Anda di halaman 1dari 11

rights inherent in individuals to be able to respect, respect and tolerate the

religion they adhere to (2) human rights in politics have been contained in the
PENTINGNYA HAK ASASI MANUSIA DALAM AGAMA ISLAM
law that in principle every individual has freedom of opinion and deliberation (3)

human rights in society in general recognize, realize, and respect the rights of

others.
Leon Ellen
1 Keywords: Human Rights, Socialize, Politics
Program Studi Ilmu Komputer, Universitas AMIKOM Yogyakarta. Jalan Ring

Road Utara, Sleman, Yogyakarta, 55283 Indonesia. A. PENDAHULUAN


* Korespondensi Penulis. E-mail:
Islam mempunyai pandangan egaliteran kepada
leon.el@students.amikom.ac.id

pemeluknya. Ajarannya tidak membedakan asal usul apakah ia dari

golongan elite, ningrat, jutawan, pangkat, ataupun rakyat jelata. Sebab


Abstrak

Hak Asasi Manusia berawal dari kepedulian terhadap manusia sebagai makhluk ditinjau dari segi manusiawi, mereka sama-sama manusia sehingga yang
yang bermartabat. Implementasi Hak Asasi Manusia masih jauh dari istilah

praktis, hal ini merupakan problematika kultural karena sebagian asumsi


membedakan manusia dengan manusia lain hanyalah ketakwaannya

mengenai Hak Asasi Manusia cenderung bersifat bebas dalam artian mutlak
kepada Allah SWT.
tanpa batas. Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun tujuan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut (1) untuk mengetahui bagaimana Islam menerangkan bahwa Allah SWT telah memberikan
implementasi hak asasi manusia dalam beragama (2) untuk mengetahui

bagaimana hak asasi manusia dalam berpolitik (3) untuk mengetahui hak asasi kebebasan seluas-luasnya kepada manusia untuk memilih tindakannya.

manusia dalam bermasyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah


Tetapi kebebasan tersebut dibatasi oleh tanggung jawab manusia itu
metode kepustakaan atau library research yang dimana penelitian ini

diterapkan melalui pengumpulan data dan seleksi data yang berupa karya tulis sendiri sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dalam memanfaatkan
ilmiah atau jurnal yang bertujuan untuk mengumpulkan dan mengklasifikasikan

data sesuai tujuan dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa hak kebebasan tersebut. Allah SWT memberikan kebebasan itu yang disebut

asasi manusia dalam beragama, berpolitik, dan bermasyarakat sebagai berikut:


sebagai Hak Asasi Manusia.
(1) hak asasi manusia dalam beragama merupakan hak yang melekat pada

individu untuk dapat menghargai, menghormati dan mentolelir agama yang


Hak Asasi Manusia diberikan oleh Allah SWT kepada semua
dianutnya (2) hak asasi manusia dalam berpolitik sudah terdapat dalam

undang-undang yang prinsipnya setiap individu memiliki kebebasan manusia sebagai bentuk ciptaan-Nya dengan tujuan agar manusia

berpendapat dan bermusyawarah (3) hak asasi manusia dalam bermasyarakat


mampu memanfaatkan hak-haknya tersebut dengan sebaik-baiknya
pada umumnya mengakui, menyadari, dan menghargai hak-hak orang lain

Kata kunci: Hak Asasi Manusia, Bermasyarakat, Politik sehingga dapat melaksanakan tanggung jawab yang telah dibebankan

Allah SWT kepadanya yaitu khalifatullah fil Ardli sekaligus sebagai

THE IMPORTANCE OF HUMAN RIGHTS IN THE RELIGION OF ISLAM


hamba Allah SWT yang bertanggung jawab.

Abstract Diskursus mengenai HAM sebenarnya bukan hal yang baru.


Human Rights originate from concern for humans as dignified beings. The
Dalam kehidupan manusia HAM sudah sejak lama dipermasalahkan
implementation of human rights is still far from practical terms, this is a cultural

problem because some assumptions about human rights tend to be free in an karena penegakan keadilan dimanapun dan kapanpun selalu menjadi
absolute sense without limits. Based on this background, the objectives of this

research are as follows (1) to find out how to implement human rights in religion harapan setiap orang. Tercatat dalam sejarah umat manusia yang

(2) to find out how human rights are in politics (3) to find out human rights in
menceritakan kehancuran suatu bangsa atau negara yang disebabkan
society. The research method used is the library research method in which this

research is applied through data collection and data selection in the form of karena kurangnya keadilan para penguasa dalam memerintah.
scientific papers or journals that aim to collect and classify data according to the

objectives of the research. The results of the study show that human rights in

religion, politics, and society are as follows: (1) human rights in religion are
HAM dari masa ke masa selalu berkembang seiring dengan sebenarnya tidak lebih dari sekedar sebuah perjanjian antara raja dan

berkembangnya pemikiran manusia dan kemajuan zaman. Zaman dulu, bangsawan Inggris. Sebelumnya, Piagam tersebut tidak berisi prinsip-

hak asasi manusia hanya dilihat sebatas hak-hak sipil dan politik, maka prinsip trial by juri (Peradilan oleh juri), Hebeas Corpis (surat perintah

sekarang hak asasi manusia mencakup hal-hal ekonomi, sosial dan penahanan) dan pengawasan parlemen atas hak pajak. Setelah abad ke-

budaya. 17 barulah dapat diketahui bahwa piagam Magna Carta mengandung

Permasalahan mengenai HAM dewasa ini sering muncul prinsip-prinsip tersebut. Dapat di maklumi bila setelah abad tersebut,

dipermukaan. Banyak orang yang semakin memahami dan menyadari konsep mengenai HAM banyak tertuang dalam undang-undang atau

hak-hak asasinya. Diantara sebabnya adalah semakin melesatnya proses konstitusional yang berasal dari gagasan-gagasan para filosof dan

pembangunan yang menjadi tuntutan masyarakat dan karena hubungan pemikir hukum, seperti adanya Bill of Rights pada tahun 1688,

komunikatif antara bangsa yang semakin intens. Karenanya pelaksanaan Declaration of Independence pada tahun 1788 dan French Declaration

