Anda di halaman 1dari 31

DAFTAR PERATURAN TENTANG

LINGKUNGAN HIDUP

NO. NAMA PERATURAN ISI PERATURAN KETERANGAN

UNDANG-UNDANG - Setiap usaha dan atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan - Wajib memenuhi baku mutu yang ditetapkan Pemerintah.
1.1 UU No.23 th. 1997 kriteria baku kerusakan lingkungan hidup (Pasal 14)
Pengelolaan Lingkungan Hidup. - Setiap rencana usaha dan atau kegiatan yg kemungkinan dapat menim - - Perusahaan wajib memiliki AMDAL.
bulkan dampak besar dan penting, wajib memiliki AMDAL untuk
memperoleh izin melakukan usaha dan atau kegiatan (Pasal 15 ayat 1) - Perusahaan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil sisa
- Setiap usaha dan atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah produksi dan limbah B3.
hasil usaha dan atau kegiatan dan pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun (Pasal 17 ayat 1) - Untuk pengolahan limbah, dapat diserahkan kepada pihak
- Pengelolaan limbah tersebut dapat diserahkan kepada pihak lain. lain ( Dinas Kebersihan, PPLI, NFU ).
- Ketentuan pidana yg melakukan pelanggaran pencemaran atau perusak-
an lingkungan dapat dikenai denda maksimal 15 tahun penjara & denda - Menggantikan UU No. 4 tahun 1982. Merupakan acuan
paling banyak Rp. 750.000.000,- (Pasal 41 ayat 2) pokok bagi seluruh peraturan lingkungan hidup di Indonesia
2 PERENCANAAN Peraturan yang manjadi acuan bagi perencanaan, misalnya : Pembangunan Acuan bagi perencanaan, perluasan pengembangan atau
fasilitas, perluasan pabrik, tambahan asset yang berpengaruh ke lingkungan, perubahan di perusahaan
misalnya generator listrik
2.1 UU No. 24 Tahun 1992 - Penataan ruang dilakukan melalui pelaksana program penataan - Perusahaan wajib memperoleh izin pemanfaatan ruang
Penataan Ruang ruang beserta pembiayaannya, yang didasarkan atas rencana tata tempat kegiatan beroperasi
ruang (Pasal 15 ayat 1) - Izin lokasi sesuai peruntukannya
- Izin penetaan ruang yang tidak sesuai dengan RTR wilayah kabupaten/ - Sebagai referensi ijin Lokasi perusahaan
kotamadya Dati II yang ditetapkan berdasarkan UU ini dinyatakan
batal oleh Kepala Daerah yang bersangkutan (Pasal 26 ayat 1)
- Acuan untuk kota-kota, perencanaan lokasi, mencakup : perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, rencana tata ruang, wewenang pembinaan
2.2 PP RI No. 27 th. 1999 - Jenis usaha dan/atau yang wajib memiliki AMDAL ditetapkan oleh Menteri - Wajib membuat AMDAL.
Perubahan PP No.51 th.1993 tentang setelah mendengar dan memperhatikan sarandan pendapat Menteri lain - AMDAL terbuka untuk umum ( yang relevan ).
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. dan/atau Pimpinan lembaga non Departemen terkait (Pasal 3 ayat 2) - Berlaku bagi kegiatan usaha yang wajib AMDAL
- Analisis dampak lingkungan hidup merupakan syarat yang haarus dipe-
nuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang (Pasal 7 ayat 1)
- Permohonan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana pada
ayat (1) diajukan oleh pemrakarsa kepada pejabat yang berwenang menu-
rut peraturan perundang-undangan yang berlaku dan wajib melampirkan

Page 1
kepentingan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan
yang diberikan oleh instansi yang bertanggungjawab (Pasal 7 ayat 2)
- Semua dokumen analisis dampak lingkungan hidup, saran, pendapat dan
tanggapan warga masyarakat yang ebrkepentingan, kesimpulan komisi
penilai dan kepentingan kelayakan lingkungan hidup dari usaha dan/
atau kegiatan bersifat terbuka untuk umum (Pasal 35 ayat 1)
- Instansi yang bertanggungjawab wajib menyerahkan dokumen sebagaima-
na dimaksud pada ayat (1) kepada suatu lembaga dokumentaasi dan/atau
keaarsipan (Pasal 35 ayat 2)
2.3 KEPMEN LH No. 12 th. 1994 Lampiran : - Perusahaan diharuskan melakukan upaya pengelolaan
Pedoman Umum Upaya Pengelolaan - Rencana usaha atau kegiatan yang tidak ada dampak pentingnya atau lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan sesuai yang
Lingkungan dan Upaya Pemantauan secara teknologi sudah dapat dikelola dampak pentingnya diharuskan telah ditetapkan.
Lingkungan. melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya peman - - Sebagai referensi untuk menyusun UKL dan UPL
tauan Lingkungan (UPL) sesuai dengan yg ditetapkan di dalam syarat -
syarat perizinannya menurut UU yang berlaku.
- UKL dan UPL bukan merupakan bagian dari AMDAL.
- Pemrakarsa usaha/kegiatan terikat pada dokumen yang telah diisi dan
ditanda tanganinya & menjadi syarat pemberian izin usaha/kegiatan.
2.4 KEPMEN LH No. 42 th. 1994 Lampiran : - Audit lingkungan bersifat sukarela bagi perusahaan.
Pedoman Umum Pelaksanaan Audit - Audit lingkungan dilaksanakan secara sukarela oleh penanggung jawab
Lingkungan usaha atau kegiatan dan merupakan alat pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang bersifat internal.
- Ciri khas audit lingkungan :
* Metodologi yg komprehensif
* Konsep pembuktian dan pengujian
* Pengukuran dan standar yg sesuai
* Laporan tertulis
2.5 KEPMEN LH No. 30 th. 1999 - Berisi data/informasi dari suatu usaha / kegiatan yg berkaitan dengan - Perusahaan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan
Panduan Penyusunan Dokumen upaya pencegahan pencemaran atau perusakan lingkungan. (Pasal 1) penyusunan dokumen pengelolaan lingkungan kepada
Pengelolaan Llingkungan - Setiap usaha atau kegiatan yang semula diwajibkan menyusun studi instansi terkait dan Ka. Bapedal.
Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan dan AMDAL tetapi belum men- - Instansi pembina dapat mengembangkan Panduan
yelesaikannya wajib melaksanakan ketentuan ini dan wajib menyampai- Penyusun Dokumen ini sesuai dengan kebutuhan di
kan laporan Pelaksanaan Penyusunan Dokumen Pengelolaan lingkung- lingkungan sektornya
an kepada instansi terkait dan Ka. Bapedal. (Pasal 2)
- Setiap usaha/kegiatan yg terkena ketentuan ini wajib menyelesaikan
Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan selambat-lambatnya
31 Desember 1999. (Pasal 6)
2.6 KEPMEN LH No. 2 th. 2000 Lampiran : - Panduan penilaian AMDAL utk mengevaluasi Dokumen
Panduan Penilaian Dokumen AMDAL. - Panduan disusun untuk menuntun para pemakainya dalam menilai AMDAL termasuk kelengkapan administrasi
dan mengevaluasi dua aspek : - Syarat-syarat bagi para penyusun dan penilai dokumen

Page 2
a. Kelengkapan dokumen AMDAL AMDAL
b. Kualitas dokumen AMDAL yang dinilai
- Ada 3 syarat pokok para penilai untuk mengevaluasi dok. AMDAL
a. Harus memenuhi syarat ( salah satu / lebih ) :
- Sudah pernah menyusun AMDAL
- Mendapat sertifikat kursus Penyusun dan Penilai AMDAL
- Berpendidikan Sarjana / sederajat (latar belakang lingkungan)
- Wakil rakyat yang terkena dampak / pemerhati lingkungan
b. Harus memiliki dan menggunakan pedoman/panduan penyusunan
yang berlaku seperti; Panduan Kajian Aspek Sosial dlm AMDAL.
c. Penilai dapat memahami maksud-maksud yang terkandung dalam pan-
duan penilaian dokumen amdal ini dan menggunakannya
2.7 KEPMEN LH No. 17 th. 2001 - Berisi daftar jenis usaha atau kegiatan wajib AMDAL, diantaranya : - Referensi bahwa perusahaan dalam menentukan kewajiban-
Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib H. Bidang Perindustrian nya melakukan AMDAL atau UPL dan UKL saja
Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai 8. Kawasan industri (termasuk komplek industri yang terintegrasi)
Dampak Lingkungan Hidup. I. Bidang Prasarana Wilayah
14. Pembangunan pusat perkantoran, pendidikan, olahraga, kesenian,
tempat ibadah, pusat perdagangan/perbelanjaan relatif terkonsen-
sentrasi pada luas lahan >= 5 ha atau bangunan >= 10.000 m2
2.8 KEPMEN LH No. 40 th. 2000 - Komisi penilai mempunyai tugas menilai kerangka acuan, analisis - Pembentukan komisi penilai AMDAL.
Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL. dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup,
dan rencana pemantauan lingkungan hidup.
- Komisi penilai dibentuk
a. Di tingkat pusat oleh Menteri
b. Di tingkat propinsi oleh Gubernur
c. Di tingkat kabupaten/kota oleh bupati/walikota
2.9 KEPKA BAPEDAL No. 056 th. 1994 - Pedoman mengenai ukuran dampak penting : - Pedoman mengenai ukuran dampak penting.
Pedoman Mengenai Ukuran Dampak a. Jumlah manusia yang akan terkena dampak.
Penting b. Luas wilayah persebaran dampak.
c. Lamanya dampak berlangsung.
d. Intensitas dampak.
e. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak.
f. Sifat kumulatif dampak.
g. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.
2.10 KEPKA BAPEDAL No.299/BAPEDAL/11/96 Lampiran : - Aspek sosial dalam AMDAL.
Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam - Aspek sosial dalam AMDAL adalah telaah yang dilakukan terhadap
Penyusunan AMDAL. komponen demografi, ekonomi dan budaya serta merupakan bagian
tidak terpisahkan dari komponen lain dalam penyusunan AMDAL.
2.11 KEPKA BAPEDAL No.Kep.105 th.1997 - Pelaksana pemantau RKL dan RPL : - Pelaksana pemantau RKL/RPL.
Panduan Pemantauan Pelaksanaan a. Pemrakarsa usaha/kegiatan.

