Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN

PRAKTIK LAPANGAN PARIWISATA

18 S.D 25 APRIL 2016

Diajukan untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Tugas PLP di STBA YAPARI-ABA Bandung

Oleh :

Nama : YULIANSYAH

NPM : 2013.114.062

JURUSAN/KLS/PROGRAM : BAHASA JEPANG/B/S1

SEKOLAH TINGGI BAHASA ASING

YAPARI-ABA BANDUNG

2016
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIK LAPANGAN PARIWISATA

18 S.D 25 APRIL 2016

Oleh :

Nama : YULIANSYAH

NPM : 2013.114.062

JURUSAN/KLS/PROGRAM : BAHASA JEPANG/B/S1

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

( Dr. Titien Rostini, M.Hum ) ( Dra. Hj. Tintin Agustina, M.Hum )

MENGETAHUI

Ketua, Pembantu Ketua I

( Dra. Hj. Iim Rogayah Danasaputra, M.Hum ) ( Dr. Titien Rostini, M.Hum )
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT

yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan Praktik Lapangan Pariwisata (PLP) tepat pada waktunya.

Penyusunan laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas PLP di

STBA YAPARI-ABA Bandung.

Selama melaksanakan Praktik Lapangan Pariwisata (PLP) dan dalam

penyusunan laporan ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga

penulis dapat menyelesaikannya tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak dapat selesai tanpa

bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima

kasih kepada:

1. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memanjatkan doa serta

memberikan dukungan dan semangat kepada penulis

2. Dra. Hj. Iim Rogayah Danasaputra, M.Hum selaku Ketua STBA

YAPARI-ABA Bandung

3. Ibu Dr. Titien Rostini, M.Hum selaku pembimbing di Bali dan

pembimbing penulis di kampus selama pelaksanaan Praktik Lapangan

Pariwisata (PLP)

4. Ibu Anggun Widiyani, M.Pd selaku pembimbing di Bali

5. Bapak R. Januar Radhiya, M.Pd selaku pembimbing di Bali

i
6. Ibu Ueyama Aoi selaku pembimbing di Bali

7. Ibu Dra. Hj. Tintin Agustina, M.Hum selaku pembimbing penulis di

kampus selama pelaksanaan Praktik Lapangan Pariwisata (PLP)

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini banyak terdapat

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan disebabkan oleh keterbatasan ilmu dan

kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

dukungan dari semua pihak berupa saran dan kritik yang membangun untuk

menjadikan laporan ini lebih baik dan dapat diambil ilmu yang bermanfaat.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya terutama

pada peserta didik dalam upaya peningkatan wawasan dan prestasi belajar. Selain

itu, semoga laporan yang penulis buat dapat lebih dikembangkan sehingga

akhirnya dapat bermanfaat bagi kepentingan bersama.

Bandung, Mei 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1

1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan PLP (Praktik Lapangan

Pariwisata) ............................................................... 1

1.2 Tujuan PLP ............................................................. 1

BAB II PERJALANAN JAWA-BALI P.P ................................... 4

2.1 Perjalanan Berangkat .............................................. 4

2.2 Perjalanan Pulang .................................................... 6

BAB III BALI SEBAGAI DAERAH TUJUAN PARIWISATA (DTP)

PLP .................................................................................. 9

3.1 Bali Selayang Pandang ............................................ 9

3.1.1 Letak Geografis ....................................................... 10

3.1.2 Keadaan Alam ......................................................... 12

3.1.3 Demografi ............................................................... 13

3.2 Bali sebagai Daerah Tujuan Pariwisata ................... 19

3.2.1 Modal Dasar Pariwisata Bali ................................... 19

3.2.2 Jenis Daya Tarik Wisata Bali .................................. 20

3.2.3 Prospek Pariwisata Bali ........................................... 22

BAB IV DESKRIPSI KEGIATAN PLP ........................................ 25

iii
4.1 Seminar Pariwisata PLP Bali 2016 ......................... 25

4.1.1 Presentasi dari Good Way Hotel ............................. 25

4.1.2 Presentasi dari Alumnus STBA YAPARI-ABA Bandung

.................................................................................. 27

4.1.3 Presentasi dari ITDC Bali ....................................... 28

4.1.4 Presentasi dari Disparda Bali .................................. 30

4.2 Kunjungan ke Obyek Wisata .................................. 31

4.2.1 Pura Tanah Lot ........................................................ 31

4.2.2 Monumen Perjuangan Rakyat Bali ......................... 33

4.2.3 Kintamani ................................................................ 35

4.2.4 Pantai Pandawa ....................................................... 37

4.3 Menyaksikan Atraksi Wisata .................................. 40

4.3.1 Tari Kecak Sanghyang ............................................ 41

4.3.2 Tari Barong dan Kris ............................................... 42

BAB V PERAN PRAMUWISATA DALAM MEMBERIKAN

INFORMASI KEPADA WISATAWAN ......................... 44

5.1 Pendahuluan ............................................................ 44

5.2 Definisi Pramuwisata .............................................. 45

5.3 Peranan Pramuwisata .............................................. 47

5.4 Persyaratan dan Penggolongan Pramuwisata .......... 49

5.4.1 Persyaratan Pramuwisata ........................................ 49

5.4.2 Penggolongan Pramuwisata .................................... 52

5.5 Tugas dan kewajiban Pramuwisata ......................... 55

iv
5.6 Simpulan ................................................................. 56

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................... 58

6.1 Simpulan ................................................................. 58

6.2 Saran ........................................................................ 59

6.2.1 Pimpinan STBA YAPARI-ABA Bandung ............. 59

6.2.2 Pengelola Obyek dan Daya Tarik Wisata ............... 59

6.2.3 Kepala Disparda Bali .............................................. 60

6.2.4 Pimpinan ITDC ....................................................... 60

6.2.5 Panitia PLP 2016 ..................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan PLP

Praktik Lapangan Pariwisata (PLP) STBA YAPARI – ABA Bandung

tahun 2016 adalah salah satu program yang wajib diikuti oleh mahasiswa semester

VI STBA YAPARI – ABA Bandung dengan bobot 2 SKS. PLP merupakan

tempat bagi para mahasiswa untuk mempraktikkan materi yang telah diberikan

dalam perkuliahan, baik materi mengenai ketatabahasaan maupun kepariwisataan.

Dalam kegiatan PLP tahun 2016 ini, STBA YAPARI – ABA Bandung

memilih Bali sebagai tempat pelaksanaan kegiatan, karena pulau Bali merupakan

primadona daerah tujuan wisata yang sangat terkenal di dunia dibandingkan

dengan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia, selain itu Bali memiliki

keunggulan dalam sistem manajemen pengelolaan pariwisata terbaik se-Indonesia

serta pesona alam pulau Bali masih asri dan dapat menarik perhatian pengunjung,

baik domestik maupun mancanegara.

1.2 Tujuan Penyelenggaraan PLP

Tujuan Praktik Lapangan Pariwisata (PLP) STBA YAPARI – ABA

Bandung tahun 2016 ini adalah:

1. Memperoleh Pengetahuan tentang Pariwisata Bali

1
2

Mahasiswa STBA sebagai pemuda Indonesia juga perlu mengetahui dan

mempelajari berbagai budaya yang ada di negara ini,dengan diawali mempelajari

berbagai budaya dan atraksi wisata yang ada di Bali yang sangat bagus dan

mengesankan, maka ke depannya diharapkan mahasiswa akan lebih tertarik untuk

mengetahui dan mempelajari berbagai budaya dan atraksi wisata di berbagai

daerah di seluruh Indonesia.

2. Mengaplikasikan Pengetahuan Pariwisata

Sekolah Tinggi Bahasa Asing merupakan lembaga yang berada di bawah

yayasan pariwisata, oleh karena itu mahasiswa perlu mempelajari dan mendalami

pengetahuan tentang kepariwisataan. Meskipun pada semester sebelumnya

mahasiswa sudah mendapatkan mata kuliah kepariwisataan, namun PLP ini juga

diperlukan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan menambah

pengetahuan kepariwisataan secara langsung di lapangan dari pihak yang

langsung terlibat dalam bidang tersebut.

3. Mempraktikkan Kemampuan Bahasa Asing yang Dipelajari melalui

Praktik Guiding Technic

Sesuai dengan namanya yaitu Sekolah Tinggi Bahasa Asing, maka

mahasiswa perlu mempraktikkan pengetahuan bahasa yang sudah didapat selama

kurang lebih tiga tahun, misalnya melalui percakapan biasa kepada wisatawan

mancanegara yang ditemui di obyek wisata. Selain itu mahasiswa juga dapat

mengeluarkan seluruh kemampuan bahasanya dalam praktik guiding technic

(menjadi pramuwisata) yang sudah dipersiapkan


3

sebelumnya untuk menjelaskan salah satu obyek wisata maupun atraksi wisata

yang dikunjungi.
BAB II

PERJALANAN JAWA-BALI P.P

2.1 Perjalanan Berangkat

Praktik Lapangan Pariwisata (PLP) dimulai pada hari Senin, 18 April 2016,

sekitar pukul 07.00 WIB peserta PLP berkumpul di kampus mengenakan kaos

PLP 2016.

Peserta mendapat arahan dari Ketua STBA YAPARI ABA Bandung dan

dilepas secara simbolis. Setelah pengecekan peserta yang dibagi menjadi delapan

regu, para peserta melakukan doa bersama dan segera menuju busnya masing-

masing berdasarkan regu yang telah ditentukan sebelumnya. Peserta PLP

berangkat dari Bandung sekitar pukul 07.30 WIB. Jalur yang digunakan adalah

jalur Pantai Utara (Pantura).Bagi peserta yang dalam keadaan sakit atau masalah

kerja (bagi kelas karyawan), diizinkan untuk menggunakan pesawat terbang.

Perjalanan diawali dari Kampus STBA YAPARI-ABA Bandung dan

setelah melalui berbagai kota, pada pukul 12.15 WIB peserta PLP tiba di RM

Pringsewu Cirebon untuk makan siang dan melaksanakan shalat Dzuhur dan

Ashar (dijama’). Peserta PLP meninggalkan RM Pringsewu sekitar pukul 13.30

WIB untuk melanjutkan perjalanan.

Sepanjang perjalanan peserta PLP dapat menikmati pemandangan seperti

sawah-sawah, gunung-gunung dan kondisi lalulintas yang cukup lancar, terkadang

di perjalanan berhenti sesekali untuk mengisi bensin sekaligus bagi peserta PLP

4
5

yang ingin ke toilet.Menjelang malam sekitar pukul 18.30 WIB peserta PLP tiba

di Rumah Makan Salsabil Jln. Raya Sidorejo Brangsong, Kendal untuk makan

malam dan melaksanakan shalat Maghrib dan Isya (dijama’).

Makanan yang disajikan kali ini cukup bervariasi, rasanya pun enak, dan

dari segi pelayanannya cukup memuaskan. Fasilitas yang tersedia pun lengkap

dari mulai toilet dengan jumlah yang banyak, mushola yang bersih dan juga

nyaman. Setelah makan dan melaksanakan shalat, peserta PLP meninggalkan RM

Salsabil untuk melanjutkan perjalanan ke Bali.

Keesokan harinya Selasa, 19 April 2016 sekitar pukul 07.00 WIB

rombongan PLP tiba di Rumah Makan Bromo Asri Probolinggo untuk sarapan

dan MCK. Toilet di restoran ini cukup banyak tetapi kami harus tetap antri untuk

menunggu giliran mandi. Beruntung juga bus yang kami tumpangi datangnya

paling akhir setelah rombongan bus lain, sehingga toiletnya dapat langsung kami

gunakan untuk MCK. Menu makannya pun bermacam-macam, tetapi tetap sama

dengan menu di restoran sebelumnya. Hal ini membuat para peserta PLP mulai

bosan dengan menu makanan yang disajikan.

