Anda di halaman 1dari 16

BAB I

IDENTITAS BUKU

1. Buku 10 Jurus Menulis Modul Pelantikan Oleh Rianingsih Djohani dan


Riza Irfani (buku Utama)
Buku 10 jurus menulis modul pelantikan adalah sebuah buku yang
berisikan petunjuk penulisan modul yang ditulis oleh Rianingsih Djohani dan
Riza Irfani. Buku ini di desain oleh Rahadian P. Paramita dan diterbitkan oleh
Studio Driya Media Bandung pada tahun 2005 di kota Bandung. Ketebalan
buku ini mencapai 78 halaman yang terbagi dalam tiga bagian sub bab yaitu
Sebelum Menulis Modul, Jurus Jitu yang Perlu Dikuasai, dan Mulai Menulis
Modul. Dari beberapa sub judul ini, akan dibahas beberapa topik penting yang
berkaitan dengan prosedur penulisan modul. Isi materi yang dibahas
merupakan bahan materi yang didasari dengan pendapat para ahli yang
dibuktikan dengan adanya daftar pustaka pada bagian akhir modul ini.

2. Panduan Praktis Penyusunan e-Modul (Pembanding)


Buku panduan praktis penyusunan e-modul merupakan buku yang
dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (DEPDIKNAS) yang diterbitkan pada tahun 2017. Buku ini terdiri
dari 57 halaman yang terdiri dari 5 sub bab yaitu Pendahuluan, Hakikat e-
Modul, Prosedur Penyusunan e-Modul, Mengubah Modul Cetak Menjadi e-
Modul, dan Penutup. Semua bagian sub bab ini membahas tentang prosedur
atau cara membuat modul cetak ataupun modul eletronik (e-modul).

1
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A. INTI SARI BUKU YANG DILAPORKAN


Setelah membaca buku 10 jurus menulis modul pelantikan maka,
ada beberapa bagian penting yang menjadi inti sari dari buku ini. penjelasan
dari setiap inti sari tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sebelum Menulis Modul


a. Menyusun Rencana Pelatihan (Traning Plan)
Modul adalah suatu buku atau instrumen yang digunakan oleh
pelatih atau fasilitator yang telah disusun sesuai dengan sistematika
penyusunan modul berdasarkan kurikulum pembelajaran yang didasari
dengan sebuah langkah-langkah belajar yang baik. Modul dapat juga
dijadikan sebuah bahan ajar yang memuat materi yang dapat dipelajari
dan didukung oleh teori yang mampu menguatkan isi materi tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari, modul sering kali dijadikan sebagai bahan
ajar mandiri yang sering digunakan sebagai bahan yang mengganti guru
dalam mengajar. Modul lebih mudah digunakan bila dibandingkan
dengan buku pembelajaran, karena materi yang dicantumkan dalam
modul lebih terfokus pada satu materi saja, sedangkan dalam buku,
materi yang dicantumkan begitu banyak.
Menulis modul adalah kegiatan yang membutuhkan proses belajar
secara terencana untuk menuangkan ide atau gagasan dalam modul yang
dibuat. Menulis modul bukan hanya sekedar menuangkan materi saja,
namun harus disusun dengan tata cara penulisan modul sehingga modul
yang dibuat lebih mudah dipahami dan menarik perhatian pembaca.
Langkah-langkah menulis modul ini merupakan salah satu cara
mengembangkan kurikulum. Untuk menciptakan modul yang lebih
menarik ada beberapa halyang harus kita perhatikan yaitu sebagai
berikut:

2
a) Penjajakan kebutuhan belajar, yang artinya tahap awal untuk
mengembangkan kurikulum dengan memperhatikan daftar kebutuhan
yang erkaitan dengan penulisan modul.
b) Merumuskan tema belajar/pelatihan, artinya menuangkan bagian-
bagian atau tema penting yang berkaitan isi modul.
c) Menentukan sasaran peserta belajar/pelatihan, artinya modul yang
dibuat harus memiliki target atau sasaran yang akan dituju atau harus
mengetahui siapa saja pengguna modul tersebut. Dengan mengetahui
sasaran awal, maka materi yang dicantumkan akan lebih mudah
didapat.
d) Waktu kegiatan pelaksanaan belajar/pelatihan, artinya pada saat
menulis modul, maka penulis harus menentukan jadwal belajar
disetiap materi yang dipelajari. Misalnya pada setiap sub bab atau
setiap KD maka harus ditentukan jadwal selesai dipelajari materi
tersebut.