Page 3
Rencana Pengelolaan Lingkungan ( RKL ) b. Pemda Tk. I dan Tk. II yang bersangkutan.
dan Rencana Pemantauan Lingkungan c. Instansi Teknis / Sektor yang bertanggung jawab.
( RPL ). d. BAPEDAL / BAPEDALDA.
2.12 KEPKA BAPEDAL No.Kep.124/12/97 - Kajian aspek kesehatan masyarakat yang ditelaah, meliputi : - Aspek kesehatan dalam AMDAL.
Panduan Kajian Aspek Kesehatan a. Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak rencana
Masyarakat Dalam Penyusunan AMDAL. pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan.
b. Proses dan potensi terjadinya pemajanan.
c. Potensi besarnya dampak timbulnya penyakit.
d. Karakteristik spesifik penduduk yang beresiko.
e. Sumber daya kesehatan.
f. Kondisi sanitasi lingkungan.
g. Status gizi masyarakat.
h. Kondisi lingkungan yang dapat memperburuk proses penyebaran
penyakit.
2.13 KEPKA BAPEDAL No.08 Tahun 2000 Lampiran : - Perusahaan mengetahui hak-hak warga masyarakat
Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan - Gubernur dapat mengatur lebih lanju: dalam proses AMDAL :
Informasi Dalam Proses AMDAL. a. Penentuan wakil masyarakat terkena dampak yang duduk dalam a. Memperoleh informasi mengenai AMDAL.
Komisi Penilai AMDAL b. Memberikan saran, pendapat & tanggapan atas rencana
b. Rincian tata cara usaha/kegiatan yang wajib menyusun AMDAL sesuai dg
- Hak-hak warga masyarakat dalam proses AMDAL adalah : ketentuan yang berlaku.
a. Memperoleh informasi mengenai AMDAL, Dokumen KA-ANDAL, c. Duduk sebagai Komisi Penilai AMDAL, khusus bagi
ANDAL, RKL, RPL, proses penilaian AMDAL. yang terkena dampak, yang penetapannya berdasarkan
b. Memberikan saran, pendapat dan tanggapan atas rencana usaha mekanisme dan ketentuan yang berlaku.
atau kegiatan yg wajib menyusun AMDAL dan Dokumen KA ANDAL,
ANDAL, RKL, RPL, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Duduk sebagai Komisi Penilai AMDAL, khusus bagi Masyarakat
yang terkena dampak, yang penetapannya berdasarkan mekanisme
dan ketentuan yang berlaku.
2.14 KEPKA BAPEDAL No.09 Tahun 2000 Lampiran : - Pedoman tentang langkah-langkah penyusunan AMDAL.
Pedoman Penyusunan AMDAL. - Berisi pedoman tentang langkah-langkah penyusunan AMDAL
a. Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan
Lingkungan Hidup ( KA-ANDAL ).
b. Pedoman Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan Hidup.(ANDAL).
c. Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL).
d. Pedoman Penyusunan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup.
( RPL ).
e. Pedoman Penyusunan Ringkasan Eksekutif
Penyusunan Dokumen Ringkasan Eksekutif.
3 LIMBAH B-3
3.1 Keppres 61 th. 1993 - Pengesahan Bazel Convention sebagai hasil the Conference of - Negara RI telah meratifikasi konverensi tersebut sehingga

Page 4
Pengesahan Basel Convention on The Plenipontentiaries on the Global Convention on the Control of ketentuan internasional ini berlaku juga
Control of Transboundary Movements of Transboundary Movements of Hazardous Wastes
Hazardous Wastes and Teir Disposal
3.2 PP No. 18 th 1999 - Limbah bahan berbahaya dan baracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/ - Perusahaan menggunakan bahan-bahan yang bersifat
Pengelolaan Limbah B3 atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun B3 sehingga berpotensi menimbulkan limbah yang
yang karena sifat dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentra- bersifat B3
sinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangusngan hidup manu-
sia serta mahluk hidup lainnya (Pasal 1 ayat 2)
- Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,
dan penimbunan limbah B3 (Pasal 1 ayat 3)
- Larangan membuang langsung ke dalam media lingkungan hidup (Pasal 3)
- Larangan melakukan pengenceran (Pasal 4)
- Pasal 1 (Ps. 7 (1 ) di PP 18/1999)
Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi:
a.   Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
b.   Limbah B3 dari sumber spesifik
c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kema-
san dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi
- Penyerahan limbah B3 kepada pemanfaat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), untuk diekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (3), serta kepada
pengolah dan/atau penimbun limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) tidak mengurangi tanggung jawab penghasil limbah B3 untuk mengolah
limbah B3 yang dihasilkannya (Pasal 9 ayat 5)
Penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya pa-
ling lama 90 (sembilan puluh) hari sebelum menyerahkannya kepada pe-
ngumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3 (Pasal
10 ayat 1)
- Bila limbah B3 yang dihasilkan kurang dari lima puluh (50) kilogram
per hari, penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkan-
nya lebih dari 90 (sembilan puluh) hari sebelum menyerahkannya kepada
pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3, de-
ngan persetujuan Kepala insatnsi yang bertanggung jawab (pasal 10 ayat 2)
- Penyimpanan limbah B3 dilakukan di tempat penyimpanan yang sesuai
dengan persyaratan (Pasal 29 ayat 1)
- Pada pasal 29 ayat 2: tempat penyimpanan limbah B3 wajib memenuhi syarat:
a. lokasi tempat penyimpanan yang bebas banjir, tidak rawan bencana
bencana dan diluar kawasan serta sesuai dengan rencana tata ruang.

Page 5
b.Rancangan bangunan disesuaikan dengan jumlah, karakteristik
limbah B3 dan upaya pengendalian pencemaran lingkungan.
- Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan, pengumpulan,
pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 wajib memiliki
ijin operasi dari kepala instansi yang bertanggung jawab (Pasal 40 ayat 1a)
- Pasal 11 ayat 1
Penghasil limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan tentang:
a.      Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkannya limbah B3
b.     Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3
c. Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman ke-
pada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbuan
- Penghasil limbah B3 wajib menyampaikan catatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sekurang-kurangnya sekali dalam enam bulan kepada
instansi yang bertanggungjawab dengan tembusan kepada instansi yang
terkait dan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang ber-
sangkutan (Pasal 11 ayat 2)
- Ps. 1 (Ps. 7 (1 a) di PP 18/1999)
Lampiran I tabel 1, Limbah B3 dari sumber spesifik kode limbah D1005d
- Ps. 1 (Ps. 7 (1 a) di PP 18/1999)
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik (Tabel 11)
Penjelasan ps. 7 (1a) Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah
B3 yang umumnya berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari
kegiatan pemeliharaan alat,, pencucian, pencegahan korosi (inhibitor
korosi), pelarutan kerak, pengemasan, dll.
- Pasal 34 ayat 5
Pengolahan limbah B3 secara thermal dengan mengoperasikan insinerator
wajib memenuhi ketentuan berikut:
a.  Mempunyai insinerator dengan spesifikasi sesuai dengan karakteristik
dan jumlah limbah B3 yang diolah
b.  Mempunyai insinerator yang dapat memenuhi efisiensi pembakaran
minimal 99,99% dan efisiensi penghancuran dan penghilangan sbb:
1)   Efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Principle Organic
Hazard Constituents (POHCs) 99,99%
2)    Efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Polychlorinated
Biphenyls (PCBs) 99,9999%
3)    Efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Polychlorinated
Dibenzofurans 99,9999%
4)    Efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Polychlorinated
Dibenzo-p-dioxins 99,9999%
c.   memenuhi standar emisi udara

Page 6
d. residu dari kegiatan pembakaran berupa abu dan cairan wajib
dikelola dengan mengikuti ketentuan tentang pengelolaan limbah B3.
-
Ps. 1 (Ps. 7 (1 b) di PP 18/1999)
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik (Tabel II)
- Ps. 1 (Ps. 7 (1 c) di PP 18/1999)
Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi
Lampiran I Tabel III. Daftar limbah dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan,
bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi
3.3 PP No. 85 th. 1999 - Limbah B3 adalah setiap limbah yg mengandung berbahaya dan atau - Definisi limbah B3.
Perubahan atas PP 18/1999 beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya - Perusahaan yg tidak mampu mengolah limbahnya, dapat
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan baik secara langsung atau tidak langsung dapat merusak dan atau men- menyerahkannya kepada pengolah yg mendapat ijin dari
Beracun. cemari lingkungan dan atau dapat membahayakan kesehatan manusia. Bapedal.
- Penghasil limbah B3 wajib melakukan pengolahan limbah B3. - Perusahaan harus membuat catatan limbahnya.
- Penghasil limbah B3 yg tidak mampu melakukan pengolahan wajib men-
yerahkan limbah tsb kepada pengolah yg mendapat ijin dari Bapedal.
- Penghasil limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan ttg :
a. Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkannya limbah B3.
b. Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3.
c. Nama pengangkut limbah B3.
- Penyimpanan limbah B3 hanya dapat dilakukan selama 90 hari sebelum
diserahkan kepada pengangkut.
3.4 Kep. Menaker No. 187 th. 1999 BAB I Ketentuan Umum
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya - Pasal 1
di Tempat Kerja Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau
campuarn yang berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau toksiko-
logi berbahaya terhadap tenaga kerja,
instalasi dan lingkungan
- Pasal 2
Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, mem-
produksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib
mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kece-
lakaan kerja dan penyakit akibat kerja
- Pasal 3
Pengendalian bahan kimia berbahaya meliputi :
a. Penyediaan lembar data keselamatan bahan (LDKB) dan label
b. Penunjukkan petugas K3 kimia dan ahli K3 Kimia
BAB II Penyediaan dan Penyampaian Lembar Data Keselamatan Bahan dan
Label

