Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRATIKUM

FISIKA FARMASI

PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

Di susun oleh:
Nama : Linus Seta Adi Nugraha
No. Mahasiswa : 09.0064
Dosen Pembimbing : Margareta Retno Priamsari, S.Si., Apt

LABORATORIUM FISIKA FARMASI


AKADEMI FARMASI THERESIANA
SEMARANG
2010
PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

I. TUJUAN
Mahasiswa dapat menentukan kerapatan dan bobot jenis bermacam-macam zat,
yaitu air, aseton, etanol, kloroform, paraffin, dan cera.

II. DASAR TEORI


Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu.
Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus
merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat
digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, A., 1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan
bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat
karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks
kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin, A.,
1993).
Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran
pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan
adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya
adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan
dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin, A., 1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi;
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat
jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan
air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara
lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah; akan lebih
cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, A., 1993).
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai
perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama
pada suhu 4o atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan
dalam pembacaan berat jenis: 25o/25o, 25o/4o, dan 4o/4o. Angka yang pertama
menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang; angka di bawah garis miring
menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi menggunakan
patokan 25o/25o untuk menyatakan berat jenis (Martin, A., 1993).
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer,
neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan
didiskusikan di buku kimia dasar, fisika dan farmasi (Martin, A., 1993).
Rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu obyek dengan volumenya.

Massa (m)
d=
Volume (V)

Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang
diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat
ekstensif. Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan
yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif. Sifat-
sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak
tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci, R. H., 1985).

III. ALAT
1. Neraca Elektrik (Mettler tuledo) 5. Tissue
2. Piknometer dengan termometer (Blaubrand) 6. Waterbath
3. Termometer Ruang 7. Cawan Porselen
4. Pipet tetes

IV. BAHAN
1. Air 4. Zat Padat (gotri)
2. Air Es 5. Cera Alba
3. Zat Cair (etanol 70%, aseton, kloroform) 6. Paraffin Padat / Lilin

V. CARA KERJA
A. Penentuan volume piknometer pada suhu percobaan
1. Timbang piknometer kosong yang bersih dan kering dengan seksama.
2. Isi piknometer dengan air hingga penuh, lalu rendam dalam air es hingga suhu
+ 2o di bawah suhu percobaan (25oC, jadi sampai suhu 23oC).
3. Tutup piknometer, biarkan pipa kapiler terbuka dan suhu air naik sampai
mencapai suhu percobaan (25oC) lalu tutup pipa kapiler piknometer.
4. Biarkan suhu air dalam piknometer mencapai suhu kamar (27oC). Air yang
menempel diusap dengan tissue, timbang piknometer dengan seksama.
5. Catat hasilnya, kemudian dilakukan replikasi 1 kali lagi.
6. Cara perhitungan :
Bobot piknometer + air = A (gram)
Bobot piknometer kosong = B (gram)
Bobot air = C (gram)

Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel) = ρ air

C (gram)
Volume piknometer (Vp)
ρ air (gram/ml)
=

B. Penentuan kerapatan dan berat jenis zat cair (etanol 70%, aseton, dan
kloroform)
1. Lakukan penimbangan etanol 70% dengan menggunakan piknometer yang
sama seperti pada percobaan A. Misal bobot zat X = D (gram)
2. Bobot piknometer kosong = B (gram)
3. Volume piknometer = Vp (ml)

4. Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel) : ρ air

5. Kerapatan etanol 70% dihitung dengan cara :


D – B (gram
ρ =
Vp (ml)

=.........gram.ml-1

6. Berat jenis etanol 70% dihitung dengan cara :

ρ ethanol
d=
ρ air
7. Cara di atas juga digunakan untuk mencari kerapatan dan bobot jenis aseton
dan kloroform.
C. Penentuan kerapatan berat jenis zat padat yang kerapatan dan
berat jenisnya lebih besar dari air

