ini terlihat pada setiap kunjungan ke rumah-rumah masyarakat adatnya, tamu
akan mendapat pelayanan yang baik, keterbukaan masyarakat membuat para pendatang
betah untuk tinggal dan menetap. Kebudayaan yang tumbuh di Bangka Belitung erat
kaitannya dengan dominasi Islam yang diterima dalam masyarakatnya sebagai aturan hukum
wajib agama. Namun tradisi kepercayaan yang melebur pada sistem kepercayaan
masyarakatnya masih cukup kental yang berlaku pada penduduk-penduduk perkampungan,
suku-suku, serta etnik yang masuk setelah masa kolonial Belanda yaitu Etnik China.
Menurut sejarahnya, wilayah Bangka terbentuk oleh dominasi Kesultanan Palembang pada
tahun 1659-1707 setelah lepas dari Kesultanan Banten. Pada masa yang hampir sama,
Belitung dikuasai oleh Mataram yaitu Ki Gegedeh Yakob, Cakraninggrat I tahun 1618-1661,
setelah menikahi putri Ki Ronggo Udo, yaitu penguasa Belitung sebelumnya. Dominasi politis
setelah Majapahit runtuh tahun 1478, masuklah pengaruh Islam di Bangka Belitung dan
membentuk sistem adat istiadat yang mengacu pada nilai-nilai Islam melalui tokoh-tokoh
Syech Abddurahman Sidik ulama Banjar dari Kalimantan, masuk di wilayah Mendo Barat,
beserta ulama Islam lainnya.
4-15 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Nabi dirayakan dengan “pesta lebaran”, juga digelar acara nganggung di setiap mesjid
hampir di seluruh pulau Bangka, hingga acara karnaval Islami di Desa Kemuja, Mendo Barat,
serta acara ruahan menjelang puasa di daerah tempilang yang digelar di pantai sehingga
terkenal dengan acara “Perang Ketupat”.
Acara tradisi adat dan seremoni Islam memaknai hubungan sosial yang tinggi dalam umat
Islam di Bangka Belitung. Masuknya Islam di Belitung langsung menyentuh kepada sistem
pemerintahannya, yaitu raja pada masa itu seperti Ki Ronggo Udo dari Gresik Jawa Timur
kemudian menguasai Kerajaan Hindu Badau yang sebelumnya di bawah kekuasaan
Majapahit, Kyai Massud atau Ki Gegedeh Yakob yang kemudian menjadi Raja Balok, Datuk
Ahmad dari Pontianak yang kemudian menjadi Ngabehi di wilayah Belantu, KA Siasip yang
menjadi penghulu agama Islam pertama di Belitung, serta sejumlah ulama seperti Syech
Abubakar Abdullah dari Pasai, dan lainnya. Dengan demikian, budaya tumbuh seiring dengan
kebijakan tersebut.
Hukum adat yang berlaku sesudah masa kerajaan adalah hukum yang masih dijalankan oleh
pemangku yang ada di bawahnya atau terdapat pada masyarakat adatnya, misalnya sesepuh
turunan raja, kepala kampung, kepala suku. Sedangkan adat-istiadat lokal masyarakat saat
ini ada di bawah para penghulu dan dukun kampung. Sedangkan wewenang tentang perihal
tradisi kepercayaan ada pada dukun-dukun, seperti dukun obat, dukun angin, dukun hujan,
dukun hutan, dukun api, dukun madu, dukun buaya, serta dukun di berbagai spesifikasi
lainnya.
Keunggulan dari norma atau hukum adat yang tak tertulis itu adalah loyalitas dan
kebersamaan tetap terjaga pada lingkungan masyarakat adatnya yang dengan sendirinya
membentuk karakter masyarakat menjadi masyarakat yang homogen. Misalnya pada
masyarakat pulau Belitung, mereka homogen dalam bahasa, agama, dan adat istiadat. Suku-
suku lain dari komunitas yang lebih kecil pun kebanyakan sudah melebur dalam sistem
tersebut, seperti Suku Sekak sudah banyak yang masuk Islam, serta menguasai bahasa
setempat, meskipun tradisi kepercayaan mereka masih tetap ada.
Adat atau norma yang dieksekusi oleh Kepala Kampung dan para kepala suku, menyangkut
tentang semua aturan setempat /kearifan lokal adalah aturan yang sudah berlaku secara
turun-temurun. Aturan tersebut kemudian dipertegas secara kepercayaan oleh para dukun
dan secara agama oleh penghulu atau lebai kampung. Kearifan lokal yang berkaitan dengan
4-16 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
alam sebagai sumber kehidupan yang kemudian mentradisi secara ritual berkaitan dengan
kepercayaan diakumulasikan dalam acara ritual misalnya seperti: Buang Jong pada suku
Sekak, Nuju Jeramik pada suku Urang Lom, Maras Taon di tradisi Urang Belitong.
Berkaitan dengan hubungan antar manusia, adat tradisi yang berkaitan dengan ritual
pernikahan di Bangka Belitung memiliki eksotika tersendiri misalnya tradisi prosesi melamar,
prosesi seremonial pernikahan, prosesi pesta pernikahan. Belitung terkenal dengan istilah
Begawai yang prosesinya melibatkan perangkat penghulu hingga personil perangkat
kerjanya yang dilaksanakan secara sistematis dan unik hingga kini. Di wilayah Pulau Bangka
juga dikenal adanya tradisi Kawin Massal dengan prosesi kebersamaan adat sepintu
sedulangnya.
Wilayah hukum adat pokok Bangka Belitung telah membentuk kesatuan adat tersendiri,
serta sudah melebur ke dalam karakter masyarakatnya. Namun perubahan arus budaya
barat dari Belanda dan budaya timur dari China yang mulai masuk sejak eksploitasi timah di
kedua wilayah Bangka Belitung cukup berpengaruh di berbagai bidang, terutama di bidang
ekonomi maka akulturasi dan inkulturasi pun tak terelakan.
Karakter masyarakat pekerja timah pada perusahaan timah cenderung menjadi feodal pada
masa-masa permulaan. Gejala ini muncul ketika Belanda memberlakukan pengkotakan,
sistem levelitas pada pekerjanya di Belitung, misalnya level jabatan karyawan tertentu akan
mendapat keistimewaan dan fasilitas kesejahteraan tertentu pula, sehingga muncul sikap
yang merendahkan level terbawah, atau bersikap angkuh dan sombong ketika status
sosialnya terangkat. Pengaruh itu, membuat orang-orang China pada strata kuli memiliki
rasa kebersamaan nasib hingga hubungan sosial dengan masyarakat asli menjadi akrab
sehingga terjadi perkawian campuran, etnik China yang masuk Islam, serta banyak
keturunan etnik China di Bangka yang tidak bisa lagi menggunakan bahasa ibunya.
Akulturasi di salah satu identitas budaya Bangka terlihat pula dari kelengkapan pakaian adat
pengantin adat Bangka yang disebut dengan Paksian, ada dipengaruhi oleh budaya China
terutama pada warna serta simbol-simbol mahkota pengantin perempuan yang disebut
dengan Paksian. Sedangkan pada identitas budaya lainnya seperti kesenian, sastra pantun
yang erat kaitannya dengan bahasa melayu, masih tetap bertahan. Pada tarian terjadi
akulturasi dari China, Arab dan Melayu, begitu pula dengan musik tradisional gambus
pengaruh Persianya sangat kental. Kesenian asli yang tak terpengaruh adalah kesenian
4-17 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
campak Suku Sekak atau Suku Laut, tapi kesenian asli ini kurang mendapat perhatian
sehingga perlu dilestarikan.
Seiring dengan perkembangan kegiatan pariwisata dewasa ini, jenis daya tarik wisata budaya
yang khas ditampilkan dari wilayah ini antara lain: upacara rebo kasan, upacara buang jong,
upacara kawin masal, upacara ceriak nerang, upacara perang ketupat, upacara sepintu
sedulang, upacara sembahyang kubur, dan upacara barongsai. Adapun kesenian daerahnya
terdiri dari (a) seni tari, meliputi tari campak, kedidi, taber, sepintu sedulang, mutik, sahang,
dambus, japin, malibang timah, gajang manunggang, ulak busung, ancak, betiong, dan
randau, (b) seni musik, meliputi bedincak badaek, lagu yoo miak, icak-icak dak tahu, musik
campak, gambus, serta (c) seni drama, meliputi drama tari putri Si Punai, dan Dul Muluk.
Berbagai peristiwa penting, heroik, jejak sejarah, dan seni tradisi menampilkan kekayaan
seni budaya, serta karakter masyarakat yang patut menjadi perhatian sebagai unsur utama
dalam pengembangan kepariwisataan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
- Sejarah Pelayaran
Penemuan bukti sejarah otentik berupa prasasti Kota Kapur di Sungai Menduk Bangka Barat
tahun 686 masehi mulai membuka penelusuran tentang sejarah Bangka Belitung. Prasasti
yang dibuat oleh penguasa kerajaan Sriwijaya tersebut berisikan 240 kata bahasa Sanskerta
tentang larangan untuk melakukan pemberontakan. Hal ini membuktikan bahwa Pulau
Bangka pada masa Kerajaan Sriwijaya telah menjadi pusat aktivitas yang ramai.
Catatan sejarah mengungkapkan bahwa Pulau Bangka pernah dihuni oleh orang-orang Hindu
dalam abad ke-7 pada masa kekuasaan kerajaan Sriwijaya. Selain itu, Pulau Bangka juga
4-18 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
pernah menjadi wilayah kekuasaan beberapa kerajaan besar seperti kerajaan Majapahit
ketika dibawah kekuasaan Raja Hayam Wuruk dengan pendampingnya mahapatih Gajah
Mada dan kerajaan Mataram. Namun, baik pada masa kerajaan Sriwijawa maupun kerajaan
Majapahit atau pun Mataram pulau Bangka kurang mendapatkan perhatian, meskipun
letaknya sangat strategis di tengah-tengah jalur pelayaran lalu lintas perdagangan
internasional. Baru setelah perdagangan dari daratan Asia maupun Eropa berlomba-lomba
ke Indonesia, pulau Bangka mulai menjadi perhatian setelah ditemukannya rempah-rempah.
Kurangnya perhatian terhadap pulau Bangka dan Belitung menyebabkan banyaknya bajak
laut yang menjadikan pulau Bangka dan Belitung sebagai tempat persembunyian yang
berdampak pada penderitaan bagi penduduknya.
Dalam rangka mengatasi kekacauan dan menjaga keamanan pelayaran di sekitar selat
Malaka, Sultan Johor dengan sekutunya Sutan dan Raja Alam Harimau Garang mengerahkan
pasukan ke Pulau Bangka dan Belitung. Setelah misi pembebasan pulau Bangka dan Pulau
Belitung berhasil, Sultan Johor dan sekutunya mengembangkan agama Islam di tempat
kedudukannya masing-masing di Kotawaringin dan Bangka kota. Namun hal ini tidak
berlangsung lama, kemudian kembali pulau Bangka menjadi sarang kaum bajak laut.
Sekitar tahun 1709, dengan ditemukannya timah oleh orang-orang Johor di Sungai Olin-
Toboali, mulailah pulau Bangka disinggahi oleh segala macam perahu dari Asia maupun
Eropa seiring dengan lokasi Kepulauan Indonesia yang strategis, yaitu terletak di antara
silang pelayaran dan perdagangan antar wilayah yang berpusat di Kanton, Cina. Sejak awal
Masehi, Kepulauan Indonesia telah terlibat di dalam dinamika tersebut. Secara geografis,
pelayaran itu melintasi beberapa jalur di Kepulauan Indonesia dalam upaya mencapai
Kanton. Dari arah barat ada tiga gerbang masuk pelayaran melintasi kepulauan Indonesia,
yaitu Selat Malaka, Laut Selatan dan Selat Sunda (Anyer). Perkembangan jalur-jalur ini terkait
erat dengan musim dan arah tiupan angin. Di lokasi tertentu muncul angin berputar (roaring
forties atau westerlies). Untuk kapal layar yang masih berteknologi sederhana, pelayaran
pesisir pantai merupakan jalur pelayaran yang lebih aman. Dari Selat Malaka, jalur
selanjutnya memasuki Laut Cina Selatan. Sementara, penyusuran Laut Selatan akan tiba di
selat Lombok atau Laut Arafura untuk selanjutnya memasuki Laut Banda hingga Laut
Sulawesi. Lalu, setelah mencapai Selat Sunda, jalur pelayaran menjadi bercabang empat,
4-19 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
yaitu melalui Laut Jawa hingga ke Selat Sulawesi, melalui Selat Bangka, Gaspar dan Karimata
yang merupakan bagian dari pulau Belitung.
Jalur pelayaran ini sangat penting dalam perkembangan kegiatan perdagangan internasional
pada masa itu. Pada tahun 1998, terdapat penemuan kapal karam bernama Jewel of Muscat
di daerah perairan pulau Bangka dan Belitung yang merupakan kapal dari daerah Arab dalam
perjalanan menuju ke Cina untuk membeli keramik dan tembikar. Dalam perjalanannya
pulang kembali dari Cina menuju ke daerah Arab, kapal tersebut singgah di perairan Pulau
Bangka Belitung, namun kemudian tenggelam karena adanya gelombang besar akibat cuaca
buruk. Kapal ini karam lebih dari 1100 tahun yang lalu atau lebih dari satu millennium.
Jumlah barang-barang yang ditemukan di kapal tersebut mencapai sekitar 48.000 benda
berharga, terdiri dari perhiasan, emas, pot, keramik, mangkuk, logam, kaca, kayu, gading,
batu, tulang, dan lainnya yang kini sebagian koleksinya disimpan di Museum Maritim di
Singapura. Barang-barang berharga peninggalan dari kapal karam di perairan Bangka
Belitung ini merupakan salah satu peninggalan yang sangat ternilai di dunia.
Karakteristik perekonomian wilayah provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat dari
gambaran kontribusi 9 (sembilan) sektor/lapangan usaha terhadap produk domestik regional
bruto. PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2011 atas dasar harga berlaku
sebesar 30,255 triliyun rupiah atau meningkat sebesar 13,89% dari tahun 2010. Laju
pertumbuhan ekonomi tahun 2011 dengan migas sebesar 6,40%.
Selama kurun waktu lima tahun terakhir telah terjadi perubahan struktur ekonomi di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sejak tahun 2007-2010, struktur ekonomi terbesar
adalah sektor primer (pertanian dan pertambangan), diikuti sektor tersier (perdagangan,
hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, serta keuangan dan jasa-jasa), dan
terakhir sektor sekunder (sektor industri pengolahan, listrik, gas, air bersih, dan sektor
bangunan). Pada tahun 2011, struktur ekonomi wilayah dibentuk oleh sektor tersier yang
menjadi dominan di Kepulauan Bangka Belitung sebesar 35,85%, diikuti sektor primer
(35,14%), dan sektor sekunder (29,01%).
4-20 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
7,000,000
6,000,000
5,000,000
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
-
Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas dan Konstruksi / Perdagangan, Pengangkutan Keuangan, Real Jasa-Jasa
dan Penggaliaan Pengolahan Air Bersih Bangunan Hotel, dan dan Komunikasi Estate dan Jasa
Restoran Perusahaan
Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Kontribusi Tiap Lapangan Usaha Terhadap PDRB di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008-2011
Berdasarkan data statistik tahun 2011, tiga lapangan usaha yang memberikan kontribusi
terbesar adalah industri pengolahan (20,56%); perdagangan, hotel, dan restoran (19,18%);
dan pertanian (18,41%). Sementara itu, kontribusi pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung yang terdiri dari sublapangan usaha hotel, restoran, serta jasa hiburan dan rekreasi,
terhadap PDRB memang masih sangat kecil, yaitu kurang dari 1,5%. Sejak tahun 2008,
kontribusi pariwisata menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat sebagaimana
terlihat pada tabel di bawah ini.
jasa-jasa, 10.79
Keuangan, sewa, Pertanian , 18.41
dan jasa
perusahaan , 2.61
Pengangkutan dan
Komunikasi , 3.27
Pertambangan dan
Perdagangan, Penggalian , 16.73
Hotel dan Restoran
, 19.18
Industri
Bangunan , 7.78
Pengolahan; 20,56
Gambar 4.3 Grafik Distribusi PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011
4-21 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tabel 4.3 Persentase Kontribusi Lapangan Usaha Terkait Pariwisata terhadap PDRB Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2011
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010 2011
a. Hotel 0,07% 0,07% 0,07% 0,08% 0,08%
b. Restoran 1,18% 1,13% 1,21% 1,20% 1,25%
c. Jasa hiburan dan rekreasi 0,01% 0,01% 0,01% 0,01% 0,01%
JUMLAH 1,26% 1,21% 1,29% 1,29% 1,34%
Sumber: BPS, Prov. Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka, 2012.
Penerimaan asli daerah (PAD) dari sektor pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dalam kurun waktu lima tahun terakhir, antara tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 terus
meningkat setiap tahun. Pada tahun 2007, jumlah penerimaan PAD mencapai sekitar 4 miliar
rupiah dan berkontribusi sebesar 24,24% terhadap penerimaan daerah. Adapun pada tahun
2011, jumlah penerimaan dari sektor pariwisata sebesar 12 miliar rupiah atau sekitar 38,98%
dari penerimaan daerah.
Gambar 4.4 PAD Sektor Pariwisata Prov. Kep. Bangka Belitung Tahun 2007-2011
4-22 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Gambar 4.5 Kontribusi Pariwisata terhadap PAD Kab./ Kota di Kep. Bangka Belitung Tahun 2011
Daya tarik wisata unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diidentifikasi berdasarkan
daya tarik wisata yang memang sudah diunggulkan oleh masing-masing Pemerintah
Kabupaten/Kota dan hasil penelitian daya tarik wisata yang sudah ada sebelumnya. Daya
tarik wisata unggulan ini memiliki jenis wisata yang berbeda-beda antara lain wisata alam,
wisata budaya, maupun wisata buatan. Masing-masing daya tarik wisata tersebut saling
menguatkan bersama-sama dengan fasilitas pariwisata, fasilitas umum pendukung
pariwisata, prasarana pendukung, serta masyarakat membentuk suatu destinasi pariwisata
unggulan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Sektor pariwisata menjadi prioritas utama dalam pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Masing-masing kabupaten/kota memiliki daya tarik wisata yang unik dan khas,
serta diunggulkan yang mempertimbangkan beberapa faktor, seperti potensi keunikan dan
kelangkaan daya tarik wisata, kesiapan pengembangan, dukungan masyarakat, potensi
kunjungan wisatawan, prospek di masa yang akan datang, ataupun aspek pelestarian nilai-
nilai alam dan budaya. Selain daya tarik wisata yang diunggulkan Pemerintah
Kabupaten/Kota, sudah banyak pula penelitian yang membahas tentang daya tarik wisata di
Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan hasil analisis terhadap kebijakan Pemerintah
4-23 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kabupaten/Kota dan hasil penelitian terkait daya tarik wisata di Kepulauan Bangka Belitung,
maka daya tarik wisata unggulan yang teridentifikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Daya Tarik Wisata Unggulan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Berikut adalah uraian masing-masing daya tarik wisata unggulan di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Adapun uraian daya tarik desa wisata lebih lanjut dijelaskan pada sub bab
berikutnya tentang daya tarik desa-desa wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
4-24 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pantai Tanjung Kelian terdapat di Kecamatan Muntok, kota tua yang berdiri sejak berabad
silam yang pada zaman Belanda telah dibangun menjadi sebuah kota pelabuhan. Lokasi
pantainya berjarak sekitar 9 km dari Kota Muntok, atau 10 menit dari Pelabuhan Mentok
yang merupakan pintu gerbang sebelah barat Pulau Bangka. Kondisi pantai cukup cantik dan
bersih, disertai hamparan pasir berwarna putih.
Daya tarik wisata yang terdapat di pantai ini berupa menara atau mercusuar yang dibangun
pada tahun 1862, sisa bangkai kapal bekas Perang Dunia II, dan monumen peringatan 21
perawat Australia yang gugur dalam peristiwa pemboman kapal laut Australia oleh tentara
Jepang pada tanggal 16 Februari 1942, juga terdapat prasasti peringatan sebagai ucapan
terima kasih pada kapal bantuan kesehatan Australia, serta adanya dermaga Tanjung Kelian
yang akan menggantikan Pelabuhan Muntok sebagai tempat kedatangan dan
pemberangkatan ferry penyeberangan.
Salah satu daya tarik Pantai Tanjung Kelian adalah keberadaan Mercusuar Muntok yang
berfungsi untuk melihat keluar masuk kapal-kapal dari/ke Pelabuhan Mentok. Ruangan
Mercusuar tersebut berdiamater tiga meter, didalamnya terdapat lampu mercusuar
berkekuatan 1.000 watt dengan daya sorot hingga sejauh 40 mil. Setiap kali dinyalakan
membutuhkan 20 liter solar, sehingga dapat bertahan selama 12 jam. Dari puncak menara,
dapat terlihat sepertiga wilayah Bangka Barat, kapal-kapal nelayan yang sedang bersandar di
Pelabuhan Mentok, pemancing ikan yang sedang duduk di rongsokan bangkai kapal di
pinggir pantai, dan deretan pohon kelapa sawit.
4-25 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Gambar 4.6 Peta Sebaran Daya Tarik Wisata Unggulandi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
4-26 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pantai Tanjung Kelian menyimpan potensi keindahan alam yang menawan, serta catatan
sejarah yang sangat menarik. Setiap sore pantai ini selalu ramai dikunjungi keluarga yang
datang dengan membawa tikar dari rumah, anak-anak muda yang duduk di atas sepeda
motor, ataupun para pemancing ikan. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan oleh
pengunjung antara lain menikmati pemandangan laut, memancing, berkemah, berenang,
serta bermain air laut dan pasir.