HAM disegala bidang harus benar-benar diterapkan untuk menghindari pada tahun 1789.

konflik kesenjangan sosial dalam lingkup bermasyarakat. Itulah Puncak dari perkembangan konsep ini adalah dengan

sebabnya mengapa HAM bernilai relevan dan tetap update (sesuai adanya deklarasi hak-hak asasi manusia sedunia oleh Perserikatan

dengan perkembangan zaman) hingga saat ini. Bangsa-Bangsa (PBB) yang dikenal dengan The Universal Declaration of

Pelanggaran HAM sering terjadi dimana-mana, baik di Human Rights (pernyataan HAM sedunia) pada tahun 1948.

negara yang berkembang maupun di negara yang maju. HAM sering The Universal Declaration of Human RightsI ini dibentuk

disalah gunakan seperti di Amerika Serikat dan negara-negara barat karena banyaknya pelanggaran hak asasi manusia yang sering terjadi di

lainnya. Karena itu, akan kurang tepat jika tuduhan dari negara-negara beberapa negara sebagai akibat adanya perang dunia I dan perang dunia

maju misalnya bahwa negara-negara berkembang sering melakukan II yang membawa banyak kesengsaraan dan penderitaan pada rakyat.

pelanggaran HAM. Tuduhan ini menimbulkan kesan bahwa negara- Menurut Alwi Shihab, DUHAM (Deklarasi Universal Hak

negara maju atau barat tidak pernah melakukan pelanggaran HAM, Asasi Manusia) yang dibentuk oleh PBB ini banyak diwarnai oleh

padahal dalam prakteknya di negara-negara majulah yang terdapat perspektif barat sekuler yang bersifat antroposentris, yakni lebih

kasus kehidupan sosial diskriminatif, ketidakadilan, dan yang lainnya menekankan peranan manusia dan kebebasan serta haknya, ketimbang

yang jelas melanggar HAM. perspektif agama yang teosentris yang menekankan peranan Tuhan

Hal ini bisa jadi disebabkan pemahaman HAM yang berbeda dalam menentukan HAM.

antara masyarakat barat dengan masyarakat timur yang mempunyai Dalam DUHAM, konsep Hak Asasi Manusia tidak secara

kultur dan kebiasaan berbeda. Karena itu ada dua pendekatan untuk langsung disandarkan pada pemberian Allah SWT yang mutlak, tetapi

memahami HAM yaitu pendekatan barat dan pendekatan Islam. merupakan konsep yang disusun oleh manusia dan disetujui oleh

Dunia barat selalu menisbatkan konsep mengenai HAM manusia lain. Dengan demikian, seolah-olah HAM merupakan hak

kepada Piagam Magna Carta di Inggris pada tahun 1215 yang


manusia yang dengan sendirinya sudah dimiliki manusia tersebut dan yang menjelaskan pokok-pokok hubungan antara individu satu dengan

bukan merupakan anugrah Allah SWT. individu lain maupun masyarakat satu dengan masyarakat lainnya.

Selain itu, menurut Alwi Shihab, deklarasi PBB juga bersifat Pada masa permulaan di Madinah, Langkah pertama yang

individualistic dan kurang menekankan pentingnya solidaritas dan dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah menyatukan masyarakat

kebutuhan orang banyak. DUHAM ini juga lebih menekankan hak dari dan sekitarnya, yang terdiri dari beberapa suku atau golongan dan

pada kewajiban, padahal hubungan antara keduanya sangat erat sebagai agama. Langkah strategis ini melahirkan Piagam Madinah yang

contoh adalah kebebasan mengemukakan pendapat merupakan hak meletakkan dasar-dasar kehidupan berbangsa dan bernegara dengan

fundamental tiap manusia, tetapi kebebasan tersebut harus di damping masyarakat yang heterogen.

oleh tanggung jawab dan kewajiban untuk menuturkan yang benar. Dengan demikian, dalam Islam kebebbasan manusia tidak

Berbeda dengan konsep HAM barat, dalam Islam hak asasi diberikan dengan sebebas-bebasnya. Ada Batasan-batasan tertentu yang

manusia dipandang sebagai anugrah Allah SWT yang diberikan kepada mengatur antara hak pribadi dan hak bermasyarakat. Selama apa yang

setiap manusia tanpa terkecuali dan tidak dapat di hilangkan atau manusia lakukan tidak melanggar aturan syara’ maka hal itu bisa

diganti. Hal ini bukan merupakan pemberian dari seorang raja atau diterima, namun apabila kebebasannya telah melanggar aturan syara’

Lembaga legislatif yang bisa ditarik Kembali apabila dipandang perlu. maka ada konsekuensi yang harus di tanggung oleh manusia.