Page 7
- Pasal 4 LDKB meliputi keterangan tentang:
a. Identifikasi bahan dan perusahaan
b. Komposisi bahan
c.Identifikasi bahan
d. Tindakan pertolonngan pertama pada kecelakaan (P3K)
e. Tindakan penanggulangan kebakaran
f. Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan
g. Penyimpanan dan penanganan bahan
h. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri
I. Sifat fisika dan kimia
j. Stabilitas dan reaktifitas bahan
k. Informasi toksikologi
l. Informasi ekologi
m. Pembuangan limbah
n. Pengangkutan bahan
o. Informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku
p. Informasi lain yang diperlukan
Bentuk LDKb (Lampiran I)
- Pasal 5 Label meliputi keterangan mengenai:
a. Nama produk
b. Identifikasi bahaya
c. Tanda bahaya dan artinya
d. uraian resiko dan penanggulangannya
e. Tindakan pencegahan
f. Intruksi dalam hal terkena atau terpapar
g. Instruksi kebakaran
h. Instruksi pengisian dan penyimpanan
i. Instruksi pengisian dan penyimpanan
j. Referensi
k. Nama, alamat dan nomor telepon pabrik pembuat dan atau distributor
- Pasal 6
LDKB dan label diletakkan di tempat yang mudah diketahui oleh tenaga
kerja dan pegawai pengawas ketenaga kerjaan
BAB III Penetapan Potensi Bahaya Instalasi
- Pasal 7
Pengusaha atau pengurus wajib menyampaikan daftar nama, sifat dan
kuantitas bahan kimia berbahaya di tempat kerja (formulir-lampiran II)
kepada kantor Department/Dinas tenaga kerja
- Pasal 8
Penetapan kategori potensi bahaya perusahaan atau industri oleh Kandep

Page 8
atau Dinas Tenaga Kerja setempat
- Pasal 9
Kriteria bahan kimia berbahaya:
a. bahan beracun
b. bahan sangat beracun
c. cairan mudah terbakar
d. cairan sangat mudah terbakar
e. gas mudah terbakar
f. bahan mudah meledak
g. bahan reaktif
h. bahan oksidator
- Pasal 10
Bahan kima dalam pasal 9 huruf a dan b ditetapkan berdasarkan sifat kimia,
fisika dan toksik:
a. Bahan beracun dalam hal pemajanan melalui mulut: LD 50 < 25 atau
< 200 mg/kg berat badan atau kulit LD 50 < 25 atau < 400 mg/kg berat
badan atau pernapasan : LC 50 < 0,5 mg/lt dan < 2 mg/lt
b. Bahan sangat beracun dalam hal pemajanan melalui mulut LD 50 < 25
mg/kg berat badan atau kulit LD 50 < 50 mg/kg berat badan, atau
pernapasan : LC 50 < 0,5 mg/lt
- Pasal 11
Bahan kimia dalam pasal 9 huruf c, d dan e ditetapkan berdasarkan sifat
kimia dan fisika (pada tekanan 1 atm)
a. Cairan mudah terbakar : titik nyala > 21oC dan < 55oC
b. Cairan sangat mudah terbakar : titik nyala < 21oC dan titik didih > 20oC
c. Gas mudah terbakar : titik didih < 20oC
- Pasal 12
a. Kriteria mudah meledak: apabila reaksi kimia bahan tsb menghasilkan
gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi sehing-
ga menimbulkan kerusakan disekelilingnya
b. Kriteria bahan reaktif: apabila bereaksi dengan air dapat mengeluarkan
panas dan gas yang mudah terbakar; apabila bereaksi dengan asam dapat
mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar dan beracun atau korosif
c. Kriteria oksidator apabila reaksi kimia atau penguraiannya menghasil-
kan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran
- Pasal 13
Nilai Ambang Batas Kuantitas (NAK) bahan kimia yang termasuk kriteria
beracun atau sangat beracun berdasarkan lampiran III
- Pasal 14

Page 9
Nilai Ambang Batas Kuantitas bahankimia selain yang tercantum dalam
Lampiran III:
a. beracun - 10 ton
b. sangat beracun - 5 ton
c. reaktif - 50 ton
d. mudah meledak - 10 ton
e. oksidator - 10 ton
f. cairan mudah terbakar - 200 ton
g. cairan sangat mudah terbakar - 50 ton
h. gas mudah terbakar - 50 ton
- Pasal 15
Kategorisasi:
Potensi bahaya besar untuk perusahaan atau industri yang menggunakan
bahan kimia berbahaya dengan jumlah melebihi NAK (pasal 13 dan pasal
14) potensi bahaya menengah untuk perusahaan atau industri yang meng-
gunakan bahan kimia berbahaya dengan jumlah sama atau lebih kecil
dari NAK (pasal 13 dan pasal 14)
BAB IV Kewajiban Pengusaha atau Pengurus
- Pasal 16
Kewajiban perusahaan dengan kategori potensi bahaya besar
- Pasal 17
Kewajiban perusahaan dengan kategori bahaya menengah
- Pasal 19
Dokumen pengendalian potensi bahaya besar dan menengah
- Pasal 20 ayat 1
Dokumen pengendalian potensibahaya besar disampaikan ke Kanwil
Depnaker dengan tembusan ke Kandep/Dinas Tenaga Kerja
- Pasal 20 ayat 2
Dokumen pengendalian potensi bahaya menegah disampaikan ke Kandep/
Dinas tenaga kerja
- Pasal 21
Proses persetujuan dokumen pengendalian
BAB V Penunjukkan petugas K3 Kimia dan Ahli Kimia
- Pasal 22, 23, 23
Kewajiban, pelatihan
3.5 KEPKA. BAPEDAL. No.68/BAPEDAL/ 05/94 - Setiap usaha / kegiatan di bidang penyimpanan, pengumpulan, - Setiap usaha/kegiatan yang menghasilkan limbah B3 dan
Tata Cara Memperoleh Izin Penyimpanan, pengoperasian alat pengolahan, pengolahan, dan penimbunan akhir melakukan penyimpanan, pengumpulan, pengoperasian
Pengumpulan, Pengoperasian Alat limbah B3 wajib mengajukan permohonan tertulis kepada BAPEDAL. alat pengolahan, pengolahan, & penimbunan akhir
Pengolahan, Pengolahan dan Penimbunan ( form permohonan izin dikeluarkan BAPEDAL ) (Pasal 1) limbah B3 wajib mendapatkan ijin dari BAPEDAL.
Akhir Limbah Bahan Berbahaya dan - Berdasarkan permohonan izin tersebut, maka BAPEDAL melakukan - Menjadi acuan bagi perusahaan dan mitra kerja yang ber-

Page 10
Beracun penelitian terhadap kelengkapan sesuai ketentuan yang dipersyaratkan. kaitan dengan pengelolaan limbah ex-perusahaan yang harus
(Pasal 3) memiliki ijin sesuai dengan lingkup kerjanya atau konrak
- Penerbitan izin selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari sejak diterima dengan perusahaan. Transportasi, pengumpul, pengolah, dll
permohonan izin. (Pasal 8) - Pengajuan izin harus dilengkapi dengan semua persyaratan
yang telah ditetapkan dalam Lampiran I
3.6 KEPKA. BAPEDAL. No.01/BAPEDAL/09/95 - Setiap limbah B3 yang belum diketahui sifat dan karakteristiknya - Perusahaan harus memenuhi Persyaratan :
Tata Cara dan Persyaratan Teknis wajib dilakukan pengujian pada laboratorium yang ditunjuk oleh * Pengemasan Limbah B3
Penyimpanan dan Pengumpulan Gubernur Kepala Dati I (Pasal 1) * Penyimpanan Limbah B3
Limbah B3. - Hasil pengujian laboratorium wajib dilaporkan ke Bapedal (Pasal 2) * Lokasi penyimpanan
- Tatacara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan * Pengumpulan Limbah B3
limbah B3 tercantum dalam lampiran (Pasal 5) - Klasifikasi dari tiap limbah yang dihasilkan perusahaan
- Setiap pengumpul dan penghasil limbah B3 wajib melaporkan limbah perlu ditetapkan melalui petunjuk teknis dalam dokumen
B3 ke Kepala Bapedal (Pasal 6) keputusan ini
Lampiran :
2 Persyaratan pengemasan limbah B3 bagi Penghasil :
a. Harus mengetahui dg pasti karakteristik limbah B3 yang dihasilkan
atau dikumpulkannya.
b. Melakukan pengujian karakteristik limbah B3 dilakukan sekurang
kurangnya satu kali ( limbah B3 yang sama ).
c. Persyaratan kemasan :
- Kemasan harus dalam kondisi baik, tidak rusak, bocor, berkarat.
- Kemasan dapat terbuat dari Plastik atau Logam dengan syarat :
kemasan tersebut tidak berekasi dengan limbah B3 yg disimpannya.
- Limbah B3 yang berlainan sifatnya tidak boleh disimpan dalam
satu kemasan.
- Kemasan harus ditutup dengan kuat, agar tidak tumpah.
- Kemasan harus diberi tanda sesuai dengan ketentuan.
- Kemasan harus diperiksa secara rutin.
3.1 Persyaratan penyimpanan kemasan :
- Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok.
- Lebar gang harus memenuhi persyaratan peruntukannya.
- Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan
kestabilan tumpukan kemasan.
3.2 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 :
- Terlindung dari air hujan, ventilasi dan penerangan yang memadai.
- Bagian luar diberi simbol sesuai ketentuan.
- Lantai kedap air, kuat, tidak bergelombang dan tidak retak.
- Pagar pengaman, APK, dll.
3.3 Persyaratan Lokasi Penyimpanan
- Jauh dari fasilitas umum dan ekosistem.

