Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FILSAFAT UMUM
FILSAFAT BARAT ABAD PERTENGAHAN

Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Filsafat Umum

Oleh :
ULFA HARIYETTY PUTRI : 2121139
PUJHA CLARISSA : 2121133

Dosen pembimbing :
Aulia Rahman, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
TAHUN AKADEMIK 2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Filsafat Barat
Abad Pertengahan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita,
pemimpin orang bertaqwa dan menempuh jalan kebenaran yakni Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju
zaman serba dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Penulisan makalah adalah untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata
kuliah Filsafat Umum. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, dan tidak lupa
penulis sampaikan terimakasih kepada dosen yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam penulisan makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari penyusunan ataupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua.
Bukittinggi, April 2022

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan .................................................................................................. 2
C. Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Masa Patristik.......................................................................................... 2
B. Perkembangan Filsafat Pada Masa Patristik ....................................... 4
C. Masa Skolastik......................................................................................... 6
D. Perkembangan Filsafat Pada Masa Skolastik ...................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 11
B. Saran......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang menyolok dengan
abad sebelumnya. Perbedaan itu terutarna terletak pada dominasi agama.
Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh nabi Isa pada permulaan abad
masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan. Agama
Kristen menjadi problem kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah
yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan
Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan
akal Mereka belum mengenal adanya wahyu. Terdapat dua sikap masyarakat
terhadap pemikiran Yunani yaitu:
1. Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran
Yunani merupakan pemikiran orang kafir, mereka dianggap tidak
mengakui wahyu.
2. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu
ciptaan Tuhan
3. maka kebijaksanaa manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya
dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran sejati, oleh
karena itu dapat dibantu oleh wahyu.
Filsafat pada zaman abad pertengahan ini terdiri dari dua periode yaitu
periode patristik dan periode skolastik.
Filsafat barat abad pertengahan bisa dikatakan sebagai “abad kegelapan”
karena pada masa itu semuanya terikat dengan gereja. Kegiatan, hasil karya,
pemikiran manusia benar-benar diawasi dengan ketat oleh gereja. Orang yang
pemikirannya tidak sesuai dengan pemikiran gereja dan berani mengungkapkan
pendapat tersebut akan dihukum berat. Bisa dikatakan pada abad ini teologi
dianggap lebih tinggi kedudukannya dibandingakan filsafat.
Filsafat harus diuji apakah bertentangan atau tidak dengan ajaran gereja.
Filsafat berfungsi melayani teologi. Tapi bukan berarti bahwa pengembangan

1
2

penalaran dilarang. Itu masih tetap bisa dilakukan, malahan mencapai


perkembangan yang lebih maju asal harus diabdikan kepada keyakinan gereja.
Filsafat barat abad pertengahan dibagi menjadi dua masa, yakni masa
patristik dan masa skolastik. Perbedaan dua masa ini adalah di masa patristik
ajaran gereja dianggap sebagai filsafat yang sejati sekaligus sebagai wahyu,
sedangkan pada masa skolastik berbagai pertanyaan diuji secara tajam dan
rasional, tak hanya bergantung pada ajaran gereja saja.
B. Rumusan
1. Bagaimana definsi Masa Patristik?
2. Bagaimana Perkembangan Filsafat pada masa Patristik?
3. Bagaimana definsi Masa Skolastik?
4. Bagaimana Perkembangan Filsafat pada masa Skolastik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definsi Masa Patristik.
2. Untuk mengetahui Perkembangan Filsafat pada Masa Patristik.
3. Untuk mengetahui definsi Masa Skolastik.
4. Untuk mengetahui Perkembangan Filsafat pada Masa Skolastik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Periode Patristik
Patristik berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa gereja, yaitu
ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Periode ini mengalami
dua tahap yaitu:
1. Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesulitan, terutama
berkaitan dengan filsafat Yunani, agama Kristen memantapkan diri dengan
cara memperkuat gereja dan menetapkan dogma-dogma.
2. Filsafat Agustinus. Agustinus merupakan ahli filsafat yang terkenal pada
masa patristik. Agustinus melihat dogma-dogma tersebut sebagai suatu
keseluruhan.1
Zaman ini disebut zaman patristic (dari kata latin pater: bapa, yang di
maksud ialah para bapa gereja). Zaman ini meliputi zaman di antara para rasul
abad pertama hingga kira- kira awal abad ke-8. para pemikir Kristen pada zaman
patristic mengambil sikap bermacam-macam. Ada yang menolak sama sekali
filsafat yunani, karena dipandang sebagai hasil pemikiran manusia semata-mata,
bahkan berbahaya bagi iman kristen. Akan tetapi ada juga yang menerima filsafat
yunani. Karena perkembangan pemikiran yunani itu dipandang sbagai persiapan
bagi injil. Kedua macam sikap ini sebenarnya masih menggema di zaman
pertengahan. Filsafat ptristik muncul dan berkembang di dua wilayah, yakni:
wilayah timur (yunani) dan wilayah barat (latin).
Istilah Patristik berasal dari kata latin patres yang berarti Bapak dalam
lingkungan gereja. Bapak yang mengacu pada pujangga Kristen, mencari jalan
menuju teologi Kristiani, melalui peletakan dasar intelektual untuk agama kristen.
Didunia Barat agama Khatolik mulai tersebar dengan ajarannya tentang Tuhan,
manusia dan dunia, dan etikanya. Untuk mempertahankan dan menyebarkanya
maka mereka menggukanakan falsafat Yunani dan memperkembangkanya lebih
lanjut, khususnya mengenai soal-soal yang berhubungan dengan manusia,
kepribadian, kesusilaan, sifat Tuhan. Yang terkenal Tertulianus (160-222),

