Anda di halaman 1dari 142

Materi dari : Adab Adab (Al Kitab Al Adabul Mufrad)

Penjelasan dan Taqhiq dari : Ustadz Amri Hafidzhahullahu ta'ala


Penulis : Abdullah Abdur-Rahman
Editor Word/PDF : jaelani semarta
🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷🔷
BAB ADAB TERHADAP ORANG TUA

Bab 1
Perbuatan yang paling baik dan paling dicintai Allah adalah Berbuat Baik kepada
Orang Tua. Didalam Syariat, perbuatan ini termasuk Ibadah No.2 terbaik setelah
Shalat Pada Awal Waktu, dan kemudian Jihad di Jalan Allah

1. Shalat Berjamaah Awal Waktu


2. Berbuat Baik Kepada Orang Tua
3. Jihad Fisabilillah

Disebutkan bahwa bakti kepada kedua orang tua, lebih didahulukan, dan lebih baik
dari pada Jihad. Disebutkan pula bahwa Ridha Allah terletak pada Ridha Orang Tua
(seperti penah dinasehatkan Ustadz Amri pada kesempatan sebelumnya)
(Bukhari, dan Ash Shahihah 515)

Bab 2 - Bab 3
Kedua Orang Tua memiliki derajat dan ketinggian yang sama untuk dihormati,
adapun diantara kedua orang tua, maka Ibu lebih didahulukan (sampai 3x) baru
kemudian Bapak, jika keduanya memanggil/meminta tolong secara bersamaan

Salah satu pengugur dosa besar, adalah berbuat baik kepada Ibu, bahkan seseorang
pendosa yang ingin bertaubat, disarankan untuk mendatangi (berbuat baik) Ibunya
terlebih dahulu, baru kemudian bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla
(Ash Shahihah 2799, Al Irwa 2232, Tirmidzi 1 Bab Birrul Walidain)
Bab 4
Sumber Dalil Tidak Shahih
*********************

Bab 5
Berbicara lemah lembut, merendahkan diri serendah rendahnya dihadapan orang
tua
Dari Ibnu Umar radhiallahu'anhu itu, bahwa Dosa besar itu ada sembilan, yaitu :
1. Menyekutukan Allah
2. Membunuh orang
3. Lari dari peperangan,
4. Menuduh zina kepada wanita mukmin
5. Memakan harta riba
6. Mengambil harta anak yatim
7. Berbuat tidak pantas masjid
8. Menghina (mengejek), dan
9. (Menyebabkan) orang tua menangis karena durhaka (kepada keduanya)
(Ash Shahihah 2898)
*Note: Dan Qiyas Dosa Semisal

“Bersikap merendahkan diri serendah rendahnya dihadapan mereka dikarenakan


rasa hormat, rasa cinta yang besar”
(Al Isra : 24)

Bab 6
Membalas jasa kedua Orang Tua. Segala tindakan, budi baik kedua Orang Tua WAJIB
2
dibalas, kasih sayang, perhatian, kecintaan, tanggung jawab, pengurusan dikala kecil,
keringat dan lainnya, walupun mungkin tidak akan pernah bisa menyamainya, tetap
WAJIB membalaskannya kepada kedua Orang Tua. Bahkan disaat orang tua menjadi
Budak, kita wajib membebaskannya.

Dari Ibnu Umar Radhiallahu'anhu mengatakan, Menggendong orang tua, sampai


letih, tidaklah sebanding dengan satu penggal tarikan nafas ketika melahirkan
anaknya

Membalas kedua Orang Tua dengan selalu Mendoakannya "Rabbigfirli Wali Wali".
Kemudian wajibnya membuat mereka tersenyum sebaliknya haram (Dosa Besar)
membuat mereka menangis
(Irwa, Muslim 25-26, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Lainnya)

Bab 7
Durhaka kepada kedua Orang Tua, adalah dosa yang dijelaskan Rasul shallallahu
alaihi wasallam sangat berapi api dan berulang ulang, sehingga yang mendengarnya
berharap Rasul berhenti (marah)
(Bukhari 78 Kitabul Adab)

Bab 8
Allah melaknat anak yang mendurhakai orang tuanya, seperti disampaikan
Rasulullah shallalahu alaihi wasallam

1. Menyembelih tnp (Niat) Allah


2. Mengambil Batasan Tanah (Hak Org)
3. Mendurhakai kedua Orang Tuanya
4. Menolong Pelaku Kejahatan
(Muslim Kitab Adab 44-45)

Bab 9
Wajibnya taat kepada kedua Orang Tua selama tidak dalam kemaksiatan, dari Abu

3
Darda Radhiallahu'anhu menyebutkan Wasiat dari Nabi shallallahu alaihi wasallam

1. Jangan Syirik
2. Jangan meninggalkan Shalat
3. Jangan minum Khamr
4. Taat Orang Tua (kec perihal bathil)
5. Jangan Menentang Penguasa
6. Jangan Lari dari Peperangan
7. Bersedekahlah (kpd Keluargamu)
8. Jangan berkata kasar
9. Ringankan beban orang lain (yg berat)
(Ibnu Majah 36)

Bab 10
Celakanya seseorang yang mendapati orang tuanya berusia lanjut, namun tidak
berbakti, tidak berbuat baik kepada mereka, disebutkan bahwa ini adalah ciri ciri
penghuni Neraka
(Muslim Birrul wal Adab 9-10)

Bab 11
Sumber Dalil Tidak Shahih
*************************

Bab 12 - Bab 13
“Seorang anak tidak boleh mendurhakai Orang Tuanya dalam keadaan Musyrik,
walaupun tidak bisa memohonkan ampun bagi orang tua yang Musyrik” (At
Taubah : 113; Luqman : 15)

Bab 14
Tidak bolehnya mencaci maki Orang Tua, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah

4
shallallahu alaihi wassallam, termasuk mencaci maki orang lain, yang kemudian
orang lain tersebut mencaci maki bapak ibunya (yang mencaci maki). Diartikan juga
disini caci maki baik dihadapan orang tua, maupun caci maki yang tidak dihadapan
orang tua. Ini semua termasuk Dosa Besar
(Muslim Kitab Iman 221 : 146, Bukhari Kitab Adab 78)

Bab 15-16
Membuat orang tua menangis adalah kedurhakaan, dan seluruh kedurhakaan
mendapatkan siksa yang teramat cepat (bisa sebagian siksa didapat didunia)
Sebagaimana penjelasan penulis (kitab), dosa ini disamakan dengan cepatnya siksa
bagi orang orang yang memutus hubungan kekerabatan (kekeluargaan)
(Ash Shahihah 918, 978)

Bab 17
Doa kedua Orang Tua adalah doa yang tidak diragukan kemustajabannya. Penjelasan
Abu Ja'far, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam yaitu :

1. Doa orang teraniaya


2. Doa Musafir (perjalanan rangka Ibadah)
3. Doa Kedua Orang Tua
Adalah doa yang tidak diragukan kemustajabannya
(Ash Shahihah 596)

Demi mendapatkan keutamaan ditas, bahkan seseorang yang bahkan diperintah


Raja, atau seseorang yang sedang melaksanakan Ibadah Shalat (Sunat), Puasa
(Sunat), Ibadah (Sunat) WAJIB mendahulukan seruan Ibunya atau ayahnya,
mengesampingkan panggilan Raja, bahkan walaupun harus membatalkan Shalat,
atau Puasanya (Sunat)
(Bukhari 60 Kitab Nabi 48, Maryam : 16, Muslim 45 Kitab Adab no. 7 dan 8)

Bab 18
Mendoakan Orang Tua Yang Nasrani

5
(Tidak Dibahas Di Mulazamah)
*****************************

Bab 19
Berbakti kepada Orang Tua yang telah wafat dengan cara mendoakannya. Dari Abu
Hurairah, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, diangkatnya derajat ketinggian Orang
Tua yang telah wafat karena doa dari anak yang memohonkan ampun untuk Orang
Tuanya nya. (Diartikan disini diampuni dan sekaligus dinaikkan derajat orang tuanya)

Seseorang anak yang shalih, yang (sering) mendoakan, termasuk bakti yang bisa
dilakukan anak kepada Orang Tua yang telah wafat, sebagaimana dalil :

Putuslah segala Amal Shalih, seorang hamba yang telah meninggal dunia, kecuali :
1. Sedekah Jariyah
2. Ilmu yang bermanfaat (Ilmu Agama)
3. Anak Shalih (yang mendoakan Orang Tuanya)
(Al Irwa 1580, Muslim Kitab Wasiat No. 14)

Jika Orang Tua yang meninggal belum (meninggalkan) berwasiat (apapun), maka bisa
dengan melakukan bersedekah diperuntukkan kepada Orang Tua, sedekah inu ini
bisa sebagai pengganti (wasiat) kemudian mendatangkan manfaat kepada Orang Tua
yang telah meninggal
(Abu Daud 2566)

Bab 20
Termasuk berbakti kepada Orang Tua, adalah menjalin hubungan yang baik dengan
kerabat kerabat Orang tua, sebagaimana dijelaskan :
6
"Sesungguhnya silaturrahim yang sangat terpuji adalah menjalin tali silaturrahim
dengan sahabat dekat ayahnya"
(Ash Shahihah 1432, 3063 Muslim 45- Kitab Adab 11, 12, 13)

Bab 21 - Bab 22
Sumber Dalil Tidak Shahih

Bab 23
Tidak diperbolehkannya anak memanggil Orang Tua dengan namanya (baik dalam
situasi serius atau gurauan). Tidak pula berjalan (tanpa rasa penghormatan) didepan
Orang Tua, dan duduk sebelum mereka duduk (pada saat sedang ingin duduk
bersama sama)

Abu Hurairah melihat dua orang laki-laki, lalu dia berkata kepada salah satunya, "Apa
hubungannya dengan kamu?, Orang itu menjawab, "Dia bapakku," Lalu Abu Hurairah
berkata, "Janganlah engkau memanggilnya dengan namanya, janganlah engkau
berjalan di depannya, dan janganlah engkau duduk sebelumnya." (Atsar perihal Adab
kepada Orang Tua dari Abu Hurairah Radhiallahu'anhu)

Ulama Fiqh menjelaskan, Memanggil Nama Orang Tua, dan


Berjalan Didepannya adalah Haram, sedangkan duduk sebelum orang tua adalah
Makruh
(Bukhari)

Bab 24
Sumber Dalil Tidak Shahih

BAB ADAB DALAM SILATURAHMI

Bab 25-26
7
Wajibnya menjaga menyambung silaturahmi khususnya kepada Orang Tua, dan
secara Umum kepada Saudara, Keluarga dan Kerabat. Amalan ini bisa
menyelamatkan pelakunya dari Neraka. Sebaliknya, menyambung silaturahmi juga
bisa mendekatkan ke Surga dari Musa Bin Thalhah, dari Rasulullah shallalahu alaihi
wasallam :

1. Sembahlah Allah (Jangan Syirik)


2. Dirikan Shalat (Wajib dan Sunat)
3. Membayar Zakat
4. Sambung Silaturahim (Baik Khusus/Umum)
(QS Muhammad : 22, Ash Shahihah, Bukhari 55 Bab 11, Muslim Kitab Iman No. 348.
Bukhari 24 Kitab Zakat, Muslim 12 Kitab Iman)

Bab 27
Barang siapa menyambung silaturahim, maka Allah akan menyambungnya. Barang
siapa memutus silaturahim, Allah akan memutusnya.

Adanya makna Tauhid Asma Wa Sifat, yaitu sifat (yang hanya boleh dimiliki oleh)
Allah disini yaitu bersifat/sikap sebagaimana sikap makhluknya (reaksi Allah
membalas bersikap jelek terhadap sikap jelek manusia). Rahim juga disebutkan akan
mampu berbicara (dengan fasih) pada Hari Kiamat kelak, menjadi saksi (silaturahim)
(Ash Shahihah, Bukhari, Muslim Abu Dawud)

Bab 28
Silaturahim mampu meluaskan Rizki. Mendapati rizki yang lebih luas keberkahan,
rizki yang memambahkan keimanan, kesholehan, riziki yang dimanfaatkan untuk
Ibadah dan memperoleh Pahala. Kemudian mampu menambah Umur, yaitu yang
dimaksud disini adalah bertambahnya kemanfaatan Umur, bertambahnya Umur

8
secara zahir tanpa menyelisihi Bab Takdir (sebagaimana sebagian catatan takdir
Umur Rizki Bahagia celaka di Rahim, bisa dirubah, namun tidak merubah catatan
takdir di Lauh Mahfuz)
(Bukhari, Abu Dawud)

Bab 29
Silaturahim mampu mendatangkan kecintaan Manusia dan juga Kecintaan Allah,
namun pelaku silatirahim wajiblah Takut kepada Allah

1. "Barang siapa takut kepada Tuhannya dan menjalin silaturrahim, maka diakhirkan
ajalnya ditambahkan hartanya, dan dicintai keluarganya"
2. "Barang siapa takut kepada Tuhannya dan menjalin silaturahim, maka akan
diperpanjang umurnya, ditambahkan hartanya, dan dicintai keluarganya."

Keduanya datang dari jalur sanad berbeda, namun bersumber dari sumber yang
sama yaitu Sahabat Ibnu Umar radhilallahu'anhu.
(Bukhari, Abu Dawud)

Bab 30
Wasiat Allah adalah berbuat baik, terutama berbuat baik kepada Ibu, Orang Tua
Keluarga, Kerabat
Diartikan disini bahwa arti "Wasiat" adalah perbuatan baik, jika tidak baik maka itu
bukan Wasiat. Allah juga memiliki wasiat terhadap Manusia, (salah satunya) yaitu
berbuat baik menyambung silaturahmi
(Bukhari, Ibnu Majah)

Bab 31 (Sumber Dalil Tidak Shahih)

Bab 32 - 33
Tidak Dibahas Ustadz
(Hampir Serupa Dgn Bab Sebelumnya)

9
Bab 34
Menjalin silaturahmi alangkah baiknya dengan saling memberi hadiah, adapun tidak
memberi hadiah disini tidaklah berdosa. Namun sebaik baik yang dimaksud adalah
menjalin silaturahmi bukan berarti menjalin hubungan yang sudah ada (saja), sebaik
baik menjalin silahturahmi adalah menyambung hubungan silahturahmi yang
terputus, dan atau dia diputuskannya hubungan silaturahminya, maka dia
menyambungnya kembali
(Bukhari, Abu Daud)

Bab 35
Tidak Dibahas Ustadz (Sumber Dalil Diperselisihkan Keshahihannya)
*******************************************************

Bab 36
Sungguh berpahala besar, dan termasuk  menyambung silaturahim, dengan
bersedekah, memerdekakan budak, juga berhubungan baik dengan Non Muslim,
dengan tujuan memasukkannya ke dalam Islam

Dijelaskan bahwa, sebagai Muslim tidak bolehnya (terlalu) dekat/ramah kepada


Kaum Non Muslim (secara umum), disebutkan dengan redaksi bahwa jika bertemu
(di jalan sempit) kita tidak perlu memiringkankan badan kita, malahan
membusungkan dada, menaikkan bahu kita. Kecuali, berbuat baik kepada Non
Muslim dalam rangka khusus, yaitu proses akan masuknya ia kedalam Islam
(Ash Shahihah, Bukhari)

Bab 37
Diperbolehkannya memberikan hadiah dari orang lain, kepada orang lain, dengan
syarat diiziinkan oleh pemberi hadiah pertama. Memberikan hadiah kepada Non
Muslim juga diperbolehkan, dalam rangka khusus memasukkan ia (yang masih
musyrik) kedalam Islam

10
Sebaik baik pemberian hadiah, adalah barang yang baik (bukan barang buruk/ atau
barang sisa), yang akan berguna dan bermanfaat untuk penerimanya. Adapun si
penerima sudah berlebih, maka penerima boleh memberikannya kembali ke orang
lain, dengan memberikan kabar, dan atau izin/persetujuan pemberi pertama
(Bukhari, Muslim, Abu Daud)

Bab 38
Dsunnahkan mempelajari (mencari tau) Nasab Nasab keluarga, hubungan keluarga,
sebelum kemudian menjalin silahturahmi dengannya. Demi Allah jika seseorang
mengetahui hubungan dengan saudaranya sejak didalam Rahim, maka niscaya
mereka tidak akan merusaknya

Banyak terjadi seseorang bersilaturahmi tanpa mengetahui Nasab Nasab orang


tersebut (misal : adik kakak dari pamannya, bibinya, adik kakak sepupunya, adik
kakak dari keponakannya, susunan Nasab dari saudaranya). Hal ini yang
menyebabkabkan banyak hubungan silaturahmi rusak, karena tidak memahami,
menghormati, menghargai Nasab Nasab kekeluargaannya
(As Silsilah Ash Ashahihah)

Bab 39
Sumber Dalil Tidak Shahih

Bab 40
Tidak Dibahas Ustadz
(Bab Silaturahmi Kpd Budak)

BAB KEUTAMAAN ADAB TERHADAP ANAK

Bab 41 - 42
Memiliki 2 sampai 3 orang Anak Perempuan, dan memenuhi kebutuhannya (sampai
menikah) mengasihinya dan bersabar dalam merawatnya memiliki keutamaan besar
dibaliknya diantaranya yaitu :

11
1. Menjadi Penghalang dari Api Neraka
2. Anaknya menjadi Asbab Masuk Surga
3. Diwajibkan Allah masuk ke dlm Surga
(Ash Shahihah, Abu Daud, Ibnu Majah)

Bab 43
Bersedekah kepada Keluarga, sebagaimana bersedekah (memberi) kepada diri
sendiri

1. Bersedekah kpd Diri Sendiri


2. Bersedekah kpd Anak Istri
3. Bersedekah Kpd Pembantu (Org Dekat)

Di Bab ini dijelaskan juga tentang prioritas dalam bersedekah yaitu, (bersedekah
kepada) Diri Sendiri, kemudian bersedekah kepada Anak Istri (Anak dan Istri adalah
digabung sebagai prioritas sedekah kedua), kemudian setelahnya yaitu pembantu
(Hadits ini Hadits khusus), namun maksudnya secara umum ketika dijamak dengan
Hadits lain adalah orang dekat (yang paling dekat pertolongannya utk diri kita), misal
kakak/adik, saudara sepupu, teman sahabat, kerabat, tetangga, ataupun seorang
pembantu yang dekat pertolongannya untuk diri kita
(Ash Shahihah)

Bab 44
Sumber Dalil Tidak Shahih
*********************
Bab 45
Tidak diperbolehkannya Anak (dan Istri) mempengaruhi sedekah yang dilakukan
Ayah. Disebutkan dalam redaksi bahwa seseorang yang berhak disedekahi itu
sangatlah mulia, sehinga hak sedekah ini tidak bisa/tidak boleh dipengaruhi Anak
(dan Istrinya), sedangkan kemuliaan hak Anak (dan Istri), sampai kedalam hati

12
Sedekah Untuk Org Lain = Mulia
Sedekah Untuk Anak Istri = Mulia Lahir Batin

Di bab ini pula dibahas, kemuliaan dan keutamaannya sedekah atas hak orang lain
pada diri Ayah yang diganggu/pengaruhi oleh Anak (dan Istri). Ibarat darah Anak
Nabi (membunuh Anak Nabi) dan darah nyamuk (membunuh seekor nyamuk)

Sekaligus secara umum dalil ini bisa difahami betapa Ibnu Umar (periwayat Hadits
ini) marah jika sibuk mempermasalahkan hal kecil (darah nyamuk), sedangkan tidak
menyadari hal besar (darah Anak Nabi). Sibuk memprotes Ayah bersedekah,
sedangkan Anak (dan Istri) sudah jauh lebih banyak menerima sedekah dari Sang
Ayah
(Bukhari, Ash Shahihah)

Bab 46
Ekspresi Kecintaan Seorang Ayah (Ibu / Orang Tua) terhadap anak, bisa
direpresentasikan dengan (sering) menggendongnya. Diartikan disini menggendong
gendong anak (tentunya anak yang masih kecil) adalah Adab uang baik terhadap
Anak
(Bukhari, Muslim)

Bab 47
Keutamaan adab kepada anak sebagai penghibur hati, Imam Bukhari disini menukil
Ayat Furqan : 74, penjelasan dan keterangan yang dipakai kurang lebih sama dengan
Tafsir Al Furqan : 74. Penjelasan disini cukup panjang. (Coba silahkan dibrowsing
Tafsir Al Quran Surat Al Furqan : 74)

13
. Dan   orang- orang    yang   berkata,    ”Ya    Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami 
istri- istri  kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami).”
(Al Furqan : 74)

Bab 48
Adab rasa kecintaan dalam menyayangi seorang Anak, sebesar itupula-lah (kira kira)
rasa kecintaan dalam menyayangi Sahabat dekat, Kisah disini adalah Nabi shallallahu
alaihi wasallam dan sahabat Anas Bin Malik radhiallahu'anhu, dimana Nabi
shallallahu alaihi wasallam mecintai dan menyayangi sahabat dekatnya, sebagai
mana ia mencintai anak kandung (saudara sekandung). Dan termasuk Adab yang
baik senantiasa mendoakan segala kebaikan, mendoakaan harta dan keberkahan,
maksud disini doa doa kepentingan dunia dan akhirat)
(Ash Shahihah, Muslim)

Bab 49
Adab dan kecintaan Ibu (orang tua) yang begitu besar kepada Anak Anaknya, maka
begitupula-lah kecintaan Allah terhadap seorang ibu, dan menjadi sebab masuknya
Ibu (orang tua) kedalam Surga

Diceritakan kisah dari Aisyah Radhiallahu'anha, seorang ibu yang memiliki 3buah
kurma, lalu membagikannya ke 2 orang anaknya ( @1 kurma), dan anaknya melihat 1
kurma tersisa, kemudian ibu ini membelah 1 kurma menjadi 2, dan dibagikan ke
kedua orang anaknya. Hal ini disebutkan Nabi shallallahu alaihi wasalam, sebesar itu
kecintaan ibu (orang tua) terhadap anaknya, maka sebesar itu pula kecintaan Allah
terhadap hambanya
(Ash Shahihah, Bukhari Kitab Adab, Sedekah, dan Zakat)

Bab 50
Disunnahkan untuk mencium anak (bentuk adab dan kasih sayang), dimana amalan
ini termasuk ibadah yang akan menancapkan kecintaan Orang Tua terhadap
anaknya, sebagaimaba menancapnya kecintaan Allah terhadap hambanya. Dan
sebaliknya adalah sebab dicabutnya rasa kasih dari dalam hati seseorang.

14
Sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam Hadits lain juga
didalam Bab yang sama : "'Barang siapa tidak menyayangi, maka dia tidak akan
disayangi", mencium disini adalah bentuk kecintaan terhadap anaknya

Note : secara hormonal, dan medis, kedekatan dan aktifitas motorik, semisal belaian,
gendong, pelukan, ciuman mampu meningkatkan hormon positif, dan membantu
meningkatkan hal positif dalam tumbuh kembang anak
(Bukhari)

Bab 51
Orang Tua wajib memperlakukan anak-anaknya dengan perlakukan yang sama
Dalam contoh hadits disebutkan jika satu anak digendong, maka gendong pula anak
yang lainnya. Dalam contoh hadits yang lain disebutkan pula bahwa sangat
dimungkinkan jika Orang Tua (secara hati) lebih mencintai anak yg satu daripada
anak yang lainnya, namun (secara zahir) Orang tua wajib memperlakukan anak
anaknya dengan sama
(Al Irwa, Bukhari, Muslim)

Bab 52
Sumber Dalil Tidak Shahih

Bab 53
Tidak Dibahas Ustadz
(Serupa dengan Bab Sebelumnya)

Bab 54
Bab ini menyinggung pemahaman Aqidah, Al Asma Was Shifat Allah. Bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Allah Azza wa Jalla menjadikan
rahmat (kasih sayang) itu seratus bagian, lalu Allah menahan sembilan puluh
sembilan (bagian) berada di sisi-Nya dan menurunkan satu bagian ke bumi. Dari satu

15
bagian ini para makhluk saling berkasih-sayang, sampai masalah seekor kuda jantan
yang mengangkat kakinya karena takut menimpa anaknya.”
(Bukhari)

BAB ADAB KEPADA TETANGGA

Bab 55
Berbuat baik terhadap tetangga, adalah wasiat Jibril yang tidak henti hentinya,
seakan akan tetangga itu menjadi (sepenting) warisan untukku, ucap Nabi shallallahu
alaihi wasallam.

Juga dinasihatkan sebegitu pentingnya jika beriman kepada Allah dan hari akhir
maka hendaklah (disini perintah = wajib) berbuat baik kepada tetangganya,
memuliakan tamunya. Adalah adab berbuat baik kepada tetangga disini difahami
senyum, menyapa, saling kenal, saling akrab, peduli dengan tetangga, dan lainnya.
Memuliakan tamu disini (umum) tetangga ataupun non tetangga, wajibnya
memperlakukan tamu yang datang kerumah kita seperti Raja, melayaninya,
memberikan makan minum dengan sebaik baiknya pelayanan

(Lantas bagaimana jika zaman kini tinggal di kompeks/apartemen yang tidak kenal
dengan tetangga? Bisa disiasati dengan selalu senyum, ngobrol, berbasa basi,
menjalin komunikasi sebisanya (tidak menutup diri / tidak menunjukkan sikap tidak
mau bertetangga), berpartisipasi jika tetangga membutuhkan pertolongan, dan
sesekali bisa mengiriminya hadiah (bentuk menunjukkan diri sebagai tetangga yang
baik))
(Bukhari, Muslim)

Bab 56
Tetanga memiliki Hak 10x dibandingkan orang lain (Non Tetangga), disebutkan
secara zahir melalui lisan Nabi shallalahu alaihi wasallam, jika zina itu Haram, maka
menzinai tetangga (wanita) itu 10x lipat. Jika mencuri itu haram, maka mencuri

16
dirumah tetangga itu 10x lipat, (Ini berlaku qiyas dan mafhum semisal) dimana
menunjukkan tetangga itu memiki hak/keutamaan 10x dibanding non tetangga
(Ash Shahihah)

Bab 57
Setelah kewajiban diri sendiri dan keluarga, maka mulailah perbuatan baik diawali
dari tetangga

Pada hadits ini jika kita mau berbagi sesuatu yang baik, mulailah dengan (melihat)
tetangga kita dahulu (apakah membutuhkan/tidak), baru ke orang lain, walaupun
tetangga dalam Hadits disini beragama Yahudi. Pada hadits ini juga difahami secara
umum bahwa adalah kesalahan jika shadaqah, zakat, infaq dll, diperintukkan untuk
yang jauh misal Palestina, Papua, Bansos Luar Kota, Aktivitas kebaikan lingkaran luar,
dll, melainkan semestinya dari lingkaran dekat, baru kemudian menjangkau yang
jauh (Ring1, Ring2, Ring3)
(Abu Dawud, Tirmidzi)

Bab 58
Pada Bab sebelumnya dibahas memberikan sesuatu (hadiah) kepada tetangga,
dalam rangka berbagi kebaikan, dan menunjukkan adab bertetangga. Pada bab ini
dibahas jika hadiah tersebut ada 1, sedangkan tetangga ada 2 (kanan/kiri), maka
berikanlah kepada yang daun pintunya paling dekat dengan rumah kita. Bukan
arahnya (kanan atau kiri)
(Bukhari)

Bab 59
Pada bab ini dibahas bahwa yang termasuk kategori tetangga bukanlah 40rumah
disekeliling kita, melainkan 160rumah (40 depan, 40 belakang, 40 kanan, 40 kiri)
(Bukhari)

17
Bab 60
Dosa besar tidak berbuat baik kepada tetangga. Disebutkan banyak terjadi Dinar dan
Dirham lebih diutamakan dari pada tetangganya (dia memiliki uang, sedangkan
tetangganya kelaparan). Dosa ini diancam dengan redaksi betapa banyak kelak dihari
kiamat yang akan digantung, karena sebab tetangganya (yang diabaikan)

(Hadits ini semula Dhaif (Lemah) namun terangkat derajatnya menjadi Hasan
Lighairihi. Karena penguat dari Hadits umum lain yang semisal, diabadikan dalam
Kutubbus Sittah oleh Imam Bukhari)

Bab 61
Tidak teranggap Mukmin, dia kenyang, sedangkan dia, membiarkan tetangganya
kelaparan. Maksud disini bukanlah berarti tekstual, namun diartikan secara umum
semisal, punya makanan tidak berbagi, tetangga kelaparan tidak perduli dan
sebagainya
(Muslim)

Bab 62
Berbuat baik kepada tetangga bahkan sampai (si miskin) bersedekah dengan cara
memperbanyak kuah sayur. Maksud disini agar tetap bisa berbagi kebaikan dengan
tetangga walaupun hanya kuah sayur, bisa makan bersama tetangga dengan kuah
sayur yang lebih banyak

Amalan "kuah sayur" ini (berbagi walaupun hanya sanggup berbagi kuah sayur)
disamakan oleh Nabi shallalallahu alaihi wasallam, dengan menaati seseorang yang
memberi tahu agama, walaupun orang ini terpotong jari jarinya (orang cacat), dan
shalat awal waktu bersama Imam (sepenting itu) (Muslim)

Bab 63

18
Sebaik baik tetangga adalah baik kepada tetangganya, sebaik baik teman adalah baik
kepada temannya. Adab bertetangga dengan baik, dan Adab untuk selalu berbuat
baik kepada siapapun (misal disini : teman)
(Tirmidzi)

Bab 64
"Sebagian dari kebahagiaan orang muslim adalah rumah yang luas (bahagia dirumah-
red), tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman."