Kota Tua Muntok terdapat di wilayah Kecamatan Muntok, Ibukota Kabupaten Bangka Barat.
Wilayah ini dapat diakses dengan menggunakan kendaraan dalam 3 jam perjalanan. Fasilitas
yang tersedia berupa sarana perkotaan berupa akomodasi, rumah-rumah makan, serta pasar
tradisional yang menjual makanan khas.
Daya tarik Kota Tua Muntok adalah kota yang menyimpan berbagai bukti sejarah dari sejak
zaman kerajaan, penjajahan Belanda, hingga periode perang Kemerdekaan RI. Bukti sejarah
tersebut antara lain: Monumen Proklamator Bung Karno dan Bung Hatta yang terbuat dari
batu granit dengan tinggi sekitar 7 m, Masjid Jamik Mentok di Pusat Kota Mentok yang
berdiri sejak tahun 1879 M saat Bangka dibawah kekuasaan Kesultanan Palembang
Darussalam. Masjid Jami' ini merupakan Masjid pertama di Muntok, didirikan pada periode
Kolonial Belanda oleh Batin Muntok dibantu oleh masyarakat setempat, termasuk orang-
orang Cina Kaya yang sebagian telah masuk Islam dan Mayor Chung A Thiam. Bangunan
Masjid bergaya kolonial II dengan atap tumpang seperti masjid kuno di Jawa, serta ornamen
dan arsitektur yang unik dan bermakna, adapula pesanggrahan Menumbing, rumah Mayor
Muntok, dan lainnya.
4-27 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3. Pesanggrahan Menumbing
Daya tarik Pesanggrahan Menumbing adalah sebuah rumah yang terletak di puncak Gunung
Menumbing dengan panorama yang indah dan cuaca yang sejuk di Kota Mentok. Rumah ini
merupakan salah satu rumah pengasingan Ir. Soekarno dalam perjuangannya merintis
kemerdekaan pada masa penjajahan Belanda. Pesanggarahan Menumbing atau Rumah
Mayor Muntok ini dibangun pada tahun 1834, terletak di Jalan RE Martadinata, Muntok.
Gaya bangunan utama rumah mayor dipengaruhi oleh arsitektur Eropa dengan pilar-pilar
besar, pada pintu masuk terdapat 2 relief Shisa, the guardian lions. Rumah ini merupakan
kediaman Mayor Chung A Tiam, Mayor kedua yang diangkat oleh Pemerintah Belanda
sebagai kepala dari masyarakat Cina. Masyarakat cina di Muntok didatangkan oleh
pemerintah kolonial Belanda melalui perusahaan tambang timah Bangka Tin Winning
Berdrijf (BTW) sebagai pemegang monopoli penambangan timah yang melakukan
penambangan besar-besaran di Bangka dan melarang pertambangan partikelir.
- Kabupaten Bangka
1. Pantai Romodong
Pantai Romodong terletak di Desa Bukit Ketok, Kecamatan Belinyu. Pantai Remodong
sepanjang 4 Km ini berada di tengah-tengah Teluk Kelabat yang dapat melihat daratan
4-28 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kabupaten Bangka Barat yang tampak samar-samar. Letak pantai ini sekitar 77 km dari Kota
Sungailiat.
Daya tarik Pantai Romodong di antaranya adanya pintu gerbang yang terbuat dari batu alam
dengan ukuran yang sangat besar atau disebut Batu Belah Tangkup, di pantainya terdapat
seonggok batu besar yang berbentuk seperti katak atau Batu Kodok, disertai keunikan
tumbuhan berupa pohon kelapa bercabang dua. Kondisi pantainya sangat indah dan
berpasir putih bersih serta padat, dengan panjang pantai sekitar 500 meter, memiliki
tebaran batu-batu yang menghiasi panorama pantai. Kegiatan yang dilakukan pengunjung
biasanya mandi atau berenang dengan riak ombak yang tenag, melihat sunset di sore hari
dan kegiatan memancing ikan.
Pantai Romodong ini belum dilengkapi dengan fasilitas wisata, termasuk tidak ada papan
petunjuk arah sehingga membuat pantai Romodong sangat sepi. Sarana jalan dibangun
melewati Pantai Romodong adalah jalan untuk warga Desa Bukit Ketok yang mayoritas
adalah nelayan.
2. Pantai Penyusuk
Pantai Penyusuk terdapat di Kecamatan Belinyu, di ujung utara Pulau Bangka, atau sekitar 6
km ke arah utara dari Pantai Romodong. Akses menuju Pantai Penyusuk membutuhkan
waktu 1,5 jam menggunakan kendaraan roda empat dari simpang Kecamatan Kelapa.
4-29 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pantai ini memiliki daya tarik wisata yang menarik dan unik, pantainya dihiasi dengan
tebaran batu-batuan granit berukuran besar dan kecil, lokasi ini memiliki keindahan laut
yang biru dan tenang dengan riak gelombang kecil. Dari pantai ini terlihat empat buah pulau
kecil. Kegiatan yang dilakukan wisatawan biasanya berupa berjalan-jalan di tepi pantai, dan
berenang. Di Pantai Romodong terdapat beberapa gazibu dan bangunan warung-warung
makan yang cukup baik.
Kualitas keindahan Pantai Penyusuk pada awalnya perairannya jernih dan kaya akan biota
laut. Ikan, cumi, udang, dan rajungan sangat mudah diperoleh nelayan di kawasan Pantai
Penyusuk. Namun, sejak beroperasinya beberapa kapal keruk timah dan hadirnya kapal
hisap, perairan Pantai Penyusuk mulai lebih keruh dan membuat terumbu karang di kawasan
ini banyak yang mati karena tertutup oleh sedimen. Di Pantai Penyusuk juga terdapat
Mercusuar yang terletak di atas bukit Pulau Lampu yang dapat melihat warna-warni karang
dari bukit ini, namun sekarang yang terlihat hanya warna kecoklatan saja, karena karangnya
sudah mati.
Pantai Parai Tenggiri terletak di Kelurahan Sinar Baru, Kecamatan Sungailiat. Berjarak sekitar
30 km dari Kota Pangkalpinang atau waktu tempuh sekitar 45 menit perjalanan dengan
kendaraan bermotor dari Kota Pangkalpinang. Pantai Parai Tenggiri merupakan pantai paling
indah di deretan pantai timur Pulau Bangka. Pantai ini memiliki banyak bebatuan dengan
dekorasi alam yang sangat indah, gugusan batu karang berukuran besar dan membentuk
formasi yang indah jika disatukan dengan pohon-pohon kelapa serta pasirnya yang putih
bersih, kondisi air lautnya berwarna biru dan bening. Lingkungan pantai yang tertata asri
dan bersih ini juga memiliki objek fotografi yang sangat indah, serta panorama sunrise yang
memukau.
4-30 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kawasan pariwisata favorit para pelancong ini sudah dilengkapi resort yang merupakan hotel
bintang empat, yaitu Parai Beach Resort and Spa. Tiket masuk ke kawasan Pantai Parai
Tenggiri sekitar Rp25.000,- yang dapat ditukar dengan juice, minuman ringan, atau minuman
lain sesuai selera. Pantai Parai Tenggiri merupakan satu-satunya kawasan tujuan wisata
internasional di Pulau Bangka. Fasilitas yang tersedia mulai dari akomodasi, restoran, bar,
kafe, kolam renang, dan fasilitas olahraga. Di ujung kiri pantai ini terdapat sebuah gugusan
bebatuan yang ditata dengan baik dan diberi nama Rock Island. Akses menuju ke sana dapat
melalui sebuah jembatan dengan penerangan lampu di sepanjang tepi kanan dan kirinya.
Pada malam hari, pengunjung dapat menikmati hidangan lezat dan minuman bar sambil
mendengarkan suara deburan ombak.
Fasilitas lainnya yang tersedia di pantai ini, antara lain parasailing, banana boat, jetski, dan
kolam renang. Keamanan dan kenyamanan wisatawan sangat diperhatikan melalui
keberadaan beberapa safety guide yang memantau pengunjung yang berenang.
Pantai Tanjung Pesona terletak di Desa Rambak, Kecamatan Sungailiat yang berjarak 9 km
dari Kota Sungailiat. Pantai yang berada diantara Pantai Teluk Uber dan Pantai Tikus ini
mempunyai panorama laut lepas, pemandangan yang indah, serta di atas tanjung terdapat
bebatuan yang besar. Kondisi air laut di pantai ini cukup tenang untuk berenang, namun
lokasi di pinggir pantainya tidak terawat dan sudah tidak alami. Fasilitas pariwisata yang
tersedia antara lain hotel berbintang tiga, ruang pertemuan, arena billyard, tempat bermain
anak-anak, dan fasilitas menarik lainnya.
4-31 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
6. Pantai Matras
Pantai Matras terletak di Kelurahan Sinar Baru, Kecamatan Sungailiat yang berjarak sekitar 7
km dari Kota Sungailiat ke arah utara. Pantai ini mempunyai akses yang sangat mudah
karena terdapat fasilitas jalan aspal yang mulus dan lebar, sehingga semua jenis kendaraan
dapat memasuki lokasi ini hingga ke bibir pantai. Kondisi pantainya cukup indah dan
menarik, berpasir putih dan landai sepanjang 3 km dari ujung selatan hingga ujung utara
dengan dilatarbelakangi pepohonan kelapa dan aliran sungai alami, sehingga mendapat
jukulan Pantai Surga. Lebar pantai sekitar 20 -30 meter.
Di kawasan Pantai Matras telah dibangun banyak tempat peristirahatan berupa bungalow
sederhana yang kian menambah betah pengunjung. Di sekitar lokasi pantai terdapat
beberapa hotel, penginapan, layanan tour/travel, dan tempat hiburan. Terdapat juga pusat-
pusat penjualan souvenir dan makanan khas Bangka seperti kemplang panggang, kerupuk
ikan, keretek ikan/cumi, rusip, belacan/trasi, lada bubuk, dan sebagainya. Pengunjung yang
masuk ke Pantai Matras dikenakan biaya saat memasuki gerbang pantai sebesar Rp 2.000,-
sampai Rp 5.000,- per orang. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah menikmati
pemandangan alam pantai, menikmati kuliner khas Bangka, serta kegiatan alam patai
lainnya.
4-32 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pantai Air Anyer berada di antara Kota Pangkalpinang dan Kota Sungailiat, terletak 15 km
dari Kota Sungailiat, tepatnya di Desa Air Anyer, Kecamatan Merawang. Pantai Air Anyer
merupakan pantai yang landai dengan luas kurang lebih 100 ha. Daya tarik pantai ini
memiliki keindahan pada waktu pagi hari ketika air laut surut. Pantai ini lebih banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat keberangkatan perahu nelayan untuk
melaut. Pantai Air Anyer juga merupakan pantai yang dimanfaatkan masyarakat setempat
untuk Upacara Adat Rebo Kasan sebagai ucapan syukur dan doa kepada Tuhan YME sebelum
berangkat ke laut untuk mencari ikan.
Kegiatan yang dilakukan wisatawan biasanya berenang, mencari kerang putih dengan alat
tradisional yang terbuat dari bambu, mencari ikan atau nebak ikan. Fasilitas yang tersedia di
Pantai Air Anyer belum memadai, seperti penginapan, sanitasi, dan jalan yang masih belum
terawat.
Situs Kota Kapur terdapat di Desa Kota Kapur, Kecamatan Mendo Barat. Akses menuju Situs
Kota Kapur dapat bermula dari arah laut menuju sebuah bukit dengan melalui mulut Sungai
Mendo yang penuh dengan hamparan hutan Mangrove selama 15 menit menggunakan
perahu hingga di dermaga Desa Kota Kapur. Situs ini berada pada dataran dari perbukitan
yang dikelilingi rawa dan dibentengi gundukan tanah yang memanjang di bagian barat,
timur, dan selatan situs.
Situs Kota Kapur merupakan situs benteng tanah tempat ditemukannya Prasasti Kota Kapur
yang merupakan temuan arkeologi prasasti dari kerajaan Sriwijaya. Prasasti tersebut ditulis
dalam aksara Pallawa menggunakan bahasa Melayu Kuno yang ditemukan oleh J.K. van der
4-33 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Meulen pada Desember 1892 dan pertama kali dianalisis oleh H. Kern, seorang ahli epigrafi
bangsa Belanda yang bekerja pada Bataviaasch Genootschap di Batavia. Dalam Prasasti Kota
Kapur disebutkan Sriwijaya telah menguasai bagian selatan Sumatera, Pulau Bangka, dan
Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah
melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bumi Jawa yang tidak berbakti kepada
Sriwijaya. Sriwijaya adalah sebuah kerajaan besar di Sumatera pada abad ke-7 Masehi yang
menguasai bagian barat Nusantara, Semenanjung Malaysia, dan Thailand bagian selatan.
Menurut sejarahnya, Sebelum adanya Kerajaan Sriwijaya, wilayah ini dihuni oleh kelompok
masyarakat yang menghuni pemukiman di dalam lingkungan benteng tanah. Mereka adalah
penganut ajaran Hindu Waisnawa seperti yang berkembang di Asia tenggara daratan dan
Pantai Utara Jawa. Kelompok masyarakat tersebut memasarkan Kapur Sirih. Pada tahun
1922, ditermukan bagian atas sebuah arca yang berciri-ciri sebagai arca Wisnu. Diduga
bagian atas arca ini berasal dari sekitar abad 6-7 masehi dengan langgam Pra-Angkor. Hal ini
mengindikasikan bahwa Kota kapur berhubungan dengan Kerajaan di Asia tenggara daratan.
Pada tahun 1993 ditemukan struktur bangunan dan potongan-potongan arca, serta pada
tahun 2007 ditemukan pula bangkai perahu kuno yang terbuat dari jenis kayu besi yang
terdapat di kolong-kolong penambangan timah oleh tim gabungan dari Balai Arkeologi
Palembang, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi, serta Dinas Pariwisata Seni dan
Budaya Kabupaten Bangka.
Saat ini pengembangan Situs Kota Kapur sebagai daya tarik wisata sejarah mulai digalakan
dengan berusaha melakukan pembebasan lahan di sekitar areal situs, serta menyiapkan
replika prasasti, dan mencari penemuan lainnya.
4-34 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
- Kota Pangkalpinang
1. Civic Center
Civic Center terdapat di Kota Pangkalpinang. Akses menuju lokasi tersebut sangat mudah
karena terletak di pusat kota yang dilalui kendaraan. Civic Center merupakan gedung-gedung
peninggalan zaman dulu yang bergaya kolonial dan menjadi kantor-kantor pemerintahan
pada masa kedatangan orang-orang Eropa ke Bangka.
Daya tarik Kota Pangkalpinang berupa kawasan sejarah kota tua yang berusia 254 tahun.
Pemerintah Kolonialisme Belanda di Pangkalpinang menyisakan warisan bangunan-
bangunan sebagai pusat konsentris yang mencerminkan pada “civic centre” antara lain:
kediaman Residen (Residentshuis te Pangkalpinang op Bangka), Wilhelmina Park
(Tamansari), House Hill atau rumah-rumah tinggal karyawan Banka Tin Winning Bedryf
(BTW), Woon Huis te Pangkalpinang (Wisma Timah), bangunan-bangunan kantor seperti
Kantor Residen (resident cantoor), Landraad, Post, Telegraaf En Telefoondienst (Kartos Pos),
jalan-jalan seperti Resident straat (jalan Merdeka), Jalan Trem, tempat peribadatan
Kerkeraad Der Protestansche Gemeente to Pangkalpinang (GPIB Maranatha), Cathedra
(katedral) Santo Yosef, sekolah seperti HCS (Hollandsch-Chineesche School) sekarang SMP
Negeri 1, HES (Hollandsch-Europeesche School) sekarang SMK Negeri 1, Penjara, Bruderan,
Kuburan (kerkhof), Sarana air minum (waterleiding), rumah sakit (Hoofdgebouw van Het
ziekenhius van de Bangkatinwinning te Pangkalpinang), serta Societeit Concorda (sekarang
Panti Wangka).
Pada masa kerajaan, konsep kewilayahan Kota Pangkalpinang diatur oleh Kesultanan
Palembang Darussalam yang membagi wilayah kekuasaan yang berada di luar lingkaran
ibukota kesultanan atas wilayah Sindang (terdapat di pangkal-pangkal di Pulau Bangka),
wilayah Kepungutan dan wilayah Sikap (yang berada di pedalaman atau daerah uluan
Palembang). Untuk wilayah Sikap dan Kepungutan diberlakukan adat perdagangan serah,
4-35 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
pajak tanah dan pajak hasil pertanian serta pengaturan masyarakatnya dengan undang-
undang Simbur Cahaya. Kemudian pada wilayah Sindang seperti pangkal-pangkal di Pulau
Bangka termasuk Pangkalpinang diberlakukan pajak Tiban dan Tukon, sedangkan pengaturan
masyarakatnya diatur dengan undang-undang Sindang Mardika. Atas dasar inilah kita
masyarakat yang bermukim di Pulau Bangka dipersatukan oleh satu wilayah masyarakat
hukum adat terestrial, yaitu hukum adat berdasarkan pada pertalian tempat tinggal atau
daerah, bahkan antropolog Belanda Cornelis Van Vollenhoven menyebutnya dengan daerah
hukum adat Bangka Belitung dan merupakan salah satu dari 19 lingkungan hukum adat yang
ada di Nusantara yang berbeda dari tradisi adat kaum pendatang.
Struktur tata ruang dan konsentrasi permukiman masyarakat Pangkalpinang setelah masa
kemerdekaan semakin menyebar dan meluas sesuai dengan pusat-pusat konsentrasi di atas,
yaitu ada di sekitar sungai, di sekitar parit atau tambang, di sekitar rumah residen, di sekitar
pasar dan pusat keramaian dan terkonsentrasi di kiri dan kanan jalan. Keberadaan kampung-
kampung dan konsentrasi tempat tinggal masyarakat Kota Pangkalpinang terus berkembang
dan berproses hingga saat ini sesuai dinamika perkembangan dan pertumbuhan masyarakat,
perkembangan ekonomi, politik, sosial dan budayanya hingga terbentuknya Kota
Pangkalpinang seperti sekarang ini.
Salah satu bangunan bersejarahnya adalah Rumah Residen yang terletak di jalan Merdeka
nomor 1. Saat ini merupakan rumah dinas Walikota yang sebelumnya adalah rumah Residen
Belanda. Pada tahun 1913 Belanda memindahkan pusat Keresidenan dari Mentok ke
4-36 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Adapula Taman Merdeka atau lebih dikenal dengan Tamansari yang terletak di pusat kota
Pangkalpinang. Di taman rekreasi kota ini, terdapat lapangan tenis, panggung hiburan
rakyat, tempat permainan anak-anak, lapanga voli, jembatan sehat, lapangan permainan
olahraga tradisioanl Gasing. Kawasan Tamansari di Jl Merdeka Pangkalpinang ditata menjadi
tempat wisata dan pusat hiburan masyarakat, adanya rencana pembangunan panggung
terbuka yang lebih representastif untuk pementasan atraksi kesenian daerah. Selian itu,
kawasan tersebut juga direncanakan untuk lokasi pusat penjualan bunga dan aneka macam
burung-burung peliharaan, pusat berbagai jenis makanan, pusat bermain dan lokasi objek
wisata baik dalam maupun luar negeri.
Pantai Pasir Padi terletak di Kota Pangkalpinang. Berjarak sekitar 7 km dari ibu kota Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, Kota Pangkalpinang. Pantai ini memiliki karakteristik pantai
berpasir putih dengan laut birunya yang tenang, serta pemandangan sunrise yand indah.
Keunikan Pantai Pasir Padi adalah memiliki garis pantai sepanjang 100 hingga 300 m dengan
ombaknya yang tenang dan kontur pasir yang padat, putih dan halus. Lokasi Pantai Pasir Padi
berada tidak jauh dari Pulau Punan yang dapat dikunjungi dengan berjalan kaki ketika air
laut surut. Lokasi lain yang berdekatan adalah Pulau Semujur dan Pulau Panjang yang
berjarak sekitar 2,5 Km dari perairan Pasir Padi.
4-37 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pantai Pasir Padi adalah pantai yang paling digemari oleh masyarakat dari semua tingkatan
usia. Kegiatan yang dapat dilakukan berupa mandi dan berjemur di pantai dengan air lautnya
yang hangat dan ombaknya yang tenang. Banyak kelompok pengunjung yang sengaja datang
untuk bermain sepakbola pantai, bahkan pada saat air surut, pantai yang landai ini menjadi
arena balap sepeda motor. Selain itu, lokasi pantai ini sering menjadi tempat
penyelenggaraan acara keagamaan seperti Pechun dan acara-acara lainnya. Fasilitas yang
tersedia di wilayah ini berupa akomodasi hotel berbintang yang dilengkapi restoran, dan
ruang konferensi, pameran dan lain-lain. Di sekitar pantai terdapat warung-warung
tradisional yang menyajikan berbagai hidangan laut dan minuman yang menambah meriah
suasana pantai.
Daya tarik wisata hutan ini adalah kawasan hutan yang berfungsi sebagai kawasan
konservasi dan perkemahan. Keadaan tanah mempunyai PH rata-rata di bawah 5, dan
sebagian kecil daerahnya berupa rawa. Jenis flora yang dominan adalah karet, mahoni,
bisbul, kayu seru, kayu kabel, kayu serambet, kayu gerunggang, kayu pelumpang, kayu
rengas, kayu palawan, kayu nyatoh, kayu meranti merah, rumbia. Sedangkan jenis
binatangnya yaitu jenis burung, kancil/pelanduk, napo, berbagai jenis primate, lebah madu
dan berbagai jenis ular.
