Anda di halaman 1dari 14

PERTEMUAN KE-11,12

MEKANIKA FLUIDA TERAPAN

MODUL 10,11
ANALISIS DIMENSIONAL DAN KESERUPAAN (LANJ.)

PENDAHULUAN
Teori matematis dan data percobaan telah menghasilkan jawaban praktis atas
soal-soal hidraulik. Bangunan-bangunan hidraulik yang penting sekarang dirancang
dan hanya dibangun setelah mengadakan studi model yang luas. Penggunaan analisis
dimensional dan keserupaan hidraulik memungkinkan para insinyur
mengorganisasikan dan menyederhanakan percobaan-percobaan serta menganalisis
hasil-hasilnya.
ANALISIS DIMENSIONAL
Analisis dimensional adalah matematika dimensi - dimensi besaran dan
merupakan alat lain yang berguna dari mekanika fluida modern. Dalam suatu
persamaan yang menunjukan sebuah hubungan fisis antara besar - besaran,
harus ada kesamaan dimensional dan numerik yang mutlak. Pada umumnya, semua
hubungan fisis seperti itu dapat disederhanakan menjadi besar- besaran dasar yang
terdiri dari gaya F , panjang L, dan waktu T (massa M, panjang L, dan waktu T).
Penggunaan meliputi :
 Mengubah satu sistem satuan ke sistem satuan lain
 Mengembangkan persamaan-persamaan
 Mengurangi banyaknya variabel yang diperlukan dalam suatu program
percobaan
 Menyatakan prinsip rancangan model

MODEL-MODEL HIDRAULIK
Pada umumnya, model-model hidraulik bisa berupa model yang sesungguhnya
memiliki semua ciri penting dari prototipe yang dibuat berukuran asli (serupa secara
geometris) dan memenuhi persyaratan rancangan (keserupaan kinematik dan

1
dinamik). Perbandingan-perbandingan prototipe-model telah memperlihatkan dengan
jelas bahwa persesuaian tingkah laku seringkali jauh melampaui batas-batas yang
diharapkan, seperti telah dibuktikan dalam operasi yang berhasil dari banyak
bangunan yang dirancang dari pengujian model.

KESERUPAAN GEOMETRIK
Keserupaan geometrik terdapat diantara model dan prototipe jika perbandingan
dari semua dimensi masing-masing model dan prototipenya sama. Perbandingan-
perbandingan seperti itu bisa dituliskan :

Lmodel
=Lperbandingan atau
Lprototipe
dan
2
Amodel L model
= 2 =Lperbandingan=L2r
Aprototipe L prototipe

KESERUPAAN KINEMATIK
Keserupaan kinematik terdapat di antara model dan prototip :
a. jika lintasan patikel yang bergerak bersamaan serupa secara geometris
b. jika perbandingan kecepatan partikel yang bersamaan itu adalah sama.
Berikut ini beberapa perbandingan yang berguna.

Vm Lm/Tm Lm Tm Lr
Kecepatan : = = ÷ =
Vp Lp/Tp Lp Tp Tr

2 2
am Tm /T m Lm T m Lr
Percepatan : = = ÷ =
a p Lp/ T 2p Lp T 2p T 2r

3 3 3
Qm Lm /Tm Lm Tm Lr
Pembuangan: = = ÷ =
Qp L3p /Tp L3p Tp T r

2
KESERUPAAN DINAMIK
Keserupaan dinamik terdapat diantara sistem-sistem yang serupa kinematis dan
dinamis jika perbandingan dari semua gaya-gaya yang mirip dalam model dan
prototipe sama. Syarat-syarat yang diperlukan untuk keserupaan yang sempurna
dikembangkan dari hukum gerak kedua Newton, ∑ Fx=Ma x . Gaya-gaya yang
bekerja bisa satu, atau gabungan beberapa, dari yang berikut ini: gaya kekentalan,
gaya tekanan, gaya berat, gaya tarikan permukaan dan gaya elastisitas. Hubungan
yang berikut di antara gaya-gaya yang bekerja pada model dan prototipe menjadi :

∑ gaya−gaya ( kentalan ↦ tekanan↦ berat ↦ tar . permukaan↦ elastisitas ) m = M m am