Yang menarik dari bab ini yaitu Dalilnya berderajat Shahih Lighairihi, yaitu Hadits
yang tadinya berderajat baik (hasan), namun terangkat menjadi Hadits shahih
(lighairihi) karena Hadits Hadits Shahih lain yang dengan redaksi serupa
(Ash Shahihah Al Lighairihi)

Bab 65
Tetangga yang buruk tidak disukai oleh Nabi shallalahu alaihi wasallam, bahkan
dengan redaksi maknawi yang mana juga tidak mau (tidak suka) bertetangga dengan
tetangga yang buruk hingga diakhirat kelak. Juga salah satu ciri Kiamat tiba adalah
orang yang berbuat jelek/buruk kepada tetangganya
(An Nasai)

Bab 66
Seseorang yang malam shalat malam (sunat), siang melakukan puasa (sunat),
bersedekah (sunat) namun dia berbuat kezaliman yang menyakiti tetangganya, maka
seluruh amalnya menjadi sia sia, dan termasuk penghuni neraka (kelak masuk neraka
akibat habisnya pahala karena menyakiti tetangga yang mana dosa yang lebih
banyak dari pahala, dan ia masuk kedalam neraka)

Menyakiti tetangga bisa menghapus pahala shalat malam, ibadah puasa, dan
sedekah, dan (terancam) masuk Neraka. Dalam tambahannya bahkan tetangga yang
merasa tidak aman karena dirinya, juga tidak masuk surga (dimasukkan dahulu
kedalam neraka akibat ini dan kelak masuk surga)

19
(Ash Shahihah, Muslim)

Bab 67
Tidak dibahas Ustadz
(Membahas wanita yang zalim kpd tetangga)

Bab 68
Seseorang yang memiliki tetangga buruk, adalah salah satu tanda orang tersebut
kurang sedekah. Sahabat Ajlan yang mengalami hal ini, sibuk diceramahi Nabi
shallalahu alaihi wasallam untuk mengeluarkan hartanya dijalan Allah, alih alih
mengomentari tetangga yang buruk
(Abu Daud)

Bab 69
Dilaknatnya orang yang memutus hubungan lebih dari 3 hari, ini berlaku juga kepada
tetangga, perselisihan dengan tetangga sebaiknya diselesaikan, sebelum 3hari, atau
keduanya dilaknat
(Bukhari)

Bab 70
Bab tidak relevan karena Bab bertetangga Yahudi, namun bisa diambil fawaid pada
bab ini, bahwa berbuat baik, bersedekah juga dianjurkan kepada tetangga walaupun
beragama Yahudi (berbeda Agama). Tentu setelah prioritas utama tetangga saudara
Muslim
Abu Daud, Tirmidzi

BAB KEMULIAAN ADAB TERHADAP ALLÂH DAN TERHADAP ORANG LAIN

20
Bab 71
Semulia mulia seseorang adalah seseoranya penuh ketakwaan, sebaliknya sehina
hina seseorang adalah yang tidak bertakwa. Takwa adalah cerminan Adab dan
Akhlak kepada Allah, maka setinggi tinggi kemuliaan adalah bertakwanya seseorang
kepada Allah

Ketika Rasul shallalahu alaihi wasallam ditanya, siapa manusia termulia, Rasul
shallalahu alaihi wasallam menjawab Nabi Yusuf alaihisallam. Disini didapati Rasul
shallallahu alaihi wasallam tidak memposisikan diri sebagai orang paling mulia
(padahal beliaulah Nabi dan Rasul termulia). Disini didapati bahwa tidaklah perlu
"mengakui kehebatan diri sendiri" walaupun itu benar (baik mengakui secara explisit
atau implisit)

Adapun manusia (selain Nabi) yang paling mulia adalah dia menggenggam Islam
(sunnah), walaupun berada masa / dilingkungan jahiliyah, (masa / lingkungan yang
buruk)
(Bukhari, Muslim)

Bab 72
Setiap Adab dan Akhlak yang baik, pasti memberi kebaikan pula bagi pelakunya,
tidak ada balasan dari sesuatu yang baik kecuali kebaikan pula (yaitu pahala, dan
surga), adapun kebaikan yang berbalas bukan kebaikan (dari orang lain), maka ini
bukan salah sipelaku kebaikan, namun melainkan salah dari orang lain tersebut
(Bukhari melampirkan derajat hadits ini hasan)

BAB ADAB KEPADA ANAK YATIM

21
Bab 73 - 74
Setelah Keluarga, Tetangga, lingkungan/komunitas dekat, maka prioritas selanjutnya
adalah Anak Yatim. Pahala besar apabila beradab terhadap anak yatim, seperti
diriwayatkan Nabi shallalahu alaihi wasallam, membantu (janda janda tua dan) Anak
Yatim, maka memiliki keutamaan seperti puasa (sunat) sepanjang siang, dan shalat
(sunat) sepanjang malam. Kemudian pada bab ini juga diterangkan menanggung
Anak Yatim akan menjadi penghalang antara dirinya dan Api Neraka
(Bukhari, Muslim)

Bab 75
Menanggung Anak Yatim, sebagai pengganti orang tua, disebutkan Nabi shallalahu
alaihi wasallam, antara ia dan aku kelak di Surga seperti 2 jari ini (telunjuk dan
tengah), dipahami akan kelak bertetangga dengan Nabi shallallahu alaihi wasallam

Diriwayat lain disebutkan Abdullah (Abdullah Ibnu Mas'ud) tidak pernah makan
kecuali dimeja / tempat dia makan tersebut ada Anak Yatim (makan bersamanya)
(Ash Shahihah)

Bab 76
(Sumber Dalil Tidak Shahih)

Bab 77
(Sumber Dalil Tidak Shahih)

Bab 78
(Sumber Dalil Tidak Shahih)

Bab 79

22
Memukul (anak atau) Anak Yatim, dalam rangka mendidik etika, memahami agama,
dan bersemangat dalam Ibadah, diperbolehkan. Hal ini dijelaskan dan dilakukan oleh
Aisyah radhilallahu'anha ketika mendidik anak anak (yatim)

Ini dijelaskan pula di Dalil yang lain dimana bolehnya mendidik anak, dengan cara
memukulnya (pukulan didikan), untuk mendidik etika, rangka agama, atau
menaikkan semangatnya dalam Ibadah
(Bukhari)

Bab 80
(Tidak Dibahas Ustadz)
Penjelasan ada pada Bab Selanjutnya

BAB ADAB TERHADAP BUDAK & PELAYAN


Note :
Ada Pelayan dan juga termasuk Budak
Ada Pula Pelayan, Namun Bukan Budak

Bab 81 - 86
(Budak Tidak Dibahas Ustadz)

Bab 87
Pelayan yang melakukan dosa (kesalahan) boleh dihukum sesuai dengan syariat qisas
yang berlaku oleh tuannya, namun dilarang menghukumnya apabila tidak sesuai
dengan syariat yang berlaku (seperti memukul)

Kemudian Nabi shallalahu alaihi wasallam pada kalimat yang sama memberi nasihat
tentang memasukkan air (wudhu) kedalam hidung, dengan menekan nekan hidung.
Menekan hidung ketika sedang istinsyaq atau membersihkan hidung adalah sunat
(Abu Daud)
Bab 88 - 89

23
Bolehnya (curiga) berhati hati terhadap pelayan, misal menandainya, memberi cap
(bisa dipercaya/ tidak), mengecek, mengetes kejujurannya, dan sebagainya. Namun
tetapi tidak boleh berprasangka buruk (tanpa bukti)

Bab 90
(Tidak Dibahas Ustadz)

Bab 91
Baik budak, pelayan, maupun umum, tidak boleh mendoakan "semoga Allah
menjelekkan/memburukkan wajahmu. Tidak bolehnya mendoakan sesuatu agar
buruk dan menisbatkannya kepada Allah
(Ash Shahihah tetapi Hadits ini Hasan)

Bab 92
Baik budak, pelayan, maupun umum, tidak boleh memukul wajah khususnya wajah
(muka), adapun memukul (teguran) dibagian lain selain wajah tidak mengapa asalkan
demi timbulnya kemaslahatan
(Bukhari, Muslim)

Bab 93
(Tidak Dibahas Ustadz)
Memerdekakan Budak Yang Ditampar

Bab 94
(Tidak Dibahas Ustadz)
Serupa dengan Bab Memukul Budak
Dan Hukumannya di Hari Kiamat

Bab 95

24
Baik budak, pelayan, ataupun umum, jika memberi pakaian, maka berilah pakaian
(serupa) dengan yang dipakai (harga/model, kelayakan pakaian), bukan memberi
yang berbeda dari yang dipakai
(Ash Shahihah, Muslim)

Bab 96
(Tidak Dibahas Ustadz)
Caci Maki kepada Budak

Bab 97
(Tidak Dibahas Ustadz)
Memerdekaan / Menolong Budak

Bab 98
Tidak bolehnya membebani (pekerjaan), diluar kesanggupan budak maupun pelayan,
juga disebutkan budak bukan saja berarti hak bagi tuannya, melainkan juga memiliki
hak dari tuannya (untuk dipenuhi)
(Bukhari, Muslim, Al Irwa)

Bab 99
Nafkah untuk budak/pelayan terhitung sedekah. Nafkah untuk orang orang dibawah
penguasaan kita dirumah yaitu Istri Anak (Anak Yatim, Saudara) dan Pelayan adalah
sedekah

Dibab ini pula, disebutkan bahwa "tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah".
Menerima sedekah bukanlah hal buruk/nista, namun lebih baik lagi jika memberi
sedekah. Juga dibab ini pula dibahas jika kita mempunyai 1 dinar, maka sedekahkan
untuk dirimu, jika ada 1 lagi maka sedekahkan untuk istri (anakmu) jika ada 1 lagi
maka sedekahkan untuk pelayanmu, maksud disini adalah orang orang terdekat
dirumahmu terlebih dahulu, sebelum ke orang jauh/lain
(Ash Shahihah, Bukhari, An Nasai)

25
Bab 100
Jika, seorang tuan tidak berkenan (dalam suatu moment) makan bersama dengan
budak/pelayan, maka hendaklah memberinya makanan/uang yang serupa/senilai,
agar dia juga makan yang serupa
(Ash Shahihah)

Bab 100 - 103


(Tidak Dibahas Ustadz)

Bab 104
Setiap manusia (hamba Allah) adalah pemimpin. Bahkan Budak adalah pemimpin
bagi Harta tuannya. Pemimpin disini berarti bertanggung jawab

Pemimpin bertanggung jawab kepada rakyatnya, bawahannya. Alim Ulama/Guru,


bertanggung jawab atas muridnya. Orang Tua bertanggung jawab atas Anak Anaknya
(usia dibawah pengawasan/perempuan belum menikah). Laki laki adalah
bertanggung jawab (nafkah lahir batin dan ilmu agama) atas keluarganya. Setiap
orang pemimpin bagi (nafsu) diri sendiri. Dan setiap pemimpin kelak akan dimintai
pertanggung jawaban atas apa yang dia pimpin
(Bukhari, Abu Daud, Muslim)

Bab 105
(Tidak Dibahas Ustadz)

Bab 106
Larangan memanggil seseoang dengan "Hamba-ku", si fulan berhamba kepadaku.
Karena semua adalah Hamba Allah, adapun "pembantuku", "ghulam" ini tidak
mengapa
(Bukhari)

Bab 107

26
Beberapa panggilan yang boleh/tidak boleh
❌Abdi (budak laki laki-ku)
❌Amati (budak perempuan-ku)
❌Rabbi (tuanku - tuhanku)
❌Rabbati (tuanku - tuhanku perempuan)

Adapun selain itu, boleh


(Bukhari)

BAB ADAB YANG DIMILIKI DIRI SENDIRI

Bab 108
Setiap manusia memiliki adab terpenting yaitu bertanggung jawab, seperti pada
hadits pemimpin dibab atas, hadits pemimpin lain, atau hadits lain, yang bermakna
semisal. Bertanggung jawab disini secara umum dan luas, yaitu menunaikan
kewajiban, baik dunia/akhirat, baik kepada keluarga, orang lain, termasuk tanggung
jawab terhadap (pengendalian nafsu) diri sendiri

Adab terpenting selanjutnya yang harus dimiliki diri sendiri adalah lemah lembut,
anjuran adab ini terdapat dalam satu redaksi kalimat yang sama dengan perintah
shalat, sebagaimana kamu melihat aku shalat. Maka dipahami juga disini termasuk
adab terpenting adalah melaksanakan shalat
(Bukhari)

Bab 109
(Tidak Dibahas Ustadz)
Bab pemimpin versi perempuan, yang mana sama dengan laki laki adalah pemimpin
minimal untuk dirinya sendiri

Bab 110

27
Adab yang satu ini juga sangat ditekankan, sebagian Ulama mengatakan dan inilah
yang rajih bahwa berhukum Wajib. Seseorang (wajib) menolong jika ada yang
meminta pertolongan kepadanya. Menolong persis sesuai dengan apa yang diminta
(jika memiliki kesanggupan)

Barang siapa (Mukmin)


Yg meminta pertolongan, karena Allah
Minta tenaga = beri tenaga
Minta nasihat = beri nasihat
Minta naungan = beri naungan
Minta makanan = beri makanan
Minta perlindungan = beri perlindungan
Dsb

Adapun tidak memiliki kesanggupan maka (wajib) menolong sesuai dengan apa yang
ia sanggup, dan terakhir adalah memberinya pertolongan berupa nasihat

Kemudian sekaligus (wajibnya) membalas kebaikan dari orang lain, baik berupa
pemberian maupun pertolongan. Wajib disini harus, namun bukan berarti membalas
dengan yang semisal, (ditolong 100jt, wajib balas 100jt), namun dipahami dengan
arti "tau diri", setidaknya (wajib) membalas kebaikan dengan kebaikan, dengan
balasan kebaikan semampunya, atau dengan memberi pujian (memujinya kebaikan
dihadapan orang lain) atau dengan yang terakhir (jika tidak sanggup membalasnya)
yaitu membalasnya dengan mendoakannya
(Abu Daud, Tirmidzi)

BAB ADAB KEPADA ORANG LAIN

28
Bab 111
Adab yang paling pertama ada pada diri Kaum Muslimin adalah membalas kebaikan,
membalas kebaikan disini setidak tidaknya membalas dengan ucapan terima kasih
(yang tulus)
(Abu Dawud, Tirmidzi)

Bab 112
Berterimakasih kepada kebaikan manusia adalah rasa syukur kepada Allah. Jika
seseorang tidak membalas kebaikan manusia setidaknya dengan terima kasih, maka
sama dengan tidak mensyukuri / bersyukur terhadap nikmat dari Allah
(Ash Shahihah)

Bab 113
Abu Dzar, pernah ditanya (diajari) Nabi ‫ﷺ‬, (disini didapat fawaid bahwa salah satu
metode mengajar yang dicontohkan Nabi ‫ ﷺ‬dengan bertanya). Amal apa yang
paling baik ? (Dimana jawabannya adalah) :
1. Iman Kepada Allah (Jihad di JalanNya)
2. Memerdekakan Budak (Yg harganya paling mahal)
3. Membantu/Menolong Orang Lain (Yang Membutuhkan Pertolongan)
4. Mengerjakan Sesuatu Untuk di Jual (Berniaga)
(Ash Shahihah, Bukhari, Muslim)

Bab 114
Ciri Ciri Penghuni Surga salah satunya adalah beramal/berbuat baik (kepada yang
lain), dimana disebutkan Nabi ‫ﷺ‬, "orang yang berbuat baik didunia, maka akan
berbuat baik di akhirat (Ahli Surga), dan sebaliknya". Jika ingin menjadi Ahli Surga,
maka beramal baiklah/berbuat baik, menolong (kepada yang lain)
(Shahih Lighairihi, Kutubus Shittah)

Bab 115 / 116

29
Dari Nabi ‫ﷺ‬, "Bersedekah adalah Wajib", maksud Sedekah disini adalah Berbuat
Baik. Wajibnya berbuat baik, dan sebaliknya Haram berbuat buruk. Jika seseorang
tidak mampu bersedekah, maka wajib baginya bekerja, agar memberi kemanfaatan
bagi orang lain. Jika seandainya tidak mampu bekerja, dia menolong (orang yang
butuh bantuan). Jika tidak mampu, dia menyeru kepada kebaikan (ma'ruf) dan
menyeru untuk menjauhi kemungkaran (mungkar). Jika tidak mampu setidaknya dia
menahan diri dari keburukan (dosa), ini juga merupakan sedekah
(Bukhari, Muslim)

Bab 115 / 116


Dari Abu Dzar, Orang Orang (Kaya) membawa pergi pahala mereka (Bersedekah
dengan Hartanya), sedangkan bagaimana dengan yang miskin? Dijelaskan oleh Nabi
‫ﷺ‬, selain dengan Harta (yg sedikit karena Miskin), sedekah bisa dilakukan dengan
banyak cara, setiap Tasbih, Tahmid, adalah sedekah, bahkan semuanya termasuk
(bahkan) kemaluan adalah sedekah (mengauli Istri). Lantas diperjelas apakah dalam
Nafsu (Syahwat) ada pahala? Dijawab oleh Nabi, jika menyalurkan itu didasari
keharaman maka Haram, jika menyalurkan itu didasari kehalalan, maka Halal
(Muslim)

Bab 115 / 116


Menyingkirkan Gangguan dari Jalan, termasuk perbuatan baik, termasuk kebaikan.
Amalan sederhana ini (jika dilakukan karena Allah, dan Allah terima), bisa
memasukkan seseorang kedalam Surga. Jika ada gangguan dijalan, bahkan batu yang
mengganggu jalan bagi orang lain, maka jangan segan untuk menyingkirkannya.
Fawaid lain disini adalah Peka terhadap orang lain, walaupun bantuan yang diberikan
sangatlah sederhana. Diriwayat lain, menyingkirkan Duri (agar tidak
menyakiti/berbahaya bagi orang lain, yang tentu dilakukan karena Allah), maka bisa
menggugurkan dosanya (dosa kecil), dan menjadi jalan masuk ke Surga
Pada riwayat lain sejenis adanya tambahan redaksi buruknya meludah di (area)
Masjid, dan tidak menutupnya dengan tanah (ini bisa menjadi gangguan bagi org
lain)
(Bukhari, Muslim)

30
Bab 117
Penjelasan Umum bahwa setiap kebaikan adalah sedekah (Pahala Sedekah)
(Ash Shahihah, Muttafaq Alaih)

Bab 118 - 119


(Tidak Dibahas Ustadz, Hadits Khusus Tidak Relevan, Tidak Ditemui Zaman Kini, dan
Riwayat Pendamping lain Haditsnya Tidak Shahih), akan ada penegasan umum pada
Bab lainnya

Bab 120
Seorang Muslim adalah cerminan bagi diri sesorang Muslim lainnya. Jika ada
keburukan, aib pada diri Saudara Muslim lainnya , maka bercerminlah (seolah
olah/intrispeksi diri) bahwa itu juga ada pada dirinya. Jika dia melihat ada keburukan,
aib pada diri Saudaranya (Muslim), wajiblah dia meluruskannya, atau jika tidak
mampu, dia meluruskan dirinya sendiri

Bab 121
Larangan dalam bercanda. Yang pertama adalah dilarangnya bercanda mengenai
harta, menyembunyikan harta temannya, berbohong (bercanda) soal kepemilikan
harta, kaya pura2 miskin / miskin pura2 kaya. Harta yang menjadi identitas, atau
kebanggaan temannya juga tidak boleh dipermainkan, diambil, disembunyikan dan
sebagainya
(Abu Dawud, Tirmidzi)

Bab 122
Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka baginya pahala seperti
orang yang mengerjakan kewajiban. Sabda Nabi ‫ ﷺ‬disini dalam konteks, seseorang
yang tidak mampu menolong mengangkut karena kendaraannya (Unta/keledai), dan
menunjuki orang lain yang dapat menolong mengangkut dengan kendaraannya.
Maka orang ini mendapat pahala seperti orang yang memberi pertolongan

31
(walaupun dia sendiri tidak sanggup menolong), walaupun hanya menunjuki seorang
lain yang mampu memberi (kebaikan) pertolongan

Bukan menunjuki mesjid lantas dapat pahala shalat. Bukan mempost status
ayat/hadits, lantas mendapat pahala Ulama Tafsir/Hadits. Bukan menunjuki orang
untuk Ibadah, lantas dia dapat pahala Ibadah. Seseorang disini *haruslah tidak
mampu menolong namun dia tetap memberi solusi yang sepadan* maka barulah
mendapat keutamaan dari kebaikan tersebut diatas
(Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi)

Bab 123
Tidak membalas dendam, bahkan atas keburukan yang sengaja dilakukan orang lain.
Memaafkan adalah yang terbaik adapun tidak memaafkan juga tidak mengapa
kepada orang yang sengaja berbuat buruk (kepada kita)

Bab 123
Nabi ‫ ﷺ‬dalam khutbah umum menuntunkan seseorang untuk menjadi pemaaf.
Konteks pemaaf disini adalah apabila kesalahan tersebut tidak disengaja, pelaku
kesalahan sudah memintai maaf, maka kita dituntunkan untuk menjadi pemaaf.
Memaafkan ketidak sengajaan, pelaku sudah meminta maaf adalah hal Wajib
(Harus), tidak boleh pendendam, sebagaimana Allah-pun mengampuni/memaafkan
seseorang yang tidak sengaja atau telah mengakui kesalahannya (bertaubat)

Ajarkanlah, Permudahlah, Jangan engkau membuatnya sulit (mempersulit), jika salah


seorang diantara kalian marah, maka hendaklah ia diam

Disini Nabi ‫ ﷺ‬memberitahukan jika pada posisi salah, menyebabkan orang lain
marah akibat kesalahan kita, maka sikap kita adalah diam, diam disini maksudnya
adalah tidak mendebatnya, tidak melawannya, melainkan sabar, mendengarkan,
mengakui kesalahan, dan meminta maaf
(Bukhari, Muslim, Kutubbus Sittah)

32
Bab 124
Tidak bolehnya berprasangka (buruk), jikapun sesuatu tersebut sangat samar bahkan
sangat santer adalah sebuah keburukan (walaupun seandainya ada bukti kuat, dalam
konteks non persidangan). Wajibnya seorang Muslim berprasangka baik, atau
minimal mengubur prasangka buruk, atau itu akan menjadi keburukan bagi orang
lain, orang orang lain akan ikut berprasangka, atau minimal prasangka (buruk) itu
justru malah memburukkan dirinya (hatinya) dengan orang lain
(Tafsir 48 Surat Fath, Bukhari, Abu Dawud)

Bab 125
Adab paling minimal seorang Muslim dengan Muslim lainnya adalah "Senyum",
sebagaimana dipersaksikan Sahabat Jarir, Nabi ‫ ﷺ‬sejak aku masuk Islam tidak
pernah memandangku kecuali mendahuluiku dengan tersenyum. Senyum adalah
Adab sesama Muslim, dan sebaliknya senyum (duluan) tidak dituntunkan kepada
Non Muslim (kecuali membalas senyum). Kemudian dari Aisyah, Nabi ‫ ﷺ‬justru tidak
pernah tertawa (terbahak bahak), melainkan senyum atau maksimal sedikit tertawa.
Salah satu Adab Kaum Muslimin adalah tidak tertawa terbahak bahak (berlebihan)

Didalam Bab ini pula dijelaskan wajah Nabi ‫ ﷺ‬seperti awan yang cerah, sebaliknya
wajah Nabi ‫ ﷺ‬gelisah jika awan hitam (mendung/badai), karena kekuatiran
turunnya Azab. Ini masuk ranah Aqidah bahwa awan hitam bukanlah tanda hujan
(untuk disyukuri), melainkan kekuatiran ketakutan akan turunnya Azab Allah, adapun
yang turun adalah hujan maka kita mensyukurinya
(Bukhari)

Bab 126
Sering Tertawa dapat mematikan hati. Disini bukan berarti tertawa adalah Haram,
tetapi sering tertawa adalah kurang baik, karena disebutkan Nabi ‫ ﷺ‬bisa
mematikan hati (hilangnya peka, simpati, empati, kurang peduli, masa bodoh, tidak
memikirkan perasaan org lain). Nabi ‫ ﷺ‬juga pernah memarahi/menasihatkan
sahabat yang tertawa tawa, bahwa jika kamu tau apa yang aku tau (ilmu tentang

33
akhirat) niscaya kalian tidak akan banyak tertawa, melainkan menangis (Bukhari,
Tirmidzi)
Bab 127
Adab kaum muslimin haruslah kompak, jika ada satu kebaikan, semua mencocoki
mengikutinya, jika ada satu keburukan, semua memperingatkan agar meninggalkan
(perbuatan) itu
(Tirmidzi)

Bab 128 - 129


Adab sesama Kaum Muslimin adalah bermusyawarah, dan orang yang diajak
bermusyawarah adalah orang yang baik, dalam sebuah riwayat di bab ini, orang baik
yang cocok dipilih untuk bermusyawarah adalah orang yang baik shalatnya.
Bermusyawarah adalah cara untuk mendapat petunjuk dan pertolongan dari Allah,
sebagaimana juga Allah sebut dalam Al Imran : 159, dan Asy Syuuraa :38
(Ash Shahihah, Tirmidzi)

Bab 130
(Dalil Landasan Tidak Shahih)

Bab 131
Adab sesama kaum muslimin lainnya yaitu saling mencintai, hal ini adalah *Wajib*,
sedangkan sebaliknya adalah Haram, karena adanya redaksi ancaman pada Hadits
ini, dimana Nabi ‫ ﷺ‬bersabda : "Tidak akan masuk Surga" (sesama Muslim yang
tidak saling mencintai). Mencintai disini berarti ramah, sopan, peduli, menolong,
simpati, empati, sebagaimana seseorang mencintai seseorang yang lainnya
(Muslim, dengan derajat Hasan Lighairihi)

Bab 132
Adab sesama kaum muslimin selanjutnya adalah bersatu (persatuan). Dimana
qadarallah pada bab ini (perkara persatuan) banyak sekali ditemui Hadits Hadits
Dhaif, bahkan palsu. Adapun Hadits Hadits yang Shahih tentang persatuan /

34
kesatuan adalah diatas Tauhid, persatuan kesatuan dikarenakan sama Tauhid,
Aqidah, Manhajnya, bukan berbeda beda tetapi bersatu
(Bukhari, Al Qasim, Ad Dhaifah)
Bab 133
Wanita yang bercanda (dan dengan menyanyi) sebaiknya dengan suara yang tidak
terlalu keras. Ini disabdakan Nabi ‫ ﷺ‬kepada Istrinya Aisyah dalam kondisi suka cita
(perkawinan salah seorang sahabat). Hadits ini sebagai penjelas bahwa (walaupun)
suara wanita adalah aurat (jika berkutbah, berceramah, berbicara dihadapan umum
dimana ada Kaum Ikhwan), bernyanyi boleh dilakukan dalam suasana perkawinan,
dilakukan wanita, dan tidak dengan suara yang keras. *Note : selain itu, dimana
bernyanyi/musik (duff/rebana), adalah Haram*
(Bukhari, An Nasai)

Bab 134
Bercanda ada didalam Islam, bahkan ini Adab sesama kaum muslimin untuk
mencairkan suasana, tidak kaku, tidak terlalu tegang, dimana Nabi ‫ ﷺ‬adalah salah
seorang yang gemar bercanda. Pada bab ini didapati Hadits candaan Nabi ‫ﷺ‬
kepada Abu Umair (candaan kepada anak anak kecil), candaan apakah ada Unta yang
melahirkan selain anak Unta?, termasuk disebagian Taqhiq bab ini dimasukkan
Hadits candaan Nabi ‫ ﷺ‬kepada Aisyah, apakah ada kuda bisa terbang? (boneka
mainan Aisyah), ada yaitu Kuda Nabi Sulaiman Alaihissalam jawab Aisyah, dimana
Hadits Kuda Terbang ini juga masuk di Bab Gambar dan Patung, dimana bolehnya
anak anak bercanda (bermain) dengan boneka

Canda dan tawa (tidak berlebihan) disini adalah boleh, juga sebagaimana ada pada
Hadits lain dimana Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Sesungguhnya aku tidak akan berkata kecuali
perkataan yang benar." Maka difahami disini canda selama tidak menimbulkan tawa
yang berlebihan, dan juga tidak didasari kebohongan (keharaman), adalah boleh.
Adapun berlebihan, menimbulkan tawa terbahak bahak dan mengandung
kebohongan untuk mebangkitkan gelak tawa adalah Haram
(Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi)

35
BAB ADAB WAJIB ADA / TIDAK ADA PADA DIRI SENDIRI

Bab 135
Seseorang yg keji, bukanlah (hanya) seseorang yang berbuat keji. Melainkan (juga)
yang tidak memiliki akhlak (adabnya terhadap diri sendiri). Sebaik baik seseorang
Muslim adalah yang akhlaknya baik, adapun ibadah sedekah muamalah sama sama
baik, maka final penentu terbaik disini adalah yang disertai akhlak yang baik. Nabi ‫ﷺ‬
Diutus untuk (selain untuk tugas lain) menyempurnakan akhlak

Perihal Akhlak, Nabi ‫ ﷺ‬menuntunkan ketika berhadapan dua pilihan (non Ibadah),
(yang tidak haram), maka memilih yang paling mudah. Berlaku pula sebaliknya,
dalam rangka Ibadah beliau memilih yang paling besar keutamaannya. Ketika
berhadapan dengan yang haram, Nabi ‫ﷺ‬ yang paling dahulu
meninggalkan/menjauhinya. Tidak pernah menyesal kecuali larangan Allah dilanggar,
Tidak pernah marah kecuali larangan Allah dilanggar

Kemudian ditambahkan ciri akhlak yang baik adalah berdzikir (dimana hal ini
dilakukan tanpa orang lain mengetahui kecuali dirinya sendiri), memperbanyak
bacaan La Illaha Illalah, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar (dan atau lainnya)
(Bukhari, Muslim, Ash Shahihah)
Dengan Sanad Shahih Mauquf namun berhukum Marfu - Istilah Hukum ini akan
dijelaskan pada Materi Ilmu Hadits

Bab 136
Bahwa kekayaan yang sesungguhnya bukanlah "Kaya Harta", melainkan Kayanya
Jiwa. Bahwa Akhlak baik bukan ditentukan dari banyak sedikitnya harta (yang lantas
yang dipergunakan sedekah), namun "Kayanya Jiwa", yaitu sifat kedermawanan.
Sifat (akhlak) kedermawanan inilah yang merupakan kekayaan (dunia) yang
sebenarnya

36
Akhlak Dermawan disini diartikan luas, termasuk diantara Akhlak yang dijelaskan
disini adalah :
1. Menepati Janji
2. Ketika dimintai pertolongan, tidak pernah berkata "Tidak"
3. Kemudian mengumpulkan sesuatu dan kemudian membagikannya
4. Tidak pernah menyimpan sesuatu (sedekah) yang bisa dibagikan hari ini, untuk
esok hari
(Bukhari, Muslim)

Bab 137
Kikir (Tamak/Rakus/ Pelit) adalah Akhlak yang sangat dibenci, dan bukan ciri orang
yang beriman. Diibaratkan Iman dan Kekikiran seperti halnya Debu Peperangan Jihad
dengan Asap Api Neraka (sangat jauh). Kikir sangatlah jauh dari (Akhlak) Orang
Beriman. Kikir bukanlah tanda Orang Beriman (Hasan An Nasai yang dinukil Imam
Bukhari)

2 Akhlak yang tidak boleh (Haram) ada pada diri Kaum Muslimin yaitu Kikir dan
Buruk Pekerti (diambil fawaid walaupun dari Hadits Dhaif)
(An Nasai, Ad Dhaifah, Hadits Mauquf dengan hukum Marfu)