Page 11
- Bebas banjir.
- Lokasi penyimpanan harus dilengkapi tanggul yang mampu menam-
pung 110% kapasitas volume limbah B3.
3.7 KEPKA.BAPEDAL.No.02/BAPEDAL/09/95 - Dokumen limbah B3 adalah surat yang diberikan pada waktu penye- - Perusahaan harus memastikan bahwa setiap dilakukan
Dokumen Limbah B3. rahan limbah B3 untuk diangkut dari lokasi kegiatan penghasil pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dg Dokumen
ketempat penyimpanan diluar lokasi dan atau kegiatan pengumpulan Limbah B3.
dan atau pengangkutan dan atau pengolahan limbah B3 dan atau - Dokumen penyerahan limbah B3 ke pihak External
pemanfaatan limbah B3 serta penimbunan hasil pengolahan (Pasal 1) Lampiran :
- Dokumen limbah B3 terdiri dari tiga bagian yang diisi oleh penghasil/ - Setiap pengangkutan Limbah B3, harus dilengkapi dgn dokumen resmi.
pengumpul, pengangkut dan pengumpul/pemanfaat/pengolah (Pasal 2) - Dokumen Limbah B3 terdiri dari 7 rangkap :
1. Lembar asli ( Putih ), untuk pengangkut.
2. Lembar kedua ( kuning ), oleh penghasil dikirim ke Bapedal.
3. Lembar ketiga ( hijau ), disimpan oleh pengumpul.
4. Lembar keempat ( merah muda ), untuk pengolah.
5. Lembar kelima ( biru ), dikirim ke Bapedal oleh pengolah.
6. Lembar keenam ( krem ), dikirim pengangkut ke Gubernur.
7. Lembar ketujuh ( ungu ), dkirim oleh pengangkut kpd penghasil.
3.8 KEPKA.BAPEDAL.No.03/BAPEDAL/09/95 - Acuan bila perusahaan mengolah atau mendaur ulang
Persyaratan teknis pengolah limbah B3 limbah B3. Dipakai juga acuan untuk meneliti, memerik-
sa kemampuan mitra kerja yang akan mengolah limbah
B3 yang dihasilkan perusahaan misalnya : minyak bekas,
pelumas bekas, potongan timah dan lain-lain
3.9 KEPKA.BAPEDAL.No.04/BAPEDAL/09/95 - Tujuan penimbunan limbah B3 di tempat penimbunan - Referensi bagi perusahaan untuk menilai kelayakan dari
Tata cara persyaratan penimbunan hasil (landfill) adalah untuk menampung dan mengisolasi yg mitra kerja yang mengolah dan menimbun limbah B3
pengolahan, persyaratan lokasi bekas sudah tidak dimanfaatkan lagi dan menjamin perlindungan di tahap akhir
pengolahan dan lokasi penimbunan limbah terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dalam
B3 jangka panjang.
Tata cara persyaratan penimbunan: 1. Pemilihan lokasi
landfill; 2. Persyaratan rancang bangun; 3. Persyaratan
lokasi bekas pengolahan dan lokasi bekas penimbunan
limbah B3
3.10 KEPKA. BAPEDAL. No.05/BAPEDAL/09/95 - Simbol adalah gambar yang menyatakan karakteristik limbah B3 (Pasal 1) - Setiap kemasan/pengangkutan tempat penyimpanan limbah
Simbol dan Label Limbah B3. - Label adalah tulisan yang menunjukkan antara lain karakteristik dan B3 harus diberi simbol dan label yang menunjukkan
jenis limbah B3 (Pasal 2) karakteristik dan jenis limbah B3.
- Setiap kemasan atau tempat atau wadah penyimpanan limbah B3 wajib - Label untuk tempat sampah, penyimpanan, kemasan limbah
diberi simbol & label yg menunjukkan karakeristik dan jenis limbah harus memenuhi ketentuan ini
B3 (Pasal 4) Lampiran :
- Apabila limbah B3 dalam satu kemasan mempunyai lebih dari satu - Jenis-jenis simbol :
karakteristik wajib dilakukan pengujian karakteristik limbah B3 a. Simbol klasifikasi limbah B3 mudah meledak.
(Pasal 5) b. Simbol klasifikasi limbah B3 mudah terbakar

Page 12
c. Simbol padatan mudah terbakar.
d. Simbol klasifikasi limbah B3 reaktif.
e. Simbol klasifikasi limbah B3 beracun.
f. Simbol klasifikasi limbah B3 korosif.
g. Simbol klasifikasi limbah B3 infeksi.
h. Simbol klasifikasi limbah B3 campuran.
- Terdapat 3 jenis label limbah B3 :
a. Label identitas limbah.
b. Label untuk penandaan kemasan kosong.
c. Label penunjuk tutup kemasan.
3.11 KEPKA.BAPEDAL.No.255/BAPEDAL/08/96 - Tata cara penyimpanan : - Perusahaan wajib melakukan penyimpanan minyak
Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan a. Harus memperhatikan karakteristik pelumas bekas yang disimpan. pelumas bekas sesuai dengan peraturan ini.
dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas. b. Kemasan dapat berupa drum atau tangki. - Perusahaan wajib mengetahui bahwa pengumpul minyak
c. Lokasi penyimpanan harus dilengkapi tanggul yang mampu menam- pelumas bekas harus mendapat ijin dari Bapedal.
pung 110% kapasitas volume drum atau tangki. - Setiap pengangkutan minyak pelumas bekas harus di-
d. Lokasi penyimpanan harus bebas banjir. lengkapi dengan dokumen limbah.
e. Lantai harus kedap terhadap pelumas bekas, tidak rusak. - Referensi bagi perusahaan untuk menilai dan mengawasi
f. Harus dibuat beratap untuk menghindari hujan. mitra kerja yang mengumpulkan pelumas bekas yang di
g. Konstruksi lantai melandai ke bak penampungan dengan kemiringan hasilkan perusahaan
maksimum 1%.
- Pasal 4
Pengumpul minyak pelumas bekas wajib :
a. Mempunyai ijin dari Bapedal.
b. Setiap pengangkutan minyak pelumas bekas wajib dilengkapi dengan
dokumen limbah dan mengajukan registrasi dokumen pelumas bekas
( Dokumen Limbah B3 ) kepada Bapedal.

3.12 KEPKA.BAPEDAL.No.03/BAPEDAL/01/98 - Pengendalian Limbah B3 yang dibantu Pemerintah


Program Kemitraan dalam Pengolahan Daerah : a. Identifikasi Perusahaan yang berpotensi meng-
Limbah B3 hasilkan limbah B3 didaerahnya; b. Pemantauan terhadap
Badan Usaha peserta kendali B3; c. Evaluasi hasil peman-
tauan lapangan peserta program kendali B3 untuk selan-
jutnya dilaporkan kepada Bapedal
3.13 KEPKA.BAPEDAL.No.04/BAPEDAL/01/98 - Prioritas Daerah Tingkat I program kemitraan dalam
Penetapan prioritas Dati I program kemitra- pengolahan limbah B3 : DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
an dalam pengolahan limbah B3 Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Riau, Aceh, Bali
dan Sulawesi Selatan

