Anda di halaman 1dari 11

Modul Hukum Internasional

PERTEMUAN 3:
PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS SUMBER HUKUM
INTERNASIONAL

DOSEN PENGAMPU : IR. BORU DWI SUMARNA TS.,SH.MH.

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pengertian sumber hukum internasional
Sumber hukum dibedakan menjadi dua yaitu sumber hukum formail dan sumber
hukum materiil. Sumber hukum formail adalah sumber hukum yang dilihat dari
bentuknya, sedang sumber hukum materiil adalah segala sesuatu yang menentu-
kan isi dari hukum. Menurut Starke, sumber hukum materiil hukum internasional
diartikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan oleh para ahli hukum
intrenasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi suatu peristiwa atau
situasi tertentu.

Macam-macam sumber hukum Internasional


Sumber hukum internasional dapat dibedakan berdasarkan
1. Berdasarkan penggolongannya:
Berdasarkan penggolongannya sumber hukum internasional dibedakan menjadi
dua:
a Penggolongan menurut Pendapat Para sarjana Hukum Internasional
Para sarjana Hukum Internasional menggolongkan sumber hukum internasional
yaitu, meliputi:
1. Kebiasaan
2. Traktat
3. Keputusan Pengadilan atau Badan-badan Arbitrase
4. Karya-karya Hukum
5. Keputusan atau Ketetapan Organ-organ/lembaga Internasional

b Penggolongan menurut Pasal 38 (1) Statuta MAhkamah Internasional

S1 Hukum Internasional Universitas Pamulang 1


Modul Hukum Internasional

Sumber HUkum Internasional menurut ketentuan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah


Internasional adalah terdiri dari :
1. Perjanjian Internasional (International Conventions)
2. Kebiasaan Internasional (International Custom)
3. Prinsip Hukum Umum (General Principles of Law) yang diakui oleh negara-
negara beradab.
4. Keputusan Pengadilan (judicial decisions) dan pendapat para ahli yang telah
diakui kepakarannya (Theachings of the most highly qualified publicists).

Jelas bahwa penggolongan sumber hukum internasional menurut pendapat para


sarjana dan menurut pasal 38 ayat 1 Satatuta MAhkamah Internasional terdapat
perbedaan yaitu yang dapat dijelaskan berikut ini:
a. Pembagian menurut para sarjana telah memasukan keputusan badan-badan
arbitrase internasional sebagai sumber hukum sedangkan dalam pasal 38 tidak
disebutkan hal ini menurut Bour mauna karena dalam praktek penyelesaian
sengketa melalui badan arbitrase internasional hanya merupakan pilihan hukum
dan kesepakan para pihak pda perjanjian.
b. Penggolongan sumber hukum internasional menurut para sarjana tidak
mencantumkan prinsip-prinsip hukum umum sebagai salah satu sumber hukum,
padahal sesuai prinsip-prinsip hukum ini sangat penting bagi hakim sebagai bahan
bagi mahkamah internasional untuk membentuk kaidah hukum baru apabila
ternyata sumber hukum lainnya tidak dapat membantu Mahkamah Internasional
untuk menyelesaiakn suatu sengketa. Hal ini sesuia dengan ketentuan pasal 38
ayat 2 yang menaytakan bahwa:

This propivisons shall not prejudice the power of the Court to decide a case ex
aequo et bono, if the parties agree thereto.

“Asas ex aequo et bono” ini berarti bahwa hakim dapat memutuskan sengketa
internasional berdasarkan rasa keadilannya (hati nurani) dan kebenaran. Namun
sampai saat ini sangat disayangkan bawasannya asas ini belum pernah dipakai

S1 Hukum Internasional Universitas Pamulang 2


Modul Hukum Internasional

oleh hakim dalam Mahkamah Internasional.

c. Keputusan atau Ketetapan Organ-organ Internasional atau lembaga-lembaga


lain tidak terdapat dalam pasal 38, karena hal ini dinilai sama dengan perjanjian
internasional.