b. Menyusun Kurikulum Pelatihan


Kurikulum merupakan salah satu system yang berisikan dokumen
yang digunakan sebagai pengaturan perencanaan pembelajaran maupun
bahan ajar yang digunakan oleh guru/ fasilitator pada saat mengajar.
Kurikulum biasanya merinci topik-topik atau pokok-pokok bahasan yang
berkaitan dengan materi bahan ajar yang digunakan. Kurikulum juga
dapat dikatakan sebagai salah satu cara untuk mengembangkan
sistematika (outline) modul yang menjadikan modul memiliki daya tarik
serta adanya perubahan yang semakin meningkatkan kualitas modul
tersebut. Untuk mengembangkan sistem outline pengembangan modul,
maka harus memilih model pembelajaran yang berisikan langkah-
langkah yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
Setelah menentukan dan mengembangkan model pembelajaran,
maka penulis harus membuat judul-judul topi atau pokok bahasan yang
harus didasari dengan teori para pakar untuk menguatkan data yang
dituanhkan. Tahap selanjutkan yang berkaitan dengan penyusunan

3
kurikulum ini adalah dengan menyusun kisi-kisi krikulum. Kisi-kisi
kurikulum adalah bagian-bagian penting yang harus dipedomani sebelum
membuat modul. Kisi-kisi ini dapat berupa Kompetensi Inti (KI),
Kompetensi Dasar (KD), indikator, serta membuat petunjuk dan skema
modul tersebut. Hal ini dilakukan supaya modul lebih terarah dan
terstruktur sehingga sesuai dengan sistematika penyususnan modul yang
benar.

c. Siap-Siap!! Menulis Modul


Sebelum menulis modul, maka ada beberapa persiapan yang harus
kita ketahui sehingga modul yang kita tulis sesuai dengan aturan
penulisan modul. Persiapan pertama yaitu dengan mengetahui apa yang
akan kita tulis, anatomi buku modul, dan menulis buku modul. Sebelum
menuangkan materi, terlebih dahulu kita hatus mengetahui materi apa
yang akan kita cantumkan, sehingga dengan mengetahui materi tersebut,
maka kita akan lebih berfokus untuk mencari buku materi sebagai
referensi. Persiapan kedua yaitu anatomi buku modul yang artinya
mengetahui bagian-bagian topik materi dan memisahkan setiap sub judul
yang berkaitan dengan setiap sub bab yang dicantumkan. Materi-materi
yang dicantumkan harus sesuai dengan pendapat para ahli untuk
menguatkan isi modul yang dibuat. Persiapan terakhir yaitu menulis
buku modul, artinya setelah mengetahui apa yang harus dipersiapkan dan
mendapat buku yang aka digunakan sebagai bahan materi, maka langkah
terakhir yaitu menulis modul.
Modul yang ditulis harus sesuai dengan buku yang digunakan
sebagai panduan materi dan disertai dengn contoh-contoh yang berkaitan
dengan materi tersebut sehingga pengguna modul lebih mudah
memahami isi materi yang dipelajari. Hal-hal yang diperhatikan pada
saat menulis modul yaitu harus sesuai dengan langkah-langkah model
pembelajaran dan disertai dengan adanya peta konsep serta petunjuk
penggunaan modul. Dengan adanya ketiha persiapan ini, maka modul
yang ditulis lebih mudah dipahami serta menghasilkan daya tarik bagi

4
pengguna modul. Daya tarik ini yang akan membuat modul semakin
berkembang dan menciptakan kualitas modul lebih meningkat.