Page 13
3.14 SE. BAPEDAL No.08/SE/02/97 - Penyimpanan atau pengumpulan minyak pelumas bekas hanya dapat - Penyimpanan atau pengumpulan minyak bekas maksimal
Penyerahan Minyak Pelumas Bekas dilakukan selama 90 hari sebelum diserahkan kepada pengumpul. 90 hari sebelum diserahkan ke pengumpul yang sudah
- Pengangkutan/pengiriman minyak pelumas bekas harus menggunakan mendapat ijin dari Bapedal.
dokumen limbah B3. - Acuan bagi perusahaan untuk menetapkan mitra kerja se-
- Minyak pelumas bekas harus diserahkan kepada pengumpul yang sudah bagai pengumpul, pemanfaat dan pengolah minyak pelumas
mempunyai ijin dari Bapedal & merupakan anggota P4MPB. bekas yang dihasilkannya
4 PENCEMARAN AIR
4.1 PP No. 20 th. 1990 - Setiap orang atau badan yg membuang limbah cair wajib mentaati baku - Perusahaan wajib mentaati baku mutu limbah cair yang
Pengendalian Pencemaran Air. mutu limbah cair sebagaimana ditentukan dalam ijin pembuangan telah ditentukan.
limbah cair yang telah ditetapkan (Pasal 17 ayat 1) - Dilarang melakukan pengenceran.
- Setiap orang atau badan yg membuang limbah cair sebagaimana ditetap- - Perusahaan harus membuat saluran pembuangan limbah
kan dalam ijin pembuangannya dilarang melakukan pengenceran (Pasal cair yang memudahkan pengambilan contoh & pengukuran
17 ayat 2) debit limbah cair.
- Perusahaan wajib membuat saluran pembuangan limbah cair sedemikian - Acuan umum bagi perusahaan dalam melakukan upaya
rupa sehingga memudahkan pengambilan contoh dan pengukuran debit pencegahan pencemaran air skala nasional
limbah cair di luar areal kegiatan (Pasal 20)
- Baku mutu limbah cair yang diijinkan dibuang ke dalam air oleh suatu
kegiatan ditetapkan oleh Gubernur Kepala Dati. I berdasarkan baku
mutu limbah cair (Pasal 25)
- Pembuangan limbah cair ke dalam air dilakukan dengan ijin yang di-
berikan oleh Gubernur Kepala Dati I. (Pasal 26 ayat 1)
- Izin pembuangan limbah cair tersebut dicantumkan dalam ijin
Ordonansi gangguan (Pasal 26 ayat 2)
- Pasal 32 ayat 1 a
Menyampaikan laporan pembuangan limbah cair dan hasil analisisnya
sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan
4.2 KEPMEN LH No. 51 th 1995 - Baku mutu limbah cair untuk 21 jenis industri ada di lampiran I - Dalam pembuangan limbah cair / dalam memberikan ijin pembuangan
BML cair bagi kegiatan industri sampai dengan XXI (Pasal 2 ayat 1) limbah cair, ditetapkan kadar maksimum tiap parameter & debit limbah
- Baku mutu limbah cair ditetapkan berdasarkan pencemaran dan cair maksimum tidak boleh dilampaui.
kadar, kecuali industri pestisida formulasi pengemasan yang hanya - Kadar maksimum setiap parameter atau debit limbah cair hanya diper-
berdasarkan ditetapkan kadar (Pasal 2 ayat 2) bolehkan dilampaui, sepanjang beban pencemaran maksimum tidak
- Menteri setelah berkonsultasi dengan Menteri lain dan/atau pimpinan dilampaui.
lembaga pemerintah non departemen yang bersangkutan menetapkan - Pengambilan contoh & pemeriksaan kualitas limbah cair dilakukan
BMLC untuk jenis-jenis industri dalam pasal 2 ayat 1 (pasal 3 ayat 1) secara periodik oleh laboratorium yg ditunjuk Pemerintah, sekurang-
- Selama BMLC yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini belum ditetap- kurangnya 1 X dlm sebulan, atas biaya Penanggung jawab kegiatan.
kan, Gubernur dapat menggunakan BMLC pada Lampiran C Keputu- - Setiap penanggungjawab kegiatan wajib memasang peralatan pengukur-
san ini (Pasal 3 ayat 2) an debit aliran pembuangan limbah cair, & melakukan pencatatan debit
- Gubernur dapat menetapkan BMLC lebih ketat dari ketentuan tersebut aliran pembuangan limbah cair harian.
dalam Lampiran Keputusan tersebut (Pasal 4 ayat 1) - Lampiran baku mutu limbah cair beberapa industri, untuk parameter
- Apabila Gubernur tidak menetapkan BMLC sebagaimana tersebut yang belum tercantum Gubernur dapat menetapkan parameter tersebut

Page 14
dalam Lampiran Keputusan ini, maka berlaku BMLC dalam Keputusan dan kadar maksimumnya dg persetujuan Menteri KLH.
ini (Pasal 4 ayat 2) - BMLC ditinjau secara berkala sekurangya sekali dalam 5 tahun.
- Dalam pasal 6: Setiap penanggung jawab kegiatan industri dimaksud - BML untuk limbah cair industri berlaku secara nasional
dalam pasal 2 ayat 1 Keputusan ini wajib:
a)     Melakukan pengelolaan limbah cair sehingga tidak melampaui
baku mutu limbah cair (BMLC)
b)    Membuat saluran pembuangan limbah cair yang kedap air sehing-
ga tidak terjadi perembesan
c)     Memasang alat ukur debit atau laju air limbah dan melakukan
pencatatan debit harian limbah cair
d)    Tidak melakukan pengenceran, termasuk mencampurkan buangan
air bekas pendingin ke dalam aliran pembuangan limbah cair
e)     Memeriksakan kadar parameter BMLC secara periodik sekurang-
kurangnya satu kali dalam satu bulan
f)      Memisahkan saluran pembuangan LC dengan saluran limpahan
air hujan
g)     Melakukan pencatatan produksi bulanan
h)     Menyampaikan laporan sesuai poin c, e dan g sekurang-
kurangnya tiga bulan sekali kepada kepala BAPEDAL, Gubernur,
instansi teknis
4.3 KEPMEN LH No.Kep-35/MENLH/7/95 - Program Kali Bersih ( Prokasih ) adalah program kerja pengendalian - Proper Prokasih dilaksanakan untuk menilai kinerja
Program Kali Bersih. pencemaran air sungai dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas air perusahaan dalam melaksanakan pengendalian pence-
sungai agar tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya (Pasal 1 ayat 1) maran air.
- Gubernur menyampaikan laporan Prokasih secara berkala kepada - Gubernur adalah penanggungjawab Prokasih ditingkat
Menteri LH, Menteri Dalam Negeri dan Kepala Bapedal (Pasal 15 ayat 1) daerah
- Menteri memberi penghargaan kepada Pemda yang melaksanakan
Prokasih dan perusahaan yg melaksanakan pengendalian pencemaran
air dengan kinerja yang sangat baik (Pasal 16 ayat 1)
- Penilaian kinerja perusahaan dilaksanakan melalui Program Penilaian
Kinerja Perusahaan/Kegiatan Usaha ( Proper Prokasih ) (Pasal 16 ayat 4)
4.4 KEPMEN LH No.Kep-35A/MENLH/7/95 - Kegiatan perusahaan/kegiatan usaha adalah tingkat upaya dan hasil - Proper Prokasih diberlakukan utk semua jenis kegiatan
Program Penilaian Kinerja Perusahaan perusahaan/kegiatan usaha dalam mengendalikan dampak negatif thd yang punya potensi dampak lingkungan dalam
atau Lingkup Kegiatan Prokasih lingkungan yang disebabkan oleh kegiatannya (Pasal 1) lingkup Prokasih
( Proper Prokasih ). - Proper Prokasih diberlakukan untuk semua jenis kegiatan yg mempunyai - Peringkat kinerja perusahaan terbagi dalam 5 peringkat.
potensi dampak lingkungan dalam lingkup kegiatan Prokasih (Pasal 2 - Untuk peringkat emas dan hijau akan mendapatkan
ayat 1) piagam penghargaan.
- Pada Pasal 4 ayat 1 Peringkat kinerja perusahaan/kegiatan usaha
dibagi dalam:
a. Peringkat Emas
Perusahaan/kegiatan usaha yang melaksanakan produksi bersih atau

Page 15
emisi nol dan telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan serta
telah mencapai hasil yang sangat memuaskan sehingga patut menjadi
teladan bagi usaha-usaha lainnya.
b. Peringkat Hijau
Melakukan upaya pengelolaan lingkungan dan mencapai hasil lebih
baik dari persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Peringkat Biru
Mendapatkan hasil yg sesuai dengan persyaratan minimum sebagai-
mana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Peringkat Merah
Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan, tetapi belum
mencapai persyaratan minimum sesuai peraturan yang berlaku.
e. Peringkat Hitam
Tidak melakukan upaya pengelolaan lingkungan atau usaha yang
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
- Perusahaan/kegiatan usaha yang meraih peringkat Emas dan Hijau
diberikan piagam penghargaan
4.5 KEPMEN LH No.03/MENLH/1/1998 - Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan - Penetapan baku mutu limbah cair bagi kawasan industri
Baku Mutu Limbah bagi Kawasan industri. industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang telah mempunyai unit pengolah limbah terpusat.
yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan KI yang telah - Untuk kawasan industri yg belum mempunyai unit pengolah
memiliki izin usaha KI (Pasal 1 ayat 1) limbah terpusat, berlaku baku mutu limbah cair bagi jenis-
- Baku mutu limbah cair bagi kawasan industri yang telah mempunyai jenis industri sesuai dg peraturan yg berlaku.
Unit Pengolah Limbah Terpusat : (Pasal 2 ayat 1) - BML ini berlaku bagi perusahaan yang berlokasi didalam
PARAMETER KADAR MAKS. BEBAN PENCEMARAN kawasan industri (Kepmen 51/1995)
( mg/L ). MAKS. ( kg/hari.Ha ). - Perusahaan KI dilarang melakukan pengenceran limbah
BOD5 50 4,3 cair
COD 100 8,6
TSS 200 17,2
Ph 6~9
DEBIT LIMBAH CAIR MAKSIMUM
1 L per detik HA lahan kawasan yg terpakai
- Bagi kawasan industri yang belum mempunyai Unit Pengolah Limbah
Terpusat berlaku Baku Mutu Lumbah Cair bagi jenis-jenis industri
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku (Pasal 2 ayat 2)
- Gubernur dapat menetapkan Baku Mutu Limbah Cair lebih ketat dan
dapat menetapkan parameter tambahan di luar parameter tersebut
dengan persetujuan Menteri (Pasal 3)
- BMLC ditinjau secara berkala sekurangya sekali dalam 5 tahun.
(Pasal 2 ayat 5)