1
Fauzia Rozani Syafei, Sejarah Pemikiran Modern, (Solok : Berkah Prima, 2018), Hal. 8

3
4

Origenes (185-254), Agustinus (354-430), yang sangat besar pengaruhnya (De


Civitate Dei). Berdasarkan ajaran Neo-Plaonisi da Stoa, ajarannya meliputi
pengetahuan, tata dalam alam. Bukti adanya Tuhan, tentang manusia, jiwa, etika,
masyarakat dan sejarah.
Periode ini ditandai dengan oleh Bapak-bapak Gereja (patristik) yang
dimulai dengan tampilnya apologet dan para pengarang Gereja. Para Apologet
memiliki tugas utama menjawabi berbagai persoalan dan keberatan mengenai
ajaran-ajaran iman Gereja terhadap berbagai ajaran atau paham-paham filosofis
yang mengancam ajaran keimanan yang benar. Para pengarang Gereja adalah
orang-orang yang menulis buku dan karangan-karangan tentang berbagai ajaran
Gereja secara menyeluruh dan mendalam dibandingkan dengan tulisan-tulisan
sebelumnya. Mereka-mereka itu adalah Clemens dari Alexandria (150-219 M)
dan Origenes (185-254 M). Kemudian tampil juga para pujangga Gereja (325-500
M) yang membaktikan jasa mereka bagi Gereja dan ajaran Kristen. Satu
Athanasius, Gregorius dan Naziaza, Basilius, Gregorius dari Nyssa, dan Sirilus
dari Alexandria adalah para pujangga Gereja dari tradisi Yunani dan
menggunakan Bahasa Yunani, sedangkan Ambrosius dan Agustinus termasuk
dalam tradisi Latin yang menggunakan bahasa Latin. Ajaran-ajaran mereka,
terutama ajaran Agustinus, berkembang sangat luas dan sangat berpengaruh dalam
diri para filosuf abad pertengahan. Masa Agustinus (354-430 M) sampai ca. 1000
M dikenal dalam sejarah filsafat sebagai periode transisi, da para filsuf yang
terkelompok dalam periode ini adalah Agustinus sendiri, Boethius (480-525 M)
dan John Scotus Eriugena (lahir ca. 800 M).2
B. Perkembangan Filsafat Pada Masa Patristik
Orang yang digelari sebagai filsuf kristen yang pertama adalah Justinus
Martyr (Abad 2). Ia mempelajari berbagai sistem filsafat dan sesudah masuk
agama kristen ia masih tetap memakai nama “Filsuf”. Ia menulis dua karangan
untuk membela hak agama kristen. Sekarang tahun 165 ia mati syahid di Roma.
Tokoh-tokoh terpenting ialah Klemenes Dari Alexandria ( ca. tahun 150-
251 ) dan Origenes ( 185-254 ), Seorang sarjana yang luar biasa besarnya.