1. Lakukan penimbangan zat padat (misal gotri) yang akan ditentukan


kerapatannya dengan seksama. Misal bobot = X (gram)
2. Masukan gotri tersebut dalam piknometer, isi piknometer dengan air hingga
penuh. Tutup piknometer dan cairan yang menempel usap dengan tissue.
Lakukan penimbangan dengan memperhatikan suhu percobaan sama seperti
percobaan A (1).
Misal bobot = Y (gram)
3. Bobot piknometer kosong = B (gram)
4. Bobot air = C (gram)
5. Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel) : ρ air
6. Kerapatan gotri dihitung dengan cara :
Bobot piknometer + gotri + air = Y (gram)
Bobot gotri = X (gram)
Bobot piknometer + air (Y-X) = Z (gram)
Bobot air (Z-B) = W (gram)
Bobot air yang ditumpahkan = Volume gotri (ml)

Q (gram)
V gotri =
ρ air (gram / ml)

7. Kerapatan gotri dihitung dengan cara :

ρ gotri = Bobot gotri / X (gram)


Volume gotri / V gotri (ml)

8. Berat jenis gotri dihitung dengan cara


:
ρ gotri
d gotri =
ρair
D. Penentuan kerapatan dan berat jenis zat padat yang kerapatan dan berat
jenisnya lebih kecil dari air.
1. Cairkan paraffin, masukan gotri ke dalamnya dan biarkan memadat
2. Ratakan paraffin yang menempel pada gotri supaya membentuk bulatan,
sehingga bisa dimasukkan ke dalam piknometer.
3. Timbang gotri dan paraffin secara saksama = E (gram)
4. Masukan gotri + paraffin ke dalam piknometer, isi air ke dalamnya hingga
penuh dan tutup. Usap air yang menempel dengan tissue kemudian timbang
dengan saksama.
5. Bobot piknometer kosong = B (gram)
6. Bobot air = C (gram)
7. Bobot gotri = X (gram)

8. Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel) : ρ air

9. Kerapatan paraffin dihitung dengan cara :


Bobot paraffin + gotri + air = F (gram)
Bobot paraffin + gotri = E (gram)
Bobot piknometer + air = D (gram)
Bobot piknometer kosong = B (gram)
Bobot air = M (gram)
Bobot air yang ditumpahkan = L (gram)
Volume air yang ditumpahkan = volume paraffin

V paraffin =

Bobot paraffin = (E-X)

10. Kerapatan Paraffin / ρparaffin


=

11. Berat jenis paraffin dihitung dengan cara :


ρ paraffin
d paraffin
ρ air
=
VI. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

A. Penentuan volume piknometer pada suhu percobaan


Percobaan 1
Bobot piknometer + air = 59,4927 gram
Bobot piknometer kosong = 34,5420 gram
Bobot air = 24,9507 gram
Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel) = 0,9960

24,9507 gram
Volume piknometer (Vp) =
0,9960
= 25,0509 ml

Percobaan 2
Bobot piknometer + air = 59,4986 gram
Bobot piknometer kosong = 34,5426 gram
Bobot air = 24,9560 gram
Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel) = 0,9960

24,9560 gram
Volume piknometer (Vp) =
0,9960
= 25,0562 ml

Volume rata-rata piknometer = 25,0509 + 25,0562


2

= 25,0535 mL

B. Penentuan kerapatan dan berat jenis aseton


Percobaan 1
Bobot aseton + piknometer = 54,2187 gram
Bobot piknometer kosong = 34,5421 gram
Volume piknometer = 25,0535 mL
Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel) = 0,9960
54,2187 – 34,5421 gram
Kerapatan aseton = 25,0535
ρ = 0,7854 gram.ml-1

ρ aseton
Berat jenis aseton =
ρ air
0,7854
d = 0,9960

= 0,7885

Percobaan 2
Bobot aseton + piknometer = 54,2873 gram
Bobot piknometer kosong = 34,5421 gram
Volume piknometer = 25,0535 mL
Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel) = 0,9960
Kerapatan aseton
54,2873 – 34,5421 gram
= 25,0535
ρ = 0,7881 gram.ml-1

ρ aseton
Berat jenis aseton =
ρ air
0,7881
d = 0,9960

= 0,7913

0,7885 + 0,7913
Berat jenis rata-rata aseton
2
=

= 0,7899
0,7899 -
Penyimpangan= 0,7890 x 100 % = 0,11%
0,7890
C. Penentuan kerapatan dan berat jenis kloroform