Dengan demikian konsep HAM dalam Islam bersifat teorintis artinya Sebagai contoh adalah kebebasan beragama, Islam

menekankan peranan Tuhan dalam menentukan HAM. menghormati adanya kebebasan beragama yang dalam Al-Qur’an

Karena HAM adalah hak yang diberikan oleh Allah, maka tak dinyatakan dengan la ikraha fiddin (tidak ada paksaan dalam menganut

satupun Lembaga atau negara di dunia yang berhak merubah hak-hak suatu agama). Akan tetapi, Islam mengutuk seorang muslim yang pindah

yang telah di anugerahkan Allah tersebut tanpa suatu alasan yang jelas. agama, karena agama adalah masalah prinsipil yang tidak bisa dibuat

Hak-hak tersebut merupakan bagian dari ajaran Islam, setiap manusia permainan.

atau pemerintah yang mengaku sebagai muslim harus menerina, Perbedaan konsep HAM antara barat dan Islam ini dapat

mengakui dan memberlakukan hak-hak asasi manusia tersebut. menyebabkan timbulnya perbedaan persepsi mengenai HAM. Untuk itu

Konsep HAM dalam Islam lebih bersifat sosialis dan lebih negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI (Organisasi Konferensi

menekankan kewajiban dan tanggung jawab dari pada hak. Artinya, Islam) Menyusun sebuah deklarasi tentang HAM dalam Islam yang

walaupun HAM bersifat fundamental dan dijunjung tinggi, ia tetap bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits. Deklarasi tersebut adalah Cairo

mengutamakan hak-hak orang banyak dan pengorbanan hak pribadi Declaration (CD) yang dibentuk pada tahun 1990. Pada prinsipnya,

demi kebutuhan masyarakat umum. menurut Alwi Shihab, Deklarasi Islam ini merupakan penyempurnaan

Mulanya, konsep tentang HAM sudah ada sejak zaman Nabi dan pemberian nilai-nilai Islam terhadap Deklarasi Universal PBB.

Muhammad SAW. Ini terbukti dengan terbentuknya Piagam Madinah Pengaturan mengenai perlindungan hak kebebasan beragama

diartikulasikan secara tegas dalam pasal 18 baik dalam Universal


Declaration Human Rights (UDHR) maupun International Covenant on Pembatasan tidak boleh diterapkan untuk tujuan-tujuan

Civil and Political Rights (ICCPR). Dengan masuknya hak kebebasan yang diskriminatif atau diterapkan dengan cara yang diskriminatif.

beragama dalam UDHR, berarti menunjukkan betapa serius dan Komentar Umum No. 22 selanjutnya menjelaskan bahwa adanya

pentingnya hak kebebasan beragama tersebut. kenyataan bahwa suatu agama diakui sebagai agama negara, atau bahwa

Dengan demikian hak kebebasan beragama dapat agama tersebut dinyatakan sebagai agama resmi atau tradisi, atau

diasumsikan sebagai salah satu hak yang paling fundamental. bahwa penganut agama tersebut terdiri dari mayoritas penduduk, tidak

Pengaturan mengenai hak kebebasan beragama dalam DUHAM diatur boleh menyebabkan tidak dinikmatinya hak-hak yang dijamin oleh

pada Pasal 18. Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut: “Setiap orang Kovenan, termasuk oleh pasal 18 dan pasal 27 ICCPR, maupun

berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama; dalam hal ini menyebabkan diskriminasi terhadap penganut agama lain atau orang-

termasuk kebebasan berganti agama atau kepercayaan, dengan orang yang tidak beragama atau berkepercayaan.

kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaann dengan cara Komentar Umum 22 Pasal 18 membedakan kebebasan

mengajarkannya, melakukannya, beribadat dan mentaatinya, baik berpikir, berkeyakinan, dan beragama atau berkepercayaan dari

sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, di muka umum kebebasan untuk menjalankan agama atau kepercayaannya. Pasal ini

maupun sendiri. tidak mengijinkan adanya pembatasan apa pun terhadap kebebasan

Dengan demikian hak atas kebebasan beragama dan berpikir dan berkeyakinan atau terhadap kebebasan untuk menganut

berkeyakinan pada dasarnya meliputi dua dimensi individual dan atau menerima suatu agama atau kepercayaannya sesuai dengan

kolektif. Dimensi individual tercermin dalam perlindungan terhadap pilihannya. Kebebasan-kebebasan ini dilindungi tanpa pengecualian,

keberadaan spiritual seseorang (forum internum) termasuk di dalam sebagaimana halnya hak setiap orang untuk mempunyai pendapat tanpa

dimensi ini adalah memilih mengganti, mengadopsi dan memeluk agama diganggu di pasal 19.1. Sesuai dengan pasal 18.2 dan pasal 17, tidak

dan keyakinan. Sedangkan, dimensi kolektif tercermin dalam seorang pun dapat dipaksa untuk mengungkapkan pikiran atau

perlindungan terhadap keberadaan seseorang untuk mengeluarkan kesetiaannya terhadap suatu agama atau kepercayaan.

keberadaan spiritualnya dan mempertahankannya di depan publik Sejarah HAM adalah masalah yang sangat fundamental dan

(forum eksternum). mencakup aspek kehidupan secara universal, masalah ini sudah ada

Negara sebagai entitas berdaulat ruang publik dapat sejak kurang lebih dua puluh abad tahun silam. Perjuangan melawan

membatasi hanya pada ruang lingkup forum externum. Pembatasan dan perbudakan kaum Yahudi di Mesir pada zaman Nabi Musa pada

juga campur tangan itu dibentuk dalam sebuah peraturan hakekatnya didorong oleh kesadaran untuk membela keadilan dalam

perundangundangan sebagai norma publik yang memungkinkan publik rangka menegakkan Hak Asasi Manusia.