Bab 138
Keutamaan seseorang yang berakhlak baik adalah sama dengan Ibadah Shalat
Malam (sunat) terberat yaitu keutamaan Shalat Tahajud

Seseorang yang memahami Agama, akan terlihat dari Akhlaknya (yang baik). Kepada
Sahabat Abdullah bin Amr dijelaskan bahwa 4 hal harus ada pada diri Kaum Muslimin
1. Akhlak yang baik
2. Menjaga diri dari makanan (harta) Haram
3. Berkata Jujur (tidak berbohong)
4. Memegang Amanat (dipercaya / menepati janji)

37
Didalam Bab ini ada pula Hadits "Lebih Kencang dari Angin Berhembus", selain
fawaid jumlah dan kecepatan dalam sedekah, Fawaid Adab disini adalah sangatlah
lemah lembut / santun, ketika bertemu (berinteraksi), umumnya kepada sesama
Kaum Muslimin, dan khususnya dengan Guru
(Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah)
Bab 139
Pelit adalah Akhlak buruk selanjutnya yang tidak boleh ada pada diri Kaum Muslimin.
Pelit diartikan luas pada bab ini diantaranya
1. Banyak bicara (tak bermanfaat)
2. Membuang2 waktu (tak bermanfaat)
3. Kegiatan2 / Hoby (tak bermanfaat)
4. Membuang2 uang (tak bermanfaat)
5. Banyak bertanya (tak bermanfaat)

Ini, serupa dengan Dosa Durhaka kepada orang tua, dan mengubur anak
(perempuan) hidup hidup
(Bukhari)

Bab 140
Seseorang yang akhlaknya baik, tercermin dari Hartanya yang baik. Kepemilikan
harta dari Hal yang baik. Karena tidak akan mungkin, seseorang dengan akhlak baik,
memiliki harta yang tidak baik. Dimana jika ada harta dimiliki ternyata berasal dari
tidak baik, maka akhlaknya tidak (belum) baik
(Bukhari)

Bab 141, 142, dan 143


(Tidak Dibahas Ustadz)
(Tidak Ada Fawaid Khusus)

Bab 144
(Landasan Dalil Tidak Sesuai)

38
Bab 145
Mencaci Maki (didepan orangnya), dan Melaknat (tidak dihadapan orangnya), adalah
termasuk Adab (Akhlak) yang buruk. Ini bertolak belakang dengan Adab (Akhlak)
yang dimiliki Muslim yaitu Pemaaf, Sabar, dan lainnya. Sebaik baik ketika ada konflik,
permasalahan, kesalahan atau lainnya, yaitu bermusyawarah, mencari solusi, dengan
lemah lembut, meminta maaf, memaafkan, tidak dendam, tidak mencaci maki, atau
melaknat (kecuali laknat terhadap yang wajib/diperbolehkan untuk dilaknat

Nabi ‫ ﷺ‬Bersabda : tidaklah seorang dianggap Mukmin (beriman) apabila (suka):


1. Menuduh (orang lain)
2. Melaknat* (orang lain)
3. Keji (termasuk Zina)
4. Tajam Lidahnya (Mulut Kasar/Menyakiti Hati)
*diluar yang diperbolehkan
(Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Kutubus Sittah)

Bab 146
Orang Orang yang suka melaknat, pada Hari Kiamat tidak akan (menjadi saksi),
memberi syafaat (kehilangan hak sebagai saksi Kaum Muslimin dan pemberi
syafaat). Orang orang jujur melengkapkan akhlaknya dengan tidak melaknat. Karena
laknat (emosi) adalah termasuk ucapan yang tidak benar (tidak jujur)

Apabila suatu Kaum saling melaknat, maka Allah akan melimpahkan laknat kepada
Kaum tersebut. Berlaku mahfum apabila kedua pihak/orang saling melaknat, maka
Allah melimpahkan pula laknat kepada kedua pihak/orang tersebut. Laknat
kebencian Allah kepada orang yang melaknat tersebut, sebagaimana benci orang
terhadap orang lain yang dilaknatnya

39
(Muslim)

Bab 147
(Tidak Dibahas Ustadz)
(Laknat Terhadap Budak)
Bab 148
Landasan Dalil Tidak Shahih

Bab 149
Melaknat Orang Kafir (tanpa sebab) bukanlah Adab Kaum Muslimin, sebagaimana
Abu Hurairah pernah meminta Nabi ‫ ﷺ‬untuk melaknat Kafir (mendoakan
kehancuran). Nabi ‫ ﷺ‬menjawabnya : sesungguhnya aku tidak diutus sebagai
seorang pelaknat, melainkan diutus sebagai pembawa kasih sayang

Tidak diperkenankannya sembarang "laknat" walaupun kepada Kafir, apabila tanpa


sebab. Fawaid lainnya adalah, meminta kepada Allah untuk Doa Doa yang buruk juga
bukan Adab yang baik. Kemudian, seseorang yang (termasuk Kafir) tanpa perlu
dilaknat, Allah sudah pasti akan melimpahkan kehancuran terhadap orang orang
yang buruk
(Muslim)

Bab 150 - 151


Dari Asma binti Yazid, Nabi ‫ ﷺ‬pernah menceritakan seburuk buruk diantara kalian
adalah orang yang menyebarkan fitnah (mengadu domba), orang ini merusak kasih
sayang diantara orang yang saling menyayangi

Keburukan disini sama dengan seseorang yang bebas (sering) Berzina. Keburukan
disini juga menimpa orang yang mendengarkan adu domba (termakan adu domba),
mereka semua *sama*. (Maka disinilah betapa pentingnya husnuzon)
(Bukhari)

40
BAB ADAB ADAB DALAM PUJIAN

Bab 152
Termasuk penghinaan, apabila memanggil dengan nama nama panggilan yang buruk
(Bukhari)

Bab 153
Tidak dibenarkan memuji dengan pujian yang berlebihan. Pujian diperbolehkan
selama dengan tulus dan maksud yang baik, adapun yang dilarang adalah pujian
yang berlebihan. Dilarang disini adalah karena pujian yang berlebihan adalah milik
Allah, dan karena pujian yang berlebihan (kepada manusia) biasanya adalah dusta
(Bukhari)

Bab 154
(Tidak Dibahas Ustadz)

Bab 155
Orang yang suka memuji, justru tercela, dimana Nabi ‫ﷺ‬, melempar orang orang
seperti ini dengan debu. Suka memuji berlebihan disini diartikan menjilat, mencari
muka, dan untuk orang orang demikian debu yang dilemparkan ke wajahnya adalah
sebagai peringatan/teguran atas sikap/sifatnya yang suka menjilat atau mencari
muka
(Bukhari, Muslim)

Bab 156 dan 157


Landasan Dalil Tidak Shahih

41
Bab 158
Jangan memuji seseorang, dimana pujian tersebut malah memberatkan seseorang
tersebut, pujian yang malah menjadi beban
(Bukhari)

BAB ADAB MENCINTAI BERTEMU /TAK BERTEMU (BERKUNJUNG)

Bab 159
Berziarah, mengunjungi saudaranya, adalah bentuk pujian, bentuk menghargai orang
yang didatangi. Orang orang yang berziarah, mengunjungi saudaranya (darah, non
darah) didoakan langsung oleh Allah, agar baik perjalananmu (berpahala) dan
menempati rumah di Surga
(Tirmidzi)

Bab 160
Berziarah, Menziarahi, disunahkan untuk saling makan bersama, dan saling memberi
pakaian, bisa pada suatu ketika yang menziarahi yang membawa makanan/pakaian,
bisa jadi yang diziarahi menyediakan makanan/pakaian (tergantung situasi masing
masing penziarah dan yang diziarahi)
(Bukhari)

Bab 161
Seseorang yang berziarah, Allah mengutus malaikat pada jalan yang dilaluinya.
Malaikat ini khusus hadir pada orang yang berziarah bukan karena ada kepentingan
tertentu, melainkan berziarah karena mencintai orang yang diziarahi karena Allah.
Adanya "kawalan" langsung Malaikat diutus Allah disini menandakan betapa besar
keutamaan amalan ini (Adab ini), misal : mengalahkan keutamaan Presiden yang
dikawal Paspampres
(Muslim)

Bab 162

42
Seseorang yang mencintai saudaranya (karena Allah), walaupun tidak pernah
bertemu, maka Allah akan mempertemukan keduanya, kemudian bersama di akhirat
kelak. Sebagaimana jika kita mencintai Baginda Rasulullah ‫ﷺ‬, dengan sebenar
benarnya, kelak kita akan dipertemukan, walaupun tidak pernah bertemu di dunia
(Bukhari)

BAB ADAB BERKENAAN DENGAN UMUR


(LEBIH TUA)

Bab 163
Nabi ‫ﷺ‬, mengancam tidak termasuk golongannya, bagi yang tidak memiliki adab
berkenaan dengan umur (Hak dan Kewajiban berkenaan dengan umur). Menyayangi
yang lebih kecil, dan menghargai yang lebih dewasa
(Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Ash Shahihah)

Bab 164
Bukan sekedar menghargai, bahkan menghormati, seseorang yang lebih tua mesti
dimuliakan (ditinggikan), sebagaimana memuliakan orang yang sedang membaca Al
Quran, atau memuliakan pemimpin yang Adil
(Abu Dawud)

Bab 165
Memuliakan yang lebih tua, juga dalam bentuk mempersilahkannya lebih dahulu
dalam bicara. Lebih dahulu disini diartikan luas termasuk ketika memulai duduk,
memulai makan, memulai musyawarah, memulai dengan mendahulukannya atau
meminta izinya, dan lainnya
(Bukhari, Muslim)

Bab 166
Memuliakan yang lebih tua, termasuk tidak menyela pembicaraannya,
memotongnya, menimpalinya, (dalam konteks sedang bicara menjelaskan),
memperhatikan, mendengarkan, menunggunya hingga selesai kemudian

43
menanggapinya. Termasuk disini tidak bermain HP ketika seseorang lebih tua sedang
bicara kepadamu
(Bukhari, Muslim, dan Surat Ibrahim)

Bab 167
Orang orang (lebih) tua, didahulukan dalam kandidat menunjuk/menjadikannya
pemimpin, baik pemimpin besar (misal : Ulil Amri) atau pemimpin kecil (misal :
Komandan Perang, atau lainnya), dengan catatan orang ini bertakwa kepada Allah
dan Rasulnya. Ini juga kita dapati di Imam Shalat, jika bacaan shalatnya, hijrahnya,
sama sama baik, maka faktor penentu dipilihnya Imam adalah Umurnya
(Ahmad)

Bab 168
Seseorang yang lebih tua, tidak tercela jika mendahului memberi sesuatu kepada
yang lebih muda, Nabi ‫ ﷺ‬pernah menuntunkan memberi sesuatu (buah) kepada
anak kecil. Kemudian pada bab ini juga dibahas, jika ada beberapa orang dan
terbatasnya hadiah/pemberian maka Nabi ‫ ﷺ‬disini memilih yang paling kecil
(Muslim, Ibnu Majah)

Bab 169
(Tidak Dibahas Ustadz)
Hadits dan Fawaid serupa Hak kepada dewasa dan anak kecil, namun dari perawi
yang berbeda

Bab 170
Menggendong (anak kecil) / merangkul (agak besar) adalah satu adab baik mencintai
kepada yang lebih kecil. Gerakan tubuh ini adalah juga merupakan simbol meyayangi
anak kecil (lebih muda)
(Bukhari)

44
Bab 171
Perbuatan mencium juga merupakan adab baik dan simbol kasih sayang kepada yang
lebih muda. Adapun pada bab ini dijelaskankan secara lebih spesifik jika perempuan
maka tidak lagi mencium(-ciumnya) sampai kisaran usia 2th, adapun anak lelaki atau
lelaki lebih muda menciumnya sebagai bentuk adab dan simbol menyayangi yang
muda ini tidak mengapa
(Bukhari -tetapi berhenti pada Sahabat)

Bab 172
Kemudian mengucap ngusap kepala, mengelus-elus, dan mendudukkan dipangkuan,
mengajak bermain, adalah juga adab baik dan simbol kasih sayang kepada yang lebih
muda. Pada hadits pada bab ini pula ada penyertaan adab dengan menanyakan
kabar, (memperhatikan/mengajak berbincang2), dan juga memberi nama
akrab/nama panggilan. Adalah termasuk yang baik memberi nama panggilan (nama
kunyah) bagi yang lebih tua, dan menerimanya bagi yang muda

Bab 173
Menyayangi anak kecil (yang lebih muda) juga merupakan jalan mendapatkan
kecintaan Allah. Dimana siapa yang mencintai (lebih kecil/lebih lemah) Allah akan
pula mencintainya

Dalil disini diredaksikan lengkap oleh Nabi ‫" ﷺ‬Barang siapa tidak menyayangi
(orang lain), maka dia tidak disayangi Allah, barang siapa tidak memaafkan (orang
lain), maka dia tidak diampuni (Allah), orang yang tidak memaafkan tidak dimaafkan,
dan orang yang tidak memelihara diri sendiri (dari maksiat) tidak dipelihara oleh

45
Allah." Dimana ini adalah ada fawaid Asma Wa Sifat Allah, dimana Allah
mengikuti/membalas perilaku umatnya dengan yang semisal
(Bukhari, Muslim)

BAB ADAB UMUM DALAM MENYAYANGI


Bab 174
Dalil tentang menyayangi (secara umum), dimana disini ada fawaid Asma Wa Sifat
Allah, diperkaya pada bab ini :

Dari Umar, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda :


"Tidak dikasihi orang yang tidak mengasihi, tidak diampuni orang yang tidak
mengampuni, tidak diterima taubatnya orang yang tidak bertaubat, tidak terjaga
orang yang tidak menjaga."

Dari Muawiyah. dari Bapaknya, berkata, "Seseorang berkata, 'Wahai Rasulullah!


Sesungguhnya saya akan menyembelih kambing, maka saya menyayanginya' Atau
dia berkata, 'Sesungguhnya saya merasa kasihan pada kambing bila akan
menyembelihnya' Nabi ‫ﷺ‬ bersabda, 'Walaupun kambing jika engkau
mengasihaninya, maka Allah akan menyayangimu.' Dua kali"
Note : Walaupun Sayang Thd Hewan

Dari Jarir, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: "barangsiapa tidak menyayangi manusia, maka tidak
akan disayang Allah."
Dan banyak lagi hadits pemerkaya lainnya (Bukhari, Tirmidzi, Ash Shahihah)

BAB ADAB PENYAYANG


Bab 175
Pada Bab ini disertakan pula contoh adab kepada anak susuan, anak anak yang
disusui Istri Istri Nabi ‫ﷺ‬, disini diartikan umum bahwa adab menyayangi selain yang

46
telah dibahas, ada adab untuk anak susuan, anak saudara (keponakan), anak yatim
piatu, anak tetangga, dan lainnya

Kemudian disertakan disini bahwa Adab sayang (rasa sayang Allah) kepada
hambanya, sangat jauh lebih besar dari sayang seorang Ayah kepada anaknya
(Bukhari)

Bab Adab Kepada Binatang


Bab 176
Hadits memberi minum anjing yang mahsyur dimasukkan Imam Bukhari pada Bab
Adab terhadap binatang, dimana seseorang yang mengasihani binatang (misal disini
memberi minum anjing kehausan) adalah adab seorang Kaum Muslimin, dan
daripadanya bisa menjadi sebab Allah ampuni dosa dosa seseorang (Termasuk
bahkan dosa besar, contoh disini Pezina, dosa kepada Allah diampuni namun dosa
kepada sesama manusia belum)

Sebaliknya Hadits Kucing yang disiksa, mengurungnya dan hingga kemudian mati
(menyiksa binatang), menjadi sebab seseorang Allah masukkan kedalam Neraka

Tingginya keutamaan, dan beratnya siksaan (Api Neraka) bahkan daripada Adab
kepada (sekedar) binatang

Lalu, kemudian di Bab ini dijelaskan bolehnya memelihara binatang dengan syarat
apabila memelihara disini tidak menyiksanya (bukan hewan alam liar), dan juga
memberi makan, menyediakan kandang, tempatnya yang nyaman
(Bukhari, Muslim, Ash Shahihah)

Bab 177
Tidak diperbolehkannya mengambil, mencuri telur/anak hewan dari Induknya
(hewan bebas atau hewan peliharaan), selain pada hewan hewan yang
diperbolehkan (misal hewan yang diternak). Mengambil telur/anak hewan disini
dimarahi dan diperintahkan Rasulullah ‫ ﷺ‬Untuk mengembalikannya

47
(Ash Shahihah, Abu Dawud)

Bab 178
Burung yang dipelihara dengan dikurung, tidaklah mengapa, asalkan memberinya
makan, mengurusinya, dan tidak boleh menyiksanya
(Bukhari, Muslim)

BAB LARANGAN BERBOHONG


Bab 179
Berbohong tidak diperbolehkan, kecuali dalam tiga keadaan dimana ada dispensasi
(Rukshah), yaitu :
1. Siasat Perang (Jihad)
2. Mendamaikan Kedua Pihak Yg Bertikai
3. Perkataan Suami kepada Istrinya (dan sebaliknya)

“Peperangan, mendamaikan yang berselisih, dan perkataan suami pada istri atau istri
pada suami (dengan tujuan untuk membawa kebaikan/keharmonisan rumah
tangga)”
(Bukhari, Muslim, Ash Shahihah)

Bab 180
Kejujuran menghantarkan seseorang kepada Surga, sebaliknya sedangkan
kebohongan mengantarkan seseorang ke Neraka. Bohong adalah salah satu asal
muasal dosa, dimana dari kebohongan akan mengantarkan kepada kejahatan (dosa)
lainnya, sedangkan kejahatan (dosa) mengantarkan kepada Neraka. Tidak ada
kebaikan, yang tumbuh dari kebohongan, seperti tidak ada pahala yang timbul dari
sesuatu yang haram

Bohong/Dusta tidak diperbolehan baik dalam keadaan serius, maupun santai


(bercanda). Bohong tidak diperbolehkan walau hanya bercanda (dalam candaan)

48
Bohong bukan saja berkata tidak sesuai dengan fakta, namun lebih luas daripada itu,
bahkan diampun bisa jadi termasuk kebohongan (ini pernah dibahas di Gmeet).
Termasuk didalam kebohongan, janji yang tidak ditepati juga merupakan
kebohongan
(Bukhari)

BAB ADAB SABAR


Bab 181
Sabar adalah Adab Kaum Muslimin, pada bab ini bersabar yaitu pada caci maki,
hinaan. Seseorang yang bergaul dan bersabar dengan segala yang dihadapi (dalam
pergaulannya), lebih baik daripada seseorang yang tidak bergaul karena tidak bisa
bersabar dengan segala yang dihadapi (dalam pergaulannya)
(Ash Shahihah, Tirmidzi, Ibnu Majah)

Bab 182
Rasa sedih mendalam yang mana harus ada kesabaran dalam menghadapinya,
bukanlah perihal harta, atau kesehatan, atau lainnya, melainkan sedih mendalam
dan kesabaran mendengar perkataan bahwa "Allah Punya Anak". Allah didapati
masih (sangat) bersabar, masih bisa mengampuni mereka (jika bertaubat),
memberinya rezeki kepada mereka. Disini didapati betapa kita sebagai seorang
Muslim haruslah memiliki sifat sabar
Dibab ini juga dinukil kisah Nabi ‫ ﷺ‬yang kesal dan marah, karena persangkaan
orang yang menuduhnya tidak adil, namun menahannya (sabar) dengan berkata
"Sungguh Musa telah disakiti dengan penderitaan yang lebih besar darinya, namun
dia bersabar." Disini diambil hikmah bahwa bersabar walau bisa marah karena
tuduhan hinaan/cacian, dan mengambil contoh dari orang orang besar lain (misal
disini Nabi Musa) untuk bisa bersabar (Bukhari, Muslim)

49
Bab 183
Sabar kala menghadapi 2 pihak yang bertikai, sabar ketika mendamaikan keduanya.
Sabar kala mendamaikan kedua pihak bertikai, dan berhasil mendamaikannya
berkeutamaan (pahala) lebih besar dari Shalat, Puasa, Sedekah (Sunat). Disini
diambil salah satu fawaidnya, karena Shalat, Puasa, Sedekah (untuk dirinya sendiri /
untuk sebagian orang), sedangkan mendamaikan kedua pihak bertikai sedang
menyelamatkan Agama, sebab permusuhan diantara manusia adalah kerusakan dan
menghancurkan Agama, Di Bab ini juga dinukil Surat Al Anfal 1, dimana
diperintahkan, setelah manusia bertakwa kepada Allah, kemudian memperbaiki
hubungan sesama manusia (Abu Dawud, Tirmidzi)
Bab 184 & 185
Landasan Dalil Tidak Shahih

Bab 186
Disisi seberang kesabaran kala dicaci/dimaki, tidakpula diperbolehkan
mencaci/memaki orang lain (karena tersulut emosi) atau menghina Nasab orang lain
(keturunan). Bisa jadi termasuk untuk dipahami disini, agar bersabar misal : di jalan
raya, agar tidak mudah tersulut emosi, kemudian memaki/mencaci mengumpat
orang lain
Di Bab ini sekaligus terdapat pada redaksi Dalil yang dinukil, dimana juga dilarang,
dan dikhawatirkan dilakukan oleh Umat-ku yaitu "berteriak-teriak, (emosi, tersulut
emosi, cacimaki, mengumpat) menangis-nangis sambil merobek-robek baju ketika
saudaranya meninggal) dan menghina nasab orang lain."
(Ash Shahihah, Muslim)

Bab 187
Landasan Dalil Tidak Shahih

Bab 188
Hadits panjang tentang larangan (Haram) mendiamkan saudara sesama Muslim lebih
dari tiga hari. "Tidak Halal (Haram) bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya
melebihi tiga hari"

50
Yang dimaksud disini masuk kepada Bab Kesabaran, berbesar hati dimana mau
menyelesaikan masalah dengan saudara sesama Muslim. Mendiamkan disini artinya
pembiaran masalah, masa bodoh, egois, tidak besar hati, tidak memaafkan, acuh,
tidak mau menyelesaikan (membiarkan masalah) lebih dari 3 hari. Adapun tidak ada
masalah dan tidak bertegur sapa / bertemu, dalam tiga hari, ini tidaklah termasuk
yang dimaksud "mendiamkan" disini. Kemudian yang Haram disini adalah : Sesama
Muslim, adapun terhadap Non Muslim tidaklah termasuk yang dimaksud disini
(Bukhari)

Bab 189 (Part1)


Pembahasan yang sama Mendiamkan Saudara Muslim, (Pembiaran Masalah dengan
sesama Saudara Muslim lebih dari 3 hari, dijelaskan disini dengan melampirkan lebih
banyak Dalil

"Janganlah kamu saling membenci, janganlah kamu saling iri hati, dan janganlah
kamu saling bermusuhan (bertolak belakang)!. Jadilah hamba-hamba Allah yang
bersaudara, karena tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya
melebihi tiga hari"

"Tidak halal bagi seseorang mendiamkan saudaranya melebihi tiga hari, keduanya
bertemu, lalu yang ini menolak (berpaling ke kiri) dan yang ini menolak (berpaling
kekanan). Sebaik-baik dari keduanya adalah yang lebih dahulu memulai dengan
salam"

"Tidak halal bagi seorang muslim memutus (hubungan dengan saudaranya) yang
muslim melebihi tiga hari, karena keduanya menyimpang dari kebenaran selama
keduanya dalam pemutusan hubungan tersebut...(dan seterusnya)...Jika keduanya
meninggal dalam keadaan memutuskan hubungan mereka berdua (tentu dimaksud
lebih dari 3hari), maka keduanya tidak akan masuk surga selamanya"

51
*Note :* Bahayanya Memutus Hubungan dgn Saudara Muslim, Diancam tidak masuk
Surga (Haram)

"Janganlah saling membenci (bersabarlah) dan janganlah saling mendahului (dengan


cacian), dan jadilah hamba-hamba (Allah) yang bersaudara"

Dan lainnya

(Bukhari, Muslim)

Bab 189 (Part2)


Masih pada Bab ini, dilampirkan pula keutamaan (orang yang bersabar) orang yang
menjaga hubungan dengan sesama saudara Muslim "Tidaklah dua orang saling
mencintai karena Allah Azza wa alla atau karena Islam (mereka bersabar dengan
saudaranya sesama Muslim) karena Allah, lalu sampai keduanya berpisah, maka
yang pertama gugur adalah dosa dari keduanya (sampai keduanya berpisah)"

*Note :* Dalil Hadits disini tidak dengan redaksi bersalaman, adapula Hadits lain
dengan redaksi bersalaman (bertemu dan bersalaman dengan saudaranya),
berguguranlah dosa dosa keduanya (sampai keduanya berpisah)

(Ash Shahihah)

Bab 190
Lebih parah lagi pada Bab ini seseorang yang (tidak bersabar), mendiamkan (dengan
definisi diam sama dengan diatas dan semisal) selama setahun, sama saja (berdosa)
seperti membunuhnya, (seperti orangnya sudah tidak ada, tidak dianggap tidak ada /
dibunuh), dengan redaksional Dalil :

52
.. "Barang siapa mendiamkan saudaranya selama setahun, maka dia seperti
menumpahkan darahnya"... (ada beberapa Hadits semisal dengan redaksi serupa
dengan ini)
(Ash Shahihah, Abu Dawud)

Bab 191
Masih berhubungan dengan sabar, dengan menjaga hubungan sesama Muslim,
diantara disampaikan pada bab ini adalah dengan (memulai) salam. Selalu menebar
salam, memulai segala sesuatu (pertemuan) dengan salam. Perihal salam secara luas
akan dibahas Insya Allah pada bab lain
(Bukhari)

Bab 192 (Part1)


Bersabar dibab ini dibahas didalamnya tentang tidak bermuka dua, lain didepan lain
pula dibelakang. Bersabar dalam (serba serbi, sikap, watak, tabiat saudaranya)
pergaulan, baik dihadapan maupun dibelakang saudara Muslim lainnya. Bersabar
dengan tetap mencintai saudaranya, memaklumi (kekurangannya), tidak pula
membenci, membicarakan dibelakangnya
(Bukhari)

Bab 192 (Part2)


Bersabar dalam menjaga hubungan sesama Kaum Muslimin lainnya

"(Bersabarlah) Janganlah saling membenci dan janganlah saling iri hati, dan jadilah
hamba-hamba Allah yang bersaudara"

"(Bersabarlah Jauhilah berprasangka, karena berprasangka itu adalah ucapan yang


paling dusta. Janganlah jual beli dengan penipuan, janganlah saling iri hati, janganlah
saling membenci, janganlah ingin menang sendiri, dan janganlah saling memutuskan
hubungan. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara"
(Bukhari, Muslim)

53
Bab 192 (Part 3)
Pintu (Pintu) Surga dibuka tiap Senin dan Kamis, (selain memperbanyak amalan pada
hari ini), orang orang yang diampuni dosanya pada hari ini yaitu Orang yg (Sabar)
Bertauhid / Tdk Syirik. Adapun yang diantara keduanya (sesama saudara Muslim ada
perselisihan) maka ditangguhkanlah mereka berdua, sampai mereka berdamai
(Bukhari, Muslim)

Bab 193, Bab 194, dan Bab 195


Landasan Dalil Tidak Shahih

Bab 196
Menahan diri dari mencela, memberi perumpamaan perumpamaan buruk,
diumpamakan seperti anjing yang menelan kembali muntahannya (tidak mungkin),
diartikab disini bahwa caci maki, celaan, perumpamaan buruk yang sudah
dilontarkan tidak mungkin ditarik kembali, maka dari menahan dirilah dari hal
tersebut
(Bukhari)

Bab 197
Tidak Dibahas Ustadz
(Serupa Dengan Bab Sejenisnya)

Bab 198
Landasan Dalil Tidak Shahih
(Hadits Hadits Tentang Caci Maki)

Bab 199
Bersabar dalam melakukan kebaikan, bersabar (kala ringan maupun kala berat)
memberikan pertolongan kepada saudara Muslim, karena pertolongan sadaqah
bukan harus selalu yang berat/sulit, bisa juga bahkan pertolongan yang

54
ringan/sepele (bisa materi non materi) adalah berpahala Sadaqah, dimana dalam
setiap tubuh manusia ada 360 sendi, yang setiap sendi ada sadaqah, maksud disini
pada setiap sisi/saat/waktu ada (kesempatan) kebaikan perbuatan bahkan perkataan
yang baik adalah sadaqah, bahkan senyum (tulus) adalah sadaqah, diam dari
perbuatan buruk juga sadaqah, memberi makan/minum pun sadaqah (bahkan
memberi minum kepada anjing/hewan), termasuk menyingkirkan duri
(batu/dahan/gangguan) dari jalan, bahkan tindakan baik yang "sepelepun" adalah
(berpahala) sadaqah
(Muslim, Ash Shahihah)

Bab Tidak Sabar (Caci Maki)


(Menuduh, Memfitnah, Memanggil Kafir Saudaranya)

Bab 200
Seseorang yang tidak sabar (menahan diri), mengawali terjadinya perselisihan,
mengawali caci maki, maka seseorang tersebut yang harus mendahului
menyelesaikannya (menyudahinya), dengan meminta maaf, mendatangi lebih
dahulu
(Muslim, Ash Shahihah)

Bab 201
Kedua orang yang terlibat pertikaian, bahkan sampai saling mencaci maki, maka
kedua duanya adalah syetan yang saling berbuat buruk, dan keduanya adalah
pendusta (caci maki dalam emosi adalah kedustaan)

*Note :*Terselip Fawaid pada Bab ini dimana Nabi shallalahu alaihi wasallam
menuntunkan untuk tidak menerima Hadiah dari Non Muslim
(Ta'liq Ar-Raghib, Muslim, Ash Shahihah)

55
Bab 202
Seorang Muslim yang mencaci maki orang Muslim, adalah seorang Fasik, teranggap
seseorang Muslim yang menjelekkan/merendahkan Agamanya sendiri. Apabila
menuduh, mencela, mencaci maki kufur, maka kekufuran bisa jadi malah kembali
kepadanya (yang menuduh/memaki)

Pada Sebuah Hadits :


"Mencaci-maki orang muslim adalah fasik"

Pada Hadits Lainnya :


"Mencaci-maki seorang muslim adalah fasik, sedangkan membunuhnya adalah
kufur"

Pada Hadits Lainnya :


"Seseorang diharamkan untuk menuduh fasik orang lain, dan juga tidak
menuduhnya dengan kufur, maka jika tidak, tuduhan itu kembali kepada dirinya,
sekiranya temannya yang dituduh itu tidak seperti yang dituduhkannya"

Pada Hadits Lainnya :


"Barang siapa memanggil seseorang dengan kafir atau dia berkata, 'Musuh Allah',
dan orang yang dipanggil itu tidak seperti yang dituduhkannya, maka apa yang
dituduhkannya akan kembali kepadanya"
(Bukhari, Muslim, Nasa'i, Ibnu Majah)

Bab 203
(Tidak Dibahas Ustadz)

Bab 204

56
Seseorang yang Fasik, Kufur, atau Munafik (tuduhan, sangkaan yang dusta, kepada
sesama Kaum Muslimin, dengan kriteria diatas, diperbolehkan dibunuh atas seizin
Ulil Amri. Sebagaimana Umar pernah mengadu dan meminta Izin kepada Nabi ‫ﷺ‬,
untuk memenggal lehernya (membunuhnya) dan mendapatkan Izin dari Nabi ‫ﷺ‬
'Berbuatlah apa yang engkau inginkan, sesungguhnya surga itu telah disiapkan
atasmu" (Untuk Sikap dan Tindakan yang akan dilakukan Umar)"
(Muslim, Abu Dawud)

Bab 205
Serupa dengan Bab sebelumnya, dengan Hadits Hadits yang diperkaya

"Siapa saja yang mengatakan kepada saudaranya, ‘Wahai kafir!,' maka sungguh salah
satunya kembali kepada ucapan tersebut."