∑ gaya−gaya ( kentalan ↦tekanan↦ berat ↦ tar . permukaan↦ elastisitas ) p M p a p

PERBANDINGAN GAYA LNERSIA


Dikembangkan menjadi bentuk berikut :

gayamodel M m am ρm L3m Lr
( )
2
2 Lr 2 2 ❑ 2
Fr= = = × = ρ L
R r ⇛ Fr= ρr Lr V r =ρr A r V r
gaya prototipe M p a p ρ p L3p T 2R Tr

Persamaan ini menyatakan hukum keserupaan dinamik antara model dan


prototipe dan dipandang sebagai persamaan Newton. Perbandingan Gaya Inersia
Tekanan (bilangan Eurer) memberikan hubungan (dengan menggunakan T = L /V )

3 2 4 2 2
Ma ρ L × L/ T ρ L (V /L ) ρ L2 V 2 ρ V 2
= = = =
pA pL
2
pL
2
pL
2
p

Perbandingan Gaya lnersia-Kental (bilangan Reynolds) diperoleh dari :

Ma Ma ρ L2 V 2 ρVL
= = =
τA
μ( )
dV
dy
A μ
V 2
L ( )
L
μ

3
Perbandingan Gaya lnersia-Berat diperoleh dari :

Ma ρ L2 V 2 V 2
= =
Mg ρ L3 g Lg
V
akar kuadrat dari perbandingan ini, ,dikenal sebagai bilangan Froude.
√ Lg

Perbandingan Gaya Inersia-Elastisitas (bilangan Cauchy) diperoleh dari :

Ma ρ L2 V 2 ρV 2
= =
EA E L2 E
V
akar kuadrat dari perbandingan ini, ,dikenal sebagai bilangan Mach.
√E / ρ

Perbandingan Gaya lnersia - Gaya Tarikan permukaan (bilangan Weber)


diperoleh dari :

2 2 2
Ma ρ L V ρLV
= =
σL σL
2
σ
Pada umumnya, para insinyur berhubungan dengan akibat dari gaya yang
dominan. Dalam kebanyakan soal-soal aliran fluida, gaya berat, kekentalan dan atau
elastisitas, bertindak secara domain, meskipuntidak perlu serempak bersamaan.

Perbandingan-perbandingan Waktu
Perbandingan-perbandingan waktu yang dinyatakan untuk pola-pola aliran yang
pada hakekatnya diatur masing-masing oleh kekentalan, berat, tegangan permukaan
dan oleh elastisitas adalah :

L2r L
√ √ ρ
Tr= Tr= r Tr = L2r × r Tr=
vr gr σr
Lr
√ Er / ρ r

4
ASAS KESERBASAMAN DIMENSIONAL

Dalam melakukan loncatan yang mengesankan dari lima peubah, Persamaan


F=f ( l , V , ρ , μ ) kepada kedua peubah, Persamaan C F =g(ℜ), kita memanfaatkan
sebuah kaidah yang hampir merupakan aksioma dalam fisika. Kaidah ini, yang
disebut asas keserbasaman dimensionat, dapat dinyatakan sebagai berikut :

"Kalau sebuah persamaan dengan sungguh-sungguh


menggambarkanhubungan yang benar antara peubah-peubah dalam suatu
proses fisika,persamaan itu dimensinya serbasama,artinya suku-suku
aditifnya akan mempunyai dimensi yang sama."

Semua persamaan yang diturunkan dari teori mekanika mempunyai bentuk


seperti ini. Misalnya, tinjaulah hubungan yang menyatakan pergeseran benda yang
jatuh :

1 2
S=S 0+ V 0 t + . g t …..(1)
2
Setiap suku dalam persamaan ini berupa pergeseran atau panjang dan berdimensi
(L). Persamaan itu secara dimensional adalah serbasama. Perhatikan juga bahwa
sembarang perangkat satuan yang konsisten dapat dipakai untukmenghitung suatu
hasil. Tinjau persamaan Bernoulli untuk aliran tak termampatkan :

p 1 2
+ V + gz=tetap ….. (2)
ρ 2
Setiap sukunya, termasuk tetapannya, mempunyai dimensi dari kuadrat kecepatan
atau (L2T2). Persamaan itu dimensinya serbasama dan memberikan hasil yang
benar untuk sembarang perangkat satuan yang taat -asas