(orang banyak) berpartisipasi dalam membentuk dan mengawasi Berkaitan dengan latar belakang masalah di atas, maka

pelaksanaannya, dilakukan dengan tetap pula memenuhi asas keperluan dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut: (1) bagaimana

(necessity) dan proporsionalitas. implementasi hak asasi manusia dalam beragama? (2) bagaimana
implementasi hak asasi manusia dalam berpolitik? (3) bagaimana terdapat di Indonesia yaitu asas “kekeluargaan”, satu asas yang

implementasi hak asasi manusia dalam bermasyarakat?. sama sekali bertolak belakang dengan paham individualisme

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang dan liberalisme.

ingin dicapai adalah: (1) untuk mengetahui implementasi hak asasi Soekarno sebagai tokoh sentral pada masa itu

manusia dalam beragama (2) untuk mengetahui implementasi hak asasi menyampaikan pendanganya yang anti individualisme,

manusia dalam berpolitik (3) untuk mengetahui implementasi hak asasi liberalisme, kolonialisme dan imprealisme. Menurut Soekarno

manusia dalam bermasyarakat. tidak ada gunanya “rights of citizen” yang dituangkan dalam

grondwet jika “tidak dapat mengisi perut yang mati kelaparan”


Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: (1)

pandangan Soekarno ini merupakan pandangan yang


sebagai media pembelajaran metode penelitian hukum sehingga dapat

menghalangi maksudnya konsep hak asasi manusia. Secara


menunjukan kemampuan individu mahasiswa dalam kehidupan

utuh dalam konstitusi Indonesia sejak awal mulanya terhadap


bermasyarakat (2) hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pandangan Soekaro itu, Soepomo menanggapinya sebagai


sumbangan yang berharga dan menjadi bahan acuan bagi peneliti lain

berikut: “tidak dengan panjang lebar sudah di terangkan oleh


mengenak Hak Asasi Manusia (HAM) (3) dapat menjadi acuan atau

anggota Soekarno bahwa dalam pembukaan itu kita telah


referensi untuk penelitian berikutnya (4) dapat ditemukan berbagai

menolak aliran perseorangan. Kita menerima akan


persoalan yang dihadapi dalam hal mengimplementasikan hak asasi

menganjurkan aliran kekeluargaan. Oleh karena itu, Undang-


manusia (5) dapat diketahui bagaimana sebenarnya peraturan

Undang Dasar kita tidak bisa lain dari pada mengandung sistem
pemerintah tentang regulasi hak asasi manusia.

kekeluargaan tidak bisa kita memasukan dalam UUD. Beberapa


B. TEORI (Literature Review)
pasal-pasal tentang bentuk menurut alliran-aliran yang
1. Hak Asasi Manusia Awal Kemerdekaan
bertentangan. Misalnya dalam UndangUndang Dasar kita tidak
Sepomo adalah salah satu perintis hukum modernisasi
bisa memasukan Pasal-pasal yang tidak berdasarkan aliran
Indonesia yang sangat gigih dengan pandangan bahwa individu
kekeluargaan meskipun sebetulnya kita ingin sekali memasukan
tidak berarti, kecuali dia hidup dalam masyarakatnya.
dikemudian hari mungkin umpamanya negara bertindak
Bertolak dari pandangan tersebut Soepomo sebagai ketua
sewenang-wenang akan tetapi jikalau kita masukan sebetulnya
panitia kecil penyusun Undang-Undang Dasar 1945, menyusun
pada hakekatnya Undangundang Dasar itu berdasarkan sifat
rumusan yang kurang memuat hak-hak asasi dalam pasal-pasal
dan atas sifat perseorangan dengan demikian sistem undang-
Undang-Undang Dasar tersebut, walaupun dalam pembukaan
undang dasar bertentangan dengan konstruksinya, hal itu sebagai

syarat dengan nilai-nilai yang berhubungan dengan Hak Asasi


konstruksi hukum tidak baik jikalau ada kejadian bahwa pemerintah

Manusia (HAM). Oleh sebab itu, para penyusun Undang-


bertindak sewenang-wenang”.

Undang Dasar tersebut menghendaki bahwa mereka


2. Hak Asasi Manusia Era Orde Lama

menyusun Undang-Undang Dasar berdasarkan asas yang


Orde lama dalam hal ini di maksudkan sebagai sistem 3. Hak Asasi Manusia Era Orde Baru

pemerintahan di bawah kepemimipinan Presiden Soekarno Kasus yang sama juga dialami oleh persiden kedua, Letjen

sejak tahun 1945-1967. Dalam periode itu telah terjadi TNI Soeharto. Jika paradigma kenegaraan Soekarno berpusat

kasuskasus pelanggaran yang bersifat hak asasi manusia, dan pada konsep Nasakom, maka paradigma Soeharto berkisar

adanya kebijakan-kebijakan yang dinilai banyak terjadi pada konsep rencana pembangunan nasional lima tahunan.

kepentingan-kepentingan Soekarno, yang sejak mudanya Nampaknya, konsep ini bertumpu pada wawasan

menganut pendirian bahwa kekuasaan rakyat Indonesia developmentalisme yang memang berkembang di kalangan

bertumpu pada kombinasi kekuatan Idiologi Nasionalisme, para pemikir ekonomi dan dasawarsa 1960-an dan 1970-an.

Islamisme dan Komunisme, yang kemudian mengkeristalkanya Konfigurasi kehidupan demokrasi pada masa Orde Baru

dalam doktrin Nasakom yang meresapi hampir seluruh sebenernya bersifat paradoxs dan ambigu. Dalam tataran

kebijakan pemerintahan setelah Soekarno menjadi Presiden konseptual tampaknya pemrintah presiden Soeharto

ditinjau dari konteks sejarah, obsesi presiden Soekarno menyelenggarakan tata pemerintahan yang demokratis. Akan

mengenai paradigma Nasakom ini dapat dipahami dalam tetapi bila dilihat secara empiris, dalam praktiknya system

kerangka perang dingin antara blok Barat yang kapitalis dan pemerintahan Orde Baru bersifat totaliter yang bertentangan

blok Timur yang komunis, yang berlangsung antara Tahun dengan nilai-nilai universal demokrasi. Sistem politik yang

1949-1989. kuat dan bersifat militerstik telah mampu menopang

Pendiriannya dalam hal ini yang sedemikian kuatnya, pembangunan ekonomi dan nation building selama lebih dari

sehingga amat sukar bagi Soekarno untuk menerima 30 tahun.

