Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Pangkalan Bun, 3 Juli 2021
Dewi Ruminingsih
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
SOAL
1. a. Analisislah, Apa hubungan antara tindak pidana pencucian uang dengan tindak pidana
korupsi ? jelaskan !
b. Coba tegaskan, modus yang paling sering digunakan oleh pelaku TPPU yang berawal
dari tindak pidana korupsi ? jelaskan!
c. Bagaimanakah urgensi penanggulangan tindak pidana pencucian uang pada kasus
korupsi? Jelaskan!
JAWABAN
1. a. Perbuatan tindak pidana korupsi merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan
hak-hak ekonomi masyarakat, sehingga tindak pidana korupsi tidak dapat lagi digolongkan
sebagai kejahatan biasa (ordinary crimes) melainkan telah menjadi kejahatan luar biasa
(extra- ordinary crimes). Sehingga dalam upaya pemberantasannya tidak lagi dapat
dilakukan “secara biasa”, tetapi dibutuhkan “cara-cara yang luar biasa” (extra-ordinary
crimes) (Maryanto, 2012: 3).
Tindak pidana pencucian uang termasuk bentuk tindak pidana khusus yang memiliki
hubungan dengan berbagai macam kejahatan. Tindak pidana pencucian uang diangap
sebagai kejahatan lanjutan, yaitu sebagai upaya pelaku untuk menyamarkan hasil dari
suatu kejahatan yang telah dilakukan sebelumnya agar dapat menikmati hasil tersebut
tanpa terlacak, termasuk salah satunya yaitu dari hasil korupsi. Hal tersebut dapat dilihat
dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tindak pidana korupsi dengan tindak
pidana pencucian uang yaitu tindak pidana korupsi adalah kejahatan asal dari tindak
pidana pencucian uang. Sebaliknya, tindak pidana pencucian uang adalah kejahatan
lanjutan dari tindak pidana korupsi. Tindak pidana asal adalah tindak pidana yang menjadi
pemicu terjadinya tindak pidana pencucian uang diantaranya yaitu tindak pidana yang
disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, tindak pidana asal diantaranya korupsi;
penyuapan; narkotika; psikotropika; penyelundupan tenaga kerja; penyelundupan migran;
di bidang perbankan; di bidang pasar modal; di bidang perasuransian; kepabeanan; cukai;
perdagangan orang; perdagangan senjata gelap; terorisme; penculikan; pencurian;
penggelapan; penipuan; pemalsuan uang; perjudian; prostitusi; di bidang perpajakan; di
bidang kehutanan; di bidang lingkungan hidup; di bidang kelautan dan perikanan; atau
tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih.
Disebut sebagai tindak pidana asal sebab hasil berbagai macam tindak pidana dalam
Pasal 2 ayat (1) tersebut berpotensi untuk dilakukannya tindak pidana pencucian uang.
1. c. Urgensi penanggulangan tindak pidana pencucian uang pada kasus korupsi diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Mengambil Kembali Aset-Aset Negara atau Hak-Hak Masyarakat yang Telah Diambil
oleh Koruptor
Korupsi berbeda dengan kejahatan-kejahatan lain seperti misalnya perdangangan
jabatan atau wewenang yang dimilikinya, yang mengambil hak-hak yang seharusnya
didapatkan masyarakat. Melihat hal tersebut maka penanggulangan pencucian uang
pada kasus korupsi lebih penting, sebab untuk mengambil kembali hak-hak
masyarakat yang telah dirampas oleh para koruptor. Sulitnya melacak hasil korupsi
yang telah disamarkan dengan melakukan money laundering oleh pelaku
menyebabkan adanya perubahan dalam sistem hukum pidana. Saat ini dalam
pembuktian telah dianut sistem pembuktian terbalik. Adanya pembuktian terbalik ini
lebih efektif untuk membuktikan benar atau tidaknya harta tersebut hasil dari korupsi.
Menggunakan sistem pembuktian terbalik ini diharapkan akan lebih mudah untuk
mengambil kembali harta yang sudah disembunyikan oleh pelaku korupsi sebab
bukan jaksa yang harus membuktikan suatu harta merupakan hasil korupsi atau
tidak, melainkan pelaku sendiri yang dibebankan untuk membuktikan semua
hartanya apakah hasil korupsi atau tidak.