4-38 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
4. Museum Timah
Museum Timah memiliki berbagai jenis koleksi, seperti macam-macam peralatan tradisional
yang pernah digunakan dalam penambangan timah, catatan perjalanan pertambangan timah
dari zaman Belanda sampai perkembangannya saat ini. Benda tradisionalnya, antara lain
centong air kayu yang pernah digunakan oleh para kuli tambang timah untuk menciduk air
dan biji timah di tahun 1700-an, ada pula belincong yang terbuat dari kayu dan batu yang
digunakan untuk menambang timah. Sementara itu, untuk benda peninggalan masa kolonial
Belanda antara lain cetakan balok timah dan stempel balok timah milik Mijnbow
Maatschappij Biliton (GMB) yang berfungsi untuk memberi merek pada balok timah produksi
GMB. Beberapa foto juga menampilkan sejarah panjang timah di Bangka dan Belitung. Salah
satu yang selalu menarik perhatian pengunjung adalah gambar suasana dan kondisi
penambangan timah di masa kolonial Belanda dengan berbagai replika kapal-kapal
penambang timah, dan sebagainya. Museum ini beroperasi dari senin sampai jumat pukul
08.00 WIB sampai 16.00 WIB.
Pada tahun 2010, jumlah kunjungan wisatawan ke museum Timah semakin meningkat
hingga pada tahun 2012 jumlah pengunjung sebanyak 433 orang. Pengunjung pada
umumnya wisatawan lokal seperti rombongan pelajar, sementara wisatawan dari luar
daerah tergabung dalam 'tour agency' yang menyertakan Museum Timah sebagai tujuan
wisatanya.
4-39 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Hal ini mendorong dilakukannya upaya rehabilitasi, mulai dari renovasi tata letak sehingga
lebih fokus pada pertambangan, serta penambahan koleksi materi agar alur sejarah
pertambangan menjadi semakin jelas. Upaya untuk memajukan museum ini juga terlihat dari
kerjasama yang dijalin antara PT Timah Tbk dengan pihak pemerintah daerah baik provinsi
maupun kabupaten/kota melalui Dinas Pariwisata dan Dinas Pendidikan, dengan
memberikan dana operasional museum sebesar Rp.30-40 juta per bulan.
Museum ini menjadi salah satu Destinasi Wisata Sejarah yang menarik bagi wisatawan
karena merupakan satu satunya museum timah yang ada di Indonesia bahkan satu satunya
di dunia. Museum Timah juga menjadi daya tarik luar biasa bagi wisatawan yang pernah
memiliki hubungan emosional dengan Bangka Belitung, seperti orang-orang Belanda yang
dulu pernah bekerja di Bangka.
Hutan Lindung Namang terletak di Desa Namang, Kecamatan Namang, Kabupaten Bangka
Tengah. Luas kawasan hutan ini sebesar 152,4 ha. Hutan ini memiliki keanekaragaman
sumber daya hayati yang antara lain terdiri atas beragam spesies pohon seperti gelam,
letting, pelawan, dan rempodong sebagai sumber nectar bagi lebah.
Hutan lindung ini tersebut berfungsi sebagai kawasan wisata hutan, dan paru-paru udara
bagi Kabupaten Bangka Tengah. Di hutan ini juga terdapat pembudidayaan jamur pelawan
yang tumbuh subur sebagai salah satu potensi kekayaan alam dan wisata hutan. Serbuk
bunga jamur pelawan yang diserap oleh lebah dapat menghasilkan madu pahit yang menjadi
madu khas Bangka Tengah. Madu pahit ini berasal dari kandungan alkaloid yang merupakan
4-40 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
bahan obat antara lain berkhasiat sebagai antiinfeksi sehingga bermanfaat ntuk menjaga
kekebalan tubuh dan mengatasi beragam penyakit.
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) berupa madu pelawan ini telah
dikembangkan oleh kelompok usaha produktif di kawasan hutan lindung ini. Di sekitar hutan
lindung Namang terdapat Desa Namang yang telah mencetak sawah baru seluas 86 ha di
atas lahan bekas tambang yang diubah menjadi lahan pertanian untuk budidaya padi.
Kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan di wilayah ini berupa lintas alam, pengamatan
burung, pengamatan tumbuhan, dan lainnya. Fasilitas yang tersedia berupa trek jalur lintas
alam, tempat duduk kayu, pos penjaga, dan toilet.
5. Pulau Ketawai
Pulau Ketawai merupakan pulau kecil kebanggaan masyarakat Kabupaten Bangka Tengah,
terletak di Desa Kurau Kecamatan Koba. Lokasinya berjarak sekitar 18 km dari Kota
Pangkalpinang ke arah selatan dan ditempuh sekitar 30 menit menggunakan perahu dari
dermaga Desa Kurau.
Pulau Ketawai termasuk dalam ekosistem pesisir yang terdiri dari ekosistem padang lamun
dan ekosistem terumbu karang. Wilayahnya didominasi oleh pohon kelapa yang sengaja
ditanam. Ekosistem padang lamun yang cukup luas dan merata terletak di bagian timur
pulau yang didominasi oleh lamun jenis Thalassia hemprichii dan ditemui pula jenis Halodule
uninevis. Selain itu, ditemukan pula beberapa jenis makro alga.
Daya tarik Pulau Ketawai berupa hamparan pasir putih bersih, air yang jernih, keindahan
bawah lautnya dengan batu-batu karang, bangkai kapal tenggelam Tapan Jaya di kedalaman
12-15 meter yang ditemukan sekitar tahun 2005 yang merupakan salah satu lokasi
penyelaman favorit wisatawan. Kondisi kapal saat ini sudah berkarat, diisi oleh terumbu
4-41 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
karang yang berukuran kecil. Daya tarik lainnya berupa ekosistem terumbu karang yang
cukup luas dan beragam, hamparan pasir putih di pantainya, juga adanya lokasi-lokasi
penyelaman. Kondisi karang yang ditemukan mulai dari kondisi yang sangat baik, sedang
hingga semuanya tertutup makroalga yang didominasi oleh sargassum dengan tinggi
mencapai satu meter. Jenis karang yang ditemukan yaitu karang Acroppora branching,
acropora tubulate, montipora, fungia, coral massif dan beberapa jenis softcoral, makroalga
Halimeda sp. yang berwarna putih kehijauan dengan bentuk yang khas. Jenis ikan karang
yang ditemui cukup beragam, mulai dari beraneka jenis amphiprion, parrotfish, Lutjanus sp.,
kerapu, ekor kuning, damselfishes dan lainnya. Namun demikian, di lokasi ini juga terdapat
kerusakan karang akibat limbah penambangan timah berupa material pasir dan lumpur yang
menutupi terumbu karang, serta lalu lintas jet ski dan puluhan TI beroperasi saat mengeruk
timah.
Pengembangan Pulau Ketawai sebagai daya tarik wisata berupa pengembangan 50 unit
resort wisata dengan sistem ‘ecogreen’ yang mengedepankan unsur keindahan alam,
pembangunan keramba apung ikan, dan dermaga marina. Resort tersebut ditargetkan untuk
pengunjung bertaraf internasional yang menyediakan berbagai pilihan hiburan untuk
pengunjung sehingga dapat menikmati keindahan laut secara maksimal. Pulau Ketawai
merupakan lokasi yang dilalui oleh even Sail Morotai, sehingga penyediaan infrastruktur
terus dibenahi oleh Pemerintah Bangka Tengah, seperti menambahkan perahu, pemasangan
jetty atau pohon, pembersihan pantai, dan lain-lain.
1. Benteng Toboali
4-42 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
kendaraan roda dua maupun roda empat sekitar 10 menit perjalanan dari pusat Kota
Toboali.
Daya tarik benteng ini berupa keunikan bangunan yang dibuat secara permanen dari batu
bata, semen dan kapur dengan dinding yang tebal. Benteng ini dibangun pada tahun 1825
sebagai pusat penjagaan dan kekuatan pemerintahan Belanda. Lokasinya terletak di Pinggir
Pantai dan berada pada sebuah bukit yang terjal dengan memiliki ketinggian sekitar 18
meter. Posisinya cukup strategis sehingga dapat mengamati Kota Toboali dan sekitarnya dari
segala penjuru ataupun dari arah laut. Reruntuhan Bangunan Benteng secara berurutan dari
pintu masuk terdiri dari: (1) Kediaman Inspektur Benteng, (2) Bangunan Gudang, (3) Barak
Prajurit, (4) Ruang Administrasi dan Keuangan, (5) Ruang Penyimpanan Bubuk Mesiu, (6)
Ruang Penjaga Pintu Masuk, serta (7) Dapur dan Tempat Penyimpanan Makanan.
Di sebelah selatan benteng terlihat Laut Jawa serta adanya bangunan mercusuar, dan agak
ke sebelah barat terdapat pelabuhan Bom Pendek yang terdapat bekas bangunan dermaga
kapal. Sebelah timur terdapat bangunan asrama polisi yang memiliki ciri dan cerita
masyarakat setempat, sedangkan pada bagian utara terdapat lapangan yang cukup luas yang
menjadi halaman depan bagi beberapa bangunan tua masa kolonial seperti kantor wedana,
dan tiga bangunan bergaya kolonial lainnya yang belum diketahui fungsinya, serta bangunan
penting lainnya seperti bangunan perusahaan timah Bangka, rumah sakit, kantor Pos,
Pecinan, Pasar, Kelenteng Dewi Sin Mu dan juga beberapa bangunan tradisional masyarakat
pribumi beserta mesjid lama yang sudah mengalami perubahan total.
4-43 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kegiatan yang biasa dilakukan pengunjung antara lain dimanfaatkan sebagai lokasi untuk
fotografi. Fasilitas di sekitar benteng belum dilengkapi dengan fasilitas penunjang wisata
yang memadai.
Pantai Tanjung Kerasak terletak di Desa Pasir putih, Kecamatan Toboali, berjarak sekitar 30
km dari Toboali, Kabupaten Bangka Selatan. Pantai ini memiliki daya tarik berupa panorama
yang sangat indah dengan pasirnya yang putih, airnya yang jernih kebiru-biruan, ombaknya
landai, kecuali pada musim angin Barat berombak besar dan bergulung-gulung. Kondisi
sekitar pantai merupakan hutan alami yang sering digunakan untuk kegiatan berkemah.
Pantainya dapat digunakan untuk mandi dan olah raga volley pantai. Wilayah ini juga
memiliki hasil laut yang melimpah, seperti udang, kepiting, dan ikan-ikan laut, karena daerah
ini sangat kaya dengan terumbu karang, hutan bakau dan mangrove yang merupakan habitat
dan ekosistem bagi berbagai biota laut. Begitu pula dengan ikan tangkap lainnya berupa
Giant Trvelly, Merlin, Kakap, Kue, Ikan Napoleon, dan ikan-ikan lainnya.
4-44 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3. Pulau Lepar
Pulau Lepar terdapat di Kecamatan Lepar Pongok, Bangka Selatan dengan luas mencapai
25.416,38 ha. Kawasan pulau ini berupa dataran dan berbukit. Akses untuk mencapai Pulau
Lepar dengan menggunakan perahu motor milik masyarakat dengan waktu tempuh sekitar
60 menit dari Pelabuhan Sadai. Adapun Pelabuhan Sadai berjarak tempuh 2 jam dari Kota
Pangkalpinang dengan jalur darat.
Daya tarik pulau ini berupa Ekosistem yang terdapat di wilayah ini adalah mangrove di
sepanjang pantai dengan jenis Rhizopora sp dan Avicennia sp. Ekosistem terumbu karang
dapat ditemui pada kedalaman 0,5 sampai 13 meter, yang dilengkapi dengan jenis ikan
karang, seperti ikan kupu-kupu, ikan papakulu, ikan kakatua, serta ikan damsel. Ekosistem
padang lamun juga banyak ditemui di perairan dangkalnya.
Pulau ini memiliki potensi tambang timah yang telah digarap masyarakat. Penduduk Pulau
Lepar tersebar di tiga dusun. Masyarakat yang tinggal di pulau ini merupakan komunitas
nelayan yang umumnya bermukim dipinggir pantai dan beberapa telah berubah profesi
menjadi buruh penambang inkonvensional. Kegiatan masyarakat lainnya adalah petani
kebun.
Fasilitas yang terdapat di wilayah ini adalah adanya persediaan air tawar/tanah yang cukup
memadai untuk kebutuhan hidup penduduknya. Wilayah ini dilayani oleh sarana listrik PLN,
air bersih dari sumur-sumur, jalan-jalan desa dengan jenis kendaraan mobil roda enam, roda
empat, dan roda dua.
4-45 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
4. Pulau Liat
Pulau Liat terdapat di Kecamatan Lepar Pongok, Bangka Selatan dengan luas wilayah
mencapai 4.651, 88 ha. Akses untuk mencapai Pulau Liat dengan menggunakan perahu
motor dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam dari Pelabuhan Sadai. Adapun Pelabuhan Sadai
berjarak tempuh 2 jam dari Kota Pangkalpinang dengan jalur darat.
Pulau Liat memiliki daya tarik berupa keindahan alam dan panorama yang masih asli dan
unik. Keindahan alam bawah laut Pulau Liat terkenal akan biota lautnya, serta adapula sisa-
sisa kapal tenggelam di perairannya yang baru berhasil ditemukan berada pada kedalaman
18-20 meter dan diberi nama Situs Batu Mandi dan Situs Karanglucan. Wilayah ini juga
memiliki ekosistem mangrove, dan terumbu karang, namun telah banyak yang mengalami
kerusakan yang cukup parah.
Di wilayah ini juga terdapat perkampungan nelayan. Hasil tangkapan ikan antara lain adalah
lobster, ikan kembung, pari, bawal, layur, dan tenggiri. Masyarakat terkonsentrasi pada satu
dusun dan pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan tangkap.
5. Pulau Mendanau
Pulau Mendanau terletak di Kecamatan Selat Nasik, Kabupaten Belitung. Luas pulau ini
sebesar 12.097,18 ha. Pulau ini berbatasan dengan Selat Gaspar di sebelah Barat. Jarak Pulau
Mendanau berada sekitar 3,61 mil laut dari Kota Tanjung Pandan, dan dapat ditempuh
dengan perahu motor selama dua sampai tiga jam.
Pulau ini memiliki daya tarik wisata alam yang didominasi oleh tumbuhan mangrove dengan
bentuk pantai berbatu dan berpasir lumpur. Pada wilayah ini pun memiliki terumbu karang
dan padang lamun, serta dilalui aliran alami Sungai Mapam dan Sungai Rawai.
4-46 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pengembangan pariwisata di wilayah ini terdapat di Pasir Panjang yang biasa digunakan
untuk wisata renang dan wisata pantai. Fasilitas pariwisata yang tersedia berupa Wisma
Mendanau.
Di Pulau ini terdapat tiga desa yang ditempati oleh Suku Melayu, Bugis, dan Buton dengan
kondisi latar belakang budaya yang berbeda-beda. Jumlah penduduk Pulau Mendanau
sekitar 2.335 jiwa yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan. Perikanan
tangkap merupakan potensi yang berkembang di daerah ini. Nelayan menggunakan armada
perahu dan perahu motor dengan alat tangkap pancing atau jaring kepiting untuk rajungan.
Jenis ikan yang dihasilkan dari hasil tangkapan adalah ikan kakap merah, laisi, tongkol sunu,
tembang, dan tenggiri yang banyak dijual di PPI. Selain perikanan tangkap, terdapat pula
kegiatan penambangan batu besi sebagai sumber pendapatan masyarakat daerah ini.
Prasarana dasar yang terdapat di wilayah ini adalah jaringan listrik, telepon (celullar XL), air
bersih, jalan, dan dermaga. Jalan yang terdapat di Pulau ini telah dilakukan pengerasan dan
beraspal. Permasalahan yang muncul adalah kurangnya infrastruktur yang mendukung
dalam pengembangan wilayah, seperti kondisi air bersih yang terbatas, serta kenaikan harga
bahan bakar minyak yang mempengaruhi nelayan.
6. Kepulauan Salman
Kepulauan Salman yang terletak di Kecamatan Lepar Pongok telah ditetapkan sebagai
kawasan pariwisata bahari oleh Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan melalui Peraturan
Daerah No. 16 tahun 2007 tentang Kawasan Wisata Bahari. Kepulauan Salman merupakan
kawasan di Kabupaten Bangka Selatan yang persentase tutupan karang hidupnya sangat
tinggi dibandingkan lokasi lainnya.
Perairan Kepulauan Salman dapat ditempuh sekitar 3 jam perjalanan laut dengan
menggunakan kapal motor tradisional rakyat dari Pelabuhan Sadai, Kecamatan Toboali.
Kondisi perairan Kepulauan Salam masih jernih dan berarus sehingga sangat memungkinkan
untuk tumbuh suburnya karang batu jenis acropora Sp. Karang ini merupakan karang batu
yang sangat sensitif dengan lingkungan sehingga akan mudah mati jika kondisi
lingkungannya tidak mendukung.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2005 oleh Pusat Penelitian
Oceanografi-LIPI, fauna laut yang terdapat di perairan Kepulauan Salman terdiri dari 114
4-47 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
jenis ikan karang yang mewakili 20 famili, 5 famili ikan major yang diwakili 58 jenis ikan hias
yang potensial, 14 famili ikan target (ikan pangan) yang diwakili sebanyak 51 jenis. Beberapa
famili ikan yang dominan adalah Caesionidae (ekor kuning); ikan kerapu (serranidae); ikan
napoleon (labridae) yang merupakan jenis napoleon yang di lindungi oleh jenis cheilinus
undulates, yang hanya terdapat 2 (dua) ekor di perairan ini; ikan lencam; ikan kakap
(lutjanidae); ikan bibir tebal (Haemulidae); dan ikan indicator (Chaetodontidae)
(http://contenttugas.wordpress.com/terumbu-karang-lepar-pongok).
Kabupaten Belitung
1. Kota Tanjungpandan
Kota Tanjungpandan adalah ibu kota Kabupaten Belitung, terletak di pantai barat Pulau
Belitung. Kota Tanjungpandan dapat diakses melalui udara selama 45 menit perjalanan dari
Jakarta, atau sekitar 30 menit penerbangan dari Pangkalpinang. Akses lainnya melalui jalur
laut dengan menggunakan Jetfoil atau kapal laut lainnya menuju Pelabuhan Tanjungpandan.
Kota Tanjungpandan memiliki daya tarik yang khas dan unik, sebagai kota bersejarah dalam
kegiatan penambangan timah. Wilayah ini terkenal dengan lada putih (Piper sp.) yang dalam
bahasa setempat disebut sahang, dan bahan tambang tipe galian-C seperti timah putih
(Stannuum), pasir kuarsa, tanah liat putih (kaolin), dan granit. Pada tahun 1812, Pulau
Belitung keseluruhan dahulu dimiliki Britania Raya, sebelum akhirnya ditukar kepada
Belanda, bersama-sama Bengkulu, dengan Singapura dan New Amsterdam (sekarang bagian
kota New York). Kota utamanya adalah Tanjung Pandan. Di sekitar pulau ini terdapat pulau-
pulau kecil seperti pulau Mendanau, Kalimambang, Gresik, Seliu dan lain-lain.
Pulau Belitung terbagi menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten Belitung, beribukota di Tanjung
Pandan, dan Belitung Timur, beribukota Manggar. Sebagaian besar penduduknya, terutama
yang tinggal di kawasan pesisir pantai sangat akrab dengan kehidupan bahari yang kaya
dengan hasil ikan laut. Berbagai olahan makanan yang berbahan ikan menjadi sumber
pangan utama. Kekayaan laut menjadi salah satu sumber mata pencaharian penduduk.
Saat ini Kota Tanjungpandan semakin berkembang menjadi pusat perdagangan dan jasa
yang melayani kebutuhan di Pulau Belitung. Di pusat kota ini merupakan lokasi penyediaan
sarana dan prasarana wisata berupa hotel dan biro-biro perjalanan wisata Pulau Belitung.
4-48 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pantai Bukit Berahu berada di Desa Tanjung Binga, Kecamatan Sijuk, Belitung. Terletak
sekitar 18 km dari Kota Tanjungpandan. Akses menuju ke lokasi ini sangat mudah karena
berada di tepi jalan utama dan dapat dilalui dengan kendaraan roda dua dan roda empat
dengan kondisi jalan yang baik.
Daya tarik Pantai Bukit Berahu adalah panorama pantai yang indah yang dapat dinikmati dari
atas bukit. Dari puncak Bukit Berahu, pengunjung dapat menikmati pemandangan laut dan
panorama yang menarik ke arah pesisir Pantai Tanjung Binga. Pantai Tanjung Binga yang
berdekatan dengan bersebelahan dengan Bukit Berahu memiliki terumbu karang yang
dangkal, sehingga wisatawan dapat melakukan snorkling. Pantai Bukit Berahu dan Desa
Tanjung Binga merupakan desa nelayan. Banyak perahu-perahu nelayan ditambatkan ditepi
pantai pada pagi hari, dan ketika malam tiba perahu nelayan berlabuh di tengah laut untuk
mencari ikan. Penduduk Desa Tanjung Binga pun memiliki produk olahan masyarakat seperti
kuliner dodol, kerupuk ikan, serta anyaman tikar. Di Desa Tanjung Binga tersedia homestay
dengan kondisi baik dan bersih.
Fasilitas yang tersedia berupa restoran, pondokan yang bersih dan sejuk, kolam renang, dan
cottage. Cottage Bukit Berahu terletak di tepian pantai dan menghadap langsung ke laut
lepas. Bangunan cottage Bukit Berahu dirancang dari kayu dengan gaya khas tradisional
Belitung.