2. Jurus Jitu yang Harus Dikuasai


a. Teknik Merumuskan Tujuan Belajar
Merumuskan tujuan belajar merupakan proses merencanakan
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Rana belajar adalah wilayah
yang akan digunakan sebagai tempat untuk belajar yang terdiri dari tiga
aspek yaitu aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (perubahan
sikap), dan aspek psikomotorik (perubahan/peningkatan pengetahuan).
Dari ketiga aspek ini siswa akan lebih tahu atau keterampilan mereka
akan lebih meningkat dari sebelumnya. Setelah merumuskan tujuan
belajar, maka fasilitator harus mengetahui setiap perubahan dari pelajar
dan membuat sebuah evaluasi untuk dijadikan sebagai bahan untuk
mengetahui peningkatan pelajar, hal ini disebut sebagai teknik
merumuskan tujuan belajar.
Kesesuaian tujuan, rana, metode, dan media belajar harus
diperhatikan dengan tujuan supaya pengguna modul nyaman untuk
belajar dan semakin tertarik untuk menggunakan modul yang kita buat.
Kesesuaian ini akan membuat materi yang dimuat dalam modul semakin
bermanfaat dan menghasilkan kualitas belajar yang memuaskan. Media
pembelajaran harus disesuaikan dengan pokok materi yang dicantumkan,
sehingga tujuan dan metode belajar akan lebih selaran dengan rana atau
wilayah tempat pelajar melaksanakan proses pembelajaran. Jadi,
fasilitator harus mampu menilai dan mengevaluasi bagian-bagian penting
harus dipersiapkan sebelum memberikan modul kepada pelajar atau
siswa maupun mahasiswa.

5
b. Cara memilih Metode Belajar
Metode belajar merupakan cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Metode belajar juga termasuk langkah yang lebih
spesifik digunakan untuk memudahkan fasilitator mengelola materi dan
kelas tempat mengajar. Pemilihan metode belajar tidaklah mudah, karena
harus disesuaikan dengan rana belajar, media pembelajaran dan materi
yang akan dicantumkan. Jika metode yang digunakan tidak sesuai, maka
pengguna modul tidak akan mengerti tata cara penggunaan modul yang
disampaikan. Fasilitator merupakan pemandu dan penentu tujuan
pembelajaran tercapai. Kesesuaian metode belajar yang tepat akan
membuat tujuan belajar cepat tercapai.
Ada beberapa jenis metode belajar yang bisa digunakan pada saat
mengajar dengan menggunakan modul yaitu diskusi, curah pendapat,
diskusi kelompok, ceramah, bermain peran, simulasi, dan sandiwara.
Ketujuh jenis metode ini bisa kita pilih sesuai materi yang akan dipelajari
sehingga memudahkan pengguna modul lebih mudah memahami materi
yang disampaikan. Untuk memilih metode belajar, fasilitator juga harus
mampu mengetahui karakteristik dari metode tersebut sehingga tidak
menimbulkan kesalahan dan ketidaksesuaian antara materi dengan cara
mengajar. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat memilih metode
belajar yaitu tujuan belajar, mutu belajar, besarnya kelompok, waktu
yang tersedia, fasilitas yang tersedia, kemampuan fasilitator, besar
kecilnya ruangan, tersedianya sumber belajar, karakteristik peserta, dan
iklim cuaca. Beberapa bagian ini harus diperhatikan sehingga proses
belajar mengajar dapat tercapai.

6
c. Cara Memilih Media Belajar
Media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau materi kepada pendengar atau peserta
sehingga peserta dapat menguraikan dan mengetahui informasi atau
pesan yang disampaikan. Media belajar dapat digunakan sebagai alat
perantara informasi kepada pelajar untuk memudahkan fasilitator
menyampaikan materi pembelajaran. Melalui media belajar, siswa akan
lebih mudah memahami dan mengetahui materi yang dijelaskan. Contoh
media pembelajaran ini yaitu dengan mengubah modul cetak menjadi
modul eletronik (e-modul) yang dapat digunakan sebagai pengganti
fasilitator pada saat belajar mandiri di rumah. Penggunaan media belajar
akan lebih mempermudah aktifitas guru dan siswa dan menyampaikan
dan menerima materi pembelajaran.
Tujuan media belajar adalah meningkatkan partisipasi dan
keaktifan peserta belajar pada saat belajar, menimbulkan daya tarik
belajar sehingga peserta lebih aktif belajar mandiri tanpa harus dipantau
oleh fasilitator, dan mampu meningkatkan pemahaman peserta tentang
materi pembelajaran serta kegunaan media belajar yang sesungguhnya.
Jenis-jenis media belajar yang bisa digunakan seperti lembar penugasan,
lembar cerita, lembar praktek, scenario bermain peran, bahan permainan
teka-teki, gambar sederhana, plastik tranparansi, flipchart, dan lain-lain.
Beberapa jenis media ini bisa digunakan sesuai dengan rana belajar serta
materi yang digunakan. Selain dari jenis-jenis media ini, fasilitator juga
bisa membuat media belajar sendiri sesuai dengan kebutuhan.
Sebelum menentukan media yang akan digunakan, maka terlebih
dahulu fasilitator harus mampu mengetahui setiap karakteristik
(kelebihan/kekurangan) dari media yang digunakan. Misalnya media
belajar “lembar penugasan” kelebihan media ini adalah mudah
disesuaikan (dibuat) lagi sesuai kebutuhan belajar sedangkan
kelemahannya yaitu tetap perlu penjelasan lisan karena sering salah
pengertian kalau hanya dibagikan kepada peserta. Media “cerita boneka”
kelebihannya adalah cerita mudah disesuaikan (dibuat) lagi menurut