Jadi, walaupun pelaku melakukan money laundering diharapkan hasil
kejahatannya akan tetap ketahuan apabila kekayaan tidak seimbang dengan
penghasilannya atau sumber penambah kekayaannya, maka keterangan tersebut
dapat digunakan untuk memperkuat alat bukti yang sudah ada bahwa terdakwa telah
melakukan tindak pidana korupsi karena dia wajib memberikan keterangan seluruh
harta bendanya dan harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap
orang atau korporasi yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara yang
bersangkutan.
Biasanya melalui istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau
korporasi tersebut koruptor akan melakukan money laundering. Ketentuan yang
menyangkut pembuktian tindak pidana korupsi ada di dalam Pasal 12B ayat (1) huruf
a dan b Jo 38, Pasal 37, Pasal 37A, dan Pasal 38B Undang-Undang Nomor 20
tahun 2001 tentang Apabila kita pelajari dengan saksama ketentuan dalam pasal-
pasal tersebut, maka ketentuan mengenai pembuktian dalam hukum pidana formil
korupsi yang berbeda dengan hukum pidana formil umum, yakni sebagai berikut
(Adami Cazawi, 2005: 404). a. Pertama, bahwa dalam hukum formil korupsi dalam
tindak pidana tertentu menganut sistem pembuktian terbalik (Pasal 37 jo 12B ayat
(1) huruf a). b. Kedua, juga menganut sistem yang dapat disebut dengan berimbang
bersyarat (Pasal 12B ayat (1) huruf a dan b). c. Ketiga, bahwa dalam hal-hal tertentu
mengenai harta yang telah didakwakan menganut sistem pembuktian semi terbalik
(37A dan 12 huruf b). d. Keempat, bahwa dalam hal mengenai harta benda yang
belum didakwakan dalam perkara yang sedang diperiksa juga menganut sistem
pembuktian semi terbalik (38B).
2. Pencucian Uang Hasil Korupsi Sudah Menjadi Kejahatan Transnasional yang
Terorganisasi
Kemajuan teknologi tidak selamanya berdampak positif bagi negara atau
masyarakat. Kemajuan kadang justru menyebabkan tumbuh dan berkembangnya
kejahatan, khususnya dalam bidang ekonomi adalah tumbuhnya kejahatan kerah
putih (White Collar Crime). Kejahatan kerah putih ini sudah pada taraf transnasional,
tidak lagi mengenal batas-batas wilayah negara. Pelaku kejahatan selalu berusaha
menyelamatkan uang hasil kejahatannya dengan berbagai cara, salah satunya
melalui pencucian uang (money landering) (Edi Setiadi dan Rena Yulia,2010: 150).
Salah satu kejahatan transnasional yang sering terjadi di Indonesia yaitu
pencucian uang hasil dari korupsi. Sudah menjadi hal yang biasa bahwa koruptor
melarikan hasil kejahatannya melintasi batas wilayah Indonesia, salah satunya yang
sering menjadi tujuan adalah negara Singapura.
Singapura menjadi tempat favorit para koruptor memang tidak mengherankan.
Sejak lama negara mungil ini memang sulit bekerjasama di bidang penegakan
hukum khususnya dengan Indonesia. Bahkan dalam sidang umum Southeast Asian
Parliamentarians Against Corruption (SEAPAC) tanggal 23-24 Oktober 2013,
Singapura juga tidak hadir. Padahal forum itu penting untuk memuluskan kerjasama
untuk menjerat koruptor di kawasan Asia Tenggara. Sikap Singapura dalam
menjalankan aturan hukum
internasional inilah yang membuat negara itu makmur dari menikmati hasil
parkiran dana haram dari negara lain khususnya Indonesia
(http://www.gresnews.com/berita/ hukum/12383112-singapura-masih-menjadi-surga-
koruptor-indonesia/0/, diakses pada tanggal 14 November 2015, pukul 10.01 WIB).
