IDENTITAS BUKU
1
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
2
a) Penjajakan kebutuhan belajar, yang artinya tahap awal untuk
mengembangkan kurikulum dengan memperhatikan daftar kebutuhan
yang erkaitan dengan penulisan modul.
b) Merumuskan tema belajar/pelatihan, artinya menuangkan bagian-
bagian atau tema penting yang berkaitan isi modul.
c) Menentukan sasaran peserta belajar/pelatihan, artinya modul yang
dibuat harus memiliki target atau sasaran yang akan dituju atau harus
mengetahui siapa saja pengguna modul tersebut. Dengan mengetahui
sasaran awal, maka materi yang dicantumkan akan lebih mudah
didapat.
d) Waktu kegiatan pelaksanaan belajar/pelatihan, artinya pada saat
menulis modul, maka penulis harus menentukan jadwal belajar
disetiap materi yang dipelajari. Misalnya pada setiap sub bab atau
setiap KD maka harus ditentukan jadwal selesai dipelajari materi
tersebut.
3
kurikulum ini adalah dengan menyusun kisi-kisi krikulum. Kisi-kisi
kurikulum adalah bagian-bagian penting yang harus dipedomani sebelum
membuat modul. Kisi-kisi ini dapat berupa Kompetensi Inti (KI),
Kompetensi Dasar (KD), indikator, serta membuat petunjuk dan skema
modul tersebut. Hal ini dilakukan supaya modul lebih terarah dan
terstruktur sehingga sesuai dengan sistematika penyususnan modul yang
benar.
4
pengguna modul. Daya tarik ini yang akan membuat modul semakin
berkembang dan menciptakan kualitas modul lebih meningkat.
5
b. Cara memilih Metode Belajar
Metode belajar merupakan cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Metode belajar juga termasuk langkah yang lebih
spesifik digunakan untuk memudahkan fasilitator mengelola materi dan
kelas tempat mengajar. Pemilihan metode belajar tidaklah mudah, karena
harus disesuaikan dengan rana belajar, media pembelajaran dan materi
yang akan dicantumkan. Jika metode yang digunakan tidak sesuai, maka
pengguna modul tidak akan mengerti tata cara penggunaan modul yang
disampaikan. Fasilitator merupakan pemandu dan penentu tujuan
pembelajaran tercapai. Kesesuaian metode belajar yang tepat akan
membuat tujuan belajar cepat tercapai.
Ada beberapa jenis metode belajar yang bisa digunakan pada saat
mengajar dengan menggunakan modul yaitu diskusi, curah pendapat,
diskusi kelompok, ceramah, bermain peran, simulasi, dan sandiwara.
Ketujuh jenis metode ini bisa kita pilih sesuai materi yang akan dipelajari
sehingga memudahkan pengguna modul lebih mudah memahami materi
yang disampaikan. Untuk memilih metode belajar, fasilitator juga harus
mampu mengetahui karakteristik dari metode tersebut sehingga tidak
menimbulkan kesalahan dan ketidaksesuaian antara materi dengan cara
mengajar. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat memilih metode
belajar yaitu tujuan belajar, mutu belajar, besarnya kelompok, waktu
yang tersedia, fasilitas yang tersedia, kemampuan fasilitator, besar
kecilnya ruangan, tersedianya sumber belajar, karakteristik peserta, dan
iklim cuaca. Beberapa bagian ini harus diperhatikan sehingga proses
belajar mengajar dapat tercapai.
6
c. Cara Memilih Media Belajar
Media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau materi kepada pendengar atau peserta
sehingga peserta dapat menguraikan dan mengetahui informasi atau
pesan yang disampaikan. Media belajar dapat digunakan sebagai alat
perantara informasi kepada pelajar untuk memudahkan fasilitator
menyampaikan materi pembelajaran. Melalui media belajar, siswa akan
lebih mudah memahami dan mengetahui materi yang dijelaskan. Contoh
media pembelajaran ini yaitu dengan mengubah modul cetak menjadi
modul eletronik (e-modul) yang dapat digunakan sebagai pengganti
fasilitator pada saat belajar mandiri di rumah. Penggunaan media belajar
akan lebih mempermudah aktifitas guru dan siswa dan menyampaikan
dan menerima materi pembelajaran.