2
https://toaz.info/doc-view, diakses pada hari Senin, 4 April 2022, pukul : 10.41
5

Pemikiran mazhab Alexandria terlebih Origenes tidak sesuai dengan ajaran gereja
yang resmi. Mungkin karena dipengaruhi oleh plato, Origenes misalnya
beranggapan setelah mengalami beberapa perpindahan jiwa semua makhluk
(termasuk juga setan) akan diselamatkan. Tetapi pada umum nya dapat dikatakan
bahwa mereka sangat berjasa dalam membuka jalan untuk teologi kristen.
Sedangkan filsafat abad pertengahan ( 476-1492 M ) dapat dikatakan
sebagai abad gelap, pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Asal
istilah abad kegelapan adalah penggunaan untuk menunjukan periode pemikiran
pada tahun 1000-an, asal pokok menyebutnya dengan istilah abad kegelapan ialah
begitu sedikitnya dokumentasi yang dapat memberitahukan kepada kita tentang
suasana abad itu.
Memang pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu manusia,
sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi
yang terdapat dalam dirinya. Juga para ahli fikir pada saat itu tidak memiliki
kebebasan berfikir apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan
dengan agama ajaran gereja oarang yang mengemukakan akan mendapat
hukuman berat pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan
berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu kajian terhadap agama (teologi)
yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat.
Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja.
Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka
dianggap orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran (inkuisisi).
Sedangkan ciri-ciri pemikiran filsafat pada abad pertengahan adalah :
1. Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja
2. Bersifat didalam lingkungan ajaran Aristoteles
3. Bersifat dengan pertolongan Agustinus dan lain-lain.
Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masalah
yang penuh dengan upaya mengiringi manusia kedalam kehidupan sistem
kepercayaan yang picik dan panatik, dengan menerima ajaran gereja secara
membabi buta. Karena itu perkembangan ilmu pengetehuan terhebat. Masa ini
penuh dengan dominasi gereja yang tujuannya untuk membimbing umat kearah
6

hidup yang saleh. Tetapi disini lain dominasi gereja ini tanpa memikirkan
martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, fikiran, keinginan
dan cita-cita untuk memenuhi keinginan masa depannya sendiri.
Filsafat abad pertengahan lazim disebut dengan filsafat scholastik diambil
dari kata schuler berarti ajaran atau sekolahan. Pada kemudiannya kata scholastik
menjadi istilah bagi filsafat pada abad 9-15 yang mempunyai corak khusus yaitu
filsafat yng mempengaruhi agama. Secara garis besar filsafat abad pertengahan
dapat dibagi dua peroide yaitu: periode scholastik Islam dan periode scholastik
kristen.
Dalam abad pertama, gereja kristen mengalami penganiayaan terus
menerus dari pihak penguasa-penguasa romawi. Keadaan ini berubah secara
radikal. Ketika pada tahun 313 kaisar Constantinus Agung mengeluarkan
pernyataan yang biasany adisebut “Edik Melano” dimana kebebasan beragama
untuk semua orang kristen terjamin sesudah kejadian itu agana kristen
berkembang pesat dalam semua propinsi kekaisaran romawi. Jumlah pengarang
kristen bertambah pula.
Sejak saat itu mulai lah zaman keemasan patristik, baik dalam wilayah
yang berbahasa yunani maupun dalam wilayah yang berbahasa latin. Masa
patristik yunani berakhir dengan Johannes Damascenus (Awal abad 8). Ia
mengarang suatu karya yang berjudul sumber pengetahuan dimana dengan cara
sistematis diuraikan seluruh patristik yunani karya ini terdiri dari tiga jilid pertama
peningkatkan logika dan metafisika Aristoteles.3
C. Periode Scolastik
Periode Skolastik berlangsung dari tahun 800 - 1500 M. Periode ini terbagi
kedalam tiga tahap yaitu:
1. Periode skolastik awal (tahun 900 - 1200 M)
Ditandai oleh pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang
rapat antara agama dan filsafat. Pada masa awal ini yang terlihat adalah
persoalan universalia.
2. Periode puncak perkembangan skolastik (tahun 1300 M)

3
https://toaz.info/doc-view, diakses pada hari Senin, 4 April 2022, pukul : 10.41
7

Ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat


kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi. Puncak perkembangan terjadi pada
masa Thomas Aquinas.
3. Periode skolastik akhir (tahun 1400 - 1500 M)
Ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang ke arah
nominalisme, yaitu aliran yang berpcndapat bahwa universalisme tidali
memberi petuniuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya
sesuatu hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai
kebenaran yang objektif.4
Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang
berarti sekolah. Atau dari kata schuler yang mempunyai arti kurang lebih sama
yaitu ajaran atau sekolahan. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan
dengan sekolah. Nama skolastik menunjuk besarnya peranan sekolah-sekolah dan
biara-biara dalam pengembangan pemikiran-pemikiran filsafat. Masa skolastik
dimulai setelah filsafat mulai mengalami masa kemandegan karena kerusuhan dan
kesulitan politik pada abad VI dan VII yang dialami oleh bangsa romawi. Karena
itulah kekaisaran romawi menjadi runtuh begitu pula dengan peradabannya.
Setelah Charlemagne (Karel Agung) berkuasa, ketentraman itu mulai
kembali. Pada saat itu ajaran gereja mulai tersebar luas di daratan Eropa dan juga
telah muncul organisasi-organisasi yang berbau gereja. Karena itu didirikanlah
sekolah-sekolah terutama untuk calon pemimpin gereja, tetapi orang biasa pun
boleh masuk di dalamnya. Yang diajarkan di sekolah-sekolah itu juga masih
merupakan ajaran lama yang disebut artes liberales (seni merdeka). Artes ini dulu
memang menjadi mata pelajaran utama di Yunani dan Roma. Ada tujuh macam
artes: grammatical, dialectica, rhetorica, geometria, aritmatica, astronomia, dan
musica. Dialektika ini sekarang disebut logika dan kemudian meliputi seluruh
filsafat.
Ada yang mengatakan bahwa skolastik adalah filsafat yang berdasarkan
agama atau kepercayaan semata. Pendapat tersebut sebetulnya sudah mengingkari
sifat filsafat skolastik karena dalam sejarahnya sudah jelas bahwa skolastik di

4
Fauzia Rozani Syafei, Sejarah Pemikiran Modern, (Solok : Berkah Prima, 2018), Hal. 9
8

barat tidaklah berdasarkan wahyu. Wahyu dalam filsafat diibaratkan seperti


mercusuar tetapi bukan kemudi untuk mencapai kebenaran. Jadi filsafat skolastik
berpikir dalam penerangan agama bukan berdasarkan kebenaran wahyu semata.5
D. Perkembangan Filsafat Pada Masa Scolastik
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat patristik mulai
merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan ke-7 dikatakan abad kacau. Hal ini
disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan
Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-
abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung
(742–814 M) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik,
kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termsuk kehidupan manusia serta pemikiran
filsafat menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang
merupakan kecemerlangan abad pertengahan. Pada mulanya skolastik ini timbul
pertama kalinya di biara italia selatan dan pada akhirnya sampai berpengaruh ke
Jerman dan Belanda. Kurikulum pengajaranya meliputi studi duniawi, tata bahasa,
retorika, dialektika, ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan
musik.
Tak banyak yang bisa dijelaskan di masa ini karena banyaknya kericuhan.
Tapi ada beberapa tokoh yang harus diperhatikan yang mempengaruhi filsafat
skolastik di masa ini.
1. Augustinus (354-430 M)
Menurut Augustinus dalam pemikirannya, dia mengatakan dibalik
keteraturan dan ketertiban alam semesta ini pasti ada yang mengendalikan
yaitu Tuhan. Kebenaran mutlak ada pada ajaran agama. Kebenaran berpangkal
pada aksioma bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan dari yang tidak ada
(creatio ex nihilo). Kehidupan yang terbaik adalah kehidupan bertapa dan
yang terpenting adalah cinta kepada Tuhan. Terpisah dari Tuhan tidak ada
realitas, demikian katanya (Mayer, 357).
2. Boethius (480-524 M)