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Pencucian uang menjadi kejahatan yang terorganisasi dapat dilihat dari subjek
hukumnya yang tidak hanya individu, tetapi juga korporasi. Hal ini berarti korporasi
juga dapat melakukan kegiatan pencucian uang dalam pengelolaannya. Mengenai
pertanggungjawaban korporasi tersebut terdapat dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana diubah dengan UndangUndang Nomor
25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, yaitu disebutkan bahwa
apabila tindak pidana dilakukan oleh pengurus dan/atau kuasa pengurus atas nama
korporasi, maka penjatuhan pidana dilakukan baik terhadap pengurus dan/atau
kuasa pengurus maupun terhadap korporasi.Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
SOAL
2. a. Analisislah, mengapa aturan pidana dalam kejahatan narkotika ancaman hukuman sudah
relatif tinggi, akan tetapi masih banyak penyalahgunaan narkotika di Indonesia ?
Jelaskan!
b. Bagaimana sistem hukum pidana sekarang mengenai pengaturan tindak pidana narkotika
di Indonesia? Jelaskan!
c. Berikan argumentasi saudara, bagaimana agar penerapan Undang-Undang No. 35 Tahun
2009 tentang Narkotika dapat berjalan dengan efektif ? jelaskan !
JAWABAN
2. a. Sebagai kejahatan narkotika yang sudah sejak lama menjadi musuh bangsa, kini
narkotika sudah sangat mengkhawatirkan bangsa kita dan seluruh bangsa di dunia saat
ini. Produksi dan peredaran narkotika begitu masif beredar di tengah-tengah masyarakat
kita. Peran dari para mafia narkotika seakan seperti tdak dapat terbendung lagi. Para
mafia narkotika sudah meracuni para penegak hukum sebagai pengguna maupun
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
sebagai pengedar di bangsa Indonesia dan berbagai belahan dunia, walaupun seluruh
bangsa memerangi kejahatan ini. Masyarakat sering mendengar pernyataan tentang
membangun komitmen atau memerangi bersama dalam memberantas narkotika di
negara kita dan seluruh dunia.
Pemberantasan tindak pidana narkotika melibatkan seluruh bangsa di dunia, namun
ternyata tingkat peredaran gelap narkotika sermakin tinggi dan merajalela. Beberapa
indikasi memperlihatkan bahwa kejahatan narkotika merupakan extraordinary crime.
Pengertiannya adalah sebagai suatu kejahatan yang sangat berdampak besar dan multi
dimensional terhadap sosial, budaya, ekonomi dan politik serta begitu dahsyatnya
dampak negatif yang diakibatkan oleh kejahatan ini. Untuk itu extraordinary punishment
sangat diperlukan untuk jenis kejahatan yang sangat luar biasa dewasa ini yang sudah
terjadi di seluruh bangsa-bangsa di dunia ini ni sebagai transnational crime.
2. c. Dalam penerapan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika agar dapat lebih
efektif maka perlu adanya tindakan yang terkoordinasi antara para pihak atau instansi
seperti antara kepolisian dengan pihak Badan Narkotika Nasional, Kementerian
Perhubungan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, lembaga-
lembaga pendidikan, organisasi kemasyarakatan dan lain-lain.
Dalam upaya pencegahan tindak pidana narkotika perlu diintensifkan penyuluhan-
penyuluhan tentang bahaya narkotika melalui media massa seperti surat kabar, majalah,
internet, jejaring sosial (facebook, twitter) dan lain-lain, sehingga anggota masyarakat
menyadari bahaya besar narkotika, sehingga setiap keluarga dapat membuat upaya-
upaya pencegahan secara internal keluarga.
Pertahanan keluarga adalah usaha yang terpenting dalam mencegah terjadinya
peredaran dan penyalahgunaan narkotika. Aparat penegak hukum sudah tidak melakukan
kerjasama dengan para kartel narkotika dan menolak semua kompromi. Aparat penegak
hukum juga harus mempunyai moral yang tinggi, agar tidak menjadi korban
penyalahgunaan narkotika itu sendiri. Sangat berbahaya dan mengkhawatirkan apabila
aparat penegak hukum yang seyogyanya menegakkan hukum tetapi menggunakan
narkotika itu sendiri. Aparat penegak hukum yang tanpa kompromi dan tegas akan
menjadi salah satu kunci keberhasilan memberantas penyalahgunaan narkotika di
Indonesia.