Tujuan media belajar adalah meningkatkan partisipasi dan
keaktifan peserta belajar pada saat belajar, menimbulkan daya tarik
belajar sehingga peserta lebih aktif belajar mandiri tanpa harus dipantau
oleh fasilitator, dan mampu meningkatkan pemahaman peserta tentang
materi pembelajaran serta kegunaan media belajar yang sesungguhnya.
Jenis-jenis media belajar yang bisa digunakan seperti lembar penugasan,
lembar cerita, lembar praktek, scenario bermain peran, bahan permainan
teka-teki, gambar sederhana, plastik tranparansi, flipchart, dan lain-lain.
Beberapa jenis media ini bisa digunakan sesuai dengan rana belajar serta
materi yang digunakan. Selain dari jenis-jenis media ini, fasilitator juga
bisa membuat media belajar sendiri sesuai dengan kebutuhan.
Sebelum menentukan media yang akan digunakan, maka terlebih
dahulu fasilitator harus mampu mengetahui setiap karakteristik
(kelebihan/kekurangan) dari media yang digunakan. Misalnya media
belajar “lembar penugasan” kelebihan media ini adalah mudah
disesuaikan (dibuat) lagi sesuai kebutuhan belajar sedangkan
kelemahannya yaitu tetap perlu penjelasan lisan karena sering salah
pengertian kalau hanya dibagikan kepada peserta. Media “cerita boneka”
kelebihannya adalah cerita mudah disesuaikan (dibuat) lagi menurut
7
kebutuhan belajar sedangkan kelemahannya yaitu perlu keterampilan
khusus bagi pembawa cerita.
Media belajar fungsi dan peran masing-masing sesuai dengan
kegunaannya. Fungsi media berbagai pengalaman (media diskusi), media
berbagai peran, media penyadaran, media penjelasan, media analisa
masalah, dan media berfungsi tunggal. Melalui fungsi dari setiap media
ini dapat diketahui kegunaan yang sesuai dengan rana belajar sehingga
tidak menimbulkan kejenuhan bagi pelajar. Dari beberapa media di atas
maka pemilihan media dapat ditentukan dengan jenis medianya,
fungsinya, cara membuat dan cara kerja media tersebut. Pemilihan
sebuah media belajar yang baik sangat menentukan keterampilan dan
keahlian yang dimiliki oleh fasilitator.
8
(jamak: modul-modul) ini. Bab tentang cara menggunakan modul bisa
dikembangkan dengan berbagai variasi.
2) Satu bab berjudul Panduan Penggunaan Modul (isinya tentang
MENGAPA, APA, SIAPA, UNTUK APA, BAGAIMANA, dan
KAPAN menggunakan modul pelatihan ini)
3) Satu bab berjudul Pendahuluan (Isinya sama dengan Panduan
Penggunaan Modul);
4) Beberapa bab terpisah dengan judul-judul seperti: Panduan Bagi
Lembaga Penyelenggara Pelatihan, Panduan Bagi Tim Pelatih (Tim
Pemandu), Tips Fasilitasi dan sebagainya.
Setelah mengetahui panduan penulisan modul, maka tahap
selanjutnya yaitu proses menulis panduan modul tersebut. Proses
penulisan panduan modul pelatihan ini yaitu:
1) Buatlah outline penulisan panduan penggunaan modul (tentukan judul,
sub-sub judul, dan juga point-point informasi yang akan diuraikan
pada setiap bagiannya). Kembangkan tulisan berdasarkan outline
tersebut dengan menggunakan bahan-bahan seperti yang disebut di
atas.
2) Karena panduan adalah bagian buku yang menjelaskan tentang cara
(cara menggunakan modul, cara menyelenggarakan pelatihan, cara
kerja tim fasilitator/pelatih, dsb.) maka kalimat-kalimat yang disusun
bersifat instruksional (how to do).
9
proses belajar diuraikan disertai pembagian waktu per langkah belajar
(dengan menggunakan menit atau jam).
Berdasarkan komponen tersebut, maka langkah-langkah menulis
SAP adalah judul PB, SPB, tujuan belajar, metode, media, alat dan
bahan, dan waktu belajar, diambil (dipindahkan) dari tabel kurikulum.