kenyataan bahwa terdapat banyak indikasi yang menunjukan Pada tahap awal pembangunan Orde Baru banyak yang

bahwa partai yang dipuji-pujinya itu di duga keras berada menilai sebagai era baru kebebasan politik. Pada awal orde

dibalik rangkaian kekerasan massa antara tahun 1959-1965 baru disebut-sebut sebagai bulan madu antara Negara dengan

dan juga merancang pembunuhan beberapa pimpinan TNI masyarakat. Namun perkembanggan ini tidak berlangsung

angkatan darat pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965. lama. Sistem politik Orde Baru secara perlahan mulai berubah,

Selain itu, MPR-S juga memerintahkan kepada Letjen. TNI sejak Golkar, partai politik yang dimotori pemerintah,

Soeharto untuk melakukan proses hukum terhadap Ir memenangkan pemilu secara mayoritas pada tahun 1971,

Soekarno dengan berbagai Pertimbangan proses hukuman itu perilaku politik pemerintah mulai menunjukan regulasi politik

dilaksanakan antara lain mengingat posisi sejarah Soekarno yang ketat.

sebagai seorang proklamator kemerdekaan Republik Kemenangan golkar yang didukung oleh militer

Indonesia, sehingga sampai saat ini seberapa jauh keterlibatan memberikan wewenang yang kuat kepada pemerintah untuk

Soeharto dalam pristiwa teragis 1965-1968 tersebut, baik by melakukan beberapa langkah politik seperti birokratisasi,

Commission maupun by Omission. depolitisasi, dan institusionalisasi. Akibat kebijakan ini peran
pemerintah semakin kuat dan otonom, sedangkan masyarakat memungkinkan dibukanya kembali kasus-kasus pelanggaran

semakin terabaikan dari kekuasaan dan formulasi kebijakan. HAM berat dimasa lalu, serta pemberantasan praktik KKN.

Sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu di dalam hukum


C. METODE

dikenal sebuah pepatah “sumum ius suma iuria” artinya adil Dalam metode penelitian ini, Adapun pemaparan prosedur dalam penelitian

tidaknya sesuatu akan tergantung dari pihak yang sebagai berikut:

merasakanya. Apa yang dirasakan adil oleh seseorang belum


1. Jenis Penelitian
tentu dirasakan demikian oleh orang lain.
Penelitian ini menggunakan metode penelitin kepustakaan
4. Hak Asasi Manusia Era
(library research), yang mana penelitian yang diterapkan melalui
Arus reformsi yang bergulir di indonesia pada tahun 1998
pengumpulan data atau karya tulis ilmiah yang bertujuan dengan
yaitu ditandai dengan runtuhnya rezim Orde Baru yang telah
objek atau pengumpulan datanya bersifat kepustakaan.
berkuasa selama kurang lebih 32 tahun, telah membuka
2. Teknik Pengumpulan Data
koridor bagi penegak hukum dan hak asasi manusia.
a. Data primer yang digunakan berupa al-Qur’an, UUD Tahun
Kondisi semacam ini berpotensi dengan adanya era
1945 No 28 tentang Hak Asasi Manusia.
globalisasi yang melanda ke berbagai Negara di dunia salah
b. Data Sekunder yang di gunakan berupa bukubuku
satu ciri terjadinya globalisasi ini dapat dilihat dalam kondisi
perpustakaan yang berhubungan dengan topik kajian,
hubungan antar negara yang disebut sebagai borderless world
sedangkan bahan hukum tersier yang di gunakan kamus
atau dunia tanpa batas. Era globalisasi membawa konsekuensi
umum bahasa indonesia serta bahan petunjuk lainnya yang
adanya penghilangan sekat/batas antar Negara, bahkan
dapat memberikan penjelasan terhadap data primer
dengan menggunakan teknologi canggih seperti penggunaan
maupun sekunder.
satelit palapa sebagai sarana pecakapan penting yang terkait
3. Teknik Pengolahan Data
dengan situasi politik dan keamanan Indonesia. Dengan kata
Dalam mengumpulkan data penulis menghimpun data melalui
lain, segala prilaku pemerintah maupun rakyat Indonesia
data primer, sekunder dan tersier yang merupakan data yang
dapat di pantau oleh Negara lain, termasuk penegakan hukum
sudah tersedia, kemudian data tersebut diolah secara sistematis
dan hak asasi manusia di Indonesia.
dan terstruktur berdasarkan prinsip penelitian karya ilmiah.
Orde reformasi yang dimulai tahun 1998 berusaha
4. Analisis Data
menegakan HAM dengan jalan membuat peraturan perundang-
Setelah data terkumpul, maka penulis mengubah datadata hasil
undangan yang terkait dengan HAM sebagai rambu-rambu.
penelitian menjadi informasi akurat dan akuntabel sesuai
Seperti UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
pengolahan data dari sumber, kemudian diklasifikasikan,
Ratifikasi Terhadap instrumen Internasional tentang HAM, UU
diversifikasi dan diverifikasi dalam mengambil suatu kesimpulan
No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, yang
penelitian yang bersifat generatif.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN dan bahkan eskalasinya relatif meningkat terjadi juga selama