SOAL
JAWABAN
3. a. Ya, dan hal tersebu bisa saja dikenakan Perbuatan Tidak Menyenangkan (Pasal 355
KUHP) “Barang siapa memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau
membiarkan sesuatu dengan ancaman pencemaran atau pencemaran tertulis. Dalam hal
sebagaimana dirumuskan dalam butir 2, kejahatan hanya dituntut atas pengaduan orang
yang terkena”
dan berkembang dalam kondisi dimana para pihak kurang atau tidak memahami hak –
hak normatif tersebut. Beberapa hak normatif yang harus dilaksanakan oleh pengusaha
diantaranya adalah :
1). UPAH MINIMUM
Dalam Pasal 88 ayat (4) Undang – undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
disebutkan bahwa Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuh hidup layak
dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Upah minimum terdiri atas
upah minimum Kabupaten / Kota dan Provinsi. Upah minimum hanya berlaku untuk pekerja /
buruh yang bekerja di perusahaan dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun. Kebutuhan
hidup layak yang dijadikan dasar penetapan upah minimum adalah standar kebutuhan
seorang pekerja / buruh lajang untuk dapat hidup secara fisik untuk kebutuhan 1 (satu)
bulan. Upah minimum berlaku untuk semua jenis dan skala usaha. Adapun UMK Kota
Pontianak tahun 2018 sebesar Rp. 2.145.000,- untuk seorang pekerja lajang dengan masa
kerja kurang dari satu tahun.
2). PESANGON
Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja karena sebab – sebab tertentu terhadap
pekerja wajib diberikan pesangon oleh pengusaha, termasuk juga uang penghargaan masa
kerja dan uang penggantian hak. Selain uang pesangon, dalam hal pekerja memasuki usia
pensiun dan pekerja tidak diikutkan oleh pengusaha dalam program pensiun, maka
pengusaha wajib memberikan kepada pekerja uang pesangon sebesar 2 (Dua) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan
Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) Undang –
undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam hal hubungan kerja berakhir
karena pekerja / buruh meninggal dunia kepada ahli warisnya diberikan sejumlah uang yang
besar perhitungannya sama dengan perhitunganuang pesangon sebesar 2 (Dua) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan
Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) Undang –
Undang Nomor 13 tahun 2003
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
tentang Ketenagakerjaan.
THR Keagamaan termasuk salah satu hak normatif pekerja yang harus dibayarkan oleh
pengusaha. THR Keagamaan ini merupakan upaya untuk membantu pekerja dalam
merayakan Hari Besar Keagamaan bersama Keluarga, dimana dalam momen Hari Raya ini
kebutuhan pembiayaan berbagai keperluan agak meningkat. Bedasarkan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan ( Permenaker ) Nomor 6 tahun 2016 tentang THR Keagamaan bagi
Pekerja / Buruh di Perusahaan, pekerja / buruh yang memiliki masa kerja 12 ( dua belas )
bulan secara terus menerus atau lebih, berhak atas 1 ( satu ) bulan upah. Sedangkan
pekerja / buruh yang memiliki masa kerja 1 ( satu ) bulan secara terus menerus tetapi
kurang dari 12 ( dua belas ) bulan diberikan tunjangan secara proporsional. THR
Keagamaan ini diberikan satu kali dalam satu tahun dan dibayarkan paling lama satu
minggu sebelum hari raya keagamaan.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
5).UPAH LEMBUR
Dalam Kepmenakertrans Nomor 102 tahun 2002 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah
Kerja Lembur disebutkan bahwa Pekerja yang melebihi jam kerja ( 7 jam perhari 40 jam
perminggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu dan 8 jam perhari 40 jam perminggu untuk 5
hari kerja dalam 1 minggu ) atau bekerja pada waktu istirahat mingguan atau bekerja pada
hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah, upah kerja lemburnya wajib dibayarkan
pengusaha.