Sekitar pukul 08.30 WIB peserta PLP melanjutkan perjalanan ke

pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Sekitar pukul 13.30 WIB peserta PLP tiba di

pelabuhan. Sebelum turun dari bus, masing-masing bus berhenti sejenak untuk

mengambil nasi box untuk makan siang dan melanjutkan kembali perjalanan.

Setelah itu perjalanan dilanjutkan menyeberangi Selat Bali dengan menggunakan

Kapal Ferry menuju pelabuhan Gilimanuk.


6

Lamanya penyeberangan ± 45 menit, hal itu dimanfaatkan peserta PLP

untuk menikmati pemandangan laut dengan mengobrol, makan, dan berfoto-foto.

Setelah tiba di pelabuhan Gilimanuk peserta PLP melanjutkan perjalanan menuju

Hotel dan sekitar pukul 21.00 WITA peserta PLP tiba di Goodway Hotel and

Resort, Taman Mumbul Nusa Dua Bali, dan langsung menuju kamar masing-

masing.

2.2 Perjalanan Pulang

Perjalanan pulang rombongan PLP STBA Yapari-ABA Bandung

dilaksanakan pada hari ke-6 tepatnya Sabtu, 23 April 2016. Sekitar pukul 07.00

WITA para peserta PLP check out dari Goodway Hotel and Resort menuju

Bandung melalui jalur yang sama seperti pergi menuju hotel. Para peserta PLP

mampir terlebih dahulu di Yogyakarta. Sekitar pukul 13.00 WITA peserta PLP

tiba di Pelabuhan Gilimanuk dan langsung menyeberang dengan menggunakan

Kapal Ferry.

Diluar hal itu peserta tetap dapat menikmati pemandangan laut dari bagian

atas kapal dan berfoto-foto. Walaupun udara pada saat itu cukup panas tetapi

peserta PLP tidak menghiraukannya karena terkagum-kagum akan keindahan laut

yang indah dan tenang. Perjalanan menyeberang kali ini terasa lebih lama

dibandingkan dengan waktu keberangkatan. Sekitar pukul 14.00 WIB peserta PLP

tiba di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi dan langsung melanjutkan perjalanan

menuju RM Pondok Wina Banyuwangi.


7

Tiba disana sekitar pukul 14.30 WIB , kami makan siang lalu shalat

Dzuhur dan Ashar (dijama’). Makanan di RM Pondok Wina Banyuwangi sedikit

berbeda dari rumah makan sebelumnya, terutama bakso yang disajikan habis

dengan cepat. Pukul 16.00 WIB kami melanjutkan perjalanan.

Perjalanan kami lanjutkan dan kami harus bermalam di bus lagi. Pada hari

ke-7 atau tepatnya hari Minggu, 24 April 2016, rombongan tiba di RM Taman

Sari, Jl. Adi Sucipto No.168 Solo sekitar pukul 06.00 WIB untuk MCK dan

sarapan. Setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju pusat oleh-oleh makanan khas

Yogyakarta, yaitu Bakpia Djava.

Setelah membeli makanan khas Yogyakarta, perjalanan dilanjutkan

menuju RM Pringsewu untuk makan siang kemudian shalat Dzuhur dan Ashar

(dijama’). Di RM Pringsewu, di rumah makan ini kebetulan salah satu teman

kami ulang tahun. Di rumah makan itu, teman kami diberi minuman tambahan.

Setelah makan kami juga mencoba berbagai permainan yang ada di rumah makan

itu.

Masih di hari yang sama, kira-kira pukul 14.30 WIB, kami tiba di Candi

Borobudur. Saat itu udara sangat panas. Kami disarankan untuk pergi

berkelompok agar tidak tersesat.

Perjalanan berikutnya adalah menuju Malioboro. Setelah berkeliling

mencari tempat parkir untuk bus yang kami naiki, kira-kira pukul 18.00 WIB

sampailah kami di Malioboro. Bagi peserta yang tidak sempat belanja oleh-oleh

selama di Bali, mereka melampiaskannya di tempat ini. Apabila dibandingkan


8

kisaran harga barang yang dijual di pasar Sukawati Bali dan Malioboro, di

Malioboro lebih murah dan juga bervariatif. Kunjungan di Malioboro sampai

pukul 21.00 WIB, kemudian kami melanjutkan perjalanan pulang ke Bandung.

Pada pukul 21.30 WIB tiba di Ambar Ketawang, Yogyakarta. Beberapa

jam setelah selesai makan malam dan shalat, para peserta PLP meninggalkan

Ambar Ketawang menuju Bandung. Rasa lelah sudah sangat terasa dan para

peserta PLP hanya bisa tidur di bus untuk mengisi waktu selama perjalanan

menuju Bandung.

Pada hari ke-8 atau tepatnya hari Senin, 25 April 2016, rombongan tiba di

RM SR Raja Polah Tasikmalaya sekitar pukul 05.00 WIB untuk shalat Subuh dan

sarapan. Setelah itu perjalanan dilanjutkan kembali. Akhirnya kami dari

rombongan bus 2 pun sekitar pukul 11.00 WIB tiba di kampus STBA Yapari-

ABA Bandung dengan selamat.


BAB III

BALI SEBAGAI DAERAH TUJUAN PARIWISATA (DTP) PLP

3.1 Bali Selayang Pandang

Bali adalah nama salah satu provinsi di Indonesia dan juga merupakan

nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Selain terdiri dari

Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di

sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa

Ceningan dan Pulau Serangan.

Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya

adalah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas penduduk

Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan

pariwisata dengan keunikan berbagai seni-budayanya, khususnya bagi para

wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata

dan Pulau Seribu Pura karena terkenal dengan keindahan alam dan keunikan

budaya masyarakatnya yang didominasi oleh agama Hindu. Bali tidak pernah sepi

dari kunjungan turis lokal maupun mancanegara yang ingin menikmati keindahan

alamnya sambil berlibur. Beberapa turis yang mengunjungi Bali, terutama

mancanegara memutuskan untuk tinggal di Bali dan menjadikan Bali sebagai

rumah keduanya. Wisatawan juga bisa memuaskan keinginan untuk berbelanja

sepuasnya, terutama untuk belanja produk kerajinan tangan Bali. Berbagai produk

9
10

ini bisa turis bawa pulang sebagai buah tangan untuk keluarga, teman atau kerabat

lainnya setelah berlibur di Pulau Bali.

Bali memiliki banyak hotel berbintang kelas Diamond, seperti Hard Rock

Hotel, The Ritz Carlton Bali, Alila Ubud, dan lain-lain. Bali pun memiliki banyak

hotel kelas melati di sepanjang area Kuta, Sanur atau Legian.

Denpasar sebagai ibukota dari Provinsi Bali, bisa dibilang bahwa ini

adalah satu-satunya daerah di Bali yang layak mendapat sebutan kota, karena

hampir semua hal yang dibutuhkan ada disini. Walaupun begitu bukan berarti

daerah lain seperi Kuta, Sanur, Nusa Dua adalah tempat/kawasan yang sepi,

sebaliknya kawasan-kawasan ini sangatlah ramai karena memang menjadi tujuan

wisata terfavorit dari seluruh dunia.

3.1.1 Letak Geografis

Provinsi Bali terletak di wilayah yang sangat strategis karena berada di

tengah-tengah Negara Kepulauan Republik Indonesia (NKRI). Luas wilayah

secara keseluruhan kurang lebih 5600 km². Secara geografis Propinsi Bali terletak

pada posisi antara 80, 03’, 40" - 80, 50’, 48 " LS dan 1140, 25’, 53 " - 1150, 42’,

40" BT.

Bali mendapat julukan “The Paradise of Bali” atau “Pura seribu Pura”.

Sebelah utara Pulau Bali berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan
11

dengan Samudra Hindia, sebelah barat berbatasan dengan Selat Bali, sedangkan

sebelah timur berbatasan dengan Selat Lombok.

Secara garis besar Pulau Bali terbagi menjadi 4 wilayah, yaitu:

a) Bali Utara : Kabupaten Buleleng,

b) Bali Selatan : Kabupaten Gianyar, Badung dan Kota Denpasar,

c) Bali Timur : Kabupaten Karang Asem, Bangli dan Klungkung,

d) Bali Barat : Kabupaten Jembaran dan Tabanan.

Secara Administratif, Pulau Bali terdiri atas delapan kabupaten dan satu

kota, yaitu:

a) Kabupaten Buleleng dengan ibukota Singaraja

b) Kabupaten Tabanan dengan ibukota Tabanan

c) Kabupaten Badung dengan ibukota Badung

d) Kabupaten Gianyar dengan ibukota Gianyar

e) Kabupaten Bangli dengan ibukota Bangli

f) Kabupaten Klungkung dengan ibukota Semarapura

g) Kabupaten Karang Asem dengan ibukota Almapura

h) Kabupaten Jembrana dengan ibukota Negara

i) Kota Denpasar yang merupakan ibukota Propinsi Bali

Di Pulau Bali terdapat dua pelabuhan laut, yaitu Pelabuhan Benoa dan

Pelabuhan Gilimanuk, dan satu bandar udara, yaitu Bandara Ngurah Rai.
12

3.1.2 Keadaan Alam

Keadaan alam Pulau Bali memanjang dari barat ke timur yang dikelilingi

oleh lautan. Tanah di bagian selatan sering disebut tanah genting karena tanah

tersebut memanjang dan sempit di antara laut, sehingga menyerupai bebek kecil.

Pantai-pantai di Bali merupakan dataran rendah yang sempit, kecuali bagian

selatan. Pantai-pantai yang terkenal antara lain: Pantai Sanur, Pantai Kuta,

Tanjung Benoa, dan lain-lain. Pegunungan di Bali membentang dari barat ke

timur, di antaranya: Gunung Merbuk, Gunung Patas, Gunung Batur, Gunung

Abang, Gunung Bratan, dan Gunung Agung. Dari beberapa gunung tersebut,

Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di Pulau Bali. Gunung Agung pernah

meletus pada tahun 1963. menurut cerita, Gunung Agung merupakan pecahan

Puncak Gunung Mahameru, yang juga menjadi Gunung Semeru yang berada di

Pulau Jawa, dan Gunung Rinjani yang berada di Pulau Lombok.

Tanah di Bali bagian selatan lebih subur dan luas daripada Bali bagian

utara. Oleh karena itu, sekitar 70% penduduk di Bali Selatan bekerja dengan

bercocok tanam. Sistem pengairannya disebut Subak. Di lereng pegunungan,

sawah dibuat bertingkat-tingkat atau berundak-undak yang disebut sengkedan.

Bila musim panen tiba, para petani di Bali Selatan berada di sawah. Sebagai

tanaman selingan, mereka juga menanam palawija.

Sebaliknya, di Bali Utara lahan pertaniannya sempit, sehingga penduduk

Bali Utara lebih banyak menanam tanaman perkebunan, di antaranya: kopi, teh,

tebu, dan kelapa. Di Bali Utara terdapat 26,657 ha tanah perkebunan untuk
13

menanam kopi, sedangkan banyak penduduk yang tinggal di kawasan pantai,

kebanyakan menanam kelapa, karena di kawasan pantai tanahnya kurang subur

untuk tanaman lain. Sekitar 6.650,50 ha tanah perkebunan ditanami kelapa.

Selain pertanian dan perkebunan, penduduk Bali juga mengusahakan

peternakan dan perikanan. Di bidang peternakan, penduduk Bali biasanya

beternak sapi Bali, babi dan banteng. Disebut sapi Bali karena bulunya berwarna

kecoklatan dan bagian belakangnya berwarna putih dan merupakan keturunan

banteng. Penduduk Bali juga mengusahakan perikanan darat dan menghasilkan

ikan mujair, ikan mas dan ikan kaper. Sedangkan perikanan laut menghasilkan

cumi-cumi, tongkol, ikan lemuru dan kepiting.