1. Hak Asasi Manusia Dalam Beragama


tahun 2010. Oleh karena itu, perlu upaya serius dan

berkelanjutan dari pemerintah untuk menyikapi dinamika


Sebagai makhluk bermartabat, manusia memiliki sejumlah
masyarakat yang semakin kritis dalam merespon berbagai
hak dasar yang inheren dan wajib dilindungi siapapun. Hak-
perubahan sosial ekonomi yang pesat sebagai dampak dari
hak ini meliputi hak hidup, hak beropini, hak berpendapat, hak
globalisasi dan keterbukaan informasi. Peran pemerintah
berkumpul, serta hak beragama dan hak berkepercayaan.
sangat dibutuhkan untuk mengarahkan setiap perubahan yang
Nilai-nilai HAM mengajarkan agar hak-hak dasar yang asasi
ada ke arah yang positif dan memberdayakan setiap lapisan
tersebut dilindungi dan dimuliakan.
masyarakat.
Hak Asasi Manusia juga mengajarkan prinsip persamaan hak
Dengan demikian kebebasan hak manusia dalam beragama
egaliteran dan kebebasan independen manusia, sehingga tidak
merupakan hak yang melekat dalam individu untuk dapat
boleh ada diskriminasi, marginalisasi, eksploitasi dan
menghargai, menghormati dan mentolerir agama yang
kekerasan terhadap manusia dalam bentuk apapun dan juga
dianutnya, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Dalam
tidak boleh ada pembatasan dan pengekangan apa pun
syariat Islam, kebebasan beragama setiap individu tidak ada
terhadap kebebasan dasar manusia, termasuk di dalamnya hak
paksaan maupun keterpaksaan dalam memeluk suatu
kebebasan dalam beragama.
agamanya.
Kendala dalam mengaktualisasi kebebasan beragama atau
2. Hak Asasi Manusia Dalam Berpolitik
berkeyakinan itu boleh jadi berkaitan dengan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk bebas.
ketentuanketentuan regulasi dan policy suatu Negara, yang
Sebagaimana pendapat Jean Jaquas Rousseau bahwa manusia
menyebabkan individu atau masyarakat tidak dapat
akan semakin berkembang potensinya dan merasakan
sepenuhnya mengekspresikan agama atau keyakinan yang
nilainilai kemanusiaan dalam suasana kebebasan alamiah.
mereka anut. Agar kebebasan agama atau keyakinan dapat
Kebebasan merupakan tuntutan manusia sebagai makhluk
terwujud lebih baik, membutuhkan upaya serius untuk
individu. Di sisi lain manusia adalah makhluk sosial. Manusia
mengadakan perubahan regulasi dan policy Negara.
tidak dapat hidup sendiri, dia selalu hidup di tengah-tengah
Dalam RUU KUHP, khususnya berkaitan dengan pasalpasal
sosialitasnya, baik itu kelompok kecil masyarakat, suku, bangsa
yang memuat soal tindak pidana terhadap agama terkesan
atau negara. Dalam kedudukan manusia sebagai makhluk
terdapat tiga hal. Pertama, bahwa RUU ini sangat ambisius
sosial inilah masalah hak asasi manusia menjadi sangat
mengatur soal agama. Pada UU KUHP sebelumnya masalah
kompleks.
agama hanya diatur dalam satu pasal, yaitu pasal 156 a tentang
Banyak benturan manusia yang satu dengan manusia yang
tindak pidana terhadap tindakan penodaan pada suatu agama
lain, kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Hak dan
yang dianut di Indonesia. RUU sekarang merumuskan soal
kebebasan secara alamiah dimiliki setiap manusia. Dalam
agama dalam suatu bab khusus yang dinamakan Tindak Pidana
hidup berkelompok hak ini diambil atau didelegasikan kepada
terhadap Agama dan Kehidupan Beragama, terdiri dari dua
kelompoknya untuk pengaturan hidup bersama. Dalam
bagian. Pertama, soal tindak pidana terhadap agama dan
perkembangannya kelompok masyarakat menjadi semakin
kehidupan beragama; dan kedua, soal tindak pidana terhadap
kuat, sehingga manusia hanya sebagai sub ordinasi dari tata
kehidupan beragama dan sarana ibadah. Seluruhnya tercakup
kehidupan yang berlaku. Hidup dan kebebasan manusia
dalam 8 pasal, yakni pasal-pasal 341, 342, 343, 344, 345, 346,
diabaikan untuk kelompok. Saat itulah hak yang melekat pada
347, dan 348.
manusia sudah terampas.
Berdasarkan hasil Laporan Tahunan Kehidupan Beragama
Dalam Komentar Umum 26 (61) berdasarkan pasal 40 ayat
di Indonesia 2009 (diterbitkan oleh Program Studi Agama dan
4 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik sebagai
Lintas Budaya, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada,
berikut:
Yogyakarta), salah satu persoalan yang mengambil porsi cukup

besar menyangkut kasus-kasus pertentangan dalam


1) Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik

tidak memuat ketentuan apa pun mengenai


masyarakat terkait agama yang masih menjadi warna amat
pengakhiran (termination) dan pengaduan
kuat dalam kehidupan keberagamaan bangsa kita. Fakta yang
(denunciation) atau penarikan-mundur (withdrawal).
ada juga menunjukkan persoalan yang sama masih berulang
Sebagai akibatnya, kemungkinan tentang pengakhiran,
pengaduan, atau penarikan-mundur harus Selain dari pada itu, dalam perjanjian internasional

dipertimbangkan dalam kerangka aturan-aturan yang hak sipil dan politik menekankan perlindungan penuh atas

berlaku dari hukum kebiasaan internasional yang hak dan kewenangan individu maupun kelompok dalam

dicerminkan dalam Konvensi Wina tentang Hukum suatu negara apabila terjadi kesenjangan, disintegrasi sosial,

Perjanjian. Berdasarkan hal ini, Kovenan tidak diskriminasi hukum, sosial dan budaya serta etnis dengan

menjadi subyek pengaduan atau penarikan-mundur upaya melindungi, menghormati, menegakkan dan

kecuali jika telah disepakati bahwa pihak-pihak yang menghargai pendapat, gagasan dan ide serta kebebasan

terlibat berkeinginan untuk mengajukan individu dalam keluarga, masyarakat, lingkungan, budaya,

kemungkinan akan pengaduan atau penarikan agama dan negaranya.