"Apabila seseorang berkata kepada orang lain, 'Kafir!,' maka salah satunya telah
kafir. Jika orang yang dikatakan kafir itu (benar) kafir, maka orang yang mengatakan
itu benar. Jika orang yang dikatakan itu tidak seperti yang dikatakannya, maka
ucapan kufur tersebut kembali kepada diri orang yang mengatakannya."
(Bukhari, Muslim)

BAB MENYIA-NYIAKAN HARTA

Bab 206
(Tidak Dibahas Ustadz)

Bab 207
Pada Bab ini dijelaskan mengenai Adab Buruk yaitu salah satunya menyia-nyiakan
harta, yang pada suatu ketika Nabi ‫ ﷺ‬menyampaikan

Tiga Hal Yang Allah Ridha


1. Menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun
2. Berpegang teguh pada agama Allah

57
3. Saling memberi nasihat kepada pemimpin yang Allah jadikan pimpinan bagimu
(sembunyi sembunyi)

Tiga hal yang Allah Benci


1. Banyak Bicara (tak berguna)
2. Banyak Bertanya (“Kepo”)
3. Menyia-nyiakan Harta
Harta lebih banyak dipergunakan tidak manfaat (dunia), dan sebaliknya tidak
dipergunakan untuk yang bermanfaat (akhirat)

Ibnu Abbas menambahkan tafsirnya, yaitu: Berada presisi pas dipertengahan, tidak
menghambur-hamburkan uang untuk dunia (style/hobby), dan juga tidak pelit

(Muslim, Ash Shahihah, Tafsir Nur 39)

Bab 208
Menyia-nyiakan Harta yaitu disebut juga dengan istilah “Tabdzir”

Ibnu Mas’ud berkata “Yaitu orang-orang yang membelanjakan hartanya bukan


dalam kebenaran”

Kebenaran disini berarti = *Akhirat*


Seseorang yang (sering / lebih banyak) memperuntukkan hartanya bukan pada jalan
kebenaran (Akhirat) maka termasuk Tabdzir, Ini dilarang (Haram) dalam Agama, dan
bukanlah Adab yang baik bagi Kaum Muslimin
(Bukhari)

ADAB MEMELIHARA RUMAH

Bab 209

58
Adab selanjutnya bagi Kaum Muslimin adalah memelihara rumah, membangunnya,
merenovasinya, membetulkan jika ada yang rusak/bocor/dsb, termasuk disini
menyapu, mengepel, bersih-bersih. Selalu cek rumah dari Hama, atau gangguan,
misal ular, tikus, kecoa, dll, membersihkannya berkala

Rumah adalah benteng/perlindungan dasar dan membersihkannya, merapihkannya


adalah persiapan dasar untuk menghadapi gangguan/ketidak teraturan dalam hidup,
ke kehidupan diluar rumah
(Bukhari)

Bab 210
Pada Bab ini ditampilkan Hadits bahwa dalam membangun rumah (fisik), termasuk
merenovasi rumah tinggal sendiri, tidak seperti muamalah rumah tangga lain yang
bernilai Pahala, melainkan tindakan ini tidak berbuah Pahala. Maksud disini adalah
sebegitu lumrahnya membenahi Rumah, maka tidak terhitung sebagai Amal Ibadah,
seperti lumrahnya bicara(biasa), jalan kaki(biasa), servis motor(biasa), memanjat
pohon (biasa) tidak berpahala

Hadits ini tidak bertentangan dengan Hadits lainnya, karena betul semua yang
diniatkan Ibadah adalah Pahala, namun yang dimaksud disini, membangun rumah,
(sebagaimana misal service motor / service hp / service ac) hal yang sangatlah
"lumrah", tidak termasuk Pahala
(Bukhari)

Bab 211
Seseorang dalam membangun rumah / atau berkebun yang dalam pekerjaannya
menggunakan jasa orang lain (tukang/anak buah/tim) maka Adabnya adalah ikut
bekerja bersama (bukan "Bossy"). Seseorang yang ikut (terjun) bekerja dengan
timnya, pekerjaan yang sama dan pekerjaan lain yang membantu melengkapi
pekerjaan lainnya, maka pekerjaannya dianggap bekerja Untuk Allah Azza wa Jalla
(berpahala), adapun sebaliknya, hanya menyuruh, memerintah, tanpa ikut

59
membantu, maka bukanlah Adab seorang Muslim, dan dari pekerjaannya ini tidak
bernilai Pahala (kosong)

Note: Qiyas juga pada pekerjaaan (Bossy), tidak ikut terjun dalam pekerjaan bersama
Timnya/Karyawannya/Anak Buahnya
(Bukhari, Ash Shahihah)

Bab 212
Pekerjaan/Kegiatan yang tidak begitu disenangi oleh Islam adalah membangun
bermegah megahan, dan menjulang tinggi. "Ketidak-baikan" disini tersirat dalam
redaksi dekatnya Kiamat dengan orang orang yang membangun dengan bermegah
megahan, menjulang tinggi

Perilaku diatas, sama, sejenis, sekategori dengan perilaku-perilaku lain yang dicirikan
sebagai tanda dekatnya Kiamat

Salah satu Fawaid utama pada Bab ini adalah, jauhi Pekerjaan/Kegiatan yang
membangun dengan bermegah megahan, tidak membangun rumah (tinggal) dengan
berlebihan, bermegah megahan, tidak pula menggunakan harta dengan berlebihan,
memamerkan kemegahan, ketinggiannya, jusru menggunakan kelebihan harta untuk
kemaslahatan, bukan dengan bermegah2an

Secara Adab, Rumah, Bangunan yang megah, dan tinggi seakan-akan menyaingi
ketinggian dan kemegahan Istana Kerajaan Allah. Sebagai hamba maka sebaiknya
sederhana, adapun kelebihan harta dimanfaatkan untuk kemaslahatan

Note1 : Qiyas juga dengan kendaraan mewah


Note2 : Ini telah terjadi bahkan di wilayah Arab, malah rumah, gedung, masjid (dan
kendaraan) sangat megah, menjulang tinggi (mewah)

Milikilah rumah tinggal (kantor kendaraan) dengan sederhana, nyaman, secukupnya,


ini didapati contohnya dari Nabi ‫ ﷺ‬dan Para Sahabat sangat kaya, misal Abu Bakar,

60
Umar, Utsman, Abd bin Auf, dan Sahabat Sahabat Kaya (sedang) tidak ada yang
memiliki Rumah, Kendaraan yang mencolok kemewahannya

Para Tabiin mengatakan, mereka mendatangi ziarah kerumah rumah sahabat, "lalu
saya dapat memegang atapnya dengan tangan saya" (rumah sederhana)

Kekayaan, kelebihan Harta dipergunakan Sahabat untuk Akhirat (Jihad, Sedekah,


Kemaslahatan), bukan untuk kemewahan diri, "Merek Diri". *Kekayaan dan "Merek
Diri" terlihat oleh orang lain dari kepribadian dan penggunaan harta untuk/kepada
orang lain, agamanya. Bukan dari Bentuk Rumah/Kendaraannya.* Menjadi "Kaya
Raya" tidak lah mengapa, namun yang tidak termasuk Adab disini adalah bermegah-
megah dan bermewah-mewah. Kemewahan dan Kemegahan juga tidak disenangi
Nabi ‫ ﷺ‬dan Para Sahabat kaya lainnya, karena sangat dekat dengan Riya, Ujub,
Summah, dan (bisa) menyakiti, menyinggung perasaan orang lain, yang tidak
beruntung
(Bukhari)

Bab 213. *Tidak Dibahas Ustadz*


Bab 214
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda "Termasuk kebahagiaan seseorang adalah rumah yang lebar
(luas), tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman"

Maksud "luas" disini bukan berbatas pada luas bangunan fisik rumah semata, tetapi
lebih dari batasan tersebut, luas disini, suasana yang nyaman dirumah, tenang,
kondusif, aman, nyaman, sakinah, inilah yang dimaksud "luas" (lapang/lega/lebar)
disini. Termasuk didalam adab Kaum Muslimin menciptakan (suasana) rumah dalam
keadaan demikian diatas, dan kebahagiaan dalam kehidupan, diawali didasari dari
keadaan rumah yang "luas"
(Ash Shahihah)

Bab 215
(Landasan Dalil Tidak Shahih)

61
Bab 216
Seperti buruknya Bab sebelumnya (Bab 212), tanda tanda kiamat lain adalah
keburukan dimana orang orang suka mengukir (menggambar/menghias) rumah,
estetika berlebih-lebihan. Dengan redaksi Hadits : "Hari kiamat bangkit jika manusia
membangun rumah seperti baju-baju yang bergambar" ("Membangun" disini
mengukir/menggambar rumah)

Ibrahim, salah satu Perawi menambahkan termasuk diantaranya motif garis garis,
(ukiran/gambar rumah motif garis garis)
(Ash Shahihah)

Bab Lemah Lembut

Bab 217 (Part1)


Pada Bab ini ditampilkan Hadits "Wa'alaikum" dari Aisyah yang marah merespon
salam (hinaan) dari Kaum Kafir, disini diambil Fawaid adab dimana Nabi ‫ﷺ‬
menuntunkan untuk lemah lembut (dahulu), walaupun pada konteks sudah jatuh
bisa bersikap keras / kasar

"Jangan terburu-terburu wahai Aisyah!, Sesungguhnya Allah menyenangi lemah-


lembut dalam segala urusan.'" Lalu saya berkata, "Wahai Rasulullah! bukankah
engkau mendengar apa yang mereka katakan?" Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menjawab, "Aku telah mengatakan, Wa'alaikum (semoga (kecelakaan)
menimpa kalian)"

62
Lemah lembut dalam (segala urusan) adalah tanda kebaikan (pahala) dalam diri
seseorang. Sebaliknya tidak lemah lembut, maka seseorang telah kehilangan
kebaikan (pahala)

"Barang siapa hilang kelemah lembutan, maka dia kehilangan kebaikan"

"Barang siapa diberikan keberuntungan baginya dari sifat lemah lembut, maka
sungguh dia telah diberikan kebaikan. Barang siapa tidak diberikan keberuntungan
baginya dari sifat lemah lembut, maka dia sungguh telah dihalangi dari kebaikan.
Sesuatu yang paling berat dalam timbangan orang mukmin pada hari kiamat adalah
akhlak yang baik. Sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang keji dan
berakhlak buruk"
(Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ash Shahihah)

Bab 217 (Part2)


Salah satu dari kelembutan, dan Adab yang baik adalah menutupi Aib seseorang,
"Tutupilah ketergelinciran (dalam kesalahan) orang-orang yang baik perangainya
(orang yang berwibawa)"

Berbaik sangka, Kekurangan, Kesalahan, Aib, sesuatu yang tercela, yang ada pada diri
seseorang yang kita tutupi Aibnya, karena orang itu Bodoh (tidak tau). "Kebodohan
itu terdapat didalam perbuatan tercela, dan sesungguhnya Allah Maha Lembut dan
senang terhadap sifat lemah lembut"

Kelembutan adalah keharusan, "Engkau harus lemah lembut (jangan berlaku kasar),
karena sesungguhnya kelembutan tidak ada pada sesuatu kecuali yang telah
dihiasinya, dan tidaklah kelembutan itu dapat dilepaskan dari sesuatu kecuali yang
tercela"
(Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ash Shahihah)

BAB SEDERHANA BUKAN BAKHIL

63
Bab 218
Dari Hadits yang bersandar kepada Istri Nabi (Mauquf), bahwa didapati Aisyah
menambal baju bajunya, Shohabiyah perawi Hadits ini berkata, "Wahai ummul
mukminin! (Istri Raja) sekiranya saya keluar lalu memberitahukan (hal ini) kepada
mereka, maka niscaya mereka menganggap engkau bakhil!" Aisyah berkata,
"Lihatlah dirimu, sesungguhnya tidak ada yang baru bagi orang yang tidak memakai
pakaian yang telah usang". Ini adalah metafora dalam Bahasa Arab bahwa
"Sederhana bukanlah Bakhil"

Diperjelas bahwa bukanlah berarti sunnah memakai baju tambalan, tetapi maksud
disini, Sederhana adalah dia prihatin memberi sedikit untuk dirinya, walaupun dia
mampu memberi lebih untuk dirinya, sedangkan Bakhil adalah dia prihatin untuk
orang lain (memberi sedikit untuk orang lain), padahal dia mampu memberi lebih
banyak untuk orang lain

Seseorang yang secukupnya dalam hidupnya, adalah sederhana. Seseorang yang


secukupnya untuk hidup orang lain (memberi orang lain), adalah Bakhil
(Bukhari, Hadits ini disebutkannya Hasan)
Bab 219
(Tidak Dibahas Ustadz)

Bab 220
(Landasan Dalil Tidak Shahih) (Hadits Lemah Penguat dari Bab Sebelumnya)

Bab 221
Menangani kebodohan (orang bodoh) itu seperti menangani Keledai. Keledai tidak
bisa diberitau layaknya memberitau binatang lain (yang cerdas). Nabi ‫ﷺ‬
Menuntunkan untuk harus sabar, "Engkau harus lemah lembut (jangan berlaku
kasar), karena sesungguhnya kelembutan tidak ada pada sesuatu kecuali yang telah
dihiasinya, dan tidaklah kelembutan itu dapat dilepaskan dari sesuatu kecuali yang
tercela"

64
Diumpamakan oleh Nabi ‫ ﷺ‬disini, ketika berhadapan, memberitau, menasihati
orang bodoh, kurang lebih sama seperti ketika menghadapi Keledai (hewan yang
bodoh), mesti sabar, lemah lembut, tidak kasar. Disini juga dijelaskaskan bahwa
kebodohan adalah sesuatu yang tercela, dan menghadapi kebodohan (hal tercela)
tidak bisa lepas penanganannya dengan sikap sabar, lemah lembut

Lantas apakah jika saya ditangani dengan lemah lembut, apakah berarti saya
bodoh?? Tidak demikian

Tentu saja sikap lemah lembut dipakai kepada siapa saja, berhadapan dengan orang
cerdas, orang bodoh, namun orang cerdas bisa dihadapi, atau bisa mengerti dengan
sikap keras, sikap tegas, sikap kasar, sindiran dan lainnya, sedangkan orang bodoh
tidak, menghadapi orang bodoh, (layaknya menghadapi binatang Keledai) hanya
dengan sikap sabar, tenang, lemah lembut
(Bukhari)

Bab 222
Hadits Menanam Pohon Kurma, walaupun besok Kiamat. Maksudnya adalah teruslah
dalam kebaikan (dunia) walaupun besok Kiamat. Jika seseorang mengetahui bahwa
besok Kiamat, seseorang ini pasti akan banyak berbuat kebaikan (amal ibadah),
namun pada Hadits disini menjelaskan keseimbangan, walaupun besok kiamat,
tetaplah menanam pohon kurma (kebaikan rangka dunia). Seimbangnya perbuatan
baik (rangka Akhirat dan rangka Dunia), walaupun bahkan esok adalah hari kiamat

Hadits ini sekaligus tamparan bagi orang orang yang sibuk dengan dunia, tidak
seimbangnya hidupnya antara rangka dunia, dan rangka akhirat, (padahal kiamat
masih jauh/esok belum kiamat). Padahal jika besok kiamatpun, perbuatan rangka
akhirat (Ibadah/Taubat) haruslah tetap seimbang dengan perbuatan rangka dunia
(menanam pohon kurma)

65
(Bukhari)

Bab 223
Orang baik, memiliki keutamaan dimana doanya mudah Allah kabulkan. "Tiga doa
yang akan dikabulkan Allah, yaitu doa orang yang teraniaya, doa orang yang sedang
bepergian, serta doa orang tua kepada anaknya."

1. Orang Teraniaya
Orang baik yang dizalimi/dianiaya orang jahat

2. Orang Bepergian
Bepergian disini adalah dalam rangka kebaikan, Ibadah, Ilmu, Dakwah, Jihad, Utusan
Negara, Kerja, dst (orang baik). Musafir yang demikian (orang baik, bepergian rangka
baik) maka memiliki keutamaan, doanya mudah dikabulkan Allah

3. Orang Tua (Mendoakan Anaknya)


Orang tua berdoa disini, pastilah mendoakan kebaikan anaknya, dan orang tua yang
mendoakab kebaikan untuk anaknya tentulah baik, maka orang ini memiliki
keutamaan, doanya mudah dikabulkan Allâh (Ash Shahihah, Ibnu Majah)
Bab 224
(Landasan Dalil Tidak Shahih)

Bab 225
(Tidak Dibahas Ustadz)

BAB ADAB KETIKA SAKIT


Bab 226
(Part1)
Iman dalam menghadapi penyakit, mengimani bahwa dalam penyakit Allah
menggugurkan dosa dosa (dosa kecil - dosa kezaliman terhadap Allah)

66
"Tidaklah seorang muslim ditimpa kelelahan, penyakit, kegundahan, kesusahan,
godaan, dan kesedihan sampai duri yang mengenai kakinya kecuali Allah akan
mengampuni dosa-dosanya"

"Tidak ada seorang muslim yang ditimpa musibah (maksud disini "sakit") kecuali
sakitnya itu menjadi pelebur bagi dosa-dosanya, sampai duri yang mengenai kakinya
atau satu cobaan"

(Part2)
Pola Pikir "Out Of The Box" direpresentasikan pada bab ini, dalil ini, dimana ketika
seseorang Muslim sakit, semestinya bergembira, mengucap syukur, alhamdulillah,
bukan bersedih, meratap, atau kufur

"Bergembiralah, karena sakitnya orang mukmin Allah jadikan sebagai pelebur dosa
(kaffarah) dan sebagai istirahat baginya. Sedangkan sakitnya orang yang jahat seperti
unta yang diikat pemiliknya, kemudian mereka melepaskannya, maka tidak diketahui
mengapa pemiliknya mengikat dan mengapa pemiliknya melepaskannya"

(Bukhari, Muslim, Tirmidzi)

Bab 227
Adab ketika sakit adalah (semakin) mendekat kepada Allah, bertaubat, merenungi
dosa dosa, muhasabah diri, meminta solusi, kesembuhan, perlindungan kepada
Allah, dimana ini membuat Allah membersihkan dosa dosanya (dosa kecil - dosa
kezaliman kepada Allah)

"Apabila seorang mukmin mengadu (kepada Allah), maka Allah membersihkan dia
(dari dosa) sebagaimana tukang besi membersihkan besi yang buruk"
(Ash Shahihah)

Bab 228
(Part1)

67
Setiap Muslim yang terbiasa mengerjakan Amal Ibadah ketika dia sehat, maka akan
dituliskan baginya pahala Amal Ibadah tersebut ketika dia sakit dimana dia tidak bisa
mengerjakannnya. Disini dipahami bahwa kita senantiasa mempergunakan waktu
sehat kita (untuk ibadah / kebaikan), sebelum datang masa sakit. Agar kita tetap bisa
memanen pahala, ketika kita sakit dimana kita tidak bisa mengerjakan Amal Ibadah /
Kebaikan

"Jika seseorang sakit, maka ditulis untuknya pahala {amal) yang dikerjakannya
seperti ketika dia sehat"

"Tidak ada seorang muslim yang diuji Allah pada tubuhnya, kecuali ditulis untuknya
(pahala) amal yang dikerjakan pada waktu sehatnya, selama dia sakit, jika Allah
menyehatkannya -aku kira Nabi berkata- maka Allah mengampuninya"
(Bukhari, Al Irwa)

(Part2)
Hadits tentang seseorang (disini wanita) yang sakit (panas/epilepsi/kejang) yang
ingin didoakan oleh Nabi ‫ﷺ‬, atau bersabar agar diampuni dosanya, (wanita ini)
memilih bersabar atas penyakitnya

Disini didapati banyak fawaid, semisal bolehnya minta didoakan oleh orang lain,
orang shalih, bolehnya berdoa minta kesembuhan, namun yang paling besar bisa
dipahami disini adalah bahwa bersabar atas penyakit walau tidak sembuh (dengan
berharap Allah mengampuni dosa) jauh lebih besar keutamaannya dibanding
meminta kesembuhan. Ampunan Allah jauh lebih besar keutamaan dibandingkan
sembuh dari penyakit. Dimana ikhtiar penyembuhan disini tentu tetap dilakukan

".....Apa yang engkau inginkan, dan jika engkau menginginkannya maka Saya akan
mendoakan kesembuhan untukmu, atau jika engkau bersabar maka bagimu surga.'
Wanita itu menjawab, 'Saya memilih untuk bersabar dan tidak menjadikannya
sebagai taruhan"
(Ash Shahihah)

68
(Part3)
Radang pada tubuh adalah diikuti dengan panas pada Tubuh. Panas adalah penyakit
dimana seluruh Organ diberi pahala oleh Allah. Maksud disini begitu besarnya pahala
yang Allah beri, dengan metafora bahkan kesemua Organ diberikan pahala ketika
tubuh panas

".....Panas masuk keseluruh organ tubuh Saya, dan sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla
telah memberikan kepada setiap bagian dari organ tubuh pahala baginya"
(Bukhari)

Bab 229
(Tidak Dibahas Ustadz)

Bab 230
Pada penyakit pingsan, Nabi ‫ ﷺ‬pernah membesuk seseorang sahabat kemudian
berwudhu dan menuangkan (menyimpratkan) air wudhunya kepada seseorang yang
pingsan, dan kemudian bangun. Menuangkan air wudhu kepada orang pingsan disini
bukanlah kekhususan beliau, namun metode ini bisa menjadi contoh untuk kita
(siapa saja Muslim) untuk berwudhu dan menuangkan (menyipratkan) air wudhu
kepada yang sedang pingsan (untuk menyadarkannya). Disini juga dipahami (sisa) Air
Wudhu, lebih baik dari Air biasa, misal untuk menyadarkan seseorang yang pingsan
(Bukhari, Muslim, Abu Daud)

Bab 231
Seseorang yang sakit, juga bisa menengok orang lain yang sakit (lebih berat). Nabi ‫ﷺ‬
pernah ketika sakit didatangi seseorang yang mengabarkan keluarganya sakit, Nabi
‫ ﷺ‬berkata “pulanglah”, dan kemudian (beberapa waktu setelahnya) Nabi ‫ﷺ‬
mendatangi orang sakit tersebut. Disini dipahami seseorang yang sakit (sangat)
boleh untuk membesuk orang lain yang juga sakit (lebih berat)
(Bukhari, Muslim)

69
Bab 232
Mengajak makan keluarga seseorang yang sakit adalah Adab Kaum Muslimin, dari
Ummu Darda ketika menanyai kabar seseorang dan dijawab keluargaku sedang sakit,
maka Ummu Darda memberinya (mengajaknya) makan (menghiburnya / menghibur
keluarga yang sakit). Adapun pada lain kesempatan menanyai kabar seseorang dan
dijawab keluargaku hampir sembuh / sehat, maka Ummu Darda berkata,
“Sesungguhnya Saya mengajakmu makan karena engkau memberitahukan kami
tentang keluargamu bahwasanya mereka sedang sakit. Namun jika mereka telah
sembuh maka kami tidak menyediakanmu apa-apa”
(Bukhari)

Bab 233
Ketika mengengok seseorang yang sakit (Arab Badui), Nabi ‫ ﷺ‬mengajaknya
berbincang dan mendoakan “Laa Ba’sa ‘Alaika, Thahurun Insya Allah”. Dipahami
disini bahwa menengok dan mengajaknya berbincang-bincang dan mendoakannya
selain sunnah (yamg wajib – hak kaum muslimin) adalah Adab Kaum Muslimin. Doa
disini (atau doa semisal) juga diucapkan ketika mendatangi dan setelah mengajaknya
berbincang bincang. Doa disini (atau semisal) banyak terjadi penyimpangan dimana
diucapkan “simbol” sebagai pengganti kedatangan menengok orang sakit (misal
ucapan di WA), padahal doa ini dituntunkan dan dipanjatkan dalam kondisi setelah
datang dan berbincang bincang dengan si sakit
(Bukhari)

@Bab 234
(Part 1)
4 Ibadah Sunat, yang dimana (sering) berkumpul pada 1 Hari yang sama, maka
pelakunya Masuk Surga :
1. Puasa Sunat
2. Membesuk Orang Sakit
3. Mengadiri Jenazah (Takziah)
4. Memberi Makan Orang Miskin

70
Ini dilakukan oleh Abu Bakar, dan sunnah ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Siapa di antara kalian yang berpuasa hari ini?” Abu Bakar
menjawab, “Saya” Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya, “Siapa di antara kalian yang *membesuk
orang sakit* hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya” Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya, “Siapa
di antara kalian yang ikut bertakziyah (mengahdiri jenazah) pada hari ini?” Abu Bakar
menjawab, “Saya,” Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya, “Siapa yang memberi makan orang
miskin pada hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” ‘Sifat-sifat ini jika terkumpul
pada seseorang dalam suatu hari, maka dia akan a surga”

Fawaid umum lain yang bisa kita dapati disini adalah, jangan cukupkan dengan 1-2
amalan sehari, jangan ada rasa cukup dengan sedikit amalan sehari, tetapi lakukan
amalan sebanyak mungkin, tidak merasa cukup dengan 1-2 amalan. Disaat orang
orang tidak pernah puas dengan dunianya-hartanya dan dikejar/dikerjakan terus
dalam setiap harinya. Hadits ini mengajarkan justru untuk tidak pernah puas dengan
amalan sunnah, dikerjakan/dikejar terus dalam sehari tidak. merasa puas

Pada Hadits lain yang semisal :


“*Besuklah orang yang sakit*, antarkanlah jenazah, maka hal itu akan mengingatkan
kalian akan akhirat”
Pada Hadits lain semisal :
“Tiga hal yang kesemuanya merupakan hak atas setiap orang Islam, *membesuk
orang sakit*, menghadiri jenazah, dan mendoakan orang yang bersin apabila dia
memuji kepada Allah Azza wa Jalla.”
(Muslim, Ash Shahihah)

Bab 234* (Part2)


Memberi makan orang sebenarnya adalah memberi makan Allah, memberi minum
orang yang meminta minum, sebenarnya adalah memberi minum Allah, menengok
orang sakit, sebenarnya adalah menengok Allah

Dalam sebuah Hadits panjang disebutkan

71
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Allah berfirman, “Aku meminta makan kepadamu, lalu
engkau tidak memberi makan kepadaku.’” Rasulullah ‫ ﷺ‬berkata, “Kemudian orang
itu menjawab, ‘Wahai Tuhan saya!, Bagaimana Engkau meminta makan kepada saya
dan saya tidak memberi makan kepada-Mu, sedangkan Engkau tuhan semesta
alam?’ Allah menjawab, ‘Apakah engkau tidak tahu bahwa hamba-Ku fulan telah
meminta makan kepadamu lalu engkau tidak memberi makan kepadanya?, Apakah
engkau tidak mengetahui bahwa sekiranya engkau memberi makan kepadanya,
maka engkau akan menemukan semua itu di sisi-Ku?. Wahai anak Adam!, Aku
meminta minum kepadamu, lalu engkau tidak memberikan minum kepada-Ku’ Dia
bertanya, ‘Wahai Tuhanku!, bagaimana saya memberi minum kepada-Mu,
sedangkan Engkau Tuhan semesta alam?’ Allah menjawab, ‘Sesungguhnya hamba-Ku
fulan telah meminta minum kepadamu lalu engkau tidak memberikan minum
kepadanya. Apakah engkau tidak tahu, sekiranya engkau memberikan minum
kepadanya, niscaya engkau menemukan semua itu disisi-Ku?. Wahai anak Adam!,
Aku sakit lalu engkau tidak membesukku. Dia menjawab, Bagaimana aku membesuk-
Mu, sedangkan Engkau Tuhan semesta alam?’ Allah menjawab, Apakah engkau tidak
mengetahui bahwa hamba-Ku fulan sedang sakit, sekiranya engkau membesuknya,
niscaya engkau menemukan semua itu disisi-Ku?, atau engkau menemukan Aku
padanya?”