7
kebutuhan belajar sedangkan kelemahannya yaitu perlu keterampilan
khusus bagi pembawa cerita.
Media belajar fungsi dan peran masing-masing sesuai dengan
kegunaannya. Fungsi media berbagai pengalaman (media diskusi), media
berbagai peran, media penyadaran, media penjelasan, media analisa
masalah, dan media berfungsi tunggal. Melalui fungsi dari setiap media
ini dapat diketahui kegunaan yang sesuai dengan rana belajar sehingga
tidak menimbulkan kejenuhan bagi pelajar. Dari beberapa media di atas
maka pemilihan media dapat ditentukan dengan jenis medianya,
fungsinya, cara membuat dan cara kerja media tersebut. Pemilihan
sebuah media belajar yang baik sangat menentukan keterampilan dan
keahlian yang dimiliki oleh fasilitator.

3. Mulai! Menulis Modul


a. Menulis Panduan penggunaan Modul
Panduan penggunaan modul adalah petunjuk yang harus dilakukan
oleh pengguna modul sebelum menggunakan modul tersebut. Inti dari
pemaparan panduan modul yaitu mengapa, apa, siapa, untuk apa,
bagaimana, dan kapan penggunaan modul tersebut. Ada beberapa
komponen dari panduan modul pelatihan ini yaitu tujuan pengembangan
modul pelatihan, keluaran yang diharapkan dengan diterbitkannya modul
pelatihan ini, pengguna modul (siapa tim fasilitator/pelatih yang dapat
menggunakannya), siapa peserta pelatihan yang dimaksudkan di dalam
modul ini, rancangan proses pelatihan menurut modul ini, kisi-kisi
kurikulum pelatihan yang dikembangkan menjadi modul, jadwal
pelatihan, bagaimana menyelenggarakan pelatihannya.
Beberapa alternatif penulisan panduan penggunaan modul yaitu:
1) Tidak ada patokan yang baku dalam menerbitkan modul pelatihan:
baik format maupun kelengkapannya. Namun secara umum, format
modul biasanya adalah A4 (kuarto) dan selain kumpulan modul,
diperlukan satu bab khusus mengenai cara menggunakan modul

8
(jamak: modul-modul) ini. Bab tentang cara menggunakan modul bisa
dikembangkan dengan berbagai variasi.
2) Satu bab berjudul Panduan Penggunaan Modul (isinya tentang
MENGAPA, APA, SIAPA, UNTUK APA, BAGAIMANA, dan
KAPAN menggunakan modul pelatihan ini)
3) Satu bab berjudul Pendahuluan (Isinya sama dengan Panduan
Penggunaan Modul);
4) Beberapa bab terpisah dengan judul-judul seperti: Panduan Bagi
Lembaga Penyelenggara Pelatihan, Panduan Bagi Tim Pelatih (Tim
Pemandu), Tips Fasilitasi dan sebagainya.
Setelah mengetahui panduan penulisan modul, maka tahap
selanjutnya yaitu proses menulis panduan modul tersebut. Proses
penulisan panduan modul pelatihan ini yaitu:
1) Buatlah outline penulisan panduan penggunaan modul (tentukan judul,
sub-sub judul, dan juga point-point informasi yang akan diuraikan
pada setiap bagiannya). Kembangkan tulisan berdasarkan outline
tersebut dengan menggunakan bahan-bahan seperti yang disebut di
atas.
2) Karena panduan adalah bagian buku yang menjelaskan tentang cara
(cara menggunakan modul, cara menyelenggarakan pelatihan, cara
kerja tim fasilitator/pelatih, dsb.) maka kalimat-kalimat yang disusun
bersifat instruksional (how to do).