Pantai Tanjung Kelayang terdapat di Kecamatan Sijuk, berjarak sekitar 27 km dari Kota
Tanjungpandan. Daya tarik Pantai Tanjung Kelayang berupa pasir putih yang halus sepanjang
± 5 km, ombak yang tenang, serta pemandangan alam yang memukau. Pantai ini
4-49 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
membentuk teluk dengan hamparan bebatuan granit di ujung barat. Di tepi pantainya
terdapat tonggak-tonggak tempat nelayan menambatkan perahu. Selain itu, terdapat pula
Mercusuar dengan ketinggian 65 m yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1862 untuk
pengamatan dan penyelamatan lalu lintas kapal. Pada malam hari, sinar lampu mercusuar ini
dapat terlihat dengan jelas dengan radius ± 5 km dari arah laut.
Kegiatan yang dilakukan wisatawan berupa berperahu menuju pulau-pulau kecil yang unik,
berenang di pantai, menikmati pemandangan alam, bersepeda, serta menikmati kuliner khas
di rumah-rumah makan yang tersedia. Fasilitas yang tersedia berupa akomodasi, gazibu,
taman bermain, lapangan olahraga, rumah makan, dan lainnya.
Pantai Tanjung Tinggi atau Pantai Bilik terletak di Kecamatan Sijuk, Tanjungpandan. Berjarak
sekitar 30 Km dari Kota Tanjung Pandan. Daya tarik wisata Pantai Tanjung Tinggi adalah pasir
pantai yang putih halus, granit raksasa, air laut berwarna biru kehijauan dan ombak yang
tenang. Pantai ini merupakan sebuah teluk kecil sepanjang ± 100 meter yang diapit oleh 2
semenanjung. Batu-batu granit yang ada di kawasan ini ada yang berukuran beberapa ratus
kubik. Tumpukan batu-batu granit ini membentuk bukit-bukit, lorong-lorong dan gua-gua
kecil yang menyekat-nyekat Pantai Tanjung Tinggi.
Kegiatan wisata yang dilakukan pengunjung adalah berenang, bermain pasir, menyusuri
batu-batu granit raksasa, fotografi, menikmati pemandangan laut dan kuliner khas seperti
gangan dan minuman kelapa muda. Fasilitas wisata yang tersedia berupa deretan warung
makan yang menyediakan menu makanan laut dan kuliner lokal seperti gangan dan
minuman kelapa muda. Warung-warung makan tersebut dikelola oleh masyarakat desa
Tanjung Tinggi. Tidak jauh dari Pantai, terdapat fasilitas resort berbintang, Lor In Hotel and
4-50 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Resort. Namun demikian, lahan wilayah Pantai Tanjung Tinggi yang memiliki sumber daya
alam yang tinggi ini dimiliki oleh swasta.
4. Pulau Lengkuas
Pulau Lengkuas terletak di perairan Pulau Belitung. Berjarak sekitar 30 menit dari Pantai
Tanjung Kelayang atau Tanjung Binga dengan menggunakan perahu mesin. Pantai ini
memilik daya tarik berupa pemandangan pantai yang berpasir putih, batu-batu granit
raksasa dan air laut yang jernih berwarna kehijauan. Daya tarik lainnya adalah adanya
Mercusuar Pulau Lengkuas dalam keadaan baik dan terawat. Panorama laut lepas terlihat
dengan sangat indah. Selain itu, terdapat pula pangkaran penyu. Kegiatan yang biasa
dilakukan wisatawan adalah berenang, bermasin pasir, melakukan snorkeling atau diving dan
fotografi. Pada daerah depan perairan Pulau Lengkuas terdapat tempat diving yang bagus
dan wreck indomarine. Fasilitas yang tersedia berupa toilet, serta bangunan mass untuk
penginapan, serta tempat menjual makanan ringan dengan jumlah sangat terbatas.
4-51 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
5. Batu Mentas
Gunung Tajam Kaki dan Air Terjun Gurok Beraye terletak di Dusun Air Pegantungan, Desa
Kacang Botor, Kecamatan Badau. Lokasinya sekitar 32 km dari Tanjung Pandan. Di area
Gunung Tajam terdapat kawasan hutan lindung dengan luas area 30 hektar. Di puncak
Gunung Tajam ini terdapat stasiun pemancar TVRI yang sebelumnya dikelola oleh PT.Timah
dan sudah diserahkan kepada Pemda Kabupaten Belitung, dan terdapat makam Syech
Abdullah Abu Bakar. salah satu penyebar agama Islam pertama di Belitung. Pada kaki gunung
ini terdapat daya tarik wisata Batu Mentas, merupakan kawasan pariwisata alam yang juga
melestarikan habitat Tarsius.
Daya tarik wilayah ini berupa pemandangan Gunung Tajam yang merupakan gunung
tertinggi di Pulau Belitung, mencapai 510 m dari permukaan laut. Di gunung ini terdapat air
terjun Gurok Beraye yang memiliki air yang jernih. Gunung ini adalah gunung non-vulkanik.
Sebutan Gunung Tajam pun diberikan karena apabila melihat gunung ini dari kejauhan akan
berbentuk seperti segitiga yang meruncing.
Pantai Burung Mandi berada di Desa Mengkubang, Kecamatan Manggar. Berjarak sekitar 85
km dari Kota Tanjunpandan yang atau sekitar 17 km dari Manggar. Akses transportasi yang
dapat dilalui untuk menuju tempat ini adalah dengan transportasi darat. Bagi wisatawan dari
luar Belitung, dapat menyewa kendaraan seperti motor atau mobil travel dari Tanjung
Pandan atau dari Manggar untuk menuju akses tempat ini.
4-52 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Daya tarik di pantai ini adalah keunikan pantai yang landai panjang ± 2 km dan lebar pantai
mencapai sekitar 300 meter dengan medan landai. Tanah pantainya adalah pasir putih
karena berdasarkan keadaan geologinya adalah batuan granit. Karakteristik pantai berpasir
coklat dan halus, laut biru yang tenang dan panorama gunung Burung Mandi yang indah.
Perahu-perahu nelayan yang berjajar di sepanjang pantai menambah marak suasana pantai
dengan deretan pohon kelapa dan pohon khas pantai. Atraksi alam di Pantai Burung Mandi
adalah pemandangan Kepulauan Momparang. Di dekat pantai ini terdapat daya tarik lain
berupa Vihara Dewi Kuan Im.
Fasilitas yang tersedia di pantai ini adalah galeri, tempat penyewaan perahu, alat berenang,
warung-warung makan, tempat sampah, toilet, serta panggung hiburan atau balai
serbaguna.
2. Kepulauan Memperak
Daya tarik Kepulauan Memperak berupa bentuk pantai berbatu dan berpasir putih, serta air
laut yang berwarna biru jernih, juga terdapat terumbu karang yang masih alami dengan
berbagai jenis ikan, serta penyu hijau, dan penyu sisik. Keindahan bawah lautmya tersebar di
Pulau Bakau, Pulau Gusong Madau, Pulau Buku Limau, Pulau Memperak, Pulau Siadong,
Pulau Pemanas, Pulau Keran, Pulau Sekepar, dan pulau-pulau lainnya di wilayah perairan
Belitung Timur. Aktivitas yang biasa dilakukan wisatawan diantaranya memancing, berenang,
berjemur, diving, snorkeling, dan hiking. Pulau ini tidak berpenduduk sehingga alat
transportasi tidak tersedia setiap saat.
4-53 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3. Pantai Punai
Pantai ini terletak di bagian ujung selatan Pulau Belitung, tepatnya di Desa Tanjung
Kelumpang, Kecamatan Simpang Pesak, Belitung Timur. Pantai ini berjarak 93 km dari
Tanjung Pandan. Akses menuju pantai ini cukup mudah dengan menggunakan kendaraan
roda dua atau roda empat, karena terdapat jalan raya yang menghubungkannya ke daerah
lain dengan kondisi jalan aspal.
Pantai Punai memiliki karakteristik pantai berpasir putih dengan laut biru yang tenang dan
panorama pohon kelapa yang ada di pesisirnya. Aktivitas yang bisa dilakukan di pantai ini
diantaranya berenang, olahraga voli, memancing dan snorkeling. Pantai Punai telah
dilengkapi dengan fasilitas wisata berupa hpmestay, lapangan olahraga, serta warung-
warung makan, serta galeri souvenir, Masjid, dan panggung hiburan.
4. Pantai Penyabong
4-54 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Daya tarik pantai ini berupa pasir putih dan pohon pandan laut yang berjejer di sepanjang
pantai. Pantai ini memiliki keunikan berupa bentangan batu besar yang lebar dan panjang
menjorok ke laut. Warna lautnya biru kehijauan dengan air yang sangat jernih. Daya tarik
lainnya berupa kuliner khas makanan laut, seperti ikan bakar, cumi, dan lainnya. Wisatawan
yang berkunjung biasanya melakukan aktivitas berenang, berjalan-jalan di tepi pantai,
memancing, bermain pasir, dan lainnya. Fasilitas yang tersedia berupa warung-warung
makan.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki banyak wilayah pedesaan yang unik dan khas
serta menampilkan budaya tradisional yang beragam diantara desa-desa tersebut. Corak
kehidupan masyarakat pedesaan yang berpotensi dalam menunjang pengembangan
pariwisata pun cukup beragam, antara lain desa di wilayah pesisir yang identik dengan
kehidupan nelayan, ataupun desa-desa yang terletak di sekitar kawasan hutan yang memiliki
kegiatan budidaya tanaman tertentu, ataupun desa yang merupakan tempat tinggal khas
etnis tertentu. Masing-masing memiliki keunggulan tersendiri sebagai daya tarik wisata,
sehingga menumbuhkan desa-desa wisata.
Pengembangan desa-desa wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah mulai tumbuh
sejak lama, namun saat ini lebih diprioritaskan pengembangannya seiring dengan dukungan
pemerintah pusat dan daerah melalui berbagai program, salah satunya program PNPM
mandiri pariwisata sejak tahun 2009-2012. Beberapa desa wisata yang telah dikembangkan
melalui program tersebut adalah (1) Kabupaten Belitung, meliputi : Desa Tanjung Binga,
Desa Terong, Desa Pelepak Putih, Desa Tanjung Tinggi, dan Desa Keciput (Dusun Tanjung
Tinggi); (2) Kabupaten Bangka, meliputi : Desa Rebo, Desa Matras, Kampung Gedong; (3)
4-55 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kota Pangkalpinang, meliputi : Desa Tuatunu Indah, (4) Kabupaten Belitung Timur, meliputi :
Desa Burong Mandi, Desa Buku Limau, dan Desa Tanjung Kelumpang; (5) Kabupaten Bangka
Barat, meliputi : Desa Air Putih dan Desa Sungai Daeng; (6) Kabupaten Bangka Selatan,
meliputi : Desa Nyelanding, Kelurahan Ketapang, dan Desa Pasir; (7) Kabupaten Bangka
Tengah, meliputi : Desa Kurau. Namun demikian, desa-desa lainnya yang tidak termasuk
dalam pengembangan PNPM Mandiri Pariwisata dapat menjadi daya tarik wisata unggulan
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Tabel 4.5 Daya Tarik Desa Wisata Potensial di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
1. Kelurahan Tanjung
4-56 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kelurahan Tanjung berdekatan dengan Desa Air Putih, Desa Belo Laut, dan Desa Sungai
Daeng, yang juga memiliki potensi sebagai desa wisata di Kecamatan Muntok.
Wilayah Desa Tanjung merupakan bagian dari kawasan hutan konservasi dengan
karakteristik lahan yang didominasi oleh lahan hutan. Daya tarik Kelurahan Tanjung berupa
Pantai Tanjung Kelian yang merupakan daya tarik wisata unggulan pemerintah daerah.
Desa Sungai Daeng terdapat di Kecamatan Muntok yang merupakan ibu kota Kabupaten
Bangka Barat. Akses menuju kawasan ini cukup mudah karena terletak di sekitar 5 Km dari
pusat kota. Lokasi Desa Sungai Daeng berdekatan dengan Desa Air Putih, Desa Belo Laut, dan
Kelurahan Tanjung, yang juga memiliki potensi sebagai desa wisata di Kecamatan Muntok.
Daya tarik Desa Sungai Daeng adalah kawasan yang merupakan percontohan yang berhasil
menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Daya tarik lainnya adalah adanya rintisan
Pondok Pesantren berbasis pariwisata. Di desa ini juga terdapat Pesanggrahan Muntok atau
dulu dikenal dengan Wisma Ranggam, merupakan tempat pengasingan Bung Hatta dan Bung
Karno pada tahun 1949. Daya tarik ini merupakan daya tarik wisata sejarah yang sangat
bernilai tinggi.
4-57 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Gambar 4.34 Peta Sebaran Desa Wisata Potensial di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
4-58 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Desa Air Putih terdapat di Kecamatan Muntok yang merupakan Ibukota Kabupaten Bangka
Barat. Akses menuju kawasan ini cukup mudah karena terletak di pusat kota. Lokasi Desa Air
Putih berdekatan dengan Desa Belo Laut, Desa Sungai Daeng, dan Desa Tanjung yang juga
memiliki potensi sebagai desa wisata di Kecamatan Muntok.
Desa Air Putih merupakan salah satu desa mandiri di Kabupaten Bangka Barat. Desa Air Putih
merupakan lokasi tempat Pesanggrahan Menumbing yang memiliki nilai sejarah perjuangan
bangsa Indonesia berada. Kegiatan masyarakat desa ini berorientasi pada pengolahan
perikanan, namun masih banyak pula yang melakukan kegiatan tambang inkonvensional (TI)
di Bukit Menumbing dan TI apung di pesisir pantai. Secara umum, budaya masyarakat yang
berkembang berupa budaya Nganggung sebagai ciri masyarakat sejiran setason.
Desa Air Putih memiliki daya tarik wisata alam yaitu Pantai Tanjung Ular yang terletak sekitar
15 km dari Kota Mentok. Ciri khas pantai ini mempunyai bentuk lekukkan yang indah seperti
ular, dengan pasir putih yang sangat halus dan landai serta terdapat beberapa bebatuan
didepannya, menambah daya tarik pantai itu sendiri. Juga terdapat menara pantai untuk
melihat kapal-kapal yang akan berangkat dari Pelabuhan Mentok atau sebaliknya. Desa Air
Putih memiliki peran yang strategis dalam kegiatan Kota Muntok yang merupakan salah satu
kawasan industri Mentok dengan luas lahan 578.74 Ha. Jarak tempuh dari Bandara Depati
Amir menuju Kawasan Industri Mentok adalah 138 km. Di Desa air putih juga terletak Pantai
Jungku dengan ciri khas masyarakat nelayan. Namun kondisi pantai telah rusak dan tempat
tinggal nelayan tidak tepelihara dengan baik. Hampir setiap tahun kawasan Pantai Jungku
dipadati oleh para pekerja tambang timah apung pada musim air laut tenang antara bulan
April hingga Oktober. Masyarakat mendirikan tenda-tenda disepanjang kawasan pantai dan
membuang sampah sembarangan. Hal ini berkaitan dengan wilayah Desa Air Putih yang
masuk dalam Wasprod II Bangka Barat dan selama ini menjadi objek penambangan dari PT
Timah.
Fasilitas penunjang ke daya tarik Desa Air putih antara lain berupa jalan serta fasilitas dasar
lainnya telah ada. Namun demikian, kondisi jalan di beberapa tempat di Desa Air Putih
dalam keadaan rusak berat hampir sepanjang 7 Km dari Dusun Jungku menuju Dusun
Selindung sehingga sulit dilalui kendaraan. Rusaknya jalan disebabkan oleh keluar masuknya
truk-truk yang mengangkut alat-alat TI apung dengan kapasitas beban berat. Begitupula
4-59 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dengan jembatan Jalan Raya Desa Air Putih yang menghubungkan ke perkampungan
penduduk Dusun Penggalang, Pesisir Pantai Tanjung Ular, Desa Air Putih dan Muntok dalam
keadaan rusak.
Kedudukan Desa Air Putih, Kelurahan Tanjung, Kelurahan Sungai Baru, Desa Air Belo, Desa
Bendol, dan Desa Gaya Baru di Kecamatan Mentok merupakan kawasan yang ditetapkan
sebagai kawasan hutan sejak masa Pemerintah Hindia-Belanda, yakni masuk dalam kawasan
Register 7, dengan luas sekitar 3.897 Ha. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. SK
410/Kpts-II/1986, areal ini ditunjuk sebagai kawasan hutan lindung, serta ditindaklanjuti oleh
SK Menteri Kehutanan No. 357/Menhut-II/2004, yang menyatakan kawasan ini ditunjuk
sebagai kawasan hutan konservasi.
Potensi lainnya di desa ini adalah penetapan Desa Belo Laut sebagai desa mandiri. Penduduk
Desa Belo Laut pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Kegiatan yang ada di
Desa Belo laut berupa budidaya ikan air tawar. Daya tarik lainnya adalah usaha budidaya
Kerang Darah yang telah diusahakan oleh sekitar 60 rumah tangga petani. Luas lahan yang
4-60 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dimanfaatkan seluas 300.000 meter persegi yang menghasilkan produksi sebanyak 572 ton
selama setahun.
- Kabupaten Bangka
- Kampung Gedong
Kampung Gedong merupakan sebuah desa wisata yang terletak di daerah Kuto Panji,
Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka. Lokasinya berjarak kurang lebih 54 Km dari Kota
Sungailiat. Akses transportasi yang dapat digunakan menuju lokasi ini adalah menggunakan
akses transportasi darat seperti mobil atau sepeda motor. Namun, tidak adanya angkutan
umum, maka akses transportasi dapat menggunakan kendaraan pribadi atau mobil sewaan
dari travel atau rental mobil dari sekitar ibukota Belinyu atau Pangkalpinang.
Daya tarik desa ini adalah sebuah kawasan yang dikenal sebagai perkampungan masyarakat
asli Tionghoa. Penduduk desa ini merupakan keturunan asli orang Tionghoa yang pertama
kali datang ke Pulau Bangka sebagai penambang timah, yang didatangkan dari negerinya
pada masa kolonial dahulu. Masyarakat Kampung Gedong memegang teguh tradisi leluhur
dalam hal adat istiadat dan budaya Tionghoa asli. Penggunaan bahasa sehari-hari masih
menggunakan bahasa Tionghoa asli. Kekhasan daya tarik wisata dari Kampung Gedong ini
lebih kepada wisata budaya. Hal ini juga terlihat dari segi arsitektur desa yang memiliki ciri
khas, yaitu bangunan rumah tradisional yang saling berhadap-hadapan dan sejajar antara
satu dengan yang lain. Penduduk Kampung Gedong bermata pencaharian sebagai pedagang
dan pembuat makanan khas Bangka seperti kerupuk, kemplang, getas dan lain-lain, sehingga
penganan ini menjadi souvenir khas bagi wisatawan.
Desa ini tidak dialiri listrik, karena masyarakat desa masih ingin menjaga kemurnian tradisi.
Namun demikian, mereka sangat menyambut baik kedatangan orang luar dari desa mereka,
baik itu wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Meskipun desa ini masih
terbilang tidak terlalu terbawa arus kekinian, namun hal ini justru menjadi daya tarik
tersendiri bagi Kampung Gedong sehingga ramai dikunjungi oleh wisatawan. Fasilitas yang
disediakan bagi wisatawan adalah homestay.
4-61 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Desa Air Abik terletak di Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka. Jarak desa ini sekitar 13 km
dari Kecamatan Belinyu. Adapun akses transportasi yang dapat digunakan adalah
transportasi darat, yaitu motor dan mobil. Aksesnya harus menelusuri jalan ditengah hutan
Gunung Muda dan Gunung Pelawan yang rusak dan berlubang-lubang.
Daya tarik wisata yang terdapat di Desa Air Abik ini adalah wisata budaya suku asli Bangka,
yaitu Suku Lom. Suku Lom dikenal sebagai suku yang belum memiliki agama yang dianggap
agama besar, dan masih memegang kepercayaan terhadap nenek moyang dan leluhurnya.
Suku Lom disebut sebagai Suku Mapur karena tinggal di Dusun Mapur. Suku tersebut dikenal
sebagai salah satu komunitas yang masih kuat memegang kemurnian tradisi di tengah
perubahan zaman. Perkampungan Suku Lom di Dusun Air Abik memiliki rumah-rumah
kampung berjajar rapi di kiri-kanan jalan. Sebagian bangunan rumah sudah permanen,
semipermanen, dan sebagian lagi masih berupa rumah kayu sederhana dengan atap genting.
Bahkan beberapa rumah dilengkapi parabola. Ada juga beberapa mobil dan sepeda motor.
Jumlah penduduk Dusun Air sebanyak 139 keluarga. Desa ini terbuka untuk dikunjungi oleh
orang luar, termasuk oleh wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara, hanya saja
masih sedikit wisatawan yang mengetahui ciri khas dari wisata budaya desa ini. Adapun
fasilitas yang disediakan sebagai bentuk daya tarik wisatanya adalah perkampungan adat
biasa, yang belum memiliki homestay atau atraksi lainnya.
4-62 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Jenis daya tarik wisata yang berada di desa ini adalah Pantai Teluk Limau yang terletak
diantara Pantai Parai & Pantai Matras. Pantai ini sangat luas dan sangat cantik, namun akses
jalan menuju pantai ini masih sulit melalui jalan setapak dan tanah kuning. Kunjungan
wisatawan nusantara dan mancanegara ke desa ini masih terbatas.
- Desa Matras
4-63 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Salah satu daya tarik wisata yang terkenal di desa ini adalah Pantai Matras merupakan salah
satu pantai terfavorit di Bangka. Pantai landai berpasir putih halus sepanjang 3 km dan lebar
20 -30 meter, serta dilatarbelakangi pepohonan kelapa dan aliran sungai alami. Desa ini
selalu ramai dikunjungi terutama pada musim liburan untuk berwisata di Pantai Matras.