Langkah kedua yaitu proses belajar diuraikan disertai pembagian waktu
per langkah belajar (dengan menggunakan menit atau jam). Seberapa
detail penjelasan proses, tergantung pada kebiasaan fasilitator ybs.
(penulis modul) tapi sebaiknya buatlah langkah-langkah umum agar
orang lain yang menggunakan modul ini mudah mempelajarinya (tidak
rumit atau panjang lebar). Dalam menggunakan modul yang disusun
orang lain, biasanya fasilitator/pelatih melakukan modifikasi dan
penyesuaian sesuai kebutuhan pelatihan atau kegiatan belajar mereka
sendiri.
Agar modul pelatihan yang ditulis lebih menarik dan tersusun,
maka ada beberapa tips yang bisa kita lakukan yaitu:
1) Menuturkan (naratif), yaitu menguraikan modul seolah-olah penulis
sedang menceritakan pengalamannya melakukan pelatihan kepada
pembaca.
2) Menggambarkan (deskriptif), yaitu menguraikan modul dengan
penjelasan langkah-langkahnya menggunakan kalimat.
3) Menjelaskan (eksploratif), yaitu menguraikan modul dengan meminta
pembaca memperhatikan hal-hal yang perlu dilakukan dan dihindari
(Do and Don’t) seolah-olah penulis modul sangat berpengalaman
sehingga sudah mengetahui titik-titik kritis ini
10
sehingga menciptkan daya tarik bagi penguna modul. Setelah proses
menulis modul selesai, maka langkah selanjutnya yaitu menyunting
modul tersebut. Tujuannya adalah untuk melihat dan memperbaiki materi
serta penyusunan yang tidak sesuai. Jika fasilitator merasa modul yang
ditulis sudah benar maka lakukan tahap selanjutnya.
11
Tujuan pembuatan BB ini adalah sebagai bahan serahan untuk
dibagikan kepada semua peserta. sebagai bahan acuan fasilitator saat
membawakan materi. Komponen yang harus diperhatikan dalam
pembuatan BB adalah tidak hanya berfokus pada teks saja, namun harus
dikombinasikan dengan gambar atau ilustrasi yang menarik sehingga
pembaca atau peserta tidak mudah bosan. Proses menulis bahan bacaan
ini juga mudah dengan melakukan langkah yaitu:
1) Pelajari proses belajar yang ada di dalam SAP. Buatlah outline tulisan
(per BB) berdasarkan proses pembahasan yang ada di dalam SAP
tersebut. Dalam menentukan judul BB, biasanya disamakan dengan
judul topik atau pokok bahasan.
2) Kembangkan tulisan dengan mengacu pada berbagai referensi
mengenai topik atau PB tersebut (antara 2-5 halaman per BB atau
maksimal 2 halaman untuk LIK.
12
B. KOMENTAR TENTANG BUKU YANG DILAPORKAN
Dari kedua buku yang saya jadikan sebagai bahan laporan critical
book dan juga buku pembanding yang saya gunakan, maka terdapat beberapa
keunggulan dan kelemahan masing-masing. Dengan adanya kelebihan maka
kelemahan dari setiap buku tersebut dapat ditutupi sehingga pembaca tidak
merasa bosan ataupun merasa jenuh. Keunggulan dan kelemahan kedua buku
ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Buku 10 Jurus Menulis Modul Pelantikan (Buku Utama)
Keunggulan buku ini adalah menjelaskan secara mendetail tata cara
penyusunan modul yang benar yang disertai dengan langkah-langkah dan
tips melakukannya. Buku menulis modul pelatihan ini sangat praktis
dijadikan sebagai panduan penyusunan modul karena langkah-langkah yang
dilakukan sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang sangat lama.
Bagian yang sangat menarik dari buku ini adalah memberikan contoh serta
gambar yang dapat membantu penulis modul lebih mudah memahami
langkah-langkah penulisan modul. Dengan adanya gambar dan contoh
tersebut, penulis modul dapat melihat perbedaan dan persamaan dari modul
yang telah dibuat. Pemaparan materi atau pembahasan dalam buku ini
sangat singkat namun jelas dan sangat mudah untuk dilaksanakan.