Percobaan 1
Bobot kloroform + piknometer = 71,2341 gram
Bobot piknometer kosong = 34,5421 gram
Volume piknometer = 25,0535 mL
Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel) = 0,9960

71,2341 – 34,5421 gram


Kerapatan kloroform
25,0535
=

ρ = 1,4645 gram.ml-1

ρ kloroform
Berat jenis kloroform =
ρ air
1,4645
d = 0,9960

= 1,4703

Percobaan 2
Bobot kloroform + piknometer = 71,2520 gram
Bobot piknometer kosong = 34,5421 gram
Volume piknometer = 25,0535 mL
Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel) = 0,9960
Kerapatan kloroform
71,2520 – 34,5421 gram
= 25,0535 ml

ρ = 1,4652 gram.ml-1

ρ kloroform
Berat jenis kloroform =
ρ air
1,4652
d = 0,9960

= 1,4710

1,4703 + 1,4710
Berat jenis rata-rata kloroform
2
=

= 1,4707
1,476 – 1,4707
Penyimpangan= x 100% = 0,36 %
1,4707

D. Penentuan kerapatan dan berat jenis etanol 70%


Pengenceran
Alkohol = 70/96 x 300 ml = 218,75 ml
Aquadest = 300 – 218,75 ml = 81,25 ml

Percobaan 1
Bobot etanol 70% + piknometer = 57,0423 gram
Bobot piknometer kosong = 34,5421 gram
Volume piknometer = 25,0535 mL
Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel) = 0,9960

57,0423 – 34,5421 gram


Kerapatan etanol 70%
25,0535
=

ρ = 0,8980 gram.ml-1

ρ etanol 70%
Berat jenis etanol 70% =
ρ air
0,8980
d =
0,9960

= 0,9016
Percobaan 2
Bobot etanol 70% + piknometer = 57,0754 gram
Bobot piknometer kosong = 34,5421 gram
Volume piknometer = 25,0535 mL
Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel) = 0,9960
Kerapatan etanol 70%
57,0754 – 34,5421 gram
= 25,0535 ml

ρ = 0,8994 gram.ml-1

ρ etanol 70%
Berat jenis etanol 70% =
ρ air

0,8994
d = 0,9960

= 0,9030

0,9016 + 0,9030
Berat jenis rata-rata etanol 70%
2
=

= 0,9023
0,9023 – 0,8837
Penyimpangan = x 100% = 2,11 %
0,8837

E. Penentuan kerapatan dan berat jenis gotri


Percobaan 1
Bobot gotri + piknometer + air = 57,0423 gram
Bobot piknometer kosong = 34,5421 gram
Bobot air = 25,0535 gram
Bobot gotri = 0,4410 gram
Bobot piknometer + air = 59,8607 – 0,4410
= 59,4190 gram
Bobot air = 59,4190 – 34,5421
= 24,8769 gram
Bobot air yang ditumpahkan = 25,0535 – 24,8769
= 0,1766 gram
Volume air yang ditumpahkan = volume gotri (ml)

Volume gotri 0,1766


0,9960
=
= 0,1773

0,4410
Kerapatan gotri
0,1773
=

ρ = 2,4873 gram.ml-1

ρ gotri
Berat jenis gotri =
ρ air
2,4873
d =
0,9960

= 2,4972

F. Pnentuan kerapatan dan berat jenis cera alba


Bobot cera + gotri + piknometer = 57,0754 gram
Bobot air = 25,0535 gram
Bobot gotri = 0,4410 gram
Bobot Piknometer + air = 59,231 gram
Bobot piknometer kosong = 34,5421 gram
Bobot air = 24,6889 gram
Bobot air yang ditumpahkan = 25,0535 – 24,6889
= 0,3646 gram
Volume air yang ditumpahkan = volume cera
Volume cera 0,3646 – 0,1773 = 0,1880 ml
= 0,9960