2. Berdasarkan sifat daya ikatnya:


Sumber hukum Internasional jika dibedakan berdasarkan sifat daya ikatnya maka
dapat dibedakan menjadi sumber hukum primer dan sumber hukum subsider.
Sumber hukum primer adalah sumber hukum yang sifatnya paling utama artinya
sumber hukum ini dapat berdiri sendiri-sendiri meskipun tanpa keberadaan
sumber hukum yang lain. Sedangkan sumber hukum subsider merupakan sumber
hukum tambahan yang baru mempunyai daya ikat bagi hakaim dalam
memutuskan perkara apabila didukung oleh sumber hukum primer. Hal ini berarti
bahwa sumber hukum subsider tidak dapat berdiri sendiri sebagaimana sumber
hukum primer.

a Sumber Hukum Primer hukum Internsional


Sumber hukum Primer dari hukum internasional meliputi:
1. Perjanjian Internasional (International Conventions)
2. Kebiasaan International (International Custom)
3. Prinsip Hukum Umum (General Principles of Law) yang diakui oleh negara-
negara eradab.

Oleh karena sumber hukum internasional nomor 1,2,3 merupakan sumber hukum
primer maka Mahkamah Internasional dapat memutuskan suatu perkara yang
diajukan kepadanya dengan berdasarkan sumber hukum nomor 1 saja, 2 saja, atau
3 saja. Namun perlu diketahui bahwa pemberian nomor 1, 2, 3 tidak menunjukan
herarki dari sumber hukum tersebut. Artinya bahwa ketiga sumber hukum tersebut
mempunyai kedudukan yang sama tingginya atau yang satu tidak lebih tinggi atau
lebih rendah kedudukannya dari sumber hukum yang lain.

S1 Hukum Internasional Universitas Pamulang 3


Modul Hukum Internasional

b Sumber Hukum Subsider


Bahwa yang termasuk sumber hukum tambahan dalam hukum internasional
adalah:
4. Keputusan Pengadilan.
5. Pendapat Para sarjana Hukum Internasional yang terkemuka.

Oleh karena sumber hukum internasional nomor 4 dan 5 merupakan sumber


hukum subsider maka Mahkamah Internasional tidak dapat memutuskan suatu
perkara yang diajukan kepadanya dengan hanya berdasarkan sumber hukum
nomor 4 saja, 5 saja, atau 4 dan 5 saja. Hal ini berarti bahwa kedua sumber hukum
tersebut hanya bersifat menambah sumber hukum primer sehingga tidak dapat
berdiri sendiri.

SUBJEK-SUBJEK HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL


Secara tegas disebutkan bahwa subyek-subyek hukum internasional
yang memiliki kemampuan untuk mengadakan perjanjian internasional
adalah:

1. Negara;
2. Negara bagian;
3. Tahta Suci atau Vatikan;
4. Wilayah perwalian
5. Organisasi internasional
6. Kelompok yang sedang berperang/kaum Belligerensi;
7. Bangsa yang sedang memperjuangkan haknya.

Untuk lebih lanjut akan dijelaskan secara detail mengenai subjek-


subjek yang tersebut di atas:

1. Negara
Merupakan subyek hukum internasional yang memiliki kemampuan
penuh (full capacity) untuk mengadakan atau duduk sebagai pihak

S1 Hukum Internasional Universitas Pamulang 4


Modul Hukum Internasional

dalam suatu perjanjian internasional Dalam hal ini, hak suatu negara
untuk mengadakan perjanjian internasional adalah cerminan dari
kedaulatan penuh yang dimiliki oleh suatu negara yang merdeka dan
berdaulat.

2. Negara Bagian
Kapasitas negara bagian (hanya terdapat dalam negara yang berbentuk
federasi) untuk berperan sebagai subjek perjanjian internasional
bergantung pada pengaturan dalam konstitusi dari negara federal itu
masing-masing. Ada negara bagian yang berdasarkan konstitusi negara
federalnya tidak berhak untuk mengurus dan mengatur masalah
internasional (seperti USA, Malaysia, Australia), tetapi ada juga yang
dalam konstitusi negara federalnya memperbolehkan negara bagian
dalam batas-batas tertentu mengadakan hubungan internasional, seperti
Swiss, yang memperkenankan negara- negara bagiannya yang disebut
canton untuk mengadakan hubungan internasional.