Kelemahan buku ini adalah tidak mencantumkan beberapa bagian
yang harus ada dalam modul seperti mulai dari pembuatan cover sampai
pembuatan halaman terakhir. Pemaparan penulisan modul dalam buku ini
sangat sederhana dan tidak terlalu mendetail sehingga bagi pemula yang
akan menulis modul tidak disarankan jika hanya berpatokan pada buku ini
saja karena akan sangat berdampak pada kualitas modul yang dibuat.
Namun penulis yang hanya ingin mengambangkan modul yang telah ditulis,
maka buku ini sangat sesuai untuk digunakan karena langkah-langkah yang
dibahas hanya berkaitan dengan proses cara merancang dan menulis modul
yang akan dikembangkan.
13
2. Panduan Praktis Penyusunan e-Modul (Buku pembanding)
Keunggulan buku panduan praktis penyusunan e-modul ini adalah
selain menjelskan langkah-langkah menulis modul maka buku ini juga
menjelskan langkah-langkah mengubah modul cetak menjadi modul
eletronik. Dalam buku ini, selain menjelaskan hakikat e-modul prosedur
penyusunan e-modul juga disusun secara terperinci dan secara mentail
dimulai dari dari cover sampai halaman terakhir. Untuk mempermudah
proses kerja penulis maka buku ini memaparkan beberapa contoh gambar
yang bisa kita lihat setelah membuat halaman demi halaman. Melalui
gambar tersebut maka e-modul yang dibuat akan lebih mudah
dikembangkan. Sehingga yang menjadi daya tarik dalam buku ini adalah
memaparkan cara membuatan bahan ajar dan menjadikannya sebagai media
pembelajaran. Keunggulan buku ini juga dapat melatih fasilitator atau
penulis modul lebih kreatif memanfaatkan kemajuan teknologi.
Kelemahan buku adalah bagi pemula sebaiknya jangan hanya
berpatokan pada satu buku saja Karena dalam buku ini tidak dicantumkan
tahap yang paling awal dalam membuat e-modul. Tahap pertama sebelum
mengubah modul cetak ke modul eletronik adalah memilih aplikasi yang
akan digunakan sebagai alat untuk membuat link dan mengubah file modul
dari word office menjadi file PDF. Kelemahan selanjutnya adalah tidak
mencantumkan panduan penyusunan e-modul yang lebih mudah.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Modul adalah bahan ajar yang berisikan materi pembelajaran yang
dapat digunakan sebagai alat bantu fasilitator pada saat mengajar. Modul juga
dapat digunakan secara mandiri karena dalam penulisan modul telah tertera
tahapan atau langkah pembelajaran yangharus dilakukan oleh peserta, serta
memuat panduan penggunaan modul tersebut. E-modul adalah media
pembelajaran yang dikembangkan dari modul cetak yang dapat dijadikan
sebagai bahan belajar mandiri. E-modul juga dapat dikatakan sebagai media
yang sangat membantu fasilitator dan peserta untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Jadi, modul dan e-modul memilki peran yang sama namun
penggunaannya yang berbeda. Menulis modul maupun e-modul harus sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan dan didasari dengan isntrumen
kurikulum yang telah dibuat.
Pemilihan metode dan model pembelajaran dalam menlis modul
merupakan langkah yang sngat berpengaruh terhadap kesesuaian modul atau e-
modul. Tanpa model pembelajaran atau metode yang digunakan, maka modul
dan e-modul tersebut tidak layak digunakan dalam dunia pendidikan. Hal yang
harus diperhatikan adalah dengan memilih kesesuaian model/metode, wilayah
belajar, dan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Jika salah satu dari
ketiga bagian ini tidak sesuai maka modul atau e-modul tersebut harus
disunting kembali sehingga dapat dijadikan sebagai bahan ajar bagi peserta.
B. saran
Laporan bacaan ini merupakan ringkasan dari buku utama yang sangat
jauh dari kesempurnaan karena memiliki kekurangan dari setiap ringkasan
yang ditulis oleh penulis. Namun, penulis berharap adanya kritik dan saran
yang membangun dari pembaca untuk perbaikan laporan bacaan selanjutnya.
Semoga laporan bacaan ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi
penulis.
15
DAFTAR PUSTAKA
Djohani, Rianingsih dan Riza Irfani. 2005. Buku 10 Jurus Menulis Modul
Pelantikan. Bandung: Studio Driya Media Bandung.
16