b. Menulis Satuan Acara pembelajaran (SAP)


Satuan Acara pembelajaran (SAP) adalah komponen atau satuan
kegiatan belajar yang mengoperasionalkan setiap topik pembahasan. SAP
ini merupakan bagian terpenting yang harus ada dalam penulisan modul,
karena bagian ini yang akan mengoperasionalkan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Sedangkan kurikulum bisa dianggap sebagai dokumen
perencanaan operasional belajar secara utuh. SAP ini terdiri dari dua
komponen yaitu judul PB, SPB, tujuan belajar, metode, media, alat dan
bahan, dan waktu belajar ditulis pada halaman pertama setiap modul dan

9
proses belajar diuraikan disertai pembagian waktu per langkah belajar
(dengan menggunakan menit atau jam).
Berdasarkan komponen tersebut, maka langkah-langkah menulis
SAP adalah judul PB, SPB, tujuan belajar, metode, media, alat dan
bahan, dan waktu belajar, diambil (dipindahkan) dari tabel kurikulum.
Langkah kedua yaitu proses belajar diuraikan disertai pembagian waktu
per langkah belajar (dengan menggunakan menit atau jam). Seberapa
detail penjelasan proses, tergantung pada kebiasaan fasilitator ybs.
(penulis modul) tapi sebaiknya buatlah langkah-langkah umum agar
orang lain yang menggunakan modul ini mudah mempelajarinya (tidak
rumit atau panjang lebar). Dalam menggunakan modul yang disusun
orang lain, biasanya fasilitator/pelatih melakukan modifikasi dan
penyesuaian sesuai kebutuhan pelatihan atau kegiatan belajar mereka
sendiri.
Agar modul pelatihan yang ditulis lebih menarik dan tersusun,
maka ada beberapa tips yang bisa kita lakukan yaitu:
1) Menuturkan (naratif), yaitu menguraikan modul seolah-olah penulis
sedang menceritakan pengalamannya melakukan pelatihan kepada
pembaca.
2) Menggambarkan (deskriptif), yaitu menguraikan modul dengan
penjelasan langkah-langkahnya menggunakan kalimat.
3) Menjelaskan (eksploratif), yaitu menguraikan modul dengan meminta
pembaca memperhatikan hal-hal yang perlu dilakukan dan dihindari
(Do and Don’t) seolah-olah penulis modul sangat berpengalaman
sehingga sudah mengetahui titik-titik kritis ini

Dari beberapa tips tersebut dapat dikatakan bahwa menulis modul


termasuk kegiatan menyusun siklus belajar. Karena dalam modul yang
ditulis akan dipaparkan materi yang didalamnya mengandung model atau
metode belajar yang mewakili fasilitator untuk menyampaikan materi
secara tidak langsung. Modul yang ditulis harus berkesinambungan
dengan langkah-langkah model pembelajaran yang kita gunakan

10
sehingga menciptkan daya tarik bagi penguna modul. Setelah proses
menulis modul selesai, maka langkah selanjutnya yaitu menyunting
modul tersebut. Tujuannya adalah untuk melihat dan memperbaiki materi
serta penyusunan yang tidak sesuai. Jika fasilitator merasa modul yang
ditulis sudah benar maka lakukan tahap selanjutnya.

c. Menulis Lembar Bantu Belajar (LBB)


Lembar Bantu Belajar (LBB) adalah lembar kerja yang akan
diberikan kepada peserta didik yang memuat tugas atau latihan yang
dibuat sesuai dengan isi modul. LBB yang digunakan harus disesuaikan
dengan ukuran kerta yang sesuai dengan modul dan dapat didesain
sehingga menciptkan keindahan dan daya tarik bagi peserta. Proses
pembuatan LBB tidak dapat dipisahkan dengan proses merancang dan
membuat media belajar. Beberapa jenis dari LLB yaitu LBB untuk media
transparansi, LBB untuk Lembar Penugasan/Skenario/Panduan
Simulasi/dsb, dan LBB media gambar. Dari beberapa jenis ini tentunya
fungsi dan kegunaannya berbeda-beda. LLB yang lebih menarik
digunakan adalah Lembar Bantu Belajar Gambar karena lembaran ini
memuat gambar yang dapat dipelajari maupun dapat dianalisis oleh
peserta.