3. Tahta Suci atau Vatikan


Tahta Suci atau Vatikan yang dikepalai oleh Paus walaupun bukan
dalam arti negara yang sebenarnya, diakui sebagai subjek perjanjian
internasional dan dapat ikut serta

sebagai pihak dalam perjanjian internasional dikarenakan mempunyai


latar belakang sejarah tersendiri.

4. Wilayah Perwalian
Wilayah perwalian semula merupakan wilayah jajahan dari negara-
negara kolonial yang kalah dalam PD I. Seperti diatur dalam Bab XII
Piagam PBB, penentuan status wilayah perwalian ini adalah dalam
rangka mengarahkan wilayah-wilayah bekas jajahan tadi untuk menjadi
suatu negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Bab XII pasal 87

S1 Hukum Internasional Universitas Pamulang 5


Modul Hukum Internasional

Piagam PBB secara khusus mengatur tentang sistem perwalian


internasional, dengan menetapkan wilayah-wilayah tertentu sebagai
wilayah perwalian yang ditempatkan di bawah negara yang dipandang
mampu bertindak sebagai walinya, dengan pengawasan Dewan
Perwalian.

Meskipun wilayah-wilayah perwalian ini belum merdeka penuh, tetapi


dapat diberikan hak-hak dan kewajiban internasional dalam ruang
lingkup yang terbatas, misalnya hak untuk mengadakan atau menjadi
pihak dalam suatu perjanjian internasional.

5. Organisasi atau Lembaga Internasional


Organisasi atau lembaga internasional dapat berperan sebagai subjek
perjanjian internasional seperti yang diatur dalam Konvensi Wina 1986.
Akan tetapi tidak sama dengan negara yang mempunyai kedaulatan
penuh, organisasi atau lembaga internasional tidak memiliki kedaulatan.
Ada beberapa organisasi yang hak, wewenang dan kekuasaannya
sebagai subjek perjanjian internasional dibatasi, seperti yang ditegaskan
dalam Pasal 6 Konvensi Wina 1986 “Kapasitas suatu organisasi
internasional untuk membuat perjanjian-perjanjian diatur oleh
ketentuan-ketentuan yang relevan dari organisasi tersebut”. Misalnya
ILO (Organisasi Perburuhan Internasional), sesuai dengan bidangnya,
yaitu perburuhan, ILO hanya bisa mengadakan atau menjadi pihak
dalam perjanjian internasional yang berubungan dengan masalah
perburuhan. Untuk organisasi regional seperti Uni Eropa atau ASEAN,
yang bergerak di hampir semua bidang kehidupan, dapat mengadakan
hubungan-hubungan internasional maupun menjadi pihak dalam suatu
perjanjian internasional dalam berbagai bidang sesuai dengan maksud
dan tujuannya.

6. Kelompok Yang Sedang Berperang atau Kaum Belligerensi

S1 Hukum Internasional Universitas Pamulang 6


Modul Hukum Internasional

Kelompok pemberontakan sering muncul dalam kehidupan bernegara,


baik dengan tujuan menggulingkan pemerintah yang berkuasa atau
pemberontak dengan tujuan ingin memerdekakan diri atau memisahkan
diri (separatis).

Jika aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh kaum pemberontak tadi


dianggap sudah mengganguu keamanan dan ketertiban dunia atau
mengganggu kepentingan internasional atau dari sisi kemanusiaan,
negara-negara lain di dunia melibatkan diri untuk ikut dalam
penyelesaian masalah, maka kaum pemberontak semacam ini tampak
berkedudukan sama derajat dengan pemerintah yang berkuasa, maupun
dengan negara-negara lain pada umumnya.