Jika ada orang meminta makan, maka berilah, karena itu seperti memberi makan
Allah, jika ada orang meminta minum, maka berilah, karena itu seperti memberi
Allah minum, jika ada orang sakit, maka tengoklah, karena itu seperti mengengok
Allah, ditambahkan jika ada susah/sulit/sakit/meminta bantuan padamu (dimana
kamu sanggup) maka (wajib) bantulah, karena perbuatan itu langsung ke sisi Allah,
dan bentuk syukur dimana Allah memberi makan, minum, memberi kesehatan, dan
senantiasa melepaskan kita dari kesulitan
(Muslim)

Bab 235
Disini dijelaskan kembali perihal Doa panjang untuk orang sakit, diucapkan ketika
membesuknya, mendatanginya, setelah mengajaknya berbincang bincang

72
(menghiburnya), bukan doa sebagai penganti kedatangan menengok orang sakit,
dilampirkan pada Bab ini Hadits dimana Nabi ‫ ﷺ‬berbincang bincang kemudian
menasihatinya, mendoakannya, (mendatangi, membesuk, menghiburnya,
mendoakannya)

Penebalan disini, Doa tidak bisa lantas dijadikan pengganti hak seseorang Muslim
dibesuk ketika ia sakit

Penebalan disini, Ketika saudara (kerabat) muslimin sakit, dan kita mampu sanggup
untuk menengoknya, maka haknya dan kewajiban kita menengoknya, (bukan Doa),
adapun tidak mampu menengok langsung dengan fisik, maka menelfon/WA
(sejenisnya), memberikan kewajiban lainnya, mengirim makanan/minuman/uang
(bukan diganti “hanya” Doa)

Bab 236
Pada Bab ini kembali dijelaskan bahwa doa doa sembuh dari penyakit dipanjatkan
pembesuk ketika membesuk, dengan menampilkan Dalilnya, (bukan doa
menggantikan membesuk orang sakit)
(Abu Daud)

Bab 237
Adab dan keutamaan berbincang bincang dengan si sakit ketika membesuk
diterangkan pada Bab ini

"Barang siapa membesuk orang sakit, maka dia telah masuk di dalam rahmat Allah,
sehingga apabila dia duduk (disamping berbicara dengan si sakit) maka dia telah
menetap dalam rahmat tersebut"

Ketika kita membesuk, maka pastikan kita masuk, bertemu, ngobrol, berbincang2
(mendapat rahmat Allah), bukan hanya mengantar atau menunggu diluar (tidak
dapat rahmat)
(Ash Shahihah, Abu Daud)

73
Bab 238
Bagi Musafir yang membesuk seseorang yang sakit, maka diperbolehkan baginya
Shalat disamping si sakit (berjamaah bersama si sakit)

...Umar Ibnu Shafwan membesuk saya. Lalu datanglah waktu shalat, kemudian Ibnu
Umar shalat mengimami dengan dua rakaat dan berkata, "Sesungguhnya kami
adalah musafir" (kami bisa shalat disini menemanimu shalat berjamaah)
(Bukhari)

Bab 239
Bolehnya membesuk orang Musyrik (Kafir), dengan maksud mengajaknya masuk
Islam, mendakwahinya, mengarahkannya masuk Islam. Adapun tidak dengan
maksud diatas, maka tidak ada kewajiban menengok orang Musyrik (Kafir) yang sakit
(Bukhari)

Bab 240
(Tidak Dibahas Ustadz)
(Serupa dengan bab sebelumnya, namun dengan lampiran landasan dalil yang tidak
shahih)

Bab 241, 242 dan 243


(Tidak Dibahas Ustadz)
Dibesuk setelah terluka dari pedang Al Hajjaj

Bab 244
Adab Kaum Muslimin ketika membesuk saudara yang sakit maka Fokus hanya
kepada yang sakit, menanyakannya, menghiburnya, menolongnya, mendoakannya.
Tidak dibenarkan ada maksud lain, kepentingan lain, mencari/melihat sesuatu yang
lain (didalam rumah si sakit) ketika membesuk
(Bukhari)

74
Bab 245
Seseorang yang terkena penyakit pada matanya, dan kemudian Buta, orang ini
bersabar, maka Allah akan mengganti penglihatannya dengan Surga, dari Hadits
Qudsi Allah berfirman :

"Apabila Aku menguji seseorang dengan kedua matanya (penglihatannya) kemudian


dia bersabar, maka Aku gantikan dia dengan surga"

"Wahai manusia! apabila Aku ambil kedua matamu lalu engkau bersabar ketika
terjadi musibah dan engkau mengikhlaskannya, maka Aku tidak ridha memberikan
pahala untukmu kecuali surga"
(Bukhari, Ibnu Majah)

Bab 246
Adab apabila membesuk si sakit (berbaring), maka posisi duduk berada di samping
kepala si sakit, kemudian disunahkan membaca doa "As'alullahal 'Adhima, Rabbal
'Arsyil 'Azhim An Yasyfiyaka (Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung yang
memiliki 'arsy yang besar, kiranya Dia menyembuhkanmu), sekiranya ajalnya
(diakhirkan), maka dia disembuhkan dari sakitnya." sebanyak 7x (bukan 1x)

Adapun selain itu, dari Qatadah bisa juga Saya pergi bersama Al Hasan membesuk
Qatadah, lalu dia duduk di samping kepalanya. Kemudian........ dan dia
mendoakannya, "Ya Allah! sembuhkanlah hatinya dan sembuhkanlah penyakitnya"

Disini adanya variasi doa yang khusus lafadz dan jumlahnya 7x, serta doa umum
(bebas) (jumlahnya pun bebas)
(Abu Daud, Tirmidzi)

BAB DIDALAM RUMAH

Bab 247

75
Hukum Asal laki laki adalah diluar rumah, maka apabila seseorang lelaki berada
didalam rumah yang dilakukannya adalah membantu pekerjaan rumah (pekerjaan
wanita dirumah), bukan tidur-tiduran, santai-santai, bossy, atau menjadi raja
dirumah. Dari Aisyah tentang Nabi ‫ﷺ‬

"Beliau membantu pekerjaan keluarganya, dan apabila waktu shalat tiba beliau
keluar"

"Beliau memperbaiki sandalnya dan melakukan pekerjaan yang harus dilakukan oleh
seseorang di dalam rumahnya"

"Beliau manusia biasa. Beliau membersihkan bajunya (dari kutu) dan memerah susu
kambingnya"

Jelas disini bahwa Nabi ‫ ﷺ‬ketika dirumah, sibuk mengerjakan sesuatu, dari
membantu Istri, hingga memerah susu kambing, bukan menjadi "Raja" dirumah,
selain itu Nabi ‫ ﷺ‬shalat di Masjid, dan beraktivitas diluar rumah
(Bukhari)

BAB CINTA KEPADA SAUDARA

Bab 248
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian mencintai saudaranya
maka hendaknya dia memberitahukan kepadanya bahwa dia mencintainya"

Dalam Hadits lain, yang dilampirkan "Sesungguhnya saya mencintaimu (Si fulan
mencintaiku), Saya berkata pada si fulan, "Mudah-mudahan Allah mencintaimu
sebagaimana engkau mencintai saya dari cinta-Nya.' Lalu dia berkata, 'Sekiranya
Nabi ‫ ﷺ‬tidak bersabda, 'Apabila seseorang mencintai orang lain, maka hendaknya
dia memberitahukan kepadanya bahwa dia mencintainya"

76
Maksud disini adalah, perlunya seseorang lain tau jika kita mencintainya (saudara
muslimin), bisa dipahami dengan tekstual yaitu melalui ucapan, atau mafhum yaitu
dari tingkah laku, respon, kepedulian, perhatian, pertolongan, tindakan, dan lainnya.
Adapun yang rajih dan afdhol adalah diungkapkan dengan kata kata. Juga demikian
kita sebaliknya mencintai orang yang mencintai kita

Adapun jika kita tidak menyukainya, mencintainya, maka tidak ditunjukkan, baik
melalui ucapan, ataupun mahfum lainnya tingkah laku, respon, kepedulian,
perhatian, pertolongan, tindakan, dan lainnya (cukup tunjukkan sikap biasa biasa
saja)

Juga kemudian, perhatikan ucapan dan sikap kita terhadap orang lain (saudara
muslimin), karena sikap sikap kita menunjukkan bahwa kita mencintainya atau tidak
(Bukhari, Ash Ashahihah)

Bab 249 - 250


(Tidak Dibahas Ustadz)

Note :
Bab Agak Tercecer (Acak), Karena Kitab Adabul Mufrad Arab Lama

BAB SOMBONG / TAKABUR

Bab 251 (Part1)


Wasiat panjang Nabi ‫ ﷺ‬tentang sombong (takabur), memerintahkan 2 hal dan
melarang 2 hal

"Saya perintahkan kepadamu agar bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah,
bahwasanya langit yang tujuh dan bumi yang tujuh sekiranya diletakkan pada satu
daun timbangan dan Laa Ilaaha Illallaahu diletakkan pada satu daun timbangan yang
lain, maka kalimat tersebut tentu lebih berat. Sekiranya ketujuh langit dan ketujuh
bumi itu merupakan satu lingkaran yang samar (sulit), niscaya akan terpecahkan

77
dengan kalimat Laa Ilaaha Illallaahu dan Subhaanallahi wa bi Hamdihi (Maha Suci
Allah dan dengan memuji kepada-Nya) karena kalimat tersebut merupakan
shalatnya setiap sesuatu dan sebab kalimat tersebut setiap sesuatu diberikan rezeki.
Saya melarangmu dengan syirik (menyekutukan Allah) dan bersikap sombong
takabbur."' Lalu saya berkata -atau dikatakan- "Wahai Rasulullah!, tentang syirik
kami telah mengetahuinya, lalu apa itu takabbur?, dan apakah sombong itu adalah
salah seorang di antara kami mempunyai perhiasan yang dipakainya?" Nabi
menjawab, "Bukan." Ibnu Umar berkata, "Apakah seseorang di antara kami
mempunyai dua sandal yang bagus-bagus yang mempunyai tali yang bagus?" Nabi
menjawab, "Bukan." Ibnu Umar berkata, "Apakah salah seorang di antara kami
mempunyai teman-teman yang bisa diajak berkumpul?" Nabi menjawab, "Bukan."
Ibnu Umar berkata, "Wahai Rasulullah lalu sombong itu apa?" Nabi menjawab,
*"Tidak mengetahui kebenaran serta meremehkannya, dan menghina serta
merendahkan orang lain"*

Kemudian riwayat lain :


"Barang siapa membanggakan dirinya atau merasa sombong dalam langkahnya,
maka dia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan memurkainya"

Bukan Adab dan merupakan Dosa Besar, Haram (karena adanya redaksi ancaman)
pada sifat kesombongan ini
(Ash Shahihah)
Bab 251 (Part2)
Kemuliaan (memuliakan diri = sombong) itu sarungnya dan kebesaran itu
selendangnya. Barang siapa memusuhi saya dengan sesuatu dari kedua sifat
tersebut, maka saya akan menyiksanya"

Dipahami bahwa memiliki sesuatu yang berlebihan (dilihat oleh orang lain misal
disini sarung/selendang) maka sudah termasuk dalam memuliakan diri
(kesombongan), dan siapa yang tidak mencocoki Nabi ‫ ﷺ‬dalam hal ini, maka Dosa
Besar, Haram, adanya redaksi ancaman dan bolehnya ini sifat ini disiksa (oleh Ulil
Amri/Penguasa)

78
Memiliki barang bagus, memiliki kelebihan tidaklah haram, asal kelebihan ini
dipergunakan untuk maslahat kebaikan manusia lain / agama, atau menyimpannya
(tidak memamerkannya), adapun terlihat berlebih dari mata orang lain bahkan
sarung/selendang, maka ini termasuk kesombongan
(Ash Shahihah, Muslim)

Bab 251 (Part3)


Dari Nu'man bin Basyir (bersambung dari Nabi ‫" )ﷺ‬Sesungguhnya syetan itu
mempunyai jerat dan perangkap. Sesungguhnya jerat dan perangkap syetan adalah
ingkar terhadap nikmat Allah, sombong terhadap pemberian Allah, angkuh terhadap
hamba-hamba Allah, serta mengikuti hawa nafsu pada selain Dzat Allah"
(Atsar Sahabat, dari Pemahaman Sahabat)

Bab 251 (Part4)


Surga dan neraka saling menghujat, dan Sufyan berkata, Surga dan neraka saling
berargumentasi). Neraka berkata, 'Yang akan masuk kepadaku adalah para pembuat
kerusakan dan akan masuk kepadaku orang-orang yang sombong.' Surga berkata,
'Yang akan masuk kepadaku adalah orang-orang yang lemah dan yang masuk
kepadaku adalah orang-orang fakir.' Allah Tabaraka wata'ala berkata kepada surga,
'Engkau adalah rahmat-Ku, denganmu Aku mengasihi orang yang Aku kehendaki.'
Kemudian Allah berkata kepada neraka, 'Engkau adalah siksa-Ku, denganmu Aku
menyiksa orang yang Aku kehendaki, dan setiap kamu akan mempunyai
penghuninya"

"Orang-orang yang sombong akan dikumpulkan pada hari kiamat seperti debu yang
berbentuk orang. Mereka dinaungi kehinaan dari segala penjuru, mereka digiring
menuju penjara neraka Jahannam yang bernama, (Bulas), mereka merasakan panas
seperti panasnya air mendidih lantaran api neraka yang mengelilinginya, dan mereka
diberikan minum dari sirup-sirup penghuni neraka, bagaikan tanah liat yang rusak"

79
Hadits tegas lainnya bahwa kesombongan adalah Dosa Besar, Haram, dan kelak
bertempat di Neraka
(Bukhari, Muslim, Tirmidzi)

Bab 251 (Part5)


"Tidaklah para sahabat Rasulullah itu adalah orang-orang yang suka bergerombol,
dan tidak pula berpura-pura mati (bermalas-malasan). Mereka selalu menasyidkan
(melagukan) syair di majelis-majelis mereka dan mereka mengingat urusan
kejahiliannya. Apabila salah seorang di antara mereka diperintahkan untuk
melaksanakan perintah Allah, maka kedua matanya melotot seakan-akan dia gila
(gestur tidak taat lainnya)"

Sahabat, Pengikut Nabi ‫ ﷺ‬Ada ciri cirinya :


1. Tidak Suka Nongkrong (Tdk Penting)
2. Tidak Malas
3. Maksud disini Dzikir / Shalawat
4. Selalu Bermuhasabah
5. Taat Pada Perintah Allah / Rasul
(Perintah2 lain yang wajib di taati)

Atau pada poin 5 ini, jika tidak taat, maka termasuk kesombongan, Dosa Besar,
Haram, Tempatnya di Neraka (Ash Shahihah)

Note :
Bab Agak Tercecer (Acak), Karena Kitab Adabul Mufrad Arab Lama
ADAB KALA SULIT / MASA KRISIS
Bab 252
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda kepadanya. Orang yang
dibawahmu, maka tolonglah

80
Redaksi ini adalah perintah, maka menolong orang yang dibawahmu dalam
ekonomi / kesehatan / kesulitan, (jika ia meminta pertolongan), dalam situasi umum
kondisi krisis, maka wajib ditolong
(Ash Shahihah)

Bab 253* (Part1)


Pada situasi krisis, sahabat Anshar berkata kepada Nabi ‫ﷺ‬, "Bagilah di antara kami
dan saudara-saudara kami pohon kurma itu." Nabi ‫ ﷺ‬Menjawab, *"Tidak."* Lalu
mereka berkata, "Engkau mencukupkan bagi kami kebutuhan (bantuan) kami, kami
mengikutkan engkau pada buahnya? Kami dengar dan kami menaatinya"

Pada situasi krisis / sulit, dan sudah diberi bantuan, kemudian terus meminta
bantuan ini tidaklah dibenarkan. Bahkan Nabi ‫ﷺ‬ menolak untuk kembali
memberikan bantuan. Disini dipahami bantuan yang diberikan (khusnuzon) sudah
diatur sedemikian adil / pas oleh Nabi ‫( ﷺ‬oleh yang mengurus bantuan), tidak
kemudian protes, atau meminta bantuan lebih dari yang lainnya. Dan ketika pada
saat ditolak diberi bantuan tambahan, adabnya adalah taat, nurut patuh, (bukan
Baper, Ngedumel)

Disini dipahami fawaid lain, bahwa respon juga diperlukan, mengungkapkan isi hati
bahwa Ikhlas, taat, ridho, mendengarkan, memahaminya. Karena sahabat pada
Hadits ini memberi contoh dengan merespon, bukan dengan diam saja

Bab 253* (Part2)


Pada Bab ini dilampirkan Umar yang berdoa setelah memberi bantuan kala kondisi
situasi krisis, dan Allah mengabulkannya

81
Disini dipahami bahwa dalam keadaan sulit untuk memperbanyak doa, baik bagi
yang berlebih (memberi bantuan), terlebih yang mengalami kesulitan (menerima
bantuan). Kemudian dipahami bahwa doa dalam waktu situasi sulit, juga doa
pemberi sedekah, adalah doa yang mustajab (waktu dan subjek pendoa yang
mustajab)

Bab 253* (Part 3)


"Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, 'Kurban-kurban dari kalian, maka tidak layak terjadi bagi
seseorang di antara kalian setelah kurban yang ketiga, sementara di rumahnya dia
menyimpan sesuatu" Tatkala berada pada tahun depannya mereka bertanya, "Wahai
Rasulullah! Apakah kami melakukan seperti halnya pada tahun yang lalu?" Rasulullah
‫ ﷺ‬menjawab, "(Sedekahlah) Makanlah dan (juga) simpanlah, karena pada tahun itu
mereka berada dalam masa krisis, maka saya ingin (selain kalian menyimpan untuk
diri kalian) kalian juga membantu (yang lain)"

Dalam keadaan krisis, menghadapinya berbeda dari keadaan normal (masa tidak
krisis). Disini dilampirkan Hadits dimana Nabi ‫ ﷺ‬melarang seseorang yang
berkurban 2 kambing, sedangkan dia menyimpan 1 kambing lainnya (tidak dikurban),
pada situasi normal. (Dipahami dalam keadaan normal berkurban / bersedekah
haruslah maksimal, tidak disisa sisakan)

Sedangkan pada saat krisis hal ini diperbolehkan, menyimpan sebagian kecilnya (1/3
disimpan, 2kambing diqurban, 1kambing disimpan), untuk masa krisis. Perhatikan
bahwa yang disedekahkan (untuk maslahat banyak orang) lebih banyak yaitu 2/3,
sedangkan yang disimpan untuk maslahat sendiri/keluarga adalah 1/3

(Bukhari, Al Irwa)

ADAB KESANTUNAN

Bab 254

82
Dari Muawiyah, "Tidak ada orang yang santun kecuali orang yang sudah teruji-coba"
Dia mengulanginya tiga kali

Bahwa Adab, Sopan Santun, Perilaku dan karakter baik, bukan datang dengan
sendirinya, melainkan dipelajari (diajari), disini peran orang tua sangat vital dalam
mendidik/mengajari anak anaknya, karena pengajaran seseorang paling dini didapat
dari rumah (orang tuanya). Kemudian bahwa karakter (sifat) adab yang baik, didapat
dari melatih/merubah kebiasaan, sehingga terbiasa dan menjadi adab yang baik.
Perihal Adab (kesantunan) ini juga dilatih, dan di uji coba (dites) berulang ulang,
sampai disini Muawiyah menyebutkannya berkali kali.

Ulama menambahkan bahwa, Adab Kesantunan, tidak bisa dibeli dengan uang,
ditukar dengan gelar, namun didapat dari menanamnya, dan memupuknya
(Bukhari, Takhrijul Misykah)

Bab 255 - 256


Landasan Dalil Tidak Shahih

BAB MEMPERSAUDARAKAN SESAMA MUSLIM


Bab 257
Nabi ‫ ﷺ‬mempersaudarakan antara Ibnu Mas'ud dan Zubair. Dan banyak contoh
lainnya

Saling bersahabat diantara Kaum Muslimin adalah termasuk Adab, mencari


berkumpul, berteman, bersahabat, (bersaudara). Hal ini bisa dilakukan sendiri-
sendiri (mencari sendiri) atau dipasangkan/dijodohkan oleh gurunya.
ini dilakukan agar saling menguatkan, saling menegur, mengingatkan, menjadi teman
bersama dalam keshalihan demi mendapati istiqomah dalam waktu yang panjang
(Ash Shahihah)
BAB SUMPAH PADA MASA JAHILIYAH
Bab 258
(Tidak Dibahas Ustadz)

83
Bab 259
Landasan Dalil Diragukan Keshahihahnya

BAB PERLAKUAN KHUSUS KEPADA KAMBING


Bab 260
Berkata Abu Hurairah : "Peliharalah kambingmu dengan baik, usaplah debu dari
kambing itu, carilah tempat istirahatnya dan doakanlah untuknya!, karena kambing-
kambing itu termasuk binatang surga. Demi Dzat yang jiwa ragaku berada pada
tangan-Nya, sungguh hampir datang suatu zaman dimana sekelompok kambing lebih
dicintai pemiliknya dari rumah (Sahabat) Marwan"

Kembali disajikan Imam Bukhari adan terhadap hewan, dimana kali ini menunjukkan
kekhususan hewan kambing, dimana kambing merupakan Hewan Surga (ini
dipahami tekstual, sebagaimana juga pernah disebutkan Nabi ‫ ﷺ‬dalam situasi yang
lain)

Adab khusus terhadap hewan kambing dibandingkan hewan (yang habitatnya


disekitar kita) lainnya (semisal kucing, sapi, kerbau, burung, dll), bahkan hewan ini
bisa/boleh didoakan. Hadits ini walaupun juga khusus, tetapi bisa juga dipahami
umum, yaitu memerhatikan, mengurusi, memberi makan, memberi naungan,
memiliki adab yang baik terhadap hewan lainnya, terlebih jika hewan tersebut
berada pada naungan kita

Kemudian dilampirkan Hadits Dhaif, dimana disebutkan bahwa Kambing memiliki


berkah khusus, seperti dalam redaksi, "Seekor kambing di rumah merupakan suatu
berkah, dua kambing berarti dua keberkahan dan tiga kambing berarti seperti halnya
beberapa berkah". Ini tidaklah benar, Hadits ini lemah, diragukan berasal dari Nabi
‫ﷺ‬

(Ash Shahihah)

Bab 261

84
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Puncak kekufuran itu berada di Timur, kebanggaan dan
kesombongan itu berada pada pemilik kuda dan unta, yang memiliki unta antara
200-1000 dan yang mengumpulkan antara kuda, unta dan bulu unta, sedangkan
ketenangan itu berada pada pemilik kambing"

Memiliki Unta sebagai kendaraan, adalah kemuliaan, namun juga bisa menjadi
kesombongan (jika apa yang dimilikinya ini dibanggakan, padahal kebanggaan pada
dirinya adalah pemberian Allah). Sedangkan (keutamaan) memiliki kambing disini
adalah pemiliknya akan merasakan/memiliki ketenangan.

Memiliki mobil/motor/kendarasn bagus sebagai kendaraan, adalah kemuliaan,


namun juga bisa menjadi kesombongan (jika apa yang dimilikinya ini dibanggakan,
padahal kebanggaan pada dirinya adalah pemberian Allah). Sedangkan memiliki
mobil biasa saja (sedang saja) pemiliknya akan merasakan/memiliki ketenangan, jauh
dari kesombongan

Adapun maksud puncak kekufuran ada di Timur adalah, pada waktu itu sebelah
Timur dari posisi Nabi ‫ ﷺ‬ketika bersabda adalah tempatnya orang orang Kufur.
Disini dipahami juga secara umum bahwa kebanggaan, kesombongan (sangat dekat)
dengan kufur, sifat kesombongan (akan kendaraan pada Hadits) ini disebandingkan
oleh Nabi ‫ ﷺ‬dengan orang orang Kufur
(Bukhari, Muslim)

Bab 262
Diselipkan kembali pada Kitab ini, di Bab ini, yaitu adalah adab untuk selalu menjaga
diri dari berbagai Dosa Dosa besar, kali ini yang Hadits yang dibawakan adalah :

Dari Abu Hurairah berkata, "Dosa besar itu ada tujuh, yang pertama adalah
menyekutukan Allah, membunuh orang, menuduh zina kepada perempuan-
perempuan mukmin yang menjaga diri, dan kebadui-baduian setelah hijrah"

85
Kemudian, adalah Adab Kaum Muslimin untuk menyelisihi diri dari perilaku/sifat
orang orang awam, setelah mengenal dan hidup dengan Al Quran Sunnah,
sebagaimana Salafush Shalih. Pada Hadits ini, nasihat itu ada pada redaksi menjaga
diri dari kebadui-baduian setelah hijrah
(Bukhari, Ash Shahihah)

ADAB MEMILIH TEMPAT TINGGAL


Bab 263
Adalah Adab untuk tidak mengasingkan diri dari lingkungan, tidak memilih rumah
yang jauh dari peradaban. Memilih hidup dan tinggal dekat dengan peradaban,
sekolah/pasar/kota/keramaian. Bukan jauh dipedalaman hutan, pedalaman desa,
mengasingkan diri (pada kondisi umum)

Nabi ‫ ﷺ‬berkata padaku: "Wahai Tsauban, Janganlah engkau tinggal di kampung


(yang jauh dari keramaian), karena penghuni kampung tersebut seperti penghuni
kuburan"

Dari Rasyid bin Sad, Tsauban berkata, "Rasulullah ‫ ﷺ‬berkata kepada saya,
'"Janganlah engkau tinggal di kampung (yang jauh dari keramaian), karena penghuni
kampung tersebut seperti penghuni kuburan"

Dari sini juga kita dapati Fawaid penting yaitu dalam Ilmu Hadits, dalam
menyampaikan Sabda Nabi ‫ﷺ‬, juga diartikan menyampaikan pesan ataupun ilmu,
haruslah sama/sangat mirip dengan sumber aslinya, seperti pada contoh 2 hadits
diatas

(Bukhari, Hasan Ligairihi pada Adh Dhaifah)

86
ADAB MEMERIKSA PENGAIRAN
Bab 264
Merupakan Adab untuk selalu mengecek, memeriksa permasalahan pengairan, Nabi
‫ ﷺ‬mencontohkan (pada Hadits ini ketika sedang pergi) selalu melihat, mengecek,
masalah pengairan, seperti dari Aisyah, Apakah Nabi ‫ ﷺ‬ketika itu pernah ke desa?'
Aisyah menjawab, 'Ya,’ ketika itu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pergi ke saluran air
(memeriksa masalah air)"

Adab ini bisa diimplementasikan dengan mengecek masalah air pada rumah, kolam
rumah, kemudian memperhatikan masalah fasilitas wudhu di masjid
(memeriksa/membetulkan/memperbaiki) baik kebersihan ataupun aliran, atau
bersedekah masalah fasilitas wudhu), juga ketika sedang bepergian kita bisa
memperhatikan masalah air, dirumah saudara, disawah/ladang, di masjid ketika
safar dan sebagainya
(Ash Shahihah)

Bab 265
Landasan Dalil Tidak Shahih

BAB TIDAK TERGESA GESA


Bab 266
Dalam rangka ilmu, terdapat adab tidak tergesa gesa

"Bertakwalah kepada Allah, bersabarlah, dan jangan tergesa-gesa"

Dalam rangka menuntut ilmu yang adab yang dikedepankan adalah :


1. Takwa (Taat Perintah)
2. Sabar dalam rangka menuntutnya
3. Tidak tergesa gesa (tidak buru buru)
(Bukhari)

87
Bab 267
Dua adab hati / akhlak pada diri Sahabat, Kaum Muslimin yang dicintai Allah dan
Rasulnya adalah Murah Hati dan Rasa Malu

Murah hati adalah, tidak sombong, tidak jumawa, ringan tangan (menolong), ramah
dan sebagainya

Rasa Malu adalah, dengan ilmu yang dimilikinya ia merasa kecil, ia merasa rendah
dan berdaya upaya melakukan amalan tersebut. Selain itu Rasa Malu juga diartikan
sebagai kesabaran, tidak menampakkan ketergesa gesaan, terburu buru, dimana
seperti pada hadits lainnya
"dua sifat yang dicintai Allah, yaitu murah hati dan sabar (rasa malu)"
(Muslim)

ADAB BERADA DIDALAM BATASAN


(Tidak bolehnya keluar batas)

Bab 268
Tiga (kelompok) orang ini tidak akan ditanya Allah di hari kelak, diartikan disini
dibenci, Dosa, berhukum Haram

1. Umat memisahkan diri dari Jamaahnya, memisahkan diri dari Gurunya, lingkungan
ilmu, selama gurunya dan lingkungan tersebut jelas jelas tidak sesat Tauhid dan
Aqidahnya (juga Manhajnya), dimana meninggalnya orang ini termasuk meninggal
dalam maksiat, dan kelak tidak ditanya, Allah tak sudi berbicara dengan orang ini,

2. Budak yang melarikan diri dari Tuannya


(Ini tidak dibahas panjang lebar)

88
3. Istri yang dipenuhi oleh suaminya, yang keluar rumah seenaknya. Wanita demikian
sama haramnya sekategori dengan 2 jenis diatas,
Tiga contoh ini juga diartikan berlaku mahfum, sebagai peringatan untuk tidak keluar
dari batasan, tidak keluar batas sekolah, tidak keluar batas kantor, tidak keluar batas
bertetangga dll, selama sekolah, kantor, tetangga, lingkungan dalam keadaan
normal, tidak buruk, tidak sesat, tidak haram

Dijelaskan bahwa mood, emosi, suasana hati, dan alasan lain yang tidak dibenarkan,
tidak boleh dijadikan alasan untuk keluar dari batasan disebutkan dalam hadis,
keluar dari jamaah, keluar dari tuannya, keluar dari suaminya, hanyalah
penyimpangan, keadaan tidak normal, yang membuat seseorang boleh keluar dari
batasan batasan (misal jelas jelas pemerintahan kufur, Ulama/Ustadz sesat, Tuan
Penyiksa, Suami tdk tanggung jawab dan lainnya)
(Ash Shahihah)

Bab 269 - 270


(Tidak Dibahas Ustadz)

Bab 271
Kembali kepada Bab Malu, bahwa Rasa Malu adalah Adab Kaum Muslimin, pada bab
ini dijelaskan bahwa bebas melakukan sesuatu sesuka hati (tanpa aturan), adalah
cerminan tidak ada rasanya malu

Bebas sesuka hati bangun tidur, sesuka hati mandi, sesuka hati makan, sesuka hati
bicara, sesuka hati dalam melakukan tugas/pekerjaan, melakukan segala sesuatu,
adalah cerminan tidak adanya adab Malu

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Apabila engkau tidak mempunyai rasa malu, maka lakukanlah
apa saja yang engkau kehendaki"

Selain Malu adalah Adab, Malu juga bentuk keimanan, sebagaimana Hadits yang
diangkat oleh Imam Bukhari pada bab ini

89
"Iman terdiri dari enam puluh atau lebih sedikit (atau 70 dan lebih sedikit) bagian.
Bagian yang paling utama adalah Laa ilaaha illallahu (Tidak Ada Tuhan selain Allah),
sedangkan bagian yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan dan rasa
malu adalah sebagian dari iman"

Dalam Bab ini juga dilampirkan Hadits dimana Nabi ‫ ﷺ‬menunjuk seorang Sahabat
yang memiliki rasa malu yang patut dicontoh yaitu Sahabat Utsman.