Bobot cera = 0,5329 – 0,4410 = 0,0919 gram


Kerapatan cera
0,0919 gram
0,1880 ml
= 0,4888 gram/ml

Berat jenis cera =


ρ
cera ρ
air
d = 0,4888
0,9960

= 0,4907

Penyimpangan = 0,95-0,4709 x 100%


= 45,93 %

F. Pnentuan kerapatan dan berat jenis paraffin


Bobot piknometer + termometer = 33,2585 gram
Bobot piknometer + termometer + gotri + paraffin = 54,1449 gram
Bobot gotri = 0,4404 gram
Bobot paraffin = 54,1449 – 33,2585 – 0,4404 = 20,4460 gram
Bobot gotri + paraffin = 20,4460 + 0,4404 = 20,8864 gram
Volume paraffin = 20,8864 = 20,9701 ml
0,9960

Kerapatan paraffin = 20,4460 = 0,9750 gr/ml


20,9702

20,4460
Berat jenis paraffin = = 0,9285
20,9702
VII. PEMBAHASAN
Pada saat praktikum penentuan kerapatan dan bobot jenis zat-zat tersebut
sering terjadi penyimpangan sehingga memberikan hasil yang berbeda dengan yang
seharusnya (sesuai ketentuan di Farmakope Indonesia).
Penyimpangan-penyimpangan ini antara lain disebabkan oleh karena berbagai
kesalahan pada saat melakukan praktikum. Kesalahan penimbangan, cara penutupan
piknometer yang salah, pengaruh perubahan suhu yang terlalu cepat, piknometer
belum benar-benar kering dan bersih, volume air yang di masukkan ke dalam
piknometer tidak tepat, kebersihan, sampel yang terkontaminasi, dan juga karena
pengenceran etanol yang kurang tepat.
1. Penimbangan
Kesalahan akibat penimbangan ini bisa disebabkan karena timbangan yang
digunakan berganti-ganti. Sehingga hasil penimbangan antara timbangan yang
satu dengan yang lain belum tentu sama.
2. Cara penutupan piknometer yang salah
Cara penutupan piknometer yang terlalu cepat dapat menyebabkan air yang
tumpah terlalu banyak sehingga tentu mempengaruhi berat pada penimbangan.
3. Pengaruh perubahan suhu
Perubahan suhu yang terlalu cepat dapat menyebabkan cairan di dalam
piknometer memuai/menyusut dengan tidak semestinya, sehingga pada waktu
ditimbang zat tersebut memberikan hasil yang berbeda dengan yang telah
ditentukan.
4. Piknometer yang belum kering dan bersih
Piknometer yang demikian belum bisa digunakan untuk penentuan kerapatan
dan bobot jenis, karena masih ada cairan/kontaminan yang tertinggal di
dalamnya sehingga tentu saja akan mempengaruhi hasil akhir.
5. Volume air yang tidak tepat
Volume air yang dimasukan ke dalam piknometer harus tepat dengan yang
telah ditentukan, karena jika terlalu banyak atau terlalu sedikit maka akan
mempengaruhi hasil akhir.
6. Sampel yang terkontaminasi
Sampel yang terkontaminasi tentu saja akan memberikan hasil yang
menyimpang, karena kemurnian zat tersebut sudah berbeda dengan zat yang
masih murni.
7. Pengenceran alkohol yang tidak tepat
Pengenceran alkohol yang tidak sesuai akan memberikan hasil yang berbeda
karena alkohol yang ditimbang belum tentu kadarnya sesuai dengan yang
diinginkan.

IX. KESIMPULAN
1. Pada saat pengukuran suhu diharapkan penurunan/kenaikan suhu diperhatikan
dengan seksama, karena jika suhu turun/naik melebihi dari yang telah ditentukan,
tentu saja hasil yang diberikan akan menyimpang.
2. Pada saat memegang piknometer sebaiknya menggunakan tissue atau kain,
jangan menggunakan tangan secara langsung, karena dikhawatirkan lemak yang
terdapat pada tangan akan menempel di piknometer sehingga akan menambah
berat piknometer.
X. DAFTAR PUSTAKA

Martin, A., 1993, Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi, Gadjah Mada
University Press, Jogjakarta.
Petrucci, R. H., 1985, General Chemistry, Principles and Application, 4th Ed., Collier Mac
Inc., New York.

Anda mungkin juga menyukai