Seperti contoh kasus pemberontakan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) di


Indonesia, banyak negara mencoba untuk ikut membantu
menyelesaiakn permasalahan, dan Pemerintah RI sendiri sering
mengadakan perjanjian damai atau gencatan senjata dengan GAM.

7. Bangsa yang Sedang Memperjuangkan Haknya


Praktek dunia internasional juga membenarkan kapasitas bangsa yang
sedang memperjuangkan haknya atau gerakan-gerakan pembebasan
nasional untuk membuat persetujuan-persetujuan internasional. Namun
bersifat selektif dan terbatas, yang mana gerakan pembebasan tersebut
haruslah mendapat pengakuan dari kawasan dimana gerakan tersebut
berada. Terbatas karena keikutsertaan gerakan tersebut dalam suatu
persetujuan hanya untuk melaksanakan keinginan suatu bangsa dalam
menentukan nasib sendiri dan mendirikan negaranya yang merdeka.

Persetujuan Declaration Of Principles (DOP) Israel-PLO mengenai otonomi


Palestina di
daerah pendudukan yang ditandatangani di Washington tanggal 13
September 1993 dan penandatanganan Persetujuan Pelaksanaan DOP
Israel-PLO mengenai Protokol Pemerintahan Otonomi Gaza-Jericho
Tahap pertama di Kairo tanggal 4 Mei 1994, walaupun hanya

S1 Hukum Internasional Universitas Pamulang 7


Modul Hukum Internasional

menyangkut luas wilayah yang sangat kecil dengan tujuan yang terbatas
dapatlah dianggap sebagai perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh subjek-
subjek hukum internasional.

3. Perjanjian Internasional Sebagai Sumber Hukum


Perjanjian Internasional adalah hasil kesepakatan yang dibuat oleh subyek hukum
internasional baik yang berbentuk bilateral, reginal maupun multilateral.
Perjanjian Bilateral adalah perjanjian apabila yang menjadi pihak dua negara,
sedangkan regional adalah perjanjian apabila yang menjadi pihak negara-negara
dalam satu kawasan sedangkan multilaretal adalah perjanjian yang apabila
pihaknya lebih dari dua negara atau hampir seluruh negara di dunia dan tidak
terikat dalam satu kawasan tertentu. Sedangkan menurut Konvensi wina Pasal 2
1969, Perjanjian Internasional (treaty) didefinisikan sebgai:
“Suatu Persetujuan yang dibuat antara negara dalam bentuk tertulis, dan diatur
oleh hukum internasional, apakah dalam instrumen tunggal atau dua atau lebih
instrumen yang berkaitan dan apapun nama yang diberikan padanya.”

Definisi ini kemudian dikembangkan oleh pasal 1 ayat 3 Undang-undang


Republik Indonesia nomor 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri yaitu:
Perjanjian Internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan sebutan apapun, yang
diatur oleh hukum internasional dan dibuat secara tertulis oleh pemerintah
Republik Indonesia dengan satu atau lebih negara, organisasi internasional atau
subyek hukum internasional lainnya, serta menimbulkan hak dan kewajiban pada
pemerintah Republik Indonesia yang bersifat hukum publik”.

Sumber-sumber Hukum Tata Negara Indonesia, antara lain :


- Undang-Undang Dasar 1945
UUD 1945 sebagai sumber hukum, yang merupakan hukum dasar tertulis yang
mengatur masalah kenegaraan dan merupakan dasar ketentuan-ketentuan lainnya.
- Ketetapan MPR
Dalam Pasal 3 UUD 1945 ditentukan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat
menetapkan Undang-Undang Dasar dan Garis-Garis Besar Haluan Negara.