3.1.3 Demografi

Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010, Pulau Bali

berpenduduk sekitar 4 juta jiwa (wikipedia). Masyarakatnya terbagi dalam dua

kelompok, yaitu Masyarakat Bali yang disebut Bali Aga (penduduk asli), dan

Masyarakat Bali keturunan Majapahit/Wong Majapahit (berasal dari Pulau Jawa).

Penduduk asli tradisional Bali sangat terikat pada segi-segi kehidupan

sosial mereka, seperti pada kewajiban melakukan pemujaan terhadap Pura

tertentu, satu tempat tinggal bersama/komunitas, pemilikan tanah pertanian dalam

subak tertentu, satu status sosial atas dasar warna, dan ikatan kekerabatan menurut

administrasi Desa Dinas tertentu.


14

Masyarakat dan kebudayaan Bali telah mengalami berbagai dinamika dan

perubahan, baik oleh sebab-sebab internal maupun eksternal. Dinamika dan

perubahan tersebut berproses menurut alur perkembangan 3 tradisi utama, yang

merupakan refleksi keseluruhan Bali, yaitu :

1. Tradisi Kecil, dari unsur-unsur kebudayaan yang berasal dari

kehidupan Pra-Hindu, seperti yang masih tampak dalam segi-segi

kehidupan masyarakat Bali.

2. Tradisi Besar, mencangkup unsur-unsur kehidupan, masyarakat dan

kebudayaan yang berkembang seiring dengan agama Hindu.

3. Tradisi Modern, mencangkup unsur-unsur yang berkembang sejak

jaman penjajahan, kemerdekaan serta era reformasi dan globalisasi.

Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Bali adalah bertani, dapat

dikatakan 70% penduduk Bali hidup dari bercocok tanam dan hanya 30% yang

hidup dari peternakan, berdagang, buruh, pegawai atau yang lainnya.

Di dalam sistem pertanian di Bali, Subak mempunyai peranan penting.

Jumlah Subak di Bali sekitar 1.274 buah yang merupakan lembaga tradisional,

sebagai satu kesatuan dari para pemilik atau penggarap sawah yang menerima air

irigasi dari satu mata air atau bendungan tertentu. Subak juga merupakan kesatuan

ekonomi, sosial dan keagamaan. Tugas warga Subak adalah mengatur pembagian

air irigasi, melakukan pemberantasan hama, melakukan inovasi pertanian dan

mengaktifkan upacara masyarakat. Sistem penanaman di sawah dibedakan atas 2

macam, yaitu : sistem Tulak Sumur dan Sistem Kerta Masa.


15

Gambaran ketenagakerjaan di Kota Denpasar dapat ditunjukkan oleh

tingkat partisipasi, komposisi dan persebaran angkatan kerja. Aspek

Ketenagakerjaan yang disajikan meliputi komposisi angkatan kerja, lapangan

pekerjaan, jenis pekerjaan, status pekerjaan dan jumlah jam kerja. Penduduk Usia

Kerja diklarifikasikan dari umur 10 tahun ke atas, yaitu mereka secara potensial

dapat memproduksikan barang dan jasa. Angkatan kerja seluruhnya yang terserap

282.955 orang. Sedangkan yang masih berstatus sebagai pengangguran 8.641

orang. Tingkat partisipasi angkatan kerja penduduk Kota Denpasar mencapai

angka 72, 90 % dengan kata lain masih terdapat 2, 96 % penduduk usia kerja yang

berstatus sebagai pengangguran. Penyebaran tenaga kerja tersebut terdiri dari

sektor pertanian 11.129 orang, industri pengolahan 14.350 orang, perdagangan

63.010 orang, angkutan 7.355 orang, jasa-jasa 134.272 orang dan lain-lain 52.839

orang.

Sebagian besar penduduk Bali menganut agama Hindu, yaitu sekitar

84,5%. Agama lainnya adalah Budhha (0,5%), Islam (13,3%), Protestan dan

Katolik (1,7%). Sesuai dengan jumlah penganut agama Hindu yang begitu banyak,

maka segala bentuk tata cara kehidupan dan kepercayaan di Bali hampir

semuanya diliputi oleh suasana agama Hindu. Mereka percaya akan adanya satu

Tuhan sesuai dengan bentuk konsep Trimurti yang Esa. Trimurti ini mempunyai 3

wujud, yaitu wujud Brahma (yang menciptakan), wujud Wisnu (yang melindungi

serta memelihara) dan wujud Syiwa (yang melebur segala yang ada).

Ajaran agama Hindu menganggap penting konsepsi mengenai Roh Abadi

(atman), yaitu Roh Halus. Penghormatan kepada mereka dilakukan dengan cara
16

membuat dan menyuguhkan sesajen serta mengadakan upacara-upacara ritual agar

roh tidak merasuki manusia. Kitab suci agama Hindu adalah Wedha. Keseluruhan

Wedha dihimpun dalam 4 (empat) Samshita, yaitu Reg Wedha Samshita, Sama

Wedha Samshita, Yajur Wedha Samshita dan Atharwa Wedha Samshita.

Tujuan hidup orang Bali yang beragama Hindu seperti dinyatakan dalam

pustaka Suci Wedha adalah Makatsaratham Jagat Ditya Ca Iti Dharma, artinya

tujuan agama adalah untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan kebahagiaan

rohani.

Pulau Bali adalah pulau yang masyarakatnya sangat lekat dengan berbagai

jenis upacara persembahan kepada Hyang Widhi. Meskipun umat Hindu di Bali

mempercayai banyak dewa, namun masyarakat Hindu Bali memahami bahwa

Tuhan adalah satu sebagai Sang Hyang tunggal. “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana

Dharma Mangruwa”. Begitu bait sastra yang menjadi pegangan umat Hindu

dalam memandang Tuhan sebagai penguasa jagat raya.

Hubungan manusia dengan alam lingkungannya sebagai angga atau badan

tergambar jelas pada tatanan wilayah hunian dan wilayah pendukungnya

(pertanian) yang dalam satu wilayah Desa Adat disebut sebagai Desa Pakraman.

Hubungan manusia dengan sesama manusia sebagai khaya atau tenaga yang

dalam satu wilayah Desa Adat disebut sebagai Krama Desa atau warga

masyarakat, adalah tenaga penggerak untuk memadukan atma dan angga.

Kesadaran akan budaya inilah yang menjadi salah satu daya tarik bagi para

wisatawan. Sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia, Bali cenderung terbuka


17

dalam menerima budaya asing yang bila tidak disikapi dengan arif dan bijaksana

akan menyebabkan budaya asli Bali kian pudar. (Marbun, Indonesia Selayang

Pandang I)

Pulau Bali adalah salah satu pusat kesenian terpenting di Indonesia karena

memiliki berbagai jenis seni pertunjukan yang merupakan warisan budaya dari

masa lampau.

Ada empat zaman yang dilewati oleh masyarakat Bali, yaitu zaman

Prasejarah, zaman Bali Kuna, Bali Klasik, Bali Modern atau Baru. Zaman

prasejarah mewariskan bentu-bentuk seni pertunjukan ritual yang bersifat magis.

Zaman Bali Kuna mewariskan bentuk ritual seni keagamaan dan tontonan istana,

zaman Bali klasik mewariskan bentuk seni klasik yang banyak dipengaruhi dari

daerah Jawa Timur, sedangkan zaman Bali modern mewariskan bentuk seni

pertunjukan yang inovatif yang banyak dipengaruhi oleh budaya Barat atau asing.

Secara umum seni pertunjukan Bali dapat dibagi menjadi dua kelompok

besar yaitu seni upacara atau seni wali dan babali, dan seni tontonan atau balih-

balihan. Seni balih-balihan meliputi jenis-jenis kesenian yang menonjolkan nilai-

nilai entertainment, sedangkan wali memiliki nilai-nilai religius dan sakral. Tari

Bali secara umum dapat digolongkan menjadi dua : tari upacara mencakup tari-

tarian wali dan bebali dan tontonan yang mencakup tari balih-balihan, yaitu :

1. Tari Sakral (wali)

Tarian jenis ini tidak mengandung suatu jalan cerita tertentu, karena tidak

ada alur ceritanya. Tarian ini hanya dipertunjukkan pada upacara keagamaan,
18

misalnya tari Sang Hyang Dedari, Tari Rejang Suri, Tari Pendet, Tari Topeng

Pajangan, Tari Abuang, Tari Bruntuk, Tari Ngayap, dan sebagainya.

2. Tari Bebali

Tarian ini memiliki alur cerita yang umumnya diambil dari ethos

Ramayanan dan Mahabrata. Tarian jenis ini tidak harus pada upacara keagamaan

saja, melainkan dapat diadakan setiap saat dan merupakan tarian pendukung bagi

upacara keagamaan Hindu, misalnya tari Gambuh dan Parwa.

3. Tari Balih-balihan

Tarian jenis ini baru lahir setelah tahun 1927. Tarian ini berbeda dari

kedua jenis tarian di atas, karena tarian jenis ini berfungsi sebagai hiburan,

misalnya Tari Panji Semirang dan Tari Nelayan.

Seni lukis yang berkembang di Bali mempunyai gaya klasik, seni lukis

Pita Maha, seni lukis Young Artist, dan seni lukis kelompok akademik. Awal

perkembangannya seni lukis klasik berkembang di desa Kamasan, Kabupaten

Klungkung lalu menyebar ke tempat-tempat lainnya di Bali. Seni lukis pita maha

berkembang sejak kedatangan bangsa Barat seperti : Walter Spies (Jerman) dan

Rudolf Bonet (Belanda) pada awal abad-20 yang banyak memberikan

pengetahuan baru di bidang anatomi, proposi, komposisi, draperi, prespektif serta

teknik pewarnaan dalam melukis. Perkembangan seni lukis young artist banyak

dipengaruhi oleh seniman asing yang bernama Arie Smith (Belanda) yang

membuat perubahan dalam pewarnaan yang kontras, bentuknya yang naif, dan

obyeknya yang memenuhi budang. Sedangkan jenis seni lukis akademik ialah
19

kelompok seni yang seniman-senimannya telah menempuh pendidikan akademik

di perguruan tinggi.

Seni patung yang ditinjau dari tipenya juga berkembang sangat pesat di

Bali, terdiri dari : patung gaya sederhana, patung gaya klasik dan patung gaya

modern. Patung gaya sederhana berkembang sejak zaman prasejarah dengan ciri-

ciri mempunyai mata bulat, wujud sederhana tanpa banyak ukiran, telanjang dan

alat vital meonjol. Gaya klasik merupakan perpaduan antara budaya yang

berkembang pada masa prasejarah dan budaya Hindu. Seni patung gaya modern

terbagi menjadi dua gaya yaitu : seni patung realis dan surealis. Seni patung realis

menggambarkan wujud manusia, binatang, tumbuhan dan kehidupan sehari-hari.

Sedangkan jenis patung gaya surealis adalah bentuk yang ditonjolkan serba

berlebih-lebihan, penggarapannya dan penyelesaian kurang mendetail karena

mengikuti bentuk badan.