Daya tarik lainnya berupa seni musik Dambus, kerajinan cenderamata yang juga turut
dikembangkan di Desa Bukit Kuala, Jalan Laut, dan Sinar Jaya. Masyarakat Desa Matras
mengolah pangan berupa makanan khas Bangka seperti Kemplang Panggang, Kerupuk Ikan,
Keretek Ikan/Cumi, Rusip, Belacan/Trasi, Lada Bubuk, dan sebagainya.
Fasilitas yang tersedia di Desa Matras berupa pinter gerbang memasuki lokasi wisata, serta
telah banyak dibangun tempat peristirahatan berupa bungalow untuk kebutuhan wisatawan.
Di sekitar lokasi pantai terdapat beberapa hotel, penginapan/homestay, layanan tour/travel,
dan tempat hiburan. Terdapat juga pusat-pusat penjualan souvenir di pusat galeri. Untuk
kegiatan wisata bahari, masyarakat melalui kegiatan PNPM Mandiri pariwisata mengadaka
peralatan wisata bahari berupa baju pelampung, kaki bebek, peralatan snorkling, alat
pancing, dan sebagainya.
- Desa Rebo
Daya tarik wisata Desa Rebo adalah Pantai Rebo. Pantai ini dikenal sebagai pantai yang
bagus untuk melihat sunrise karena karakter pantainya yang berbukit-bukit. Selain itu,
terdapat bebatuan granit yang menambah elok Pantai Rebo, garis pantainya membentang
kurang lebih 10 Km. Namun demikian, di wilayah pantai ini terdapat tambang terapung,
yaitu kegiatan tambang yang menggunakan mesin penghisap atau menyedot pasir yang
mengandung timah.
4-64 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Wisatawan yang datang ke Kampung Rebo pada umunya berkunjung ke Pantai Rebo yang
masih didominasi oleh wisatawan nusantara. Fasilitas yang tersedia berupa homestay yang
disediakan oleh masyarakat Kampung Rebo.
Daya tarik wisata yang menonjol di Desa Air Anyir ini adalah wisata budaya dan wisata
pantai. Daya tarik Desa Air Anyir adalah adanya Upacara Rebo Kasan yang dipusatkan di
Pantai Desa Air Anyir sebagai ucapan syukur dan doa kepada Tuhan YME sebelum pergi ke
laut untuk mencari ikan. Tradisi Rebo Kasan merupakan upaya untuk menolak bala yang
dipercaya sering menghadang pada bulan tersebut. Ritual ini dilaksanakan secara turun-
menurun setiap tahun pada bulan Shafar dalam penanggalan Hijriah, tepatnya di hari Rabu.
Desa ini ramai dikunjungi oleh wisatawan nusantara/wisatawan lokal terutama saat ritual
Rebo Kasan. Beberapa warga di Desa Air Anyir ini pun telah menyediakan homestay bagi
para wisatawan yang berkunjung ke desanya.
Desa Batu Rusa, terletak di Kecamatan Sungailiat. Berjarak lebih kurang 19 km dari Kota
Pangkalpinang. Akses transportasi yang dapat digunakan menuju lokasi Desa Batu Rusa
adalah dengan menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua.
Daya tarik wisata desa ini adalah wisata sejarah/wisata religi. Di desa ini terdapat Gereja
Katholik dan Gua Maria Kanaan. Tempat ini banyak dikunjungi oleh wisatawan ziarah umat
Katholik dan wisata sejarah bagi wisatawan umum. Pembangunan Gua Maria Kanaan di
Gereja Katolik Santo Yohanes Pembabtis Baturusa bertujuan memberikan sarana umat
dalam memuliakan Tuhan Allah dengan melalui devosi kepada Bunda Maria. Tingginya
4-65 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
devosi umat terhadap Bunda Maria, sehingga umat katolik di Baturusa didasari sikap umat
yang menyakini bahwa penyertaan Bunda Maria dalam kehidupan menggereja telah
memberi semangat bagi kemajuan hidup menggereja. Devosi ini telah dilakukan sejak tahun
1979. Wujud devosi pun pernah dilakukan dengan berjalan kaki dari Baturusa menuju
Pangkalpinang, selama 8 tahun. Dengan doa dan harapan umat untuk bisa mempunyai
tempat untuk berdevosi. Selain wisata ziarah, di Desa Batu Rusa juga kerap kali
diselenggarakan upacara adat Mandi Limau dan Rebo Kasan.
Wisatawan yang berkunjung ke Desa Batu Rusa ini, berasal dari berbagai daerah di
nusantara dan juga wisatawan mancanegara. Beberapa warga setempat menyediakan
fasilitas homestay bagi wisatawan yang berkunjung ke desanya. Namun demikian,
keadaannya masih sangat terbatas.
- Kota Pangkalpinang
Desa wisata potensial yang terdapat di Kota Pangkalpinang hanya satu, yaitu Desa Wisata
Tuatunu yang terletak di Kelurahan Tuatunu Indah, Kecamatan Gerunggang, Kota
Pangkalpinang, berjarak sekitar 6 km dari pusat kota. Akses menuju desa ini cangat mudah
dilalui oleh kendaraan dengan kondisi jalan yang sangat baik dan beraspal.
Daya tarik Desa Tuatunu adalah wisata budaya sebuah perkampungan yang kental dengan
adat istiadat kebudayaan Melayu sehingga disebut juga sebagai kampung Melayu. Desa ini
berdekatan pula dengan daya tarik desa lainnya di Kota Pangkapinang yaitu Kelenteng Kwan
Ti Miauw, Perkampungan Cina Bintang, sehingga menjadi jalur wisata budaya dengan tema
Jejak Tradisi Daerah Pangkalpinang yang saat ini dikembangkan. Budaya desa ini terdiri dari
tradisi Nganggung, yaitu tradisi gotong-royong masyarakat Kota Pangkalpinang dengan
membawa makanan lengkap di atas dulang kuningan yang ditutup dengan tudung saji untuk
makan bersama-sama. Tradisi Nganggung sering juga disebut dengan adat Sepintu
Sedulang. Tradisi tersebut biasanya dilakukan pada upacara keagamaan, seperti Hari Raya
Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, Nisfu Sya’ban dan pada kegiatan 1 Muharam. Daya tarik
lainnya adalah wiata alam di hutan Wisata Tuatunu.
4-66 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Penduduk Kampung Tuatunu mayoritas beragama Islam. budaya masyarakat adalah budaya
melayu yang kental dengan nuansa Islam. berbagai perayaan sangat meriah berupa acara
Ruwahan, dan Nganggung.
1. Desa Namang
Desa Namang terletak di Kecamatan Namang, Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung.
Akses menuju Desa Namang sangat mudah, berjarak sekitar 30 menit perjalanan dengan
menggunakan bis dari Kota Pangkalpinang ke arah Selatan.
Desa Namang terletak di sekitar kawasan hutan lindung kalong seluas 152,4 Ha. Hutan
lindung kalong tersebut memiliki beragam spesies pohon seperti gelam, letting, pelawan dan
rempodong, sumber nectar bagi lebah. Jumlah penduduk Desa Namang sebanyak 2.302 jiwa
dengan luas wilayah sekitar 37,68 km2. Desa Namang memiliki potensi sumber daya alam
berupa perikanan air tawar, holtikultura, perdagangan, perkebunan sawit, karet, lada,
pertanian, dan pertambangan timah.
Daya tarik Desa Namang berupa kegiatan agrowisata, yaitu pengembangan lahan pertanian
padi sawah yang memanfaatkan sisa lahan penambangan timah atau kolong. Selain itu, Desa
Namang juga merupakan tempat pengemasan dan pemasaran jamur pelawan, dan madu
pahit yang dihasilkan dari budidaya pohon pelawan dan lebah madu di hutan lindung
Namang. Masyarakat Desa Namang membentuk kelompok usaha produktif baik di kawasan
4-67 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
hutan lindung Namang maupun kelompok usaha yang membudidayakan lahan pertanian.
Saat ini sudah dicetak sawah baru seluas 86 Ha.
Dari aspek seni budaya, beberapa ritual yang dilakukan oleh warga Desa Namang pada saat
panen padi adalah Ritual ‘Muruk Jerami’ yang sudah dilakukan turun temurun sejak tahun
1990-an. Ritual tersebut dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur seluruh warga desa bahwa
panen padi pada tahun tersebut melimpah ruah dan diharapkan hasil panen pada tahun
depan dapat lebih banyak lagi. Selain itu, ritual ini pun dipercaya oleh warga desa dapat
terhindar dari mara bahaya serta dilindungi oleh Maha Kuasa dalam kesehariannya dalam
beraktivitas.
Potensi kegiatan wisata yang didukung oleh sumber daya alam hayati serta kreativitas
masyarakatnya didukung pula oleh fasilitas yang tersedia berupa akomodasi sederhana,
balai serba guna, koperasi, dan dilengkapi prasarana dasar listrik dan air bersih.
2. Desa Kurau
Desa Kurau berada di Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah. Desa ini terletak sejauh
20 Km dari Kota Pangkalpinang. Akses menuju desa ini dapat ditempuh dengan perjalanan
darat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Desa ini terletak dipinggir
jalan raya menuju Koba, ibukota Bangka Tengah.
Desa Kurau yang di kepalai oleh 2 kepala desa yaitu Kurau Barat dan Kurau Timur. Jumlah
penduduknya 2.777 jiwa. Sekitar 70% penduduk Desa Kurau bermatapencaharian sebagai
nelayan dan tinggal di perkampungan nelayan yang sederhana. Penduduk desa ini sebagian
besar adalah nelayan keturunan Bugis walaupun ada pula yang merupakan masyarakat
melayu Bangka asli.
4-68 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Desa Kurau memiliki pemandangan yang menarik dan eksotik. Setiap hari Jum’at dan Sabtu
Desa Kurau banyak dikunjungi wisatawan yang hanya sekedar menikmati indahnya
pemandangan tepi laut, membeli hasil laut (ikan, udang dll), atau berperahu menelusuri
sungai, serta yang paling populer adalah mengunjungi Pulau Ketawai. Wisatawan yang
datang ke desa ini pun tidak hanya wisatawan lokal atau dari nusantara saja, melainkan juga
wisatawan mancanegara, meskipun jumlahnya belum begitu banyak. Fasilitas yang terdapat
di desa ini adalah pasar ikan (TPI), lapangan parkir, warung-warung makan, dan tempat
tambat perahu.
1. Desa Nyelanding
Desa Nyelanding terdapat di Kecamatan Air Gegas, Bangka Selatan. Akses menuju desa ini
dapat dicapai dengan mudah melalui jalan darat, yang menyediakan transportasi angkutan
sebanyak 15 unit.
Daya tarik wisata di desa ini berupa kawasan wisata tirta air panas Nyelanding, wisata agro
perkebunan Lada. Daya tarik seni budaya berupa tradisi Sikok Selawang, tradisi Nganggung,
serta perayaan satu Muharam (Tahun Baru Islam). Daya tarik lainnya berupa wisata kuliner
makanan khas daerah di warung-warung makan yang tersedia.
Program pengembangan kegiatan wisata di desa ini berupa penyelenggaraan festival budaya
daerah. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah ini dalam setahun mencapai 2.576
orang. Jumlah penduduk Desa Nyelanding sebanyak 4.321 jiwa atau 1.241 kepala keluarga.
Sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Fasilitas pariwisata di
desa ini didukung oleh fasilitas warung makan sebanyak 5 unit, serta sarana kamar mandi
dan toilet di kawasan wisata tirta air panas Nyelanding.
4-69 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kelurahan Tanjung Ketapang terdapat di Kecamatan Toboali, Bangka Selatan. Akses menuju
desa ini dapat dicapai dengan mudah dengan melalui jalan darat, yang menyediakan
transportasi angkutan sebanyak 32 unit.
Daya tarik Desa Tanjung Ketapang berupa kawasan wisata Benteng Toboali, prosesi
pembuatan terasi, prosesi nyungkur udang, dan prosesi berburu teritip. Daya tarik seni
budaya berupa Group Dambus. Daya tarik lainnya berupa wisata kuliner makanan khas
daerah di warung-warung makan yang tersedia. Program pengembangan kegiatan wisata di
desa ini berupa pergelaran musik, dan penyelenggaraan pameran pembangunan. Jumlah
wisatawan yang berkunjung ke daerah ini dalam setahun mencapai 1.500 orang.
Jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Ketapang sebanyak 10.193 jiwa atau 2.471 kepala
keluarga. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan.
Fasilitas pariwisata di desa ini didukung oleh adanya gazibu kawasan wisata Sejarah Benteng
Toboali, fasilitas homestay sebanyak 1 unit, rumah makan 8 unit, serta kios cenderamata.
3. Desa Rias
Selain itu, Desa Rias juga merupakan kawasan pertanian padi. Permasalahan yang dihadapi
berupa adanya aktifitas Tambang Inkonvensional (TI) darat di lahan persawahan, serta
merambah bendungan persawahan Desa Trans Rias. Sekitar 20 unit pron mesin TI mini
4-70 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
beroperasi di kawasan bendungan persawahan Desa Rias. Lokasi aktivitas tambang juga
berdekatan dengan saluran irigasi persawahan sehingga mengganggu program pertanian.
Desa Pasir Putih terdapat di Kecamatan Tukak Sadai, Bangka Selatan. Akses menuju desa ini
dapat dicapai dengan mudah dengan melalui jalan darat, yang menyediakan transportasi
angkutan sebanyak 7 unit.
Daya tarik wisata di desa ini berupa wisata Pantai Tanjung Kerasak, dengan kegiatan yang
dilakukan berupa menyelam, snorkling, memancing, dan menjelajah laut. Daya tarik lainnya
berupa wisata kuliner makanan khas daerah di warung-warung makan yang tersedia.
Program pengembangan kegiatan wisata di desa ini berupa pergelaran musik, dan
perkemahan pemuda. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah ini dalam setahun
mencapai 8.760 orang.
Jumlah penduduk Desa Pasir Putih sebanyak 3.330 jiwa atau 884 kepala keluarga. Sebagian
besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Fasilitas pariwisata di desa ini
didukung oleh adanya pintu gerbang kawasan wisata pantai, gazibu kawasan wisata di Pantai
Tanjung Kerasak, serta toilet.
5. Desa Sadai
Desa Sadai terdapat di Kecamatan Tukak Sadai, Kabupaten Bangka Selatan, lokasi Pelabuhan
Sadai yang menghubungkan Pulau Bangka dengan Pulau Belitung dari jalur laut. Daya tarik
desa ini adalah corak kehidupan pesisir dengan penduduk yang bermatapencaharian sebagai
nelayan. Penduduk desa pada umumnya beragama Islam, sehingga banyak perayaan besar
digelas pada hari raya Islam. Adat tradisi desa ini seperti budaya Bangka Belitung pada
umumnya, yaitu tradisi Nganggung, makan bersama dengan hidangan laut yang menggugah
selera pada saat acara perayaan Islam. Di desa ini terdapat sekitar tujuh Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) Nelayan yang banyak menghasilkan ikan tangkapan, salah satunya adaleh
jenis ikan cumi, dan ikan lainnya. Di desa ini juga pemerintah mencanangkan kawasan
4-71 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
industri sadai (KIS) sebagai sarana untuk mendukung potensi kelautan dan perikanan di Desa
Sadai.
6. Desa Penutuk
- Kabupaten Belitung
1. Desa Terong
Desa Terong terdapat di Kecamatan Sijuk, Belitung. Lokasi Desa Terong berada di tepi jalan
utama. Daya tarik wisata desa ini adalah keunikan pantai, kesenian gambus, serta adanya
hiburan masyarakat. Penduduk Desa Terong pada umumnya bermata pencaharian sebagai
nelayan. Hal ini didukung oleh lokasinya yang terdapat di pesisir pantai. Laut menjasi sarana
pemenuhan kebutuhan pangan dan perekonomian masyarakat. Desa Terong merupakan
salah satu desa penerima PNPM Mandiri Pariwisata sehingga menjadi desa wisata. Desa
Terong berada dalam koridor kawasan pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung.
Desa Tanjung Binga terletak di Kecamatan Sijuk, dengan jarak sekitar 25 km dari Kota
Tanjungpandan. Akses transportasi yang dapat dilalui untuk menuju tempat ini adalah
dengan transportasi darat. Bagi wisatawan dari luar Belitung, dapat menyewa kendaraan
seperti motor atau mobil travel dari Tanjung Pandan untuk menuju akses tempat ini.
Daya tarik Desa Tanjung Binga adalah pantai yang didukung oleh kegiatan wisata bahari ke
pulau-pulau kecil diantaranya Pulau Lutung, Pulau Hilang, Pulau Kera, serta pulau-pulau
lainnya yang terletak di desa lain yaitu Pulau Lengkuas dan Pulau Burung. Wisatawan dapat
melakukan kegiatan memancing, snorkeling, serta menangkan ikan bersama nelayan atau
4-72 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
program Ngerisi dengan asik, juga kegiatan Madegan berupa mancing ikan di began yang
dilakukan pada malam hari, ataupun nyerucuk yang merupakan kegiatan menangkap udang.
Di Desa ini terdapat objek wisata bukit berahu yang dilengkapi dengan cottage-cottage,
kolam renang dan lapangan golf sembilan lubang. Selain itu ada juga wisata belanja berupa
oleh-oleh ikan asin segar tanpa formalin, yang biasanya disenangi wisatawan untukmenjadi
buah tangan selepas berkunjung ke Tanjung Binga.
Produk khas Desa Tanjung Binga yang diproduksi oleh masyarakat di desa tersebut adalah
dodol Tanung Binga, Abon Ikan, Keripik Rumput Laut, serta Kerupuk Ikan Cumi, serta
Anyaman Tikar. Desa Tanjung Binga berpenduduk 4.186 jiwa yang bermata pencaharian
sebagai nelayan, petani, karyawan dan pedagang. Kegiatan pariwisata belum menjadi
kegiatan utama masyarakat, karena adanya pekerjaan di laut yang lebih menjanjikan. Namun
demikian, penerimaan masyarakat cukup baik terhadap pendatang, serta mendukung
melalui pengembangan berbagai kerajinan khas desa.
Kegiatan ritual laut dipimpin oleh seorang dukun kampung, begitu pula dengan kegiatan
selamatan desa sebagai rasa syukur atas kegiatan pertanian yang melimpah. Selamatan
kampung ini dilakukan dalam enam bulan sekali, dan adapula selamatan setiap tanggal 1
Muharam. Begitu pula halnya dengan penentuan waktu-waktu untuk melaut dan lainnya
yang dilakukan melalui kesepakatan 68 dukum kampung. Fasilitas wisata yang tersedia di
Desa Tanjung Bingan berupa homestay, serta galeri KUKM.
4-73 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3. Desa Keciput
Desa Keciput berada di Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Jarak desa ini dari ibu kota
Tanjung Pandan sekitar 27 km. Akses menuju Desa Keciput dapat menggunakan transportasi
darat untuk menjangkau pusat desanya, sedangkan untuk sebagian lagi dapat menggunakan
perahu kater atau perahu nelayan yang disewakan kepada wisatawan.
Desa Keciput merupakan desa yang memiliki potensi wisata bahari. Daya tarik wisata yang
terkenal di Desa Keciput adalah kawasan Pantai Tanjung Kelayang dan perairan Pulau
Lengkuas. Ikon tempat ini adalah atraksi wisata Pantai Tanjung Kelayang berikut pulau-pulau
kecil disekitarnya, meliputi pemandangan batu kepala burung yaitu bukit granit ditengah
laut yang menyerupai kepala burung serta pulau pulau kosong disisi barat laut. Sedangkan
atraksi alam di Pulau Lengkuas meliputi pemandangan terumbu karang dilihat dari atas
mercusuar pulau itu. Penelusuran pulau-pualau kecil tersebut dilakukan dengan
menggunakan perahu. Kegiatan wisatawan berupa snorkeling, diving, menyaksikan
panorama keindahan matahari tenggelam. Keberadaan Pantai Tanjung Kelayang dan Pulau
Lengkuas membuat Desa Keciput banyak dikunjungi wisatawan nusantara terutama dari
Jakarta, dan wisatawan mancanegara terutama pada saat penyelenggaraan sail Wakatobi-
Belitung 2011 yang salah satunya dilaksanakan di wilayah tersebut.
Seni budaya yang berkembang di Desa Keciput adalah kesenian Bagendong, serta seni khas
belitung berupa Tari Selamat Datang, dan Tari Spen yang diajarkan melalui sanggar-sanggar
yang tersedia. Budaya masyarakat berupa adat Buang Jong juga dilakukan di Desa Keciput.
Jumlah penduduk Desa Keciput sebanyak 2.582 jiwa. Penggunaan tanah di wilayah ini pada
umumnya meliputi permukiman, jasa perdagangan dan kebun campuran. Kegiatan ekonomi
masyarakat Desa Keciput disekitar pantai Tanjung Kelayang adalah nelayan sekaligus petani
kebun campuran serta perdagangan. Aktivitas ekonomi masyarakat yang mendukung wisata
antara lain berupa mengolah bahan makanan menjadi kuliner yaitu dodol belitung, sambal
abon, dan kerupuk ikan cumi.
4-74 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
memiliki galeri wisata yang menampilkan berbagai produk khas dari Desa Keciput, serta
tempat penyewaan sepeda.