Page 16
Menyampaikan laporan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali
kepada Bapedal, Bapedalda tk I, tk II, Instansi Teknis yang membi-
dangi KI dan instansi lain yang dianggap sesuai dengan PP yang
berlaku (Pasal 6 ayat 1F)
4.6 KEP.GUB.KDKI Jakarta No.362 th.'77 - Perusahaan dalam wilayah DKI Jakarta wajib memeriksakan hasil - Wajib memeriksakan limbah cair 3 bulan sekali ke PPMPL
Kewajiban Bagi Perusahaan Industri dalam buangan industri 3 bulan sekali pada Laboratorium Pusat Penelitian atau Lab yang ditunjuk.
Wilayah DKI Jakarta untuk Memeriksakan Masalah Perkotaan dan Lingkungan ( PPMPL ) Pemda DKI Jakarta
Hasil Buangannya pada Laboratorium Pen- atau Laboratorium yg ditunjuk oleh PPMPL.
cemaran PPMPL Pemerintah DKI Jakarta - Pemeriksaan hasil buangan industri disesuaikan dengan pedoman atau
atau laboratorium yang ditunjuk. kriteria atau standard yang berlaku.
4.7 KEP.GUB.KDKI Jakarta No.220 th.1979 - Melimpahkan wewenang kepada PPMPL untuk atas nama Gubernur DKI - Perusahaan wajib memberikan kesempatan dan bantuan
Pelimpahan Wewenang kepada PPMPL Jakarta untuk memasuki perusahaan di wilayah DKI untuk keperluan kepada petugas PPMPL untuk memasuki perusahaan
untuk memasuki Perusahaan Industri di pemeriksaan dan penelitian hasil buangan industri. untuk keperluan pemeriksaan dan penelitian hasil buangan
Wilayah DKI Jakarta untuk Keperluan - Petugas PPMPL harus membawa/menunjukkan surat tugas dari kepala industri.
Pemeriksaan dan Penelitian Hasil Industri PPMPL dan tanda pengenal.
- Perusahaan wajib memberikan kesempatan dan bantuan kepada
petugas PPMPL.
4.8 KEP.GUB.KDKI Jakarta No.582 th.1995 - Peruntukan air sungai/badan air di DKI Jakarta menurut golongan - Perusahaan harus memenuhi BMLC/baku mutu limbah cair
Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air air, yaitu : sesuai dengan peraturan.
Sungai/Badan Air serta Baku Mutu Limbah a. Gol. A : Air yg dapat digunakan sbg air minum secara langsung
Cair di wilayah DKI Jakarta. tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b. Gol. B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
c. Gol. C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan.
d. Gol. D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian
dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan,
industri PLTA.
- Pengawasan dan pemantauan limbah cair di daerah DKI Jakarta di lakukan - Melakukan swapantau limbah dan dilaporkan ke gubenur
oleh KPPL. (KPPL) minimal 1 kali / 3 bulan.
- Setiap penanggung jawab kegiatan wajib :
a. Membuat saluran pembuangan limbah cair yg memudahkan pengambilan
contoh dan pengukuran debit.
b. Mengizinkan petugas KPPL memasuki lingkungan kerjanya & membantu
pelaksanaan tugas petugas KPPL tersebut
c. Memeriksakan limbah cairnya secara berkala ke lab. KPPL.
d. Melaksanakan swapantau pembuangan limbah.
e. Melaporkan swapantau beserta hasil analisisnya kepada Gubernur
cq KPPL secara berkala minimal 1 kali dalam 3 bulan.
4.9 KEP.GUB.KDKI Jakarta No.299 th.'96 - Pemantauan penaatan mengenai baku mutu limbah cair dilakukan - Perusahaan tidak melaporkan hasil pengukuran akan di -
Petunjuk Pelaksanaan Penetapan oleh KPPL. kenakan sanksi.

Page 17
Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai / - Penanggung jawab kegiatan wajib
Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di a. Mengambil dan memeriksakan contoh limbah cair yang dilakukan
Wilayah DKI Jakarta. secara periodik setiap 3 bulan ke KPPL DKI jakarta.
b. Melakukan swapantau setiap hari, meliputi pencatatan debit
limbah, jumlah produksi atau konsumsi bahan baku dan dilaporkan
kepada KPPL DKI Jakarta.
- penegakan hukum terhadap hasil evaluasi penaatan BMLC :
a. Teguran disertai pemanggilan kpd penanggung jawab kegiatan yang
belum menaati BMLCuntuk minta keterangan ttg masalah yg dihadapi
dan upaya perbaikannya, batas maks. 6 bulan.
b. Peringatan atas nama Gubernur dengan batas waktu penyelesian
1 bulan.
c. Sanksi administratif dikenakan bagi kegiatan yang belum mentaati
BMLC setelah batas waktu peringatan berakhir, berupa :
- Penutupan saluran pembuangan limbah.
- Penutupan proses produksi yg menghasilkan limbah.
- Penutupan keseluruhan proses produksi.
4.10 KEP.GUB.KDKI Jakarta No.30 th.1999 - Setiap orang atau badan hukum yg dalam operasinya akan dan atau - Wajib memiliki izin membuang limbah cair.
Perizinan Pembuangan Limbah Cair di telah membuang limbah cair ke perairan umum diwajibkan memiliki
Wilayah DKI Jakarta. izin membuang limbah cair.
- Setiap rencana kegiatan baru, Ijin Membuang Limbah diberikan sebelum
Ijin Undang-Undang Gangguan atau Ijin Penggunaan Bangunan.
- Bagi rencana kegiatan yg dilengkapi Amdal dan hasil studi Amdalnya
yang harus lebih ketat dari ketentuan baku mutu limbah cair maka
pembatasan beban limbahnya didasarkan pada hasil studi Amdal tsb.
- Ijin membuang limbah cair diterbitkan oleh Gubernur Kepala Daerah.
- Permohonan ijin diajukan secara tertulis kepada Gubernur Kepala
Daerah c.q. Bapedalda, dengan dilampiri :
a. Data isian ttg pembuangan limbah cair.
b. Peta lokasi pembuangan limbah cair dan pengambilan air.
c. Fotocopy akte pendirian perusahaan.
d. Fotocopy IMB dan IPB.
e. Fotocopy Izin Undang-Undang Gangguan.
f. Design unit pengolah limbah dan cara kerjanya.
g. Hasil pemeriksaan limbah cair dari Bapedalda DKI Jakarta.
h. Surat pernyataan kesanggupan untuk mentaati persyaratan yang
berlaku.
- Persetujuan atau penolakan Izin diberikan dalam jangka waktu se -
lambatnya 15 hari kerja setelah permohonan diterima lengkap.
- Izin diberikan dalam bentuk keputusan Gubernur Kepala Daerah.

Page 18
- Izin pembuangan limbah cair berlaku 5 tahun & dapat diperpanjang.
5 PENCEMARAN UDARA
5.1 PP No. 41 tahun 1999 - Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi - Perusahaan harus memenuhi baku mutu udara ambien
Pengendalian Pencemaran Udara dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau sesuai dengan kriteria berdasarkan peraturan yg berlaku.
unsur pencemar yang ditanggung keberadaannya (Pasal 1 ayat 7) - Referensi bagi perusahaan untuk digunakan sebagai acuan
- Pengendalian pencemaran udara meliputi pengendalian dari usaha dalam pencegahan dan penanggulangan pencemaran udara
dan/atau kegiatan sumber bergerak, tidak bergerak, sumber spesifik, Lampiran
tidak spesifik dapat dilakukan dengan upaya pengendalian sumber - Baku Mutu Udara Ambien Nasional :
emisi dan atau sember gangguan yang berbahaya untuk mencegah Waktu
Parameter Baku Mutu
turunnya mutu udara ambien (Pasal 2) Pengukuran
- Pasal 21 1. SO2 1 jam 900 ug/Nm3
a. mentaati baku mutu udara ambien, baku mutu emisi dan baku mutu ( Sulfur Dioksida ) 24 jam 365 ug/Nm3
tingkat gangguan yang ditetapkan untuk usaha dan/atau kegiatan yang 1 tahun 60 ug/Nm3
dilakukannya 2. CO 1 jam 30.000 ug/Nm3
b. melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara ( Karbon Monoksida ) 24 jam 10.000 ug/Nm3
yang diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang dilakukannya 3. NO2 1 jam 400 ug/Nm3
c. memberikan informasi yang benar dan akuran kepada masyarakat dalam ( Nitrogen Dioksida ) 24 jam 150 ug/Nm3
rangka upaya pengendalian pencemaran udara dalam lingkungan usaha 1 tahun 100 ug/Nm3
dan/atau kegiatannya 4. O3 1 jam 235 ug/Nm3
- Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan sumber tidak ber- ( Oksidan ) 1 tahun 50 ug/Nm3
gerak yang mengeluarkan emisi dan/atau gangguan wajib memenuhi per- 5. HC ( Hidro Karbon ) 3 jam 160 ug/Nm3
syaratan mutu emisi dan/atau gangguan yang ditetapkan dalam izin mela- 6. PM10 24 jam Hi - Vol
kukan usaha dan/atau kegiatan (Pasal 22 ayat 1) ( Partikel < 10 um )
- Pada pasal 30 : Setiap penanggungjawab kegiatan dan/atau usaha dari PM2,5* 24 jam Hi - Vol
sumber tidak bergerak yang mengeluarkan emisi wajib: ( Partikel < 2,5 um ) 1 tahun Hi - Vol
1. Mentaati ketentuan baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi 7. TSP 24 jam 230 ug/Nm3
dan baku tingkat gangguan ( Debu ) 1 tahun 90 ug/Nm3
2. Mentaati ketentuan persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam 8. PB 24 jam 2 ug/Nm3
pasal 9 ayat 2 ( Timah Hitam ) 1 tahun 1 ug/Nm3
- Hasil pemantauan yang dilakukan wajib dilaporkan kepada Kepala 9. Dustfall 30 Hari 20 Ton/Km2/
Instansi yang bertanggung jawab sekurang-kurangnya sekali dalam 1 ( Debu Jatuh ) Bulan
(satu) tahun (Pasal 46) 10. Total Fluorides 24 jam 3 ug/Nm3
- Setiap orang atau penanggung jawab kegiatan dan/atau usaha wajib ( as F ) 90 hari 0.5 ug/Nm3
menyampaikan laporan hasil pemantauan pengendalian pencemaran 11. Fluor Indeks 30 Hari 40 ug/100 Cm2
udara yang telah dilakukan kepada instansi yang bertanggung jawab, 12. Khlorine & 24 jam 150 ug/Nm3
instansi teknis dan instansi teknis lainnya (Pasal 50) Khlorine Dioksida