3.2 Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata

3.2.1 Modal Dasar Pariwisata Bali

Suatu negara atau daerah akan dikunjungi oleh banyak wisatawan apabila

negara atau daerah tersebut mempunyai potensi yang merupakan daya tarik yang

cukup kuat dan disertai pula dengan adanya prasarana dan sarana yang baik

sebagai komponen penting dalam usaha promosi yang agresif sehingga mampu

merangsang niat wisatawan mengunjungi daerah tersebut. Begitu pula halnya

dengan Bali yang sudah sejak lama dikenal oleh wisatawan mancanegara. Usaha
20

pembinaan dan pengembangan pariwisata di Bali memanfaatkan unsur

kebudayaan sebagai modal utama, ditunjang dengan unsur-unsur lainnya seperti

keramahtamahan masyarakat dan keindahan alam pulau Bali yang dihubungkan

dan dikombinasikan secara harmonis.

Di antara ketiga modal dasar tersebut modal dasar yang utama yang harus

dibina agar dapat berkembang dengan sehat dan pesat adalah : bentuk-bentuk

kehidupan masyarakat, adat-istiadat, agama, seni budaya Bali yang satu sama lain

saling mempengaruhi dalam peningkatan industri pariwisata. Untuk

mempertahankan kesemua modal dasar yang dimiliki telah dikeluarkan Peraturan

Daerah No. 3 Tahun 1991 tentang “Pariwisata Budaya” yang mengandung

pengertian bahwa jenis pariwisata yang dikembangkan adalah pariwisata budaya.

Pengembangannya menggunakan kebudayaan daerah Bali yang di dalamnya

tersirat adanya hubungan timbal balik antara pariwisata dan kebudayaan sehingga

keduanya meningkat secara serasi, selaras dan seimbang.

Fasilitas yang tersedia sebagai penunjang industri pariwisata di Bali adalah

1.437 hotel dengan 37.371 kamar, didukung dengan 1.336 restoran, 487 biro

perjalanan dengan 7.039 pemandu wisata yang memiliki kemampuan dalam

berbagai macam bahasa asing.

3.2.2 Jenis Daya Tarik Wisata Bali

Bali adalah surga wisata bagi wisatawan domestik maupun mancanegara

karena obyek wisata yang ada di Bali sangat beragam, memenuhi kebutuhan
21

wisatawan dari berbagai kalangan. Secara garis besar obyek wisata dapat

dikelompokan dalam dua bagian, yaitu :

1. Obyek wisata alamiah seperti pemandangan alam, pantai, danau, dan

gunung,

Contoh : Pantai Kuta, Danau Beratan Bedugul, Gunung Batur.

2. Obyek buatan manusia termasuk segala sesuatu yang berhubungan dengan

hasil-hasil peninggalan jaman dahulu, hasil-hasil budaya dan kesenian

yang terdapat di museum-museum serta berbagai tata cara kehidupan serta

adat istiadat yang khas,

Contoh : Monuman Bajra Sandi, Tari-tarian Bali (Tari Kecak, Tari Barong,

dll), Rumah Desa Batuan, Balai Kerta Ghosa, Warung Made.

3. Obyek yang bersifat campuran alamiah dan buatan manusia di mana kedua

unsur tersebut tercakup dalam sebuah obyek yang dipadu secara harmonis,

Contoh : Bali Zoo Park, Bali Bird Park, dll.

Selain pengelompokan di atas. Jenis obyek wisata juga dapat digolongkan

berdasarkan motif atau tujuannya, yaitu :

1. Wisata seni budaya, yaitu kegiatan yang tertarik terutama akan seni dan

budaya suatu daerah/obyek wisata,

Contoh : Pura Besakih, Pura Tirta Empul, Bali Art Center.

2. Wisata kesehatan, dilakukan oleh mereka yang karena kesehatan ingin

berkunjung ke suatu tempat baik karena nasihat dokter. Dikenal juga

sebagai healt tourism atau recuperational tourism,

Contoh : spa, massage, refleksi.


22

3. Wisata olah raga, dilakukan oleh olah ragawan untuk suatu pertandingan

maupun masyarakat umum yang senang melakukan kegiatan olahraga,

Contoh : selancar, menyelam, parasailing, banana boat, arum jeram.

4. Wisata dagang dan politik, yang sering juga disebut commercial and

political tourism, yaitu pariwisata di mana para peserta biasanya terdiri

dari tokoh-tokoh perdagangan dan politik suatu daerah atau negara yang

pergi untuk tujuan-tujuan keuntungan dagang dan politik,

Contoh : Konperensi Tingkat Tinggi Ekonomi di Nusa Dua.

5. Wisata ilmu atau scientific tourism, yaitu wisata yang mengandung unsur

pendidikan yang termasuk kegiatan penelitian,

Contoh : Bali Safari and Marine Park, Bali Bird Park, Bali Zoo Park.

3.2.3 Prospek Pariwisata Bali

Di Bali pariwisata telah menampilkan peranannya dengan nyata dalam

memberikan kontribusi terhadap kehidupan ekonomi, sosial dan budaya bangsa.

Sektor pariwisata di Bali adalah prioritas perekonomian ke-2 setelah sektor

pertanian. Kesempatan kerja bagi orang-orang terampil di bidang ini makin

bertambah jumlahnya. Pendapatan negara dari sektor ini makin baik, dan

kebudayaan bangsa makin memperoleh apresiasi.

Pariwisata di Bali sebagai industri semakin berkembang. Hal ini

dibuktikan dengan makin banyaknya hotel, restoran, fasilitas hiburan dan

transportasi untuk keperluan wisatawan. Pembangunan kepariwisataan di Bali


23

sendiri membawa dampak positif, antara lain meningkatnya lapangan usaha dan

lapangan kerja, meningkatnya pendapatan pemerintah dan masyarakat,

mendorong kreativitas seniman untuk berkarya dan mencipta seperti seni tari,

lukis, dan ukir, serta mendorong pelestaran budaya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Made Suradnya, seorang

mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Bali dalam penelitiannya yang bertujuan

untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang menjadi daya tarik bagi wisatawan

mancanegara mengunjungi daerah tujuan wisata Bali dan membahas implikasi

faktor-faktor dimaksud terhadap perencanaan pariwisata Bali. Ada 8 faktor yang

menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Bali, yaitu :

1. Harga-harga produk wisata yang wajar

2. Budaya dalam berbagai bentuk manifestasinya

3. Pantai dengan segala daya tariknya

4. Kenyamanan berwisata

5. Kesempatan luas unuk relaksasi

6. Citra (image) atau nama besar Bali

7. Keindahan alam

8. Keramahan penduduk setempat

Dengan adanya berbagai faktor pendukung dan usaha pengembangan

pariwista di berbagai aspeknya, pariwisata Bali akan semakin maju dan dikenal di

seluruh dunia. Tentu saja diperlukan kerjasama yang baik antara Pemerintah

Daerah Propinsi Bali, Pemerintah Pusat dan masyarakat Bali. Tidak ketinggalan

juga peran serta berbagai instansi yang berkaitan dengan pariwisata seperti
24

perusahaan penerbangan, perhotelan, restoran, pramuwisata dan pengelola obyek

pariwisata sebagai ujung tombak industri pariwisata di Bali.


BAB IV

DESKRIPSI KEGIATAN PLP

4.1 Seminar Pariwisata PLP Bali 2016

Pada hari Rabu, 20 April 2016, para peserta PLP Bali 2016 memulai hari

pertama dengan mengikuti Seminar Pariwisata di Good Way Hotels and Resort.

Ada empat penceramah pada saat itu. Pertama dari pihak hotel, bapak Felix

Kristanto Wpr. Lalu dari alumnus STBA yang sekarang bekerja di Bali, pewakilan

dari ITDC dan yang terakhir perwakilan dari Disparda Bali.

4.1.1 Presentasi dari Good Way Hotel

Presentasi pertama di paparkan oleh bapak Felix Kristanto Wpr selaku

Property Manager Good Way Hotels and Resort. Good Way Hotels and Resort

terletak di Jln. Dalem Tarukan 7 Taman Mumbul, Nusa Dua – Bali, bapak

Kristanto mengatakan bahwa hingga akhir tahun 2015 lalu, jumlah kamar hotel di

Bali mencapai 140 ribu kamar hotel yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota

yang ada di Bali. Dengan jumlah tersebut, Persatuan Hotel Restoran Indonesia

(PHRI) Bali mengklaim dengan jumlah kamar hotel yang ada saat ini mampu

menampung sebanyak 8 juta turis asing.

Ketua PHRI Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace)

mengatakan, jumlah kamar hotel itu rinciannya antara lain 95 ribu kamar di

25
26

Kabupaten Badung dan di Ubud. Sisanya tersebar di kabupaten lain. Dengan

jumlah tersebut, maka untuk ke depannya, kata Cok Ace, pariwisata Bali

diberikan target 8 juta wisatawan mancanegara (wisman) tidak akan ada kendala

kekurangan kamar hotel.

“Sebab sekarang ini ketersediaan kamar hotel di Bali melebihi permintaan,”

jelasnya. Lebih lanjut dikatakan Cok Ace, saat ini jumlah kunjungan wisman yang

ke Bali 4 juta orang dengan okupansi hotel bintang 4 dan 5 rata-rata hanya 50

persen. Sedangkan hotel non bintang rata-rata 35 persen. Jika jumlah kunjungan

wisatawan saat ini dikalikan dua, maka akan menjadi 8 juta kunjungan.

Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat jumlah kunjungan wisman

selama 2015 naik 6,24% dibandingkan dengan 2014, yaitu dari 3,77 juta orang

naik menjadi 4,002 juta orang.

“Kedatangan wisman langsung ke Bali pada 2015 paling banyak melalui

bandara yaitu sebanyak 3,92 juta orang dan yang melalui pelabuhan hanya 77.886

orang saja,” ungkap Adi Nugroho, Kepala BPS Provinsi Bali.

Data Dinas Pariwisata Bali dari Januari – Desember 2015 4,002 juta orang,

dengan rincian:

1. Australia : 965.330 orang

2. China : 687.633 orang

3. Jepang : 228.035 orang

4. Malaysia : 190.317orang
27

5. Inggris : 167.527 orang

Simpulan sekaligus pesan dari bapak Kristanto kepada semua peserta

seminar Praktik Lapangan Pariwisata (PLP) Bali 2016 “Buatlah cita-cita anda

setinggi yang bisa anda capai atau bahkan lebih dari yang bisa anda capai”.

4.1.2 Presentasi dari Alumnus STBA YAPARI-ABA Bandung

Presentasi kedua dipaparkan oleh perwakilan alumnus STBA YAPARI-ABA

BANDUNG, bapak Phillip S. Tanjung, S.S. Beliau memaparkan bahwa pulau

Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata. Pulau Bali merupakan daerah

yang selalu ditunjuk sebagai daerah tujuan wisata dan Yogyakarta yang

merupakan second destination. Karena sangat terkenal, pulau Bali dinobatkan

sebagai salah satu destinasi terbaik.

Belajar bahasa tidak cukup hanya di dalam kelas termasuk juga dalam hal

belajar hidup. Jangan berpikir kerja untuk apa. Jika ingin maju atau memiliki karir

yang baik maka belajarlah untuk belajar hidup, bukan hanya sebagai siswa. Salah

satu kelemahan belajar di Indonesia yaitu terlalu banyaknya mempelajari teori.

Sebagai mahasiswa seharusnya mindset kita diubah, janganlah mau

mencari pekerjaan. Tetapi kita harus dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi

orang lain. Kita harus bisa menyeimbangkan suatu obyek wisata yang semula

biasa saja, lalu menjadi obyek wisata yang menjadikan ladang emas.
28

Bali pada awalnya hanya sebagai gerbang pariwisata internasional tetapi

kenyataannya Bali bisa lebih berkembang dari semula yang diharapkan. Pada

zaman dahulu, orang asing membangun rumah di Bali hanya untuk dijadikan

second home. Orang-orang asing tersebut banyak yang memiliki villa tetapi kini

villa banyak yang disewakan kepada para wisatawan asing. Inilah yang menjadi

masalah dan persaingan tidak sehat di bisnis perhotelan.