4. Desa Sijuk
Daya tarik Desa Sijuk berupa keindahan pantai serta kuliner. Potensi daya tarik lainnya
berupa wisata pendidikan di Museum Maritim Indonesia yang masih dalam tahap
pembangunan di sekitar Pantai Panyaeran. Produk khas Desa Sijuk adalah terasi Sijuk, dan
kerajinan kerang, serta kerupuk ikan. Salah satu daya tarik wisata lainnya di Desa Sijuk
adalah Pantai Penyaeran Kecamatan Sijuk, berjarak sekitar 34 km dari Kota Tanjungpandan.
Pantai ini memiliki ciri khas pasir putih dan garis pantai yang landai dengan lebar sekitar 15
m disaat air surut membuat Pantai Penyaeran sangat cocok untuk kegiatan berjemur,
mencari kulit kerang atau sekedar jalan-jalan dibibir pantai sambil menanti sunset tiba. Di
Pantai Penyaeran wisatawan dapat menikmati panorama bebatuan dan juga kegiatan
nelayan yang menambatkan perahunya di muara sungai di dekat pantai. Selain itu,
beberapa sanggar tari yang merupakan daya tarik wisata budaya pun terdapat di desa ini.
Seni musik Hadran merupakan jenis kesenian yang terdapat di Desa ini berupa iringan musik
untuk pengantin. Acara rutin budaya masyarakat adalah Maras Taun, berupa selamatan
pantai. Program kegiatan wisata di desa ini berupa lomba memancing. Beberapa wisatawan
4-75 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
asing yang berasal dari Australia, Jepang, dan Jerman banyak yang menyukali upacara adat
pernikahan desa ini.
Kegiatan masyarakat pada umumnya adalah nelayan, petani, dan pekebun sawit, serta
penambang timah. Fasilitas wisata yang terdapat di Desa ini adalah homestay sebanyak 15
unit dan adanya guide sebanyak 20 orang.
Desa Pelepak Putih, merupakan pemekaran dari Desa Sijuk, Kecamatan Sijuk, yang terbentuk
sejak tahun 2012. Letaknya sekitar 27 km dari Tanjung Pandan. Akses ke Desa Pelepak Putih
dapat dilalui dengan transportasi darat dan kondisi jalan dalam keadaan baik.
Di Desa Pelepak Putih, terdapat Dusun Balitung, merupakan permukiman warga Bali yang
melakukan transmigrasi ke Belitung sejak tahun 1990. Daerah ini lebih dikenal dengan
sebutan kampung Bali. Daya tarik Desa Pelepak Putih ini adalah permukimannya yang khas
dengan arsitektur bali dan gapura candi bentar. Seperti layaknya permukiman di Bali, hampir
setiap rumah di Dusun Balitung memiliki pura pribadi yang dipenuhi dengan sesaji. Dusun
Balitung memiliki pura utama yang disebut dengan nama Pura Jagatnatha dan menjadi pusat
peribadatan warga Hindu di kampung ini. Produk kesenian Kampung Bali seperti Tari Barong
dan seni bangunan khas Bali. Setiap perayaan hari besar umat hindu masyarakat kampong
Bali melaksanakan upacara-upacara adat di Pura dan memakai pakaian adat khas Bali.
Suasana Bali sangat kental, karena warganya masih berbicara menggunakan Bahasa Bali
dengan dialek yang khas. Mata pencaharian masyarakat kampong Bali mayoritas sebagai
petani atau berkebun lada, walaupun ada juga yang telah beralih menjadi penambang timah.
4-76 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Dusun Burung Mandi berada di Desa Mengkubang, Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung
Timur. Desa ini berjarak 85 km dari Kota Tanjungpandan yang atau sekitar 17 km dari
Manggar. Akses transportasi yang dapat dilalui untuk menuju tempat ini adalah dengan
transportasi darat. Bagi wisatawan dari luar Belitung, dapat menyewa kendaraan seperti
motor atau mobil travel dari Tanjungpandan atau dari Manggar untuk menuju tempat ini.
Daya tarik wisata utama di Dusun Burung Mandi adalah Pantai Burung Mandi dan Vihara
Dewi Kuan Im yang merupakan Kelenteng terbesar di Belitung. Kondisi pantainya berpasir
putih dan mengandung batuan granit. Pantai Burung Mandi memiliki panjang kira-kira 2 Km,
dan lebar mencapai sekitar 300 meter dengan kondisi landai. Atraksi alam Pantai Burung
Mandi berupa pemandangan Kepulauan Momparang.
Jumlah penduduk Dusun Burung Mandi sebanyak 368 jiwa yang bermukim dipinggir pantai
dan bekerja sebagai buruh tambang, pedagang, nelayan dan petani. Penggunaan tanah di
desa Burung Mandi meliputi permukiman, hutan lindung serta kebun campuran. Wilayah ini
dilalui oleh sungai besar, yaitu Sungai Mempayak. Desa Burung Mandi sering didatangi oleh
wisatawan nusantara dan mancanegara, terutama mereka yang keturunan Tionghoa dan
melakukan kunjungan ke vihara Dewi Kuan Im untuk beribadah.
2. Desa Lenggang
Desa Lenggang atau Lingga terletak di Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur.
Berjarak sekitar 15 km dari Kota Manggar, atau sekitar 90 km dari Kota Tanjungpandan.
Akses menuju desa Lenggang cukup mudah dengan kondisi jalan sangat baik. Daya tarik
wisata desa ini adalah adanya Museum Kata (Museum Sastra, Andrea Hirata), Replika SD
4-77 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Muhammadiyah, bendungan Pice, yang sempat menjadi salah satu lokasi syuting film laskar
pelangi, serta deretan kedai kopi yang dinamakan 1000 kedai kopi Manggar di dekat
Bendungan Pice.
Desa Tanjung Kelumpang terdapat di pantai selatan Pulau Belitung. Akses menuju Desa
Tanjung Kelumpang sangat mudah karena terletak di jalan raya utama Provinsi, dengan
kondisi jalan yang sangat baik.
Daya tarik Desa Tanjung Kelumpang adalah corak kehidupan masyarakat pesisir di sekitar
Pantai Punai. Luas Desa Tanjung Kelumpang yang menjadi aset desa adalah 2 ha. Dalam
mendukung kegiatan pariwisata, masyarakat desa menyediakan homestay, membangun
galeri, serta membentuk kelompok sadar wisata. Jumlah homestay yang ada sebanyak 4
unit. Partisipasi aktif masyarakat pun terlihat dari sejumlah pramuwisata yang menjadi tim
keselamatan pantai sebanyak 25 orang, serta menjaga kebersihan pantai. Daya tarik lainnya
berupa kuliner khas pantai seperti kepiting dan ikan bakar. Kegiatan yang dilakukan
wisatawan di desa ini cukup beragam yang didukung oleh fasilitas yang tersedia berupa
panggung hiburan, lapangan olah raga, serta fasilitas rumah makan.
4-78 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
A. Akomodasi
Sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
didukung oleh tersedianya fasilitas akomodasi, fasilitas makan minum, serta aksesibilitas.
Pada tahun 2011 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdapat 105 unit hotel dengan
jumlah kamar sebanyak 2.458 kamar tidur. Sebaran sarana hotel paling banyak terdapat di
Kabupaten Belitung sebanyak 603 unit hotel. Selama kurun waktu tiga tahun terakhir dari
tahun 2009-2011 terjadi penambahan jumlah hotel sebesar 45,83%.
Berdasarkan kelasnya, jumlah hotel bintang pada tahun 2011 sebanyak 17 unit dan hotel
non bintang sebanyak 88 unit. Pada tahun 2010 jumlah hotel sebanyak 78 unit hotel yang
terbagi menjadi hotel bintang sebanyak 13 unit dan jumlah hotel non bintang sebanyak 65
unit. Sementara itu, pada tahun 2009, jumlah hotel sebanyak 72 unit hotel yang terbagi
menjadi 11 unit hotel bintang dan 61 unit hotel non bintang.
Tabel 4.6 Jumlah Sarana Hotel di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011
B. Restoran/Rumah Makan
Jumlah restoran yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2011
sebanyak 59 unit yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten. Jumah rumah makan yang
paling banyak terdapat di Kabupaten Belitung sebanyak 26 unit. Restoran atau rumah makan
4-79 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
ini menawarkan jenis makanan yang bervariasi, mulai dari makanan tradisional nusantara
hingga makanan eropa, cina, dan lainnya.
C. Cenderamata
D. Agen Perjalanan
Kegiatan pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangkan Belitung didukung oleh adanya agen
perjalanan wisata yang memberikan layanan sewa kendaraan dan tur / perjalanan wisata di
wilayah Bangka Belitung. Pada tahun 2011 terdapat sekitar 34 agen perjalanan wisata yang
paling banyak terdapat di Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Belitung.
4-80 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tabel 4.9 Agen Perjalanan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011
Sarana pendukung pariwisata lainnya berupa sarana kesehatan dan peribadatan. Sarana
kesehatan masyarakat yang tersedia yang juga melayani kebutuhan wisatawan pada
umumnya berupa 13 unit rumah sakit, 58 unit puskesmas, serta 160 unit puskesmas
pembantu. Tempat peribadatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tersebar merata
terdiri dari Mesjid (722 unit), Mushola (455 unit), Langgar (120 unit), Gereja Protestan (161
unit), Gereja Katholik (31 unit), dan Vihara (63 unit).
Prasarana jaringan listrik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dilayani oleh PLN
tersambung sebesar 302.417 KVA dengan daya terpasang 89.392 KW. Jumlah pembangkit
listrik sebanyak 58 unit dengan produksi listrik sebesar 51.367.527 KWH. Konsumen rumah
tangga adalah pelanggan terbesar sebanyak 70% dari total layanan terhadap pelanggan.
4-81 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Transportasi darat yang tersedia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berupa sarana jalan
sepanjang 509,59 km berstatus jalan negara, 550,97 km jalan provinsi dengan jenis
permukaan aspal. Kondisi jalan yang tercatat baik sebanyak 61,47%, dan jalan rusak sebesar
10,79%. Jumlah kendaraan roda empat tahun 2011 sebanyak 43.514 unit kendaraan, berupa
bis, truk, sedan, pick up, jeep dan kendaraan roda dua. Namun demikian, jumlah dan jenis
sarana transportasi yang mendukung kebutuhan wisatawan masih terbatas.
Transportasi udara dilayani melalui dua Bandar Udara, yaitu Bandara Depati Amir di Pulau
Bangka dan Bandara H.A.S Hanandjoeddin di Pulau Belitung. Pada tahun 2011, frekuensi
kedatangan dan keberangkatan pesawat sebanyak 5.699 dan 5.702 penerbangan, dengan
membawa penumpang sebanyak 656.551 yang datang dan 665.826 berangkat. Rute
penerbangan dilayani oleh maskapai penerbangan Sriwijaya Air, Batavia Air, Adam Air dan
Riau Airlines.
4-82 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Bandara Hanandjoeddin sebesar 22,77% yang diperkirakan merupakan dampak dari adanya
fenomena Belitung sebagai bumi Laskar Pelangi yang banyak menarik kunjungan wisatawan.
JUMLAH
DEPATI AMIR HANANDJOEDDIN PERTUMBUHAN
TAHUN PENUMPANG
(PANGKALPINANG) (TJ. PANDAN) (%)
(ORANG)
2006 329.430 84.630 414.060
2007 357.440 88.970 446.410 7,81
2008 400.508 109.235 509.743 14,19
2009 480.320 134.500 614.820 20,61
2010 544.652 168.528 713.180 16,00
2011 656.700 194.400 851.100 19,34
Sumber : Dinas Perhubungan Prov. Kep. Bangka Belitung, 2012.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki potensi pasar wisatawan nusantara maupun
wisatawan mancanegara yang cukup besar. Kedekatan letak geografis Kepulauan Bangka
Belitung dengan Provinsi Sumatera Selatan, ditunjang ketersediaan fasilitas transportasi laut
dan udara yang mempermudah aksesibilitas turut memperbesar peluang pasar pariwisata
Kepulauan Bangka Belitung. Penyelenggaraan even wisata bahari Belitung-Wakatobi, even
Sail Belitung, serta visit Bangka Belitung Archi 2010, turut memperbanyak serta
memperbesar segmen pasar wisatawan domestik maupun mancanegara ke Kepulauan
Bangka Belitung.
Sumber wisatawan domestik dari daerah-daerah terdekat cukup tinggi, yaitu berasal dari
Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Lampung, Provinsi Jambi, Provinsi Riau, D.K.I. Jakarta,
Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Banten, merupakan potensi pasar wisatawan nusantara
bagi Kepulauan Bangka Belitung.
4-83 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tabel di atas menguraikan bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke daya tarik wisata di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung cenderung mengalami peningkatan. Pada kurun waktu
empat tahun terakhir periode 2008-2011, jumlah wisatawan paling banyak mencapai
192.795 wisatawan pada tahun 2011 atau meningkat sebesar 63,46% dari jumlah wisatawan
pada tahun 2008. Perkembangan jumlah wisatawan mancanegara ke Kepulauan Bangka
Belitung pada tahun 2008-2011 sebesar 74,58%, sedangkan perkembangan jumlah
wisatawan nusantara ke Kepulauan Bangka Belitung dalam periode tahun 2008-2011
sebesar 58,67%.
Sementara itu, jumlah wisatawan yang menginap di wilayah Kepulauan Bangka Belitung
dapat dilihat dari jumlah tamu ke fasilitas akomodasi. Jumlah tamu yang berkunjung ke
fasilitas akomodasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2011 sebanyak 192.695
tamu. Sebesar 99,2% adalah tamu domestik dan 0,78% tamu asing. Perkembangan jumlah
tamu baik asing maupun domestik selama empat tahun terakhir mengalami peningkatan.
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seiring dengan adanya peningkatan kegiatan
kepariwisataan termasuk even-even pariwisata bertaraf internasional dan nasional. Program
visit Babel 2010, serta booming Laskar Pelangi memberikan pengaruh pada peningkatan
jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
4-84 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
200,000
187,333
180,000
Tamu Indonesia
160,000
140,000
131,828
120,000 104,919
100,109
100,000 92,261
93,816
80,000
76,569 80,196
60,000
61,818
40,000 Tamu Asing
20,000
292 926 519 327 131 422 622 688 1,487
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap catatan perjalanan para wisatawan baik asing
maupun nusantara yang pernah berkunjung ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui
blog di internet, dapat diketahui karakteristik identitas wisatawan dan pola perjalanan
wisatawan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Karakteristik demografis wisatawan ditinjau dari jenis kelamin, usia, serta daerah asal
wisatawan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa berdasarkan identitas gender, rata-rata
wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didominasi oleh
wisatawan berjenis kelamin pria. Menurut kelompok usia, rata-rata wisatawan yang
berkunjung ke Provinsi kepulauan Bangka Belitung berada di kelompok usia 25-35 tahun
dan disusul oleh wisatawan berusia 15-25 tahun. Adapun berdasarkan daerah asalnya, rata-
rata wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada umumnya
berasal dari Jakarta, lalu disusul oleh wisatawan yang berasal dari Sumatera Selatan,
kemudian Bandung, Sidoarjo, Kediri, Negara Jepang, Bangka Belitung, Pekanbaru, dan
Malang.
4-85 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Karakteristik pola perjalanan wisatawan ke Kepulauan Bangka Belitung ditinjau melalui daya
tarik yang paling banyak dikunjungi, lama tinggal, moda transportasi yang digunakan, teman
perjalanan, serta pengeluaran wisatawan. Berdasarkan hasil pengamatan, daya tarik wisata
yang paling menarik dan banyak diminati wisatawan antara lain, pertama Pantai Tanjung
Tinggi, lalu SD Muhammadiyah Gantong, Pantai Tanjung Pendem, Kota Tanjung Pandan,
Pantai Parai, Pantai Matras, dan selanjutnya Pantai Burung Mandi, Pantai Tanjung Pesona,
Pantai Teluk Uber, Pantai Bukit Berahu, Pantai Tanjung Kelayang, Kota Manggar, Sentra oleh-
oleh kota Belitung, Lahan Tambang, Viahra Dwi Kwan In, Pulau Ketawai, Pantai Sumur 7,
Pantai Batu Daun, Pantai Pasir Padi, Museum Timah, Mie Belitung, Tugu Meteor, Bendungan
Pice, Pulau Lengkuas, Pulau Burung, Pulau Pasir, Sungailiat, Pemandian Air Panas Pemali,
Sentra Oleh-oleh Bangka, Pantai Tenggiri, Kampung Nelayan Bugis, Toboali, kota Pangkal
Pinang, Tanjung Rhuu dan Kota Muntok.
Lama kunjungan wisatawan berwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung paling banyak
lebih dari satu hari, selanjutnya diikuti oleh rata-rata 3 jam, 7 hari, 8 hari dan 4 hari.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata wisatawan yang berkunjung ke Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung adalah wisatawan yang juga menginap. Adapun pengeluaran
wisatawan selama melakukan kunjungan ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung rata-rata
menghabiskan uang lebih dari Rp.600.000,-.
4-86 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
4-87 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sumber daya manusia usaha pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat
dari jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pariwisata. Berdasarkan mata pencaharian,
jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas yang termasuk usia kerja pada tahun 2011
sebanyak 893.894 jiwa. Penduduk usia kerja pada umumnya bekerja pada sektor pertanian
sebesar 25,93%, bekerja di sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebanyak 18,98%, dan di
sektor jasa kemasyarakatan sebanyak 15,51%, pekerja di sektor industri pengolahan
sebanyak 5,46%, serta 34,13% bekerja di sektor lainnya. Masyarakat yang bekerja dalam
sektor pariwisata melalui sub sektor perdagangan, hotel, dan restoran menempati urutan
kedua setelah jumlah tenaga kerja di sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa
dukungan sumber daya manusia cukup besar, namun demikian, permasalahan yang dihadapi
dari aspek sumber daya manusia pendukung pariwisata masih terbatas, baik secara kuantitas
maupun kualitas.
Dengan demikian, dalam Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung menguraikan tentang strategi pengembangan sumber daya
manusia pariwisata yang dilakukan melalui :
1. Mengembangkan SDM pariwisata yang berkualitas dan kompeten pada bidangnya;
2. Meningkatkan peran SDM pariwisata sebagai ujung tombak pengembangan pariwisata
Kepulauan Bangka Belitung; dan
3. Memberdayakan masyarakat lokal sebagai subjek dalam pengembangan kegiatan
pariwisata di daerahnya.
B. Potensi Masyarakat
Potensi masyarakat pendukung kegiatan pariwisata dapat dilihat dari jumlah penduduk di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang pada tahun 2011 sebanyak 1.261.737 jiwa atau
bertambah 3,14% dari tahun 2010. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 655.051 jiwa, dan
perempuan sebanyak 606.686 jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk tahun 1990-2000
sebesar 0,93% per tahun, dan meningkat menjadi 3,14% per tahun pada periode tahun
2000-2010. Tingkat kepadatan penduduk mencapai 77 orang per km2.
Pada tahun 2011, struktur industri pengolahan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
didominasi oleh kelompok industri pangan yaitu sebanyak 2.530 unit usaha yang tersebar di
4-88 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
berbagai wilayah. Penyerapan tenaga kerja sektor industri mencapai 25.922 orang, yang
paling besar adalah kelompok industri kimia dan bahan bangunan sebesar 9.549 orang.
Kegiatan industri kerajinan di wilayah ini pada umumnya adalah mengolah hasil agro
industri, perikanan, perkebunan, dan hasil laut. Hal ini menunjukkan bahwa potensi kegiatan
masyarakat cukup besar dalam mendukung pariwisata melalui karya kreatif masyarakat
dalam pengolahan hasil-hasil pertanian yang berpotensi meningkatkan produk khas daerah.
Seiring dengan kegiatan pariwisata yang umumnya terdapat di kawasan pesisir pantai, maka
potensi masyarakat pendukung pariwisata berasal dari lingkungan masyarakat pedesaan
pesisir pantai. Hal ini sejalan dengan kondisi bahwa penduduk asli Kepulauan Bangka
Belitung adalah Suku Laut yang juga disebut Orang Sekak, atau Sekah, dan tinggal di sekitar
Teluk Kelabat, Kurau, Pulau Lepar, Muara Sungai Kampa, dan di pantai-pantai Pulau Belitung.
Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari berbagai macam suku bangsa,
kebudayaan dan golongan sosial yang secara garis besar terdiri dari Melayu, Bugis, Jawa,
Bali, Batak, Buton, Flores, Sunda, Madura, keturunan Cina, dan warga negara asing yang
telah menetap di Kepulauan Bangka Belitung. Jumlah penduduk warga negara asing
didominasi oleh warganegara Cina. Hal ini terjadi karena warganegara Cina menurut
sejarahnya telah membaur dengan penduduk pribumi. Bahasa yang paling dominan
digunakan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah bahasa Melayu, sebagai bahasa
daerah. Seiring dengan keanekaragaman suku bangsa yang ada di provinsi ini, bahasa lain
yang digunakan antara lain bahasa Mandarin dan bahasa Jawa.
Pada dasarnya karakteristik masyarakat yang cukup terbuka dalam menerima pendatang
khususnya wisatawan, sehingga menjadi modal utama dalam mendukung perkembangan
pariwisata di Kepulauan Bangka Belitung. Salah satu contoh bentuk dukungan masyarakat
dalam pariwisata terlihat dari banyaknya homestay yang disediakan masyarakat sebagai
sarana akomodasi untuk memenuhi kebutuhan wisatawan pada saat penyelenggaraan event
di Bangka Belitung seperti even Sail Wakatobi-Belitung, ataupun dukungan terhadap visit
Babel Archi 2010. Melalui fasilitasi pemerintah daerah, masyarakat mendapatkan berbagai
bentuk pelatihan dan arahan untuk memfasilitasi kebutuhan wisatawan, termasuk pelatihan
berbahasa asing.
