Anda di halaman 1dari 2

6 CARA MERAIH SURGA DAN MENGHINDARI DARI NERAKA

Dalam satu kesempatan, menantu Rasulullah SAW, Sayyidina Ali bin Abi
Thalib karramallahu wajhah, pernah berpesan untuk kita yang ingin surga-Nya.
"Barangsiapa mengumpulkan enam hal pada dirinya, berarti ia tidak membiarkan
surga untuk dicari dan neraka dijauhi." 

Suami Sayyidatina Fatimah az-Zahra ini kemudian merinci keenam hal tersebut,
seperti diceritakan langsung oleh Imam Syihabuddin Ahmad ibn Hajar Al-
Asqalany. 

‫ ﻣﻦ ﺟﻤﻊ ﺳﺖ ﺧﺼﺎﻝ ﻟﻢ ﻳﺪﻉ ﻟﻠﺠﻨﺔ ﻣﻄﻠﺒﺎ ﻭﻻ‬:‫ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ‬, ‫عن أمير المؤمنين ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻃﺎﻟﺐ ﺭﺿﻲ ﻪﻠﻟا ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻨﻪ‬
‫ ﻭﻋﺮﻑ اﻟﺒﺎﻃﻞ‬،‫ ﻭﻋﺮﻑ اﻟﺤﻖ ﻓﺎﺗﺒﻌﻪ‬،‫ ﻭﻋﺮﻑ اﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﻓﻌﺼﺎﻩ‬،‫ ﺃﻭﻟﻬﺎ ﻋﺮﻑ ﻪﻠﻟا ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﺄﻃﺎﻋﻪ‬.‫ﻋﻦ اﻟﻨﺎﺭ ﻣﻬﺮﺑﺎ‬
‫ ﻭﻋﺮﻑ اﻵﺧﺮﺓ ﻓﻄﻠﺒﻬﺎ‬،‫ ﻭﻋﺮﻑ اﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﺮﻓﻀﻬﺎ‬،‫ﻓﺎﺗﻘﺎﻩ‬

Pertama, mengenali Allah kemudian menaatinya ('arafallah fa athoo'ah). Upaya


pertama dan paling utama ini adalah narasi penting sebelum kita terpilih sebagai
ahli surga-Nya. Harus kenal dengan Sang Mahapencipta, supaya ridha-Nya bisa
kita raih. Caranya, dengan taat sepenuh hati atas apa pun ajaran yang
disyariatkan oleh-Nya.

Kedua, mengenali setan sebagai musuh-Nya, lalu mendurhakainya ('arafas


syaithon fa 'ashooh). Janji setan di hadapan Rabb-Nya untuk tidak putus
menjerumuskan anak Adam adalah menjauhkan semua keturunan rivalnya itu
dari raihan surga. Maka, segala tipu muslihat akan selalu ditebar. Karena itu,
sebagai bekal menuju surga, mutlak bagi kita untuk kenali dengan baik musuh
Allah ini lalu deklarasi diri untuk tidak mau terjerat dalam tipu muslihatnya dan
lakukan kedurhakaan yang sempurna kepada rayuannya.

Ketiga, mengenali kebenaran, lalu mengikutinya ('arafal haqq fat taba'ah). Surga


adalah balasan adil dari sebuah arti kebenaran yang ditegakkan. Karena itu,
menjalani sebuah proses yang dibenarkan dalam syariat-Nya adalah kunci
membuka surga.

Keempat, mengenali perkara batil, kemudian menolaknya ('arafal baathil faj


tanabah). Akhirnya, perkara batil, sehebat apa pun aksesori yang
membungkusnya, tetap batil. Ia tidak akan menemui jalan lurus keselamatan.
Kebatilan hanya menjerumuskan pelakunya pada kubangan ganas api neraka.
Karena itu, tolaklah kebatilan sekuat kita melakukannya. Sungguh, buahnya
adalah jalan lurus menuju surga-Nya.

Kelima, mengenali akhirat, kemudian membekali diri untuk meniti jalan ke


sana ('arafal akhirah fa tholabah). Sadar bahwa hidup di dunia ini hanya
sementara dan kita akan hidup kekal selama-lamanya di akhirat nanti
meniscayakan sebuah upaya serius untuk kenal dengan kehidupan berdurasi
sangat panjang tanpa akhir ini dan lalu mengisi ibadah dan amaliyah produktif
sebagai bekal meraih bahagia di surga.

Keenam, mengenali dunia, kemudian meninggalkannya ('arafad dunya fa


rafadhoha). Dunia ini adalah sebuah kepastian yang kita akan tinggalkan. Dunia
hanya tempat meninggal, bukan tempat tinggal. Dunia hanya siklus instan antara
main-main dan senda gurau. Ia hanya rotasi yang melalaikan dan melenakan.

Semu dan fatamorgana. Karena itu, jangan sibukkan dalam 24 jam harian kita
hanya untuk mengurus dunia. Berapa persenkah dari pergumulan waktu sehari
semalam itu kita jatahkan untuk dunia. Rasanya, semua untuk dunia. Dari awal
buka mata hingga tutup mata, selalu saja ketemu dengan urusan dunia.

Anda mungkin juga menyukai