Dipahami disini bahwa Guru, boleh menunjuk muridnya untuk dijadikan contoh baik,
begitupun sebaliknya Guru (dihadapan murid murid langsungnya) bisa menujuk
salah satu muridnya, untuk dijadikan contoh yang tidak baik, sekaligus teguran
kepada yang ditunjuknya
(Muslim, Ash Shahihah)

Bab 272
Landasan Dalil Tidak Shahih

BAB ADAB BERDOA


Bab 273
(Tidak Dibahas Ustadz)

Bab 274
"Apakah engkau tidak melihat sebanyak-banyak hal yang (diharapkan) manusia
dalam berdoa, dan amat sedikit dari mereka dikabulkan (doanya)? Hal itu karena
Allah Azza wa Jalla tidak akan menerima doa kecuali doa yang ikhlas"

Adab pertama dalam berdoa adalah Ikhlas (tulus berharap kepada Allah), dari
redaksi diatas disebutkan betapa banyak doa yang tidak terkabulkan karena tidak
diawali (adab) keikhlasan. Dari sini kita semakin tau bahwa Allah maha pengabul doa,
dan semakin tau ketika ada (banyak) doa kita yang tidak/belum terkabul, lantaran
awal doa kita tidak/belumlah ikhlas

90
(Bukhari)
Bab 275
"Apabila salah seorang di antara Kalian berdoa, maka janganlah berkata, 'Jika Engkau
berkenan,' tetapi hendaknya dia memantapkan permohonannya dan hendaknya dia
mengagungkan keinginannya, karena Allah tidak akan memperbesar sesuatu yang
telah diberikan-Nya"

Adab dalam berdoa selanjutnya yang diangkat Imam Bukhari disini adalah mantap
dalam berdoa, keyakinan penuh, kesungguhan penuh dalam hati, dan disertai dalam
lisan doa kita. Jangan sedikipun ada keraguan, setengah-setengah, malas malasan,
asal asalan, formalitas, sekedar doa bibir saja, dimana Allah sangat mengetahui
kesungguhan atau tidak sungguh-sungguhnya kita dalam berdoa meminta
kepadanya

Pemantapan disini dalam Hadits lain disebutkan dengan menangis (misal menangis
dikala shalat malam, dan terus menerus dilakukan hingga mengetuk hati Allah ridha
mengabulkannya.

Note : Tentu berdoa disini juga memperhatikan adab yang lain, misalnya
memperhatikan pakaian, tempat, waktu, dan lainnya
(Bukhari, Muslim, Abu Daud)

Bab 276
Disini dibahas Hadits dimana Sahabat meriwayatkan tentang tuntunan berdoa yang
disertai dengan mengangkat tangan. Cara berdoa ini juga merupakan bentuk
pemantapan dalam berdoa, yakin, tulus, ikhlas, merendah, menghamba,
menunjukkan penghambaan ketika berdoa, dengan mengharap penuh Allah
mengabulkan doa kita

Adapun dalam doa tidak selalu mengangkat tangan, ada tempat tempat dimana doa
dengan mengangkat tangan, misalnya kala sendiri, kala menunggu azan, kala
dirumah, kala shalat malam, kala doa meminta hujan, dan lainnya. Juga didapati ada

91
tempat tempat yang dimana doa dilakukan tanpa dengan mengangkat tangan, misal
doa kala dalam shalat, doa khutbah jumat dan lainnya

Disini juga disebutkan ada kalanya doa menghadap kiblat (ini masuk pemantapan
doa), dan ada kalanya doa tidak harus menghadap kiblat misal contoh doa setelah
wudhu, doa saat berperang, dan lainnya
(Bukhari, Muslim, Ash Shahihah)

Bab 277
Disini dibahas, bahwa dalam berdoa selain pujian, adab dalam berdoa adalah
memohon ampun (doa itu bukan hanya minta), tetapi memanjatkan pujian,
memanjatkan permohonan ampun. Berikut beberapa doa doa ampun yang diangkat
oleh Imam Bukhari

"Allahumma anta rabbii laa ilaaha ilia anta, khalaqtanii wa ana abduka, wa ana
'ala ahdika wa wa'dika mastatha'tu, abuu'u laka bi ni'matika, wa abuu'u laka bi
dzanbii, faghfirlii, fa innahu laa yaghfirudz-dzunuba illa anta , audzubika min sarri
maa shana'tu"

"Rabbighfirlii, watub 'Alayya, Innaka Antat-Tawwabur-Rahiim"

"Allahumma anta rabbii laa ilaaha ilia anta, khalaqtanii wa ana abduka, wa ana
'ala ahdika wa wa'dika mastatha'tu, wa a'udzu min syarri maa shana'tu, abuu'u
laka bi ni'matika, wa abuu'u laka bi dzanbii, faghfirlii, fa innahu laa yaghfirudz-
dzunuba illa anta"

"Astagfirullah" 100x
(Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Ash Shahihah)

Bab 278
Adalah Adab dalam berdoa, bukan selalu mendahului dengan doa doa kepentingan /
hajat pribadi, melainkan mendoakan orang lain (saudaranya Kaum Muslimin)

92
ditempat yang berbeda, tidak dihadapan saudara yang didoakakannya (pada saat
tidak bersama saudaranya). Doa seperti ini sama saja seperti mendoakan diri sendiri,
karena doa kepada orang lain, akan dikabulkan Allah dan juga bagi yang berdoa

"Sesungguhnya doa seorang muslim untuk saudaranya di tempat terpisah


dikabulkan. Di kepalanya terdapat seorang malaikat yang mewakili. Tatkala dia
berdoa untuk saudaranya memohon kebaikan, maka malaikat berkata, 'Aamiin , dan
bagimu seperti apa yang engkau doakan"
(Muslim, Ash Ashahihah)

Bab 279
(Tidak Dibahas Ustadz)

Bab 280
Adab selanjutnya dalam (memulai) berdoa, adalah bershalawat atas Nabi dan
keluarganya, dimana Amalan ini bernilai 10x lipat dibanding doa lain, dan kebaikan
atas doa ini akan kembali 10x lipat bagi pelakunya

"Sesungguhnya Jibril telah mendatangi saya lalu berkata, "Barang siapa yang
membaca shalawat kepadamu satu kali, maka Allah menyampaikan shalawat
kepadanya sepuluh kali, dan Allah mengangkat baginya sepuluh derajat"

Ketika kita bershalawat untuk Nabi ‫ﷺ‬, tidak tanggung tanggung maka Allah langsung
yang akan bershalawat untuk diri kita sebanyak 10x, Allah balas langsung 10x lipat,
dalam redaksinya disampaikan kata "derajat", pada Hadits yang lain kita dapati
ketinggian 1 derajat itu adalah ketinggian yang berjarak vertikal, semisal jarak 700th
perjalanan darat (perjalanan dengan unta)
(Bukhari, Ash Shahihah)

93
Bab 281
Celakalah seorang hamba yang mendapatkan bulan Ramadhan lalu dia
meninggalkannya sedangkan dia tidak memohon ampun' lalu Saya berkata, 'Aamiin'

Kemudian (Jibril) berkata, 'Celakalah seorang hamba yang mendapati orang tuanya
atau salah satunya (dalam keadaan tua), tapi tidak dapat masuk ke dalam surga
(karena tidak berbakti).' Lalu Saya berkata, 'Aamiin'

Kemudian dia (Jibril) berkata, 'Celakalah seorang hamba yang namamu disebut di
sisinya tapi dia tidak membacakan shalawat kepadamu.' Lalu saya berkata, 'Aamiin'"

Dalam Bab ini membahas shalawat terhadap Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, selain merupakan
adab ketika berdoa, juga merupakan adab, dan amalan sunnah (sunnah yang wajib),
dimana ketika nama beliau disebut, kita bershalawat atas beliau. Tidak melakukan ini
dengan kesengajaan, maka diredaksikan celaka, adanya ancaman celaka disini, maka
berhukum Fiqh Haram, dan benar shahih orang tersebut Insya Allah celaka
(Muslim)

Bab 281 (Part2)


Seandainya ditimbang dengan kalimat-kalimat yang ada padamu, maka niscaya lebih
berat darinya, yaitu 'Subhaanallahi wabi hamdihi 'adada khalqihi, wa ridhaa
nafsihi, wazinata 'arsyihi, wa midaada kalimatihi." (Maha suci Allah segala puji
bagi-Nya sebanyak ciptaannya, sesuai kehendak-Nya, timbangan Arasy-Nya dan
sebanyak kalimat-kalimat-Nya)

Dilampirkan Doa dari tuntunan Nabi ‫ﷺ‬, yang berkeutamaan sangat besar, baca
redaksi doanya, doa ini lebih utama dari diam berzikir dari subuh hingga dhuha
(dzikir apapun tentu juga berkeutamaan besar) doa ini lebih kuat, doa ini adalah
alternatif dibaca ketika kita memiliki waktu yang sempit, atau sedang tidak memiliki
waktu yang lapang untuk berzikir, doa ini umumnya dibaca antara waktu dhuha

94
(Muslim, Abu Dawud, Ash Shahihah)
Bab 281 (Part3)
Mohonlah perlindungan kepada Allah dari neraka Jahanam, mohonlah perlindungan
kepada Allah dari siksa kubur, mohonlah perlindungan kepada Allah dari fitnah
Dajjal, dan mohonlah perlindungan kepada Allah dari fitnah kehidupan dan fitnah
kematian. Doa yang diangkat oleh Imam Bukhari pada Bab ini sebagai referensi doa
untuk dibaca, yang kita kenal dengan doa Fitnah Dajjal. Doa ini biasanya umumnya
pagi hari (Subuh), atau tidak dilarang membacanya pada waktu waktu yang lain
(Tirmidzi, An Nasai)

Bab 282
Masih berkaitan dengan doa, berikut beberapa Doa yang Imam Bukhari angkat

1. "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa. 'Ya Allah, perbaikilah


pendengaran saya dan penglihatan saya, dan jadikanlah keduanya yang mewarisi
diri saya dan tolonglah saya terhadap orang yang menganiaya saya, dan
perlihatkan pembalasan saya kepadanya"

2. "Ya Allah, berikanlah kesenangan kepada saya dengan pendengaran dan


penglihatan Saya. Jadikanlah keduanya yang mewarisi diri Saya, dan tolonglah
Saya terhadap musuh Saya, dan perlihatkanlah pembalasan Saya kepadanya"

3. "Ya Allah, ampunilah Saya, kasihanilah Saya, berikanlah petunjuk kepada Saya,
dan berikanlah rezeki kepada Saya, maka sungguh engkau telah mengumpulkan
(kebaikan) dunia dan akhiratmu" (Muslim, Ash Shahihah)

Bab 283
Doa minta diperpanjang umur ini dibolehkan, bahkan dicontohkan oleh Nabi ‫ﷺ‬,
dimana maksud panjang umur disini bukan berarti melawan garisan takdir, tetapi
lebih kepada umur yang bermanfaat, Allah memberi umur yang bisa dimaksimalkan
dengan kebaikan (amal shalih). Kemudian sejalan dengan itu umur yang Allah beri

95
panjang, maka senantiasa disisi dengan doa doa permohonan ampun, kita masih
diberi kesempatan untuk meminta ampunan Allâh (Muslim, Ash Shahihah)
Bab 284
Salah satu adab dalam memanjatkan doa kepada Allah adalah dengan tidak tergesa
gesa. Untuk urusan dunia saja tidak diperbolehkan sikap ketergesa gesaan, tenang,
apalagi dalam berdoa menghadap terlebih sedang meminta kepada Allah pemilik
seluruh alam

"Dikabulkan doa untuk salah seorang di antara kamu selama tidak tergesa-gesa
kemudian berkata, 'Saya telah berdoa tapi tidak dikabulkan"

Tidak dikabulkannya doa, salah satu sebabnya pastilah karena tergesa gesa, adapun
terkabulnya doa bukan karena tidak tergesa tegesa-nya, tetapi karena kehendak
Allah, karena izin Allah. Tidak tergesa gesa bukan lantas pasti doa tersebut
dikabulkan

Dikabulkan doa untuk salah seorang di antara kamu selama tidak memohon
kesalahan atau memutuskan tali silaturrahim, atau dia tergesa-gesa

Pada Hadits yang lain dalam bab yang sama, ada dalam satu kalimat yang sama doa
tidak terkabul lantaran tergesa gesa dan memutus silahturahmi. Jika seandainya
tidak tergesa gesa dan doa tidak terkabul, mungkin lantaran faktor lain, yaitu karena
memutus silahturahmi atau sebab lainnya
(Bukhari, Abu Dawud)

Bab 285
Masih tentang doa, di Bab ini dibawakan oleh Imam Bukhari penekanan berlindung
dari sifat kemalasan

Bisa dipahami pada doa disini dimana buruknya kemalasan sama dengan buruknya
hutang. Contoh di MJL, (buruknya) malas mencatat materi MLZ sama dengan hutang
dengan MLZ

96
"Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepadamu dari kemalasan dan hutang,
saya berlindung kepadamu dari fitnah Dajjal, dan saya berlindung kepadamu dari
siksa api neraka" (An Nasai)

Bab 286
Selain berdoa merupakan adab, berdoa juga merupakan perintah, merupakan
ibadah. Dimana jika orang tidak berdoa, ada ancaman, yaitu murkanya Allah. Maka
berdoa disini adalah sebuah kewajiban bagi kita Kaum Muslimin, wajiblah bagi kita
memanjatkan doa pujian, doa ampunan, doa doa masalah, doa doa permintaan dan
lain

Sekaligus kewajiban disini, agar kita tidak berdoa kepada selain Allah, sekaligus
mengugurkan berdoa kepada kepada selain Allah

"Barang siapa tidak memohon kepada Allah, maka Allah murka kepadanya"
[Tirmidzi]

Bab 286 (part 2)


Kemudian, dibawakan doa yang mampu membuat kita selamat dari celaka, apes,
sial, atau kejadian buruk

"Saya mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, 'Barang siapa yang mengucapkan di


setiap pagi hari dan di setiap sore hari sebanyak *tiga kali*, 'Dengan nama Allah
yang dengan nama-Nya segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi tidak dapat
mendatangkan bahaya di bumi dan di langit, dan Dia Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui, maka tidak ada sesuatu yang dapat mencelakainya"

(Abu Dawud, Tirmidzi, Ash Shahihah)

97
Bab 287
Keutamaan doa pada saat berada pada barisan perang (jihad), doa pada waktu ini
membuka pintu langit, dan doa doa ini tiada tertolak, Adapun serupa dengan doa
ketika berada pada barisan perang (jihad), yaitu doa tatkala berada pada saf saf
shalat, tatkala menghadiri panggilan Allah, (panggilan adzan / panggilan shalat)

'Ada dua waktu yang dibukakan pintu-pintu langit. Sedikit sekali orang yang berdoa,
kemudian doanya ditolak, yaitu pada saat menghadiri panggilan adzan dan pada
saat dibarisan perang di jalan Allah" (Abu Dawud)

Bab 288
Berikut beberapa doa doa yang bisa jadi tambahan perbendaharaan doa doa,
dimana doa doa ini dilakukan Nabi ‫ﷺ‬, dan dicontohkan beliau :

Doa, agar terjaga mata, telinga, lisan, kemaluan :


"Ya Allah! selamatkan Saya dari keburukan pendengaran dan penglihatan, lidah,
hati dan dari keburukan air mani saya"

Doa, agar Allah tidak membiarkan kita :


"Ya Allah, berilah pertolongan kepada saya dan jangan Engkau membiarkan saya,
Mudahkanlah petunjuk untuk saya"

"Yaa Tuhan Saya, berilah pertolongan kepada saya dan jangan Engkau
membiarkan saya, berilah kemenangan untuk saya dan jangan Engkau kalahkan
saya tetapi menangkanlah saya dan jangan Engkau mengalahkan saya.
Mudahkanlah petunjuk untuk saya, menangkanlah saya terhadap orang yang
menganiaya saya. Ya Tuhan Saya! jadikanlah saya seorang hamba yang bersyukur
kepada-Mu, yang ingat dan menghambakan diri kepada-Mu, senantiasa taat
kepada-Mu, yang khusyu' kepada-Mu, dan yang mengembalikan urusan kepada-
Mu. Terimalah taubat saya, bersihkanlah dosa saya, kabulkan doa saya,

98
tetapkanlah keputusan saya, tunjukkanlah hati saya, kuatkanlah lidah saya, dan
hilangkanlah kedukaan hati saya"
Ingatlah karena, "Tidaklah bermanfaat segala upaya orang yang sungguh-sungguh
baginya tanpa pertolongan Allah, dan barang siapa yang dikehendaki kebaikan
baginya oleh Allah, maka akan diberikan kepahaman kepadanya dalam urusan
agama" sebagaimana ini diucapkan (diperingatkan) Nabi ‫ ﷺ‬berulang ulang

Dan banyak lagi lainnya (Cek Doa Doa lain pada Bab ini)
(Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ash Shahihah dan lainnya)

Bab 289
Adab selanjutnya dalam berdoa adalah ketika Hujan. Hujan adalah satu waktu
dimana dalam Adab diajarkan kita untuk berdoa pada waktu ini, salah satu doa yang
dicontohkan adalah :
"Ya Allah, turunkanlah hujan yang memberikan manfaat"

Walau ketika bekerja, bahkan ketika sedang shalat (sunat) beliau meninggalkannya,
berhenti (sesaat) untuk mendahulukan berdoa kala hujan

Jika mendung hilang, beliau memuji Allah. Jika mendung itu menjadi hujan beliau,
meminta perlindungan, dan berharap manfaat dari hujan tersebut
(Ash Shahihah)

Bab 290
Bahkan adab menjelang menghadapi kematian, seseorang yang dianjurkan berdoa,
adapun doa yang dilarang adalah (ketika menghadapi sakit yang berat, tipis
kemungkinan untuk pulih, adalah doa memohonkan kematian. Haram berdoa
meminta kematian

"Seandainya Rasulullah shallallahu 'alaih tidak melarang kami untuk berdoa


memohon kematian, maka niscaya Saya akan berdoa"

99
(Bukhari, Muslim)

Bab 291
Berikut Doa Doa yang dinukilkan oleh Imam Bukhari. Selain kita mengambil redaksi
doa ini untuk berdoa, tetapi juga agar doa doa ini juga dimaknai sebagai adab

"Ya Tuhan Saya, ampunilah kesalahan Saya dan kebodohan Saya, kecerobohan
Saya dalam segala urusanku dan segala apa yang Engkau ketahui dari Saya. Ya
Allah ampunilah semua kesalahan Saya, kesengajaan Saya, kebodohan Saya
keteledoran Saya, dan semua itu ada pada Saya. Ya Allah, ampunilah dosa yang
telah dilakukan dan yang belum Saya lakukan. Dosa yang disembunyikan dan
yang ditampakkan. Engkaulah Dzat Yang Maha Mendahului dan Maha
Mengakhiri (segala sesuatu), dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu"

"Ya Allah, berilah pertolongan kepada saya untuk tetap mengingat-Mu,


mensyukuri nikmat-Mu, dan beribadah kepadamu dengan baik"

"Segala puji bagi Allah dengan pujian yang baik dan yang diberkati-Nya"

"Ya Allah Aku berlindung kepada-Mu dari Syetan Jantan dan Syetan Betina"

"Ya Allah, jadikanlah cahaya pada hati saya, pada pendengaran saya, pada sisi
kanan saya, pada sisi kiri saya, di atas saya, di bawah saya, di depan saya, di
belakang saya dan agungkanlah cahaya untuk diri saya"

"Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkau adalah cahaya langit serta bumi dan apa
yang ada di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau pelindung langit dan bumi
serta apa yang ada di dalamnya. Engkau adalah Yang Haq, janji, pertemuan
dengan-Mu, surga, neraka, dan hari kiamat kesemuanya adalah benar adanya. Ya
Allah, hanya kepada-Mu Saya berpasrah diri, saya beriman, ku bertawakal,
kembali, mengadu, dan menerima keputusan. Maka ampunilah dosa saya yang
telah lewat dan yang akan datang, yang saya sembunyikan dan saya tampakkan.

100
Engkaulah Tuhan saya, yang tidak ada Tuhan yang berhak di sembah kecuali
Engkau"
"Ya Allah, aku mohon kepada-Mu keselamatan di dunia dan di akhirat. Ya Allah,
aku mohon kepada-Mu maaf dan keselamatan dalam agamaku, dan keluargaku”

“Ya Allah, Tutupilah auratku, amankanlah rasa takutku. Ya Allah, jagalah aku dari
depan, belakang, kanan, kiri dan dari atas. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu
agar tidak diserang dari arah bawahku"

"Ya Allah, segala puji bagimu, ya Allah, tak seorang pun yang dapat mencengkram
apa yang Engkau lemparkan, tidak seorangpun dapat mendekatkan apa yang
telah Engkau jauhkan, tidak seorang pun dapat menjauhkan apa yang telah
Engkau dekatkan, tidak ada seorangpun dapat memberikan terhadap yang
Engkau tahan dan tidak ada seorangpun dapat menolak apa yang Engkau berikan.
Ya Allah, curahkanlah berkah, rahmat, anugerah, serta rezeki-Mu kepada kami. Ya
Allah! Sesungguhnya Saya memohon kepada-Mu kenikmatan yang tak akan
hilang, kenikmatan pada hari kiamat dan keamanan disaat peperangan. Ya Allah,
Saya berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang telah Engkau berikan kepada
kami, dan dari kejelekan yang Engkau cegah untuk kami. Ya Allah!, Tumbuhkanlah
kecintaan kami terhadap iman, dan hiasilah dalam hati kami, dan tumbuhkanlah
rasa benci bagi kami terhadap kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan, serta
jadikanlah kami orang-orang yang mendapat petunjuk. Ya Allah, matikanlah dan
hidupkanlah kami dalam keadaan Islam, bukan dalam keadaan hina dan
mendapat cobaan, dan pertemukanlah kami dengan orang-orang shalih. Ya Allah,
binasakanlah orang-orang kafir yang menutup jalan-Mu dan yang mendustakan
utusan-utusan-Mu, timpakanlah atas mereka siksa-Mu. Ya Allah, binasakanlah
orang-orang kafir yang telah diberi kitab"

Apa Fawaid lain yang didapati dari Bab ini? Yaitu merupakan Adab dalam berdoa
kepada Allah dengan redaksi litelatur bahasa yang tinggi (indah)

(Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai)

101
Bab 292
Masih dibanjiri dengan Doa Doa yang Imam Bukhari nukilkan dari riwayat Hadits
yang shahih, diantaranya berikut ini yaitu Doa kala ditimpa kesulitan :

"Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah yang Maha Agung lagi
Bijaksana, Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah yang menguasai
langit, bumi, dan Tuhan Arsy yang agung"

"Ya Allah!, berilah badan saya, pendengaran saya, dan penglihatan saya
kesehatan, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau"

Lafadz doa ini oleh seorang Sahabat dipanjatkan berulang ulang (3x), pagi dan sore.
Berhubung khusus doa ini didapati ada Sahabat yang mengamalkan demikian, dan
dari sanad Hadits yang Shahih, maka Insya Allah khusus doa ini bisa dibaca berulang
ulang sebanyak 3x dipagi dan sore hari (Bukhari, Abu Dawud)

Bab 293
Lanjut kepada doa kala bimbang dalam menentukan pilihan, bisa dipanjatkan pada
Shalat Malam, sekali lagi Doa Doa ini dibawakan Imam Bukhari dalam rangka Adab,
mengenali Adab Adab dalam berdoa

Ketika salah seorang di antara kalian menghadapi permasalahan, maka shalatlah dua
rakaat kemudian berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya saya meminta petunjuk dengan
ilmu-Mu, meminta kekuatan dengan kekuatan-Mu, dan meminta anugerah-Mu
yang agung. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa dan Saya tidak kuasa, Engkau
Maha Mengetahui sedangkan Saya tidak mengetahui, dan sesungguhnya Engkau
Maha Mengetahui hal ghaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa hal ini itu
baik bagi Saya dalam agama Saya, kehidupan Saya dan akhir dari urusan Saya
(atau berkata, dalam urusan dunia saya atau urusan akhirat saya) maka
berikanlah kepada saya. Jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini tidak baik

102
bagiku, baik dalam urusan agama, kehidupan, dan akibat dari urusan Saya (atau
mengatakan baik segera atau pelan-pelan), maka jauhkanlah dari Saya dan
berikanlah kepada Saya yang lebih baik di manapun berada, kemudian ridhailah
Saya (Lalu menyebutkan keinginannya)

Tak lupa dinukilkan Hadits, adanya keutamaan tempat dan waktu untuk
memanjatkan Doa

"Rasulullah ‫ ﷺ‬berdoa di masjid ini, yaitu Masjid Al Fath pada hari senin, selasa dan
rabu, maka dikabulkanlah di antara dua shalat, yaitu di hari rabu"

Jabir berkata, "Tidaklah datang kepada Saya urusan yang amat mendesak kecuali
Saya mencari jalan keluar pada waktu tersebut. Jadi saya berdoa kepada Allah di
antara dua shalat pada hari rabu pada waktu yang sama, maka saya melihat
jawabannya" (Ketika bimbang diantara 2 pilihan)

Kemudian termasuk Adab menyebutkan Asma Asma Allah ketia berdoa, dengan
berharap yakin Allah mengabulkan Doa kita

"Tahukah kalian dengan apa yang diucapkan?, demi Dzat yang jiwa saya ada di
tangan-Nya, dia (orang itu) telah berdoa dengan asma Allah, yang apabila digunakan
untuk berdoa pasti dikabulkan (doa doa kebimbangan, diantara 2 pilihan)"

Terakhir, masih dalam bab doa dalam kebimbangan kala menentukan pilihan, (juga
pada doa doa umum), adanya tuntunan Adab untuk merendahkan diri kala berdoa
kepada Allah

"Katakanlah, "Ya Allah, sesungguhnya Saya telah berbuat zhalim kepada diri saya
sendiri. Tiada yang dapat memberi ampunan kecuali Engkau, maka ampunilah
Saya. Sesungguhnya Engkau Dzat yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
(baru doa permintaan jawaban atas kebimbangan, atau doa doa umum)

103
(Bukhari, Muslim, Abu Dawud)

Bab 294
Redaksi Doa Takut Kepada Penguasa dilampirkan Imam Bukhari pada Bab ini,
memberi pengetahuan bahwa ada Adab dalam berdoa pada kasus ini, disebutkan
Ustadz bahwa doa bukanlah ilustrasi dengan kezaliman pemimpin Indonesia saat ini,
doa ini bukan khusus untuk kezaliman pemimpin Indonesia, namun tetap
dilampirkan sebagai pengetahuan, dan bisa diamalkan walau doa ini tidak berarti
khusus untuk model kezaliman pemerintah Indonesia saat ini. Doa ini lebih kepada
untuk level kezhaliman yang lebih berat dari misal kezhaliman pemerintah Indonesia

"Ya Allah, Tuhan langit yang tujuh dan Tuhan 'arsy yang Agung, jadilah Engkau
pelindung saya dari fulan bin fulan (sebut nama pemimpinnya) dan kelompoknya
dari makhluk-makhluk-Mu yang akan berbuat sewenang-wenang atau menzhalimi
saya, Maha Agung perlindungan-Mu dan sanjungan-Mu, dan tiada Tuhan yang
berhak disembah kecuali Engkau"

Kemudian doa ketika takut sebelum dipimpin oleh pemimpin fulan

"Allah Maha Besar dan Allah Maha Agung dari semua makhluk-Nya. Allah Maha
Agung dari apa yang Saya khawatirkan dan Saya takutkan. Saya berlindung
kepada Allah yang tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia -Tuhan yang
mencengkram tujuh lapis langit yang tidak akan jatuh ke bumi kecuali atas izin-
Nya- dari kejahatan hamba-Mu fulan (sebut nama calon pemimpinnya) serta
balatentaranya dari jin maupun manusia. Ya Allah... Jadilah Engkau pelindung
saja dari kejahatan mereka. Maha tinggi pujian-Mu, Maha Agung perlindungan-
Mu, dan Maha Mulia nama-Mu yang tiada Tuhan selain Engkau” (tiga kal 3Xi)
(Bukhari)
Note :
Tambahan dari Ustadz bahwa pada Bab Doa Doa ini Imam Bukhari melampirkan
banyak doa doa yang bisa kita amalkan persis (plek) redaksinya, atau menjadi
referensi bagi kita dalam membuat redaksi doa, boleh berdoa doa doa dengan

104
redaksi lain yang indah, seperti contoh Doa Doa Nabi ‫ ﷺ‬yang dibawakan Imam
Bukhari di Bab Bab Adab dalam berdoa disini
Bab 295
Tiada seorang muslim yang berdoa, selagi tidak untuk berbuat dosa atau
memutuskan silaturrahim, kecuali Allah akan memberinya salah satu dari tiga hal:

 Ada kalanya doanya dikabulkan segera


 Ada kalanya doa itu sebagai simpanannya untuk besok di akhirat
 Adakalanya Allah akan menolak kejelekan sebesar permintaannya"

Jadi pantaslah penyebab doa itu tidak terkabul karena ada dosa dan belum
bertaubat atasnya, dan atau ada silaturahmi yang terputus (Tirmidzi)

Bab 296
"Tidak ada sesuatu yang lebih mulia menurut Allah dari doa"

Maksud disini adalah bahwa daya, usaha, upaya, tiadalah lebih mulia tanpa disertai
doa. Adalah Adab selain usaha menyertainya dengan Doa (yakin Allah-lah yang
memberi, menolong, mengizinkan) (Tirmidzi)

"Sesungguhnya doa adalah ibadah." Kemudian Nabi ‫ ﷺ‬membaca ayat (Ud'uunii


astajib lakum)" "Berdoalah padaku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu" (Al
Ghafur : 60)

Maksud disini selain Doa merupakan Adab setelah berikhtiar. Doa disini adalah
masuk kedalam Ibadah. Doa dijelaskan Ulama ada 2

1. Doa Syar'iyah, atau doa yang diatur Syariat


Ini Lafadz Harus Sama

2. Doa Mas'alah, atau doa yang tidak diikat Syariat, doa doa permasalahan, ini
dengan lafadz bebas dan atau bahasa bebas tidak mengapa

105
(Abu Dawud, Tirmidzi)
"Demi Dzat yang diri saya ada di tangan-Nya, sungguh samar dari jalannya semut.
Maukah engkau saya tunjukkan sesuatu yang apabila engkau mengerjakannya
niscaya hilanglah kesyirikan itu, baik sedikit atau banyak?' Nabi bersabda,
'Katakanlah! "Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepadamu dari kesyirikan
yang saya ketahui dan saya memohon ampun kepada-Mu dari kesyirikan yang
tidak saya ketahui"

Disini ingin dijelaskan bahwa salah satu keutamaan berdoa bisa berlindung dari
kesyirikan, dan disebutkan juga bahwa Syirik bukan selalu yang besar, tebal, jelas,
atau terang, melainkan syirik itu ada yang kecil, tipis, samar, dan tersembunyi.
Berdoalah kepada Allah agar melindungi diri dari Kesyirikan (Bukhari)

Bab 297
Berikut dilampirkan pula bahkan doa kala bertiup pun, ada tuntunannya dalam
berdoa, selalu mintalah perlindungan dari segala sesuatu (yang berkemungkinan
buruk) kepada Allah
"Ya Allah, sesungguhnya saya mohon kepada-Mu dari kebaikan angin yang
Engkau kirim, dan saya berlindung kepada-Mu dari kejelekan angin yang Engkau
kirim"