mundur atau suatu hak untuk melakukan hal tersebut


3. Hak Asasi Manusia Dalam Bermasyarakat
dinyatakan secara implisit dalam sifat perjanjian yang
Sikap dan pandangan bangsa Indonesia tentang hak asasi
bersangkutan.
manusia secara tegas termuat dalam ketetapan MPR-RI. Untuk
2) Bahwa Negara-negara Pihak pada Kovenan tidak
pertama kali secara eksplisit dirumuskan dalam bentuk
mengakui adanya kemungkinan untuk mengajukan
piagam HAM. Piagam ini terdiri dari Pembukaan dan Batang
kritik dan bahwa Kovenan bukan hanya sekadar
Tubuh yang berisi X Bab dan 44 pasal. Dalam pembukaan
kesalahpahaman mereka untuk menanggalkan
bahwa bangsa Indonesia pada hakekatnya mengakui,
referensi pada pengajuan kritik ditunjukkan oleh
menyadari, menjamin dan menghargai hak asasi manusia.
kenyataan bahwa pasal 14 (2) Kovenan mengijinkan
Dalam pelaksanaan ini terpadu dalam kewajiban asasi manusia
suatu Negara Pihak untuk menarik diri dari
sebagai pribadi, anggota keluarga masyarakat, bangsa dan
penerimaannya terhadap kompetensi Komite untuk
negara serta anggota masyarakat bangsa-bangsa di dunia.
memeriksa komunikasi antar-Negara dengan
Melihat hak asasi manusia dalam bermasyarakat di atas,
membuat pemberitahuan yang selayaknya terhadap
maka paling tidak terdapat tiga hak yang fundamental dalam
dampak tersebut namun tidak ada satupun ketentuan
suatu masyarakat untuk merealisasikan hak asasi manusia
untuk mengajukan kritik terhadap atau menarik diri
tersebut, yaitu hak atas kepemilikan kolektif, hak
dari Kovenan itu sendiri. Kemudian, Protokol Opsional
berpartisipasi dan hak atas pembangunan.
pada Kovenan, yang dinegosiasikan dan diadopsi
1) Hak Atas Kepemilikan Kolektif Pengabaian
secara bersamaan dengan Kovenan, mengijinkan
pemerintah terhadap kepemilikan kolektif masyarakat
Negara-negara Pihak untuk mengkritisinya. Sebagai
dapat dianggap melanggar Pasal 27 dari ICCPR yang
tambahan, berdasarkan perbandingan, Konvensi
menyatakan bahwa pemerintah tidak boleh apatis
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial yang
terhadap hak minoritas untuk dapat
diadopsi setahun sebelum Kovenan, secara nyata
mengartikulasikan kebudayaannya. 10 Dalam konteks
mengijinkan adanya kritik terhadap Konvensi. Oleh
ini, bahwa yang dimaksud “kepemilikan kolektif”
karenanya dapat disimpulkan bahwa para perancang
merupakan sebagai bagian integritas masyarakat dari
Kovenan secara sengaja bermaksud untuk
kebudayaan masyarakat adatnya. Selain itu juga
mengeluarkan kemungkinan untuk pengajuan kritik
menyatakan bahwa “masyarakat adat memiliki hak
(denunciation). Kesimpulan yang sama berlaku bagi
yang sama dengan masyarakat non-adat.” Oleh karena
Protokol Opsional Kedua yang dalam perancangannya
itu, adalah menjadi hal yang sudah sewajarnya apabila
pengajuan kritik dengan sengaja dihilangkan.
melakukan diskriminasi terhadap “hak kepemilikan

Dengan demikian, negara sangat mengapresiasi hak kolektif” juga berlaku mendiskriminasi masyarakat

asasi manusia dalam berpolitk sebagaimana yang adat.

dituangkan dalam undang-undang yang setiap individu 2) Hak Berpartisipasi

memiliki kebebasan dalam mengikuti suatu kelompok atau Sebagaimana diketahui bahwa hak berpartisipasi

berpolitik, mengemukakan pendapat di muka umum, dalam masyarakat merupakan suatu keharusan yang

bermusyawarah dan saling menghormati serta menjunjung direalisasikan dalam kehidupan pada suatu bagian

tinggi hak-hak orang lain. dari negaranya. Hal ini relevan dengan Undang-
undang RI No 29 Tahun 2000 tentang Hak Asasi toleransi. Pemerintahan yang demikian adalah pemerintahan sangat

Manusia yang berisi tentang hak mannusia sebagai menjunjung tinggi regulasi hukum.

ciptaan Tuhan, hak manusia sebagai makhluk sosial,


Sebagai konsekuensi logis dari terbentuknya program
hak manusia sebagai warga negara.11 Oleh
Piagam Madinah, maka terbentuk pula suatu masyarakat yang madani,
karenanya, hak individu dalam berpartisipasi
yaitu suatu masyarakat yang terbuka, sejajar dalam persamaan hak
merupakan hak yang dilakukan untuk berkontribusi
(egaliter) yang memiliki persamaan di mata hukum, demokratis yang
dan berkomunikasi dengan yang lain, baik
memiliki sikap mengedepankan etika dan tanggung jawab moral dan
berpartisipasi dalam lingkungan sendiri maupun
bergotong royong dalam berpartisipasi kepada masyarakat demi
lingkungan yang lain. Dengan demikian bahwa hak
terciptanya kemaslahatan kemanusiaan, keagamaan dan kenegaraan
berpartisipasi sebagaimana yang dimaksud dalam UU
secara universal.
No 29 tahun 2000 di atas adalah dalam rangka
E. SIMPULAN DAN SARAN
menjaga dan menjunjung tinggi nilai manusia dan

kemanusiaan, maka dari itu pentingnya hak untuk Kesimpulan


saling menciptakan kolaborasi positif antara individu
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
dengan lingkungan sosial, negara dan agamanya.
sebagai berikut:
3) Hak Atas Pembangunan