4.1.3 Presentasi dari ITDC Bali

Presentasi ketiga dipaparkan oleh ibu A.A.I Ratna Dewi selaku Kepala

Divisi Operasi Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC). Bali

Tourism Development Corporation (BTDC) atau yang saat ini dikenal dengan

nama Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC) adalah sebuah

perusahaan Negara yang didirikan pada tahun 1973, berdasarkan PP No. 27 tahun

1972.

Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC) memiliki beberapa

visi dan misi seperti berikut :

Visi Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC) adalah untuk

menjadi perusahaan pengembang dan pengelola kawasan pariwisata yang unggul

dalam bidang pelayanan.

Misi dari Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC) adalah

melakukan kegiatan pengelolaan kawasan pariwisata ramah lingkungan secara

profesional dan berkualitas, membangun kawasan pariwisata terpadu di wilayah-


29

wilayah Indonesia yang memiliki potensi pariwisata berdasarkan analisa

kelayakan bisnis yang prospektif, serta memberikan manfaat yang optimal kepada

stakeholders sesuai prinsip bisnis yang sehat.

Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC) memiliki fasilitas

berstandar internasional seperti 14 hotel berbintang lima, vila-vila, dan serviced

apartment dengan kamar sejumlah 5099, 2 Convention Centre dengan kapasitas

17.000 tempat duduk, Retail Area dengan 99 tenants, Bali Nusa Dua Theatre by

Devdan dengan kapasitas 700 tempat duduk, Bali National Golf Course (18 holes),

Bali International Medical Centre for Emergency Clinic and Aesthetic Surgery,

Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua sebagai center of excelence di bidang

pendidikan pariwisata, Museum Pasifika Museun Seni terbesar di Bali, 5 tempat

ibadah terpadu “Puja Mandala”, serta fasilitas keamanan terpadu berstandar

internasional.

Beberapa penghargaan yang pernah diterima Indonesian Tourism

Development Corporation (ITDC) yaitu No.2 World’s Best Islands, No.1 Asia’s

Best Islands, kawasan terbaik di bidang pengelolaan lingkungan di dunia, One of

the 6 Best Resorts in the World, The Most Beautiful Beach in Indonesia, Asia’s

Best Renovated Golf Course, Best Newcomer 2016, serta Favorite Beach Resort

in The World – Conde Nast Traveler Gold List 2016.


30

4.1.4 Presentasi Dari Disparda Bali

Presentasi ke empat dan menjadi ceramah penutup rangkaian acara

seminar pariwisata Praktik Lapangan Pariwisata (PLP) Bali 2016 ialah pemaparan

dari bapak Drs. Nyoman Wardawan selaku Kepala Bidang Pemasaran Dinas

Pariwisata Bali. Bali memiliki luas 5.631,86 km2 dengan populasi 3,9 juta jiwa.

Secara geografis, Bali terbelah menjadi 2 yaitu utara dan selatan, sedangkan

secara administrasi dibagi dalam 8 kabupaten dan 1 kota, 57 kecamatan, dan 695

desa/kelurahan. Sembilan puluh persen penduduk Bali beragama Hindu. Secara

tradisional, Bali terdiri dari 1473 Desa Adat/Desa Pakraman, 3624 banjar, 2760

subak, dan terdapat lebih dari 6.000 sekaa/kelompok kesenian tradisional. Bali

tidak mempunyai cukup sumber daya alam namun kaya dengan potensi/sumber

daya budaya.

Bali unik dari aspek Geografis, Demografis, dan Sosial budaya. Tri Hita

Karana – landasan pembangunan Pariwisata Bali diantaranya hubungan harmonis

manusia dengan Tuhan, hubungan harmonis manusia dengan manusia, dan

hubungan harmonis manusia dengan lingkungan.

Daya tarik pariwisata Bali yaitu keindahan alam (20%), keunikan budaya

(56%), dan keramah-tamahan masyarakat (18%).

Lima komponen pembangunan kepariwisataan Bali diantaranya:

Pariwisata;

1. Masyarakat;

2. Akademisi;
31

3. Media;

4. Industri;

5. Pemerintah;

Tri Hita Karana.

4.2 Kunjungan ke Obyek Wisata

Selama pelaksanaan PLP Bali 2016, banyak sekali obyek wisata yang

dikunjungi. Berikut keunikan-keunikan dari masing-masing tempat wisata, seperti

tentang keadaan alamnya, peraturannya, larangannya, fasilitasnya dan masih

banyak hal unik lainnya.

4.2.1 Pura Tanah Lot

Pada hari Rabu, 20 April 2016 peserta PLP mengunjungi obyek wisata

Pura Tanah Lot. Tanah Lot adalah sebuah obyek wisata di Bali, Indonesia. Di sini

ada dua pura yang terletak di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu

dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini

merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan. Pura Tanah Lot merupakan pura

laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut. Tanah Lot terkenal sebagai tempat

yang indah untuk melihat matahari terbenam.

Pura Tanah Lot dibangun sekitar abad ke-15 oleh Danghyang Nirartha.

Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara

dari Jawa, yaitu Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan


32

penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada

abad ke-16. Pada saat itu, penguasa Tanah Lot yang bernama Bendesa Beraban

merasa iri kepadanya karena para pengikutnya mulai pergi untuk mengikuti

Danghyang Nirartha. Bendesa Beraban kemudian menyuruh Danghyang Nirartha

meninggalkan Tanah Lot. Danghyang Nirartha menyanggupi, tetapi sebelumnya

ia dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai dan

membangun pura di sana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga

pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis

ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam

berbelang kuning dan mempunyai racun tiga kali lebih kuat dari ular cobra.

Akhirnya disebutkan bahwa Bendesa Beraban menjadi pengikut Danghyang

Nirartha.

Pura Tanah Lot selama ini terganggu oleh abrasi dan pengikisan akibat

ombak dan angin. Oleh sebab itu, pemerintah Bali melalui Proyek Pengamanan

Daerah Pantai Bali melakukan memasang tetrapod sebagai pemecah gelombang

dan memperkuat tebing di sekeliling pura berua karang buatan. Daerah di sekitar

Tanah Lot juga ditata mengingat peran Tanah Lot sebagai salah satu tujuan wisata

di Bali.

Renovasi pertama dilakukan sejak tahun 1987 sebagai proyek

perlindungan tahap I. Pada tahap ini, pemecah gelombang (tetrapod) seberat dua

ton diletakkan di depan Pura Tanah Lot. Selain itu, bantaran beton serta dinding

buatan juga dibangun sebagai pelindung hantaman gelombang. Namun, peletakan

tetrapod mengganggu keindahan dan keasrian alam di sekitarnya sehingga


33

diadakan studi kelayakan dengan melibatkan tokoh agama dan masyarakat

setempat pada tahun 1989. Desain bangunan pemecah gelombang di bawah

permukaan air dan pembuatan karang buatan dibuat pada tahun 1992 dan

diperbarui lagi pada tahun 1998. Perlindungan pura mulai dilaksanakan sekitar

bulan Juni 2000 dan selesai pada Februari 2003 melalui dana bantuan pinjaman

Japan Bank for International Cooperation (JBIC) sebesar Rp. 95 miliar.

Keseluruhan pekerjaan meliputi bangunan Wantilan, Pewaregan, Paebatan, Candi

Bentar, penataan areal parkir, serta penataan jalan dan taman di kawasan tanah lot.

Obyek wisata tanah lot terletak di Beraban, Kediri, Tabanan, sekitar 13

kilometer di sebelah selatan Kota Tabanan.

Di sebelah utara Pura Tanah Lot, sebuah pura lain yang dibangun di atas

tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan Pura dengan daratan

dan berbentuk seperti jembatan (melengkung). Pura ini disebut Pura Karang

Bolong.

Odalan atau hari raya di Pura ini diperingati 210 hari sekali, sebagaimana

pura lain pada biasanya. Jatuhnya dekat dengan perayaan Galungan dan Kuningan,

tepatnya pada Hari Suci Buda Cemeng Langkir.

4.2.2 Monumen Perjuangan Rakyat Bali

Pada hari Kamis, 21 April 2016 peserta PLP mengunjungi obyek wisata

Monumen Bajra Sandi Bali yang merupakan Monumen Perjuangan Rakyat Bali

dan menjadi simbol masyarakat Bali untuk menghormati para pahlawan serta
34

merupakan lambang persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari

generasi ke generasi dan dari zaman ke zaman.

Monumen Perjuangan Rakyat Bali memiliki luas 4900 meter persegi.

Anak tangga Kori Agung (pintu masuk) pada pelataran tengah berjumlah 17 buah,

Tiang Agung yang terdapat pada kolom di tengah bangunan ini berjumlah 8 buah,

dan tinggi bangunan monumen dari dasar sampai puncak adalah 45 meter. Hal

tersebut melambangkan hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yakni

17 Agustus 1945. Pada lantai bawah (Nistaning Utama Mandala) dari monumen

ini terdapat Ruang Pameran, Ruang Perpustakaan, Ruang Souvenir, dan Ruang

Rapat yang disediakan untuk kepentingan masyarakat umum. Pada lantai tengah

(Madianing Utama Mandala) terdapat 33 unit Diorama yang menggambarkan

perjuangan Rakyat Bali dari masa ke masa. Di lantai atas (Utamaniang Utama

Mandala) terdapat Ruang Peninjauan, yang mana untuk mencapainya harus

melalui 69 buah anak tangga perlambang Pendakian Suci menuju puncak Gunung

Mandara Giri. Kedamaian serta keseimbangan dapat dicapai dalam ruangan ini.

Beberapa pelayanan yang terdapat di Monumen Perjuangan Rakyat Bali

diantaranya:

1. Pelayanan pemanduan bagi pengunjung Monumen Perjuangan Rakyat

Bali;

2. Penyewaan ruang rapat dengan kapasitas 100 kursi;

3. Penyewaan ruang pameran temporer;

4. Perpustakaan;

5. Penyewaan pelataran monumen untuk foto dan resepsi pernikahan;


35

6. Pemanfaatan lapangan Puputan Margarana untuk kegiatan olahraga dan

rekreasi.

Monumen Perjuangan Rakyat Bali dibuka untuk umum setiap hari, kecuali

hari-hari besar/libur resmi. Tiket masuk dan biaya penyewaan fasilitas Monumen

Perjuangan Rakyat Bali sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali.

4.2.3 Kintamani

Pada hari yang sama, Kamis, 21 April 2016 kami mengunjungi Kintamani.

Kintamani adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali,

Indonesia. Kintamani juga merupakan kawasan wisata pemandangan alam di Bali,

Indonesia.

Sumber-sumber yang menyebutkan tentangDanau Batur adalah Lontar

Kesmu Dewa. Lontar Usana Bali dan Lontar Raja Purana Batur. Disebutkan

bahwa Pura Batur sudah ada sejak zaman Empu Kuturan, yaitu abad ke-10 sampai

permulaan abad ke-11. Luasnya areal dan banyaknya pelinggih-pelinggih maka

diperkirakan bahwa Pura Batur adalah penyiwi raja-raja yang berkuasa di Bali,

sekaligus merupakan Kahyangan Jagat. Di Pura Batur yang diistanakan adalah

Dewi Danu yang disebutkan dalam Lontar Usana Bali.

Potensi wisata kawasan ini adalah pemandangan kawasan pegunungan

yang sangat unik dan menakjubkan. Setelah kira-kira 2 jam perjalanan dari kota

Denpasar, kita akan sampai di kawasan ini, tepatnya di tempat yang disebut

Penelokan, yang sesuai dengan namanya dalam bahasa Bali yang berarti tempat
36

untuk melihat-lihat merupakan lokasi yang paling strategis untuk menikmati

pemandangan alam di kawasan wisata ini. Penelokan terletak di Kedisan, salah

satu desa di Kec. Kintamani.