5
(konsisten).
Mahasiswa mengandalkan keserbasaman dimensi dan memakainya untuk
mengecek persamaan yang tidak diingatnya sungguh-sungguh. Misalnya, yang
1 2 1 2
manakah yang betul : S= g t ? atau S= g t ? . Dengan memeriksa dimensinya, kita
2 2
menolak bentuk yang kedua dan mendukung ingatan kita yang terkadang keliru.
Kita memamfaatkan asas keserbasaman dimensional (AKD).
Persamaan (1) dan (2) iuga menuliskan beberapa faktor lain yang sering
muncul dalam analisis dimensional :
 Peubah berdimensiialah besaran yang benar-benar berubah selama proses
berlngsung dan akan digrafikkan terhadap satu sama rain untuk menampilkan
data. Dalam Persamaan (1), peubah-peubah itu ialah S dan t, dalam
Persamaan (2) mereka iarah p,V dan z. Semuanya mempunyai dimensi dari
dapat diubah menjadi takberdimensi dalam suatu teknik analisis
dimensional.
 Tetapan berdimensi dapat berubah dari suatu kasus ke kasus lainnya, tetapi
nilainya dipertahankan tetap selama proses tertentu. Dalam Persamaan (l)
tetapan berdimensi itu iarah So, Vo dan g, sedang dalam Persamaan (2) ρ, g
dan c. Tetapan-tetapan itu semua mempunyai dimensi dan pada dasarnya
bisa diubah menjadi tak berdimensi, tetapi biasanya merekadiprgunakan untuk
membantu mentakdimensikan peubah-peubah dalam soal itu.
 Tetapan murni tidak pernah berdimensi. Tetapan-tetapan ini muncul dari
penggarapan matematis. Dalam Persamaan (1) dan (2) tetapan-tetapan
1
murni itu iarah dan pangkat 2, keduanya timbu dari pengintegralan:
2
1 1
∫ t . dt = 2 t 2 ,∫ VdV = 2 V 2 .Tetapan tak berdimensi yang umum lainnya ialah π

dan e.
Dijelaskan bahwa pengintegralan dan pendiferesialan suatu persamaan bisa
mengubah dimensi,tetapi keserbasaman persamaan itu tidak berubah. Akhirnya ada
beberapa peubah fisiska yang secara wajar tak berdimensi berdasarkan definisinya
sebagai nisbah besar-besaran yang berdimensi sama. Misalnya regangan

6
(perubahan panjang per satuan panjang), nisbah Poisson (nisbah antara regangan
lintang dan regangan bujur), dan bobot jenis (nisbah antara rapat dan rapat air
dalam keadaan standar). Semua sudut adalah takberdimensi (nisbah antara
panjang busur dan jari-jari), sehingga harus dinyatakan dalam radian.
Motif dibalik analisis dimensional dimensinya serbasama dapat ditulis dalam
bentuk tak berdimensi yang setara lebih kompak.
Analisis dimensional berlandaskan pada dua asumsi yaitu : (1) bahwa
hubungan fisika yang diusulkan, dimensinya serbasama dan (2) bahwa
semuapeubah yang relevan sudah dimasukkan dalam hubungan yang diusulkan
itu.
Kalau ada suatu peubah yang relevan hilang,analisis dimensional akan gagal
dan hasilnya hanyalah kesulitan aljabar sehingga rumus takberdimensi yang tidak
akan memecahkan prosesnya. Misalnya rumus manning untuk
1,49 2/ 3 1 /2
saluran terbuka yaitu : V = R S . Karena V adalah kecepatan, R ialah jari-jari
n
dan n serta S tak berdimensi, rumus itu tidak serbasama dimensinya. Hal ini
merupakan peringatan bahwa (1) rumus itu akan berubah kalau satuan V dan R
berubah dan (2) kalau berlaku, rumus itu hanya berlaku dalam hal khusus
saja.