'Ya Allah, jadikanlah angin yang membawa hujan (yang manfaat), bukan angin
yang kering (yang mudharat)" (Ash Shahihah)

Bab 298
Berkaitan dengan angin, juga dilarang untuk mencelanya. Nasihat ini datang dari
Kalangan Sahabat, dan tuntunan berdoa berkaitan dengan ini

Janganlah kamu mencela angin. Apabila kalian melihat angin yang tidak kalian sukai
maka berdoalah :

106
"Ya Allah, sesungguhnya kami mohon kepada-Mu kebaikan angin ini dan kebaikan
apa yang ada di dalamnya, serta kebaikan apa yang telah Engkau kirim. Saya
berlindung kepada-Mu dari kejelekan angin ini, serta apa yang ada di dalamnya
dan apa yang telah Engkau kirim"
Juga dari Abu Hurairah : "Angin itu termasuk ruh Allah yang dapat mendatangkan
rahmat dan siksa, maka janganlah kamu mencelanya, tetapi mohonlah kebaikannya
kepada Allah dan berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya"

Ruh Allah disini yang dimaksud adalah, ciptaan Allah, kepunyaan Allah, milik Allah,
kuasa Allah, maka jangan mencela Angin karena ini milik Allah (ruh Allah)
(Abu Dawud)

Bab 299
Landasan Dalil Tidak Shahih

Bab 300
Ibnu Abbas ketika mendengar suara halilintar berdoa, 'Maha suci Allah yang
kepada-Nya engkau hertasbih.' Dia (Ibnu Abbas) berkata, "Sesungguhnya halilintar
itu adalah malaikat pembentak hujan sebagaimana penggembala membentak
kambingnya"

Hadits ini dihukumi yang rajih, sanadnya lemah (Dhaif), karena ada perawi yang
buruk hafalannya. Kemudian tambahan lafadz bahwa halilintar adalah malaikat,
diragukan ini dari Ibnu Abbas, karena tidak ada dan diperkuat pada Dalil lain. Namun
hadits ini tetap diangkat, dimana salah satu fawaidnya adalah berdoa ketika ada
petir, bisa dengan lafadz diatas, atau lafadz bebas

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :
"Maha suci Dzat yang (guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, demikian pula para
malaikat karena takut kepada-Nya) Ar-Ra'd : 13. Kemudian beliau bersabda,
"Sesungguhnya ini ancaman pedih bagi penduduk bumi"

107
Dimana dituntunkan berdoa, memuji Allah, kala ada petir, dan bermuhasabah diri
sebenarnya petir itu peringatan dari Allah, betapa besar, dan berat, jika Allah
menurunkan musibah / azab bagi orang orang pendosa

(Bukhari)
Bab 301
Dari Abu Bakar, menirukan Nabi ‫ﷺ‬
"Wajib atas kalian untuk berkata benar, karena kebenaran itu bersama kebaikan
dan keduanya akan ada di surga. Janganlah sekali-kali kalian berdusta, sebab itu
akan bersama kejahatan dan keduanya akan ada di neraka. Mintalah kepada Allah
kesehatan karena tidak akan ada kebaikan yang datang setelah keyakinan dari
kesehatan, dan janganlah kamu memutuskan tali persaudaraan, saling bermusuhan,
saling menghasut, dan saling bertengkar. Jadilah engkau hamba Allah yang
bersaudara"

Tanpa perlu diperjelas lagi, semua sudah sangat jelas pada Wasiat Nabi ‫ ﷺ‬diatas,
dan itu semua termasuk dalam Adab, yang Imam Bukhari angkat (Bukhari)

"Wahai Rasulullah! Ajarkanlah kepada saya sesuatu yang saya gunakan untuk
berdoa kepada Allah." Maka Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Wahai Abbas!, mohonlah kepada
Allah kesehatan". Kemudian saya diam sejenak lalu berkata, "Ajarilah saya sesuatu
yang saya gunakan berdoa kepada Allah, wahai Rasulullah!" Kemudian beliau
bersabda, "Wahai Abbas!, wahai paman Rasulullah!, mohonlah kepada Allah
kesehatan di dunia dan akhirat"

Apa itu kesehatan di Akhirat? Yaitu kesehatan Iman, meminta Hidayah, agar Ibadah
diterima, dan keistiqomahan, sampai mendapati Surga (Ash Shahihah)

Bab 302
Adalah Adab tidak boleh doa doa yang (bernada) "menantang" Allah, misalkan doa
minta diberi Cobaan dalam kekayaan, dan aku akan bersedekah. Kemudian contoh
lain, misal doa meminta siksaan di akhirat, ditukar dengan siksaan dunia

108
Doa doa meminta cobaan seperti ini adalah Adab yang buruk terhadap Allah (dalam
berdoa), dan hal semacam ini dilarang oleh Nabi ‫ﷺ‬, dan menyebutkan kami tidak
akan bisa (tidak akan sanggup menerimanya)
(Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi)
Bab 303
Sebaliknya justru berlindung kepada Allah, dari cobaan cobaan yang Allah beri

Dari Abdullah bin Amru berkata, "Ada seseorang berkata, 'Ya Allah, sesungguhnya
saya berlindung kepada-Mu dari pedihnya cobaan.' Kemudian ia diam. Jika ia
meneruskan, maka hendaknya ia berkata, 'Kecuali bala' (cobaan) yang membawa
kemuliaan"

Dari Abu Hurairah menceritakan , bahwa Nabi ‫ ﷺ‬pernah (berdoa) berlindung dari
pedihnya cobaan, kesengsaraan yang menderitakan, cacian musuh, dan takdir yang
buruk

Redaksi doa doa berisi demikian, dituntunkan kepada kita kala berdoa
(Bukhari)

Bab Buruknya Membicarakan Org Lain


Bab 304
(Tidak Dibahas Ustadz) Hadits pada Bab ini akan dibahas pada kesempatan lain
(Misal : Bab Puasa, keutamaan Puasa 3 Hari dalam 1 bln) (An Nasai)

Bab 305
"Kami bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬dan tersebarlah bau busuk, maka beliau bersabda,
'Tahukah kalian apa ini?, ini adalah bau orang-orang yang menggunjing orang
mukmin"

109
Disini dipahami Nabi ‫ ﷺ‬menggunakan kiasan untuk dijadikan permisalan, dimana
Bau Busuk yang sedang berlalu (mungkin bau bangkai / bau sampah) dipergunakan
Nabi ‫ ﷺ‬untuk mengkiaskan betapa jeleknya menggunjing saudara sesama mukmin

Bukan berarti orang yang menggunjing maka semerbak bau bangkai / atau bau
sampah
Kemudian Hadits lain :
Beliau bersabda: "Orang-orang munafik telah menggunjing orang-orang muslim,
karena itu dikirimlah bau (busuk) ini"

Ini juga kiasan, Nabi ‫ ﷺ‬memanfaatkan bau busuk yang sedang berlalu, sebagai
kiasan betapa menggunjing itu seperti mengirimkan bau. Tentu bukan berarti Umat
Mukmin disini sedang dikirimi bau oleh orang munafik. Dan pada hadits kedua ini
konteksnya adalah munafik yang menggunjing kaum mukmin
(Bukhari)

Bab 306
Masih tentang Adab Buruk yaitu menggunjing. Diangkat oleh Imam Bukhari disini
adalah Hadits "Pelepah Kurma". Dimana di Bab ini ingin disampaikan Imam Bukhari
bahwa menggunjing adalah salah satu dosa yang bisa menyebabkan siksa kubur,
(bersama keburukan yang menyebabkan disiksa dalam kubur yaitu tidak cebok
ketika buang air kecil/apalagi buang air besar)

Kemudian seperti pada Bab sebelumnya, pada Bab ini diangkat oleh Imam Bukhari,
hadits dimana Nabi ‫ ﷺ‬memanfaatkan contoh yang ada sebagai kiasan buruknya
menggunjing, yaitu bangkai keledai yang busuk, dimana disebutkan bahkan jika
memakan bangkai busuk itu sampai kenyang itu lebih baik dari menggunjing
saudaranya yang Muslim
(Bukhari, Muslim)

Bab 307*
Landasan Dalil Tidak Shahih

110
BAB MENDOAKAN KEBERKAHAN ORANG LAIN
Bab 308
Penebalan pemahaman akan berdoa/mendoakan orang lain. Dimana bentuk kasih
sayang adalah dengan berdoa/mendoakan. Disini diberitahukan bagaimana salah
satu adab dalam berdoa, yaitu :

1. (Doa) semoga Allah memberimu keberkahan


2. Menyampaikan 1 wasiat dari Nabi, (kepada yang didoakan). Misal memberi
tau wasiat Nabi ‫ ﷺ‬Agar :
Berilah makan seperti apa yg engkau makan
Berilah pakaian seperti apa yg engkau pakai
Takutlah kehilangan perhiasan Akhirat (ibadah, sedekah, pahala)
dibandingkan perhiasan Dunia (harta, jabatan) (Muslim)

Bab 309
Pada Bab ini juga menampilkan Hadits, tuntunan bagi kita bahwa Adab kita terhadap
sesama adalah mendoakannya, misal mendoakan mereka "Semoga Allah
memberkahimu" (Bukhari)

BAB MEMULIAKAN TAMU


Bab 310
Pada Bab ini diangkat kisah dimana Nabi ‫ﷺ‬, mencontohkan untuk begitu
memuliakan tamu (yang datang dari jauh), walaupun disini Nabi ‫ ﷺ‬tidak sanggup
menerima tamu karena ketidaksanggupan selain air. Nabi ‫ ﷺ‬bertanya kepada
Sahabat lain "siapa yang mau menjamu tamu (muhajirin) ini" Salah satu sahabat
(berebut) menyanggupi menerima tamu ini, walaupun dirumahnya hanya ada

111
makanan untuk dia, istri, dan anak anaknya. Dia perintahkan istrinya untuk
menidurkan anak anaknya, agar makanan ini bisa dimakan untuk tamu yang datang.
Hal ini begitu dipuji oleh Nabi ‫ﷺ‬
(Bukhari, Muslim)

Bab 311
Adalah adab untuk (saling) memberi hadiah kepada tetangganya, kemudian
menghormati tamu dengan memberi hadiah (walau ini tidaklah wajib). Adapun yang
wajib adalah menjamu tamu yang datang, memberinya hak tamu sampai 3 hari (ini
wajib) seandainya tamu tersebut menginap, dst. Adapun setelah 3 hari adalah
sedekah (Bukhari, Muslim)

Bab 312
"Hak bertamu hanya tiga hari, dan apa-apa yang diberikannya setelah itu adalah
sadaqah". Hadits tentang ini juga disebukan oleh Imam Abu Dawud dalam kitabnya
(Abu Dawud)

Bab 313
Walaupun tamu mempunyai Hak demikian diatas, bukan berarti tamu ini boleh
merepotkan. Apabila sampai merepotkan ada baiknya tamu tidak menginap, atau
sampai melakukan hak haknya sebagai tamu apabila itu merepotkan tuan rumah
(Bukhari)

Bab 314
Menginap satu malam bagi tamu itu Wajib.
Wajib disini adalah benar sebuah kewajiban tuan rumah untuk tamunya menginap.
Wajib disini apabila berkesanggupan, memungkinkan, dan tamu disini dari jauh yang
mungkin menyulitkan apabila tidak bermalam. Adapun wajib disini apabila tamunya
ingin pulang/tidak menginap maka tidak harus dipaksa wajib menginap
(Abu Dawud, Ibnu Majah, Ash Shahihah)

112
Bab 315
Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau telah mengutus kami bertamu di suatu
kaum, tetapi mereka tidak menjamu kami. Bagaimana pendapat engkau?' Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Jika kalian bertamu di suatu kaum kemudian
kalian diperlakukan sebagaimana mestinya sebagai tamu, maka terimalah,
sedangkan jika mereka tidak melakukan demikian, maka ambillah hak kalian
sebagaimana mestinya

Maksud mengambil hak semestinya disini adalah, tetaplah bertamu secara normal,
walau tidak dilayani dengan baik, tidak menuntut hak sebagai tamu macam2 kepada
tuan rumah, mungkin tuan rumah disini awam, tidak mengerti (Bukhari, Muslim)

Bab 316
Judul dan isi diragukan keshahihannya

Bab 317
Pada Bab ini diangkat oleh Imam Bukhari, riwayat tentang Istri seseorang Sahabat
yang menolak ketika diperintah suaminya untuk melayani tamu (menyajikan
makanan/minuman). Maksud Imam Bukhari mengangkat Hadits ini ingin memberi
tau bahwa adalah merupakan Adab yang baik seorang istri adalah sopan terhadap
suami didepan tamu, sopan terhadap tamu, melayani (makan/minum, merapihkan
kamar menginap) bagi tamu suaminya (Ahmad)

Bab 318
Tidak Dibahas Ustadz
Lebih kepada keutamaan Sedekah Suami terhadap Keluarga

Bab 319
Tidak Dibahas Ustadz
Lebih kepada keutamaan Sedekah Suami terhadap Istri

113
Bab 320
Hadits Masyur dilampirkan pada Bab ini oleh Imam Bukhari :

“Allah 'Azza wa Jalla turun ke langit dunia pada setiap malam, tepatnya pada
sepertiga malam yang akhir. Lalu berfirman, 'Barang siapa berdoa kepada-Ku
pasti akan Aku kabulkan. Barang siapa meminta kepada-Ku pasti akan Aku
berikan, dan barang siapa mohon ampun pasti akan Aku ampuni"

Perhatikan Adab dalam berdoa disini yaitu


1. Pastikan Doa hanya kepada Allah
2. Pastikan Meminta hanya kepada Allah
3. Pastikan Mohon Ampun hanya kepada Allah

Doa kala Tahajud adalah Ibadah "Ghaib" yang efeknya bisa terasa nyata di Dunia,
begitu besar potensi doa pada waktu ini dikabulkan tentu dengan adab berdoa yang
benar. Jika belum dikabulkan, maka lakukan lagi (Allah masih rindu kalian merengek
kepadaNya), jika belum dikabulkan, padahal adabnya sudah benar, mungkin
keyakinanmu kepada Allah yang masih kurang (Bukhari, Muslim)

Bab 321
Adalah Adab untuk tidak membicarakan, mengutarakan kekurangan fisik seseorang,
misal rambutnya keriting, kulitnya hitam, dan sebagainya. Karena Allah menciptakan
manusia sempurna, mengejek kekurangan fisik ciptaan Allah, sama dengan mencela
Allah. Allah ciptakan manusia berbagai macam rupa, dan bisa rusak, bisa berkurang,
tiap tiap kita pasti ada kekurangan, maka tidaklah pantas menhakimi kekurangan
pada diri orang lain padahal diri sendiri pun juga penuh kekurangan

Hal demikian, dijelekkan oleh Nabi ‫ﷺ‬, dan beliau tidak menyukai akan hal hal
seperti ini, dan pada kasus Fiqh hal demikian adalah dilarang dan berhukum Haram
(Bukhari, Muslim)

BAB MENYIKAPI PERBUATAN / PERKATAAN DARI DAN KEPADA ORANG LAIN

114
Bab 322
Hadits tidak relevan, namun
Jika diambil salah satu fawaidnya adalah bolehnya memberitaukan/memberitau
apabila ada potensi bahaya (Ahmad, Ash Shahihah)

Bab 323
Landasan Dalil Tidak Shahih

Bab 324
Tidak bolehnya karena emosi, kemudian seseorang ini mencelakakan orang lain
(yang dia tidak sukai, yang da benci) mendoakan celaka bagi mereka. Karena
sesungguhnya dia lah yang lebih celaka (Muslim, Ash Shahihah)

Bab 325
Tidak bolehnya memanggil seseorang yang munafik dengan panggilan "Tuan".
Maksud disini adalah tidak bolehnya meninggikan seseorang yang munafik, termasuk
fasik, pendusta, dan sebagainya. Orang Orang demikian tidak perlu ditinggikan, dan
sebagai dakwah, memberi tau Kaum Muslimin lain, bahwa seseorang pendusta,
fasik, munafik ini tidak perlu ditinggikan (Abu Dawud)

Bab 326
Adab ketika disanjung, untuk tidak meninggi diri, melainkan mengembalikan pujian
itu kepada Allah, menjauhi Ujub dengan berdoa kepada Allah agar tidak menyiksa
kita karena (pujian orang) ini, Doa meminta ampun kepada Allah, Doa agar Allah
memberi hidayah untuk diri sendiri dan memberi hidayah kepada yang memuji
(karena dia mungkin tidak tau)

Dijelaskan juga pada bab ini bahwa


"Sangkaan adalah Sejelek Jelek Kendaraan"

Maksud disini adalah, sangkaan buruk terhadap orang lain adalah sejelek sejeleknya
sikap seseorang terhadap orang lain. Ditambahkan penjelasan oleh Ibnu Mas'ud,

115
bahwa mengutuk seseorang (karena emosi, karena benci) sama seperti
membunuhnya (Bukhari, Abu Dawud)

Bab 327
"Janganlah salah seorang di antara kalian mengatakan terhadap sesuatu yang tak
diketahuinya, "Allahlah yang mengetahui," sedangkan Allah mengetahui selain itu,
dan Allah telah mengajarinya apa-apa yang tidak diketahuinya. Hal yang demikian
itu di sisi Allah merupakan dosa besar"

Maksud disini jangan mengatakan sesuatu tentang seseorang, yang mana dia tidak
persis mengetahuinya. Hal ini sebagaimana redaksinya termasuk Dosa Besar. Karena
membicarakan tentang seseorang yang kita tidak tau, maka bermuara kepada
mudharat besar, misal putusnya silaturahmi, kebencian, fitnah, permusuhan, bahkan
peperangan (Bukhari)

Bab 328
Landasan Dalil Tidak Shahih

Bab 329, Bab 330


(Tidak Dibahas Ustadz)

Bab Adab Untuk Tak Mencela Waktu/Masa


Bab 331
Bahkan didalam Islam, ada Adab terhadap Waktu. Dimana Waktu/Masa/Tahun tidak
boleh dicela

"Janganlah seseorang di antara kalian berkata, 'Aduh tahun celaka ini!,' karena
sesungguhnya Allah adalah tahun"

Allah adalah Tahun disini maksudnya adalah, bahwa Allah yang menciptakan
Masa, Allah yang mengutus Siang dan Malam (menghendaki terjadinya siang dan
malam). Dimana mencela waktu berarti mencela Allah

116
(Bukhari, Muslim, Ash Shahihah)

Bab 332
Landasan Dalil Tidak Shahih

Bab Adab Yang Celaka


Bab 333
Sesungguhnya Rasulullah ‫ ﷺ‬melihat orang yang sedang menggiring unta, maka
Nabi bersabda, 'Naikilah' Lalu laki-laki itu menjawab, 'Ini unta ternak' Nabi berkata
sampai tiga kali, kemudian yang keempat beliau bersabda, "Naiklah, celaka engkau"

Celaka disini adalah bagi orang yang sudah mendapat Nasehat, Perintah dari Nabi ‫ﷺ‬
(walaupun Non Ranah Ibadah/Agama, walaupun perintah Naik Unta), namun orang
ini menyanggahnya, menolaknya, membantah, tidak menurutinya

Fawaid dalam hadits yang diangkat Imam Bukhari ini yaitu merupakan Adab untuk
patuh terhadap arahan seseorang yang besar, orang tua, guru, kakak, ataupun
lainnya, walaupun pada perkara dunia sepele misalkan saran untuk menaiki Unta
Ternak miliknya sendiri. Dimana tidak memiliki Adab ini diancam dengan celaka, atau
berdosa
Juga didalam Hadits lain yang pada Bab ini, bahkan patuh pada perkara melempar
sendal. Walaupun disini ada keterkaitan Adab dan larangan untuk tidak memakai
sendal (alas kaki) di Area Pekuburan. (Bukhari, Muslim, Abu Dawud)

Bab 334
Tidak Dibahas Ustadz

Bab 335

117
Masih pada Bab Celaka, dimana pada Bab ini diceritakan bagaimana celakanya (dan
berdosa) orang orang yang pelit / kikir

Pada bab ini diangkat sebuah Hadits bahwa sebaik baik sedekah adalah sedekah
yang dilakukan pada saat sedang pelit, mendambakan kekayaan, dan takut miskin,
dan janganlah mengulur ngulur waktu untuk sedekah, ini adalah Adab yang buruk,
dan Celaka. Untuk menhindari Celaka ini disarankan untuk bersedekah dan ini
sangatlah baik sekali pada kondisi diri sedang seperti disebutkan diatas

(Bukhari, Muslim)
Bab 336
Masih kepada Bab Celaka. Dimana jangan mencelakakan teman, dimana Hadits pada
Bab ini menjelaskan kita untuk tidak memuji teman yang akan mencelakakan
(memberatkan) teman kita. Janganlah minta doa (tawasul), atau meminta tolong
yang berat dimana mencelakakan (memberatkan) teman kita. Dan janganlah memuji
muji untuk kemudian meminta tolong yang mencelakakan (memberatkan) teman
kita / orang yang kita mintai tolong (Bukhari)

Bab 337, 338


Landasan Dalil Tidak Shahih

Bab 339
(Ancaman) Celakanya seseorang yang menyamakan Mahkluk (bahkan Nabi), dengan
Allah. Pada Bab ini bahkan Sahabat yang menyamakan Kehendak Rasul adalah sama
dengan Kehendak Allah ditegur oleh Nabi ‫ ﷺ‬bahwa yang demikian adalah contoh
menjadikan sekutu terhadap Allah, Dosa Syirik, (diancam) celaka. Karena kehendak /
ketetapan / ketentuan hanyalah milik Allah (Bukhari, Ash Shahihah)

Bab Celakanya Lagu dan Hiburan (Sia Sia)


Bab 340
Ibnu Umar berkata tentang buruknya nyanyian (sebagai hiburan yang sia sia),
dengan redaksi seandainya setan meninggalkan sesuatu, maka budak anak kecil ini

118
(sedang bernyanyi) lah yang ditinggalkan setan. Saking buruknya seseorang yang
bernyanyi (menjadikan nyanyian sebagai hiburan)

Kemudian pada Bab ini Imam Bukhari juga mengangkat dari Ibnu Abbas tentang ayat
Al Quran Dari Ibnu Abbas, "Firman Allah, 'Dan di antara manusia (ada) orang yang
mempergunakan perkataan yang tidak berguna.' (Luqman : 6) maksudnya yaitu lagu
dan yang sejenisnya" demikian perkataan Ibnu Abbas

Rasulullah ‫ ﷺ‬telah bersabda, "Sebarkanlah salam, pasti engkau akan selamat, dan
perbuatan sia-sia itu adalah keburukan". Dibandingkan menghabiskan waktu dengan
hiburan yang sia sia, disarankan Beliau untuk saling menyebarkan salam, bergaul,
berinteraksi dengan Kaum, bersilaturahmi, menyambung komunikasi, belajar
mengajar, membahas ilmu, atau yang semisal bermanfaat lain dengan sesama Kaum
(Muslimin, Bukhari, Ash Shahihah)

Bab Adab Menghadapi Permasalahan


Bab 342
"Apa engkau pernah mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬melantunkan sya'ir?' Dia menjawab,
'Ya. Kadang-kadang jika beliau masuk rumah berkata, "Dan suatu hari akan datang
kepadamu permasalahan yang tidak engkau persiapkan (jawabannya)"

"Sesungguhnya merupakan kalimat nabi-nabi yaitu, "Akan datang padamu


permasalahan yang belum engkau persiapkan (jawabannya)"

Dijelaskan dahulu bahwa Syair disini ada yang Halal dan Haram. Syair disini terpisah
dari Musik dan Lagu, walaupun Ibnu Mas'ud/Ibnu Abbas menyandingkan Syair (Lagu)
masuk kedalam Musik, pada sebuah kesempatan lain

Syair dimaksud disini adalah Kata Kata Mutiara, literatur bahasa dalam Bahasa Arab,
ketika menasehati, misal di Indonesia semisal pepatah / pantun. Bukan Syair
dimaksud disini adalah Lagu atau Musik

119
Betapa banyak (kadang-kadang) Nabi ‫ ﷺ‬menggunakan Syair (pepatah / pantun)
kata kata mutiara untuk menasehati dalam menghadapi beberapa jenis
permasalahan atau persoalan, misal dalam rangka dunia, atau dalam rangka yang
tidak diatur didalam syariat

Fawaid Adab pada bab ini, jika ada suatu permasalahan atau persoalan, nasehatilah /
bahas dengan bahasa yang santun, dengan literatur bahasa yang baik. Kemudian
disini juga dipahami bahwa Nabi ‫ ﷺ‬telah mengindikasikan, akan datang masa
dimana ada banyak permasalahan, (maksud disini permasalahan dunia / muamalah)
yang belum ada jawabannya. Maka ketika menemui kondisi seperti demikian,
sebagaimana ini juga dijelaskan pada Ayat maupun Hadits yang lain, Adab kita adalah
menanyakan masalah ini kepada yang mengerti, kepada Alim, Ulama, kepada Guru,
kepada Orang yang memiliki ilmu dalam perkara tersebut. (Bukhari, Ash Shahihah)

*Bab 343*
Landasan Dalil Tidak Shahih

Bab Adab Menjaga dari Miskomunikasi


Bab 344
"Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "janganlah salah seorang di antara kalian mengatakan Al
Karma, tetapi katakanlah, Al Habalah (anggur)"

Maksud disini adalah merupakan Adab untuk menjaga dari miss-komunikasi, atau
miss-interpretasi. Dimana pada contoh Hadits yang diangkat Imam Bukhari disini
janganlah menggunakan redaksi Al Karma (bisa Kurma, bisa Anggur, bisa Karma),
tetapi katakanlah Al Habalah (Buah Anggur)

Perkara seperti inipun diperhatikan dan diatur didalam Islam, sebagai Adab Para
Kaum Muslimin. Jika dikonversi kepada zaman kita sekarang, betapa misal ada kata
kata, atau platform digital (misal telf, sms, wa, dll) yang memungkinkan untuk
terjadinya miss-komunikasi, miss-interpretasi, miss-arti, salah paham, salah maksud,

120
salah tangkap. Maka sebaiknya berhati hati berbicara, menulis, menggunakan
redaksi, atau istilah, dan juga menangkap maksud pembicaraan seseorang tersebut,
dan jika belum jelas alangkah baiknya di perjelas kembali, agar maksud antara yang
bicara dan mendengar disini dipahami dengan baik. (Bukhari, Muslim)

Bab 345, 346


Tidak Dibahas Ustadz

Bab Adab Buruk Kemalasan


Bab 347
Malas adalah Adab atau Sikap yang buruk, yang seharusnya tidak dimiliki oleh Kaum
Muslimin. Seburuk Buruk malas adalah Malas Shalat. Dinasehatkan oleh Nabi ‫ﷺ‬
agar jangan pernah meninggalkan shalat karena alasan malas, bahkan ketika sakit
pun, meninggalkan shalat bukanlah Alasan. Pada Hadits yang diangkat Nabi
shallallahu alaihi wasallam disini, bahkan ketika sakit shalat bisa dilakukan dalam
keadaan duduk
(Abu Dawud)

Bab 348
Berlindunglah dari sifat malas dengan membaca doa yang dituntunkan oleh Nabi ‫ﷺ‬

"Ya Allah, sesungguhnya aku mohon perlindungan kepada-Mu dari kesempitan


dan kesusahan, dari kelemahan dan kemalasan, dari ketakutan dan kebakhilan,
dari terlilit hutang, dan dikuasai orang lain"

Dari Doa ini bisa kita ambil Fawaid, bahwa lemah itu sama buruknya, dengan
kesusahan kemiskinan, rasa lemah, rasa takut, sifat pelit, dan jeleknya terlilit hutang,
dan dikuasai orang (Bukhari, Abu Dawud)

Bab 349

121
"Sesungguhnya orang yang menumpuk-numpuk harta adalah mereka yang sedikit
pahalanya di hari kiamat, kecuali orang yang mengatakan, begini dan begini dalam
kebenaran"

Fawaid tentang sifat malas pada Hadits yang diangkat Imam Bukhari pada Bab ini
adalah, manusia kadang begitu rajinnya untuk urusan dunia menumpuk numpuk
hartanya, sebaliknya begitu malasnya untuk urusan Akhirat. Orang orang yang
demikian ini padahal begitu sedikit pahalanya kelak dihari kiamat, dan betapa
kesulitannya kelak ia di hari kiamat

(Bukhari, Ash Shahihah)


Bab 350
Jika dikaitkan dengan Adab kemalasan, Hadits pada bab ini memahamkan kita untuk
berusaha akan sesuatu dengan sungguh sungguh. Dimana pada hadits disini
diceritakan ada seorang sahabat yaitu Abu Musa, yang ketika membaca Al Quran
dengan sungguh sungguh, maka suaranya dipuji oleh Nabi shallallahu alaihu
wasallam

Bisa diartikan pula bahwa janganlah kita membaca Al Quran dengan malas,
janganlah kita melakukan sesuatu dengan malas malasan, ingatlah bahwa
kesungguhan, disukai, dipuji puji oleh Nabi ‫ﷺ‬ (Abu Dawud, Muslim)

Bab Adab Gelar / Panggilan Panggilan


Bab 351
Bahkan memanggil anak ada Adabnya didalam Islam, seperti misal Urf di Tanah Arab
untuk memanggil dengan diawali ucapan "Yaa"
- "Yaa Anakku"
- "Yaa Bunayya"

Atau Urf memanggil nama dengan tidak disingkat, misal "


- Abdullah tidak dipanggil "Dul"
- Abdurrahman tidak dipanggil "Man"

122
- Muhammad tidak dipanggil "Mu"

Sapalah, panggil, nama panggilan anak dengan sopan dan beradab, dan ini bisa
disesuaikan dengan Urf di daerah masing masing. Misal :
"Dek", "Nak", "Kak", "Bang"

Tetapi jangan panggil anak dengan panggilan yang tidak baik, tidak sopan, tidak etis

Fawaid lain dari bab ini adalah Nasehat Orang Tua kepada Anaknya agar jangan
sekali masuk kerumah seseorang kecuali setelah diizinkan

(Bukhari, Ash Shahihah)


Bab 352
Janganlah menyebut diri sendiri dengan panggilan, gelar, atau definisi yang buruk,
semisal "Jiwaku Buruk", sebut saja misal "Pencernaanku sedang tidak baik",
"Kepalaku sedang pening", Badanku sedang tidak enak" (Bukhari, Muslim)