Dari Penelokan kita bisa menyaksikan pemandangan menakjubkan.

Kombinasi antara Gunung Batur beserta hamparan bebatuan hitam dengan Danau

Batur yang berbentuk bulan sabit berwana biru di sebuah kaldera yang oleh

wisatawan-wisatawan dikatakan sebagai kaldera terindah di dunia. Penelokan

sudah mempunyai infrastruktur yang cukup memadai sebagai tempat wisata,

antara lain penginapan maupun restoran.

Dari Penelokan kita mempunyai dua alternatif untuk melanjutkan

perjalanan di Kintamani. Pertama kita bisa melanjutkan ke arah utara menuju

Desa Batur. Di desa ini kita bisa berkunjung ke salah satu pura kahyangan jagat di

Bali yang bernama Pura Batur. Pura ini pada awalnya terletak di sebelah barat

daya Gunung batur yang kemudian dipindahkan bersamaan dengan pindahnya

warga desa ke bagian atas.

Alternatif kedua kita bisa turun ke pusat Desa Kedisan untuk selanjutnya

menyeberang melintasi danau ke sebuah desa tua yang bernama Terunyan. Di

Desa Terunyan kita bisa melihat peradaban Bali kuno yang disebut Bali Aga. Di

desa ini orang-orang yang sudah meninggal tidak dikubur tetapi diletakan begitu

saja di bawah sebuah pohon. Mayat-mayat ini tidak mengeluarkan bau sama

sekali.
37

Obyek Wisata Kawasan Batur terletak di Desa Batur, Kecamatan

Kintamani Kabupaten Daerah Tingkat II Bangli. Permukaan laut dengan suhu

udaranya berhawa sejuk pada siang hari dan dingin pada malam hari. Obyek

wisata ini dapat dilalui dengan kendaraan bermotor, karena lokasi ini

menghubungkan Kota Bangli dan Singaraja. Sedangkan rute obyek,

menghubungkan Obyek Wisata Kawasan Batur dengan Obyek Wisata

Tampaksiring dan Besakih.

Di obyek wisata Kawasan Batur tersedia tempat parkir, rumah makan,

restoran, penginapan, toilet, wartel, serta warung-warung minuman dan makanan

kecil. Fasilitas angkutan umum dan angkutan penyeberangan juga tersedia.

Obyek Wisata Kawasan Batur ramai dikunjungi oleh wisatawan

mancanegara dan nusantara. Kunjungan yang paling menonjol sekitar bulan

Agustus, Desember, saat menyambut Tahun Baru dan suasana Tahun Baru.

Demikian pula pada hari-hari Raya Galungan, Idul Fitri dan Hari Raya Natal,

bahkan sering dikunjungi oleh tamu negara baik dari pusat maupun tamu dari luar

negeri.

4.2.4 Pantai Pandawa

Pada hari Jumat, 22 April 2016 kami mengunjungi Pantai Pandawa. Pantai

Pandawa adalah salah satu tempat wisata di Bali yang memiliki keindahan pasir

putih yang lembut dan airnya yang jernih kebiruan dengan suasana pantai yang
38

sepi dan tenang. Pantai Pandawa berada tepatnya di Jln. Melasti, Desa Kutuh,

Kuta Selatan, Badung.

Diceritakan pada tahun 1682 Kerajaan Badung dipimpin oleh Raja Badung

yaitu Ida Cokorda III yang bergelar Kyai Anglurah Pemecutan III, dan pada suatu

hari beliau melakukan perjalanan berburu memasuki hutan belantara yang sangat

lebat, namun indah dan nyaman. Daerah tersebut berada di wilayah Kaki Pulau

Bali bagian selatan. Di dalam hutan tersebut tidak disangka Beliau bertemu

dengan seorang wanita yang sangat cantik rupawan bagaikan seorang bidadari,

yang bernama Ni Rangdu Kuning.

Sebagai seorang lelaki beliaupun jatuh hati dengan Ni Rangdu Kuning

yang akhirnya dinikahi oleh beliau. Dari hasil pernikahannya dengan Ni Rangdu

Kuning lahirlah seorang Putra yang diberi nama I Gusti Ngurah Ungasan.

Pada suatu saat Ni Rangdu Kuning ditinggal oleh Sang Raja kembali ke

Puri Peme dan sampailah di suatu tempat yang tidak diketahui namanya, dimana

daerah tersebut banyak ditumbuhi oleh Pohon Kayu Kepuh/Kayu Kutuh yang

sangat besar-besar, dan sebagai bukti sampai sekarang ada dua pohon Kayu

Kepuh/Kayu Kutuh yang sangat besar. Karena daerah yang dijumpai Ni Rangdu

Kuning banyak ditumbuhi pohon Kayu Kepuh/Kayu Kutuh maka daerah tersebut

dinamai Kutuh, dan seterusnya oleh masyarakat setempat dijadikan nama Desa

yaitu Desa Kutuh (Desa Adat Kutuh).

Pada Zaman Penjajahan Belanda di Indonesia, maka Desa Kutuh dijadikan

wilayah Perbekelan Desa Kutuh yang dipimpin oleh seorang Perbekel.


39

Pada saat jatuhnya Pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia, juga

membawa dapak Perbekelan Desa Kutuh menjadi satu pemerintahan di desa

Ungasan. Bergabungnya Perbekelan Desa Kutuh dengan Perbekelan Desa

Ungasan yaitu pada Tahun 1941 sampai Tahun 2002.

Atas segala perjuangan masyarakat khususnya para tokoh-tokoh Desa,

maka pada tanggal 25 Juni 1999 disetujui oleh Pemerintah Kabupaten Badung

menjadi Desa Persiapan Kutuh, dan lewat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I Bali Nomor : 273 Tahun 1999.

Untuk terlaksananya Pemerintahan Desa Persiapan Kutuh diangkatlah Drs.

I Nyoman Mesir sebagai Pejabat Kepala Desa Persiapan Kutuh yang dilengkapi

dengan seorang Sekretaris Desa yaitu Ir. I Nyoman Camang pada tahun 2000.

Baru pada tahun 2002 Desa Persiapan Kutuh menjadi Desa Devinitif dengan Surat

Keputusan Bupati Badung Nomor : 342 Tahun 2002, Tanggal 12 Maret 2002

yang diresmikan oleh Bupati Badung Anak Agung Oka Ratmadi, SH pada tanggal

12 Maret 2002.

Desa Kutuh terletak di kaki Pulau Bali paling ujung selatan yang termasuk

kawasan pariwisata yang baru berkembang dengan ke eksotikan Pantai

Pandawanya yang berpasir putih nan indah mempesona sepanjang 3000 meter.

Adapun Desa Kutuh merupakan bagian dari Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten

Badung, Provinsi Bali, yang mana berbatasan dengan:

Di sebelah Utara : Kelurahan Jimbaran;

Di sebelah Timur : Kelurahan Benoa (Nusa Dua);


40

Di sebelah Selatan : Samudra India;

Di sebelah Barat : Desa Ungasan.

Selanjutnya, Desa Kutuh berada pada ketinggian rata-rata 180 meter dari

permukaan laut.

Iklim tropis adalah iklim yang berlaku di Desa Kutuh (Pantai Pandawa)

yang memiliki 5 bulan musim penghujan dan 7 bulan sisanya merupakan musim

panas/kemarau, dengan curah hujan pertahunnya antara 1000 mm s/d 2000 mm,

serta suhu udara berada pada kisaran 24˚C - 32˚C.

Luas wilayah Desa Kutuh adalah 976.800 Ha, yang meliputi kawasan

pemukiman, pertanian lahan kering dan kawasan limitasi.

Penduduk memiliki pengaruh yang sangat penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan pembangunan, sehingga penduduk merupakan sumber daya

sebagai salah satu faktor penentu pembangunan, berhasil tidaknya pembangunan

tersebut tergantung dari kwalitas sumber daya manusianya, maka dengan

demikian perlu dilakukan upaya peningkatan SDM.

4.3 Menyaksikan Atraksi Wisata

Banyak sekali tarian tradisional yang berasal dari Bali. Dalam tariannya

pastilah mengandung unsur-unsur dan keunikan tersendiri. Pada hari Kamis dan

Jumat, 21 dan 22 April 2016, para peserta PLP Bali 2016 menyaksikan tarian

tradisional Bali, yaitu Tari Kecak Sanghyang serta Tari Barong dan Kris.
41

4.3.1 Tari Kecak Sanghyang

Tari Kecak merupakan salah satu jenis tari tradisional dari Bali yang

sangat memukau para penonton. Keunikan dari gerakan serta kemistikan dalam

pertunjukan membuat tarian ini sangat istimewa bagi kalangan wisatawan baik

domestik maupun mancanegara yang menyaksikannya saat menyambangi Pulau

Bali.

Tari Kecak adalah salah satu jenis kesenian tradisional dari Bali yang

diciptakan pada kisaran tahun 1930 oleh seorang penari sekaligus seniman dari

Bali yakni Wayan Limbak.

Tarian yang kerap dimainkan oleh laki-laki ini kini menjadi salah satu icon

kebudayaan Bali yang cukup mendapat sanjungan oleh para wisatawan yang

berkunjung ke Bali.

Dari tahun 1970 tari kecak terus mengalami peningkatan, bahkan

pemerintah daerah setempat menjadikan tari ini sebagai icon budaya masyarakat

Bali.

Adapun fungsi tari kecak secara garis besar sebagai berikut:

1. Sebagai sarana hiburan

Penciptaan gerakan tarian ini secara sadar dilakukan guna

mempertunjukkan suatu kesenian khas Bali pada masyarakat umum.

Tarian ini bertujuan sebagai sarana hiburan baik bagi masyarakat setempat

maupun bagi para wisatawan yang berdatangan ke Bali.


42

a. Usaha melestarikan kebudayaan

Dalam tarian yang berawal dari upacara Sanghyang ini juga terdapat kisah

dan cerita yang tersirat dari awal hingga akhir pertunjukan. Cerita

pewayangan yang diangkat dalam sebuah gerakan tari merupakan inovasi

baru dalam usaha melestarikan kebudayaan Hindu khususnya dalam kisah

Ramayana.

4.3.2 Tari Barong dan Kris

Barong Bali adalah satu di antara begitu banyak ragam seni pertunjukan

Bali. Barong merupakan sebuah tarian tradisional Bali yang ditandai dengan

Topeng dan kostum badan yang dapat dikenakan oleh satu atau dua orang untuk

menarikannya. Di Bali ada beberapa jenis Barong yakni Barong Ket, Barong

Bangkal, Barong Landung, Barong Macan, Barong Gajah, Barong Asu, Barong

Brutuk, Barong Lembu, Barong Kedingkling, Barong Kambing, dan Barong

Gagombrangan.

Barong Bali dipercaya sebagai metamorfosis dari barong ponorogo atau

Reog, oleh raja Airlangga saat mengungsi ke pulau Bali untuk menyelamatkan

diri. Selain barong ponorogo yang dibawa ke Bali, melainkan juga seperti seni

sastra, aksara jawa, serta keagamaan.

Dalam perkembangannya barong ponorogo dirubah bentuk dan cerita

sesuai kondisi masyarakat di Bali yang diperuntukan untuk kegiatan spiritual

keagamaan.
43

Masyarakat Bali percaya bahwa makhluk-makhluk halus tersebut adalah

kaki tangan Ratu Gede Mecaling, penguasa alam gaib di Lautan Selatan Bali yang

berstana di Pura Dalem Ped, Nusa Penida. Saat itu, seorang pendeta sakti

menyarankan masyarakat untuk membuat patung yang mirip Ratu Gede Mecaling,

yang sosoknya tinggi besar, hitam dan bertaring, lalu mengaraknya keliling desa.