Penyelenggaraan berbagai even yang melibatkan masyarakat seperti festival seni budaya,
termasuk festival adat kampung yang tercantum dalam kalender even pariwisata yang
4-89 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kuantitas dan kulitas sumber daya manusia dalam bidang pariwisata tidak dapat dilepaskan
dari ketersediaan lembaga pendidikan kepariwisataan baik tingkat sekolah menengah
ataupun tingkat pendidikan tinggi. Keberadaan lembaga pendidikan pariwisata mutlak
diperlukan untuk meningkatkan kualitas kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
secara keseluruhan. Dengan tersedianya lembaga pendidikan pariwisata maka kebutuhan
tenaga pariwisata dapat diisi oleh tenaga-tenaga pariwisata yang berasal dari Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini tentu saja akan menciptakan nilai tambah bagi
masyarakat terhadap semakin berkembangnya sektor kepariwisataan di bangka Belitung.
Dengan mempunyai keterampilan dan ilmu kepariwisataan maka masyarakat dengan
otomatis dapat berperan dan lebih menikmati dampak ekonomi dari kemajuan
pembangunan kepariwisataan.
Dengan jumlah lulusan rata-rata enam puluh orang atau dua kelas per sekolah, maka tenaga
kerja yang dihasilkan oleh sekolah menengah kejuruan yang menyelenggarakan pendidikan
pariwisata sangat tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja pariwisata di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Peningkatan jumlah lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pariwisata yang mampu menghasilkan tenaga kerja
4-90 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Association of Indonesian Tours and Travel (ASITA) merupakan salah satu organisasi yang
mendukung perkembangan pariwisata di Kepulauan Bangka Belitung. Peran Asita selama ini
lebih banyak dilakukan oleh Asita di luar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, hal ini terjadi
karena masih minimnya agen perjalanan yang profesional, mempunyai jaringan luas dan
berbentuk badan usaha yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Keanggotaan
Asita Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sampai saat ini terdiri dari empat belas agen
perjalanan wisata, jumlah ini merupakan yang terkecil diantara Dewan Pimpinan Daerah
Asita di seluruh Indonesia. Meski demikian terdapat juga agen perjalanan wisata yang bukan
anggota Asita. Peningkatan jumlah agen perjalanan yang profesional dalam kerangka
membangun pariwisata harus dilakukan agar wisatawan mempunyai banyak pilihan dalam
mempersiapkan perjalanannya ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Tabel 4.13 Daftar Agen Wisata anggota dan non anggota Asita
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
NO. NAMA AGEN WISATA JENIS KABUPATEN/KOTA
1. Afat Biro perjalanan wisata Belitung Timur
2. Atim Biro perjalanan wisata Belitung Timur
3. Yustisia Biro perjalanan wisata Belitung Timur
4. Barokah Travel Agen perjalanan wisata Belitung Timur
5. Levi Tour and Travel Biro perjalanan wisata Belitung Timur
6. B-Trans Biro perjalanan wisata Belitung
7. Belitung Bersama Tours Biro perjalanan wisata Belitung
8. PT. Sashi Anugerah Raya Biro perjalanan wisata Belitung
9. De-Belitong Biro perjalanan wisata Belitung
10. Duta Persada Belitung Agen perjalanan wisata Belitung
11. Levi Tour and Travel Biro perjalanan wisata Belitung
12. Lisa Tour and Travel Biro perjalanan wisata Belitung
13. Lotus Agen perjalanan wisata Belitung
14. PT.Ildatu Muda Travelindo Biro perjalanan wisata Belitung
15. Bangka Indah Travel Agen perjalanan wisata Belitung
16. Carmeta Ampuh Tour and Travel Biro perjalanan wisata Belitung
17. Duta bangka Sarana Biro perjalanan wisata Belitung
4-91 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Keberadaan fasilitas penunjang hotel dan penginapan di suatu destinasi merupakan syarat
mutlak agar suatu destinasi dapat berkembang dan dikunjungi banyak wisatawan dengan
tingkat lama tinggal yang cukup lama. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI)
sebagai wadah berkumpulnya para pengusaha hotel dan penginapan merupakan salah satu
organisasi pendukung pariwisata di kepulauan Bangka Belitung. Keberadaan PHRI sangat
penting dalam kerangka menghimpun pengusaha hotel dan restoran agar mempunyai
standar dan pemahaman yang sama ketika melayani keinginan dan kepentingan wisatawan.
PHRI di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih dalam tahap perkembangan dan tidak
seluruh pengusaha hotel dan restoran yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah
masuk menjadi anggota PHRI. Rendahnya kesadaran untuk menjadi anggota PHRI banyak
disebabkan oleh kekurang mengertian para pengusaha terhadap fungsi dan manfaat dari
menjadi anggota PHRI. Selama ini pengusaha lebih takut akan peningkatan pajak apabila
hotel atau restorannya menjadi anggota PHRI, sedangkan pada kenyataannya PHRI dapat
membantu penyeberluasan promosi terhadap hotel dan restoran anggotanya sehingga lebih
mudah dikenali dan diakses informasinya oleh wisatawan.
4-92 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
restoran. Dari 56 restoran tersebut tersebar 25 restoran di pulau Bangka dan 31 restoran di
pulau Belitung yang tidak seluruhnya menjadi anggota PHRI.
Destinasi pariwisata tidak dapat berkembang maksimal apabila tidak ada tenaga yang dapat
memberikan penjelasan dan interpretasi terhadap obyek wisata yang ada. Himpunan
Pramuwisata Indonesia (HPI) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya
pembangunan sektor pariwisata di Kepulauan Bangka Belitung memegang peranan yang
sangat penting untuk dapat memberikan penjelasan dan interpretasi terhadap seluruh daya
tarik yang ada. Penjelasan dan interpretasi terhadap suatu daya tarik wisata tidak bisa
diberikan oleh orang yang tidak memahami dengan baik.
Selama ini Provinsi Bangka Belitung masih sangat kekurangan pramuwisata/pemandu wisata
terutama pada saat-saat liburan atau peak season. Pada saat tersebut wisatawan banyak
yang mengeluhkan tidak adanya pemandu wisata yang dapat menemani mereka berkeliling
obyek wisata sekaligus dapat menjelaskan fenomena yang ada.
Peranan HPI dalam upaya menghimpun seluruh pemandu wisata yang ada di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung sangat strategis karena dalam payung HPI maka standar
kualifikasi seorang pemandu wisata dapat dikontrol dan diawasi sehingga wisatawan dapat
memperoleh penjelasan dan interpretasi yang seragam dari setiap pemandu wisata
terhadap satu obyek yang ada. Selain itu HPI juga dapat berperan dalam mencetak pemandu
wisata- pemandu wisata baru yang profesional dan handal. Saat ini jumlah pemandu wisata
yang beroperasi diseluruh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak terdata dan setiap
pemandu wisata terkesan berjalan sendiri-sendiri tanpa adanya pengaturan yang seharusnya
dilakukan oleh HPI.
Kelompok penggerak pariwisata (Kompepar) merupakan salah satu organisasi yang dibentuk
dari masyarakat untuk mendukung perkembangan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung.
Kelompok masyarakat ini dapat menjadi mitra pemerintah dalam upaya meningkatkan
pembangunan pariwisata yang berbasis masyarakat. Keterlibatan Kompepar sangat penting
agar pembangunan pariwisata tidak hanya melibatkan pemerintah dan investor akan tetapi
4-93 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
juga dapat secara langsung melibatkan masyarakat untuk mengelola potensi pariwisata yang
ada.
Keberadaan Kompepar harus didorong agar manfaat ekonomi secara maksimal dapat
dirasakan dan dampak dari pembangunan kepariwisataan di seluruh wilayah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang bersinggungan dengan masyarakat dapat diminimalisir.
Kepariwisataan sebagai sektor unggulan dan sektor yang diprioritaskan dalam pembangunan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka kondisi lingkungan internal dan eksternal sangat
mempengaruhi pengembangan sektor ini. Identifikasi potensi dan permasalahan dari
berbagai aspek memberikan pengaruh penting dalam menetapkan strategi pembangunan
pariwisata berkelanjutan (SMART) di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Aspek
pembangunan berkelanjutan pada intinya dipengaruhi oleh karakteristik sosial, teknologi,
ekologi, ekonomi, dan regulasi (STEER). Keterkaitan antar aspek tersebut dapat menciptakan
hubungan yang saling menguatkan dan melengkapi dalam mengatasi dampak serta
menjawab isu-isu strategis pembangunan untuk mengembangkan kepariwisataan
berkelanjutan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
- Sosial
Kondisi sosial bersifat dinamis yang dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam hubungan
antarindividu atau masyarakat yang berubah setiap saat tergantung pada kepercayaan,
budaya, gaya hidup, serta nilai-nilai yang dianut masyarakat. Pengaruh aspek sosial yang
mendukung pengembangan kepariwisataan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, antara
lain:
4-94 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3. Corak kehidupan sosial masyarakat dengan dominasi mata pencaharian sebagai nelayan,
petani, dan pedagang, serta penambang merupakan pelaku penting dalam menunjang
pengembangan agrowisata.
4. Seiring dengan kebijakan pembatasan dan penghentian kegiatan penambangan timah
inkonvensional, terjadi perubahan kegiatan masyarakat dari penambang menjadi
pekerja di bidang lain terutama pertanian, nelayan, atau perdagangan.
5. Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2011 sebanyak
1.261.737 jiwa, dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 72.060 jiwa atau 5,75%,
mendorong sektor pariwisata dapat berperan dalam mensejahterakan masyarakat.
6. Tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya adalah lulusan SMP, merupakan
tantangan dalam upaya peningkatan sumber daya manusia untuk mendukung sektor
pariwisata.
7. Masyarakat yang sebagian besar tinggal di pedesaan, pada umumnya hidup di
lingkungan yang berupa rawa-rawa, diantara kolong-kolong, dan hutan atau semak
menjadikan suasana khas melayu sangat kental yang nyaman untuk tempat
penghidupan, namun demikian, kendala yang dihadapi berupa sulitnya sarana
transportasi umum, dan keterbatasan sarana air bersih.
8. Tingkat partisipasi angkatan kerja pada tahun 2011 di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung sebesar 68,40%, dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 3,61%. Adapun
yang bekerja di bidang pariwisata terlibat sebagai pekerja di sarana wisata seperti hotel,
restoran, biro perjalanan wisata, dan lainnya.
9. Partisipasi masyarakat dalam mendukung pariwisata berupa penyediaan homestay,
serta bekerja di sektor kuliner khas daerah.
10. Kekayaan etnis yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi daya tarik
yang sangat tinggi nilainya dalam pengembangan wisata budaya.
11. Kesadaran masyarakat yang sangat tinggi terhadap penjagaan lingkungan menjadi faktor
pendorong yang sangat besar dalam pengelolaan lingkungan alam dalam menunjang
pariwisata, terutama pencegahan kapal hisap di perairan Pulau Bangka dan Belitung.
4-95 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
- Teknologi
Perkembangan teknologi yang semakin canggih dalam berbagai bidang dimanfaatkan untuk
meningkatkan kapasitas, efektifitas dan efisiensi pengelolaan pembangunan. Dalam bidang
kepariwisataan, pemanfaatan teknologi informasi memiliki pengaruh yang lebih besar bagi
kepentingan pelayanan terhadap wisatawan dan promosi pariwisata di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Perkembangan teknologi di tingkat global telah membawa dampak yang
positif bagi pembangunan kepariwisataan wilayah ini, antara lain berupa:
4-96 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
9. Teknologi sederhana dalam bidang industri manufaktur khususnya tekstil memiliki daya
saing yang tinggi di pasar internasional melalui keistimewaan produk kain Cual khas
Bangka.
10. Teknik-teknik pengelolaan lingkungan dalam upaya untuk mengonservasi kawasan dan
mendiversifikasi produk wisata, ataupun teknik pengelolaan kawasan bekas
tambang/kolong menjadi kawasan produktif memerlukan pengembangan teknik dan
konsep yang lebih komprehensif.
11. Penggunaan energi masih terbatas, salah satunya dalam bidang penyediaan prasarana
dasar air bersih, sehingga memerlukan pengembangan teknologi penyediaan air dan
penjernihan air terutama di pulau-pulau kecil.
12. Munculnya inovasi baru yang mampu dikomunikasikan dalam lingkup global melalui
peran para genius local, seperti Museum Sastra, Museum Maritim, Geowisata bawah
laut, serta lainnya.
- Ekologi
Kondisi lingkungan alam menjadi faktor utama dalam keberlanjutan siklus kehidupan
masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kegiatan pariwisata yang masih sarat
dengan mengeksplorasi keindahan dan keunikan alam mendorong pada upaya perlindungan
dan pelestarian terhadap lingkungan alam. Kondisi ekologi yang memberikan pengaruh pada
pengembangan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, adalah:
1. Kekayaan alam Pulau Bangka dan Belitung sebagai penghasil timah dunia telah
dieksploitasi dalam kurun waktu bertahun-tahun sehingga memunculkan bekas-bekas
tambang hampir di setiap wilayahnya baik di darat maupun di laut. Hanya sedikit
kawasan yang masih dalam kondisi terjaga alamnya. Hal ini mendorong perlunya
rehabilitasi lahan bekas tambang dan mengurangi polusi atau zat-zat kimia yang
dihasilkan dari proses penambangan.
2. Upaya penyelamatan lingkungan yang dilakukan dengan mengubah kawasan bekas
tambang atau kawasan yang kurang produktif menjadi lahan produktif untuk kegiatan
pertanian merupakan produk alternatif bagi pengembangan kegiatan pariwisata.
3. Munculnya kerusakan terumbu karang, hutan mangrove dan padang lamun akibat dari
penggalian pasir dan kapal hisap di wilayah perairan Bangka Belitung perlu penanganan
yang komprehensif dan kebijakan yang kuat dalam pengawasan dan pengendalian.
4-97 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
- Ekonomi
4-98 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
- Regulasi
Aspek regulasi meliputi faktor-faktor antara lain keberadaan peraturan terkait pariwisata,
serta kebijakan-kebijakan lainnya yang berpengaruh terhadap perkembangan kegiatan
pariwisata. Berikut sejumlah kebijakan dan peraturan yang mempengaruhi pembangunan
kepariwisataan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, antara lain:
4-99 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
4-100 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
4-101 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
5
BAB
PENILAIAN DESTINASI UNGGULAN DAN
DESA WISATA POTENSIAL PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Destinasi unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah kawasan geografis yang
terdiri dari beberapa daya tarik wisata unggulan kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung yang di dalamnya juga terdapat fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
prasarana pendukung, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan. Pengelompokan daya tarik wisata unggulan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dilakukan dengan tujuan untuk:
a. Secara kolektif membentuk atau memunculkan ciri k has yang memperkuat jati diri
masyarakat Kepulauan Bangka Belitung.
b. Meningkatkan daya saing produk pariwisata Kepulauan Bangka Belitung, baik secara
nasional atau bahkan internasional.
5-1
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
suatu kabupaten/kota memiliki jarak yang lebih dekat dengan daya tarik wisata unggulan
di kabupaten/kota tetangganya, maka akan digabungkan menjadi satu destinasi
pariwisata dengan daya tarik wisata unggulan di kabupaten/kota tetangganya. Dengan
demikian, destinasi pariwisata yang terbentuk akan mencakup dua kabupaten/kota.
2. Faktor aksesibilitas: faktor kedekatan geografis harus ditunjang dengan aksesibilitas yang
baik. Walaupun letak daya tarik wisata berdekatan, bila tidak ditunjang oleh aksesibilitas
yang mudah, maka pengelompokannya akan dilakukan dengan destinasi pariwisata lain
yang aksesibilitasnya lebih baik. Faktor kemudahan aksesibilitas ini diperlukan agar
perkembangan pariwisata di suatu destinasi dapat menyebar ke destinasi lain di
sekitarnya.
3. Faktor pengikat merupakan ’tanda’ fisik atau nonfisik yang berfungsi sebagai pengikat
beberapa daerah tujuan wisata. ’Tanda’ fisik dapat berupa bentang alam, jalur jalan, atau
batas wilayah, sedangkan nonfisik dapat berupa pengaruh suatu budaya tertentu. Daya
tarik wisata yang berada dalam satu faktor pengikat yang sama memiliki kecenderungan
karakteristik fisik dan nonfisik wilayah yang sama sehingga mempermudah perumusan
rencana dan program yang akan dilakukan pada destinasi pariwisata tersebut.
Tabel 5.1
Destinasi Pariwisata Unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
DESTINASI DAYA TARIK WISATA DAYA TARIK UN GGULAN
KAWASAN PARIWISATA - Pantai dan Mercusuar Tanjung - Mercusuar peninggalan Belanda yang
MUNTOK DAN SEKITARNYA Kelian dibangun tahun 1862, bekas kapal karam, tugu
peringatan korban Perang Dunia II.
- Kota Tua Muntok - Kawasan bangunan heritage, Pesanggrahan
Muntok yang merupakan tempat pengasingan
Presiden Soekarno dan para pemimpin
Indonesia lainnya pada tahun 1949, Mesjid
Jami Mentok, Klenteng China Kong Pu Miau,
Rumah Mayor China, pasar kuliner khas
Bangka.
- Pesanggrahan Menumbing - Tempat penginapan yang digunakan Presiden
Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta
ketika diasingkan di Wisma Ranggam/
Pesanggrahan Muntok
- Desa Belo Laut - Tempat pembuatan empe-empe dan kerupuk
khas yang terkenal di Kabupaten Bangka Barat
5-2 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
5-3 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Peta sebaran destinasi pariwisata unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat
pada gambar di halaman berikut.
5-4 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
PETA
DESTINASI PARIWISATA UNGGULAN
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
5 6
Kawasan
7
Pariwisata
8 Belinyu-
9
Sungailiat dsk
10
11
3
2 4
1 1213 Kawasan
14 15
Pariwisata
Pangkalpinang- Kawasan
16 Mendo Barat- Pariwisata
Kawasan Bangka Tengah dsk Pulau Belitung dsk
Pariwisata 17
18
19
Muntok dsk
31
29 30
28
20
Gambar 5.1 Peta Sebaran Destinasi Pariwisata Unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
5-5 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
5.1.1 Kriteria dan Tolok Destinasi Pariwisata Unggulan
1-6
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tabel 5.2
Kriteria dan Tolok Ukur Penentuan Prioritasi Destinasi Pariwisata Unggulan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
ISU STRATEGIS KRITERIA TOLOK UKUR
1. Kapasitas sumber daya a) Kawasan dengan beberapa daya Terdapat daya tarik wisata yang sudah
manusia pariwisata untuk tarik wisata yang sudah dikelola dikelola oleh pihak swasta secara
mendukung pengembangan dengan baik. profesional.
Kepulauan Bangka Belitung Terdapat daya tarik wisata yang sudah
sebagai destinasi pariwisata dikelola oleh masyarakat secara
nasional. tradisional.
Terdapat daya tarik wisata yang dikelola
oleh pemerintah daerah/BUMN.
b) Dukungan SDM pemerintah di Instansi yang mengurus bidang
bidang pariwisata. kepariwisataan memiliki visi yang jelas
untuk dicapai.
SDM pemerintah bidang pariwisata
mengenal potensi dan permasalahan di
daerahnya.
c) Persepsi dan preferensi masyarakat Persepsi masyarakat positif terhadap
terhadap pariwisata. pariwisata.
Preferensi masyarakat untuk terlibat
dalam pengembangan pariwisata sangat
tinggi (>50%).
2. Kepemimpinan yang a) Pariwisata menjadi sektor unggulan Komitmen bahwa pariwisata menjadi
konsisten dalam ke-1 sampai 3 di daerah. sektor unggulan ke-1 s.d. 3 tercantum
merumuskan dan dalam dokumen RPJPD dan RPJMD.
menjalankan kebijakan yang Pariwisata masuk dalam program-
berpihak pada pariwisata. program prioritas pembangunan.
b) Kebijakan dan rencana Sudah memiliki Perda tentang
kepariwisataan sudah berkekuatan RIPPARDA
hukum. Kebijakan dan rencana yang terkait
kepariwisataan lainnya sudah menjadi
Perda, Perwal/Perbup, Kepwal/Kepbup
c) Terdapat program dan kegiatan Pemda memiliki program dan kegiatan
kepariwisataan yang sudah rutin dan berkesinambungan di bidang
dilaksanakan secara kepariwisataan yang dilakukan setiap
berkesinambungan dari tahun ke tahun.
tahun. Program dan kegiatan kepariwisataan
dievaluasi keberhasilannya setiap tahun.
3. Kapasitas infrastruktur untuk a) Berpotensi menjadi pusat Merupakan ibu kota kabupaten/ kota
mendukung pengembangan pelayanan pariwisata (ibu kota atau provinsi.
Kepulauan Bangka Belitung kabupaten/kota, provinsi). Merupakan tempat konsentrasi
sebagai destinasi pariwisata wisatawan saat ini.
nasional. b) Berpotensi menjadi pintu gerbang Terdapat bandara dan/atau pelabuhan
laut dan/atau udara di Pulau yang menghubungkan dengan wilayah-
Bangka dan Belitung. wilayah sumber pasar utama.
Aksesibilitas dari bandara/ pelabuhan ke
wilayah lain dalam destinasi sangat baik.
5-7 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
5-8 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
5-9 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sesuai dengan proses penentuan prioritasi destinasi unggulan provinsi yang telah dijelaskan
pada gambar 5.2, tolok ukur menjadi variabel dalam menilai potensi suatu destinasi
pariwisata unggulan untuk menjawab isu strategis pengembangan kepariwisataan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Masing-masing tolok ukur dinilai dengan menggunakan Skala
Guttman/skalogram, dengan parameter angka 1 untuk tolok ukur yang terpenuhi dan angka
0 untuk tolok ukur yang tidak terpenuhi.