Bab 353
Tidak boleh menggelari diri dengan gelar Allah. Pada contoh Hadits disini larangan
berkunyah atau bergelar dengan "Abul Hakam" bahkan pada seseorang yang Hakim
(yang Adil), karena gelar ini adalah gelar Allah. Adapun jika mau 'Abd' (Hamba) pada
Nama atau Sifat Allah ini tidak mengapa, misal "Abdul Hakam", "Abdul Hakim",
"Abdullah", "Abdul Jabbar" dll, ini tidak mengapa

Agung, Wisnu, Surya, Adil, Hakim, Suci, Rahman, Tulus, Akbar, dan sebagainya.
Nama dan gelar seperti ini juga tidaklah beradab, karena ini mensejajarkan diri
dengan Nama atau Sifat Allah, atau menggelari dengan gelar yang mustahil, ini tidak
diperbolehkan dalam Islam. (Abu Dawud, Ash Shahihah)

Bab 354
(Landasan Dalil Tidak Shahih)

123
Bab Adab Gesit
Bab 355
Didalam Bab ini dibahas mengenai Adab Kaum Muslimin dalam berjalan adalah
(agak) cepat, atau gesit, tidak terlalu pelan, terlalu santai, atau terlalu loyo. Selain
itu, jangan berjalan dengan menyeret sepatu / sendal, karena yang demikian ini
seakan akan malas, melangkah dengan mengangkat sendal / sepatu dengan gesit,
dan tidak bersuara (seretan)

Juga pada bab ini disebutkan, bahwa adab ketika memberi salam adalah siapa yang
berjalan, yang mendatangi, maka dia yang memberi salam kepada yang duduk, yang
diam
(Bukhari)
Bab Adab Memberi Nama
Bab 356
Memberi panggilan, atau memberi Nama, juga didapati Adabnya didalam Islam.
Berilah penamaan ataupun panggilan yang baik, sesungguhnya nama yang disukai
Allah adalah "Abdullah", "Abdurrahman" (nama yang berhamba kepada Allah),
kemudian (contohlah) Nama Nama Nabi, maksud disini adalah nama nama yang
tidak berat secara arti

Kemudian ada nama, panggilan, kunyah, yang merupakan kekhususan Nabi ‫ﷺ‬,
nama itu tidak boleh diambil, atau ditiru, yaitu Abu Qosim (Abul Qosim)
(Bukhari, Ash Shahihah)

Bab 357
Adalah bagian dari Adab Kaum Muslimin untuk menerima pemberian nama dari
seseorang yang besar, misal sahabat yang anaknya diberi nama oleh Nabi ‫ﷺ‬. Jika
misal anak anak kita direkomendasikan nama oleh Pemimpin, oleh Guru, oleh
seseorang yang besar, orang yang kita hormati, maka adabnya adalah
memakai/menggunakan nama tersebut (Bukhari, Muslim)

Bab 358

124
Didapati juga bahwa ada nama nama yang buruk, yang sebaiknya tidak kita
pergunakan, yaitu Malikul, Muluki, atau Malik. Nama ini adalah Nama yang buruk,
karena Malik adalah juga salah satu sifat Allah (Al Malik)

Qodarullah salah satu Imam Besar, bernama Imam Malik, hal ini diakui sendiri oleh
beliau bahwa nama ini adalah nama yang buruk, namun tetap dipakainya selain
karena tidak adanya orang lain (guru) yang menamainya dengan nama lain, hadits
belum sampai kepada guru gurunya, dan sebagai contoh bahwa Imam Malik adalah
seorang manusia, ada sisi buruk (yaitu Nama), dan sisi buruk ini tidaklah kemudian
untuk diikuti

Tambahan : Imam Besar lain yang Qodarullah bernama buruk adalah Syaikh Albani,
yang bernama "Nashiruddin" atau Pembela Agama. Nama ini buruk, karena masuk
kategori nama yang terlalu berat, walaupun beliau pada level Ulama (pembela
agama)
(Bukhari, Muslim)

Bab 359
(Tidak Dibahas Ustadz)
Tidak Relevan, Urf di Tanah Arab, Zaman itu

Bab 360
Landasan Dalil Tidak Shahih

Bab 361
Bolehnya mengganti nama / memberi nama pengganti ketika sudah besar. Nama
tidak berarti harus diberi ketika baru lahir atau baru masuk Islam. Jika diperlukan
nama boleh / bisa saja diganti kapanpun, namun bukan berarti bergonta ganti nama

Seperti Ashiyah menjadi Jamilah


Seperti Zarrah / Barrah menjadi Zainab

125
Dahulu ini bisa dilakukan karena tidak ada administratif pencatatan nama AKTE /
KK / KTP / SIM dan sebagainya. Adapun sekarang mungkin ini agak sulit dilakukan,
namun bukan berarti hal ini terlarang. Silahkan saja jikalah penting atau diperlukan,
nama bisa diganti baik secara panggilan saja, ataupun diganti termasuk ke
pengurusan dokumen administratif (Muslim, Ash Shahihah)

Bab 362, Bab 363


Landasan Dalil Tidak Shahih

Bab 364
Seperti pada Bab Sebelumnya, bahwa Adab untuk menerima nama pemberian, dan
juga pula menerima apabila nama kita diganti oleh seseorang yang besar. Misal disini
oleh Nabi ‫ﷺ‬, oleh Orang Tua, Guru, Pemimpin, dan sebagainya (Ash Shahihah)

Bab 365
Masih menceritakan tentang Nama yang diganti. Fawaid yang bisa diambil pada Bab
ini adalah, adanya kebaikan, keutamaan yang terkandung mengapa Nabi ‫ﷺ‬, oleh
Orang tua, Guru, Pemimpin, memberi atau mengubah nama seseorang, diantaranya
adalah harapan keselamatan, harapan agar lebih baik (Muslim, Ash Shahihah)

Bab 366 - 375


Tidak Dibahas Ustadz
Hadits Tentang Nabi ‫ ﷺ‬Memberi Nama Nama
Keutamaan dan Fawaid kurang lebih sudah dibahas pada Bab Bab sebelumnya

Bab 376
Pada Bab ini dijelaskan adab bolehnya memberi, memiliki nama kunyah pada
seseorang yang belum memiliki anak. Contohnya disini Al Qamah, yang diberi nama
Abu Sibl sebelum memiliki anak (Bukhari)

126
Bab 377
Di Bab ini dijelaskan adab bahwa bolehnya juga seseorang wanita memiliki nama
kunyah, misal disini Aisyah yang berkunyah Ummu Abdullah, atau pada hadits lain
bergelar Ummu Mukminin (Ibunya Kaum Muslimin)
(Bukhari, Abu Dawud, Ash Shahihah)

Bab 378
Nama Kunyah juga bisa sesuai dengan keadaan yang terjadi, atau kunyah atas apa
yang ada pada dirinya, asal dirinya, atau apa yang identik dengan dirinya. Misal disini
sehabat yang tidur (disisi) tembok, dipanggil Abu Turab oleh Nabi ‫ﷺ‬, atau contoh
lain didapati Abu Hurairah, Abu Bakar, dll (Bukhari, Muslim)
BAB ADAB BERDIRI /BERJALAN , DIBERI ARAHAN
Bab 379
Adab dalam berdiri/berjalan juga didapati tuntunannya dalam Agama. Dimana pada
Bab ini dinukilkan contoh, bahwa jika berdiri/berjalan dengan seseorang yang besar,
maka tidak memunggunginya. Tidak berada didepannya, bisa berada disamping atau
belakangnya. (Bukhari)

Bab 380
Masih perihal berdiri/berjalan disamping. Dimana pada Hadits ini dinukilkan
seseorang yang disuruh untuk berjalan disamping (saudaranya), namun menolak.
Dan ini dikatakan sebagai betapa jelek didikan

Fawaid disini selain perihal berjalan adalah, menolak arahan dari orang yang besar,
adalah tanda jeleknya didikan. Menolak arahan untuk sekedar berjalan saja ini,
berlaku juga qiyas untuk yang lain. Dimana menolak arahan (secara umum) adalah
adab yang buruk. (Bukhari)

BAB ADAB MENGAMBIL HIKMAH , DARI SYAIR


(selain dari Al Quran dan Al Hadits)

127
Bab 381-382
Kebaikan, Kebenaran, tidaklah selalu dari Al Quran atau As Sunnah (ini sudah pasti
baik dan benar), adapun diluar keduanya, kebaikan/kebenaran juga bisa datang
Syair, Pepatah, Nasihat (selama tidak bertentangan dengan Al Quran dan Hadits).
Bahwa didalam Nasihat, atau Pepatah yang bukan dalil, bisa jadi ada kebaikan dan
kebenaran pula disitu

Bisa jadi misal Dalil belum sampai, pemberi nasihat disini tidak menguasai Dalil yang
berkaitan, atau Nasihat sesuai dengan Fiqh Dakwah agar maksudnya sampai,
walaupun Redaksi Nasihat disini tidak ada di Ayat maupun di Hadits (selama tidak
bertentangan). Adab bolehnya memberi atau mengambil hikmah Syair, Pepatah,
atau Nasihat. (Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ash Shahihah)
Bab 383
Masih sedikit berkaitan dengan Adab menuruti arahan, dalam Hal ini sahabat yang
disuruh melantunkan Syair oleh Nabi ‫ ﷺ‬dan Sahabat ini pun menurutinya

Fawaid lain yang bisa diambil dalam bab ini adalah, bahwa Syair, atau kata kata yang
baik, cerita cerita, tauladan yang baik diperbolehkan dalam agama. Darisini juga kita
tau bahwa Syair (yang baik) tidaklah terlarang, bahkan Nabi ‫ ﷺ‬diriwayatkan
meminta Sahabat ber-Syair. (Bukhari)

Bab 384
Sebaliknya dalam Bab ini dijelaskan bahwa ada pula Syair yang tidak diperbolehkan,
Syair Syair yang buruk, yang mengandung Dosa, Maksiat, Syubhat, dan Syirik. Syair
Syair seperti ini diancam oleh Nabi ‫ﷺ‬

"Terpenuhinya perut salah seorang di antara kalian dengan nanah, lebih baik dari
dipenuhinya dengan syair"

Kemudian pada Hadits lain, dijelaskan pula bahwa diantara Syair yang buruk adalah,
Syair Syair, Nasihat, yang datang dari orang orang yang (dia sendiri) tidak
mengerjakannya. (Bukhari)

128
Bab 385
Pada Bab ini dijelaskan, bahwa Syair, Nasihat, Pepatah, Keterangan, ataupun Berita,
mestilah yang jelas maksudnya. Agar menjadi (berpengaruh) untuk kebaikan,
penyampaian kebenaran, dan bisa diambil hikmahnya, manfaatnya

Disini juga dituntunkan apabila menerima kabar, berita, arahan, nasihat, pepatah,
syair, keterangan, penjelasan yang baik, maka ambilnya hikmah dari perkataan
tersebut

Syair berpengaruh juga bisa berkonotasi negatif, apabila "Syair Berpengaruh" disini
maksudnya adalah Sihir. (Abu Dawud, Ibnu Majah, Ash Shahihah)
Bab 386
Bahwa seburuk buruk (adab) dalam Syair adalah, seseorang yang Ahli Syair (Ahli
Bicara / Pandai Bicara), yang isi maksud didalam Syairnya adalah buruk, bisa caci
maki, penyesatan terhadap umat, menjauhkan umat dari kebenaran, syirik, dan
berkata kata dengan melupakan Bapaknya

Melupakan Bapaknya disini bermakna, dia lupa darimana asalnya, dia tidak tau dia
berbicara dimana, dihadapan siapa, pembicaraannya untuk memahamkan siapa,
melupakan budaya, dan tata krama urf setempat, tempatnya lahir, tinggal, atau
besar
(Ash Shahihah)

BAB ADAB BERBICARA (YANG Perlu2)


Bab 387
Dijelaskan pada Bab ini dimana merupakan Adab yang tidak baik adalah banyak
bicara. Baik omong kosong, hoby ngobrol (yang tidak perlu), membuang banyak
waktu untuk ngobrol ngobrol, bahkan berlama lama dalam khutbah. Hal ini oleh Nabi
‫ ﷺ‬dibenci, dan pada beberapa kesempatan dicela, diancam dengan keburukan.
Banyak bicara (sia sia) dilarang didalam Islam. Biasakan untuk berbicara yang perlu,
dan yang jelas (dengan kata kata yang jelas)

129
"Wahai manusia! Katakanlah apa yang engkau ingin katakan, maka
sesungguhnya berlebih-lebihan dalam berbicara itu dari syetan.' Kemudian
Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya termasuk dari Al Bayan (kata-kata yang jelas)
adalah berpengaruh (Sihir)"

"Sesungguhnya pembicaraan panjang dalam berkhutbah itu dari syetan"

"Sesungguhnya dari sebagian Al Bayan (kata-kata yang jelas) (keterangan) adalah


berpengaruh.' Kemudian beliau memerintahkan kami dan mengajari kami"
(Bukhari, Ahmad)

Bab 388
Membicarakan Angan-Angan, selama itu baik maka boleh boleh saja, dan jika dengan
dibicarakan itu Angan Angan (yang baik) ini bisa menjadi nyata, maka itu boleh
dilakukan. Contoh dinukilkan pada Bab ini yaitu hadits :

"Kiranya ada seorang shalih dari sahabat saya yang datang kepada saya
kemudian menjaga saya malam ini" Tiba-tiba saya mendengar suara pedang,
maka beliau bertanya, 'Siapa itu?' Dia menjawab, 'Sa'ad ya Rasulullah! Saya
datang untuk menjagamu.' Kemudian Nabi tidur, sehingga kami mendengar
dengkurannya"
(Bukhari, Muslim)

Bab 389
Tidak Dibahas Ustadz

Bab 390
Didapati keterangan dalam Bab ini, bahwa seseorang yang berbicara/berkata2 sia
sia, atau berbicara keterangan yang salah adalah merupakan keburukan. Diangkat
disini seorang Ayah yang memukul (peringatan/teguran) kepada Anaknya, yang

130
membaca dengan salah, berbicara sesuatu dengan salah, dan bisa juga diqiyaskan
dengan berbicara yang sia sia

Kemudian, dinukilkan satu riwayat lemah, namun bisa kita ambil fawaidnya, dimana
lirik-lirik lagu adalah termasuk pembicaraan yang jelek/buruk. Darisini pula kita tau
bahwa ada perkataan perkataan yang baik dimana bahkan Nabi ‫ ﷺ‬menyarankan,
namun ada pula perkataan perkataan yang jelek/buruk, yang dituntunkan oleh Nabi
‫ ﷺ‬untuk tidak dikerjakan/dilakukan/didengar

(Bukhari, dan 1 Taqhiq riwayat lemah dari Abdurrahman)

BAB BICARA PERIHAL ISTILAH ISTILAH


Bab 391
Yang bisa diambil pelajaran dari Bab ini adalah dimana pembicaraan mengenai
dukun, termasuk adab yang tidak baik, berlaku turunannya. Disebutkan disini bahwa
dukun itu bahwa "mereka itu tidak ada apa apanya", kebaikan yang datang dari
Allah, dicuri oeh syetan, mereka ini syetan dan dukun dukun hanyalah pencuri dari
Allah, mereka mencuri sesuatu yang baik dari Allah, namun mencampurnya dengan
kebohongan, keburukan, kejelekan, kesyirikan

Membicarakan tentang dukun dan segala istilahnya masing masing adalah termasuk
keburukan, adab yang buruk. (Bukhari, Muslim)

Bab 392
Diangkat dalam bab ini adalah istilah "Al Ma'aridl" atau kata kata bermakna dua, bisa
baik dan buruk. Yang mana bisa kita ambil fawaid pada bab ini adalah, termasuk
adab yang tidak baik, berbicara dengan kata kata atau istilah yang bias atau bisa
memiliki 2 makna, yaitu makna baik dan makna buruk. Bisa benar benar kata istilah,
maupun bukan kata istilah tetapi bermakna dua

131
Contoh disini seseorang yang bernyanyi, ini bermakna 2, seakan akan kata katanya
baik, padahal kata kata dusta, angan angan, sindiran atau lainnya. Contoh lain
misalkan saya pinjamkan kamu uang, seakan akan ini baik padahal ini riba

Berbicara yang demikian, bermakna 2, adalah termasuk kedalam adab yang buruk
(Bukhari, Muslim)

Bab 393
Membicarakan rahasia orang lain, baik dengan berbagai tata cara dan istilah dalam
pengucapannya, termasuk adab yang buruk. Sebagaimana dalam bab ini dinukilkan,
bahwa seseorang yang membicarakan rahasia orang lain, seperti dia melihat sehelai
bulu pada mata saudaranya, namun dia tidak melihat batang kayu pada matanya
sendiri. Orang seperti ini sibuk membicarakan orang lain, rahasia orang lain, padahal
dia tidak menyadari dirinya sendiri, kejelekan dirinya sendiri, tidak menyadari
bagaimana jika rahasianya disebarkan atau diketahui orang lain. Cukuplah jika kita
mengetahui rahasia orang lain kita menutupnya, sebagaimana kita menutup rahasia
pada diri kita sendiri (rahasia disini dikonotasikan positif). Adapun rahasia ini
mengandung atau mendatangkan keburukan, maka tentu diperingatkan, kita
memberi tahu kepada umat (misal bahaya rencana rahasia penyerangan ke desa,
misal bahaya ustadz syubhat sesat, merahasiakan dakwah sesatnya, atau lainnya
yang bersifat kemaslahatan)

Menyebarkan rahasia saudara sendiri, yang tidak bermaslahat. Sama saja dengan
merusak hubungan antar 1 saudara dengan saudara yang lain. Cukuplah rahasia itu
disimpannya diperbaikinya, diselesaikannya, tanpa perlu disebar sebarkan, tanpa
perlu merusak hubungan, merusak citra, dsb. (Bukhari)

Bab 394
Landasan Dalil Tidak Shahih

Bab 395

132
Dalam bab ini diangkat juga bahwa kepada orang orang yang tidak baik (tidak
bijaksana), kita tetaplah berbuat baik (tetaplah bijaksana), sebagaimana disebutkan
didalam riwayat yang diangkat pada bab ini, tidaklah (disebut) bijaksana, jika kita
tidak pernah berbuat baik, kepada orang yang tidak tidak berbuat baik

Dengan berperilaku seperti ini, juga memiliki keutamaan besar, yaitu Allah memberi
jalan keluar bagi kesulitan kesulitan kita. Allah mempermudah jalan kita. (Bukhari)

Bab 396
Istilah dalam Perbuatan perbuatan baik banyak didapati, misal pada bab ini,
menunjukkan jalan adalah termasuk kedalam (istilah) kebaikan. Menunjukkan jalan
disini tentu yang dimaksud jalan kepada sesuatu yang baik yang bermaslahat, juga
termasuk menunjuki jalan seseorang dari kesulitan, menunjuki solusi atas
permasalahan dsb.

Perbuatan ini disebutkan oleh Nabi ‫ ﷺ‬memiliki keutamaan yang besar, pahala yang
besarnya seperti pahala memerdekakan budak. Tentu dengan mengetahui ini kita
semakin termotivasi untuk berbuat kebaikan, walaupun hanya menunjuki jalan
kepada seseorang

Juga pada Bab ini disebutkan beberapa istilah istilah perbuatan baik, semisal berbagi
menuangkan air di timbaan untuk timba teman, perintahmu untuk kebaikan dan
laranganmu untuk kemungkaran, menunjuki jalan orang tersesat, membuang batu
atau duri, bahkan tersenyum adalah kebaikan, dan semua ini memiliki keutamaan,
termasuh seperti berpahala sedekah. (Tirmidzi)

Bab 397
Sebaliknya pada bab ini, penjelasan yang berkebalikan dengan keutamaan perbuatan
perbuatan baik dicontohkan diatas, dan semisalnya. Dimana seseorang yang
menyesatkan orang buta, ini berlaku qiyas, mahfum dan turunannya, maka akan
mendapati laknat Allah. Tentu ancaman seperti ini maka dilarang dan berhukum
Haram. (Bukhari)

133
Bab 398
Landasan Dalil Tidak Shahih

...Bersambung...

Materi dari : *Kitab Adabul Mufrad*


Penjelasan dan Taqhiq dari : Ustadz Amri
Hafidzhahullahu ta'ala

*Adab Adab*
(Al Kitab Al Adabul Mufrad)

_____
*Bab Bicara Perihal Istilah Istilah*

*Bab 399*
Istilah tentang berdekatannga 2 jari.
Sudah dibahas pada Bab sebelumnya tentang keutamaan menanggung/merawat 2
anak perempuan hingga dewasa (atau hingga menikah), yaitu akan masuk Surga dan
berdekatan/bertetangga dengan Nabi Muhammad ‫( ﷺ‬diredaksikan dekatnya di
Surga dengan aku seperti kedua jari telunjuk dan jari tengah)

(Muslim, Ash Shahihah)

***************************

*Bab 400*
Istilah tentang keturunan.

134
Disebutkan pada Hadits ini betapa mulia dari mulia, dari mulia, dari mulianya Nabi
Yusuf. Kemuliaan dari kemuliaan disini disebut 4x untuk meninggikan seorang Nabi
Yusuf, untuk meninggikan betapa mulianya Nabi Yusuf, salah satunya karena Nabi
Yusuf adalah anak, cucu, dan cicit dari Para Nabi Nabi (keturunan langsung dari Ayah
yang seorang Nabi, Kakek yang seorang Nabi, dan Kakek Buyut yang seorang Nabi)

Kemudian pada Hadits yang lain, di Bab ini


Istilah keturunan tidak berpengaruh kepada nasib seseorang di Hari Kiamat kelak.
Melainkan datang dihari kiamat dengan membawa amalnya sendiri sendiri

Kemudian pada Hadits yang lain, di Bab ini


Bahwa keturunan dan Nasab dan kemuliaannya akan kalah dengan ketakwaan.
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa di antara kamu) (Al Hujuraat: 13), maka seseorang berkata kepada
yang lain, 'Saya lebih mulia dari kamu!, dan tidaklah seseorang itu lebih mulia dari
orang lain kecuali dengan takwa."

(Bukhari, Muslim, Ash Shahihah)

***************************

*Bab 401*
(Tidak Dibahas Ustadz)

****************************

*Bab 402*
Rasulullah ‫ﷺ‬ bersabda, 'Ketika seorang penggembala sedang menggembala
kambingnya, maka datanglah serigala dan menerkam satu kambing. Lalu
penggembala itu mencarinya kemudian serigala itu menoleh seraya berkata, "Milik
siapakah pada hari yang dikuasai binatang buas? pada hari yang tiada
penggembalanya kecuali saya?" Lalu orang-orang berkata, "Subhanallah!"' Kemudian

135
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Saya, Abu Bakar, dan Umar
mempercayai hal itu"

Pada Bab ini dijelaskan bahwa dalam keadaan Takjub, atau Taajjub, terhadap
konotasi yang tidak baik maka Sucikanlah Allah (ucapkanlah "Subhanallah")
_

Kemudian pada Hadits lain, di bab ini


"Tidak ada seorangpun di antara kalian kecuali telah ditulis tempatnya di neraka atau
di surga.' Mereka bertanya, 'Wahai Rasulullah! kenapa kita tidak bertawakal pada
catatan kita dan meninggalkan amal?' Beliau bersabda, 'Berbuatlah kalian, karena
segala sesuatu telah dimudahkan seperti telah diciptakan.' Beliau menyambung
perkataannya, 'Adapun yang termasuk orang yang beruntung akan dimudahkan
untuk berbuat keberuntungan, dan adapun yang termasuk orang yang celaka akan
dimudahkan untuk berbuat celaka! Lalu beliau membaca, '(Adapun orang yang
memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa dan memberikan adanya pahala
yang terbaik (surga)...)'" (Al Lail: 5-6)."

Pada Hadits ini juga Sahabat yang mendengar Sabda Nabi mensucikan Allah,
mengucap "Subhanallah" dan ini dibenarkan. Segala sesuatu adalah benar semua
kehendak dan ciptaan Allah, namun jika berkonotasi negatif maka kita sucikan Allah

(Bukhari, Muslim)

***************************

*Bab 403*
Landasan Dalil Tidak Shahih

...Bersambung...

136
Materi dari : *Kitab Adabul Mufrad*
Penjelasan dan Taqhiq dari : Ustadz Amri
Hafidzhahullahu ta'ala

*Adab Adab*
(Al Kitab Al Adabul Mufrad)

_____
*Bab Bicara Perihal Istilah Istilah*

*Bab 404*
Tidak dibahas Ustadz, istilah dan perilaku pada Adab Jazirah Arab

***************************

*Bab 405*
Salah satu contoh lain tidak diperkenankannya mencela ciptaan Allah, dalam hal ini
Angin. Dalam Hadits ini kita semakin memahami bahwa terhadap ciptaan Allah
(misal disini Angin; atau berlaku qiyas ciptaan Allah lainnya) Mintalah kepada Allah
kebaikan atasnya, dan memohonlah kepada Allah dari keburukannya

(Ash Shahihah, Abu Dawud, Ibnu Majah)

***************************

*Bab 406*
Adalah Adab dimana tidak bolehnya menganggap sesuatu terjadi lantaran sesuatu
selain Allah. Dicontohkan didalam Hadits ini yaitu turunnya Hujan terjadi karena
kehendak Allah saja, bukan karena bintang, binatang, atau asbab lain

137
(Bukhari, Muslim)

****************************

*Bab 407*
Adab untuk khawatir ketika mendung, dan bersyukur ketika hujan turun. Hal ini
dicontohkan sendiri oleh Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Mendung adalah langit gelap penuh
petir/guntur, turunnya bencana dari Allah (ditanggapi dengan kekhawatiran kepada
Allah), sedangkan Hujan adalah salah satu Rahmat Allah, dimana keberkahan Allah
turunkan (ditanggapi dengan kegembiraan).

Adalah sebuah keterbalikan cara berfikir, ketika mendung dipastikan akan hujan, dan
ketika hujan ditanggapi dengan cacian, celaan

(Bukhari, Muslim)

***************************

*Bab 408*
Adab Kaum Muslimin lainnya terkait istilah lainnya yaitu Thiyarah (Kabar Burung).
Kaum Muslimin sepantasnya tidak mendengar/sibuk/mempercayai kabar burung.
Adapun yang benar adalah berfikir positif ketika mendengar kata kata/kabar yang
baik

(Ash Shahihah, Bukhari, Muslim)

...Bersambung...

Materi dari : *Kitab Adabul Mufrad*


Penjelasan dan Taqhiq dari : Ustadz Amri

138
Hafidzhahullahu ta'ala

*Adab Adab*
(Al Kitab Al Adabul Mufrad)

_____
*Bab Bicara Perihal Nama/Istilah*

*Bab 410*
Tidak dibahas Ustadz, Sumber Hadits Dhaif

***************************

*Bab 411*
Berkata katalah selalu dengan kata-kata yang baik. Kata kata baik disini adalah
representasi optimis dan jauh dari sikap/sifat putus asa. Kata kata yang baik bahkan
bisa menghindarkan/menyembuhkan dari penyakit (penyakit dimaksud disini adalah
penyakit hati, iri, dengki, benci, sakit hati, kecewa, putus asa, fitnah, dll)

Bahkan "burung hantu", atau dimaksud kepercayaan terhadap mitos, ini tidak
dibenarkan

(Bukhari, Ash Shahihah)

***************************

*Bab 412*
Selalu memuji nama nama (orang) yang baik. Memberi nama, panggilan, dengan
nama/panggilan yang baik, memuji, mendoakan nama nama yang baik. Ketika
bertegur sapa pujilah saudara dengan nama/panggilan yang baik

(Bukhari)

139
****************************

*Bab 413*
Tidak dibenarkan menisbatkan kesialan terhadap Allah, Rasul Allah, Ajaran Agama
Allah dll. Adapun menisbatkan kesialan kepada benda, misal: benda ini buruk/sial,
benda itu buruk/sial. Dalam kasus riwayat ini menisbatkan kekesalan kepada
Rumah/Kuda (namun tidak mencaci Allah, mencaci Agama Allah)

(Bukhari, Muslim)

...Bersambung...

Materi dari : *Kitab Adabul Mufrad*


*Adab Adab*
(Al Kitab Al Adabul Mufrad)

_____
*Bab Bersin*

*Bab 414*
Rasa nikmat "Bersin" adalah representasi dari salah satu rasa nyata nikmat Allah.
Bersin disini terasa nikmat, melegakan, dan menyenangkan, (auto respon tubuh
mengusir/menghalau penyakit) hukum asal bahwa tubuh akan menghalau sesuatu
yang buruk/negatif, dan itulah nikmat. Allah menyukai bersin (juga diartikan
menyukai sehat) dan membenci menguap (malas/gangguan syetan), meguap disini
adalah normal, tetapi ada adabnya dengan menahannya/menutupnya. Berbeda
dengan bersin yang diluapkan/dikeluarkan

(Bukhari, Al Irwa)

140
***************************

*Bab 415*
Doa bersin yang sangat diketahui, namun kini didapati jarang diamalkan.

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda. "Apabila salah seorang bersin hendaklah mengucapkan,


'Alhamdulillah'" (Segala puji bagi Allah), dan hendaklah temannya mengucapkan,
'Yarhamuka Allah' (Semoga Allah mengasihimu), maka apabila temannya
mengucapkan Yarhamuka Allahu, maka hendaklah dia mengucapkan, 'Yahdiikallahu
wa Yuslihu ba Laka. (Semoga Allah memberikan petunjuk bagimu dan memperbaiki
keadaanmu)"

(Bukhari, Al Irwa)

***************************

*Bab 416 - 417*


Tidak dibahas karena landasan Dalil Dhaif

****************************

*Bab 418*
Adanya redaksi "wajib", untuk mendoakan orang yang memuji Allah ketika bersin
disini bukan berarti Fardhu dalam hukum Fiqh. Namun penekanan betapa
pentingnya mengingat, memuji Allah dalam setiap nikmat, betapa pentingnya saling
mendoakan bagi orang orang shalih, sesama muslim yang mengingat, memuji Allah

( Bukhari )

****************************

141
*Bab 419*
Tidak Fardhunya redaksi "Wajib" pada Bab 418 sebelumnya diatas, dijelaskan pada
riwayat hadits pada bab ini. Dimana tidak adanya ancaman/marabahaya jika wajib
disini tidak dikerjakan. (Baca : sangat disunnahkan mendoakan saudara muslim yang
memuji Allah ketika bersin)

(Bukhari, Muslim)

...Bersambung...

Materi dari : *Kitab Adabul Mufrad*


Penjelasan dan Taqhiq dari : Ustadz Amri
Hafidzhahullahu ta'ala

..Wallahu a'lam..

142

Anda mungkin juga menyukai