Page 19
- Setiap usaha dan/atau yang wajib memiliki AMDAL dilarang membuang 13. Sulphat Indeks 30 hari 1 mg SO3/100Cm3
baku mutu emisi melampaui ketentuan yang telah ditetapkan baginya - Perusahaan harus mentaati baku mutu nasional dan lokal
dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan (Pasal 23) baik emisi maupun ambien
- Baku Mutu Udara Ambien Nasional - Perusahaan wajib membuat dan menyampaikan laporan
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali
- Perusahaan wajib memasang cerobong dan alat ukur untuk
pemantauan
5.2 KEPMEN LH No.Kep-35/MENLH/10/93 - Kandungan CO ( karbon monoksida ) dan HC ( hidro karbon ) dan - Kendaran milik Perusahaan ( mobil, forklift ) harus me -
NAB Emisi Gas Buang Kendaraan ketebalan asap pada pancaran gas buang : menuhi standar kandungan CO dan HC sesuai dengan
Bermotor. a. Kendaraan bermotor selain sepeda motor dg bahan bakar bensin peraturan yang berlaku.
dg bilangan oktana > 87 ditentukan maksimum 4,5% untuk CO
dan 1.200 ppm untuk HC.
b. Kendaraan bermotor selain sepeda motor dg bahan bakar solar atau
diesel dengan bilangan setana > 45 ditentukan maksimum ekivalen
50% Bosch pd diameter 102 mm / 25% opasiti untuk ketebalan asap
- Kandungan CO, HC dan ketebalan asap diukur pada kondisi percepatan
bebas.
5.3 KEPMEN LH No.Kep-13/MENLH/10/95 - Baku Mutu Emisi untuk Jenis Kegiatan Lain - Perusahaan harus memenuhi standar BM Emisi untuk jenis
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. Batas Max kegiatan lain.
PARAMETER
( Berlaku Efektif tahun 2000 ). ( Mg/m3 )
Bukan Logam
1. Ammonia ( NH3) 0.5
2. Gas Klorin ( Cl2 ) 10
3. Hidrogen Klorida ( H Cl ) 5
4. Hidrogen Fluorida ( HF ) 10
5. Nitrogen Oksida ( NO2 ) 1000
6. Opasitas 35%
7. Partikel 350
8. Sulfur Dioksida ( SO2 ) 800
9. Total Sulfur Tereduksi ( H2S ) 35
Logam
10. Air Raksa ( Hg ) 5
11. Arsen ( As ) 8
12. Antimon ( Sb ) 8
13. Kadmium ( Cd ) 8
14. Seng ( Zn ) 50
15. Timah Hitam ( Pb ) 12
- Pasal 7 ayat 1
a. membuat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana pendukung
dan alat pengaman

Page 20
b. memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir
volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur dan
kecepatan angin
c. melakukan pencacatan harian emisi yang dikeluarkan dari setiap
cerobong emisi
d. menyampaikan laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud da-
lam huruf c kepada Gubernur dengan tembusan kepada Kepala Bagian
sekurang-kurangnya sekali dalam tiga (3) bulan
e. Melaporkan kepada Gubernur serta Kepala Badan apabila ada kejadian
tidak normal dan atau dalam keadaan darurat yang mengakibatkan
baku mutu emisi dilampaui
5.4 KEPMEN LH No.Kep-15/MENLH/4/96 - Program Langit Biru adalah suatu program pengendalian pencemaran - Program Langit Biru bertujuan mengendaliakan pencemar-
Program Langit Biru udara dari kegiatan sumber bergerak dan sumber tidak bergerak. an udara dari sumber bergerak dan sumber tidak bergerak.
(Pasal 1 ayat 1)
- Sumber bergerak adalah sumber emisi yang tidak tetap pada sustu tempat
(Pasal 1 ayat 2)
- Sumber tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap pada sustu tempat
(Pasal 1 ayat 3)
- Program Langit Biru bagi sumber tidak bergerak dengan melakukan
penetapan kebijaksanaan teknis, bimbingan teknis, pemeriksaan
pemantauan penaatan baku mutu emisi (Pasal 2 bagian a)
- Program langit biru bagi sumber bergerak dengan melakukan penetapan
kebijaksanaan teknis,bimbingan teknis, pemeriksaan pemantauan
penataan baku mutu emisi (Pasal 2 bagian b)
- Pada pasal 6 : Program langit biru tingkat daerah :
a. dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri
b. Pembinaan oleh Gubernur
c. Penanggungjawab kegiatan oleh Bupati/Walikotamadya Dati II
d. koordinasi bimbingan teknis program langit biru dilakukan oleh Kepada
Bapedal Wilayah berdasarkan pedoman teknis yang ditetapkan oleh Kepala
Bapedal
- Gubernur melaksanakan pemantauan, evaluasi dan melaporkan
pelaksanaan program langit biru secara berkala setiap tiga bulan
sekali kepada Menteri Dalam Negeri dan Kepala Bapedal (Pasal 9)
5.5 KEPMEN LH No. 48 /MENLH/11/96 - Kebisingan adalah bunyi yg tidak diinginkan dari suatu usaha / kegiatan - Bising dari industri ke lingkungan 70 dB.
Baku Tingkat Kebisingan. dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan ke -
sehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
- Baku Tingkat Kebisingan
PERUNTUKAN TINGKAT KEBISINGAN
dB ( A )

Page 21
1. Perkantoran 65
2. Industri 70
3. Perdagangan & Jasa 70
4. Ruang Terbuka 50
5. Fasilitas Umum 60
- Pada pasal 6 : Kewajiban penanggungjwab usaha atau kegiatan :
a. Mentaati baku tingkatkebisingan (70 dBA untuk kegiatan industri)
b. Memasang alatpencegahan kebisingan
c. Memberikan laporan hasil pemantauan tingkat kebisingan setiap 3
bulan kepada Gubernur dan Instansi yang bertanggungjawab dibidang
pengelolaan dampak lingkungan
5.6 KEPMEN LH No. 49 /MENLH/11/96 - Baku Tingkat Getaran adalah batas maksimal tingkat getaran yang - Baku Tingkat Getaran adalah batas maksimal tingkat getar-
Baku Tingkat Getaran. diperbolehkan dari suatu usaha/kegiatan sehingga tidak menimbulkan an yang diperbolehkan dari suatu usaha/kegiatan sehingga
gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan serta keutuhan bangunan. tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan
- Pasal 6 ayat 1 kesehatan serta keutuhan bangunan.
a. Mentaati baku tingkat getaran yang telah diperyaratkan (Lamp. I-V)
b. Memasang alat pencegahan terjadinya getaran
c. Menyampaikan laporan hasil pemantauan tingkat getaran sekurang-
kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada Gubernur, Menteri, Instansi
yang bertanggungjawab dibidang pengendalian dampak lingkungan
dan instansi teknis yang membidangi kegiatan yang bersangkutan serta
instansi lain yang dipandang perlu
5.7 KEPMEN LH No. 50 /MENLH/11/96 - Baku Tingkat Kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang - Baku Tingkat Kebauan adalah batas maksimal bau dalam
Baku Tingkat Kebauan. diperbolehkan yg tidak mengganggu kesehatan manusia & kenyamanan udara yg diperbolehkan yg tidak mengganggu kesehatan
lingkungan. manusia dan kenyamanan lingkungan.
- Baku Tingkat Kebauan - Baku Tingkat Kebauan
A. Bau dari odoran tunggal A. Bau dari odoran tunggal
Parameter Satuan Nilai Batas Parameter Satuan Nilai Batas
1. Ammoniak ( NH3 ) ppm 2 1. Ammoniak ( NH3 ppm 2
2. Metil Merkaptan ppm 0.002 2. Metil Merkaptan ppm 0.002
( CH3SH ) ( CH3SH )
3. Hidrogen Sulfida ppm 0.02 3. Hidrogen Sulfida ppm 0.02
( H2S ) ( H2S )
4. Metil Sulfida ( (CH3)2S ) ppm 0.01 4. Metil Sulfida ( (CH3)2S ppm
) 0.01
5. Stirena ppm 0.1 5. Stirena ppm 0.1
( C6H5CHCH2 ) ( C6H5CHCH2 )

5.8 KEPMEN LH No.Kep-45/MENLH/10/97 - Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka yang tidak mempunyai - Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka yang tidak
Indeks Standar Pencemar Udara. satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas

Page 22
dan waktu tertentu yg didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan
manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya. kepada dampak thd kesehatan manusia, nilai estetika
- Indeks Standar Pencemar Udara : dan makhluk hidup lainnya.
Kategori Rentang Penjelasan
Baik 0 - 50 Tingkat kualitas udara yg tidak memberi-
kan efek bagi kesehatan manusia atau
hewan & tidak berpengaruh pd tumbuhan,
bangunan ataupun nilai estetika
Sedang 51 - 100 Tingkat kualitas udara yg tidak memberi-
kan efek bagi kesehatan manusia atau
hewan tetapi berpengaruh pd tumbuhan
yg sensitif dan nilai estetika.
Tidak Sehat 101-199 Tingkat kualitas udara yg bersifat meru-
gikan manusia atau hewan yg sensitif
atau bisa menimbulkan kerusakan pada
tumbuhan ataupun nilai estetika.
Sangat 200-299 Tingkat kualitas udara yg dapat merugi-
Tidak Sehat kan kesehatan pada sejumlah segmen
populasi yg terpapar.
Berbahaya 300-lebih Tingkat udara berbahaya yang secara
umum dapat merugikan kesehatan yg
serius pada populasi

5.9 KEP.GUB.KDKI Jakarta No.587 th.'80 - Kriteria Ambient Kualitas Udara - Perusahaan harus memenuhi baku mutu kualitas udara
Penetapan Kriteria Ambient Kualitas Batas ambient dan ambang batas kebisingan.
Jenis Pencemar
Udara dan Kriteria Ambient Bising dlm Maksimum
Wilayah DKI Jakarta. 1. Carbon Monoksida (CO) 20 ppm/8 jam
… ………….
2. Sulfur Dioksida…(SO2) 0,1 ppm/1 jam...
3. Nitrogen Oksida… (Nox) 0,05 ppm/24 jam

4. Ammonia (NH3). 2 ppm/24 jam
5. Timah Hitam (Pb)
. 0,06 mg/m3
. (H2S)
6. Hidrogen Sulfida 0,03 ppm/30 menit
.
7. Oxidant 0,08 ppm/jam
8. Debu 0,26 mg/m3
9. Hidrokarbon (HC) 0,24 ppm/3 jam

- Kriteria Ambient Bising


Peruntukan Batas Maksimum
( db A )
Perumahan 60

Page 23
Industri/Perkantoran 70
Pusat Perdagangan 85
Rekreasi 60
Campuran Perumahan 50
dan Industri

6 PERATURAN HUKUM YANG LAIN


6.1 UU No. 6 th. 1994 - Ratifikasi (UNFCC) : Perubahan iklim global - Kesepakatan dunia untuk mencegah terjadinya perubahan iklim global
6.2 Keppres No. 92 th. 1998 - Memberikan tambahan dan perubahan berdasarkan Protokol baru yang
Pengesahan Protokol Montreal tentang disepakati secara internasional tentang upaya perlindungan lapisan ozon,
zat-zat yang merusak lapisan ozon, khusus larangan penggunaan zat-zat perusak ozon
Copenhagen 1992
6.3 Kep. Menperindag No. 110 th. 1998 - Memberikan dan menetapkan bahan perusak ozon, zat kimia serta uraiannya
Larangan memproduksi dan memperda- (lampiran I) dan barang yang menggunakan bahan perusak ozon (Lampiran
gangkan bahan perusak lapisan ozon serta II) dan logo yang dipakai oleh alat yang tidak menggunakan bahan perusak
memproduksi dan memperdagangkan barang lapisan ozon (Lampiran III)
baru yang menggunakan bahan perusak
lapisan ozon
6.4 Kep. Menperindag No. 111 th. 1998 - Menetapkan daftar bahan perusak lapisan ozon yang dilarang (Lampiran I)
Perubahan Keputusan Menperinda No. dan barang yang menggunakan bahan perusak ozon (Lampiran Ii)
230/MPP/Kep/7/97
6.4.1 Kep. Menperindag No. 410 th. 1998 - Menambah pasal baru: 4A pada Kepmen No. 110 diatas - Pemakaian bahan ODS
6.4.2 Kep. Menperindag No. 411 th. 1998 Merubah 2 jenis barang yang ada pada lampiran II Kep Menperindag - Pemakaian bahan ODS
No. 111 th 1998
6.5 Kep. Menaker No. 187 th. 1999 - Bab I: Ketentuan Umum; Bab II: Penyediaan dan Penyampaian Lembar data
Pengendalian bahan kimia berbahaya di keselamatan bahan & tabel yang meliputi keterangan tentang : a. Identifikasi
tempat kerja bahan dan perusahaan; b. Komposisi bahan; c. Identifikasi bahaya; d. Tin-
dakan P3K; e. tindakan penanggulangan kebakaran; f. tindakan mengatasi
kebocoran & tumpahan; g. penyimpanan & penanganan bahan; pengenda-
lian pemajanan & alat pelindung diri; I. Sifat fisika & kimia; j. stabilitas
& rekatifitas bahan; k. informasi toksikologi; m. pembuangan limbah; n. peng-
angkutan bahan; o. informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku;
p. informasi lain yang diperlukan. Bab III: Penetapan potensi bahaya insta-
lasi: a. bahaya besar, b. bahaya menegah. Bab IV: Kewajiban pengusaha atau
Pengurus: a. mempekerjakan petugas K3 kimia apabila dipekerjakan dengan
sistem non shift shift sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan apabila di
pekerjakan dengan sistem kerja shift sekurang-kurangnya 5 (lima) orang; b.
b. memperkerjakan ahli K3 kimia sekurang-kurangnya 1 (satu) orang; c. mem-
buat dokumen pengendalian potensi bahaya besar; d. melaporkan setiap peru-
bahan nama bahan kimia dan kuantitas bahan kimia, proses dan modifikasi

Page 24
instalasi yang digunakan; e. melakukan pemeriksaan & pengujian faktor kimia
yang ada di tempat kerja sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali;
f. melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat kerja
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali; g. melakukan pemeriksaan kesehat-
an tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali. Bab V: Penunjuk-
an petugas kimia dan ahli K3 kimia. Bab VI: Penutup. Lampiran I: Lembar data
keselamatan bahan; Lampiran II: Daftar nama dan sifat kimia serta
kuantitas bahan kimia berbabahaya
6.6 Kep. Menaker No. 51 th. 1999 - Faktor fisika adalah faktor didalam tempat kerja yang bersifat fisika yang - Acuan bagi perusahaan untuk melaksanakan kegiatan pe-
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tem- dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja kebisingan, getaran, gelombang mantauan dan pengukuran faktor fisika di tempat kerja
pat Kerja mikro dan sinar ultra ungu. Lampiran I: Nilai ambang batas iklim kerja indeks
suhu basah dan bola yang diperkenankan; Lampiran II: Nilai ambang batas
piran II: Nilai ambang batas kebisingan; Lampiran III:
kebisingan; Lampiarn III: Nilai ambang batas getaran untuk pemajanan lengan
& tangan; Lampiran IV: Nilai ambang batas frekuensi radio/gelombang mikro
Lampiran V: Waktu pemajanan radiasi inar ultra ungu yang diperkenankan
PERSYARATAN LAINNYA - Terjemahan resmi dari standard untuk Sistem Manajemen Linkungan (SML) - ISO 14001 versi Indonesia
6.7 SNI 19-14001-1997; ICS 13.020 berlaku secara nasional dan disahkan oleh BSN
Dewan Strandardisasi Nasional (DSN)
6.8 SNI 19-14004-1997; ICS 13.020 - Terjemahan resmi dari petunjuk umum tentang prinsip, sistem dan teknik - ISO 14001 versi Indonesia
Dewan Strandardisasi Nasional (DSN) pendukung untuk Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang disahkan oleh
DSN (sekarang menjadi Badan Standardisasi Nasional)
6.9 SNI 19-14010-1997; ICS 13.020 - Terjemahan resmi dari pedoman audit lingkungan-Prinsip Umum Audit - ISO 14001 versi Indonesia
Dewan Strandardisasi Nasional (DSN) Lingkungan
6.10 SNI 19-14011-1997; ICS 13.020 - Terjemahan resmi dari Pedoman Audit Lingkungan-Prosedur Audit-Sistem - ISO 14001 versi Indonesia
Dewan Strandardisasi Nasional (DSN) Manajemen Lingkungan oleh DSN
6.11 SNI 19-14012-1997; ICS 13.020 - Terjemahan resmi dari Pedoman Audit Lingkungan - Kriteria kualifikasi - ISO 14001 versi Indonesia
Dewan Strandardisasi Nasional (DSN) auditor lingkungan yang disahkan oleh DSN
6.12 Kep. MenLH No. 42 th 1994 - Audit lingkungan merupakan alat manajemen lingkungan yang penting, sehing - Dijadikan acuan yang bersifat umum bagi perusahaan
Pedoman umum pelaksanaan audit lingku- ga direkomendasikan bagi setiap usaha untuk melaksanakannya. Pedoman dalam melaksanakan audit lingkungan
ngan merupakan acuan minimal.

Page 25
yang dihasilkan

kan sekurang

ocor, berkarat.
engan syarat :
3 yg disimpannya.
mpan dalam

mbangkan

n yang memadai.

Page 26
g mampu menam-

n dokumen resmi.

d penghasil.

Page 27
in pembuangan
er & debit limbah

cair hanya diper-


aksimum tidak

air dilakukan
ah, sekurang-
awab kegiatan.
eralatan pengukur-
pencatatan debit

tuk parameter
arameter tersebut

Page 28
ahan iklim global

Page 29

Anda mungkin juga menyukai