Hak yang melingkupi semua isu-isu krusial tentang 1. Hak asasi manusia dalam beragama bahwasanya merupakan hak

hak masyarakat adalah hak atas pembangunan (right yang melekat dalam individu untuk dapat menghargai,

to depelovment) yang merupakan simbol perlawanan menghormati dan mentolerir agama yang dianutnya, baik untuk

kontradiksi hak asasi manusia terhadap aliran dirinya maupun untuk orang lain. Dalam syariat Islam, kebebasan

developmentalisme. Tonggak sejarah perjuangan beragama setiap individu tidak ada paksaan maupun

dimulai pada tahun 1986 dengan diselenggarakannya keterpaksaan dalam memeluk suatu agamanya

The Declaration on The Right to Development (DRD). 2. Hak asasi manusia dalam berpolitk bahwasanya sudah terdapat

DRD menyatakan bahwa hak atas pembangunan dalam undang-undang yang setiap individu memiliki kebebasan

memiliki substansi yang inklusif dengan dalam mengikuti suatu kelompok atau berpolitik,

menggabungkan dan tidak membeda-bedakan antara mengemukakan pendapat di muka umum, bermusyawarah dan

Hak Sipil dan Politik (Pasal 1–21), dan Hak Ekonomi, saling menghormati serta menjunjung tinggi hak-hak orang lain.

Sosial, dan Budaya (Pasal 22–28) yang termaktub Selain itu, dalam Perjanjian Internasional Hak Sipil dan Politik

dalam rumusan Universal Declaration of Human menekankan perlindungan penuh atas hak dan kewenangan

Rights (UDHR) atau dalam istilah DUHAM (Deklarasi individu maupun kelompok dalam suatu negara apabila terjadi

Umum Hak Asasi Manusia). kesenjangan, disintegrasi sosial, diskriminasi hukum, sosial dan

budaya serta etnis dengan upaya melindungi, menghormati,


Berdasarkan pemaparan tersebut di atas mengenai hak
menegakkan dan menghargai pendapat, gagasan dan ide serta
asasi manusia dalam beragama, berpolitk dan bermasyarakat. Maka
kebebasan individu dalam kelompok masyarakat, suatu golongan,
perlunya menghubungkan dengan perspektif Islam sebagai ajaran
lingkungan, budaya, agama dan negaranya.
agama mayoritas pemeluknya bagi masyarakat Indonesia. Islam sebagai
3. Hak asasi manusia dalam bermasyarakat pada hakekatnya
rahmatan lil alamin yang dalam konsep ajarannya sebenarnya telah
mengakui, menyadari, menjamin dan menghargai hak-hak orang
meletakkan dasar utama dalam membuat perlindungan terhadap hak
lain. Dalam tataran pelaksanaannya manusia berkewajiban
asasi manusia. Pengakuan perlindungan hak asasi manusia sudah
menjunjung tinggi hak-hak asasi sebagai diri pribadi, anggota
dicetuskan dan dipromotori oleh Muhammad Saw melalui program
keluarga masyarakat, bangsa dan negara serta anggota
Piagam Madinah. Dari sini, peradaban dan pemerintahan yang syarat
masyarakat pada umumnya.
utamanya dengan perhormatan dan perlindungan atas hak asasi

manusia mulai lahir dan bergulir dicerminkan dalam sejarah peradaban Saran

ummat manusia melalui sebuah pemerintahan yang bercirikan


Berkaitan dengan hak asasi manusia yang menjadi sorotan sentral dalam
transparan, egaliteran, demokratis, sejahtera, gotong royong dan
penelitian ini, maka tibalah mendapatkan saran sebagai berikut:
1. Untuk negara; banyak aturan-aturan hukum negara yang

dituangkan dalam pasal agar menjadi pijakan standar kebijakan

konstitusi, khususnya hak asasi manusia. Karena hak asasi

manusia begitu kompleks terdapat dalam kehidupan kita, maka

saran yang diberikan kepada suatu negara adalah terus

memperjuangkan hak-hak yang menjadi asas individu,

masyarakat, kelompok dalam beragama, berpolitik dan

bermasyarakat seperti; kebebasan individu dalam menentukan

pilihan hidup, mengemukakan pendapat, menentukan dan

menerima hak untuk dirinya secara persamaan hukum tanpa

diskriminasi.
2. Untuk instansi kelembagaan; dalam suatu instansi tertentu,

secara umum paling tidak kita mengenal hakhak yang seharusnya

dilakukan dan hak-hak yang tidak seharusnya dilakukan atau hak


yang mesti kita hindari. Hal ini sudah menjadi cukup apabila

realisasi individu, kelompok atau suatu golongan yang terdapat

dan berafiliasi dalam golongan tertentu menerapkan batas-batas

tugas, fungsi, wewenang, hak, kewajiban dan tanggungjawabnya

dan sama-sama saling menghormati, menghargai dan

menjunjung tinggi nilai-nilai hak individu lain atau suatu

golongan dan kelompok lain.

DAFTAR PUSTAKA

A’la Al Maududi, Abul, Hak Asasi Manusia dalam Islam, Penerbit Pustaka:

Bandung: 1985

Ensiklopedi Indonesia Jilid 2, PT. Lehtian Baru, Van Hoeve, Jakarta, Tim

Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1993.

International Covenant of Civil and Political Rights (ICCPR) Resolusi

Majelis Umum tgl 16 Desember 1966.

Lopa, Baharudin, Al-Qur'an dan Hak-hak Asasi Manusia, Dasar Bhkati

Primayasa, Yogyakarta, 1996.

Syamsudin, Muhammad, Manusia dalam Pandangan K.H. A. Azhar Basyir,

M.A., Titian Ilahi Press, Yogyakarta, 1997.

Sabiq, Sayid, Unsur-unsur Dinamika dalam Islam, Intermasa, Jakarta,

1981.

Komisi Nasional HAM., Komentar Umum Kovenan Internasional Hak Sipil

dan Politik Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, Pusat: Komnas HAM, Jakarta,

2009.

Anda mungkin juga menyukai