d. Menulis Bahan Bacaan (BB)


Bahan Bacaan (BB) adalah media yang digunakan setelah kegiatan
belajar mengajar dilakukan. Biasanya, BB ini digunakan secara mandiri
sehingga membedakannya dengan lembar kerja yang lainnya. Pembagian
BB ini kepada peserta bisa melalui tiga sesi yaitu sebelum memulai
pembelajaran, pada saat memulai pembelajaran, dan setelah
melaksanakan pembelajaran. Namun, sesi yang sering dilakukan oleh
fasilitator adalah sesi terakhir yaitu setelah kegiatan belajar mengajar
selesai. Tujuannya adalah supaya peserta dapat menyunting dan
mengevaluasi proses belajarnya secara mandiri.

11
Tujuan pembuatan BB ini adalah sebagai bahan serahan untuk
dibagikan kepada semua peserta. sebagai bahan acuan fasilitator saat
membawakan materi. Komponen yang harus diperhatikan dalam
pembuatan BB adalah tidak hanya berfokus pada teks saja, namun harus
dikombinasikan dengan gambar atau ilustrasi yang menarik sehingga
pembaca atau peserta tidak mudah bosan. Proses menulis bahan bacaan
ini juga mudah dengan melakukan langkah yaitu:

1) Pelajari proses belajar yang ada di dalam SAP. Buatlah outline tulisan
(per BB) berdasarkan proses pembahasan yang ada di dalam SAP
tersebut. Dalam menentukan judul BB, biasanya disamakan dengan
judul topik atau pokok bahasan.
2) Kembangkan tulisan dengan mengacu pada berbagai referensi
mengenai topik atau PB tersebut (antara 2-5 halaman per BB atau
maksimal 2 halaman untuk LIK.

Langkah-langkah pembuatan modul pelatihan di atas dapat


dilakukan denga mudah apabila penulis memiliki niat dan motivasi untuk
mengembangkan setiap prosedur yang ada dalam pembuatan modul.
Membuat modul juga harus disesuaikan dengan materi yang akan
digunakan serta mempersiapkan berbagai buku referensi untuk
menguatkan hasil modul tersebut. Modul yang dibuat tidak serta merta
dibuat, namun harus disesuaikan dengan proses penulisan modul yang
sebenarnya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan daya tarik bagi
pembaca modul serta dapat meningkatkan kualitas modul tersebut.
Dengan memperhatikan prosedur pembuatan modul, maka modul yang
telah ditulis dapat digunakan sebagai bahan belajar yang berstanar
nasional dan dapat digunakan dalam dunia pendidikan.

12
B. KOMENTAR TENTANG BUKU YANG DILAPORKAN
Dari kedua buku yang saya jadikan sebagai bahan laporan critical
book dan juga buku pembanding yang saya gunakan, maka terdapat beberapa
keunggulan dan kelemahan masing-masing. Dengan adanya kelebihan maka
kelemahan dari setiap buku tersebut dapat ditutupi sehingga pembaca tidak
merasa bosan ataupun merasa jenuh. Keunggulan dan kelemahan kedua buku
ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Buku 10 Jurus Menulis Modul Pelantikan (Buku Utama)
Keunggulan buku ini adalah menjelaskan secara mendetail tata cara
penyusunan modul yang benar yang disertai dengan langkah-langkah dan
tips melakukannya. Buku menulis modul pelatihan ini sangat praktis
dijadikan sebagai panduan penyusunan modul karena langkah-langkah yang
dilakukan sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang sangat lama.
Bagian yang sangat menarik dari buku ini adalah memberikan contoh serta
gambar yang dapat membantu penulis modul lebih mudah memahami
langkah-langkah penulisan modul. Dengan adanya gambar dan contoh
tersebut, penulis modul dapat melihat perbedaan dan persamaan dari modul
yang telah dibuat. Pemaparan materi atau pembahasan dalam buku ini
sangat singkat namun jelas dan sangat mudah untuk dilaksanakan.
Kelemahan buku ini adalah tidak mencantumkan beberapa bagian
yang harus ada dalam modul seperti mulai dari pembuatan cover sampai
pembuatan halaman terakhir. Pemaparan penulisan modul dalam buku ini
sangat sederhana dan tidak terlalu mendetail sehingga bagi pemula yang
akan menulis modul tidak disarankan jika hanya berpatokan pada buku ini
saja karena akan sangat berdampak pada kualitas modul yang dibuat.
Namun penulis yang hanya ingin mengambangkan modul yang telah ditulis,
maka buku ini sangat sesuai untuk digunakan karena langkah-langkah yang
dibahas hanya berkaitan dengan proses cara merancang dan menulis modul
yang akan dikembangkan.