TEOREMA PI BUCKINGAHAM

Ada beberapa metode dalam mereduksi bilangan peubah dimensional ke dalam


bilangan yang lebih kecil dari kelompok-kelompok dimensional. Skema yang
diberikan diusulkan pada tahun 1914 oleh Buckingham (24) dan sekarang
dinamakan teorema pi Buckingham. Nama pi berasal dari notasi matematik Π, yang
artinya hasilkali peubah-peubah. Kelompok takberdimensi yang diperoleh dari
teorema itu adalah hasilkali pangkat yang dinyatakan dengan Π 1, Π2, Π3 dan
seterusnya. Metode ini memungkinkan ditemukannya pi-pi dalam urutan yang
diinginkan, tanpa melakukan sortir terhadap pangkat bebas.

7
Bagian pertama dari teorema pi menerangkan bagaimana reduksi dalam peubah
untuk mengharapkan :
“Kalau suatu proses fisika memenuhi AKD dan mengandung n peubah
berdimensi, proses itu dapat direduksi menjadi hubungan antara k peubah
tak berdimensi saja atau k buah Π. Reduksinya j = n - k sama dengan
jumlah maksimum peubah yang tidak membentuk suatu "pi" di antara
peubah-peubah itu sendiri dan senantiasa kurang dari atau sama dengan,
jumlah dimensi yang rnelukiskan peubah-peubah tersebut”.

Bagian kedua dari teorema itu menunjukkan bagaimana mencari pi-pi itu satu
demi satu :

“Dapatkan reduksinya j ,lalu pilihlah j peubah yang tidak membentuk suatu


pi diantara mereka sendiri. Masing-masing kelompok pi yang dicari itu akan
berupa hasilkali pangkat dari j peubah ini ditambah dengan, satu peubah
yang diberi sembarang pangkat yang tidak nol. Setiap kelompok pi yang
diperoleh dengan cara ini adalah bebas”.

Agar spesifik,misalkan bahwa proses itu melibatkan lima peubah v1 =


f(v2,v3,v4,v5). Misalkan adatiga dimensi (MLT) maka didapat j = 3, k = 5 – 3 = 2,
berdasarkan teorema itu, bahwa hanya ada dua kelompok pi saja. Dipilih tiga
peubah yang mudah yang tidak membentuk suatu pi dan misalkan ini ternyata
ialah v2,v3 dan v4.
Maka kedua kelompok pi itu dibentuk oleh hasilkali pangkat ketiga peubah ini plus
satu peubah lagi
Π 1=( v 2 )a ( v 3 )b ( v 4 )c v 1=M 0 L0 T 0 Π 2=( v2 ) a ( v 3 )b ( v 4 )c v 5=M 0 L0 T 0
Disini secara sembarang memilih v1 dan v5, peubah tambahan yang mempunyai
satuan pangkat. Dengan menggunakan pangkat-pangkat berbagai dimensi itu
menurut teorema tersebut, di peroleh nilai-nilai khusus, a, b dan c untuk setiap pi.
Dan nilai-nilai ini tidak tegantung satu sama lain, sebab hanya Π 1, yang
mengandung v1, dan Π2, yang memuat v5. Cara ini amat rapih bila terbiasa dengan

8
prosedumya, dengan menunjukkan beberapa contoh. Lazimnya ada enam langkah
yaitu:
1. Daftarkan dan hitungan n peubah yang ada dalam soal. Kalau peubah
penting yang hilang, analisis dimensional akan gagal.
2. Daftarkan dimensi setiap peubahnya menurut MLTΘ atau FLTΘ. Daftar ini
dapat dilihata pada tabel “dimensi-dimensi besaran mekanika fluida”.
3. Cari j ,mula-mula tebak saja j sama dengan jumlah dimensi yang berbeda
yang ada dan cari j peubah yang tidak membentuk suatu hasil kali pi. Kalau
tidak berhasil, kurangi l dengan satu, lalu cari lagi. Dengan latihan ini akan
dapat ditemukan j dengan cepat.
4. Pilihi peubah yang tidak membentuk suatu hasilkali pi. Yakinkan diri bahwa
senang dengan pilihan itu dan yang dipilih kalau mungkin bersifat umum,
sebab pilihan tersebut akan muncul dalam setiap kelompok pi . Pilih
kerapatan,atau kecepatan atau panjang. Jangan memilih tegangan muka,
sebab akan membentuk enam parameter bilangan Weber yang bebas dan
berbeda.
5. Tambahkan satu peubah tambahkan pada peubah j dan bentuk sebuah
hasilkali pangkat. Secara aljabar cari hasil kali itu menjadi takberdimensi.
Usahakan peubah-peubah gaya,
penurunan, tekanan, momen gaya dan daya muncul sebagai pembilang agar
grafiknya tampak jelas. Kerjakan urutan ini dengan menambahkan satu
peubah baru setiap kali dan akan memperoleh semua n - j = k hasil kali pi
yang dicari.
6. Tulis fungsi takberdimensi yang diperoleh dan periksalah hasil itu, apakah
semua kelompok pi-nya takberdimensi.