Hasil penilaian destinasi pariwisata unggulan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.2 Penilaian Destinasi Pariwisata Unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
KAWASAN KAWASAN
KAWASAN KAWASAN
KAWASAN PANGKALPINANG- KAWASAN GUGUSAN
ISU STRATEGIS BELINYU- PULAU
MUN TOK MENDO BARAT- TOBOALI PULAU DI
YANG DAPAT DIJAWAB SUNGAILIAT BELITUN G
DSK BANGKA TEN GAH DSK SELAT
DSK DSK
DSK GASPAR
1. Kapasitas sumber daya
manusia untuk
● ●
mendukung
pengembangan
Kepulauan Bangka
● ● ● ●
Belitung sebagai destinasi
pariwisata nasional.
2. Kepemimpinan yang
● ● ●
konsisten dalam
merumuskan dan
menjalankan kebijakan
yang berpihak pada
pariwisata.
● ● ●
5-10 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
KAWASAN KAWASAN
KAWASAN KAWASAN
KAWASAN PANGKALPINANG- KAWASAN GUGUSAN
ISU STRATEGIS BELINYU- PULAU
MUN TOK MENDO BARAT- TOBOALI PULAU DI
YANG DAPAT DIJAWAB SUNGAILIAT BELITUN G
DSK BANGKA TEN GAH DSK SELAT
DSK DSK
DSK GASPAR
3. Kapasitas infrastruktur
● ● ● ● ●
untuk mendukung
pengembangan
Kepulauan Bangka
Belitung sebagai destinasi
●
pariwisata nasional.
4. Keterpaduan
pembangunan seluruh
sektor dan pemerintahan
dalam mendukung
pengembangan
kepariwisataan sebagai
sektor ekonomi andalan
Provinsi Kepulauan
● ● ● ● ● ●
Bangka Belitung.
5. Pariwisata sebagai alat
● ● ● ●
bagi penguatan struktur
ekonomi masyarakat.
● ●
6. Pariwisata untuk
meningkatkan apresiasi
masyarakat dan
wisatawan terhadap
sumber daya alam dan
budaya Kepulauan
Bangka Belitung.
● ● ● ● ● ●
7. Pariwisata untuk
● ● ● ● ● ●
memberikan nilai tambah
bagi kawasan
pertimahan.
Keterangan:
● Kategori 1
● Kategori 2 ● Kategori 3
Berdasarkan hasil identifikasi kondisi dan potensi destinasi pariwisata unggulan dalam
menjawab isu strategis pengembangan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
maka prioritasi pengembangan destinasi pariwisata unggulan berturut-turut adalah:
5-11 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Desa wisata potensial merupakan desa wisata yang sudah dan atau mulai dikembangkan
oleh Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang berpotensi
untuk menyebarkan perkembangan ke desa-desa lain di sekitarnya. Seperti juga destinasi
pariwisata unggulan, pengembangan desa wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
akan dilakukan dalam bentuk cluster desa wisata sehingga dapat memperluas manfaat yang
ditimbulkan dan menjamin keberlanjutan perkembangan pariwisata di lingkungan
perdesaan.
1. MODEL CLUSTER DESA WISATA DENGAN DESA TERKAIT DI SEKITAR DESA WISATA
Cluster yang terdiri dari desa-desa
yang memiliki potensi sebagai desa
wisata maupun telah berkembang
sebagai desa wisata dan menjadi
destinasi pariwisata di suatu wilayah
tertentu, serta desa-desa di sekitarnya
sebagai wilayah terkait atau desa
pendukung perkembangan desa wisata
yang secara langsung maupun tidak
langsung akan turut menerima manfaat
dalam menanggulangi kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat
setempat.
5-12 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
5-13 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tabel 5.3
Desa Wisata Potensial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
CLUSTER DESA WISATA POTENSI
CLUSTER DESA WISATA - Kelurahan Tanjung - Terdapat Kampung Tanjung yang merupakan kampung suku
MUNTOK Melayu dengan budaya masyarakat yang khas.
- Terdapat Kampung Petenun tempat produksi kain cual.
- Bangunan heritage seperti Mesjid Jami Mentok, Klenteng China
Kong Pu Miau, Rumah Mayor China .
- Pasar kuliner khas Bangka.
Berpotensi sebagai pusat pelayanan cluster, pengembangan
homestay.
- Desa Sungai Daeng - Terdapat Pesanggrahan Muntok berpotensi besar sebagai daya
tarik wisata.
- Desa Air Putih - Terdapat Pesanggarahan Menumbing berpotensi besar sebagai
daya tarik wisata.
- Desa Belo Laut - Tempat pembuatan empe-empe dan kerupuk khas yang terkenal di
Kabupaten Bangka Barat, berpotensi sebagai pusat oleh-oleh.
CLUSTER DESA WISATA - Kelurahan Sinar Baru - Terdapat daya tarik wisata dalam bentuk r esort yang sudah dikenal
MATRAS dalam skala nasional, yaitu Pantai Parai Tenggiri dan Tanjung
Pesona.
- Desa Tanjung Ratu - Potensi perkebunan lada sebagai agrowisata.
- Desa Matras - Terdapat Pantai Matras dengan pasir putihnya dan budaya
kehidupan nelayan.
CLUSTER DESA WISATA - Desa Rebo - Terdapat Pantai Rebo, Pantai Tikus, dan Pantai Batu Ampar.
SUNGAILIAT - Desa Baturusa - Budaya khas masyarakat Bangka: upacara rebo kasan, mandi limau.
- Desa Air Anyir - Terdapat Pantai Air Anyir.
CLUSTER DESA WISATA - Desa Namang - Wana wisata hutan lindung Namang
BANGKA TENGAH - Agrowisata jamur pelawan.
- Desa Kurau - Budaya kehidupan desa nelayan
- Pintu gerbang dari Pulau Bangka ke Pulau Ketawai .
CLUSTER DESA WISATA - Desa Tanjung Ketapang - Pemandangan alam bawah laut dan pulau-pulau kecil, Benteng
TANJUNG KETAPANG DSK Penutuk.
- Desa Rias - Agrowisata jeruk, persawahan.
CLUSTER DESA WISATA - Desa Pasir Putih - Terdapat Pantai Tanjung Kerasak
PASIR PUTIH DSK - Desa Sadai - Terdapat Pelabuhan Sadai sebagai pintu masuk Pulau Bangka
- Desa Penutuk - Terdapat benteng Belanda
CLUSTER DESA WISATA - Desa Tanjung Binga - Kehidupan dan budaya masyarakat nelayan
BELITUNG DSK - Desa Terong - Kehidupan dan budaya masyarakat nelayan
- Desa Keciput - Terdapat Pantai Tanjung Tinggi yang memiliki potensi besar untuk
pengembangan geowisata.
- Terdapat wisata kuliner makanan laut.
- Desa Sijuk - Terdapat beberapa homestay
- Desa Pelepak Putih - Permukiman dan budaya masyarakat Bali
Peta sebaran desa wisata potensial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada
gambar di halaman berikut.
5-14 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
PETA
DESA WISATA POTENSIAL
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
5
6
7 CLUSTER
DESA WISATA
8 MATRAS DSK
9
3 10 CLUSTER
1 4 12 11
2 DESA WISATA
13
SUNGAILIAT
CLUSTER CLUSTER
CLUSTER DESA WISATA
DESA WISATA DESA WISATA
MUNTOK BELITUNG DSK
14
15
BANGKA TENGAH
24 25
23
26
16 22
27
1 Kelurahan Tanjung 16 Desa Nyelanding
2 Desa Sungai Daeng 17 Desa Tanjung Ketapang
3 Desa Air Putih 18 Desa Rias
18 4 Desa Belo Laut 19 Desa Pasir Putih
21 28 5 Kampung Gedong 20 Desa Sadai
CLUSTER 17
20 6 Desa Air Abik 21 Desa Penutuk
19
DESA WISATA 7 Kelurahan Sinar Baru 22 Desa Terong
TANJUNG 8 Desa Tanjung Ratu 23 Desa Tanjung Binga
KETAPANG DSK CLUSTER 9 Desa Matras 24 Desa Keciput
DESA WISATA 29 10 Desa Rebo 25 Desa Sijuk
PASIR PUTIH DSK 11 Desa Air Anyir 26 Desa PelepakPutih
12 Desa Batu Rusa 27 Desa Burung Mandi
13 Kelurahan Tuatunu Indah 28 Desa Lenggang
14 Desa Namang 29 Desa Tanjung Kelumpang
15 Desa Kurau
Gambar 5.3 Peta Sebaran Cluster Desa Wisata Potensial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
5-15 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Penilaian terhadap desa wisata dilakukan hanya pada cluster yang terbentuk berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan yang telah dijelaskan sebelumnya. Pengembangan cluster desa
wisata harus mendukung pengembangan destinasi pariwisata unggulan dalam menjawab
isu-isu strategis pengembangan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Seperti
juga pengembangan destinasi pariwisata unggulan, desa wisata potensial Kepulauan Bangka
Belitung harus dikembangkan dengan mengacu pada konsep Sustainable Management
Approach for Regional Tourism (SMART). Proses penentuan prioritas pengembangan desa
wisata potensial dapat dilihat pada gambar berikut ini.
5-16 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tabel 5.4
Kriteria dan Tolok Ukur Penentuan Prioritasi Cluster Desa Wisata Potensial
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
ISU STRATEGIS KRITERIA TOLOK UKUR
1. Kapasitas sumber daya a) Desa wisata yang sudah dikelola Merupakan desa wisata yang sudah
manusia pariwisata untuk dengan baik. dikelola dengan baik oleh masyarakat.
mendukung pengembangan Merupakan desa wisata yang sudah
Kepulauan Bangka Belitung menjadi kunjungan wisatawan dan
sebagai destinasi pariwisata masuk dalam paket wisata.
nasional. b) Dukungan SDM pemerintah di Instansi pemerintah kabupaten/kota
bidang pariwisata. yang mengurus bidang kepariwisataan
memiliki visi yang jelas untuk dicapai .
SDM pemerintah bidang pariwisata
mengenal potensi dan permasalahan di
daerahnya.
c) Persepsi dan preferensi masyarakat Persepsi masyarakat positif terhadap
terhadap pariwisata. pariwisata.
Preferensi masyarakat untuk terlibat
dalam pengembangan pariwisata sangat
tinggi (>50%).
2. Kapasitas infrastruktur untuk a) Berpotensi menjadi pusat Merupakan desa wisata yang saat ini
mendukung pengembangan pelayanan pertumbuhan pariwisata memiliki fasilitas pelayanan pariwisata
Kepulauan Bangka Belitung desa-desa di sekitarnya. yang lebih lengkap dibandingkan desa
sebagai destinasi pariwisata lain di sekitarnya.
nasional. Merupakan tempat konsentrasi
wisatawan saat ini.
b) Berpotensi menjadi pintu gerbang Merupakan desa yang saat ini sudah
desa wisata. berfungsi sebagai pintu gerbang menuju
desa/daya tarik wisata lain di sekitarnya.
3. Keterpaduan pembangunan a) Adanya dukungan dari sektor Daya tarik wisatanya tidak berdiri
seluruh sektor dan pembangunan lain. sendiri, tetapi terkait dengan sektor
pemerintahan dalam pembangunan lainnya.
mendukung pengembangan Terdapat potensi sektor lain yang mulai
kepariwisataan sebagai dapat dikembangkan sebagai daya tarik
sektor ekonomi andalan wisata dan fasilitas pendukung.
Provinsi Kepulauan Bangka b) Berpotensi untuk menyebarkan Terdapat jaringan transportasi yang
Belitung. kunjungan wisatawan ke desa-desa menghubungkan dengan desa-desa lain
di sekitarnya. di sekitarnya.
Dapat membentuk rangkaian tema
jalur/program wisata tertentu.
4. Pariwisata sebagai alat bagi a) Terdapat desa yang memiliki Merupakan desa dengan jenis usaha
penguatan struktur ekonomi kekhasan di bidang ekonomi ekonomi kreatif satu-satunya di wilayah
masyarakat. kreatif. kabupaten/kota.
Merupakan desa dengan jenis usaha
ekonomi kreatif satu-satunya di wilayah
provinsi.
b) Terdapat desa yang memiliki Memiliki budaya kehidupan masyarakat
kekhasan budaya kehidupan yang khas salah satu suku di Kepulauan
masyarakat. Bangka Belitung.
Merupakan asal mula kesenian/ upacara
adat/kerajinan khas Kepulauan Bangka
Belitung.
Memiliki bangunan yang terkait dengan
sejarah Kepulauan Bangka Belitung.
5-17 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
5-18 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Seperti juga dalam penentuan destinasi pariwisata unggulan, tolok ukur sebagai variabel
akan diukur dengan menggunakan metode skalogram untuk memberikan penilaian terhadap
potensi suatu desa wisata dalam mendukung dalam menjawab isu strategis pengembangan
kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kategorisasi juga dilakukan terhadap hasil penilaian desa wisata potensial menggunakan
metode yang sama dengan penilaian terhadap destinasi pariwisata unggulan, yaitu:
Kategori 1 : cluster desa wisata potensial yang kondisi dan potensi pengembangannya
memenuhi lebih dari 75% tolok ukur yang ditetapkan.
Kategori 2 : cluster desa wisata potensial yang kondisi dan potensi pengembangannya
memenuhi 25% - 75% tolok ukur yang ditetapkan.
Kategori 3 : cluster desa wisata potensial yang kondisi dan potensi pengembangannya
memenuhi kurang dari 25% tolok ukur yang ditetapkan.
Hasil penilaian terhadap cluster desa wisata potensial dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.4 Penilaian Desa Wisata Potensial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
CLUSTER
CLUSTER CLUSTER CLUSTER
CLUSTER CLUSTER DESA CLUSTER
DESA DESA DESA
ISU STRATEGIS DESA DESA WISATA DESA
WISATA WISATA WISATA
YANG DAPAT DIJAWAB WISATA WISATA TANJUNG WISATA
MATRAS BANGKA PASIR
MUN TOK SUNGAILIAT KETAPANG BELITUN G
DSK TENGAH PUTIH DSK
DSK
1. Kapasitas sumber
daya manusia untuk
mendukung
pengembangan
Kepulauan Bangka
Belitung sebagai
destinasi pariwisata
● ● ● ● ● ● ●
nasional.
2. Kapasitas
infrastruktur untuk
●● ● ● ● ● ●
mendukung
pengembangan
Kepulauan Bangka
Belitung sebagai
destinasi pariwisata
nasional.
5-19 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
CLUSTER
CLUSTER CLUSTER CLUSTER
CLUSTER CLUSTER DESA CLUSTER
DESA DESA DESA
ISU STRATEGIS DESA DESA WISATA DESA
WISATA WISATA WISATA
YANG DAPAT DIJAWAB WISATA WISATA TANJUNG WISATA
MATRAS BANGKA PASIR
MUN TOK SUNGAILIAT KETAPANG BELITUN G
DSK TENGAH PUTIH DSK
DSK
3. Keterpaduan
pembangunan
seluruh sektor dan
pemerintahan dalam
mendukung
pengembangan
kepariwisataan
sebagai sektor
ekonomi andalan
● ● ● ●● ● ●
Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
4. Pariwisata sebagai
●● ●●● ● ●
alat bagi penguatan
struktur ekonomi
masyarakat.
5. Pariwisata untuk
meningkatkan
● ● ●●● ● ●
apresiasi masyarakat
dan wisatawan
terhadap sumber
daya alam dan
budaya Kepulauan
Bangka Belitung.
6. Pariwisata untuk
●● ● ● ● ● ●
memberikan nilai
tambah bagi
kawasan
pertimahan.
Keterangan:
● Kategori 1
● Kategori 2 ● Kategori 3
5-20 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
5-21 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
BAB
6
STRATEGI UMUM
PENGEMBANGAN
DESTINASI UNGGULAN
DAN DESA WISATA
Grand strategy merupakan langkah strategis yang menjadi dasar dalam mewujudkan
terciptanya destinasi pariwisata dan desa wisata unggulan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung sebagai motor penggerak perekonomian rakyat dan daerah, motor bagi upaya
pelestarian dan pengembangan budaya masyarakat, serta motor bagi peningkatan kualitas
lingkungan Kepulauan Bangka Belitung. Perumusan strategi pengembangan destinasi
pariwisata unggulan dan desa wisata didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu
yang merupakan hasil analisis dan kajian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya.
Dasar-dasar pertimbangan dalam perumusan grand strategy pengembangan destinasi
unggulan dan desa wisata potensial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah:
1. Visi dan misi pengembangan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang
menekankan pada tiga hal penting, yaitu peningkatan daya saing, pengembangan
potensi budaya dan bahari sebagai daya tarik wisata unggulan.
2. Isu-isu strategis pengembangan kepariwisataan Kepulauan Bangka Belitung yang harus
dijawab melalui pengembangan destinasi pariwisata dan desa wisata unggulan provinsi.
3. Prinsip-prinsip pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan.
4. Kondisi dan potensi daya tarik wisata unggulan dan desa wisata potensial dalam
menjawab isu-isu strategis pengembangan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
6-1
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Grand strategy pengembangan destinasi pariwisata unggulan dan desa wisata Kepulauan
Bangka Belitung dijabarkan ke dalam aspek-aspek kepariwisataan dan pendukungnya yang
mencakup perwilayahan pariwisata, produk pariwisata, pemberdayaan masyarakat,
pemasaran pariwisata, sumber daya manusia dan kelembagaan, pengelolaan lingkungan,
teknologi, dan penguatan budaya.
Strategi perwilayahan pariwisata bagi destinasi unggulan dan desa wisata terdiri dari:
1. Pengembangan Kota Pangkalpinang dan Kota Tanjung Pandan sebagai pusat pelayanan
pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
6-2 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
2. Pengembangan Kota Tua Muntok, Kota Belinyu, Kawasan Namang, Kota Toboali, Pulau
Lepar, Kawasan Tanjung Kelayang sebagai pusat-pusat destinasi unggulan pariwisata
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
3. Pengembangan Desa Wisata Tanjung, Desa Wisata Matras, Desa Wisata Rebo, Desa
Wisata Namang, Desa Wisata Tanjung Ketapang, Desa Wisata Pasir Putih, dan Desa
Wisata Keciput sebagai pusat-pusat cluster desa wisata potensial Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
6. Peningkatan keterkaitan antara destinasi pariwisata unggulan dan cluster desa wisata
potensial melalui pengembangan jalur-jalur wisata.
6-3 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
6-4 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
6-5 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
6-6 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
6-7 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Strategi pengembangan produk pariwisata bagi destinasi unggulan dan desa wisata terdiri
dari:
6-8 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
5. Peningkatan aksesibilitas menuju daya tarik wisata di dalam destinasi melalui perjalanan
darat dengan meningkatkan status jalan menuju daya tarik wisata menjadi jalan
kabupaten/kota.
6. Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan Bandara Depati Amir dan Hanandjoedin
menjadi bandara internasional untuk memperluas pasar pariwisata.
Strategi pengembangan produk pariwisata bagi destinasi unggulan dan desa wisata terdiri
dari:
• bidang-bidang atau peluang-peluang apa saja yang bisa ditangani oleh masyarakat
dan bagaimana masyarakat bisa berperan dan terlibat.
4. Menciptakan iklim yang kondusif bagi masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan
pariwisata, misalnya memberikan rasa aman, dan meningkatkan kepercayaan
6-9 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
masyarakat terhadap pemerintah dan aparat desa, serta pemangku kepentingan lain
yang terlibat.
Strategi pengembangan pemasaran pariwisata destinasi unggulan dan desa wisata terdiri
dari:
1. Pemanfaatan media jejaring sosial Facebook, YouTube, Linkedln sebagai media promosi
destinasi unggulan dan desa wisata potensial.
4. Pengembangan periklanan yang terintegrasi dan berlanjut melalui kerja sama dengan
media elektronik dan media cetak.
6-10 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Strategi pengembangan sumber daya manusia dan kelembagaan destinasi unggulan dan
desa wisata terdiri dari:
6. Mengembangkan kerja sama di bidang pariwisata dengan pihak dalam dan luar negeri
untuk pengelolaan dan pengembangan kawasan pariwisata.
Strategi pemanfaatan teknologi bagi pengembangan destinasi unggulan dan desa wisata
terdiri dari:
6-11 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3. Memanfaatkan media sosial dan online (situs web, blog) lainnya bagi promosi destinasi
unggulan dan cluster desa wisata yang efektif untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Strategi penguatan budaya untuk mendukung pengembangan destinasi unggulan dan desa
wisata terdiri dari:
1. Mengembangkan basis data kesejarahan dan kebudayaan Bangka Belitung sebagai upaya
penguatan potensi pariwisata sejarah dan budaya.
2. Meningkatkan pemberdayaan sanggar seni dan budaya khas Bangka Belitung untuk
mendukung pengembangan destinasi unggulan dan cluster desa wisata.
3. Mengembangkan desa-desa budaya khas Bangka Belitung sebagai desa wisata berbasis
budaya masyarakat.
4. Mengembangan desa-desa kerajinan khas Bangka Belitung sebagai desa wisata kreatif
yang mendukung pengembangan destinasi unggulan dan desa wisata potensial.
6-12 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Mekanisme insentif dan disinsentif dalam pengembangan destinasi unggulan dan cluster
desa wisata diberlakukan untuk mempercepat pertumbuhan pariwisata dan perluasan
manfaat yang dapat diberikan kepada masyarakat dan lingkungannya.
6-13 | L a p o r a n D r a f t A k h i r
Kajian Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
usaha pariwisata yang melakukan usaha tanpa perizinan yang lengkap dan atau
melanggar tata ruang yang telah ditetapkan.
6-14 | L a p o r a n D r a f t A k h i r