13
2. Panduan Praktis Penyusunan e-Modul (Buku pembanding)
Keunggulan buku panduan praktis penyusunan e-modul ini adalah
selain menjelskan langkah-langkah menulis modul maka buku ini juga
menjelskan langkah-langkah mengubah modul cetak menjadi modul
eletronik. Dalam buku ini, selain menjelaskan hakikat e-modul prosedur
penyusunan e-modul juga disusun secara terperinci dan secara mentail
dimulai dari dari cover sampai halaman terakhir. Untuk mempermudah
proses kerja penulis maka buku ini memaparkan beberapa contoh gambar
yang bisa kita lihat setelah membuat halaman demi halaman. Melalui
gambar tersebut maka e-modul yang dibuat akan lebih mudah
dikembangkan. Sehingga yang menjadi daya tarik dalam buku ini adalah
memaparkan cara membuatan bahan ajar dan menjadikannya sebagai media
pembelajaran. Keunggulan buku ini juga dapat melatih fasilitator atau
penulis modul lebih kreatif memanfaatkan kemajuan teknologi.
Kelemahan buku adalah bagi pemula sebaiknya jangan hanya
berpatokan pada satu buku saja Karena dalam buku ini tidak dicantumkan
tahap yang paling awal dalam membuat e-modul. Tahap pertama sebelum
mengubah modul cetak ke modul eletronik adalah memilih aplikasi yang
akan digunakan sebagai alat untuk membuat link dan mengubah file modul
dari word office menjadi file PDF. Kelemahan selanjutnya adalah tidak
mencantumkan panduan penyusunan e-modul yang lebih mudah.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Modul adalah bahan ajar yang berisikan materi pembelajaran yang
dapat digunakan sebagai alat bantu fasilitator pada saat mengajar. Modul juga
dapat digunakan secara mandiri karena dalam penulisan modul telah tertera
tahapan atau langkah pembelajaran yangharus dilakukan oleh peserta, serta
memuat panduan penggunaan modul tersebut. E-modul adalah media
pembelajaran yang dikembangkan dari modul cetak yang dapat dijadikan
sebagai bahan belajar mandiri. E-modul juga dapat dikatakan sebagai media
yang sangat membantu fasilitator dan peserta untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Jadi, modul dan e-modul memilki peran yang sama namun
penggunaannya yang berbeda. Menulis modul maupun e-modul harus sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan dan didasari dengan isntrumen
kurikulum yang telah dibuat.
Pemilihan metode dan model pembelajaran dalam menlis modul
merupakan langkah yang sngat berpengaruh terhadap kesesuaian modul atau e-
modul. Tanpa model pembelajaran atau metode yang digunakan, maka modul
dan e-modul tersebut tidak layak digunakan dalam dunia pendidikan. Hal yang
harus diperhatikan adalah dengan memilih kesesuaian model/metode, wilayah
belajar, dan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Jika salah satu dari
ketiga bagian ini tidak sesuai maka modul atau e-modul tersebut harus
disunting kembali sehingga dapat dijadikan sebagai bahan ajar bagi peserta.

B. saran
Laporan bacaan ini merupakan ringkasan dari buku utama yang sangat
jauh dari kesempurnaan karena memiliki kekurangan dari setiap ringkasan
yang ditulis oleh penulis. Namun, penulis berharap adanya kritik dan saran
yang membangun dari pembaca untuk perbaikan laporan bacaan selanjutnya.
Semoga laporan bacaan ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi
penulis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas.2017. Panduan Praktis Penyusunan E-modul Tahun 2017. Jakarta.

Djohani, Rianingsih dan Riza Irfani. 2005. Buku 10 Jurus Menulis Modul
Pelantikan. Bandung: Studio Driya Media Bandung.

16

Anda mungkin juga menyukai