5
Sarwani, Filsafat Skolastik, Hal. 4-5
9

Boethius sekurang-kurangnya telah menerjemahkan 2 karya


Aristoteles tentang logika yaitu Categories, dan On Interpretation. Beliau
sangat terkesan dengan pemikiran yang benar melalui silogisme dalam
membenarkan argumen teologis. Dia setuju dengan pandangan bahwa logika
menyediakan jawaban terhadap setiap misteri eksistensi manusia. Bukunya
yang tekenal, Consolation of Philosophy sangat populer di abad pertengahan.
Pelajaran bidang filsafat pada masa ini adalah logika dasar yang didasari oleh
karya Aristoteles yang diterjemahkan oleh Boethius.
3. Kaisar Karel Agung (742-814 M)
Charlemagne membangun sekolah-sekolah pada zaman ini. Hal itu
dikarenakan agar tersebarnya agama Kristen terdapat pola organisasi yang
teratur (baik dalam penyebaran maupun memperdalam agamanya). sekolah-
sekolah ini ajaran yang digunakan adalah ajaran lama yang disebut artes
liberales (seni merdeka). Sedangkan yang meliputi ajaran artes adalah
grammatika, dialektika, astronomia, geometria, aritmatika yang sudah sudah
dijelaskan dipembahasan sebelumnya. Hal inilah yang memicu munculnya
filsafat skolastik.
Abad ke 13 dianggap sebagai zaman kejayaan filsafat dan teologi
skolastik. Pada abad 13 ini menghasilkan beberapa sintesa filosofis yang sangat
mencolok. Perkembangan ini dimungkinkan karena adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi antara lain:
1. Hubungan dengan Bangsa Arab
Mulai abad ke-12 ada hubungan-hubungan baru dengan dunia
pemikiran Yunani dan dunia pemikiran Arab, yaitu dengan peradaban Yunani
dari Italia Selatan dan Silsilia dan dengan kerajaan Bizantium di satu pihak,
dan peradaban arab yang ada di Spanyol di lain pihak. Melalui karya orang-
orang Arab dan Yahudi Eropa Barat mulai lebih mengenal karya-karya
Aristoteles, yang semula memang kurang dikenal. Kecuali melalui karya
orang-orang Arab tulisan-tulisan Aristoteles dikenal melalui karya para bapak
gereja Timur, yang sejak zaman itu dikenal juga.
2. Timbulnya Universitas-universitas
10

Karena semakin majunya sekolah-sekolah di Eropa, ada beberapa


sekolah yang membentuk suatu persekutuan antara para dosen dan mahasiswa
dari satu jurusan yang disebut universitas magistrotum et scolarum
(persekutuan dosen dan mahasiswa). Adanya persekutuan ini akhirnya dapat
menimbulkan 4 fakultas yang berwibawa, yakni fakultas teologia, fakultas
hukum, fakultas kedokteran, dan fakultas sastra.
3. Timbulnya Ordo-ordo Baru
Ordo-ordo yang muncul di zaman ini antara lain Ordo Fransiskan dan
Ordo Dominikan. Ordo-ordo ini muncul karena banyaknya perhatian orang
terhadap ilmu pengetahuan, sehingga menimbulkan dorongan yang kuat
untukmemberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian dimana kebanyakan tokoh-
tokohnya memegang peranan di bidang filsafat dan teologi, seperti; Albertus
de Grote, Thomas Aquines, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.6

6
Sarwani, Filsafat Skolastik, Hal. 6-11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Patristik berasal dari kata latin patres yang berarti Bapak dalam
lingkungan gereja. Bapak yang mengacu pada pujangga Kristen, mencari jalan
menuju teologi Kristiani, melalui peletakan dasar intelektual untuk agama kristen.
Didunia Barat agama Khatolik mulai tersebar dengan ajarannya tentang Tuhan,
manusia dan dunia, dan etikanya.
Skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti
sekolah. Atau dari kata schuler yang mempunyai arti kurang lebih sama yaitu
ajaran atau sekolahan. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan
sekolah. Nama skolastik menunjuk besarnya peranan sekolah-sekolah dan biara-
biara dalam pengembangan pemikiran-pemikiran filsafat.
Para ahli fikir pada saat itu tidak memiliki kebebasan berfikir apabila
terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan agama ajaran gereja
oarang yang mengemukakan akan mendapat hukuman berat pihak gereja
melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap
agama. Karena itu kajian terhadap agama (teologi) yang tidak berdasarkan
ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak
mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Walaupun
demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang
murtad dan kemudian diadakan pengejaran (inkuisisi). Sedangkan ciri-ciri
pemikiran filsafat pada abad pertengahan adalah :
1. Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja
2. Bersifat didalam lingkungan ajaran Aristoteles
3. Bersifat dengan pertolongan Agustinus dan lain-lain.
Abad ke 13 dianggap sebagai zaman kejayaan filsafat dan teologi
skolastik. Pada abad 13 ini menghasilkan beberapa sintesa filosofis yang sangat
mencolok. Perkembangan ini dimungkinkan karena adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi antara lain:
1. Hubungan dengan Bangsa Arab

11
12

2. Timbulnya Universitas-universitas
3. Timbulnya Ordo-ordo Baru.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Fauzia Rozani Syafei, Sejarah Pemikiran Modern, (Solok : Berkah Prima, 2018),
Hal. 8

https://toaz.info/doc-view, diakses pada hari Senin, 4 April 2022, pukul : 10.41

Sarwani, Filsafat Skolastik, Hal. 6-11

Anda mungkin juga menyukai