Rupanya, tipuan ini manjur. Para makhluk halus ketakutan melihat bentuk tiruan

bos mereka, lalu menyingkir. Hingga kini, di banyak desa, secara berkala

masyarakat mengarak Barong Landung untuk menangkal bencana.


BAB V

PERAN PRAMUWISATA DALAM MEMBERIKAN INFORMASI

KEPADA WISATAWAN

5.1 Pendahuluan

Negara Indonesia memiliki potensi wisata yang sangat banyak dan

beranekaragam yang tersebar di seluruh penjuru tanah air dengan ciri dan

kelebihan masing-masing. Potensi tersebut dapat berupa keramahtamahan

penduduk, iklim yang baik, pemandangan indah, hutan yang luas beserta beragam

flora dan fauna di dalamnya, laut yang terbentang luas, sejarah, budaya, dan lain

sebagainya.

Pariwisata sekarang ini penuh dengan persaingan. Daerah Tujuan Wisata

(DTW) yang satu selalu berusaha menarik wisatawan lebih banyak dari DTW

yang lain, untuk dapat memenangkan persaingan itu bukan dengan memberikan

potongan harga yang besar atau hadiah-hadiah yang menarik, tetapi yang penting

adalah memberikan pelayanan yang baik, yaitu pelayanan yang dapat memuaskan

wisatawan yang berkunjung ke DTW tersebut.

Pelayanan yang prima hanya dapat diberikan oleh pramuwisata yang

profesional, yaitu mereka yang selalu berorientasi kepada kepuasan wisatawan.

Untuk dapat menjadi seorang pramuwisata yang profesional, selain harus

memiliki pengalaman, juga harus selalu memiliki kemampuan, baik secara teoritis

maupun teknis dalam pelayanan kepada wisatawan pada umumnya. Selain itu,

44
45

seorang pramuwisata juga harus memiliki “pengetahuan” yang didukung oleh

“kemampuan dan “keyakinan” diri untuk menghadapi tugas-tugas yang rutin dan

silih berganti.

Seorang pramuwisata harus dapat memberi kesenangan atau kepuasan

kepada setiap wisatawan/tamu yang dibawanya. Oleh karena itu, untuk

mengetahui keinginan dan selera wisatawan, hendaknya seorang pramuwisata

menyatukan pengetahuan, keterampilan, dan perasaannya demi terciptanya

kesenangan yang diinginkan oleh wisatawan yang dibawanya tersebut.

Di dalam kepariwisataan, seorang pramuwisata dituntut sedemikian rupa

untuk bekerja semaksimal mungkin, sebab citra pariwisata Indonesia, citra Negara

dan bangsa Indonesia berada dipundaknya. Karena itu, peranan seorang

pramuwisata sangat penting.

Untuk menjadi seorang pramuwisata, kita harus memiliki ilmu dan

pengetahuan yang menyeluruh tentang berbagai hal yang menyangkut dunia

pariwisata Indonesia. Seorang pramuwisata harus memberikan image yang baik

kepada wisatawan yang dibawanya. Dengan demikian citra pramuwisata dan

pariwisata di Indonesia akan terkesan baik pula di mata wisatawan, baik

wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.

5.2 Definisi Pramuwisata

Pramuwisata merupakan orang yang bertugas memberikan bimbingan,

penerangan dan petunjuk tentang suatu obyek wisata. Sesuai dengan pengertian
46

pramuwisata yang dikeluarkan oleh Surat Keputusan Menteri Pramuwisata, Pos,

dan Telekomunikasi No:KM/82/PW.102/MPPT-88 tanggal 17 September 1998,

yang dimaksud pariwisata adalah: “Seseorang yang bertugas memberikan

bimbingan, penerangan dan petunjuk tentang obyek wisata, serta membantu

segala sesuatu yang diperlukan wisatawan”. (Yoeti 2000:11)

Dari sudut pandang wisatawan, pramuwisata adalah seseorang yang

bekerja pada suatu Biro Perjalanan atau suatu Kantor Pariwisata (Tourist Office)

yang bertugas memberikan informasi, petunjuk secara langsung kepada wisatawan

sebelum dan selama dalam perjalanan wisata berlangsung.

Pramuwisata dituntut harus dapat menguasai lebih banyak tentang obyek

dan daya tarik wisata yang menjadi daya tarik wisatawan. Informasi yang sangat

lengkap dibutuhkan oleh wisatawan yang baru pertama kali berkunjung ke obyek

tersebut. Menurut Yoeti (1991:99): “Informasi adalah yang menyangkut segala

sesuatu yang ingin dilihat dan disaksikan oleh para wisatawan, khususnya untuk

wisatawan yang pertama kali berkunjung ke obyek tersebut”.

Kebanyakan pramuwisata menganggap tantangan yang paling besar dalam

melakukan komunikasi pribadi adalah berdiri dan memberikan informasi di depan

suatu rombongan wisatawan yang sama sekali belum dikenal, sebagai seseorang

yang berfungsi sebagai pramuwisata. Ia harus mempersiapkan diri dengan baik

untuk memberikan informasi. Menurut Yoeti (2000:79) syarat memberikan

informasi yang dianggap baik adalah “memiliki komitmen, mempunyai keyakinan

diri, persiapan yang baik dan tidak dalam keadaan terburu-buru”.


47

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pramuwisata adalah

seseorang yang mengarahkan sebuah tour. Pramuwisata merupakan kunci utama

yang akan membawa wisatawan mendapatkan pengalaman-pengalaman selama

tour. Pramuwisata juga merupakan seseorang yang memimpin wisatawan dan

memberikan informasi tentang segala sesuatu yang dimiliki daya tarik bagi

wisatawan dengan komitmen, keyakinan diri, persiapan yang baik dan tidak

terburu-buru.

5.3 Peranan Pramuwisata

Di dalam kepariwisataan, seorang pramuwisata dituntut agar citra

pariwisata Indonesia, citra Negara dan bangsa Indonesia berada dipuncaknya.

Karena itu peranan seorang pramuwisata sangat penting dalam perkembangan

suatu obyek wisata.

Pramuwisata memiliki peranan yang berbeda-beda sesuai dengan

kebutuhannya. Bagi wisatawan yang akan diberikan pelayanan, pramuwisata

adalah teman dalam perjalanan yang mengetahui dan dianggap sebagai tempat

menyerahkan nasib dalam perjalanan wisata yang diselenggarakan. Pramuwisata

juga dianggap sebagai “guru besar” yang memiliki keahlian dalam memberikan

penjelasan tentang obyek wisata.

Dari sudut pandang pariwisata Indonesia pramuwisata merupakan “guru

besar” yang dianggap serba mengetahui tentang obyek dan atraksi yang dimiliki

daerahnya. Bagaimana cerita dan sejarahnya serta dapat memberikan informasi


48

tentang data dan fakta dari obyek dan atraksi wisata yang telah dimasukkan dalam

tour itinerary yang telah disusun sebelumnya.

Kenyamanan wisatawan selama perjalanan merupakan tujuan utama

seorang pramuwisata. Apabila pelayanan yang diberikan oleh seorang

pramuwisata selama penyelenggaraan wisata kurang memuaskan wisatawan,

maka sudah sewajarnya jika wisatawan mengeluh (complaint) kepada perusahaan

perjalanan yang dipakai wisatawan tersebut. Wisatawan akan meminta

pertanggungjawaban perusahaan atas perjanjian yang telah disepakati bersama.

Inilah yang harus diingat oleh pramuwisata, bahwa ia tidak dapat melakukan

kegiatannya secara bebas, namun terikat oleh aturan dan tanggungjawab yang

diberikan oleh perusahaan tempat ia bekerja. Seorang pramuwisata harus

bertanggungjawab terhadap semua kegiatan perjalanan kepada perusahaan yang

mempekerjakannya. Majunya suatu perusahaan perjalanan juga tergantung kepada

pelayanan yang diberikan oleh pramuwisata. Pelayanan yang diberikan baik, maka

image yang muncul juga baik. Sebaliknya pelayanan yang diberikan buruk, maka

akan memberikan image yang buruk pula terhadap suatu perusahaan perjalanan.

Dalam industri pariwisata, seorang pramuwisata harus memberikan

cerminan dari kehidupan bangsa sendiri dengan segala kepribadiannya dan selalu

dapat dan ingin bekerja sama dengan segala jenis bangsa yang datang ke

Indonesia. Dalam memberikan pelayanan, seorang pramuwisata dipantangkan

membedakan pemberian pelayanan kepada wisatawan yang dilayaninya. Bagi

seorang pramuwisata semua manusia adalah sama tanpa membedakan rsa, bangsa,

dan agama, karena dalam kepariwisataan orang hanya dikenal secara universal.
49

Secara lebih luas, pramuwisata adalah duta bangsa atau duta daerah tempat

bertugas. Pengekspresian pramuwisata dianggap oleh wisatawan sebagai cerminan

karakter masyarakat setempat. Demikian pula dengan segala sesuatu yang

disampaikan oleh pramuwisata. Mengingat hal tersebut, maka seorang

pramuwisata hendaknya dapat memberikan informasi dengan benar dan baik

menyangkut negara, kota, maupun suatu desa, obyek wisata, budaya, dan lain-lain.

5.4 Persyaratan dan Penggolongan Pramuwisata

5.4.1 Persyaratan Pramuwisata

Secara formal untuk menjadi seorang pramuwisata (Tour Guide) sesuai

dengan Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi

No.KM.82/PW.102/MPPT-88 tanggal 17 September 1998, khususnya dalam

Pasal 8 Bab III, syarat-syarat untuk menjadi pramuwisata ditentukan sebagai

berikut:

1. Untuk menjadi pramuwisata dan pengatur wisata disyaratkan memiliki

sertifikat sebagai hasil mengikuti kursus dan ujian, serta diberikan

tanda pengenal (badge) sebagai izin operasional.

2. Materi ujian, bentuk sertifikat, dan tanda pengenal (badge)

pramuwisata dan pengatur wisata ditetapkan oleh Direktur Jendral

Pariwisata.

3. Sertifikat dan tanda pengenal (badge) pramuwisata oleh Gubernur

Kepala Daerah Tingkat atau pejabat yang ditunjuk.


50

Untuk mengikuti kursus dan ujian Pengatur Wisata disyaratkan:

a. Warga Negara Indonesia;

b. Umur serendah-rendahnya 25 tahun;

c. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan

lancar;

d. Menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam memimpin dan

mengatur perjalanan wisata;

e. Memiliki sertifikat Pramuwisata Madya atau telah berpengalaman di

bidang Pramuwisata selama 5 tahun;

f. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu

bumi pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan

kebudayaan serta atraksi pariwisata di seluruh Indonesia;

g. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Untuk mengikuti kursus dan ujian Pramuwisata Muda disyaratkan:

a. Warga Negara Indonesia;

b. Umur serendah-rendahnya 18 tahun;

c. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan baik;

d. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu

bumi pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan

kebudayaan Daerah Tingkat II tempat Pramuwisata Muda dan Daerah

Tingkat I secara umum;

e. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas.


51

Untuk mengikuti kursus dan ujian Pramuwisata Madya disyaratkan

sebagai berikut:

a. Warga Negara Indonesia;

b. Umur serendah-rendahnya 22 tahun;

c. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan

lancar;

d. Memiliki keterampilan membawa rombongan wisatawan;

e. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu

bumi pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan

kebudayaan Daerah Tingkat I tempat Pramuwisata Madya dan

Indonesia secara umum;

f. Memiliki sertifikat Pramuwisata muda atau telah berpengalaman di

bidang Pramuwisata selama 3 tahun;

g. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Itulah persyaratan yang harus dipenuhi seseorang yang ingin menjadi

pramuwisata.