PENERAPAN ANALISA DIMENSIONAL/PEMBANGUNAN MODEL

Sampai sekarang telah dipelajari keserbasaman dimensi dan dua metode untuk
mengubah, hubungan fisika yang serbasama ke bentuk takberdimensi, yakni
hasilkali pangkat dan teorema pi. Secara matematika ini

9
cukup mudah, tetapi ada kesulitan-kesulitan teknis yang perlu dibahas.
Setelah peubah-peubah itu dipilih dan analisis dimensionalnya dikerjakan,
diusahakan tercapainya keserupaan antara model yang dicoba dan prototype yang
harus dirancang-bangun. Dengan pengujian yang cukup, data dari model itu akan
mengungkapkan fungsi takberdimensi yang dicari di antara peubah-peubah:
Π 1=f ( Π 2 , Π 3 , … .. , Π k )
Kalau persamaan diatas tersedia dalam bentuk bagan, grafis atau analisis, maka
dapat dipastikan keserupaaan yang penuh antara model dan prototipe.lni dapat
dinyatakan :

“Keadaan aliran untuk pengujian suatu model benar-benar serupa jika


semua parameter takberdimensi yang relevan mempunyai nilai yang
bersesuaian untuk model dan prototipenya”.

Secara matematis hal ini sesuai dengan persamaan diatas, kalau


Π 2 m=Π 2 p , Π 3 m=Π 3 p dan seterusnya. Persamaan tersebut menjamin bahwa hasil
yang dicari Π 1 m akan sama dengan Π 1 p .

Keserupaan Geometrik (Geometric Similarity)


Keserupaan Geometrik bersangkutan dengan dimensi panjang {L} dan harus
dipastikan sebelum pengujian model yang masuk akal dapat berlangsung. Definisi
formalnya yaitu :

“Sebuah model dan prototipe adalah serupa secara geometris jika dan
hanya jika semua ukuran benda dalam ketiga koordinatnya mempunyai
nisbah skala-linier yang sama”.

Syarat keserupaan geometrik ialah bahwa semua titik yang homolog mempunyai
nisbah skala-linier yang sama, ini berlaku baik untuk geometri fluida, maupun untuk
geometri model yaitu :

10
“Semua sudut dan semua arah aliran dipertahankan dalam keserupaan
geometrik, orientasi model dan prototipe terhadap sekililingnya harus
identik”.

Keserupaan Kinematik (Kinematic Similarity)


Keserupaan kinematic mensyaratkan model dan prototype untuk mempunyai
nisbah skala panjang dan nisbah skala waktu yang sama. Hasilnya ialah bahwa
nisbah skala kecepatannya akan sama untuk keduanya. Seperti dikatakan oleh
Langhaar [8] :

“Gerak dua sistem adalah serupa secara kinematis, kalau partikel-partikel


yang homolog terletak di titik-titik yang homolog pada saat-saat yang
homolog”.

Kesetaraan skala-panjang semata-mata menyiratkan keserupaan geometrik, tetapi


skala-waktu mungkin memerlukan pertimbangan-pertimbangan dinamik lain, seperti
kesetaraan bilangan-bilangan Reynolds, Mach, Darcy sebagainya. Suatu contoh
yang baik ialah aliran tak bergesekan taktermampatkan tanpa permukaan bebas,
aliran-aliran fluda sempurna ini serupa secara kinematis dengan skala panjang dan
skala-waktu yang saling
taktergantung (bebas) dan tidak ada parameter lain yang diperlukan. Jika
kekentalan, tegangan permukaan atau ketermampaatan merupakan faktor yang
penting, keserupaan kinematik tergantung pada hasil yang dicapai
keserupaan dinamik.

