Anda di halaman 1dari 4

Nama : Mohammad Akbar Aulia Arwani

NIM : 11180321000017

UAS Kebijakan Pemerintah Terhadap Negara


1. - Apakah negara harus secara resmi menetapkan suatu agama. Beberapa negara relatif
bebas dalam menetapkan hal ini seperti contoh Inggris, Amerika, Jerman dan lainnya, namun
dibeberapa Negara hal ini menjadi tidak bebas seperti di Arab Saudi, ada juga Negara-Negara
yang memiliki catatan campuran memiliki kebebasan beragama maupun politik contohnya
israel.

- Apakah negara tidak boleh meresepkan, melarang, atau

mengubah keyakinan agama. Contoh dari permasalahan ini adalah apakah negara
diperbolehkan untuk melarang pengkhatbah atau penceramah untuk mengutukmengutuk,
mencaci, dan merendahkan tindakan LGBT sebagai dosa?.

-Apakah negara harus mendukung, mengkritik, atau melarang keyakinan atau praktik
keagamaan apapun. Seperti contoh apakah negara boleh melarang praktik pengorbanan
hewan pada suatu agama atau penggunaan atribut keagamaan semisal Jilbab, cadar, peci,
kipah dan lainnnya

-Apakah sebuah negara dapat melarang atau membatasi praktik keagamaan. Pada beberapa
negara praktik poligami dianggap ilegal seperti Jepang yang dan Korea, sedangkan di negara-
negara lain seperti Indonesia dan malaysia memperbolehkan praktik ini, contoh lainnya
adalah bolehkah negara melarang khitan, pengorbanan hewan atau pembatasan jumlah
dengan alasan konservasi atau lainnya.

- Apakah institusi keagamaan dapat secara aktif

mendukung tokoh politik, atau malah membatasi diri pada

ajaran moral, etika, dan agama. Pada beberapa Negara terdapat pelarangan gereja ikut andil
dalam aktifitas politik di Negara tersebut, pada beberapa kasus hal tersebut dapat dikenakan
sanksi seperti hilangnya pembebasan pajak dan sebagainya, disisi lain beberapa Negara
memberikan kebebasan pada Agama Agama untuk mendukung ataupun menentang kandidat
politik.
2. Separasi : atau pemisahan domain(wilayah) negara dan agama adalah di mana dalam suatu
negara keduanya dipisahkan secara ketat dan oleh karena itu mudah untuk mengamati
perbedaan antara sekuler dan sakral, negara dan gereja. Contohnya pada negara Perancis dan
Turki dapat dilihat dengan jelas pemisahan antar wilayah keduanya yang diatur oleh undang
undang.

Unifikasi : dimana negara dan agama merupakan satu kesatuan sistem yang saling tumpang
tindih, tanpa batas antara keduanya. Contohnya seperti negara negara teokrasi seperti Vatikan
dan Arab Saudi yang dalam sistem pemerintahan dan pembentukan undang undangnya
berpatokan pada suatu Agama.

Rekognisi : adalah di pada tingkat tertentu suatu negara mempertahankan pelestarian agama
dan identitas atau nilai-nilai agama dalam sistem hukum dan politiknya. Contoh termudah
adalah negara kita sendiri yaitu Indonesia yang pemerintahnya melestarikan Agama, nilai
nilai Agama dan identitas Agama yang berkembang diasana dalam sistem hukum dan
politiknya.

3. Neutrality adalah suatu sikap netral yang mempunyai artian bahwa negara tidak
mempunyai keberpihakan kepada salah satu agama apapun yang terdapat di negara tersebut,
dengan artian negara benar benar netral kepada agama manapun.

Favouritism adalah sikap pilih kasih suatu negara pada salah satu agama tertentu dalam
menyikapi masalah yang ada.