Waktu istirahat juga termasuk hak normatif pekerja yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan
pengusaha. Setiap pekerja yang telah bekerja minimal 4 (empat ) jam secara terus menerus,
berhak untuk beristirahat setengah jam. Demikian juga untuk pekerja yang telah bekerja
selama 12 ( dua belas ) bulan secara terus menerus berhak untuk cuti selama 12 ( dua
belas) hari. Pada sisi lain, pekerja yang telah bekerja selama 6 ( enam ) tahun secara terus
menerus berhak atas istirahat panjang selama 2 ( dua ) bulan. Demikian juga untuk pekerja
perempuan yang melahirkan berhak atas waktu istirahat 3 ( tiga ) bulan, pekerja perempuan
yang mengalami gugur kandungan berhak atas waktu istirahat selama 1,5 bulan sesuai
dengan keterangan dokter kandungan. Termasuk juga pekerja perempuan yang mengalami
sakit pada hari pertama dan hari kedua haidnya. Waktu istirahat ini termasuk juga waktu
istirahat mingguan yang berlaku untuk semua pekerja.
Bahwa pekerja / buruh dijamin haknya untuk berserikat dalam bentuk SP / SB. Undang –
undang Nomor 21 tahun 2000 tentang SP / SB pada Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2)
menyatakan Setiap Pekerja / Buruh berhak membentuk dan menjadi anggota SP / SB. SP /
SB dibentuk oleh sekurang – kurangnya 10 orang pekerja / buruh.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Mogok kerja merupakan hak dasar pekerja / buruh dan SP / SB yang dilaksanakan secara
sah, tertib dan damai, sebagai akibat gagalnya perundingan. Ada mekanisme yang harus
dipenuhi sebelum mogok dilaksanakan, yaitu harus ada pemberitahuan tertulis kepada
pengusaha atau instansi yang membidangi ketenagakerjaan. Pemberitahuan tersebut sudah
harus disampaikan minimal 7 hari sebelum mogok dilaksanakan dengan memuat waktu
dimulai dan berakhirnya mogok, tempat mogok, alasan – alasan dan sebab mengapa mogok
dilaksanakan serta tanda tangan penanggung jawab mogok.
Ada kondisi – kondisi dimana pekerja tidak bekerja atau hadir ditempat kerja tapi tidak
melakukan pekerjaan pengusaha diwajibkan membayar upah kerja dengan ketentuan
pekerja sakit, pekerja perempuan yang sakit di hari pertama dan kedua haidnya, pekerja
menikah, menikahkan anaknya, mengkhitan anaknya, membaptis anaknya, suami / istri
pekerja, orang tua, anak dan mertua pekerja meninggal dunia atau salah seorang anggota
keluarga di rumah meninggal dunia.
SOAL
JAWABAN
4. c. Dampak kegiatan pertambangan batubara pada kondisi sosial adalah memicu timbulnya
migrasi masuk, timbulnya kejadian konflik, merenggangnya hubungan kekerabatan, dan
memicu timbulnya praktek prostitusi yang dilegalkan oleh pemerintah daerah. Pada
kondisi ekonomi kegiatan pertambangan menimbulkan peluang usaha bagi warga
masyarakat. Peningkatan ataupun penurunan tingkat pendapatan masyarakat bervariasi
berdasarkan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
jenis pekerjaan warga, serta kesempatan kerja di sektor pertambangan, walaupun untuk
warga lokal tergolong minim disebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan
warga lokal.
4. d. Dengan adanya kegiatan pertambangan batubara, peluang untuk berusaha memang lebih
terbuka dibandingkan sebelum adanya pertambangan. Peluang berusaha ini telah
dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat, yang membuka usaha atau bekerja di
pertambangan. Keberadaan kegiatan pertambangan batubara memang dirasakan positif
oleh warga lokal yang bekerja dipertambangan batubara dan dengan terbukanya peluang
usaha yang lebih banyak, tetapi masih terdapat pula warga yang tidak mendapatkan
keuntungan dari adanya kegiatan pertambangan batubara khususnya bagi para petani
yang hanya merasakan kerugian dari keberadaan pertambangan batubara karena banjir
dan pencemaran yang menyebabkan terjadinya gagal panen, sehinggaperlunya adanya
MOU Kerjasama antara Perusahaan dan Masyarakatr setempat yang difasilitasi oleh
Pemerintah Daerah guna menjamin kesejahteraan masyarakat.