Keserupaan Dinamik (Dynamic Similarity)


Terdapat keserupaan dinamik antara model dan prototype jika model dan
prototype itu mempunyai nisbah skala-panjang, skala-waktu, skala-gaya (atau skala-
massa) yang sama.Disinipun, keserupaan geometrik merupakan syarat pertama
kalau ini saja tidak dipenuhi, jangan dilanjutkan eksperimennya. Maka keserupaan

11
dinamik terjadi bersamaan dengan keserupaan kinematic, kalau gaya model dan
gaya prototipe mempunyai nisbah yang tetap. Ini pasti terjadi jika:

1. Aliran termampatkan : bilangan-bilangan Reynolds dan Mach, dan


nisbah kalor jenis model dan prototype masing-masing sama.
2. Aliran tak termampatkan
a. Tanpa permukaan bebas : bilangan Reynolds model dan prototype
sama
b. Ada permukaan bebasnya : bilangan-bilangan Reynolds, Froude dan
bilangan-bilangan Weber dan peronggaan model dan prototipe masing-
masing sama.

Secara matematik, hukum Newton untuk setiap partikel fluida menuntut bahwa
jumlah gaya tekanan,gaya gravitasi dan gaya gesekan sama dengan gaya inersia
yang sebanding dengan percepatan : Fp + Fg + Ff = Fi.
Hukum-hukum keserupaan dinamik diatas memastikan bahwa masing-masing gaya
ini akan mempunyai nisbah yang sama dan mempunyai arah yang setara antara
model dan prototype. Gambar dibawah ini memperlihatkan suatu contoh berupa
aliran melaluipintu air.

Fpp
Fgp
Fip
Ffp

Gambar, keserupaan dinamik dalam alinn lewat pintu air (Prototipe)


yangmenghasilkan segibanyak gaya homolog yang identik jika bilangan
Reynolds dan bilangan Frcude masing-masing sama.

12
Contoh Soal :
Kopapoda adalah binatang tak bertulang belakang yang punggungya keras,
hidupnya di dalam air dan garis tengah badannya kira-kira 2 mm. Kita ingin
mengetahui gaya seret pada kopapoda itu bila bergerak perlahan-lahan di air
tawar. Sebuah model dengan skala 100 kali lebih besar, lalu diuji di dalam gliserin
pada kecepatan V = 30 cm/s. Seretan yang terukur dengan model ini ialah 1,3N.
Dalam keadaan yang serupa, berapakah kecepatan dan seretan kopapoda yang
sebenamya di dalam air ?. Andaikan bahwa persamaan F = f(L,V, ρ, π) berlaku
dan suhunya 200C.

Penyelesaian :
Dari tabel “Kekentalan dan kekentalan kinernatik delapan fluida pada I Atm dan
200C didapat besaran-besaran fluida adalah :
Air (prototipe) :
3
μ p=0.001 kg/( m/ s) ρ p =999 kg /m
Gliserin (model) :
3
μm =1.5 kg/( m/s) ρm =1263 kg/m

Skala panjangnya ialah Lm = 100 mm dan Lp = 1 mm.


Perhitungan bilangan Reynofds dan koefisien gaya:

ℜ m=
ρ m V m Lm
=
( 1263
kg
m3 )( 0.3 m/ s ) ( 0.1 m)
=25.3
μm 1.5 kg (m . s)

Fm 1.3 N
C Fm= = =1.14
( )
2 2
ρm V L kg 2
m m
1263 3 ( 0.3 m/s )( 0.1 m )
m
Kedua bilangan ini tak berdimensi, dalam keadaan ini Bilangan Reynolds prototype
harus sama dan persamaan
CF = g(Re) menuntut bahwa koefisien gaya prototype harus sama pula.
999 V p (0.001)
ℜp =ℜm =25.3= atau V p=0.0253 m/s
0.001

13
Fp −7
C Fp=C Fm =1.14= 2 2
; F p =7.31× 10 N
999 ( 0.0253 ) (0.001)

14

Anda mungkin juga menyukai