Discrimination adalah suatu sikap dimana negara membeda-bedakan agama dan agama
tertentu lainnya, sehingga terjadi kondisi beberapa agama memiliki lebih sedikit hak dari
pada agama agama lain yang ada pada negara tersebut.

Restriction adalah suatu kondisi dimana negara melarang atau membatasi rakyatnya untuk
memeluk atau menjalankan praktik agama yang diyakininya.

Persecution adalah suatu tindakan pemburuan sewenang-wenang terhadap seseorang atau


sejumlah warga, dan kemudian disakiti, dipersusah, atau ditumpas. Tindakan persekusi yang
dilakukan bisa berupa penyiksaan atau penganiayaan tanpa memandang kemanusiaan lagi.
Dalam hal ini dilakukan Negara terhadap suatu agama.
4. Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, di mana sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, bukanlah negara yang terpisah dari agama, tetapi juga tidak menyatu dengan
agama.

5. Dalam pasal ini dijelaskan bahwa setiap orang dilarang dengan sengaja di muka
umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan
penafsiran tentang suatu agama yang dianut di indonesia atau melakukan kegiatan keagamaan
yang menyerupai kegiatan dari keagamaan tersebut. Dalam sejarahnya, Presiden Soekarno
membentuk UU ini (PNPS NO.1 1965) untuk merespon ketegangan yang makin berkembang
antara kelompok Muslim dengan aliran
kepercayaan. Landasan pembentukan ketentuan tersebut juga untuk melindungi agama-
agama dan kepentingan umat beragama. saya setuju dengan adanya peraturan ini bila dilihat
dari banyak hal yang dapat kita ambil sebenarnya dari UU ini , yang menurut saya memiliki
tujuan yang baik namun isi dari UU ini memiliki beberapa masalah seperti Menimbulkan
diskriminasi karena adanya pembatasan mengenai sejumlah agama yang diakui oleh negara,
Negara tidak berhak mencampuri urusan keyakinan beragama dalam hal menentukan
penafsiran mana yang “benar” dan “salah” sebagaimana yang dimungkinkan oleh UU
pencegahan penodaan agama, juga Pembatasan yang dilakukan oleh negara hanya boleh
dilaksanakan sebatas pada

perilaku warga negara saja dan bukan membatasi keyakinan keberagamaan

seseorang.

6. tercantum juga dalam Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
menyatakan bahwa:

“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-


masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaan itu.”

Setiap manusia memiliki hak asasi manusia yang melekat dalam diri masingmasing dan
bersifat universal sehingga dapat berlaku dimana saja oleh karena itu hak asasi manusia tidak
boleh dirampas oleh siapapun. Hak asasi manusia mengenai kebebasan beragama diatur
lebih lanjut dalam Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak
Asasi Manusia yang menyatakan sebagai berikut:

“Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut
agamanya dan kepercayaanya itu.” Masyarakat dalam menjalankan ibadah pasti juga
memerlukan adanya rumah atau tempat beribadah. Oleh karena itu, setiap pemeluk agama
dapat mendirikan tempat beribadahnya masing-masing. Saya setuju Namun Kerap kali saat
adanya sebuah upaya untuk mendirikan rumah ibadah masyarakat sekitar mempersulit
bahkan melarang hal tersebut, bagi saya berarti pemerintah masih belum clear dalam
menyusun peraturan ini.

7. Walaupun didalamnya terdapat restriksi terhadap penyebaran ajaran ataupun paham


agamanya namun tidak saya temukan pelarangan ataupun pembatasan dalam memeluknya
dan hal tersebut bagi saya tidak memiliki masalah, hanya saja pemerintah juga perlu
berbicara dengan lembaga masyarakat karena pelabelan sesat dari lembaga agama memiliki
kemungkinan lebih tinggi menyebabkan persekusi masyarakat atas aliran ini sehingga
menurut saya agama perlu mengatur hal ini tatacara pengungkapan ataupun pelabelannya.

Anda mungkin juga menyukai