S1 Hukum Internasional Universitas Pamulang 8


Modul Hukum Internasional

Dengan istilah menetapkan tersebut maka orang berkesimpulan, bahwa produk


hukum yang dibentuk oleh MPR disebut Ketetapan MPR.
- Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang
Undang-undang mengandung dua pengertian, yaitu :
a. undang-undang dalam arti materiel : peraturan yang berlaku umum dan dibuat
oleh penguasa, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
b. undang-undang dalam arti formal : keputusan tertulis yang dibentuk dalam arti
formal sebagai sumber hukum dapat dilihat pada Pasal 5 ayat (1) dan pasal 20
ayat (1) UUD 1945.
- Peraturan Pemerintah
Untuk melaksanakan undang-undang yang dibentuk oleh Presiden dengan DPR,
oleh UUD 1945 kepada presiden diberikan kewenangan untuk menetapkan
Peraturan Pemerintah guna melaksanakan undang-undang sebagaimana mestinya.
Dalam hal ini berarti tidak mungkin bagi presiden menetapkan Peraturan
Pemerintah sebelum ada undang-undangnya, sebaliknya suatu undang-undang
tidak berlaku efektif tanpa adanya Peraturan Pemerintah.

- Keputusan Presiden
UUD 1945 menentukan Keputusan Presiden sebagai salah satu bentuk peraturan
perundang-undangan. Bentuk peraturan ini baru dikenal tahun 1959 berdasarkan
surat presiden no. 2262/HK/1959 yang ditujukan pada DPR, yakni sebagai
peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh presiden untuk melaksanakan
Penetapan Presiden. Kemudian melalui Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966,
Keputusan Presiden resmi ditetapkan sebagai salah satu bentuk peraturan
perundang-undangan menurut UUD 1945. Keputusan Presiden berisi keputusan
yang bersifat khusus (einmalig) adalah untuk melaksanakan UUD 1945,
Ketetapan MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang eksekutif dan
Peraturan Pemerintah.
- Peraturan pelaksana lainnya
Yang dimaksud dengan peraturan pelaksana lainnya adalah seperti Peraturan
Menteri, Instruksi Menteri dan lain-lainnya yang harus dengan tegas berdasarkan
dan bersumber pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

S1 Hukum Internasional Universitas Pamulang 9


Modul Hukum Internasional

- Convention (Konvensi Ketatanegaraan)


Konvensi Ketatanegaraan adalah perbuatan kehidupan ketatanegaraan yang
dilakukan berulang-ulang sehingga ia diterima dan ditaati dalam praktek
ketatanegaraan. Konvensi Ketatanegaraan mempunyai kekuatan hukum yang
sama dengan undang-undang, karena diterima dan dijalankan, bahkan sering
kebiasaan (konvensi) ketatanegaraan menggeser peraturan-peraturan hukum yang
tertulis.
- Traktat
Traktat atau perjanjian yaitu perjanjian yang diadakan dua negara atau lebih.
Kalau kita amati praktek perjanjian internasional bebrapa negara ada yang
dilakukan 3 (tiga) tahapan, yakni perundingan (negotiation), penandatanganan
(signature), dan pengesahan (ratification). Disamping itu ada pula yang dilakukan
hanya dua tahapan, yakni perundingan (negotiation) dan penandatanganan
(signature).

Kelembagaan Negara Berdasarkan UUD 1945


1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
2. Presiden dan Wakil Presiden
3. Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
4. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
6. Mahkamah Agung (MA)

B. LATIHAN SOAL
1. Apakah pengertian Hukum Internasional?
2. Sebutkan jenis – jenis sumber hukum internasional?
3. Jelaskan sumber – sumber hukum internasional secara ringkas!

C. DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Buku I,
Bagian Umum, Bina Cipta, Bandung, 1982

S1 Hukum Internasional Universitas Pamulang 10


Modul Hukum Internasional

2. Boer Mauna, Hukum Internasional, Pengertian, Peranan dan Fungsi


Dalam Era Dinamika Global, Penerbit Alumni, Bandung, 2000
3. J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika, 2002
4. Huala Adolf, Aspek-aspek Negara Dalam Hukum Internasional, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2002
5. I Wayan Partiana, Pengantar Hukum Internasional,
6. J.L. Brierly, The Law of Nations (Hukum Bangsa-bangsa), Suatu
Pengantar, Penerbit Bhratara, Jakarta, 1996

S1 Hukum Internasional Universitas Pamulang 11

Anda mungkin juga menyukai