Oleh karena itu, setiap orang yang berkeinginan untuk menjadi

pramuwisata harus melalui prosedur tersebut di atas. Hal ini dianggap perlu

karena pemerintah saat ini sedang melakukan penertiban terhadap pramuwisata

liar yang tidak terdaftar demi menjaga nama baik korp pramuwisata dari petualang

pramuwisata yang tidak bertanggungjawab serta sering merusak citra pariwisata

Indonesia.
52

5.4.2 Penggolongan Pramuwisata

Pada Pasal 2 Bab II Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan

Telekomunikasi tersebut di atas atau sesuai dengan penggolongan yang diberikan

oleh Direktorat Jendral Pariwisata, pramuwisata dapat digolongkan sebagai

berikut:

Pertama : Pramuwisata Muda, yakni pramuwisata yang bertugas di wilayah

Daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah Tingkat I tempat sertifikat keahliannya

diberikan.

Kedua : Pramuwisata Madya, yakni pramuwisata yang bertugas dan

beroperasi dalam Wilayah Daerah Tingkat I, tempat sertifikat keahliannya

dikeluarkan.

Kita mengenal ada macam-macam pramuwisata, yang dibedakan dari

keahlian dan tempat obyek pramuwisata bekerja. Oleh karena itu, pramuwisata

dapat dikelompokkan sesuai dengan sudut pandang berikut ini:

1. Berdasarkan status

a. Payroll Guide

Payroll Guide adalah pramuwisata yang berstatus sebagai pegawai tetap

perusahaan perjalanan (travel agency) dengan mendapat gaji tetap di

samping komisi dan tip yang diterima dari wisatawan.


53

b. Part time/Free lance Guide

Part time/Free lance Guide adalah pramuwisata yang bekerja pada suatu

perusahaan perjalanan untuk kegiatan tertentu dan dibayar untuk tiap

pekerjaan yang dilakukan serta terikat oleh suatu perusahaan perjalanan

tertentu.

c. Member of guide Association

Member of guide Association adalah pramuwisata yang berstatus sebagai

peserta dari suatu asosiasi pramuwisata dan melakukan kegiatannya sesuai

dengan tugas yang diberikan oleh asosiasi tersebut.

d. Government Officials

Government Officials adalah pegawai pemerintah yang bertugas untuk

memberikan informasikepada tamu tentang suatu aktivitas, obyek atau

suatu wilayah tertentu.

e. Company Guide

Company Guide adalah karyawan sebuah perusahaan yang bertugas

memberikan penjelasan kepada tamu tentang aktivitas atau obyek

perusahaan.

2. Berdasarkan karakteristik wisatawan yang dipandu

a. Individual Tourist Guide

Individual Tourist Guide adalah pramuwisata yang khusus memandu

wisatawan individu.
54

b. Group Tour Guide

Group Tour Guide adalah pramuwisata yang khusus memandu wisataan

rombongan.

c. Domestic Tourist Guide

Domestic Tourist Guide adalah pramuwisata yang memandu wisatawan

nusantara/domestik.

d. Foreign Tourist Guide

Foreign Tourist Guide adalah pramuwisata yang memandu wisatawan

mancanegara.

3. Berdasarkan ruang lingkup kegiatannya

a. Transfer Guide

Transfer Guide adalah pramuwisata yang kegiatannya menjemput

wisatawan di bandara, pelabuhan laut, stasiun atau terminal menuju ke

hotel atau sebaliknya mengantar wisatawan dari satu hotel ke hotel lainnya.

b. Walking Guide/Escourt Guide/Tour Guide

Walking Guide/Escourt Guide/Tour Guide adalah pramuwisata yang

kegiatannya memandu wisatawan dalam suatu tour.

c. Local/expert Guide

Local/expert Guide adalah pramuwisata yang kegiatannya khusus

memandu wisatawan pada suatu obyek atau atraksi wisata tertentu,

misalnya museum, wisata agro, river rafting, goa, gedung bersejarah dan

lain-lain.
55

d. Common Guide

Common Guide adalah pramuwisata yang dapat melakukan kegiatan baik

transfer maupun tour.

e. Driver Guide

Driver Guide adalah pengemudi yang sekaligus berperan sebagai

pramuwisata. Pramuwisata bertugas mengantar wisatawan ke obyek atau

atraksi wisata yang dikehendaki sekaligus memberikan informasi yang

diperlukan. Pramuwisata pengemudi ini ikut ke obyek wisata untuk

memberikan penjelasan tentang obyek wisata tersebut jika tidak ada local

guide. Jadi, pada dasarnya driver guide menjalankan dua fungsi, yakni

sebagai pengemudi dan pramuwisata.

5.5 Tugas dan Kewajiban Pramuwisata

Tugas dan kewajiban pramuwisata telah diatur dalam urat Keputusan

Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No.KM.82/PW.102/MPPT-88

tanggal 17 September 1998, sesuai ayat 1 pasal 3 surat keputusan tersebut tugas

seorang pramuwisata adalah:

a. Mengatur wisatawan, baik rombongan maupun perorangan yang

mengadakan perjalanan dengan transportasi yang tersedia.

b. Memberikan penjelasan tentang rencana perjalanan dan obyek wisata,

serta memberikan penjelasan mengenai dokumen perjalanan, akomodasi,

transportasi dan fasilitas wisatawan yang lainnya.


56

c. Memberikan petunjuk tentang obyek wisata.

d. Membantu mengurus barang bawaan wisatawan.

e. Memberikan pertolongan kepada wisatawan yang sakit, mendapatkan

kecelakaan atau musibah lainnya.

Dalam melakukan tugas-tugasnya itu seorang pramuwisata harus mentaati

kode etik profesi, memakai tanda pengenal (badge) dan memenuhi acara

perjalanan yang telah ditetapkan. Mengenai kewajiban pramuwisata dan pengatur

wisata di dalam pasal 11 dikatakan sebagai berikut:

1. Pramuwisata berkewajiban melaporkan pelaksanaan tugasnya secara

berkala kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan tembusannya

kepada biro perjalanan umum yang menugaskannya.

2. Pengaturan wisata berkewajiban membuat pertanggungjawaban

pelaksanaan tugasnya sebagai bahan Laporan Kegiatan Usaha (LKU) biro

perjalanan umum yang bersangkutan. (Yoeti 2000:23)

5.6 Simpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pramuwisata

diharapkan dapat memberikan pelayanan informasi yang dibutuhkan dan dicari

oleh setiap wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.

Pramuwisata harus mengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh

wisatawan. Bila hal ini dapat dipenuhi maka akan tercipta kepuasan dari pihak

wisatawan dan besar kemungkinan wisatawan akan kembali menggunakan jasa


57

dari pramuwisata tersebut. Kunjungan wisatawan yang menggunakan kembali jasa

pramuwisata akan memberi keuntungan bagi pramuwisata, biro perjalanan yang

menyediakan paket wisata dan tentunya akan menguntungkan Negara dengan

bertambahnya devisa Negara yang berfungsi untuk membantu pembangunan

fasilitas di suatu obyek wisata.


BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Simpulan dari hasil pengamatan dan pengkajian terhadap obyek-obyek

wisata yang dikunjungi selama Praktik Lapangan Pariwisata (PLP) 2016 adalah

sebagai berikut.

Bali merupakan pulau yang paling terkenal di Indonesia. Di sini

kebudayaan terus dilestarikan dari generasi ke generasi. Sebagai destinasi paling

populer di Indonesia, Bali memiliki kawasan terbaik di dunia berpadu dengan

pantai menawan dan kehidupan malam yang meriah.

Bali dikenal dengan sebutan pulau dewata, pulau seribu pura, atau pulau

surga. Di Bali akan ditemukan keagungan karya seni dan budaya. Lekuk detail

dan symbol-simbol yang seolah lahir dari kreativitas tanpa batas dan terus saja

menyempurnakan diri. Bali juga memiliki tariannya yang dramatis dan upacara

adatnya yang beragam, seni dan kerajinan tangannya yang indah dan berkualitas.

Masyarakat Bali yang menganut agama Hindu, sebagian besar hidupnya

didedikasikan dalam upacara adat yang bertujuan untuk memelihara

keharmonisan dunia. Oleh karena itu, pulau kecil ini menyimpan banyak kejutan

budaya di dalamnya. Bali adalah tempat berkumpulnya berbagai wisatawan dari

seluruh dunia.

58
59

6.2 Saran

Saran ini ditujukan kepada Pimpinan STBA YAPARI-ABA Bandung,

Pengelola Obyek dan Daya Tarik Wisata, Kepala Disparda Bali, Pimpinan ITDC,

dan Panitia PLP 2016.

6.2.1 Pimpinan STBA YAPARI-ABA Bandung

Jadwal kunjungan menuju obyek wisata sudah dirancang dengan baik.

Namun lebih baik jika pada kegiatan PLP di tahun berikutnya disediakan acara

bebas untuk mahasiswa selama satu hari penuh, sehingga mahasiswa dapat

menikmati fasilitas hotel, dan juga dapat beristirahat setelah acara yang padat

selama di Bali.

6.2.2 Pengelola Obyek dan Daya Tarik Wisata

Meskipun sudah banyak wisatawan yang berkunjung, tetapi di salah satu

obyek yang penulis kunjungi, yaitu Pantai Pandawa, masih terlihat sedikit

wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata tersebut. Alangkah lebih baik obyek

wisata Pantai Pandawa lebih dipromosikan lagi, dan pembangunan–pembangunan

di sekitar Pantai Pandawa dapat segera diselesaikan.


60

6.2.3 Kepala Disparda Bali

Alangkah lebih baik jika budaya-budaya di Bali yang sudah tidak ada

dapat dilestarikan kembali, agar wisatawan yang berkunjung ke Bali dapat

mengenali secara menyeluruh budaya yang ada di kawasan tersebut.

6.2.4 Pimpinan ITDC

Alangkah lebih baik jika wisatawan yang berkunjung dapat masuk dan

melihat-lihat kawasan yang ada di Nusa Dua. Jika diperbolehkan, wisatawan yang

berkunjung akan merasa lebih senang dan aka n timbul perasaan ingin berkunjung

kembali.

6.2.5 Panitia PLP 2016

Penulis merasa lebih baik jika tugas guiding yang dilakukan oleh

mahasiswa sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pramuwisata. Ada mahasiswa

yang memandu sebelum menuju tempat wisata dan ada pula yang memandu di

kawasan obyek wisata. Sehingga mahasiswa tersebut dapat menunjukkan lokasi

obyek wisata yang sedang ia jelaskan bersamaan dengan memberikan informasi

mengenai obyek wisata tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

F.H, Vera Debora. 2009. Pengaruh Pelayanan Pramuwisata Terhadap Kunjungan

Wisatawan Ke Istana Maimoon. Medan: USU Repository.

Marbun, SPH. 2000. Pariwisata Indonesia Selayang Pandang I. Bandung: STBA

YAPARI-ABA Bandung.

2001. Pariwisata Indonesia Selayang Pandang III. Bandung: STBA

YAPARI-ABA Bandung.

Oka, A. 1985. Melestarikan Seni Budaya Tradisional yang Nyaris Punah. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sigar, Edi dan Ernawati. 2003. Buku Pintar Pariwisata Nusantara. Jakarta:

Delaptrosa Publishing.
LAMPIRAN

Figure 1 Menyeberang Menggunakan Kapal Ferry Figure 4 Di Pantai Pandawa

Figure 5 Di Hard Rock Café


Figure 2 Di Pura Tanah Lot

Figure 6 Di Farewell Party

Figure 3 Di Monumen Perjuangan Rakyat Bali

Anda mungkin juga menyukai